Buku Manajemen Kurikulum Merdeka
Buku Manajemen Kurikulum Merdeka
Buku Manajemen Kurikulum Merdeka
KURIKULUM MERDEKA
Penulis
Editor
Dr. Sumarto, M.Pd.I
Alamat Penerbit:
Kantor: Jl. Pemancar TVRI Tasik Malaya, Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong,
Provinsi Bengkulu
Kode Pos: 39125, Provinsi Bengkulu. CP.WA. 0821-3694-9568
Email : [email protected]
www : http://literasikitaindonesia.com
ISBN : 978-623-6904-50-3
Desain Sampul:
Dery Prastatian, S.Sos
Penerbit :
Penerbit Buku Literasiologi
Anggota IKAPI
Redaksi :
Kantor: Jl. Pemancar TVRI Tasik Malaya, Curup Utara Kabupaten Rejang
Lebong, Provinsi Bengkulu, Kode Pos: 39125, Provinsi Bengkulu -
Indonesia. CP.WA. 0821-3694-9568
Email : [email protected]
www : http://literasikitaindonesia.com
Anggota IKAPI
Ikatan Penerbit Indonesia
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
PENULIS ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
KARAKTERISTIK KURIKULUM MERDEKA PEMBELAJARAN ........... 1
KURIKULUM YANG PERNAH DIIMPLEMENTASIKAN DI
INDONESIA .................................................................................................... 9
INTERPRETASI KURIKULUM MERDEKA .............................................. 19
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM MERDEKA .................. 28
KURIKULUM MERDEKA MENCIPTAKAN MANAJEMEN
UNGGULAN ................................................................................................. 38
KEUNGGULAN KURIKULUM MERDEKA DAN PALFORMNYA ....... 48
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KURIKULUM MERDEKA
........................................................................................................................ 55
KURIKULUM MERDEKA TEMUKAN CARA MEMERDEKAKAN
BELAJAR SISWA ......................................................................................... 66
KURIKULUM MERDEKA ........................................................................... 76
UNTUK PENDIDIKAN MEMERDEKAKAN ............................................. 76
PENERAPAN KURIKULUM MERDEKA .................................................. 85
DI SEKOLAH DAN MADRASAH .............................................................. 85
KURIKULUM MERDEKA TK/RA ............................................................. 95
KURIKULUM MERDEKA SD/MI............................................................. 101
KURIKULUM MERDEKA SMP/MTS ...................................................... 109
KURIKULUM KAMPUS MERDEKA ....................................................... 121
KURIKULUM MERDEKA CIPTAKAN FLEKSIBILITAS...................... 132
Kurikulum Merdeka Dan Gaya Pelajar Melenial ......................................... 139
KURIKULUM MERDEKA DAN KEARIFAN LOKAL ........................... 148
iii
KURIKULUM MERDEKA UNTUK TRANSFORMASI PEMBELAJARAN
...................................................................................................................... 154
MODEL ASASSESMEN KURIKULUM MERDEKA .............................. 160
SILABUS KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DAN KAMPUS
MERDEKA .................................................................................................. 167
STRUKTUR KURIKULUM MERDEKA................................................... 177
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK .............................................. 177
KURIKULUM MERDEKA TEMUKAN CARA MEMERDEKAKAN
BELAJAR SISWA ....................................................................................... 183
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA PADA SEKOLAH
PENGGERAK .............................................................................................. 192
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 199
iv
KARAKTERISTIK KURIKULUM MERDEKA
PEMBELAJARAN
1
Selama 2 tahun ke depan, Kurikulum Merdeka akan lebih
disempurnakan menurut tinjauan dan umpan balik berdasarkan dari berbagai
pihak. Naskah ini pula secara berkala direvisi dan diperbaharui selama proses
evaluasi. Peningkatan dan koordinasi mutu pendidikan adalah tantangan
besar dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Untuk mengatasi
tantangan ini, semenjak 2009 Pemerintah sudah memenuhi kewajiban
anggaran pendidikan sebanyak 20% APBN dan terus meningkatkananggaran
pendidikan dari Rp 332,4 T dalam 2013, menjadi Rp 550 T dalam 2021
(kemenkeu.go.id, 2021).
2
Di tengah keterbatasan yang ada, aneka macam strategi dilakukan
sekolah untuk menyelenggarakan PJJ. Pratiwi dan Utama (2020)
mengidentifikasi setidaknya enam strategi yang dilakukan sekolah yaitu:
1. Di tingkat SMP
Sebelum mesuk ke perbedaan kurikulum ini di tingkat SD, perlu diketahui
terlebih dahulu bahwa Merdeka Belajar di tingkat PAUD/TK berarti merdeka
untuk bebas bermain.
Dengan demikian, penerapan Kurikulum Merdeka di tingkat PAUD/TK
ditujukan untuk mengajak anak bermain sambil belajar, yang tidak jauh beda
dengan kurikulum sebelumnya.
Disisi lain, pada tingkat SD, ada beberapa perbedaan terkait mata
pelajaran (mapel) dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Ini termasuk
3
mengintegrasikan mata pelajaran Di antaranya adalah penggabungan mapel
IPA dan IPS menjadi satu (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial), serta
menjadikan bahasa Inggris yang sebelumnya merupakan mapel muatan lokal
(mulok) sebagai mapel pilihan.
2. Di tingkat SMP
Sama halnya dengan tingkat SD, Pedoman Kurikulum Merdeka Belajar di
tingkat SMP telah berubah status di beberapa mapel. Misalnya, mapel
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah mapel wajib. Pada
kurikulum sebelumnya, mapel ini hanya merupakan sebagai pilihan. Maka,
nanti di semua jenjang SMP, wajib memiliki mapel Informatika.
3. Di tingkat SMA
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dengan menggunakan
kurikulum Kurikulum Merdeka para siswa tidak lagi terbagi dalam berbagai
berbagai peminatan, seperti IPA, IPS, dan Bahasa.
Sementara itu, model pembelajaran telah disederhanakan di tingkat SMK,
dengan kata lain yaitu 70% untuk mapel kejuruan dan 30% mapel umum.
Selain itu, pada akhir masa pendidikannya, para siswa harus menyelasaikan
disertai secara ilmiah pada akhir masa atau yang lebih dikenal sebelumnya
menyelesaikan penelitiannya (skripsi). Hal ini dirancang untuk mengasah
kemampuan para siswa untuk dapat berpikir kritis, ilmiah, dan analitis.
4. Ditingkat PT
Kurikulum Merdeka Belajar Perguruan Tinggi terwujud dalam Program
Kampus Merdeka. Implementasinya juga menunjukkan beberapa perbedaan
dari implementasi kurikulum sebelumnya.
4
Kelebihan yang paling mencolok dari penerapan kurikulum ini adalah
siswa perlu melakukan proyek-proyek tertentu agar mereka lebih aktif dalam
upaya mereka untuk mengeksplorasi diri. Selain itu, kurikulum ini juga lebih
interaktif dan tepat waktu. Meski pun demikian, penerapan Kurikulum
Merdeka tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Misalnya, persiapan
penggunaan kurikulum ini dinilai masih dianggap belum matang. Hal ini
tercermin dari minimnya kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
mengimplementasikan kurikulum ini.
Adapun keunggulan kurikulum merdeka sebagai berikut:
a. Lebih sederhana dan mendalam
Fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta
didik pada fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak
terburu-buru dan menyenangkan.
b. Lebih merdeka
Merdeka bagi Peserta didik berarti yaitu Tidak ada program khusus di
SMA, dan siswa memilih mata pelajaran berdasarkan minat, bakat, dan
cita-citanya. Merdeka bagi Guru yaitu Guru mengajar sesuai dengan
tingkat dan perkembangan siswa. Dan bagi Sekolah yang dimaksud yaitu
sekolah yang berwenang untuk mengembangkan dan mengelola
kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan
pendidikan dan siswa.
c. Lebih relevan dan interaktif
Pembelajaran melalui kegiatan projek (project based learning) adalah
berbagai dukungan untuk pengembangan kepribadian dan keterampilan
dengan cara aktif menangani isu-isu terkini seperti lingkungan, kesehatan,
dan isu-isu lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan
kompetensi Profil Pelajar Pancasila yang relevan dengan kehidupan
sehari- hari siswanya.
5
a. Guru menghabiskan lebih banyak waktu menggunakan metode
pembelajaran yang lebih interaktif dan kolaboratif, seperti diskusi dan
penalaran, pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis
projek.
b. Guru memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan proses belajar
siswanya. Misalnya, penilaian formatif dapat dilakukan untuk
membantu guru memahami kemampuan awal siswa, memberikan atau
memberikan umpan balik dan masukan tentang tugas yang mereka
kumpulkan, atau sekedar mendengarkan pemahaman siswa yang lebih
baik untuk memahami kebutuhannya.
c. sekolah juga memiliki ruang untuk menggunakan materi yang
kontekstual, sesuai dengan visi misi sekolah atau kondisi lingkungan
sekolah.
Dengan cara ini, siswa dapat memiliki pengalaman belajar yang lebih
bermakna dan sekaligus lebih menyenangkan.
1. Menggunakan Visual
Media pembelajaran visual seperti poster dapat digunakan untuk
membuat kegiatan pendidikan dan pembelajaran menjadi lebih
menarik dan mudah dipahami, poster media pendidikan mungkin
terlihat biasa saja diera zaman sekarang, tetapi tidak hanya mudah
dibuat, tapi juga. Jadi, sebagai guru harus bisa mempertimbangkan
media ini. Gambar poster dapat membantu para siswa memahami
topik, dan juga guru bisa mengubah poster agar terlihat lebih menarik.
2. Papan atau Buku
Papan tulis dan buku merupakan media pembelajaran yang terlihat
biasa saja, bahkan membosankan. Namun, guru dapat membuat buku
yang lebih interaktif di mana siswa dapat menambahkan karakter dan
mengisi bagian yang kosong dengan hal-hal yang menarik.
3. Alat Peraga
Guru juga dapat menggunakan alat bantu (peraga) untuk menunjukkan
pengetahuan dengan cara yang mudah dipahami, misalnya alat bantu
visual tiga dimensi yang menjelaskan bentuk ruang, batang tubuh yang
menjelaskan bagian tubuh manusia, uang logam dan sebagainya.
4. Lagu
Tidak hanya menyenangkan, tetapi juga mudah untuk mempelajari
cara menggunakan lagu. Guru dapat mendengarkan lagu-lagu bahasa
inggris dikelas dan lagu-lagu melayu untuk belajar sastra Melayu.
7
Melalui lagu, siswa dapat mempelajari gaya mendengarkan (listening),
berbicara (speaking), serta gaya bahasa yang digunakan lagu tersebut.
5. Video
Tidak heran jika banyak sekolah yang menggunakan video sebagai
media pembelajaran. Karena media audiovisual membantu
menyampaikan materi dengan lebih mudah. Guru dapat menampilkan
berbagai video, seperti video pengetahuan, video penjelasan,
dokumenter, dan film. Pastikan video yang ditampilkan membuat
siswa tetap terlibat dalam pembelajaran.
6. Permainan
Permainan juga bisa menjadi media pembelajaran yang bisa guru
terapkan. Pilih permainan yang menyenangkan dan mendidik
permainan tradisional seperti gobak sodor. Permainan tradisional yang
mengajarkan kerjasama tim yang baik.
7. Berbasis Teknologi
Untuk membantu siswa belajar bahasa inggris, Ada banyak media
pembelajaran berbasis teknologi dalam bentuk aplikasi dan website,
seperti Duolingo untuk membantu siswa belajar bahasa Inggris. Guru
juga dapat menggunakan kuis untuk ditawarkan kepada siswa.
8
KURIKULUM YANG PERNAH
DIIMPLEMENTASIKAN DI INDONESIA
A. Kurikulum Merdeka
Merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang
beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki
cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.Dalam
proses pembelajaran guru memiliki kekuasaan untuk memilih dalam
pembelajaran - pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan
minat peserta didik.dalam kurikulum ini terdapat untuk mengetahui dan
untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila. Dimana
dikembangkan dengan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh
pemerintah. Prgram ini bertujuan untuk mencapai target capaian yang di
inginkan oleh pembelajaran tertentu, tentang Kurikulum Paradigma Baru
1. Kurikulum Prototipe
2. Kurikulum Sekolah Penggerak
3. Kurikulum 2022 / Kurikulum Merdeka: Kurikulum Merdeka terbuka
untuk digunakan seluruh satuan pendidikan SD, SMP, SMA, SMK,
Pendidikan Khusus, dan Kesetaraan.Satuan pendidikan yang menentukan
pilihan berdasarkan Angket serta implementasi - Implementasi Kurikulum
Merdeka yang mengukur kesiapan guru, tenaga kependidikan dan satuan
pendidikan dalam pengembangan kurikulum. Implementasi Kurikulum
Merdeka semakin efektif .
9
diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: 1)daftar
mata pelajaran dan 2)jam pengajaranya.
10
4. Kurikulum 1968Kelahiran Kurikulum 1968
Bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya
untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum 1968
menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:kelompok pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata pelajaran
dikelompokkan menjadi 9 pokok. Djauzak menyebut Kurikulum 1968
sebagai kurikulum bulat.
"Hanya memuat mata pelajaran pokok saja,". Muatan materi pelajaran
bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada
siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik
yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien.
latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat
itu," Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah
"satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap
dalam satuan pelajaran dirinci menjadi: tujuan instruksional umum (TIU),
tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik.
Kurikulum 1984, “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.Kurikulum
1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakanpendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
"Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
11
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Konsep CBSA yang
elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolahsekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan
secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan
CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa
berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak
lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan.
6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan
kurikulum-kurikulumsebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984.
Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga
banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai
terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya
bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai
kepentingan kelompokkelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma
menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998,
diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih
pada menambal sejumlah materi pelajaran saja.
7. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”
Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang
disebutdengan berbagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)6. Suatu
program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur
pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-
indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi;
dan pengembangan pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga
sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi. Dal suatu struktur kependidikan Struktur
unsur unsur ini kompetensi dasar KBK ini dirinci dalamnya merupakan
komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan serta dalam
pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut
12
aspek dari mata pelajaran tersebut. hasil belajar ditetapkan untuk setiap
aspek rumpun pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah
untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan mampu
lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar
mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum
dinyatakan dengan dan dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.
Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator
adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa
siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”
8. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun
2006, ujiterbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya
permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor
22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun
2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada
dasarnya sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak
pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari
desentralisasi sistem pendidikan.Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat
menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah
dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk
silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.
Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah
perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah
binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
9. Kurikulum 2013
Melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang
pernahdiujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency).
Kompetensi dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan
untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan; pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan,
khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 berbasis
kompetensi memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi
tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup
sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaianya dapat diamati dalam
13
bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria
keberhasilan. Kegiatan pembelajaran
14
tenaga kerja pada masyarakat tertentu. Kualitasnya diukur atas dasar dua
aspek, yaitu prediksi dan tingkat pencapainya Sedang dalam pelaksanaanya
perlu diperhitungkan,
16
harus dipahami oleh seluruh komponen yang terlibat dalam pendidikan, agar
perubahan yang dilakukan dapat diimplementasikan dengan baik.
Implementasi kurikulum di Indonesia, berdasarkan hasil pengamatan sejak
zaman kemerdekaan sampai sekarang, memberi kesan implementasi
kurikulum di lapangan gagal. Sedikitnya ada empat faktor12 peyebab utama,
mengapa demikian
(1) Faktor yang bersumber dari birokrasi, terutama ada harapan dan
perlakuan yang berlebihan di kalangan birokrat mengenai peran kurikulum
dan unsur guru dinomor duakan.
(2) Faktor yang bersumber dari penyusun kurikulum, terutama karena
lemahnyadasar-dasar filosofis dan psikologis dalam penjabaran kurikulum,
sehingga tidak sesuaidengan realita sosial dan tuntutan perubahan yang ada di
masyarakat.
(3) Faktoryang bersumber dari pelaksana kurikulum, terutama karena tingkat
kompetensidan profesionalisme yang kurang mendukung di kalangan guru.
(4) Faktor yangbersumber dari ekosistem pendidikan, terutama karena tidak
kuatnya dukungan sosialdan ketersedian insdrastruktur pendidikan pada
satuan pendidikan, terutama sekolahsekolah yang ada di daerah.Keempat
faktor penyebab di atas, kurikulum kurikulum merupakan suatu kesatuan
yang bersinergi sebagai gabungan yang memastikan terjadinya kegagalan
dalam perubahan dan implementasi kurikulum di lapangan.
17
tujuan pendidikan tertentu”. Kurikulum memiliki lima komponen utama,
yaitu:
(1) tujuan;
(2) isi/materi;
(3) metode atau strategi pencapain tujuan pembelajaran;
(4) organisasi kurikulum dan
(5) evaluasi.
Seperti sana dengan halnya dalam masalah sistem pendidikan secara
makro, politik, ekonomi, sosial dan dan budaya, serta globalisasi
turutmempengaruhi corak kurikulum pendidikan di Indonesia dari mulai
periode awal, yakni masa kemerdekaan dan pemerintahan orde lama, orde
baru, reformasi, hingga kurikulum 2013 yang baru saja diimplementasikan.
Dari sekian banyak faktor, political will pemerintah dan paradigm politiklah
yang hingga kini dirasakan memberikan pengaruh paling kuat dalam
perubahan-pengembangan, maupun penyempurnaan kurikulum dari masa ke
masa. Tidak ada yang salah apabila terjadi perubahan kurikulum. Dengan
kurikulum saat ini tahun sekali, setiap tahun sepuluh kali pun tidak menjadi
masalah, kalau memang dikehendaki demikian. Yang menjadi soal adalah
dengan tujuan dan alasan apakah perubahan itu terjadi, dan apakah tujuan
serta alasan itu memang dibenarkan dan dibutuhkan sekarang, sebagai
antisipasi masa depan. Harapan kita semua bahwa kurikulum yang baru tidak
akan mengalami nasib yang sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Akan tetapi kurikulum saat ini mampu memberikan pencerahan terhadap
perubahan paradigma berpikir para pelaksana di lapangana, serta mampu
memfasilitasi dan membantu meningkatkan kompetensi peserta didik
sehingga mampu bersaing baik di kancah nasional maupun internasional
denganbangsa-bangsa.
18
INTERPRETASI KURIKULUM MERDEKA
A. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga pada
zaman Yunani Kuno yang berasal dari kata curir dan curere. Selanjutnya
istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan. para ahli pendidikan
memiliki penafsiran yang berbeda, namun ada juga kesamaan, kesamaan
tersebut ialah kurikulum berhubungan dengan erat dengan usaha
mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Secara trimologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia
pendidikan, yaitu sejumlah pengetahuan atau kemampuan yang harus
ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai tingkatan tertentu sebagai
jawaban.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa
“kurikulum merupakan seperangkat rencana dan sebuah pengaturan berkaitan
dengan tujuan, isu, bahan ajar dan cara yang digunakan sebagai pedoman
dalam penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan
pendidikan nasional.”
Prof. DR. S. Nasution, M.A. menjelaskan bahwa “Kurikulum
merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses kegiatan
belajar mengajar di bawah naungan, bimbingan dan tanggung jawab
sekolah/lembaga pendidikan.
19
jawab. Kurikulum harus memberikan pengalaman belajar kepada setiap
peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam kehidupan,
memahami setiap hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan
makhluk sosial. Dengan demikian, fungsi kurikulum harus diikuti oleh setiap
siswa pada jenjang dan level atau jenis pendidikan manapun.
2. Suplementasi
Setiap peserya didik memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat
menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa.
Kurikulum sebagai alat pendidikan harusnya dapat memberikan pelayanan
kepada setiap siswa sesuai dengan perbedaan tersebut. Dengan demikian,
setiap anak memiliki kesempatan untuk menambah kemammpuan dan
wawasan yang lebih baik sesuai dengan bakat dan minatnya,
3. Eksplorasi
Fungsi ekplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat
menemukan dan mengembangkan minat dan bakat siswa. Melalui fungsi ini
siswa diharapkan dapat belajar tanpa adanya paksaan. Namun demikian,
proses eksplorasi terhadap minat dan bakat siswa bukan pekerjaan yang
mudah. Adakalanya terjadi pemaksaan dari pihak luar, misalnya para orang
ta, yang sebenarnya anak tidak memiliki bakat dan minat di bidang tertentu,
mereka dipaksa memilihnya hanya karna alasan-alasan tertentu yang
sebenarnya tidak menggali rahasia keberbakatan anak yang kadang-kadang
tersembunyi.
4. Keahlian
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai
dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. Dengan
deminikian, kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian,
misalnya perdagangan, pertanian, industri, atau disiplin akademik. Bidang-
bidang semacam itu yang diberikan sebagai pilihan, yang pada akhirnya
setiap peserta didik memiliki keterampilan-keterampilan sesuai dengan
bidang spesialisnya.
21
universitas dengan kekuatan otonom dan implementasinya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kesiapan lembaga yang terlibat.
22
Kemudian, kekurangan merdeka belajar kampus merdeka yakni:
23
google meet, webex, dll) dapat dimaksimalkan. Selain itu, penggunaan
gadget dan internet diyakini disesuaikan dengan kemampuan sosial ekonomi
siswa dengan memberikan kuota dan keterjangkauan sinyal. Menjamin
bahwa pembelajaran itu menyenangkan, bermakna, menumbuhkan kreativitas
dan pemikiran kritis, dan memungkinkan siswa menjadi mandiri bukanlah
tugas yang mudah. Pemikiran dosen dalam mengembangkan ide dan prosedur
yang mendorong mahasiswa untuk tetap semangat belajar patut diperhatikan.
Selain itu, inovasi siswa diperlukan untuk menyelesaikan berbagai masalah,
seperti kuota dan sinyal yang terbatas.
24
progresif, karena hanya mengakui konsep, teori, dan cita-cita sebagai objek
(makhluk) nyata tidak cukup.
Penting untuk dicatat bahwa ada empat aspek utama dalam kebijakan
pembelajaran mandiri: 1) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) 2)
Ujian Nasional (UN), dan 3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pengorganisasian rangkaian kegiatan pembelajaran dalam konteks
pembelajaran mandiri adalah masalah yang paling signifikan untuk dibahas
di sini. Pilihan yang digunakan adalah penyediaan model kegiatan dari setiap
tahap pembelajaran. Pembelajaran mandiri hanya dapat didukung oleh RPP
yang menganut pengertian belajar mandiri. Siswa dan proses pembelajaran
bukan satu-satunya yang diuntungkan dari RPP pada pembelajaran mandiri.
Untuk memenuhi tujuan pembelajaran dan memenuhi kebutuhan
siswa di kelas, penulisan RPP dilakukan dengan cara yang tidak
membutuhkan banyak waktu atau tenaga, sesuai dengan penulisan RPP.
Sehubungan dengan aturan ini. RPP yang sudah dibuat dapat digunakan oleh
guru kedepannya. Pendidik juga dapat mengubah struktur RPP sesuai dengan
cita-cita efektivitas, efisiensi, dan fokus pada siswa.
Ketika merumuskan kebijakan RPP tentang pembelajaran mandiri,
guru dan personel sekolah lainnya adalah salah satu variabel yang paling
penting untuk diperhitungkan. Guru biasanya diharapkan untuk
mengembangkan rencana pelajaran yang terperinci, yang membutuhkan
waktu lama untuk mempersiapkan dan menganalisis proses pembelajaran
yang sebenarnya.
27
IMPLEMENTASI MANAJEMEN
KURIKULUM MERDEKA
A. Pengertian Kurikulum
Walaupun istilah kata kurikulum mucul pertama kali di Skotlandia
pada tahun 1829, secara resmi istilah kurikulum baru digunakan hampir satu
abad kemudian di Amerika Serikat. Secara harfiah, istilah kurikulum berasal
dari bahasa Latin currere yang artinya berlari di lapangan pertandingan. Dari
arti tersebut, kurikulum ialah suatu arena pertandingan tempat peserta didik
bertanding untuk memiliki satu/dua bakat untuk mencapai garis finish yang
ditandai penyerahan diploma, gelar kesarjanaan atau ijazah. Pengaruh dari
arti tersebut sangatlah besar serta bertahan lama di dunia pendidikan
menyebabkan arti tersebut dapat menentukan orientasi kurikulum di hampir
semua negara di dunia.
29
mengenai pengetahuan yang ia pelajari di bawah bimbingan sekolah dalam
mewujudkan kompetensi personal dan sosial.
Tetapi ada juga kelemahan dari makna ini yaitu meletakkan fokus
terlalu berlebihan pada hasil yang disusun bisa mengabaikan hasil yang tidak
disusun, menurut para ahli hal yang tidak tersusun tersebut ialah berpengaruh
terhadap pembelajaran peserta didik. Pembelajaran sebagai hasil dari
interaksi antara materi, peserta didik, dan pengajar sering kali tanpa disadari
diperlajari siswa. Walaupun itu tidak disusun dan karena itu sering terabaikan
sehingga tidak diperhatikan oleh pengajar. Hal ini biasa dikenal dengan nama
kurikulum tersembunyi atau dalam bahasa Inggrisnya hidden curriculum.
31
pendidikan dalam menentukan sendiri metode terbaik dalam proses
pembelajaran. Melalui konsep merdeka belajar sekolah/madrasah dikasih hak
memajukan pola orientasi pembelajaran yang akan dikembangkan sesuai
dengan keperluan yang terjadi di publik berlandaskan sajian kurikulum
nasional.
32
5. Efektifitas kurikulum dalam kondisi khusus semakin menguatkan
pentingnya perubahan susunan dan racangan implementasi kurikulum
secara komprehensif.
6. Dengan kurikulum ini tidak ada pemaksaan.
7. Pemilihan kurikulum baik itu kurikulum 2013, kurikulum darurat, dan
kurikulum merdeka.
8. Kurikulum ini dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan persiapan
masing-masing sekolah.
33
C. Kelebihan dan Kelemahan Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar
35
c. Profil lulusan
d. Pencapaian pembelajaran lulusan
e. Pelaksanaan: pihak terkait, peranan setiap pihak, pesyaratan peserta,
mekanisme pelaksanaan merdeka belajar, pembentukan mata pelajaran
f. Bentuk kegiatan pembelajaran dalam merdeka belajar
g. Tata cara dan model pelaksanaan
h. Penutup
4. Proses dan Penilaian Pembelajaran
Proses dan penilaian pembelajaran dengan kurikulum merdeka
belajar harus dilaksanakan sesuai dengan dokumen kurikulum.
36
1. Workshop atau pendidikan dan pelatihan (Seminar)
Melalui seminar atau workshop merdeka belajar maka bisa meningkatkan
kompetensi sumber daya manusia.
2. Webinar atau seminar
Melalui webinar atau seminar merdeka belajat, biasanya akan
menghasilkan prosiding yang dapat menambahkan referensi merdeka
belajar.
3. Pengawasan Terstuktur dan Berkesinambungan
Pelaksanaan pengawasan berkesinambungan dan terstruktur akan
menghasilkan peningkatan mutu.
37
KURIKULUM MERDEKA MENCIPTAKAN
MANAJEMEN UNGGULAN
38
dilakukan survey terlebih dahulu, kemudian dilakukan pemetaan dalam
skema menyiapka penerapan kurikulum baru ini. Menurut Menteri
pendidikan, Nadiem Makarim yang dikutip dalam blogs AkuPintar
mengatakan sekolah yang sudah menggunakan kurikulum merdeka belajar ini
sedikitnya sudah ada 2.500 sekolah atau 31,5 persen sekolah di Indonesia.
Perbedaan kurikulum ini dengan kurikulum 2013 bahwa tidak ada lagi
dikenal istilah kopetensi inti maupun kompetensi dasar melainkan diganti
dengan pencapaian pembelajaran yang ditandai dengan hasil yang telah
dicapai siswa dalam pentuk sikap siswa maupun kterampilan dalam kesatuan
yang saling terkait erar dan berdampak langsung kepada kompetensi masing-
masing siswa. Terdapat berbagai keunggulan dari kurikulum merdeka belajar
ini, antara lain lebih sederhana dan mendalam, lebih merdeka yaitu berarti
tidak ada program peminatan di jenjang sekolah menengah peserta didik
dapat memilih mata pelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan sendiri, dan
lebih relevan dan interaktif. kurikulum merdeka belajar ini diharapkan dapat
diterapkan kepada seluruh lembaga pendidikan di Indonesia.
39
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program
pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan
yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran
dalam satu periode jenjang pendidikan. Fungsi kurikulum dalam proses
pendidikan yaitu sebagai sarana dalam mengukur kemampuan pribadi dan
konsumsi pendidikan.
B. Pengertian Manajemen
Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di sebuah lembaga
pendidikan, sangat perlu diadakan manajemen. Manajemen berguna untuk
mengelola, mengatur jalannya pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan
sesuai dengan yang diharapkan. Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
(Amirullah,2015:4)
Manajemen yang baik akan menghasilkan suatu kurikulum berjalan
dengan baik pula, pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
sangat penting, sehingga berbagai ahli manajemen dalam memberikan
pendapatnya tentang fungsi manajemen, selalu mengatakan bahwa
manajemen memiliki fungsi pengawasan yang penting. Begitu pentingnya
pengawasan dalam suatu organisasi sehingga keberhasilan atau kinerja suatu
organisasi menjadi tolak ukur, sampai dimana pelaksanaan pengawasan
terhadap organisasi tersebut. Bahkan dalam praktek manajemen modern
pengawasan tidak dapat lagi dipisahkan dengan fungsi-fungsi manajemen
lainnya. (Rahardjo Adisasmita 2011).
Fungsi-fungsi manajemen ada 7 yaitu: Perencanaan (Planning),
Mengorganisir (Organizing), Melengkapkan Tenaga Kerja (Staffing),
mengarahkan (Directing), Menyelaras/Mengkoordinir (Coordiniting),
Melaporkan (Reporting), dan Menyusun Anggaran (Budgeting).
Menurut Hasibuan (2010) mengatakan, “manajemen adalah ilmu dan
seni mengatur proses pemanfaatan Sumber Daya Manusia dan sumber daya
lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu”
Menurut Handoko (2012) manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah di harapkan
40
Sedangkan menurut Siswanto (2012) mengatakan bahwa manajemen
adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian,
dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai
tujuan. Menerapkan ilmu manajemen dalam melakukan kurikulum akan
menjadikan kurikulum tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
41
komponen-komponen kurikulum antara lain yaitu:
42
Kedua poin ini terdapat dalam setiap satuan pendidikan, mulai dari PAUD,
SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, sampai SMA/MA/sederajat.
Dalam setiap penerapan kebijakan, tentu ada kelebihan dan
kekurangan yang senantiasa mengiringi. Demikian halnya dengan penerapan
Kurikulum Merdeka Kelebihan yang paling mencolok dari penerapan
kurikulum ini adalah adanya proyek tertentu yang harus dilakukan oleh para
peserta didik sehingga dapat membuat mereka menjadi lebih aktif dalam
upaya mengeksplorasi diri. Selain itu, kurikulum ini juga lebih interaktif dan
relevan mengikuti perkembangan zaman.
Hasilnya, sekolah-sekolah yang telah menerapkan kurikulum ini
terbukti empat sampai lima bulan lebih maju dibanding sekolah lain yang
masih menggunakan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 2013. Dengan
begitu, pemerintah pun berupaya mengembangkan kurikulum ini secara lebih
lanjut demi penyesuaian strategi belajar di masa pandemi COVID-19.
Dengan menggunaan kurikulum merdeka belajar, maka siswa
dapat mempelajari pelajaran yang di gemari sehingga dapat dengan mudah
menyerap pembelajaran karena pelajaran itu bisa dengan mudah di cerna dan
di pahami karena sesuai dengan minat dan bakat peserta didik itu sendiri.
Kurikulum merdeka belajar ini sudah mampu membuat
manajemen unggulan, karena dalam pelaksanaan dan implementasi dari
kurikulum merdeka belajar itu sendiri dapat dilihat akan menjadi kurikulum
yang efektif bagi pendidikan di Indonesia, lembaga pendidikan di Indonesia
diharapkan dapat meng implementasikan kurikulum merdeka belajar secara
merata, sehingga tidak adanya ketidak seimbangan dalam pendidikan dalam
lembaga pendidikan di Indonesia.
Implementasi Merdeka Belajar Merdeka Belajar merupakan
terobosan Kemendikbud-ristek untuk menciptakan sumber daya manusia
(SDM) unggul melalui kebijakan yang menguatkan peran seluruh insan
pendidikan. Kebijakan ini diimplementasikan melalui empat upaya
perbaikan.
a. Pertama, perbaikan pada infrastruktur dan teknologi.
b. Kedua, perbaikan kebijakan, prosedur, dan pendanaan, serta pemberian
otonomi lebih bagi satuan pendidikan.
c. Ketiga, yakni perbaikan kepemimpinan, masyarakat, dan budaya.
d. Keempat, melakukan perbaikan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.
43
Pertimbangan demi pertimbangan di lakukan dalam melakukan
implementasi kurikulum merdeka belajar, setelah di lakukan riset dan
pendalaman tentang kurikulum merdeka belajar ini maka sudah di tetapkan
bahwa kurikulum ini dapat menciptakan manajemen unggulan dalam sebuah
pendidikan, hal ini sudah di terapkan di berbagai sekolah dan telah dilihat
pula hasilnya, bahwa implementasi kurikulum merdeka belajar ini mampu
membuat peserta didik menjadi lebih semangat dalam melakukan
pembelajaran di sekolah. Merdeka Belajar dibagi dalam beberapa episode.
Dimulai dari episode pertama, yaitu menghadirkan empat pokok kebijakan
agar paradigma tentang cara lama dalam belajar dan mengajar dapat diubah
menuju kemajuan. Beberapa wujud dari empat pokok kebijakan itu adalah
penghapusan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dan mengganti
Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Nasional. Kemudian, ada juga
kebijakan penyederhanaan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta
kebijakan penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang lebih fleksibel.
Pemulihan sistem pendidikan dari krisis belajar tidak bisa diwujudkan
melalui perubahan kurikulum saja. Diperlukan juga berbagai upaya
penguatan kapasitas guru dan kepala sekolah, pendampingan bagi pemerintah
daerah, penataan sistem evaluasi, serta infrastruktur dan pendanaan yang
lebih adil. Namun kurikulum juga memiliki peran penting. Kurikulum
berpengaruh besar pada apa yang diajarkan oleh guru, juga pada bagaimana
materi tersebut diajarkan. Karena itu, kurikulum yang dirancang dengan baik
akan mendorong dan memudahkan guru untuk mengajar dengan lebih baik.
Dengan adanya kurikulum merdeka belajar ini maka mutu
pembelajaran pun meningkat, ini adalah sebuah trobosan baru yang sangat di
idamkan oleh pemerintah sehingga dapat memajukan pendidikan di
Indonesia, walaupun implementasi kurikulum merdeka belajar ini belum
mampu di terapkan di seluruh lembaga pendidikan di Indonesia, diharapkan
kedepannya penerapan dari kurikulum merdeka belajar ini, mampu
diterapkan di seluruh lembaga pendidikan di Indonesia agar semuanya setara.
Sebagai tindak lanjut arahan dari presiden republic Indonesia untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), menteri pendidikan dan
kebudayaan menetapkan empat program pokok kebijakan pendidikan
“Merdeka Belajar” yang meliputi ujian sekolah berstandar nasional, ujian
nasional, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan peraturan penerimaan
peserta didik baru zonasi, ujian nasional terakhir kali diadakan pada tahun
44
2020. Yang kemudian pada tahun 2021 di ubah menjadi asesmen kompetensi
minimum dan survey karakter.
Dengan memunculkan kepentingan-kepentingan untuk peserta didik
maka akan membuat pendidikan di Indonesia mampu menjadi maju dan
berkembang, karakteristik utama dari kurikulum merdeka belajar yang
mendukung pemulihan pembelajaran adalah:
a. Pembelajaran berbasis projek untuk mengembangkan soft skills dan
karakter sesuai profil Pancasila.
b. Fikus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk
pembelajaran yang mandalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan
numerasi.
c. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensi
sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian
dengan kontes dan muatan local.
45
Merdeka Belajar dibagi dalam beberapa episode. Dimulai dari episode
pertama, yaitu menghadirkan empat pokok kebijakan agar paradigma tentang
cara lama dalam belajar dan mengajar dapat diubah menuju kemajuan.
Beberapa wujud dari empat pokok kebijakan itu adalah penghapusan Ujian
Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dan mengganti Ujian Nasional (UN)
menjadi Asesmen Nasional. Kemudian, ada juga kebijakan penyederhanaan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta kebijakan penerimaan peserta
didik baru (PPDB) yang lebih fleksibel.
Kurikulum Merdeka dirancang sebagai bagian dari upaya
Kemendikbudristek untuk mengatasi krisis belajar yang telah lama kita
hadapi, dan menjadi semakin parah karena pandemi. Krisis ini ditandai oleh
rendahnya hasil belajar peserta didik, bahkan dalam hal yang mendasar
seperti literasi membaca. Krisis belajar juga ditandai oleh ketimpangan
kualitas belajar yang lebar antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi.
46
pendidikan (Beatty et.al, 2021; Muttaqin, 2018). Namun demikian, berbagai
indikator hasil belajar siswa belum menampakkan hasil yang
menggembirakan.
47
KEUNGGULAN KURIKULUM MERDEKA
DAN PLATFORMNYA
A. Kurikulum Merdeka
Kurikulum merupakan rencana pengaturan yang di dalamnya
terdapat tujuan, isi, serta bahan belajar agar mencapai tujuan pendidikan
tinggi. Merdeka belajar ialah upaya memberi keleluasaan dan independensi
kepada lembaga pendidikan dan merdeka birokratisasi, pendidik di otonom
dari birokrasi yang terkait pada siswa dan diberikan keluasan dalam
memilih bidang yang mereka sukai.
48
semakin parah karena pandemi. Krisis ini ditandai dengan menurunnya
hasil peserta didik bahkan dalam hal yang mendasar scontohnya saja
literasi membaca. Krisis belajar juga ditandai dengan kesenjangan kualitas
belajar yang luas antara wilayah dan antar kelompok social-ekonomi.
Perbaikannya sendiri juga memerlukan wujud penguat dari
kurikulum serta kekuatan kapasitas guru dan kepala sekolah pendampingan
bagi pemerintah daerah, menata system evaluasi dan infrastruktur dan
investasi yang seimbang. Tetapi, kurikulum juga mempunyai peran penting
yakni sangat berpengaruh pada apa yang diberikan oleh pendidik juga
materi yang diajarkan. Karena kurikulum dirancang dengan baik membantu
mendorong memudahkan guru untuk mengajarkan dengan baik.
49
pendidikan dan lainnya yang terdapat pengmbangan karakter dan
pengetahuan profil pelajar pancasila.
Aplikasi ini sudah bisa diakses ditempat mana saja termasuk luar
negeri. Apabila aplikasi tersebut sudah diunduh dari playstore Indonesia
maka para guru yang ad adi luar negeri bisa mengaksesnya juga. Palfrom
merdeka mengajar ini sangat berguna sekali karena para pendidik bisa
membuat renacana pelaksnaaan pembelajran atau RPP dulu dan sekarang
sudah disediakan dipalfrom medeka mengajar, pendidik tinggal mengmbil
dan apabila tidak sesuai dengan keadaan dengan sekolah tersebut bisa
dengan mudah dimodifikasi. Kegunaan palfrom merdeka mengajar ini
sangat berguna pendidik dan peserta bisa bersama belajar secara mandiri
dan tentunya dapat belajar dengan sangat nyaman dan bisa manfaatkan
sebaik mungkin.
Layanan palfrom merdeka mengajar ini juga menyediakan bagi
yang non guru, pengguna guru non sekolah penggerak, pengguna guru
sekolah bisa mencari inspirasi pelajaran, belajar serta mendirikan
portopolio karir secara elektronik dan pengguna mitra bisa memberikan
konten metode mengajar serta non perangkat ajar secara elektronik di
palfrom merdeka mengajar yang diakses melalui aplikasi ataupun web.
Palfrom merdeka mengajar menagkap tahap-tahap teknis serta
kenyamanan yang sesuai serta wajar untuk menjaga agar palfrom merdeka
mengajar selalu aman dan bebas dari virus serta kesalah. Tetapi, walaupun
teknoogi ini efektif tidak ada system keamanan yang tidak bisa ditembus.
Artinya keamanan basis data ini menjamin kalau informasi pengguna
berikan tidak akan dihadang saat dikirimkan kepada palfrom merdeka
mengajar.
51
tidak terhubung, diluar jangkauan, susah sinyal. Hal ini kementrian tidak
bertanggung jawab atas kerugian apapun akibat masalah-masalah tersebut.
53
menajamkan otak siswa supaya mampu berfiir kritis, ilmiah, dan
analitis.
4. Tingkat PT
Kurikulum merdeka belajar pada perguruan tinggi terbentuk di program
kampus merdeka. Pelaksanaanya juga memmpunyai adanya selisih
dengan kurikulum sebelumnya. Dalam kampus merdeka programnya
yakni mahasiswa dibebaskan agar bisa mempelajari sesuatu di luar
program studi yang dipilihnya.
Hal ini dilakukan bisa dengan berbagai trik yakni, praktik kerja/
magang, pertukaran mahasiswa, penelitian, proyek independen, wirausaha,
menjadi asisten pengajar, juga kuliah kerja nyata tematik agarmembangun
desa.
54
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
KURIKULUM MERDEKA
55
Implementasi Merdeka Belajar Merdeka Belajar merupakan terobosan
Kemendikbud-ristek untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul
melalui kebijakan yang menguatkan peran seluruh insan pendidikan.
Kebijakan ini diimplementasikan melalui empat upaya perbaikan.
1. Pertama, perbaikan pada infrastruktur dan teknologi.
2. Kedua, perbaikan kebijakan, prosedur, dan pendanaan, serta pemberian
otonomi lebih bagi satuan pendidikan.
3. Ketiga, yakni perbaikan kepemimpinan, masyarakat, dan budaya.
4. Keempat, melakukan perbaikan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.
56
Studi Indrawati, Prihadi dan Siantoro (2020) di sembilan provinsi di
Indonesia menunjukkan bahwa pada awal PJJ, hanya 68% anak yang
mendapatkan akses pembelajaran dari rumah. Kondisi ini diperburuk dengan
siswa yang melaksanakan PJJ pun tidak mendapatkan kualitas pembelajaran
yang sama sebagaimana sebelum pandemi. Banyak siswa hanya menerima
instruksi, umpan balik, dan interaksi yang terbatas dari guru mereka
(Indrawati, Pihadi, dan Siantoro, 2020).
Kondisi ini berkontribusi pada menurunnya kemampuan siswa,
ketidaktercapaian pembelajaran, ketimpangan pengetahuan yang semakin
lebar, perkembangan emosi dan kesehatan psikologis yang terganggu,
kerentanan putus sekolah, serta potensi penurunan pendapatan siswa di
kemudian hari (The SMERU ResearchInstitute-The RISE Programme in
Indonesia, 2020).
Temuan serupa juga dihasilkan dari kajian Puslitjak dan INOVASI
yang menunjukkan bahwa pada kelas awal, hilangnya kemampuan belajar
siswa dalam hal literasi dan numerasi sebelum dan selama pandemi setara
dengan 5-6 bulan setelah 12 bulan belajar dari rumah (Puslitjak dan
INOVASI, 2020).
Studi yang sama juga menunjukkan bahwa ketika siswa tidak
menguasai hal-hal yang seharusnya dipelajari pada satu tahun akan memiliki
efek majemuk pada apa yang bisa dipelajari siswa pada jenjang berikutnya
(Puslitjak dan INOVASI, 2020).
Dampak lain adalah menguatnya kesenjangan pembelajaran (learning
gap) selama pembelajaran jarak jauh. Di Indonesia, kesenjangan pendidikan
terjadi jauh sebelum pandemi (Muttaqin, 2018) dan semakin menguat ketika
pandemi. Indikasi penguatan kesenjangan pembelajaran sebenarnya telah
tampak dari pola keberagaman proses pembelajaran selama pandemi. Survei
Kemendikbud (2020) memperlihatkan adanya kesenjangan dalam
penggunaan platform pembelajaran antara sekolah di daerah 3T dan kawasan
non-3T. Hasil serupa juga ditunjukkan dari studi The SMERU Research
Institute-The RISE Programme in Indonesia (2020) yang memperlihatkan
adanya kesenjangan penggunaan aplikasi digital dalam pembelajaran antara
daerah perkotaan dan pedesaan terutama di luar Pulau Jawa.
Pola keberagaman dalam proses pembelajaran ini selanjutnya
memberi pengaruh padasemakin melebarnya kesenjangan hasil pembelajaran
siswa selama pandemi. Terkait hal ini, temuan The SMERU Research
Institute (2020) menunjukkan dua hal.
57
Pertama, analisis ketimpangan belajar di dalam kelas menunjukkan
bahwa siswa yang memiliki akses terhadap perangkat digital, memiliki guru
adaptif, pada kondisi sosial ekonomi lebih tinggi, serta mempunyai orang tua
yang aktif berkomunikasi dengan guru cenderung memiliki kemampuan di
atas rata-rata.
Kedua, ketimpangan hasil belajar antar siswa dalam satu kelas pun
diprediksi akan semakin lebar. Apabila tidak ada intervensi yang mendorong
guru untuk menyusun pembelajaran yang memperhatikan keragaman
kemampuan belajar siswa, maka siswa dengan kemampuan rendah akan
semakin tertinggal dari siswa lainnya. Studi INOVASI dan Puslitjak (2020)
menunjukkan risiko yang lebih besar dari semakin melebarnya kesenjangan
pembelajaran ini. Menurut studi tersebut, “pembelajaran selama COVID-19
memiliki dampak yang lebih besar pada beberapa kelompok siswa, di mana
siswa yang berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi lebih
rendah lebih berisiko tidak terdaftar lagi atau tidak lagi berpartisipasi dalam
proses pembelajaran.
Antisipasi dampak pandemi terhadap ketertinggalan pembelajaran
(learning loss) dan kesenjangan pembelajaran (learning gap) sebenarnya telah
dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud/saat
ini Kemendikbudristek). Pada Agustus 2020, Kemendikbud menerbitkan
kurikulum darurat pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus. Kurikulum
darurat (dalam kondisi khusus) ini pada pada intinya merupakan
penyederhanaan dari kurikulum nasional. Pada kurikulum darurat dilakukan
pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru
dan siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat
untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya. Guru juga didorong
untuk melakukan asesmen diagnostik secara berkala untuk mendiagnosis
kondisi kognitif (kemampuan dan capaian pembelajaran siswa) dan kondisi
non-kognitif (aspek psikologis dan kondisi emosional siswa) sebagai dampak
dari PJJ. Dengan asesmen diagnostik ini diharapkan guru dapat memberikan
pembelajaran yang tepat sesuai kondisi dan kebutuhan siswa mereka.
58
Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosial
ekonominya. Penggunaan kurikulum darurat secara signifikan juga mampu
mengurangi indikasi learning-loss selama pandemi baik untuk capaian literasi
maupun numerasi
Hasil positif di atas menunjukkan bahwa intervensi kurikulum darurat
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap upaya pemulihan pembelajaran
akibat pandemi COVID-19. Namun disisi lain, dapat dikatakan bahwa
intervensi ini merupakan kebijakan bumper untuk menanggulangi potensi
learning loss dan learning gap selama pandemi. Dibutuhkan pengembangan
kurikulum yang secara komprehensif mampu menghadapi krisis
pembelajaran yang menjadi permasalahan akut di Indonesia.
Pada konteks tersebut, kajian akademik pemulihan pembelajaran ini
disusun untuk menelaah berbagai alternatif kurikulum yang dapat digunakan
oleh satuan pendidikan dengan keragaman karakteristiknya untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran, mengoptimalkan hasil belajar
siswa, serta mengurangi dampak-dampak negatif pandemi COVID-19 bagi
pendidikan di Indonesia.
59
dikoordinasikan per tahun serta hanya terdapat mata pelajaran Pendidikan,
Budi Pekerti dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Sedangkan Kurikulum Merdeka capaian pembelajaran disusun per
fase dan dinyatakan dalam bentuk paragraph yang merangkaikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mencapai, menguatkan, dan
meningkatkan kompetensi.
c. Struktur Kurikulum
Pada kurikulum 2013, jam pelajaran (JP) diatur per minggu satuan
mengatur alokasi waktu pembelajaran secara rutin setiap minggu dalam
setiap semester, sehingga setiap semester peserta didik akan mendapat
nilai hasil belajar setiap semester. Sedangkan Kurikulum Merdeka
strukturnya dibagi menjadi dua kegiatan pembelajaran utama yaitu:
(1)Pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan intrakulikuler,
(2) Projek penguatan profil pelajar pancasila.
d. Pembelajaran
Kurikulum 2013 menggunakan satu pendekatan pembelajaran wajib
yaitu pendekatan saintifik untuk semua mata pelajaran. Sedangkan
Kurikulum Merdeka menguatkan pembelajaran yang terdiferensasi sesuai
tahap capaian peserta didik.
e. Penilaian
Pada Kurikulum 2013 penilaian dibagi menjadi penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Sedangan Kurikulum Merdeka tidak ada
pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
f. Perangkat Ajar yang Disediakan Pemerintah
Kurikulum 2013 menggunakan buku teks dan buku non-teks. Sedangkan
Kurikulum Merdeka Buku teks dan Buku Non-teks.
g. Perangkat Kurikulum
Kurikulum 2013 mempunyai pedoman implementaasi kurikulum,
panduan penilaian, dan panduan pembelajaran setiap jenjang.
Sedangkan Kurikulum Merdeka panduan pembelajaran dan asessmen,
panduan pengembangan kurikulum operasional sekolah, panduan
pengembangan projek, pelaksanaan inklusif, individual dan bimbingan
konseling.
Guru Wajib Tau! Tentang Aplikasi Merdeka Mengajar dari Manfaat
Semua Fitur dan Cara Loginnya Ini Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan
Kurikulum 2013 di Tiap Jenjang Pendidikan Kurikulum baru ini, memiliki
60
perbedaan secara khusus di tiap jenjang pendidikan, mulai dari tingkat
sekolah dasar hingga jenjang sekolah menengah atas, berikut penjelasannya:
1. Sekolah Dasar (SD)
Perbedaan di Sekolah Dasar Pada kurikulum 2013 untuk sekolah
dasar, terdapat pemisahan antara mata pelajaran IPA dan IPS. Sedangkan,
pada kurikulum prototipe, kedua mata pelajaran ini digabung menjadi satu
mata pelajaran menjadi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) tujuan
sebagai persiapan ketika siswa melanjutkan pendidikan di level sekolah
menengah pertama (SMP).
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Di Sekolah SMP perbedaan mencolok antara kurikulum 2013 dan
kurikulum prototipe di jenjang ini, adalah pada mata pelajaran informatika,
jika sebelumnya lebih bersifat pilihan, maka pada kurikulum prototipe mata
pelajaran ini dianggap wajib.
3. Sekolah Menengah Atas (SMA)
Di SMA perbedaannya adalah Jika pada kurikulum 2013, siswa baru
harus memilih jurusan sementara, maka pada kurikulum prototipe pemilihan
jurusan atau peminatan dimulai saat siswa memasuki kelas 11 yang
dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan konsultasi antara wali kelas,
guru BK serta orang tua siswa.
4. Struktur Kurikulum Merdeka
Kurikulum merdeka memiliki dua stuktur khusus yakni: kegiatan
yang bersifat intrakurikuler dan kegiatan yang bersifat projek baik secara
perseorangan maupun kelompok yang proses penerapannya diserahkan
sepenuhnya kepada sekolah maupun tenaga pendidik tiap mata pelajarannya.
62
Strategi sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring
implementasi Kurikulum 2013 belum terlaksana secara tepat dan optimal,
belum variatif, belum sesuai dengan kebutuhan, dan belum efektif. Contoh
kendala: sosialisasi tidak sampai langsung kepada tingkat gugus, pemilihan
instruktur ditetapkan sentralistik sehingga tidak sesuai kebutuhan, dan
pelatihan masih dilakukan secara konvensional dengan ceramah yang
cenderung teoretik.
Masih banyak pengawas, kepala sekolah, dan guru yang memiliki
pemahaman kurang tentang kerangka dasar, diversifikasi, dan konsep
implementasi Kurikulum 2013.Sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan
monitoring implementasi Kurikulum 2013 belum berdampak optimal
terhadap pemahaman pengawas, kepala sekolah, dan guru, kemampuan dan
Dari poin di atas di atas, diperoleh terdapat 3 alasan mengapa meninggalkan
kurikulum 2013 dan beralih ke kurikulum merdeka, yaitu:
a. Miskonsepsi Kompetensi
Sudah tidak asing lagi dengan kompetensi dalam kurikulum 2013,
yaitu konsepnya adalah kesatuan antara sikap, pengetahuan, serta
keterampilan seseorang melakukan suatu kinerja tertentu dalam bahasan
ini subjeknya adalah siswa. Yang terjadi dalam kurikulum 2013 yaitu
kompetensi diturunkan menjadi 3 komponen berbeda yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Hal tersebut mengakibatkan guru
mengalami kesulitan mengajar dan siswa juga mengalami kesulitan
belajar karena proses penilaian yang rumit dan menghabiskan energi
untuk membedakan antara penilain sikap, pengetahuan dan keterampilan.
b. Tuntutan Terlalu Tinggi
Tujuan dari pembelajaran yaitu student centered atau berpusat pada
siswa, tujuan pembelajaran esesnsial yang sesuai terhadap perkembangan
anak yaitu yang relevan, realistis tetapi tetap menantang bagi siswa
untuk terus bisa belajar. Dalam kurikulum 2013 tujuan pembelajaran
dianggap terlalu tinggi, di kejar- kejar untuk menyelesaikan banyak
materi dalam waktu yang telah di tentukan, sedangkan daya berfikir
siswa berbeda- beda. Akibatnya guru mengalami kesulitan mengajar
dengan tuntutan menuntaskan konten sehingga terjebak pada cara
mengajar satu arah. Tidak ada ruang kreativitas bagi guru. Selain guru
mengalami kesulitan, hal yang sama juga di rasakan oleh siswa yang harus
63
dituntut mempelajari banyak konten sehingga hanya belajar hafalan dan tidak
mendapatkan pemahaman secara utuh.
1
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan/?jenjang=3&kurikulum1=1&kurik
ulum2=4
64
C. Keunggulan Kurikulum Merdeka
2. Lebih merdeka
Merdeka bagi Peserta didik memiliki arti yaitu Tidak ada program
peminatan di SMA, peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat,
bakat, dan aspirasinya. Merdeka bagi Guru yaitu Guru mengajar sesuai
tahap capaian dan perkembangan peserta didik. Dan merdeka untuk
Sekolah maksudnya yaitu sekolah memiliki wewenang untuk
mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai
dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
2
Anggraena, Y., Felicia, N., Ginanto, D. E., Pratiwi, I., Utama, B., Alhapip, L., &
Widiaswati, D. (2021). Kajian Akademik : Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran.Badan
Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi
65
KURIKULUM MERDEKA TEMUKAN CARA
MEMERDEKAKAN BELAJAR SISWA
66
kebutuhan, dan kapasitasnya. Melalui kreativitas dan produksi, kurikulum ini
mendorong pengembangan karakter dan budaya Indonesia.3
3
Saur Panjaitan, “Kurikulum Merdeka Belajar untuk Pendidikan yang
Memerdekakan” (https://www.google.com/amp/s/kolom.tempo.co/amp/1571857/kurikulum-
merdeka-belajar-untuk-pendidikan-yang-memerdekakan Diakses pada 28 Mei 2022, 13:25)
67
Kurikulum Mandiri memungkinkan satuan pendidikan, guru, dan
siswa untuk mengejar pembelajaran dengan caranya sendiri. Siswa memiliki
fitrah (bakat) kodrat, dan pengajar sebagai pendidik harus merawatnya sesuai
dengan fitrah tersebut. Pendidikan anak sama dengan pendidikan masyarakat.
Dengan memasukkan Pembelajaran Berbasis Proyek ke dalam kurikulum
Merdeka, guru dan siswa dapat mengidentifikasi masalah dalam kehidupan
sehari-hari mereka dan berusaha untuk menyelesaikannya. Sekolah harus
menyediakan fasilitas pembelajaran yang inovatif, kegiatan, ekstrakurikuler,
kegiatan belajar bersama dengan lingkungan/perusahaan, dan guru harus
berinovasi di dalam kelas untuk mendorong inovasi siswa. Belajar menjadi
sesuatu yang dirindukan siswa dalam lingkungan seperti itu.
Penerapan filosofi Ki Hadjar, khususnya Tri-N, dalam pembelajaran
adalah inovasi dan kreativitas (Niteni, Nirokke, Nambahi). Kemampuan
mengenali dan menangkap makna secara tepat (alam, ciri, prosedur,
kebenaran) disebut sebagai Niteni, yang mengacu pada proses mencari dan
menemukan makna dari suatu objek yang diamati melalui alat indera sesuai
dengan proses kognitif Ki Hadjar penciptaan. Hak Cipta ialah kemampuan
berpikir, dan dipercayakan untuk menemukan suatu kebenaran dengan
mengamati dan membandingkan objek untuk menentukan perbedaan dan
persamaannya.
Tiru dan perluas/tambahkan adalah dua kata yang dapat
diterjemahkan sebagai Nirokke dan tambahkan. Ki Hadjar terdiri dari
"kemauan atau niat", yang selalu muncul bersamaan atau seolah-olah sebagai
tanggapan atas pikiran dan perasaan. Level dan proses kreatiflah yang
membedakan keduanya. Menurut Ki Hadjar, fitrah masa kanak-kanak adalah
nirokke, atau peniruan. Proses lanjutan Nirokke adalah menambah atau
menambah/mengembangkan. Dalam teknik ini, proses kreatif dan orisinal
digunakan untuk memberikan warna baru pada model yang ditiru. Siswa
seharusnya melalui prosedur penjumlahan ini. Dalam hal ini, Ki Hadjar
menekankan agar kita berkultivasi bukan meniru. Memperbaiki, menambah,
menghapus, memodifikasi, dan memproses objek imitasi adalah contoh
pemrosesan.
Kurikulum otonom memperluas kapasitas siswa dengan memperluas
proyek, memungkinkan mereka untuk menjadi lebih mandiri. Khususnya
SMK akan memperkuat kemampuannya sebagai hasil dari peningkatan
kerjasama dengan dunia usaha dan industri, serta pemanfaatan dosen tamu
daripada tenaga ahli. Pemerintah melaksanakannya secara bertahap, dengan
68
mempertimbangkan kondisi masing-masing daerah dan persiapan sekolah,
serta memberikan kebebasan (kemerdekaan) kapan mulainya. Beberapa dari
sekolah telah memperkenalkan kurikulum otonom sebagai proyek
percontohan dengan harapannya dapat menginspirasi sekolah lain di daerah
tersebut untuk mengikutinya. Efektivitas Kurikulum Mandiri sangat
bergantung pada pengaruh, baik di sekolah negeri maupun swasta.4
4
Ibid. (Diakses pada 28 Mei 2022, 15:59)
69
Jika senioritas guru tidak ditangani secara memadai, hal itu dapat
menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan di dalam kelas. Di satu sisi,
instruktur junior lebih cenderung menguasai teknologi sebagai kebutuhan
kurikulum mandiri karena tingkat kegembiraan, dorongan, kreativitas, dan
inovasi mereka yang tinggi. Instruktur senior, sebaliknya, memiliki tingkat
kompetensi teknologi yang lebih rendah, yang berdampak pada keberhasilan
program Kurikulum Mandiri. Ada perbedaan antara guru senior dan junior.
Masalah yang paling umum, terutama untuk sekolah swasta, adalah fluktuasi
jumlah siswa yang mereka kelola. Akibatnya, ketika jumlah siswa
berfluktuasi, program Kurikulum Mandiri terganggu dan terbatas. Telah
terjadi penurunan yang signifikan di banyak sektor, salah satunya sebagai
akibat dari epidemi yang berkepanjangan. Fokus sekolah swasta biasanya
pada PPDB (Penerimaan Siswa Baru), atau bagaimana menarik siswa baru
dan menjaga jumlah siswa tetap stabil. Akibatnya, penerapan berbagai
kebijakan baru pemerintah, seperti Kurikulum Mandiri, selalu dikaitkan
dengan isu utama, yaitu pengaruh jumlah murid yang dikuasainya.5
5
Ibid. (Diakses pada 28 Mei 2022, 17:01)
70
seperti itu akan merusak keseimbangan struktur hierarki piramidal
masyarakat, yang diinginkan oleh sekelompok elit – elit sosial dan politik.6
Individu yang kritis, kreatif, produktif, bertanggung jawab, dan
mampu bekerja sama dengan individu atau kelompok lain yang diperlukan
dalam era globalisasi yang dinilai dengan kemampuan beradaptasi yang
tinggi dan persaingan yang sehat. Lembaga pendidikan harus mampu
menjawab tuntutan tersebut dan menyiapkan individu-individu berkualitas
yang mampu bersaing secara global. Penjelasan luas UU No. RI. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kualitas manusia yang
dibutuhkan oleh negara Indonesia sekarang dan di masa depan adalah pribadi
yang mampu bersaing dengan bangsa lain dalam persaingan yang semakin
ketat.7
6
H., Berybe, Dilema Pelembagaan Pendidikan. Dalam Sindhunata, Pendidikan
Kegelisahan Sepanjang Jaman. (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 24
7
Undang – Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
71
Tanpa kehilangan jati diri bangsa, siswa harus dipersiapkan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta sistem nilai atau etiket sosial
internasional. Siswa harus mampu dengan cepat memperoleh, menguasai,
mengolah, dan mengembangkan informasi guna menciptakan kebiasaan
berpikir yang inovatif dan produktif. Tanggung jawab guru dalam
mewujudkan pembelajaran yang membebaskan dikatakan mampu
memaksimalkan potensi setiap siswa secara maksimal tanpa mengganggu
pertumbuhan potensi individu lainnya.
Siswa harus mengembangkan sikap seperti belajar melalui
penggunaan sumber belajar yang beragam dan sumber pengetahuan. Selain
memiliki karakter bangsa, peserta didik perlu mempersiapkan untuk berperan
dalam konstelasi masyarakat global melewati pendidikan yang berwawasan
luas. Hal ini tercermin dalam paradigma pendidikan nasional baru yang
mengedepankan otonomi atau desentralisasi pendidikan melalui kurikulum
KTSP dan model pembelajaran yang inovatif, dengan fokus pada pendidikan
holistik untuk menumbuhkan kesadaran individu dengan nilai-nilai persatuan
dalam pluralisme budaya, serta nilai-nilai moral. , kemanusiaan, dan agama,
kreativitas, produktivitas, berpikir kritis, tanggung jawab, kemandirian, dan
kemampuan berpikir kreatif.
Bakat-bakat berikut ini akan terwujud jika sistem pendidikan dan
pembelajaran disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan para guru
untuk memahami dan mengembangkan kreativitasnya. Guru harus
dibebaskan dari belenggu berbagai persoalan teknis dan formalisme. Hal ini
merupakan syarat agar guru dapat membebaskan anak dari berbagai belenggu
yang menghambat imajinasi dan kreativitasnya, serta dalam rangka
pengembangan karakter. Akibatnya, sudah waktunya untuk menggunakan
pendidikan dan/atau pembelajaran yang membebaskan dan kritis sebagai
model.
Kemandirian atau independensi tidak diberikan begitu saja. Sikap
menghargai kekhasan dan keunikan setiap individu sebagai pribadi
berkembang sebagai hasil dari kemandirian atau kebebasan. Hakikatnya,
kebebasan pribadi setiap orang dibatasi oleh kebebasan pribadi orang lain.8
Norma bersama tetap diperlukan, namun kehati-hatian harus dilakukan ketika
menyusun aturan bersama, karena tujuan utama aturan bersama adalah untuk
8
SMU Kolese de Britto, Pendidikan Bebas Menuju Pribadi Mandiri. (Yogyakarta:
Yayasan De Britto)
72
menjaga dan menjamin kemerdekaan atau kebebasan setiap individu. Jika
peraturan yang dibuat menghalangi atau bahkan menghilangkan kebebasan,
maka pembatasan itu tidak proporsional. Akibatnya, aturan atau undang-
undang masih diperlukan, tetapi aturan atau undang-undang ini tidak boleh
menghalangi pengembangan potensi unik manusia itu sendiri. Manusia
dengan tingkat kemandirian atau kebebasan ini mampu mencapai potensi
penuhnya, mengkritisi, dan memilih arah hidupnya.
Tantangan pendidikan ke depan adalah mewujudkan demokratisasi
proses pembelajaran. Prosedur demokratis yang mencerminkan inisiatif siswa
dalam belajar. Hak siswa untuk melakukan tindakan belajar sesuai dengan
karakteristiknya diakui dalam pembelajaran demokrasi. Tersedianya paket
pembelajaran yang beragam, yang menghilangkan keseragaman kurikulum,
metodologi pembelajaran, bahan ajar, dan evaluasi pembelajaran, merupakan
salah satu kriteria terwujudnya masyarakat belajar yang demokratis dan
bebas. Sekolah merupakan tempat untuk membina demokrasi belajar agar
seluruh potensi siswa, termasuk nilai-nilai afektif, moral, agama, dan sosial
dapat terwujud.
Cara guru dan siswa berinteraksi perlu direvitalisasi. Jika sikap guru
sudah lebih otoriter, dengan banyak arahan, informatif, dan birokratis, peran
ibu/bapak, saudara, teman, atau pasangan harus diubah. Ini sering terjadi, dan
dalam beberapa keadaan, instruktur berperan sebagai siswa dan siswa
berperan sebagai guru. Proses belajar, serta hubungan antara murid, berubah.
Daya saing, serta persaingan berdasarkan peringkat, sangat mematikan
karena selain membentuk orang-orang eksklusif, anak-anak muda juga
memisahkan diri dari perkembangan moral mereka. Lebih jauh lagi, kegiatan
seperti itu hanya akan menyebabkan anak muda lainnya memperoleh
kebanggaan palsu dan penderitaan batin. Anak-anak harus diajari untuk
menjadi realistis, melihat bahwa hidup itu multi-dimensi daripada seragam,
dan didorong untuk hidup dalam keragaman yang saling melengkapi demi
persaudaraan yang sehat, sambil menghormati hak dan kewajiban sosial satu
sama lain. Mendidik anak-anak tidak hanya berarti mengajari mereka
bagaimana berinteraksi dengan lingkungan mereka secara praktis. Mendidik
anak juga berarti membantu mereka menjadi diri sendiri dan peka terhadap
lingkungan sekitar.
Pengaturan lingkungan belajar sangat penting agar anak dapat
mengontrol bagaimana kebutuhan emosionalnya terpenuhi. Lingkungan
belajar yang demokratis memungkinkan anak-anak untuk memilih kegiatan
73
belajar mereka sendiri dan mendorong siswa untuk terlibat secara fisik,
emosional, dan psikologis dalam proses pembelajaran, memungkinkan
mereka untuk terlibat dalam kegiatan kreatif dan produktif. Ini adalah aturan
penting untuk diingat saat menciptakan lingkungan belajar. Setiap anak,
secara individu dan/atau kolektif, harus diberi kesempatan untuk mengambil
keputusan berdasarkan kemampuan dan kemauannya untuk melakukannya.
Jika siswa dihadapkan pada berbagai batasan yang tidak ada
hubungannya dengan belajar, maka keinginan belajarnya akan berkurang.
Banyaknya peraturan yang biasanya dibuat oleh guru dan harus dipatuhi oleh
siswa akan membuat anak terus-menerus diliputi kecemasan. Siswa juga akan
kehilangan kemampuannya untuk bertindak bebas dan melatih pengendalian
diri. Apa yang terjadi jika mereka terus-menerus ketakutan? Siswa akan
menciptakan mekanisme pertahanan, sehingga yang mereka pelajari adalah
bagaimana melawan diri sendiri melawan rasa takut daripada mempelajari
pesan. Anak-anak seperti itu tidak akan maju dalam pendidikan mereka dan
akan selalu menyembunyikan kekurangan mereka.
Selain kebebasan, aspek terpenting dari lingkungan belajar yang
bebas dan/atau demokratis adalah kenyataan. Menyadari bahwa setiap siswa
memiliki kelebihan dan kekurangan, keberanian sekaligus ketakutan dan
kekhawatiran, dan kemampuan untuk marah sekaligus bahagia. Realitas
harus dimiliki oleh setiap orang yang berpartisipasi dalam proses
pembelajaran, bukan hanya siswa. Sikap dan pandangan positif tentang
belajar dapat ditumbuhkan dalam lingkungan belajar yang membebaskan dan
berdasarkan realitas semua orang yang terlibat dalam proses belajar. Sikap
dan pandangan belajar yang positif menjadi landasan untuk melancarkan
kegiatan belajar. Semua ini penting untuk pengembangan kapasitas mental
produktif.
Martabat manusia secara keseluruhan dihormati dalam pendidikan
humanis yang membebaskan. Pandangan bahwa siswa adalah bejana kosong
atau kertas kosong yang menunggu untuk diisi dengan apa saja yang
diinginkan guru atau orang tua, sehingga siswa menjadi lebih terkungkung,
cerdas, dan dewasa. Yang perlu dilakukan adalah agar siswa diajarkan
berbagai metodologi pembelajaran sehingga setelah mereka menyelesaikan
74
dan memperbaharui pendidikannya, mereka akan menjadi manusia yang
mandiri dan berbelas kasih.9
9
C. Asri Budiningsih, “Strategi Pembelajaran yang Memerdekakan”, h. 5-9
75
KURIKULUM MERDEKA
UNTUK PENDIDIKAN MEMERDEKAKAN
A. Kurikulum Merdeka
Menurut BSNP atau Badan Standar Nasional Pendidikan, pengertian
kurikulum merdeka belajar adalah suatu kurikulum pembelajaran yang
mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Di sini, para pelajar (baik siswa
maupun mahasiswa) dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin dipelajari
sesuai dengan bakat dan minatnya.
76
dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan
pembelajaran.
1. SD/SDLB/MI
a. Kerangka Dasar
1) Rancangan landasan utama Kurikulum Merdeka adalah tujuan Sistem
Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan.
2) Mengembangkan profil pelajar Pancasila pada peserta didik
b. Kompetensi yang Dituju
1) Capaian Pembelajaran yang disusun per fase
2) Capaian Pembelajaran dinyatakan dalam paragraf yang merangkaikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mencapai, menguatkan,
dan meningkatkan kompetensi
3) SD/sederajat terdiri dari:
a) Fase A (umumnya setara dengan kelas I dan II SD)
b) Fase B (umumnya setara dengan kelas III dan IV SD), dan
c) Fase C (umumnya setara dengan kelas V dan VI SD)
c. Struktur Kurikulum
1) Struktur kurikulum dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan pembelajaran
utama, yaitu:
a) Pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan
intrakurikuler; dan
b) Projek penguatan profil pelajar Pancasila
2) Jam Pelajaran (JP) diatur per tahun. Satuan pendidikan dapat
mengatur alokasi waktu pembelajaran secara fleksibel untuk
mencapai JP yang ditetapkan
3) Satuan pendidikan dapat menggunakan pendekatan
pengorganisasian pembelajaran berbasis mata pelajaran, tematik,
atau terintegrasi
4) Mata pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial)
merupakan paduan dari IPA dan IPS
5) Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran pilihan, tergantung kesiapan
satuan pendidikan
77
6) Satuan pendidikan atau peserta didik dapat memilih sekurang-
kurangnya satu dari 5 (lima) mata pelajaran Seni dan Prakarya: Seni
Musik, Seni Rupa, Seni Teater, Seni Tari, atau Prakarya.
d. Pembelajaran
1) Menguatkan pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap capaian
peserta didik
2) Paduan antara pembelajaran intrakurikuler (sekitar 70-80% dari jam
pelajaran) dan kokurikuler melalui projek penguatan profil pelajar
Pancasila (sekitar 20-30% jam pelajaran)
e. Penilaian
1) Penguatan pada asesmen formatif dan penggunaan hasil asesmen
untuk merancang pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik
2) Menguatkan pelaksanaan penilaian autentik terutama dalam projek
penguatan profil pelajar Pancasila
3) Tidak ada pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
f. Perangkat Ajar yang Disediakan Pemerintah
1) Buku teks dan buku non-teks
2) Contoh-contoh modul ajar, alur tujuan pembelajaran, contoh projek
penguatan profil pelajar Pancasila, contoh kurikulum operasional
satuan pendidikan
g. Perangkat Kurikulum
1) Panduan Pembelajaran dan Asesmen, panduan pengembangan
kurikulum operasional sekolah, panduan pengembangan projek
penguatan profil pelajar Pancasila, panduan pelaksanaan pendidikan
inklusif, panduan penyusunan program pembelajaran individual,
modul layanan bimbingan konseling
2. SMP/SMPLB/MTs
a. Kerangka Dasar
1) Rancangan landasan utama Kurikulum Merdeka adalah tujuan Sistem
Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan.
2) Mengembangkan profil pelajar Pancasila pada peserta didik
b. Kompetensi yang Dituju
1) Capaian Pembelajaran yang disusun per fase
2) Capaian Pembelajaran dinyatakan dalam paragraf yang merangkaikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mencapai, menguatkan,
78
dan meningkatkan kompetensi SMP/sederajat terdiri dari satu fase,
yaitu Fase D (umumnya setara dengan kelas VII, kelas VIII dan kelas
IX SMP)
c. Struktur Kurikulum
1) Struktur kurikulum dibagi menjadi
2) kegiatan pembelajaran utama, yaitu: Pembelajaran reguler atau rutin
yang merupakan kegiatan intrakurikuler; dan Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
3) Jam Pelajaran (JP) diatur per tahun. Satuan pendidikan dapat mengatur
alokasi waktu pembelajaran secara fleksibel untuk mencapai JP yang
ditetapkan
4) Satuan pendidikan dapat menggunakan pendekatan pengorganisasian
pembelajaran berbasis mata pelajaran, tematik, atau terintegrasi
5) Mata pelajaran Informatika merupakan mata pelajaran wajib
6) Satuan pendidikan atau peserta didik dapat memilih sekurang-
kurangnya satu dari 5 (lima) mata pelajaran Seni dan Prakarya: Seni
Musik, Seni Rupa, Seni Teater, Seni Tari, atau Prakarya.
d. Pembelajaran
1) Menguatkan pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap capaian peserta
didik
2) Paduan antara pembelajaran intrakurikuler (sekitar 70-80% dari jam
pelajaran) dan kokurikuler melalui projek penguatan profil pelajar
Pancasila (sekitar 20-30% jam pelajaran)
e. Penilaian
1) Penguatan pada asesmen formatif dan penggunaan hasil asesmen untuk
merancang pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik
2) Menguatkan pelaksanaan penilaian autentik terutama dalam projek
penguatan profil pelajar Pancasila
3) Tidak ada pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
f. Perangkat Ajar yang Disediakan Pemerintah
1) Buku teks dan buku non-teks
2) Contoh-contoh modul ajar, alur tujuan pembelajaran, contoh projek
penguatan profil pelajar Pancasila, contoh kurikulum operasional
satuan Pendidikan
79
g. Perangkat Kurikulum
1) Panduan Pembelajaran dan Asesmen, panduan pengembangan
kurikulum operasional sekolah, panduan pengembangan projek
penguatan profil pelajar Pancasila, panduan pelaksanaan pendidikan
inklusif, panduan penyusunan Program Pembelajaran
3. SMA/SMALB/MA
a. Kerangka Dasar
1) Rancangan landasan utama Kurikulum Merdeka adalah tujuan Sistem
Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan.
2) Mengembangkan profil pelajar Pancasila pada peserta didik
b. Kompetensi yang Dituju
1) Capaian Pembelajaran yang disusun per fase
2) Capaian Pembelajaran dinyatakan dalam paragraf yang merangkaikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mencapai, menguatkan,
dan meningkatkan kompetensi
3) SMA/sederajat terdiri dari:
a) Fase E (umumnya setara dengan kelas X SMA)
b) Fase F (umumnya setara dengan kelas XI dan XII SMA).
c. Struktur Kurikulum
1) Struktur kurikulum dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan pembelajaran
utama, yaitu:
a) Pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan
intrakurikuler; dan
b) Projek penguatan profil pelajar Pancasila
2) Jam Pelajaran (JP) diatur per tahun. Satuan pendidikan dapat
mengatur alokasi waktu pembelajaran secara fleksibel untuk
mencapai JP yang ditetapkan
3) Satuan pendidikan dapat menggunakan pendekatan
pengorganisasian pembelajaran berbasis mata pelajaran, tematik,
atau terintegrasi
4) Mata pelajaran IPA dan IPS di Kelas X SMA belum dipisahkan
menjadi mata pelajaran yang lebih spesifik
5) Satuan pendidikan atau peserta didik dapat memilih sekurang-
kurangnya satu dari lima mata pelajaran Seni dan Prakarya: Seni
Musik, Seni Rupa, Seni Teater, Seni Tari, atau Prakarya
80
6) Di kelas X peserta didik mempelajari mata pelajaran umum (belum
ada mata pelajaran pilihan). Peserta didik memilih mata pelajaran
sesuai minat di kelas XI dan XII. Peserta didik memilih mata
pelajaran dari kelompok mata pelajaran yang tersedia
7) Peserta didik menulis esai ilmiah sebagai syarat kelulusan
d. Pembelajaran
1) Menguatkan pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap capaian peserta
didik
2) Paduan antara pembelajaran intrakurikuler (sekitar 70-80% dari jam
pelajaran) dan kokurikuler melalui projek penguatan profil pelajar
Pancasila (sekitar 20-30% jam pelajaran)
e. Penilaian
1) Penguatan pada asesmen formatif dan penggunaan hasil asesmen untuk
merancang pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik
2) Menguatkan pelaksanaan penilaian autentik terutama dalam projek
penguatan profil pelajar Pancasila
3) Tidak ada pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
f. Perangkat Ajar yang Disediakan Pemerintah
1) Buku teks dan buku non-teks
2) Contoh-contoh modul ajar, alur tujuan pembelajaran, contoh projek
penguatan profil pelajar Pancasila, contoh kurikulum operasional
satuan pendidikan.
g. Perangkat Kurikulum
1) Panduan Pembelajaran dan Asesmen, panduan pengembangan
kurikulum operasional sekolah, panduan pengembangan projek
penguatan profil pelajar Pancasila, panduan pelaksanaan pendidikan
inklusif, panduan penyusunan Program Pembelajaran Individual, modul
layanan bimbingan konseling.
B. Pendidikan Memerdekakan
Pendidikan yang memerdekakan adalah peroses pendidikan yang
menuntun murid di dalam mereka mengembanhkan potensi-potensi positif
yang ada, yang dilandasi dari kebebasan di dalam mengeksplorasi potensi-
potensi tersebut, bebas dari berbagai tekanan baik dari tekanan dari dalam
diri individu murid tersebut, maupun dari dalam luar diri.
81
Pendidikan yang memerdekakan menurut KHD adalah suatu proses
pendidikan yang meletakan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur
dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara
lahiriah dan batianiah. Sedangkan menurut Erwin Junardi, pendidikan yang
memerdekakan adalah proses seorang individu menuju keselamatan dan
kebahagiannya dari terbebasnya individu tersebut dari berbagai tekanan
secara internal maupun secara eksternal diri.
82
dari tekanan dari dalam diri individu murid tersebut, maupun dari dalam luar
diri.
83
Pada proses belajar mengajar sangat ditekankan pengarahan dan
sangat menentang kekerasan ataupun tekanan didalamnya. Karena sesuai
dengan perkataan KI Hajar Dewantara bahwa pendidikan dengan kekerasan
mau tidak mau harus dihapuskan, karena hal ini bertentangan dengan
pendidikan yang memerdekakan.
84
PENERAPAN KURIKULUM MERDEKA
DI SEKOLAH DAN MADRASAH
85
PISA. Berbeda dengan UN yang dilaksanakan di akhir jenjang pendidikan,
asesmen ini akan dilaksanakan di kelas 4, 8, dan 11. Hasilnya diharapkan
menjadi masukan bagi sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran
selanjutnya sebelum peserta didik menyelesaikan pendidikannya.
2. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diserahkan ke sekolah.
Menurut Kemendikbud, sekolah diberikan keleluasaan dalam menentukan
bentuk penilaian, seperti portofolio, karya tulis, atau bentuk penugasan
lainnya.
3. Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut
Nadiem Makarim, RPP cukup dibuat satu halaman saja. Melalui
penyederhanaan administrasi, diharapkan waktu guru dalam pembuatan
administrasi dapat dialihkan untuk kegiatan belajar dan peningkatan
kompetensi.
4. Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), sistem zonasi diperluas
(tidak termasuk daerah 3T). Bagi peserta didik yang melalui jalur afirmasi
dan prestasi, diberikan kesempatan yang lebih banyak dari sistem PPDB.
Pemerintah daerah diberikan kewenangan secara teknis untuk menentukan
daerah zonasi ini.
Nadiem membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanpa alasan.
Pasalnya, penelitian Programme for International Student Assesment (PISA)
tahun 2019 menunjukkan hasil penilaian pada siswa Indonesia hanya
menduduki posisi keenam dari bawah; untuk bidang matematika dan literasi,
Indonesia menduduki posisi ke74 dari 79 Negara. Menyikapi hal itu, Nadiem
pun membuat gebrakan penilaian dalam kemampuan minimum, meliputi
literasi, numerasi, dan kurvei karakter.
Literasi bukan hanya mengukur kemampuan membaca, tetapi juga
kemampuan menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep di baliknya.
Untuk kemampuan numerasi, yang dinilai bukan pelajaran matematika, tetapi
penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menerapkan konsep numerik
dalam kehidupan nyata.
87
C. Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah/Madrasah
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, merdeka belajar
adalah memberikan kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan dan
merdeka dari birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit
serta mahasiswa diberikan kebebasan memilih bidang yang mereka sukai
(Tinggi, 2020). Merdeka belajar versi Kemendikbud dapat diartikan sebagai
penerapan kurikulum dalam proses pembelajaran yang menutut untuk
menyenangkan dengan pengembangan berpikir yang inovatif dan kreatif oleh
guru. Hal ini dapat menumbuhan sikap pofsitif murid dalam merespon
pembelajaran (Saleh, 2020: 51–56).
89
kurikulum sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 3 dan pasal 37 ayat 1.
90
sejumlah tugas tambahan di luar pembelajaran, dan terutama belum merdeka
dari beban peningkatan karir pangkat dan jabatannya.
Di sisi yang lain, banyak guru yang telah berhasil mendidik murid-
muridnya hingga menjadi guru besar, menteri, bahkan presiden, namun
nasibnya masih memprihatinkan (Rohman, 2013). Data Kemendikbud
menunjukkan bahwa di Indonesia ini sangat miskin guru yang pangkat dan
jabatannya mencapai Pembina Utama, IV/e. Kalau pun ada, namun
jumlahnya tidak melebihi jumlah jari sebelah tangan. Dengan merdeka
belajar ini, tidak hanya kualitas pendidikan yang semakin membaik, tetapi
SDM Indonesia semakin berkualitas, dan nasib guru di Indonesia juga
semakin baik dan sejahtera.
91
Sedangkan reformasi menurut Emil Salim dan Din Syamsuddin dalam
Tilaar, adalah perubahan dengan melihat keperluan masa depan, yang
kembali dalam bentuk asal (Tilaar, 2004). Menurut Banathy (1991) dalam
Miarso menyebutkan reformasi sebagai usaha “doing more of the same”.
Usaha ini kemudian ditingkatkan dengan “doing more of the same but doing
it better”, yang merupakan usaha peningkatan efesiensi (Miarso, 2010).
Menurut Sedarmayanti, reformasi adalah suatu perubahan pokok dalam suatu
sistem birokrasi yang bertujuan mengubah struktur, tingkah laku, dan
keberadaan atau kebiasaan yang telah lama (Sedarmayanti, 2011). Dari
beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa reformasi berarti
perubahan dengan melihat keperluan masa depan, menekankan kembali pada
bentuk asal, berbuat lebih baik (membetulkan/ menyempurnakan) dengan
menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan praktek yang salah atau
memperkenalkan prosedur yang lebih baik, suatu perombakan menyeluruh
dari suatu sistem kehidupan. Oleh karena itu, reformasi berimplikasi pada
merubah sesuatu untuk menghilangkan yang tidak sempurna seperti melalui
perubahan kebijakan institusional.
Saat ini kita sudah memasuki abad 21 yang juga disebut sebagai era
pengetahuan, era industri 4.0, era globalisasi atau yang popular disebut
dengan era disrupsi. Perkembangan yang terjadi di era ini membawa
konsekuensi kepada tuntutan SDM yang berkualitas, untuk itu maka
reformasi pendidikan merupakan sebuah kenicayaan, karena hanya
pendidikanlah yang bisa mempersiapkan manusia untuk kehidupan di masa
depan (Mubarak, 2018).
92
Semangat UU Sisdiknas adalah memberikan keleluasaan bagi sekolah
untuk menentukan kelulusan. Namun pelaksanaan USBN justru membatasi
penerapan hal itu. Demikian juga kurikulum 2013 yang sudah berbasis
kompetensi, namun perlu asesmen yang lebih holistik untuk mengukur
kompetensi anak, sehingga membebani guru dan menyebabkan pelaksanaan
pendidikan semakin rumit. Karena itu, untuk mengurai tumpang tindihnya
pendidikan, maka USBN dan UN diganti dengan asesmen yang
diselenggarakan hanya oleh sekolah.
Kebijakan Asesmen Nasional dirancang sebagai penanda perubaahan
paradigma tentang evaluasi pendidikan yang selama mengukur capaian murid
secara individu menjadi pemetaan sistem pendidikan berupa input, proses dan
output. Potret layanan dan kinerja setiap sekolah dari hasil Asesmen,
selanjutnya menjadi cermin untuk melakukan refleksi dan perbaikan mutu
pendidikan nasional.
93
Survey Lingkungan Belajar (SLB) dirancang untuk mengevaluasi dan
memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah.
Asesmen Nasional Tahun 2021 dilakukan sebaga pemetaan dasar dari
kualitas pendidikan yang nyata di lapangan. Sehingga tidak ada konsekuensi
bagi sekolah maupun murid. Pemerintah melalui Kemendikbud juga akan
membantu sekolah dan Dinas Pendidikan dengan cara menyediakan laporan
hasil asesmen yang menjelaskan tentang profil kekuatan dan area perbaikan
di tiap sekolah dan daerah (Firmadani, 2017). Sehingga sangat penting
dipahami terutama oleh guru, kepala sekolah, murid dan orang tua bahwa
Asesmen Nasional 2021 tidak memerlukan persiapan khusus maupun
tambahan yang justru akan menjadi beban psikologis tersendiri. Tidak perlu
cemas tidak perlu bimbingan belajar (bimbel) untuk Asesmen Nasional.
94
KURIKULUM MERDEKA TK/RA
A. Merdeka Belajar
Merdeka Belajar merupakan program penataan lain yang
diberangkatkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Kemendikbud RI) yang diberangkatkan oleh Pendeta Dikbud
RI kepada Biro Tinggi Indonesia, Nadiem Anwar Makarim. Sebelum
mengartikan kebebasan, memajukan secara keseluruhan harus
memahami menjadi mandiri dan belajar.
Sesuai referensi Kata Besar Bahasa Indonesia, Merdeka
memiliki arti penting terbebas dari (penundukan, ekspansionisme, dan
sebagainya), mandiri, tidak terpengaruh atau terbebas dari permintaan,
tidak terikat, tidak bergantung pada individu atau perkumpulan tertentu;
bebas, bebas (dapat melakukan apa pun yang dia mau).
Belajar adalah semua siklus sadar dari latihan mental, mental
atau mistik yang dilakukan oleh seorang individu sehingga
menyebabkan perubahan perilaku yang berbeda antara sebelum belajar
dan setelah belajar. Peluang belajar dapat diartikan sebagai peluang
sistem sekolah dari belenggu yang menyusahkan dan membatasi ruang
gerak dua instruktur dan siswa untuk berimajinasi. Kesempatan untuk
memilih apa yang ingin Anda wujudkan sesuai keinginan dan minat
pengajar dan siswa untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Mengakui
pembelajaran gratis harus dimulai sesegera mungkin untuk juga
memajukan pengembangan karakter pada orang.
B. Pendidikan
Menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Yanuarti, 2017)
mengungkap betapa pentingnya pelatihan bagi kemajuan kehidupan.
Sekolah adalah jalan menuju kemajuan suatu negara. Sekolah dibantu
melalui kerja sadar untuk mengarahkan semua kualitas normal yang
digerakkan oleh anak-anak, baik sebagai manusia maupun sebagai
warga negara untuk mencapai keamanan dan kebahagiaan yang paling
penting. Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam melakukan siklus
pembelajaran di Taman Siswa, itu tergantung pada lima standar, yang
disebut "Panca Darma". Panca Darma ini mengandung seluk-beluk baik
95
dari norma-norma yang digunakan di Taman Siswa sejak didirikan pada
tahun 1922 dan seterusnya, maupun yang terkandung dalam semua
pedoman dan tradisi yang berbeda dalam kehidupan dan bisnis Taman
Siswa. Selanjutnya adalah lima standar pembelajaran yang dikemukakan
oleh Ki. Hajar Dewantara, lebih tepatnya;
96
d) Prinsip kemanusiaan peserta didik juga diharuskan untuk tidak
menyalahgunakan kebebasan dasar yang mendasar. Premis umat
manusia berusaha untuk menumbuhkan karakteristik terhormat
orang. Hidup masing-masing berdasarkan partisipasi bersama dan
cinta bersama dan benar-benar fokus dan mengarahkan satu sama
lain sehingga mereka bisa menjadi orang-orang hebat.
Konsekuensinya, dalam pelaksanaan dan disusun secara konsisten
untuk kepentingan normal.
a) Anak Usia dini Itu Istimewa Setiap anak tidak persis sama satu sama
lain dan tidak ada dua anak yang persis sama meskipun mereka
kembar yang tidak dapat dibedakan. Mereka memiliki berbagai
kualitas, atribut, minat, kecenderungan, dan fondasi. Menurut
Bredekamp (1987) anak muda memiliki keunikan tersendiri,
misalnya dalam gaya belajar, minat, dan landasan keluarga.
Keunikan setiap anak adalah sesuai dengan bawaan lahir, minat,
kapasitas dan landasan sosial kehidupan yang tidak sama satu sama
lain. Meskipun ada desain pengaturan umum yang mengejutkan
dalam pengembangan anak, contoh peningkatan kemajuan masih
memiliki perbedaan satu sama lain.
b) Anak Usia dini dalam Masa Potensi sering dianggap berada dalam
"usia cemerlang" atau kerangka waktu yang paling potensial atau
terbaik untuk belajar dan berkreasi. Jika periode ini tidak dilewati
dengan baik, dapat mempengaruhi kemajuan tahap berikutnya.
c) Masa Muda Umumnya Tidak Terkendala Sampai sekarang anak-
anak akan berkeliaran karena mereka terus-menerus buruk dalam
berimajinasi. Mereka akan secara terbuka menawarkan sudut
98
pandang dan sentimen mereka tidak peduli apa tanggapan semua
orang di sekitar mereka.
d) Anak usia dini Secara Umum Akan Lemah dan Tidak Ada Estimasi
anak tidak memikirkan resiko atau tidaknya suatu kegiatan. Untuk
melakukannya, mereka akan melakukannya terlepas dari apakah itu
dapat menyebabkan cedera atau kerusakan.
e) Anak usia dini itu Dinamis dan Bersemangat, Anak terus bergerak
dan tidak pernah bisa diam kecuali jika tertidur. Jadi dalam banyak
kasus dikatakan bahwa pemuda "tidak lulus"
f) Anak Usia dini itu Egosentris Mereka umumnya akan melihat hal-hal
menurut perspektif mereka sendiri dan dalam pemahaman mereka
sendiri. Mereka juga percaya bahwa semua yang mereka butuhkan
adalah milik mereka. Sebagai aturan umum, anak muda masih
egosentris, mereka melihat dunia menurut perspektif dan minat
mereka sendiri. Hal ini terlihat ketika anak-anak saling berebut untuk
bermain, atau menangis ketika mereka membutuhkan sesuatu namun
tidak dipuaskan oleh orang tua mereka. Kualitas-kualitas ini terkait
dengan kemajuan mental anak-anak. Menurut Piaget, pemuda berada
dalam tahapan:
a) tahap sensorimotorik,
b) tahap praoperasional,
c) tahap fungsional konkret.
g) Pemuda Memiliki Area Kekuatan yang Serius untuk a Minat mereka
sangat tinggi sehingga mereka tidak bosan bertanya "apa ini dan apa
itu" dan "untuk alasan apa ini dan mengapa itu" Anak muda memiliki
pandangan bahwa dunia ini dipenuhi dengan hal-hal menarik yang
tak ada habisnya. menakjubkan. Ini mendukung minat yang tinggi.
Minat anak muda berbeda-beda, bergantung pada apa yang menarik
minatnya. Ketertarikan ini sangat maju untuk memberikan informasi
baru kepada kaum muda untuk berkreasi secara intelektual. Semakin
banyak pengetahuan yang didapat berdasar kepada rasa ingin tahu
anak yang tinggi, semakin kaya daya pikir anak.
h) Anak Usia dini itu pemberani Mengingat minat mereka yang besar
dan kuat, mereka perlu menjelajahi berbagai tempat untuk memenuhi
minat mereka dengan menyelidiki objek dan iklim secara umum.
I) Anak usia dini Memiliki Pikiran Kreatif dan Impian yang Tinggi
Pikiran kreatif dan mimpi anak muda sangat tinggi sampai-sampai
99
terkadang banyak orang dewasa atau orang yang lebih berpengalaman
menganggap mereka pembohong dan suka menyombongkan diri.
Namun ini karena mereka suka membayangkan hal-hal di luar akal
sehat. Anak muda memiliki realitasnya sendiri, unik dalam
hubungannya dengan orang dewasa. Mereka tertarik pada hal-hal
yang kreatif sehingga mereka kaya akan mimpi.
j) Anak usia dini Secara Umum Akan mudah frustasi Secara Efektif
anak usia dini pada umumnya akan mudah terhalang dan lelah
dengan semua yang sulit baginya. Mereka akan segera meninggalkan
latihan atau permainan yang bahkan belum mereka selesaikan saat ini.
k) Anak usia dini Memiliki Kemampuan Fokus yang Terbatas,
Kemampuan anak usia dini untuk fokus tidak terlalu lama, itulah
sebabnya mereka tidak bisa diam dan sulit untuk fokus pada latihan
yang membutuhkan ketenangan.
100
KURIKULUM MERDEKA SD/MI
101
Penerapan projek penguatan profil pelajar Pancasila dilaksanakan
secara fleksibel, baik muatan atau waktu pelaksanaannya. Muatan projek
harus berdasarkan capaian profil pelajar Pancasila sesuai dengan fase siswa
dan tidak harus dikaitkan dengan capaian pembelajaran mata pelajaran.
Secara pengelolaan waktu pelaksanaan projek, dapat dilakukan
dengan menjumlahkan alokasi jam pelajaran projek dari semua mata
pelajaran dan jumlah total waktu pelaksanaan masing-masing projek tidak
harus sama.
102
103
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SD/MI Kelas II (Asumsi 1 Tahun
= 36 minggu dan 1 JP = 35 menit)
104
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SD/MI Kelas III-V (Asumsi 1
Tahun = 36 minggu dan 1 JP = 35 menit)
105
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SD/MI Kelas VI (Asumsi 1 Tahun
= 32 minggu dan 1 JP = 35 menit)
106
107
Catatan:
108
KURIKULUM MERDEKA SMP/MTS
10
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2012). hlm. 66
109
merdeka dilaksankan secara gotong royong dalam pengembangan kurikulum
bahan ajar.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai rangkaian dari kebijakan
Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Belajar pada 11 Februari 2022.
Sebelum diluncurkan secara luas, sejak tahun ajaran 2021/2022 Kurikulum
Merdeka telah diimplementasi di hampir 2.500 sekolah yang mengikuti
Program Sekolah Penggerak (PSP) sebagai bagian dari pembelajaran dengan
paradigma baru.
Mulai tahun 2022/2023 satuan pendidikan dapat memilih untuk
mengimplementasikan kurikulum berdasarkan kesiapan masing-masing
mulai dari TK B, Kelas I, Kelas IV, VII, dan X. Untuk mengukur kesiapan
satuan pendidikan, pemerintah menyiapkan angket untuk membantu satuan
pendidikan menilai tahap kesiapan dirinya untuk menggunakan Kurikulum
Merdeka. Namun sebelum memutuskan untuk mengimplementasikan
kurikulum Merdeka di satuan pendidikan, mari simak terlebih dahulu
kelebihan dari Kurikulum Merdeka.11
1. Lebih Sederhana dan Mendalam
Kurikulum Merdeka lebih berfokus pada materi yang esensial dan
pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Proses pembelajaran
diharapkan menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru, dan
menyenangkan.
2. Lebih Merdeka
Bagi peserta didik khususnya jenjang SMP tidak ada program peminatan
di SMP sehingga peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat,
dan aspirasinya. Guru juga diharapkan mengajar sesuai tahap pencapaian dan
perkembangan peserta didik. Sekolah pun memiliki wewenang untuk
mengembangkan dan mengelola kurikulum pembelajaran sesuai dengan
karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
3. Lebih Relevan dan Interaktif
Pembelajaran melalui kegiatan proyek memberikan kesempatan lebih
luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual
11
Surachman Wirno, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta:
Depdikbud, 1977), hlm. 34
110
misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung
pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.12
12
Ibid, hlm. 36
111
1. Literasi Baca-Tulis
Membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal
dalam sejarah peradaban manusia. Keduanya tergolong literasi fungsional
dan berguna besar dalam kehidupan sehari-hari. Literasi baca-tulis juga
bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan,
bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003). Deklarasi UNESCO tersebut juga
menyebutkan bahwa literasi baca-tulis terkait pula dengan kemampuan untuk
mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan
secara efektif dan terorganisir, menggunakan dan mengkomunikasikan
informasi untuk mengatasi bermacam-macam persoalan.
2. Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk:
a) menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait
dengan dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam
konteks kehidupan sehari-hari.
b) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik,
tabel, bagan). Lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut
untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
3. Literasi Sains
Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan
ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan
baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar
fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan
teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta
kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains.
4. Literasi Finansial
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan agar
dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk
meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan
dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.
5. Literasi Kebudayaan dan Kewargaan
Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan
bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara
itu, literasi kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan
kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian, literasi budaya dan
112
kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap
terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.
6. Literasi Digital
Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul memahami dan
menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang
sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Sedangkan David Bawden
menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada
literasi komputer dan literasi informasi, dimana literasi digital lebih banyak
dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami,
dan menyebarluaskan informasi.13
13
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013),
hlm. 54
113
mendorong siswa untuk melakukan eksplorasi guna menemukan jawaban
atas sebuah permasalahan.14
Secara lebih detail Widodo, mengelompokkan konsep merdeka
belajar menjadi 4 garis besar, yaitu:
1) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
AKM bertujuan agar peserta didik paling tidak memiliki kemampuan
“literasi” dan “numerik”. Kemampuan literasi yang dimaksud bukan
sekedar kemampuan memebaca, namun kemampuan dalam mengkaji dan
memahami inti dari sebuah bacaan. Sedangkan dalam kemampuan
numerasi, yang dilihat adalah kemampuan peserta didik
mengimplementasikan konsep numerik dalam kehidupan sehari-hari.
2) Survei Karakter
Survei Karakter (SK) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mengetahui keadaan para pelajar dan infrastruktur prndidikan yang
tersedia, apakah nilai-nilai pancasila benar-benar tertanam dalam diri
siswa.
3) Perluasan Penilaian Hasil Belajar
Sebelum adanya merdeka belajar guru menggunakan Ujian Nasional (UN)
sebagai penilaian hasil belajar siswa. Setelah adanya program ini guru
dapat melakukan penilaian melalui penugasan dan portofolio. Hal ini
dinilai mampu memeberikan ruang lebih kepada pserta didik untuk
mengasah kemampuan yang dimiliki sesuai minat dan bakat.
4) Pemerataan Kualitas Pendidikan
Kebijakan merdeka belajar ini diharapkan dapat dilakukan secara
menyeluruh sebagai wujud pemerataan kualitas pendidikan hingga ke
daerah 3T. Konsep mereka belajar dalam memeratakan kualitas
pendidikan ini dinilai sebagai langkah yang baik dalam rangka
memepersiapkan bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang.
Tujuan yang ingin dicapai pada program merdeka belajar ini ialah
agar suatu instansi pendidikan dapat terbebas dari administrasi pemerintah
yang berbelit dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan diri serta mengasah minat dan bakatnya. Untuk itu kepala
sekolah harus menerapkan kebijakan yang mendukung pelaksanaan merdeka
belajar, guru mampu menghadirkan situasi belajar yang menarik. Guru juga
14
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum , (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2013), hlm. 47
114
diharapkan mampu memancing rasa ingin tahu peserta didik dan terbiasa
berpikir kritis. Hakikat merdeka belajar ialah mamapu mengeksplor
kemampuan yang dimiliki guru dan siswa dalam melakukan perubahan untuk
meningkatkan mutu pendidikan secara mandiri.15
Kemendikbud, menyatakan ada empat poin penting dalam kebijakan
merdeka belajar ini, yaitu:
15
Ibid, hlm. 52
16
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Ar-Ruzz Media,
(Yogyakarta, 2013), hlm. 76
115
b. Dasar Hukum
Kurikulum Merdeka ditingkat SMP Mata pelajaran Informatika
menjadi mata pelajaran wajib, sedangkan mata pelajaran Prakarya menjadi
salah satu pilihan bersama mata pelajaran Seni (Seni Musik, Seni Tari, Seni
Rupa, Seni Teater).
116
pada guru, namun mereka juga bisa mengakses melalui dari berbagai media
seperti internet dan sebagainya.
Menurut Anggraini & Erfandi, menyatakan bahwa implementasi
merdeka belajar adalah upaya yang diberikan kepada tiap unit pendidikan
bebas dapat melakukan inovasi yang juga tentunya disesuaikan dengan
daerah masing-masing unit pendidikan tersebut, baik dari segi ekonomi,
sosial budaya, infrastruktur, dan juga kearifan lokal daerah tersebut.
Kemudian Laksana, dkk. Menyatakan pada saat adanya pandemi Covid-19
ini implementasi merdeka belajar ini banyak dilakukan di rumah pada
kegiatan proses belajar mengajar. Dan merdeka belajar ini tentunya
mengharapkan dapat dilakukan guna meningkatkan kualitas kurikulum dan
asesmen nasional tentunya.17
Suntoro & Widoro, berpendapat kegiatan yang sudah dirancang
terlebih dahulu ini guna memberikan suatu pengalaman yang melibatkan
mental dan fisik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, lingkungan,
dan dari sumber-sumber belajar lainnya yang mendukung proses pengalaman
belajar tersebut.
Implementasi merdeka belajar dimasa pandemi terutama pada
pembelajaran matematika mendorong guru dan siswa menjadi lebih kreatif,
inovatif, dan tentunya lebih maju dalam penggunaan teknologi. Penggunaan
Desmos, Geogebra, Mathlab, Mapele merupakan salah satu bentuk inovasi
guru dalam menyajikan pembelajaran matematika dengan memanfaatkan
teknologi. Pada masa ini banyak dijumpai penyajian informasi menggunakan
tabel, grafik, dan pengcoddinganyang tentunya merupakan dasar dari
matematika. Penerapan matematika dimasa pandemi dapat berupa penyajian
grafik jumlah pasian terjangkit Covid-19 di suatu daerah, menentukan daerah
dengan angka positif Covid-19 tertinggi di Indonesia, banyak cat yang
dibutuhkan untuk mengecat sebuah ruang isolasi, serta menentukan ukuran
peti jenazah yang ideal.
Pengimplementasian merdeka belajar terhadap pembelajaran
matematika ini tentunya akan membuat siswa lebih semangat dalam mencari
tahu mengenai matematika. Sehingga nantinya literasi numerik pada siswa ini
17
Anggaraini, F. S & Efendi, Implementasi Merdeka Belajar di Era New Normal dan
Paradigma Kontruktivisme, The 1st International Confernce in Islamic and Socil Education
Interdisciplinary, I (1) 279-292
http://prosiding.confrencenews.com/index.php/icisei/article/view/27
117
akan meningkat dengan banyaknya mereka mencari informasi lebih banyak
lagi dengan adanya merdeka belajar. Dan program ini juga meliputi empat
pokok kebijakan yaitu diantaranya: Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi.
Dalam pembelajaran matematika sendiri menggunakan modul yang
dengan khusus dirancang guna memenuhi kebijakan dari kurikulum merdeka
belajar ini sendiri yaitu untuk memenuhi Asessmen Kompetensi Minimum
(AKM). AKM sendiri diharapkan siswa mampu berpikir logis dalam
mengabstraksi suatu materi matematika dari maksud dan tujuannya tersebut
pada bagian literasi. Pada bagian numerasinya siswa diharapkan tidak hanya
mampu menghapal suatu rumus namun mampu menemukan konsep dasarnya
sehingga nantinya mereka lebih mudah dalam menerapkan jika menemukan
masalah yang lebih luas lagi.
Untuk AKM sendiri diharapkan siswa mampu berpikir logis dalam
mengabstraksi suatu materi matematika dari maksud dan tujuannya tersebut
pada bagian literasi, sedangkan pada bagian numerasinya siswa diharapkan
tidak hanya mampu menghapal suatu rumus namun mampu menemukan
konsep dasarnya sehingga nantinya mereka lebih mudah dalam menerapkan
jika menemukan masalah yang lebih luas lagi. Dalam pembelajaran
matematika di tingkat sekolah dasar (SD) hingga tingkat sekolah menengah
(SMP/SMA) menggunakan modul yang dengan khusus dirancang dalam
memenuhi kebijakan dari kurikulum merdeka belajar ini sendiri yaitu untuk
memenuhi Asessmen Kompetensi Minimum (AKM).
Pada pengembangan silabus dan RPP matematika guru lebih
mempertimbangkan level kognitif siswa atau kemampuan berpikir siswa
tersebut, karena matematika ini memerlukan proses berpikir yang terstruktur
dan koneksitas yang abstrak.18
18
Suntoro, dkk., Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja
Grafindo Persada, 2012), hlm. 43
118
kebebasan siswa dalam memperoleh informasi dan untuk meng-upgrade
kemampuan siswa dalam belajar tentunya mampu meningkatkan kemampuan
literasi dan numerasi siswa pada pembelajaran matematika. Dengan adanya
penggunaan konsep kurikulum merdeka belajar ini mampu meningkatkan
kemampuan berpikir logis dan meningkatkan kognitif siswa.
Dengan adanya AKM juga pengambilan nilai siswa tidak hanya
mengandalkan nilai essay terakhir, sehingga siswa tidak perlu
mengkhawatirkan nilai mereka ketika ujian akhir apakah akan lulus atau
tidaknya. Dampak positif untuk guru matematika sendiri tentunya guru lebih
memliki inovasi pada saat proses belajar mengajar yang tidak terpaku hanya
pembelajaran dari teacher-center dan bisa membuat siswa lebih mandiri
dalam mencari materi pembelajaran yang lebih luas.
Sedangkan untuk dampak negatif dari merdeka belajar terhadap
pembelajaran matematika dengan adanya program merdeka belajar ini
membebaskan guru dalam menyusun RPP untuk dipilih, dan dibuat dengan
cukup dibuat satu lembar saja, serta diharapkan guru nantinya lebih
memaksimalkan pembelajaran agar tujuan tersebut dapat tercapai dari
pendidikan itu sendiri. Dengan adanya guru yang kurang mampu dalam
menyusun RPP ini nantinya guru sangat rawan dalam penyalahgunaan
tersebut misalnya dengan tidak memasukkan materi matematika yang tidak ia
pahami, sehingga membuat siswa ketinggalan suatu materi yang tentunya
penting dalam pembelajaran.
Kemudian dengan adanya capaian akademik yang banyak maka akan
membuat guru kesulitan dan materi yang akan disampaikan pun tidak
tersampaikan dengan baik sehingga membuat siswa kurang paham pada
materi tersebut. Kemudian pada PPDB ini menyebabkan guru kesulitan saat
mengajar dikarenakan capaian akademik terlalu banyak.
Kurikulum Merdeka dapat terus diterapkan secara berkelanjutan
melalui tiga hal:
1) Regulasi yang fundamental
Misalnya Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Regulasi dapat menjadi acuan bagi pengembangan
kompetensi guru dan kepala sekolah juga banyak hal lainnya.
2) Dari sisi asesmen
Kurikulum harus didampingi sistem penilaian atau asesmen yang baik
sebagaimana Asesmen Nasional (AN). AN sangat berbeda dengan Ujian
Nasional. AN dirancang bukan untuk menguji pengetahuan, tetapi untuk
119
menilai kemampuan bernalar para peserta didik. AN juga menjadi
penilaian yang menggambarkan gagasan sekolah yang ideal. AN sendiri
bukan hanya untuk menilai peserta didik dan sekolah melainkan menilai
pula kinerja pemerintah daerah. Melalui hasil penilaian kinerja daerah
tersebut, nantinya pemerintah pusat dapat memberikan kebijakan yang
lebih sesuai dengan kebutuhan dan konteks masing-masing satuan
pendidikan dan daerah.
3) Dukungan Publik
Dukungan publik menjadi hal krusial lainnya dalam keberlanjutan
penerapan kurikulum. Dukungan publik yang kuat akan sulit
menggoyahkan pergantian kebijakan.19
19
Ibid, hlm. 69
120
KURIKULUM KAMPUS MERDEKA
2. Persyaratan Umum
Untuk dapat mengikuti program Merdeka Belajar, persyaratan umum
yang wajib dipenuhi bagi mahasiswa yaitu:
a) Minimal telah menempuh pendidikan semester 3 (tiga).
b) Mengajukan permohonan mengikuti program paling lambat 1 (satu)
semester sebelum program di mulai.
c) Berasal dari program studi yang terakreditasi.
d) Terdaftar sebagai mahasiswa UIN kampus tersebut atau perguruan tinggi
lain dengan bukti terdaftar di PD Dikti.
e) Tidak mengajukan permohonan mengikuti program apabila memiliki
kesamaan mata kuliah pada program studi seperti; program mengajar bagi
mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
f) Bagi mahasiswa kampus tersbut, telah menyelesaikan sekurangkurangnya
50 % dari jumlah mata kuliah penciri nasional dan universitas.
g) Disetujui oleh pimpinan fakultas berdasarkan keterbatasan jumlah
maksimal rombongan belajar
121
3. Pelaksanaan Merdeka Belajar
a) Peran Pihak Pelaksana Untuk pelaksanaan program Merdeka Belajar,
pihak yang berperan sebagai berikut:
1) Wajib membuat pedoman akademik untuk memfasilitasi kegiatan
Program Merdeka Belajar. Sedangkan bagi mahasiswa, dapat
mengambil atau tidak mengambil program tersebut.
2) Menyediakan fasilitas pemenuhan masa dan beban belajar dalam
proses Pembelajaran dengan cara sebagai berikut:
i. paling sedikit 4 (empat) semester dan paling lama 11 (sebelas)
semester merupakan Pembelajaran di dalam Program Studi;
ii. 1 (satu) semester atau setara dengan 20 (dua puluh) satuan kredit
semester merupakan Pembelajaran di luar Program Studi pada
Perguruan Tinggi yang sama; dan
iii. paling lama 2 (dua) semester atau setara dengan 40 (empat puluh)
satuan kredit semester merupakan:
Pembelajaran pada Program Studi yang sama di Perguruan Tinggi
yang berbeda;
Pembelajaran pada Program Studi yang berbeda di Perguruan Tinggi
yang berbeda; dan/atau
Pembelajaran di luar Perguruan Tinggi.
c) Program Studi
Peran prodi di lingkungan kampus dalam program Merdeka
Belajar sebagai berikut:
122
1) Menawarkan sejumlah mata kuliah yang dapat diiikuti oleh
mahasiswa luar prodi dan luar kampus
2) Meverifikasi mahasiswa yang telah disetujui pihak fakultas
untuk mengikuti program 5
3) Menempatkan mahasiswa baik dari dalam dan luar kampus pada
rombongan belajar sesuai dengan pengajuan
4) Melakukan ekuivalensi mata kuliah dengan kegiatan
pembelajaran luar prodi dan luar kampus
5) Melakukan proses pembelajaran secara daring apabila ada
jumlah mata kuliah/SKS yang belum terpenuhi dari kegiatan
pembelajaran luar prodi dan luar perguruan tinggi.
d) Mahasiswa
Bagi mahasiswa yang mengikuti program Belajar Merdeka, wajib:
1) Mengkonsultasikan serta mendapatkan persetujuan dari
Pembimbing Akademik terkait sejumlah program yang akan
diikuti mahasiswa selambatlambatnya 1 semester sebelum
program di mulai.
2) Mendaftar kegiatan program luar prodi dengan persetujuan
ketua program studi. Melengkapi semua persyaratan yang
diajukan luar prodi.
3) Mengikuti semua program yang telah ditetapkan oleh pihak luar
prodi.
4) Mengikuti semua peraturan yang ditetapkan oleh pihak luar
prodi.
e) Mitra
Bagi mitra kampus, peran yang dilakukan:
1) Menyusun dokumen kerjasama (MoU) dengan UIN Raden
Fatah Palembang melibatkan pihak fakultas dan Prodi
2) Melaksanakan program kegiatan luar prodi sesuai dengan
ketentuan yang tertuang di dalam dokumen kerjasama
3) Melakukan revisi atau diversifikasi program dengan asas
manfaat dan saling menguntungkan.
123
B. Karakteristik Kurikulum Merdeka Belajar
1. Standar Kompetensi Lulusan Mahasiswa di kampus memiliki standar
kompetensi lulusan yang menjadi kriteria minimal tentang kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan. Penjelasan
masing-masing kualifikasi tersebut, yakni:
a) Sikap: merupakan perilaku benar dan berbudaya sebagai hasil dari
internalisasi dan aktualisasi nilai dan norma yang tercermin dalam
kehidupan spiritual dan sosial melalui proses pembelajaran,
pengalaman kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada
masyarakat yang terkait pembelajaran.
b) Pengetahuan: merupakan penguasaan konsep, teori, metode, dan/atau
falsafah bidang ilmu tertentu secara sistematis yang diperoleh melalui
penalaran dalam proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa,
penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait
pembelajaran.
c) Keterampilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
merupakan kemampuan melakukan unjuk kerja dengan menggunakan
konsep, teori, metode, bahan, dan/atau instrumen, yang diperoleh
melalui pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian
dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran,
mencakup:
keterampilan umum sebagai kemampuan kerja umum yang wajib
dimiliki oleh setiap lulusan dalam rangka menjamin kesetaraan
kemampuan lulusan sesuai tingkat program dan jenis pendidikan
tinggi; dan
keterampilan khusus sebagai kemampuan kerja khusus yang wajib
dimiliki oleh setiap lulusan sesuai dengan bidang keilmuan program
studi.
124
praktik akhlakul karimah tercermin dari pola interaksi mahasiswa dengan
masyarakat yang mampu menjadi teladan di sekelilingnya.
2) Pengetahuan: bagi mahasiswa wajib menguasai teori, metode, dan konsep
pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang keilmuan keprodiannya
yang diperoleh dari proses pembelajaran, pengalaman kerja, penelitian dan
pengabdian masyarakat. Indikator keberhasilan dari penguasaan pada
ranah bidang pengetahuan terlihat dari hasil ujian baik mid maupun ujian
akhir semester atau kemampuan dalam menarasikan teori dalam bentuk
makalah.
3) Keterampilan: Bagi mahasiswa wajib memiliki berbagai keterampilan
berupa unjuk kerja yang sesuai dengan keilmuan prodinya. Mahasiswa
juga diharapkan memiliki keterampilan umum dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia kerja setelah selesai menempuh pendidikannya
dikampus.
2. Standar Kurikulum
1) Kurikulum Beracuan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
Untuk kampus disarankan menggunakan kurikulum yang mengacu
kepada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Model
kurikulum ini sangat ideal untuk diimplemetasikan karena dapat
menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam
rangka pemberian kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di
berbagai sektor.
KKNI memberikan parameter ukuran jenjang kualifikasi dari jenjang 1
sebagai jenjang terendah dan jenjang 9 sebagai jenjang tertinggi. Setiap
jenjang KKNI bersepadan dengan level Capaian Pembelajaran (CP)
Program Studi pada jenjang tertentu di mana kesepadanannya untuk
pendidikan tinggi adalah level 3 untuk program Diploma 1 (D1), level 4
untuk program Diploma 2 (D2), level 5 untuk program Diploma 3 (D3),
level 6 untuk program Diploma 4 (D4)/Sarjana, level 7 untuk program
profesi, level 8 untuk program magister (S2), dan level 9 untuk program
doktor (S3).
125
2) Model Pembelajaran Student Center Learning (SCL)
Sebuah kampus di dalam proses pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran SCL. Beberapa model pembelajaran yang diterapkan
dalam KKNI adalah: a) Small Group Discussion, b)
Simulasi/demonstrasi, c) Discovery Learning, d) Self Directed Learning,
e) Cooperative Leaning, d) Collaborative Learning, e) Contextual
Instruction, f) Project Based Learning dan g) Problem Based Learning.
3) Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
Perencanaan proses pembelajaran disusun untuk setiap mata kuliah dan
disajikan dalam satuan acara perkuliahan atau rencana pembelajaran per
semester (RPS/silabus) yang ditetapkan dan dikembangkan oleh dosen
secara mandiri atau bersama dalam konsorsium atau kelompok keahlian
suatu bidang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dalam program studi
dan wajib ditinjau serta disesuaikan secara berkala dengan
perkembangan IPTEKS. Rencana pembelajaran paling sedikit memuat:
a. nama program studi, nama dan kode mata kuliah, semester, sks, nama
dosen pengampu.
b. capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah.
c. kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran
untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan.
d. bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan dicapai.
e. metode pembelajaran.
f. waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap
pembelajaran.
g. pengalaman belajar mahasiswa yang diwujudkan dalam deskripsi
tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa selama satu semester.
h. kriteria, indikator, dan bobot penilaian.
i. daftar referensi yang digunakan.
126
5. Masa Studi dan Beban Akademik
1) Masa Studi
Untuk menyelesaikan perkuliahan di sebuah kampus baik pada tingkat
sarjana maupun pascasarjana, mahasiswa wajib menyelesaikan beban
perkuliahan sebagai berikut:
a. Paling lama 4 (empat) tahun akademik untuk program diploma 3.
b. Paling lama 6 (enam) tahun akademik untuk program sarjana,
program diploma empat/sarjana terapan.
c. Paling lama 3 (tiga) tahun akademik untuk program magister,
program magister terapan atau program spesialis.
d. Paling lama 4 (empat) tahun akademik untuk program doktor,
program doktor terapan, atau program doktor subspesialis.
2) Beban Akademik
Beban Untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan program,
mahasiswa wajib menempuh beban belajar paling sedikit:
a. Paling sedikit 108 sks untuk program diploma tiga.
b. Paling sedikit 144 sks untuk program diploma empat dan
program sarjana.
c. Paling sedikit 24 sks untuk program profesi setelah
menyelesaikan program sarjana, atau program diploma
empat/sarjana terapan
d. Paling sedikit 36 sks untuk program magister, magister terapan,
atau program spesialis.
e. Paling sedikit 42 sks untuk program doktor, doktor terapan, dan
doktor subspesialis.
127
d. Praktikum; merupakan kegiatan terstuktur dan terjadwal untuk
meningkatkan keterampilan dan pemahaman mahasiswa terhadap
materi perkuliahan.
128
No Mata Kuliah Jumlah Ket %
SKS
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 144 SKS jumlah mata
kuliah sebanyak 9 mata kuliah atau 6,25 % merupakan mata kuliah penciri
nasional, sebanyak 18 mata kuliah atau 12,50 % merupakan mata kuliah
penciri universitas, dan 117 mata kuliah atau 81,25 % merupakan mata kuliah
keprodian.
129
Berdasarkan Permendikbud No. 3 Tahun 2020 tentang Standar
Nasional Pendidikan, maka terjadi perubahan struktur kurikulum UIN Raden
Fatah Palembang saat ini sebagaimana tabel berikut:
130
5. Sebaran Mata Kuliah persemester Merdeka Belajar
Sebagaimana tertuang di dalam buku Pedoman Merdeka Belajar
UIN Raden Fatah Palembang, kebijakan pelaksanaan program bagi
mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang di mulai di atas semester 3 (tiga),
maka sebaran mata kuliah pada masing-masing Prodi dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Semester Mata Kuliah Jumlah
SKS
I Wajib Nasional/Universitas/Prodi 20
II Wajib Nasional/Universitas/Prodi 22
III Wajib Nasional/Universitas/Prodi 20
IV Lintas Prodi 20
V Luar Prodi/PT(rogram) 20
VI Luar Prodi/PT(rogram) 20
VII Wajib Nasional/Universitas/Prodi 12
VIII KKN 4
IX KKN Perpanjangan (program) -
X Tugas Akhir 6
XI Tugas Akhir/Wisuda -
Jumlah 144
131
KURIKULUM MERDEKA CIPTAKAN
FLEKSIBILITAS
A. Pengertian Kurikulum
Secara harfiah, kurikulum berasal dari bahasa latin, curiculum yang
berarti bahan pengajaran. Kata kurikulum kemudian berubah menjadi sebuah
istilah yang di pergunakan untuk mempertunjukan beberapa mata pelajaran
yang harus dilalui untuk mencapai sebuah gelar atau ijazah. Pengertian
tersebut selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Saylor, Alexander,
dan Lewis dalam buku Wina Sanjaya menyatakan kurikulum merupakan
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh peserta didik. ( Sanjaya Wina :
2005)
Dede Rosyada, menyatakan bahwa : kurikulum adalah suatu inti dari
sebuah penyelenggaraan dalam pendidikan. Murray Print. mendefinisikan
Kurikulum sebagai seluruh ruang pembelajaran terencana yang harus
diberikan untuk siswa oleh lembaga pendidikan dan pengalaman yang perlu
dinikmati oleh para siswa ketika kurikulum itu terapkan. ( Rosyadah Dede :
2004)
Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J.F, adalah seluruh
pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan secara individu ataupun
berkelompok, baik di dalam sekolah maupun diluar sekolah. Menurut
pendapat Beauchamp, pengertian kurikulum ialah dokumen tertulis yang
mengandung isi dari mata pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik
dengan melalui berbagai macam mata pelajaran, rumusan masalah, disiplin
ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian kurikulum menurut definisi
Good V.Carter, mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum
merupakan suatu kumpulan khusus ataupun urutan pembelajaran yang
sistematik. (Zaenuddin : 2016).
Kurikulum juga dijadikan sebagai alat dalam suatu pendidikan yang
memiliki berbagai macam fungsi dalam pendidikan yang sangat berperan
penting dalam kegunaannya. Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut,yaitu :
a. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function): Kurikulum
berfungsi sebagai penyesuain ialah kemampuan dalam menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam lingkungannya karena
lingkungan bersifat dinamis artinya dapat berubah-ubah.
132
b. Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi sebagai
penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum adalah suatu alat
pendidikan yang mampu menciptakan pribadi-pribadi yang baik yang
dapat digunakan dan berintegrasi di masyarakat.
c. Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function): Kurikulum berfungsi
sebagai diferensiansi merupakan sebagai sebuah alat yang memberikan
suatu pelayanan dari berbagai macam perbedaan disetiap siswa yang harus
dilayani dan di hargai.
d. Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum berfungsi
sebagai suatu persiapan yang memiliki makna bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan yang mampu mempersiapkan siswa ketahap berikutnya
dan juga dapat mempersiapkan diri untuk dapat hidup di dalam
masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan.
e. Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum berfungsi sebagai
pemilihan ialah memberikan kesempatan untuk siswa dalam menentukan
suatu pilihan program belajar yang di inginkan dan sesuai dengan minat
bakatnya.
f. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai
diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat dalam
pendidikan yang mampu memahami dan mengarahkan potensi seorang
siswa serta kelemahan yang ada pada dirinya. Jika sudah memahami
potensi dan juga sudah mengetahui kelemahannya, maka diharapkan
kepada siswa agar dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya
dan memperbaiki kelemahannya tersebut. ( Zaenuddin : 2016)
B. Pengertian Kurikulum Merdeka
Menurut BNSP atau badan standar nasional pendidikan, pengertian
kurikulum merdeka belajar adalah suatu kurikulum pembelajaran yang
berkaitan dengan pendekatan bakat dan minat. Di sini, para siswa (baik siswa
maupun mahasiswa) dapat memilih mata pelajaran apa saja yang diinginkan
sesuai dengan bakat dan minatnya. Kurikulum atau program merdeka belajar
ini diluncurkan pada tahun 2013 oleh menteri pendidikan, kebudayaan, riset,
dan penelitian (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim sebagai bentuk
penilaian perbaikan kurikulum 2013.
Sebelumnya, kurikulum ini juga dikenal sebagai kurikulum prototipe
yang merupakan salah satu bagian dari upaya pemerintah untuk melahirkan
generasi penerus yang terampil berbagai bidang. Kurikulum protipe
merupakan penyederhanaan dari kurikulum 2013 dengan system
133
pembelajaran berbasis proyek (project Based Learning). Sejak tahun 2020
pada masa pandemic COVID-19, penerapan kurikulum merdeka belajar atau
kurikulum prototype ini telah di uji cobakan 2500 sekolah penggerak dan
juga SMK Pusat Keunggulan yang ada di Indonesia. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sekolah yang telah menerapkan kurikulum ini empat
sampai lima bulan lebih cepat dari kurikulum sebelumnya, dengan sekolah
lainnya yang masih menggunakan Kurikulum 2013.
Oleh karena itu, pemerintah juga terus berupaya mengembangkan
kurikulum ini untuk menyesuaikan strategi pembelajaran di masa pandemic
COVID-19. Peluncuran kurikulum merdeka juga diiringin dengan
peluncuran platrom merdeka mengajar sebagai pendukung. Platrom merdeka
mengejar adalah platrom pendidikan yang memungkinkan dapat menjadi
teman penggerak untuk guru dan kepala sekolah yang perlu mengunduh
melalui gawai android. Platrom ini merupakan langkah selanjutnya dalam
upaya Indonesia untuk menjadi teman penggerak bagi guru dalam mengajar,
belajar, dan berkreasi.
Selama dua tahu kedepan, kurikulum akan lebih disempurnakan
menurut tinjauan dan umpan balik berdasarkan dari berbagai pihak. Naskah
ini pula secara berkala direvisi dan diperbaharui selama proses evaluasi.
Peningkatan dan koordinasi mutu pendidikan adalah tantangan besar
dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Untuk mengatasi tantangan ini,
semenjak 2009 Pemerintah sudah memenuhi kewajiban anggaran pendidikan
sebanyak 20% APBN dan terus meningkatkananggaran pendidikan dari Rp
332,4 T dalam 2013, menjadi Rp 550 T dalam 2021 (kemenkeu.go.id, 2021).
Peningkatan anggaran tadi sudah berkontribusi positif dalam
perbaikan tingkat pendidikan dan kesejahteraan guru, penurunan ukuran
kelas (rasio guru-siswa), serta perbaikan sarana dan prasarana di satuan
pendidikan (Beatty et.al, 2021; Muttaqin, 2018). Tetapi demikian, berbagai
indikator hasil belajar siswa belum menampakkan hasil yang
menggembirakan.
134
upaya mereka untuk mengeksplorasi diri. Selain itu, kurikulum ini juga lebih
interaktif dan tepat waktu. Meski pun demikian, penerapan Kurikulum
Merdeka tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Misalnya, persiapan
penggunaan kurikulum ini dinilai masih dianggap belum matang. Hal ini
tercermin dari minimnya kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
mengimplementasikan kurikulum ini.
Adapun keunggulan kurikulum merdeka sebagai berikut :
a. Lebih sederhana dan mendalam
Fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta
didik pada fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak
terburu-buru dan menyenangkan.
b. Lebih merdeka
Merdeka bagi Peserta didik berarti yaitu Tidak ada program khusus di
SMA, dan siswa memilih mata pelajaran berdasarkan minat, bakat, dan
cita-citanya.
Merdeka bagi Guru yaitu Guru mengajar sesuai dengan tingkat dan
perkembangan siswa.Dan bagi Sekolah yang dimaksud yaitu sekolah
yang berwenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan
pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan siswa.
c. Lebih relevan dan interaktif
Pembelajaran melalui kegiatan projek ( project based learning ) adalah
berbagai dukungan untuk pengembangan kepribadian dan keterampilan
dengan cara aktif menangani isu-isu terkini seperti lingkungan,
kesehatan, dan isu-isu lainnya untuk mendukung pengembangan karakter
dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila yang relevan dengan kehidupan
sehari- hari siswanya.
C. Fleksibilitas kurikulum
Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus bersifat luwes,
lentur dan tidak kaku, terutama dalam hal pelaksanaannya, dalam
pengembangan kurikulum mengusahakan agar apa yang dihasilkan memiliki
sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan
terjadinya penyesuaian- penyesuaian situasi dan kondisi serta latar belakang
siswa (Abdurahman Mulyono:1999) . Pada flesibilitas ini harus
mempertimbangkan dua sisi , yaitu :
135
1) Fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus
memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program
pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada.
2) Fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan
berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa
Prinsip suatu pendidikan yang sesuai dalam settingan pendidikan
inkusif menyebabkan terjadinya tuntutan yang besar terhadap guru disekolah
umum. Dengan mengajarkan materi yang sama kepada setiap peserta didik
dikelas menjadi mengajar setiap peserta didik sesuai dengan kebutuhan
individualnya dalam setting kelas. Pserta didik dapat belajar dengan baik jika
mereka kreatif, aktif dan kegiatannya, berdasarkan pada pengalaman para
peserta didik yang mengetahui dan memahami keadaan ini dapat dengan
mudah memasukannya ke dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Pada kelas insklusif perencanaan pada perencanaan pembelajaran
yang aktif dan kreatif berdasarkan pengalaman
kondisi dan kemampuan peserta didik bukanlah tambahan tetapi diperlukan
oleh semua peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus (PD
BK).
Kurikulum yang bersifat inklusif yakni mengakomodasi peserta di
dik dengan berbagai latar belakang dan kemampuan, maka kurikulum tingk
at satuan pendidikan (KTSP) akan lebih peka mempertimbangkan keragama
n peserta didik agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan kebut
uhannya.
138
KURIKULUM MERDEKA DAN GAYA
PELAJAR MELENIAL
139
mengontrol diri. Dan dengan wirasa anak belajar tentang kepekaan terhadap
temannya” ujar Dhrajat. Di sekolah Taman Siswa kebudayaan bukan lagi
masuk dalam ekstrakurikuler, namun tergabung dalam intrakurikuler. Selain
sistem pendidikan yang masih diterapkan, terdapat juga berbagai pemikiran
Ki Hadjar Dewantara yang terkenal. Terdapat fatwa Ki Hadjar Dewantara
yang sampai saat ini masih di gunakan, misalnya Tut
Wuri Handayani” jelas Dhrajat Tut Wuri Handayani sebagai salah satu
semboyan dalam dunia pendidikan yang paling terkenal. Semboyan yang
berartikan „mengikuti dari belakang dan memberi pengarus serta
menguatkan‟ tersebut, ,sampai saat ini masih relevan diterapkan bagi seorang
pendidik. Hal ini dapat dilihat dari sudut pendidik dimana sebagai pendidik
harus mampu mengikuti dan mengawasi peserta didik.
140
B. PENANAMAN MORAL KELUARGA SUKU SAMIN
endidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, sehingga
tidak heran jika pemerintah selalu memerhatikan pendidikan untuk warganya.
Seperti halnya di Indonesia, berbagai peraturan diperbaharui dan disesuaikan
dengan perkembangan zaman. Salah satunya adalah kurikulum yang selalu
diperbaharui hingga detail dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Pendidikan di Indonesia kini semakin mengalami perkembangan
yang pesat dengan dibarengi berbagai program-program unggulan, salah
satunya adalah pendidikan karakter. Hal ini banyak dielu-elukan mengingat
maraknya dampak adanya globalisasi yang sebelumnya tidak dibarengi
dengan pembekalan mental para peserta didik. Sehingga pendidikan moral
dianggap sebagai salah satu upaya untuk mengatasi dampak tersebut Namun,
pendidikan moral akan sia-sia jika tidak diintegrasikan dengan berbagai
pihak yang terlibat dalam kehidupan peserta didik terutama keluarga.
Dalam keluarga, anak akan memperoleh dasar-dasar nilai dan
perilaku sebagai bekal ketika dia mulai berinteraksi dengan masyarakat
secara luas. Pendidikan dalam keluarga terkait dengan penanaman nilai-nilai
budi pekerti dilak sanakan secara menyeluruh pada masyarakat Sedulur Sikep
di Dusun Tambak, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. Nilai kehidupan
tentang Sabar, ngalah, nerimo, rukun, aja srei, dan ora drengki menjadi nilai
yang melekat dalam kehidupan mereka. Selain itu, pemikiran yang positif
mengenai berbagai hal juga diajarkan oleh orangtua kepada anak-anaknya.
Pola pendidikan yang dianut oleh masyarakat Sedulur Sikep yaitu tetap
menyekolahkan anak-anaknya meski pun hanya sampai tingkat Sekolah
Dasar namun tidak tamat seperti masyarakat pada umumnya. Hal ini
disebabkan karena orangtua lebih memilih mendidik secara langsung anak-
anaknya dengan cara dan tangan sendiri. Pola tersebut diberlakukan untuk
semua anggota masyarakat. Meskipun demikian, transfer nilai disampaikan
secara langsung oleh orangtua dan masyarakat dengan berbagai cara.
Misalnya adalah tentang jujur dan tidak dengki yang selalu
dinasihatkan oleh anaknya setiap hari, baik pada saat anak melakukan
kesalahan maupun saat melakukan pekerjaan rumah. Pembelajaran yang
dilakukan oleh orangtua Sedulur Sikep ini bukan hanya sekedar teori namun
juga dapat dipraktikkan secara langsung. Sehingga, proses pendidikan moral
berhasil dan mampu menghasilkan masyarakat cenderung harmonis dan
hampir tidak ditemui penyimpangan. Pendidikan moral yang adadi
masyarakat Sedulur Sikep cukup efektif karena pendidikan diberikan secara
141
langsung dari orangtua kepada anaknya. Hal ini perlu pula menjadi contoh
bagi masyarakat modern seperti saat ini dengan tidak melepaskan anaknya
pada pendidikan formal tanpa dibarengi sosialisasi dari orang tua terkait
dengan pembentukan karakter anak. Perhatian yang lebih dari orang tua pada
pendidikan tidak hanya mencarikan lembaga atau sekolah yang bagus
kualitasnya, tetapi perlu pula pemahaman bahwa anak tidak dapat lepas dari
pendidikan yang diberikan orangtua atau keluarganya.
146
diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan
keunggulan dalam berbagai bidang baik internal maupun eksternal.
Namun, tidak kalah pentingnya adalah sosok penampilan guru yang
senantiasa dibekali dengan berbagai pengetahuan termasuk yang paling
krusial harus dimiliki yaitu pengetahuan mengenai etika dan profesi
keguruan. Etika dan profesi keguruan ini nantinya akan merujuk pada sikap
professional guru. Dalam bidang pendidikan, hal ini menduduki peranan
penting dan sangat strategis untuk mempersiapkan generasi muda yang
memiliki keberdayaan dan kecerdasan emosional yang tinggi dan menguasai
berbagai keterampilan. Pengembangan profesionalitas seorang guru menjadi
perhatian secara global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya
memberikan transfer ilmu pengetahuan saja, melainkan juga membentuk
sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hyper kompetisi ini.
Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan
adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang
berkembang dalam dirinya terutama dalam menghadapi era global seperti
sekarang ini. Untuk itu,perlunya dilakukan pemberdayaan peserta didik yang
meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial,
emosional, dan keterampilan. Dengan tugas mulia yang diembannya ini
menjadi cukup berat karena bukan saja harus mempersiapkan generasi muda
me- masuki era global, melainkan guru juga harus mempersiapkan diri agar
tetap eksis, baik sebagai individu maupun pendidik yang profesional.
147
KURIKULUM MERDEKA DAN KEARIFAN
LOKAL
20
https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/pentingnya-mengangkat-
potensi-inovasi-dan-kearifan-lokal-melalui-kampus-merdeka/ diakses pada 19-06-2022
148
situasi konkrit dengan berpikir kritis. sekolah berbasis kearifan lokal akan
memberikan fasilitas kepada siswa untuk mempelajari budaya tempat tinggal.
Prinsip Merdeka Belajar Kampus Merdeka yaitu mengajak kampus
untuk bersinergi dengan pemerintah, dunia usaha dan industri dalam rangka
meminimalisir kesenjangan kualifikasi lulusan dengan kebutuhan kerja.
Selain itu, pentingnya MBKM ialah mengangkat potensi inovasi dan kearifan
lokal.21
Dalam mengimplementasikan proyek ini, para guru berpegang pada
tiga rujukan yaitu Permendikbudristek Nomor 5 Tahun 2022 tentang Standar
Kompetensi Lulus, Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 tentang
Standar Isi Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah; dan Permendikbudristek Nomor 56 tahun
2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan
Pembelajaran (Kurikulum Merdeka) sebagai penyempurna kurikulum
sebelumnya.22 Prosedur pengembangan pembelajaran kearifan lokal
diantaranya yaitu :
1. Identifikasi Keadaan dan Potensi Daerah
Untuk mengetahui potensi atau keberagaman yang berkembang di daerah
tersebut kemudian nantinya dapatkah diintegrasikan dan digunakan dalam
pelajaran. Kearifan lokal dapat ditinjau dari potensi alam daerah tersebut,
kepercayaan, potensi sejarah, potensi budaya, dan lain sebagainya.
2. Menentukan Fungsi dan Tujuan
Untuk merancang guru harus menentukan fungsi dan tujuan apa yang
hendak dicapai dalam pembelajaran berbasis kearifan lokal sebagai
batasan dan panduan.
3. Menentukan Kriteria dan Bahan Kajian
Kriteria dan bahan kajian dapat meliputi kesesuaian dengan tingkat
perkembangan siswa, kesediaan sarana dan prasarana yang mendukung,
tidak bertentangan dengan nilai luhur kearifan lokal yang ada serta
kelayakan apabila diterapkan
21
http://bind.fkip.unila.ac.id/plt-dirjen-diktiristek-kemendikbudristek-
sampaikan-pentingnya-mengangkat-potensi-inovasi-dan-kearifan-lokal-melalui-kampus-
merdeka/ diakses pada 19-06-2022
22
https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/mengangkat-kearifan-lokal-pada-
projek penguatan-profil-pelajar-pancasila diakses pada 19-06-2022
149
4. Menyusun Rencana Pembelajaran
Langkah yang dapat dilakukan adalah penentuan topik keunggulan
lokal yang dipilih sesuai kompetensi inti kompetensi dasar, dan indikator
yang dikembangkan
Berbagai bentuk kearifan lokal yang menggerakkan pemeliharaan dan
pengembangan pendidikan di tempat-tempat umum, antara lain seperti
menjaga kerukunan antar umat, melalui kegiatan gotong royong, menerapkan
nilai-nilai Pancasila berdasarkan kearifan lokal untuk bersikap, bersikap dan
bertindak dengan menyeimbangkan nilai-nilai Pancasila dengan kearifan
lokal.
Kearifan lokal dapat masuk ke dalam pendidikan sebagai upaya untuk
melestarikan budaya lokal yang ada di suatu daerah. Pendidikan berbasis
kearifan lokal adalah usaha sadar, terencana dengan menggali dan
menggunakan sektor kelistrikan lokal secara bijaksana dalam upaya
mencapai pembelajaran suasana dan proses pembelajaran, sehingga
peserta aktif mendidik diri sendiri untuk mengembangkan kapasitas
diri agar memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap untuk
berusaha meneladani dan membangun negara, pemerintahan.
Program sekolah penggerak dengan proyek berbasis kearifan lokal
tidak serta merta muncul, namun ada proses dan tahapan untuk sesuatu
yang bisa dikatakan sekolah penggerak dengan kurikulum prototipe.
Kementerian Pendidikan Nasional memaparkan analisis hasil terkait
penentuan jenis dominasi lokal dalam kinerja sekolah dalam pembelajaran,
meliputi: inventarisasi dimensi kekuatan dominasi lokal. , analisis kondisi
internal sekolah, analisis lingkungan eksternal sekolah dan penerapan
strategi sekolah berbasis kearifan lokal.
Pendidikan dengan dimensi kearifan lokal dalam sekolah
penggerak tentunya memiliki tujuan yang positif, yaitu: siswa mengetahui
keunggulan lokal suatu tempat tinggal dan memahami berbagai aspek
yang terkait dengan kearifan lokalitas tersebut. Siswa juga memiliki
kemampuan mengelola energi, melakukan jasa/jasa atau kegiatan terkait
lainnya yang bermanfaat, memperoleh penghasilan dengan tetap
melestarikan budaya, tradisi dan sumber daya, kekuatan untuk menjadi
daerah yang dominan, serta mampu bersaing di dalam dan luar negeri.
150
B. Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Kearifan Lokal dalam hal ini juga dapat disebut dengan keunggulan
lokal, local genius atau local wisdom, seperti yang dikatakan oleh
Kemendikbud bahwa Istilah local wisdom, local genius, kearifan Lokal, yang
kemudian disebut keunggulan lokal.23 Kearifan lokal dapat dimasukkan ke
dalam pendidikan sebagai salah satu usaha untuk melestarikan budaya lokal
yang terdapat pada suatu daerah.
Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal merupakan usaha sadar yang
terencana melalui penggalian dan pemanfaatan potensi daerah setempat
secara arif dalam upaya mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran, agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki keahlian, pengetahuan dan sikap dalam upaya ikut serta
membangun bangsa dan negara.
C. Landasan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Landasan yuridis kebijakan Nasional tentang pendidikan berbasis
keunggulan lokal /kearifan lokal, di antaranya:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 BAB XIV
Pasal 50 ayat 5 menegaskan bahwa pemerintahkabupaten/kota mengelola
pendidikan dasar dan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis
pendidikan lokal.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 pasal 34, bahwa “Pendidikan
berbasis keunggulan lokal adalah pendidikan yang diselenggarakan setelah
memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan
keunggulan kompetitif dan/atau komparatif daerah”.
3. Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 17 Tahun 2010 pasal 35 ayat 2,
bahwa “Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan dan/atau memfasilitasi
perintisan program dan/atau satuan pendidikan yang sudah atau hampir
memenuhi Standar Nasional Pendidikan untuk dikembangkan menjadi
program dan/atau satuan pendidikan bertaraf internasional dan/atau
berbasis keunggulan lokal”.
4. Renstra Kemendiknas 2010-2014 bahwa: Pendidikan harus menumbuhkan
pemahaman tentang pentingnya keberlanjutan dan keseimbangan
ekosistem, yaitu pemahaman bahwa manusia adalah bagian dari
ekosistem.
23
Zuhdan K. Prasetyo, Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal, (Surakarta :
FKIP UNS, 2013) hlm. 3
151
D. Langkah Implementasi Kearifan Lokal Di Dalam Pendidikan
Sekolah berbasis kearifan lokal tidak serta merta muncul begitu saja,
melainkan terdapat proses dan langkah-langkah, sehingga suatu sekolah
dapat dikatakan berbasis kearifan lokal. Langkah-langkah tersebut mulai dari
mengumpulkan berbagai jenis kearifan lokal sampai pada penerapannya
dalam pendidikan baik terintegrasi dalam mata pelajaran maupun menjadi
mata pelajaran pengembangan diri. Penjabaran langkah-langkah tersebut
antara lain:
1. Inventarisasi aspek potensi keunggulan lokal, dilakukan dengan: a)
Mengidentifikasi semua potensi keunggulan daerah pada setiap aspek
potensi (SDA, SDM, Geografi, Sejarah, Budaya), b) Memperhatikan
potensi keunggulan lokal di kabupaten/kota yang merupakan keunggulan
kompetitif dan komparatif. c) Mengidentifikasi dan mengumpulkan
informasi melalui dokumentasi, observasi, wawancara, atau literatur dan ;
d.) Mengelompokkan hasil identifikasi setiap aspek keunggulan lokal yang
saling terkait.
2. Menganalisis kondisi internal sekolah, dengan a) Mengidentifikasi data riil
internal sekolah meliputi peserta didik, diktendik, sarpras, pembiayaan dan
program sekolah, b) Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sekolah
yang dapat mendukung pengembangan potensi keunggulan lokal yang
telah diidentifikasi dan, c) Menjabarkan kesiapan sekolah berdasarkan
hasil identifikasi dari kekuatan dan kelemahan sekolah yang telah
dianalisis.
3. Melakukan analisis lingkungan eksternal sekolah dengan, a)
Mengidentifikasi data riil lingkungan eksternal sekolah meliputi komite
sekolah, dewan pendidikan, dinas/instansilain, b) Mengidentifikasi
peluang dan tantangan yang ada dalam pengembangan potensi keunggulan
lokal yang telah diidentifikasi, c) Menjabarkan kesiapan dukungan
pengembangan Pendidikan berbasis kearifan lokal berdasarkan hasil
identifikasi dari peluang dan tantangan sekolah yang telah dianalisis.
Disamping itu, dalam melakukan analisis lingkungan eksternal sekolah
perlu memperhatikan tiga hal yaitu tema keunggulan lokal, penetapan
jenis keunggulan lokal, dan kompetensi keunggulan lokal.
4. Penentuan jenis keunggulan lokal adalah dengan melakukan strategi
penyelenggaraan pembelajaran berbasis keariafan lokal, yaitu bahwa yang
menjadi acuan dalam menentukan strategi penyelenggaraan pembelajaran
berbasis keariafan lokal, adalah: a) Untuk kompetensi pada ranah kognitif
152
(pengetahuan) maka strateginya adalah dengan cara mengintegrasikan
pada mata pelajaran yang relevan atau melalui muatan lokal, b) Untuk
kompetensi pada ranah psikomotor (keterampilan) maka strateginya
adalah dengan menetapkan Mata Pelajaran Keterampilan, c) Untuk
kompetensi pada ranah afektif (sikap) dapat dilakukan dengan cara
Pengembangan Diri, Mata Pelajaran PKn, Mata Pelajaran Agama atau
Budaya Sekolah dan, d) Strategi penyelenggaraan yang akan dilaksanakan
disesuaikan dengan kemampuan masing masing sekolah.
153
KURIKULUM MERDEKA UNTUK
TRANSFORMASI PEMBELAJARAN
154
karena assessment mempunyai nilai positif dalam proses dan hasil belajar
siswa.
2. Mengganti Ujian Nasional (UN) Menjadi Asesment kompetensi Minimum
dan Survei Karakter
Mengganti UN menjadi penilaian kompetensi minimum dan survey
karakter dimaksudkan untuk mengurangi tekanan pada guru, siswa dan orang
tua serta dianggap kurang optimal sebagai alat untuk memperbaiki mutu
pendidikan nasional.asesment kompetensi mengukur kompetensi bernalar
seperti literasi dan numerasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
personal maupun professional yang mengacu pada praktek internasional.
Survei karakter mengukur aspek implementasi nilai pancasila disekolah,
seperti aspek karakter (karakter pembelajaran dan karakter gotong royong)
dan aspek iklim sekolah (iklim kebinekaan, perilaku bullying dan kualitas
pembelajaran). Perubahan ini merupakan proses perbaikan mutu pendidikan.
3. Perampingan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Perampingan RPP dilakukan untuk mengoptimalkan performance
guru, sebelumnya RPP mempunyai terlalu banyak komponen apabila ditulis
dapat mencapai 20 halaman bahkan lebih. Sekarang RPP cukup satu halaman
yang memuat tiga komponen inti yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan penilaian. Hal ini dimaksudkan untuk penyederhanaan
administrasi dan menghemat waktu guru, sehingga guru dapat merencanakan
dan mengevaluasi proses pembelajaran secara matang.
4. Peraturan penereimaan peserta didik baru (PPDB) Zonasi
Peraturan penerimaan peserta didik baru (PPDB) dengan sistem
zonasi dibuat lebih fleksibel. Rancangan peraturan sebelumnya membagi
sistem zonasi menjadi tiga jalur yaitu zonasi 80%, jalur prestasi 15%, jalur
perpindahan 5%, sedangkan rancangan peraturan terbaru menjadi empat
yaitu jalur zonasi 50%, jalur afirmasi 15%, jalur prestasi 0-30%.
Hal tersebut sangat membantu siswa, guru dan lembaga sekolah yang
bersangkutan, dan sangat terlihat transformasi pembelajarannya dari
kurikulum merdeka yang digunakan.
159
MODEL ASASSESMEN KURIKULUM
MERDEKA
24
Wina, Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
160
B. Model Assesmen Kurikulum Merdeka
1. Model Pembelajaran Blended Learning
Model pembelajaran blended learning ini merupakan metode
pembelajaran yang digunakan dengan memadukan antara pembelajaran
tradisional (face to face) dengan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran
online. Jadi dalam prosesnya pseserta didik belajar tatap muka berdasarkan
jadwal yang sudah ditentukan dan ditambah dengan pembelajaran online
diluar jam belajar.
Menurut Driscoll ada empat konsep pembelajaran blended learning
yaitu sebagai berikut:
a. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai teknologi yang berbasis web
untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
b. Pembelajaran yang mengkombinasikan berbagai format teknologi
pembelajaran seperti CD-ROM, vidio tape, dan webbased training.
c. Menggunakan kombinasi dengan berbagai pendekatan seperti pendekatan
humanistik, konstruktivisme, dan behavioristik guna untuk mencapai hasil
pembelajaran yang optimal dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
d. Menggabungkan antara teknologi pembelajaran dengan perintah tugas
kerja aktual demi menciptakan hasil yang baik pada pembelajaran
tersebut.
161
ini, kemampuan yang diharapkan bagi peserta didik yaitu mengingat
(remembering) dan mengerti (understanding) materi.
162
Dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa dapat belajar
dimanapun dan kapanpun tidak terikat waktu dan tempat. Maka dari itu jika
tujuan pembelajaran belum tercapai dengan baik maka hal tersebut dapat
dimaksimalkan dengan melalui pembelajaran online. Selain itu juga, model
pembelajaran dapat menjadi alternatif solusi untuk memaksimalkan potensi
siswa sekaligus penerapan kurikulum merdeka.25
Kekurangannya:
1. Membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit
25
Abdullah, Walib. 2018. Model Blended Learning dalam Meningkatkan Efektifitas
Pembelajaran. Fikrotuna: Jurnal Pendidikan & Manajemen Islam.
163
Bebasnya berekspresi anak didik dalam belajar, pastinya memakan biaya
dan waktu yang tidak sedikit karena setiap anak didik dalam berproses
tentunya berbeda-beda pemahamannya.
2. Kurangnya referensi
Dalam menjalankan program merdeka belajar pastinya banyak
memerlukan referensi seperti alat belajar, buku. Buku yang sekarang ada
dinilai rendah maka dari itu perlunya buku yang lebih efisien dalam
menjalankan serta mewujudkan program merdeka belajar ini.
3. Kurangnya guru yang merdeka
Dalam hal ini tentunya memerlukan guru yang merdeka dalam belajar
guna untuk mewujudkan anak didik yang merdeka dalam belajar. Akan
tetapi pengalaman para guru yang merdeka sangat dikit kebanyakan dilihat
dari pengalaman para guru pada masa kuliahnya dulu, hal ini disebabkan
karena kurangnya pengalaman para guru karena yang kita ketahui program
merdeka belajar ini baru-baru inilah diterbitkan.26
26
Tim Kompasiana. 2020. Merdeka Belajar Demi Mewujudkan Indonesia Maju.
Kompasiana: Available.
164
peserta didik dalam proses pembelajaran. Seperti yang telah dipaparkan
bahwa konsep merdeka belajar oleh kementrian pendidikan ada penerapan
UN (Ujian Nasional) yang di tiadakan yang berubah menjadi Assesmen
Kompetensi Minimum dan Survey Karakter.27
165
F. Kaitan Kurikulum Merdeka dengan Tuntutan Standar Pendidikan
Tinggi
Dalam rangka untuk memenuhi tuntutan, arus perubahan dan
kebutuhan akan link and match dengan dunia usaha dan dunia industri serta
menyiapkan mahasiswa dalam dunia kerja maka perguruan tinggi dituntut
agar dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif
agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajarannya dengan mencakup
aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara optimal.
Dalam kebijakan merdeka belajar – kampus merdeka diharapkan agar
bisa menjadi jawaban tuntutan tersebut. Kampus merdeka merupakan wujud
pembelajaran diperguruan tinggi yang fleksibel sehingga dapat terciptanya
kultur belajar yang tidak mengekang, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa.
Program merdeka belajar – kampus merdeka itu sendiri meliputi
empat kebijakan utama yaitu: 1) kemudahan pembukaan program studi baru,
2) perubahan sistem akreditasi perguruan tinggi, 3) hak belajar 3 semester di
luar program studi, 4) kemudahan perguruan tinngi menjadi badan hukum.
Mahasiswa di berikan kebebasan dalam mengambil SKS diluar program studi
serta yang dimaksud 3 semester tersebut yaitu dapat diambil untuk
pembelajaran di luar prodi dalam PT maupun diluar PT.
Proses pembelajaran di kampus merdeka merupakan suatu
perwujudan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa yang sangat
esensial. Di dalam kampus merdeka ini dapat memberikan pembelajaran
tantangan dan kesempatan dalam pengembangan kapasitas, kreativitas,
kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa. Dengan melalui merdeka belajar –
kampus merdeka diharapkan mampu dapat menjawab tantangan perguruan
tinggi untuk menghasilkan lulusan sesuai perkembangan IPTEK dan tuntutan
dunia usaha dan dunia industri.
166
SILABUS KURIKULUM MERDEKA
BELAJAR DAN KAMPUS MERDEKA
29
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu.(Jakarta: Bumi
Aksara,2010),hlm.96
167
Dalam usaha untuk memulihkan kembali pembelajaran yang
disebabkan oleh pandemi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikburistek) mengeluarkan kebijakan dalam
pengembangan Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini diberikan kepada satuan
pendidikan sebagai opsi tambahan dalam rangka melakukan pemulihan
pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan Kemendikburistek terkait
kurikulum nasional selanjutnya akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan
evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.
Kurikulum Merdeka adalah nama baru dari kurikulum prototipe yang
resmi diluncurkan oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim. Kata
merdeka adalah kata yang dekat dengan kita sebagai kata yang
Menggambarkan pergerakan dan semangat perjuangan. Dalam pendidikan
kata Merdeka bukanlah hal yang baru. Di tahun 1952 dalam peringatan
Taman Siswa Ki Hajar Dewantara mencetuskan semangat merdeka dalam
buku Peringatan Taman Siswa 30 tahun “…kemerdekaan hendaknya
dikenakan terhadap caranya Anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu
“dipelopori”, atau disuruh mengakui Buah pikiran orang lain”. Merdeka
Belajar adalah belajar yang diatur sendiri oleh Pelajar. Pelajar yang
menentukan tujuan, cara dan penilaian belajarnya. Dari Sudut pandang
pengajar, merdeka belajar berarti belajar yang melibatkan murid Dalam
penentuan tujuan, memberi pilihan cara, dan melakukan refleksi terhadap
Proses dan hasil belajar. Jika kita refleksikan bersama kata merdeka dalam
Konteks perjuangan dan pendidikan memiliki kesamaan spirit yaitu mampu
Mengatur dirinya sendiri.
168
yang akan digunakan di satuan pendidikan masing-masing. Pilihan kurikulum
yang diberikan antara lain: Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan
Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka Belajar merupakan pengembangan
dan penerapan dari kurikulum darurat yang diluncurkan untuk merespon
dampak dari pandemi Covid-19. Pengertian Merdeka Belajar adalah suatu
pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih
pelajaran yang diminati.
Adanya pilihan bagi sekolah untuk menggunakan salah satu dari tiga
kurikulum ini didasarkan pada dua alasan berikut ini:
169
menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI. MTs, MA, dan
MAK. 30
30
Undang-Undang Dasar Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal 17 ayat (2) tentang Sekolah dan komite sekolah
31
Ibid, hlm.70
170
g. Menentukan Sumber Belajar. Penentuan sumber belajar pada hakikatnya
telah dituliskanwbih awal dari penyediaan pembelajaran dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar dan dalam materi pembelajaran pokok,
indikator pencapaian kompetensi dan kegiatan pembelajaran.32
32
Opcit,hlm,99-100
171
f. Alokasi waktu, berisikan tentang Sumber belajar, dapat berupa buku,
media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang
relevan.33
33
Trianto. 2009. Mendesign Model Pembelajaran Inovativ Progresif. Jakarta
: Kencana.
34
Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2011),hlm.78
172
e. Kecukupan
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
f. Kontekstual
Meliputi Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu,
teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang
terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengako-modasi keragaman peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (Kognitif,
afektif, Psikomotor) atu sesuai degan esensi mata pelajaran masing-
masing.
Sebagai tindak lanjut arahan dari Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ma‟ruf Amin untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) menetapkan empat program pokok kebijakan
pendidikan “Merdeka Belajar” yang meliputi: Program tersebut meliputi
Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik
Baru (PPDB) Zonasi.
Pada tahun 2020, USBN akan digantikan dengan ujian atau asesmen
yang diselenggarakan sendiri oleh sekolah. Ujian yang diadakan untuk
menilai kompetensi siswa dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis dan atau
bentuk tes lainnya yang lebih komprehensif seperti portofolio dan penugasan
yang termasuk di dalamnya tugas kelompok, karya tulis, dan lain sebagainya.
Dengan demikian guru dan sekolah memiliki kemerdekaan untuk menilai
hasil belajar siswanya. Anggaran yang sedianya digunakan untuk USBN
dapat digunakan untuk mengembangkan kapasitas guru dan sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Ujian Nasional (UN) terakhir kali diadakan pada tahun 2020. Yang
kemudian pada tahun 2021 diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) dan Survey Karakter. AKM ditekankan pada kemampuan Literasi
173
dan numerasi siswa yang mengacu pada praktik baik pada level internasional
seperti PISA dan TIMSS. Pelaksanaan AKM dan Survey Karakter dilakukan
pada siswa yang berada di tengah jenjang sekolah misalnya kelas 4, 8, dan
11. Hal ini bertujuan untuk mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki
mutu pembelajaran dan bukan untuk basis seleksi siswa pada jenjang
berikutnya.
B. Kampus Merdeka
Kampus merdeka dihadirkan untuk memperluas kapasitas penyediaan
sumber daya bagi para mahasiswa. Mulai dari pembukaan program studi baru
yang dimaksudkan untuk memberikan mahasiswa kesempatan memilih
jurusan yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan pengetahuan dan
keterampilannya di masa mendatang secara detail. Diperkuat dengan
pembukaan prodi baru disyaratkan untuk perguruan tinggi yang memiliki
akreditasi A dan B serta adanya kerjasama dengan mitra perusahaan,
organisasi nirlaba, institusi multilateral, maupun universitas Top 100 ranking
QS yang berarti dibukanya prodi baru tidak berdasar kuat, tetapi telah melalui
banyak pertimbangan dan kualifikasi. Diharapkan pula karena adanya
kebijakan ini maka mahasiswa dapat memperoleh materi dan pembelajaran
yang lebih berkualitas dengan berkurangnya beban administrasi pada dosen.
Kedua, adanya sistem akreditasi perguruan tinggi yang lebih mudah serta
efektif bagi setiap prodi di universitas tanpa membebankan penilaian
174
terutama beban administrasi kepada dosen. Ketiga, adanya kemudahan
persyaratan bagi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk menjadi Badan
Hukum (BH) tanpa adanya akreditasi minimum apabila sudah merasa siap.
Keempat, menjadi poin paling pokok yakni mengenai hak belajar tiga
semester di luar program studi. Maka dapat diartikan bahwa mahasiswa dapat
memiliki ruang belajar yang lebih luas serta memiliki kebebasan untuk
menentukan rangkaian pembelajarannya secara lintas disiplin dan tidak
terpengaruhi kuantitas SKS. 35
Hal ini sejalan dengan teori perkembangan kognitif milik Vygotsky,
dimana untuk mengembangkan pemikiran dan pemahaman itu sendiri melalui
aksi dan interaksi dengan dunia sekitarnya dan pengembangan dan terjadi
tergantung pada apa yang disediakan oleh masyarakat (Santrock, 2018). Oleh
karena itu, peran kebijakan ini ditegaskan dengan upaya pemberian hak
mahasiswa dalam pengembangan diri melalui kesempatan eksplorasi
pembelajaran di luar program studinya. Berdasarkan The Zone of Proximal
Development, seseorang dapat mempelajari suatu hal yang sulit dikuasai
sendiri dengan bimbingan dari orang yang lebih ahli. Melihat dari teori
tersebut, kebijakan ini dapat menjadi kesempatan mahasiswa untuk
mengembangkan potensi di luar bidang prodi pokoknya dengan bimbingan
ahli melalui lintas disiplin.
35
Trianto. Konsep Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta.
Bumi Aksara,2014),hlm.45
175
2. Reaksi Masyarakat
Kebijakan kampus merdeka juga banyak menuai berbagai respons
dari masyarakat, begitu pun para tenaga pendidik. Kepala Pusat Inovasi dan
Kajian Akademik Universitas Gadjah Mada, Hatma Suryatmojo,
menyebutkan bahwa kebijakan ini merupakan sebuah pola baru bagi dunia
pendidikan dan diperlukan banyak penyesuaian dalam
pengimplementasiannya. Beliau menambahkan pernyataan bahwa UGM
dalam hal ini melihat kampus merdeka sebagai sebuah peluang untuk
melakukan lompatan besar menuju kemandirian dan keunggulan UGM di
kancah nasional maupun global (Bernie, 2020).
176
STRUKTUR KURIKULUM MERDEKA
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK
36
Zainal Arifin, Manajemen Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam: Teori dan
Praktik, (Yogyakarta: UIN Press), 2018, Hal. 59.
37
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembagan Kurikulum Teori dan Praktik,
(Bandung:Remaja Rosdakarya), 2017, Hal. 5.
177
Jadi, kurikulum bukan hanya sekedar bidang dalam menuntut ilmu
yang terdapat di dalamnya ataupun proses aktivitas belajarnya saja, namun
terdapat semua aspek yang berpengaruh dalam perkembangan dan
pembentukan karakter siswa yang tepat dengan tujuan pendidikan yang akan
diraih, sehingga bisa meningkatnya mutu pendidikan.
Kurikulum Merdeka atau Program Merdeka belajar ini dikeluarkan
oleh Mendikbud Ristek sebagai bentuk evaluasi perbaikan Kurikulum 2013.
Kurikulum merdeka atau yang lebih dikenal sebagai Kurikulum Prototipe,
dimana kurikulum ini salah satu bagian dari cara pemerintah dalam mencetak
generasi penerus yang lebih berkompeten di dalam berbagai bidang
kemampuan.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum merdeka
belajar merupakan kurikulum belajar yang mengarah dengan melalui
pendekatan kemampuan dan keahlian. Dengan adanya kurikulum ini para
pelajar mampu memilih pelajaran manapun yang ingin dipelajari yang sesuai
dengan kemampuan dan keahliannya.
Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa, Kurikulum
merdeka belajar merupakan suatu kurikulum yang memberi kebebasan,
kemerdekaan dari birokratisasi dan otonomi kepada lembaga pendidikan,
memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih bidang yang mereka
sukai, sehingga dapat mengarahkan kepada bakat dan minat siswa, serta
mampu mencetak generasi yang lebih berkompeten di bidang kemampuan.
38
Dewi Rahmadayanti & Agung Hartoyo, Potret Kurikulum Merdeka, Wujud Merdeka
Belajar di Sekolah Dasar, (Jurnal Basicedu Vol.6 No.4), 2022, Hal. 7179.
39
Ibid, Hal. 7178.
179
keahlian yang akan diraih dengan tanpa membebankan dengan beban yang
berlebihan. Tetapi hal ini dapat membantu para guru untuk merancang
kurikulum dalam pembelajaran.
Pemerintah ikut turut mengatur pertimbangan beban belajar dalam
seluruh mata pelajaran. Hal ini di buat dalam pembelajaran reguler dan
projek penguatan profil pelajar pancasila. Alokasi waktu yang dilakukan
dalam melakukan suatu kegiatan projek diarahkan kepada penguatan dalam
meraih profil pelajar pancasila digunakan secara lebih efektif dari pada
dengan pembelajaran reguler, dikarenakan projek ini bukanlah suatu kegiatan
rutin yang dilakukan per minggu.
Satuan pendidikan ataupun pemerintah yang menambahkan beban
tambahan sesuai dengan permintaan dan karakteristik satuan pendidikan serta
pemerintah daerah secara variasi bisa manajemen kurikulum beban lokal.
Pembelajaran beban lokal dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
a. Mengintegrasikan beban lokal pada mata pelajaran lain
Lembaga pendidikan ataupun pemerintah daerah bisa mengatur target
pembelajaran dalam beban lokal dan menempatkan pada mata pelajaran
lain.
b. Mengintegrasikan beban lokal pada tema projek penguatan profil pelajar
Pancasila Lembaga pendidikan dan pemerintah daerah bisa
mengintegrasikan beban lokal pada tema projek penguatan profil pelajar
pancasila.
c. Mengembangkan mata pelajaran khusus beban lokal yang berdiri sendiri
merupakan bagian dari program intrakulikuler
Lembaga pendidikan dan pemerintah bisa meningkatkan mata pelajaran
khusus beban lokal yang independen merupakan bagian dari strategi
intrakulikuler.
Kemudian adapun kewenangan yang akan diterapkan oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah dalam membantu pelaksanaan pola
baru pada proses pembelajaran, perlu adanya perubahan dalam
pengorganisasian pembelajaran, berikut pembagian kewenangan yang
akan dilakukan oleh pemerintah:
a. Pemerintah pusat : mengatur struktur kurikulum, capaian
pembelajaran, profil pelajar pancasila, dan asesmen.
b. Pemerintah daerah yaitu mengatur visi, misi, tujuan sekolah,
kebijakan lokal terkait kurikulum, profil pelajar disekolah, proses
180
pembelajaran dan asesmen, pengembangan perangkat ajar, dan
pengembangan kurikulum operasional satuan pendidikan.
Pada struktur kurikulum merdeka apabila pendidikan mencetuskan
mata pelajaran terkhusus muatan lokal, beban belajarnya maksimal 72 jam
pelajaran dalam kurun waktu pertahun atau dua jam pelajaran per minggu.
C. FUNGSI DAN TUJUAN KURIKULUM MERDEKA
Kurikulum merdeka bersifat memberi kebebasan terhadap seluruh
aspek dalam satuan pendidikan yang dimulai dari sekolah, para guru, sampai
ke para siswa. Kurikulum merdeka ini memiliki fungsi sebagai terobosan
baru dalam sebuah kurikulum yang mengubah konsep sistem pembelajaran di
Indonesia.
Tujuan kurikulum merdeka belajar adalah untuk mengejar atas
ketertinggalan dari krisis pembelajaran yang dialami oleh pelajar Indonesia di
masa pandemi covid 19, hal ini dilakukan secara efektif dan efisien. Adapun
tujuan kurikulum merdeka belajar secara umum bagi guru ialah, untuk
meningkatkan kompetensi, menunjukkan kebiasaan refleksi dalam
pengembangan mandiri secara mandiri, serta ikut berpartisipasi aktif dalam
jejaring dan organisasi profesi untuk mengembangkan karir.
Sedangkan secara khusus kurikulum merdeka ini bertujuan untuk
mengenali miskonsepsi pendidikan sehingga para guru bisa berkembang
menjadi penggerak perubahan dalam pembelajaran, mengenali konsep
pengembangan diri, serta berkontribusi terhadap pendidikan.
D. CIRI KHAS KURIKULUM MERDEKA
1. Pembelajaran terfokuskan dari segi metode pembelajaran yang kemudian
diterjemahkan ke dalam penguasaan mata pelajaran,
2. Pembelajaran berlandas projek dalam pengembangan soft skill serta
kepribadian sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
3. Adanya projek tertentu yang harus dilakukan oleh siswa sehingga dapat
menjadikan lebih aktif dalam upaya mengeksplorasi diri.
4. Pembelajaran di fokuskan kepada materi dasar yang akan mewujudkan
pembelajaran lebih mendalam untuk kompetensi dasar seperti literasi serta
numerasi.
5. Guru mempunyai fleksibilitas dalam melaksanakan pembelajaran berbeda
yang sesuai dengan keahlian siswa serta melakukan penyesuaian dengan
konteks dan beban lokal.
181
E. ALASAN ADANYA IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA
Di masa pandemi covid 19 bahwa negara Indonesia mengalami krisis
pembelajaran (learning crisis), dan bahkan menjadikan pendidikan di
Indonesia semakin tertinggal dan mengalami kehilangan pembelajaran
(learning loss). Karena itu Kemendikbud Ristek memerlukan perubahan
secara sistematis, dan mengeluarkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini
dirancang secara lebih sederhana dan fleksibel. Selain itu juga, kurikulum
merdeka difokuskan kepada materi yang esensial dan menjadikan para siswa
untuk dapat lebih aktif.
Dengan adanya cara tersebut, akan membentuk sebuah pembelajaran
yang inklusif. Hal ini dikarenakan bahwa kurikulum merdeka bukan hanya
terpaku pada kegiatan intrakulikuler, namun juga penguatan pada
ekstrakulikuler.
182
KURIKULUM MERDEKA TEMUKAN CARA
MEMERDEKAKAN BELAJAR SISWA
183
kebutuhan, dan kapasitasnya. Melalui kreativitas dan produksi, kurikulum ini
mendorong pengembangan karakter dan budaya Indonesia.40
40
Saur Panjaitan, “Kurikulum Merdeka Belajar untuk Pendidikan yang
Memerdekakan” (https://www.google.com/amp/s/kolom.tempo.co/amp/1571857/kurikulum-
merdeka-belajar-untuk-pendidikan-yang-memerdekakan Diakses pada 28 Mei 2022, 13:25)
184
Kurikulum Mandiri memungkinkan satuan pendidikan, guru, dan
siswa untuk mengejar pembelajaran dengan caranya sendiri. Siswa memiliki
fitrah (bakat) kodrat, dan pengajar sebagai pendidik harus merawatnya sesuai
dengan fitrah tersebut. Pendidikan anak sama dengan pendidikan masyarakat.
Dengan memasukkan Pembelajaran Berbasis Proyek ke dalam kurikulum
Merdeka, guru dan siswa dapat mengidentifikasi masalah dalam kehidupan
sehari-hari mereka dan berusaha untuk menyelesaikannya. Sekolah harus
menyediakan fasilitas pembelajaran yang inovatif, kegiatan, ekstrakurikuler,
kegiatan belajar bersama dengan lingkungan/perusahaan, dan guru harus
berinovasi di dalam kelas untuk mendorong inovasi siswa. Belajar menjadi
sesuatu yang dirindukan siswa dalam lingkungan seperti itu.
Penerapan filosofi Ki Hadjar, khususnya Tri-N, dalam pembelajaran
adalah inovasi dan kreativitas (Niteni, Nirokke, Nambahi). Kemampuan
mengenali dan menangkap makna secara tepat (alam, ciri, prosedur,
kebenaran) disebut sebagai Niteni, yang mengacu pada proses mencari dan
menemukan makna dari suatu objek yang diamati melalui alat indera sesuai
dengan proses kognitif Ki Hadjar penciptaan. Hak Cipta ialah kemampuan
berpikir, dan dipercayakan untuk menemukan suatu kebenaran dengan
mengamati dan membandingkan objek untuk menentukan perbedaan dan
persamaannya.
Tiru dan perluas/tambahkan adalah dua kata yang dapat
diterjemahkan sebagai Nirokke dan tambahkan. Ki Hadjar terdiri dari
"kemauan atau niat", yang selalu muncul bersamaan atau seolah-olah sebagai
tanggapan atas pikiran dan perasaan. Level dan proses kreatiflah yang
membedakan keduanya. Menurut Ki Hadjar, fitrah masa kanak-kanak adalah
nirokke, atau peniruan. Proses lanjutan Nirokke adalah menambah atau
menambah/mengembangkan. Dalam teknik ini, proses kreatif dan orisinal
digunakan untuk memberikan warna baru pada model yang ditiru. Siswa
seharusnya melalui prosedur penjumlahan ini. Dalam hal ini, Ki Hadjar
menekankan agar kita berkultivasi bukan meniru. Memperbaiki, menambah,
menghapus, memodifikasi, dan memproses objek imitasi adalah contoh
pemrosesan.
Kurikulum otonom memperluas kapasitas siswa dengan memperluas
proyek, memungkinkan mereka untuk menjadi lebih mandiri. Khususnya
SMK akan memperkuat kemampuannya sebagai hasil dari peningkatan
kerjasama dengan dunia usaha dan industri, serta pemanfaatan dosen tamu
daripada tenaga ahli. Pemerintah melaksanakannya secara bertahap, dengan
185
mempertimbangkan kondisi masing-masing daerah dan persiapan sekolah,
serta memberikan kebebasan (kemerdekaan) kapan mulainya. Beberapa dari
sekolah telah memperkenalkan kurikulum otonom sebagai proyek
percontohan dengan harapannya dapat menginspirasi sekolah lain di daerah
tersebut untuk mengikutinya. Efektivitas Kurikulum Mandiri sangat
bergantung pada pengaruh, baik di sekolah negeri maupun swasta.41
41
Ibid. (Diakses pada 28 Mei 2022, 15:59)
186
Jika senioritas guru tidak ditangani secara memadai, hal itu dapat
menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan di dalam kelas. Di satu sisi,
instruktur junior lebih cenderung menguasai teknologi sebagai kebutuhan
kurikulum mandiri karena tingkat kegembiraan, dorongan, kreativitas, dan
inovasi mereka yang tinggi. Instruktur senior, sebaliknya, memiliki tingkat
kompetensi teknologi yang lebih rendah, yang berdampak pada keberhasilan
program Kurikulum Mandiri. Ada perbedaan antara guru senior dan junior.
Masalah yang paling umum, terutama untuk sekolah swasta, adalah fluktuasi
jumlah siswa yang mereka kelola. Akibatnya, ketika jumlah siswa
berfluktuasi, program Kurikulum Mandiri terganggu dan terbatas. Telah
terjadi penurunan yang signifikan di banyak sektor, salah satunya sebagai
akibat dari epidemi yang berkepanjangan. Fokus sekolah swasta biasanya
pada PPDB (Penerimaan Siswa Baru), atau bagaimana menarik siswa baru
dan menjaga jumlah siswa tetap stabil. Akibatnya, penerapan berbagai
kebijakan baru pemerintah, seperti Kurikulum Mandiri, selalu dikaitkan
dengan isu utama, yaitu pengaruh jumlah murid yang dikuasainya.42
42
Ibid. (Diakses pada 28 Mei 2022, 17:01)
187
seperti itu akan merusak keseimbangan struktur hierarki piramidal
masyarakat, yang diinginkan oleh sekelompok elit – elit sosial dan politik.43
Individu yang kritis, kreatif, produktif, bertanggung jawab, dan
mampu bekerja sama dengan individu atau kelompok lain yang diperlukan
dalam era globalisasi yang dinilai dengan kemampuan beradaptasi yang
tinggi dan persaingan yang sehat. Lembaga pendidikan harus mampu
menjawab tuntutan tersebut dan menyiapkan individu-individu berkualitas
yang mampu bersaing secara global. Penjelasan luas UU No. RI. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kualitas manusia yang
dibutuhkan oleh negara Indonesia sekarang dan di masa depan adalah pribadi
yang mampu bersaing dengan bangsa lain dalam persaingan yang semakin
ketat.44
43
H., Berybe, Dilema Pelembagaan Pendidikan. Dalam Sindhunata, Pendidikan
Kegelisahan Sepanjang Jaman. (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 24
44
Undang – Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
188
Tanpa kehilangan jati diri bangsa, siswa harus dipersiapkan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta sistem nilai atau etiket sosial
internasional. Siswa harus mampu dengan cepat memperoleh, menguasai,
mengolah, dan mengembangkan informasi guna menciptakan kebiasaan
berpikir yang inovatif dan produktif. Tanggung jawab guru dalam
mewujudkan pembelajaran yang membebaskan dikatakan mampu
memaksimalkan potensi setiap siswa secara maksimal tanpa mengganggu
pertumbuhan potensi individu lainnya.
Siswa harus mengembangkan sikap seperti belajar melalui
penggunaan sumber belajar yang beragam dan sumber pengetahuan. Selain
memiliki karakter bangsa, peserta didik perlu mempersiapkan untuk berperan
dalam konstelasi masyarakat global melewati pendidikan yang berwawasan
luas. Hal ini tercermin dalam paradigma pendidikan nasional baru yang
mengedepankan otonomi atau desentralisasi pendidikan melalui kurikulum
KTSP dan model pembelajaran yang inovatif, dengan fokus pada pendidikan
holistik untuk menumbuhkan kesadaran individu dengan nilai-nilai persatuan
dalam pluralisme budaya, serta nilai-nilai moral. , kemanusiaan, dan agama,
kreativitas, produktivitas, berpikir kritis, tanggung jawab, kemandirian, dan
kemampuan berpikir kreatif.
Bakat-bakat berikut ini akan terwujud jika sistem pendidikan dan
pembelajaran disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan para guru
untuk memahami dan mengembangkan kreativitasnya. Guru harus
dibebaskan dari belenggu berbagai persoalan teknis dan formalisme. Hal ini
merupakan syarat agar guru dapat membebaskan anak dari berbagai belenggu
yang menghambat imajinasi dan kreativitasnya, serta dalam rangka
pengembangan karakter. Akibatnya, sudah waktunya untuk menggunakan
pendidikan dan/atau pembelajaran yang membebaskan dan kritis sebagai
model.
Kemandirian atau independensi tidak diberikan begitu saja. Sikap
menghargai kekhasan dan keunikan setiap individu sebagai pribadi
berkembang sebagai hasil dari kemandirian atau kebebasan. Hakikatnya,
kebebasan pribadi setiap orang dibatasi oleh kebebasan pribadi orang lain.45
Norma bersama tetap diperlukan, namun kehati-hatian harus dilakukan ketika
menyusun aturan bersama, karena tujuan utama aturan bersama adalah untuk
45
SMU Kolese de Britto, Pendidikan Bebas Menuju Pribadi Mandiri. (Yogyakarta:
Yayasan De Britto)
189
menjaga dan menjamin kemerdekaan atau kebebasan setiap individu. Jika
peraturan yang dibuat menghalangi atau bahkan menghilangkan kebebasan,
maka pembatasan itu tidak proporsional. Akibatnya, aturan atau undang-
undang masih diperlukan, tetapi aturan atau undang-undang ini tidak boleh
menghalangi pengembangan potensi unik manusia itu sendiri. Manusia
dengan tingkat kemandirian atau kebebasan ini mampu mencapai potensi
penuhnya, mengkritisi, dan memilih arah hidupnya.
Tantangan pendidikan ke depan adalah mewujudkan demokratisasi
proses pembelajaran. Prosedur demokratis yang mencerminkan inisiatif siswa
dalam belajar. Hak siswa untuk melakukan tindakan belajar sesuai dengan
karakteristiknya diakui dalam pembelajaran demokrasi. Tersedianya paket
pembelajaran yang beragam, yang menghilangkan keseragaman kurikulum,
metodologi pembelajaran, bahan ajar, dan evaluasi pembelajaran, merupakan
salah satu kriteria terwujudnya masyarakat belajar yang demokratis dan
bebas. Sekolah merupakan tempat untuk membina demokrasi belajar agar
seluruh potensi siswa, termasuk nilai-nilai afektif, moral, agama, dan sosial
dapat terwujud.
Cara guru dan siswa berinteraksi perlu direvitalisasi. Jika sikap guru
sudah lebih otoriter, dengan banyak arahan, informatif, dan birokratis, peran
ibu/bapak, saudara, teman, atau pasangan harus diubah. Ini sering terjadi, dan
dalam beberapa keadaan, instruktur berperan sebagai siswa dan siswa
berperan sebagai guru. Proses belajar, serta hubungan antara murid, berubah.
Daya saing, serta persaingan berdasarkan peringkat, sangat mematikan
karena selain membentuk orang-orang eksklusif, anak-anak muda juga
memisahkan diri dari perkembangan moral mereka. Lebih jauh lagi, kegiatan
seperti itu hanya akan menyebabkan anak muda lainnya memperoleh
kebanggaan palsu dan penderitaan batin. Anak-anak harus diajari untuk
menjadi realistis, melihat bahwa hidup itu multi-dimensi daripada seragam,
dan didorong untuk hidup dalam keragaman yang saling melengkapi demi
persaudaraan yang sehat, sambil menghormati hak dan kewajiban sosial satu
sama lain. Mendidik anak-anak tidak hanya berarti mengajari mereka
bagaimana berinteraksi dengan lingkungan mereka secara praktis. Mendidik
anak juga berarti membantu mereka menjadi diri sendiri dan peka terhadap
lingkungan sekitar.
Pengaturan lingkungan belajar sangat penting agar anak dapat
mengontrol bagaimana kebutuhan emosionalnya terpenuhi. Lingkungan
belajar yang demokratis memungkinkan anak-anak untuk memilih kegiatan
190
belajar mereka sendiri dan mendorong siswa untuk terlibat secara fisik,
emosional, dan psikologis dalam proses pembelajaran, memungkinkan
mereka untuk terlibat dalam kegiatan kreatif dan produktif. Ini adalah aturan
penting untuk diingat saat menciptakan lingkungan belajar. Setiap anak,
secara individu dan/atau kolektif, harus diberi kesempatan untuk mengambil
keputusan berdasarkan kemampuan dan kemauannya untuk melakukannya.
Jika siswa dihadapkan pada berbagai batasan yang tidak ada
hubungannya dengan belajar, maka keinginan belajarnya akan berkurang.
Banyaknya peraturan yang biasanya dibuat oleh guru dan harus dipatuhi oleh
siswa akan membuat anak terus-menerus diliputi kecemasan. Siswa juga akan
kehilangan kemampuannya untuk bertindak bebas dan melatih pengendalian
diri. Apa yang terjadi jika mereka terus-menerus ketakutan? Siswa akan
menciptakan mekanisme pertahanan, sehingga yang mereka pelajari adalah
bagaimana melawan diri sendiri melawan rasa takut daripada mempelajari
pesan. Anak-anak seperti itu tidak akan maju dalam pendidikan mereka dan
akan selalu menyembunyikan kekurangan mereka.
Selain kebebasan, aspek terpenting dari lingkungan belajar yang
bebas dan/atau demokratis adalah kenyataan. Menyadari bahwa setiap siswa
memiliki kelebihan dan kekurangan, keberanian sekaligus ketakutan dan
kekhawatiran, dan kemampuan untuk marah sekaligus bahagia. Realitas
harus dimiliki oleh setiap orang yang berpartisipasi dalam proses
pembelajaran, bukan hanya siswa. Sikap dan pandangan positif tentang
belajar dapat ditumbuhkan dalam lingkungan belajar yang membebaskan dan
berdasarkan realitas semua orang yang terlibat dalam proses belajar. Sikap
dan pandangan belajar yang positif menjadi landasan untuk melancarkan
kegiatan belajar. Semua ini penting untuk pengembangan kapasitas mental
produktif.
Martabat manusia secara keseluruhan dihormati dalam pendidikan
humanis yang membebaskan. Pandangan bahwa siswa adalah bejana kosong
atau kertas kosong yang menunggu untuk diisi dengan apa saja yang
diinginkan guru atau orang tua, sehingga siswa menjadi lebih terkungkung,
cerdas, dan dewasa. Yang perlu dilakukan adalah agar siswa diajarkan
berbagai metodologi pembelajaran sehingga setelah mereka menyelesaikan
191
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA
PADA SEKOLAH PENGGERAK
46
Modul Program Sekolah Penggerak. 2021.
192
4. danya program digitalisasi sekolah
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi penerapan kurikulum sekolah penggerak, mengingat seiring
dengan perkembangan zaman, hampir semua sekolah menerapkan metode
pembelajaran berbasis digital. Hal ini juga dilakukan untuk memperkuat
dan menjunjung tinggi nama baik sekolah yang bersangkutan.
5. Adanya perencanaan pembelajaran berbasis data
Hal ini dilakukan agar sekolah dapat meningkatkan kinerja pendidik
melalui program pendataan yang terencana dan terstruktur.
47
Wahyu Bagja Sulfemi. Manajemen Kurikulum Di dalam Sekolah. (Bogor: Visi
Nusantara Maju, 2018), hal, 12.
193
didik mampu mempelajari berbagai sumber belajar tanpa memandang
kegunaan pada tingkatan kelas tertentu. Oleh karena itu, hal tersebut
menjadi salah satu penyebab diterapkannya pembelajaran berbasis
kompetensi pada kurikulum sekolah penggerak.
48
Yoru Media, Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar, Latar Belakang, Keunggulan
dan Perbedaan Dengan Kurikulum Sebelumnya, diakses dari
https://www.yoru.my.id/2022/02/pengertian-kurikulum-merdeka-dan-keunggulannya.html.
194
8. Komponen perangkat pembelajaran terlalu banyak dan menyulitkan guru
dalam membuat perencanaan.
9. Rumusan kompetensi yang detil dan terpisah-pisah sulit dipahami
sehingga guru kesulitan menerjemahkan dalam pembelajaran yang sesuai
filosofi Kurikulum 2013.
10. Strategi sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring
implementasi Kurikulum 2013 belum terlaksana secara tepat dan
optimal, belum variatif, belum sesuai dengan kebutuhan, dan belum
efektif. Contoh kendala: sosialisasi tidak sampai langsung kepada tingkat
gugus, pemilihan instruktur ditetapkan sentralistik sehingga tidak sesuai
kebutuhan, dan pelatihan masih dilakukan secara konvensional dengan
ceramah yang cenderung teoretik.
11. Masih banyak pengawas, kepala sekolah, dan guru yang memiliki
pemahaman kurang tentang kerangka dasar, diversifikasi, dan konsep
implementasi Kurikulum 2013.
12. Sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring implementasi
Kurikulum 2013 belum berdampak optimal terhadap pemahaman
pengawas, kepala sekolah, dan guru.
49
Ibid.
195
3. Lebih relevan dan Interaktif,
Pembelajaran melalui kegiatan projek (project based learning)
memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk
secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya isu lingkungan,
kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter
dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila yang relevan dengan
kehidupan sehari-hari siswanya.
50
Sihotang Hotmaulina; Sibagariang, Dahlia, Murniarti, Erni. 2021. Peran Guru
Dalam Pendidikan Merdeka Belajar Di Indonesia. Jurnal Dinamika Pendidikan. Vol.14,
No.2, Juli 2021, pp. 88-99 p-ISSN: 1410-4695 - e-ISSN: 2620-3952
196
pembelajaran merdeka belajar, oleh karena itu seorang guru dituntut untuk
selalu belajar dalam hal mengikuti perkembangan teknologi, meskipun saat
ini guru sedang mengahadapi banyak tantangan salah satunya yaitu di era
disrupsi tekonologi dikarenakana banyak sumber belajar yang sangat mudah
didapatkan dikarenakan dampak dari adanya perkembangan teknologi, tetapi
tetap saja peran guru tidak bisa digantikan begitu saja dengan kecanggihan
teknologi karena perkembangan atau kecanggihan teknologi merupakan
karya dari otak manusia yang tidak menutup kemungkinan bisa salah dan
juga bisa disalahgunakan. Guru harus mampu menjadi pembimbing dan
mampu menjadi pengarah bagi peserta didiknya dalam memanfaatkan
teknologi dengam baik sehingga memiliki manfaat untuk proses
pembelajaran. Berikut merupakan peran guru penggerak dalam
mengimplementasikan kurikulum sekolah penggerak menurut:51
1. Guru penggerak wajib memiliki kemampuan dalam menggerakkan
komunitas seluruh rekan guru yang ada di sekolah dan wilayahnya, dan
mampu membawa perubahan yang baik khususnya dalam hal meningkatan
kualitas pembelajaran peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai
pancasila.
2. Guru penggerak memiliki peran dalam mendesain dan mengelola agar
pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga peserta didik tidak bosan
dan menjadi lebih termotivasi untuk meningkatkan prestasinya.
3. Guru penggerak harus mampu menjadi agen penngerak dalam bidang
meningkatkan mutu kepemimpinan di sekolah.
4. Guru penggerak wajib untuk mencipatakan ruang diskusi ataupun wadah
yang bisa digunakan sebagai wadah kolaborasi antara guru dan pemangku
kepentingan dengan bertujuan untuk meningkatan mutu, kualitas dan
kapasitas dalam melangsungkan pembelajaran.
5. Guru penggerak juga harus memapu menghadikan suasana pembelajaran
yang kondusis, damai, dan nyaman sehingga mempu mendorong peserta
didik dalam mengembangkan potensinya menadi lebih kreatif, kritis dan
memiliki sikap toleransi yang tinggi.
6. Guru penggerak memiliki peran untuk selalu mengembangkan potensi
yang ada didalam dirinya agar terus berkembang sesaui denga
perkembangan zaman dan memiliki inovasi yang tinggi.
51
Nurkholis. 2013. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Tekonologi. Jurnal
Kependidikan, Vol. 1 No. 1 November.
197
7. Guru penggerak mampu menjadi motivator dan panutan bagi seluruh
warga yang ada di sekolah dan mampu menjadikan peserta didik menjadi
lebih berkarakter dan merubah perilakunya menjadi lebih baik lagi
sehingga mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas
dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.
198
DAFTAR PUSTAKA
Antonio Syafii Muhammad. 2012. Ensiklopedia Peradaban Islam
Baghdad. Jakarta: Tazkia Publishing.
Ali Yunasir. 1991. Perkembangan Pemikiran Filsafat dalam Ialam.
Jakarta: Bumi Aksara.
Anwar Saeful. 2007. Filsafat Ilmu al-Ghazali: Dimensi Ontologi dan
Aksiologi. Bandung:CV Pustaka Setia.
Abdurrahman Navis dkk Abdurrahman. 2013. Khazanah Aswaja.
Surabaya: Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur.
Khattab Syarafuddin. 1997. At-Tarbiyah fil Ushuril Wustha. Mesir
mathba”ah.
Sholikhin Muhammad. 2008. Filsafat dan Metafisika dalam Islam.
Yogyakarta: Narasi.
Yahya Idris. 1980. Sistematika Akhlak Suatu Kajian Teoritis.
Semarang: Fakultas Usuludin IAIN Wali SongoAhmad, Jamil. 2013. Seratus
Muslim Terkemuka. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Ali, Yunasril. 2009. Perkembangan Pemikiran Falsafah Dalam Islam.
Jakarta: Bumi Aksara.
Gharib Gaudah, Muhamad. 2007. 147 Ilmuan Terkemuka dalam
Sejarah Islam. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Hanafi, Ahmad. 1976. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan
Bintang
Nasution, Harun. 2003. Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta:
Bulan Bintang.
Nova Irawan, Eka. 2015. Buku Pintar Pemikiran-pemikiran Tokoh-
tokoh Psikologi. Yogyakarta: IRCISOD.
Poerwantana. 2008. Seluk Beluk Filsafat Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Shahrastani, Al. 1998. Al-Milal wa al-Nihal Juz III. Kairo: Muassasa
al-Halabi.
Sina, Ibnu. 2009 Psikologi. Bandung: Pustaka Hidayah.
Yunadi, Yuyun dkk. 2015. Sejarah Kebudayaan Islam. Indonesia: Kementrian
Agama
Al-Sallus Ali Ahmad. 1418 H/ 1998 M. al-Iqtishad al-Islami wa al-Qadhaya
al-Fiqhiyyah al-Mu‟aashirah. Qatar: Dar al-Tsaqafah
199
Al-Thanthawi Muhammad Sayyid. 2001. kepiawaian Berdialog para nabi
dan figur-figur terpilih, Terj. Zuhairi Misrawi. Jakarta: Azam
Misrawi Zuhairi. 2001. al-Qur‟an Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam
Rahman li al-„Alamin. Jakarta: Pustaka Osis
Sulaiman Abu Daud bin al-Asy‟ats al-Sijistani. 1408 H/ 1984 M. sunan Abi
Daud, Beirut: Dar al-Kitab al-„Arabi
http://faisolhaq.blogspot.co.id/2016/04/telaah-analisis-tafsir-al-wasith-
karya.html Diakses pada Tanggal 5 Desember 2021
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/pimpinan-al-azhar-mesir-
dituntut-mundur.htm Diakses pada Tanggal 5 Desember 2021
Abbas, Nurlaelah . 2014. Muhammad Abduh : Konsep Rasionalisme
dalam Islam, Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 1 : 52-53.
Azhari dan Mimien Maemunah Z. 1998. Muhamma Abduh dan
Pengaruhnya di Indonesia. Surabaya: al Ikhlas.
Jalaludin dan Usman Said. 2003. Filsafat Pendidikan Islam, Konsep
dan Perkembangannya. Jakarta: Grafindo.
Komaruzaman. 2017. Studi Pemikiran Muhammad Abduh dan
Pengaruhnya Terhadap Pendidikan di Indonesia, Jurnal Tarbawi, Vol. 03.
No. 01, 90-91.
200
Al-Na‟miy, Abdullah Al-Amin. 1994. Al-Manahij wa Turuq al-Ta‟lim
„inda al-Qabisi wa Ibn Khaldun, Tej. Muhammad Ramzi Omar, Kaedah dan
Teknik Pengajaran Menurut Ibn Khaldun dan Al-Qabisi, Kualalumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka
Samsul Nizar, Ramayulis. 2005. Ensiklopedia Tokoh Pendidikan Islam,
Jakarta: Ciputat Press Group.
Abdul Hamid Al Ghazali. 2001. Meretas Jalan Kebangkitan Islam,
Solo: Era Intermedia.
Abu Muhammad Iqbal. 2015. Pemikiran Pendidikan Islam Gagasan-
Gagasan Besar Para Ilmuwan Muslim, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Erwin Mahrus, Syamsul Kurniawan. 2013. Jejak Pemikiran Tokoh
Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Muhammad Iqbal. 2010. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik
Hingga Indonesia Kontemporer, Jakarta: Kencana.
M Sugeng Sholehuddin. 2006. Teori dan Model Kepemimpinan Dalam
Pendidikan Islam, Pekalongan: Stain Press.
Samsul Nizar, Ramayulis. 2005. Ensiklopedia Tokoh Pendidikan Islam,
Jakarta: Ciputat Press Group.
Yusuf Al-Qardhawy. 1980. Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-
Banna, Jakarta: Bulan Bintang.
Abullah. Moh. dkk,2019, Pendidikan Islam Mengupas Aspek-Aspek
Dalam Dunia Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo)
Al-Fakhuri, Hanna & Khalil Al-Jurr, 2014, Riwayat Filsafat Arab Jilid
I, (Jakarta Selatan: Sadra International Institute)
201
Badaruddin, K. (2009). Filsafat Pendidikan Islam:
Analisis Pemikiran Prof. Dr. Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Kurniawan, S., & Mahrus, E. (2013). Jejak Pemikiran Tokoh
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Amir, Dinasril. (2005). Islam dan Pendidikan Kesehatan Mental;
Pemikiran Hasan Langgulung. Padang: The Minangkabau Foundation.
Furchan, Arief & Agus Maimun. (2005). Studi Tokoh, Metode
penelitian Mengenai Tokoh. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hadi Wiyono, Harun. (1995). Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:
Kanisius.
Harahap, Nurasyiyah. (2016). “Fitrah Dan Psikologi Pendidikan
Menurut Hasan Langgulung (Suatu Pengantar)”. Rekognisi:
Jurnal Pendidikan Dan Kependidikan.
Hasan Langgulung. (1985). Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta:
Pustaka Al-Husna.
Hasan Langgulung. (1989). Manusia dan Pendidikan Cet.II. Jakarta:
Pustaka Al- Husna.
Mumtahanah, Nurotun “Gagasan Hasan Langgulung Tentang
Pendidikan Islam”, Al-Himah.
Nurhadi & Muhammad Irhamuddin Harahap. (2020). Konsep
Tanggung Jawab Pendidik Dalam Islam. Jawa Barat: Guepedia.
Raji al Faruqy, Ismail. (1982). Islamisasi Ilmu Pengetahuan,
Terjemahan Anas mahyuddin. Bandung: Pustaka.
Remiswal & Arhan Junaidi Firman. (2018). Konsep Fitrah Dalam
Pendidikan Islam (Paradigma Mmebangun Sekolah Ramah
Anak). Yogyakarta: Diandra Kreatif.
Soleh, A. Khudori. (2003). Pemikiran Islam Kontemporer. Yogyakarta:
Jendela.
Wan Daud, Wan Mohd. Nor. (1998). The Educational Philosophy and
Practice of Syed M.Naquib Al-Attas, An Exposition of Original Concept
of Islamization. Kuala Lumpur : ISTAC.
Zaman, Badru. (2018). “Pendidikan Islami Dalam Pemikiran Hasan
Langgulung”. Ta‟dibuna.
202
Abdul Munir Mulkan, Pemikiran KHA Dahlan dan Muhammadiyah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1990),
Junus Salam, K.H Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya
Tutu Suharto, filsafat pendidikan Jakarta ar-Ruzz Media,2011
Muhammad Soedja‟, Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan, (
Jakarta: Rhineka Cipta, 1993 ),
Muhammad Soedja‟, Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan,
http//www.google.co.id/”landasan filosofis pendidikan islam”. Oleh
lorddavor.2008
M. Sukardjo & Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009),
Musthofa Kamal Pasha dkk, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid,
(Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003),
Weinata Sairin, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah
Budiman, Arif. 1981. Pembagian Kerja Secara Seksual, Sebuah
Pembahasan Sosiologis Tentang Peran Wanita di dalam Masyarakat.
Jakarta: PT. Gramedia.
Fitriyanti. 2005. Rohana Kudus. Jakarta: Yayasan D‟Nanti.
https://suarakampus.com/rohana-kudus-jurnalis-perempuan/
Jaya, Tamar. 1980. Rohana Kudus Riwayat Hidup dan Perjuangannya.
Jakarta: Mutiara
eriyanto, H. (2011). Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam.
Jakarta: MizanMedia Utama.
203
Amirul Ulum, 2017, Muassis Nahdlatul Ulama Manaqib 26 Tokoh
Pendiri NU (Yogyakarta: Aswaja Pressin
Eko David SR, Kiai Asep Saifuddin Chalim: LugaS Bersikap, Lugas
Bercakap (Malang: Kalamtursina,)
Asep Saifuddin Chalim, 2017. 30 Djoko Pitono, “Apakah Monyet-monyet
Yang Akan Jadi Santrinya?”, dalam http://globalnews.co.id/2016/04/apakah-
monyet-monyet-yang-akan-jadi-santrinya/
Zamakhsyari Dhofier, 2011, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan
Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES)
Nata Abuddin, (2000), Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (seri
kajian Filsafat Pendidikan Islam), Cet. I, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Penyusun, (2004), Profil Pondok Modern Darussalam Gontor, Gontor :
Darussalam Press.
Suwendi, (1999), Pesantren Masa Depan : Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren, Bandung : Pustaka Hidayah.
Staf Sekretariat PMDG, (1997), Serba Serbi Serba Singkat tentang
Pondok Modern Darussalam, Gontor : Percetakan Darussalam.
Tim LPP-SDM, (2010), Ensiklopedi Pendidikan Islam edisi Lembaga
Pendidikan Islam, Depok : CV BINA MUDA CIPTA KREASI.
Zarkasyi, Abdullah Syukri, (2005), Gontor dan Pembaharuan
Pendidikan Pesantren, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Zarkasyi, Abdullah Syukri, (2005), Manajemen Pesantren Pengalaman
Pondok Modern Gontor, Gontor : Trimurti Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/Riba#Riba_dalam_Islam, diakses 24 Juli
2008 pukul 14.00
http://opensource.opencrack.or.id/index.php?option=com_content&task
=view&id =148&Itemid=43&limit=1&limitstart=7, diakses 1 Juni 2008
Pukul 13.00 WIB.
http://grameen-info.org, diakses 1 Agustus 2008 pukul 16.00
http://muhammadyunus.org, diakses 1 Agustus 2008 pukul 16.30
Yunus, Muhammad dan Jolis, Alan. 2007. Bank Kaum Miskin: Kisah
Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan. Terjemahan: Irfan
Nasution, Pengantar: Robert MZ. Lawang. Depok: Marjin Kiri.
204
Yunus, Muhammad and Jolis, Alan. 1997. Vers Un Monde Sans
Pauvrete: l‟autobiographie du ”banquer des pauvres”. Paris: JC Lattes
Atiyeh George N, 1993, Al-Kindi Tokoh Filosof Muslim, Terj. Kasidjo
Djoyosuwarno, Bandung, Pustaka
Dandy Ahmad, 1986, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang
Dr. Ahmad Fuad Al-Ahwani, 1997, Filsafat Islam, Jakarta, Pustaka
Firdaus
Dr. H.A. Mustafa, 2004, Filsafat Islam, Jakarta Pustaka Firdaus
Drs. Abuddin Nata, MA, 1993, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf,
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,.
Anggraena, Y., Felicia, N., Ginanto, D. E., Pratiwi, I., Utama, B.,
Alhapip, L., & Widiaswati, D. 2021. Kajian Akademik : Kurikulum untuk
Pemulihan Pembelajaran. Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Barokati, N., & Annas, F. 2013. Pengembangan Pembelajaran
Berbasis Blended Learning pada Mata Kuliah Pemrograman Komputer
(Studi Kasus: UNISDA Lamongan).
Dirjen, Kemdikbud. 2020. Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus
Merdeka. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Ibda, H., & Rahmadi, E. 2018. Penguatan literasi baru pada guru
madrasah ibtidaiyah dalam menjawab tantangan era revolusi industri 4.0.
JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic Education
Ibrahim, A., Samsuryasi, S., Rifai, A., & Utama, Y. 2019. Pelatihan
Learning Management System Berbasis E-Learning Bagi Guru Yang
Tergabung Dalam Mgmp Ips Smp Kabupaten Ogan Ilir Sumatra Selatan.
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bumi Raflesia
Indrawati, Pihadi, dan Siantoro. 2020. Dampak Pandemi Covid-19
terhadap Pendidikan Anak di Daerah Tertinggal dan Pedesaan Seluruh
Indonesia, Wahana Visi Indonesia, Indonesia
Putri, A. R., & Muzakki, M. A. 2019. Implemetasi Kahoot Sebagai
Media Pembelajaran Berbasis Digital Game Based Learning Dalam
Mengahadapi Era Revolusi Industri 4.0. In Prosiding Seminar Nasional
Universitas Muria Kudus
205
Usman, U. 2018. Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended Learning
Dalam Membentuk Kemandirian Belajar. Jurnal Jurnalisa: Jurnal Jurusan
Jurnalistik
Yamin, M., & Syahrir, S. 2020. Pembangunan pendidikan merdeka
belajar (telaah metode pembelajaran). Jurnal Ilmiah Mandala Education.
https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/kurikulum-merdeka diakses pada
tanggal 15 juni 2022
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan/?jenjang=3&kurikulu
m1=1&kurikulum2=4 diakses pada tanggal 15 juni 2022
Berybe., H, Dilema Pelembagaan Pendidikan. Dalam Sindhunata. 2001.
Pendidikan Kegelisahan Sepanjang Jaman. Yogyakarta: Kanisius.
Budiningsih., Asri. “Strategi Pembelajaran yang Memerdekakan”.
Saur Panjaitan., “Kurikulum Merdeka Belajar untuk Pendidikan yang
Memerdekakan”(https://www.google.com/amp/s/kolom.tempo.co/amp/15718
57/kurikulum-merdeka-belajar-untuk-pendidikan-yang-memerdekakan
Diakses pada 28 Mei 2022, 13:25)
SMU Kolese de Britto, Pendidikan Bebas Menuju Pribadi Mandiri.
(Yogyakarta: Yayasan De Britto).
Undang – Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/cerita/pendidikan-yang-
memerdekakan-
1/#:~:text=Pendidikan%20yang%20memerdekakan%20adalah%20peroses,in
dividu%20murid%20tersebut%2C%20maupun%20dari, diakses pada tanggal
18 Juni 2022
https://miftahuljanahgandol.sch.id/download-kurikulum-operasional-
jenjang-sd-mi-tahun-2022-2023-kurikulum-
merdeka/#:~:text=Menurut%20BSNP%20atau%20Badan%20Standar,sesuai
%20dengan%20bakat%20dan%20minatnya, diakses pada tanggal 18 Juni
2022
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan/?jenjang=3&kurikulu
m1=4&kurikulum2=, diakses pada tanggal 18 Juni 2022
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan/?jenjang=4&kurikulu
m1=4&kurikulum2=, diakses pada tanggal 18 Juni 2022
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan/?jenjang=5&kurikulu
m1=4&kurikulum2=, diakses pada tanggal 18 Juni 2022
https://www.sinau-thewe.com/2022/02/struktur-kurikulum-merdeka-
smama-tahun.html, diakses pada tanggal 18 Juni 2022
206
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/3245/pdf, diakses
pada tanggal 18 Juni 2022
https://miftahuljanahgandol.sch.id/?s=kurikulum, diakses pada tanggal
18 Juni 2022
Aqib, Z. (2002). Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Insan
Cendekia.
D. J. P. Tinggi (2020). Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus
Merdeka. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
E. S. Sherly. Dharma dan H. B. Sihombing. (2020). Merdeka Belajar:
Kajian Literatur. UrbanGreen Conference Proceeding Library.
Firmadani, F. (2017). Pembelajaran Berbasis Riset Sebagai Inovasi
Pembelajaran. Prosiding TEP & PDs, 4(14), 262–268.
207
Rohman, A. (2013). Guru dalam Pusaran Kekuasaan; Potret,
Konspirasi dan Politisasi. Aswaja Presindo.
Sagala, S. (2011). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan. Alfabeta.
Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana.
Sedarmayanti. (2011). Manajemen Sumberdaya Manusia Reformasi
Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Refika Aditama.
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran yang Inovatif dalam
Kurikulum 2013. ArRuzz Media.
Sudarwan D. (2007). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tilaar, H. A. R. (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Rineka
Cipta.
Widya Ningsih,. 2020. "Merdeka Belajar melalui Empat Pokok
Kebijakan Baru di Bidang Pendidikan Suara Guru Online" (dalam bahasa
Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16. Pukul 12.20 WIB.
Yamin, M. (2010). Menggugat Pendidikan Indonesia, Belajar dari
Paulo Preire dan Ki Hajar Dewantara. Ar Ruzz Media
Abidah, A., Hidaayatullaah, H. N., Simamora, R. M., Fehabutar, D., &
Mutakinati, L. (2020). The Impact of Covid-19 to Indonesian
Education and Its Relation to the Philosophy of “Merdeka Belajar.”
Studies in Philosophy of Science and Education, 1(1), 38–49.
https://doi.org/10.46627/sipose.v1i1.9
Aminudin, N. (2011). Survei Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( Ktsp ) Dalam Pembelajaran Penjasorkes Di Smp
SeKecamatan Gubug. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Anis, M., & Anwar, C. (2020). Self-organized learning environment
teaching strategy for ELT in Merdeka Belajar concept for high school
students in Indonesia. JEES (Journal of English Educators Society),
5(2), 199–204.
https://doi.org/10.21070/jees.v5i2.869
Boyaci, D. B., & Atalay, N. (2016). A scale development for 21st
Century skills of primary school students: A validity and reliability study.
International Journal of Instruction, 9(1), 133– 135.
https://doi.org/10.12973/iji.2016.9111a
208
Beauty, T. R. C., Nurhasan., & Abdul, R. S. T. (2020). Pengaruh Model
Pembelajaran Permainan Sirkuit Terhadap Peningkatan Kebugaran
Jasmani Dan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran PJOK. 6(2), 499–
507.
Maksum, A., & Khory, F. D. (2020). Effect of Learning Climate,
Thinking Pattern, and Curiosity on Academic Performance in Higher
Education. Problems of Education in the 21st Century, 78(1), 102–113.
https://doi.org/10.33225/pec/20.78.102
Mustafa, P. S., & Dwiyogo, W. D. (2020). Kurikulum Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia Abad 21. JARTIKA Jurnal
Riset Teknologi Dan Inovasi Pendidikan, 3(2), 422– 438.
https://doi.org/10.36765/jartika.v3i2.268
Mustaghfiroh, S. (2020). Konsep “Merdeka Belajar” Perspektif Aliran
Progresivisme John Dewey. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran,
3(1 SEArticles), 141–147.
https://ejournal.my.id/jsgp/article/view/248 Prihantoro, C. R. (2014). The
perspective of curriculum in Indonesia on environmental education.
International Journal of Research Studies in Education, 4(1), 77–83.
https://doi.org/10.5861/ijrse.2014.915
Purwanti, E. (2021). Proceedings of the 4th International Conference
on Sustainable Innovation 2020–Social, Humanity, and Education
(ICoSIHESS 2020), Advances in Social Science, Education and Humanities
Research. 384–391. https://doi.org/10.2991/assehr.k.210120.149
Raibowo, S., Nopiyanto, Y. E., & Muna, M. K. (2019). Pemahaman
Guru PJOK Tentang Standar Kompetensi Profesional. Journal Of Sport
Education (JOPE), 2(1), 10.
https://doi.org/10.31258/jope.2.1.10-15
Rani, A. P. (2020). Peranan Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Di
Sekolah. INARxiv 6, 311–318.
https://doi.org/10.31227/osf.io/7xwnp
Siregar, N., Sahirah, R., & Harahap, A. A. (2020). Konsep Kampus
Merdeka Belajar di Era Revolusi Industri 4.0. Fitrah: Journal of Islamic
Education, 1(1), 141–157. UNESCO. (2017). Education for Sustainable
Development Goals Learning Objectives.
Winarno, H. M. E. (2012). Pengembangan Karakter Bangsa Melalui
209
Sholeh Hidayat, 2013, Pengembangan Kurikulum Baru, Bandung:
Remaja Rosda Karya
Iskandar Kusumo dan Usman Mulyadi,1988, Dasar Pengembangan
Kurikum, Jakarta: Bina Aksara
Oemar Hamalik, 2012, Manajemen Pengembangan Kurikulum,
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Surachman Wirno, 1977, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,
Jakarta: Depdikbud
Ahmad Tafsir, 2013, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Zainal Arifin,2013, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
UURI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Ar-
Raruzz Media, Yogyakarta, 2013
Anggaraini, F. S & Efendi, Implementasi Merdeka Belajar di Era New
Normal dan Paradigma Kontruktivisme, The 1st International Confernce in
Islamic and Socil Education Interdisciplinary, I (1) 279-292
http://prosiding.confrencenews.com/index.php/icisei/article/view/27
Suntoro, dkk.,2012, Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Pendidikan,
(Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada
Lies Ute, d. (2019). Komunikasi Budaya dan Dokumentasi Kontemporer.
Bandung: Unpad Press.
Patta, R. (2012). Membumikan Kearifan Lokal. Makassar: CV. Sah
Media.
Swatiningsih. (2019). Penuatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-
nilai Kearifan Lokal di Sekolah Satwika.
Zuhdan K. Prasetyo. (2013). Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan
Lokal, Surakarta : FKIP UNS.
https://repository.unja.ac.id/15821/3/BAB%20I.pdf diakses pada 20-
06-2022
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/merdeka-belajar diakses pada 19-
06¬-2022
http://repositori.kemdikbud.go.id/20029/1/Buku%20Merdeka%20Belaj
ar%202020.pdf diakses pada 19-06¬-2022
https://repository.unja.ac.id/15821/3/BAB%20I.pdf diakses pada 19-
06-2022
210
https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/pentingnya-
mengangkat-potensi-inovasi-dan-kearifan-lokal-melalui-kampus-merdeka/
diakses pada 19-06-2022
http://bind.fkip.unila.ac.id/plt-dirjen-diktiristek-kemendikbudristek-
sampaikan-pentingnya-mengangkat-potensi-inovasi-dan-kearifan-lokal-
melalui-kampus-merdeka/ diakses pada 19-06-2022
https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/mengangkat-kearifan-lokal-
pada-projek penguatan-profil-pelajar-pancasila diakses pada 19-06-2022
Aina, dkk.2020. Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hajar
Dewantara dan Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Karakter.
Jurnal Filsafat Indonesia.
Arifin, S. & Muslim M. 2020. Tantangan Implementasi Kebijakan
Merdeka Belajar Kampus Merdeka padaPerguruan Tinggi Islam Swasta di
Indonesia.
Asfiati & Mahdi, N.I. 2020. Merdeka Belajar Bagi Anak Kebutuhan
khusus di SLB Kumala Indah Padang Sidimpun. Kindergarten: Journal Of
Islamic Early Childood Education.
Baharuddin, M.R. 2021. Adaptasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus
Merdeka (fokus: model MBKM Program Studi). Jurnal Studi Guru dan
Pembelajaran.
Fuadi, T.M & Aswita.2021. Merdeka Belajar Kampus Merdeka . jurnal
Dedikasi Pendidikan
Marisa, M.2021. Curiculum Inovation “Independent Learning” In The
Era Society.
Mustaghfiroh, S. Konsep Merdeka Belajar perspektif Aliran
Progresivesme John Dewey. Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran.
Haryono, S.E, & Widhanarta, G.P. 2017. Century Competencies and its
Implication On Educational Practices. International Conference for Science
Educator and teachers. Atlantis Press
Olivia, P.F. 2016. Developing Kurikulum (8 rd ed). New York: Harper
Collins Publisher
Sukmadinata, N.S. 2007. Pengembangan Kurikulum, Teori dan praktik.
Bandung: Remaja Roosdakarya
Suryaman, M, Widyastuti Purbani, Tadkiroatun Musfiroh.2020.
Kuirkulum Dalam Perspektif Inovasi Pembelajaran. Jurnal Kependidikan .
Vol.3, No.1
211
Iwan, S. 2020. Webiner APSPBI: Implikasi Semangat Merdeka
Belajar-Kampus Merdeka. Indonesia: Humas USD.
Rosyidi, U. 2020. Merdeka Belajar; Aplikasinya dalam Manajemen
Pendidikan & Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta,
Ketua Umum Pengurus Besar PGRI.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Tim Kompasiana. 2020. Merdeka Belajar Demi Mewujudkan Indonesia
Maju. Kompasiana: Available.
Walib, Abdullah. 2018. Model Blended Learning dalam Meningkatkan
Efektifitas Pembelajaran. Fikrotuna: Jurnal Pendidikan & Manajemen Islam.
Hotmaulina, Sihotang. dkk. 2021. Peran Guru Dalam Pendidikan
Merdeka Belajar Di Indonesia. Jurnal Dinamika Pendidikan. Vol.14, No.2,
Juli 2021, pp. 88-99 p-ISSN: 1410-4695 - e-ISSN: 2620-3952
Javanisa, Auliya. Dkk. “Implementasi Kurikulum Sekolah Pennggerak
Terhadap Motivasi Peserta Didik”, Jurnal Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Brawijaya
Media, Yoru. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar, Latar Belakang,
Keunggulan dan Perbedaan Dengan Kurikulum Sebelumnya, diakses dari
https://www.yoru.my.id/2022/02/pengertian-kurikulum-merdeka-dan-
keunggulannya.html
Modul Program Sekolah Penggerak. 2021
Nurkholis. 2013. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Tekonologi.
Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 1 November
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai,
(Jakarta Barat:LP3ES,1989).
Sulfemi, Wahyu Bagja. Manajemen Kurikulum Di dalam Sekolah.
(Bogor: Visi Nusantara Maju, 2018),
Zulkarnain, Fahmi. “Kesiapan Guru dan Kepala Sekolah
Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka”, diakses dari
https://kolom.tempo.co/read/1585212/kesiapan-guru-dan-kepala-sekolah-
mengimplementasikan-kurikulum-merdeka
212