Makalah Lengkap Pembelajaran Bipa
Makalah Lengkap Pembelajaran Bipa
Makalah Lengkap Pembelajaran Bipa
”PEMBELAJARAN BIPA”
DISUSUN OLEH :
APRILIA DWI YUSTIKA
1951041021
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi yang terus terjadi semakin meningkatkan perkembangan
berbahasa setiap negara salah satu bahasa yang mengalami perkembangan adalah
bahasa Indonesia, era globalisasi telah menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah
satu bahasa yang diminati oleh orang-orang di dunia. Posisi Indonesia yang
strategis dan perannya di mata internasional menjadikan bahasa Indonesia banyak
dilirik oleh masyarakat dunia. Banyak orang asing yang tertarik untuk
mempelajari bahasa Indonesia. Melihat peluang tersebut, pemerintah di bawah
naungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mendukung adanya
program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Program BIPA ini
diharapkan dapat menaikkan citra positif bangsa Indonesia di mata internasional.
Pembelajaran BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) atau yang di
dalam bahasa Inggris disebut Indonesian Language for Non Native Speakers,
telah mengalami perkembangan yang pesat. Bertambahnya orang asing yang
menjadi peserta belajar atau pembelajar BIPA baik itu yang ada di Indonesia
maupun yang ada di luar negeri menyebabkan semakin pentingnya peran pengajar
dan buku bahan ajar guna terlaksananya pembelajaran BIPA yang praktis dan
efektif.
Pembelajaran BIPA pada dasarnya merupakan suatu proses perilaku belajar
yang mengarah pada pembangkitan dan pengkondisian motivasi peserta didik
untuk mampu menguasai bahasa Indonesia secara baik dan benar. Penguasaan
bahasa Indonesia ini baik meliputi kemampuan penguasaan kosa kata, pengucapan
lafal, tata bahasa, ataupun penguasaan struktur bahasa Indonesia. Berdasarkan
kemampuannya, peserta didik dalam pembelajaran BIPA dapat diklasifikasikan
atas tiga tingkatan, yakni siswa tingkat dasar (pemula), menengah, dan mahir.
Pada pembelajaran BIPA pendekatan, strategi, model, serta media
pembelajaran merupakan hal penting yang harus diperhatikan bagi pengajar.
Sebab hal-hal tersebut akan mampu menyebabkan keberhasilan dalam proses
pembelajaran BIPA. Makalah ini akan menyajikan materi pembelajaran BIPA
1
mulai dari konsep pembelajaran bahasa, hakikat pembelajaran BIPA, BIPA dalam
konteks pembelajaran B2, pendekatan, strategi, model, serta media dalam
pembelajaran BIPA.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud konsep pembelajaran bahasa?
2. Bagaimana hakikat pembelajaran BIPA?
3. Bagaimana BIPA dalam konteks pembelajaran B2?
4. Bagaimana pendekatan dalam pembelajaran BIPA?
5. Apa saja strategi/teknik dalam pembelajaran BIPA?
6. Bagaimana model pembelajaran BIPA?
7. Apa saja media dalam pembelajaran BIPA?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep bahasa, konsep belajar bahasa, dan konsep
pembelajaran bahasa.
2. Untuk mengetahui hakikat pembelajaran BIPA.
3. Untuk mengetahui BIPA dalam konteks pembelajaran B2.
4. Untuk mengetahui pendekatan pembelajaran BIPA.
5. Untuk mengetahui strategi/teknik pembelajaran BIPA.
6. Untuk mengetahui model pembelajaran BIPA.
7. Untuk mengetahui media pembelajaran BIPA.
D. Manfaat
Mampu menambah wawasan ilmu pengetahuan pembaca tentang materi
Pembelajaran BIPA secara lebih mendalam dan saksama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pembelajaran Bahasa
Konsep dasar pembelajaran bahasa adalah berasal dari segi belajar bahasa itu
sendiri. Belajar adalah usaha sadar untuk mengetahui sesuatu. Sementara itu,
bahasa adalah suatu alat komunikasi yang dimiliki manusia yaitu berupa sistem
lambang bunyi yang berasal dari alat ucap atau mulut manusia. Sedangkan,
kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses
mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta
memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai
tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha sistematis yang
memungkinkan terciptanya pendidikan. Sehingga pembelajaran bahasa dapat
diartikan sebagai proses usaha sadar sistematis seseorang atau kelompok untuk
mampu mengetahui dan menggunakan alat komunikasi secara baik.
Dalam pembelajaran, guru mempunyai tugas-tugas pokok antara lain bahwa ia
harus mampu dan cakap merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
membimbing dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, agar para guru
mampu menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya, ia terlebih dahulu
hendaknya memahami dengan seksama hal-hal yang berkaitan dengan proses
pembelajaran.
3
berbeda dengan pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asli. Salah satu
perbedaannya adalah dapat dilihat dari segi pelajar BIPA itu sendiri. Pelajar BIPA
yang telah memiliki bahasa pertama (B1) dan memiliki latar belakang budaya
yang berbeda merupakan salahsatu karakteriktisnya. Tujuan para pelajar BIPA
untuk belajar bahasa Indonesia pun beragam. Ada beberapa pelajar yang hanya
ingin mengerti percakapan praktis saja, misalnya empat keterampilan berbahasa
yaitu membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Usia pelajar BIPA yang
beragam juga mendapat perhatian penuh demi kelancaran proses pembelajaran
BIPA. Hal tersebut berhubungan dengan pendekatan, metode, teknik, dan media.
Pembelajaran BIPA tidak hanya sekedar mempelajari bahasanya saja,
melainkan juga memahami berbagai budaya yang ada di Indonesia. Menurut
Lestyarini (2012: 3) identitas kultural Indonesia sudah seharusnya disertakan
dalam pembelajaran. Dengan mempelajari konteks budaya, kehidupan sosial
masyarakat Indonesia, dan norma-norma sebagai nilai identitas masyarakat,
penutur asing dapat mempelajari karakter Indonesia yang merupakan syarat
mutlak yang harus dilakukan atau dikenal dengan istilah sine qua non untuk
mempelajari bahasa Indonesia. Hal tersebut sangat dimengerti karena bahasa dan
budaya merupakan jati diri masyarakat Indonesia.
Berdasarkan kemampuannya pelajar BIPA terbagi menjadi tiga, yaitu tingkat
pemula, tingkat menengah dan tingkat lanjut. Materi yang diberikan juga berbeda-
beda. Menurut Suyitno (2007: 68-69) materi bahasa yang dikembangkan dalam
pembelajaran BIPA didasarkan pada tingkat kemampuan bahasa Indonesia
pembelajarannya, misalnya untuk pengembangan materi membaca. Untuk tingkat
pemula diberikan bacaan bahasa Indonesia yang sederhana. Bacaan tersebut dapat
diambil dari bacaan majalah anak, buku bahasa Indonesia di sekolah dasar, atau
bacaan yang disusun sendiri oleh pengajar. Pada tingkat menengah diberikan
bacaan bahasa Indonesia yang agak kompleks. Bacaan bagi pelajar tingkat
menengah dan lanjut dapat diambil dari surat kabar atau majalah. Sedangkan
pokok-pokok materi pengembangan budaya yang perlu diajarkan adalah tentang
bagaimana hidup dalam keluarga, berteman, bermasyarakat, dan supan
4
santundalam pergaulan. Tujuannya adalah membekali pelajar BIPA mampu
berbahasa Indonesia sesuai dengan situasi dan kondisi.
5
tanpa direncanakan dan tanpa disadari. Hal ini biasanya terjadi pada masa anak-
anak yang berproses mendapatkan bahasa pertamanya, yakni bahasa ibu.
Pemerolehan bahasa terjadi secara alamiah. Sementara itu, ketika bahasa mulai
dipelajari secara terencana dan penuh kesadaran maka akan terjadi pembelajaran
bahasa (language learning). Proses pembelajaran bahasa dapat terjadi dalam
upaya mendapatkan bahasa kedua atau asing. Biasanya pembelajaran bahasa
kedua dilakukan setelah seseorang menguasai (memperoleh) bahasa pertamanya.
Tema 'pembelajaran bahasa' (language learning) memiliki orientasi makna bahwa
hal tersebut dilakukan secara formal.
BIPA merupakan perwujudan pembelajaran bahasa. Bahasa yang dibelajarkan
adalah bahasa Indonesia. Ada upaya membelajarkan bahasa Indonesia secara
terencana, terarah, dan sengaja. Dalam konteks pembelajaran BIPA, bahasa
Indonesia dibelajarkan pada orang asing yang sudah memiliki bahasa pertama.
Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa kedua atau bahasa asing (ketiga, keempat,
dan seterusnya) bagi pembelajar. Misalnya saja, bagi para pembelajar BIPA di
Indonesia yang berasal dari Thailand Utara. Bahasa Indonesia dapat menjadi
bahasa kedua karena mereka hanya menguasai bahasa Thailand saja sebelumnya.
Bahasa Indonesia dalam pembelajaran BIPA ditempatkan sebagai bahasa asing.
Pembelajar BIPA sudah menguasai bahasa pertamanya dan biasanya mereka
memiliki bahasa lain yang telah dipelajari sebelumnya. Bahasa Indonesia
ditempatkan sebagai bahasa asing dan diperoleh baik secara formal, maupun
informal. Pemerolehan bahasa Indonesia secara formal dapat terjadi ketika
pembelajar berinteraksi dalam masyarakat Indonesia. Sementara itu, pembelajaran
formal dilakukan dalam institusi penyelenggara BIPA yang terselenggara secara
individu (private) ataupun lembaga.
Pembelajaran bahasa Indonesia pada penutur asing, baik secara formal
maupun informal, dalam masyarakat Indonesia menempatkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa asing. Namun demikian, hal ini memudahkan pembelajaran karena
dapat masuk dalam laboratorium bahasa yang sesungguhnya, yaitu masyarakat
pengguna bahasa Indonesia. Pembelajar dapat langsung praktik secara kontekstual
di lingkungan masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini Tentunya
6
menjadi sebuah keuntungan dengan adanya ketersediaan konteks sosial yang
memadai. Tentunya akan berbeda jika pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan
di luar negeri yang akan kesulitan menemukan konteks sosial guna men-
cemplung-kan pembelajar secara langsung untuk menggunakan bahasa Indonesia
secara praktis (Kusmiatun 2016).
7
tingkat kecakapan bahasa Indonesia mereka berada di tingkat dasar, menengah,
dan atas.
Tiga kriteria di atas bisa merujuk pada penilaian internasional model Common
European Framework (CEFR). Acuan CEFR, tentunya, dikontekstualisasikan ke
dalam situasi-kondisi Indonesia sebagai sebuah tempat partikular di mana dan
bagaimana bahasa itu diajarkan.
Hal itu mendandakan bahwa sebagai suatu metode CEFR tak berdiri terpisah
dengan konteks pembelajaran. Karena itu, pertama-tama, proses perelevansian
CEFR dan kondisi sosio-kultural bahasa dilakukan sebelum pembelajaran
berlangsung.Ini dilakukan dalam tahap perencanaan yang niscaya tak final karena
keberlangsungan proses itu bertahap dengan menyesuaikan kontinuitas belajar-
mengajar.
Pokok pikiran imersi bahasa adalah pembelajar melakukan keterbukaan sikap
untuk berani mengalami suatu persitiwa secara empiris. Tuntutan individu ini
menjadi substansi pembelajaran yang tak dimulai dari aplikasi teori, tetapi
cenderung masuk ke dalam situasi-kondisi di lapangan. Meskipun demikian, ia
bukan berarti menihilkan teori, terlebih menegasikannya sebagai variabel tersier,
melainkan mendahulukan praktik ketimbang sekadar berangkat dari teks.
Bila konteks pembelajaran, katakanlah, di Yogyakarta, maka tempat
bersejarah seperti Tamansari, Keraton, Museum Wayang, Malioboro, dan
pelbagai tempat lainnya. Posisi pengajar bisa sekaligus berperan sebagai pemandu
yang menjelaskan tiap sudut dari objek wisata itu.Posisi pengajar bisa sekaligus
berperan sebagai pemandu yang menjelaskan tiap sudut dari objek wisata itu.
Karenanya, ia harus menyadari bahwa proses transfer pengetahuan ihwal
BIPA tak dilakukan melalui pendekatan monolog karena cenderung hanya
“menghegemoni” siswa, bahkan menumpulkan potensi mereka untuk berkembang
secara natural.
Hilangnya batas ruang kelas imersi bahasa meniscayakan kebebasan atara
pengajar dan peserta didik dalam meneroka pembelajaran bahasa, terutama
pemerolehan kosa kata beserta makna kontekstual.
8
Keunikan itu membuktikan betapa terdapat jurang pemisah antara “makna
kamus” dan “makna kontekstual” yang keduanya berkedudukan sama, yakni
sebagai penjelas suatu kata, namun yang kedua itu berkelindan dengan makna
yang telah didekonstruksi masyarakat tertentu.
Pengajaran BIPA akan lebih bermakna jika peserta didik “menyelamkan”
dirinya secara komprehensif ke dalam lingkungan kultural yang menurut
kesadaran linguistik ia “menyatu” dengannya tanpa perantara, kecuali dirinya
sendiri sebagai subjek sekaligus objek yang dikenai peristiwa belajar. Di samping
itu, ia juga bebas memilih dan memilah tema belajar sesuai kebutuhan dan
mengonfirmasi kepada pengajar bila diperlukan. Oleh sebab itu, imersi bahasa
adalah model pembelajaran BIPA yang mengajak peserta didik mandiri dan
bertanggung jawab sekaligus menghargai proses.
9
1) Ekskursi budaya adalah kungjungan dilakukan ke tempat-tempat budaya yang
biasanya dikunjungi oleh banyak orang. Seperti museum, cagar budaya,
padepokan seni, keraton, candi dan sebaginya. Conthnya berkunjung ke keraton
Solo.
2) Ekskursi wisata adalah kunjungan yang dilakukan ke berbagai tempat wisata
yang ada di Indonesia, seperti pantai, desa wisata, dan lain-lain. Contohnya adalah
bersiwata ke daerah Jogjakarta.
3) Ekskursi akademika adalah kegiatan yang bisa dilakukan dengan mengunjungi
sekolah baik jenjang kanak-kanak samapai ke perguruan tinggi. Contohnya adalah
adalah pemelajar BIPA diajak berkunjung ke sekolah taman kanak-kanak, SMP,
SMA hingga ke perguruan Tinggi.
4) Ekskursi sosial adalah mengunjungi tempat-tempat dalam rangkan kegaiatan
sosial, seperti panti asuhan, tempat pembuangan sampah, rumah singgah anak
jalanan, yatim piatu, dan lain sebagainya.
Dalam kaitannya dengan teknik pembelajaran BIPA, ada beberapa hal yang
dikaji, yaitu (1) teknik penyampaian materi, (2) teknik menghadapi pelajar, dan
(3) teknik penciptaan suasana belajar. Teknik penyampaian materi dibagi dalam
tiga tahap, yakni teknik membuka pelajaran, teknik menyampaikan materi baru,
dan teknik menutup pelajaran.
10
alami; memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk meningkatkan kelancaran
berbahasanya; dan memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk mendapat
informasi yang faktual sesuai dengan kebutuhan belajar. Bahasa Indinesia Bagi
Peneutur Asing (BIPA), beberapa model pembelajaran (Rahman,2018: 22-26)
sebagai berikut.
a. Picture and picture, informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan gambar
kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) menguruskna gambar
sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru
menanamkan konsepsesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan
refleksi.
b. Talking stick. pembelajaran ini adalah guru menyiapkan tongkat, sajian materi
pokok, siswa membaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat
dan memberikan tongkat kepada siswa yang kebagian tongkat menjawab
pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru
memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-
refleksi-evaluasi.
c. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) pembelajaran ini adalah
strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu
dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-
cermat, dengan sintaks: survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-
menandai kata kunci. Question dengan membuat pertanyaan (mengapa,
bagaimana, darimana) read dengan membaca teks dan cari jawabannya, recite
dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama) dan
review dengan cara menijnau ulang menyeluruh.
d. Tebak kata, menyebutkan kata-kata tertentu sampai kata yang disebutkan
benar. Penyampaian materi ajar dengan menggunakan kata-kata singkat dalam
bentuk permainan sehingga peserta didik dapat menerima pesan pembelajaran
melalui kartu.
e. Snowball throwing, model pembelajaran yang menggali potensi
kepemimpinan siswa dalam kelompok danketerampilan menjawab pertanyaan
11
yang dipadukan melalui suatupermainan imajinatif membentuk dan melempar
bola saju.
12
Majalah dapat digunakan untuk pengajaran kosakata, membaca,
berbicara, tata bahasa, dan menulis.
h) Sepeti halnya majalah, surat kabar pun kaya akan bahan pembelajarnnya.
Kelebihannya, surat kabar lebih actual daripada majalah karena terbitnya
harian. Surat kabar dapat digunakan untuk mengajarkan kosakata,
membaca, berbicara, tata bahsa, dan menulis.
2. Media Audio
a) Rekaman siaran radio dapat dijadikan bahan pembelajaran karena dapat
melatih kemampuan menyimak. Rekaman acara apa pun dapat dijadikan
bahan pembelajaran dengan syarat hasil rekamanny cukup baik dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Rekaman siaran radio ini dapat dimanfaatkan
untuk pengajaran menyimak, kosakata, berbicara, dan menulis.
b) Kaset apa pun dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran asalkan
memenuhi kriteria rekaman yang baik. Seandainya memilih kaset lagu,
sebaiknya memilih penyanyi yang kualitas vokalnya jelas dan tidak
dibuat-buat. Kaset dapat dimanfaaatkan dalam pengajaran menyimak,
kosakta, berbicara, dan menulis.
3. Media Audiovisual
a) Rekaman siaran televisi merupakan media audio visual yang dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran. Rekaman siaran televise apapun dapat
digunakan asal sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dapat dimanfaatkan
untuk mengajarkan menyimak, membaca, kosakata, tata bahasa, berbicara
dan menulis.
b) Kaset video atau VCD apapun dapat digunakan dalam pembelajaran jika
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pemanfaatan media ini dapat
digunakan dalam pembelajaran menyimak, membaca, kosakata, tata
bahasa, berbicara, dan menulis.
4. Permainan dan Simulasi
a) Screble bahasa Indonesia dapat digunakan untuk pembelajaran, terutama
untuk pembelajaran kosakata.
13
b) Permainan ular tangga dengan dengan modifikasi aturan permainan dapat
digunakan dalam pembelajaran. Permainan ini dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran kosakata dan tata bahasa.
c) Kartu yang dimaksud disini adalah kartu yang berisi kosakata tertentu dan
dibuat oleh guru. Kartu seperti ini dapat digunakan dalam pembelajaran
kosakata dan berbicara.
d) Wayang golek dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran terutama materi
yang berkaitan dengan budaya. Wayang dapat digunakan dalam
pembelajaran kosakata, tata bahasa, berbicara, dan menulis.
e) Pakaian tradisional dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran yang
berkaitan dengan materi budaya.Pembelajaran bicara dan menulis dapat
menggunaakan media ini.
5. Lingkungan Sekitar
Lingkungan sekitar pun ternyata cukup baik dijadikan media pembelajaran.
Pembelajar dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kemampuan menyimak,
kosakata, berbicara, membaca, dan menulis.
1) Sekolah
Segala sesuatu yang ada disekolah dapat dijadikan media pembelajaran yang
baik. Pembelajar dapat meningkatkan kemampuan menyimak, berbicara,
kosakata, dan menulis.
2) Perpustakaan
Perpustakaan merupakan media yang baik terutama untuk pembelajar yang
berstatus siswa atau mahasiswa.
3) Pasar Tradisional
Pasar tradisional dapat di jadikan media pembelajaran untuk materi yang
berkaitan dengan budaya. Media ini dapat dimanfaatkan untuk keterampilan
menyimak dan berbicara.
4) Tempat Wisata
Materi budaya dapat menggunakan tempat wisata sebagai media
pembelajarannya. Media ini dapat mengasah kemampuan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran bahasa dapat diartikan sebagai proses usaha sadar sistematis
seseorang atau kelompok untuk mampu mengetahui dan menggunakan alat
komunikasi secara baik. Pembelajaran BIPA juga menjadikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua bagi orang asing. Menurut Suyitno (2008: 113) tujuan
utama pembelajar asing belajar BIPA adalah tentunya untuk memperlancar
berbahasa Indonesia dan mengenal budaya Indonesia lebih dalam lagi. Dalam
konteks pembelajaran BIPA, bahasa Indonesia dibelajarkan pada orang asing yang
sudah memiliki bahasa pertama. Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa kedua
atau bahasa asing (ketiga, keempat, dan seterusnya) bagi pembelajarnya.
Untuk menciptakan pembelajaran BIPA yang efektif dan berhasil dalam
mendidik peserta didiknya maka diperlukan perhatian khusus terkait pendekatan,
strategi/teknik, model dan media pembelajaran dalam mengajarkan bahasa
Indonesia untuk penutur asing.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan, hal ini
dikarenakan masih kurangnya referensi yang diperoleh oleh penulis dalam
penyusunan makalah. Sehingga penulis mengharapkan materi-materi terkait
pembelajaran BIPA dapat terus berkembang dan menjadi bahan bacaan yang
bermanfaat bagi kita semua.
15
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiatun, Ari. 2016. Mengenal BIPA (Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing)
dan Pembelajarannya. Penerbit K-Media.
Sari, R. D. P., Suwandi, S., & St Y, S. 2017. Ekskursi Sebagai Strategi
Belajar Bahasa Indonesia agi Penutur asing (BIPA) dalam Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA). In Proceedings Education and Languag
International Conference (Vol. 1, No. 1).
Sulistiono. 2013. Model Pembelajaran BIPA.
https://ucubipa.wordpress.com/model-pembelajaran-bipa/
Susanto Felicia, dkk. Tanpa Tahun Terbit. Perancangan Media Pendukung
Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing. 1.
Umar, M. (2018). Metode Ekskursi: Cara Berbeda Belajar Sejarah.
Riwayat: Educational Journal of History and Humanities, 1(2).
Wicaksono, Andri, and Ahmad Subhan Roza. 2015. Teori Pembelajaran Bahasa:
Suatu Catatan Singkat. Garudhawaca.
iii