Khutbah Idul Adha
Khutbah Idul Adha
Khutbah Idul Adha
اُهلل َأْك ُرَب َاُهلل َأْك ُرَب َاُهلل َأْك ُرَب َ .اُهلل َأْك ُرَب َاُهلل
َأْك ُرَب َاُهلل َأْك ُرَب َ .اُهلل َأْك ْرَب َكِب ًرْي ا َو اْلَح ْم ُد ِهلل َكِثًرْي ا َو ُس ْب َح اَن ِهللا ُبْك َر ًة
َو َأِص ْي ًال ،اَل َهل َّال ُهللا َو ْح َد ُه َ ،ص َد َق َو ْعَد ُه َو َنَرَص َع ْب َد ُه َو َأَع َّز ُج ْن َد ُه
ِهلل ْك َأ ْك َأ َّال َال ِإ ِإ
َو َه َز َم اَأْلْح َز اَب َو ْح َد ُه َ ،هل ُهللا َو ُهللا ُرَب َ ،اُهلل ُرَب َو ْا َحلْم ُد .
ْل ِإ ِإ
اَحلْم ُد ِهلل اِذَّل ي َه َد ى اْلُم َّتِقَنْي الَرِّص اَط ا ُمْس َتِقَمْي َو َفَّض َلُهْم اِب َفْو ِز ا َع ِظ ِمْي ،
ْل ْل
َأْش َهُد َأْن اَل َهل اَّل ُهللا الَّر مْح ُن الَّر ِح ُمْي َو َأْش َهُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َأْفَض ُل
ْل ِهِل
آ ِل ْل ْل َقْل ِذ ٍد ىَل ْل ِل ِإّل َفِإ
ا ُمْر َس َنْي ،ال ُهَّم َص ِّل َع ُم َح َّم ي ا ِب ا َح ِمْي َو ا َم ْح ُب ْو ِبَنْي
َو َأَحْص اِبِه اْلَم ْم ُد ْو ِح َنْي َو َمْن َتِب َع ُس َّنَتُه ىَل َي ْو ِم اِّدل ْيَن َ ،و َبْع ُد َ ،فَي ا َأَهُّيا
ْل ِه ِإ
اْلَح اُرِض ْو َن ُأْو ِص ْي ْيِن َو اَّي ْمُك ِبَتْق َو ى ِهللا َو َط اَع َفَق ْد َف اَز ا ُم َّتُق ْو َن َو َجَنا
ِت
ِإ اْلُم ِط ْي ُع ْو َن .
َفَقاَل هللا َتَع اٰىل ٰۤ:يـَاَهُّيا اِذَّل ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَّتُق وا اَهّٰلل َح َّق ُتٰق ِت ٖه َو اَل َتُم ْو ُتَّن ِااَّل َو َا
ْنـْمُت ُّم ْس ِلُمْو َن .
َفـَص ـِّل لِـَّر ِّبـَك َو اْنـَح ـْر .
َاُهلل َأْك ُرَب َاُهلل َأْك ُرَب َاُهلل َأْك رَب َاُهلل َأْك ُرَب َو ِهلل ْا َحلْم ُد .
Jama’ah Idul Adha yang berbahagia. Marilah bersama kita meningkatkan iman
dan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebaik-baiknya, dengan
cara menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.
Semoga Allah memberikan petunjuk agar kita bisa berada di jalan yang lurus
dan Allah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada kita semua dalam
menjalani kehidupan.
Semoga kita diberi keberkahan umur yang panjang sampai pada bulan terakhir
tahun 1444 H ini. Sehingga pada pagi hari ini, tanggal 10 Żulhijjah kita dapat
merayakan Idul Adha dengan tenang dan khidmat dan melaksanakan shalat ’Id
dengan khusu,’ serta semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT, amin.
Salah satu dari bulan-bulan yang dimuliakan Allah adalah bulan Żulhijjah yang
berarti ”bulan yang di dalamnya terdapat pelaksanaan ibadah Haji” atau dalam
bahasa kita sering disebut dengan ”bulan Besar” karena di dalam bulan ini
terdapat peristiwa besar. Kebesaran peristiwa itu ditandai dengan
berkumpulnya jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia di padang Arafah
untuk melakukan wukuf, sebagai bagian dari rangkaian ibadah Haji. Para hujjāj
(orang yang berhaji) berkumpul dalam ”Muktamar/Kongres Akbar” untuk
mendekatkan diri kepada Allah dalam menyempurnakan Rukun Islam.
Bagi kita yang tidak melaksanakan Haji disunahkan berpuasa. Karena puasa
sunnah yang kita laksanakan itu dapat menghapus dosa-dosa kita satu tahun
yang lalu dan satu tahun yang akan datang. Tidak hanya ibadah puasa yang
sangat dianjurkan, bahkan ibadah apapun sangat dianjurkan untuk
dilaksanakan pada 10 hari pertama di bulan Żulhijjah ini misalnya sedekah,
shalat, dan lainnya sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
َع ْن َع بِد ِهللا ْبِن َع َّباٍس َر َيِض ُهللا َع ُهْنَم ا َأَّن الَنيِب َص ىَّل ُهللا َعَليِه َو َس َمَّل
«َم ا ِم ْن َأاَّي ٍم الَع َم ُل الَص اِلُح ِف َهْيا َأَحُّب ىَل ِهللا ِم ْن هِذِه اَألاَّي ِم» َيْعيِن: َقاَل
«َو اَل: َو اَل اِجل َه ِإاُد يِف َس ِب ْيِل ِهللا ؟ َق اَل، اَي َر ُس وَل ِهللا: َقاُلوا. َأاَّي ُم الَع ِرْش
َفْمَل َيْر ِج ْع ِم ْن ذَكِل، اَّل َر ُج ٌل َخ َر َج ِبَنْفِس ِه َو َم اِهِل، اِجل َهاُد يِف َس ِب يِل ِهللا
ِإ
»ِبْيَش ٍء «روى البخاري يف حصيحه
“Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata:”Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersbda:’ Tidak ada amalan shalih yang lebih dicintai Allah
daripada beramal di hari-hari ini. maksud beliau adalah hari-hari yang sepuluh.
Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, walaupun jihad fi sabililah?” Beliau
menjawab: “Ya, walaupun jihad fi sabililah, kecuali seseorang yang yang pergi
berjihad dengan jiwa dan hartanya, lalu dari jihad itu dia tidak pulang lagi
dengan membawa suatu apapun.”(HR.Al-Bukhari)
Kemudian pada tanggal 10 Żulhijjah, hari ini dan 3 hari berikutnya 11, 12 dan
13 Żulhijjah, yang dikenal dengan hari Tasyriq, kita merayakan dan berada
dalam suasana ʻIdul Adha ( )عيد األحضيatau ʻIdul Qurban ( )عيد القرابنatau
ʻIdun Nahr ( ) عيد النحرyang ditandai dengan penyembelihan hewan qurban
seperti sapi dan kambing dan ataupun hewan lainnya yang yang sesuai dengan
syariat islam. Gema takbir, tahlil, tahmid, dan taqdis membahana di jagad raya
menyuarakan rasa syukur kita kepada Allah empat hari ke depan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah….
Telah banyak hikmah yang disampaikan oleh para ulama dan guru-guru kita
terkait dengan ʻidul adha ini, mulai dari tentang ibadah haji, ibadah kurban,
tentang kesabaran dan ketaatan seorang ayah dan anaknya, dan lain-lain.
Semuanya mengajarkan kita hikmah dari Qurban yang berimplikasi
Perwujudan Kesalehan Sosial.
Pemahaman umum di masyarakat kita, hanya mengaitkan ibadah kurban
sebagai kesalehan ritual yang sifanya personal-transendental (Arab: hablum
minallah) tentu tidak salah. Bagi kita umat Islam, berqurban dengan
menyembelih hewan ternak merupakan salah satu bentuk mendekatkan diri
kepada Allah (taqarrub ilallah) disamping ibadah lainnya.
Disebutkan dalam Hadis Nabi
َق اَل َر ُس وُل ِهللا َص ىَّل ُهللا: َع ْن َج اِبِر ْبِن َع ْب ِد ِهللا َر َيِض ُهللا َع ْنُه َق اَل
( اْلُم ْؤ ِم ُن َيْأَلُف َو ُيْؤ َل ُف َو اَل َخ َرْي ِف ْيَم ْن اَل َي ْأَلُف َو اَل ُيْؤ َل ُف: َعَلْي ِه َو َس َمَّل
َو َخ ُرْي الَّناِس َأْنَفُع ُهْم ِللَّناِس ) رواه الطرباين
Artinya: “Orang Mukmin adalah orang yang ramah, dan diperlakukan dengan
ramah, tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak bebuat ramah, dan tidak
pula pada seseorang yang tidak dperlakukan dengan ramah, dan sebaik- baik
manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain.” (HR: Al-Thabarani)
Jadi, kalau hanya memahami Qurban sampai pada dimensi ini maka pesan
Islam sebagai agama yang peduli kepada sesama, maka hadits nabi ”sebaik-
baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain”- tidak akan
terwujud. Padahal sebenarnya ibadah qurban juga memiliki dimensi lain yaitu
dimensi kesalehan sosial yang sifatnya komunal-konkret (Arab: hablum
minannas). Pemaknaan akan dimensi sosial ini tergambar dari komponen
pembagian daging hewan kurban kepada fakir miskin. Disini ditujukan untuk
menimbulkan nuansa kepedulian seorang muslim kepada sesama. Sayangnya
pesan kedua ini tidak banyak dimengerti oleh kebanyakan kaum muslim.
Bisa jadi, mereka yang berkurban hanya terpaku pada pemberdayaan
keimanan diri sendiri. Seolah-olah menjadi orang yang religius atau paling
agamis, sudah dirasa cukup bagi dirinya. Namun sebagaimana disebutkan di
atas “bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang dapat bermanfaat bagi
orang lain,” maka pemberdayaan masyarakat menjadi sebuah kata kunci disini.
Maka Idul Adha ini sejatinya tak hanya sekedar untuk menyembelih hewan
qurban, namun ia juga merupakan momentum untuk memberi dan berbagi
sebagai simbol ketaqwaan dan penerapan kesalehan sosial.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah….
Idul Adha (Hari Raya Qurban) sejatinya merupakan kesinambungan jalan
kesalehan spiritual dan sosial dari Idul Fitri. Jika Idul Fitri merupakan
manifestasi kemenangan atas nafsu yang kemudian dipungkasi dengan
membayar zakat fitrah, maka Idul Adha merupakan manifestasi dari bukti
cinta, patuh, takwa, ketulusan berkorban, dan kerendahan hati seorang
muslim yang kemudian dipungkasi dengan menyembelih hewan qurban dan
membagi-bagikannya kepada yang berhak menerimanya.
Dalam konteks yang lebih luas, kesalehan sosial menunjuk pada perilaku peduli
kepada sesama. Sejatinya mereka yang saleh secara individual berarti beriman
dan bertaqwa kepada Allah. Wujud dari keberimanan dan ketaqwaan kepada
Allah otomatis akan merefleksikan kesalehan sosial, yaitu peduli kepada
mereka yang miskin, bodoh dan terbelakang. Wujud dari itu, maka mereka
akan selalu berpikir, berikhtiar dan berjuang untuk mengubah nasib mereka
yang belum beruntung dalam hidupnya. Kesalehan sosial bisa diwujudkan
dengan mengubah nasib orang-orang yang belum beruntung tadi dan dapat
dikatakan belum menikmati kemerdekaan.
Wujud lain dari kesalehan sosial, bisa dilakukan oleh mereka yang memegang
kedudukan dan jabatan, untuk terus berpikir dan membuat kebijakan untuk
melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan demikian, iman dan taqwa kepada Allah melahirkan kesalehan
individual dalam bentuk ibadah haji, shalat Idul Adha dan penyembelihan
qurban. Itu belum cukup, tapi harus ditindaklanjuti dengan mewujudkan
kesalehan sosial sesuai dengan peran kita masing-masing.
Oleh karena itu kepada umat Islam yang mampu sangat dianjurkan berqurban.
Bahkan Nabi memperingatkan secara keras bagi orang yang mampu tapi tidak
berqurban. Nabi bersabda:
، ( َمْن اَك َن ُهَل َس َع ٌة: ُهللا َعَلْي ِه َو َس َمَّل َق اَل َأيِب ُه َر ْيَر َة َأَّن الَنيِب َص ىَّل َع ْن
) رواه ابن ماجة َفاَل َيْقَر َبَّن ُم َص اَّل اَن، ُيَض ِّح َو َلْم
Artinya: Barangsiapa yang mendapatkan kelapangan (rezeki) tetapi ia tidak
mau berqurban maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami (Hadis
riwayat Ibnu Majah).
Hadis Nabi ini seolah-olah ingin menyampaikan pesan bahwa shalatmu (atau
hablum minallah-mu) akan sia-sia saja, jika kamu tidak berqurban (atau tidak
ber-hablum minannaas) sementara kamu mampu untuk itu. Inilah salah satu
manifestasi atau bentuk konkrit agar umat Islam memiliki kesadaran atau
kesalehan sosial yang tinggi dan peduli kepada sesama. Seluruh ibadah kita
memiliki aspek vertikal atau hablum minallah, berhubungan dengan Allah, dan
aspek horizontal atau hablum minannas, berdampak kepada manusia.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah….
Qurban juga bisa merupakan solusi praktis bagaimana Islam memberikan obat
bagi penyembuhan masalah sosial berupa kemiskinan. Karena dari
kemiskinanlah lahir beragam penyakit sosial lainnya dan kriminalitas. Daging
hewan qurban tersebut kemudian dibagi-bagikan terutama kepada faqir
miskin. Allah berfirman:
ِلَيْش َهُد وا َمَن اِف َع َلُهْم َو َي ْذ ُكُر وا اَمْس اِهَّلل يِف َأاَّي ٍم َمْع ُلوَم اٍت َعىَل َم ا َر َز َقُهْم
ِم ْن ِهَب َميِة اَأْلْنَع اِم َفُلُكوا ِم َهْنا َو َأْط ِع ُم وا اْلَباِئَس اْلَفِقَري
Artinya: supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan
supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas
rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka
makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk
dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. (QS. Al-Hajj : 28)
Yang diterima Allah sebenarnya bukanlah daging dan darah hewan qurban itu.
Namun ketakwaan dan niat ikhlas kita lah yang sampai kepada Allah dan ia
yang akan menjadi bekal dan amal shaleh kita. Allah berfirman dalam al-qur’an
:
َلْن َيَناَل اَهَّلل ُلُح وُم َها َو اَل ِد َم اُؤ َها َو َٰل ِكْن َيَناُهُل الَّتْقَو ٰى ِم ْنْمُك ۚ َكَٰذ َكِل َّخَسَر َها
َلْمُك ِلُتَكُرِّب وا اَهَّلل َعٰىَل َم ا َه َد اْمُكۗ َو َبِرِّش اْلُم ْح ِس ِنَني
Artinya: Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu
mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar
gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Hajj : 37)
Betapa besar ganjaran pahala bagi orang yang berqurban, sebagaimana sabda
nabi yang diriwayatkan oleh ibnu majah :
َح َّد َثَنا ُم َح َّم ُد ْبُن َخ َل ٍف اْلَع ْس َقاَل ُّيِن َح َّد َثَنا آَد ُم ْبُن َأيِب اَي ٍس َح َّد َثَنا َس اَّل ُم
ِإ
ْبُن ِم ْس ِكٍني َح َّد َثَنا َعاِئ ُذ اِهَّلل َع ْن َأيِب َد اُو َد َع ْن َز ْي ِد ْبِن َأْر َقَم َق اَل َق اَل
َأَحْص اُب َر ُس وِل اِهَّلل َص ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل اَي َر ُس وَل اِهَّلل َم ا َه ِذِه
اَأْلَض اُّيِح َقاَل ُس َّنُة َأِبيْمُك ْبَر اِه َمي َقاُلوا َفَم ا َلَنا ِف َهيا اَي َر ُس وَل اِهَّلل َقاَل ِبِّلُك
َش َع َر ٍة َح َس َنٌة َقاُلوا َفالُّص وِإُف اَي َر ُس وَل اِهَّلل َقاَل ِبِّلُك َش َع َر ٍة ِم ْن الُّص وِف
َح َس َنٌة
Artinya: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Khalaf Al 'Asqalani]
telah menceritakan kepada kami [Adam bin Abu Iyas] telah menceritakan
kepada kami [Sallam bin Miskin] telah menceritakan kepada kami [A'idzullah]
dari [Abu Daud] dari [Zaid bin Arqam] dia berkata, "Para sahabat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah maksud dari
hewan-hewan kurban seperti ini?" beliau bersabda: "Ini merupakan sunnah
(ajaran) bapak kalian, Ibrahim." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, lantas
apa yang akan kami dapatkan dengannya?" beliau menjawab: "Setiap rambut
terdapat kebaikan." Mereka berkata, "Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai
Rasulullah?" beliau menjawab: "Dari setiap rambut pada bulu-bulunya
terdapat suatu kebaikan." Subhanallah, ada begitu banyak kebaikan pada tiap
bagian dari hewan yang kita kurbankan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah….
Semoga khutbah yang singkat ini bermanfaat dalam mendorong peningkatan
kualitas dan kuantitas amal kesalehan ritual kita dalam melaksanakan semua
ibadah, serta mendorong penguatan kepekaan kesalehan sosial kita berupa
kepedulian, perhatian, solusi, kebijakan, dan aksi nyata kepada mereka-mereka
yang membutuhkan, amin.
َو َنَفَع يِن َو اَّي ْمُك ِبَم ا ِف ْي ِه ِم َن اآلاَي ِت،اَب َر َك ُهللا يِل َو َلْمُك يِف الُق ْر آِن الَع ِظ مي
َأُقوُل َقْو يِل هَذ ا َو َأْس َتْغِفُر َهللا يِل ِإ َو َلْمُك َو ِلَو اَدِل َّي َو ِلَس اِئِر.َو اِذل ْك ِر اَحلِكمي
.اْلُمْس ِلِم َنْي ِم ْن ِّلُك َذ ْنٍب َفاْس َتْغِفُر وُه َّنُه ُه َو الَغُفوُر الَّر ِح مي
ِإ
الخطبة الثانية
ُهللا أْك ُرَب ُهللا أْك ُرَب ُهللا أْك ُرَب ُهللا أْك ُرَب ُهللا أْك ُرَب ُهللا أْك ُرَب
ُهللا أْك ُرَب َكِب ًرْي ا َو اْلَح ْم ُد ِهلل َكِثًرْي ا َو ُس ْب َح اَن ِهللا ُبْك َر ًة َو َأِص ْي ًال ،اَل إَهل اَّل
ِإ
ُهللا ُ ،ه َو ُهللا َأْك رَب ُ ،هللا َأْك رَب َو ِهلل اْلَح ْم ُد .
اْلَح ْم ُد ِهلل َعَىل ِا ْح َس اِنِه َو الُّش ْك ُر ُهَل َعَىل َتْو ِف ْيِقِه َو ِاْم ِتَناِنِه .اْلَح ْم ُد ِهلل اِذَّل ي
َأَم َر اَن َأْن ُنْص ِلَح َم ِع ْيَش َتَنا ِلَنْي ِل الِر َض ا َو الَّس َع اَدةَ ،و َنُق وُم اِب لَو اِج َب اِت يِف
ِع َباَد ِت ِه َو َتْق َو اُه .وَأْش َهُد َأْن َال َهَل َّال ُهللا َو ْح َد ُه َال ِرَش ْيَك ُهَل َو َأْش َهُد َأَّن
َّل ِه ِن ِع ِإ ِإ
َس ِّيَد اَن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُهُل اَّدل ا ى َىل ِر ْض َو ا َ .ال ُهَّم َص ِّل َو َس ْمِّل
ِث َك ِل َت ِه ىَل ِد ٍد ىَل آهِل َأَحْصِإ
َو اَب ِر ْك َع َس ِّي اَن ُم َح َّم َو َع َو اِب َو َس ْمِّل ْس ْيًم ا ًرْي ا
َفَي ا َأَهُّيا الَّن اُس اَّتُق وا َهللا َح َّق ُتَقاِت ِه َو اَل َتُم وُتَّن ِإ اَّل َو َأْنْمُت ُم ْس ِلُم ونَ .الَّلُهَّم
َص ِّل َعىَل َس ِّي ِد اَن ُم َح َّم ٍد َو َعىَل آِل َس ِّي ِد اَن ُم َح َّم ٍد َو اْر َض َع َّن ا َم َع ُهْم
ِبَر َمْح ِتَك اَي َأْر َح َم الَّر اِمِح َنْي
الَّلُهَّم آِم نْي اَي َر َّب الَع اَلِم ني
َالَّلُهَّم اْغِف ْر ِلْلُم ْؤ ِمِنَنْي َو اْلُم ْؤ ِم َن اِت َو اْلُمْس ِلِم َنْي َو اْلُمْس ِلَم اِت اَألْح َي اِء ِم ُهْنْم
َو ْا َألْم َو اِت َّنَك ِمَس ْي ٌع َقِر ْيٌب ُم ِج ْي ُب اَّدل َع َو اِت .
ُل اَل ِن ِإ
َل
َر َّبَنا اْغِف ْر َن ا َو ْخ َو ا َن ا ا يَن َس َبُقواَن اِب َمياِن َو ْجَت َع ْل يِف ُق وِبَن ا ًاّل
ِغ ِذَّل
ِّلِذَّل ي آ وا ا ِإِلَّنَك وٌف ِح ِ .إْل
َن َمُن َر َّبَن َر ُؤ َّر ٌمي
ِإ
َالَّلُهَّم آِم َّنا ْيِف َأْو َط اِنَنا َو َأْص ِلْح َأِئَّم َتَن ا َو ُو اَل َة ُأُم ْو ِر اَن َو اْجَع ْل ِو اَل َيَتَن ا ْيِف َمْن
َخ اَفَك َو اَّتَقاَك َو اَّتَبَع ِر َض اَك اَي َر َّب اْلَع اَلِم َنْي .
َالَّلُهَّم َو ِّف ْق َو َّيِل َأْمِر اَن ِلُه َد اَك َو اْجَع ْل َمَع ُهَل ْيِف ِر َض اَك َ ،و اْر ُز ْق ُه اْلِب َط اَن َة
الَّص اِلَح َة الَناَحِص َة اَي َر َّب اْلَع اَلِم َنْي .
َر َّبَنا آِتَنا يِف اُّدل ْنَيا َح َس َنًة َو يِف اآْلِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِق َن ا َعَذ اَب الَّن اِر َ.و َص ىَّل
ُهللا َعىَل َنِب ِّينَا َس ِّي ِد اَن ُم ـَح َّم ٍد َو َعىَل آِهِل َو ْحَص ِب ِه َو َمْن َتِب َع ُهْم ْح َس اٍن ىَل
ِإ ِإِب
َيْو ِم اِّدل ْيِن َ .و آِخ ُر َدْع َو ااَن َأِن اْلَح ْم ُد هلل َر ِّب اْلَع اَلِم َنْي .
ِع َباَد ِهللا ! َّن َهللا َيْأُم ُر اَن ْاِب لَع ْد ِل َو ْا ْح َس اِن َو ْيتآِء ِذ ي ْا لُقْر َىب َو َيَهْنى َع ِن
ْذ ِإ َذ َّل ِإل ُمل ِإ
ْا لَفْح شآِء َو ْا ْنَك ِر َو ْا لَبْغي َيِع ُظ ْمُك َلَع ْمُك َت َّكُر ْو َن َو ا ُك ُر وا َهللا ْا لَع ِظ َمْي
َيْذ ُكْر ْمُك َو اْش ُكُر ْو ُه َعَىل ِنَع ِم ِه َيِز ْد ْمُك َو ِذَل ْك ُر ِهللا َأْك ْرَب