MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MILIETUS TIPE 1 Kel 22.do - Do.docl
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MILIETUS TIPE 1 Kel 22.do - Do.docl
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MILIETUS TIPE 1 Kel 22.do - Do.docl
DISUSUN OLEH :
A. LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang ditandai oleh keadaan absolute
insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Protein dan
lemak yang disebabkan oleh sebuah ketidak seimbangan atau ketidak adanya persediaan
insulin atau tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya
metabolism (Brunner & Suddarth, 2008). Penyakit diabetes mellitus ini banyak dijumpai di
Amerika Serikat. Penderita diabetes mellitus sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada dan
diabetes mellitus menduduki peringkat ketiga setelah jantung dan kanker Sedangkan di
Indonesia penderita diabetes mellitus ada 1,2 % sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun.
Sehingga diabetes mellitus tercantum dalam urutan nomor empat dari proses prioritas pertama
adalah penyakit kardiovaskuler kemudian disusul penyakit serebro vaskuler, geriatric, diabetes
mellitus, reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus ini dapat menimbulkan berbagai
komplikasi. (Donna D. ignativius, 2013). Dalam proses perjalanan penyakit diabetes mellitus
dapat timbul komplikasi baik akut maupun kronik komplikasi akut dapat diatasi dengan
pengobatan yang tepat antara lain ketoasidosis. Hiperosmolar non ketotik koma dan toksik
asidosis. Sedangkan komplikasi kronik timbul setelah beberapa tahun seperti mikroangiopati,
neuropati, nefropati dan retinopati dan makro angiopati kardiovaskuler dan peripheral vaskuler
(Brunner & Suddarth, 2008). Perawatan secara umum untuk penderita diabetes mellitus diit,
olah raga, atau latihan fisik dan obat hiperglikemia (anti diabetic) dan untuk olah raga atau
latihan fisik yang dianjurkan pada penderita diabetes mellitus itu meliputi latihan ringan yang
dapat dilakukan ditempat tidur untuk. penderita di rumah sakit latihan ini tidak memerlukan
persiapan khusus cukup gerak ringan diatas tempat tidur kurang lebih 5 sampai 10 menit
misalnya menggerakkan kedua tangan, ujung jari, kaki dan kepala. Selain itu bisa dilakukan
senam, senam ini harus disertai dengan kemampuan yang harus disesuaikan dengan
kemampuan kondisi penyakit penyerta (Brunner & Suddarth, 2008). Angkakejadian yang ada
Rumah Sakit dr. Soetarto Yogyakarta terdapat 10 kasus dalam bulan Juni tahun 2018. Perawat
memiliki peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah
satu peran penting seorang perawat adalah sebagai Educator, dimana pembelajaran
merupakan dasar dari Health Education yang berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan
tingkat pencegahan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat dapat
menekankan pada tindakan keperawatan yang berorientasi pada upaya promotif dan preventif.
Maka dari itu, peranan perawat dalam penanggulangan Diabetes Melitus yaitu perawat dapat
memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga dalam hal pencegahan penyakit,
pemulihan dari penyakit, memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan seperti diet
untuk penderita Diabetes Melitus. Manfaat pendidikan kesehatan bagi keluarga antara lain
meningkatkan pengetahuan keluarga tentang sakitnya hingga pada akhirnya akan
meningkatkan kemandirian keluarga (Sutrisno, 2013).
B. TUJUAN PENULISAN :
1. Tujuan umum
Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan
keperawatan Ny.N dengan Diabetes Melitus di Ruang aster RSUD dr Chasbullah abdul
masjid tingkat 2
2. Tujuan khusus
Penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam:
a. Melaksanakan Asuhan keperawatan Ny .P dengan Diabetes
Melitus di Ruang aster RSUD dr chasbullah abdul majid kota bekasi tingkat 2
dengan menerapkan proses keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
C. METODE PENULISAN
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskripsi yaitu
pemaparan kasus yang bertujuan untuk memecahkan masalah dimulai dengan tahap
pengkajian sampai pendokumentasian berdasarkan pendekatan proses keperawatan
yang selanjutnya dianalisa dan berakhir pada penarikan kesimpulan. Penjelasan yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data primer dengan cara:
1) Wawancara (komunikasi). Wawancara yang dilakukan dalam tahap pengkajian
untuk memperoleh data subjektif yaitu mengenai keluhan pasien, riwayat pasien,
pola aktivitas, pola makan, diet Diabetes
Melitus yang dilakukan, asuhan keperawatan yang sudah
terlaksana dan yang belum terlaksana, sampai evaluasi.
2) Observasi.
Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku serta keadaan
pasien yang menderita Diabetes Melitus untuk memperoleh data berupa data
objektif seperti klien tampak lemas, dan lain lain.
3) Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengumpulkan data penderita
Diabetes Melitus dengan melakukan tehnik pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien Diabetes Melitus
meliputi:
a) Keadaan umum: kesadaran, peningkatan pola bicara, tandatanda vital: kenaikan
tekanan darah, suhu dingin
b) Pemeriksaan mata: gangguan penglihatan
c) Pemeriksaan leher: kaku kuduk
d) Pemeriksaan dada: nafas pendek, perubahan irama jantung,
takipnea
e) Pemeriksaan ekstremitas atas, ekstremitas bawah, dan
persendian: adanya edema, gangguan koordinasi, cara jalan.
b. Pengumpulan data sekunder
1) Studi dokumentasi.
Dengan mempelajari catatan kesehatan pasien yang terdahulu dan
hasil pemeriksaan penunjang lain di dalam status pasien dalam
rekam medis diRuang aster RSUD dr chasbullah abdul majid
E. RUANG LINGKUP
1. Lingkup mata ajar
Asuhan keperawatan Ny.P ruang aster RSUD dr chasbullah abdul majid kota bekasi tingkat 2
dengan Diabetes Melitus di Ruang ini merupakan bagian dari mata ajar keperawatan dasar
2. Lingkup waktu
Asuhan keperawatan Ny. P ruang aster RSUD dr chasbullah abdul majid kota bekasi tingkat 2
dengan Diabetes Melitus di Ruang ini merupakan bagian dari mata ajar keperawatan dasar
hari yaitu mulai tanggal 28 november - 16 desember 2022
3. Lingkup kasus
Asuhan keperawatan Ny.p dengan Diabetes Melitus di ruang aster di Ruang aster RSUD dr
chasbullah abdul majid kota bekasi .ini penulis menggunakan atau menerapkan proses
keperawatan yang meliputi pengakjian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi keperawatan. Kasus dalam karya tulis ilmiah ini digambarkan tentang penyakit tidak
menular yaitu penyakit Diabetes Melitus.
4. Lingkup tempat
Asuhan keperawatan Ny .P dengan Diabetes Melitus di Ruang aster RSUD Ny. P dengan
Diabetes Melitus di Ruang aster RSUD dr chasbullah abdul majid kota bekasi tingkat 2 ini
dilaksanakan RSUD dr chasbullah abdul majid kota bekasi tingkat 2
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu terdiri dari 5
BAB yaitu:
BAB I
PENDAHULUAN
Pada BAB ini diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah
ruang lingkup, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode dan
sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada BAB ini diuraikan tentang tinjauan teori yang terdiri dari asuhan
keperawatan meliputi: pengertian, pengkajian,diagnosa
keperawatan,perencanaan pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan untuk
konsep penyakit meliputi: definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi,
pathway, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi, dan konsep
asuhan keperawatan teoritis.
BAB III
Tinjauan kasus
Pada BAB ini berisi laporan kasus Asuhan keperawatan Ny.p dengan diabetes mellitus di ruang
aster Ny P dengan Diabetes Melitus di Ruang aster RSUD dr chasbullah abdul majid kota bekasi
tingkat 2 yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan
BAB IV
PEMBAHASAN
membandingkan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi keperawatan.
BAB V PENUTUP
Pada BAB ini disampaikan mengenai kesimpulan dan saran dari
penulis terhadap masalah yang ditemukan yang berhubungan dengan
pokok karya tulis ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti ―mengalirkan atau mengalihkan‖
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap
insulin (Corwin, 2009).Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks
yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya
komplikasi makrovaskular dan neurologis (Riyadi & Sukarmin, 2008). Diabetes Mellitus (DM)
adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab,
2008).Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskuler, dan
neuropati (Yuliana elin, 2009).
B. ANATOMI FISIOLOGI
2. Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun
sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah. Pankreas manusia
mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya berdiameter 0,3
mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni selalfa, beta dan delta. Sel
beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah setiap
pulau dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam
sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies satu dengan yang lain. Dalam
sel B , molekul insulin membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan
dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau
agregat seng dari insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B,
kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat
membran. Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini
yang mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin
melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel fenestrata kapiler
untuk mencapai aliran darah. Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel
mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan
somatostatin. Pankreas dibagi menurut bentuknya :
1) Kepala (kaput) yang paling lebar terletak di kanan rongga abdomen, masuk lekukan
sebelah kiri duodenum yang praktis melingkarinya.
2) Badan (korpus) menjadi bagian utama terletak dibelakang lambung dan di depan
vertebra lumbalis pertama.
3) Ekor (kauda) adalah bagian runcing di sebelah kiri sampai menyentuh pada limpa
(lien)
C. Fisiologi Pankreas Pankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai dua fungsi yaitu
sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan sekret
yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat;
sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang memegang
peranan penting pada metabolisme karbohidrat Kelenjar pankreas dalam mengatur
metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-hormon yang disekresikan oleh sel –
sel dipulau langerhans. Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang
merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan
glukosa darah yaitu glukagon. Fisiologi Insulin : Hubungan yang erat antara berbagai
jenis sel dipulau langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung
sekresi beberapa jenis hormone lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi
glukagon, somatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin. Pankreas
menghasilkan :
1) Garam NaHCO3 : membuat suasana basa
2) Karbohidrase : amilase ubah amilum → maltosa
3) Dikarbohidrase : a.maltase ubah maltosa → 2 glukosa
4) Sukrase ubah sukrosa → 1 glukosa + 1 fruktosa
5) Laktase ubah laktosa → 1 glukosa + 1 galaktosa
6) lipase mengubah lipid → asam lemak + gliserol
7) enzim entrokinase mengubah tripsinogen → tripsin dan ubah pepton → asam amino.
D. ETIOLOGI DM
etiologi diabetes mellitus, yaitu : 1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh
a) Faktor genetik : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen
yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor imunologi : Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing
c) Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) Disebabkan oleh kegagalan telative
beta dan resisten insulin. Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui,
faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam
kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap
kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan
sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport
glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut juga
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes
yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul
pada masa kanak-kanak.
PATOFISIOLOGI DM:
Patofisiologi Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu
terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena selsel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup
tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan
dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat
dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga akan menggangu
metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien
dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal
insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi
lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan
dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri
abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani
akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet
dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting. Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama
yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa
akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian,
jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin
dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan
keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes
tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik
(HHNK). Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
F. PATHWAY
Klasifikasi Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert
Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4
kategori utama diabetes didalam (Corwin, 2009), yaitu
Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus tergantung
insulin (DMTI). Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah
tipe I. Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin
dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk
mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum
usia 30 tahun.
Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes Mellitus tak
tergantung insulin (DMTTI) Sembilan puluh persen sampai 95% penderita
diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas
terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan
insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan
kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik
(suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30
tahun dan pada mereka yang obesitas.
DM tipe lain Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik),
obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin.
Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM) Diabetes yang terjadi
pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. 8. Komplikasi
Menurut Sujono & Sukarmin (2008),
komplikasi DM dibagi dalam 2 kategori mayor, yaitu komplikasi metabolik akut dan
komplikasi vaskular jangka panjang :
Komplikasi Metabolik Akut
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah turun dibawah 50-60 mg/dl (2,7-
3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.
Tingkatan hypoglikemia adalah sebagai berikut:
1) Hipoglikemia ringan Ketika kadar glukosa menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin kedalam darah menyebabkan gejala seperti
perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2) Hipoglikemia sedang Penururnan kadar glukosa yang menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Berbagai tanda gangguan
fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala,
vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo,
gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
Hipoglikemia berat Fungsi sistem saraf mengalami gangguan yang sangat berat sehingga
pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemi yang
dideritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan
kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran. Penanganan
harus segera diberikan saat terjadi hipoglikemi. Rekomendasi biasanya berupa
pemberian 10-15 gram gula yang bekerja cepat per oral misalnya 2-4 tablet glukosa yang
dapat dibeli di apotek, 4-6 ons sari buah atau teh manis, 2-3 sendok teh sirup atau
madu. Bagi pasien yang tidak sadar, tidak mampu menelan atau menolak terapi,
preparat glukagon 1 mg dapat disuntikkan secara SC atau IM. Glukagon adalah hormon
yang diproduksi sel-sel alfa pankreas yang menstimulasi hati untuk melepaskan glukosa
D. PENATALAKSANAAN MEDIS :
g). Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3 bulan.
H) C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa.
i) Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat
digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam penelitian
diabetes.
Kriteria Diagnostik Kriteria diagnostik WHO dalam (Mansjoer, A dkk. 2008) untuk Diabetes
Melitus pada orang dewasa yang tidak hamil, Pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
a) Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
b) Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L).
c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post prandial (pp)) > 200 mg/dl
(11,1mmol/L).
Prognosis Menurut (Price & Wilson, 2008), yaitu :
a) Harapan hidup orang yang terkena diabetes pada usia 40 tahun, 5- 10 tahun
kurang dari rata-rata populasi.
b) Serangan jantung adalah komplikasi paling bahaya yang sering menjadi
pembunuh pasien diabetes.
c) Dengan kontrol gula yang teratur dan menjaga gaya hidup serta menjaga
kadar lemak dalam darah secara ketat dapat meningkatkan harapan hidup lebih
tinggi.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
1. Identitas klien, meliputi : Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
2. Keluhan utama a. Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing,
dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala. b. Kondisi hipoglikemi Tremor, perspirasi, takikardi,
palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,
patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit
yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare
kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala,
kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
4. Riwayat kesehatan dahulu DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan
penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid,
thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas, letargi, disorientasi, koma
b. Sirkulasi Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi, kebas,
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia, perubahan
TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas ego Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi. Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar, kesulitan
berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare. Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus
lemah, hiperaktif pada diare.
e. Makanan dan cairan Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. Tanda: kulit
kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton
f. Neurosensori Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan. Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon
menurun, kejang.
g. Kardiovaskuler Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h. Pernapasan Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum. Tanda: pernapsan
cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i. Seksualitas Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
j. Gastro intestinal Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah meringis pada
palpitasi, bising usus lemah/menurun.
k. Muskulo skeletal Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
l. Integumen Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran tiroid,
demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Diagnosa memiliki dua arti, pertama,diagnosis adalah tahap kedua dari proses keperawatan yang
mencangkup analisi data. Kedua,diagnosis adalah label spesifik atau pernyataan yang menggambarkan
tentang status kesehatan klien dan keluarganya. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang
respon individu,keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual
atau potensial. Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan
yang telah di tetapka oleh perawat yang bertanggung jawab. Diagnosis keperawatan adalah respon
individu terhadap ransangan yang timbul dari diri sendiri maupun luar (lingkungan). Sifat diagnosis
keperawatan adalah (1) berorientasi pada kebutuhan dasar manusia (2) menggambarkan respon
individu terhadap proses,kondisi dan situasi (3) berubah bila respon individu juga berubah.Unsur dalam
diagnosis keperawatan meliputi problem/ respons ( P ) ;etiologi ( E) ; dan signs/ symptom ( S ) dengan
rumus diagnosis = P + E + S. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interprestasi
data yang diperoleh dari pengkajian klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang
kesehatan yang nyata atau aktual dan kemungkinan akan terjadi, dimana pengambilan keputusannya
dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat. Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik
tentang respon indivu,keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual dan potensial,di
mana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya,perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga,menurunkan,membatasi,mencegah dan
mengubah status kesehatan klien. Diagnosa keperawatan di tetapkan berdasarkan analisis dan
interpretasi data yang di peroleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan
memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (actual) dan
kemungkinan akan terjadi,di mana pemecahannya dapat dilakukan dalam batasan wewenang perawat.
Diagnosis keperawatan adalah diagnosis yang paling logis terjadi ketika terjadi suatu kondisi medis
tertentu. Tentu saja seorang pasien dengan satu kondisi medis tidak akan mempunyai semua diagnose
keperawatan yang ditampilkan. Pilih hanya diagnosa keperawatan yang di konfirmasikan dengan data
pengkajian. Lebih jauh lagi,daftar yang telah di pilih ini harus telah di pertimbangkan dengan tidak
berlebihan. Mungkin saja terjadi bahwa seorang pasien dengan suatu kondisi medis tertentu akan
mempunyai diagnosa keperawatan yang tidak terdaftar dalam daftar. Karena pasien mewakili respon
manusia yang unik,diagnosa keperawatan tidak dapat diramalkan berdasarkan kondisi medis saja.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN :
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan
keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa
yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).Perencanaan keperawatan adalah
rencana tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan
diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik (Manurung, 2011).
Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai
pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,
memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien (Setiadi, 2012). Menurut Dermawan
(2012),
2. Tujuan Klinik Secara klinik tujuan perencanaan keperawatan adalah merupakan penunjuk dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan, dimana tindakan keperawatan selalu berpedoman pada
perencanaan yang telah dibuat. Tidak ada satu tindakan pun yang keluar dari perencaan, semua rencana
yang ditetapkan merupakan pilihan yang rasional/ilmiah dan benar-benar diperlukan untuk mengatasi
masalah yang terjadi. Perawat harus dapat melaksanakan semua rencana yang telah disusun, kecuali
ada sebab yang dapat dipertanggungjawabkan
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan seorang perawat untuk
membantu seorang pasien terhadap masalah status kesehatan pasien yang dihadapi dengan
baik, yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. tiga kategori dari implementasi
keperawatan (Craven dan Hirnle, 2000) antara lain: a. Cognitive implementations. Yang
merupakan pengajaran atau pendidikan, menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan
kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi,
memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan
keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain. b. Interpersonal
implementations. Yaitu koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan
komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan
dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, dan role model. c. Technical
implementations. Merupakan pemberian perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin
keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien, mengorganisir respon klien yang
abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan. Untuk mencapai
keberhasilan atau kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual),
kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi antar perawat dengan pasien. (Kozier et al., 1995). Dokumentasi pada implementasi
asuhan keperawatan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis yang dapat diandalkan
sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Catatan medis harus
mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang komprehensif, juga layanan yang
diberikan untuk perawatan klien. Adapun hal-hal yang perlu didokumentasikan pada tahap
implementasi asuhan keperawatan ini terdiri atas: ✓ Mencatat waktu dan tanggal pelaksanaan.
✓ Mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa yang dilakukan intervensi tersebut. ✓
Mencatat semua jenis intervensi keperawatan. ✓ Serta memberikan tanda tangan dan nama
jelas perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan intervensi kepada pasien. Implementasi
mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari,
memberikan arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, menyelia dan
mengevaluasi kerja anggota staf, dan mencatat serta melakukan pertukanran informasi yang
relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari klien. Klien mungkin membutuhkan
intervensi dalam bentuk dukungan, medikasi, pengobatan untuk kondisi terbaru, edukasi klien-
keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan dimasa mendatang
F. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan
hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana
keperawatan. Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan keperawatan, apakah asuhan keperawatan
yang dilakukan ke pasien berhasil mengatasi masalah pasien ataukan asuhan yang sudah dibuat
akan terus berkesinambungan terus mengikuti siklus proses keperawatan sampai benar-benar
masalah pasien teratasi.
Macam-Macam Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan ada 2 jenis yaitu:
1. evaluasi formatif evaluasi yang dilakukan segera setelah melakukan tindakan
keperawatan. evaluasi formatif berorientasi pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan yang disebut sebagai evaluasi proses.
2. evaluasi sumatif evaluasi yang dilakukan setelah perawat melakukan serangkan
tindakan keperawatan. evalauasi ini berfungsi menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan. Pada evaluasi ini berorientasi pada masalah keperawatan
yang sudah ditegakan, menjelaskan keberhasilan /ketidakberhasilan, rekapitulasi, dan atau
kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi ini yaitu:
a. tujuan tercapai, jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan
b. tujuan tercapai sebagian, klien menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang
telah ditetapkan
c. tujuan tidak tercapai, klien tidak menunjukan perubahan kemajuan sama sekali atau
dapat timbul masalah baru
Komponen SOAP/ SOAPIER Untuk lebih mudah melakukan pemantauan dalam kegiatan
evaluasi keperawatan maka kita menggunakan komponen SOAP/SOAPIER yaitu:
S : data subyektis
O : data objektif
A : analisis , interpretasi dari data subyektif dan data objektif. Analsisis merupakan suatu
masalah atau diagnosis yang masih terjadi, atau masalah atau diagnosis yang baru akibat
adanya perubahan status kesehatan klien.
P : planning, yaitu perencanaan yang akan dilakukan, apakah dilanjutkan, ditambah atau
dimodifikasi I : implementasi, artinya pelaksanaan tindakan yang dilakukan sesuai instruksi
yang ada dikomponen P E : evaluasi, respon klien setelah dilakukan tindakan. R :
Reassesment, pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan setelah diketahui
hasil evaluasi. Apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi atau
dihentikan. 2.7 Pedoman Pengisian Format Evaluasi Tindakan Keperawatan Pedoman
pengisian format evaluasi adalah sebagai berikut: 1) Masalah keperawatan Tuliskan
masalah keperawatan ( hanya problemnya saja) 2) Tanggal dan jam Tuliskan tanggal,
bulan, tahun dan jam dilakukan evaluasi 3) Komponen catatan perkembangan
SOAP/SOAPIE/SOAPIER Pilih salah satu pendekatan komponen evaluasi. 4) Paraf Tuliskan
nama terang dan paraf yang melakukan evaluasi.
BAB III
KASUS
A. PENGKAJIAN :
I. IDENTITAS :
1. NAMA :NY P
2. UMUR :28 THN
3. JENIS KELAMIN :Perempuan
4. AGAMA :islam
5. SUKU BANGSA : sunda
6. BAHASA : sunda
7. PENDIDIKAN : D3 keperawatan
8. PEKERJAAN :karyawan swasta
9. ALAMAT : harapan jaya 2 blok f 196
DIHUBUNGI
VI. PSIKOSOSIAL :
a) SOSIAL /INTERAKSI : sebelum sakit pasien aktif dalam melakukan kegiatan sosial
tetapi sesudah sakit pasien hanya baringan di tempat tidur
b) Konsep diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan beraktifitas seperti
dulu sebelum sakit
c) Spiritual : sebelum sakit pasien rajin sholat tapi saat sakit pasien jarang
sholat hanya bisa dzikir ditempat tidur
VII. Pola kegiatan sehari hari :
1. Makan :
Frekuensi : 3 x sehari hanya menghabiskan makan 2 x suap sendok makan
Jenis : bubur , pisang , nasi
Diit :
Alergi :
Minum :
Frekuensi :
Jenis :
Alergi :
2. Eliminasi :
Bak : warna : kuning pekat volume : 600 cc
Bab : warna : coklat konsistens:keras
3. Kebersihan diri :
Mandi : 1x sehari
Keramas : 1x sehari
Sikat gigi : 1x sehari
Memotong kuku : 1x seminggu
4. Istirahat dan aktivitas :
Tidur malam : 4 jam jam 23.00 s/d 15.00
Aktivitas : - jenis : -
5. Kebiasaan merokok /alkohol / jamu : jamu haid
VIII. Pemeriksaan fisik :
1. Kesan umum :
2. Tanda tanda vital :
Perkemihan
Masalah kandungan kemih : tidak ada masalah
Produksi urin : 600 ml/hari frekuensi : 3x/hari
Warna : kuning pekat lain – lain………..
Pencernaan
1. mulut dan tenggorokan
a. selaput lendir mulut : lembab
b. lidah : hiperemik
c. ronga mulut : tidak berbau
: gigi bersih
d. tenggorokan : sulit menelan
e. abdomen : nyeri tekan lokasi ulu hati
f. pembesaran hepar : tidak
g. pembesaran lien : tidak
h. asites : tidak
2. masalah usus besar dan rektum/anus
BAB………..X/menit
A. tidak ada masalah
B. obat pencahar : tidak
c. lavemen : tidak
Otot ,tulang dan integumen
1. otot dan tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai ( ROM ) : terbatas
Kemampuan otot
Faktur : tidak
Dislokasi : tidak
Haemotom : tidak
3. integumen
Warna kulit : pucat
Akral : panas
Turgor : elastis
Reproduksi
Perempuan :
Payudara : simetris
Kelamin :
Bentuk : normal
Keputihan : ada
Siklus haid : 20 hari
Endrokin
Faktor alergi : tidak
05 desember 2022
pemeriksaan hasil nilai normal
HEMATOLOGI
darah rutin
leukosit 13,9 ribu/ul 5-10 ribu/ul
eritrosit 4,53 juta/ul 4-5 juta/ ul
hemoglobin 12,2 g/dl 12-14 g/dl
hematokrit 34,3 % 37-47 %
indeks eritrosit
MCV 75,7 FL 82-97
MCH 26,9 pg 27-37 pg
MCHC 35,5 g/dl 32-37 g/dl
Trombosit 329 ribu/dl 150-400 ribu/dl
KIMIA KLINIS
Glukosa darah sewaktu 57- 9 mg/dl 60 -110 mg/dl
Elektrolit
Natrium( NA ) 131 mmol/l 135- 145 mmol/l
Kalium( k ) 3,2 mmol/l 35-50
Clorida( I ) 90 mmol/l 94-111mmol/l
06 desember 2022
KIMIA KLINIK
Gula darah sewaktu 484 mg/dl 60-110 mg/dl
EGFR 134 mg/dl
Ureum 56 mg/dl 20-40 mg/dl
Keratinin EGFR
Keratinin 0,81 mg/dl 0,5-11,5 mg/dl
Kimia klinik
Analisa gas darah
PH 7,632 7,35-7,45
PCO2 20,5 mmhg 35-45
PO2 81,3 mmhg 83-108
O2 saturasi (SO2% ) 97,7% 95-98 %
HCO3 21,9 mmol/l 22-26 mmol/l
+CO2 22,5 mmol/l 22-26 mmol/l
BE EQ 06 mmol/l 23-27 mmol/l
Be blood 2,3 mmol/l -2-3 mmol/l
STD HCO3 ( SBC ) 26,9 mmol/l -2-3 mmol/l
O2 conten 12,4 ml/dl
O2 Cap 12,4 ml/dl
A 260,7 mmhg
AD D02 179,2 mmhg
HB 8,9 g/dl
O2 5,l
L=102 40,0%
TERAPI
Terapi oral
Terapi pariental
A. ASUHAN KEPERAWATAN :
DATA FOKUS
Data objektif :
3. resiko Penyakit kelenjar
Ps tampak bolak balik ke kamar ketidakseimbangan
mandi cairan
Mukosa bibir tampak pucat
Balans cairan
Intake : infus : 1500cc
Minum : 1000 cc
Makan : 50 cc = 2550 cc
Output : bak :1000 cc
Bab : 50 cc
Iwl : 720 cc
Muntah : 50 cc =1880cc
2550-1880cc = +670cc
Data subjektif :
4. Nyeri akut Agen pencedara
Ps mengatakan nyeri pada bagian
ulu hati fisiologis
Ps mengatakan perut nya terasa
panas
5. Data objektif :
Skala nyeri :9
Ps tampak meringis kesakitan
Ps terlihat memegang perut nya
terus
Td :90/60 mmhg
C. DIAGNOSA Keperawatan
Terapeutik:
-berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- fasilitasi istiarat dan
tidur
- pertimbangan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
-jelaskan penyebab,
periode,dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi
meredakan nyeri
-anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
-anjurkan menggunakan
analgetik Secara tepat
- ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
- kolaborasi pemberian
analgetik ,jika perlu
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL PARAF
DX DAN
NAMA
JELAS
05/12/2022 1 memeriksa sirkulasi perifer
R: N : 120/70 mmhg
MenIdentifiksi factor risiko gangguan sirkulasi
R: dm tipe 1
memonitor panas , kemerahan , nyeri atau bengkak pada
ekstermitas
R:nyeri pada bagian ulu hati
Terapeutik :
menghindari pengukuran tekanan darah pada bagian
keterbatasan perfusi
R: mengukur tekanan darah pada tangan sebelah kanan
yang tidak terpasang infus
Edukasi :
06/12/22 2 Observasi :
mengidentifikasi status nutrisi pasien
R: frekuensi makan 3x sehari
1 kali makan menghabiskan ½ porsi makanan
Terapeutik :
melakukan oral hygiene sebelum makan
R: rongga nafs mulut ps tercium segar dan harum
Edukasi :
mengAnjurkan posisi duduk
R: ps mengatakan nyaman dengan posisi semi fowler
07/12/2022 3. Observasi
Terapeutik :
memberikan cairan intavena ,jika perlu
R: cairan RL 500cc /8jam
Kolaboratif :
mengkolaborasi pemberian diuretik,jika perlu
R : Terapi parenteral ondansentral 1mg x3 untuk
menekan mual dan muntah
Nolorapid 1 cell utk obat sedian obat yang mengandung
insulin
11/12/22 4 Observasi:
mengindetifikasi lokasi, karakteristik,durasi , frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
R: nyeri pada bagian ulu hati
Kualitas : perut nya panas dan nyeri seperti ditusuk
tusuk
mengindetifikasi skala nyeri
R: skala nyeri 8
mengindetifikasi skala respon nyeri no verbal
R: ps tampak meringis kesakitan dan memegangi perut
nya
Terapeutik:
memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
R:setelah melakukan teknik relaksasi nyeri pada pasien
berkurang
Edukasi :
menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
R: ps dapat mengetahui skala dan kualitas nyeri
Kolaboratif:
mengkolaborasi pemberian analgetik ,jika perlu
R: terapi obat katerolac 1mg x 2 obat utk mengurangi
nyeri
Ps mengatakan nyeri nya sudah berkurang
EVALUASI KEPERAWATAN :
No Hari /tgl/jam Evaluasi hasil (soap) Paraf dan
Dx nama
jelas
1. 05/12/2022 S: ps mengatakan kepalanya sudah tidak pusing
09.10 lagi
P : intervensi di hentikan
P : intervensi dilanjutkan
17/12/2022 S : ps mengatakan nyeri pada bagian ulu hati
4 15.45 berkurang
P : intervensi dilanjutkan