LP Halusinasi, RBD, HDR, Waham
LP Halusinasi, RBD, HDR, Waham
LP Halusinasi, RBD, HDR, Waham
HALUSINASI
Disusun Oleh :
NIM : 2204054
UNIVERSITAS AN NUUR
T.A 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
DENGAN MASALAH HALUSINASI
A. Masalah Utama
Ganggguan Persepsi sensori: Halusinasi
B. Proses terjadinya masalah
1. Definisi
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi sensori
yang tidak sesuai dengan kenyataan seperti melihat bayangan atau
suara suara yang sebenarnya tidak ada.(Yudi hartono;2012;107)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana
klien mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan.
Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (Damaiyanti,
2012: 53)
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi
dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Suatu penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014 : 129)
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak
mampu mandiri sehjak kecil, mudah frustasi, hilangnya
percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya
sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Adanya stress yang berlebih dialami seseorang maka di
dalam tubuh akan dihasilkan zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabakan teraktivasinya neutransmitter otak.
4) Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyataa menuju
alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orang tua skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia.
Sehingga menunjukkan bahwa faktor keluarga dapat sangat
berpengaruh pada penyakit ini. (Prabowo, 2014: 132-133).
b. Faktor Presipitasi
1) Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak,
yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
2) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi
terhadap stresosor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menamggapi stress.(Prabowo, 2014 : 133)
4) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku
menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak.
a) Dimensi fisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa
kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan
obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol
dan kesulitan untuk tidur dalamwaktu yang lama.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem
yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusianasi
itu terjadi, isi dari halusinasi dapat berupa peritah
memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi
tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa
individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan
usha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,
namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tak jarang akan mengotrol semua perilaku klien.
d) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam
fase awal dan comforting, klien menganggap bahwa hidup
bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak
didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan
kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu
proses interkasi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien
tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
e) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah
dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri,
irama sirkardiannya terganggu (Damaiyanti, 2012 : 57-58).
Gangguan halusinasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor lainnya
seperti (Biologis, Psikologis dan sosial).
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak dapat menimbulkan
gangguan seperti :
1) Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal, temporal
dan citim limbik. Gejala yang mungkin timbul adalah
hambatan dalam belajar, daya ingat dan berbicara.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal,
perinatal neonates dan kanak-kanak.
b. Psikologis
Keluarga,pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis diri klien, sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi ganguan orientasi realitas adalah
penolakan atau kekerasan dalam hidup klien. Penolakan dapat
dirasakan dari keluarga, pengasuh atau teman yang bersikap
dingin, cemas, tidak peduli atau bahkan terlalu melindungi
sedangkan kekerasan dapat bisa berupa konflik dalam rumah
tangga merupakan lingkungan resiko gangguan orientasi realitas.
c. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi
gangguan orientasi realitas seperti kemiskinan, konflik sosial,
budaya, kehidupan yang terisolir disertai stres yang menumpuk.
(Yudihartono;2012;108)
3. Jenis-Jenis Halusinasi
Beberapa jenis halusinasi ini sering kali menjadi gejala penyakit
tertentu,seperti skizofrenia. Namun terkadang juga dapat disebabkan oleh
penyalahgunaan narkoba, demam, depresi atau demensia, berikut ini jenis
jenis halusianasi yang mungkin saja mengintai pikiran manusia
a. Halusinasi Pendengaran (Audio)
Ini adalah jenis halusinasi yang menunjukan persepsi yang
salah dari bunyi, musik, kebisingan atau suara. Mendengar suara
ketika tidak ada stimulus pendengaran adalah jenis yang paling
umum dari halusinasi audio pada penderita gangguan mental. Suara
dapat didengar baik di dalam kepala maupun di luar kepala
seseorang dan umumnya dianggap lebih parah ketika hal tersebut
datang dari luar kepala, suara bisa datang berupa suara wanita
maupun suara pria yang akrab atau tidak akrab. Pada penderita
skizofrenia gejala umum adalah mendengarkan suara suara dua
orang atau lebih yang berbicara pada satu sama lain, ia mendengar
suara berupa kritikan atau komentar tentang dirinya, perilaku atau
pikirannya.
b. Halusinasi penglihatan
Ini adalah sebuah persepsi yang salah pada pandangan. Isi
dari halusinasi dapat berupa apa saja tetapi biasanya orang atau
tokoh seperti manusia. Misalnya, seseorang merasa ada orang berdiri
di belakangnya
c. Halusinasi Pengecapan (Gustatorius)
Ini adalah sebuah persepsi yang salah mengenai rasa.
Biasanya pengalaman ini tidak menyenangkan. Misalnya seorang
individu mungkin mengeluh telah mengecap rasa logam secara terus
menerus. Jenis halusinasi ini sering terlihat dibeberapa gangguan
medis seperti epilepsi dibandingkan pada gangguan mental.
d. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada. Bau ini
biasanya tidak menyenangkan seperti mau muntah, urin, feses asap
atau daging busuk. Kondisi ini juga sering disebut sebagai
Phantosmia dan dapat diakibatkan oleh adanya kerusakan saraf di
bagian indra penciuman. Kerusakan mungkin ini mungkin
disebabkan oleh virus, trauma, tumor otak atau paparan zat-zat
beracun atau obat obatan.
e. Halusinasi sentuhan (Taktil)
Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan
atau suatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh. Halusinasi
sentuhan ini umumnya merasa seperti ada suatu yang merangkak di
bawah atau pada kulit.
f. Halusinasi somatik
Ini mengacu paX CASda saat seseorang mengalami perasaan
tubuh mereka merasakan nyeri yang parah misalnya akibat mutilasi
atau pergeseran sendi.
Pasien juga melaporkan bahwa ia juga mengalami penyerahan oleh
hewan pada tubuh mereka seperti ular merayap dalam perut.
(Yudihartono;2012;109)
4. Rentang respon Halusinasi
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon verbal
lambat
c. Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak
nyata
f. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
7. Akibat Halusinasi
Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Ini diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya
yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal diluar kesadarannya.
(Iskandar, 2012:56)
C. Penatalaksanaan
1. Masalah keperawtaan yang mungkin muncul dan data yang perlu dikaji
a. Data Obyektif
1) Melirikan mata ke kiri dank e kanan seperti mencari siapa atau apa
yang sedang berbicara
6) Keberanian kurang
8) Mudah panik
9) Duduk mentyendiri
b. Data Subyektif
2. Diagnosa Keperawatan
1) Kriteria Hasil
Setelah 1x interaksi, pasien mampu membina hubungan saling
percaya dengan perawat dengan kriteria: ekspresi wajah bersahabat,
menunjukkan rasa senang, dan kontak mata, mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau
mengungkapkan perasaannya.
2) Intervensi
Bina hubungna saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
a) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
1) Kriteria Hasil
Setelah 2 X interaksi, pasien dapat menyebutkan:
a) Isi
b) Waktu
c) Frekuensi
2) Intervensi
1) Kriteria Hasil:
Seteah 2 X interaksi pasien menyebutkan tindakan yang biasanya
diakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
2) Intervensi
d) Bantu pasien memiih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya
1) Kriteria Hasil
Setelah 2x interaksi pasien mendemonstrasikan penggunaan obat
dengan benar
2) Intervensi
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
a) Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
b) Klien sering tertawa dan tersenyum sendiri
c) Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki
2. Diagnosa keperawatan:
Perubahan persepsi sensori: halusinasi dengar
ORIENTASI:
”Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apa keluhan mbak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
mbak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu?
Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
”Apakah mbak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara
itu?”
”Apa yang mbak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?
” mbak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung adik bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.
Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba mbak peragakan!
Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus mbak A sudah bisa”
TERMINASI:
“Selamat pagi mbak, Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?
Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara
kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
Terminasi:
“Bagaimana perasaan A setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang A
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau A
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian A. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan
secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke
mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas
terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00? Mau di mana/Di sini
lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”
Kerja: “Apa saja yang biasa A lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali A bisa lakukan. Kegiatan ini dapat A lakukan untuk
mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar
dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Orientasi:
“Selamat pagi A Bagaimana perasaan A hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik.
Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang mbak minum. Kita
akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya A?”
Kerja:
“A adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang A
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
A minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 2
kali sehari jam 1 siang dan jam 8 malam gunanya untuk menghilangkan suara-
suara. Ini yang kuning (THP) 2 kali sehari jam 6 pagi dan jam 6 sore gunanya
untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang biru (HLP) 2 kali sehari jam 6 pagi
dan jam 6 sore gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah
hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter,
sebab kalau putus obat, A akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke
keadaan semula. Kalau obat habis A bisa minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan
obatnya benar, artinya A harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar
punya A Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya.
Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum
sesudah makan dan tepat jamnya A juga harus perhatikan berapa jumlah obat
sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus!
(jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal
kegiatan A Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada
keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi
untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau
jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama
pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien
termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di
rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara
konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program
pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu
merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi
akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang
efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di
rumah. Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien
halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan
pasien
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat
pasien halusinasi.
Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara.
ORIENTASI:
“Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya Nurul, yang merawat A”
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa pendapat ibu tentang A?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang A alami dan bantuan
apa yang ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama
waktu ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
“Apa yang Mbak rasakan menjadi masalah dalam merawat A Apa yang ibu
lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh A itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak
ada.”
“Kalau A mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu
tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada
beberapa cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-
cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan A, jangan membantah halusinasi
atau menyokongnya. Katakan saja ibu percaya bahwa anak tersebut memang
mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi ibu sendiri tidak mendengar atau
melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan A melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap
dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-
sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih A untuk membuat jadwal kegiatan
sehari-hari. Tolong ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia
lakukan!”
”Ketiga, bantu A minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih A untuk minum obat
secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini
yang orange namanya (CPZ) 2 kali sehari jam 1 siang dan jam 8
malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang kuning (THP) 2 kali
sehari jam 6 pagi dan jam 6 sore gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan
yang biru (HLP) 2 kali sehari jam 6 pagi dan jam 6 sore gunanya untuk pikiran
biar tenang.. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi A
dengan cara menepuk punggung A. Kemudian suruhlah A menghardik suara
tersebut. A sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi A. Sambil menepuk punggung A,
katakan: A, sedang apa kamu? Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila
suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, A tutup telinga kamu dan katakan
pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, A”
”Sekarang coba ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi S?”
“Sekarang coba ibu sebutkan kembali tiga cara merawat A?”
”Bagus sekali. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan A?”
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
ORIENTASI
“Selamat pagi, sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk
membicarakan jadwal Ibu selama dirumah”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal Ibu di rumah? Mari kita duduk di ruang
tamu!”
“Berapa lama ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA
“Ini jadwal kegiatan ibu yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba
ibu lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan?” ibu jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh A selama di rumah. Misalnya kalau A terus menerus mendengar suara-suara
yang mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan ulang dan di berikan tindakan”
TERMINASI
“Bagaimana ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba ibu sebutkan cara-cara
merawat A Bagus (jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini
jadwalnya. Sampai jumpa”
LAPORAN PENDAHULUAN
WAHAM
Disusun Oleh :
NIM : 2204054
UNIVERSITAS AN NUUR
T.A 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
DENGAN MASALAH WAHAM
A. Masalah Utama
Perubahan pola pikir: waham
B. Proses terjadinya masalah
1. Definisi
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan, tetap dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis
oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilangan kontrol (Depkes RI, 2000 dalam Fitria, 2012).
a. Teori Psikodinamika
c. Teori Biologi
Muncuk karena adanya berapa kekuatan atau pengaruh dari
beberapa penyakit individu yang keluarganya mempunyai gejala
penyakit yang sama, contohnya : pad anak kemabar, jika salah satu
terkena skizofrenia, maka 58 % kemungkinan akan terkena pada
anak yang satunya.
3. Faktor Predisposisi
a. Klien
Adaptif Maladaptif
Aziz, F dkk.(2012). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.
Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi S1-Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
Fitria,(2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat Bagi program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Keliat B. A, (2011). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2 . Jakarta: EGC
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan bahwa dia adalah Tuhan, tampak selalu memakai
pakaian putih, tampak bicara banyak, mendominasi pembicaraan.
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Proses Pikir: Waham
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan:
a. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
b. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
c. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
d. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
Orientasi:
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Nurul kusnainiyatun, panggil saya
Nurul. Saya mahasiswa Universitas An Nuur Purwodadi. Nama bapak
siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak rasakan
sekarang?”apakah bapak masih punya perasaan atau pemikiran sebagai
Tuhan.
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?” “Dimana enaknya kita ngobrol pak?”
Fase Kerja:
“Saya mengerti bapak merasa bahwa bapak adalah seorang Tuhan, tapi
sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua Tuhan
cuma satu, bisa kita lanjutkan pembicaraan pak?”
“Tampaknya bapak gelisah sekali, bisa bapak ceritakan apa yang bapak
rasakan?”
“O jadi bapak merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak
punya hak untuk mengatur diri bapak sendiri?”
“Siapa menurut bapak yang sering mengatur-atur diri bapak?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya pak, juga anak dan saudara
yang lain?”
“Kalau bapak sendiri inginnya seperti apa?”
“bagus bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut bapak”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya bapak ingin ada kegiatan di
ruangan ini ya.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbicara dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadwal ini bapak coba lakukan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi dan kita bercakap-
cakap tentang kemampuan yang pernah bapak miliki? Mau di mana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
Orientasi:
“Selamat pagi bapak, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah bapak sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran
bapak?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bapak tersebut?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
Fase Kerja:
“Apa saja hobi bapak? Saya catat ya pak, terus apa lagi?”
“Wah rupanya bapak pandai main catur ya, tidak semua orang bisa
bermain catur seperti itu”.
“Bisa bapak ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main catur,
siapa yang dulu mengajarkannya kepada bapak, dimana?”
“Bisa bapak peragakan kepada saya bagaimana bermain catur yang cerdik
itu?”
“Wah baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak ini ya, berapa kali
sehari/seminggu bapak mau bermain catur?”
“Apa yang bapak harapkan dari kemampuan bermain catur ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bapak yang lain selain bermain catur?”
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan bapak?”
“Setelah ini coba bapak lakukan latihan catur sesuai dengan jadwal yang
telah kita buat ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya pak?”
“Bagaimana kalau besok pagi? Di ruang tamu saja, ya setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bapak minum,
setuju?”
“Bagaimana kalau sekarang bapak teruskan kemampuan bermain catur.”
Orientasi
“Selamat pagi bapak.”
“Bagaimana bapak. sudah dicoba latihan caturnya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang
kita membicarakan tentang obat yang bapak minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di ruang tamu ini saja?”
“Berapa lama bapak mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
Fase Kerja
“Bapak berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat
diminum?”
“Bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang”
“Obatnya ada tiga macam bapak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks,
dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi
teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan
jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat, mulut bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya bapak bisa banyak minum ”.
“Sebelum minum obat ini bapak mengecek dulu label di kotak obat apakah
benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bapak
tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi
dengan dokter”.
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat
yang bapak minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan bapak. Jangan lupa minum
obatnya dan nanti saat makan siang minta sendiri obatnya pada perawat”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya pak!”
“Bapak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 9 dan di sini?”
“Sampai besok.”
Orientasi
“Selamat pagi bapak, bapak masih ingat nama saya siapa?”
“ Oh bapak lupa, baik kita kenalan lagi ya pak, nama saya perawat Aula,
nama bapak siapa? Panggilannya? wah nama panggilannya bagus sekali.”
“Bapak bagaimana perasaannya hari ini? wah bapak lagi seneng ya?”
“Baik, sekarang kita akan belajar berhubungan dengan realita, bagaimana
apakah bapak bersedia? Kalau begitu bapak mintanya kita ngobrol berapa
menit? Dimana kita ngobrolnya? Bagaimana kalau kita ngobrol sambil
duduk di kursi taman atau seperti sebelumnya?
Fase Kerja
“Kita mulai ya bapak ngobrolnya, bapak itu menganggap diri bapak itu
siapa?”
“Baik pak, bapak adalah pasien kami, bapak itu sudah punya istri dan dua
orang anak, bapak ingat?”
“Pekerjaan bapak kan seorang pegawai di kantor. Orang lain yang
memakai baju sama seperti bapak itu teman bapak, dan yang memakai baju
putih-putih adalah perawat yang bertugas merawat dan membantu bapak,
sekarang kita ada di rumah sakit pak, tempat untuk membantu mengatasi
masalah-masalah yang bapak hadapi.”
“Nanti kalau bapak kesepian, saya ajak bapak bermain dengan teman-
teman yang lain ya, biar kita bisa kenalan sama mereka dan bapak punya
banyak teman. Bagaimana bapak mau? Bagus sekali, kalau bapak mau.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah ngobrol dengan saya? syukur, kalau
bapak senang. Saya juga senang sekali bisa ngobrol dengan bapak.
“Baik, tadi kan kita sudah ngobrol masalah realita, bapak bisa ceritakan
kembali kepada saya bapak itu siapa dan sedang dimana ? Wah pintar
sekali bapak. bapak nanti kalau ada apa-apa, bapak bisa menghubungi
saya atau perawat yang ada disini.”
“Kalau begitu berhubung ini sudah 15 menit, berarti waktu ngobrol kita
sudah selesai, terima kasih bapak, silahkan bapak lanjutkan aktivitas bapak
lagi, saya permisi dulu.”
Orientasi
“Selamat pagi bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu
lagi”
“Bagaimana bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan
dua hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke bapak
ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?”
Fase Kerja
“Sekarang anggap saya bapak yang sedang mengaku-aku sebagai Tuhan,
coba ibu praktikkan cara bicara yang benar bila bapak sedang dalam
keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian kepada kemampuan
yang dimiliki bapak. Bagus bu.”
“Sekarang coba cara memotivasi bapak minum obat dan melakukan
kegiatan positifnya sesuai jadwal. Bagus sekali, ternyata ibu sudah
mengerti cara merawat bapak”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada bapak?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih cara merawat bapak?”
“Setelah ini coba ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali ibu
membesuk bapak.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi ibu datang kita kembali bertemu
dan kita akan mencoba lagi cara merawat bapak sampai ibu lancar
melakukannya?”
“Jam berapa bisa bertemu ibu? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di
tempat ini ya bu”
Orientasi
“Selamat pagi bu, karena bapak rencana mau pulang, bagaimana kalau
kita berbincang tentang perawatan lanjutan untuk bapak?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal di rumah? Mari Ibu
duduk di sini”
“Berapa lama ibu punya waktu? Baik 20 menit saja, sebelum Ibu
menyelesaikan administrasi di depan.”
Fase Kerja
“Bu, ini jadwal bapak yang sudah dibuat. Coba diperhatikan. Apakah kira-
kira dapat dilaksanakan semua? Jangan lupa memperhatikan bapak, agar
ia tetap menjalankan jadwal di rumah, dan jangan lupa memberi tanda M
(mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau melaksanakan).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh suami ibu selama di rumah. Kalau misalnya bapak
mengaku sebagai seorang Tuhan terus menerus dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera kontrol ke rumah
sakit ya”
Terminasi
“Apa yang ingin Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Ibu? Sudah siap
melanjutkan di rumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Kalau ada apa-apa Ibu boleh juga
menghubungi kami. Terima kasih ibu, hati-hati di jalan!”
LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun Oleh :
NIM : 2204054
UNIVERSITAS AN NUUR
T.A 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
A. Masalah Utama
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai ideal diri. Perasaan
tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(Fajariah, 2012).
Harga diri rendah adalah kurangnya rasa percaya diri sendiri
yang dapat mengakibatkan pada perasaan negatif pada diri sendiri,
kempuan diri dan orang lain. Yang mengakibatkan kurangnya
komunikasi pada orang lain.
2. Penyebab
Penyabab terjadinya harga diri rendah:
a) Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.
b) Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
c) Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau
pergaulan
d) Harga diri rendah muncul saat lingkkungan cenderung
mengsucikan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
3. Manifestasi
Menurut Keliat (2011), perilaku yang berhubungan dengan harga diri
rendah antara lain:
a) Mengkritik diri sendiri.
b) Menarik diri dari hubungan sosial.
c) Pandangan hidup yang pesimis.
d) Perasaan lemah dan takut.
e) Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri.
f) Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
g) Hidup yang berpolarisasi.
h) Ketidakmampuan menentukan tujuan.
i) Merasionalisasi penolakan.
j) Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.
k) Menunjukkan tanda depresi. (sukar tidur dan sukar makan)
4. Rentang respon
Rentang respon pada pasien dengan harga diri rendah terdiri dari:
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya.
a) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima.
b) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai
pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari
hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya. (Eko, 2014)
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika
dia tidak mampu lagi menyelesaikan masalah yang dihadapi.
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk
menilai dirinya yang negatif dan merasa lebih rendah dari
orang lain.
b. Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu
mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu
berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa
percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan
orang lain. (Eko, 2014) (Fajriyah, 2012)
5. Proses Terjadinya Masalah
Proses terjadinya masalah pada pasien dengan harga diri rendah
dikarena 2 faktor, yaitu:
a) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut
Herdman (2011) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis.
Faktor predisposisi citra tubuh adalah:
1. Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh.
2. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat
penyakit.
3. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi
tubuh.
4. Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.
Faktor predisposisi harga diri rendah adalah:
1. Penolakan.
2. Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif, otoriter, tidak
konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut.
3. Persaingan antar saudara.
4. Kesalahan dan kegagalan berulang.
5. Tidak mampu mencapai standar.
Faktor predisposisi gangguan peran adalah:
1. Stereotipik peran seks.
2. Tuntutan peran kerja.
3. Harapan peran kultural.
Faktor predisposisi gangguan peran adalah:
1. Ketidakpercayaan orang tua.
2. Tekanan dari per grup.
3. Perubahan struktur sosial. (Herdman, 2011)
b) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau
bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya
produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara situasional
maupun kronik.
1. Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana
situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri,
khususnya trauma emosi seperti penganiayaan seksual dan
phisikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
(Herdman, 2011)
2. Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak
mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau
tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan
peran ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan
peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat
individu menghadapi dua harapan peran yang bertentangan dan
tidak dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak
mengetahui harapan peran yang spesifik atau bingung tentang
peran yang sesuai.
1) Trauma peran perkembangan.
2) Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.
3) Transisi peran situasi.
4) Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau
berkurang.
5) Transisi peran sehat-sakit.Pergeseran konsidi pasien yang
menyebabkan kehilangan bagian tubuh, perubahan bentuk,
penampilana dan fungsi tubuh, prosedur medis dan
keperawatan. (Herdman, 2011)
c) Perilaku
1. Citra tubuh
Citra tubuh diantaranya adalah menolak menyentuh atau
melihat bagian tubuh tertentu, menolak bercermin, tidak mau
mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh, menolak usaha
rehabilitasi, usaha pengobatan, mandiri yang tidak tepat dan
menyangkal cacat tubuh. (Herdman, 2011)
2. Harga diri rendah
3. Keracunan identitas
Keracunan identitas diantaranya adalah tidak ada kode
moral, kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal
yang ekploitatif, perasaan hampa, perasaan mengambang
tentang diri, kehancuran gender, tingkat ansietas tinggi, tidak
mampu empati pada orang lain, masalah estimasi. (Herdman,
2011)
4. Depersonalisasi
Depersonalisasi meliputi afektif, kehidupan identitas,
perasaan terpisah dari diri, perasaan tidak realistis, rasa terisolasi
yang kuat, kurang rasa berkesinambungan, tidak mampu
mencari kesenangan. Perseptual halusinasi dengar dan lihat,
bingung tentang seksualitas diri, sulit membedakan diri dari
orang lain, gangguan citra tubuh, dunia seperti dalam mimpi,
kognitif bingung, disorientasi waktu, gangguan berfikir,
gangguan daya ingat, gangguan penilaian, kepribadian ganda.
(Herdman, 2011)
5. Komplikasi
Apabila masalah harga diri rendah tidak segera
ditangani, pasien akan selalu tidak percaya dan selalu
mempunyaki pikiran negatif, baik pada diri sendir maupun
orang lain, akibatnya pasien akan cenderung menyendiri dan
mengisolasi diri dari lingkungan, aktifitas yang menurun dan
sebagainya. Jika isolasi sosial sudah mendominasi kehidupan
pasien, maka aktivitas pasien hanya duduk sendiri, melamun
sehingga jika dibiarkan dalam kurun waktu yang panjang, maka
isolasi sosial dapat berlanjut menjadi gangguan sensorik
persepsi halusinasi. (Ayyubi, 2010)
6. Tanda Gejala
Tanda gejala harga diri rendah antara lain yaitu perasaan
malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
merendahkan martabat, gangguan hubungan sosial, seperti
menarik diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka
sendiri, percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan,
mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, ingin mengakhiri kehidupan. Tidak ada kontak
mata, sering menunduk, tidak atau jarang melakuakan kegiatan
sehari-hari, kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, berkurang selera makan, bicara lambat dengan nada
lemah.
7. Akibat
Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko
terjadinya isolasi sosial : menarik diri, isolasi soasial menarik
diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada
tingkah laku yang maladaptif mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosial. Dan sering dirtunjukan dengan perilaku
antara lain :
Data subyektif
a) Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau
pembicaraan.
b) Apatis.
e) Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat
bicara.
8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis :
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus
menerus.
Jangka Panjang :
1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang
disenangi dari orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
a. BHSP.
b. Jangan memancing emosi pasien.
c. Libatkan pasien dalam kegaitan yang berhubungan dengan
keluarga.
d. Berikan kesempatan pasien mengemukan pendapat.
e. Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya.
2. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara
kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan
interpersonal.
3. Terapi Musik.
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni,
timbre bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa, sehingga
tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.
Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat
meningkatkan, memulihkan dan memelihara kesehatan fisik, mental,
emosional dan spiritual. Musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu
karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks,
berstruktur dan universal. (Rasyid, 2010)
D. Pohon Masalah (Mukhripah & Iskandar, 2012)
Isolasi social Effect
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a. Klien kelihatan sering menyendiri
b. Klien mengatakan malu dan tak berguna
c. Klien sering mengatakan dirinya tidak mampu melakukan sesuatu,
d. Klien lebih banyak diam,
e. Selama berkomunikasi kontak mata kurang
2. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
ORIENTASI :
KERJA :
” bapak, apa saja kemampuan yang bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa bapak lakukan?
Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring dst.”.
“ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang bapak miliki “.
” bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua
sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3
kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba bapak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu,
bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur bapak”. Mari
kita lihat tempat tidur bapak Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita
balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya
bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala.
Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” bapak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
TERMINASI :
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Bapak Mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ?
Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat
tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok
jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”
kemampuan pasien.
ORIENTASI :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi
pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan
latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu t?”
KERJA :
“ Bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring,
dan air untuk membilas., Bapak bisa menggunakan air yang mengalir dari kran
ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring kotor, lalu
buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian Bapak bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes
yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas
dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut.
Setelah itu Bapak bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang
sudah tersedia di dapur. Nah selesai…
“Bagus sekali, Bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya
TERMINASI :
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-
hari
Bapak Mau berapa kali t mencuci piring? Bagus sekali Bapak mencuci piring
tiga kali setelah makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan
latihan mengepel”
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
b. Tindakan keperawatan :
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Bapak?
Berapa lama waktu Bapak/Ibu 30 menit? Baik, mari duduk di ruangan
wawancara!”
KERJA :
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Bapak itu memang terlihat tidak percaya diri
dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Bapak, sering
menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh
sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah
yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap
diri sendiri. Bila keadaan Bapak ini terus menerus seperti itu, Bapak bisa
mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya t jadi malu bertemu dengan
orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah t dapat menjadi masalah serius, maka kita
perlu memberikan perawatan yang baik untuk Bapak”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan
Bapak)
” Bapak itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci
piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat
mengingatkan Bapak untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. tolong
bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian
agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang
kegiatannya”.
”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu
tetap perlu memantau perkembangan Bapak. Jika masalah harga dirinya kembali
muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Bapak ke rumah
sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada
Bapak”
”temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian
yang yang mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu sudah semakin terampil
mencuci piring”
TERMINASI :
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada Bapak”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat keluarga Bapak/Ibu seperti yang kita
pelajari dua hari yang lalu?”
”Waktunya 20 menit”.
KERJA:
”Hari ini saya datang bersama keluarga Bapak. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, keluarga Bapak juga ingin merawat Bapak agar Bapak cepat pulih.”
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan
keluarga Bapak/Ibu”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua Bapak ke ruang perawat dulu”
TERMINASI:
« tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang Pak/Bu »
« Sampai jumpa »
”Karena hari ini bapak direncanakan pulang, maka kita akan membicarakan
jadwal Bapak selama di rumah”
KERJA:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan Bapak selama di rumah sakit. Coba diperhatikan,
apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat
selama Bapak dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal
kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Bapak selama di rumah. Misalnya kalau Bapak terus menerus menyalahkan
diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat
atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi
segera hubungi rumah sakit atau bawa bapak lansung kerumah sakit”
TERMINASI:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Bapak.
Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang
tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”
LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun Oleh :
NIM : 2204054
UNIVERSITAS AN NUUR
T.A 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
A. Masalah utama
Resiko bunuh diri
B. Proses terjadinya masalah
1. Pengertian
1. Kondisi Kien
a. Data subyektif
a) Klien mengatakan “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
b) Klien mengatakan memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya
c) Klien mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih /
marah / putus asa / tidak berdaya.
d) Klien mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah
b. Data obyektif
a) Tampak murung
b) Sering menyendiri
c) Disforik
d) Tidak bersemangat
2. Diagnosa Perawatan: Resiko Bunuh Diri
Tujuan:
ORIENTASI
”Selamat pagi kenalkan nama saya adalah perawat Nurul kusnainiyatun, biasa dipanggil
Nurul, saya perawat yang dinas diruangan ini saya melakukan kunjungan rutin ke sini.”
Boleh tahu namanya siapa?senang dipanggil apa?
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang G rasakan selama ini. Dimana
dan berapa lama kita bicara?”
KERJA
“Bagaimana perasaan G setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini G
merasa paling menderita di dunia ini? Apakah kehilangan kepercayaan diri? Apakah G
merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah G merasa
bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah sering mengalami kesulitan
berkonsentrasi? Apakah berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau
berharap bahwa G mati? Apakah pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya,
bagaimana caranya? Apa yang di rasakan?” Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh
dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien,
misalnya dengan mengatakan: “Baiklah, tampaknya G membutuhkan pertolongan segera
karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”. ”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar
G ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan.”
”Nah, Karena G tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidup G,
maka saya tidak akan membiarkan sendiri.”
”Apa yang G lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan itu muncul,
maka untuk mengatasinya harus langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini
dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi jangan sendirian ya, katakan pada
perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan”.
TERMINASI
”Bagaimana perasaan G sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin
bunuh diri?”
ORIENTASI
”Selamat pagi!, masih ingat dengan saya kan? Bagaimana perasaan G hari ini?
Jadi G merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah G ada perasaan ingin
bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana
cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana?”Disini saja ya!
KERJA
“Baiklah, tampaknya G membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup”. ”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar G ini untuk
memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan G.”
”Nah, karena G tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup G, maka saya tidak akan membiarkan G sendiri.”
”Apa yang G lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan itu
muncul, maka untuk mengatasinya G harus langsung minta bantuan kepada
perawat atau keluarga dan teman yang sedang besuk. Jadi usahakan G jangan
pernah sendirian ya..”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan G setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa
yang telah kita bicarakan tadi? Bagus G. Bagimana Masih ada dorongan untuk
bunuh diri? Kalau masih ada perasaan / dorongan bunuh diri, tolong panggil
segera saya atau perawat yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunh diri
saya akan ketemu S lagi, untuk membicarakan cara meninngkatkan harga diri
setengah jam lagi dan disini saja.
SP 3Pasien: Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri
ORIENTASI
“Selamat pagi G! Bagaimana perasaannya saat ini? Masih adakah dorongan
mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu sekarang kita akan
membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih G miliki. Mau
berapa lama? Dimana?”
KERJA
Apa saja dalam hidup G yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi
kalau G meninggal. Coba ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan G. Keadaan
yang bagaimana yang membuat G merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan G masih
ada yang baik yang patut G syukuri. Coba sebutkan kegiatan apa yang masih dapat G
lakukan selama ini”.Bagaimana kalau G mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari
kita latih.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan G setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa
saja yang G patut syukuri dalam hidup G? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan G jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (affirmasi). Bagus. Nanti jam
11 kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana?
Baiklah.
SP 4 Pasien: Berikut ini percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah pada pasien isyarat bunuh diri
ORIENTASI
”Selamat pagi. Bagaimana perasaannya? Masihkah ada keinginan bunuh diri?
Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekarang kita akan
berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul.
Mau berapa lama? Di sini saja yah ?”
KERJA
« Coba ceritakan situasi yang membuat G ingin bunuh diri. Selain bunuh diri,
apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow banyak juga yah. Nah coba kita
diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita
pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan!
TERMINASI
Bagaimana perasaan G, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi
masalah yang akan gunakan? Coba dalam satu hari ini, G menyelesaikan
masalah dengan cara yang dipilih tadi. Besok di jam yang sama kita akan
bertemu lagi disini untuk membahas pengalaman G menggunakan cara yang
dipilih”.
b. Tindakan keperawatan:
ORIENTASI
”Selamat pagi Bapak/Ibu. Bagaimana keadaan anak Bpk/Ibu?”
” Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara melindungi dari
bunuh diri.
”Dimana kita akan diskusi.Bagiaman kalau di ruang wawancara?” Berapa lama Bapak/Ibu punya
waktu untuk diskusi?”
KERJA
”Apa yang Bapak/Ibu lihat dari perilaku atau ucapan G?”
SP”Bapak/Ibu
2 Keluarga:sebaiknya memperhatikan
Melatih keluarga benar-benar
cara merawat munculnya
pasien risiko tanda dan bunuh
bunuh diri/isyarat gejala diri
bunuh diri. Pada
umumnya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukkan tanda melalui percakapan misalnya
“Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa saya. Apakah G pernah mengatakannya?”
”Kalau Bapak /Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya Bapak /Ibu mendengarkan
ungkapan perasaan dari G secara serius. Pengawasan terhadap G ditingkatkan, jangan biarkan dia
sendirian di rumah atau jangan dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau menemukan tanda dan
gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya dicegah
dengan meningkatkan pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut.
Katakan bahwa Bpk/Ibu sayang pada G. Katakan juga kebaikan-kebaikan.
”Usahakan sedikitnya 5 kali sehari bapak dan ibu memuji G dengan tulus”
”Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari bantuan orang lain.
Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk
mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali ke rumah, Bapak/Ibu perlu membantu
agar G terus berobat untuk mengatasi keinginan bunuh diri.
TERMINASI
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi kembali cara-cara
merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”
”Ya, bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri segera
hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan datang tentang cara-cara
meningkatkan harga diri G dan penyelesaian masalah”
”Bagaimana Bapak/Ibu setuju?” Kalau demikian sampai bertemu lagi minggu depan disini”.
ORIENTASI
“Selamat pagi, sesuai janji kita minggu lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan minggu lalu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke G ya?”
KERJA
“Sekarang anggap saya G yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba bapak dan ibu
praktekkan cara bicara yang benar bila G sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada G”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi G minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat G”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada G?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
TERMINASI“
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat G di rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu
membesuk G”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba lagi cara merawat G sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan kepada keluarga
ORIENTASI
“Selamat pagi pak, bu, hari ini saya sudah mengakhiri kunjungan saya, maka sebaiknya
kita membicarakan jadwal G selama dirumah”Berapa lama kita bisa diskusi?, baik mari
kita diskusikan.
KERJA
“Pak, bu, ini jadwal G, coba perhatikan, dapatkah dilakukan?’ tolong dilanjutkan, baik
jadual aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh G
selama di rumah. Kalau misalnya G terus menerus mengatakan ingin bunuh diri, tampak
gelisah dan tidak terkendali serta tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat
atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, tolong bapak dan ibu segera
memberikan obat
TERMINASI
“Bagaima pak/bu? Ada yang belum kelas?” Ini jadwal kegiatan harian G . Ini surat
rujukan untuk perawat A di puskesmas . Jangan lupa kontrol ke puskesmas sebelum obat
habis atau ada gejala yang tampak.