Skrip Si
Skrip Si
Skrip Si
Oleh:
ANITA
66070069
Oleh:
ANITA
66070069
Nama : Anita
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan:
v
Motto Dan Persembahan
Motto:
Tanamkan hidup jujur pada diri kita, jujur pada diri sendiri dan orang lain.
Jangan berpikir untuk melakukan yang sempurna tapi lakukanlah yang terbaik
Hidup bahagia dan buatlah orang lain bahagia.
Time are happy, life, study and money.
Apa yang diinginkan pasti akan tercapai asalkan dengan niat yang baik.
Segala sesuatu yang diraih dengan susah payah pasti akan mendatangkan
kebahagiaan.
Dan janganlah takut dengan suatu kegagalan, karena dengan kegagalan akan
datang kesuksesan.
Kupersembahkan Kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya hingga saat ini.
2. Ayahanda Salim dan ibunda Kasilah tercinta yang telah membesarkan dan
mendidikku dengan penuh kasih sayang dan selalu mendo’akan hingga
tercapai cita-citaku.
3. Adik ku tersayang (Ponicah, Tiara) yang telah memberikan semangat dan
membuatku bahagia.
4. Bapak M. Alam dan sekeluarga di malaysia telah yang memberikan motivasi
dan dukungan.
5. Bapak Lukman S.Kep.Ns., MM dan Bapak Yulius Tiranda S.Kep.Ns yang
telah membimbingku dengan penuh kesabaran dan keiklasan hingga
terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini dengan tepat waktu.
6. Seseorang yang telah memberiku motifasi walaupun dengan cara yang aneh.
7. Teman-temanku (ayu, meta, novi, seni, diana, feni, yusi) PSIK khususnya
kelas B dan adit yang selalu menemaniku dalam suka dan duka.
8. Teman-temanku seperjuangan angkatan 2007 dan teman anggota KMB.
9. Almamaterku tercinta.
vi
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Juli 2011
ANITA
ABSTRAK
Nyeri pascabedah abdomen adalah gabungan dari beberapa pengalaman sensori, emosional,
dan mental yang tidak menyenangkan akibat trauma bedah. Walaupun nyeri telah dikelola
dengan baik, pasien masih mengalami nyeri setelah diberikan analgesik. Salah satu cara yang
cocok untuk mengurangi nyeri postoperasi secara non-farmakologi adalah relaksasi napas
dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi napas dalam
terhadap intensitas nyeri pada pasien pascabedah abdomen di IRNA Bedah RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011. Desain penelitian ini adalah pre-ekperimen
dengan rancangan studi one-group, pretest-posttest dengan pendekatan cross sectional pada
49 responden pascabedah abdomen. Relaksasi napas dalam dilakukan selama 1 menit.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling melalui accidental
sampling. Penelitian ini dilakukan pada April sampai dengan Mei 2011. Pengukuran variabel
dilakukan dengan cara Visual Analog Scale (VAS) dikombinasikan dengan Numeric Rating
Scale (NRS). Pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan
karakteristik pasien pascabedah abdomen adalah mayoritas laki-laki (55,1%), rata-rata
berumur 37 tahun, bekerja (55,1%), pendidikan SMA (32,7%), tipe anastesi regional (87,8%),
jenis operasi kolostomi (26,5%), lama operasi 1 jam (49,0%). Mayoritas intensitas nyeri
responden sebelum dilakukan teknik relaksasi napas dalam mencapai nyeri skala 7 (nyeri
berat) sebanyak 42,9% dan setelah intervensi mencapai nyeri skala 5 (nyeri sedang), yaitu
34,7%. Dari hasil uji statistik diperoleh perbedaan yang bermakna antara intensitas nyeri
sebelum dan setelah intervensi. Ada pengaruh yang signifikan sebelum dan setelah teknik
relaksasi napas dalam (p value = 0,000). Hasil penelitian ini bermanfaat bagi praktisi
keperawatan sebagai asuhan keperawatan dalam menigkatkan pengolahan nyeri pascabedah
abdomen. Penelitian perlu adanya lebih lanjut dengan jumlah sampel lebih banyak dan
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nyeri.
vii
HEALTH HIGHT SCHOOL OF MUHAMMADIYAH PALEMBANG
STUDY NURSING PROGRAM
Final Paper, July 2011
ANITA
ABSTRACT
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas
berkat Rahmat dan Ridho-Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan judul
”Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Pasien Pascabedah Abdomen di IRNA Bedah Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2011” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Studi S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Dalam penyusunan Proposal Penelitian ini penulis sangat menyadari bahwa
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan pada Proposal Penelitian ini yang
dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta kekhilafan yang
penulis miliki. Maka dari itu, dengan ikhlas penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat mendidik dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi
yang akan datang.
Penyusun skripsi tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan
serta saran dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ketua STIKES Muhammadiyah Palembang ibu Sri Yulia, S. Kp, M. Kep
2. Ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Palembang ibu
Murbiah, S.Kep, Ns
3. Bapak Lukman, S.Kep, Ns, MM, selaku Pembimbing I pada Proposal Penelitian
ini
4. Bapak Yulius Tiranda, S.Kep, Ns, selaku pembimbing II pada Proposal Penelitian
ini
5. Ibu Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes, selaku penguji dan Pembimbing pada Proposal
Penelitian ini
6. Dan semua pihak yang telah membantu sehingga Proposal Penelitian ini dapat
diselesaikan.
Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya
dan menjadikannya sebagai amal jariyah. Akhirnya semoga Proposal Penelitian ini
dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan kesehatan lingkungan serta
bagi semua yang membacanya, Amin.
ix Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB VI PEMBAHASAN........................................................................... 77
A. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 77
1. Karakteristik Responden ..................................................... 77
2. Hasil Analisis Univariat ...................................................... 78
3. Hasil Analisis Bivariat ........................................................ 83
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
xii
Halaman
Tabel 3.1: Definisi Operasional...................................................................... 47
Tabel 5.1: Jumlah Pegawai di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
2010............................................................................................... 65
Tabel 5.2: Tabel Karakteristik Ruangan Penalitian di IRNA Bedah RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011........................... 69
Tabel 5.3: Karakteristik Responden yang Mengalami Intensitas Nyeri
Pasien Pascabeda Abdomen di IRNA Bedah RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011 ................................ 70
Tabel 5.4: Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Responden Sebelum
dilakukan Teknik Relaksasi Napas Dalam pada Pasien
Pascabedah Abdomen di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2011 ..................................................... 72
Tabel 5.5: Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Responden Setelah
dilakukan Teknik Relaksasi Napas Dalam pada Pasien
Pascabedah Abdomen di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2011...................................................... 73
Tabel 5.6: Skor Skala Intensitas Nyeri Sebelum dan Setelah dilakukan
teknik Relaksasi Napas Dalam pada Pasien Pascabedah
Abdomen di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2011.................................................................. 73
Tabel 5.7: Distribusi Perbandingan Intensitas Nyeri Responden
Menggunakanji Wilcoxon Sebelum dan Setelah diberikan
Teknik Relaksasi Napas Dalam pada Pasien Pascabedah
Abdomen di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2011.................................................................. 75
DAFTAR GAMBAR
xiii
Halaman
Gambar 2.1: Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS ....................... 29
Gambar 2.2: Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) ........................ 29
Gambar 2.3: Skala Deskriptif ......................................................................... 30
Gambar 2.4: Skala Wajah (Face Pain Rating Scale) ...................................... 30
Gambar 2.5: Skala Intensitas Nyeri Deskrif ................................................... 31
Gambar 2.6: Skala Numerik Prasetyo (2010).................................................. 31
DAFTAR BAGAN
xiv
Halaman
Bagan 2.1: Kerangka Teori ............................................................................. 44
Bagan 3.1: Kerangka Konsep ......................................................................... 46
xv
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
cedera, cacat, dan penyakit melalui operasi manual dan instrumental”. Istilah
surgery berasal dari istilah yunani ”khirurgos” yang artinya “mengerjakan dengan
Siswadi, 2009).
penanganan penyakit, injuri, atau kelainan (Lemone dan Burke, 2008 dikutip
Tindakan pembedahan berupa insisi pada kulit, tindakan traumatik pada jaringan
mekanisme inflamasi, dan viseral yang berkontribusi pada rasa nyeri yang terjadi
dua, yaitu minor dan mayor. Bedah minor adalah pembedahan yang sederhana
2
dan resikonya sedikit. Mayoritas bedah minor dilaksanakan dengan menggunakan
anestesia lokal, walaupun anestesi umum juga sering dilakukan. Bedah mayor
adalah pembedahan yang mengandung risiko tinggi untuk pasien. Prosedur bedah
pasca bedah karena pengelolaannya yang belum adekuat. Pallegrini dalam jurnal
kedokteran (1996) dikutip Sari (2008), menyatakan bahwa 60% dinyatakan nyeri
hebat, 25% menyatakan nyeri sedang dan hanya 15% menyatakan nyeri ringan.
lamanya waktu pembedahan, derajat trauma operasi, tipe dan insisi, yang
Tahun 2004 hampir 35 juta pasien yang dirawat di Rumah Sakit Amerika
80% pasien mengalami nyeri pascabedah, 11% sampai 20% mengalami nyeri
hebat. Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ade Mohammad Djoen Sintang,
jumlah pasien yang mengalami pembedahan abdomen tahun 2008 sekitar 1014
pasien, dengan jumlah perbulannya sekitar 80-85 pasien. Jenis bedah abdomen
3
yang dilakukan adalah apendiktomi, laparatomi, perbaikan hernia, dan sectio
Desember tahun 2010 berjumlah 518 pasien dan pada tanggal 1 Januari sampai 10
Maret tahun 2011 berjumlah 113 pasien pascabedah abdomen (RSMH, 2011).
respon berupa nyeri. Rasa nyeri tersebut bisa timbul pada setiap jenis tindakan
operasi, bila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang membahayakan yang
Rasa nyeri yang dialami pasien pascabedah bersifat subyektif dan sangat
bersifat individual, yang artinya tidak ada dua orang yang mengalami rasa nyeri
dengan cara, respon, dan perasaan yang identik pada seorang individu. Stimulus
nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan mental, sedangkan kerusakan
dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individu. Nyeri
faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih
Melzack dan Wall (1965) dikutip Potter dan Perry (2006), mengusulkan
bahwa impuls nyeri dapat di atur atau dapat dihambat oleh mekanisme pertahanan
Koanalgesik.
depresi pernafasan atau sedasi, bahkan bisa membuat orang menjadi mual muntah
mengatasi nyeri bisa menimbulkan reaksi ketergantungan obat, dan nyeri akan
terjadi lagi apabila reaksi obat telah habis (Smeltzer dan Bare, 2002).
dengan baik, kira-kira 70% pasien yang mengalami nyeri akut sedang berlanjut
menjadi nyeri akut hebat setelah dua hari pascabedah. Selain itu juga, survei
mengindikasikan bahwa lebih dari 86% pasien mengalami nyeri sedang ke nyeri
dikutip oleh Harsono, 2009). Oleh karena itu, perlu terapi non farmakologi
(Tamsuri, 2007). Salah satu cara yang cocok untuk untuk menurunkan intensitas
stimulus nyeri dari serabut-serabut saraf yang lain sehingga nyeri menjadi lebih
lambat atau menghambat perjalanan rangsangan nyeri pada sistem saraf pusat.
dilakukan di IRNA Bedah RSUD Dr.H.M. Rabain Muara Enim Tahun 2008.
intervensi 6 (20%), nyeri sedang 18 (60%) sedangkan yang mengalami nyeri berat
tidak nyeri berjumlah 5 (16,7%), nyeri ringan 12 (40%), sedangkan nyeri sedang
pascabedah abdomen.
Pada Pasien Pascabedah Abdomen di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin
B. Rumusan Masalah
pasca bedah. Pengalaman nyeri dipengaruhi banyak faktor dan tidak mudah
6
dipahami, meskipun nyeri telah dikelola dengan baik, kira-kira 70% pasien yang
mengalami nyeri sedang berlanjut menjadi nyeri hebat setelah dua hari
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
setelah dilakukan teknik relaksasi napas dalam di IRNA Bedah RSUP Dr.
Tahun 2011.
intensitas nyeri pada pasien pascabedah abdomen. Sumber data atau responden
dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami nyeri pascabedah abdomen di
IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2011. Pengambilan
sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai 12 Mei Tahun
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu masukan serta acuan
3. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
fase dimulai dan berakhir pada waktu tertentu masing-masing mencakup rentang
1. Fase Pembedahan
Menurut Baradero, Dayrit dan Siswadi (2009), pembedahan di bagi atas tiga
fase yaitu:
a. Fase Praoperatif
Fase praoperatif adalah dimulai ketika keputusan diambil untuk
perawatan selanjutnya.
b. Fase intraoperatif
unit (PACU) atau yang dahulu disebut ruang pemulihan. Dalam tahap ini,
mempercepat penyembuhan.
psikologis.
2. Persiapan Prabedah
Penting sekali untuk memperkecil resiko operasi karena hasil akhir
pembersihan kulit, persiapan diruangan bedah pasien dan persiapan fisik dan
terhadap tindak bedah, dan ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan
operasi.
awal.
memiliki kecemasan yang lebih rendah dan menyatakan rasa sehat secara
e. Ansietas tentang nyeri dan jumlah obat-obatan anti nyeri yang diperlukan
3. Tipe Bedah
a. Lokasi
Tindakan bedah dapat dilaksanakan eksternal atau internal.
sebagainya.
4. Tipe Anestesi
Menurut Potter dan Perry (2006), tipe anestesi ada tiga yaitu:
a. Anestesi Umum
b. Anestesi Regional
c. Anestesi lokal
diinginkan misal adanya sel tumbuh pada kulit atau kornea mata. Anestesi
lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor pada tempat bedah
sehari.
5. Bedah Abdomen
a. Dinding Abdomen
14
Struktur dinding abdomen melindungi organ intra abdomen.
Komposisi lapisan dinding abdomen dimulai dari kulit dan lapisan lemak
yang disebut linea alba, yang merupakan suatu struktur tendinosa. Struktur
b. Bedah Laparatomi
1) Insisi Vertikal
jaringan lebih besar dan kerusakan saraf lebih banyak, sehingga nyeri
2) Insisi Oblik
3) Insisi Transversal
Insisi transversal pada penelitian ini meliputi insisi pfannenstiel.
6. Nyeri Pascabedah
setelah pembedahan adalah hal yang normal. Apabila menunggu sampai nyeri
daerah dari insisi bedah dapat tidak terjadi selama beberapa minggu,
B. Nyeri
1. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
dan Bare, 2002). Menurut Saryono dan Widianti (2010), nyeri merupakan
nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya
perasaan tersebut.
dialaminya.
2. Etiologi
diagnosis medik; menunjukkan adanya ”sesuatu yang tidak baik” pada organ
dibawah lokasi nyeri. Namun, perlu disadari bahwa pada beberapa kasus,
3. Fisiologi
sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan
mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kantung
atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin
atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin,
dua jenis serabut yang bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut
aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal serta sinaps pada dorsal horn.
Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan.
Diantara lapisan dua dan tiga terbentuk substantia gelatinosa yang merupakan
paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus
dan spinoreticular trat (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan
lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya
nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh
pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari
thalamus yang melalui otak tengah dan medula ke tanduk dorsal dari sumsum
2008).
19
yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk
perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari
20
beberapa rute saraf dan akhirnya sampai didalam massa bewarna abu-abu di
medula spinali. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf
2006).
yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk
reaksi.
1) Resepsi
nyeri.
delta yang bermielinasi dan cepat dan serabut C yang tidak bermielinasi21
dan berukuran sangat kecil serta lembut. Serabut A mengirim sensasi yang
fraktus spinotalamus.
2) Persepsi
berbagai area otak, termasuk korteks sensori dan korteks asosiasi (di
kedua lobus parietalis). Pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka
akan terjadi reaksi yang komplek. Persepsi menyadarkan individu dan
3) Reaksi
otak dan thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian
dan respon stress. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri
a. Menurut Smeltzer dan Bare (2002), respon perilaku terhadap nyeri dapat
mencakup:
nyeri).
b. Menurut Meinhart dan Mc. Caffery dikutip Potter dan Perry (2006),
23
mendiskripsikan tiga fase pengalaman nyeri:
Fase ini mungkin merupakan fase yang paling penting, karena fase ini
nyeri tersebut.
Fase ini terjadi ketika Klien merasakan nyeri. Karena nyeri itu bersifat
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini
2006).
24
6. Klasifikasi Nyeri
a. Nyeri Akut
secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi enam bulan
berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari
enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Menurut Tamsuri (2007),
b. Nyeri Kronis
kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu
cedera spesifik (Smeltzer dan Bare, 2002). Menurut Tamsuri (2007), nyeri
lain.
2) Tahap Perkembangan
Usia dan tahap perkembangan seorang merupakan variabel penting
yang akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Dalam hal
nyeri pada individu lansia lebih tinggi karena penyakit akut atau kronis
yang mereka derita. Walaupun ambang batas nyeri tidak berubah karena
26
penuaan, tetapi efek analgesik yang diberikan menurun karena
nyeri yang mereka rasakan akan mengalami penurunan rasa takut dan
1) Usia
takut akan konsekuensi atau tindakan media yang dilakukan dan takut
2) Jenis Kelamin
Seorang laki-laki harus lebih berani sehingga tertanam yang
3) Kebudayaan
4) Makna Nyeri
5) Perhatian
6) Ansietas
menimbulkan ansietas.
7) Keletihan
kemampuan koping.
8) Pengalaman Nyeri
Seseorang dengan pengalaman nyeri akan lebih terbentuk koping
yang baik dibading orang dengan pertama terkena nyeri, maka ankan
mengganggu koping.
9) Gaya Koping
8. Skala Nyeri
mewakili alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya (Potter dan Perry,
Gambar 2.1
Skala Analog Visual (Analog Visual Scale, VAS)
pendekripsi kata. Dalam hal ini klien menilai nyeri dengan menggunakan
skala 0-10. Skala sangat efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri
Gambar 2.2
Skala numerik (Numerical Rating Scale, NRS)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
30
c. Skala Deskriptif
Deskriptor Skale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga
sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama
Gambar 2.3
Skala Deskriptif
terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak
ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat” (Gambar 2.4).
Gambar 2.4
Skala wajah (Face Pain Rating Scale)
31
Gambar 2.5.
9. Penatalaksanaan Nyeri
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Menurut Potter dan Perry (2006), ada tiga jenis analgetik yaitu:
a) Analgesik Non-narkotik
traumatik berat
Morfin Sulfat
1) Bimbingan Antisipasi
2) Biofeedback
3) Hipnosis Diri
Hipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui
sensasi ketidaknyamanan:
6) Kompres
masase mandi air dingin atau panas, penggunaan selimut atau bantal
kerusakan.
35
7) Imobilisasi
mengatasi nyeri.
8) Distraksi
nyeri.
9) Sentuhan Terapeutik
pascaoperasi.
sebagai berikut: pada sistem saraf manusia terdapat sistem saraf pusat
Sistem saraf otonom terdiri dari sitem saraf simpatis dan sistem saraf
demikian relaksasi dapat menekan rasa tegang dan rasa cemas (Sari,
2008).
1. Definisi
38
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002).
2. Tujuan
3. Indikasi
a. Prabedah
b. Pascabedah
a) Duduk
b) Terlentang
abdomen.
5) Keluarkan napas dengan mulut seperti orang bersiul atau perut daapt
berkontraksi.
7) Istirahat.
otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah
maka bertambahnya salah satu aktivitas sistem yang satu manghambat atau
menekan fungsi yang lain. Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat
enkefalin. Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi napas
dalam terletak pada fisiologi sistem syaraf otonom yang merupakan bagian
internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti bradikinin,
41
oksigenasi darah akhirnya menurunkan tonus otot lalu spasme otot tidak menekan
pembuluh darah kemudian darah mampu mengalir dengan lancar dan menurunkan
kecepatan metabolisme otot dan menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla
spinalis ke otak tidak dipersepsikan sebagai nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002).
a. Relaksasi otot
c. Relaksasi meditasi
d. Relaksasi yoga 42
e. Relaksasi hipnosis
f. Relaksasi religius
(Firman, 2011).
D. Penelitian Terkait
Menurut Harsono (2009), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-
abdomen adalah jenis kelamin (P value = 0,005), letak insisi (P value = 0,0005),
coefficient beta 0,501). penelitian ini dilakukan di RSUD Ade Mohammad Djoen
nyeri pada pasien post operasi fraktur femur di Rumah Sakit Karima Utama
Surakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 pasien yang akan dibagi
eksperimen dan kelompok kontrol sebagian besar mengalami nyeri hebat, tingkat
mengalami nyeri sedang dan ringan sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata
mengalami nyeri hebat dan pasien pasca operasi fraktur femur di Rumah Sakit
Karima Utama Surakarta. Ada pengaruh yang signifikan teknik relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien pasca operasi fraktur femur antara
menurunkan nyeri post perawatan luka operasi pada anak. Penelitian ini
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang dilakukan perawatan luka
operasi yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Acah dan Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh. Sampel yang digunakan
pada anak yang dilakukan terapi relaksasi nafas dalam dengan meniup baling-
baling pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Penurunan yang cepat
44
terjadi pada kelompok intervensi 1 jam setelah dilakukan perawatan luka operasi
(p value = 0,001) dengan rata-rata perbedaan skala nyeri 2,29, standar deviasi
1,105. Usia anak, jenis kelamin, dan jenis pembedahan tidak berpengaruh
E. Kerangka Teori
Prabedah
Pembedahan
perioperatif
(Smeltzer dan Bare, Intrabedah Tipe anestesi
2002; Bradero, Dayrit
dan Siswadi, 2009)
Pascabedah
Bradero,
Dayrit dan
Siswadi, 2009)
- Bedah
abdomen
- Apendiktomi Nyeri
- Laparatomi dll. Potter dan Perry, 2006;
(Smeltzer dan Smeltzer dan Bare, 2002;
Bare, 2002; Tamsuri, 2007; Sari, 2008;
Bradero, Dayrit Harsono, 2009; Saryono
dan Siswadi, dan Widianti, 2010; Corwin,
2009) 2001; Mubarak dan
Cahyatin, 2008; Hidayat,
2008)
merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat
secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas
dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
pembebasan mental dan fisik dari tekanan dan stres. Dengan relaksasi klien dapat
46
Teknik relaksasi
napas dalam
Keterangan:
47
: Diteliti
: Tidak diteliti
B. Definisi Operasional
dari sesuatu yang didefinisikan. Karakteristik yang dapat diamati (diukur) yang
Skala
Definisi Cara Hasil
Variabel Alat Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
48
C. Hipotesis Penelitian
Ha: Ada pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap intensitas nyeri pada
Ho: Tidak ada pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap intensitas nyeri
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pretest-postest (Pra-pasca test dalam satu kelompok) secara kuantitatif. Ciri dari
2009).
Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:
tentang teknik relaksasi napas dalam yang baik pada post operasi. Pada pretest
50
dan posttest dilakukan pengukuran intensitas nyeri pada pasien pascabedah akut
abdomen dengan menggunakan skala intenstitas nyeri Visual Analog Scale (VAS)
yang dikombinasikan dengan Numeric Rating Scale (NRS), skala yang digunakan
adalah 0-10. 49
B. Variabel Penelitian
Pengukuran variabel pada penelitian ini menggunakan skala Numerik; rasio selain
nilai mutlak atau nol pada skala rasio, berarti ada nilai mutlak untuk mengatakan
bahwa beberapa objek tidak mempunyai properti untuk diukur (Hamid, 2008).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
2007). Pada tahun 2010 terdapat 518 pasien pascabedah abdomen di IRNA
Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Pada penelitian ini yang
menjadi populasi adalah seluruh objek peneliti atau objek yang akan diteliti
2. Sampel
secara Accidental ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang
tanggal 28 April sampai 12 Mei tahun 2011. Pada tahun 2010 terdapat 518
43
2
n = 1+43 ( 0 , 01 )
43
n = 1+43 ( 0 , 0001 )
43
n = 1+0 , 0043
43
n = 1,0043
n = 42,8
n = 43 Responden
52
Keterangan:
n = Besar sample
d = Presisi (0,01)
ditetapkan.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
53
b. Kriteria Eksklusi
Adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel
2. Waktu Penelitian
Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang dikumpulkan
sendiri oleh peneliti dengan cara observasi dan wawancara terhadap intensitas
54
nyeri pada pasien pascabedah abdomen di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Tahun 2011. Data sekunder yaitu data yang didapat dari
buku status klien untuk mengetahui karakteristik responden, yaitu lama operasi,
a. Mendatangi ruangan IRNA Bedah kelas III RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.
langsung.
berekspansi optimal.
kali.
menit.
F. Pengolahan Data
menghasilkan informasi yang benar, ada empat tahapan dalam pengolahan data
a. Editing
instrumen yang telah diisi dan Ada satu lembar instrumen yang tidak
b. Coding
lain), Lama operasi (1=1 jam, 2=1,5 jam, 3=2 jam, 4=3jam, 5=4 jam),
Intensitas nyeri rentang 1-10, kategori pretest dan posttest (1=Tidak nyeri,
47
c. Processing
Setelah semua isian instrumen terisi penuh dan benar, dan juga sudah
data dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry dari
d. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada
kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dua macam
1. Analisis Univariat
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari
tiap variabel. Untuk data numerik menggunakan nilai mean, median dan
standar deviasi. Hasil analisis univariat ini disajikan dalam bentuk tabel
lalu di narasikan.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilaksanakan untuk mendapat nilai kemaknaan
pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien
Uji t test termasuk dalam uji statistik parametrik yaitu uji yang
dikumpulkan dari dua sampel yang saling berhubungan, artinya bahwa satu
nilai pre test dan rata-rata post test dari satu sampel (Riwidikdo, 2010). Bila
nilai p value < α (0.05), maka Ho ditolak artinya ada pengaruh antara dua
variabel yang diuji dan bila nilai p value > α (0,05), maka Ho diterima artinya
tidak ada pengaruh antara dua variabel yang diuji. analisis data dihitung
dengan memakai uji T dependen dan dua sampel berpasangan dengan derajat
59
berpasangan.
c. Jika tidak memenuhi syarat (sebaran data tidak normal dilakukan lebih
d. Jika variabel baru hasil transformasi mempunyai sebaran data yang normal
e. Jika variabel baru hasil transformasi mempunyai sebaran data yang tidak
60
H. Pengumpulan data
Setelah mendapatkan izin dari institusi pendidikan dan Direktur RSUP Dr.
responden. Data yang didapat dengan cara wawancara dan observasi terhadap
kriteria inklusi di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun
2011. Cara observasi dilakukan pada saat pasien mengeluh nyeri minimal enam
I. Etika Penelitian
dengan cara mengajukan permohonan izin kepada direktur Rumah Sakit dr.
ruangan kepala instalasi bedah untuk meminta persetujuan penelitian bagi pasien-
1. Informed Consent
61
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang akan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
pengumpulan data. Data tersebut diberi kode, yaitu responden 1 diberi kode 1
dan seterusnya.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
62
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
HASIL PENELITIAN
Palembang
1. Sejarah Perkembangan
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Mohammad Hoesin Palembang
terletak di pusat Kota Palembang. Pada mulanya RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang yang dibangun pada tahun 1953 yang dibiayai oleh Pemerintah
Pusat atas prakarsa Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang saat itu dijabat
oleh Dr. Mohammad Ali (Lee Kiat Teng). Pertimbangan untuk membangun
rumah sakit ini karena pada saat itu belum ada rumah sakit yang memadai. Pada
tanggal 3 Januari 1957, rumah sakit ini mulai beroperasi yang dapat melayani
Selatan, Lampung, Jambi dan Bangka Belitung. Pada saat itu RSUP Dr.
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang ditetapkan menjadi salah satu dari 13
menyediakan pelayanan rawat jalan tanpa antri, yaitu di Graha Spesialis, yang
patologi anatomi dan rehabilitas medis akan di tempat kan pada bangunan lain
setelah di renovasi pada tahun 2007, demikian juga pembuatan nya akan di
pembinaan serta penilaian dari tim survei komisi gabungan Akreditasi Rumah
2009 enam belas pelayanan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang telah
memperoleh status terakreditasi. Dan saat ini RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang menjadi Rumah Sakit tipe A dan menjadi rumah sakit terbesar
Dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM) saat ini RSUP Dr.
terdiri dari:
Tabel 5.1
Jumlah Pegawai di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2010
Dari data diatas dapat dilihat bahwa tenaga perawat atau bidan adalah
66
tenaga terbanyak dari keseluruhan Sumber Daya Manusia di RSUP Dr.
adalah tenaga paling sedikit, yaitu (0,05%) dari keseluruhan tenaga di RSUP
2. Visi
Visi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yaitu: ”Menjadi
3. Misi
berkut:
berkualitas tinggi
4. Motto
5. Tujuan
berikut:
67
a. Meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi pada
kepentingan masyarakat.
bidang kesehatan.
c. Menghasilkan tenaga dokter, dokter spesialis dan keperawatan yang
6. Fungsi
berikut:
7. Budaya
antara petugas medis, paramedis dan non medis dengan pasien dan
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang di bawah dan tanggung jawab
langsung kepada direktur medik dan keperawatan. Rumah sakit umum pusat
Dr. Mohammad Hoesin Palembang dibagi dalam beberapa instalasi rawat inap
dan rawat jalan, salah satunya adalah instalasi rawat inap bedah yang
dikepalai oleh kepala instalasi yang terdiri dari sembilan ruangan, yaitu
ruangan kelas bedah D, ruangan kelas bedah E, ruangan kelas bedah F (mata),
ruangan kelas bedah G (ROW), ruang peduli kasih dan ruang THT.
a. Visi
Menjadi IRNA Bedah (Bedah THT dan Mata) yang terbaik dan bermutu
b. Misi
1) Memberikan pelayanan rawat inap bedah (Bedah THT dan Mata) yang
komprehensif.
2) Mempersiapkan tenaga sumber daya manusia yang profesional.
c. Falsafah
d. Motto
keperawatan bedah.
Tabel 5.2
Tabel karakteristik ruangan penelitian di IRNA Bedah RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011
B. Hasil Penelitian
berikut ini.
1. Karakteristik Responden
Tabel 5.3
Karakteristik Responden Yang Mengalami Intensitas Nyeri
Pascabedah Abdomen Di IRNA Bedah RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2011 (n=49)
f %
Jenis Kelamin
- Laki-laki 27 55,1
- Perempuan 22 44,9
Umur (SD)
42,23
Pekerjaan
- Bekerja 27 55,1
Pendidikan
- Tidak Sekolah
- SD 7 14,3
- SMP
- SMA 14 28,6
- Perguruan Tinggi
11 22,4
16 32,7
1 2,0
71
Agama
- Islam
49 100
Lanjutan
Tipe Anastesi Bersambung
- Umum 6 12,2
- Regional 43 87,8
Jenis Operasi
- Laparatomi 5 10,2
- Appendiktomi 12 24,5
- Kolostomi 13 26,5
- Herniotomi 2 4,1
- Ileustomi 3 6,1
- Kelesistektomi 4 8,2
- Dan lain-lain 10 20,4
Lama Operasi
- 1 jam 24 49,0
- 1,5 jam 9 18,4
- 2 jam 11 22,4
- 3 jam 2 4,1
- 4 jam 3 6,1
yaitu kolostomi (26,5%), dan mayoritas lama operasi, yaitu 1 jam (49,0%).
2. Analisis Univariat
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Responden Sebelum
Dilakukan Teknik Relaksasi Napas Dalam DI IRNA
Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2011
7
3
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Intensitas Nyeri Responden Setelah Dilakuka
Teknik Relaksasi Napas Dalam DI IRNA Bedah RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011
Tabel 5.6
Skor Skala Intensitas Nyeri Sebelum Dan Setelah Dilakukan Teknik
Relaksasi Napas Dalam Pada Pasien Pascabedah Abdomen
di IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2011
74
nyeri sebelum intervensi lebih tinggi, yaitu median 7,00, max-min (9-3).
3. Analisis Bivariat
menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test dengan CI 95% yang
uji alternatif.
Tabel 5.7
Distribusi Perbandingan Intensitas Nyeri Responden Menggunakan
Uji Wilcoxon Sebelum dan Setelah Diberikan Teknik Relaksasi
Napas Dalam Pada Pasien Pascabedah Abdomen di IRNA Bedah
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011
f % P value
Intensitas nyeri setelah 46 93,9
intervensi < intensitas
nyeri sebelum intervensi
0,000
Intensitas nyeri setelah 3 6,12
intervensi = intensitas
nyeri sebelum intervensi
Total 49 100
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Hasil Penelitian
kelemahannya yang tidak ada jaminan bahwa ada perubahan setelah post-
treatment, setelah itu penelitian ini hanya untuk mengetahui pengaruh sebelum
1. Karakteristik Responden
perempuan (44,9%). Rata-rata umur responden yaitu 37,69 tahun, dan Standar
Deviasi umur 15,780 tahun. Responden dengan terendah yaitu 19 tahun dan
umur tertinggi yaitu 77 tahun, dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini rata-rata usia dari populasi berkisar antara 33,16 sampai
42,23 tahun. Dengan demikian, dapat diartikan rata-rata usia responden yang
77
yaitu SMA (32,7%). Dengan demikian, dapat diartikan rata-rata tingkat
yang tingkat pendidikannya dibawah SMA. Dan beragama islam (100%). Tipe
anastesi yang digunakan adalah jenis anastesi regional (87,8%) dan jenis
sedikit, yaitu herniotomi (4,1%). Lama operasi responden, 1 jam (49,0%), 1,5
jam (18,4%0, 2 jam (22,4%), 3 jam (4,1%), 4 jam (6,1%). Lama operasi yang
lebih banyak, yaitu 1 jam (49,0%), dan yang paling sedikit, yaitu 3 jam
(4,1%).
79
demikian, intensitas nyeri terbanyak, yaitu intensitas nyeri 7 (42,9%), dan
Tidak ada responden yang mengeluh nyeri sangat berat (skala 10)
dan tidak nyeri (skala 0). Sebelum dilakukan intervensi dari jumlah
menunjukkan nilai 6,69 (95% CI: 6,30-7,09), median 7,00 dengan standar
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harsono
(95% CI: 4,79-5,54), median 5,00 dengan standar deviasi 1,30. Terlihat
antara (4,79-5,54).
(skala 10), dan tidak nyeri (skala 0). Responden yang mengeluh nyeri
ringan (skala 3) sebanyak 8 responden dan nyeri sedang (skala 4-6)
Potter dan Perry (2006); dan Tamsuri (2007), relaksasi otot rangka
maksimal.
Hal ini ada kesamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
anak post perawatan luka operasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
82
Zainoel Abidin Banda Acah dan Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda
dari nilai minimum, yaitu 3 (Nyeri ringan) dan nilai maksimum, yaitu 9
(Nyeri berat), median 7,00 sedangkan skor setelah teknik relaksasi napas
dalam dari nilai minimum, yaitu 3 (Nyeri Ringan), dan nilai maksimum,
83
nyeri. Relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri postoperasi. Adanya
penurunan nilai minimum dari skor sebelum dan setelah intervensi yang
ketegangan otot.
Palembang Tahun 2011. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P value=0,000
<0,05 hal ini menunjukan hipotesis yang diajukan tidak diterima atau ditolak.
atau menghambat perjalanan rangsangan nyeri pada sistem saraf pusat. Salah
satu cara yang cocok untuk untuk menurunkan intensitas nyeri pada pasien
Hal ini ada kesamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ningsih dan Galuh (2009), dari hasil penelitiannya pada 40 pasien yang akan
dibagi menjadi dua kelompok. Ada pengaruh yang signifikan teknik relaksasi
nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien pasca operasi fraktur femur
terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pascabedah abdomen. Hal ini
85
B. Keterbatasan Penelitian
diantaranya yaitu fokus penelitian ini terbatas hanya pada satu wilayah yaitu
IRNA Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang sampel yang diambil
dilakukan operasi tidak terencana ada juga mereka menolak untuk menjadi
mengantuk pada saat intervensi, dan salah satunya ada yang tidak fokus
sehingga hasil yang diinginkan tidak maksimal atau tidak ada penurunan pada
saat setelah intervensi. Latihan relaksasi napas dalam ini tidak dapat dilakukan
BAB VII
Hoesin Palembang Tahun 2011. Dilakukan pada tanggal 28 April sampai 12 Mei,
4. Pengaruh dari teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan tingkat nyeri
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada rumah sakit tentang
asuhan keperawatan.
88
sebagai berikut:
ngantuk.
lain yang mempengaruhi nyeri. Contoh; letak insisi, lama operasi dan
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M., Dayrit, M. W., dan Siswadi, Y. S. (2009). Prinsip & Praktek
Keperawatan Perioperatif, Jakarta: EGC.
Dahlan, M. S. (2004). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: PT. Arkans
Ningsih, A & Galuh, N. (2009). Skripsi thesis “Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur
Femur di Rumah Sakit Karima Utama Surakarta”. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/6424/.
Di akses tanggal 28 Juni 2011.
Potter, P. A. & Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta: EGC.
Prasetyo, S.N. (2010). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha
Ilmu. Riwidikdo, H. (2010). Statistik Untuk Penelitian Kesehatan Dengan
Aplikasi Program R Dan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Sari, K. S. (2008). Skripsi “Efektifitas Teknik Relaksasi Terhadap Tingkat Nyeri Pada
Pasien Pascabedah Abdomen di IRNA Bedah RSUP Dr. H. M Rabain Muara
Enim Tahun 2008”. Palembang: Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Palembang.
Sjamsuhidajat, R & Jong, W.D. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2007). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jilid II. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam.
Lampiran 1
Napas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien pascabedah abdomen di IRNA
Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2011” Yang diteliti oleh:
Nama : Anita
Nim : 66070069
Saya mengerti bahwa penelitian ini sangat penting dan akan dirahasiakan
sehingga dapat digunakan untuk keperluan data saja, semua penjelasan yang telah
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan tidak ada unsur
Peneliti,
( ) ( )
Lampran 2
Pre Test
INSTRUMEN PENELITIAN
Petunjuk Pengisian:
Mohon Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi pertanyaan yang telah disediakan dan
berilah tanda Chek List (√) pada salah satu pilihan yang dianggap sesuai.
a. Nama (Inisial) :
b. Kode :
c. Umur :
Budha Hindu
2. Intensitas Nyeri
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Post Test
INSTRUMEN PENELITIAN
Petunjuk Pengisian:
Intensitas Nyeri
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lampiran 3
OUTPUT KARAKTERISTIK RESPONDEN
Statistics
Jenis
Kelamin Pekerjaan Pendidikan Agama Lama
Responden Responden Responden Responden Tipe Anastesi Jenis Operasi Operasi
N Valid 49 49 49 49 49 49 49
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 27 55.1 55.1 55.1
Perempuan 22 44.9 44.9 100.0
Total 49 100.0 100.0
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur Responden 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%
Descriptives
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bekerja 27 55.1 55.1 55.1
Tidak bekerja 21 42.9 42.9 98.0
6 1 2.0 2.0 100.0
Total 49 100.0 100.0
Pendidikan Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak sekolah 7 14.3 14.3 14.3
SD 14 28.6 28.6 42.9
SMP 11 22.4 22.4 65.3
SMA 16 32.7 32.7 98.0
Perguruan tinggi 1 2.0 2.0 100.0
Total 49 100.0 100.0
Agama Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Islam 49 100.0 100.0 100.0
Tipe Anastesi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Umum 6 12.2 12.2 12.2
Regional 43 87.8 87.8 100.0
Total 49 100.0 100.0
Jenis Operasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laparatomi 5 10.2 10.2 10.2
Appendiktomi 12 24.5 24.5 34.7
Kolostomi 13 26.5 26.5 61.2
Herniatomi 2 4.1 4.1 65.3
Ileustomi 3 6.1 6.1 71.4
Kelesistektomi 4 8.2 8.2 79.6
dll 10 20.4 20.4 100.0
Total 49 100.0 100.0
Lama Operasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 jam 24 49.0 49.0 49.0
1,5 jam 9 18.4 18.4 67.3
2 jam 11 22.4 22.4 89.8
3 jam 2 4.1 4.1 93.9
4 jam 3 6.1 6.1 100.0
Total 49 100.0 100.0
Intensitas
Nyeri Intensitas
Sebelum Nyeri Setelah
Intervensi Intervensi
N Valid 49 49
Missing 0 0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 2 4.1 4.1 4.1
4 2 4.1 4.1 8.2
5 4 8.2 8.2 16.3
6 8 16.3 16.3 32.7
7 21 42.9 42.9 75.5
8 9 18.4 18.4 93.9
9 3 6.1 6.1 100.0
Total 49 100.0 100.0
Intensitas Nyeri Setelah Intervensi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3 8 16.3 16.3 16.3
4 4 8.2 8.2 24.5
5 17 34.7 34.7 59.2
6 13 26.5 26.5 85.7
7 6 12.2 12.2 98.0
8 1 2.0 2.0 100.0
Total 49 100.0 100.0
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Intensitas Nyeri
49 100.0% 0 .0% 49 100.0%
Sebelum Intervensi
Intensitas Nyeri
49 100.0% 0 .0% 49 100.0%
Setelah Intervensi
Descriptives
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 2 4.1 4.1 4.1
Sedang 14 28.6 28.6 32.7
Berat 33 67.3 67.3 100.0
Total 49 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 8 16.3 16.3 16.3
Sedang 34 69.4 69.4 85.7
Berat 7 14.3 14.3 100.0
Total 49 100.0 100.0
Test Statisticsb
Intensitas
Nyeri Setelah
Intervensi -
Intensitas
Nyeri
Sebelum
Intervensi
Z -6.102a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test