HajizahRahmaHarahap2b Makalah Tumbuh Kembang Anak
HajizahRahmaHarahap2b Makalah Tumbuh Kembang Anak
HajizahRahmaHarahap2b Makalah Tumbuh Kembang Anak
DISUSUN OLEH:
P07520122057
RI MEDAN
JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa yang telah memberikan Rahmat
Taufiq hidayahnya sehingga penyusunan dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“stimulasi tumbuh kembang balita dan anak “ yang merupakan salah satu tugas mata kuliah
keperawatan anak.
saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki, hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman serta sumber yang
penyusun miliki. Oleh karena itu, penyusun harapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari semua pihak.
Penyusun berharap mudah mudahn makalah ini dapat bermanfaaat bagi penyusun khususnya dan
para pembaca pada umumnya.
Beberapa dampak akibat dari tumbuh kembang anak yang tidak sesuai dengan usianya diantara
lain dapat menghambat perkembangan otak.
1.2.LATAR BELAKANG
Era globalisasi pada saat ini, orang tua, guru, maupun seluruh elemen masyarakat yang
berada dilingkungan sekitar anak usia dini dituntut untuk memberikan stimulasi yang sesuai
dengan tahapan perkembangan anak. Semakin luas dan terbukanya ilmu parenting yang bisa
diakses oleh orang tua, guru maupun masyarakat membutuhkan panduan yang tepat sebagai
sumber rujukan untuk mendeteksi dan menstimulasi perkembangan anak berdasarkan fakta-fakta
yang ada di lapangan. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk mengembangkan dan
menghasilkan buku stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang anak usia dini berbasis ICT yang
valid dan praktis. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development dengan
model ADDIE dengan prosedur Analisis kebutuhan, desain prototype, pengembangan, dan
implementasi evaluasi. Teknik evaluasi yang digunakan dengan evaluasi Tessmer. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian dari
ahli yaitu ahli materi dan ahli desain media dengan kategori sangat valid dengan persentase
kelayakan masing-masing sebesar 95,45% dan 89,58%, sehingga produk layak untuk dilanjutkan
pada uji coba skala kecil. Sehingga pengembangan buku panduan stimulasi dan deteksi dini
tumbuh kembang anak usia 0-6 tahun sangat valid untuk diujicobakan sebagai buku panduan
guru
dan orang tua dalam menstimulasi dan mendeteksi tumbuh kembang anak usia 0-6 tahun
Perkembangan era milenial seperti sekarang ini banyak melibatkan Information Comunication
and Technology (ICT) bahkan pada dunia pendidikan. Hal yang tadinya hanya dapat dilakukan
secara manual, kini berubah menjadi serba otomatis serta online. harapan yang besar Jika bisa
sekarang ini yang disebut sebagai generasi milenial, orang tua, guru sebagai pendidik dan
masyarakat pada umumnya yang mengakses segala sumber isu melalui ICT khususnya dalam
memperoleh infornasi perihal langkah-langkah, mekanisme dan stimulasi yang seusia dengan
perkembangan usia anak. Stimulasi artinya aktivitas yang membangkitkan atau merangsang
indera penglihatan, suara, sentuhan, rasa, dan bau bayi Anda. Stimulasi bayi bisa membantu
mempertinggi rentang perhatian, memori, keingintahuan, dan pengembangan sistem saraf bayi.
Pemantauan tumbuh kembang anak mencakup pemantauan dari aspek fisik, psikologi,
serta sosial. Sedini mungkin pemantauan bisa dilakukan sang orang tua. Istilah tumbuh
kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda namun saling berkaitan dan sulit buat
persoalan perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun
individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur menggunakan satuan berat
(gram, kilogram), satuan panjang (centimeter, meter),umur tulang, dan ekuilibrium metabolik
pertambahan kemampuan struktur serta fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan
menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang
Deteksi dan Intervensi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan (SDIPP) dilaksanakan secara
komprehensif dan terkoordinasi yang diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga
(orang tua, pengasuh anak, dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi,
dan lembaga swadaya masyarakat) tenaga profesional. Pemantauan tumbuh kembang anak
melalui deteksi dini tumbuh kembang merupakan bagian dari tugas kader Health Integrated
Service (HIS) untuk mendeteksi keterlambatan perkembangan dini pada anak. HIS sebagai salah
satu bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan di bawah Kementerian Kesehatan merupakan
salah satu jenjang paling dasar dalam penyelenggaraan pendidikan dan pemantauan kesehatan
masyarakat ((DEPKES RI, 2018) sehingga sangat penting Stimulasi dan deteksi dini tumbuh
aktivitas merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun supaya anak tumbuh dan
berkembang secara optimal. Setiap anak perlu menerima stimulasi rutin sedini mungkin dan
terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu
serta ayah yang artinya orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota
keluarga lain serta kelompok masyarakat di lingkungan tempat tinggal tangga masing-masing
tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Hal ini sejalan dengan pendapat (María
Rachel Waforda,c, 2021) bahwa stimulasi yang diperoleh dari lingkungan keluarga selama
anak-anak sesuai dengan tahapan usia nya terutama pada aspek sosial dan intelektual akan
menurut Soetjningsih yang menyebabkan dan berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti
latar belakang pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah saudara dan perbedaan jenis
kelamin dalam anggota keluarga, kepribadian ayah/ibu yang dipengaruhi dari latar belakang
budaya, adat istiadat, agama , dan bias disebabkan karena urbanisasi dan kehidupan politik (Eko
Suryani, 2016)
A.Pengertian Tumbuh Kembang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain
diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak sedini mungkin sejak anak masih dalam
kandungan.1 Keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang baik. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara
fisik maupun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh kembang anak, Stimulasi yang
diberikan sejak dini dapat meningkatkan kesiapan anak dalam sekolah dan membantu anak untuk
memaksimalkan potensi dalam hidup mereka (Children & Youth Unit, 2017). Menstimulasi anak
bisa dengan memberikan mainan yang dibuat sendiri oleh orangtua dan anak dengan bahan yang
ada disekitar lingkungan termasuk bahan-bahan bekas pake seperti botol, kertas koran, kardus
bekas kayu, daun-daunan, dan lian-lain.
Tumbuh Kembang adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena petumbuhan ialah
bagian dari perkembangan dan setiap yang tumbuh pastilah berkembang. Setiap manusia akan
tumbuh dan berkembang mulai dari ia di dalam kandungan ibunya sampai ia lahir ke dunia,
manusia akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat signifikan. Apalagi
pada usia golden age atau usia emas yang terjadi pada anak usia dini 0-6 (tahun) merupakan usia
yang sangat menentukan bagaimana anak di masa yang akan mendatang. Setiap betambahnya
usia anak maka akan terjadi perubahan secara simultan pada pertumbuhan dan perkembangan
sehingga dua peristiwa tersebut sangat penting dalam kehidupan anak.
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang baik. Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun
psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh kembang anak.( Amarilisa Dea. Panduan
Skrining Tumbuh Kembang dan PMT Balita. Semarang; 2017.)
Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan anak sehingga disebut golden
age (masa emas) karena perkembangan kecerdasan anak terjadi sekitar 40% dari usia nol sampai
dengan usia empat tahun. Ketrampilan orang tua dalam memberikan stimulasi yang tepat sesuai
dengan tahap perkembangan anak menjadi hal utama jika orang tua menginginkan anaknya
tumbuh optimal dan tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangannya. Anak yang
mengalami hambatan perkembangan seperti seperti terlambat berbicara, terlambat berjalan,
agresi emosi, dan hambatan sosialisasi bukan dikarenakan faktor bawaan, namun lebih
dikarenakan faktor stimulasi dalam pengasuhan.
Perkembangan merupakan proses pematangan secara majemuk yang berkaitan dengan aspek
perubahan atau diferensiasi bentuk atau fungsi termasuk aspek sosial emosional. Menurut
menurut Garina, dkk (2017:4) adalah proses pematangan secara majemuk atau komprehensif
yang berkaitan dengan aspek perubahan atau diferensiasi bentuk atau fungsi termasuk aspek
sosial dan emosional. Sedangkan menurut Darmawan (2019:3) perkembangan adalah
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian. Sependapat dengan Nursalama dikutip
Sunarsih (2018:2-3) perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks, mengikuti pola yang teratur, dan dapat diramalkan sebagai
hasil dari proses pematangan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik,
sedangkan perkembangan berkaitan denganpematangan fungsi organ/individu. Walaupun,
demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.
Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi
biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang, merupakan hasil interaksi berbagai
faktor-psiko-sosisal dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang
memberikan ciri tersendiri pada setiap anak.
Jadi beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa perkembangan adalah proses
pematangan secara majemuk yang berkaitan dengan bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dan mengikuti pola yang teratur.
Menurut Sutterly Donnely dikutip Sunarsih (2018:7) terdapat 10 prinsip dasar pertumbuhan yaitu
sebagai berikut:
Sedangkan menurut Depkes (2016) bahwa proses tumbuh kembang anak juga mempunyai
prinsip-prinsip yaitu sebagai berikut.
a. Perkembangan merupakan proses dari dalam yang terjadi dengan sendirinya, sesuai
dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal
dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan
sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki.
b. Pola perkembangan dapat diramalkan. Terdapat persamaan pola perkembangan bagi
semua anak. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik dan
terjadi berkesinambungan.
E. PATWAY
F. Teori Perkembangan Anak
1) Tahap Oral (dimulai dari Lahir sampai usia 1 Tahun): Selama periode ini, area sensorik mulut
memberikan kepuasan sensual tertinggi bagi bayi dengan melakukan mengisap, menggigit,
mengunyah dan bersuara.
2) Tahap Anal (1 sampai 3 Tahun): Masa balita, tahun kedua dan ketiga kehidupan, jumlah
terbesar kenikmatan sensual diperoleh dari daerah dubur dan uretra dengan buang air besar. Pada
tahap ini iklim disekitar toilet training.
3) Tahap Phallic (3 sampai 6 Tahun): Selama tahap ini, anak- anak menjadi lebih tertarik tentang
alat kelamin dan area sensitif tubuh. Mereka mengenali perbedaan antara jenis kelamin dan
menjadi penasaran tentang perbedaan. Tahap oedipal terjadi pada bagian akhir dari tahap falik,
selama ini anak mencintai orang tua lawan jenis sebagai pemberi kepuasan.
4) Tahap Latensi (6 Tahun hingga Pubertas): Selama tahap ini, anak-anak menguraikan sifat dan
keterampilan yang diperoleh sebelumnya dan juga membentuk hubungan dekat dengan orang
lain seusia dan jenis kelamin mereka sendiri.
5) Tahap Genital (Pubertas sampai Kematian): Selama pubertas, karakteristik sekunder muncul
pada kedua jenis kelamin dengan pematangan sistem reproduksi dan produksi hormon seks
Status gizi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Status gizi yang kurang akan menghambat laju perkembangan yang dialami
individu, akibatnya proporsi struktur tubuh menjadi tidak sesuai dengan usianya yang pada
akhirnya akan berimplikasi pada perkembangan aspek lainnya. (Ridhani N, Prastiwi S,
Nurmaningsih T. hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia pasekolah
Di wilayah kerja posyandu kalisongo kecamatan dau. Nurs News (Meriden). 2017;2(2):71–9.)
b. Perkembangan psikososial
Menurut Erik Erikson, tugas perkembangan psikososial pada usia prasekolah adalah Membangun
Rasa Inisiatif Versus Rasa Bersalah, anak usia prasekolah adalah siswa yang ingin tahu, mereka
sangat antusias mempelajari hal-hal baru. Anak usia prasekolah merasakan suatu perasaan
prestasi ketika berhasil dalam melakukan suatu kegiatan, dan merasa bangga dengan seseorang
yang membantu anak untuk menggunakan inisiatifnya. Anak usia prasekolah ingin
mengembangkan dirinya melebihi kemampuannya, kondisi ini dapat menyebabkan dirinya
merasa bersalah. Tahap pengembangan hati nurani selesai selama periode prasekolah, dan tahap
ini merupakan
benar dan salah. Selama tahap perkembangan sebelumnya, kepercayaan versus ketidak
percayaan, anak-anak hampir sepenuhnya bergantung pada orang lain untuk perawatan dan
keamanan mereka. Selama tahap inilah anak-anak membangun dasar kepercayaan pada
lingkungan
sekitarnya. Namun, ketika mereka maju ke tahap kedua, penting bagi anak-anak kecil untuk
mulai mengembangkan rasa kemandirian dan kontrol pribadi.
Sukses dan Gagal pada tahap selanjutnya, sangat ditentukan sukses di tahap ini. Sedangkan
apabila gagal akan menghasilkan rasa bersalah. Apa yang dimaksud Erikson dengan rasa
bersalah? Pada dasarnya, anak-anak yang gagal mengembangkan rasa inisiatif pada tahap ini
dapat muncul dengan rasa takut mencoba hal-hal baru. Ketika mereka berupaya langsung
melakukan sesuatu yang dituju, mereka mungkin merasa bahwa mereka melakukan sesuatu
yang salah. Sementara kesalahan tidak dapat dihindari dalam hidup,anak-anak yang sukses
mencapai tahap inisiatif akan memahami bahwa kesalahan terjadi dan mereka hanya perlu
mencoba lagi. Sebaliknya, anak-anak yang mengalami kesalahan akan menafsirkan
kesalahan sebagai tanda kegagalan pribadi, dan mungkin dibiarkan dengan perasaan bahwa
mereka adalah sangat jelek atau buruk (Cherry, 2019).
1. Orang tua mengetahui bahwa anak usia prasekolah belajar mengendalikan diri melalui
interaksi dengan orang lain.
2. Orang tua mulai memberikan informasi pendidikan seks sesuai dengan tingkat
pemahaman anak.
3. Orang tua harus membiasakan membacakan buku cerita untuk anak. (Buku Tumbuh
Kembang anak)
1. Tingkat Pra-konvensional
2. Tingkat Konvensional
Selama tahap reguler, anak-anak fokus pada konformitas dan loyalitas. Terlepas dari
konsekuensinya, mereka menghargai mempertahankan harapan keluarga, kelompok, atau
bangsa. Ketika seseorang diakui sebagai orang yang baik, mematuhi aturan, dan menjaga
ketertiban sosial, itu adalah perilaku yang benar. Tingkat ini dikaitkan dengan tahap
operasional tertentu dari perkembangan kognitif.
3. Tingkat Post-konvensional
Pada tingkat pasca konvensional individu telah mencapai tahap kognitif operasi formal.
Perilaku yang benar cenderung didefinisikan dalam hal hak dan standar individu umum yang
telah diperiksa dan disepakati oleh seluruh masyarakat.
Tahap perkembangan ini dari masa bayi. Pada masa ini anak-anak tidak memiliki konsep
benar atau salah, tidak ada keyakinan dan tidak ada keyakinan untuk memandu perilaku
mereka.
Balita pada dasarnya adalah waktu untuk meniru perilaku orang lain. Anak-anak meniru
gerakan dan perilaku keagamaan orang lain tanpa memahami makna atau makna dari
kegiatan tersebut.
Pada periode ini, perkembangan spiritual sejalan dengan perkembangan kognitif dan
berkaitan erat dengan pengalaman anak dan interaksi sosial. Perilaku yang baik diberikan dan
perilaku yang buruk dihukum.
Ketika anak-anak mendekati masa remaja, mereka akan menyadari akan kekecewaan
spiritual. Mereka menyadari bahwa doa tidak selalu dijawab dan mungkin mulai
meninggalkan keagamaan. atau mengubah beberapa praktik
Remaja menjadi lebih sadar akan emosi, kepribadian, pola, perilaku, ide, pikiran dan
pengalaman diri sendiri dan orang lain. Mereka mulai membandingkan standar agama orang
tua mereka. Konsep diri adalah cara seorang individu
d.Perkembangan Bahasa
2) Langkah-langkah berbicara prabahasa sama untuk semua anak. Refleks, vokalisasi, ocehan,
imitasi suara dan ucapan verbal.
3) Artikulasi atau kemampuan anak mengucapkan kata- kata dengan benar sehingga dipahami
berkembang seiring dengan kemampuan berbahasa. Keterampilan artikulasi membutuhkan
koordinasi lidah dan rahang bawah.
4) Perkembangan kosakata atau semantik, berkembang dari masa bayi sepanjang hidup.
Perkembangan kosakata yang paling dramatis pada usia 18 bulan dan 3 tahun.
5) Seorang anak tunggal mengembangkan bahasa lebih awal daripada mereka yang memiliki
saudara kandung. Anak perempuan belajar bahasa dan berbicara lebih awal daripada anak laki-
laki (Belagavi, 2019
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil berint eraksi dengan
lingkungannya. Secara umum terdapat dua faktor ut ama yang mempengar uhi t umbuh
1. Fakt or genet ik
Fakt or genet ik ini yang menent ukan sif at bawaan anak t er sebut . Kemampuan
anak mer upakan cir i-cir i yang khas yang dit ur unkan dar i or ang t uanya.
2. Fakt or lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yait u suasana di mana anak it u ber ada. Dalam hal ini
lingkungan ber f ungsi sebagai penyedia kebut uhan dasar anak unt uk t umbuh
kembang sej ak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan
menunj ang t umbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kur ang baik
Kebutuhan dasaranakunt ukt umbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3 kebutuhan dasar
yaitu:
- pangan/ gizi
- perawatan kesehatan dasar : imunisasi, pember ian ASI , penimbangan yang teratur
pengobatan
- pakaian
- rekreasi, kesegaran jasmani
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar
untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, atau psikososial.
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal dan sesuai umur nya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihat
an, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat
stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan
tidak mendapat stimulasi.
Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan
anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual (penglihat an), verbal (bicar a),
auditif (pendengar an), takt il (sentuhan) dll dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan- kebutuhan anak sesuai
dengan tahap-tahap perkembangannya. Pada tahap perkembangan awal anak ber ada pada t ahap
sensori motorik. Pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi akan meningkatkan perhatian
anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tert awa-t awa dan menggerak-
gerakkan seluruh tubuhnya.
Tetapi bila rangsangan itu terlalu banyak, reaksi dapat seba;liknya yaitu perhatian anak akan ber
kur ang dan anak akan menangis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara stimulasi tumbuh kembang dan
perkembangan anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Siti yang menjelaskan bahwa stimulasi
tumbuh kembang merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan anak. Stimulasi
adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar individu anak. Stimulasi perkembangan
merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak dan merupakan cikal bakal
proses pembelajaran anak yang berupa mendidik dan melatih. Anak yang mendapat stimulasi
terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang
mendapatkan stimulasi.
Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak mencapai
tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai yang diharapkan. Tindakan ini meliputi berbagai
aktivitas untuk merangsang perkembangan anak, seperti Latihan gerak, bicara, berfikir,
kemandirian, dan sosialisasi. Stimulasi dilakukan oleh orang tua (keluarga) setiap ada
kesempatan atau sehari-hari. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip stimulasi.Lindawati
juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi laju perkembangan,
di antaranya adalah faktor genetik, status gizi, pertumbuhan fisik, lingkungan, dorongan,
motivasi orang tua, dan stimulasi. Stimulasi atau rangsangan terhadap anak untuk
memperkenalkan suatu pengetahuan ataupun keterampilan baru ternyata sangat penting dalam
peningkatan kecerdasan anak. Salah satu bentuk kecerdasan yang harus dikembangkan adalah
stimulasi motorik karena perkembangan motoric anak pada usia balita mengalami perkembangan
yang pesat, terutama motorik kasar. Malnutrisi dan stimulasi yang tidak memadai diidentifikasi
sebagai faktor risiko utama terhadap perkembangan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian,
selain faktor stimulasi tumbuh kembang, faktor status gizi juga berpengaruh terhdap
perkembangan anak balita. Perkembangan anak yang dipengaruhi status gizi dan stimulasi
tumbuh kembang, antara lain, perkembangan keterampilan kognitif, motorik, perilaku sosial,
prestasi sekolah, serta pengembangan psikomotor.
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
a. Gizi
b. Mekanis
c. Zat kimia
d. Endokrin
e. Radiasi
f. Infeksi
g. Kelainan Imunologi
h. Anoksia Embrio
J. Gangguan Tumbuh Kembang Anak yang sering ditemukan
Adanya gangguan bahasa, bicara, Cerebral Palsy, Sindrom Down, Perawakan Pendek, retardasi
Mental, Gangguan Pemusatan Perhatian. Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan
stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara
dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian.
2. Celebral palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh
karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang
tumbuh atau belum selesai pertumbuhannya.
3. Sindrom down
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai
kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih,
perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal, beberapa faktor kelainan jantung
kongetial, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan
keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.
4.Perawakan pendek
Short stature atau perawakan pendek merupakan suatu terminologi mengenai tinggi badan yang
berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi
tersebut. Penyebabnya dikarenakan varisasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom,
penyakit sistemik atau karena kelainan endikrin.
5. Gangguan autisme
Gangguan autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan
sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam.
Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial,
komunikasi, dan perilaku.
6. Retardasi mental
Retardasi mental merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah (IQ < 70)
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan
masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (GPPH) merupakan gangguan dimana anak
mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai hiperaktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Amarilisa Dea. Panduan Skrining Tumbuh Kembang dan PMT Balita. Semarang; 2017.
(Belagavi, 2019)
ac.id/file/dokumen/46JURNAL_LINDAWATI.