Kliping Sejarah Indonesia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

KLIPING SEJARAH INDONESIA

"PERANG MELAWAN KONGSI DAGANG"

DI SUSUN OLEH:
1. Nayla Ananda Putri

XI IPS 3

SMAN 15 MAKAKSSAR

TAHUN AJARAN 2023/2024


1. Aceh Versus Portugis dan VOC

Perlawanan pertama untuk melawan keserakahan kongsi dagang (abad ke-16 samapi
abad ke-18) terjadi di daerah aceh dengan nama perlawanan Aceh Versus Portugis dan VOC
yang terjadi pada tahun 1511-1641.Tokoh yang terkenal dalam pemberontakan ini adalah
Sultan Iskandar Muda yang merupakan pemimpin Aceh,sedangkan dari pihak portugis
dipimpin oleh Henrigues (1523) dan Sauza (1524) namun dibawah kepemimpinan mereka
berdua potrugis dalam meluncurkan serang mengalami kegagalan.permususahan antara
Portugis dengan Aceh disebabkan oleh ketidak sukaan atau rasa iri terhadap Aceh yang
berkembang pesat menjadi pusat perdagangan sehingga portugis ingin menghancurkan
Aceh.dalam penghadapi serangan portugis rakyat aceh melakukan beberapa upaya
perlawanan terhadap potugis ,antara lain:

1) Melengkapi kapal kapal dagang aceh dengan persenjataan ,meriam dan prajurit.
2) Mendatangkan bantuan persenjataan ,sejumlah tentara dan beberapa ahli dari turki pada
tahun 1567.
3) Mendatangkan bantuan persenjataan dari kalikut jepara.

Portugis dan aceh saling melancarkan serang, dampak yang harus diterima dari
serang tersebut antara lain hubungan Aceh dan portugis semakin memburuk.portugis tetap
tidak bisa menguasai aceh dan begitu juga aceh tidak dapat mengusir portugis dari
malaka.potrugis dapat pergi dari dari malak karena Voc berhasil mengusirnya dari malaka.

Apapun yang terjadi, rakyat Aceh dan para pemimpinnya tetap memiliki pendirian
dan semangat untuk terus berdaulat dan menentang dominasi orang asing. Oleh karena itu,
jiwa dan semangat juang untuk mengusir Portugis dari Malaka tidak pernah padam. Pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), semangat juang mempertahankan
tanah air dan mengusir penjajahan asing semakin meningkat. Bahkan pada masa Sejarah
Indonesia 77 pemerintahan Iskandar Muda ini mulai memutuskan hubungan dan menolak
kehadiran VOC. Iskandar Muda adalah raja yang gagah berani dan bercitacita untuk
mengenyahkan penjajahan asing, termasuk mengusir Portugis dari Malaka. Iskandar Muda
juga menentang kesewenang-wenangan VOC yang sudah berkuasa di Batavia.
2. Maluku Angkat Senjata

Portugis berhasil memasuki Kepulauan Maluku pada tahun 1521. Mereka


memusatkan aktivitasnya di Ternate. Tidak lama berselang orangorang Spanyol juga
memasuki Kepulauan Maluku dengan memusatkan kedudukannya di Tidore. Terjadilah
persaingan antara kedua belah pihak. Persaingan itu semakin tajam setelah Portugis berhasil
menjalin persekutuan dengan Ternate dan Spanyol bersahabat dengan Tidore. Semua ini tidak
terlepas dari ambisi bangsa-bangsa Barat untuk menguasai perdagangan dan menanamkan
kekuasaannya di Maluku. Mereka sering memanfaatkan kelemahan kaum pribumi termasuk
memanfaatkan intrik-intrik yang membuat perpecahan di lingkungan istana.
Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore melawan Portugis. Penyebab perang ini
karena kapal-kapal Portugis menembaki jung-jung dari Banda yang akan membeli cengkih ke
Tidore. Tentu saja Tidore tidak dapat menerima tindakan armada Portugis. Rakyat Tidore
angkat senjata. Terjadilah perang antara Tidore melawan Portugis. Dalam perang ini Portugis
mendapat dukungan dari Ternate dan Bacan. Akhirnya Portugis mendapat kemenangan.
Dengan kemenangan ini Portugis menjadi semakin sombong dan sering berlaku kasar
terhadap penduduk Maluku. Upaya monopoli terus dilakukan. Maka, wajar jika sering terjadi
letupan-letupan perlawanan rakyat. Sementara itu konflik dan persaingan antara Portugis dan
Spanyol di Maluku ini harus segera diakhiri. Dengan mengingat kesepakatan pada Perjanjian
Tordesillas, maka diadakan perjanjian damai antara Portugis dan Spanyol. Perjanjian damai
dilaksanakan di Saragosa pada tahun 1529.

Berdasarkan Perjanjian Saragosa ini disepakati bahwa Portugis tetap berkuasa di


Maluku, sementara Spanyol berkuasa di wilayah Filipina. Dengan demikian setelah
ditandatangani Perjanjian Saragosa, kedudukan Portugis di Maluku semakin kuat. Portugis
semakin berkuasa untuk memaksakan kehendaknya melakukan monopoli perdagangan
rempah-rempah di Maluku. Kedudukan Portugis juga semakin mengancam kedaulatan
kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Melihat kesewenang-wenangan Portugis itu, pada
tahun 1565 muncul perlawanan rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan Khaerun/Hairun.
Sultan Khaerun menyerukan seluruh rakyat dari Irian/Papua sampai Jawa untuk angkat
senjata melawan kezaliman kolonial Portugis. Portugis mulai kewalahan dan menawarkan
perundingan kepada Sultan KhaerunPada tahun 1680, VOC memaksakan sebuah perjanjian
baru dengan penguasa Tidore. Kerajaan Tidore yang semula sebagai sekutu turun statusnya
menjadi vassal VOC. Akhirnya Nuku memimpin perlawanan rakyat. Timbullah perang hebat
antara rakyat Maluku di bawah pimpinan Pangeran Nuku melawan kekuatan kompeni
Belanda (tentara VOC). Pangeran Nuku mendapat dukungan rakyat Papua di bawah pimpinan
Raja Ampat dan juga orang-orang Gamrange dari Halmahera. Oleh para pengikutnya, Bahkan
Sultan Nuku juga berhasil meyakinkan Sultan Aharal dan Pangeran Ibrahim dari Ternate
untuk bersama-sama melawan VOC. Pangeran Nuku juga mendapat dukungan dari para
pedagang Seram Timur. Kapitan laut Pangeran Nuku sebagian besar berasal dari para pemuka
pedagang Seram Timur.
Para pedagang Seram Timur ini memiliki kemandirian dan militansi yang tinggi.
Dalam perang ini Sultan Nuku juga mendapat dukungan dari armada Inggris (EIC). Belanda
kewalahan dan tidak mampu membendung semangat pasukan Sultan Nuku untuk lepas dari
dominasi Belanda. Akhirnya Sultan Nuku berhasil mengembangkan pemerintahan yang
berdaulat melepaskan diri dari dominasi Belanda di Tidore sampai akhir hayatnya (tahun
1805). 3. Sultan Agung Versus J.P. Coen Sultan Agung adalah raja yang paling terkenal dari
Kerajaan Mataram.

3. Sultan Agung Versus J.P. Coen

Coen Sultan Agung adalah raja yang paling terkenal dari Kerajaan Mataram. Pada
masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai zaman keemasan. Cita-cita Sultan
Agung antara lain:

(1) mempersatukan seluruh tanah Jawa.

(2) mengusir kekuasaan asing dari bumi Nusantara.

Terkait dengan cita-citanya ini maka Sultan Agung sangat menentang keberadaan
kekuatan VOC di Jawa. Apalagi tindakan VOC yang terus memaksakan kehendak untuk
melakukan monopoli perdagangan membuat para pedagang Pribumi mengalami kemunduran.
Ada beberapa alasan mengapa Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia, yakni:
1) tindakan monopoli yang dilakukan VOC
2) VOC sering menghalang-halangi kapal-kapal dagang Mataram yang akan
berdagang ke Malaka
3) VOC menolak untuk mengakui kedaulatan Mataram
4) keberadaan VOC di Batavia telah memberikan ancaman serius bagi masa depan
Pulau Jawa.

Pada tahun 1628 Sultan Agung mempersiapkan pasukan Mataram dengan segenap
persenjataan dan perbekalannya untuk menyerang VOC di Batavia. Pada waktu itu yang
menjadi Gubernur Jenderal VOC adalah J.P. Coen. Pada tanggal 22 Agustus 1628, pasukan
Mataram di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa menyerang Batavia. Pasukan Mataram
berusaha membangun pospos pertahanan, tetapi kompeni VOC terus berusaha menghalang-
halangi. Akibatnya pertempuran antara kedua pihak tidak dapat dihindarkan. Tetapi kekuatan
tentara VOC dengan senjatanya jauh lebih unggul, sehingga dapat memukul mundur semua
lini kekuatan pasukan Mataram.

Pada tanggal 21 September 1629. Dengan semangat juang yang tinggi pasukan
Mataram terus melakukan penyerangan. Dalam situasi yang kritis ini pasukan VOC semakin
marah dan meningkatkan kekuatannya untuk mengusir pasukan Mataram. Dengan
mengandalkan persenjataan yang lebih baik dan lengkap, akhirnya dapat menghentikan
serangan-serangan pasukan Mataram. Pasukan Mataram semakin melemah dan akhirnya
ditarik mundur kembali ke Mataram. Dengan demikian, serangan Sultan Agung yang kedua
ini juga mengalami kegagalan. Kegagalan pasukan Mataram menyerang Batavia, membuat
VOC semakin berambisi untuk terus memaksakan monopoli dan memperluas pengaruhnya di
daerah-daerah lain. Namun, di balik itu VOC selalu khawatir dengan kekuatan tentara
Mataram. Tentara VOC selalu berjaga-jaga untuk mengawasi gerak-gerik pasukan Mataram.
Sebagai contoh pada waktu pasukan Sultan Agung dikirim ke Palembang untuk membantu
Raja Palembang dalam melawan VOC, langsung diserang oleh tentara VOC di tengah
perjalanan.

4. Perlawanan Banten.
Banten memiliki posisi yang strategis sebagai bandar perdagangan internasional.
Oleh karena itu, sejak semula Belanda ingin menguasai Banten, tetapi tidak pernah berhasil.
Akhirnya VOC membangun Bandar di Batavia pada tahun 1619. Terjadi persaingan antara
Banten dan Batavia memperebutkan posisi sebagai bandar perdagangan internasional. Oleh
karena itu, rakyat Banten sering melakukan serangan-serangan terhadap VOC.

Pada tahun 1651, Pangeran Surya naik tahta di Kesultanan Banten. Ia adalah cucu
Sultan Abdul Mufakhir Mahmud Abdul Karim, anak dari Sultan Abu al- Ma’ali Ahmad yang
wafat pada 1650. Pangeran Surya bergelar Sultan Abu alFath Abdulfatah. Sultan Abu al-Fath
Abdulfatah ini lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. la berusaha memulihkan
posisi Banten sebagai bandar perdagangan internasional sekaligus menandingi perkembangan
VOC di Batavia. Beberapa kebijakannya misalnya mengundang para pedagang Eropa lain
seperti Inggris, Perancis, Denmark, dan Portugis. Sultan Ageng Tirtayasa juga
mengembangkan hubungan dagang dengan negara-negara Asia seperti Persia, Benggala,
Siam, Tonkin, dan Cina. Perkembangan di Banten ternyata sangat tidak disenangi oleh VOC.
Oleh karena itu, untuk melemahkan peran Banten sebagai Bandar perdagangan, VOC sering
melakukan blokade. Jung-jung Cina dan kapalkapal dagang dari Maluku dilarang oleh VOC
meneruskan perjalanan menuju Banten. Sebagai balasan Sultan Ageng mengirim beberapa
pasukannya untuk mengganggu kapal-kapal dagang VOC dan menimbulkan gangguan di
Batavia. Dalam rangka memberi tekanan dan memperlemah kedudukan VOC, rakyat Banten
juga melakukan perusakan terhadap beberapa kebun tanaman tebu milik VOC. Akibatnya
hubungan antara Banten dan Batavia semakin memburuk

Sultan Ageng Tirtayasa kemudian membangun istana yang baru berpusat di


Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa berusaha merebut kembali Kesultanan Banten dari Sultan
Haji yang didukung VOC. Pada tahun 1682 pasukan Sultan Ageng Tirtayasa berhasil
mengepung istana Surosowan. Sultan Haji terdesak dan segera meminta bantuan tentara
VOC. Datanglah bantuan tentara VOC di bawah pimpinan Francois Tack. Pasukan Sultan
Ageng Tirtayasa dapat dipukul mundur dan terdesak hingga ke Benteng Tirtayasa. Benteng
Tirtayasa juga dikepung tentara VOC. Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya berhasil meloloskan
diri bersama puteranya, pangeran Purbaya ke hutan Lebak. Mereka masih melancarkan
serangan sekalipun dengan bergerilya.

Sultan Ageng Tirtayasa beserta pengikutnya yang kemudian bergerak ke arah Bogor.
Pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap oleh VOC dengan tipu muslihat.
Sultan Ageng ditawan di Batavia sampai wafatnya pada tahun 1692. Semangat juang Sultan
Ageng Tirtayasa beserta pengikutnya tidak pernah padam. Ia telah mengajarkan untuk selalu
menjaga kedaulatan negara dan mempertahankan tanah air dari dominasi asing. Hal ini
terbukti setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, perlawanan rakyat Banten terhadap VOC
terus berlangsung. Misalnya pada tahun 1750 berkobar perlawanan yang dipimpin oleh
seorang ulama terkenal yakni Ki Tapa. Pada bulan November 1750 gabungan pasukan VOC
dan tentara kerajaan berhasil dihancurkan oleh pasukan Ki Tapa. Ki Tapa ini antara lain juga
mendapat dukungan seorang pangeran yang bekerja sama dengan Ratu Bagus. Perlawanan Ki
Tapa ini semakin meluas. VOC tidak ingin dipermalukan oleh pasukan pribumi. Oleh karena
itu, pada tahun 1751 VOC mengerahkan pasukan gabungan yang jumlah sangat besar
mencapai 1250 personil untuk mengepung pasukan Ki Tapa dan Ratu Bagus. Pasukan Ki
Tapa dapat didesak oleh VOC. Namun, Ki Tapa dan ratu Bagus dapat meloloskan diri dan
pergi ke hutan untuk melancarkan perang gerilya. Ki Tapa telah menjadi lambang kekuatan
Banten yang tidak pernah terkalahkan.

5. Perlawanan Gowa.

Kerajaan Gowa merupakan salah satu kerajaan yang sangat terkenal di Nusantara.
Pusat pemerintahannya berada di Somba Opu yang sekaligus menjadi pelabuhan Kerajaan
Gowa. Somba Opu senantiasa terbuka untuk siapa saja. Banyak para pedagang asing yang
tinggal di kota itu. Misalnya, orang Inggris, Denmark, Portugis, dan Belanda. Mereka
diizinkan membangun loji di kota itu. Gowa anti terhadap tindakan monopoli perdagangan.
Masyarakat Gowa ingin hidup merdeka dan bersahabat kepada siapa saja tanpa hak istimewa.
Masyarakat Gowa senantiasa berpegang pada prinsip hidup sesuai dengan kata-kata
“Tanahku terbuka bagi semua bangsa”, “Tuhan menciptakan tanah dan laut; tanah dibagikan-
Nya untuk semua manusia dan laut adalah milik bersama.” Dengan prinsip keterbukaan dan
kebersamaan itu maka Gowa cepat berkembang. Makassar dengan pelabuhan Somba Opu
memiliki posisi yang strategis dalam jalur perdagangan internasional. Pelabuhan Somba Opu
telah berperan sebagai bandar perdagangan tempat persinggahan kapal-kapal dagang dari
timur ke barat atau sebaliknya. Sebagai contoh kapal-kapal pengangkut rempah-rempah dari
Maluku yang berangkat ke Malaka sebelumnya singgah dulu di Bandar Somba Opu. Begitu
pula barang dagangan dari barat yang akan masuk ke Maluku juga melakukan bongkar muat
di Somba Opu.
Kekuatan VOC ini menyerang pasukan Gowa dari berbagai penjuru. Beberapa
serangan VOC berhasil ditahan pasukan Hasanuddin. Tetapi dengan pasukan gabungan
disertai peralatan senjata yang lebih lengkap, VOC berhasil mendesak pasukan Hasanuddin.
Benteng pertahanan tentara Gowa di Barombang dapat diduduki oleh pasukan Aru Palaka.
Hal ini menandai kemenangan pihak VOC atas kerajaan Gowa. Hasanuddin kemudian
dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667, yang
isinya antara lain sebagai berikut.
1) Gowa harus mengakui hak monopoli VOC.
2) Semua orang Barat, kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah Gowa.
3) Gowa harus membayar biaya perang.

Dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin harus melaksanakan isi Perjanjian


Bongaya. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya, VOC memang berhasil
mengendalikan peran politik Kerajaan Gowa. Tetapi VOC tidak mampu mengendalikan dan
memaksakan monopoli perdagangan di perairan Indonesia Timur. Dengan ditandatanganinya
Perjanjian Bongaya itu justru melahirkan diaspora perdagangan bagi orang-orang Bugis-
Makassar. Mereka tidak menghiraukan monopoli yang dipaksakan VOC. Dengan prinsip
bebas berdagang mereka menyelundup ke berbagai kota dan pelabuhan untuk berdagang
termasuk perdagangan rempah-rempah di Maluku. Artinya VOC gagal dalam mengendalikan
perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang BugisMakassar. Heather Sutherland
menjelaskan kegagalan VOC mengendalikan perdagangan di perairan Indonesia Timur yang
dilakukan oleh orang-orang Bugis-Makassar itu, karena: (1) ketidakmungkinan membatasi
perdagangan yang didukung dengan motif mencari untung dipadu dengan kondisi geografis
yang sulit terpantau sehingga mudah untuk melakukan penyelundupan dagang, (2) VOC
memiliki kelemahan dalam pemasaran, karena mengejar keuntungan yang tinggi dan tidak
mampu membangun jaringan dengan pasar lokal/tidak paham dengan selera pasar lokal, dan
(3) keterlibatan VOC dalam pembelian produk-produk lokal sangat kecil, termasuk produk-
produk laut, sementara para pedagang Cina sangat menghargai produk lokal dan
produkproduk laut ini. Akhirnya VOC tidak mampu bersaing dengan pedagang Cina dan
pribumi (Singgih Tri Sulistiyono, “Pasang Surut Jaringan Makasar Hingga Masa Akhir
Dominasi Kolonial Belanda, dalam buku Indonesia dalam Arus Sejarah, 2012).

6. Rakyat Riau Angkat Senjata


Ambisi untuk melakukan monopoli perdagangan dan menguasai berbagai daerah di
Nusantara terus dilakukan oleh VOC. Di samping menguasai Malaka, VOC juga mulai
mengincar Kepulauan Riau. Dengan politik memecah belah VOC mulai berhasil
menanamkan pengaruhnya di Riau. Kerajaan-kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan,
dan Kampar semakin terdesak oleh ambisi monopoli dan tindakan sewenang-wenang VOC.
Oleh karena itu, beberapa kerajaan mulai melancarkan perlawanan. Salah satu contohnya
perlawanan di Riau yang dilancarkan oleh Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Raja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723 – 1744) memimpin rakyatnya untuk
melawan VOC. Setelah berhasil merebut Johor kemudian ia membuat benteng pertahanan di
Pulau Bintan. Dari pertahanan di Pulau Bintan ini pasukan Sultan Abdul Jalil mengirim
pasukan di bawah komando Raja Lela Muda untuk menyerang Malaka. Uniknya dalam
pertempuran ini Raja Lela Muda selalu mengikutsertakan puteranya yang bernama Raja Indra
Pahlawan. Itulah sebabnya sejak remaja Raja Indra Pahlawan sudah memiliki kepandaian
berperang. Sifat bela negara dan cinta tanah air sudah mulai tertanam pada diri Raja Indra
Pahlawan.
Penyebab terjadinya perlawanan itu adalah pemaksaan monopoli dan tindakan
sewenang wenang dari voc Penyebab terjadinya perlawanan itu adalah pemaksaan monopoli
dan tindakan sewenang wenang dari voc Pertempuran hampir berlangsung satu bulan.
Sementara VOC terus mendatangkan bantuan. Melihat situasi yang demikian itu kedua
panglima perang Siak menyerukan pasukannya untuk mundur kembali ke Siak. Sultan Siak
bersama para panglima dan penasihatnya mengatur siasat baru. Mereka sepakat bahwa VOC
harus dilawan dengan tipu daya. Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan cara
memberikan hadiah kepada Belanda. Oleh karena itu, siasat ini dikenal dengan “siasat hadiah
sultan”. VOC setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan di loji di Pulau
Guntung. Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk kepada
pemerintahah VOC. Sultan segera memberi kode pada anak buah dan segera menyergap dan
membunuh orang-orang Belanda di loji itu. Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak
kembali ke Siak dengan membawa kemenangan, sekalipun belum berhasil mengusir VOC
dari Malaka. Siasat perang ini tidak terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh karena itu,
atas jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan
gelar: “Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”.

7. Orang-orang Cina Berontak


Sejak abad ke-5 orang-orang Cina sudah mengadakan hubungan dagang ke Jawa dan
jumlahnya pun semakin banyak. Pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha
dan Islam banyak pedagang Cina yang tinggal di daerah pesisir, yang menikah dengan
penduduk Jawa khususnya ke Batavia. Begitu juga pada masa pemerintahan VOC di Batavia,
banyak orang Cina yang datang ke Jawa. VOC memang sengaja mendatangkan orang-orang
Cina dari Tiongkok dalam rangka mendukung kemajuan perekonomian dan keamanan kota
Batavia dan sekitarnya. Ternyata kota Batavia juga menjadi daya tarik bagi orang-orang Cina
miskin untuk mengadu nasib di kota ini. Orang-orang Cina yang datang ke Jawa tidak semua
yang memiliki modal. Banyak di antara mereka termasuk golongan miskin. Mereka kemudian
menjadi pengemis bahkan ada yang menjadi pencuri. Sudah barang tentu hal ini sangat
mengganggu kenyamanan dan keamanan Kota Batavia. Akhirnya VOC mengeluarkan
kebijakan membatasi imigran Cina. Untuk membatasi kedatangan orang–orang Cina ke
Batavia, VOC mengeluarkan ketentuan bahwa setiap orang Cina yang tinggal di Batavia
harus memiliki surat izin bermukim yang disebut permissiebriefjes
Pada tahun 1740 terjadi kebakaran di Batavia. VOC menafsirkan peristiwa ini sebagai
gerakan orang-orang Cina yang akan melakukan pemberontakan. Oleh karena itu, para
serdadu VOC mulai beraksi dengan melakukan sweeping memasuki rumah-rumah orang Cina
dan kemudian melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Cina yang ditemukan di setiap
rumah. Orang-orang Cina yang berhasil meloloskan diri kemudian melakukan perlawanan di
berbagai daerah, misalnya di Jawa Tengah. Salah satu tokohnya yang terkenal adalah Oey
Panko atau kemudian dikenal dengan sebutan Khe Panjang, kemudian di Jawa menjadi Ki
Sapanjang. Nama ini dikaitkan dengan perannya dalam memimpin perlawanan di sepanjang
pesisir Jawa. Perlawanan orang-orang Cina terhadap VOC kemudian menumbuhkan
kekacauan yang meluas di berbagai tempat terutama di daerah pesisir Jawa. Perlawanan
orang-orang Cina ini mendapat bantuan dan dukungan dari para bupati di pesisir.
Atas desakan para pangeran, Raja Pakubuwana II juga ikut mendukung
pemberontakan orang-orang Cina tersebut. Pada tahun 1741 benteng VOC di Kartasura dapat
diserang sehingga jatuh banyak korban. VOC segera meningkatkan kekuatan tentara dan
persenjataan sehingga pemberontakan orang-orang Cina satu demi satu dapat dipadamkan.
Pada kondisi yang demikian ini Pakubuwana II mulai bimbang dan akhirnya melakukan
perundingan damai dengan VOC. Sikap Pakubuwana II yang demikian ini telah menambah
panjang barisan orang-orang yang kecewa dan sakit hati di lingkungan kraton. Kondisi ini
pula yang telah mendorong VOC kemudian melakukan intervensi politik di lingkungan
istana.

8. Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said


Perlawanan terhadap VOC di Jawa kembali terjadi. Perlawanan ini dipimpin oleh
bangsawan kerajaan yakni Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said. Perlawanan
berlangsung sekitar 20 tahun. Raden Mas Said adalah putera dari Raden Mas Riya yang
bergelar Adipati Arya Mangkunegara dengan Raden Ayu Wulan putri dari Adipati Blitar.
Pada usia 14 tahun Raden Mas Said sudah diangkat sebagai gandek kraton (pegawai rendahan
di istana) dan diberi gelar R.M.Ng. Suryokusumo. Karena merasa sudah berpengalaman,
Raden Mas Said kemudian mengajukan permohonan untuk mendapatkan kenaikan pangkat.
Akibat permohonan ini Mas Said justru mendapat cercaan dan hinaan dari keluarga kepatihan,
bahkan dikaitkaitkan dengan tuduhan ikut membantu pemberontakan orang-orang Cina yang
sedang berlangsung. Mas Said merasa sakit hati dengan sikap keluarga kepatihan. Muncullah
niat untuk melakukan perlawanan terhadap VOC yang telah membuat kerajaan kacau karena
banyak kaum bangwasan yang bekerja sama dengan VOC. Hal ini merupakan bentuk protes
dan perlawanan terhadap penguasa Mataram yang bersekutu dengan VOC. Raden Masa Said
diikuti R. Sutawijaya dan Suradiwangsa (yang kemudian dikenal dengan Kiai Kudanawarsa)
pergi keluar kota untuk menyusun kekuatan.
Perpaduan perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said sangat kuat dan meluas
di hampir seluruh Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kemenangan demi kemenangan mulai diraih
oleh pasukan Mas Said dan pasukan Mangkubumi. Di tengah-tengah berkecamuknya perang
di berbagai tempat, terdengar berita bahwa pada tahun 1749 Pakubuwana II sakit keras.
Pakubuwana II sangat mengharapkan kehadiran pimpinan VOC untuk segera datang ke istana
kerajaan. Melihat kondisi Pakubuwana II yang mulai tidak menentu dan sangat lemah itu,
Gubernur Jenderal Baron van Imhoff memerintahkan Gubernur Semarang Gijsbert Karel Van
Hogendorp (1762-1834) untuk secepatnya menemui Pakubuwana II dan menyodorkan
perjanjian. Dalam kondisi Pakubuwana II sakit keras ini tercapailah Het Allerbelangrijkste
Contract, sebuah perjanjian yang sangat penting antara Pakubuwana II dengan pihak VOC
yang diwakili oleh Gubernur VOC untuk wilayah pesisir timur laut, Baron van Hohendorft.
Isi perjanjian ini sangat menyakitkan rakyat dan para punggawa kerajaan, karena Pakubuwana
II telah menyerahkan Kerajaan Mataram kepada VOC. Perjanjian itu ditandatangani pada
tanggal 11 Desember 1749 yang isinya antara lain sebagai berikut. 1). Susuhunan
Pakubuwana II menyerahkan Kerajaan Mataram baik secara de facto maupun de jure kepada
VOC. 2). Hanya keturunan Pakubuwana II yang berhak naik tahta dan akan dinobatkan oleh
VOC menjadi raja Mataram dengan tanah Mataram sebagai pinjaman dari VOC. 3). Putera
mahkota akan segera dinobatkan. Setelah Pakubuwana II wafat, kemudian tanggal 15
Desember 1749 Van Hohendorff mengumumkan pengangkatan putera mahkota sebagai
Susuhunan Pakubuwana III.
Dalam praktiknya Perjanjian Giyanti hanya berhasil menghentikan peperangan secara
militer. Namun peperangan dalam bentuk lain tidak dapat dipadamkan seperti perlawanan
budaya yang tercermin dalam budaya Jawa yang berkembang di Yogyakarta dan Surakarta
dalam konsep dan kepercayaan “Dewa-Raja”. Perlawanan budaya dengan konsep dan
kepercayaan “Dewa-Raja” bahkan terus berkembang sampai Indonesia merdeka. Sementara
perlawanan Mas Said berakhir setelah tercapai Perjanjian Salatiga pada tanggal 17 Maret
1757 yang isinya Mas Said diangkat sebagai penguasa di sebagian wilayah Surakarta dengan
gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I.
KESIMPULAN

2.1 Aceh Versus Portugis dan VOC Perlawanan pertama untuk melawan keserakahan
kongsi dagang(abad ke-16 samapi abad ke-18) terjadi di daerah aceh dengan nama
perlawanan Aceh Versus Portugis dan VOC yang terjadi pada tahun 1511-1641.Tokoh yang
terkenal dalam pemberontakan ini adalah Sultan Iskandar Muda yang merupakan pemimpin
Aceh,sedangkan dari pihak portugis dipimpin oleh Henrigues (1523) dan Sauza (1524) namun
dibawah kepemimpinan mereka berdua potrugis dalam meluncurkan serang mengalami
kegagalan.permususahan antara Portugis dengan Aceh disebabkan oleh ketidak sukaan atau
rasa iri terhadap Aceh yang berkembang pesat menjadi pusat perdagangan sehingga portugis
ingin menghancurkan Aceh.dalam penghadapi serangan portugis rakyat aceh melakukan
beberapa upaya perlawanan terhadap potugis ,antara lain: 1) Melengkapi kapal kapal dagang
aceh dengan persenjataan ,meriam dan prajurit. 2) Mendatangkan bantuan
persenjataan ,sejumlah tentara dan beberapa ahli dari turki pada tahun 1567. 3) Mendatangkan
bantuan persenjataan dari kalikut jepara. Portugis dan aceh saling melancarkan serang,
dampak yang harus diterima dari serang tersebut antara lain hubungan Aceh dan portugis
semakin memburuk.portugis tetap tidak bisa menguasai aceh dan begitu juga aceh tidak dapat
mengusir portugis dari malaka.potrugis dapat pergi dari dari malak karena Voc berhasil
mengusirnya dari malaka.
2.2 Perlawanan Banten Perlawana terhadap keserakahan kongsi dagang(abad ke-16
samapi abad ke-18) juga terjadi di daerah Banten pada tahun (1619-1750) dengan nama
pemberontakan perlawanan banten. Tokoh yang terkenal dalam 4 perlawanan banten adalah
pangen suryayang bergelar Sultan abu al-fath abulfatah atau lebir sering dikenal dengan nama
sultan ageng tritayasa. Pemberontakan banten terhadap kongsi dagang disebabkan oleh
persaingn antara banten dengan Batavia memperebutkan posisi sebagai Bandar perdagangan
internasional.upaya dalam perlawanan antara lain yang dilakukan oleh sultan ageng dlam
memulihkan posisi banten adalah melakukan kerja sma dengan Negara Negara
asia.sedangkan dari.sedangkan Voc melakukan blockade terhadap kapal kapal untuk tidak
meneruskan eralan ke banten.rakyat banten melakukan perusakan terhadap kebun milik
voc.untuk menghadapi serangan dari pasukan banten Voc membangun banteng Noordwijk
sebagaibenteng pertahanan.dampak dari perlawan perlawan tersebut adalah ditangkapnya
sultan ageng pada tahun 1683 dan meninggal pada tahun 1692.
2.3 Perlawanan GOA Perlawana goa bertepatan di Makasar pada tahun 1616 yang
dipimpin oleh Sultan Hassanudin.Terjadinya perlawanan goa adalah karena dengan melihat
peran dan posisinya yang strategis VOC berusaha keras untuk dapat mengendalikan goa dan
menguasai pelabuhan sombu opu serta menerapkan monopoli perdagangan. Kapten kapal
VOC Enkhyuzen menculik beberapa bangsawan goa,dalam peristiwa itu jatuh beberapa
korban,ini menambah kemarahan orang makasar terhadap VOC Upaya perlawanan
perlawanan goa adalah voc melakukan blokade terhadap pelabuhan somnu opu,tetapi gagal
karena perahu-perahu makasar yang berukuran kecil lebih lincah dan mudah bergerak diantar
pulau-pulau yang ada. Dampak perlawana perlawanan goa adalah goa harus menguasai hak
monopoli VOC,semua orang barat kecuali belanda harrus meningalkan wilayah goa,goa harus
membayar beaya perang . Sisa peninggalanya adalaah benteng rotherdam. 5
2.4 Rakyat Riau Angkat Senjata Tokoh tokohnya adalah: raja siak, Sultan abdul jalil
rahmat syah Penyebab terjadinya perlawanan itu adalah pemaksaan monopoli dan tindakan
sewenang wenang dari voc Upaya perlawan : 1) Sultan siak bersama penglima dan penasihat
mengatur siasat baru.Voc harus dilawan dengan tipu daya 2) Siak menggunakan siasat
“hadiah sultan” 3) Sultan siak kembali ke siak dengan membawa kewenangan meskipun
belum berhasil mengusir VOC dari malaka.
2.5 Sultan Agung Vs J.P Coen Perang ini tejadi pada tahun 1628 – 1629 di Batavia.
Perang ini melibatkan banyak tokoh diantaranya adalah : 1) Sultan Agung 2) T. Baureksa 3)
Kiai Dipati Mandurarejo 4) Dipati Ukur 5) T. Siranganu 6) Kiai Dipati Juminah Perang ini
disebabkan Sikap Sultan agung yang sangat menentang keberadaan VOC di Jawa, serta
tindakan VOC yang terus memaksakan kehendak untuk memonopoli perdagangan membuat
para pedagang pribumi mengalami kemunduran. Upaya yang dilakukan dalam pertempuran
ini adalah Pasukkan Mataram berusaha membangun pos pos pertahanan, Sultan Agung
meningkatkan jumlah kapal dan senjata. Perang ini memiliki dampak tersendiri diantaranya :
1) Tumenggung Baureksa gugur, 2) Pasukkan Mataram semakin lemah dan di tarik kembali
ke Mataram, 3) VOC semakin berambisi untuk terus memaksakan monopoli dan memperluas
pengaruhnya disetiap daerah jajahannya, 6
2.6 Orang orang Cina Berontak Perang ini tejadi pada tahun 1740 - 1741 di
sepanjang pesisir pulau Jawa.Dalam Perang ini taokoh yang paling menonjol adalah Oey
Panko. Perang ini terjadi karena VOC membatasi kedatangan orang orang Cina ke Jawa
dengan syarat setiap orang Cina yang datang ke Jawa harus memiliki surat izin (Surat Pass)
Upaya yang dilakukan oarng Cina adalah : orang Cina membakar bangunan di Batavia dan
melakukan kekacauan di pesisir Jawa. Perang ini memiliki dampak tersendiri yakni VOC
melakukan Sweeping di rumah rumah orang cina dan melakukan pembunuhan tehadap orang
cina.Pada tahun 1741 benteng VOC di kartasura di serang dan memakan banyak korban.
2.7 Maluku Angkat Senjata Perlawanan ini terjadi Maluku pada tahun 1529, yang
dikenal dengan tokoh tokohnya Sultan khaerun, Sultan baabullah, Pangeran nuku. Perang ini
terjadi karena kapal kapal portugs menembaki jung jung dari banda yang akan membeli
cengkih ke tidore . upaya yang dilakukan dalam perlawanan ini adalah Dibentuknya
perjanjian damai yakni perjanjian saragosa pada tahun 1534 , Mempersatukan rakyat maluku
ermasuk ternate dan tidore untuk melancarkan perlawanan besar besaran terhadap portugis .
dampak yang di sebabkan dalam perlawanan ini adalah Terbunuhnya sultan khaerun saat
pelaksanaan perundingan dengan portugis di benteng sao paolo dan Di bentuknya kebijakan
monopoli rempah rempah yang di sertai dengan pelayaran hongi .
2.8 Perlawanan Pangeran Mangkubuwana dan Mas Said Perlawanan ini terjadi di
Jawa yang berlangsung selama 20 tahun dengan tokoh tokohnya yaitu Raden mas said ,
Pangeran mangkubumi , Pakubuwana II . perang ini terjadi akibat Mas Said merasa sakit hati
dengan sikap keluarga kepatihan atas hinaan dan ceraan yang dilakukan terhadapnya . upaya
Mas Said dalam perlawanan ini adalah Mas Said yang di ikuti oleh R. 7 Sutawijaya Dan
Suradiwangsa pergi keluar kota untuk menyusun kekuatan , kemudian mas said pergi menuju
nglaroh untuk memulai perlawanan . dampak perlawanan yang di timbulkan adalah Di
adakanya sayembara oleh pakbuwana II sebagai raja mataram karena ini merupakan ancaman
yang serius baginya.

Anda mungkin juga menyukai