Makalah Bisnis Model Canvas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BISNIS MODEL CANVAS

CHANNELS

Oleh Kelompok Enam:


NURUL ISTIQAMAH 08320200095
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Sitti Rahbiah, M.Si

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Sengala puji bagi Allah yang telah memberikan kesempatan dan


kemudahan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Dalam penulisan makalah ini banyak pihak yang memberikan
sumbangsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Terima kasih yang tulus
penulis haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah ini Dr. Ir. Sitti Rahbiah,
M.Si yang telah memberikan dukungan kepada penulis berupa penjelasan materi
sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
Banyak hal yang masih perlu diperbaiki dan disempurnakan pada makalah
ini. Namun, penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Untuk saran dan kritik yang membangun penulis sangat mengharapkan
guna penulisan yang lebih baik kedepannya.

Makassar, Oktober 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap bisnis harus memiliki model tersendiri berdasarkan industri yang
ada. Pemahaman tentang bagaimana model bisnis merupakan syarat mutlak
yang harus dilakukan oleh seorang pengusaha (entrepreneur) sebelum
mengembangkan usahanya. Bagi pengusaha yang telah memiliki usaha,
penting baginya untuk segera mengetahui model bisnisnya saat ini dan perlu
mengembangkannya secara terus menerus untuk beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan bisnis untuk kemampuan laba jangka panjang. Model
bisnis menyederhanakan realitas bisnis yang kompleks menjadi elemen-
elemen pokok yang mudah untuk dibuat.
Berbeda dengan business plan yang dibuat dengan sangat rinci padahal
mash banyak asumsi yang belum terbukti, konsep Business Model Canvas
(BMC) membantu pengusaha dalam memahami business plan-nya secara
sederhana. Keunggulan dari BMC adalah kemampuannya dalam
menggambarkan elemen inti dari sebuah bisnis dengan lebih mudah dalam
satu lembar kanvas dan kemudahannya untuk diubah-ubah dengan cepat
dengan melihat implikasinya perubahan suatu elemen pada elemen bisnis yang
lain. Oleh karena keunggulan dari BMC tersebut, alat pembuat model bisnis
ini sangat populer dalam dunia kewirausahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Channels dalam Bisnis Model Canvas?
2. Apa fungsi Channels dalam Bisnis Model Canvas?
3. Apa saja elemen dari Channels?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi Channels.
2. Mengetahui fungsi Channels.
3. Mengetahui elemen yang ada pada Channels.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Business Model Canvas


Menurut Osterwalder & Yves Pigneur (2014) menjelaskan bahwa Business
Model Canvas terdiri dari sembilan blok bangunan bisnis. Blok bangunan ini
berisikan bagian-bagian penting yang menjelaskan tentang bagaimana organisasi
tersebut menciptakan manfaat dan juga mendapat kemanfaatan dari para
pelanggannya. Adapun bagian dalam Business Model Canvas tersebut meliputi
Customer Segment, Value Proposition, Channels, Customer Relationship,
Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partnership dan Cost
Structure.
Business Model Canvas (BMC) ialah suatu kerangka kerja yang
membahas model bisnis disajikan dalam bentuk visual berupa kanvas lukisan,
agar dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah. Model ini digunakan untuk
menjelaskan, memvisualisasikan, menilai, dan mengubah suatu model bisnis, agar
mampu menghasilkan kinerja yang lebih optimal. BMC dapat digunakan untuk
semua lini bisnis tanpa terbatas sektor usahanya. BMC sangat membantu untuk
mempercepat proses analisis kekuatan dan kekurangan bisnis. Dengan mengetahui
kekuatan dan kelemahan, maka analisis kebutuhan dan profit dapat dilakukan
dengan cepat dan efektif.
Manfaat dari Business Model Canvas bisa menjabarkan, menganalisis, dan
merancang secara kreatif dan inovatif dalam upaya membentuk, memberikan, dan
menangkap dimensi pasar dan mendongkrak permintaan dengan cara menginovasi
sebuah nilai. Business Model Canvas ini dipaparkan secara visual berupa suatu
kanvas/gambar sehingga membantu memudahkan untuk dipahami oleh sang
pembaca. Pihak stakeholder perusahaan bisa menyesuaikan bentuk Business
Model Canvas ini sesuai dengan kebutuhan usahanya.
2.2 Definisi Channels
Channels yaitu elemen yang menyatakan bagaimana organisasi
berkomunikasi dengan pelanggan segmennya dan menyampaikan value
proposition-nya. Komunikasi, distribusi, dan saluran penjualan adalah factor-
faktor yang memungkinkan perusahaan berinteraksi dengan pelanggannya.
Channels menggambarkan interaksi dengan pelanggan dan berperan penting
dalam proses yang dialami oleh pelanggan. Channels meliputi cara meningkatkan
kesadaran (awareness), memudahkan pelanggan menilai, membantu pelanggan
membeli produk atau jasanya, menyampaikan produk atau jasanya,dan memberi
bantuan purnajual. Channels adalah wadah untuk berkomunikasi dan menjangkau
pelanggan untuk menyampaikan value proposition yang ditawarkan.
Sedangkan Menurut Kotler dan Keller (2009:106) Channels adalah
sekelompok organisasi yang saling bergantung yang terlihat dalam proses
pembuatan produk atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau dikonsumsi.
Menurut Tjiptono. Fandy (2008:285) Channels merupakan saluran pemasaran
yang dapat diartikan juga kegiatan yang berusaha memperlancar dan
mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
Channels didefinisikan sebagai jalan yang digunakan pelanggan untuk
berhubungan dengan bisnis dan menjadi bagian dari siklus penjualan. Channels
umumnya tercakup dalam rencana pemasaran untuk bisnis. Contoh dari channels
antara lain media sosial, surat elektronik (email marketing), networking, SEM
(Search Engine Marketing), SEO (Search Engine Opmisation), penjualan dan
promosi untuk komisi, iklan sosial, pameran perdagangan, membangun
komunitas, Iklan offline (billboard, TV, radio).
Pertanyaan bagus untuk ditanyakan saat mengidentifikasi channels untuk
menjangkau pelanggan adalah:
a. Bagaimana cara memberi tahu customer segment tentang value proposition
dari bisnis kita?
b. Dimana pelanggan kita?
c. Apakah mereka ada di media sosial?
d. Apakah mereka sedang mengendarai mobil dan mendengarkan radio?
e. Apakah mereka ada di acara atau konferensi?
f. Apakah mereka menonton TV?

2.3 Fungsi Channels


Channels merupakan titik utama pelanggan yang memainkan peranan penting
dalam pengalaman pelanggan. Channels pun melayani beberapa fungsi, yaitu:
a. Menaikan tingkat kesadaran para pelanggan tentang produk dan jasa sebuah
perusahaan.
b. Membantu pelanggan mengevaluasi sebuah value proposition perusahaan.
c. Memungkinkan pelanggan untuk membeli produk dan jasa secara spesifik.
d. Mengirimkan value proposition kepada pelanggan.
e. Menyediakan pelayanan pelanggan pasca pembelian.
2.4 Fase Channels
Osterwalder membagi Channels dalam 5 fase mulai dari pengenalan sampai
pendestribusian yaitu:
1. Fase 1 Awareness
Pada fase awareness (membangun kesadaran) Channels berfungsi untuk
mengenalkan perusahaan kepada pelanggan. Pertanyaan yang perlu diajukan
pada tahap ini adalah “Bagaimana kita dapat memunculkan kesadaran
dikalangan segmen yang disasar mengenai produk/jasa perusahaan kita?”
Contoh Channels untuk membangun awareness adalah iklan. Pengenalan
melalui iklan, dapat berupa visual, audio, maupun audio-visual. Pengenalan
secara visual, dapat menggunakan gambar maupun text. Contoh perkenalan
visual adalah iklan, brosur, spanduk, reklame, kartu nama, buku, jurnal,artikel
dan sebagainya. Contoh pengenalan dalam bentuk audio adalah iklan di radio
atau bentuk suara yang lain. Contoh bentuk pengenalan secara audio visual
adalah iklan di televisi. Mode penyampaian beragam seperti televise, radio,
internet, on-line servise, event, penyampaian lisan, dan masih banyak lagi.
2. Fase 2 Evaluation
Setelah berkenalan, tiba saatnya untuk mempercayai. Fase ini dapat
merupakan fase penjajagan. Kedua belah pihak (perusahaan dan pelanggan)
dapat saling menilai. Pertanyaan yang perlu diajukan pada fase ini adalah:
Apa yang dapat kita lakukan untuk membantu pelanggan mengevaluasi
produk/jasa kita?
Banyak cara untuk menilai:
a. Pengalaman masa lalu
b. Referensi
c. Observasi langsung baik aspek teknis maupun performance
Penilaian menjadi suatu titik penting dalam menindaklanjuti beberapa
fase kemudia. Pengelolaan harus dikelola secara tepat agar pelanggan
maupun perusahaan tidak dirugikan dikemudian hari. Cara menilai perlu
dilakukan tanpa meninggalkan aspek efektivitas dan efisiensi.
3. Fase 3 Purchase
Setelah saling mengevaluasi, tiba saatnya perusahaan dan pelanggan untuk
melakukan proses transaksi. Pada fase ini, tantangannya adalah bagaimana
mengelola agar proses tersebut berlangsung secara efektif dan efisien.
Untuk melakukan transaksi, perusahaan dapat memilih transaksi secara
fisik maupun non fisik. Selain itu, perusahaan juga perlu
mempertimbangkan aspek lokasi, waktu dan mode proses. Transaksi
secara fisik dimungkinkan bila memang pelanggan dan perusahaan
bertemu dan melakukan kontak langsung. Sedangkan proses nonfisik
berlaku kebalikannya, tidak ada kontak langsung. Pertimbangan lokasi
proses mengakomondasi keinginan dan kebutuhan pelanggan untuk tempat
pertemuan. Tempat pertemuan dapat terjadi di took bila menginginkan
kontak langsung maupun di internet bila ingin secara virtual. Kelebihan
adanya took sebagai tempat pertemuan memungkinkan pelanggan dan
perusahaan dapat saling berinteraksi dan memahami. Namun, hal ini sulit
dilakukan bila pelanggan dan perusahaan dipisahkan oleh jarak fisik.
Waktu di sini perlu menjadi pertimbangan tersendiri. Ada kalahnya
pelanggan mempunyai suatu kebutuhan justru di luar jam operasional
perusahaan. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan apakah
perusahaanperlu beroperasi lebih lama dari yang saat ini. Tentu dengan
mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi.
4. Fase 4 Delivery
Setelah proses transaksi, fase berikutnya yang perlu dirancang adalah
Delivery. Delivery adalah pemenuhan “janji” atau pembuktian value
proposition. Dalam fase ini, pelanggan maupu perusahaan masing-masing
mempunyai hak dan kewajiban. Pelanggan berhak mendapatkan
“janji”yang ditawarkan, dan kewajiban untuk menghargai pemenuhan
“janji” tersebut sebagai imbalan. Di lain pihak, perusahaan berkewajiban
memenuhi “janji”yang ditawarkan dalam value propositions, dan berhak
mendapatkan penghargaan. Dalam menetapkan model delivery, aspek
yang perlu dipertimbangkan adalah efektivitas dan efisiensi. Apakah
pelanggan akan membawa sendiri pemenuhan “janji”yang telah
didapatkan atau perusahaan yang akan memberikan pelayanan penuh
sampai pada pengiriman. Pada fase delivery ini, yang perlu juga dirancang
bagaimana pendistribusian penghargaan oleh pelanggan atas “janji” yang
telah diberikan perusahaan.
5. Fase 5 After Sales
Fase akhir dari Channels adalah fase purnajual. Penting bagi perusahaan
untuk memahami bagaimana kondisi dan perasaan pelanggan setelah
mendapatkan “janji” yang ditawarkan. Fase ini akan berhubungan erat
dengan elemen Customer Relationships. Bisa dibilang fase ini merupakan
penentu apakah pelanggan melakukan transaksi ulang dengan perusahaan
atau pelanggan sudah cukup sekali saja. Meskipun demikian fase ini
merupakan fase ini sering dilupakan atau tidak diperhatikan perusahaan.
Padahal pada fase ini dapat menjadi suatu fase evaluasi untuk melihat
apakah pelanggan telah mendapat “janji” sesuai yang ditawarkan.
Kemudahan pelanggan dalam menyampaikan saran maupun keluhan
merupakan saat yang menentukan keberlangsungan hubungan kerja sama
jangka panjang.oleh karena itu, efektivitas dan efisiensi penyampaian
keluhan/saran/ide/masukan perlu didesain dan dikelola dengan baik.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, yaitu membantu pembaca dalam memahami Elemen
Channels dalam Business Model Canvas, membantu pembaca dalam membuat
Elemen Channels Business Model Canvas yang baik dan benar, dan memahami
pentingnya Business Model Canas bagi suatu usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Fandy Tjiptono, 2008. Modul Pelatihan Business Model Canvas. Makassar: Unit
Pengembangan Kewirausahaan dan Bisnis Universitas Hasanuddin &
Inkubator Bisnis Unhas.
Kotler, Keller. (2009). Manajemen Pemasaran. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Osterwalder, Alexander dan Yves Pigneur. 2009. Business Model Generation.

Anda mungkin juga menyukai