KHUTbah Zulhijjah Al Wustho
KHUTbah Zulhijjah Al Wustho
KHUTbah Zulhijjah Al Wustho
َو َأْش َهُد، َو َعىَل آِهِل َو ْحَص ِب ِه َو اَت ِبِع ْي ِه َعىَل َم ِّر الَّز َم اِن، َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َعىَل ُم َح َّم ٍد َس ِّي ِد َو ِدَل َعْد اَن َن، اَحلْم ُد ِهلل اْلَم ِكِل اَّدل اَّي ِن
َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَد اَن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُهُل، َأْن اَّل َهل اَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل ِرَش ْيَك ُهَل اْلُم َنـَّز ُه َع ِن اْلِج ْس ِم َّيِة َو اْلِج َهِة َو الَّز َم اِن َو اْلَم اَك ِن
ِإ ِإ
ِف ي ِه آاَي ٌت: اْلَقاِئ ِل يِف ِكَتاِب ِه اْلُق ْر آِن، َف إ يِّن ُأْو ِص ْي ْمُك َو َنْفيِس ِبَتْق َو ى ِهللا اَملَّن اِن، ِع َب اَد ال َّر ٰمْح ِن، اِذَّل ْي اَك َن ُخ ُلُقُه اْلُقْر آَن َأَّم ا َبْع ُد
َبِّيَن اٌت َم َق اُم ْبَر اِه َمي َو َمْن َدَخُهَل اَك َن آِم ًن ا َو ِهَّلِل َعىَل الَّن اِس ِح ُّج اْلَبْيِت َمِن اْس َتَط اَع َلْي ِه َس ِب ياًل َو َمْن َكَف َر َف َّن اَهَّلل َغٌّيِن َع ِن
ِإ ِإ ِإ
اْلَع اَلِم َني
Pada hari yang mulia ini, marilah kita bersama-sama bermuhasabah, melakukan instropeksi .
Apa saja yang telah kita lakukan dalam seminggu ini. Adakah kita melakukan hAl-hal yang
bermanfaat, bagi diri, keluarga dan orang lain. Atau sebaliknya, justeru kesia-siaan belaka, atau
bahkan merugikan diri dan orang lain.
Pada hari Jum’at seminggu lalu, melalui mimbar ini, khatib telah mengajak dan berwasiat kepada
kita semua untuk senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Adakah kita
telah benar-benar mengindahkan wasiatnya itu? Apakah perilaku kita dalam seminggu ini telah
benar-benar mencerminkan ketaqwaan?
untuk mencapai derajat sebagai orang yang bertaqwa sebenar-benarnya, kita mesti menjalankan
perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Dengan kata lain, kalau kita mau selamat dunia-
akhirat, maka Allah mestilah menjadi pusat kehidupan kita
Dalam kitab An-Nawâdir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi dikisahkan,
suatu hari seorang ulama zuhud Abdullah bin Mubarak berangkat menuju Makkah untuk
menunaikan rukun Islam yang kelima, yakni haji. Namun, ketika ia sampai di kota Kufah,
perjalanannya terhenti beberapa saat hingga dirinya batal menunaikan ibadah haji.
Yang membuat Abdullah bin Mubarak menghentikan perjalanannya adalah saat melihat seorang
perempuan dan anak anaknya di kota Kufah yang terpaksa memakan bangkai itik
Abdullah bin Mubarak sempat menegurnya beberapa kali bahwa memakan semacam itu haram.
ia terkejut melihat kenyataan bahwa keluarga tersebut memakan bangkai karena alasan
keterpaksaan. Si perempuan dan beberapa anaknya sudah tiga hari tidak mendapat makanan.
Untuk mempertahankan hidup, satu keluarga miskin tersebut menelan apa saja yang bisa
dimakan.
Hati Abdullah bin Mubarak menangis. Ia lantas menyedekahkan keledai tunggangannya, beserta
barang-barang bawaannya, termasuk makanan dan pakaian, kepada keluarga tersebut.
Persoalanya adalah Abdullah bin Mubarak kini tak memiliki bekal untuk melanjutkan
2
perjalannya ke Tanah Suci. Perjalanannya tertunda beberapa lama di kota Kufah sampai musim
haji lewat dan ia pun gagal melaksanakan haji tahun itu.
Ketika balik ke kampung halaman, alangkah kagetnya ia lantaran mendapat sambutan luar biasa
dari masyarakat sebagai orang yang baru datang dari ibadah haji. Abdullah bin Mubarak pun
protes campur malu, dan berterus terang bahwa kali ini ia gagal pergi ke Tanah Suci.
"Sungguh aku tidak menunaikan haji tahun ini," katanya meyakinkan orang-orang yang
menyambutnya.
Sementara itu anehnya, kawan-kawannya yang berhaji menyampaikan pernyataan yang membuat
Abdullah bin Mubarak semakin bingung. Mereka mengaku bahwa dia berada di Makkah dan
membantu kawan-kawannya itu membawakan bekal, memberi minum, atau membelikan
sejumlah barang.
Setelah peristiwa yang membingungkan itu, Abdullah bin Mubarak pada malam harinya
mendapat jawaban melalui mimpi. Dalam tidur itu, Abdullah mendengar suara, "Hai Abdullah,
Allah telah menerima amal sedekahmu dan mengutus malaikat menyerupai sosokmu,
menggantikanmu menunaikan ibadah haji."
Subhanallah. Allah telah menunjukkan rahmat-Nya kepada hamba yang gemar bersedekah. Apa
yang dilakukan ulama sufi tersebut adalah prioritas dalam beribadah. Haji adalah ibadah,
sedekah juga merupakan ibadah. Namun, Abdullah bin Mubarak mendahulukan yang kedua
karena sedekahnya sangat dibutuhkan.
Abdullah bin Mubarak tidak sedang menganggap remeh ibadah haji. Ia hanya mendahulukan apa
yang seharusnya didahulukan. Ia cuma sedang mengatasi masalah yang amat mendesak, yakni
menyangkut kebutuhan dasar orang lain, dengan menunda ibadah haji tahun itu. Toh, bukankah
haji yang tertunda masih mungkin dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya?
Kisah tersebut juga memberikan pelajaran bagi kita semua untuk tidak terlalu larut dalam
kesedihan ketika belum mampu berangkat haji lantaran keterbatasan ekonomi atau halangan
lainnya. Selain memikirkan bagaimana memenuhi kewajiban suatu ibadah, seseorang juga
diharuskan memikirkan mana yang lebih prioritas untuk dilaksanakan. Karena itulah haji hanya
diwajibkan bagi yang mampu. Islam, misalnya, tidak pernah mewajibkan orang miskin berangkat
haji ketika ia sendiri masih kesulitas menunaikan kewajiban lain menafkahi anak dan istrinya.
Tidak dianjurkan pula baginya memaksankan diri secara berlebihan, hingga menjual aset-aset
dasar seperti rumah atau sawah tempatnya mencari nafkah untuk keperluan itu.
3
Meski demikian, seseorang tetap diharuskan ikhtiar agar dapat melaksanakan ibadah haji.
Sebagaimana shalat lima waktu dan zakat, haji adalah salah satu rukun Islam. Bila masuk
kategori mampu, baik dari segi fisik, ekonomi, mapun keamanan, seseorang wajib
menunaikannya tanpa menunda-nunda. Kewajiban tetaplah kewajiban, meskipun kita harus
memilih satu kewajiban prioritas saat dihadapkan dengan pilihan beberapa kewajiban yang mesti
dipenuhi.
َو ِهلِل َع َلى الَّناِس ِح ُّج اْلَبْيِت َمِن اْسَتَطاَع ِإَلْيِه َس ِبياًل
“Mengerjakan haji adalah kewajiban menusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS Ali Imran: 97)
ِا ِم ِم ِت ِك ِف ِه ِم ِة َو َنَف َعىِن, َباَر َك اهلل ىِل َو َلُك ْم ىِف ْالُق ْر آِن ْالَعِظ ْيِم
َو ِإَّياُك ْم َمِبا ْي ْن آَي َو ْذُك َر اَحْل ْيَم َو َتَق َّب َل اُهلل َّنا َو ْنُك ْم َالَو َت ُهَ َّنُه
اَهلل الَعِظ ْيَم ِإَّنُه ُه َو الَغُفْو ُر الَّر ِح ْيم ِف ِم ِل
َو َأُقْو ُل َقْو ىل َه َذ ا َفاْس َتْغ ُر, ُه َو الَّس ْيُع الَع ْيُم
4
َحْلْم ُد ِهلل َعل ِإْح َس اِنِه َو الُّشْك ُر َلُه َعل َتْو ِفْيِقِه َو ِاْم ِتَناِنِهَ .و َأْش َه ُد َأْن َال ِاَلَه ِإَّال اُهلل َو اُهلل َو ْح َد ُه َال َش ِر ْيَك َل ُه َو َأْش َه ُد أَّن
َى َى
َس ِّيَدَنا َحُمَّم ًد ا َعْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُلُه ال َّداِعى إَىل ِر ْض َو اِنِه .اللُه َّم َص ِّل َعَلى َس ِّيِد َنا َحُمَّم ٍد ِو َعَلى َاِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َتْس ِلْيًم ا
ِكثْيًر ا
َأَّم ا َبْع ُد َفيَا َاُّيَه ا الَّناُس ِاَّتُق وا اَهلل ِفْيَم ا َأَم َر َو اْنَتُه ْو ا َعَّم ا َنَه ى َو اْع َلُم ْو ا َأَّن اَهلل َأَم َر ُك ْم ِب َأْم ٍر َبَد َأ ِفْي ِه ِبَنْف ِس ِه َو َثـىَن َمِبآل
ِئَك ِتِه ِبُقْد ِس ِه َو َقاَل َتعَاىَل ِإَّن اَهلل َو َم آلِئَك َت ُه ُيَص ُّلْو َن َعلَى الَّنىِب يآ َاُّيَه ا اَّلِذ ْيَن آَم ُنْو ا َص ُّلْو ا َعَلْي ِه َو َس ِّلُمْو ا َتْس ِلْيًم ا .اللُه َّم
ِئ ِة ِل ِئ ٍد ِل ِد ِه ٍد ِد
َص ِّل َعَلى َس ِّي َنا َحُمَّم َص َّلى اُهلل َعَلْي َو َس ِّلْم َو َعَلى آ َس ِّي نَا َحُمَّم َو َعَلى َاْنِبيآ َك َو ُرُس َك َو َم آل َك ْاُملَقَّر ِبَنْي َو اْر َض
ِبِا اٍن ِبِع ِبِع ِة ِبِع ِق ِة ِل ٍر ِء ِش ِد
الّلُه َّم َعِن ْاُخلَلَف ا الَّر ا ْيَن َأىِب َبْك َو ُعَم ر َو ُعْثَم ان َو َع ى َو َعْن َب َّي الَّص َح اَب َو الَّتا َنْي َو َتا ي الَّتا َنْي ُهَلْم ْح َس
ِمِح ِت ِا ِم
َلىَيْو الِّد ْيِن َو اْر َض َعَّنا َمَعُه ْم ِبَر َمْح َك َيا َأْر َح َم الَّر ا َنْي
َاللُه َّم اْغِف ِلْل ْؤ ِمِنَنْي ْا ْؤ ِم َن اِت ْا ِلِم َنْي ْا ِل اِت َاَالْح يآء ِم ْنُه ْاَالْم اِت اللُه َّم َأِع َّز ْاِإل ْس َالَم ْا ِلِم َنْي َأِذ َّل
َو َو ُملْس ْم َو َو َو ُملْس َم َو ُملْس َو ُمل ْر ُم
الِّش ْر َك َو ْا ْش ِر ِكَنْي َو اْنُص ْر ِعَب اَدَك ْا َو ِّح ِد َّيَة َو اْنُص ْر َمْن َنَص َر الِّد ْيَن َو اْخ ُذ ْل َمْن َخ َذَل ْا ْس ِلِم َنْي َو َدِّم ْر َأْع َد اَء الِّد ْيِن
ُمل ُمل ُمل
َو اْع ِل َك ِلَم اِتَك ِإىَل َيْو َم الِّد ْيِن .اللُه َّم اْد َفْع َعَّنا ْالَبَالَء َو ْالَو َباَء َو الَّز َالِز َل َو ْاِملَح َن َو ُسْو َء ْالِف ْتَنِة َو ْاِملَح َن َم ا َظَه َر ِم ْنَه ا َو َم ا
َبَط َعْن َبَل ِد َنا ِاْنُد وِنْيِس َّيا خآَّص ًة اِئِر ْالُبْل َد اِن ْا ِلِم َنْي عآَّم ًة َي ا َّب ْالَع اَلِم َنْي َّ .بَن ا آِتنَا ىِف ال ُّد ْنَيا َح َنًة ىِف
َس َو َر َر ُملْس َو َس َن
ْاآلِخ َر ِة َح َس َنًة َو ِقَنا َعَذ اَب الَّناِر َ .ر َّبَنا َظَلْم َنا َاْنُف َس َنا َو اإْن ْمَل َتْغِف ْر َلَنا َو َتْر ْمَحَنا َلَنُك ْو َنَّن ِم َن ْاَخلاِس ِر ْيَن .