Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan Mohamad Alif Nugraha (F 111 21 160)
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan Mohamad Alif Nugraha (F 111 21 160)
Tugas Besar Perencanaan Geometrik Jalan Mohamad Alif Nugraha (F 111 21 160)
TUGAS BESAR
Tugas ini diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian mata kuliah
Perancangan Geometrik Jalan pada Program Studi Strata Satu (S-1)
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako
Dikerjakan Oleh:
F 111 21 160
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL (S-1)
UNIVERSITAS TADULAKO
Palu – Sulawesi Tengah
2022/2023
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga kami bisa menyelesaikan
Tugas Besar yaitu Laporan Perencanaan Geometrik Jalan. Adapun tujuan disusunnya
laporan ini adalah sebagai syarat untuk mengikuti ujian mata kuliah Perencanaan
Geometrik Jalan. Saya berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam
pengetahuan kualitas intelektual dalam pemahaman ilmu sipil.
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena hasil kerja keras saya semata,
melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya
laporan ini,
Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk
itu, saya selaku penyusun menerima dengan tangan terbuka semua kritik dan saran
yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Saya berharap semoga
laporan ini bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN ................................................................................................ ( )
5.2 SARAN ............................................................................................................. ( )
PENDAHULUAN
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil (S1)
Universitas Tadulako
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
BAB I
PENDAHULUAN
16) Jarak Pencapaian Kemiringan adalah panjang jalan yang dibutuhkan untuk
mencapai perubahan kemiringan melintang normal sampai dengan kemiringan
penuh.
17) Jalur adalah suatu bagian pada lajur lalu lintas yang ditempuh oleh kendaraan
bermotor (beroda 4 atau lebih) dalam satu jurusan.
18) Jalur Lalu lintas adalah bagian daerah manfaat jalan yang direncanakan
khusus untuk lintasan kendaraan bermotor (beroda 4 atau lebih).
19) KAJI adakah singkatan dari Kapasitas Jalan Indonesia.
20) Kapasitas Jalan adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan
pada suatu bagian jalan pada kondisi tertentu, dinyatakan dalam satuan mobil
penumpang per jam.
21) Kecepatan Rencana (VR) adalah kecepatan maksimum yang aman dan dapat
dipertahankan di sepanjang bagian tertentu pada jalan raya tersebut jika kondisi
yang beragam tersebut menguntungkan dan terjaga oleh keistimewaan
perencanaan jalan.
22) Lajur adalah bagian pada jalur lalu lintas yang ditempuh oleh satu kendaraan
bermotor beroda 4 atau lebih dalam satu jurusan.
23) Lajur Pendakian adalah lajur tambahan pada bagian jalan yang mempunyai
kelandaian dan panjang tertentu untuk menampung kendaraan dengan
kecepatan rendah terutama kendaraan berat.
24) Mobil Penumpang adalah kendaraan beroda 4 jenis sedan atau van yang
berfungsi sebagai alat angkut penumpang dengan kapasitas tempat duduk 4
sampai 6.
25) Satuan Mobil Penumpang (SMP) adalah jumlah mobil penumpang yang
digantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain dalam kondisi jalan, lalu lintas
dan pengawasan yang berlaku.
26) Strip Tepian adalah bagian datar median yang perkerasannya dipasang dengan
cara yang sama seperti pada jalur lalu lintas dan diadakan untuk menjamin
ruang bebas samping pada jalur.
27) Tingkat Arus Pelayanan (TAP) adalah kecepatan arus maksimum yang layak
diperkirakan bagi arus kendaraan yang melintasi suatu titik atau ruas yang
seragam pada suatu jalur atau daerah manfaat jalan selama jangka waktu yang
ditetapkan dalam kondisi daerah manfaat jalan, lalu lintas, pengawasan dan
lingkungan yang berlaku, dinyatakan dalam banyaknya kendaraan per jam.
28) Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas per jam pada
jam sibuk tahun rencana, dinyatakan dalam satuan SMP/jam, dihitung dari
perkalian VLHR dengan faktor K.
29) Volume Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) adalah volume total yang
melintasi suatu titik atau ruas pada fasilitas jalan untuk kedua jurusan, selama
satu tahun dibagi oleh jumlah hari dalam satu tahun.
30) Volume Lalu lintas Harian Rencana (VLHR) adalah taksiran atau prakiraan
volume lalu lintas harian untuk masa yang akan datang pada bagian jalan
tertentu.
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil (S1)
Universitas Tadulako
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
BAB II
KRITERIA PERENCANAAN GEOMETRIK ANTAR KOTA
Tabel 2.3 Dimensi dan Radius putar kendaraan desain sesuai Kelas
Penggunaan Jalan
Gambar 2.2 Alur lapak ban dan badan kendaraan Kecil saat membelok
Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan (2021)
Gambar 2.3 Alur lapak ban dan badan kendaraan Besar saat membelok
Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan (2021)
Tabel 2.5 Penentuan factor-K dan factor-F berdasarkan volume lalu lintas
harian
Faktor-K Faktor-F
VLHR
(%) (%)
>50.000 4-6 0,9 – 1
30.000 - 50.000 6-8 0,8 – 1
10.000 - 30.000 6-8 0,8 – 1
5.000 - 10.000 8 - 10 1,6 - 0,8
1.000 - 5.000 10 - 12 0,6 - 0,8
<1.000 12 - 16 <0,6
Sumber : Pedoman Desain Geometrik Jalan
(Bina Marga, 1997)
RUMIJA
RUMAJA +5.00 m
SELOKAN
RUMAJA
BAHU BAHU
BATAS
RUMIJA
BATAS
JALAN LALU LINTAS
-0.00 m
TA
LU
-1.50 m
BATAS KEDALAMAN RUMAJA
Pagar
Le
re
ng
Rumah
Selokan
Selokan
Bahu
Bahu
Bahu
Bahu
Trotoar Trotoar
Vr
( )² ….. (2.1)
VR 3,6
Jh = T+
3,6 2gf
Dimana :
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal,
ditetapkan 0,35 - 0,55.
d = d1 + d2 + d3 + d4 ….. (2.2)
dimana :
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu reaksi oleh kendaraan yang
hendak menyiap dan membawa kendaraannya yang hendak
membelok ke lajur kanan.
d1 = ( 0,278 . t1 ) + ( V – m + ( at1 /2) ) …..(2.3)
d2 = Jarak yang ditempuh kendaraan yang menyiap selama berada
pada lajur sebelah kanan.
d2 = ( 0,278V . t2 ) ….. (2.4)
d3 = Jarak bebas yang harus ada antara kendaraan yang menyiap
dengan kendaraan yang berlawanan arah setelah gerakan
menyiap dilakukan, diambil 30 - 100 m.
d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang berlawanan arah
selama 2/3 dari waktu yang diperlukan oleh kendaraan yang
menyiap berada pada lajur sebelah kanan atau sama dengan 2/3
d2.
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil (S1)
Universitas Tadulako
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
BAB III
KOMPONEN - KOMPONEN ALINYEMEN
HORIZONTAL DAN VERTIKAL
Syarat pemakaian :
a. Tergantung dari harga v yang ada (design speed)
Misalnya : Untuk Vp = 80 Km/jam
R > 110
# R dicoba dahulu pada gambar pengukuran staking out.
# R dan V dapat dilihat pada daftar II “ Standar Perencanaan
Geometrik Jalan Raya”.
Ls 90Ls
θs = (dalam radian ) atau θs = ( dalam derajat )
2Rc ΠRc
...... (3.5)
Ls .
p= Rc ( 1 - cos θs )
6 Rc ….. (3.6)
Ls²
k= Ls - - Rc sin θs ….. (3.7)
40 Rc²
θc = β – θs ….. (3.8)
Syarat pemakaian : (Ls Min < L < 2Ts) ; (AC > 0 dan Lc > 20)
Ls R P tan 1
2
k
Es
R P Rc
cos 1
2
L 2 Ls
P P'.Ls dan K k '.Ls
Lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral adalah lengkung tanpa busur
lingkaran, sehingga Sc berhimpit dengan titik Cs. Panjang busur
lingkaran Lc = 0 dan θs = 1/2 𝛽.
3.1.2 Trase
1. Penentuan rute/trase jalan adalah penentuan koridor terbaik antara
dua buah titik yang harus dihubungkan.
R1 2
> tikungan gabungan searah harus dihindarkan, ….. (3.12)
R2 3
3.1.5 Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan
yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan
pada saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan VR. Nilai
superelevasi maksimum ditetapkan 10%. Pencapaian superelevasi
sebagai berikut :
a. Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang
normal pada bagian jalan yang lurus sampai ke kemiringan penuh
(superelevasi) pada bagian lengkung.
b. Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear
(lihat Gambar 3.8), diawali dari bentuk normal sampai
awal lengkung peralihan (TS) yang berbentuk pada bagian
lurus jalan, lalu dilanjutkan sampai superelevasi penuh
pada akhir bagian lengkung peralihan (SC).
c. Pada tikungan FC, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear
(lihat Gambar 3.9), diawali dari bagian lurus sepanjang 213 LS
sampai dengan bagian lingkaran penuh sepanjang 113 bagian
panjang LS.
d. Pada tikungan SS, pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan
pada bagian spiral.
TS SC CS ST
e=0%
e
normal
Potongan Melintang
Pada Bagian
Lengkung peralihan
Potongan Melintang
Pada Bagian
Lengkung penuh
1/3 Ls 1/3 Ls
TC e=0% CT
e normal
Rumus umum:
n(b'c) (n 1)Td z
Dimana :
b’ = 2,40 R 2
R2 2 p2
Td = R2 (2 P ) R
Z = 0,105
R
Dimana:
ß = Lebar perkerasan jalan tikungan (m)
Η = Jumlah jalur
b’ = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan (m)
C = Kebebasan samping
- Untuk lebar jalan 6,00 m = 0,8
- Untuk lebar jalan 7,00 m = 1,0
- Untuk lebar jalan 7,50 m = 1,25
Td = Lebar melintang akibat tonjolan kedepan (m)
Z = Lebar tambahan akibat kelainan mengemudi (m)
R = Jari-jari tikungan
vertikal dapat berupa landai positif (tanjakan), landai negatif (turunan) dan
landai nol (datar). Sedangkan untuk bagian lengkung vertikal, dapat berupa:
1. Lengkung vertikal cekung adalah lengkung dimana titik perpotongan antara
kedua tangen berada di bawah permukaan jalan. Panjang lengkung vertikal
cekung harus ditentukan dengan memperhatikan :
a. Bentuk parabola sederhana
b. Jarak penyinaran lampu kendaraan
c. Jarak pandangan bebas di bawah bangunan
d. Kenyamanan pengemudi
e. Keluwesan bentuk
2. Lengkung vertikal cembung adalah lengkung dimana titik perpotongan
antara kedua tangen berada di atas permukaan jalan yang bersangkutan.
Pada lengkung vertikal cembung, pembatasan berdasarkan jarak pandangan
dapat dibedakan atas 2 keadaan, yaitu :
a. Jarak pandangan berada seluruhnya dalam daerah lengkung (S<L)
b. Jarak pandangan berada di luar dan di dalam daerah lengkung (S>L)
L = 2S – 405
A ….. (3.15)
3. Panjang minimum lengkung vertikal ditentukan dengan rumus :
L = A.Y ….. (3.16)
L= S2 ….. (3.17)
405
Dimana :
L = Panjang lengkung vertikal (m),
A = Perbedaan grade (m),
Jh = Jarak pandangan henti (m),
Y = Faktor penampilan kenyamanan, didasarkan pada tinggi obyek
10 cm dan tinggi mata 120 cm.
4. Y dipengaruhi oleh jarak pandang di malam hari, kenyamanan dan
penampilan. Y ditentukan sesuai Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Penentuan faktor penampilan kenyamanan (Y)
Faktor Penampilan
Kecepatan Rencana (Km/Jam)
Kenyamanan (Y)
<40 1,5
40 – 60 3
>60 8
Kelandaian
3 3 4 5 8 9 10 10
Maksimal (%)
TANJAKAN
AWAL
AKHIR
POTONGAN MEMANJANG
30 M 45 M 700 M 50 M 45 M
LAJUR PENDAKIAN
TAMP. ATAS
2
A KAN
TANJ
N 1
JAK A
TAN
POTONGAN MEMANJANG
45 M
PENDAKIAN
AKHIR
AWAL
PENDAKIAN
LAJUR PENDAKAIAN 1
LAJUR PENDAKAIAN 2
TAMP. ATAS
(A1 A2)
V galian/ t imbunan (STA1STA 2) = x Jarak (STA1STA 2)
2
Mulai
Tetapkan Kriteria
1. Kelas / Fungsi Jalan
2. Kendaraan Rencana
3. VR
Buat Beberapa
Alternatif
Trase Jalan
Desain
Bagian Lurus
dan Tikungan
Sesuai Kriteria?
TIDAK
Trase
Jalan
Terpilih
Potongan Melintang
- Lebar Jalan, Lajur Jalan, dan Bahu Jalan
- Pelebaran Jalan ditikungan
Final Desain
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil (S1)
Universitas Tadulako
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Patok Titik Awal Titik Akhir Jrk Awal Jrk Akhir Ditanya (cm) Hasil (m )
A 435,000 430,000 0,000 0,850 0,000 435,000
P1 435,000 430,000 0,000 0,600 0,450 431,250
P2 430,000 425,000 0,000 0,250 0,000 430,000
P3 425,000 420,000 0,000 0,200 0,000 425,000
P4 425,000 420,000 0,000 0,300 0,100 423,333
P5 425,000 420,000 0,000 0,500 0,150 423,500
P6 425,000 420,000 0,000 0,600 0,000 425,000
P7 430,000 425,000 0,000 0,650 0,400 426,923
P8 430,000 425,000 0,000 0,850 0,150 429,118
P9 435,000 430,000 0,000 0,750 0,650 430,667
T1 435,000 430,000 0,000 0,650 0,500 431,154
P10 430,000 425,000 0,000 0,500 0,000 430,000
P11 430,000 425,000 0,000 0,500 0,100 429,000
P12 430,000 425,000 0,000 0,500 0,300 427,000
P13 430,000 425,000 0,000 0,650 0,550 425,769
P14 425,000 420,000 0,000 0,650 0,000 425,000
T2 425,000 420,000 0,000 0,600 0,300 422,500
P15 425,000 420,000 0,000 0,650 0,150 423,846
B 430,000 425,000 0,000 0,650 0,350 427,308
MATA KULIAH
PERANCANGAN GEOMETRIK
JALAN
NAMA TUGAS
PERANCANGAN GEOMETRIK
JALAN
DOSEN PEMBIMBING
DIPERIKSA / ASISTEN
DISETUJUI
KOORDINATOR MATA KULIAH
Vertikal 1:500
Profil Memanjang
Horizontal 1:2000
Segmen A-B
1. Tinggi Kota A = ± 435,000 m
5000
Jarak (d) = 1,700 x = 85 m
100
t1 = 440,000 m t2 = 430,000 m
t1 - t2 10,000
Kelandaian (e) = x 100% = x 100%
d 85,000
= 11,765 % (Perbukitan)
2. Tinggi T1 = ± 431,154 m
5000
Jarak (d) = 2,100 x = 105 m
100
t1 = 440,000 m t2 = 425,000 m
t1 - t2 15,000
Kelandaian (e) = x 100% = x 100%
d 105,000
= 14,286 % (Perbukitan)
3. Tinggi T2 = ± 422,500 m
5000
Jarak (d) = 1,700 x = 85 m
100
t1 = 430,000 m t2 = 415,000 m
t1 - t2 15,000
Kelandaian (e) = x 100% = x 100%
d 85,000
= 17,647 % (Perbukitan)
t1 - t2 15,000
Kelandaian (e) = x 100% = x 100%
d 80,000
= 18,750 % (Perbukitan)
Titik Ketinggian (m) t1 (m) t2 (m) Beda tinggi (m) d (m) e (%) Jenis Medan
A 435,000 440,000 430,000 10,000 85 11,765 (Perbukitan)
T1 431,154 440,000 425,000 15,000 105 14,286 (Perbukitan)
T2 422,500 430,000 415,000 15,000 85 17,647 (Perbukitan)
B 427,308 435,000 420,000 15,000 80 18,750 (Perbukitan)
BAB III
DESAIN TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR METODE MANUAL DESAIN PERKERASAN BINA MARGA TAHUN
2017
Koordinat Jarak
Titik
x y (m)
A 97,750 72,100
500
T1 432,350 443,700
300
T2 510,000 733,450
100
B 593,850 787,900
Jumlah ( Σ ) 900
PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN
Nama Tugas
PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN
Dosen Pembimbing :
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
Disetujui Koordinator
Mata Kuliah :
TITIK
KOORDINAT 1 : 5000
α1 Nama Tugas
PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN
α2 Dosen Pembimbing :
β
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
Disetujui Koordinator
Mata Kuliah :
BESARAN SUDUT
1 : 5000
SKALA 1 : 5000
I-4
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Menentukan Rmin
¤ Tikungan 1 (T1)
Jenis Medan = Perbukitan
Direncanakan kecepatan rencana (Vrenc) = 60 Km/Jam
emaks = 10 %
fmaks = -0,00065 V + 0,192
= -0,00065 ( 60 ) + 0,192
= 0,153 m
2
V
Sehingga, Rmin =
127 (emaks + fmaks)
2
= 60
127 ( 0,10 + 0,153 )
= 112,041 m
Rrencana = 208,250
Rrencana > Rmin
208,250 > 112,041 Ok...!
¤ Tikungan 2 (T2)
Jenis Medan = Perbukitan
Direncanakan kecepatan rencana (Vrenc) = 60 Km/Jam
emaks = 10 %
fmaks = -0,00065 V + 0,192
= -0,00065 ( 60 ) + 0,192
= 0,153 m
2
V
Sehingga, Rmin =
127 (emaks + fmaks)
2
60
=
127 ( 0,10 + 0,153 )
= 112,041 m
Rrencana = 130,250
Rrencana > Rmin
130,250 > 112,041 Ok...!
Jh = Jht + Jhr
Jht = 0,278 (Vr) (t)
2
(Vr)
Jhr =
254 (fm ± L)
Dimana:
Jh = Jarak Pandang Henti
Jht = Jarak dari saat melihat sampai menginjak pedal rem
Jhr = Jarak Penggereman
t = Waktu Reaksi (2,5 detik)
Vr = Kecepatan rencana (Km/Jam)
fm = Koefisien gesekan memanjang perkerasan jalan aspal
L = Kelandaian (%)
+ = Tanjakan
- = Turunan
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 5,8 )
= 48,538 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 48,538
= 90,238 m
2. P1 - P2 L = 5,8 % Penurunan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 5,8 )
= 48,538 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 48,538
= 90,238 m
3. P2 - P3 L = 5,8 % Penurunan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 5,8 )
= 48,538 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 48,538
= 90,238 m
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 5,8 )
= 48,538 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 48,538
= 90,238 m
5. P4 - P5 L = 2,6 % Tanjakan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 + 2,6 )
= 37,695 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 37,695
= 79,395 m
6. P5 - P6 L = 2,6 % Tanjakan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
= ( 60 )2
254 ( 0,35 + 2,6 )
= 37,695 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 37,695
= 79,395 m
7. P6 - P7 L = 2,6 % Tanjakan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 37,695
= 79,395 m
8. P7 - P8 L = 2,6 % Tanjakan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 + 2,6 )
= 37,695 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 37,695
= 79,395 m
9. P8 - P9 L = 2,6 % Tanjakan
Vr = 60 km/jam
fm = Bina Marga menetapkan nilai fm untuk jarak pandang henti ( 0,35 - 0,55 )
(dipilih 0.35)
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 37,695
= 79,395 m
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 + 2,6 )
= 37,695 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 37,695
= 79,395 m
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 2,9 )
= 44,153 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 44,153
= 85,853 m
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
= ( 60 )2
254 ( 0,35 - 2,9 )
= 44,153 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 44,153
= 85,853 m
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 44,153
= 85,853 m
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 2,9 )
= 44,153 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 44,153
= 85,853 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 44,153
= 85,853 m
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 - 2,9 )
= 44,153 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 44,153
= 85,853 m
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
2
= ( 60 )
254 ( 0,35 + 4,8 )
= 35,611 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 35,611
= 77,311 m
2
□ Jhr = (Vr)
254 (fm ± L)
= ( 60 )2
254 ( 0,35 + 4,8 )
= 35,611 m
Sehingga :
Jh = Jht + Jhr
= 41,700 + 35,611
= 77,311 m
Rumus :
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
Dimana :
d1 = Jarak yang ditempuh selama kendaraan mendahului
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
2. P1 - P2
Dik: Vr = 60 km/jam
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
3. P2 - P3
Dik: Vr = 60 km/jam
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
4. P3 - P4
Dik: Vr = 60 km/jam
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
5. P4 - P5
Dik: Vr = 60 km/jam
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
6. P5 - P6
Dik: Vr = 60 km/jam
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
7. P6 - P7
Dik: Vr = 60 km/jam
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
8. P7 - P8
Dik: Vr = 60 km/jam
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
9. P8 - P9
Dik: Vr = 60 km/jam
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
10. P9 - T1
Dik: Vr = 60 km/jam
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
11. T1 - P10
Dik: Vr = 60 km/jam
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
16. P14 - T2
Dik: Vr = 60 km/jam
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
17. T2 - P15
Dik: Vr = 60 km/jam
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
18. P15 - B
Dik: Vr = 60 km/jam
a = 2,052 + 0,0036 Vr
= 2,052 + 0,0036 60
= 2,268 m/detik
t1 = 2,12 + 0,026 Vr
= 2,12 + 0,026 60
= 3,680 m/detik
t2 = 6,56 + 0,048 Vr
= 6,56 + 0,048 60
= 9,440 m/detik
m = 15 km/jam
□ d1 = 0,278 t1 Vr - m + a t1
2
= 0,278 3,68 60 - 15 + 2,268 3,68
2
= 50,306 m
□ d3 = 30 m
□ d4 = (2/3) d2
= (2/3) 157,46
= 104,973
□ Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,306 + 157,459 + 30 + 104,973
= 342,738 m
Patok Vr a t1 t2 m d1 d2 d3 d4 Jd
(Km/Jam) (Km/Jam) (detik) (detik) (Km/Jam) (m) (m) (m) (m) (m)
A
A - P1 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P1
P1
P1 - P2 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P2
P2
P2 - P3 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P3
P3
P3 - P4 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P4
P4
P4 - P5 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P5
P5
P5 - P6 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P6
P6
P6 - P7 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
T1
T1
P7 - P8 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P7
P7
P8 - P9 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P8
P8
P9 - T1 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P9
P9
T1 - P10 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P10
P10
P10 - P11 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P11
P11
P11 - P12 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P12
P12
P12 - P13 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
T2
T2
P13 - P14 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P13
P13
P14 - T2 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
B
B
T2 - P15 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P14
P14
P15 - B 60 2,268 3,680 9,440 15 50,306 157,459 30 104,973 342,738
P15
a) Sudut Superelevasi
1432,4
D =
208,250
o
= 6,878
Ket:
R = 208,250 m L = 148,136 m
o
β1 = 27 e = 7,9 %
V = 60 Km/Jam Ls = 50 m
o
θs = 6,878 Lc = 48,136 m
Es = 6,437 m p = 0,505 m
Ts = 74,176 m k = 24,988 m
o
θc = 13,244
Tikungan 2
Dik: R = 130,250 m direncanakan jenis tikungan:
o
β1 = 42 S-C-S
V = 60 Km/Jam
a) Sudut Superelevasi
1432,4
D =
130,250
o
= 10,997
Ket:
R = 130,250 m L = 155,478 m
o
β1 = 42 e = 9,8 %
V = 60 Km/Jam Ls = 60 m
o
θs = 13,197 Lc = 35,478 m
Es = 10,524 m p = 1,174 m
Ts = 78,117 m k = 29,946 m
o
θc = 15,607
R β1 V e Ls θs θc p k Lc L Ts Es
Jenis
Tikungan
O O O
Tikungan
(m) ( ) (Km/Jam) (%) (m) ( ) ( ) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 208,250 27 60 7,9 50 6,878 13,244 0,505 24,988 48,136 148,136 74,176 6,437 S-C-S
2 130,250 42 60 9,8 60 13,197 15,607 1,174 29,946 35,478 155,478 78,117 10,524 S-C-S
K Es
SC b CS
TS ST
Ɵ Ɵ
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako
Mata Kuliah
PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN
Nama Tugas
Rc Rc
PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN
Dosen Pembimbing :
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
Disetujui Koordinator
Mata Kuliah :
DIAGRAM
SUPERELEVASI 1 : 2000
I-4
Ts
Es
K b
SC CS
Fakultas Teknik
TS Ɵ ST Universitas Tadulako
Ɵ Ɵ
Mata Kuliah
PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN
Nama Tugas
Rc Rc
PERENCANAAN GEOMETRIK
JALAN
Dosen Pembimbing :
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
Disetujui Koordinator
Mata Kuliah :
DIAGRAM
SUPERELEVASI 1 : 2000
I-4
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
2 2 2
B = (Rc - 64 + 1.25) + 64 - (Rc - 64) + 1.25
u = B-b
z = 105.V
R
Bt = n(B+C)+z
Δb = Bt-Bn
dimana:
B = Lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan
pada jalur sebelah dalam
b = Lebar kendaraan rencana = 2,5 m
c = Lebar kebebasan samping dikiri dan kanan kendaraan
yaitu = 0,5 - 1,25 m
z = Lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan
Bn = Lebar total perkerasan pada bagian lurus
Bt = Lebar total perkerasan di tikungan
n = Jumlah lajur
Δb = Tambahan lebar perkerasan di tikungan
>> Tikungan 1
Dik: R = 208,250 m
V = 60 Km/Jam
2 2 2
Rc = ( 208,250 + 0,5 2,5 ) +( 6,5 + 1,5 )
= 43954,250
Rc = 209,653 m
2 2 2
B = ( Rc - 64 + 1.25) + 64 - (Rc - 64) + 1.25
2
= 43954,250 - 64 + 1,25 + 64 - 43954,250 - 64 + 1,25
Ket :
2 x 4,0 (diperoleh dari tabel standar perencanaan geometrik untuk kelas jalan I)
>> Tikungan 2
Dik: R = 130,250 m
V = 60 Km/Jam
2 2 2
Rc = ( 130,250 + 0,5 2,5 ) +( 6,5 + 1,5 )
= 17356,250
Rc = 131,743 m
2 2 2
B = ( Rc - 64 + 1.25) + 64 - (Rc - 64) + 1.25
2
= 17356,250 - 64 + 1,25 + 64 - 17356,250 - 64 + 1,25
Ket :
2 x 4,0 (diperoleh dari tabel standar perencanaan geometrik untuk kelas jalan I)
V R Rc B z Bt Δb
Tikungan
(Km/jam) (m) (m) (m) (m) (m)
1 60 208,250 209,653 2,652 0,437 8,240 0,240
2 60 130,250 131,743 2,741 0,552 8,534 0,534
>> Tikungan 1
Vr = 60 Km/Jam
fm = 0,153
R = 208,250 m
e = 0,079
2
V = R . 127 ( e + fm )
= 208,250 . 127 ( 0,079 + 0,153 )
= 6135,878
V = √ 6135,878
= 78,332 Km/Jam
Syarat :
V ≥ Vr
78,332 ≥ 60
Kemiringan melintang maksimum pada tikungan
Dik: V = 78,332 Km/Jam
R = 208,250 m
f = -0,00065 V + 0,192
= -0,00065 ( 78,332 ) + 0,192
= 0,141
2
emax = V - f
127 . R
6135,878
= - 0,141
127 . 208,250
= 0,091 < 0,10 maka digunakan kecepatan renc.
f = -0,00065 Vr + 0.192
= -0,00065 ( 60 ) + 0,192
= 0,153
2
Vr
emax = - f
127 . R
3600
= - 0,153
127 . 208,250
= -0,0169 < 0,10 Ok...!
>> Tikungan 2
Vr = 60 Km/Jam
fm = 0,153
R = 130,250 m
e = 0,098
2
V = R . 127 ( e + fm )
= 130,250 . 127 ( 0,098 + 0,153 )
= 4151,979
V = √ 4151,979
= 64,436 Km/Jam
Syarat :
V ≥ Vr
64,436 ≥ 60
f = -0,00065 V + 0,192
= -0,00065 ( 64,436 ) + 0,192
= 0,150
2
V
emax = - f
127 . R
4151,979
= - 0,150
127 . 130,250
0,10 = 0,10 maka digunakan kecepatan renc.
f = -0,00065 Vr + 0.192
= -0,00065 ( 60 ) + 0,192
= 0,153
2
Vr
emax = - f
127 . R
3600
= - 0,153
127 . 130,25
= 0,065 < 0,10 Ok...!
Sebagai usaha memberikan keselamatan bagi pengguna jalan, diperlukan perhatian adanya daerah
bebas samping dibagian dalam tikungan , sehingga jarak pandang henti minimum pengemudi
dapat dipenuhi. Terdapat dua kondisi yang menentukan jarak daerah bebas samping dalam
proses desain, yaitu:
a. Jarak pandang henti lebih pendek dari panjang lengkung horizontal ( Jh < Lc )
b. Jarak pandang henti lebih panjang dari panjang lengkung horizontal ( Jh > Lc )
Rumus -Rumus :
M = Ri - Ri Cos 1/2 Ө
M = Ri ( 1 - Cos 1/2 Ө )
Ө
Jh = .2 Ri
360
180. Jh 57,296 . Jh
Ө = =
Ri Ri
28,65 . Jh
M = Ri ( 1 - Cos )
Ri
AC = BD = 0,5 ( Jh - Lc ) Sin 1/2Өc
180.Lc 57,296 . Lc
Өc = =
Ri Ri
28,65 . Lc 28,65.Lc
M = Ri ( 1-Cos ) + 0,5 ( Jh -Lc ) Sin
Ri Ri
a. Tikungan 1
Jadi, daerah bebas samping yang harus dibebaskan halangan agar jarak pandang sejauh
jarak pandang henti minimum ( Jh ) dapat dipenuhi , yaitu 4,0 m
b. Tikungan 2
Jadi, daerah bebas samping yang harus dibebaskan halangan agar jarak pandang sejauh
jarak pandang henti minimum ( Jh ) dapat dipenuhi , yaitu 7,5 m
V R Jh Lbr Lajur Ri E
Tikungan
(Km/jam) (m) (m) (m) (m) (m)
1 60 208,250 79,395 4,00 206,250 4,0
2 60 130,250 85,853 4,00 128,250 7,5
Jenis
No Patok Vr Jh L g1 g2 A Posisi titik PPV Posisi titik PLV Posisi titik PTV Elevasi PPV Elevasi PLV Elevasi PTV
Alinyemen
CB 1 P9 T1 P10 60 86 96 2,6 2,9 5,5 0 + 500 0 + 451,8 0 + 548,2 430,491 429,901 429,756
CK 1 P3 P4 P5 60 79 133 5,8 2,6 8,4 0 + 200 0 + 133,5 0 + 266,5 424,727 427,189 425,060
CK 2 P14 T2 P15 60 77 118 2,9 4,8 7,7 0 + 800 0 + 741,1 0 + 858,9 423,634 424,209 425,328
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
NAMA TUGAS
PERANCANGAN
CL GEOMETRIK
JALAN
-2 % -2 % DOSEN PEMBIMBING
-3 % -3 %
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
DI GAMBAR OLEH
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
CL NAMA TUGAS
PERANCANGAN
-2 % -2 %
GEOMETRIK
-3 % -3 % JALAN
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
DI GAMBAR OLEH
PERANCANGAN
CL
GEOMETRIK
JALAN
-3 %
NAMA TUGAS
7,9 %
-7,9 %
-3 %
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
DI GAMBAR OLEH
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
NAMA TUGAS
CL
PERANCANGAN
GEOMETRIK
-2 % -2 %
-3 % -3 % JALAN
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
DI GAMBAR OLEH
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
NAMA TUGAS
PERANCANGAN
CL
GEOMETRIK
JALAN
DOSEN PEMBIMBING
-2 % -2 %
-3 % -3 %
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
DI GAMBAR OLEH
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
NAMA TUGAS
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
CL
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
-2 % -2 %
-3 % -3 % Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.
Nip : 19911230 202101 2 001
DIPERIKSA / ASISTEN
DI GAMBAR OLEH
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
NAMA TUGAS
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
CL
Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.
Nip : 19911230 202101 2 001
-2 % -2 %
DIPERIKSA / ASISTEN
-3 % -3 %
DI GAMBAR OLEH
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
NAMA TUGAS
CL PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
-2 % -2 %
-3 % -3 %
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
DI GAMBAR OLEH
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
NAMA TUGAS
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
CL
DOSEN PEMBIMBING
-3 %
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
+9,8 % Nip : 19771009 200501 1 005
-9,8 %
-3 %
Muflihatun Nurfadillah Efendi, M.T.
Nip : 19911230 202101 2 001
DIPERIKSA / ASISTEN
DI GAMBAR OLEH
PERANCANGAN
GEOMETRIK
JALAN
CL NAMA TUGAS
PERANCANGAN
-2 % -2 % GEOMETRIK
-3 % -3 %
JALAN
DOSEN PEMBIMBING
Ir. Eko Rahmat Labaso, S.T., M.T.
Nip : 19771009 200501 1 005
DI GAMBAR OLEH
CL
b a b
c
c
-2 % -2 %
-3 % -3 %
l k h g f e d
j i
Profil Melintang P8
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
PATOK P8 (Timbunan)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 428,422 0,000 1457,920
2 b 3,403 428,422 1456,661 1616,436
3 c 3,773 428,052 1616,436 0,000
4 a 0,000 428,422 0,000 0,000
Rata Rata 3073,097 3074,356
L= 3074,356 - 3073,097
2,000
L= 0,630 m²
PATOK P8 (Galian)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 430,768 0,000 5459,123
2 b 12,673 429,118 5429,392 8483,663
3 c 19,770 428,422 8469,903 7785,713
4 d 18,173 428,422 7786,531 7143,080
5 e 16,673 428,467 7145,164 5429,962
6 f 12,673 428,547 5429,962 3716,788
7 g 8,673 428,467 3715,704 3073,394
8 h 7,173 428,422 3068,050 2923,123
9 i 6,823 427,722 2918,347 2790,031
10 j 6,523 427,722 2794,597 2640,328
11 k 6,173 428,422 2644,649 502,539
12 l 1,173 428,422 505,291 0,000
13 a 0,000 430,768 0,000 0,000
Rata Rata 49907,590 49947,744
L= 49947,744 - 49907,590
2,000
L= 20,077 m²
CL
b a b
c
c
-2 % -2 %
-3 % -3 %
l k h g f e d
j i
Profil Melintang P9
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
PATOK P9 (Timbunan)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 429,726 0,000 1220,852
2 b 2,841 429,726 1219,721 1391,883
3 c 3,239 429,328 1391,883 0,000
4 a 0,000 429,726 0,000 0,000
Rata Rata 2611,603 2612,734
L= 2612,734 - 2611,603
2,000
L= 0,565 m²
PATOK P9 (Galian)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 431,946 0,000 5446,839
2 b 12,610 430,667 5418,845 8729,189
3 c 20,269 429,726 8710,116 7782,338
4 d 18,110 429,726 7783,153 7137,749
5 e 16,610 429,771 7139,825 5419,412
6 f 12,610 429,851 5419,412 3701,017
7 g 8,610 429,771 3699,941 3055,672
8 h 7,110 429,726 3050,375 2904,948
9 i 6,760 429,026 2900,216 2771,508
10 j 6,460 429,026 2776,030 2621,349
11 k 6,110 429,726 2625,626 476,996
12 l 1,110 429,726 479,460 0,000
13 a 0,000 431,946 0,000 0,000
Rata Rata 50002,999 50047,017
L= 50047,017 - 50002,999
2,000
L= 22,009 m²
CL b c d
a
b
7,9 % -3 %
-7,9 %
-3 % e
h g d c
f e
Profil Melintang T1
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
PATOK T1 (Timbunan)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 431,154 0,000 1724,616
2 b 4,000 431,470 1725,700 2373,085
3 c 5,500 431,425 2372,838 4529,963
4 d 10,500 431,425 4509,845 5356,573
5 e 12,416 429,509 5353,208 0,000
6 a 0,000 431,154 0,000 0,000
Rata Rata 13961,590 13984,236
L= 13984,236 - 13961,590
2,000
L= 11,323 m²
PATOK T1 (Galian)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 433,457 0,000 5562,120
2 b 12,832 431,154 5528,513 3807,952
3 c 8,832 430,838 3804,764 3158,904
4 d 7,332 430,793 3153,442 3007,797
5 e 6,982 430,093 3002,909 2873,881
6 f 6,682 430,093 2878,559 2723,349
7 g 6,332 430,793 2727,781 573,816
8 h 1,332 430,793 577,365 0,000
9 a 0,000 433,457 0,000 0,000
Rata Rata 21673,333 21707,820
L= 21707,820 - 21673,333
2,000
L= 17,243 m²
CL
a b c d
b
c
-2 % -2 %
-3 % -3 %
e d e
j i f
h g
L= 11259,444 - 11241,299
2,000
L= 9,072 m²
L= 33126,926 - 33091,807
2,000
L= 17,560 m²
CL
b a b c
c
-2 % -2 %
-3 % -3 %
d
k j g f e d
i h
L= 6798,576 - 6788,836
2,000
L= 4,870 m²
L= 43335,161 - 43280,389
2,000
L= 27,386 m²
CL
b b c d
b
c
-2 % -2 %
-3 % -3 %
j i f e d
e
h g
L= 12589,958 - 12566,434
2,000
L= 11,762 m²
L= 33261,063 - 33223,691
2,000
L= 18,686 m²
CL
a b c d
b
c
-2 % -2 %
-3 % -3 % e
j i f e d
h g
L= 8990,215 - 8979,509
2,000
L= 5,353 m²
L= 32448,052 - 32416,092
2,000
L= 15,980 m²
b CL
a b
c c
-2 % -2 %
-3 % -3 %
l k h g f e d
j i
L= 3680,436 - 3677,085
2,000
L= 1,675 m²
L= 51201,968 - 51142,519
2,000
L= 29,724 m²
CL
a
b c d
b
+9,8 %
-9,8 %
-3 %
h g d c e
f e
Profil Melintang T2
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
PATOK T2 (Timbunan)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 422,500 0,000 1690,000
2 b 4,000 422,108 1688,252 2321,594
3 c 5,500 422,063 2321,347 4431,662
4 d 10,500 422,063 4415,114 5096,833
5 e 12,076 420,487 5102,110 0,000
6 a 0,000 422,500 0,000 0,000
Rata Rata 13526,822 13540,088
L= 13540,088 - 13526,822
2,000
L= 6,633 m²
PATOK T2 (Galian)
KORDINAT
NO TITIK X*Yn+1 Yn*X+1
X Y
1 a 0,000 424,559 0,000 5245,851
2 b 12,356 422,500 5225,254 3530,410
3 c 8,356 422,892 3533,310 2899,348
4 d 6,856 422,847 2894,240 2751,043
5 e 6,506 422,147 2746,488 2619,844
6 f 6,206 422,147 2624,188 2472,093
7 g 5,856 422,847 2476,192 361,957
8 h 0,856 422,847 363,423 0,000
9 a 0,000 424,559 0,000 0,000
Rata Rata 19863,094 19880,545
L= 19880,545 - 19863,094
2,000
L= 8,725 m²
L= 35531,063 - 35481,306
2,000
L= 24,878 m²
L= 1448,927 - 1447,727
2,000
L= 0,600 m²
P8 0,630 20,077
0,597 21,043 50 29,873 1052,15
P9 0,565 22,009
5,944 19,626 50 297,212 981,31
T1 11,323 17,243
10,198 17,402 50 509,89 870,08
P10 9,072 17,560
6,971 22,473 50 348,57 1123,65
P11 4,870 27,386
8,316 23,036 50 415,79 1151,81
P12 11,762 18,686
8,557 17,333 50 427,86 866,64
P13 5,353 15,980
3,514 22,852 50 175,70 1142,59
P14 1,675 29,724
4,154 19,225 50 207,71 961,24
T2 6,633 8,725
15,756 4,663 50 787,79 233,14
P15 24,878 0,600
ΣV 3200,397 8382,614
PENUTUP
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil (S1)
Universitas Tadulako
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Perancangan geometrik jalan harus mempertimbangkan keamanan
pengguna jalan, baik pengemudi kendaraan bermotor maupun pejalan kaki.
Hal ini mencakup pengaturan kelengkungan jalan yang tepat, keberlanjutan
dan kelembutan perubahan lintasan, serta penyediaan sistem drainase yang
efektif untuk mencegah terjadinya genangan air di jalan.
5.2 Saran
LEMBAR ASISTENSI
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Sipil (S1)
Universitas Tadulako