Buku Manajemen Kurikulum Merdeka

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 219

MANAJEMEN

KURIKULUM MERDEKA

Penulis

Dr. Ahmad Zainuri, M.Pd.I

Editor
Dr. Sumarto, M.Pd.I

Penerbit Buku Literasiologi

Alamat Penerbit:
Kantor: Jl. Pemancar TVRI Tasik Malaya, Curup Utara Kabupaten Rejang Lebong,
Provinsi Bengkulu
Kode Pos: 39125, Provinsi Bengkulu. CP.WA. 0821-3694-9568
Email : [email protected]
www : http://literasikitaindonesia.com

Mitra : Rumah Produktif Indonesia, Asosiasi Guru/Dosen Penulis Indonesia


MANAJEMEN
KURIKULUM MERDEKA
Penulis :
Dr. Ahmad Zainuri, M.Pd.I

ISBN : 978-623-6904-50-3

Editor dan Lay Out:


Dr. Sumarto, M.Pd.I
Fahrizal harahap

Desain Sampul:
Dery Prastatian, S.Sos

Penerbit :
Penerbit Buku Literasiologi
Anggota IKAPI

Redaksi :
Kantor: Jl. Pemancar TVRI Tasik Malaya, Curup Utara Kabupaten Rejang
Lebong, Provinsi Bengkulu, Kode Pos: 39125, Provinsi Bengkulu -
Indonesia. CP.WA. 0821-3694-9568
Email : [email protected]
www : http://literasikitaindonesia.com

Anggota IKAPI
Ikatan Penerbit Indonesia

Cetakan Pertama, Januari 2023

Hak cipta dilindungi Undang Undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
Apapun tanpa izin tertulis dari Penulis dan Penerbit
KATA PENGANTAR
PENULIS
‫بسن هللا الرحمن الرحين‬
‫الحمدهلل رب العالمين والصالة والسالم على أشرف األنبياء والمرسلين‬
‫وعلى اله واصحابه أجمعين‬

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhana wata‟ala atas segala


limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, Alhamdulillah penulis
bisa menyelesaikan tulisan ini dengan baik. Shalawat dan salam kepada Nabi
junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wasallam suri teladan
bagi kita semua yang kita sangat harapkan syafa‟atnya di yaumil akhir
kemudian.
Manajemen Kurikulum Merdeka. Menurut BSNP atau Badan Standar
Nasional Pendidikan kurikulum merdeka belajar adalah suatu kurikulum
pembelajaran yang berkaitan dengan pendekatan bakat dan minat. Baik siswa
maupun mahasiswa dapat memilih mata pelajaran apa saja yang diinginkan
sesuai dengan bakat dan minatnya. Kurikulum atau program Merdeka Belajar
ini diluncurkan pada tahun 2013 oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Penelitian sebagai bentuk penilaian perbaikan Kurikulum 2013.
Kurikulum Merdeka terbuka untuk digunakan seluruh satuan pendidikan SD,
SMP, SMA, SMK, Pendidikan Khusus, dan Kesetaraan. Satuan pendidikan
yang menentukan pilihan berdasarkan angket serta implementasi Kurikulum
Merdeka yang mengukur kesiapan guru, tenaga kependidikan dan satuan
pendidikan dalam pengembangan kurikulum. Implementasi Kurikulum
Merdeka semakin efektif.
Kampus Merdeka merupakan salah satu program Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang di dalamnya terdapat kebijakan
universitas yang mengizinkan mahasiswa untuk belajar selama tiga semester
di luar program studinya. Kampus merdeka pada dasarnya telah berkembang
menjadi ide baru yang memungkinkan mahasiswa memperoleh kemandirian
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Gagasan ini
dibangun di atas gagasan sebelumnya, Merdeka Belajar. Perancangan ide
Kampus Merdeka pada hakikatnya merupakan inovasi pembelajaran yang
bertujuan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
i
Penerapan kurikulum MBKM adalah Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020
tentang Standar Pendidikan Tinggi; Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020
tentang Perubahan Perguruan Tinggi Negeri Menjadi Perguruan Tinggi
Badan Hukum; Permendikbud Nomor 5 Tahun 2020 tentang Akreditasi
Program Studi dan Perguruan Tinggi; Permendikbud Nomor 6 Tahun 2020
tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Pada Program Studi Pada Perguruan
Tinggi Negeri; Permendikbud Nomor 7 Tahun 2020 tentang Akreditasi
Program Studi dan Perguruan Tinggi. Selamat Membaca
Demikian kata pengantar dari kami sebagai penulis, mohon doa dan
dukungannya agar kami bisa konsisten untuk menuliskan ide ide atau
gagasan demi perubahan yang lebih baik, bermakna, Berokah dan
Bermanfaat amin ya Rabb. Terima Kasih.

Palembang, Januari 2023


Penulis,

Dr. Ahmad Zainuri, M.Pd.I

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
PENULIS ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
KARAKTERISTIK KURIKULUM MERDEKA PEMBELAJARAN ........... 1
KURIKULUM YANG PERNAH DIIMPLEMENTASIKAN DI
INDONESIA .................................................................................................... 9
INTERPRETASI KURIKULUM MERDEKA .............................................. 19
IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM MERDEKA .................. 28
KURIKULUM MERDEKA MENCIPTAKAN MANAJEMEN
UNGGULAN ................................................................................................. 38
KEUNGGULAN KURIKULUM MERDEKA DAN PALFORMNYA ....... 48
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KURIKULUM MERDEKA
........................................................................................................................ 55
KURIKULUM MERDEKA TEMUKAN CARA MEMERDEKAKAN
BELAJAR SISWA ......................................................................................... 66
KURIKULUM MERDEKA ........................................................................... 76
UNTUK PENDIDIKAN MEMERDEKAKAN ............................................. 76
PENERAPAN KURIKULUM MERDEKA .................................................. 85
DI SEKOLAH DAN MADRASAH .............................................................. 85
KURIKULUM MERDEKA TK/RA ............................................................. 95
KURIKULUM MERDEKA SD/MI............................................................. 101
KURIKULUM MERDEKA SMP/MTS ...................................................... 109
KURIKULUM KAMPUS MERDEKA ....................................................... 121
KURIKULUM MERDEKA CIPTAKAN FLEKSIBILITAS...................... 132
Kurikulum Merdeka Dan Gaya Pelajar Melenial ......................................... 139
KURIKULUM MERDEKA DAN KEARIFAN LOKAL ........................... 148

iii
KURIKULUM MERDEKA UNTUK TRANSFORMASI PEMBELAJARAN
...................................................................................................................... 154
MODEL ASASSESMEN KURIKULUM MERDEKA .............................. 160
SILABUS KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DAN KAMPUS
MERDEKA .................................................................................................. 167
STRUKTUR KURIKULUM MERDEKA................................................... 177
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK .............................................. 177
KURIKULUM MERDEKA TEMUKAN CARA MEMERDEKAKAN
BELAJAR SISWA ....................................................................................... 183
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA PADA SEKOLAH
PENGGERAK .............................................................................................. 192
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 199

iv
KARAKTERISTIK KURIKULUM MERDEKA
PEMBELAJARAN

A. Pengertian Kurikulum Merdeka


Menurut BSNP atau Badan Standar Nasional Pendidikan, pengertian
kurikulum merdeka belajar adalah suatu kurikulum pembelajaran yang
berkaitan dengan pendekatan bakat dan minat. Di sini, para siswa (baik siswa
maupun mahasiswa) dapat memilih mata pelajaran apa saja yang diinginkan
sesuai dengan bakat dan minatnya. Kurikulum atau program Merdeka Belajar
ini diluncurkan pada tahun 2013 oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Penelitian (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim sebagai bentuk
penilaian perbaikan Kurikulum 2013.

Sebelumnya, kurikulum ini juga dikenal sebagai Kurikulum Prototipe


yang merupakan salah satu bagian dari upaya pemerintah untuk melahirkan
generasi penerus yang terampil diberbagai bidang. Kurikulum Prototipe
merupakan penyederhanaan dari Kurikulum 2013 dengan sistem
pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Sejak tahun 2020
pada masa pandemi COVID-19, penerapan Kurikulum Merdeka Belajar atau
Kurikulum Prototipe ini telah diujicobakan 2500 sekolah penggerak dan juga
SMK Pusat Keunggulan yang ada di Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekolah yang telah menerapkan kurikulum ini empat
sampai lima bulan lebih cepat dari kurikulum sebelumnya, dengan sekolah
lainya yang masih menggunakan Kurikulum 2013.

Oleh karena itu, pemerintah juga terus berupaya mengembangkan


kurikulum ini untuk menyesuaikan strategi pembelajaran di masa pandemi
COVID-19. Peluncuran kurikulum merdeka juga diiringin dengan peluncuran
platform Merdeka Mengajar sebagai pendukung. Platform Merdeka Mengajar
adalah platform pendidikan yang memungkinkan dapat menjadi teman
penggerak untuk guru dan kepala sekolah yang perlu mengunduh melalui
gawai Android. Platform ini merupakan langkah selanjutnya dalam upaya
Indonesia untuk mentransformasi pendidikan berbasis digital dan bertujuan
untuk menjadi teman penggerak bagi guru dalam mengajar, belajar, dan
berkreasi.

1
Selama 2 tahun ke depan, Kurikulum Merdeka akan lebih
disempurnakan menurut tinjauan dan umpan balik berdasarkan dari berbagai
pihak. Naskah ini pula secara berkala direvisi dan diperbaharui selama proses
evaluasi. Peningkatan dan koordinasi mutu pendidikan adalah tantangan
besar dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Untuk mengatasi
tantangan ini, semenjak 2009 Pemerintah sudah memenuhi kewajiban
anggaran pendidikan sebanyak 20% APBN dan terus meningkatkananggaran
pendidikan dari Rp 332,4 T dalam 2013, menjadi Rp 550 T dalam 2021
(kemenkeu.go.id, 2021).

Peningkatan anggaran tadi sudah berkontribusi positif dalam


perbaikan tingkat pendidikan dan kesejahteraan guru, penurunan ukuran
kelas (rasio guru-siswa), serta perbaikan sarana dan prasarana di satuan
pendidikan (Beatty et.al, 2021; Muttaqin, 2018). Tetapi demikian, berbagai
indikator hasil belajar siswa belum menampakkan hasil yang
menggembirakan. Sebagaimana akan diulas berbagai pengukuran hasil
belajar siswa menunjukkan bahwa kualitas hasil belajar di Indonesia masih
tergolong rendah. Namun demikian, kualitas pembelajaran tidak meningkat
secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Berkaitan dengan hal
tersebut, sistem pendidikan di Indonesia sedang mengalami krisis
pembelajaran, yang apabila tidak segera ditangani akan menguatkan apa yang
disampaikan Pritchett (2012) sebagai schooling ain‟t learning: bersekolah
namun tidak belajar.
Krisis pembelajaran yang telah berlangsung sekian lama tersebut,
diperburuk oleh Pandemi Covid-19 yang langsung mengubah dunia
pendidikan di Indonesia. Perubahan paling nyata terlihat pada proses
pembelajaran, dan juga berkurang secara signifikan baik dari segi jumlah hari
belajar perminggu maupun jumlah rata-rata jam belajar perhari. Pada masa
PJJ siswa, terutama siswa SMP, SMK, dan SMK yang biasanya belajar 24
hari seminggu (Puslitjak, 2020).

Di DKI Jakarta, rata-rata waktu yang digunakan untuk pembelajaran


jarak jauh hanya 3.5 jam/ hari sementara di luar Jawa lebih pendek lagi yaitu
hanya 2,2 jam/ hari (UNICEF, 2020). Keterbatasan akses internet, perangkat
digital dan kapasitas baik guru, orang tua, maupun siswa dipandang menjadi
tantangan terbesar pada menyelenggarakan PJJ (Afriansyah, 2020; UNICEF,
2020).

2
Di tengah keterbatasan yang ada, aneka macam strategi dilakukan
sekolah untuk menyelenggarakan PJJ. Pratiwi dan Utama (2020)
mengidentifikasi setidaknya enam strategi yang dilakukan sekolah yaitu:

1. Di wilayah menggunakan akses internet dan perangkat digital memadai,


dan didukung oleh guru dan siswa yang melek digital pembelajaran bisa
berjalan relatif baik dengan menggunakan kelas di ruang maya (interactive
virtual classroom) dan mengoptimalkan pelaksanaan belajar daring.
2. Disekolah-sekolah menggunakan akses internet dan perangkat digital yang
memadai namun tidak didukung dengan keterampilan digital guru/siswa,
PJJ dilakukan secara terbatas dimana penugasan dan pembimbingan oleh
guru umumnya dilakukan melalui aplikasi media sosial WhatsApp.
3. Beberapa sekolah dengan akses internet terbatas melakukan proses
pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil dirumah guru atau siswa.
4. Beberapa sekolah yang tidak memiliki internet, menggunakan radio lokal/
radio amatir untuk menyebarkan penugasan.
5. Beberapa sekolah yang menggunakan pesan berantai (“mouth to mouth”
massage) untuk menyampaikan tugas kepada siswa. Akhirnya, beberapa
sekolah bahkan terpaksa harus meliburkan siswanya. Penelitian dimasa
depan akan mengeksplorasi dampak perubahan mendasar dalam proses
pembelajaran selama pandemi.

B. Perbedaan Antara Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Sebelumnya


Mulai tahun ajaran 2022/2023, penerapan kurikulum merdeka ini tidak
hanya akan dikhususkan pada satuan pendidikan tingkat SMA/sederajat saja.
Namun, kurikulum ini juga bisa mulai digunakan pada tingkat lainnya,
seperti TK, SD, SMP, hingga Perguruan Tinggi (PT). Tentunya, penerapan
kurikulum ini memiliki perbedaan pada masing-masing jenjang.

1. Di tingkat SMP
Sebelum mesuk ke perbedaan kurikulum ini di tingkat SD, perlu diketahui
terlebih dahulu bahwa Merdeka Belajar di tingkat PAUD/TK berarti merdeka
untuk bebas bermain.
Dengan demikian, penerapan Kurikulum Merdeka di tingkat PAUD/TK
ditujukan untuk mengajak anak bermain sambil belajar, yang tidak jauh beda
dengan kurikulum sebelumnya.
Disisi lain, pada tingkat SD, ada beberapa perbedaan terkait mata
pelajaran (mapel) dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Ini termasuk
3
mengintegrasikan mata pelajaran Di antaranya adalah penggabungan mapel
IPA dan IPS menjadi satu (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial), serta
menjadikan bahasa Inggris yang sebelumnya merupakan mapel muatan lokal
(mulok) sebagai mapel pilihan.
2. Di tingkat SMP
Sama halnya dengan tingkat SD, Pedoman Kurikulum Merdeka Belajar di
tingkat SMP telah berubah status di beberapa mapel. Misalnya, mapel
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah mapel wajib. Pada
kurikulum sebelumnya, mapel ini hanya merupakan sebagai pilihan. Maka,
nanti di semua jenjang SMP, wajib memiliki mapel Informatika.
3. Di tingkat SMA
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dengan menggunakan
kurikulum Kurikulum Merdeka para siswa tidak lagi terbagi dalam berbagai
berbagai peminatan, seperti IPA, IPS, dan Bahasa.
Sementara itu, model pembelajaran telah disederhanakan di tingkat SMK,
dengan kata lain yaitu 70% untuk mapel kejuruan dan 30% mapel umum.
Selain itu, pada akhir masa pendidikannya, para siswa harus menyelasaikan
disertai secara ilmiah pada akhir masa atau yang lebih dikenal sebelumnya
menyelesaikan penelitiannya (skripsi). Hal ini dirancang untuk mengasah
kemampuan para siswa untuk dapat berpikir kritis, ilmiah, dan analitis.
4. Ditingkat PT
Kurikulum Merdeka Belajar Perguruan Tinggi terwujud dalam Program
Kampus Merdeka. Implementasinya juga menunjukkan beberapa perbedaan
dari implementasi kurikulum sebelumnya.

Dalam Program Kampus Merdeka, mahasiswa memiliki kesempatan


untuk belajar lebih dari sekedar program pembelajaran. Hal ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain; praktik kerja (magang),
pertukaran mahasiswa, penelitian, proyek independen, kewirausahaan,
menjadi asisten dosen, juga Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik untuk
membangun desa.

C. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Merdeka


Tentunya setiap implementasi kebijakan selalu memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Begitu pula dengan penerapan
kurikulum merdeka diberbagai jenajang satuan pendidikan.

4
Kelebihan yang paling mencolok dari penerapan kurikulum ini adalah
siswa perlu melakukan proyek-proyek tertentu agar mereka lebih aktif dalam
upaya mereka untuk mengeksplorasi diri. Selain itu, kurikulum ini juga lebih
interaktif dan tepat waktu. Meski pun demikian, penerapan Kurikulum
Merdeka tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Misalnya, persiapan
penggunaan kurikulum ini dinilai masih dianggap belum matang. Hal ini
tercermin dari minimnya kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
mengimplementasikan kurikulum ini.
Adapun keunggulan kurikulum merdeka sebagai berikut:
a. Lebih sederhana dan mendalam
Fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta
didik pada fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak
terburu-buru dan menyenangkan.
b. Lebih merdeka
Merdeka bagi Peserta didik berarti yaitu Tidak ada program khusus di
SMA, dan siswa memilih mata pelajaran berdasarkan minat, bakat, dan
cita-citanya. Merdeka bagi Guru yaitu Guru mengajar sesuai dengan
tingkat dan perkembangan siswa. Dan bagi Sekolah yang dimaksud yaitu
sekolah yang berwenang untuk mengembangkan dan mengelola
kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan
pendidikan dan siswa.
c. Lebih relevan dan interaktif
Pembelajaran melalui kegiatan projek (project based learning) adalah
berbagai dukungan untuk pengembangan kepribadian dan keterampilan
dengan cara aktif menangani isu-isu terkini seperti lingkungan, kesehatan,
dan isu-isu lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan
kompetensi Profil Pelajar Pancasila yang relevan dengan kehidupan
sehari- hari siswanya.

Karakteristik Kurikulum Merdeka Fokus Pembelajaran


Kemdikbudristek telah resmi meluncurkan episode Merdeka Belajar
ke-15 tentang kurikulum merdeka dan Platform merdeka mengajar. Terdapat
3 karakteristik kurikulum merdeka yaitu:

1. Lebih fokus pada materi yang esensial


Dengan fokus pada materi yang esensial, maka beban belajar disetiap mata
pelajaran menjadi lebih sedikit. Hal ini bertujuan agar;

5
a. Guru menghabiskan lebih banyak waktu menggunakan metode
pembelajaran yang lebih interaktif dan kolaboratif, seperti diskusi dan
penalaran, pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis
projek.
b. Guru memiliki waktu yang cukup untuk memperhatikan proses belajar
siswanya. Misalnya, penilaian formatif dapat dilakukan untuk
membantu guru memahami kemampuan awal siswa, memberikan atau
memberikan umpan balik dan masukan tentang tugas yang mereka
kumpulkan, atau sekedar mendengarkan pemahaman siswa yang lebih
baik untuk memahami kebutuhannya.
c. sekolah juga memiliki ruang untuk menggunakan materi yang
kontekstual, sesuai dengan visi misi sekolah atau kondisi lingkungan
sekolah.
Dengan cara ini, siswa dapat memiliki pengalaman belajar yang lebih
bermakna dan sekaligus lebih menyenangkan.

2. Struktur kurikulum yang lebih fleksibel


Kompetensi atau yang biasa disebut dengan capaian pembelajaran
ditetapkan oleh Kemendikbudristek tidak lagi untuk setiap tahun, tetapi
untuk setiap fase. Misalnya, untuk SD, Kemendikbudristek menetapkan
capaian fase A di akhir kelas 2, fase B diakhir kelas 4, dan fase C di akhir
kelas 6. Dengan demikian,

a. Guru memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam merancang alur dan


langkah pembelajaran yang lebih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
siswanya.
b. Jam pelajaran juga tidak dikunci per minggu, melainkan per tahun.
Sekolah dapat lebih fleksibel dalam merancang kurikulum
operasionalnya.
c. Siswa SMA/MA dan Paket C kelas 11 dan 12, dapat memilih program
studi mereka sesuai dengan minat dan orientasi kariernya.
3. Tersedianya banyak perangkat ajar
Tersedia banyak alat bantu bagi guru untuk mengajar, seperti buku teks,
modul ajar, asesemen literasi dan numerasi yang bisa dipakai untuk
memantau perkembangan belajar anak didik. Perangkat-perangkat ini
langsung dipakai guru atau dapat dimodifikasi atau diadaptasi sesuai
keperluan. Ada juga modul-modul training yang bisa diikuti oleh guru dan
kepala sekolah secara mandiri. Semua itu akan disediakan pada
6
pelaksanaan di aplikasi android dan website yang bernama Platform
Merdeka Mengajar.

Dengan 3 karakteristik ini tentu akan membantu para guru untuk


merancang pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bermakna bagi
anak didik. Pembelajaran yang menumbuh-kembangkan murid secara
holistik, untuk menjadi pelajar Pancasila yang memiliki identitas ke
Indonesiaan yang bertenaga dan siap menghadapi masa depan.

D. Cara Meningkatkan Media Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka


Media belajar sendiri merupakan perantara antara guru dengan
siswa untuk membantu guru dalam menyampaikan materi agar mudah
dipahami murid. Adapun berikut ini adalah cara meningkatkan media
pembelajaran yang sesuai dengan konsep merdeka belajar, di antaranya
yaitu:

1. Menggunakan Visual
Media pembelajaran visual seperti poster dapat digunakan untuk
membuat kegiatan pendidikan dan pembelajaran menjadi lebih
menarik dan mudah dipahami, poster media pendidikan mungkin
terlihat biasa saja diera zaman sekarang, tetapi tidak hanya mudah
dibuat, tapi juga. Jadi, sebagai guru harus bisa mempertimbangkan
media ini. Gambar poster dapat membantu para siswa memahami
topik, dan juga guru bisa mengubah poster agar terlihat lebih menarik.
2. Papan atau Buku
Papan tulis dan buku merupakan media pembelajaran yang terlihat
biasa saja, bahkan membosankan. Namun, guru dapat membuat buku
yang lebih interaktif di mana siswa dapat menambahkan karakter dan
mengisi bagian yang kosong dengan hal-hal yang menarik.
3. Alat Peraga
Guru juga dapat menggunakan alat bantu (peraga) untuk menunjukkan
pengetahuan dengan cara yang mudah dipahami, misalnya alat bantu
visual tiga dimensi yang menjelaskan bentuk ruang, batang tubuh yang
menjelaskan bagian tubuh manusia, uang logam dan sebagainya.
4. Lagu
Tidak hanya menyenangkan, tetapi juga mudah untuk mempelajari
cara menggunakan lagu. Guru dapat mendengarkan lagu-lagu bahasa
inggris dikelas dan lagu-lagu melayu untuk belajar sastra Melayu.

7
Melalui lagu, siswa dapat mempelajari gaya mendengarkan (listening),
berbicara (speaking), serta gaya bahasa yang digunakan lagu tersebut.

5. Video
Tidak heran jika banyak sekolah yang menggunakan video sebagai
media pembelajaran. Karena media audiovisual membantu
menyampaikan materi dengan lebih mudah. Guru dapat menampilkan
berbagai video, seperti video pengetahuan, video penjelasan,
dokumenter, dan film. Pastikan video yang ditampilkan membuat
siswa tetap terlibat dalam pembelajaran.
6. Permainan
Permainan juga bisa menjadi media pembelajaran yang bisa guru
terapkan. Pilih permainan yang menyenangkan dan mendidik
permainan tradisional seperti gobak sodor. Permainan tradisional yang
mengajarkan kerjasama tim yang baik.
7. Berbasis Teknologi
Untuk membantu siswa belajar bahasa inggris, Ada banyak media
pembelajaran berbasis teknologi dalam bentuk aplikasi dan website,
seperti Duolingo untuk membantu siswa belajar bahasa Inggris. Guru
juga dapat menggunakan kuis untuk ditawarkan kepada siswa.

8
KURIKULUM YANG PERNAH
DIIMPLEMENTASIKAN DI INDONESIA

A. Kurikulum Merdeka
Merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang
beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki
cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.Dalam
proses pembelajaran guru memiliki kekuasaan untuk memilih dalam
pembelajaran - pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan
minat peserta didik.dalam kurikulum ini terdapat untuk mengetahui dan
untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila. Dimana
dikembangkan dengan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh
pemerintah. Prgram ini bertujuan untuk mencapai target capaian yang di
inginkan oleh pembelajaran tertentu, tentang Kurikulum Paradigma Baru
1. Kurikulum Prototipe
2. Kurikulum Sekolah Penggerak
3. Kurikulum 2022 / Kurikulum Merdeka: Kurikulum Merdeka terbuka
untuk digunakan seluruh satuan pendidikan SD, SMP, SMA, SMK,
Pendidikan Khusus, dan Kesetaraan.Satuan pendidikan yang menentukan
pilihan berdasarkan Angket serta implementasi - Implementasi Kurikulum
Merdeka yang mengukur kesiapan guru, tenaga kependidikan dan satuan
pendidikan dalam pengembangan kurikulum. Implementasi Kurikulum
Merdeka semakin efektif .

B. Kurikulum-kurikulum yang pernah di pakai di indonesia


1. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai
istilah dalam bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran, istilah
ini. Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional karna pada asasnya
kurikulum ini. Sedangkan kurikulum asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan
“Rentjana Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950.
Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangannya kurikulum

9
diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: 1)daftar
mata pelajaran dan 2)jam pengajaranya.

Garis-garis besar pengajaran. Pada saat itu, kurikulum pendidikan


di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan
Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya.
Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem
pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat
itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan
sebagai development conformism lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar
dengan bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana Pelajaran 1947
tidak akan menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan
adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi
pelajaran.
2. Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”
Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di
Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap
mata pelajaran yang kemudian diberi dalam sistem pendidikan nasional.
Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa
setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari., (Djauzak Ahmad, Dirpendas
periode1991-1995).
3. Kurikulum 1964, “Rentjana Pendidikan 1964” Usai tahun 1952.
Menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan
1964.pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini
adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana4, yaitu
pengembangan moral, serta kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan,
dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana berfokus pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran
diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan
dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.

10
4. Kurikulum 1968Kelahiran Kurikulum 1968
Bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya
untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum 1968
menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:kelompok pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata pelajaran
dikelompokkan menjadi 9 pokok. Djauzak menyebut Kurikulum 1968
sebagai kurikulum bulat.
"Hanya memuat mata pelajaran pokok saja,". Muatan materi pelajaran
bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada
siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik
yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien.
latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat
itu," Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah
"satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap
dalam satuan pelajaran dirinci menjadi: tujuan instruksional umum (TIU),
tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik.
Kurikulum 1984, “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.Kurikulum
1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakanpendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
"Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
11
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Konsep CBSA yang
elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolahsekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan
secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan
CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa
berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak
lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan.
6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan
kurikulum-kurikulumsebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984.
Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga
banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai
terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya
bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai
kepentingan kelompokkelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma
menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998,
diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih
pada menambal sejumlah materi pelajaran saja.
7. Kurikulum 2004, “KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)”
Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang
disebutdengan berbagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)6. Suatu
program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur
pokok, yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-
indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi;
dan pengembangan pembelajaran. KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga
sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi. Dal suatu struktur kependidikan Struktur
unsur unsur ini kompetensi dasar KBK ini dirinci dalamnya merupakan
komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan serta dalam
pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut
12
aspek dari mata pelajaran tersebut. hasil belajar ditetapkan untuk setiap
aspek rumpun pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah
untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa ketahui dan mampu
lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar
mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum
dinyatakan dengan dan dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian.
Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator
adalah untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita mengetahui bahwa
siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”
8. Kurikulum 2006, “KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)”
Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun
2006, ujiterbatas tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya
permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan permen nomor
22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan permen nomor 23 tahun
2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada
dasarnya sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak
pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari
desentralisasi sistem pendidikan.Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat
menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah
dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk
silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.
Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah
perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah
binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
9. Kurikulum 2013
Melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang
pernahdiujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency).
Kompetensi dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan
untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan; pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan,
khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 berbasis
kompetensi memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi
tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup
sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang
dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaianya dapat diamati dalam

13
bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria
keberhasilan. Kegiatan pembelajaran

perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-


kurangnya tingkkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan
pengembangan bakat. Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk
mencapai tujuan sesuai dengan kemamapuan dan kecepatan belajar masing-
masing.7Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia
yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal
tersebut, dalam implementasi kurikulum, guru dituntut secara profesional
merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir
pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan
prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta
menetapkan kriteria keberhasilan. Pembahasan dan Interpretasi
Pengembangan kurikulum merupakan dinamika yang dapat memberi respon
terhadap tuntutan perubahan struktural pemerintahan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maupun globalisasi. Pengembangan kurikulum
sangat dipengaruhi oleh sumber daya pendukung, yaitu SDM memiliki peran
yang sangat dominan terhadap keberhasilan pengembangan kurikulum, untuk
itu pengembangan dan pembinaan SDM harus dilakukan secara
berkesinambungan, baik melalui jalur formal maupun nonformal. Manajemen
perguruan tinggi atau sekolah, pemanfaatan sumber belajar, penggunaan
media pembelajaran yang tersedia, penggunaan strategi dan model-model
pembelajaran, kinerja guru dan dosen, monitoring pelaksanaan pembelajaran
di kelas, serta manajemen peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. Beey
(1966) dalam Hamalik8, menyebutkan tiga hal yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum:
(1) the essential curriculum, meliputi keterampilan dan pengetahuan yang
minimum, yang pencapaianya harus diukur dengan teknik “quality control”,
(2) the potential curriculum, meliputi pengetahuan dan keterampilan yang
dituntut untuk meliputi setiap anak, selaras dengan perkembangan anak,
jenjang sekolah, serta kebutuhan masyarakat yang bersangkutan, dan untuk
ini diperlukan evaluasi yang kontiyu,
(3) the vocational curriculum, meliputi keterampilan dan pengetahuan yang
khas yang harus dimiliki sejumlah anak sehubungan dengan kebutuhan

14
tenaga kerja pada masyarakat tertentu. Kualitasnya diukur atas dasar dua
aspek, yaitu prediksi dan tingkat pencapainya Sedang dalam pelaksanaanya
perlu diperhitungkan,

(a) apa yang diajarkan,


(b) bagaimana mengajarkanya,
(c) siapa pelajarnya dan bagaimana mereka belajar,
(d) keserasian bahan dengan kebutuhan ril dari siswa dan masyarakat,
(e) efisiensi, efektivitas dan produktivitas proses pendidikan termasuk
perencanaan, organisasi serta pengelolaanya, dan
(f) perubahan-perubahan melalui berbagai inovasiuntuk menyesuaikan diri
dengan perubahan yang berlangsung terus.
bahwa dalam pengembanganya kurikulum saat ini perguruan tinggi
atau sekolah akan menghadapi beberapa faktor penghambat. Faktor-faktor
penghambat yang kemungkinan muncul dalam pengembangan kurikulum
diantaranya:
1.Pertumbuhan dan perkembangan penduduk yang terus-menerus meningkat,
yang pad giliranya akan menimbulkan kelangkaan fasilitas belajar dan
personelpembimbing. Sehingga membutuhkan kurikulum yang lebih sesuai.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut penyesuaian
kurikulum agar masyarakat kita tidak ketinggalan dengan bangsa lain
terutama dalamhubungan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
3. Aspirasi manusia semakin berkembang luas, berkat kebebasan berpikir
danmengeluarkan gagasan dan konsep perlu mendapat penyaluran yang
wajar, agar sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai agama dan
kebangsaan. Hal inimendorong perbaikan dan pengembangan kurikulum.
4. Dinamika masyarakat yang disebabkan oleh berbagai faktor, menyebabkan
gerakan masyarakat, baik vertikal maupun horizontal membawa pengaruh
besar artinya bagi pengembangan pendidikan. Maka, untuk mengurangi
masalah-masalah yang sering muncul dalam pengembangan kurikulum.

Othanel Smith dalam Hamalik, menyatakan bahwa ada beberapa hal


yang perlu diperhatikan, beliau menitikberatkan pada,
(1) pemilihan titik tolak pengembangan,
(2) analisi kekuatan-kekuatan yang ada secara selektif,
(3) teknik pelaksanaanya,
(4) cara yang konvensional dalam mengusahakan perubahan dan
(5) kontrol atau pengawasan kurikulum.
15
Nurgiyantoro10, dalam pengembangan kurikulum terdapat sejumlah
prinsip dasar yang dipakai sebagai landasan agar kurikulum yang
dikembangkan sesuai dengan keinginan yang diharapkan, baik oleh pihak
lembaga, siswa, orang tua, dan masyarakat pengguna lulusan. Untuk itu,
perlu menentukan prinsip-prinsip dasar yang menunjang dan menjadi
landasan dasar dalam pengembangan kurikulum yang dilakukan.

Prinsip-prinsip tersebut diantaranya: relevansi, efektivitas, efisiensi,


kesinambungan, fleksibilitas, berorientasi pada tujuan, prinsip sinkronisasi.
Prinsip-prinsip tersebut perlu diketahui oleh semua pihak, terutama guru
sebagai pelaksana di lapangan, dan dapat menerapkanya dalam proses
pembelajaran dengan baik. Dan pengembang kurikulum memahami dan
menghayati secara seksama dan baik. Beberapa pendapat di atas, merupakan
faktor-faktor yang perlu diperhatikan.

Oleh pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kurikulum, agar


pengembangan kurikulum yang dilakukan sejalan dengan maksud dan tujuan
yang diharapkan, sehingga pada akhirnya mampu melahirkan lulusan yang
memiliki kompetensi unggul dan mempunyai daya saing baik lokal, nasional,
dan global.Secara konseptual bahwa kurikulum yang kita miliki sudah sangat
baik. Namun, kelemahan dari kurikulum kita saat ini ialah pada aspek
implementasi dan mengeyampingkan peran guru dalam perubahan
kurikulum, kita lebih konsen pada aspek isi kurikulum itu sendiri. Perlu
disadari bahwa implementasi kurikulum merupakan bagian integral dalam
pengembangan kurikulum karena ia merupakan bentuk aktualisasi dari
kurikulum yang direncanakan. Untuk itu dalam pelaksanaan kurikulum
dibutuhkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, prosedur dan pendekatan
strategis. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum terutama sangat ditentukan
oleh strategi yang digunakan, yang meliputi; penangan terhadap
Faktor-faktor kurikulum saat ini tertentu, misalnya kesiapan misalnya
sumber daya, sarana prasarana, strategi belajar mengajar, faktor masyarakat
dan lain sebagainya. Dalam hal ini, satuan pendidikan harus mampu dan
berusaha mencermati berbagai dimensi tersebut. Pada beberapa kasus,
perubahan kurikulum hanya terbatas pada perubahan materi atau bahan.
Namun, pada hakekatnya perubahan juga harus melibatkan perubahan pada
tingkah laku dan pola berpikir guru. , Fulan dan Park (1982; 24-26) dalam
Seller dan Miller11, maka merumuskan makna dari suatu perubahan yang

16
harus dipahami oleh seluruh komponen yang terlibat dalam pendidikan, agar
perubahan yang dilakukan dapat diimplementasikan dengan baik.
Implementasi kurikulum di Indonesia, berdasarkan hasil pengamatan sejak
zaman kemerdekaan sampai sekarang, memberi kesan implementasi
kurikulum di lapangan gagal. Sedikitnya ada empat faktor12 peyebab utama,
mengapa demikian
(1) Faktor yang bersumber dari birokrasi, terutama ada harapan dan
perlakuan yang berlebihan di kalangan birokrat mengenai peran kurikulum
dan unsur guru dinomor duakan.
(2) Faktor yang bersumber dari penyusun kurikulum, terutama karena
lemahnyadasar-dasar filosofis dan psikologis dalam penjabaran kurikulum,
sehingga tidak sesuaidengan realita sosial dan tuntutan perubahan yang ada di
masyarakat.
(3) Faktoryang bersumber dari pelaksana kurikulum, terutama karena tingkat
kompetensidan profesionalisme yang kurang mendukung di kalangan guru.
(4) Faktor yangbersumber dari ekosistem pendidikan, terutama karena tidak
kuatnya dukungan sosialdan ketersedian insdrastruktur pendidikan pada
satuan pendidikan, terutama sekolahsekolah yang ada di daerah.Keempat
faktor penyebab di atas, kurikulum kurikulum merupakan suatu kesatuan
yang bersinergi sebagai gabungan yang memastikan terjadinya kegagalan
dalam perubahan dan implementasi kurikulum di lapangan.

Pada hakikatnya kurikulum saat ini , belum boleh disimpulkan bahwa


guru adalah causa prima kegagalan kurikulum khususnya, rendahnya kualitas
pendidikan pada umumnya. Guru hanya satu unsur terkait dari mata rantai
kegagalan Dengan demikian, pemerintah harus memfasilitasi guru untuk
lebih memahami dasar-dasar pertimbangan penysusunan kurikulum baru,
melibatkan guru secara aktif dalam kajian, uji coba, dan penilaian berbagai
aspek kurikuler. Selanjutnya memberdayakan guru secara berkelanjutan
(continuous quality improvement) dalam peningkatan kemampuan
profesional mereka sebagai nara sumber kurikulum. Kesimpulan dan
Rekomendasi Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana
dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai

17
tujuan pendidikan tertentu”. Kurikulum memiliki lima komponen utama,
yaitu:

(1) tujuan;
(2) isi/materi;
(3) metode atau strategi pencapain tujuan pembelajaran;
(4) organisasi kurikulum dan
(5) evaluasi.
Seperti sana dengan halnya dalam masalah sistem pendidikan secara
makro, politik, ekonomi, sosial dan dan budaya, serta globalisasi
turutmempengaruhi corak kurikulum pendidikan di Indonesia dari mulai
periode awal, yakni masa kemerdekaan dan pemerintahan orde lama, orde
baru, reformasi, hingga kurikulum 2013 yang baru saja diimplementasikan.
Dari sekian banyak faktor, political will pemerintah dan paradigm politiklah
yang hingga kini dirasakan memberikan pengaruh paling kuat dalam
perubahan-pengembangan, maupun penyempurnaan kurikulum dari masa ke
masa. Tidak ada yang salah apabila terjadi perubahan kurikulum. Dengan
kurikulum saat ini tahun sekali, setiap tahun sepuluh kali pun tidak menjadi
masalah, kalau memang dikehendaki demikian. Yang menjadi soal adalah
dengan tujuan dan alasan apakah perubahan itu terjadi, dan apakah tujuan
serta alasan itu memang dibenarkan dan dibutuhkan sekarang, sebagai
antisipasi masa depan. Harapan kita semua bahwa kurikulum yang baru tidak
akan mengalami nasib yang sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Akan tetapi kurikulum saat ini mampu memberikan pencerahan terhadap
perubahan paradigma berpikir para pelaksana di lapangana, serta mampu
memfasilitasi dan membantu meningkatkan kompetensi peserta didik
sehingga mampu bersaing baik di kancah nasional maupun internasional
denganbangsa-bangsa.

18
INTERPRETASI KURIKULUM MERDEKA

A. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga pada
zaman Yunani Kuno yang berasal dari kata curir dan curere. Selanjutnya
istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan. para ahli pendidikan
memiliki penafsiran yang berbeda, namun ada juga kesamaan, kesamaan
tersebut ialah kurikulum berhubungan dengan erat dengan usaha
mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Secara trimologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia
pendidikan, yaitu sejumlah pengetahuan atau kemampuan yang harus
ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai tingkatan tertentu sebagai
jawaban.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa
“kurikulum merupakan seperangkat rencana dan sebuah pengaturan berkaitan
dengan tujuan, isu, bahan ajar dan cara yang digunakan sebagai pedoman
dalam penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan
pendidikan nasional.”
Prof. DR. S. Nasution, M.A. menjelaskan bahwa “Kurikulum
merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses kegiatan
belajar mengajar di bawah naungan, bimbingan dan tanggung jawab
sekolah/lembaga pendidikan.

B. Fungsi dan Tujuan Kurikulum


Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mengemban fungsi
tertentu. Sesuai dengan peran yang baru, kurikulum sebagai alat dan
pedoman pendidikan, maka isi kurikulum harus sejalan dengan tujuan
pendidikan itu sendiri. Mengapa demikian? Sebab tujuan yang harus dicaai
oleh pendidikan pada dasarnya mengkristal dalam pelaksanaan perannya itu
sendiri. Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut McNeil (1990) isi
kurikulum memiliki empat fungsi, yaitu (1) fungsi pendidikan umum. (2)
suplementasi, (3) eksplorasi, (4) keahlian.
1. Fungsi Pendidikan Umum
Fungsi pendidikan umum, yaitu fungsi kurikulum untuk mempersiapkan
peserta didik agar mereka menjadi anggota masyarakat yang bertanggung

19
jawab. Kurikulum harus memberikan pengalaman belajar kepada setiap
peserta didik agar mampu menginternalisasi nilai-nilai dalam kehidupan,
memahami setiap hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan
makhluk sosial. Dengan demikian, fungsi kurikulum harus diikuti oleh setiap
siswa pada jenjang dan level atau jenis pendidikan manapun.
2. Suplementasi
Setiap peserya didik memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat
menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa.
Kurikulum sebagai alat pendidikan harusnya dapat memberikan pelayanan
kepada setiap siswa sesuai dengan perbedaan tersebut. Dengan demikian,
setiap anak memiliki kesempatan untuk menambah kemammpuan dan
wawasan yang lebih baik sesuai dengan bakat dan minatnya,
3. Eksplorasi
Fungsi ekplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat
menemukan dan mengembangkan minat dan bakat siswa. Melalui fungsi ini
siswa diharapkan dapat belajar tanpa adanya paksaan. Namun demikian,
proses eksplorasi terhadap minat dan bakat siswa bukan pekerjaan yang
mudah. Adakalanya terjadi pemaksaan dari pihak luar, misalnya para orang
ta, yang sebenarnya anak tidak memiliki bakat dan minat di bidang tertentu,
mereka dipaksa memilihnya hanya karna alasan-alasan tertentu yang
sebenarnya tidak menggali rahasia keberbakatan anak yang kadang-kadang
tersembunyi.
4. Keahlian
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai
dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. Dengan
deminikian, kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian,
misalnya perdagangan, pertanian, industri, atau disiplin akademik. Bidang-
bidang semacam itu yang diberikan sebagai pilihan, yang pada akhirnya
setiap peserta didik memiliki keterampilan-keterampilan sesuai dengan
bidang spesialisnya.

C. Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka


Kampus Merdeka merupakan salah satu program Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang di dalamnya terdapat kebijakan
universitas yang mengizinkan mahasiswa untuk belajar selama tiga semester
di luar program studinya. Kampus merdeka pada dasarnya telah berkembang
menjadi ide baru yang memungkinkan mahasiswa memperoleh kemandirian
20
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Gagasan ini
dibangun di atas gagasan sebelumnya, Merdeka Belajar. Perancangan ide
Kampus Merdeka pada hakikatnya merupakan inovasi pembelajaran yang
bertujuan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
Dasar hukum penerapan kurikulum MBKM (Merdeka Learning
Independent Campus) adalah Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Standar Pendidikan Tinggi; Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Perubahan Perguruan Tinggi Negeri Menjadi Perguruan Tinggi Badan
Hukum; Permendikbud Nomor 5 Tahun 2020 tentang Akreditasi Program
Studi dan Perguruan Tinggi; Permendikbud Nomor 6 Tahun 2020 tentang
Penerimaan Mahasiswa Baru Pada Program Studi Pada Perguruan Tinggi
Negeri; Permendikbud Nomor 7 Tahun 2020 tentang Akreditasi Program
Studi dan Perguruan Tinggi.
Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka bertujuan mendorong
mahasiswa untuk mempelajari berbagai mata pelajaran ilmu yang relevan
dengan bidang kompetensinya guna mempersiapkan diri menghadapi
persaingan global. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk memilih mata
kuliah berdasarkan preferensi pribadi mereka.
Kebijakan Pembelajaran Kampus Merdeka di Perguruan Tinggi
memberikan kebebasan kepada Perguruan Tinggi untuk otonominya. Secara
teori, mengubah paradigma pendidikan untuk mengembangkan budaya
belajar yang lebih mandiri. Kebijakan Kampus Merdeka mendorong lebih
banyak otonomi dan fleksibilitas dalam proses pembelajaran di perguruan
tinggi. Paket Kampus Merdeka ini memuat lima kebijakan:
a. sistem akreditasi perguruan tinggi
b. belajar di universitas (hak untuk belajar di luar program studi)
c. kemudahan pendirian program studi baru
d. penerimaan mahasiswa baru
e. perubahan status menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum
f. Klausul ini tidak berlaku untuk pendidikan atau kesehatan.

Gagasan kurikulum sebagai proses diperluas oleh kebutuhan akan


komitmen bersama untuk disepakati (di antara pelaku pendidikan) dan
tindakan yang diperlukan (sebagai bagian dari proses pembelajaran) untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Ide kurikulum MBKM kini
sedang disempurnakan melalui proses di mana persiapan disajikan kepada

21
universitas dengan kekuatan otonom dan implementasinya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kesiapan lembaga yang terlibat.

Ide kurikulum pada dasarnya masih diterapkan di masing-masing


universitas, disesuaikan dengan konteks dan kondisi kebutuhan, baik melalui
program MOU dengan universitas dalam dan luar negeri, bisnis, dan
organisasi sosial lainnya. Sebagai acuan gagasan kurikulum MBKM terdapat
dalam buku pedoman yaitu jenis kegiatan pembelajaran yang boleh
dilaksanakan baik di dalam maupun di luar Prodi sesuai Permendikbud No. 3
Tahun 2020 Pasal 15 ayat 1.

Landasan untuk mengadopsi MBKM adalah Permendikbud 3 Tahun


2020, yang berkaitan dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
Kurikulum menjadi unsur penting yang dimaknai kumpulan rencana dan
pengaturan tujuan, isi, dan bahan ajar, serta metodologi yang digunakan
untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam rangka
mencapai tujuan Perguruan Tinggi. Menurut Permendikbud Pasal 11 (1), ciri
proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a
adalah interaktif, holistik, integratif, ilmiah, kontekstual, tematik, efektif,
kolaboratif, dan berpusat pada siswa. Kolaborasi diperlukan saat menerapkan
kurikulum MBKM untuk memastikan keberhasilannya. Kolaborasi antar
institusi sangat penting dalam melaksanakan kurikulum MBKM dan
mendidik lulusan agar selaras dengan bisnis, industri, dan masyarakat

D. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka


Suatu program pastinya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
setiap proses pengimplementasiannya. Pada pembahasan ini penulis
menjabarkan apa saja yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari program
merdeka belajar kampus merdeka. Kelebihan merdeka belajar kampus
merdeka:
1. Menjadikan dunia perkuliahan lebih fleksibel, yang artinya melepas
belenggu perguruan tinggi agar lebih mudah bergerak
2. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mendalami studi yang diambil
sesuai dengan kebutuhan
3. Memberikan wadah untuk para mahasiswa mengeksplor pengetahuan
dengan terjun ke masyarakat
4. Mahasiswa dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia pekerjaan.

22
Kemudian, kekurangan merdeka belajar kampus merdeka yakni:

1. Persiapan yang dilakukan dirasa kurang matang


2. Perencanaan pendidikan dan pengajaran belum tersusun dengan baik
3. SDM yang ada dirasa kurang kuat dalam menjalankan program merdeka
belajar kampus merdeka.

E. Inovasi Pembelajaran Daring dalam Kurikulum Merdeka Belajar


Di Indonesia, pembelajaran daring/jarak jauh dikendalikan oleh Surat
Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Selama Masa Darurat Penyakit Virus
Corona (Covid-19). Pemerintah memberikan kebijakan tentang pendidikan
online dalam surat edaran ini.
a. Pembelajaran online/jarak jauh memungkinkan siswa untuk terlibat dalam
pembelajaran yang bermakna tanpa dibatasi oleh kebutuhan untuk
memenuhi semua persyaratan kurikuler untuk kenaikan kelas dan
kelulusan.
b. Penekanan pada pendidikan kecakapan hidup, khususnya di tengah wabah
Covid19. Aktivitas dan tugas belajar siswa dapat bervariasi sesuai dengan
minat dan keadaan unik mereka, termasuk kesenjangan akses/fasilitas
belajar di rumah.

Penyelenggaraan pembelajaran yang diamanatkan pemerintah sangat


bergantung pada kerjasama semua pemangku kepentingan, termasuk
pemerintah, penyiapan sarana dan prasarana pendukung, serta kecerdikan
mahasiswa dan dosen. Pemerintah berperan dalam mengembangkan regulasi
yang mendorong pendidikan online, termasuk gadget digital, koneksi internet
yang stabil, dan kuota terjangkau yang dapat diakses oleh semua lapisan
masyarakat, baik perkotaan maupun pedesaan.

Pendidikan online memang membutuhkan infrastruktur pembelajaran


berbasis teknologi yang tersedia baik bagi dosen maupun mahasiswa. Gadget
sistem pembelajaran digital yang disediakan pemerintah akan sangat
bermanfaat dalam memfasilitasi proses pembelajaran. Kampus yang sudah
lama memiliki sistem pembelajaran digital sangat adaptif dalam menerapkan
sistem pembelajaran online. Daya cipta dosen sangat dihargai agar
memudahkan pemahaman mahasiswa terhadap informasi yang diajarkan.
Dengan menyajikan konten yang menarik, beberapa alat online (zoom,

23
google meet, webex, dll) dapat dimaksimalkan. Selain itu, penggunaan
gadget dan internet diyakini disesuaikan dengan kemampuan sosial ekonomi
siswa dengan memberikan kuota dan keterjangkauan sinyal. Menjamin
bahwa pembelajaran itu menyenangkan, bermakna, menumbuhkan kreativitas
dan pemikiran kritis, dan memungkinkan siswa menjadi mandiri bukanlah
tugas yang mudah. Pemikiran dosen dalam mengembangkan ide dan prosedur
yang mendorong mahasiswa untuk tetap semangat belajar patut diperhatikan.
Selain itu, inovasi siswa diperlukan untuk menyelesaikan berbagai masalah,
seperti kuota dan sinyal yang terbatas.

F. Manajemen SDM dalam Era Kurikulum Merdeka Belajar


Meningkatkan kecerdasan dan pertumbuhan suatu bangsa merupakan
tujuan utama pendidikan di setiap peradaban. Kemampuan masyarakat untuk
bersaing dalam lingkungan yang kompetitif dapat ditingkatkan melalui
pendidikan. Untuk meningkatkan kehidupan orang lain, seseorang harus
berusaha untuk mendidik dirinya sendiri. Pendidikan dapat berlangsung
dalam berbagai cara, baik secara formal maupun tidak resmi. Sebagai aturan
umum, pendidikan formal harus berlangsung di sekolah. Pendidikan
Indonesia merupakan isu utama, bahkan telah dituangkan dalam undang-
undang yang menjadi landasan hukum bagi pemerintah bahwa mengajar
negara adalah kewajiban negara.
Humanisasi siswa merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dari
esensi pendidikan itu sendiri. Budaya merekalah yang mewujudkan pribadi
manusia yang kreatif. Manusia dibesarkan dan dibina dalam batas-batas
budaya mereka sendiri, di mana mereka secara aktif berpartisipasi dalam
penciptaan dan rekonstruksi.
Mengubah cara pandang kita tentang pendidikan dari sudut pandang
progresivis sangat penting jika kita ingin mencapai "Merdeka Belajar" seperti
yang dideklarasikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
Alasan untuk ini adalah karena progresivisme adalah aliran teori pendidikan
yang menganggap orang memiliki keterampilan yang unik dan luar biasa dan
dapat mengatasi berbagai kesulitan yang mengancam manusia itu sendiri.
Kritik utama pendidikan otoriter adalah bahwa hal itu merusak
pengembangan potensi manusia dalam proses pendidikan. Akibatnya, dalam
pendidikan, setiap komponen dipandang sebagai kekuatan pendorong untuk
kemajuan masa depan. Harus ada pemahaman yang lebih mendalam tentang
apa yang sudah ada untuk membuat kemajuan dalam pandangan dunia yang

24
progresif, karena hanya mengakui konsep, teori, dan cita-cita sebagai objek
(makhluk) nyata tidak cukup.
Penting untuk dicatat bahwa ada empat aspek utama dalam kebijakan
pembelajaran mandiri: 1) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) 2)
Ujian Nasional (UN), dan 3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pengorganisasian rangkaian kegiatan pembelajaran dalam konteks
pembelajaran mandiri adalah masalah yang paling signifikan untuk dibahas
di sini. Pilihan yang digunakan adalah penyediaan model kegiatan dari setiap
tahap pembelajaran. Pembelajaran mandiri hanya dapat didukung oleh RPP
yang menganut pengertian belajar mandiri. Siswa dan proses pembelajaran
bukan satu-satunya yang diuntungkan dari RPP pada pembelajaran mandiri.
Untuk memenuhi tujuan pembelajaran dan memenuhi kebutuhan
siswa di kelas, penulisan RPP dilakukan dengan cara yang tidak
membutuhkan banyak waktu atau tenaga, sesuai dengan penulisan RPP.
Sehubungan dengan aturan ini. RPP yang sudah dibuat dapat digunakan oleh
guru kedepannya. Pendidik juga dapat mengubah struktur RPP sesuai dengan
cita-cita efektivitas, efisiensi, dan fokus pada siswa.
Ketika merumuskan kebijakan RPP tentang pembelajaran mandiri,
guru dan personel sekolah lainnya adalah salah satu variabel yang paling
penting untuk diperhitungkan. Guru biasanya diharapkan untuk
mengembangkan rencana pelajaran yang terperinci, yang membutuhkan
waktu lama untuk mempersiapkan dan menganalisis proses pembelajaran
yang sebenarnya.

G. Interpretasi Kurikulum Merdeka Belajar


Hasil penelitian (ARIFIN & Muslim, 2020) setiap adanya kebijakan
baru yang dibuat akan menimbulkan pro dan kontra bagi setiap individu
maupun lembaga yang melaksanakan kebijakan tersebut. Kebijakan baru
sangat tidak mungkin berjalan dengan sebagaimana mestinya sesuai dengan
rencana yang dibuat, pada saat pengimplementasian pasti menemukan
berbagai tantangan di setiap prosesnya. Tak terkecuali implementasi merdeka
belajar kampus merdeka, berikut merupakan tantangan yang dihadapi dalam
implementasi merdeka belajar, kampus merdeka yakni 1) prosedur kolaborasi
prodi dengan mitra luar perguruan tinggi; 2) transformasi pola pada PTN-BH
untuk beradu ditingkat internasional; 3) prosedur magang yang dilakukan di
luar program studi. Solusi untuk menghadapi tantangan implementasi
kebijakan merdeka belajar menteri pendidikan dan kebudayaan perlu
25
mengkaji ulang karakteristik perguruan tinggi, permasalahan pendidikan
yang belum terselesaikan.
Hasil penelitian (Susetyo, 2020) sampai pada kesimpulan bahwa
kebijakan program merdeka belajar dan kampus merdeka yang di rancang
berbeda dengan implementasinya. Dengan kondisi seperti ini maka terdapat
beberapa permasalahan yang kemungkinan akan terjadi antara lain: 1) Tujuan
Pendidikan, 2) Rancangan Panduan Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar
Kampus Merdeka, 3) Pola Pikir, 4) Perancangan Kurikulum di Program
Studi, 5) Mekanisme Kerja Sama dengan Perguruan Tinggi Lain atau
Lembaga Luar PT, 6) Hak belajar di dalam maupun luar program studi/ luar
perguruan tinggi, 7) pelaksanaan magang di perusahaan luar PT, 8)
pendanaan untuk program magang di perusahaan bagi mahasiswa, 9) sistem
administrasi akademik, 10) pandemic covid 19, 11) kesiapan SDM. Strategi
yang perlu segera dilaksanakan adalah menyusun panduan bersama antar PT
untuk implementasi kurikulum merdeka belajar kampus merdeka. Membuat
perjanjian kerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi maupun lembaga
luar perguruan tinggi yang bersangkutan. Serta melakukan sosialisasi
mengenai pelaksanaan kurikulum merdeka belajar kampus merdeka kepada
pendidik, tenaga kependidikan maupun peserta didik agar tidak salah dalam
mengimplementasikan program tersebut dan memberikan pemahaman terkait
dosen sebagai dosen penggerak.
Hasil penelitian (Fuadi & Aswita, 2021) konsep merdeka belajar
merupakan konsep yang menyuarakan kemerdekaan dalam belajar untuk
mengupayakan kesiapan lulusan baik dari perguruan tinggi negeri maupun
swasta agar mampu menghadapi perkembangan zaman yang semakin pesat.
Terdapat 8 program MBKM yang di canangkan oleh menteri pendidikan dan
kebudayaan Indonesia, beberapa program yang telah di laksanakan oleh
perguruan tinggi swasta diantaranya program pertukaran pelajar antar prodi
maupun antar perguruan tinggi baik di dalam perguruan tinggi maupun luar
perguruan tinggi. Terdapat beberapa kendala dalam implementasi MBKM ini
diantaranya: 1) proses adaptasi kurikulum dengan program MBKM, 2) kerja
sama antar perguruan tinggi yang masih terbatas, 3) kolaborasi antara
perguruan tinggi swasta di Aceh dengan lembaga diluar perguruan tinggi, 4)
pengelolaan dana yang belum di anggarkan untuk program MBKM, 5)
kualitas serta produktivitas SDM kurang memumpuni.
Hasil penelitian (Faiz & Purwati, 2021) Indonesia telah menerapkan
kurikulum baru yakni merdeka belajar kampus merdeka. Untuk menghadapi
26
perubahan seperti ini perlu di lakukan pembaharuan terhadap tatanan
kurikulum perguruan tinggi agar mahasiswa mampu menyelesikan persoalan
dengan berbagai disiplin ilmu. Hubungan antara konsep merdeka belajar
kampus merdeka dengan general education dapat dilihat dari salah satu
program kebijakan MBKM yakni pertukaran pelajar yang merupakan wadah
mahasiswa untuk memperdalam pengetahuan baik yang di dapatkan di
program studi sendiri maupun diluar program studi maupun luar perguruan
tinggi. Selain membekali lulusan dengan berbagai bidang disiplin ilmu.
Program pertukaran belajar juga membentuk karakter serta bertoleransi antar
perbedaan. Kesimpulannya bahwa setiap bidang keilmuan mampu di
kolaborasikan sengan bidang keilmuan yang lain melalui kurikulum merdeka
belajar kampus merdeka. Tentunya dari kebijakan-kebijakan baru yang
diterbitkan oleh pemerintah akan selalu terjadinya pro dan kontra di dalam
masyarakat. Hal ini membuktikan berapa perdulinya masyarakat terhadap
kemajuan bangsa ini. Walaupun di dalam penerapan kurikulum merdeka
belajar masih adanya pro dan kontra di dalam masyarakat tapi tentunya yang
kita harapkan bahwa program Menteri Pendidikan Nadiem Markarim dalam
hal ini kurikulum merdeka bisa benar-benar membawa perubahan besar dan
menjadi angin segar dalam dunia pendidikan yang ada di Indonesia.

27
IMPLEMENTASI MANAJEMEN
KURIKULUM MERDEKA
A. Pengertian Kurikulum
Walaupun istilah kata kurikulum mucul pertama kali di Skotlandia
pada tahun 1829, secara resmi istilah kurikulum baru digunakan hampir satu
abad kemudian di Amerika Serikat. Secara harfiah, istilah kurikulum berasal
dari bahasa Latin currere yang artinya berlari di lapangan pertandingan. Dari
arti tersebut, kurikulum ialah suatu arena pertandingan tempat peserta didik
bertanding untuk memiliki satu/dua bakat untuk mencapai garis finish yang
ditandai penyerahan diploma, gelar kesarjanaan atau ijazah. Pengaruh dari
arti tersebut sangatlah besar serta bertahan lama di dunia pendidikan
menyebabkan arti tersebut dapat menentukan orientasi kurikulum di hampir
semua negara di dunia.

Arti harfiah modern berhubungan asal muasal kata benda kurikulum


dan kata kerja currere yang artinya berlari dan akhirnya berkembang menjadi
course of study atau program studi. Para siswa bertanding dengan
mementingkan muatan individual sehingga bisa mengaktualisasi diri pada
masa lalu, sekarang, ataupun masa depan. Dari hasil aktualisasi setiap orang,
mereka akan mempunyai visi tertentu dalam menyelidiki kehidupan masa
yang akan datang. Artinya, rancangan kurikulum menurut arti harfiah lebih
mengarah pada perolehan perspektif setiap orang tentang kehidupan.

Arti kata kurikulum sendiri mempunyai banyak sekali arti baik


pengertian yang sempit maupun yang luas. Carter V. Good merupakan salah
satu tokoh yang menyatakan arti kurikulum secara sempit. Menurutnya
Curriculum as a systematic group of courses or sequences of subject
required for graduation or certification in a major field of sudy, for example,
social studies curriculum, physical education curriculu. Di dalam arti secara
sempit, kurikulum hanya dibatasi dan mengandung pada sejumlah pelajaran
yang disampaikan guru atau sekolah kepada peserta didik supaya
mendapatkan ijazah.

Lalu ada Hollis L. Caswell dan Doak S. Campbell yang


mengemukakan arti kurikulum secara luas. Mereka berdua memandang
kurikulum bukanlah sebagai suatu pelajaran akan tetapi kurikulum ialah
segala pengalaman yang diimpikan bisa dipunyai oleh peserta didik di bawah
28
ajaran para pengajar. Arti kurikulum menurut mereka berdua ini cukup luas
sebab bukan hanya dibatasi pada sejumlah pelajaran tetapi meliputi sgala
pengalaman yang diimpikan bisa dikuasai atau dimiliki peserta didik di
bawah ajaran para pengajar. Maksud kata pengalaman didalalm arti
kurikulum menurut mereka berdua bisa bersifat kokurikuler, intrakurikuler,
ataupun ekstra kurikuler.

Ada juga pendapat Ronald C. Doll yang mengartikan kurikulum yang


cukup operasional. Ia menyatakan The curriculum of a school as the formal
and informal content and process by which learners gain knowledge and
understanding, develop skills, and alter attitudes, appreciations, and values
under the auspices of that school. Selain itu pengertian dari Nana Sudjana
yang sejalan dengan pengertian dari Ronald C. Doll. Dia menjelaskan bahwa
kurikulum seperti program dan pengalaman belajar dan hasil-hasil belajar
yang diimpikan, yang direncanakan melalui pengetahuan dan aktivitas yang
tertata secara sistematis, diberikan pada siswa dibawah naungan sekolah
dalam membantu perkembangan atau pertumbuhan pribadi dan kompetensi
sosial siswa.

Selain itu Grumet memaknai kurikulum sebagai sebuah proses atau


jalan sosial bagi pendalaman akan pemahaman diri sendiri, lingkungan, dan
orang lain melalui jalan rekonsepsualisas. Akan tetapi hampir tidak pernah
sebuah lembaga memakai kurikulum sebagai kata kerja. Yang biasa kita
dengar guru mengajar atau to instruct atau administrator atau supervisor
memberi supervisi atau to supervise. Akan tetapi Olivia berpendapat, kita
tidak pernah mendengar seorang mengkurikulum atau to curruculurize.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kata kurikulu itu mempuni arti
dinamis, bergerak dari kata benda lapangan tanding atau race course menjadi
kara kerja currere atau berlari.
Definisi yang paling terkenal adalah kurikulum sebagai plan
(rancangan) untuk mencapai tujuan pendidikan. Arti kata rancangan atau plan
menurut Beauchamp ialah pedoman pelaksanaan instruksional. Arti yang
sama disampaikan oleh Taba bahwa kurikulum ialah a plan for learning atau
kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Lalu Tanner menyatukan kedua
definisi tersebut membuat arti kurikulum ialah kemahiran belajar terencana
dan terencana serta hasil belajar yang terbentuk dari rekonstrusi peserta didik

29
mengenai pengetahuan yang ia pelajari di bawah bimbingan sekolah dalam
mewujudkan kompetensi personal dan sosial.

Ada juga menurut Saylor dan Alexander yang memaknai kurikulum


sebagai rancangan penyerahan seperangkat kemungkinan belajar atau
learning opportunities pada peserta didik untuk mewujudkan tujuan khusus
dan beberapa tujuan umum. Selain itu, kurikulum sebagai rencana haruslah
juga meliputi bagian-bagiab instruksional lainnya seperti scope (ruang
lingkup pelajaran), sequence (materi dan kegiatan belajar), metode, stratego,
dan teknik membelajarkan siswa dan juga hal-hal apa saja yang dapat
dipersiapkan agar pembelajaran berjalan baik. Rencana tersebut dapat berupa
dokumen atau data tidak tertulis atau tertulis yang telah ada di kepala guru.

Ada pula pengertian kurikulum sebagai mata pelajaran. Arti


kurikulum tradisional berawal dari kurikulum klasik The Seve Liberal Arts
yang terdiri atas The Trivium dan The Quardrivium. Menurut pengertian
tradisional, kurikulum berarti materi atau mata pelajaran yang akan
disampaikan sekolah termasuk juga metode penyusunan dan materi ajar.
Sampai saat ini, konsep kalsik adalah konsep kurikulum yang paling banyak.
Di sekolah maupun perguruan tinggi, konsep ini masih berjalan sampai saat
ini ialah kurikulum sebagai sebuah perangkat mata pelajaran atau mata kuliah
yang ditawarkan, baik dalam mata kuliah wajib ataupun mata kuliah efektif.

Kurikulum juga sering diartikan sebagai konten atau materi mata


pelajaran. Seperti Doll memaknai kurikulum sebagai materi mata pelajaran
atau konten sebagai sumber siswa memperoleh pengetahuan dan pengertian,
meningkatkan kemampuuan dan apresiasi, sikap, serta nilai-nilai di bawah
bimbingan sekolah. Menurut Dick dan Carey, perolehan materi ajar atau
konten oleh peserta didik akan menimbulkan pandangan bahwa kurikulum
sebagai suatu jalan untuk mentransfer konten ke dalam buku teks kepada
siswa yang nanti melalui tes akan ditagih seberapa banyak peserta didik
memahami atau menguasai konten tersebut.
Kalau hasil tes menunjukkan bahwa siswa bisa menguasai dan
memahami materi dengan baik, maka dia akan dianggap seorang peserta
didik yang baik karena ia telah mempelajari apa yang sudah diajarkan oleh
pengajar seperti bukti dengan kemampuan da pemahamannya ia bisa
menguasai materi tersebut secara akurat dalam ujian. Padahal pengetahuan
dan ilmu berkembang dengan pesat sepanjang waktu sehingga cepat dan
30
banyak pula pengetahuan dimasa kini yang dianggap benar akan menjadi
usang atau kadarluwasa dalam waktu yang akan datang dengan digantikan
pengetahuan sesuai dengan masanya.

Lalu ada juga yang mengartikan kurikulum sebagai hasil belajar.


Selama 40 tahun belakangan, kurikulum mulai menitik beratkan pada hasil
belajar tidak hanya sekedar rancangan, namun memfokuskan hasil penerapan
rancangan tersebut dalam pembelajaran. Maksudnya, kurikulum disusun atau
dibuat untuk menghasilkan hasil belajar untuk dikuasai siswa. Kurikulum
yang memiliki arti sebagai hasil belajar memperlihatkan pergeseran tekanan
kurikulum yang awalnya sebagi alat malah menjadi tujuan. Hal ini
dilandaskan asumsi bahwa hasil yang dinyatakan ialah suatu cara yang baik
untuk menetapkan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan.

Dengan kata lain, konsep kurikulum ini mewajibkan sekolah untuk


mengungkapkan secara eksplisit dan terperinci perubahan apa saja yang akan
dituju siswa setelah mereka menyelesaikan sekolah. Ada beberapa kekuatan
konsep kurikulum sebagai hasil belajar. sebab tearah pada tujuan hasil yang
berkontribusi pada perkembangan peserta didik, makna ini lebih menitik
beratkan pada pencapaian suatu perubaha pada diri peserta didik, bukan pada
materi atau mata pelajaran. Keunggulan yang lain ialah akuntabilitas
manajemen sekolah dan pendidik yang wajib profenional atau berbakat
dalam merealisasi hasil yang akan diwujudkan sekolah.

Tetapi ada juga kelemahan dari makna ini yaitu meletakkan fokus
terlalu berlebihan pada hasil yang disusun bisa mengabaikan hasil yang tidak
disusun, menurut para ahli hal yang tidak tersusun tersebut ialah berpengaruh
terhadap pembelajaran peserta didik. Pembelajaran sebagai hasil dari
interaksi antara materi, peserta didik, dan pengajar sering kali tanpa disadari
diperlajari siswa. Walaupun itu tidak disusun dan karena itu sering terabaikan
sehingga tidak diperhatikan oleh pengajar. Hal ini biasa dikenal dengan nama
kurikulum tersembunyi atau dalam bahasa Inggrisnya hidden curriculum.

B. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar


Istilah merdeka belajar yang diteroboskan oleh Nadiem Anwar
Makarim bukan tanpa makna. Merdeka tidak memiliki makna sebebas-
bebasnya dalam menjalankan aktivitas pengajaran tanpa kontrol akademik.
Merdeka belajar artinya kemerdekaan dan kemandirian bagi lingkungan

31
pendidikan dalam menentukan sendiri metode terbaik dalam proses
pembelajaran. Melalui konsep merdeka belajar sekolah/madrasah dikasih hak
memajukan pola orientasi pembelajaran yang akan dikembangkan sesuai
dengan keperluan yang terjadi di publik berlandaskan sajian kurikulum
nasional.

Kurikulum merdeka belajar sendiri sudah diteroboskan oleh Nadiem


Anwar Makarim, B.A., M.B.A selaku Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
yang sifat dari kurikulum tersebut tidak memaksa. Kurikulum ini sebenarnya
bukannya kurikulum yang baru muncul akan tetapi ia adalah penyempurnaan
dari kurikulum yang lain. Kurikulum tersebut seluruhnya meyakini konsep
merdeka belajar secara luas bukan hanya meliputi siswa akan tetapi semua
unsur pendidikan yang terdapat di dalamnya. Dalam kurikulum 2013 tidak
ada pelajaran TIK, sedangkan di kurikulum merdeka belajar terdapat
pelajaran TIK. Beberapa mata pelajaran yang dikembangkan dalam sebuah
pelajaran berdasarkan enam komponen sebagai pelajar pancasila ialah

1. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.


2. Berkebinekaan global
3. Bergotong royong
4. Kreatif
5. Bernalar kritis
6. Mandiri

Inti dari kurikulum merdeka ialah mewujudkan profil pelajar Pancasil.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sendiri sengaja melahirkan
susunan khusus dalam merumuskan kurikulum merdeka belajar. Kondisi
belajar lebih kondusif tidak memaksakan pada peserta didik, yang
sebelumnya dianggap bahwa pendidikan itu memaksa peserta didik. Filosofi
yang ada dalam kurikulum merdeka belajar ialah:
1. Fokus terhadap sifat pelajar Pancasila.
2. Memakai Project Best Learning atau yang disingkat PBL membawa
sebuah pembelajaran dengan projek atau proyek yang dimana peserta
didik dapat menemukan sendiri cara penalarannya.
3. Mempunyai perbedaan konsep pembelajaran yang berbeda.
4. Pelaksanaan konsep merdeka belajar sesuai dengan filosofi Ki Hajar
Dewantara yakni bahwa peserta didik itu disamakan dengan minat dan
bakatnya masing-masing.

32
5. Efektifitas kurikulum dalam kondisi khusus semakin menguatkan
pentingnya perubahan susunan dan racangan implementasi kurikulum
secara komprehensif.
6. Dengan kurikulum ini tidak ada pemaksaan.
7. Pemilihan kurikulum baik itu kurikulum 2013, kurikulum darurat, dan
kurikulum merdeka.
8. Kurikulum ini dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan persiapan
masing-masing sekolah.

Keunggulan dari kurikulum ini adalah lebih sederhana dan mendalam.


Lalu fokus terhadap materi esensial dan pengembangan kompetensi siswa
pada fasenya, belajar lebih bermakna, tidak terburu-buru, lebih mendalam,
lebih menenangkan bagi peserta didik, tidak ada program peminatan di SMA,
otonomi yang diberikan lebih merdeka, peserta didik dapat memilih pelajaran
sesuai dengan minat serta bakat, interaktif, dan lebih relevan. Penerapan
kurikulum merdeka adanya paradigma baru pada pembelajaran.
Didalam pembelajaran disamakan dengan pembelajaran
berdiferensiasi, berpihak pada peserta didik, asesmen pembelajaran bisa
memetakan peserta didik sesuai minat mereka sehingga pengajar bisa
memberikan rancangan yang tepat dalam memaparkan materi yang diajarkan
sesuai dengan minat dan bakatnya, lalu berkolaborasi dengan banya orang
dalam menerapkan projek tersebut. Fleksibel dalam mengasih waktu untuk
jalannya pembelajaran yang jauh lebih baik dengan PBL atau Projek Based
Learning, dengan kegiatan yang lebih mendalam akan bisa menggali dan
mencari potensi peserta didik.

Kebijakan pemerintah dalam melaksanakan merdeka belajar ialah


untuk mengasih keterbukaan bagi pelaku pendidikan dalam mendesain,
mengelola, menerapkan, serta mengimplementasikan penilaian pembelajaran.
Siswa harus dikasih kesempatan atau peluang dalam mengatakan dengan
kata-katanya sendiri, bukan kata-kata pengajar. Pemahaman tersebut
mengasih pengertian bahwa jalannya pendidikan harusnya dibangun atas
dasar proses fungsional, bukan sekedar aktivitas teknis mengajarkan huruf-
huruf ataupun angka-angka dan merangkai itu menjadi kalimat yang tersusun
secara mekanis. Dalam menjalankan merdeka belajar diperlukan manajemen
tata kelola dari segala unsur, baik Pemerintah Daerah, swasta, kepala sekolah,
pengajar, serta publik.

33
C. Kelebihan dan Kelemahan Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar

Kebijakan Kelebihan Kelemahan


USBN / Sekolah otonom Karena belum
Ujian Sekolah menciptakan model test mempunyai standar
Berstandar kompetensi peserta didik, maka kemungkinan
Nasional model portofolio ataupun kualitas test akan
tulis. bermasalah.
UN / Model AKM atau Cenderung lebih
Ujian Nasional Asessment Kompetensi mudah sebab hanya
Minimum dan Survei kompetensi minimum
Karakter, secara dan penilaia karakter
psikologis tidak menjadi melalui survei itu
beban bagi peserta didik kurang efektif.
maupun pengajar.
RPP / Pengajar tidak Memungkinkan
Rencana akan tersesat pada guru mengabaikan pada
Pelaksanaan pekerjaan administratif perjalanan dan media
Pembelajaran sebab membuat RPP pembelajaran yang
hanya perlu tiga bagian efisien sebab
inti diantaranya tujuan ketidakpastian media
pembelajaran, kegiatan dan metode
pembelajaran, dan pembelajaran.
asessment.
PPDB / Cara zonasi Komposisi
Peraturan dengan adaptasi yang afirmasi dan
Penerimaan lebih fleksibel dalam perpindahan tidak
Peserta Didik mengakomodasi termasuk merdeka.
Baru Zonasi ketimpangan kualitas dan Selain itu, kebijakan
akses diberbagai daerah. zonasi juga bukan tidak
Daerah diberikan memerdekakan pilihan
kewenangan dalam peserta didik dalam
memilih proporsi dan memilih sekolah negeri
menetapkan wilayah berkualitas.
zonasi. Adapun
komposisi Peraturan
Penerimaan Peserta 34
Didik atau PPDB yaitu
dapat menerima peserta
didik minimal 50 persen,
jalur afirmasi minimal 15
persen8, jalur pindahan
maksimal 5 persen,
sisanya jalur prestasi 0-
30 persen.

D. Langkah-Langkah Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar


Terobosan baru dari Kemendikbud RI yang dirancangkan pada tahun
2020 yaitu kurikulum merdeka belajar dalam mengupayakan pengoptimalkan
potensi peserta didik. Untuk melaksanakan kurikulum ini, diperlukan
langkah-langkah berikut:
1. Perumusan Pencapaian Pembelajaran
Hal pertama yang wajib dikerjakan oleh sekolah adalah
menetapkan visi, misi, tujuan, dan sasaran. Penentuan visi, misi, tujuan,
serta sasaran melalui analisis kebutuhan pasar dan pemangku kepentingan
baik secara internasional, nasional, ataupun lokal dalam masukan dari
stakeholder. Analisis kemajuan keahlian dan keilmuan serta kesesuaian
dengan kebijakan merdeka belajar dari Kemendikbud RI. Hal yang kedua
ialah menentukan profil lulusan sesuai dengan visi, misi, tujuan serta
sasaran. Dan yang terakhir ialah menentukan pencapaian pembelajaran
lulusan baik dalam aspek sikap, pengetahuan, keterampilan khusus,
maupun keterampilan umum.
2. Pembentukan Mata Pelajaran.
Menentukan bahan kajian berdasarkan pada pencapaian pembelajaran
lulusan sekolah yang dipandang melalui aspek keluasan, tingkat
penguasaan, dan kedalaman. Selanjutnya pembentukan mata pelajaran
sesuai dengan pencapaian pembelajaran lulusan.
3. Penyusunan Dokumentasi Kurikulum
Dokumentasi kurikulum merdeka belajar terdiri dari beberapa
komponen diantaranya:
a. Pendahuluan, latar belakang, gambaran umum, tujuan, dan dasar
hukum
b. Visi, misi, tujuan, serta sasaran

35
c. Profil lulusan
d. Pencapaian pembelajaran lulusan
e. Pelaksanaan: pihak terkait, peranan setiap pihak, pesyaratan peserta,
mekanisme pelaksanaan merdeka belajar, pembentukan mata pelajaran
f. Bentuk kegiatan pembelajaran dalam merdeka belajar
g. Tata cara dan model pelaksanaan
h. Penutup
4. Proses dan Penilaian Pembelajaran
Proses dan penilaian pembelajaran dengan kurikulum merdeka
belajar harus dilaksanakan sesuai dengan dokumen kurikulum.

E. Hambatan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar


Setiap melakukan kurikulum baru, tidak bisa lepas akan menemukan
banyak hal yang akan menjadi hambatan dalam melaksanakan kurikulum ini.
Adapun beberapa hambatan dalam mengimplementasikan kurikulum
merdeka belajar diantaranya:
1. Sumber Daya Manusia
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Setiap sesuatu yang baru
membutuhkan proses pembelajaran dalam menguasainya. Kurikulum
merdeka belajar ialah sesuatu yang baru dan membutuhkan waktu dalam
menguasainya, oleh sebeb itu sumber daya manusia yang ada di sekolah
masih perlu dioptimalkan dalam penguasaan kurikulum tersebut.
2. Referensi
Kurangnya referensi kurikulum ini yang bersifat khusus berhubungan
dengan sekolah.
3. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu ialah hambatan penting yang muncul dalam proses
melaksanakan kurikulum merdeka belajar, sebab perbedaan persepsi dalam
melaksanakan sesuatu antar orang atau lembaga satu dengan lainnya
sehingga mutu yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diinginkan.

F. Upaya Mengatasi Hambatan Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar


Setiap manusia dapat menghadapi setiap perubahan dengan cara
beradaptasi. Setiap hambatan yang dilalui bisa diatasi jika beradaptasi diri
untuk memikirkan serta menjalankan berbagai cara. Adapun cara yang dapat
dijalankan untuk mengatasi hambatan implementasi kurikulum merdeka
belajar yaitu:

36
1. Workshop atau pendidikan dan pelatihan (Seminar)
Melalui seminar atau workshop merdeka belajar maka bisa meningkatkan
kompetensi sumber daya manusia.
2. Webinar atau seminar
Melalui webinar atau seminar merdeka belajat, biasanya akan
menghasilkan prosiding yang dapat menambahkan referensi merdeka
belajar.
3. Pengawasan Terstuktur dan Berkesinambungan
Pelaksanaan pengawasan berkesinambungan dan terstruktur akan
menghasilkan peningkatan mutu.

G. Implementasi Kurikulum Merdeka


Implementasi konsep merdeka belajar sekolah atau madrasah bukan
hanya mengikuti landasan tertulis pada Standar Kompetensi Lulusan,
Kompetensi Dasar, ataupun Kompetensi Inti, tetapi lebih menekankan kepala
sekolah atau kepala madrasah serta guru mampu mengejawantahkan tuntutan
keahlian tersebut berlandaskan keperluan para siswa, dapat membuat pola
pembelajaran yang lebih kreatif, aktivitas pembelajaran yang bisa mengajak
para siswa berpikir kritis, dan juga bisa menyelesaikan masalah
kehidupannya secara mandiri.

37
KURIKULUM MERDEKA MENCIPTAKAN
MANAJEMEN UNGGULAN

A. Pengertian Kurikulum Merdeka

Dalam mengelola suatu pengelolaan lembaga pendidikan dan kegiatan


pembelajaran, diperlukan adanya kurikulum. Kurikulum sendiri memiliki
beragam pengertian, salah satunya menurut J. Galen Saylor dan Wiliam M.
Alexander dalam bukunya Curriculum Planning mengatakan bahwa
kurikulum ialah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar,
apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah atau diluar sekolah termasuk
kurikulum. Kurikulum juga termasuk kegiatan ekstrakurikuler. Nasution
(2008)

Kurikulum memiliki pengertian yang luas meliputi usaha di sekolah


yang berhubungan dengan pembelajaran dan pengalaman siswa yang terjadi
bukan hanya di dalam lingkungan sekolah tetap juga di luar lingkungan
sekolah. Kurikulum ialah suatu gagasan pendidikan yang diekspresikan
melalui praktik. Pengertian kurikulum ini semakin berkembang, sehingga
yang dimaksud dengan kurikulum itu tidak hanya sebagai gagasan
pendidikan, namun seluruh program pembelajaran yang terancana dari instusi
pendidikan nasional. Harsono (2005)

Kurikulum merdeka belajar adalah pengembangan dan penerapan dari


kurikulum darurat yang di keluarkan unruk merespon dampak dari pandemic
covid 19 di Indonesi,dari tahun 2020 lalu. Merdeka Belajar sendiri dibuat
supaya peserta didik dapat memilih pelajaran yang diminati, sebagai tindak
lanjutan dari arahan presiden ketika masa pandemi, pemerintah akan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lembaga pendidikan. Ujian
Nasional (UN) terakhirkali diadakan pada tahun 2020, dan kemudian pada
tahun 2021 diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan
survey karakter. Kompetensi ini ditekankan pada kemampuan siswa di
bidang literasi dan numerasi siswa yang mengacu pada praktik.

Kurikulum merdeka belajar ini diharapkan dapat membuat sistem


pembelajaran lebih mudah dan praktis. Kurikulum ini pun sebelumnya sudah

38
dilakukan survey terlebih dahulu, kemudian dilakukan pemetaan dalam
skema menyiapka penerapan kurikulum baru ini. Menurut Menteri
pendidikan, Nadiem Makarim yang dikutip dalam blogs AkuPintar
mengatakan sekolah yang sudah menggunakan kurikulum merdeka belajar ini
sedikitnya sudah ada 2.500 sekolah atau 31,5 persen sekolah di Indonesia.

Karakteristik merdeka belajar adalah pembelajaran berbasis projek


untuk mengembangkan soft skills dan karakter peserta didik sesuai dengan
profil pancasila. Tujuan dari kurikulum ini adalah sebagai upaya pemerintah
mengatasi kritis belajar yang di hadapi di Indonesia dan makin parah ketika
pandemic. Krisis ini ditandai dengan rendahnya hasil belajar peserta didik,
mulai dari yang mendasar seperti membaca, banyak di Indonesia ini peserta
didik yang belum bias membaca di bangku sekolah dasar bahkan sekolah
menengah. Kemudian krisis-krisis belajar di Indonesia juga di perparah
dengan kurangnya minat belajar dan minat mendapatkan pendidikan dari
peserta didik.

Pada kurikulum ini, lebih di fokuskan pada materi pengembangan


kompetensi dari peserta didik pada fasenya masing-masing, proses
pembelajaran diharapkan dapat lebih mendalam, bermakna, dan tidak
terburu-buru, dan menyenangkan. Kurikulum merdeka ini memiliki dua
struktur khusus yaitu: kegiatan yang bersifat intrakurikuler dan kegiatan yang
bersifat projek baik secara perorangan maupun per kelompok yang dalam
proses penerapannya diserahkan secara penuh kepada tenaga pendidik pada
setiap mata pelajarannya.

Perbedaan kurikulum ini dengan kurikulum 2013 bahwa tidak ada lagi
dikenal istilah kopetensi inti maupun kompetensi dasar melainkan diganti
dengan pencapaian pembelajaran yang ditandai dengan hasil yang telah
dicapai siswa dalam pentuk sikap siswa maupun kterampilan dalam kesatuan
yang saling terkait erar dan berdampak langsung kepada kompetensi masing-
masing siswa. Terdapat berbagai keunggulan dari kurikulum merdeka belajar
ini, antara lain lebih sederhana dan mendalam, lebih merdeka yaitu berarti
tidak ada program peminatan di jenjang sekolah menengah peserta didik
dapat memilih mata pelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan sendiri, dan
lebih relevan dan interaktif. kurikulum merdeka belajar ini diharapkan dapat
diterapkan kepada seluruh lembaga pendidikan di Indonesia.

39
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program
pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan
yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran
dalam satu periode jenjang pendidikan. Fungsi kurikulum dalam proses
pendidikan yaitu sebagai sarana dalam mengukur kemampuan pribadi dan
konsumsi pendidikan.

B. Pengertian Manajemen
Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di sebuah lembaga
pendidikan, sangat perlu diadakan manajemen. Manajemen berguna untuk
mengelola, mengatur jalannya pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan
sesuai dengan yang diharapkan. Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi
lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
(Amirullah,2015:4)
Manajemen yang baik akan menghasilkan suatu kurikulum berjalan
dengan baik pula, pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang
sangat penting, sehingga berbagai ahli manajemen dalam memberikan
pendapatnya tentang fungsi manajemen, selalu mengatakan bahwa
manajemen memiliki fungsi pengawasan yang penting. Begitu pentingnya
pengawasan dalam suatu organisasi sehingga keberhasilan atau kinerja suatu
organisasi menjadi tolak ukur, sampai dimana pelaksanaan pengawasan
terhadap organisasi tersebut. Bahkan dalam praktek manajemen modern
pengawasan tidak dapat lagi dipisahkan dengan fungsi-fungsi manajemen
lainnya. (Rahardjo Adisasmita 2011).
Fungsi-fungsi manajemen ada 7 yaitu: Perencanaan (Planning),
Mengorganisir (Organizing), Melengkapkan Tenaga Kerja (Staffing),
mengarahkan (Directing), Menyelaras/Mengkoordinir (Coordiniting),
Melaporkan (Reporting), dan Menyusun Anggaran (Budgeting).
Menurut Hasibuan (2010) mengatakan, “manajemen adalah ilmu dan
seni mengatur proses pemanfaatan Sumber Daya Manusia dan sumber daya
lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu”
Menurut Handoko (2012) manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah di harapkan

40
Sedangkan menurut Siswanto (2012) mengatakan bahwa manajemen
adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian,
dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai
tujuan. Menerapkan ilmu manajemen dalam melakukan kurikulum akan
menjadikan kurikulum tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efesien.

C. Tujuan dan Komponen Kurikulum


Kurikulum dibuat untuk menjadikan alat pendidikan untuk
menghasilkan siswa yangberintegrasi, kurikulum juga membuat siswa
mengerti sistem yang diterapkan, sehingga siswa dapat memutuskan
pendidikan yang ia inginkan di jenjang selanjutnya, kurikulum ini
dimaksudkan agar pendidikan di Indonesia mendapatkan pembelajaran dan
materi ajar yang sama. Pendidikan memerlukan bahan pengajaran dan materi
ajar yang teratur dan serah maka di buatkanlah kurikulum sebagai pengatur
dalam proses pembelajaran yang akan berlangsung. Kurikulum sbagai ide,
adalah cita-cita, keinginan, harapan atau tujuan yang difikirkan mengenai apa
yang terbaik untuk dicapai dalam suau kegiatan pendidikan.
Kurikulum dibuat dengan tujuan menjadikannya alat pendidikan
untuk menghasilkan siswa yang berintegrasi. Kurikulum juga membuat siswa
mengerti sistem pendidikan yang diterapkan, sehingga siswa dapat
memutuskan pendidikan yang ia inginkan di jenjang selanjutnya. Dibuatnya
kurikulum bertujuan memeratakan pendidikan dalam suatu negara.
Membimbing serta mendidik siswa agar menjadi pribadi yang cerdas,
berpengetahuan tinggi, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, dan siap masuk
dalam kehidupan bermasyarakat.
Kurikulum kemudian digunakan untuk membaca dan menafsirkan apa
yang tertera dalam dokumen kurikulum. Kurikulum sebagai suatu rencana
pembelajaran harus menggunakan format. Kurikulum memuat isi dan materi
pembelajaran. Kurikulum adalah sekumpulan pembelajaran yang akan di uji
dan diterapkan oleh peerta didik dalam satu semester. Kurikulum merupakan
niat dan harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana maupun program
pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah. Kurikulum
sebagai niat dan rencana, sedangkan pelaksanaannya adalah proses belajar
mengajar. Yang terlibat di dalam proses tersebut yaitu pendidik dan peserta
didik.

41
komponen-komponen kurikulum antara lain yaitu:

a. Tujuan: Berisikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.


b. Materi atau isi: Merupakan bahan ajar yang akan disampaikan oleh
pendidik kepada peserta didik
c. Media (sarana & prasarana): Alat peraga dan juga sarana prasarana
yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
d. Strategi: Metode atau taktik yang akan diaplikasikan dalam proses
belajar mengajar
e. Proses belajar Mengajar: Mengarah pada sebuah proses dalam
pembelajaran yang meliputi segala bentuk apresiasi peserta didik.

Kurikulum sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan


mengorganisir pengalaman belajar pada anak didik. Sebagai pedoman untuk
mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka
menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan. Kurikulum di buat guna
mempermudah tenaga pendidik dalam melakukan pemberian materi kepada
peserta didiknya.

D. Kurikulum Merdeka Menciptakan Manajemen Unggulan


Kurikulum baru yang ditetapkan di masa pandemi yang di beri
nama kurikulum merdeka belajar, dapat membuat manajemen unggulan.
Implementasi kurikulum merdeka belajar dimulai dari mempersiapkan rute
pembagian penerapan kurikulum merdeka belajar sehingga dapat
menciptakan manajemen unggulan. Kurikulum merdeka belajar dibuat untuk
memusatkan minat peserta didik dalam pembelajaran yang sesuai dengan
bakat masing-masing peserta didik. Dengan adanya kurikulum ini diharapkan
dapat menciptakan manajemen unggulan sehingga para peserta didik juga
dapat unggul dalam pembelajaran di sekolah.
Jika kurikulum merdeka belajar ini dapat diterapkan di setiap
lembaga pendidikan dengan serentak dan baik, maka pendidikan di Indonesia
dapat menjadi pembelajaran yang bagus dan mewujudkan manajemen
unggulan, kurikulum merdeka belajar di rancang oleh kemendikbud sebagai
respon dan pemecah solusi dari krisis nya pendidikan di masa pandemic. Di
antara pengembangan Kurikulum Merdeka ini yaitu adanya pola
pembelajaran intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila.

42
Kedua poin ini terdapat dalam setiap satuan pendidikan, mulai dari PAUD,
SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, sampai SMA/MA/sederajat.
Dalam setiap penerapan kebijakan, tentu ada kelebihan dan
kekurangan yang senantiasa mengiringi. Demikian halnya dengan penerapan
Kurikulum Merdeka Kelebihan yang paling mencolok dari penerapan
kurikulum ini adalah adanya proyek tertentu yang harus dilakukan oleh para
peserta didik sehingga dapat membuat mereka menjadi lebih aktif dalam
upaya mengeksplorasi diri. Selain itu, kurikulum ini juga lebih interaktif dan
relevan mengikuti perkembangan zaman.
Hasilnya, sekolah-sekolah yang telah menerapkan kurikulum ini
terbukti empat sampai lima bulan lebih maju dibanding sekolah lain yang
masih menggunakan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 2013. Dengan
begitu, pemerintah pun berupaya mengembangkan kurikulum ini secara lebih
lanjut demi penyesuaian strategi belajar di masa pandemi COVID-19.
Dengan menggunaan kurikulum merdeka belajar, maka siswa
dapat mempelajari pelajaran yang di gemari sehingga dapat dengan mudah
menyerap pembelajaran karena pelajaran itu bisa dengan mudah di cerna dan
di pahami karena sesuai dengan minat dan bakat peserta didik itu sendiri.
Kurikulum merdeka belajar ini sudah mampu membuat
manajemen unggulan, karena dalam pelaksanaan dan implementasi dari
kurikulum merdeka belajar itu sendiri dapat dilihat akan menjadi kurikulum
yang efektif bagi pendidikan di Indonesia, lembaga pendidikan di Indonesia
diharapkan dapat meng implementasikan kurikulum merdeka belajar secara
merata, sehingga tidak adanya ketidak seimbangan dalam pendidikan dalam
lembaga pendidikan di Indonesia.
Implementasi Merdeka Belajar Merdeka Belajar merupakan
terobosan Kemendikbud-ristek untuk menciptakan sumber daya manusia
(SDM) unggul melalui kebijakan yang menguatkan peran seluruh insan
pendidikan. Kebijakan ini diimplementasikan melalui empat upaya
perbaikan.
a. Pertama, perbaikan pada infrastruktur dan teknologi.
b. Kedua, perbaikan kebijakan, prosedur, dan pendanaan, serta pemberian
otonomi lebih bagi satuan pendidikan.
c. Ketiga, yakni perbaikan kepemimpinan, masyarakat, dan budaya.
d. Keempat, melakukan perbaikan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.

43
Pertimbangan demi pertimbangan di lakukan dalam melakukan
implementasi kurikulum merdeka belajar, setelah di lakukan riset dan
pendalaman tentang kurikulum merdeka belajar ini maka sudah di tetapkan
bahwa kurikulum ini dapat menciptakan manajemen unggulan dalam sebuah
pendidikan, hal ini sudah di terapkan di berbagai sekolah dan telah dilihat
pula hasilnya, bahwa implementasi kurikulum merdeka belajar ini mampu
membuat peserta didik menjadi lebih semangat dalam melakukan
pembelajaran di sekolah. Merdeka Belajar dibagi dalam beberapa episode.
Dimulai dari episode pertama, yaitu menghadirkan empat pokok kebijakan
agar paradigma tentang cara lama dalam belajar dan mengajar dapat diubah
menuju kemajuan. Beberapa wujud dari empat pokok kebijakan itu adalah
penghapusan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dan mengganti
Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Nasional. Kemudian, ada juga
kebijakan penyederhanaan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta
kebijakan penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang lebih fleksibel.
Pemulihan sistem pendidikan dari krisis belajar tidak bisa diwujudkan
melalui perubahan kurikulum saja. Diperlukan juga berbagai upaya
penguatan kapasitas guru dan kepala sekolah, pendampingan bagi pemerintah
daerah, penataan sistem evaluasi, serta infrastruktur dan pendanaan yang
lebih adil. Namun kurikulum juga memiliki peran penting. Kurikulum
berpengaruh besar pada apa yang diajarkan oleh guru, juga pada bagaimana
materi tersebut diajarkan. Karena itu, kurikulum yang dirancang dengan baik
akan mendorong dan memudahkan guru untuk mengajar dengan lebih baik.
Dengan adanya kurikulum merdeka belajar ini maka mutu
pembelajaran pun meningkat, ini adalah sebuah trobosan baru yang sangat di
idamkan oleh pemerintah sehingga dapat memajukan pendidikan di
Indonesia, walaupun implementasi kurikulum merdeka belajar ini belum
mampu di terapkan di seluruh lembaga pendidikan di Indonesia, diharapkan
kedepannya penerapan dari kurikulum merdeka belajar ini, mampu
diterapkan di seluruh lembaga pendidikan di Indonesia agar semuanya setara.
Sebagai tindak lanjut arahan dari presiden republic Indonesia untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), menteri pendidikan dan
kebudayaan menetapkan empat program pokok kebijakan pendidikan
“Merdeka Belajar” yang meliputi ujian sekolah berstandar nasional, ujian
nasional, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan peraturan penerimaan
peserta didik baru zonasi, ujian nasional terakhir kali diadakan pada tahun

44
2020. Yang kemudian pada tahun 2021 di ubah menjadi asesmen kompetensi
minimum dan survey karakter.
Dengan memunculkan kepentingan-kepentingan untuk peserta didik
maka akan membuat pendidikan di Indonesia mampu menjadi maju dan
berkembang, karakteristik utama dari kurikulum merdeka belajar yang
mendukung pemulihan pembelajaran adalah:
a. Pembelajaran berbasis projek untuk mengembangkan soft skills dan
karakter sesuai profil Pancasila.
b. Fikus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk
pembelajaran yang mandalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan
numerasi.
c. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensi
sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian
dengan kontes dan muatan local.

Projek penguatan profil pelajar Pancasila memberikan kesempatan


kepada peserta didik untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan,
mengembangkan keterampilan, serta menguatkan pengembangan enam
dimensi profil pelajar Pancasila. Melalui projek ini, peserta didik memiliki
kesempatan untuk mempelajari secara mendalam tema-tema atau isu penting
seperti gaya hidup berkelanjutan, toleransi, kesehatan mental, budaya,
wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi. Projek ini melatih peserta
didik untuk melakukan aksi nyata sebagai respon terhadap isu-isu tersebut
sesuai dengan perkembangan dan tahapan belajar mereka. Kurikulum
Merdeka lebih berfokus pada materi yang esensial dan pengembangan
kompetensi peserta didik pada fasenya. Proses pembelajaran diharapkan
menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru, dan menyenangkan.

Implementasi Merdeka Belajar Merdeka Belajar merupakan terobosan


Kemendikbud-ristek untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul
melalui kebijakan yang menguatkan peran seluruh insan pendidikan.
Kebijakan ini diimplementasikan melalui empat upaya perbaikan. Pertama,
perbaikan pada infrastruktur dan teknologi. Kedua, perbaikan kebijakan,
prosedur, dan pendanaan, serta pemberian otonomi lebih bagi satuan
pendidikan. Ketiga, yakni perbaikan kepemimpinan, masyarakat, dan
budaya. Keempat, melakukan perbaikan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.

45
Merdeka Belajar dibagi dalam beberapa episode. Dimulai dari episode
pertama, yaitu menghadirkan empat pokok kebijakan agar paradigma tentang
cara lama dalam belajar dan mengajar dapat diubah menuju kemajuan.
Beberapa wujud dari empat pokok kebijakan itu adalah penghapusan Ujian
Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dan mengganti Ujian Nasional (UN)
menjadi Asesmen Nasional. Kemudian, ada juga kebijakan penyederhanaan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta kebijakan penerimaan peserta
didik baru (PPDB) yang lebih fleksibel.
Kurikulum Merdeka dirancang sebagai bagian dari upaya
Kemendikbudristek untuk mengatasi krisis belajar yang telah lama kita
hadapi, dan menjadi semakin parah karena pandemi. Krisis ini ditandai oleh
rendahnya hasil belajar peserta didik, bahkan dalam hal yang mendasar
seperti literasi membaca. Krisis belajar juga ditandai oleh ketimpangan
kualitas belajar yang lebar antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi.

Pemulihan sistem pendidikan dari krisis belajar tidak bisa diwujudkan


melalui perubahan kurikulum saja. Diperlukan juga berbagai upaya
penguatan kapasitas guru dan kepala sekolah, pendampingan bagi pemerintah
daerah, penataan sistem evaluasi, serta infrastruktur dan pendanaan yang
lebih adil. Namun kurikulum juga memiliki peran penting. Kurikulum
berpengaruh besar pada apa yang diajarkan oleh guru, juga pada bagaimana
materi tersebut diajarkan. Karena itu, kurikulum yang dirancang dengan baik
akan mendorong dan memudahkan guru untuk mengajar dengan lebih baik.

Kajian akademik ini menjelaskan latar belakang, landasan empiris,


dan kerangka konseptual yang digunakan dalam merumuskan kebijakan
kurikulum dan merancang Kurikulum Merdeka. Kajian ini juga mencakup
strategi implementasi kurikulum baru, sebuah isu yang sangat mempengaruhi
keberhasilan dari setiap kebijakan pendidikan.

Selama dua tahun ke depan, Kurikulum Merdeka akan terus


disempurnakan berdasarkan evaluasi dan umpan balik dari berbagai pihak.
Sejalan dengan proses evaluasi tersebut, naskah ini juga akan mengalami
revisi dan pembaruan secara berkala.

Peningkatan anggaran tersebut telah berkontribusi positif pada


perbaikan tingkat pendidikan dan kesejahteraan guru, penurunan ukuran
kelas (rasio guru-siswa), serta perbaikan sarana dan prasarana di satuan

46
pendidikan (Beatty et.al, 2021; Muttaqin, 2018). Namun demikian, berbagai
indikator hasil belajar siswa belum menampakkan hasil yang
menggembirakan.

47
KEUNGGULAN KURIKULUM MERDEKA
DAN PLATFORMNYA

A. Kurikulum Merdeka
Kurikulum merupakan rencana pengaturan yang di dalamnya
terdapat tujuan, isi, serta bahan belajar agar mencapai tujuan pendidikan
tinggi. Merdeka belajar ialah upaya memberi keleluasaan dan independensi
kepada lembaga pendidikan dan merdeka birokratisasi, pendidik di otonom
dari birokrasi yang terkait pada siswa dan diberikan keluasan dalam
memilih bidang yang mereka sukai.

Kurikulum merdeka ialah sebuah metode yang dibuat agar siswa


bisa menekuni minat serta bakatnya masing-masing. misalnya ada dua
amak dalam satu keluarga yang memiliki minat yang tidak sama, maka
tolak ukur yang digunakan untuk menilai tidak bisa sama. Anak jangan
dipaksakan mempelajari apabila hal tersebut tidak disukainya.

Implementasi merdeka belajar ialah salah satu inovasi dari


kemdikbudristek supaya menciptakan suber daya manusia (SDM) unggul
dari kebijakannkuat peran seluruh individu pendidikan dan telah melewati
empat upaya perbaikan. Yakni, pertama, penggantian pada infrastruktur
dan teknologi. Kedua, pengubahan program, prosedur dan pendanaan dan
pemberian otonomi yang baik bagi pendidikan. Ketiga, pengalihan
kepemimpinan, masyarakat serta budaya. Keempat, membuat perbaikan
kurikulum, pedagogi, dan asesmen.

Merdeka belajar dibagi menjadi beberapa bagian, yang pertama


yakni, menghadirkan empat bagian kebijakan paradigm tentang cara lama
megajar bisa diubah. Wujud dari kebijakan itu sendiri adalah menghapus
Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dan mengganti Ujian Nasional
(UN) dengan Asesmen Nasional serta ad juga kebijakan penyederhanaan
rencana melaksanakan pembelajaran (RPP) dan kebijakan menerima
peserta didik baru (PPDB) yang lebih fleksibel.
Kurikulum merdeka dibuat sebagai bentuk kemendikbudristek
untuk mengatasi krisis belajar yang sudah lama dihadapi serta menjadi

48
semakin parah karena pandemi. Krisis ini ditandai dengan menurunnya
hasil peserta didik bahkan dalam hal yang mendasar scontohnya saja
literasi membaca. Krisis belajar juga ditandai dengan kesenjangan kualitas
belajar yang luas antara wilayah dan antar kelompok social-ekonomi.
Perbaikannya sendiri juga memerlukan wujud penguat dari
kurikulum serta kekuatan kapasitas guru dan kepala sekolah pendampingan
bagi pemerintah daerah, menata system evaluasi dan infrastruktur dan
investasi yang seimbang. Tetapi, kurikulum juga mempunyai peran penting
yakni sangat berpengaruh pada apa yang diberikan oleh pendidik juga
materi yang diajarkan. Karena kurikulum dirancang dengan baik membantu
mendorong memudahkan guru untuk mengajarkan dengan baik.

B. Keunggulan Kurikulum Merdeka Dan Palfromnya


1. Keunggulan Kurikulum Merdeka
Keunggulan kurikulum merdeka yang sebelumnya bernama
prototipe telah diterapkan di hampir dua ribu lima ratus sekolah penggerak
dan Sembilan ratus satu sekolah kejuruan pusat keunggulan. Kurikulum ini
diluncurkan dalam merdeka belajar bagian lima belas merujuk kurikulum
merdeka dan plaftrom merdeka belajar secara daring. Keunggulan
kurulumnya sendiri adalah:
a. Keunggulan kurikulum ini lebih bersajhaja dan menekuni dikarenakan
kurikulum ini menekankan focus pada materi yang fundamental dan
mengembangkan kompetensi peserta didik pada waktunya. Keunggulan
b. Kurikulum ini tidak ada program keertarikan untuk siswa pada jenjang
SMA. Yang artiny tenaga pendidik dan peserta didik akan lebih
merdeka. Siswa peserta didik dibei keluasan agar bisa memilih mata
pelajaran sesuai bakat, minat, dan asprisasinya.
c. Untuk tenaga pendidik mereka mengajar sesuai tahapan dan rangkaian
peserta didik. Serta, sekolah mempunyai peranan untuk meningkatkan
dan memperjuangkan kurikulum serta pembelajaran sesuai dengan
karakteristik satuan pendidikan dan siswa.
d. Kurikulum ini lebih interaktif serta signifikan. Pembelajarannya
diterapkan melalui proyek peserta didik agar aktif menekuni berita-
berita aktual. Contohnya berita mengenai kesehatan, lingkungan

49
pendidikan dan lainnya yang terdapat pengmbangan karakter dan
pengetahuan profil pelajar pancasila.

Pada penerapan kurikulum merdeka menteri pendidikan


mengemukakan sekolah bisa memilih tiga pilihan dalam menerapkan
kurikulum tersebut pada tahun ajaran 2022/2023.

1. Pertama, mempraktikkan salah satu bagian dan prinsip kurikulum


merdeka tanpa memandatkan kurikulum satuan pendidikan yang
diterapkan.
2. Sekolah bisa mempraktikkan kurikulum merdeka dengan perangkat ajar
yang tersedia.
3. Mempraktikkan kurikulum merdeka dengan terus meningkatkan diri
sendiri sebagai peragkat ajar.

Kurikulum merdeka ini bisa diterapkan diseluruh satuan pendidikan


mulai dari mulai tingkat TK, SD, SMP, SMA. Penerapan kurikulum ini
ditopang dengan berbagai penyediaan beragam perangkat ajar dan training
serta pengadaan sumber belajar guru.

2. Palfrom Kurikulum Merdeka

Palfrom kurikulum merdeka mengajar merupakan salah satu


aplikasi edukasi yang menjadi teman aktivis untuk pendidik dalam
mengembangkan pelajar pancasila dalam bentuk portal web dan
aplikasi. Melalui palfrom inilah guru bisa memenuhi tiga hal, yakni
mengajar, belajar, serta berkarya. Palfrom merdeka mengajar diturunkan
untuk merdeka belajar periode ke-15. Fungsi palfromnya, yakni:
1. Membantu pendidik mengajar dengan mengukur sejauh mana
pencapaian tugas mengajarnya, apakah sudah relative atau belum.
Refleksi ini bisa membawa guru untuk belajar. Kemudian bisa
mewujudkan karya yang imajinatif dan berlimpah bagi para pelajar
(siswa).
2. Membantu pendidik dalam mengajarkan kepada siswa dengan
mengembangkan kompetensi serta berkreasi supaya bisa
menginspirasi rekan sejawatnya. Apalagi pada saat sekarang ini
penerapan kurikulum merdeka harus betul-betul mengarah kepada
pelajar. Palfrom ini memudahkan pendidik agar melaksanakan
kegiatan mengajar.
50
Pengembangan palfrom merdeka mengajar terdapat desain yang para
pengajar dapat mudah dengan mengaksesnya serta mengadaptasi agar
kebutuhan guru dalam mengaplikasikannya dapat dengan mudah kapanpun
serta dimanapun. Untuk mengaksesya sendiri palfrom merdeka mengajar
ini diunduh melalui apikasi playstore, kemudian login di akun belajar.id.
pada kesempatan ini semua guru yang sudah terdaftar di data pokok
pendidikan atau Dapodik bisa mengakses platform ini.

Aplikasi ini sudah bisa diakses ditempat mana saja termasuk luar
negeri. Apabila aplikasi tersebut sudah diunduh dari playstore Indonesia
maka para guru yang ad adi luar negeri bisa mengaksesnya juga. Palfrom
merdeka mengajar ini sangat berguna sekali karena para pendidik bisa
membuat renacana pelaksnaaan pembelajran atau RPP dulu dan sekarang
sudah disediakan dipalfrom medeka mengajar, pendidik tinggal mengmbil
dan apabila tidak sesuai dengan keadaan dengan sekolah tersebut bisa
dengan mudah dimodifikasi. Kegunaan palfrom merdeka mengajar ini
sangat berguna pendidik dan peserta bisa bersama belajar secara mandiri
dan tentunya dapat belajar dengan sangat nyaman dan bisa manfaatkan
sebaik mungkin.
Layanan palfrom merdeka mengajar ini juga menyediakan bagi
yang non guru, pengguna guru non sekolah penggerak, pengguna guru
sekolah bisa mencari inspirasi pelajaran, belajar serta mendirikan
portopolio karir secara elektronik dan pengguna mitra bisa memberikan
konten metode mengajar serta non perangkat ajar secara elektronik di
palfrom merdeka mengajar yang diakses melalui aplikasi ataupun web.
Palfrom merdeka mengajar menagkap tahap-tahap teknis serta
kenyamanan yang sesuai serta wajar untuk menjaga agar palfrom merdeka
mengajar selalu aman dan bebas dari virus serta kesalah. Tetapi, walaupun
teknoogi ini efektif tidak ada system keamanan yang tidak bisa ditembus.
Artinya keamanan basis data ini menjamin kalau informasi pengguna
berikan tidak akan dihadang saat dikirimkan kepada palfrom merdeka
mengajar.

Palfrom merdeka mengajar bisa mengalami batasan, penundaan dan


masalah lainnya terkait penggunaan internet dan komunikasi elektronik.
Tercatat ketidak sempurnaan perangkat yang digunakan oleh pengguna,

51
tidak terhubung, diluar jangkauan, susah sinyal. Hal ini kementrian tidak
bertanggung jawab atas kerugian apapun akibat masalah-masalah tersebut.

Kementrian mempunyai hak agar bisa memenuhi perbaikan atau


syarat serta ketentuan dari waktu ke waktu apabila diperlukan untuk
kedamaian dan kenyamanan penggunaan pengguna di platform merdeka
mengajar. Pemakai menyetujui jika pemakai bertanggung jawab untuk
membaca secara benar seta memeriksa pembaruan atau peubahan apapun.
Mengakses layanan di palfrom merdeka mengajar maka pemakai dianggap
menyetujui perbaruan dan perubahan pada syarat penggunaan ini.

C. Respon Pendidik Terhadap Keunggulan Kurikulum Merdeka Dan


Palfromnya
“Perubahan menteri mengganti peraturan termaksudd perubahan
kurikulum pendidikan, nilai-nilai, ajaran dan niat”. Dapat diketahui bahwa
beraneka macam batu lobncatan dan rasionalisasi akibatnya kurikulum di
Indonesia terus mengalami pergantian dari waktu ke waktu. Pada saat
kemerdekaan tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional terus mengalami
perubaha, mulai dari 1947,1952,1964,1968,1975,1984,1994 dan 2004,
2006, 2013, sampai kurikulum merdeka belajar 2022.
Menurut Mendikbud menyakini aturan yang diterapkan supaya
kurikulum merdeka belajr 2022 bisa mengimbangi perkembangan zaman.
Kemendikbudristek memperkirakan kurikulum merdeka belajar dapat
mendorong guru agar lebih kreatif dan inovatif. Akibatnya proses
pembelajaran mudah dan lancar. Selanjutnya, kurikulum tersebut mengukur
mana yang mudah dan fleksibel bisa diadaptasi guru sebanding dengan
kemampuan oleh siswa.
Substansi dari kurikulum merdeka belajar supaya bisa mencari
potensi terbesar para pendidik dan siswa agar berinovasi dan
mengembangkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Keputusan
merdeka belajar memusakakan kemerdekaan bagi unit penddidikan agar
berinovasi mencocokkan dengan budaya, kearifan lokal, sosio ekonomi dan
infrastruktur yang ada. Walaupun demikian, pendidik tidak bisa ditukarkan
dengan teknologi karena teknologi merupakan alat bantu pendidik supaya
meningkatkan potensi diri. Selanjutnya teknologi juga bisa membangun
motivasi dan monat belajr siswa.
Kurikulum merdeka belajar membantu menyemangati
menggunakan materi, teknik yang berkualitas, sebanding dengan tingkat
52
kemampuan, peserta didik. Merdeka belajar tidak memberi kebbebasan
peserta didik terlalu meluas. Akan tetapi, membantu potensi siswa untuk
mengembangkannya. Hal ini tentu tidak terbebas dari hakekat pendidikan
nasional yang tercatat dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005
hakikat pendidikan ialah wujud pemersartu bangsa, penyeragaman
kesempatan serta mengembangakn potensi diri. Dengan begitu pendidikan
diperlukan untuk memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Memberi waktu yang sama kepada warga Negara untuk mengembangakan
potensi diri.
Perbedaan dengan kurikulum sebelumnya yang digunakan pada
tingkat TK, SD, SMP, SMA, hingga PT memiliki perbedaan pada masing-
masing jenjang
1. Tingkat SD
Kurikulum pada tinggkat SD diketahui bahwa merdeka belajar pada
tingkat PAUD/TK intinya yakni merdeka untuk bermain. Kurikulum
merdeka pada tingkat PAUD/TK ialah mengundang anak bermain
sambil belajar tidak berbeda jauh pada kurikulum sebelumnya.
Sedangkan, di tingkat SD terdapat perbedaan pada ilmu yang diterapkan
kurikulum merdeka. Salah satunya, yakni kombinasi ilmu pengetahuan
alam dan ilmu pengetahuan social juga membuat bahasa inggris pada
awalnya hanya pilihan berubah jadi uatan lokal dengan ilmu pilihan.
2. Tinggkat SMP
Mendekati setara pada tingkat SD, petunjuk kurikulum merdeka belajar
pada tingkat SMP terletak perubahan status pada sebagian mata kuliah.
Salah satunya, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dijadikan
ilmu wajib. Pada kurikulum sebelumnya, ilmu ini hanya pilihan. Maka,
pada tingkat jenjang SMP, wajib mengharuskan ilmu Informatika.
3. Tingkat SMA
Pada tingkat ini, sudah dijelaskan bahwa kurikulum merdeka
mengharuskan agar para siswa tidak lagi dibedakan berbagai jurusan
seperti IPA, IPS serta bahasa. Sedangkan pada tingkat SMK, model
pembelajaran dibuat lebih biasa yakni 70% ilmu kejuruan dan 30% ilmu
umum.
Selanjutnya pada akhir masa pendidikan nanti, siswa diwajibkan agar
bisa menangani esai ilmiah seperti para mahasiswa yang bisa
mengerjakan tugas akhir atau skripsi saat akan lulus studi. Agar bisa

53
menajamkan otak siswa supaya mampu berfiir kritis, ilmiah, dan
analitis.
4. Tingkat PT
Kurikulum merdeka belajar pada perguruan tinggi terbentuk di program
kampus merdeka. Pelaksanaanya juga memmpunyai adanya selisih
dengan kurikulum sebelumnya. Dalam kampus merdeka programnya
yakni mahasiswa dibebaskan agar bisa mempelajari sesuatu di luar
program studi yang dipilihnya.

Hal ini dilakukan bisa dengan berbagai trik yakni, praktik kerja/
magang, pertukaran mahasiswa, penelitian, proyek independen, wirausaha,
menjadi asisten pengajar, juga kuliah kerja nyata tematik agarmembangun
desa.

54
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
KURIKULUM MERDEKA

A. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar


Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan
Tinggi. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud
Ristek) Nadiem Makarim telah meluncurkan Kurikulum Merdeka pada 11
Februari 2022. Sebelumnya, Kurikulum Merdeka dikenal sebagai Kurikulum
Prototipe. Menurut Nadiem, Kurikulum Merdeka ini sudah diuji coba di
2.500 sekolah penggerak. Nadiem mengatakan, Kurikulum Merdeka ini
sudah mulai digunakan mulai tahun ajaran 2022/2023 di jenjang TK, SD,
SMP, hingga SMA. Belajar merdeka adalah upaya memberi kebebasan dan
otonomi kepada lembaga pendidikan, dan merdeka dari birokratisasi, dosen
dibebaskan dari birokrasi yang berbelit serta mahasiswa diberikan kebebasan
untuk memilih bidang yang mereka sukai.
Apa itu Kurikulum Merdeka? Esensi dari Kurikulum Merdeka ini
adalah Merdeka Belajar. Nadiem mengatakan Merdeka Belajar merupakan
konsep yang dibuat agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-
masing. Misalnya, kata Nadiem, jika dua anak dalam satu keluarga memiliki
minat yang berbeda, maka tolok ukur yang dipakai untuk menilai tidak sama.
Kemudian anak juga tidak bisa dipaksakan mempelahari suatu hal yang tidak
disukai. “Kita sebagai orangtua tentu tidak bisa memaksakan anak kita yang
menyukai seni untuk belajar secara mendalam komputer dan sebaliknya,”
kata Nadiem. Nadiem mengatakan, anak itu pada dasarnya memiliki rasa
ingin tahu dan keinginan belajar. “Jadi tidak ada anak pemalas atau anak
yang tidak bisa,” tegasnya. Artinya Kurikulum Merdeka adalah pendidikan
yang berpatokan pada esensi dari belajar di mana setiap anak memiliki bakat
dan minatnya masing-masing. Dengan kedua hal tersebut, maka tolok ukur
yang diterapkan untuk menilai kedua anak yang memiliki minat berbeda pun
tidak sama. Sehingga setiap anak tidak bisa dipaksakan untuk mempelajari
sesuatu hal yang tidak disukainya. Tujuannya untuk mengasah minat dan
bakat anak sejak dini.

55
Implementasi Merdeka Belajar Merdeka Belajar merupakan terobosan
Kemendikbud-ristek untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul
melalui kebijakan yang menguatkan peran seluruh insan pendidikan.
Kebijakan ini diimplementasikan melalui empat upaya perbaikan.
1. Pertama, perbaikan pada infrastruktur dan teknologi.
2. Kedua, perbaikan kebijakan, prosedur, dan pendanaan, serta pemberian
otonomi lebih bagi satuan pendidikan.
3. Ketiga, yakni perbaikan kepemimpinan, masyarakat, dan budaya.
4. Keempat, melakukan perbaikan kurikulum, pedagogi, dan asesmen.

Merdeka Belajar dibagi dalam beberapa episode. Dimulai dari


episode pertama, yaitu menghadirkan empat pokok kebijakan agar paradigma
tentang cara lama dalam belajar dan mengajar dapat diubah menuju
kemajuan. Beberapa wujud dari empat pokok kebijakan itu adalah
penghapusan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dan mengganti
Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Nasional. Kemudian, ada juga
kebijakan penyederhanaan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta
kebijakan penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang lebih fleksibel.
Kurikulum Merdeka dirancang sebagai bagian dari upaya
Kemendikbudristek untuk mengatasi krisis belajar yang telah lama kita
hadapi, dan menjadi semakin parah karena pandemi. Krisis ini ditandai oleh
rendahnya hasil belajar peserta didik, bahkan dalam hal yang mendasar
seperti literasi membaca. Krisis belajar juga ditandai oleh ketimpangan
kualitas belajar yang lebar antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi.
Tentu, pemulihan sistem pendidikan dari krisis belajar tidak bisa
diwujudkan melalui perubahan kurikulum saja. Diperlukan juga berbagai
upaya penguatan kapasitas guru dan kepala sekolah, pendampingan bagi
pemerintah daerah, penataan sistem evaluasi, serta infrastruktur dan
pendanaan yang lebih adil. Namun kurikulum juga memiliki peran penting.
Kurikulum berpengaruh besar pada apa yang diajarkan oleh guru, juga pada
bagaimana materi tersebut diajarkan. Karena itu, kurikulum yang dirancang
dengan baik akan mendorong dan memudahkan guru untuk mengajar dengan
lebih baik. Temuan studi-studi tersebut antara lain menunjukkan terjadinya
ketertinggalan pembelajaran (learning loss) yaitu ketika siswa kehilangan
kompetensi yang telah dipelajari sebelumnya, tidak mampu menuntaskan
pembelajaran di jenjang kelas maupun mengalami efek majemuk karena
tidak menguasai pembelajaran pada setiap jenjang.

56
Studi Indrawati, Prihadi dan Siantoro (2020) di sembilan provinsi di
Indonesia menunjukkan bahwa pada awal PJJ, hanya 68% anak yang
mendapatkan akses pembelajaran dari rumah. Kondisi ini diperburuk dengan
siswa yang melaksanakan PJJ pun tidak mendapatkan kualitas pembelajaran
yang sama sebagaimana sebelum pandemi. Banyak siswa hanya menerima
instruksi, umpan balik, dan interaksi yang terbatas dari guru mereka
(Indrawati, Pihadi, dan Siantoro, 2020).
Kondisi ini berkontribusi pada menurunnya kemampuan siswa,
ketidaktercapaian pembelajaran, ketimpangan pengetahuan yang semakin
lebar, perkembangan emosi dan kesehatan psikologis yang terganggu,
kerentanan putus sekolah, serta potensi penurunan pendapatan siswa di
kemudian hari (The SMERU ResearchInstitute-The RISE Programme in
Indonesia, 2020).
Temuan serupa juga dihasilkan dari kajian Puslitjak dan INOVASI
yang menunjukkan bahwa pada kelas awal, hilangnya kemampuan belajar
siswa dalam hal literasi dan numerasi sebelum dan selama pandemi setara
dengan 5-6 bulan setelah 12 bulan belajar dari rumah (Puslitjak dan
INOVASI, 2020).
Studi yang sama juga menunjukkan bahwa ketika siswa tidak
menguasai hal-hal yang seharusnya dipelajari pada satu tahun akan memiliki
efek majemuk pada apa yang bisa dipelajari siswa pada jenjang berikutnya
(Puslitjak dan INOVASI, 2020).
Dampak lain adalah menguatnya kesenjangan pembelajaran (learning
gap) selama pembelajaran jarak jauh. Di Indonesia, kesenjangan pendidikan
terjadi jauh sebelum pandemi (Muttaqin, 2018) dan semakin menguat ketika
pandemi. Indikasi penguatan kesenjangan pembelajaran sebenarnya telah
tampak dari pola keberagaman proses pembelajaran selama pandemi. Survei
Kemendikbud (2020) memperlihatkan adanya kesenjangan dalam
penggunaan platform pembelajaran antara sekolah di daerah 3T dan kawasan
non-3T. Hasil serupa juga ditunjukkan dari studi The SMERU Research
Institute-The RISE Programme in Indonesia (2020) yang memperlihatkan
adanya kesenjangan penggunaan aplikasi digital dalam pembelajaran antara
daerah perkotaan dan pedesaan terutama di luar Pulau Jawa.
Pola keberagaman dalam proses pembelajaran ini selanjutnya
memberi pengaruh padasemakin melebarnya kesenjangan hasil pembelajaran
siswa selama pandemi. Terkait hal ini, temuan The SMERU Research
Institute (2020) menunjukkan dua hal.
57
Pertama, analisis ketimpangan belajar di dalam kelas menunjukkan
bahwa siswa yang memiliki akses terhadap perangkat digital, memiliki guru
adaptif, pada kondisi sosial ekonomi lebih tinggi, serta mempunyai orang tua
yang aktif berkomunikasi dengan guru cenderung memiliki kemampuan di
atas rata-rata.
Kedua, ketimpangan hasil belajar antar siswa dalam satu kelas pun
diprediksi akan semakin lebar. Apabila tidak ada intervensi yang mendorong
guru untuk menyusun pembelajaran yang memperhatikan keragaman
kemampuan belajar siswa, maka siswa dengan kemampuan rendah akan
semakin tertinggal dari siswa lainnya. Studi INOVASI dan Puslitjak (2020)
menunjukkan risiko yang lebih besar dari semakin melebarnya kesenjangan
pembelajaran ini. Menurut studi tersebut, “pembelajaran selama COVID-19
memiliki dampak yang lebih besar pada beberapa kelompok siswa, di mana
siswa yang berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi lebih
rendah lebih berisiko tidak terdaftar lagi atau tidak lagi berpartisipasi dalam
proses pembelajaran.
Antisipasi dampak pandemi terhadap ketertinggalan pembelajaran
(learning loss) dan kesenjangan pembelajaran (learning gap) sebenarnya telah
dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud/saat
ini Kemendikbudristek). Pada Agustus 2020, Kemendikbud menerbitkan
kurikulum darurat pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus. Kurikulum
darurat (dalam kondisi khusus) ini pada pada intinya merupakan
penyederhanaan dari kurikulum nasional. Pada kurikulum darurat dilakukan
pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru
dan siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat
untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya. Guru juga didorong
untuk melakukan asesmen diagnostik secara berkala untuk mendiagnosis
kondisi kognitif (kemampuan dan capaian pembelajaran siswa) dan kondisi
non-kognitif (aspek psikologis dan kondisi emosional siswa) sebagai dampak
dari PJJ. Dengan asesmen diagnostik ini diharapkan guru dapat memberikan
pembelajaran yang tepat sesuai kondisi dan kebutuhan siswa mereka.

Setelah berjalan hampir satu tahun ajaran, Kemendikbud telah


melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum darurat. Hasil evaluasi
tersebut secara umum menunjukkan bahwa siswa pengguna kurikulum
darurat mendapatkan hasil asesmen yang lebih baik daripada pengguna

58
Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosial
ekonominya. Penggunaan kurikulum darurat secara signifikan juga mampu
mengurangi indikasi learning-loss selama pandemi baik untuk capaian literasi
maupun numerasi
Hasil positif di atas menunjukkan bahwa intervensi kurikulum darurat
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap upaya pemulihan pembelajaran
akibat pandemi COVID-19. Namun disisi lain, dapat dikatakan bahwa
intervensi ini merupakan kebijakan bumper untuk menanggulangi potensi
learning loss dan learning gap selama pandemi. Dibutuhkan pengembangan
kurikulum yang secara komprehensif mampu menghadapi krisis
pembelajaran yang menjadi permasalahan akut di Indonesia.
Pada konteks tersebut, kajian akademik pemulihan pembelajaran ini
disusun untuk menelaah berbagai alternatif kurikulum yang dapat digunakan
oleh satuan pendidikan dengan keragaman karakteristiknya untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran, mengoptimalkan hasil belajar
siswa, serta mengurangi dampak-dampak negatif pandemi COVID-19 bagi
pendidikan di Indonesia.

B. Perbedaan Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka


Mulai tahun ajaran 2022/2023, penerapan Kurikulum Merdeka ini
tidak hanya akan dikhususkan pada satuan pendidikan tingkat SMA/sederajat
saja. Namun, kurikulum ini juga bisa mulai digunakan pada tingkat lainnya,
seperti TK/PAUD, SD, SMP, hingga Perguruan Tinggi (PT). Tentunya,
penerapan kurikulum ini memiliki perbedaan pada masing-masing jenjang.
Berikut beberapa poin yang menjadi perbandingan kurikulum Merdeka dan
Kurikulum 2013 dalam jenjang Sekolah Dasar (SD/SDLB/MI) sebagai
berikut:
a. Kerangka Dasar
Landasan utama pada kurikulum 2013 adalah tujuan Sistem
Pendidikan Nasional dan Standar Nasional pendidikan. Sedangkan
Kurikulum Merdeka ditambah dengan menekankan mengembangkan
Profil Pelajar pancasila pada peserta didik.
b. Kompetensi yang Dituju
Pada Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar (KD) serta Kompetensi Inti
(KI) sebagai penilaian yaitu: sikap spiritual, sikap sosial, Pengetahuan dan
keterampilan. KD dinyatakan dalam bentuk poin-poin yang akan

59
dikoordinasikan per tahun serta hanya terdapat mata pelajaran Pendidikan,
Budi Pekerti dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Sedangkan Kurikulum Merdeka capaian pembelajaran disusun per
fase dan dinyatakan dalam bentuk paragraph yang merangkaikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mencapai, menguatkan, dan
meningkatkan kompetensi.
c. Struktur Kurikulum
Pada kurikulum 2013, jam pelajaran (JP) diatur per minggu satuan
mengatur alokasi waktu pembelajaran secara rutin setiap minggu dalam
setiap semester, sehingga setiap semester peserta didik akan mendapat
nilai hasil belajar setiap semester. Sedangkan Kurikulum Merdeka
strukturnya dibagi menjadi dua kegiatan pembelajaran utama yaitu:
(1)Pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan intrakulikuler,
(2) Projek penguatan profil pelajar pancasila.
d. Pembelajaran
Kurikulum 2013 menggunakan satu pendekatan pembelajaran wajib
yaitu pendekatan saintifik untuk semua mata pelajaran. Sedangkan
Kurikulum Merdeka menguatkan pembelajaran yang terdiferensasi sesuai
tahap capaian peserta didik.
e. Penilaian
Pada Kurikulum 2013 penilaian dibagi menjadi penilaian sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Sedangan Kurikulum Merdeka tidak ada
pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
f. Perangkat Ajar yang Disediakan Pemerintah
Kurikulum 2013 menggunakan buku teks dan buku non-teks. Sedangkan
Kurikulum Merdeka Buku teks dan Buku Non-teks.
g. Perangkat Kurikulum
Kurikulum 2013 mempunyai pedoman implementaasi kurikulum,
panduan penilaian, dan panduan pembelajaran setiap jenjang.
Sedangkan Kurikulum Merdeka panduan pembelajaran dan asessmen,
panduan pengembangan kurikulum operasional sekolah, panduan
pengembangan projek, pelaksanaan inklusif, individual dan bimbingan
konseling.
Guru Wajib Tau! Tentang Aplikasi Merdeka Mengajar dari Manfaat
Semua Fitur dan Cara Loginnya Ini Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan
Kurikulum 2013 di Tiap Jenjang Pendidikan Kurikulum baru ini, memiliki

60
perbedaan secara khusus di tiap jenjang pendidikan, mulai dari tingkat
sekolah dasar hingga jenjang sekolah menengah atas, berikut penjelasannya:
1. Sekolah Dasar (SD)
Perbedaan di Sekolah Dasar Pada kurikulum 2013 untuk sekolah
dasar, terdapat pemisahan antara mata pelajaran IPA dan IPS. Sedangkan,
pada kurikulum prototipe, kedua mata pelajaran ini digabung menjadi satu
mata pelajaran menjadi Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) tujuan
sebagai persiapan ketika siswa melanjutkan pendidikan di level sekolah
menengah pertama (SMP).
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Di Sekolah SMP perbedaan mencolok antara kurikulum 2013 dan
kurikulum prototipe di jenjang ini, adalah pada mata pelajaran informatika,
jika sebelumnya lebih bersifat pilihan, maka pada kurikulum prototipe mata
pelajaran ini dianggap wajib.
3. Sekolah Menengah Atas (SMA)
Di SMA perbedaannya adalah Jika pada kurikulum 2013, siswa baru
harus memilih jurusan sementara, maka pada kurikulum prototipe pemilihan
jurusan atau peminatan dimulai saat siswa memasuki kelas 11 yang
dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan konsultasi antara wali kelas,
guru BK serta orang tua siswa.
4. Struktur Kurikulum Merdeka
Kurikulum merdeka memiliki dua stuktur khusus yakni: kegiatan
yang bersifat intrakurikuler dan kegiatan yang bersifat projek baik secara
perseorangan maupun kelompok yang proses penerapannya diserahkan
sepenuhnya kepada sekolah maupun tenaga pendidik tiap mata pelajarannya.

Kurikulum merdeka juga memiliki perbedaan dalam hal waktu atau


jam pelajaran. Jika kurikulum 2013 lebih menghitung jumlah jam pelajaran
berdasarkan hitungan minggu, maka kurikulum prototipe menghitung jam
pelajaran berdasarkan tahun. Dengan waktu jam pelajaran yang berdasarkan
tahun ini akan memudahkan pihak sekolah untuk mengatur aktivitas
pembelajaran, contohnya: mata pelajaran yang belum diajarkan pada
semester genap bisa diajarkan pada semester ganjil demikian pula sebaliknya
atau menyesuaikan jam pelajaran setiap tahunnya.
Selanjutnya, perbedaan kurikulum prototipe dengan kurikulum 2013
bahwa tidak lagi dikenal istilah kompetensi inti maupun kompetensi dasar
melainkan diganti dengan capaian pembelajaran yang ditandai dengan hasil
61
yang telah dicapai dalam bentuk sikap maupun keterampilan siswa dalam
satu kesatuan yang saling terkait erat dan berdampak langsung pada
kompetensi tiap siswanya.

Kemdikbudristek atau Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan


Teknologi meluncurkan kurikulum baru yang di beri nama kurikulum
merdeka. Ini menjadi angin segar bagi dunia pendidikan di Indonesia apalagi
dalam rangka memperbaiki krisis pendidikan di Indonesia. Banyak guru
bingung kenapa ada apa dengan kebijakan kemdikbud ristek ini. Mungkin
beberapa guru disini memiliki pertanyaan, mengapa meninggalkan kurikulum
2013? dan beralih ke kurikulum merdeka? Terdapat beberapa hasil evaluasi
dokumen serta hasil evaluasi implementasi kurikulum 2013. Hasil Evaluasi
Dokumen Kurikulum 2013 Banyak faktor kalau kurikulum 2013 harus di
ubah Pertama Kompetensi Kurikulum 2013 terlalu luas, sulit dipahami, dan
diimplementasikan oleh guru. Kurikulum yang dirumuskan secara nasional
belum disesuaikan sepenuhnya oleh satuan pendidikan dengan situasi dan
kebutuhan satuan pendidikan, daerah, dan peserta didik. Mapel informatika
bersifat pilihan, padahal kompetensi teknologi merupakan salah satu
kompetensi penting yang perlu dimiliki oleh peserta didik pada abad 21.
Pengaturan jam belajar menggunakan satuan minggu (per minggu) tidak
memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk mengatur
pelaksanaan mata pelajaran dan menyusun kalender pendidikan. Akibatnya,
kegiatan pembelajaran menjadi padat.

Pendekatan tematik (jenjang PAUD dan SD) dan mata pelajaran


(jenjang SMP, SMA, SMK, Diktara, dan Diksus) merupakan satu-satunya
pendekatan dalam Kurikulum 2013 tanpa ada pilihan pendekatan lain
Struktur kurikulum pada jenjang SMA yang memuat mata pelajaran pilihan
(peminatan) kurang memberikan keleluasaan bagi siswa untuk memilih selain
peminatan IPA, IPS, atau Bahasa. Gengsi peminatan juga dipersepsi hirarkis.
Komponen perangkat pembelajaran terlalu banyak dan menyulitkan guru
dalam membuat perencanaan. Rumusan kompetensi yang detil dan terpisah-
pisah sulit dipahami sehingga guru kesulitan menerjemahkan dalam
pembelajaran yang sesuai filosofi Kurikulum 2013.

62
Strategi sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring
implementasi Kurikulum 2013 belum terlaksana secara tepat dan optimal,
belum variatif, belum sesuai dengan kebutuhan, dan belum efektif. Contoh
kendala: sosialisasi tidak sampai langsung kepada tingkat gugus, pemilihan
instruktur ditetapkan sentralistik sehingga tidak sesuai kebutuhan, dan
pelatihan masih dilakukan secara konvensional dengan ceramah yang
cenderung teoretik.
Masih banyak pengawas, kepala sekolah, dan guru yang memiliki
pemahaman kurang tentang kerangka dasar, diversifikasi, dan konsep
implementasi Kurikulum 2013.Sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan
monitoring implementasi Kurikulum 2013 belum berdampak optimal
terhadap pemahaman pengawas, kepala sekolah, dan guru, kemampuan dan
Dari poin di atas di atas, diperoleh terdapat 3 alasan mengapa meninggalkan
kurikulum 2013 dan beralih ke kurikulum merdeka, yaitu:
a. Miskonsepsi Kompetensi
Sudah tidak asing lagi dengan kompetensi dalam kurikulum 2013,
yaitu konsepnya adalah kesatuan antara sikap, pengetahuan, serta
keterampilan seseorang melakukan suatu kinerja tertentu dalam bahasan
ini subjeknya adalah siswa. Yang terjadi dalam kurikulum 2013 yaitu
kompetensi diturunkan menjadi 3 komponen berbeda yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Hal tersebut mengakibatkan guru
mengalami kesulitan mengajar dan siswa juga mengalami kesulitan
belajar karena proses penilaian yang rumit dan menghabiskan energi
untuk membedakan antara penilain sikap, pengetahuan dan keterampilan.
b. Tuntutan Terlalu Tinggi
Tujuan dari pembelajaran yaitu student centered atau berpusat pada
siswa, tujuan pembelajaran esesnsial yang sesuai terhadap perkembangan
anak yaitu yang relevan, realistis tetapi tetap menantang bagi siswa
untuk terus bisa belajar. Dalam kurikulum 2013 tujuan pembelajaran
dianggap terlalu tinggi, di kejar- kejar untuk menyelesaikan banyak
materi dalam waktu yang telah di tentukan, sedangkan daya berfikir
siswa berbeda- beda. Akibatnya guru mengalami kesulitan mengajar
dengan tuntutan menuntaskan konten sehingga terjebak pada cara
mengajar satu arah. Tidak ada ruang kreativitas bagi guru. Selain guru
mengalami kesulitan, hal yang sama juga di rasakan oleh siswa yang harus

63
dituntut mempelajari banyak konten sehingga hanya belajar hafalan dan tidak
mendapatkan pemahaman secara utuh.

c. Batasan waktu terlalu kaku


Satuan pendidikan dan guru dapat melakukan penyesuaian durasssi dan
kecepatan pembalajaran sesuai dengan kubutuhan murid dan konteks
lokal. Dalam kurikulum 2013, pengaturan durasi pembelajaran setiap
tujuan pembelajaran dikunci dalam satuan minggu. Tidak bisa disesuaikan
oleh guru dan satuan pendidikan Akibatnya guru menjadi
mengalami kesulitan dalam mengajar, meski guru mengetahui bahwa
siswanya belum tetapi terpaksa melanjutkan pembelajaran selanjutnya.
Selain itu, murid juga mengalami kesulitan dipaksa untuk
mempelajari pengetahuan yang terlalu kompleks. Hal ini juga di
buktikan oleh hasil riset yaitu bahwa selama pandemi, saat satuan
pendidikan bisa memilih kurikulum 2013, kurikulum darurat atau
kurikulum prototipe yang saat ini menjadi kurikulum merdeka.

Penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum dalam kondisi


khusus (kurikulum darurat) efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran
(learning loss) pada masa pademi COVID-19. Pada sekolah yang
menerapkan kurikulum 2013 mengalami learning loss sebesar 5 bulan
pembelajaran, sedangkan pada sekolah yang menerapkan kurikulum darurat
hanya mengalami learning loss selama 1 bulan. Tentu saja ini hasil yang
mengejutkan.

Survei pada 18.370 siswa kelas 1-3 SD di 612 sekolah di 20 kab/kota


dari 8 provinsi menunjukkan perbedaan hasil belajar yang signifikan antara
Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat. Harapannya dengan hadirnya
Kurikulum Merdeka akan mampu mengatasi krisis pendidikan dan kualitas
pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.1

1
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan/?jenjang=3&kurikulum1=1&kurik
ulum2=4

64
C. Keunggulan Kurikulum Merdeka

1. Lebih sederhana dan mendalam


Fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi
peserta didik pada fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna,
tidak terburu-buru dan menyenangkan.

2. Lebih merdeka
Merdeka bagi Peserta didik memiliki arti yaitu Tidak ada program
peminatan di SMA, peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat,
bakat, dan aspirasinya. Merdeka bagi Guru yaitu Guru mengajar sesuai
tahap capaian dan perkembangan peserta didik. Dan merdeka untuk
Sekolah maksudnya yaitu sekolah memiliki wewenang untuk
mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai
dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.

3. Lebih relevan dan Interaktif


Pembelajaran melalui kegiatan projek (project based learning)
memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif
mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan
lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil
Pelajar Pancasila yang relevan dengan kehidupan sehari- hari siswanya.2

2
Anggraena, Y., Felicia, N., Ginanto, D. E., Pratiwi, I., Utama, B., Alhapip, L., &
Widiaswati, D. (2021). Kajian Akademik : Kurikulum untuk Pemulihan Pembelajaran.Badan
Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi

65
KURIKULUM MERDEKA TEMUKAN CARA
MEMERDEKAKAN BELAJAR SISWA

A. Kurikulum Merdeka Belajar


Hakikat pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah menyerap
kebudayaan ke dalam diri anak dan anak ke dalam kebudayaan sehingga anak
menjadi manusia. Budaya sekolah dapat dibentuk dalam kurikulum belajar
mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler dan ko-kurikuler yang diikuti siswa.
Siswa memilih kegiatan ini di waktu luang mereka, sesuai dengan preferensi
mereka. Prinsip Hidup Mandiri Tamansiswa, yang didirikan pada tahun 1922,
merupakan landasan bagi konsep belajar mandiri.
Menurut Ki Hadjar, proses pendidikan mirip dengan bertani. Asumsi
ini sesuai dengan situasi di Indonesia saat itu, di mana petani merupakan
bagian terbesar dari penduduk. Kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan
harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan waktu untuk
mempersiapkan siswa secara tepat untuk kehidupan masa depan mereka.
Pendidik, menurut Ki Hadjar, serupa dengan petani dalam hal merawat benih
dengan menyiangi huma di sekitarnya, menyediakan air, dan pupuk agar
tanaman berbuah lebat. Di sisi lain, petani tidak akan pernah bisa mengubah
biji mangga menjadi buah anggur. Penting untuk mempertimbangkan sifat
alam, atau fondasinya.
Pendidikan harus mampu membebaskan umat manusia untuk
mencapai pendidikan yang membebaskan. Menurut Ki Hadjar, anak-anak
muda yang terdidik akan tumbuh menjadi manusia yang bebas dari pikiran,
pikiran, dan tenaga. Instruktur tidak hanya harus memberikan pengetahuan
yang penting dan berguna, tetapi dia juga harus mengajar siswa bagaimana
mencari pengetahuan itu untuk dirinya sendiri dan menerapkannya untuk
tujuan umum. Menyikapi hal tersebut di atas, pemerintah mengeluarkan
Program Belajar Mandiri, salah satunya dengan penerapan Kurikulum
Mandiri. Hal ini sejalan dengan misi pendidikan yang menekankan pada
partisipasi aktif peserta didik dalam pengembangan minat, kemampuan,

66
kebutuhan, dan kapasitasnya. Melalui kreativitas dan produksi, kurikulum ini
mendorong pengembangan karakter dan budaya Indonesia.3

B. Harapan Kurikulum Merdeka


Sejak pemerintah mencanangkan inisiatif kemerdekaan, ada banyak
optimisme tentang keberhasilan kurikulum. Tidak ada kewajiban atau
tanggung jawab bagi semua satuan pendidikan untuk langsung melaksanakan
program kurikulum mandiri karena merupakan kurikulum mandiri.
Selanjutnya, dampak pandemi Covid-19 yang dimulai pada 2 Maret 2020
masih terasa, dan masyarakat Indonesia mengalami perubahan dalam
kehidupan sehari-hari. Tentu saja, pemerintah mengutamakan kesehatan, dan
ini berdampak pada kebijakan pendidikan.
Saat terjadi pandemi, pemerintah menyadari perlunya reformasi
pendidikan yang menggunakan teknologi dan kurikulum yang dapat
beradaptasi dengan perubahan keadaan. Untuk meminimalkan perubahan
mendadak, pemerintah melakukan studi percontohan di mana kurikulum
alternatif diterapkan di beberapa sekolah. Pemerintah memulai dengan
memberikan pelatihan kepada kepala sekolah, guru, dan pendidik lainnya.
Kurikulum Merdeka yang pada hakekatnya dimulai oleh Ki Hadjar 100 tahun
yang lalu, merupakan kurikulum yang diikuti Sekolah Mengemudi.
Komponen penting dari proses pembelajaran disediakan melalui
kurikulum Pembelajaran Mandiri. Melalui penilaian diagnostik dan formatif,
nilai yang diberikan kepada siswa lebih menitikberatkan pada proses belajar
siswa. Pendekatan ini sesuai dengan pemahaman Ki Hadjar tentang
pendidikan yang berarti membimbing seluruh energi alam dalam diri anak
agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan anggota
masyarakat. Artinya pendidikan disesuaikan dengan minat dan kemampuan
siswa. Mereka senang belajar karena ada kecocokan, sehingga menimbulkan
kesenangan. Satuan pendidikan, guru, dan siswa yang lebih fleksibel dalam
Kurikulum Pembelajaran Mandiri akan mengembangkan lebih banyak ide
dan kreativitas di kelas dan dalam kehidupan. Akibatnya, pendidikan menjadi
alat pemecahan masalah bagi siswa dan masyarakat di lingkungan
pendidikan.

3
Saur Panjaitan, “Kurikulum Merdeka Belajar untuk Pendidikan yang
Memerdekakan” (https://www.google.com/amp/s/kolom.tempo.co/amp/1571857/kurikulum-
merdeka-belajar-untuk-pendidikan-yang-memerdekakan Diakses pada 28 Mei 2022, 13:25)

67
Kurikulum Mandiri memungkinkan satuan pendidikan, guru, dan
siswa untuk mengejar pembelajaran dengan caranya sendiri. Siswa memiliki
fitrah (bakat) kodrat, dan pengajar sebagai pendidik harus merawatnya sesuai
dengan fitrah tersebut. Pendidikan anak sama dengan pendidikan masyarakat.
Dengan memasukkan Pembelajaran Berbasis Proyek ke dalam kurikulum
Merdeka, guru dan siswa dapat mengidentifikasi masalah dalam kehidupan
sehari-hari mereka dan berusaha untuk menyelesaikannya. Sekolah harus
menyediakan fasilitas pembelajaran yang inovatif, kegiatan, ekstrakurikuler,
kegiatan belajar bersama dengan lingkungan/perusahaan, dan guru harus
berinovasi di dalam kelas untuk mendorong inovasi siswa. Belajar menjadi
sesuatu yang dirindukan siswa dalam lingkungan seperti itu.
Penerapan filosofi Ki Hadjar, khususnya Tri-N, dalam pembelajaran
adalah inovasi dan kreativitas (Niteni, Nirokke, Nambahi). Kemampuan
mengenali dan menangkap makna secara tepat (alam, ciri, prosedur,
kebenaran) disebut sebagai Niteni, yang mengacu pada proses mencari dan
menemukan makna dari suatu objek yang diamati melalui alat indera sesuai
dengan proses kognitif Ki Hadjar penciptaan. Hak Cipta ialah kemampuan
berpikir, dan dipercayakan untuk menemukan suatu kebenaran dengan
mengamati dan membandingkan objek untuk menentukan perbedaan dan
persamaannya.
Tiru dan perluas/tambahkan adalah dua kata yang dapat
diterjemahkan sebagai Nirokke dan tambahkan. Ki Hadjar terdiri dari
"kemauan atau niat", yang selalu muncul bersamaan atau seolah-olah sebagai
tanggapan atas pikiran dan perasaan. Level dan proses kreatiflah yang
membedakan keduanya. Menurut Ki Hadjar, fitrah masa kanak-kanak adalah
nirokke, atau peniruan. Proses lanjutan Nirokke adalah menambah atau
menambah/mengembangkan. Dalam teknik ini, proses kreatif dan orisinal
digunakan untuk memberikan warna baru pada model yang ditiru. Siswa
seharusnya melalui prosedur penjumlahan ini. Dalam hal ini, Ki Hadjar
menekankan agar kita berkultivasi bukan meniru. Memperbaiki, menambah,
menghapus, memodifikasi, dan memproses objek imitasi adalah contoh
pemrosesan.
Kurikulum otonom memperluas kapasitas siswa dengan memperluas
proyek, memungkinkan mereka untuk menjadi lebih mandiri. Khususnya
SMK akan memperkuat kemampuannya sebagai hasil dari peningkatan
kerjasama dengan dunia usaha dan industri, serta pemanfaatan dosen tamu
daripada tenaga ahli. Pemerintah melaksanakannya secara bertahap, dengan
68
mempertimbangkan kondisi masing-masing daerah dan persiapan sekolah,
serta memberikan kebebasan (kemerdekaan) kapan mulainya. Beberapa dari
sekolah telah memperkenalkan kurikulum otonom sebagai proyek
percontohan dengan harapannya dapat menginspirasi sekolah lain di daerah
tersebut untuk mengikutinya. Efektivitas Kurikulum Mandiri sangat
bergantung pada pengaruh, baik di sekolah negeri maupun swasta.4

C. Tantangan Kurikulum Merdeka


Kurikulum Mandiri, di sisi lain, bertujuan untuk membangun karakter
dan budaya Indonesia dan terbuka untuk semua orang, baik guru, siswa,
sekolah swasta maupun negeri. Implementasinya tentu saja sulit, terutama
dalam hal membangkitkan kesadaran di setiap sekolah tentang Kurikulum
Mandiri. Ini masalahnya. Keberhasilan proyek percontohan, untuk memiliki
pengaruh, memerlukan kesadaran dan rasa ikatan keluarga dengan
menghilangkan ego sektoral. Di satu sisi, sekolah yang terpilih sebagai pilot
project sangat bangga dengan kepercayaan dari pemerintah terhadap mereka.
Di sisi lain, perlu adanya rasa kewajiban untuk mewariskan keberhasilannya
kepada lembaga lain. Oleh karena itu, kesadaran semua pihak, pemangku
kepentingan, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, provinsi,
kabupaten/kota, dan yayasan penyelenggara sekolah swasta, sangat penting
untuk keberhasilan Kurikulum Mandiri. Terutama kepala sekolah dan guru
yang mempraktikkannya di kelas. Tentu saja hal ini menjadi aspek negatif
dalam efektifitas program Kurikulum Mandiri, karena kehadiran program ini
mengganggu kemampuan guru untuk menerapkannya.
Ini juga sulit untuk membuat perubahan pada sistem. Banyak aturan
telah diadopsi menggunakan pendekatan perintah dan kontrol top-down
hingga saat ini. Tidak ada pengecualian untuk aturan segala sesuatu yang
terjadi pada waktu yang sama. Alhasil, dengan melahirkan “Kemerdekaan”
dalam bentuknya yang sekarang, semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaannya harus mendewasakan dan memperluas ilmunya. Setiap
perubahan kebijakan, sekecil apapun, akan berdampak, khususnya bagi guru
lapangan. Hal ini relevan, misalnya, untuk sertifikasi guru (untuk beberapa
guru mata pelajaran tertentu). Beberapa mata pelajaran diturunkan atau
dihilangkan, mengganggu kriteria utama untuk memperhatikan dan
mendapatkan sertifikasi: selesainya jam pelajaran.

4
Ibid. (Diakses pada 28 Mei 2022, 15:59)

69
Jika senioritas guru tidak ditangani secara memadai, hal itu dapat
menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan di dalam kelas. Di satu sisi,
instruktur junior lebih cenderung menguasai teknologi sebagai kebutuhan
kurikulum mandiri karena tingkat kegembiraan, dorongan, kreativitas, dan
inovasi mereka yang tinggi. Instruktur senior, sebaliknya, memiliki tingkat
kompetensi teknologi yang lebih rendah, yang berdampak pada keberhasilan
program Kurikulum Mandiri. Ada perbedaan antara guru senior dan junior.
Masalah yang paling umum, terutama untuk sekolah swasta, adalah fluktuasi
jumlah siswa yang mereka kelola. Akibatnya, ketika jumlah siswa
berfluktuasi, program Kurikulum Mandiri terganggu dan terbatas. Telah
terjadi penurunan yang signifikan di banyak sektor, salah satunya sebagai
akibat dari epidemi yang berkepanjangan. Fokus sekolah swasta biasanya
pada PPDB (Penerimaan Siswa Baru), atau bagaimana menarik siswa baru
dan menjaga jumlah siswa tetap stabil. Akibatnya, penerapan berbagai
kebijakan baru pemerintah, seperti Kurikulum Mandiri, selalu dikaitkan
dengan isu utama, yaitu pengaruh jumlah murid yang dikuasainya.5

D. Peranan Teknologi Pembelajaran


Disiplin Teknologi Pembelajaran memainkan peran penting dalam
membantu penyelesaian masalah sosial. Proses pembelajaran individu dan
kelompok, sumber daya, dan sistem dibuat, dikembangkan, digunakan,
dikelola, dan dinilai menggunakan teknologi pembelajaran sebagai teori dan
praktik. Untuk mencapai tujuan yang diperlukan, Teknologi Pembelajaran
tertarik untuk memberikan layanan sumber belajar dan strategi pembelajaran
sebagai bagian dari domain desain pembelajaran. Oleh karena itu, Teknologi
Pembelajaran sebagai mata pelajaran, bidang studi, dan profesi tertarik untuk
berkontribusi dalam pengembangan strategi pembelajaran dan fasilitas
belajar bagi siswa sebagai strategi preventif untuk menghindari masalah
sosial. Dengan meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan, Teknologi
Pembelajaran berharap dapat meningkatkan sumber daya manusia dalam
rangka menghadapi perubahan dan dinamika masyarakat.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal seringkali tidak mampu
mengikuti dan merespon arus perubahan masyarakat yang begitu cepat
(Sudarminta, 2000). Bahkan anak-anak tampaknya tidak menyadari realitas
mereka sendiri dan lingkungan mereka yang tertindas. Karena kesadaran

5
Ibid. (Diakses pada 28 Mei 2022, 17:01)

70
seperti itu akan merusak keseimbangan struktur hierarki piramidal
masyarakat, yang diinginkan oleh sekelompok elit – elit sosial dan politik.6
Individu yang kritis, kreatif, produktif, bertanggung jawab, dan
mampu bekerja sama dengan individu atau kelompok lain yang diperlukan
dalam era globalisasi yang dinilai dengan kemampuan beradaptasi yang
tinggi dan persaingan yang sehat. Lembaga pendidikan harus mampu
menjawab tuntutan tersebut dan menyiapkan individu-individu berkualitas
yang mampu bersaing secara global. Penjelasan luas UU No. RI. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kualitas manusia yang
dibutuhkan oleh negara Indonesia sekarang dan di masa depan adalah pribadi
yang mampu bersaing dengan bangsa lain dalam persaingan yang semakin
ketat.7

E. Strategi Pembelajaran yang Memerdekakan


Sebagaimana dinyatakan dalam pendahuluan, menggunakan metode
pembelajaran yang membebaskan adalah upaya yang seharusnya membantu
orang mengatasi tantangan sosial. Partisipasi aktif siswa merupakan faktor
penting dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar dalam pendidikan yang
membebaskan. Hanya proses pendidikan gratis dan teknik pembelajaran
dialog-aksi yang dapat menghasilkan strategi pembelajaran yang
membebaskan. Teknik ini mampu mewujudkan proses belajar yang
demokratis, proses demokrasi yang merepresentasikan inisiatif siswa dalam
belajar. Demokrasi pembelajaran mencakup penerimaan hak anak untuk
terlibat dalam kegiatan belajar yang unik bagi mereka.
Paket pembelajaran yang terdiversifikasi, yang menghilangkan
keseragaman dalam berbagai elemen seperti kurikulum, taktik pembelajaran,
bahan ajar, dan evaluasi pembelajaran, merupakan salah satu kriteria
tercapainya masyarakat yang demokratis dan/atau berkeadilan. Program
pendidikan yang mengagungkan pembinaan perilaku yang seragam dengan
harapan dapat menghasilkan ketertiban, keteraturan, ketaatan, dan kepastian
(Degeng, 2000) harus ditinggalkan. Anak-anak telah diajari untuk
mengabaikan keragaman dan perbedaan.

6
H., Berybe, Dilema Pelembagaan Pendidikan. Dalam Sindhunata, Pendidikan
Kegelisahan Sepanjang Jaman. (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 24
7
Undang – Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

71
Tanpa kehilangan jati diri bangsa, siswa harus dipersiapkan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta sistem nilai atau etiket sosial
internasional. Siswa harus mampu dengan cepat memperoleh, menguasai,
mengolah, dan mengembangkan informasi guna menciptakan kebiasaan
berpikir yang inovatif dan produktif. Tanggung jawab guru dalam
mewujudkan pembelajaran yang membebaskan dikatakan mampu
memaksimalkan potensi setiap siswa secara maksimal tanpa mengganggu
pertumbuhan potensi individu lainnya.
Siswa harus mengembangkan sikap seperti belajar melalui
penggunaan sumber belajar yang beragam dan sumber pengetahuan. Selain
memiliki karakter bangsa, peserta didik perlu mempersiapkan untuk berperan
dalam konstelasi masyarakat global melewati pendidikan yang berwawasan
luas. Hal ini tercermin dalam paradigma pendidikan nasional baru yang
mengedepankan otonomi atau desentralisasi pendidikan melalui kurikulum
KTSP dan model pembelajaran yang inovatif, dengan fokus pada pendidikan
holistik untuk menumbuhkan kesadaran individu dengan nilai-nilai persatuan
dalam pluralisme budaya, serta nilai-nilai moral. , kemanusiaan, dan agama,
kreativitas, produktivitas, berpikir kritis, tanggung jawab, kemandirian, dan
kemampuan berpikir kreatif.
Bakat-bakat berikut ini akan terwujud jika sistem pendidikan dan
pembelajaran disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan para guru
untuk memahami dan mengembangkan kreativitasnya. Guru harus
dibebaskan dari belenggu berbagai persoalan teknis dan formalisme. Hal ini
merupakan syarat agar guru dapat membebaskan anak dari berbagai belenggu
yang menghambat imajinasi dan kreativitasnya, serta dalam rangka
pengembangan karakter. Akibatnya, sudah waktunya untuk menggunakan
pendidikan dan/atau pembelajaran yang membebaskan dan kritis sebagai
model.
Kemandirian atau independensi tidak diberikan begitu saja. Sikap
menghargai kekhasan dan keunikan setiap individu sebagai pribadi
berkembang sebagai hasil dari kemandirian atau kebebasan. Hakikatnya,
kebebasan pribadi setiap orang dibatasi oleh kebebasan pribadi orang lain.8
Norma bersama tetap diperlukan, namun kehati-hatian harus dilakukan ketika
menyusun aturan bersama, karena tujuan utama aturan bersama adalah untuk

8
SMU Kolese de Britto, Pendidikan Bebas Menuju Pribadi Mandiri. (Yogyakarta:
Yayasan De Britto)

72
menjaga dan menjamin kemerdekaan atau kebebasan setiap individu. Jika
peraturan yang dibuat menghalangi atau bahkan menghilangkan kebebasan,
maka pembatasan itu tidak proporsional. Akibatnya, aturan atau undang-
undang masih diperlukan, tetapi aturan atau undang-undang ini tidak boleh
menghalangi pengembangan potensi unik manusia itu sendiri. Manusia
dengan tingkat kemandirian atau kebebasan ini mampu mencapai potensi
penuhnya, mengkritisi, dan memilih arah hidupnya.
Tantangan pendidikan ke depan adalah mewujudkan demokratisasi
proses pembelajaran. Prosedur demokratis yang mencerminkan inisiatif siswa
dalam belajar. Hak siswa untuk melakukan tindakan belajar sesuai dengan
karakteristiknya diakui dalam pembelajaran demokrasi. Tersedianya paket
pembelajaran yang beragam, yang menghilangkan keseragaman kurikulum,
metodologi pembelajaran, bahan ajar, dan evaluasi pembelajaran, merupakan
salah satu kriteria terwujudnya masyarakat belajar yang demokratis dan
bebas. Sekolah merupakan tempat untuk membina demokrasi belajar agar
seluruh potensi siswa, termasuk nilai-nilai afektif, moral, agama, dan sosial
dapat terwujud.
Cara guru dan siswa berinteraksi perlu direvitalisasi. Jika sikap guru
sudah lebih otoriter, dengan banyak arahan, informatif, dan birokratis, peran
ibu/bapak, saudara, teman, atau pasangan harus diubah. Ini sering terjadi, dan
dalam beberapa keadaan, instruktur berperan sebagai siswa dan siswa
berperan sebagai guru. Proses belajar, serta hubungan antara murid, berubah.
Daya saing, serta persaingan berdasarkan peringkat, sangat mematikan
karena selain membentuk orang-orang eksklusif, anak-anak muda juga
memisahkan diri dari perkembangan moral mereka. Lebih jauh lagi, kegiatan
seperti itu hanya akan menyebabkan anak muda lainnya memperoleh
kebanggaan palsu dan penderitaan batin. Anak-anak harus diajari untuk
menjadi realistis, melihat bahwa hidup itu multi-dimensi daripada seragam,
dan didorong untuk hidup dalam keragaman yang saling melengkapi demi
persaudaraan yang sehat, sambil menghormati hak dan kewajiban sosial satu
sama lain. Mendidik anak-anak tidak hanya berarti mengajari mereka
bagaimana berinteraksi dengan lingkungan mereka secara praktis. Mendidik
anak juga berarti membantu mereka menjadi diri sendiri dan peka terhadap
lingkungan sekitar.
Pengaturan lingkungan belajar sangat penting agar anak dapat
mengontrol bagaimana kebutuhan emosionalnya terpenuhi. Lingkungan
belajar yang demokratis memungkinkan anak-anak untuk memilih kegiatan
73
belajar mereka sendiri dan mendorong siswa untuk terlibat secara fisik,
emosional, dan psikologis dalam proses pembelajaran, memungkinkan
mereka untuk terlibat dalam kegiatan kreatif dan produktif. Ini adalah aturan
penting untuk diingat saat menciptakan lingkungan belajar. Setiap anak,
secara individu dan/atau kolektif, harus diberi kesempatan untuk mengambil
keputusan berdasarkan kemampuan dan kemauannya untuk melakukannya.
Jika siswa dihadapkan pada berbagai batasan yang tidak ada
hubungannya dengan belajar, maka keinginan belajarnya akan berkurang.
Banyaknya peraturan yang biasanya dibuat oleh guru dan harus dipatuhi oleh
siswa akan membuat anak terus-menerus diliputi kecemasan. Siswa juga akan
kehilangan kemampuannya untuk bertindak bebas dan melatih pengendalian
diri. Apa yang terjadi jika mereka terus-menerus ketakutan? Siswa akan
menciptakan mekanisme pertahanan, sehingga yang mereka pelajari adalah
bagaimana melawan diri sendiri melawan rasa takut daripada mempelajari
pesan. Anak-anak seperti itu tidak akan maju dalam pendidikan mereka dan
akan selalu menyembunyikan kekurangan mereka.
Selain kebebasan, aspek terpenting dari lingkungan belajar yang
bebas dan/atau demokratis adalah kenyataan. Menyadari bahwa setiap siswa
memiliki kelebihan dan kekurangan, keberanian sekaligus ketakutan dan
kekhawatiran, dan kemampuan untuk marah sekaligus bahagia. Realitas
harus dimiliki oleh setiap orang yang berpartisipasi dalam proses
pembelajaran, bukan hanya siswa. Sikap dan pandangan positif tentang
belajar dapat ditumbuhkan dalam lingkungan belajar yang membebaskan dan
berdasarkan realitas semua orang yang terlibat dalam proses belajar. Sikap
dan pandangan belajar yang positif menjadi landasan untuk melancarkan
kegiatan belajar. Semua ini penting untuk pengembangan kapasitas mental
produktif.
Martabat manusia secara keseluruhan dihormati dalam pendidikan
humanis yang membebaskan. Pandangan bahwa siswa adalah bejana kosong
atau kertas kosong yang menunggu untuk diisi dengan apa saja yang
diinginkan guru atau orang tua, sehingga siswa menjadi lebih terkungkung,
cerdas, dan dewasa. Yang perlu dilakukan adalah agar siswa diajarkan
berbagai metodologi pembelajaran sehingga setelah mereka menyelesaikan

74
dan memperbaharui pendidikannya, mereka akan menjadi manusia yang
mandiri dan berbelas kasih.9

9
C. Asri Budiningsih, “Strategi Pembelajaran yang Memerdekakan”, h. 5-9

75
KURIKULUM MERDEKA
UNTUK PENDIDIKAN MEMERDEKAKAN

A. Kurikulum Merdeka
Menurut BSNP atau Badan Standar Nasional Pendidikan, pengertian
kurikulum merdeka belajar adalah suatu kurikulum pembelajaran yang
mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Di sini, para pelajar (baik siswa
maupun mahasiswa) dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin dipelajari
sesuai dengan bakat dan minatnya.

Kurikulum merdeka itu sendiri merupakan kurikulum yang


dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikburistek) sebagai opsi tambahan dalam rangka
melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan ini
diambil sebagai upaya penanggulangan kondisi pandemic Covid-19 yang
memberikan dampak yang signifikan disemua bidang, termasuk dibidang
pendidikan.

Dimana pada masa sebelum dan pandemi, Kemendikburistek


mengeluarkan kebijakan penggunaan Kurikulum 2013, Kurikulum menjadi
satu satuanya kurikulum yang digunakan satuan pendidikan dalam
pembelajaran. Masa pandemi 2020 s.d. 2021 Kemendikburistek
mengeluarkan kebijakan penggunaan Kurikulum 2013 dan Kurikulum
Darurat (Kur-2013 yang disederhanakan) menjadi rujukan kurikulum bagi
satuan pendidikan. Masa pandemi 2021 s.d. 2022 Kemendikburistek
mengeluarkan kebijakan penggunaan Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat,
dan Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak (SP) dan SMK Pusat
Keunggulan (PK).

Kurikulum Merdeka di SP/SMK-PK menjadi angin segar dalam


upaya perbaikan dan pemulihan pembelajaran yang diluncurkan pertama kali
tahun 2021. Diharapkan bahwa kurikulum merdeka ini mampu menjadi
pendongkrak bagi perbaikan dan pemulihan pembelajaran dikemudian hari.
Kebijakan Kemendikburistek terkait kurikulum nasional ini, nantinya akan

76
dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan
pembelajaran.

Implementasi Kurikulum Merdeka pada setiap jenjang pendidikan,


yaitu sebagai berikut:

1. SD/SDLB/MI
a. Kerangka Dasar
1) Rancangan landasan utama Kurikulum Merdeka adalah tujuan Sistem
Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan.
2) Mengembangkan profil pelajar Pancasila pada peserta didik
b. Kompetensi yang Dituju
1) Capaian Pembelajaran yang disusun per fase
2) Capaian Pembelajaran dinyatakan dalam paragraf yang merangkaikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mencapai, menguatkan,
dan meningkatkan kompetensi
3) SD/sederajat terdiri dari:
a) Fase A (umumnya setara dengan kelas I dan II SD)
b) Fase B (umumnya setara dengan kelas III dan IV SD), dan
c) Fase C (umumnya setara dengan kelas V dan VI SD)
c. Struktur Kurikulum
1) Struktur kurikulum dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan pembelajaran
utama, yaitu:
a) Pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan
intrakurikuler; dan
b) Projek penguatan profil pelajar Pancasila
2) Jam Pelajaran (JP) diatur per tahun. Satuan pendidikan dapat
mengatur alokasi waktu pembelajaran secara fleksibel untuk
mencapai JP yang ditetapkan
3) Satuan pendidikan dapat menggunakan pendekatan
pengorganisasian pembelajaran berbasis mata pelajaran, tematik,
atau terintegrasi
4) Mata pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial)
merupakan paduan dari IPA dan IPS
5) Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran pilihan, tergantung kesiapan
satuan pendidikan

77
6) Satuan pendidikan atau peserta didik dapat memilih sekurang-
kurangnya satu dari 5 (lima) mata pelajaran Seni dan Prakarya: Seni
Musik, Seni Rupa, Seni Teater, Seni Tari, atau Prakarya.
d. Pembelajaran
1) Menguatkan pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap capaian
peserta didik
2) Paduan antara pembelajaran intrakurikuler (sekitar 70-80% dari jam
pelajaran) dan kokurikuler melalui projek penguatan profil pelajar
Pancasila (sekitar 20-30% jam pelajaran)
e. Penilaian
1) Penguatan pada asesmen formatif dan penggunaan hasil asesmen
untuk merancang pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik
2) Menguatkan pelaksanaan penilaian autentik terutama dalam projek
penguatan profil pelajar Pancasila
3) Tidak ada pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
f. Perangkat Ajar yang Disediakan Pemerintah
1) Buku teks dan buku non-teks
2) Contoh-contoh modul ajar, alur tujuan pembelajaran, contoh projek
penguatan profil pelajar Pancasila, contoh kurikulum operasional
satuan pendidikan
g. Perangkat Kurikulum
1) Panduan Pembelajaran dan Asesmen, panduan pengembangan
kurikulum operasional sekolah, panduan pengembangan projek
penguatan profil pelajar Pancasila, panduan pelaksanaan pendidikan
inklusif, panduan penyusunan program pembelajaran individual,
modul layanan bimbingan konseling

2. SMP/SMPLB/MTs
a. Kerangka Dasar
1) Rancangan landasan utama Kurikulum Merdeka adalah tujuan Sistem
Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan.
2) Mengembangkan profil pelajar Pancasila pada peserta didik
b. Kompetensi yang Dituju
1) Capaian Pembelajaran yang disusun per fase
2) Capaian Pembelajaran dinyatakan dalam paragraf yang merangkaikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mencapai, menguatkan,
78
dan meningkatkan kompetensi SMP/sederajat terdiri dari satu fase,
yaitu Fase D (umumnya setara dengan kelas VII, kelas VIII dan kelas
IX SMP)
c. Struktur Kurikulum
1) Struktur kurikulum dibagi menjadi
2) kegiatan pembelajaran utama, yaitu: Pembelajaran reguler atau rutin
yang merupakan kegiatan intrakurikuler; dan Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
3) Jam Pelajaran (JP) diatur per tahun. Satuan pendidikan dapat mengatur
alokasi waktu pembelajaran secara fleksibel untuk mencapai JP yang
ditetapkan
4) Satuan pendidikan dapat menggunakan pendekatan pengorganisasian
pembelajaran berbasis mata pelajaran, tematik, atau terintegrasi
5) Mata pelajaran Informatika merupakan mata pelajaran wajib
6) Satuan pendidikan atau peserta didik dapat memilih sekurang-
kurangnya satu dari 5 (lima) mata pelajaran Seni dan Prakarya: Seni
Musik, Seni Rupa, Seni Teater, Seni Tari, atau Prakarya.
d. Pembelajaran
1) Menguatkan pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap capaian peserta
didik
2) Paduan antara pembelajaran intrakurikuler (sekitar 70-80% dari jam
pelajaran) dan kokurikuler melalui projek penguatan profil pelajar
Pancasila (sekitar 20-30% jam pelajaran)
e. Penilaian
1) Penguatan pada asesmen formatif dan penggunaan hasil asesmen untuk
merancang pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik
2) Menguatkan pelaksanaan penilaian autentik terutama dalam projek
penguatan profil pelajar Pancasila
3) Tidak ada pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
f. Perangkat Ajar yang Disediakan Pemerintah
1) Buku teks dan buku non-teks
2) Contoh-contoh modul ajar, alur tujuan pembelajaran, contoh projek
penguatan profil pelajar Pancasila, contoh kurikulum operasional
satuan Pendidikan

79
g. Perangkat Kurikulum
1) Panduan Pembelajaran dan Asesmen, panduan pengembangan
kurikulum operasional sekolah, panduan pengembangan projek
penguatan profil pelajar Pancasila, panduan pelaksanaan pendidikan
inklusif, panduan penyusunan Program Pembelajaran

3. SMA/SMALB/MA
a. Kerangka Dasar
1) Rancangan landasan utama Kurikulum Merdeka adalah tujuan Sistem
Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan.
2) Mengembangkan profil pelajar Pancasila pada peserta didik
b. Kompetensi yang Dituju
1) Capaian Pembelajaran yang disusun per fase
2) Capaian Pembelajaran dinyatakan dalam paragraf yang merangkaikan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mencapai, menguatkan,
dan meningkatkan kompetensi
3) SMA/sederajat terdiri dari:
a) Fase E (umumnya setara dengan kelas X SMA)
b) Fase F (umumnya setara dengan kelas XI dan XII SMA).
c. Struktur Kurikulum
1) Struktur kurikulum dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan pembelajaran
utama, yaitu:
a) Pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan
intrakurikuler; dan
b) Projek penguatan profil pelajar Pancasila
2) Jam Pelajaran (JP) diatur per tahun. Satuan pendidikan dapat
mengatur alokasi waktu pembelajaran secara fleksibel untuk
mencapai JP yang ditetapkan
3) Satuan pendidikan dapat menggunakan pendekatan
pengorganisasian pembelajaran berbasis mata pelajaran, tematik,
atau terintegrasi
4) Mata pelajaran IPA dan IPS di Kelas X SMA belum dipisahkan
menjadi mata pelajaran yang lebih spesifik
5) Satuan pendidikan atau peserta didik dapat memilih sekurang-
kurangnya satu dari lima mata pelajaran Seni dan Prakarya: Seni
Musik, Seni Rupa, Seni Teater, Seni Tari, atau Prakarya

80
6) Di kelas X peserta didik mempelajari mata pelajaran umum (belum
ada mata pelajaran pilihan). Peserta didik memilih mata pelajaran
sesuai minat di kelas XI dan XII. Peserta didik memilih mata
pelajaran dari kelompok mata pelajaran yang tersedia
7) Peserta didik menulis esai ilmiah sebagai syarat kelulusan
d. Pembelajaran
1) Menguatkan pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap capaian peserta
didik
2) Paduan antara pembelajaran intrakurikuler (sekitar 70-80% dari jam
pelajaran) dan kokurikuler melalui projek penguatan profil pelajar
Pancasila (sekitar 20-30% jam pelajaran)
e. Penilaian
1) Penguatan pada asesmen formatif dan penggunaan hasil asesmen untuk
merancang pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik
2) Menguatkan pelaksanaan penilaian autentik terutama dalam projek
penguatan profil pelajar Pancasila
3) Tidak ada pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
f. Perangkat Ajar yang Disediakan Pemerintah
1) Buku teks dan buku non-teks
2) Contoh-contoh modul ajar, alur tujuan pembelajaran, contoh projek
penguatan profil pelajar Pancasila, contoh kurikulum operasional
satuan pendidikan.
g. Perangkat Kurikulum
1) Panduan Pembelajaran dan Asesmen, panduan pengembangan
kurikulum operasional sekolah, panduan pengembangan projek
penguatan profil pelajar Pancasila, panduan pelaksanaan pendidikan
inklusif, panduan penyusunan Program Pembelajaran Individual, modul
layanan bimbingan konseling.

B. Pendidikan Memerdekakan
Pendidikan yang memerdekakan adalah peroses pendidikan yang
menuntun murid di dalam mereka mengembanhkan potensi-potensi positif
yang ada, yang dilandasi dari kebebasan di dalam mengeksplorasi potensi-
potensi tersebut, bebas dari berbagai tekanan baik dari tekanan dari dalam
diri individu murid tersebut, maupun dari dalam luar diri.

81
Pendidikan yang memerdekakan menurut KHD adalah suatu proses
pendidikan yang meletakan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur
dirinya sendiri, bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara
lahiriah dan batianiah. Sedangkan menurut Erwin Junardi, pendidikan yang
memerdekakan adalah proses seorang individu menuju keselamatan dan
kebahagiannya dari terbebasnya individu tersebut dari berbagai tekanan
secara internal maupun secara eksternal diri.

Sedangkan menurut penulis, pendidikan memerdekakan yakni


pendidikan yang memberikan kebebasan kapada peserta didiknya dalam
mengembangkan potensi dirinya dengan bantuan gurunya. Bantuan yang
diberikan oleh guru disini hanya berupa arahan dan bimbingan.

Setidaknya terdapat beberapa aspek yang dapat diamati dalam


pendidikan memerdekakan, yaitu:

1. Proses belajar mengajar. Salah satu tanda bahwa pendidikan


memerdekakan diterapkan disuatu lembaga pendidikan yakni terlihat pada
proses belajar mengajar dikelas, belajar mengajar akan dilaksanakan
dengan proses bimbingan dan pengarahan bukan dengan kekerasan
ataupun paksaan dari guru pada murid. Hal ini mengacu pada kebebasan
peserta didik dari tekanan baik dari eksternal maupun internal.
2. Pengembangan minat dan bakat. Kemudian pada pengembangan potensi
dirinya, peserta didik diberikan kebebasan dalam mengembangkan potensi
dirinya sesuai dengan minat dan bakat dari peserta didik tersebut.

C. Kurikulum Merdeka untuk Pendidikan Memerdekakan


Menurut BSNP atau Badan Standar Nasional Pendidikan, pengertian
kurikulum merdeka belajar adalah suatu kurikulum pembelajaran yang
mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Di sini, para pelajar (baik siswa
maupun mahasiswa) dapat memilih pelajaran apa saja yang ingin dipelajari
sesuai dengan bakat dan minatnya.

Sedangkan pendidikan yang memerdekakan adalah peroses


pendidikan yang menuntun murid di dalam mereka mengembangkan potensi-
potensi positif yang ada, yang dilandasi dari kebebasan di dalam
mengeksplorasi potensi-potensi tersebut, bebas dari berbagai tekanan baik

82
dari tekanan dari dalam diri individu murid tersebut, maupun dari dalam luar
diri.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat


beberapa garis besar dari makna kurikulum merdeka untuk pendidikan
memerdekakan, yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan di sekolah dirancang dengan berorientasi pada kebebasan


peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya melalui penelusuran
minat dan bakat.
2. Peserta didik berhak dalam menentukan studi yang diambilnya.
3. Guru sebagai pendidik hanya bertugas memberikan bimbingan dan arahan
kepada peserta didik.
4. Kegiatan belajar mengajar yang bersifat menekan dan keras terhadap
peserta didik tidak diperkenankan di sekolah.

D. Indikator Kurikulum Merdeka untuk Pendidikan Memerdekakan


Terdapat beberapa indikator yang dapat diamati dari implementasi
kurikulum merdeka untuk pendidikan memerdekakan, yaitu sebagai berikut:

1. Kebebasan peserta didik dalam mengembangkan potensinya


Dalam kurikulum merdeka, peserta didik diberikan kebebasan dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini terlihat pada dukungan
yang diberikan oleh lembaga pendidikan kepada peserta didik dalam
mengikuti minat dan bakatnya.

2. Pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih aktif


Seperti pada kurikulum 2013, kurikulum merdeka menuntut siswa untuk
lebih aktif dalam belajar mengajar. Siswa dituntut untuk mengekplorasi
hal-hal yang diminatinya. Dengan demikian, guru sebagai pendidik
berperan dalam mengarahkan, membimbing, dan memfasilitasi peserta
didik tersebut.

3. Mata pelajaran lebih didisederhanakan


Penyederhanaan ini dilakukan dengan tujuan agar peserta didik dapat
memiliki waktu yang lebih banyak dalam mengembangkan minat dan
bakatnya.
4. Proses belajar mengajar yang mengedepankan pengarahan dan bimbingan

83
Pada proses belajar mengajar sangat ditekankan pengarahan dan
sangat menentang kekerasan ataupun tekanan didalamnya. Karena sesuai
dengan perkataan KI Hajar Dewantara bahwa pendidikan dengan kekerasan
mau tidak mau harus dihapuskan, karena hal ini bertentangan dengan
pendidikan yang memerdekakan.

84
PENERAPAN KURIKULUM MERDEKA
DI SEKOLAH DAN MADRASAH

A. Pengertian Kurikulum Merdeka


Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang
dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia
Maju, Esensi kemerdekaan berpikir, menurut Nadiem, harus didahului oleh
para guru sebelum mereka mengajarkannya pada siswa-siswi. Nadiem
menyebut, dalam kompetensi guru di level apa pun, tanpa ada proses
penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak
akan pernah ada pembelajaran yang terjadi.

Pada tahun mendatang, sistem pengajaran juga akan berubah dari


yang awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa
pembelajaran akan lebih nyaman, karena murid dapat berdiskusi lebih dengan
guru, belajar dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan
guru, tetapi lebih membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri,
cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya
mengandalkan sistem ranking yang menurut beberapa survei hanya
meresahkan anak dan orang tua saja, karena sebenarnya setiap anak memiliki
bakat dan kecerdasannya dalam bidang masing-masing. Nantinya, akan
terbentuk para pelajar yang siap kerja dan kompeten, serta berbudi luhur di
lingkungan masyarakat (Widya, 2020).
Konsep Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim terdorong karena
keinginannya menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani
dengan pencapaian skor atau nilai tertentu. Pokok-pokok kebijakan
Kemendikbud RI tertuang dalam paparan Mendikbud RI di hadapan para
kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten/kota se-Indonesia, Jakarta, pada
11 Desember 2019. Ada empat pokok kebijakan baru Kemendikbud RI,
yaitu:

1. Ujian Nasional (UN) akan digantikan oleh Asesmen Kompetensi


Minimum dan Survei Karakter. Asesmen ini menekankan kemampuan
penalaran literasi dan numerik yang didasarkan pada praktik terbaik tes

85
PISA. Berbeda dengan UN yang dilaksanakan di akhir jenjang pendidikan,
asesmen ini akan dilaksanakan di kelas 4, 8, dan 11. Hasilnya diharapkan
menjadi masukan bagi sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran
selanjutnya sebelum peserta didik menyelesaikan pendidikannya.
2. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diserahkan ke sekolah.
Menurut Kemendikbud, sekolah diberikan keleluasaan dalam menentukan
bentuk penilaian, seperti portofolio, karya tulis, atau bentuk penugasan
lainnya.
3. Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut
Nadiem Makarim, RPP cukup dibuat satu halaman saja. Melalui
penyederhanaan administrasi, diharapkan waktu guru dalam pembuatan
administrasi dapat dialihkan untuk kegiatan belajar dan peningkatan
kompetensi.
4. Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), sistem zonasi diperluas
(tidak termasuk daerah 3T). Bagi peserta didik yang melalui jalur afirmasi
dan prestasi, diberikan kesempatan yang lebih banyak dari sistem PPDB.
Pemerintah daerah diberikan kewenangan secara teknis untuk menentukan
daerah zonasi ini.
Nadiem membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanpa alasan.
Pasalnya, penelitian Programme for International Student Assesment (PISA)
tahun 2019 menunjukkan hasil penilaian pada siswa Indonesia hanya
menduduki posisi keenam dari bawah; untuk bidang matematika dan literasi,
Indonesia menduduki posisi ke74 dari 79 Negara. Menyikapi hal itu, Nadiem
pun membuat gebrakan penilaian dalam kemampuan minimum, meliputi
literasi, numerasi, dan kurvei karakter.
Literasi bukan hanya mengukur kemampuan membaca, tetapi juga
kemampuan menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep di baliknya.
Untuk kemampuan numerasi, yang dinilai bukan pelajaran matematika, tetapi
penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menerapkan konsep numerik
dalam kehidupan nyata.

B. Hakikat Merdeka Belajar


Merdeka belajar adalah program kebijakan baru Kemendikbud yang
esensinya adalah kemerdekaan berpikir. Namun kemerdekaan berpikir ini
masih abstrak dan menimbulkan sejumlah pertanyaan yang perlu segera
dijawab untuk menghindari kesalahpahaman dalam pemaknaannya. Menurut
pakar pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Suyanto, merdeka belajar
86
adalah pemberian otonomi yang lebih luas kepada sekolah dan guru,
sehingga bisa mengembangkan kurikulum secara maksimal. Atau dengan
kata lain guru tidak cenderung mengajarkan yang „ditagih‟ kurikulum (A. M.
V. D. Pawero, 2017). Sehingga guru menjadi kunci pembaruan untuk
kemajuan Indonesia. Atinya, konsep merdeka belajar ini tentu sangat
tergantung pada guru dalam menerjemahkan kurikulum. Sedangkan menurut
M. Zainuddin (pakar pendidikan Universitas Negeri Malang), kebebasan
berpikir bisa berarti kebebasan cara berpikir peserta didik sesuai potensi yang
dimilikinya dalam memahami pembelajaran yang sedang diikuti. Meski
bebas dalam berpikir, namun tetap dalam jangkauan koridor ketercapaian
yang telah ditentukan. Sebab dalam setiap pembelajaran pasti ada yang
hendak di raih (Suara Pendidikan, 2020).

Beberapa pendapat di atas cenderung menerjemahkan merdeka belajar


dari perspektif guru dan perspektif murid yang keduanya merupakan unsur
inti dalam sebuah pembelajaran. Merdeka belajar bagi guru hakikaatnya
adalah kemerdekaan dalam menerjemahkan dan mengembangkan kurikulum
sehingga melahirkan merdeka mengajar. Kemerdekaan mengajar sudah
barang tentu akan melahirkan kemerdekaan belajar bagi peserta didik untuk
membentuk karakter yang baik sesuai potensi atau bakat dan kecerdasan
dalam bidangnya masing-masing (Kemendikbud, 2020). Dengan demikian
diharapkan akan tercipta pembelajaran yang semakin terbuka, lebih interaktif,
komunikatif, menyenangkan dan akhirnya membahagiakan semua pihak.
Oleh karena itu, hakikat “merdeka belajar” adalah input dari sekenario
peningkatan kualitas SDM melalui sektor pendidikan, yang prosesnya adalah
kreatif dan inovatif, dan outputnya adalah bahagia (menggembirakan semua
pihak).

Pengertian ini belum banyak dipahami oleh guru-guru di Sulawesi


tengah terutama Guru Madrasah. Dari Guru-guru yang diwawancarai
sebagian kecil masih belum jelas secara detail dan sebagian besar belum
memahami tentang merdeka belajar. Bahkan, tidak sedikit guru yang ternyata
salah paham tentang merdeka belajar yang menurut mereka hanya akan
menghabiskan anggaran negara, tetap merepotkan guru karena berganti
menteri ganti pula kebijakannya, dan pernyataan lainnya yang bersifat
menyimpang dari maksud yang dikehendaki Kemendikbud.

87
C. Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah/Madrasah
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, merdeka belajar
adalah memberikan kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan dan
merdeka dari birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit
serta mahasiswa diberikan kebebasan memilih bidang yang mereka sukai
(Tinggi, 2020). Merdeka belajar versi Kemendikbud dapat diartikan sebagai
penerapan kurikulum dalam proses pembelajaran yang menutut untuk
menyenangkan dengan pengembangan berpikir yang inovatif dan kreatif oleh
guru. Hal ini dapat menumbuhan sikap pofsitif murid dalam merespon
pembelajaran (Saleh, 2020: 51–56).

Sylviana Murni, dalam Seminar Nasional “Merdeka Belajar: dalam


Menapai Indonesia Maju 2045” yang diselenggarakan di Universitas Negeri
Jakarta pada tanggal 10 Maret 2020 memaparkan empat program kebijakan
Merdeka Belajar, yaitu pertama, USBN diganti dengan menjadi ujian
(assessment) pada tahun 2020 sesuai dengan Permendikbud No 43 Tahun
2019 tentang Penyelenggaraan Ujian yang diselenggarakan Satuan
Pendidikan dan Ujian Nasional ini menunjukkan bahwa sekolah dan guru
merdeka dalam menilai hasil belajar siswa; kedua, UN tahun 2021 diganti
menjadi assessment kompetensi minimum dan sesuai karakter. Pada
assessment ini juga ditekankan penguasaan aspek literasi dan numerisasi
dengan merujuk standar Internasional; ketiga, RPP dipersingkat dan dibuat
simple serta semudah mungkin; dan keempat, zonasi PPDB lebih fleksibel
dengan mempertimbangkan ketimpangan akses dan kualitas sesuai daerah
(Sherly, et al., 2020: 183–190).

Sesuai Peraturan RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan, mutu pendidikan dikatakan berkualitas apabila proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk
berprestasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagai prakarsa,
kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Dalam proses pembelajaran, guru/pendidik dituntut
dapar memberikan keteladanan (Muda, n.d.). Dari peraturan pemerintah ini,
sangat penting untuk setiap lembaga pendidikan memperhatikan mutu
pembelajaran agar mutu pendidikan di sekolah tetap terjaga bahkan
berkembang. Peraturan ini perlu ditindaklanjuti oleh institusi pendidikan
melalui berbagai macam program dan kegiatan ilmiah yang dapat
88
mengembangkan potensi guru seperti seminar, workshop, dan pelatihan
secara berkelanjutan agar guru menjadi lebih profesional sehingga
berdampak pada kemampuannya dalam mengelola pembelajaran yang
bermutu.
Karena bidang kita pendidikan, kita coba mulai dari sana, untuk
meningkatkan pendidikan, kita mulai dari visi misi dulu. Dalam pembuatan
visi misi, kita berangkat dari mana? Kebanyakan kita cuma copy paste saja,
itu salah besar, padahal dalam pembuatan visi misi itu, kita harus
mempertimbangkan berbagai dasar kebijakan dan landasannya (setidaknya
landasan filosofis, sosiologis dan psikologis), sehingga dalam pembuatan visi
misi kita harus berangkat dari analisis. Ada 2 analisis, yaitu

1. Analias SWOT, yaitu bagaimana strength, weakness, opurtunity, treatment


yang ada dalam latar pendidikan kita.
2. Analisis stakeholders (masyarakat yang berkepentingan), ada users, dunia
usaha, wali murid, dst. sehingga pedidikan kita nyambung, tidak cuma
membentuk hasil pendidikan rabaan saja. Makanya kita harus selalu
bergerak dan menggerakkan dunia pendidikan kita! Dengan selalu
menghitung pangsa pasar kita, yaitu:
a. Pangsa Pasar Tradisional
b. Pangsa Pasar Institusional
c. Pangsa Pasar Kreatif inovatif
d. Pangsa Pasar Lintas sectoral
e. Pangsa Pasar Transformatif.
Dalam hal ini apa yang mau distrategeni, kalau kita tidak punya bekal
materi/pengetahuan, dan juga strategi sebagus apapun, bagaimana bisa
diterapkan, kalau yang menerapkan tidak ahli/profesional, tapi seprofesional
apapun itu, bagaimana akan berdampak baik, kalau tidak dilandasi dengan
jiwa yang baik tulus ikhlas. (M. Fahim Tharaba, 2016: 148).

Dalam bukunya, Sudarwan Danim (2007) mengatakan lembaga


pendidikan dalam meningkatkan mutu perlu melibatan lima faktor yang
merupakan unsur dari lembaga tersebut, yaitu: kepemimpinan kepala sekolah,
guru, siswa, kurikulum dan jaringan kerjasama. Kelima unsur ini harus
terlibat dan saling berhubungan dalam mencapai pendidikan berkualitas.
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran, maka perlu adanya transformasi

89
kurikulum sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 3 dan pasal 37 ayat 1.

Kurikulum sekolah harus terdiversifikasi dengan program merdeka


belajar agar dapat berjalan secara berkesinambungan dengan undang-undang
dan peraturan pemerintah yang berlaku. Serta perlunya transformasi
manajemen pendidian nasional yang masih memiliki problem dalam
mengatasi setiap kebijakan pendidian yang saling tumpang tindih. Dengan
adanya transformasi manajemen pendidikan ini melalui konsep merdea
belajar diharapkan mutu pembelajaran di sekolah dapat bermutu dan mampu
mengahsilan generasi bangsa yang bersaing secara global (Sherly, et al.,
2020: 183–190).

D. Kunci Keberhasilan Penerapan Kurikulum Merdeka


Suatu bangsa akan menjadi besar dan berjaya apabila dihuni oleh
generasi (penduduk) yang berkualitas. Generasi berkualitas akan terlahir dari
alumni-alumni pendidikan yang berkualitas. Pendidikan berkualitas akan
berdiri dengan keberadaan guru yang berkompeten dan professional (A. M.
D. Pawero, 2021). Maka membicarakan peningkatan kualitas SDM Indonesia
sama halnya dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Sedangkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan ujung pangkalnya adalah peningkatan
kualitas guru. Tanpa adanya guru, pendidikan hanya menjadi slogan dan
pencitraan karena segala bentuk kebijakan dalam sektor pendidikan pada
akhirnya yang akan menentukan keberhasilannya adalah guru.

Hasil penelitian menunukkan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar


itu 50 persen ditentukan dari dirinya sendiri, 30 persen berasal dari pengaruh
guru, dan dari hal-hal lain hanya antara 5 persen sampai 10 persen saja. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa jika suatu negara sedang fokus pada
pembangunan SDM, maka fokusnya harus pada guru terlebih dahulu (Aqib,
2002). Keberhasilan merdeka belajar yang akan diimplementasikan 2021 pun
akan lebih besar bertumpu pada guru. Dengan demikian, maka merdeka
belajar (kemerdekaan berpikir) lebih dulu harus ada pada diri setiap guru.
Karena pembelajaran yang menghadirkan kebahagiaan hanya akan menjadi
sebuah paradigma jika guru sebagai motor.

pendidikan belum merdeka dalam berpikir, belum merdeka


menerjemahkan kurikulum, belum merdeka mengajar, belum merdeka dari

90
sejumlah tugas tambahan di luar pembelajaran, dan terutama belum merdeka
dari beban peningkatan karir pangkat dan jabatannya.

Dalam menyongsong merdeka belajar ini, diperlukan guru-guru yang


adaftif dengan segala bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perubahan yang diakibatkannya. Guru sekarang diharapkan segera
beradaptaasi dan berbenah diri mengikuti perubahan yang terjadi (Sagala,
2011). Perubahan itu menuntut peningkatan kompetensi guru dibidang
teknologi, informasi, dan komunikasi. Konsekuensi logisnya, seleksi alam
akan secara otomatis berlaku manakala guruguru yang ada lamban atau tidak
mampu beradaptasi. Untuk itu pemerintah dalam waktu yang relatif singkat
ini, diharapkan intens meningkatkan kompetensi guru secara masif.

Di sisi yang lain, banyak guru yang telah berhasil mendidik murid-
muridnya hingga menjadi guru besar, menteri, bahkan presiden, namun
nasibnya masih memprihatinkan (Rohman, 2013). Data Kemendikbud
menunjukkan bahwa di Indonesia ini sangat miskin guru yang pangkat dan
jabatannya mencapai Pembina Utama, IV/e. Kalau pun ada, namun
jumlahnya tidak melebihi jumlah jari sebelah tangan. Dengan merdeka
belajar ini, tidak hanya kualitas pendidikan yang semakin membaik, tetapi
SDM Indonesia semakin berkualitas, dan nasib guru di Indonesia juga
semakin baik dan sejahtera.

E. Reformasi Pendidikan dan Jawaban Masa Depan


Pendidikan mengacu pada sasarannya yaitu manusia, mengandung
banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks
itu, maka tidak ada satu definisipun yang cukup memadai untuk menjelaskan
arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat para
ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain.
Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang
digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang
melandasinya. Namun jika dicermati dari pendapat beberapa ahli pendidikan,
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pendidikan adalah bimbingan atau
pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak
untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain
(Yamin, 2010).

91
Sedangkan reformasi menurut Emil Salim dan Din Syamsuddin dalam
Tilaar, adalah perubahan dengan melihat keperluan masa depan, yang
kembali dalam bentuk asal (Tilaar, 2004). Menurut Banathy (1991) dalam
Miarso menyebutkan reformasi sebagai usaha “doing more of the same”.
Usaha ini kemudian ditingkatkan dengan “doing more of the same but doing
it better”, yang merupakan usaha peningkatan efesiensi (Miarso, 2010).
Menurut Sedarmayanti, reformasi adalah suatu perubahan pokok dalam suatu
sistem birokrasi yang bertujuan mengubah struktur, tingkah laku, dan
keberadaan atau kebiasaan yang telah lama (Sedarmayanti, 2011). Dari
beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa reformasi berarti
perubahan dengan melihat keperluan masa depan, menekankan kembali pada
bentuk asal, berbuat lebih baik (membetulkan/ menyempurnakan) dengan
menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan praktek yang salah atau
memperkenalkan prosedur yang lebih baik, suatu perombakan menyeluruh
dari suatu sistem kehidupan. Oleh karena itu, reformasi berimplikasi pada
merubah sesuatu untuk menghilangkan yang tidak sempurna seperti melalui
perubahan kebijakan institusional.

Dari pengertian pendidikan dan reformasi diatas, maka yang


dimaksud dengan reformasi pendidikan dalam tulisan ini adalah usaha
memperbaiki dengan mengubah srtuktur, sistem, tingkah laku atau kebiasaan,
penyimpangan dan praktek yang salah baik secara keseluruhan maupun
sebagian dalam bidang pendidikan menjadi benar dengan menerapkan
sistem/metode baru yang lebih baik.

Saat ini kita sudah memasuki abad 21 yang juga disebut sebagai era
pengetahuan, era industri 4.0, era globalisasi atau yang popular disebut
dengan era disrupsi. Perkembangan yang terjadi di era ini membawa
konsekuensi kepada tuntutan SDM yang berkualitas, untuk itu maka
reformasi pendidikan merupakan sebuah kenicayaan, karena hanya
pendidikanlah yang bisa mempersiapkan manusia untuk kehidupan di masa
depan (Mubarak, 2018).

Tuntutan SDM Indonesia yang berkualitas itu antara lain diinisiasi


oleh Kemendikbud dengan memperbaiki empat program pokok kebijakan
pendidikan “Merdeka Belajar” yang meliputi Ujian Sekolah Berstandar
Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.

92
Semangat UU Sisdiknas adalah memberikan keleluasaan bagi sekolah
untuk menentukan kelulusan. Namun pelaksanaan USBN justru membatasi
penerapan hal itu. Demikian juga kurikulum 2013 yang sudah berbasis
kompetensi, namun perlu asesmen yang lebih holistik untuk mengukur
kompetensi anak, sehingga membebani guru dan menyebabkan pelaksanaan
pendidikan semakin rumit. Karena itu, untuk mengurai tumpang tindihnya
pendidikan, maka USBN dan UN diganti dengan asesmen yang
diselenggarakan hanya oleh sekolah.
Kebijakan Asesmen Nasional dirancang sebagai penanda perubaahan
paradigma tentang evaluasi pendidikan yang selama mengukur capaian murid
secara individu menjadi pemetaan sistem pendidikan berupa input, proses dan
output. Potret layanan dan kinerja setiap sekolah dari hasil Asesmen,
selanjutnya menjadi cermin untuk melakukan refleksi dan perbaikan mutu
pendidikan nasional.

Asesmen Nasional terdiri dari 3 bagian, yaitu: Asesmen Kompetensi


Minimum (AKM), Survey Karakter (SK), dan Survey Lingkungan Belajar
(SLB). AKM dirancang untuk mengukur capaian murid dari hasil belajar
kognitif yaitu kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi) dan
kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi). Literasi itu
bukan hanya kemampuan membaca, tetapi kemampuan menganalisa suatu
bacaan atau kemamapuan memahami konsep di balik tulisan. Numerasi
adalah kemampuan menggunakan angka angka. Kemampuan literasi dan
numerasi merupakan kompetensi fundamental yang akan menyederhanakan
asesmen. Literasi dan numerasi tidak kemudian mengecilkan arti penting
mata pelajaran karena kedua hal itu justru membantu murid mempelajari
bidang ilmu lain. Terutama untuk berpikir dan mencerna informasi dalam
bentuk tertulis dan dalam bentuk angka atau secara kuantitatif. Sehingga
kemampuan literasi dan numerasi adalah kemampuan yang akan berdampak
kepada semua mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajari oleh murid.

Survey Karakter (SK) dirancang untuk mengukur pencapaian murid


dari hasil belajar sosial-emosional berupa pilar karakter untuk mencetak
profil pelajar pacansila dengan 6 (enam) indikator utama, yaitu: (1) Beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan YME, serta beraklaq mulia, (2) Kebinakaan
global, (3) Kemandirian, (4) Gotong royong, (5) Bernalar kritis, dan (6)
Kreatifitas (Ismail et al., 2021).

93
Survey Lingkungan Belajar (SLB) dirancang untuk mengevaluasi dan
memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah.
Asesmen Nasional Tahun 2021 dilakukan sebaga pemetaan dasar dari
kualitas pendidikan yang nyata di lapangan. Sehingga tidak ada konsekuensi
bagi sekolah maupun murid. Pemerintah melalui Kemendikbud juga akan
membantu sekolah dan Dinas Pendidikan dengan cara menyediakan laporan
hasil asesmen yang menjelaskan tentang profil kekuatan dan area perbaikan
di tiap sekolah dan daerah (Firmadani, 2017). Sehingga sangat penting
dipahami terutama oleh guru, kepala sekolah, murid dan orang tua bahwa
Asesmen Nasional 2021 tidak memerlukan persiapan khusus maupun
tambahan yang justru akan menjadi beban psikologis tersendiri. Tidak perlu
cemas tidak perlu bimbingan belajar (bimbel) untuk Asesmen Nasional.

Intinya bahwa Asesmen Nasional bertujuan untuk mengukur sekolah


bukan mengukur siswanya. Sehingga murid dan orang tua tidak perlu stres
lagi, karena hak asesmen dan kriteria prestasinya 100% diserahkan dan
diberikan kemerdekaan kepada sekolah, bukan paksaan dari pemerintah pusat
(Kemendikbud) atau dinas pendidikan (Shoimin, 2014). Pelaksanaan
asesmen dipertengahan jenjang agar tidak ada lagi ujian di akhir jenjang yang
menjadi beban siswa dan orang tua, yang hasilnya tidak digunakan untuk
dasar seleksi siswa ke jenjang selanjutnya, namun digunakan untuk
memberikan waktu kepada sekolah dan murid-murid yang akan
menyelesaikan suatu jenjang pendidikan agar melakukan perbaikan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) lama yang harus diikuti
guru menggunakan format yang kaku karena memiliki terlalu banyak
komponen yang menuliskannya harus sangat rinci sehingga menyita banyak
waktu dan hasilnya bisa mencapai lebih dari 20 halaman, disederhanakan
cukup 1 lembar dengan hanya 3 komponen, yaitu Tujuan pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan asesmen. Sehingga waktu guru bisa lebih banyak
digunakan untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran.

Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sistem Zonasi yang


lama dengan komposisi 80% jalur zonasi, 15% jalur prestasi, dan 5% jalur
perpindahan diubah menjadi 50% jalur zonasi, 15% jalur afirmasi, 5% jalur
perpindahan dan 30% jalur prestasi. Selain itu, daerah diberikan wenang
untuk menentukan proporsi final dan menetapkan wilayah zonasi (Sanjaya,
2009).

94
KURIKULUM MERDEKA TK/RA

A. Merdeka Belajar
Merdeka Belajar merupakan program penataan lain yang
diberangkatkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Kemendikbud RI) yang diberangkatkan oleh Pendeta Dikbud
RI kepada Biro Tinggi Indonesia, Nadiem Anwar Makarim. Sebelum
mengartikan kebebasan, memajukan secara keseluruhan harus
memahami menjadi mandiri dan belajar.
Sesuai referensi Kata Besar Bahasa Indonesia, Merdeka
memiliki arti penting terbebas dari (penundukan, ekspansionisme, dan
sebagainya), mandiri, tidak terpengaruh atau terbebas dari permintaan,
tidak terikat, tidak bergantung pada individu atau perkumpulan tertentu;
bebas, bebas (dapat melakukan apa pun yang dia mau).
Belajar adalah semua siklus sadar dari latihan mental, mental
atau mistik yang dilakukan oleh seorang individu sehingga
menyebabkan perubahan perilaku yang berbeda antara sebelum belajar
dan setelah belajar. Peluang belajar dapat diartikan sebagai peluang
sistem sekolah dari belenggu yang menyusahkan dan membatasi ruang
gerak dua instruktur dan siswa untuk berimajinasi. Kesempatan untuk
memilih apa yang ingin Anda wujudkan sesuai keinginan dan minat
pengajar dan siswa untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Mengakui
pembelajaran gratis harus dimulai sesegera mungkin untuk juga
memajukan pengembangan karakter pada orang.

B. Pendidikan
Menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Yanuarti, 2017)
mengungkap betapa pentingnya pelatihan bagi kemajuan kehidupan.
Sekolah adalah jalan menuju kemajuan suatu negara. Sekolah dibantu
melalui kerja sadar untuk mengarahkan semua kualitas normal yang
digerakkan oleh anak-anak, baik sebagai manusia maupun sebagai
warga negara untuk mencapai keamanan dan kebahagiaan yang paling
penting. Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam melakukan siklus
pembelajaran di Taman Siswa, itu tergantung pada lima standar, yang
disebut "Panca Darma". Panca Darma ini mengandung seluk-beluk baik

95
dari norma-norma yang digunakan di Taman Siswa sejak didirikan pada
tahun 1922 dan seterusnya, maupun yang terkandung dalam semua
pedoman dan tradisi yang berbeda dalam kehidupan dan bisnis Taman
Siswa. Selanjutnya adalah lima standar pembelajaran yang dikemukakan
oleh Ki. Hajar Dewantara, lebih tepatnya;

a) Pedoman kebebasan atau poin-poin kapasitas individu agar siswa


tanpa hambatan dapat menumbuhkan imajinasi, rasa, dan harapan
dalam pengalaman pendidikan. Hal ini sesuai dengan pepatah
“Tutwuri Handayani”. Dan itu berarti mengikuti di belakang dan
menerapkan dampak. Mengikuti di belakang berarti memberikan
kesempatan kepada siswa tanpa meninggalkan manajemen. Jadi
mahasiswa tidak boleh lepas tanpa pengelolaan dan juga tidak
dikontrol atau terhambat perkembangan dan kemajuannya sebagai
manusia bebas.

b) Standar Identitas Pembelajaran juga harus sesuai dengan standar


etnisitas karena siswa akan tinggal dan bekerjasama dengan daerah
yang lebih luas. Patokan identitas seharusnya tidak bergumul dengan
umat manusia, karena itu mengandung perasaan persatuan dengan
negara sendiri, perasaan bersatu dalam euforia dan kesusahan,
perasaan persatuan dalam kehendak terhadap kegembiraan lahir dan
batin seluruh negeri. Menumbuhkan rasa identitas tidak berarti
mengabaikan negara yang berbeda, mengasingkan negara yang
berbeda. Namun, apa yang tersirat dengan menciptakan patriotisme
adalah untuk menumbuhkan identitas perasaan sendiri dalam
mendorong afiliasi dan kolaborasi dengan berbagai negara di planet
ini.

c) Tata tertib masyarakat belajar juga harus sesuai dengan standar


kehidupan masyarakat setempat agar hasil belajar dapat diakui di
daerah tersebut. Standar ini digunakan untuk mengarahkan siswa
untuk menghargai dan mengembangkan cara hidup mereka sendiri.
Ketika ada budaya yang bisa menghiasi, menyempurnakan dan
menggarap kepuasan pribadi, itu harus diambil. Namun, dengan
asumsi itu membuat perbedaan sebaliknya, itu harus diberhentikan.

96
d) Prinsip kemanusiaan peserta didik juga diharuskan untuk tidak
menyalahgunakan kebebasan dasar yang mendasar. Premis umat
manusia berusaha untuk menumbuhkan karakteristik terhormat
orang. Hidup masing-masing berdasarkan partisipasi bersama dan
cinta bersama dan benar-benar fokus dan mengarahkan satu sama
lain sehingga mereka bisa menjadi orang-orang hebat.
Konsekuensinya, dalam pelaksanaan dan disusun secara konsisten
untuk kepentingan normal.

e) Prinsip ide alam Aturan alam direncanakan agar siswa tidak


mengabaikan komitmen mereka, dua komitmen kepada Tuhan, iklim,
masyarakat, dan diri mereka sendiri. Ki Hajar Dewantara membantu
pendidikan karakter melalui strategi "Tutwuri Handayani", yang
dikenal sebagai kerangka Diantara. (Diantaranya menyiratkan
kepedulian tanpa henti dengan euforia dan kesusahan dengan
memberi anak-anak kesempatan untuk bergerak sesuai keinginan
mereka.

1. Anak Usia Dini


Sesuai Undang-Undang tentang Keamanan Anak (UU RI Nomor
32 Tahun 2002) Bagian I Pasal 1 disebutkan bahwa anak adalah
seseorang yang belum berumur 18 tahun dan termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Untuk sementara, sesuai dengan Peraturan Sistem
Persekolahan Umum no. 20 Tahun 2003 Pasal 28 ayat 1, ruang lingkup
kepemudaan adalah 0-6 tahun yang ditunjukkan dalam penjelasan yang
berbunyi: Persekolahan remaja adalah suatu kegiatan pelatihan yang
ditujukan kepada anak-anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang diselenggarakan melalui pengaturan pendidikan. dorongan untuk
membantu perkembangan dan peningkatan jasmani dan dunia lain
dengan tujuan agar anak memiliki status untuk memasuki sekolah
lanjutan (Sisdiknas, 2003).

Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan Kepemudaan


(PAUD), yang dimaksud pemuda adalah pemuda yang berada pada
rentang usia 0-6 tahun, baik yang menjabat maupun belum terlayani di
yayasan persekolahan remaja. Yuliani Sujiono (2014) menyatakan
bahwa pemuda adalah anak muda yang baru lahir ke dunia sampai
97
dengan usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat tegas bagi
perkembangan kepribadian dan karakter anak serta kapasitas
keilmuannya. Sedangkan menurut The Public Relations for The
Schooling of Small kids (NAEYC), remaja adalah anak-anak yang
berada pada rentang usia 0-8 tahun. Menurut definisi ini, pemuda adalah
perkumpulan yang saat ini sedang berkembang dan berkembang
(Wijana D Widarmi, 2013: 1.13).

Dilihat dari pengertian yang berbeda-beda tersebut, maka dapat


dimaklumi bahwa pemuda adalah mereka yang berusia kurang dari 6
tahun, termasuk orang-orang yang masih dalam perut yang saat ini
sedang dalam perkembangan dan perbaikan fisik, mental, watak, dan
keilmuan, baik yang terlayani maupun yang belum terlayani. dalam
yayasan instruktif. anak muda.

Setiap individu memiliki keunikannya masing-masing dan


bahwa setiap individu tidak sepenuhnya sama satu sama lain. Meskipun
demikian, sebagai aturan umum, pemuda memiliki kualitas yang agak
mirip satu sama lain. Kualitas-kualitas ini adalah sebagai berikut.

a) Anak Usia dini Itu Istimewa Setiap anak tidak persis sama satu sama
lain dan tidak ada dua anak yang persis sama meskipun mereka
kembar yang tidak dapat dibedakan. Mereka memiliki berbagai
kualitas, atribut, minat, kecenderungan, dan fondasi. Menurut
Bredekamp (1987) anak muda memiliki keunikan tersendiri,
misalnya dalam gaya belajar, minat, dan landasan keluarga.
Keunikan setiap anak adalah sesuai dengan bawaan lahir, minat,
kapasitas dan landasan sosial kehidupan yang tidak sama satu sama
lain. Meskipun ada desain pengaturan umum yang mengejutkan
dalam pengembangan anak, contoh peningkatan kemajuan masih
memiliki perbedaan satu sama lain.
b) Anak Usia dini dalam Masa Potensi sering dianggap berada dalam
"usia cemerlang" atau kerangka waktu yang paling potensial atau
terbaik untuk belajar dan berkreasi. Jika periode ini tidak dilewati
dengan baik, dapat mempengaruhi kemajuan tahap berikutnya.
c) Masa Muda Umumnya Tidak Terkendala Sampai sekarang anak-
anak akan berkeliaran karena mereka terus-menerus buruk dalam
berimajinasi. Mereka akan secara terbuka menawarkan sudut

98
pandang dan sentimen mereka tidak peduli apa tanggapan semua
orang di sekitar mereka.
d) Anak usia dini Secara Umum Akan Lemah dan Tidak Ada Estimasi
anak tidak memikirkan resiko atau tidaknya suatu kegiatan. Untuk
melakukannya, mereka akan melakukannya terlepas dari apakah itu
dapat menyebabkan cedera atau kerusakan.
e) Anak usia dini itu Dinamis dan Bersemangat, Anak terus bergerak
dan tidak pernah bisa diam kecuali jika tertidur. Jadi dalam banyak
kasus dikatakan bahwa pemuda "tidak lulus"
f) Anak Usia dini itu Egosentris Mereka umumnya akan melihat hal-hal
menurut perspektif mereka sendiri dan dalam pemahaman mereka
sendiri. Mereka juga percaya bahwa semua yang mereka butuhkan
adalah milik mereka. Sebagai aturan umum, anak muda masih
egosentris, mereka melihat dunia menurut perspektif dan minat
mereka sendiri. Hal ini terlihat ketika anak-anak saling berebut untuk
bermain, atau menangis ketika mereka membutuhkan sesuatu namun
tidak dipuaskan oleh orang tua mereka. Kualitas-kualitas ini terkait
dengan kemajuan mental anak-anak. Menurut Piaget, pemuda berada
dalam tahapan:
a) tahap sensorimotorik,
b) tahap praoperasional,
c) tahap fungsional konkret.
g) Pemuda Memiliki Area Kekuatan yang Serius untuk a Minat mereka
sangat tinggi sehingga mereka tidak bosan bertanya "apa ini dan apa
itu" dan "untuk alasan apa ini dan mengapa itu" Anak muda memiliki
pandangan bahwa dunia ini dipenuhi dengan hal-hal menarik yang
tak ada habisnya. menakjubkan. Ini mendukung minat yang tinggi.
Minat anak muda berbeda-beda, bergantung pada apa yang menarik
minatnya. Ketertarikan ini sangat maju untuk memberikan informasi
baru kepada kaum muda untuk berkreasi secara intelektual. Semakin
banyak pengetahuan yang didapat berdasar kepada rasa ingin tahu
anak yang tinggi, semakin kaya daya pikir anak.
h) Anak Usia dini itu pemberani Mengingat minat mereka yang besar
dan kuat, mereka perlu menjelajahi berbagai tempat untuk memenuhi
minat mereka dengan menyelidiki objek dan iklim secara umum.
I) Anak usia dini Memiliki Pikiran Kreatif dan Impian yang Tinggi
Pikiran kreatif dan mimpi anak muda sangat tinggi sampai-sampai
99
terkadang banyak orang dewasa atau orang yang lebih berpengalaman
menganggap mereka pembohong dan suka menyombongkan diri.
Namun ini karena mereka suka membayangkan hal-hal di luar akal
sehat. Anak muda memiliki realitasnya sendiri, unik dalam
hubungannya dengan orang dewasa. Mereka tertarik pada hal-hal
yang kreatif sehingga mereka kaya akan mimpi.
j) Anak usia dini Secara Umum Akan mudah frustasi Secara Efektif
anak usia dini pada umumnya akan mudah terhalang dan lelah
dengan semua yang sulit baginya. Mereka akan segera meninggalkan
latihan atau permainan yang bahkan belum mereka selesaikan saat ini.
k) Anak usia dini Memiliki Kemampuan Fokus yang Terbatas,
Kemampuan anak usia dini untuk fokus tidak terlalu lama, itulah
sebabnya mereka tidak bisa diam dan sulit untuk fokus pada latihan
yang membutuhkan ketenangan.

Pendidikan usia dini seharusnya lebih memperhatikan penataan


karakter individu dengan materi pengalaman pendidikan yang tepat dan
sesuai minat yang disesuaikan dengan perkembangan usia siswa.
Kerangka program pendidikan kita yang telah diterapkan selama ini
tampak selangit dalam menentukan materi yang akan diajarkan kepada
siswa sebagai orang yang belum mulai belajar mengenal diri dan
keadaannya saat ini. Materi yang merepotkan mengharapkan siswa untuk
berkonsentrasi pada materi yang berat yang seharusnya bukan
merupakan kesempatan yang tepat bagi mereka untuk mempelajarinya
akan mengganggu psikologis dan peramal mereka, yang pada usia ini
masih diliputi minat untuk mewujudkan sesuatu dengan bermain sesuai
dengan keinginan dan kesempatan mereka.

100
KURIKULUM MERDEKA SD/MI

A. Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran di SD

Kurikulum merdeka diluncurkan oleh Mendikbudristek Nadiem


Makarim pada tanggal 11 februari 2022 lalu. Kurikulum ini diberikan kepada
satuan pendidikan sebagai opsi untuk memulihkan pembelajaran selama
2022-2024.
Untuk saat ini sekolah masih diperbolehkan memilih kurikulum yang
akan digunakan disatuan pendidikan masing-masing. Selain kurikulum ini,
kurikulum yang diberikan dan dapat menjadi pilihan untuk digunakan adalah
kurikulum 2013 dan kurikulum darurat.
B. Tujuan dan Keunggulan Kurikulum Merdeka di SD
Kurikulum Merdeka sendiri sejatinya adalah nama baru dari
kurikulum propotipe, yaitu kurikulum pembelajaran yang mengacu pada
pendekatan bakat dan minat dari peserta didik. Kurikulum ini bertujuan untuk
memulihkan pembelajaran pasca pandemi Covid-19 yang mengalami
penurunan mutu dan mengalami kesenjangan mutu karena terbatasnya sarana
dan prasarana belajar selama Pelajaran Jarak Jauh (PJJ) ata Belajar dari
Rumah (BDR). Selain itu kurikulum ini juga digunakan sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi peserta didik yang masih
rendah.
C. Struktur Kurikulum Merdeka SD serta Alokasi Waktunya

a. Fase Kurikulum Merdeka Jenjang SD

Kurikulum Merdeka SD dibagi menjadi 3 fase, yaitu:

1. Fase A (Kelas 1 dan Kelas II)


2. Fase B (Kelas III dan IV)
3. Fase C (Kelas V dan VI)

Pembelajaran di SD dapat menggunakan pendekatan mata pelajaran


atau tematik dengan beban belajar intrakurikuler dan projek penguatan profil
pelajar Pancasila (20% per tahun).

101
Penerapan projek penguatan profil pelajar Pancasila dilaksanakan
secara fleksibel, baik muatan atau waktu pelaksanaannya. Muatan projek
harus berdasarkan capaian profil pelajar Pancasila sesuai dengan fase siswa
dan tidak harus dikaitkan dengan capaian pembelajaran mata pelajaran.
Secara pengelolaan waktu pelaksanaan projek, dapat dilakukan
dengan menjumlahkan alokasi jam pelajaran projek dari semua mata
pelajaran dan jumlah total waktu pelaksanaan masing-masing projek tidak
harus sama.

b. Struktur Kurikulum Merdeka SD/MI

Alokasi Waktu Mata Pelajaran SD/MI Kelas I (Asumsi 1


Tahun= 36 minggu dan 1 JP = 35 menit)

102
103
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SD/MI Kelas II (Asumsi 1 Tahun
= 36 minggu dan 1 JP = 35 menit)

104
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SD/MI Kelas III-V (Asumsi 1
Tahun = 36 minggu dan 1 JP = 35 menit)

105
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SD/MI Kelas VI (Asumsi 1 Tahun
= 32 minggu dan 1 JP = 35 menit)

106
107
Catatan:

a. Mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dipilih


berdasarkan Agama siswa masing-masing.
b. Sekolah minimal menyediakan 1 jenis mata pelajaran Seni dan
Budaya (Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater atau Seni Tari) untuk
dipilih oleh siswa.
c. Jam Pelajaran Bahasa Inggris paling banyak 2 JP per minggu atau 72
JP per tahun untuk kelas 1-5 dan paling banyak 2 JP per minggu atau
64 JP per tahun untuk kelas 6.
d. Total JP tidak termasuk mata pelajaran Bahasa Inggris, Muatan Lokal
dan/atau mata pelajaran tambahan yang diselenggaraka oleh sekolah.

Mata pelajaran Bahasa Inggris adalah mata pelajaran pilihan yang


dapat diselenggarakan berdasarkan kesiapan sekolah. Pemerintah daerah
dapat memfasilitasi penyelenggaraan mata pelajaran Bahasa Inggris,
misalnya terkait peningkatan kompetensi guru dan penyediaan guru.
Bagi sekolah yang belum siap memberikan mata pelajaran Bahasa
Inggris sebagai mata pelajaran pilihan dapat mengintegrasikan muatan
Bahasa Inggris ke dalam mata pelajaran lain dan/atau ekstrakurikuler dengan
melibatkan masyarakat, komite sekolah, relawan mahasiswa, dan/atau
bimbingan orang tua.

Muatan pelajaran kepercayaan untuk penghayat kepercayaan terhadap


Tuhan Yang Maha Esa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai layanan pendidikan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif di SD/MI


menyediakan layanan program kebutuhan khusus sesuai dengan kondisi
siswa.

108
KURIKULUM MERDEKA SMP/MTS

A. Pengertian Kurikulum Merdeka


Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran
intelektual yang beragam dimana tujuan akan lebih optimal agar peserta didik
memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan
kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat
untuk mengajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan
belajar dam minat peserta didik.
Kurikulum merupakan instrumen penting yang berkontribusi untuk
menciptakan pembelajaran yang inklusif. Inklusif tidak hanya tentang
menerima peserta didik dengan kebutuhan khusus. Tetapi, inklusif artinya
satuan pendidikan mampu menyelenggarakan iklim pembelajaran yang
menerima dan menghargai perbedaan, baik perbedaan sosial, budaya, agama,
dan suku bangsa. Pembelajaran yang menerima bagaimanapun fisik, agama,
dan identitas para peserta didiknya.
Pada tahun 2022 penerapan kurikulum merdeka mulai diterapkan
pada satuan pendidikan yang mengikuti program Sekolah Penggerak dan
Sekolah yang melaksanakan secara mandiri. Pada kurikulum Merdeka
dengan paradigma baru siswa dikelompokkan berdasarkan umur kedalam
beberapa fase.10
Kurikulum merdeka bertujuan memberikan pembaharuan guna
meningkatkan kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan dari kurikulum
sebelumnya. Dalam struktur kurikulum ditetapkan oleh satuan pendidikan
untuk mengebangkan program serta kegiatan tambahan sesui visi, misi serta
sumber daya yang tersedia.
Kurikulum ini memberikan kemerdekaan pada sekolah untuk
merancang proses serta materi pembelajaran yang relevan dan kontekstual
perubahan dalam kurikulum merdeka ini dengan aspek yang berubah dari
kurikulum sebelumnya. Namun tujuan arah dan rancanganya sangat jelas
sehingga mudah untuk dipahami sekolah. Dalam pelaksanaanya kurikulum

10
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2012). hlm. 66

109
merdeka dilaksankan secara gotong royong dalam pengembangan kurikulum
bahan ajar.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai rangkaian dari kebijakan
Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Belajar pada 11 Februari 2022.
Sebelum diluncurkan secara luas, sejak tahun ajaran 2021/2022 Kurikulum
Merdeka telah diimplementasi di hampir 2.500 sekolah yang mengikuti
Program Sekolah Penggerak (PSP) sebagai bagian dari pembelajaran dengan
paradigma baru.
Mulai tahun 2022/2023 satuan pendidikan dapat memilih untuk
mengimplementasikan kurikulum berdasarkan kesiapan masing-masing
mulai dari TK B, Kelas I, Kelas IV, VII, dan X. Untuk mengukur kesiapan
satuan pendidikan, pemerintah menyiapkan angket untuk membantu satuan
pendidikan menilai tahap kesiapan dirinya untuk menggunakan Kurikulum
Merdeka. Namun sebelum memutuskan untuk mengimplementasikan
kurikulum Merdeka di satuan pendidikan, mari simak terlebih dahulu
kelebihan dari Kurikulum Merdeka.11
1. Lebih Sederhana dan Mendalam
Kurikulum Merdeka lebih berfokus pada materi yang esensial dan
pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya. Proses pembelajaran
diharapkan menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru, dan
menyenangkan.
2. Lebih Merdeka
Bagi peserta didik khususnya jenjang SMP tidak ada program peminatan
di SMP sehingga peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat,
dan aspirasinya. Guru juga diharapkan mengajar sesuai tahap pencapaian dan
perkembangan peserta didik. Sekolah pun memiliki wewenang untuk
mengembangkan dan mengelola kurikulum pembelajaran sesuai dengan
karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik.
3. Lebih Relevan dan Interaktif
Pembelajaran melalui kegiatan proyek memberikan kesempatan lebih
luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual

11
Surachman Wirno, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta:
Depdikbud, 1977), hlm. 34

110
misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung
pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.12

Kemudian, setelah mengetahui kelebihan dari Kurikulum Merdeka,


satuan pendidikan dapat memutuskan kurikulum apa yang akan digunakan.
Bila satuan pendidikan memutuskan untuk mencoba menerapkan Kurikulum
Merdeka, pihak sekolah dapat mengisi formulir pendaftaran dan sebuah
survei singkat. Informasi selengkapnya mengenai pendaftaran atau informasi
lainnya mengenai Kurikulum Merdeka dapat diakses disekolah.
Bagi siswa SMP Agar tubuh tetap sehat dan bugar, kita perlu
melakukan aktivitas-aktivitas fisik. Akan lebih baik jika aktivitas fisik dalam
bentuk olahraga kardio. Namun, jika tidak memungkinkan siswa SMP bisa
melakukan aktivitas fisik ringan seperti senam lantai.

Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras.


Unsur-unsur gerakannya sendiri cukup beragam, seperti mengguling,
melompat, meloncat, berputar di udara, serta menumpu dengan tangan atau
kaki untuk mempertahankan sikap seimbang. Aktivitas ini juga memiliki efek
yang baik bagi tubuh. Beberapa manfaat dari senam lantai seperti
meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan, melatih keseimbangan
tubuh, dan juga melenturkan otot-otot tubuh. Dalam senam lantai bagi
pemula, biasanya ada tiga gerakan dasar yang bisa dipelajari oleh Sobat
SMP. Ketiga gerakan tersebut adalah guling depan, guling belakang, dan juga
guling lenting.

Ada beberapa literasi kurikulum merdeka ditingkat SMP, sebagai


seorang pelajar yang nantinya akan menghadapi berbagai tantangan di masa
depan, Sobat SMP wajib membekali diri dengan berbagai keterampilan dan
pengetahuan terutama literasi dasar. Bukan sekadar kemampuan membaca
dan menulis, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata „literasi‟
juga memiliki makna kemampuan individu dalam mengolah informasi dan
pengetahuan untuk kecakapan hidup.

Gerakan Literasi Nasional yang diinisiasi oleh Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan terdapat 6 (enam) jenis literasi
dasar yang wajib pelajar. Apa saja sih jenis-jenis literasi tersebut antara lain:

12
Ibid, hlm. 36

111
1. Literasi Baca-Tulis
Membaca dan menulis merupakan literasi yang dikenal paling awal
dalam sejarah peradaban manusia. Keduanya tergolong literasi fungsional
dan berguna besar dalam kehidupan sehari-hari. Literasi baca-tulis juga
bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan,
bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003). Deklarasi UNESCO tersebut juga
menyebutkan bahwa literasi baca-tulis terkait pula dengan kemampuan untuk
mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan
secara efektif dan terorganisir, menggunakan dan mengkomunikasikan
informasi untuk mengatasi bermacam-macam persoalan.
2. Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk:
a) menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait
dengan dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam
konteks kehidupan sehari-hari.
b) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik,
tabel, bagan). Lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut
untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
3. Literasi Sains
Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan
ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan
baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar
fakta, memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan
teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta
kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains.
4. Literasi Finansial
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan agar
dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk
meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan
dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.
5. Literasi Kebudayaan dan Kewargaan
Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan
bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara
itu, literasi kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan
kewajiban sebagai warga negara. Dengan demikian, literasi budaya dan

112
kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap
terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.
6. Literasi Digital
Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul memahami dan
menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang
sangat luas yang diakses melalui piranti komputer. Sedangkan David Bawden
menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang berakar pada
literasi komputer dan literasi informasi, dimana literasi digital lebih banyak
dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses, merangkai, memahami,
dan menyebarluaskan informasi.13

a. Konsep Merdeka Belajar


Seiring perkembangan zaman, pendidikan tidak hanya dipandang
sebagai sektor penyedia layanan umum (public goods), lebih dari itu
pendidikan juga dipandang sebagai investasi produktif yang mampu
mendorong pembangunan di berbagai sektor. Terutama di era 4.0 dimana
distrubsi teknologi berkembang semakin masif. Oleh sebab itu, pendidikan
diaharapkan mampu menciptakan peserta didik yang memiliki kemampuan
berfikir kritis, kreatif, inovatif dan mempu menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan menindak lanjuti hal tersebut.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan segera mengeluarkan
kebijakan merdeka belajar. Merdeka Belajar lebih menekankan pada
keleluasaan belajar bagi guru ataupun siswa. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan mendefinisikan merdeka belajar sebagai sebuah proses
pembelajaran yang memeberikan keleluasaan dan wewenang kepada setiap
institusi pendidikan agar terbebas dari administrasi yang berbelit.
Konsep kebijakan merdeka belajar ialah guru sebagai tenaga pendidik
mampu menciptakan suasa belajar yang nyaman dan mamapu
memebangkitkan semangat belajar agar siswa tidak merasa terbebani oleh
materi disampaikan guru. Konsep merdeka belajar hampir serupa dengan
trilogi pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara. Ing Ngarso
Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Trilogi
pendidikan tersebut menekankan pada keterbukaan dalam pembelajaran yang

13
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2013),
hlm. 54

113
mendorong siswa untuk melakukan eksplorasi guna menemukan jawaban
atas sebuah permasalahan.14
Secara lebih detail Widodo, mengelompokkan konsep merdeka
belajar menjadi 4 garis besar, yaitu:
1) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
AKM bertujuan agar peserta didik paling tidak memiliki kemampuan
“literasi” dan “numerik”. Kemampuan literasi yang dimaksud bukan
sekedar kemampuan memebaca, namun kemampuan dalam mengkaji dan
memahami inti dari sebuah bacaan. Sedangkan dalam kemampuan
numerasi, yang dilihat adalah kemampuan peserta didik
mengimplementasikan konsep numerik dalam kehidupan sehari-hari.
2) Survei Karakter
Survei Karakter (SK) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mengetahui keadaan para pelajar dan infrastruktur prndidikan yang
tersedia, apakah nilai-nilai pancasila benar-benar tertanam dalam diri
siswa.
3) Perluasan Penilaian Hasil Belajar
Sebelum adanya merdeka belajar guru menggunakan Ujian Nasional (UN)
sebagai penilaian hasil belajar siswa. Setelah adanya program ini guru
dapat melakukan penilaian melalui penugasan dan portofolio. Hal ini
dinilai mampu memeberikan ruang lebih kepada pserta didik untuk
mengasah kemampuan yang dimiliki sesuai minat dan bakat.
4) Pemerataan Kualitas Pendidikan
Kebijakan merdeka belajar ini diharapkan dapat dilakukan secara
menyeluruh sebagai wujud pemerataan kualitas pendidikan hingga ke
daerah 3T. Konsep mereka belajar dalam memeratakan kualitas
pendidikan ini dinilai sebagai langkah yang baik dalam rangka
memepersiapkan bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 mendatang.

Tujuan yang ingin dicapai pada program merdeka belajar ini ialah
agar suatu instansi pendidikan dapat terbebas dari administrasi pemerintah
yang berbelit dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan diri serta mengasah minat dan bakatnya. Untuk itu kepala
sekolah harus menerapkan kebijakan yang mendukung pelaksanaan merdeka
belajar, guru mampu menghadirkan situasi belajar yang menarik. Guru juga
14
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum , (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2013), hlm. 47

114
diharapkan mampu memancing rasa ingin tahu peserta didik dan terbiasa
berpikir kritis. Hakikat merdeka belajar ialah mamapu mengeksplor
kemampuan yang dimiliki guru dan siswa dalam melakukan perubahan untuk
meningkatkan mutu pendidikan secara mandiri.15
Kemendikbud, menyatakan ada empat poin penting dalam kebijakan
merdeka belajar ini, yaitu:

1) Ujian Nasional (UN) akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi


Minimum (AKM) dan Survei Karakter. Penilaian ini menitikberatkan pada
kemampuan bernalar, literasi dan numerik sesuai dengan PISA. Penilaian
ini akan diterapkan pada kelas 4, 8, dan 11, bukan hanya diakhir masa
belajar saja. Hasil dari AKM dan survei karakter diharapkan mamapu
menjadi bahan evaluasi bagi guru untuk menciptakan proses pembelajaran
yang lebih baik.
2) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diberikan ke sekolah.
Sesuai Permendikbud No. 43 Tahun 2019 terkait ujian diselenggarakan di
sekolah dan Ujian Nasional. Dengan syarat sekolah yang bersangkutan
mampu memenuhi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) di seluruh mata
pelajaran. Kemudian pasal 5 ayat 1 mengatakan bahwa dapat berupa
portofolio, penugasan, karya tulis dan lain sebagainya.
3) Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menjadi satu
halaman. Penyederhanaan administrasi ini bertujuan agar guru dapat lebih
fokus pada proses pembelajaran dan pengembangan keahlian.
4) Perluasan sistem zonasi pada proses penerimaan peserta didik baru
(PPDB), kecuali untuk daerah 3T (terdepan, terpencil dan tertinggal).
Berdasarkan Permendikbud No. 44 Tahun 2019 Tentang Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB) 2020, pada Pasal 11 menyatakan bahwa: (1)
jalur zonasi minimal 50 %; (2) jalur afirmasi minimal 15 %; (3) jalur
perpindahan tugas orang tua/wali 5%; dan (4) jalur prestasi (merupakan
sisa dari point 1, 2, dan 3).16

15
Ibid, hlm. 52
16
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Ar-Ruzz Media,
(Yogyakarta, 2013), hlm. 76

115
b. Dasar Hukum
Kurikulum Merdeka ditingkat SMP Mata pelajaran Informatika
menjadi mata pelajaran wajib, sedangkan mata pelajaran Prakarya menjadi
salah satu pilihan bersama mata pelajaran Seni (Seni Musik, Seni Tari, Seni
Rupa, Seni Teater).

1) Kebijakan merdeka belajar merupakan upaya yang dilakukan oleh Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Upaya peningkatan kualitas SDM ini didasarkan pada.
2) Pembukaan UUD 1945 alinea IV: dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
3) Pasal 31 ayat 3, tentang penyelenggaraan pendidikan sebagai upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa.
4) UU Sisdiknas Tahun 2003, menimbang bahwa sistem pendidikan nasional
harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan
mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan
secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
5) UU Sisdiknas tahun 2003, Pasal 3: menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
6) Nawacita kelima untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat Indonesia.

B. Implementasi Kurikulum Merdeka Terhadap Pembelajaran


Adanya pandemi Covid-19 ini pada akhir tahun 2019 ini yang
membuat berbagai sektor publik yang berdampak dengan berbagai masalah
dan kritis, terutama pada bidang pendidikan. Penerapan sistem pendidikan
yang baru dimasa pandemi ini merupakan salah satu langkah yang diambil
oleh pemerintah dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Merdeka belajar ini merupakan salah satu program unggulan yang
dikemukakan oleh Kemendikbud Riset guna memberikan kebebasan kepada
para siswa untuk mengakses ilmu secara mandiri dan tidak hanya berpatok

116
pada guru, namun mereka juga bisa mengakses melalui dari berbagai media
seperti internet dan sebagainya.
Menurut Anggraini & Erfandi, menyatakan bahwa implementasi
merdeka belajar adalah upaya yang diberikan kepada tiap unit pendidikan
bebas dapat melakukan inovasi yang juga tentunya disesuaikan dengan
daerah masing-masing unit pendidikan tersebut, baik dari segi ekonomi,
sosial budaya, infrastruktur, dan juga kearifan lokal daerah tersebut.
Kemudian Laksana, dkk. Menyatakan pada saat adanya pandemi Covid-19
ini implementasi merdeka belajar ini banyak dilakukan di rumah pada
kegiatan proses belajar mengajar. Dan merdeka belajar ini tentunya
mengharapkan dapat dilakukan guna meningkatkan kualitas kurikulum dan
asesmen nasional tentunya.17
Suntoro & Widoro, berpendapat kegiatan yang sudah dirancang
terlebih dahulu ini guna memberikan suatu pengalaman yang melibatkan
mental dan fisik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, lingkungan,
dan dari sumber-sumber belajar lainnya yang mendukung proses pengalaman
belajar tersebut.
Implementasi merdeka belajar dimasa pandemi terutama pada
pembelajaran matematika mendorong guru dan siswa menjadi lebih kreatif,
inovatif, dan tentunya lebih maju dalam penggunaan teknologi. Penggunaan
Desmos, Geogebra, Mathlab, Mapele merupakan salah satu bentuk inovasi
guru dalam menyajikan pembelajaran matematika dengan memanfaatkan
teknologi. Pada masa ini banyak dijumpai penyajian informasi menggunakan
tabel, grafik, dan pengcoddinganyang tentunya merupakan dasar dari
matematika. Penerapan matematika dimasa pandemi dapat berupa penyajian
grafik jumlah pasian terjangkit Covid-19 di suatu daerah, menentukan daerah
dengan angka positif Covid-19 tertinggi di Indonesia, banyak cat yang
dibutuhkan untuk mengecat sebuah ruang isolasi, serta menentukan ukuran
peti jenazah yang ideal.
Pengimplementasian merdeka belajar terhadap pembelajaran
matematika ini tentunya akan membuat siswa lebih semangat dalam mencari
tahu mengenai matematika. Sehingga nantinya literasi numerik pada siswa ini

17
Anggaraini, F. S & Efendi, Implementasi Merdeka Belajar di Era New Normal dan
Paradigma Kontruktivisme, The 1st International Confernce in Islamic and Socil Education
Interdisciplinary, I (1) 279-292
http://prosiding.confrencenews.com/index.php/icisei/article/view/27

117
akan meningkat dengan banyaknya mereka mencari informasi lebih banyak
lagi dengan adanya merdeka belajar. Dan program ini juga meliputi empat
pokok kebijakan yaitu diantaranya: Ujian Sekolah Berstandar Nasional
(USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi.
Dalam pembelajaran matematika sendiri menggunakan modul yang
dengan khusus dirancang guna memenuhi kebijakan dari kurikulum merdeka
belajar ini sendiri yaitu untuk memenuhi Asessmen Kompetensi Minimum
(AKM). AKM sendiri diharapkan siswa mampu berpikir logis dalam
mengabstraksi suatu materi matematika dari maksud dan tujuannya tersebut
pada bagian literasi. Pada bagian numerasinya siswa diharapkan tidak hanya
mampu menghapal suatu rumus namun mampu menemukan konsep dasarnya
sehingga nantinya mereka lebih mudah dalam menerapkan jika menemukan
masalah yang lebih luas lagi.
Untuk AKM sendiri diharapkan siswa mampu berpikir logis dalam
mengabstraksi suatu materi matematika dari maksud dan tujuannya tersebut
pada bagian literasi, sedangkan pada bagian numerasinya siswa diharapkan
tidak hanya mampu menghapal suatu rumus namun mampu menemukan
konsep dasarnya sehingga nantinya mereka lebih mudah dalam menerapkan
jika menemukan masalah yang lebih luas lagi. Dalam pembelajaran
matematika di tingkat sekolah dasar (SD) hingga tingkat sekolah menengah
(SMP/SMA) menggunakan modul yang dengan khusus dirancang dalam
memenuhi kebijakan dari kurikulum merdeka belajar ini sendiri yaitu untuk
memenuhi Asessmen Kompetensi Minimum (AKM).
Pada pengembangan silabus dan RPP matematika guru lebih
mempertimbangkan level kognitif siswa atau kemampuan berpikir siswa
tersebut, karena matematika ini memerlukan proses berpikir yang terstruktur
dan koneksitas yang abstrak.18

C. Dampak dari Penerapan Merdeka Belajar terhadap Pembelajaran


Menurut Tambunan, yang menyatakan bahwa kemampuan siswa pada
literasi dan numerasi matematika secara signifikan dan juga positif
berhubungan dengan hasil prestasi matematika siswa. Dampak positif dari
merdeka belajar terhadap pembelajaran matematika ini dengan adanya

18
Suntoro, dkk., Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja
Grafindo Persada, 2012), hlm. 43

118
kebebasan siswa dalam memperoleh informasi dan untuk meng-upgrade
kemampuan siswa dalam belajar tentunya mampu meningkatkan kemampuan
literasi dan numerasi siswa pada pembelajaran matematika. Dengan adanya
penggunaan konsep kurikulum merdeka belajar ini mampu meningkatkan
kemampuan berpikir logis dan meningkatkan kognitif siswa.
Dengan adanya AKM juga pengambilan nilai siswa tidak hanya
mengandalkan nilai essay terakhir, sehingga siswa tidak perlu
mengkhawatirkan nilai mereka ketika ujian akhir apakah akan lulus atau
tidaknya. Dampak positif untuk guru matematika sendiri tentunya guru lebih
memliki inovasi pada saat proses belajar mengajar yang tidak terpaku hanya
pembelajaran dari teacher-center dan bisa membuat siswa lebih mandiri
dalam mencari materi pembelajaran yang lebih luas.
Sedangkan untuk dampak negatif dari merdeka belajar terhadap
pembelajaran matematika dengan adanya program merdeka belajar ini
membebaskan guru dalam menyusun RPP untuk dipilih, dan dibuat dengan
cukup dibuat satu lembar saja, serta diharapkan guru nantinya lebih
memaksimalkan pembelajaran agar tujuan tersebut dapat tercapai dari
pendidikan itu sendiri. Dengan adanya guru yang kurang mampu dalam
menyusun RPP ini nantinya guru sangat rawan dalam penyalahgunaan
tersebut misalnya dengan tidak memasukkan materi matematika yang tidak ia
pahami, sehingga membuat siswa ketinggalan suatu materi yang tentunya
penting dalam pembelajaran.
Kemudian dengan adanya capaian akademik yang banyak maka akan
membuat guru kesulitan dan materi yang akan disampaikan pun tidak
tersampaikan dengan baik sehingga membuat siswa kurang paham pada
materi tersebut. Kemudian pada PPDB ini menyebabkan guru kesulitan saat
mengajar dikarenakan capaian akademik terlalu banyak.
Kurikulum Merdeka dapat terus diterapkan secara berkelanjutan
melalui tiga hal:
1) Regulasi yang fundamental
Misalnya Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Regulasi dapat menjadi acuan bagi pengembangan
kompetensi guru dan kepala sekolah juga banyak hal lainnya.
2) Dari sisi asesmen
Kurikulum harus didampingi sistem penilaian atau asesmen yang baik
sebagaimana Asesmen Nasional (AN). AN sangat berbeda dengan Ujian
Nasional. AN dirancang bukan untuk menguji pengetahuan, tetapi untuk
119
menilai kemampuan bernalar para peserta didik. AN juga menjadi
penilaian yang menggambarkan gagasan sekolah yang ideal. AN sendiri
bukan hanya untuk menilai peserta didik dan sekolah melainkan menilai
pula kinerja pemerintah daerah. Melalui hasil penilaian kinerja daerah
tersebut, nantinya pemerintah pusat dapat memberikan kebijakan yang
lebih sesuai dengan kebutuhan dan konteks masing-masing satuan
pendidikan dan daerah.
3) Dukungan Publik
Dukungan publik menjadi hal krusial lainnya dalam keberlanjutan
penerapan kurikulum. Dukungan publik yang kuat akan sulit
menggoyahkan pergantian kebijakan.19

19
Ibid, hlm. 69

120
KURIKULUM KAMPUS MERDEKA

A. Program Merdeka Belajar

1. Karakteristik Program Merdeka Belajar


Mahasiswa berhak mengikuti atau tidak mengikuti program merdeka
belajar yang ditawarkan oleh kampus. Aturan ini berdasarkan Permendikbud
No. 3 Tahun 2020 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pemenuhan masa
dan beban belajar bagi mahasiswa program sarjana atau program sarjana
terapan dapat dilaksanakan dengan cara:
a) Mengikuti seluruh proses Pembelajaran dalam Program Studi pada
Perguruan Tinggi sesuai masa dan beban belajar; atau
b) Mengikuti proses pembelajaran di dalam Program Studi untuk memenuhi
sebagian masa dan beban belajar dan sisanya mengikuti proses
Pembelajaran di luar program studi.

2. Persyaratan Umum
Untuk dapat mengikuti program Merdeka Belajar, persyaratan umum
yang wajib dipenuhi bagi mahasiswa yaitu:
a) Minimal telah menempuh pendidikan semester 3 (tiga).
b) Mengajukan permohonan mengikuti program paling lambat 1 (satu)
semester sebelum program di mulai.
c) Berasal dari program studi yang terakreditasi.
d) Terdaftar sebagai mahasiswa UIN kampus tersebut atau perguruan tinggi
lain dengan bukti terdaftar di PD Dikti.
e) Tidak mengajukan permohonan mengikuti program apabila memiliki
kesamaan mata kuliah pada program studi seperti; program mengajar bagi
mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
f) Bagi mahasiswa kampus tersbut, telah menyelesaikan sekurangkurangnya
50 % dari jumlah mata kuliah penciri nasional dan universitas.
g) Disetujui oleh pimpinan fakultas berdasarkan keterbatasan jumlah
maksimal rombongan belajar

121
3. Pelaksanaan Merdeka Belajar
a) Peran Pihak Pelaksana Untuk pelaksanaan program Merdeka Belajar,
pihak yang berperan sebagai berikut:
1) Wajib membuat pedoman akademik untuk memfasilitasi kegiatan
Program Merdeka Belajar. Sedangkan bagi mahasiswa, dapat
mengambil atau tidak mengambil program tersebut.
2) Menyediakan fasilitas pemenuhan masa dan beban belajar dalam
proses Pembelajaran dengan cara sebagai berikut:
i. paling sedikit 4 (empat) semester dan paling lama 11 (sebelas)
semester merupakan Pembelajaran di dalam Program Studi;
ii. 1 (satu) semester atau setara dengan 20 (dua puluh) satuan kredit
semester merupakan Pembelajaran di luar Program Studi pada
Perguruan Tinggi yang sama; dan
iii. paling lama 2 (dua) semester atau setara dengan 40 (empat puluh)
satuan kredit semester merupakan:
 Pembelajaran pada Program Studi yang sama di Perguruan Tinggi
yang berbeda;
 Pembelajaran pada Program Studi yang berbeda di Perguruan Tinggi
yang berbeda; dan/atau
 Pembelajaran di luar Perguruan Tinggi.

3) Melakukan perjanjian kerjasama dengan perguruan tinggi lain dan


mitra dunia usaha dan industri.
b) Fakultas
Peran fakultas di lingkungan kampus dalam program Merdeka
Belajar sebagai berikut:
1) Menyetujui mahasiswa yang berasal dari dalam dan luar kampus
untuk mengikuti program.
2) Menyusun dan menyetujui jumlah mata kuliah yang dapat diambil
mahasiswa lintas prodi
3) Melakukan perjanjian kerjasama dengan mitra yang relevan yang
disetujui pihak universitas

c) Program Studi
Peran prodi di lingkungan kampus dalam program Merdeka
Belajar sebagai berikut:

122
1) Menawarkan sejumlah mata kuliah yang dapat diiikuti oleh
mahasiswa luar prodi dan luar kampus
2) Meverifikasi mahasiswa yang telah disetujui pihak fakultas
untuk mengikuti program 5
3) Menempatkan mahasiswa baik dari dalam dan luar kampus pada
rombongan belajar sesuai dengan pengajuan
4) Melakukan ekuivalensi mata kuliah dengan kegiatan
pembelajaran luar prodi dan luar kampus
5) Melakukan proses pembelajaran secara daring apabila ada
jumlah mata kuliah/SKS yang belum terpenuhi dari kegiatan
pembelajaran luar prodi dan luar perguruan tinggi.

d) Mahasiswa
Bagi mahasiswa yang mengikuti program Belajar Merdeka, wajib:
1) Mengkonsultasikan serta mendapatkan persetujuan dari
Pembimbing Akademik terkait sejumlah program yang akan
diikuti mahasiswa selambatlambatnya 1 semester sebelum
program di mulai.
2) Mendaftar kegiatan program luar prodi dengan persetujuan
ketua program studi. Melengkapi semua persyaratan yang
diajukan luar prodi.
3) Mengikuti semua program yang telah ditetapkan oleh pihak luar
prodi.
4) Mengikuti semua peraturan yang ditetapkan oleh pihak luar
prodi.

e) Mitra
Bagi mitra kampus, peran yang dilakukan:
1) Menyusun dokumen kerjasama (MoU) dengan UIN Raden
Fatah Palembang melibatkan pihak fakultas dan Prodi
2) Melaksanakan program kegiatan luar prodi sesuai dengan
ketentuan yang tertuang di dalam dokumen kerjasama
3) Melakukan revisi atau diversifikasi program dengan asas
manfaat dan saling menguntungkan.

123
B. Karakteristik Kurikulum Merdeka Belajar
1. Standar Kompetensi Lulusan Mahasiswa di kampus memiliki standar
kompetensi lulusan yang menjadi kriteria minimal tentang kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan. Penjelasan
masing-masing kualifikasi tersebut, yakni:
a) Sikap: merupakan perilaku benar dan berbudaya sebagai hasil dari
internalisasi dan aktualisasi nilai dan norma yang tercermin dalam
kehidupan spiritual dan sosial melalui proses pembelajaran,
pengalaman kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada
masyarakat yang terkait pembelajaran.
b) Pengetahuan: merupakan penguasaan konsep, teori, metode, dan/atau
falsafah bidang ilmu tertentu secara sistematis yang diperoleh melalui
penalaran dalam proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa,
penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait
pembelajaran.
c) Keterampilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
merupakan kemampuan melakukan unjuk kerja dengan menggunakan
konsep, teori, metode, bahan, dan/atau instrumen, yang diperoleh
melalui pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian
dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran,
mencakup:
 keterampilan umum sebagai kemampuan kerja umum yang wajib
dimiliki oleh setiap lulusan dalam rangka menjamin kesetaraan
kemampuan lulusan sesuai tingkat program dan jenis pendidikan
tinggi; dan
 keterampilan khusus sebagai kemampuan kerja khusus yang wajib
dimiliki oleh setiap lulusan sesuai dengan bidang keilmuan program
studi.

Berdasarkan rumusan di atas, bagi mahasiswa kampus wajib


memenuhi ketiga ranah tersebut dengan rincian sebagai berikut:
1) Sikap: Bagi mahasiswa wajib memiliki dan mempraktekkan akhlak al
karimah baik dalam proses perkuliahan maupun di luar perkuliahan. Pada
proses perkuliahan tercermin pada sikap mahasiswa dalam menerima
materi perkuliahan, motivasi dalam belajar dan disiplin. Di masyarakat,

124
praktik akhlakul karimah tercermin dari pola interaksi mahasiswa dengan
masyarakat yang mampu menjadi teladan di sekelilingnya.
2) Pengetahuan: bagi mahasiswa wajib menguasai teori, metode, dan konsep
pengetahuan dan teknologi sesuai dengan bidang keilmuan keprodiannya
yang diperoleh dari proses pembelajaran, pengalaman kerja, penelitian dan
pengabdian masyarakat. Indikator keberhasilan dari penguasaan pada
ranah bidang pengetahuan terlihat dari hasil ujian baik mid maupun ujian
akhir semester atau kemampuan dalam menarasikan teori dalam bentuk
makalah.
3) Keterampilan: Bagi mahasiswa wajib memiliki berbagai keterampilan
berupa unjuk kerja yang sesuai dengan keilmuan prodinya. Mahasiswa
juga diharapkan memiliki keterampilan umum dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia kerja setelah selesai menempuh pendidikannya
dikampus.

2. Standar Kurikulum
1) Kurikulum Beracuan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
Untuk kampus disarankan menggunakan kurikulum yang mengacu
kepada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Model
kurikulum ini sangat ideal untuk diimplemetasikan karena dapat
menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam
rangka pemberian kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di
berbagai sektor.
KKNI memberikan parameter ukuran jenjang kualifikasi dari jenjang 1
sebagai jenjang terendah dan jenjang 9 sebagai jenjang tertinggi. Setiap
jenjang KKNI bersepadan dengan level Capaian Pembelajaran (CP)
Program Studi pada jenjang tertentu di mana kesepadanannya untuk
pendidikan tinggi adalah level 3 untuk program Diploma 1 (D1), level 4
untuk program Diploma 2 (D2), level 5 untuk program Diploma 3 (D3),
level 6 untuk program Diploma 4 (D4)/Sarjana, level 7 untuk program
profesi, level 8 untuk program magister (S2), dan level 9 untuk program
doktor (S3).

125
2) Model Pembelajaran Student Center Learning (SCL)
Sebuah kampus di dalam proses pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran SCL. Beberapa model pembelajaran yang diterapkan
dalam KKNI adalah: a) Small Group Discussion, b)
Simulasi/demonstrasi, c) Discovery Learning, d) Self Directed Learning,
e) Cooperative Leaning, d) Collaborative Learning, e) Contextual
Instruction, f) Project Based Learning dan g) Problem Based Learning.
3) Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
Perencanaan proses pembelajaran disusun untuk setiap mata kuliah dan
disajikan dalam satuan acara perkuliahan atau rencana pembelajaran per
semester (RPS/silabus) yang ditetapkan dan dikembangkan oleh dosen
secara mandiri atau bersama dalam konsorsium atau kelompok keahlian
suatu bidang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dalam program studi
dan wajib ditinjau serta disesuaikan secara berkala dengan
perkembangan IPTEKS. Rencana pembelajaran paling sedikit memuat:
a. nama program studi, nama dan kode mata kuliah, semester, sks, nama
dosen pengampu.
b. capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah.
c. kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran
untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan.
d. bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan dicapai.
e. metode pembelajaran.
f. waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap
pembelajaran.
g. pengalaman belajar mahasiswa yang diwujudkan dalam deskripsi
tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa selama satu semester.
h. kriteria, indikator, dan bobot penilaian.
i. daftar referensi yang digunakan.

4) Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI)


`Salah satu persyaratan ketika lulus dari salah satu kampus adalah
keterampilan lain yang dimiliki oleh mahasiswa. Penguasaan keterampilan
ini ditunjukkan oleh bukti SKPI yang ditandatangi oleh pejabat yang
berwenang. Keterampilan ini dapat diperoleh dari lembaga internal dan
lembaga eksternal yang ditunjuk dan telah bekerjasama dengan sebuah
kampus.

126
5. Masa Studi dan Beban Akademik

1) Masa Studi
Untuk menyelesaikan perkuliahan di sebuah kampus baik pada tingkat
sarjana maupun pascasarjana, mahasiswa wajib menyelesaikan beban
perkuliahan sebagai berikut:
a. Paling lama 4 (empat) tahun akademik untuk program diploma 3.
b. Paling lama 6 (enam) tahun akademik untuk program sarjana,
program diploma empat/sarjana terapan.
c. Paling lama 3 (tiga) tahun akademik untuk program magister,
program magister terapan atau program spesialis.
d. Paling lama 4 (empat) tahun akademik untuk program doktor,
program doktor terapan, atau program doktor subspesialis.

2) Beban Akademik
Beban Untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan program,
mahasiswa wajib menempuh beban belajar paling sedikit:
a. Paling sedikit 108 sks untuk program diploma tiga.
b. Paling sedikit 144 sks untuk program diploma empat dan
program sarjana.
c. Paling sedikit 24 sks untuk program profesi setelah
menyelesaikan program sarjana, atau program diploma
empat/sarjana terapan
d. Paling sedikit 36 sks untuk program magister, magister terapan,
atau program spesialis.
e. Paling sedikit 42 sks untuk program doktor, doktor terapan, dan
doktor subspesialis.

3). Sistem Perkuliahan


1) Bentuk Pembelajaran Proses perkuliahan yang dilaksanakan di suatu
kampus terdiri dari empat bentuk pembelajaran, yaitu:
a. Kuliah; merupakan kegiatan tatap muka antara dosen dan
mahasiswa.
b. Responsi dan tutorial; merupakan bantuan atau bimbingan dosen
kepada mahasiswa.
c. Seminar; merupakan kegiatan seminar yang dilakukan untuk
membahas topik tertentu.

127
d. Praktikum; merupakan kegiatan terstuktur dan terjadwal untuk
meningkatkan keterampilan dan pemahaman mahasiswa terhadap
materi perkuliahan.

2) Satuan Kredit Semester (SKS)


Disebuah kampus dalam proses pembelajarannya di kelas menggunakan
sistem SKS. Pengertian SKS adalah takaran waktu kegiatan belajar yang
dibebankan pada mahasiswa per minggu per semester dalam proses
pembelajaran melalui berbagai bentuk pembelajaran atau besarnya
pengakuan atas keberhasilan usaha mahasiswa dalam mengikuti kegiatan
kurikuler di suatu program studi.

3) Jumlah SKS yang diambil mahasiswa


Mahasiswa yang memiliki prestasi akademik yang mempunyai indeks
prestasi semester (IPS) lebih besar dari 3,00 (tiga koma nol nol) dapat
mengambil jumlah SKS maksimal sebanyak 24 SKS setelah 2 (dua)
semester pada tahun akademik yang pertama. Aturan pedoman beban
SKS dapat dilihat pada tabel berikut:

No IPK SKS Maksimal

1 3,01 - 4,00 22-24 SKS


2 2,51 – 3,00 20 SKS
3 2,01 – 2,50 18 SKS
4 1,51 – 2,00 16 SKS
5 1,00 – 1,50 14 SKS

4. Struktur Kurikulum Merdeka Belajar


1) Struktur Kurikulum Merdeka Belajar Struktur kurikulum UIN Raden
Fatah Palembang saat ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu: 1)
kurikulum penciri nasional,
2) kurikulum penciri universitas, dan
3) kurikulum keprodian. Sebaran ketiga komponen tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut:

128
No Mata Kuliah Jumlah Ket %
SKS

1 Pancasila 2 Penciri Nasional


6,25
2 Bahasa Indonesia 2 Penciri Nasional

3 Kewarganegaraan 2 Penciri Nasonal

4 Studi Keilaman 3 Penciri Universitas

5 Bahasa Arab 2 Penciri Univrsitas

6 Bahasa Inggris 2 Penciri Universitas


12,5
7 Islam & Ilmu 2 Penciri Universitas 0
Pengetahuan
8 Studi Islam-Melayu 2 Penciri Universitas

9 KKN 4 Penciri Universitas

10 Skripsi 6 Penciri Universitas

11 Mata Kuliah 117 Penciri Prodi 81,2


Keprodian 5
Jumlah SKS 144 100

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 144 SKS jumlah mata
kuliah sebanyak 9 mata kuliah atau 6,25 % merupakan mata kuliah penciri
nasional, sebanyak 18 mata kuliah atau 12,50 % merupakan mata kuliah
penciri universitas, dan 117 mata kuliah atau 81,25 % merupakan mata kuliah
keprodian.

129
Berdasarkan Permendikbud No. 3 Tahun 2020 tentang Standar
Nasional Pendidikan, maka terjadi perubahan struktur kurikulum UIN Raden
Fatah Palembang saat ini sebagaimana tabel berikut:

No Kelompok MK Jumlah SKS %


1 Penciri Nasional 9 6,25
2 Penciri Univeritas 18 12,50
3 Lintas Prodi 20 13,89
4 Luar Prodi/PT (program) 40 27,78
5 Keprodian 57 39,58
Jumlah 144 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa terjadi perubahan komposisi


kurikulum berdasarkan konsep Merdeka Belajar, ada dua kelompok mata
kuliah baru yaitu lintas prodi sebanyak 20 SKS atau 13,89 % dan luar
prodi/PT sebanyak 40 SKS atau 27,78 %, sedangkan mata kuliah keprodian
hanya 57 mata kuliah atau sebesar 39,58 %. Untuk itu UIN Raden Fatah
Palembang perlu perubahan secara mendasar struktur kurikulum berdasarkan
matriks berikut ini:

 Kurikulum Penciri Nasional, Universitas dan Prodi Di dalam struktur


kurikulum UIN Raden Fatah Palembang, terdapat 3 komponen penciri
utama yaitu: 1) mata kuliah nasional, 2) mata kuliah universitas dan 3)
mata kuliah keprodian.
 Mata Kuliah di Prodi yang berbeda di perguruan tinggi yang sama atau
berbeda Mata Kuliah ini merupakan mata kuliah pertukaran pelajar pada
prodi yang berbeda pada perguruan tinggi yang sama. Jumlah mata kuliah
ini sebanyak 20 sks pada perguruan tinggi yang sama dan dilaksanakan
selama 1 semester
 Mata Kuliah Yang Disetarakan/Konversi
Di dalam konsep Merdeka Belajar, ada beberapa mata kuliah yang dapat
disetarakan di dalam penilaiannya. Konsep ini disebut bentuk berstruktur
(structured form) atau bentuk campuran (mixed structured). Penyetaraan
ini disebabkan mahasiswa mengikuti program magang selama 1 atau 2
semester dan setara 20 SKS sampai dengan 40 SKS.

130
5. Sebaran Mata Kuliah persemester Merdeka Belajar
Sebagaimana tertuang di dalam buku Pedoman Merdeka Belajar
UIN Raden Fatah Palembang, kebijakan pelaksanaan program bagi
mahasiswa UIN Raden Fatah Palembang di mulai di atas semester 3 (tiga),
maka sebaran mata kuliah pada masing-masing Prodi dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Semester Mata Kuliah Jumlah
SKS
I Wajib Nasional/Universitas/Prodi 20
II Wajib Nasional/Universitas/Prodi 22
III Wajib Nasional/Universitas/Prodi 20
IV Lintas Prodi 20
V Luar Prodi/PT(rogram) 20
VI Luar Prodi/PT(rogram) 20
VII Wajib Nasional/Universitas/Prodi 12
VIII KKN 4
IX KKN Perpanjangan (program) -
X Tugas Akhir 6
XI Tugas Akhir/Wisuda -
Jumlah 144

131
KURIKULUM MERDEKA CIPTAKAN
FLEKSIBILITAS

A. Pengertian Kurikulum
Secara harfiah, kurikulum berasal dari bahasa latin, curiculum yang
berarti bahan pengajaran. Kata kurikulum kemudian berubah menjadi sebuah
istilah yang di pergunakan untuk mempertunjukan beberapa mata pelajaran
yang harus dilalui untuk mencapai sebuah gelar atau ijazah. Pengertian
tersebut selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Saylor, Alexander,
dan Lewis dalam buku Wina Sanjaya menyatakan kurikulum merupakan
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh peserta didik. ( Sanjaya Wina :
2005)
Dede Rosyada, menyatakan bahwa : kurikulum adalah suatu inti dari
sebuah penyelenggaraan dalam pendidikan. Murray Print. mendefinisikan
Kurikulum sebagai seluruh ruang pembelajaran terencana yang harus
diberikan untuk siswa oleh lembaga pendidikan dan pengalaman yang perlu
dinikmati oleh para siswa ketika kurikulum itu terapkan. ( Rosyadah Dede :
2004)
Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J.F, adalah seluruh
pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan secara individu ataupun
berkelompok, baik di dalam sekolah maupun diluar sekolah. Menurut
pendapat Beauchamp, pengertian kurikulum ialah dokumen tertulis yang
mengandung isi dari mata pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik
dengan melalui berbagai macam mata pelajaran, rumusan masalah, disiplin
ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian kurikulum menurut definisi
Good V.Carter, mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum
merupakan suatu kumpulan khusus ataupun urutan pembelajaran yang
sistematik. (Zaenuddin : 2016).
Kurikulum juga dijadikan sebagai alat dalam suatu pendidikan yang
memiliki berbagai macam fungsi dalam pendidikan yang sangat berperan
penting dalam kegunaannya. Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut,yaitu :
a. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function): Kurikulum
berfungsi sebagai penyesuain ialah kemampuan dalam menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam lingkungannya karena
lingkungan bersifat dinamis artinya dapat berubah-ubah.

132
b. Fungsi Integrasi (the integrating function) : Kurikulum berfungsi sebagai
penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum adalah suatu alat
pendidikan yang mampu menciptakan pribadi-pribadi yang baik yang
dapat digunakan dan berintegrasi di masyarakat.
c. Fungsi Diferensiasi (the diferentiating function): Kurikulum berfungsi
sebagai diferensiansi merupakan sebagai sebuah alat yang memberikan
suatu pelayanan dari berbagai macam perbedaan disetiap siswa yang harus
dilayani dan di hargai.
d. Fungsi Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum berfungsi
sebagai suatu persiapan yang memiliki makna bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan yang mampu mempersiapkan siswa ketahap berikutnya
dan juga dapat mempersiapkan diri untuk dapat hidup di dalam
masyarakat, jika tidak melanjukan pendidikan.
e. Fungsi Pemilihan (the selective function) : Kurikulum berfungsi sebagai
pemilihan ialah memberikan kesempatan untuk siswa dalam menentukan
suatu pilihan program belajar yang di inginkan dan sesuai dengan minat
bakatnya.
f. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum sebagai
diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum merupakan alat dalam
pendidikan yang mampu memahami dan mengarahkan potensi seorang
siswa serta kelemahan yang ada pada dirinya. Jika sudah memahami
potensi dan juga sudah mengetahui kelemahannya, maka diharapkan
kepada siswa agar dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya
dan memperbaiki kelemahannya tersebut. ( Zaenuddin : 2016)
B. Pengertian Kurikulum Merdeka
Menurut BNSP atau badan standar nasional pendidikan, pengertian
kurikulum merdeka belajar adalah suatu kurikulum pembelajaran yang
berkaitan dengan pendekatan bakat dan minat. Di sini, para siswa (baik siswa
maupun mahasiswa) dapat memilih mata pelajaran apa saja yang diinginkan
sesuai dengan bakat dan minatnya. Kurikulum atau program merdeka belajar
ini diluncurkan pada tahun 2013 oleh menteri pendidikan, kebudayaan, riset,
dan penelitian (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim sebagai bentuk
penilaian perbaikan kurikulum 2013.
Sebelumnya, kurikulum ini juga dikenal sebagai kurikulum prototipe
yang merupakan salah satu bagian dari upaya pemerintah untuk melahirkan
generasi penerus yang terampil berbagai bidang. Kurikulum protipe
merupakan penyederhanaan dari kurikulum 2013 dengan system
133
pembelajaran berbasis proyek (project Based Learning). Sejak tahun 2020
pada masa pandemic COVID-19, penerapan kurikulum merdeka belajar atau
kurikulum prototype ini telah di uji cobakan 2500 sekolah penggerak dan
juga SMK Pusat Keunggulan yang ada di Indonesia. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sekolah yang telah menerapkan kurikulum ini empat
sampai lima bulan lebih cepat dari kurikulum sebelumnya, dengan sekolah
lainnya yang masih menggunakan Kurikulum 2013.
Oleh karena itu, pemerintah juga terus berupaya mengembangkan
kurikulum ini untuk menyesuaikan strategi pembelajaran di masa pandemic
COVID-19. Peluncuran kurikulum merdeka juga diiringin dengan
peluncuran platrom merdeka mengajar sebagai pendukung. Platrom merdeka
mengejar adalah platrom pendidikan yang memungkinkan dapat menjadi
teman penggerak untuk guru dan kepala sekolah yang perlu mengunduh
melalui gawai android. Platrom ini merupakan langkah selanjutnya dalam
upaya Indonesia untuk menjadi teman penggerak bagi guru dalam mengajar,
belajar, dan berkreasi.
Selama dua tahu kedepan, kurikulum akan lebih disempurnakan
menurut tinjauan dan umpan balik berdasarkan dari berbagai pihak. Naskah
ini pula secara berkala direvisi dan diperbaharui selama proses evaluasi.
Peningkatan dan koordinasi mutu pendidikan adalah tantangan besar
dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Untuk mengatasi tantangan ini,
semenjak 2009 Pemerintah sudah memenuhi kewajiban anggaran pendidikan
sebanyak 20% APBN dan terus meningkatkananggaran pendidikan dari Rp
332,4 T dalam 2013, menjadi Rp 550 T dalam 2021 (kemenkeu.go.id, 2021).
Peningkatan anggaran tadi sudah berkontribusi positif dalam
perbaikan tingkat pendidikan dan kesejahteraan guru, penurunan ukuran
kelas (rasio guru-siswa), serta perbaikan sarana dan prasarana di satuan
pendidikan (Beatty et.al, 2021; Muttaqin, 2018). Tetapi demikian, berbagai
indikator hasil belajar siswa belum menampakkan hasil yang
menggembirakan.

Kekurangan dan Kelebihan Kurikulum Merdeka


Tentunya setiap implementasi kebijakan selalu memiliki kelebihan
dan kekurangannya masing-masing. Begitu pula dengan penerapan
kurikulum merdeka diberbagai jenajang satuan pendidikan.
Kelebihan yang paling mencolok dari penerapan kurikulum ini adalah
siswa perlu melakukan proyek-proyek tertentu agar mereka lebih aktif dalam

134
upaya mereka untuk mengeksplorasi diri. Selain itu, kurikulum ini juga lebih
interaktif dan tepat waktu. Meski pun demikian, penerapan Kurikulum
Merdeka tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Misalnya, persiapan
penggunaan kurikulum ini dinilai masih dianggap belum matang. Hal ini
tercermin dari minimnya kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
mengimplementasikan kurikulum ini.
Adapun keunggulan kurikulum merdeka sebagai berikut :
a. Lebih sederhana dan mendalam
Fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta
didik pada fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak
terburu-buru dan menyenangkan.
b. Lebih merdeka
Merdeka bagi Peserta didik berarti yaitu Tidak ada program khusus di
SMA, dan siswa memilih mata pelajaran berdasarkan minat, bakat, dan
cita-citanya.
Merdeka bagi Guru yaitu Guru mengajar sesuai dengan tingkat dan
perkembangan siswa.Dan bagi Sekolah yang dimaksud yaitu sekolah
yang berwenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan
pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan siswa.
c. Lebih relevan dan interaktif
Pembelajaran melalui kegiatan projek ( project based learning ) adalah
berbagai dukungan untuk pengembangan kepribadian dan keterampilan
dengan cara aktif menangani isu-isu terkini seperti lingkungan,
kesehatan, dan isu-isu lainnya untuk mendukung pengembangan karakter
dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila yang relevan dengan kehidupan
sehari- hari siswanya.

C. Fleksibilitas kurikulum
Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus bersifat luwes,
lentur dan tidak kaku, terutama dalam hal pelaksanaannya, dalam
pengembangan kurikulum mengusahakan agar apa yang dihasilkan memiliki
sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan
terjadinya penyesuaian- penyesuaian situasi dan kondisi serta latar belakang
siswa (Abdurahman Mulyono:1999) . Pada flesibilitas ini harus
mempertimbangkan dua sisi , yaitu :

135
1) Fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus
memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program
pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada.
2) Fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan
berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa
Prinsip suatu pendidikan yang sesuai dalam settingan pendidikan
inkusif menyebabkan terjadinya tuntutan yang besar terhadap guru disekolah
umum. Dengan mengajarkan materi yang sama kepada setiap peserta didik
dikelas menjadi mengajar setiap peserta didik sesuai dengan kebutuhan
individualnya dalam setting kelas. Pserta didik dapat belajar dengan baik jika
mereka kreatif, aktif dan kegiatannya, berdasarkan pada pengalaman para
peserta didik yang mengetahui dan memahami keadaan ini dapat dengan
mudah memasukannya ke dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Pada kelas insklusif perencanaan pada perencanaan pembelajaran
yang aktif dan kreatif berdasarkan pengalaman
kondisi dan kemampuan peserta didik bukanlah tambahan tetapi diperlukan
oleh semua peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus (PD
BK).
Kurikulum yang bersifat inklusif yakni mengakomodasi peserta di
dik dengan berbagai latar belakang dan kemampuan, maka kurikulum tingk
at satuan pendidikan (KTSP) akan lebih peka mempertimbangkan keragama
n peserta didik agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan kebut
uhannya.

D. Fleksibilitas dan Kreativitas Guru dalam Kurikulum Merdeka Belajar


Kurikulum Merdeka juga menjadi salah satu program yang telah
dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) dalam mengatasi ketertinggalan dan hilangnya
pembelajaran (learning loss) yang ada di Indonesia. Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar
Makarim menyampaikan pada saat peluncuran Merdeka Belajar Episode
Kelima belas bahwa penyederhanaan kurikulum darurat dapat dinilai efektif
memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19.
“Arah dalam perubahan kurikulum yang telah termuat di dalam
Merdeka Belajar Episode 15 ini ialah suatu struktur kurikulum yang lebih
fleksibel, fokus dengan materi yang esensial, memberikan kebebasan bagi
guru menggunakan berbagai media perangkat ajar sesuai dengan yang
136
dibutuhan dan karakteristik peserta didik, dan aplikasi yang sudah
menyediakan berbagai referensi bagi guru untuk terus menerus
mengembangkan praktik belajar mengajar secara mandiri dan berbagi praktik
baik,” terangnya saat peluncuran Merdeka Belajar Episode 15 secara daring
pada Jumat (11/2). Dan Selain itu, berdasarkan hasil survei terhadap beberapa
sekolah penggerak yang menerapkan Kurikulum Merdeka, para guru juga
memberikan sebuah respon positif dengan adanya perubahan kurikulum
tersebut.
Kurikulum Merdeka merupakan salah satu program besar yang tengah
di aplikasikan di dalam dunia pendidikan Indonesia oleh Kementrian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Walau namanya baru, yaitu
Kurikulum Merdeka, namun kurikulum ini juga hanya bersifat untuk
melengkapi Kurikulum yang sudah ada sebelumnya. Kurikulum ini juga
memiliki tujuan untuk mengejar suatu ketertinggalan dari pelajaran sebagai
akibat keterbatasan-keterbatasan siswa dalam memahami materi, karena
negara kita sedang fokus mengatasi wabah Korona.
a. Guru Lebih Merdeka Berkreasi
Ada satu hal yang menarik perhatian dalam Kurikulum ini, yaitu
fleksibilitas bagi guru dalam mengaplikasikan kurikulum. walau pun
Kemendikbudristek telah menyediakan berbagai aneka perangkat dan
media mengajar, namun para guru diberi sebuah kebebasan pada saat
mengaplikasikan dalam pembelajaran.
Hal tersebut dapat memotivasi para guru untuk mengajar sesuai
dengan kemampuan bakat, dan pengalaman yang telah dimiliki guru.
Misalnya, pada saat peserta didik sedang belajar tentang pengenalan
tanaman. Dan Kebetulan guru yang sedang mengajar memiliki
pengalaman membuat konten youtube tentang tanaman. Tentu saja siswa-
siswa akan lebih giat dan bersemangat saat diajak membuat video karya
siswa saat mempresentasikan tentang tanaman.
b. Menyesuaikan dengan Lingkungan dan Latar Belakang Sekolah
Biasanya pada setiap sekolah memiliki ciri khas masing-masing. Ada
sekolah yang berada di perkampungan yang penduduknya yang sebagian
besar berprofesi sebagai pengrajin gerabah, serta ada sekolah yang
letaknya di daerah pegunungan, ada juga sekolah yang sebagian besar
siswanya berprofesi sebagai petani, dan ciri khas lainnya. Kurikulum
Merdeka juga memberikan keleluasaan bagi para pendidik untuk bisa
mengaplikasikan pembelajaran sesuai dengan ciri khas dan latar belakang
137
Sekolah masing-masing. Peserta didik akan mendapatkan banyak
kesempatan untuk dapat mengaplikasikan "learning by doing", karena di
dalam lingkungan atau alam telah menyediakan perangkat dan media
belajar bagi mereka.
c. Peserta Didik Bisa Mengembangkan Bakat dan Minatnya
Agar guru bisa dapat memaksimalkan usahanya dalam mengembangkan
minat dan bakat siswa, tentu perlu diadakan sebuah penelitian. Posisi
yang sangat strategis ialah wali kelas yang nantinya perlu berkomunikasi
dengan para orang tua dan kepala sekolah. Dan Setelah itu kepala sekolah
dapat membantu wali kelas untuk menentukan program-program apa saja
yang harus dibuat untuk sekolah agar benar-benar bisa memfasilitasi siswa
dalam pengembangan minat dan bakat mereka. Mungkin Beberapa siswa
belum mengenal bakat mereka, namun guru atau wali kelas akan lebih
memahami keterampilan dan kemampuan yang khas dan dimiliki siswa.
d. Fleksibilitas untuk Berkreasi Melalui Kegiatan Proyek
Aktivitas yang biasa menjadi media dalam pengembangkan bakat siswa
adalah aktivitas berbasis proyek. Aktivitas yang berbasis proyek
menyenangkan ialah yang benar-benar bisa dijadikan wadah bagi siswa
dalam mengembangkan diri. Selain itu, tentu saja harus disesuaikan
dengan minat siswa. Minat siswa ini ditentukan oleh latar belakang
keluarga, lingkungan tempat tinggal, atau sesuai yang sedang "ngetrend"
dan disukai banyak orang.

138
KURIKULUM MERDEKA DAN GAYA
PELAJAR MELENIAL

A. Menelisik Dunia Pendidikan Melalui Museum Dewantara Kirti Griya


Museum Dewantara Kirti Griya (MDKG) merupakan rumah
peninggalan sejarah Ki Hadjar Dewantara. Museum berbentuk memorial
sebagai bentuk berjalannya sejarah. Nama Museum ini berasal dari
“Dewantara” diambil dari bagian nama yakni nama Ki Hadjar Dewantara,
Kirti yang berarti kerja atau hasil kerja , dan Griya berarti rumah. “Museum
ini berbentuk memorial sebagai bentuk berjalannya sejarah, dan rumah hasil
kerja Ki Hadjar Dewantara” kata Dhrajat Iskandar selaku edukator museum.
Museum yang terletak di kompleks perguruan Tamansiswa, Jalan
Tamansiswa No 31 Yogyakarta, sebagai media yang menceritakan kehidupan
Ki Hadjar Dewantara melalui foto dan barang-barang yangda di dalam
museum. Berbagai perlengkapan kerja, koleksi buku, kursi, meja, mesin
ketik, salah satu instrumen gamelan dan properti lain yang masih tertata rapi
di dalam museum.

Di dalam museum ini selain terdapat peninggalan tangible juga


terdapat peninggalan intangible, misalnya ya pemikiran-pemikiran Ki Hadjar
Dewantara” kata Dhrajat. Museum yang diresmikan sejak tahun 1970 ini
tidak dapat dilepaskan dari tokoh Ki Hadjar Dewantara. Membicarakan Ki
Hadjar Dewantara berarti memahami tentang berbagai hal, termasuk
pemikiran-pemikiran beliau khususnya di dunia pendidikan. Sistem
pendidikan Ki Hadjar Dewantara sampai saat ini masih digunakan di Taman
siswa, di mana sistem pendidikannya mengedepankan kebudayaan lokal.
Kesenian adalah ujung tombak pen-didikan sesuai dengan candra sengkala
peresmian pendopo agung tamansiswa yang berbunyi “Amboeko Raras
Angesti Widji” yang sekaligus menjadi ciri khas sekolah Taman siswa, di
mana melalui seni bukan menjadikan anak sebagai seniman, namun lebih
kepada mengolah jiwa keindahan pada diri melalui konsep budaya wirasa,
wirama serta wiraga. “Dengan wiraga misal latihan „nembang dan nari‟
secara tidak langsung anak melakukan kegiatan motorik. Dengan wirama
anak akan mengatur temponya, secara tidak langsung akan belajar

139
mengontrol diri. Dan dengan wirasa anak belajar tentang kepekaan terhadap
temannya” ujar Dhrajat. Di sekolah Taman Siswa kebudayaan bukan lagi
masuk dalam ekstrakurikuler, namun tergabung dalam intrakurikuler. Selain
sistem pendidikan yang masih diterapkan, terdapat juga berbagai pemikiran
Ki Hadjar Dewantara yang terkenal. Terdapat fatwa Ki Hadjar Dewantara
yang sampai saat ini masih di gunakan, misalnya Tut
Wuri Handayani” jelas Dhrajat Tut Wuri Handayani sebagai salah satu
semboyan dalam dunia pendidikan yang paling terkenal. Semboyan yang
berartikan „mengikuti dari belakang dan memberi pengarus serta
menguatkan‟ tersebut, ,sampai saat ini masih relevan diterapkan bagi seorang
pendidik. Hal ini dapat dilihat dari sudut pendidik dimana sebagai pendidik
harus mampu mengikuti dan mengawasi peserta didik.

Di era saat ini sistem pendidikan Ki Hadjar Dewantara masih


digunakan dalam dunia pendidkan, salah satunya sistem among. Sistem yang
menyokong kodrat alam anak, pendidikan bukan semata mata hanya
berorientasi mencari kepandaian, namun berpusat terhadap lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Sistem Among ini mendidik jiwa merdeka
sesuai kodrat alami kemampuan anak. Di era saat ini pendidikan tidak lagi
berorientasi kepada guru, namun menuntut anak untuk lebih mandiri dalam
arti bisa bereksplorasi terhadap kemampuan yang dimiliki anak. Dalam
sistem among ini peran guru sebagai pendidik yakni mengawasi dan
membimbing peserta didik. Di era millennial ini, tuntutan untuk peserta didik
agar lebih mandiri tentu sesuai dengan sistem among, yaitu berlatih untuk
mandiri, berusaha terlebih dahulu kemudian jika tidak bisa baru di bantu”
ujar Dhrajat. Berbicara tentang sistem pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan
pendi dikan di era millennial. Sampai saat ini pemikiran Ki Hadjar di bidang
pendidikan masih relevan. Misalnya konsep Tri Kon selain sebagai
pengembangan budaya, konsep ini juga sebagai pedoman untuk tantangan
pendidikan di era millennial Tri Kon; Kontinue yakni pengembangan
kebudayaan yang dilakukan secara berkelanjutan, Konvergensi yaitu
memadukan kebudayaan bangsa sendiri dengan kebudayaanasing (menyerap
dengan seleksi atau memfilter) dan Konsentris yakni mengikuti
perkembangan zaman namun tidak kehilangan kepribadian kebudayaan
masing-masing. Konsep Tri Kon bisa membendung kebudayaan dari luar
yang saat ini semakin pesat dan kadang tidak sesuai dengan kebudayaan kita”
tutup Dhrajat (NRA).

140
B. PENANAMAN MORAL KELUARGA SUKU SAMIN
endidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, sehingga
tidak heran jika pemerintah selalu memerhatikan pendidikan untuk warganya.
Seperti halnya di Indonesia, berbagai peraturan diperbaharui dan disesuaikan
dengan perkembangan zaman. Salah satunya adalah kurikulum yang selalu
diperbaharui hingga detail dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Pendidikan di Indonesia kini semakin mengalami perkembangan
yang pesat dengan dibarengi berbagai program-program unggulan, salah
satunya adalah pendidikan karakter. Hal ini banyak dielu-elukan mengingat
maraknya dampak adanya globalisasi yang sebelumnya tidak dibarengi
dengan pembekalan mental para peserta didik. Sehingga pendidikan moral
dianggap sebagai salah satu upaya untuk mengatasi dampak tersebut Namun,
pendidikan moral akan sia-sia jika tidak diintegrasikan dengan berbagai
pihak yang terlibat dalam kehidupan peserta didik terutama keluarga.
Dalam keluarga, anak akan memperoleh dasar-dasar nilai dan
perilaku sebagai bekal ketika dia mulai berinteraksi dengan masyarakat
secara luas. Pendidikan dalam keluarga terkait dengan penanaman nilai-nilai
budi pekerti dilak sanakan secara menyeluruh pada masyarakat Sedulur Sikep
di Dusun Tambak, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. Nilai kehidupan
tentang Sabar, ngalah, nerimo, rukun, aja srei, dan ora drengki menjadi nilai
yang melekat dalam kehidupan mereka. Selain itu, pemikiran yang positif
mengenai berbagai hal juga diajarkan oleh orangtua kepada anak-anaknya.
Pola pendidikan yang dianut oleh masyarakat Sedulur Sikep yaitu tetap
menyekolahkan anak-anaknya meski pun hanya sampai tingkat Sekolah
Dasar namun tidak tamat seperti masyarakat pada umumnya. Hal ini
disebabkan karena orangtua lebih memilih mendidik secara langsung anak-
anaknya dengan cara dan tangan sendiri. Pola tersebut diberlakukan untuk
semua anggota masyarakat. Meskipun demikian, transfer nilai disampaikan
secara langsung oleh orangtua dan masyarakat dengan berbagai cara.
Misalnya adalah tentang jujur dan tidak dengki yang selalu
dinasihatkan oleh anaknya setiap hari, baik pada saat anak melakukan
kesalahan maupun saat melakukan pekerjaan rumah. Pembelajaran yang
dilakukan oleh orangtua Sedulur Sikep ini bukan hanya sekedar teori namun
juga dapat dipraktikkan secara langsung. Sehingga, proses pendidikan moral
berhasil dan mampu menghasilkan masyarakat cenderung harmonis dan
hampir tidak ditemui penyimpangan. Pendidikan moral yang adadi
masyarakat Sedulur Sikep cukup efektif karena pendidikan diberikan secara
141
langsung dari orangtua kepada anaknya. Hal ini perlu pula menjadi contoh
bagi masyarakat modern seperti saat ini dengan tidak melepaskan anaknya
pada pendidikan formal tanpa dibarengi sosialisasi dari orang tua terkait
dengan pembentukan karakter anak. Perhatian yang lebih dari orang tua pada
pendidikan tidak hanya mencarikan lembaga atau sekolah yang bagus
kualitasnya, tetapi perlu pula pemahaman bahwa anak tidak dapat lepas dari
pendidikan yang diberikan orangtua atau keluarganya.

C. Pendidikan Dalam Genggaman Milenial


beberapa waktu yang lalu, Divisi Pers dan Jurnalistik Hima Dilogi
UNY berkesempatan untuk berbincang dengan orang nomor satu di UNY,
Bapak Sutrisna Wibawa alias sang rektor kekinian yang konon begitu lekat
dengan teknologi „zaman now‟, layaknya anak-anak muda sekarang beliau
juga aktif di dalam bersosial media, dalam akun instagramnya beliau
seringkali membagikan postingan-postingan terkait pendidikan itu sendiri
namun dengan cara yang digemari anak muda. Dalam pertemuan singkat itu
banyak hal yang kami diskusikan, hingga pada suatu waktu akhirnya
bermuaralah kami pada satu perbincangan yang begitu seru yakni mengenai
pendidikan di era milenial.
Dalam hemat beliau,pendidikan di era milenial adalah salah satu
bentuk konsekuensi logis dari adanya perkembangan IPTEK di Indonesia.
Hal ini adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat kita hindari, dan guru
serta institusi pendidikan menjadi pihak penting yang miliki peran besar
dalam hal ini. Berbicara tentang peran guru, dan institusi pendidikan, tak
pelak akhirnya kami juga menyinggung soal bagaimana UNY sebagai
kampus kependidikan akan mendidik dan mengembangkan potensi dari
calon-calon pendidiknya agar siap menghadapi era pendidikan milenial.
Beliau menuturkan, UNY termasuk kedalam salah satu universitas
kependidikan yang sudah siap akan hal ini. Dengan dibangunnya e-library,
seakan menjadi penanda bahwa UNY telah siap akan hal ini. Selain itu,
beliau juga memiliki beberapa plan yang akan di tempuh kedepannya yakni
terkait pengembangan e-learning agar proses belajar dapat dilakukan
dimanapun. Akan tetapi, rencana tersebut tidak akan sepenuhnya terpenuhi
apabila masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang tingkat
keterjangkauan internetnya masih sulit.
Oleh karena itu, selain dari pihak universitas sendiri peran
pemerintah untuk membenahi hal ini juga sangat dibutuhkan. Sebagai calon
142
pendidik masa depan, rektor kekinian tersebut juga menyinggung soal tenaga
pengajar yang harus akrab dengan teknologi. Proses-proses pembelajaran
yang di lakukan harus sarat dengan teknologi, jangan sampai di zaman yang
modern ini proses pembelajaran masih dengan cara yang itu-itu saja. Kalau
begitu, siswa yang sejak lahir sudah bergelimang dengan kecanggihan
teknologi bisa-bisa akan bosan dan potensi mereka tidak dapat dikembangkan
dengan baik. Terlebih lagi menurut beliau, Indonesia dalam urusan teknologi
cukup tertinggal, sehingga untuk mengejar ketertinggalan tersebut kita perlu
berjalan dengan langkah seribu, yakni dengan terus berupaya menciptakan
inovasi agar proses pembelajaran dapat sesuai dengan era yang diinginkan
saat ini, era milenial era dimana sekolah sangat dimungkinkan hanya akan
menjadi mitos di kemudian hari karena teknologi dapat menggantikan ruang
dan waktu.

D. Pendidikan dan Realitas Sosial


Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan mampu
mengoptimalkan potensi manusia serta mengarahkan manusia pada
kesadaran dan pemikiran kritis. Selaku lembaga yang berperan sebagai
penggodok generasi penerus, sekolah beserta sistem, kurikulum dan tetek
bengeknya hendaknya mampu memproduksi manusia yang kemudian dapat
terjun kembali kemasyarakat demi mewujudkan masyarakat sejahtera dalam
peradaban yang lebih baik.Hal ini selaras dengan pendapat Paulo Freire
dalam pengantar redaksi di Sekolah Kapitalisme yang Licik; tanpa
mengaitkan kurikulum dengan realitas sosial, dunia pendidikan tinggi akan
tetap menjadi suatu komunitas yang terlepas dari persoalan masyarakat yang
harus menjadi keprihatinannya.
Namun, adalah bukan pemandangan baru menyaksikan kaum terdidik
bersikap abai pada kondisi sekitarnya. Seakan kaum ini mengamini bahwa
segala hal beserta permasalahannya adalah sesuatu yang natural tidak perlu
dikritisi apalagi ditindaklanjuti. Banyak terlihat peserta didik selaku kaum
terdidik yang tidak menunjukkan altruismenya. Justru cenderung bersikap
pasrah pada kondisi sekitarnya.Kalau meminjam istilah Romo
Mangunwijaya, hal ini terjadi dikarenakan pendidikan saat ini masih berpihak
pada regulation, bukan liberation. Regulation yakni mengedepankan tradisi
priest(imam) yang mana berfokus pada formalitas dan legalitas hukum.
Sedangkan liberation mengedepankan tradisi prophet (nabi) yang
mengutamakan eksplorasi, partisipasi publik sekaligus amanat hati nurani.
143
Prioritas pada cara-cara regulation berujung pada politisasi praksis
pendidikan untuk tujuan-tujuan pragmatis berjangka pendek. Alangkah
baiknya apabila ilmu pengetahuan baik yang teknis, praktis dan
emansipatoris, menurut klasifikasi Jurgen Habermas (filsuf dan sosiolog
Jerman) itu dipraktikkan secara proporsional. Namun, inilah yang terjadi:
peserta didik terfokus pada ilmu pengetahuan yang teknis dan praktis, bukan
emansipatoris. Praktik yang timpang macam inilah yang membuat minimnya
produksi atensi pada realitas sosial bagi peserta didik. Padahal, ilmu
pengetahuan emansipatorislah yang berbasis realitas yang merupakan dasar
bagi lahirnya kesadaran-kesadaran kritis. Pendidikan emansipatoris adalah
awal dari perubahan konkrit yang membawa kebaikan bagi seluruh pihak.
Ditambah lagi dengan metode pendidikan kita yang diam-diam mematikan.
Salah satunya yakni pendidikan gaya bank, kata Freire, adalah pendidikan
yang menempatkan guru sebagai subjek dan murid sebagai objek.
Guru adalah sumber pengetahuan mutlak yang mendominasi kelas
sekaligus memperlakukan murid sebagai sesuatu yang tugasnya hanya
menerima dan diperintah. Ruang bagi murid untuk berekspresi,
mengemukakan pendapat, atau berargumen sangatlah minim. Padahal dalam
ranah ini semestinya terjadi pertukaran ilmu pengetahuan, bukan sekadar
transfer ilmu pengetahuan. Tidak jarang diperparah dengan sikap guru yang
antikritik, semakin membuat murid menjadi pasif. Hal ini bukan tidak
berdampak besar. Sadar atau tidak, praktik seperti ini berkontribusi dalam
mematikan kreativitas dan gagasan-gagasan besar si murid. Hal ini berujung
pada sekolah dengan orientasinilai (hasil akhir) yang lebih dikedepankan dan
menjadi tujuan ketimbang pada prosesnya. Apreasiasi terhadap proses
sangatlah kecil. Praktik seperti ini sedikit demi sedikit membangun pola pikir
yang cuku egois, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat sekitarnya.
Minimnya keterbukaan diri terhadap diri sendiri justru membuat diri
tersebut kesulitan mengenali potensi dan kemampuan yang dipunyainya,
apalagi untuk mengembangkannya. Kemudian selaku kaum terdidik,
semestinya sadar bahwa yang ada di sekitarnya adalah juga tanggung
jawabnya. Adalah mengkhianati nalar intelektual diri sendiri apabila
menganggap permasalahan yang ada di sekitar sebagai kejadian natural.
Praktik masal ini menjadi sebab lestarinya budaya instan dalam masyarakat,
pula dengan populernya jalan pintas sebagai alternatif utama dalam berbagai
keadaan tertentu. Praktik pendidikan semestinya menjunjung tinggi
emansipasi yang selaras dengan tujuan persamaan hak dan kewajiban dalam
144
masyarakat demi mewujudkan lingkungan dan masyarakat yang lebih baik.
Dalam pencapaian progres ini diperlukan intervensi kritis, dan di sinilah
peran utama pendidikan dibutuhkan.
Pendidikan semestinya membawa manusia pada keterbukaan,
kesadaran dan kebebasan; antifeodalisme, antiimperialisme, antikapitalisme,
dan menjunjung kesetaraan. Beginilah cita-cita Ki Hajar Dewantara dapat
terwujud; membentuk pendidikan yang memanusiakan manusia. Pendidikan
yang tekstual perlu diubah menjadi pendidikan yang melek terhadap realitas
sosial. Sistem dan kurikulum semestinya bersinggungan dengan kondisi
nyata. Sebab, kembali lagi pada esensi tujuan pendidikan itu sendiri, yakni
sebagai institusi yang memiliki peran dan fungsi mendidik, semestinya
mampu mengarahkan peserta didik menuju pencerdasan untuk mewujudkan
perubahan konkrit yang membawa kebaikan bagi masyarakat. iskusi Bersama
Sosiologi (Dubes) telah dilaksanakan pada Rabu, 4 April 2018 di Ruang
Musik Pusat Kegiatan Mahasiswa FIS UNY pukul 15.30 17.30 WIB. Diskusi
ini mengambil tema pendidikan berkenaan dengan peran dan fungsi guru.
Diskusi ini dibersamai oleh Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi FIS
UNY Bapak Grendi Hendrastomo, MA sebagai pemantik dan Nur Cahyana
Eko Saputra sebagai moderator. Sesi pertama merupakan sesi penyampaian
materi oleh pemantik. “Guru punya peran yang sangat vital untuk mendidik,
alasan guru menghajar siswanya adalah karena siswa tidak menghargai
gurunya. Menghajar atau dihajar sebenarnya bukan pilihan, namun sebagai
pendidik seharusnya mampu mengetahui karakteristik peserta didik” ujar
Bapak Grendi. Penyampaian materi ini sontak menimbulkan banyak
pertanyaan para peserta diskusi. Mengapa terdapat permasalahan “Guru
mengajar, dihajar atau menghajar?”. Berbagai pendapat pun muncul dari
peserta diskusi. “Menjadi pendidik tidak hanya mengajarkan kognitif,
menjadi seorang guru tidak boleh takut. Guru tidak boleh lelah dalam belajar
dan guru juga harus menjalin hubungan yang terus menerus dengan peserta
didiknya di sekolah.
Guru biasa memberi hukuman tetapi dengan catatan sebuah hukuman
yang mendidik, misalnya dengan membuat suatu aturan yang kemudian
disepakati leh guru dan juga siswa, saat ada siswa yang tidak mengerjakan
PR, maka hukuman yang diberikan berupa hukuman personal, selain itu
sebenarnya guru bias demokratis dan juga otoriter” ujar Retno salah satu
peserta diskusi. Jawaban ini membuka jalan peserta diskusi lain untuk angkat
bicara. “di Papua guru masih ada yang memukul siswa karena siswanya
145
nakal. Sebenernya perlakuan seperti itu muncul karena ada perbedaan letak
geografisnya sendiri yang masih memiliki tradisi kuat. Di Papua kemampuan
siswa diukur dari daerah mana ia tinggal yaitu di desa atau di kota. Guru
sebenarnya memukul siswa hanya untuk mempertegas peserta didik yang
tidak mengerjakan tugas misalnya” tanggap Dency. Berdasarkan beberapa
tanggapan dari peserta Dubes, intinya adalah “ketika kita sudah meniatkan
diri untuk menjadi seorang guru maka kita tidak hanya bias mengajar tapi
juga mendidik. Menjadi guru yang ok harus dimulai daridiri anda. Jika anda
ingin peserta didik yang ok terapkan dulu pada diri anda” tutup Bapak
Grendi.

E. Tantangan Guru Era Global Dalam Bingkai Etika dan Profesi


Keguruan
Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru
merupakan salah satu factor penting untuk memajukan dunia pendidikan.
Oleh sebab itu, upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak terlepas
dari eksistensi guru itu sendiri. Pengaruh filosofi social budaya dalam
pendidikan di Indonesia telah menempatkan fungsi dan peran guru sehingga
mempunyai peran ganda dan multifungsi dalam masyarakat. Selain sebagai
pendidik, peran guru masih diharapkan kemampuannya mentransformasikan
ilmu pengetahuan kedalam kepentingan untuk menghadapi dunia pendidikan
dalam era global.
Sejak memasuki abad XXI atau lazimnya dikenal dengan era
globalisasi yang mempunyai pengaruh luas bagi kehidupan termasuk dalam
sector pendidikan, pengetahuan dan kemampuan guru yang professional akan
menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Era global ini merupakan
suatu era dengan tuntutan yang lebih kompleks dan menantang. Suatu era
dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia
pendidikan dan lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain
karena teknologi yang berkembang pesat, juga diakibatkan oleh
perkembangan di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan transformasi
nilai-nilai budaya yang cepat pula. Dampaknya adalah perubahan cara
pandang manusia terhadap manusia, cara pandang terhadap pendidikan,
perubahan peran orangtua, guru serta perubahan pola hubungan diantara
mereka. Pendidikan di era global menuntut adanya manajemen dan kemasan
pendidikan yang modern dan profesional. Lembaga-lembaga pendidikan

146
diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan
keunggulan dalam berbagai bidang baik internal maupun eksternal.
Namun, tidak kalah pentingnya adalah sosok penampilan guru yang
senantiasa dibekali dengan berbagai pengetahuan termasuk yang paling
krusial harus dimiliki yaitu pengetahuan mengenai etika dan profesi
keguruan. Etika dan profesi keguruan ini nantinya akan merujuk pada sikap
professional guru. Dalam bidang pendidikan, hal ini menduduki peranan
penting dan sangat strategis untuk mempersiapkan generasi muda yang
memiliki keberdayaan dan kecerdasan emosional yang tinggi dan menguasai
berbagai keterampilan. Pengembangan profesionalitas seorang guru menjadi
perhatian secara global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya
memberikan transfer ilmu pengetahuan saja, melainkan juga membentuk
sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hyper kompetisi ini.
Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan
adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang
berkembang dalam dirinya terutama dalam menghadapi era global seperti
sekarang ini. Untuk itu,perlunya dilakukan pemberdayaan peserta didik yang
meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial,
emosional, dan keterampilan. Dengan tugas mulia yang diembannya ini
menjadi cukup berat karena bukan saja harus mempersiapkan generasi muda
me- masuki era global, melainkan guru juga harus mempersiapkan diri agar
tetap eksis, baik sebagai individu maupun pendidik yang profesional.

Di samping itu, untuk mempertahankan profesinya, guru juga harus


memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi
keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, mampu berkomunikasi
baik dengan peserta didiknya, mempunyai jiwa kreatif produktif, mempunyai
etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya. Dengan demikian,
tantangan guru di era global tidak akan menggusurnya pada posisi yang tidak
baik. Sebagai seorang yang profesional, guru seharusnya memiliki kapasitas
yang memadai untuk melakukan tugas membimbing, membina, dan
mengarahkan peserta didik dalam menumbuhkan motivasi belajar,
kepribadian, dan budi pekerti luhur sesuai dengan budaya bangsa. Guru
professional merupakan factor penentu proses pendidikan yang berkualitas.

147
KURIKULUM MERDEKA DAN KEARIFAN
LOKAL

A. Merdeka Belajar dan Kearifan Lokal


Kearifan lokal dapat berupa kearifan baru yang muncul akhir-
akhir ini dalam sesuatu yang bersifat komunitas karena interaksi dengan
alam di lingkungan dan interaksi dengan masyarakat dan budaya orang lain.
Oleh karena itu, kearifan lokal tidak selalu bersifat tradisional karena dapat
melingkupi kearifan modern dan karena memiliki makna yang lebih luas dari
pada kearifan tradisional. Untuk membedakan kearifan lokal baru hanya
muncul dengan kearifan lokal yang dikenal dapat digunakan sebagai salah
satu istilah: kearifan saat ini, kearifan baru atau kearifan kontemporer.
Kearifan tradisional bisa disebut dengan pra-ada atau kearifan kuno.
Pemerintah Indonesia telah melakukan langkah nyata dalam
pelestarian kearifan lokal disetiap daerah. Terbukti dengan dilaksanakan
kurikulum 2013 dimulai sejak tahun ajaran 2014/2015. Selain itu telah
dilaksanakan pada proram merdeka belajar yang menyatakan bahwa setiap
daerah diberikan wewenang yang bebas untuk mengembangkan kearifan
lokal sesuai dengan daerah setempat.
Sehingga setiap sekolah dapat mengembangkan kearifan lokal sesuai
dengan daerah masing-masing. Pengembangan kurikulum terus disesuaikan
dengan kearifan lokal, sehingga potensi kearifan lokal tidak akan hilang.
Pendidikan yang berorientasi terhadap kearifan lokal mampu memberikan
makna bagi kehidupan. Karena kearifan lokal sangat erat kaitanya dengan
kehidupan sehari-hari, bahkan kearifan lokal didapat dari pengalaman.
Sehingga penting untuk mengkaitkan kearifan lokal dalam pembelajaran.20
Pembelajaran di sekolah dasar dikembangkan secara tematik, yang
diharapkan mampu mengembangkan sikap, keterampilan, pengetahuan
bahkan mengapresiasi kebudayaan, seperti mengintegrasikan kearifan lokal
dalam pembelajaran. Guru diharapkan mampu mengintegrasikan kearifan
lokal kedalam pembelajaran sehingga peserta didik mampu menghadapi

20
https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/pentingnya-mengangkat-
potensi-inovasi-dan-kearifan-lokal-melalui-kampus-merdeka/ diakses pada 19-06-2022

148
situasi konkrit dengan berpikir kritis. sekolah berbasis kearifan lokal akan
memberikan fasilitas kepada siswa untuk mempelajari budaya tempat tinggal.
Prinsip Merdeka Belajar Kampus Merdeka yaitu mengajak kampus
untuk bersinergi dengan pemerintah, dunia usaha dan industri dalam rangka
meminimalisir kesenjangan kualifikasi lulusan dengan kebutuhan kerja.
Selain itu, pentingnya MBKM ialah mengangkat potensi inovasi dan kearifan
lokal.21
Dalam mengimplementasikan proyek ini, para guru berpegang pada
tiga rujukan yaitu Permendikbudristek Nomor 5 Tahun 2022 tentang Standar
Kompetensi Lulus, Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 tentang
Standar Isi Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Jenjang Pendidikan Menengah; dan Permendikbudristek Nomor 56 tahun
2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan
Pembelajaran (Kurikulum Merdeka) sebagai penyempurna kurikulum
sebelumnya.22 Prosedur pengembangan pembelajaran kearifan lokal
diantaranya yaitu :
1. Identifikasi Keadaan dan Potensi Daerah
Untuk mengetahui potensi atau keberagaman yang berkembang di daerah
tersebut kemudian nantinya dapatkah diintegrasikan dan digunakan dalam
pelajaran. Kearifan lokal dapat ditinjau dari potensi alam daerah tersebut,
kepercayaan, potensi sejarah, potensi budaya, dan lain sebagainya.
2. Menentukan Fungsi dan Tujuan
Untuk merancang guru harus menentukan fungsi dan tujuan apa yang
hendak dicapai dalam pembelajaran berbasis kearifan lokal sebagai
batasan dan panduan.
3. Menentukan Kriteria dan Bahan Kajian
Kriteria dan bahan kajian dapat meliputi kesesuaian dengan tingkat
perkembangan siswa, kesediaan sarana dan prasarana yang mendukung,
tidak bertentangan dengan nilai luhur kearifan lokal yang ada serta
kelayakan apabila diterapkan

21
http://bind.fkip.unila.ac.id/plt-dirjen-diktiristek-kemendikbudristek-
sampaikan-pentingnya-mengangkat-potensi-inovasi-dan-kearifan-lokal-melalui-kampus-
merdeka/ diakses pada 19-06-2022
22
https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/mengangkat-kearifan-lokal-pada-
projek penguatan-profil-pelajar-pancasila diakses pada 19-06-2022

149
4. Menyusun Rencana Pembelajaran
Langkah yang dapat dilakukan adalah penentuan topik keunggulan
lokal yang dipilih sesuai kompetensi inti kompetensi dasar, dan indikator
yang dikembangkan
Berbagai bentuk kearifan lokal yang menggerakkan pemeliharaan dan
pengembangan pendidikan di tempat-tempat umum, antara lain seperti
menjaga kerukunan antar umat, melalui kegiatan gotong royong, menerapkan
nilai-nilai Pancasila berdasarkan kearifan lokal untuk bersikap, bersikap dan
bertindak dengan menyeimbangkan nilai-nilai Pancasila dengan kearifan
lokal.
Kearifan lokal dapat masuk ke dalam pendidikan sebagai upaya untuk
melestarikan budaya lokal yang ada di suatu daerah. Pendidikan berbasis
kearifan lokal adalah usaha sadar, terencana dengan menggali dan
menggunakan sektor kelistrikan lokal secara bijaksana dalam upaya
mencapai pembelajaran suasana dan proses pembelajaran, sehingga
peserta aktif mendidik diri sendiri untuk mengembangkan kapasitas
diri agar memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap untuk
berusaha meneladani dan membangun negara, pemerintahan.
Program sekolah penggerak dengan proyek berbasis kearifan lokal
tidak serta merta muncul, namun ada proses dan tahapan untuk sesuatu
yang bisa dikatakan sekolah penggerak dengan kurikulum prototipe.
Kementerian Pendidikan Nasional memaparkan analisis hasil terkait
penentuan jenis dominasi lokal dalam kinerja sekolah dalam pembelajaran,
meliputi: inventarisasi dimensi kekuatan dominasi lokal. , analisis kondisi
internal sekolah, analisis lingkungan eksternal sekolah dan penerapan
strategi sekolah berbasis kearifan lokal.
Pendidikan dengan dimensi kearifan lokal dalam sekolah
penggerak tentunya memiliki tujuan yang positif, yaitu: siswa mengetahui
keunggulan lokal suatu tempat tinggal dan memahami berbagai aspek
yang terkait dengan kearifan lokalitas tersebut. Siswa juga memiliki
kemampuan mengelola energi, melakukan jasa/jasa atau kegiatan terkait
lainnya yang bermanfaat, memperoleh penghasilan dengan tetap
melestarikan budaya, tradisi dan sumber daya, kekuatan untuk menjadi
daerah yang dominan, serta mampu bersaing di dalam dan luar negeri.

150
B. Konsep Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Kearifan Lokal dalam hal ini juga dapat disebut dengan keunggulan
lokal, local genius atau local wisdom, seperti yang dikatakan oleh
Kemendikbud bahwa Istilah local wisdom, local genius, kearifan Lokal, yang
kemudian disebut keunggulan lokal.23 Kearifan lokal dapat dimasukkan ke
dalam pendidikan sebagai salah satu usaha untuk melestarikan budaya lokal
yang terdapat pada suatu daerah.
Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal merupakan usaha sadar yang
terencana melalui penggalian dan pemanfaatan potensi daerah setempat
secara arif dalam upaya mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran, agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki keahlian, pengetahuan dan sikap dalam upaya ikut serta
membangun bangsa dan negara.
C. Landasan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Landasan yuridis kebijakan Nasional tentang pendidikan berbasis
keunggulan lokal /kearifan lokal, di antaranya:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 BAB XIV
Pasal 50 ayat 5 menegaskan bahwa pemerintahkabupaten/kota mengelola
pendidikan dasar dan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis
pendidikan lokal.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 pasal 34, bahwa “Pendidikan
berbasis keunggulan lokal adalah pendidikan yang diselenggarakan setelah
memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan
keunggulan kompetitif dan/atau komparatif daerah”.
3. Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 17 Tahun 2010 pasal 35 ayat 2,
bahwa “Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan dan/atau memfasilitasi
perintisan program dan/atau satuan pendidikan yang sudah atau hampir
memenuhi Standar Nasional Pendidikan untuk dikembangkan menjadi
program dan/atau satuan pendidikan bertaraf internasional dan/atau
berbasis keunggulan lokal”.
4. Renstra Kemendiknas 2010-2014 bahwa: Pendidikan harus menumbuhkan
pemahaman tentang pentingnya keberlanjutan dan keseimbangan
ekosistem, yaitu pemahaman bahwa manusia adalah bagian dari
ekosistem.

23
Zuhdan K. Prasetyo, Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal, (Surakarta :
FKIP UNS, 2013) hlm. 3

151
D. Langkah Implementasi Kearifan Lokal Di Dalam Pendidikan
Sekolah berbasis kearifan lokal tidak serta merta muncul begitu saja,
melainkan terdapat proses dan langkah-langkah, sehingga suatu sekolah
dapat dikatakan berbasis kearifan lokal. Langkah-langkah tersebut mulai dari
mengumpulkan berbagai jenis kearifan lokal sampai pada penerapannya
dalam pendidikan baik terintegrasi dalam mata pelajaran maupun menjadi
mata pelajaran pengembangan diri. Penjabaran langkah-langkah tersebut
antara lain:
1. Inventarisasi aspek potensi keunggulan lokal, dilakukan dengan: a)
Mengidentifikasi semua potensi keunggulan daerah pada setiap aspek
potensi (SDA, SDM, Geografi, Sejarah, Budaya), b) Memperhatikan
potensi keunggulan lokal di kabupaten/kota yang merupakan keunggulan
kompetitif dan komparatif. c) Mengidentifikasi dan mengumpulkan
informasi melalui dokumentasi, observasi, wawancara, atau literatur dan ;
d.) Mengelompokkan hasil identifikasi setiap aspek keunggulan lokal yang
saling terkait.
2. Menganalisis kondisi internal sekolah, dengan a) Mengidentifikasi data riil
internal sekolah meliputi peserta didik, diktendik, sarpras, pembiayaan dan
program sekolah, b) Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sekolah
yang dapat mendukung pengembangan potensi keunggulan lokal yang
telah diidentifikasi dan, c) Menjabarkan kesiapan sekolah berdasarkan
hasil identifikasi dari kekuatan dan kelemahan sekolah yang telah
dianalisis.
3. Melakukan analisis lingkungan eksternal sekolah dengan, a)
Mengidentifikasi data riil lingkungan eksternal sekolah meliputi komite
sekolah, dewan pendidikan, dinas/instansilain, b) Mengidentifikasi
peluang dan tantangan yang ada dalam pengembangan potensi keunggulan
lokal yang telah diidentifikasi, c) Menjabarkan kesiapan dukungan
pengembangan Pendidikan berbasis kearifan lokal berdasarkan hasil
identifikasi dari peluang dan tantangan sekolah yang telah dianalisis.
Disamping itu, dalam melakukan analisis lingkungan eksternal sekolah
perlu memperhatikan tiga hal yaitu tema keunggulan lokal, penetapan
jenis keunggulan lokal, dan kompetensi keunggulan lokal.
4. Penentuan jenis keunggulan lokal adalah dengan melakukan strategi
penyelenggaraan pembelajaran berbasis keariafan lokal, yaitu bahwa yang
menjadi acuan dalam menentukan strategi penyelenggaraan pembelajaran
berbasis keariafan lokal, adalah: a) Untuk kompetensi pada ranah kognitif
152
(pengetahuan) maka strateginya adalah dengan cara mengintegrasikan
pada mata pelajaran yang relevan atau melalui muatan lokal, b) Untuk
kompetensi pada ranah psikomotor (keterampilan) maka strateginya
adalah dengan menetapkan Mata Pelajaran Keterampilan, c) Untuk
kompetensi pada ranah afektif (sikap) dapat dilakukan dengan cara
Pengembangan Diri, Mata Pelajaran PKn, Mata Pelajaran Agama atau
Budaya Sekolah dan, d) Strategi penyelenggaraan yang akan dilaksanakan
disesuaikan dengan kemampuan masing masing sekolah.

153
KURIKULUM MERDEKA UNTUK
TRANSFORMASI PEMBELAJARAN

A. Kurikulum Merdeka Belajar


MBKM atau merdeka belajar kampus merdeka terdiri dari dua konsep
yaitu “merdeka belajar” dan “kampus merdeka” didalam satu program. Yang
dimaksud dengan merdeka belajar merupakan program kebijakan baru dari
kemindikbud RI yang dicetuskan oleh Mendikbud Nadiem Makarim.
Program lanjutan dari kebijakan merdeka belajar yaitu kampus merdeka.
Kampus merdeka memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat melalui praktik langsung
kedunia kerja sebagai persiapan karier dimasa mendatang.
MBKM mempunyai tujuan untuk menyajikan proses pembelajaran
yang otonom dan fleksibel. Menyediakan budaya yang inovatif dan merdeka
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, pemenuhan hak belajar berdasarkan
pendekatan berbasis kehidupan, kapabilitas dan transdisipliner untuk
meningkatkan kapabilitas belajar mahasiswa, memfasilitasi hak belajar sesuai
dengan minat dan potensi mahasiswa agar menjadi lulusan yang berkompeten
dan berkepribadian, memberikan wawasan dan menyediakan pengalaman.
Ada empat pokok kebijakan merdeka belajar yaitu (Ainia, 2020,
Ariyan, 2020 et al, 2020; Asfiati Mahdi 2020; Hasim, 2020; Marisa,
2021;Mustagfiroh, 2020; Nasution, 2020; Saleh, 2020; Savitri, 2020; Sherly
et al.2020; Suntoro dan Widoro, 2020; Tohir 2019; Vania Sasikirana &
Herlambang, 2020; Yusuf dan Afriansyah, 2021):
1. Mengganti USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) menjadi Asesment
Kompetensi
Hal ini maksudkan untuk mengembalikan keleluasaan sekolah untuk
menentukan kelulusan sesuai dengan UU Sisdiknas. Penilaian siswa
dilakukan dengan bentuk tes tertulis dan/atau bentuk penilaian lain yang lebih
komprehensif. Hal ini juga bermanfaat oleh siswa, guru, dan sekolah. Bagi
siswa, berkurangnya tekanan psikologis dan mereka memiliki kesempatan
untuk menunjukkan kompetensinya. Bagi guru, penilaian ini membuat
mereka merasa merdeka dalam mengajar, menilai sesuai dengan kebutuhan
siswa, dan situasi kelas dan sekolahannya. Hal ini bisa terus mengembangkan
kompetensi profesional guru. Bagi sekolah, sekolah menjadi lebih merdeka

154
karena assessment mempunyai nilai positif dalam proses dan hasil belajar
siswa.
2. Mengganti Ujian Nasional (UN) Menjadi Asesment kompetensi Minimum
dan Survei Karakter
Mengganti UN menjadi penilaian kompetensi minimum dan survey
karakter dimaksudkan untuk mengurangi tekanan pada guru, siswa dan orang
tua serta dianggap kurang optimal sebagai alat untuk memperbaiki mutu
pendidikan nasional.asesment kompetensi mengukur kompetensi bernalar
seperti literasi dan numerasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
personal maupun professional yang mengacu pada praktek internasional.
Survei karakter mengukur aspek implementasi nilai pancasila disekolah,
seperti aspek karakter (karakter pembelajaran dan karakter gotong royong)
dan aspek iklim sekolah (iklim kebinekaan, perilaku bullying dan kualitas
pembelajaran). Perubahan ini merupakan proses perbaikan mutu pendidikan.
3. Perampingan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Perampingan RPP dilakukan untuk mengoptimalkan performance
guru, sebelumnya RPP mempunyai terlalu banyak komponen apabila ditulis
dapat mencapai 20 halaman bahkan lebih. Sekarang RPP cukup satu halaman
yang memuat tiga komponen inti yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan penilaian. Hal ini dimaksudkan untuk penyederhanaan
administrasi dan menghemat waktu guru, sehingga guru dapat merencanakan
dan mengevaluasi proses pembelajaran secara matang.
4. Peraturan penereimaan peserta didik baru (PPDB) Zonasi
Peraturan penerimaan peserta didik baru (PPDB) dengan sistem
zonasi dibuat lebih fleksibel. Rancangan peraturan sebelumnya membagi
sistem zonasi menjadi tiga jalur yaitu zonasi 80%, jalur prestasi 15%, jalur
perpindahan 5%, sedangkan rancangan peraturan terbaru menjadi empat
yaitu jalur zonasi 50%, jalur afirmasi 15%, jalur prestasi 0-30%.

B. Kurikulum Merdeka Belajar untuk Transformasai Pembelajaran


Kurikulum pendidikan Tinggi merupakan rancangan serangkaian
proses pendidikan atau pembelajaran untuk menghasilkan suatu learning
outcomes (capaian pembelajaran) yang bukan hanya sekedar kumpulan mata
kuliah. Kurikulum mempeunyai beberapa elemen dasar yaitu tujuan,
kompetensi, isi, kriteria, penilaian dan standar pembelajaran (Ramis, 2020).
Ada tiga tahap dalam penyususnan kurikulum MBKM yaitu tahap
perancangan kurikulum, tahap pembelajaran dan tahap penilaian.
155
1. Tahap Perancangan Kurikulum
Tahap perancangan kurikulum terdiri dari perumusan capian
pembelajaran lulusan atau CPL (penetapan profil lulusan, penjabaran profil
kedalam kompetensi, penjabaran kompetensi kedalam capaian pembelajaran)
dan pembentukan mata kuliah (pemelihan bahan kajian dan materi
pembelajaran, pemetaan bahan kajian sesuai capaian pembelajaran,
pengelompokkan bahan kajian, kedalam mata kuliah dan pemberian lebel).
2. Tahap Pembelajaran
a) Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran terdiri dari kontrak kuliah dan rencana
pembelajaran semester (RPS).
b) Proses pembelajaran
Proses pembelajaran MBKM adalah pembelajaran yang berpusat pada
mahasiswa (student centered Learning) yang sangat esensial.
Pembelajaran dalam MBKM juga memberikan kesempatan dan
tantangan untuk mengembangkan kapasitas, kepribadian, kreativitas,
dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian dalam
mencari dan menemukan pengetahuan melalui kenyataan dan dinamika
lapangan seperti interaksi sosial, kolaborasi, manajemen diri,
persyaratan kemampuan, permasalahan ril, tuntutan kinerja, target dan
pencapiannya. Berikut program pembelajaran MBKM (Fuadi &
Aswita, 2021; Lase, 2019; Sudaryanto, et al, 2020; Suryaman, 2020;
Susetyo, 2020, Tohir, 2020):
1) Pertukaran Pelajar
Latar belakang adanya pertukaran pelajar dikarenakan sistem
transfer kredit yang dilakukan antar perguruan tinggi didalam
negerisendiri masih sanagat sedikit jumlahnya. Tujuan pertukaran
pelajar ini untuk belajar lintas kampus agar mahasiswa dapat
mentransfer ilmu pengetahuan untuk menutupi disparitas pendidikan
dan meningkatkan serta mengembangkan wawasan kebhinekaan
Tunggal Ika, membangun persaudaraan lintas daerah, suku, budaya,
agama, sehingga meningkatkan semangat persatuan dan kesatuan
bangsa.
2) Magang/Praktik Kerja
Kurangnya pengalaman bahkan tidak adanya pengalaman kerja
didunia kerja melatarbelakangi adanya program magang/praktik.
Walaupun sudah ada magang berjangka pendek, ini dinilai tidak
156
cukup untuk memberikan pengalaman dan kompetensi industry bagi
mahasiswa. Tujuan program magang yaitu memberikan pengalaman
langsung kepada mahasiswa ditempat kerja (eksperiment learning)
3) Asistensi mengajar disatuan pendidikan
Program ini dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan yang ada.
Pertama, kualitas pendidikan dasar dan menengah di Indonesia yang
masih rendah. Tujuan dari proram ini yaitu untuk mengajarkan dan
memperddalam ilmu mahasiswa dengan minat dibidang pendidikan
dengan cara menjadi guru disuatu pendidikan, membantu
meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan, serta perkembangan
IPTEK selaras dengan perkembangan pendidikan dasar dan
menengah disatuan pendidikan dicetuskan.
4) Penelitian/Riset
Program penelitian bertujuan untuk membangun kompetensi
penelitian mahasiswa, meningkatkan mutu penelitian mahasiswa,
serta meningkatkan kualitas ekosistem dan kualitas riset
dilaboratorium dan lembaga riset Indonesia dengan memberikan
sumber daya peneliti dan regenerasi peneliti sejak dini.
5) Proyek/studi Independen
Tujuan program ini untuk mewujudkan ide kreatif mahasiswa dalam
mengembangkan produk inovatif, menyelenggarakan pendidikan
berbasis riset dan pengembangan (R&D), dan meningkatkan prestasi
mahasiswa dalam ajang nasional dan internasional.
6) Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran kegiatan MBKM dilakukan melalui monitoring
evaluasi kegiatan dan laporan hasil kegiatan (LHK). Nilai hasil evaluasi
pembelajaran bersumber dari dosen pembimbing dan pendamping
kegiatan.
c) Penilaian
Penilaian dalam pelaksanaan kebijakan MBKM program “hak belajar
tiga semester diluar program studi” mengacu kepada lima prinsip sesuai
standar nasional pendidikan tinggi (SNPT) yaitu edukatif, otentik, objektif,
akuntabel dan transparan yang dilakukan secara terintegrasi.
Didalam konteks berbangsa dan bernegara kurikulum merupakan
perangkat pembelajaran yang amat strategis untuk menyemaikan dan
membentuk konsepsi dan perilaku individu tentang kesadaran identitas.
Kesadaran identitas menurut (Suwignyo, 2007:39) menunjuk kepada
157
kemampuan serta proses memahami perubahan jati diri terkait cara berfikir,
kemandirian dan orientasi pribadi (aspek internal-psikologis) serta posisi
peran, dan tanggung jawab sosial individu (aspek eksternal sosiologi).
Oleh karena itu proses transformasi sistem nilai (pembelajaran)
makna dan symbol material dan non material dalam bidang kehidupan
manusia mencukupi juga persoalan ekonomi, religi, kekuasaan, pertanian,
kelautan, dll (Merry, 2003). Transformasi pendidikan melalui kebijakan
merdeka belajar merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan SDM
unggul Indonesia yang mempunyai profil pelajar pancasila (Kemindikbud,
2021).
Didalam perspektif pembelajaran kurikulum merupakan seperangkat
rencana, yang berisi tujuan, isi dan bahan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam perspektif pembelajaran
inovatif, kurikulum harus sesuai dengan prinsip proses perkuliahan
(kesesuaian proses dengan karakteristik perkuliahan, keberagaman metode
yang mengakomodasi dan partisipasi mahasiswa, ppenataan tingkat kesulitan,
mengatur interaksi dan partisipasi mahasiswa (Sukmadinata, 2013:152).
Salah satu orientasi kurikulum merdeka belajar adalah OBE. OBE
merupakan proses pendidikan yang terfokus pada pencapaian hasil konkrit
yang ditentukan (pengetahuan yang berorientasi pada hasil, kemampuan, dan
perilaku). OBE adalah proses yang melibatkan penataan kurikulum,
penilaian, prakktik, pelaporan, dalam ppendidikan yang mencerminkan
pencapian pembelajaran dan penguasaan tingkat tinggi daripada akumulasi
kredit
Terdapat lima prinsip OBE, yakni:
1. Fokus pada CP
2. Rancangan Kurikulum menyeluruh
3. Memfasilitasi kesempatan belajar
4. Sesuai dengan pembelajaran konstruktif
5. Menggunakan siklus Plan Do Check Action
Untuk mengembangkan kurikulum, diperlukan kebijakan
pengembangan kurikulum yang mempertimbangkan keterikatan dengan visi
dan misi (mandat) perguruan. Pengembangan ilmu pengetahuan dan
kebutuhan stakeholder, ada pedoman pengembangan kurikulum, ada
pedoman pelaksanaan kurikulum yang mencakup pemantauan dan
peninjauan kurikulum yang mempertimbangkan umpan balik dari para
158
pemangkyu kepentingan, pencapian isu-isu strategi untuk menjamin
kesesuaian dan kemutakhirannya.
Jadi kurikulum merdeka belajar sangat berpengaruh bagi transformasi
pembelajaran . Hal ini dapat dilihat dari manfaatnya untuk siswa, guru, dan
sekolah.
1. Bagi siswa, berkurangnya tekanan psikologis dan mereka memiliki
kesempatan untuk menunjukkan kompetensinya.
2. Bagi guru, penilaian ini membuat mereka merasa merdeka dalam
mengajar, menilai sesuai dengan kebutuhan siswa, dan situasi kelas dan
sekolahannya. Hal ini bisa terus mengembangkan kompetensi profesional
guru.
3. Bagi sekolah, sekolah menjadi lebih merdeka karena assessment
mempunyai nilai positif dalam proses dan hasil belajar siswa.

Hal tersebut sangat membantu siswa, guru dan lembaga sekolah yang
bersangkutan, dan sangat terlihat transformasi pembelajarannya dari
kurikulum merdeka yang digunakan.

159
MODEL ASASSESMEN KURIKULUM
MERDEKA

A. Pengertian Kurikulum Merdeka


Kurikulum merdeka adalah merdeka belajar. Nadiem mengatakan
bahwa merdeka belajar merupakan suatu konsep yang dibuat agar peserta
didik mampu mendalami minat dan bakatnya masing-masing. Contohnya jika
dua anak dalam satu keluarga memiliki minat yang berbeda, maka tolak ukur
yang dipakai dalam menilai tidak akan sama.
Dalam kamus Bahasa Indonesia kata merdeka dapat diartikan sebagai
“bebas” baik itu bebas dari penghambatan, penjajahan atau dapat dimaknai
dengan berdiri sendiri. Sedangkan kata belajar merupakan perubahan
perilaku yang relatif permanen didalam berperilaku, dan kehidupan yang
didapatkan sebagai hasil dari pengamatan atau latihan. Menurut Moh. Surya
bahwa belajar adalah suatu usaha perubahan yang dilakukan bagi setiap
individu untuk memperoleh perubahan secara keseluruhan yang didapatkan
dari hasil proses pengalaman serta respon dari interaksi terhadap lingkungan
kepada setiap individu.
Menurut Sanjaya, belajar memiliki makna harfiah yang sangat
mengedepankan proses perubahan mental yang di akibatkan dari rangsangan
interaksi lingkungan. Secara umum telah dikemukakan bahwa belajar
merupakan sebagai perubahan pada individu yang melalui pengalaman bukan
melalui perkembangan atau pertumbuhan tubuhnya atau karakteristik
seseorang sejak lahir. Maka dari itu merdeka belajar adalah kebebasan dalam
menentukan cara berproses, berfikir, berperilaku, dan berlaku kreatif guna
untuk pengembangan diri di setiap individu.24
Jadi dapat disimpulkan bahwa merdeka belajar dapat dimaknai
sebagai pemberian ruang yang lebih terhadap peserta didik dengan memiliki
kesempatan untuk belajar secara tenang, nyaman dan bebas tanpa adanya
tekanan dengan memperhatikan bakat dan minat yang dimiliki siswa.

24
Wina, Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

160
B. Model Assesmen Kurikulum Merdeka
1. Model Pembelajaran Blended Learning
Model pembelajaran blended learning ini merupakan metode
pembelajaran yang digunakan dengan memadukan antara pembelajaran
tradisional (face to face) dengan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran
online. Jadi dalam prosesnya pseserta didik belajar tatap muka berdasarkan
jadwal yang sudah ditentukan dan ditambah dengan pembelajaran online
diluar jam belajar.
Menurut Driscoll ada empat konsep pembelajaran blended learning
yaitu sebagai berikut:
a. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai teknologi yang berbasis web
untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
b. Pembelajaran yang mengkombinasikan berbagai format teknologi
pembelajaran seperti CD-ROM, vidio tape, dan webbased training.
c. Menggunakan kombinasi dengan berbagai pendekatan seperti pendekatan
humanistik, konstruktivisme, dan behavioristik guna untuk mencapai hasil
pembelajaran yang optimal dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
d. Menggabungkan antara teknologi pembelajaran dengan perintah tugas
kerja aktual demi menciptakan hasil yang baik pada pembelajaran
tersebut.

2. Model Pembelajaran Flipped Classroom


Model pembelajaran flipped classroom merupakan salah satu bentuk
pembelajaran lain dari model pembelajaran blended dengan melalui interkasi
tatap muka dan virtual atau online, yang dikombinasikan anatara
pembelajaran sinkron (synchronous) dengan pembelajaran mandiri yang
askinkron (asynchronous). Jika pembelajaran sinkron biasanya terjadi secara
real time dikelas, dan sedangkan pembelajaran asinkron yaitu pembelajaran
yang sifatnya lebih mandiri.
Dalam menerapkan metode flipped vlassroom ada tiga kegiatan yang
harus dilakukan yaitu sebagai berikut:
a. Sebelum kelas dimulai (pre-class)
Sebelum pembelajaran di kelas dimulai, siswa harus sudah mempelajari
materi yang akan dibahas sebelumnya dengan secara mandiri. Pada tahap

161
ini, kemampuan yang diharapkan bagi peserta didik yaitu mengingat
(remembering) dan mengerti (understanding) materi.

b. Saat kelas dimulai (in-class)


Pada saat pembelajaran di kelas berlangsung, siswa harus sudah siap
dalam mengaplikasikan (applying) dan menganalisis (analyzing) materi
dengan melalui berbagai kegiatan interaktif di dalam kelas. Setelah
melakukan pembelajaran di kelas guru akan memberikan bimbingan
terhadap siswanya seperti mengobservasi atau mengawasi kegiatan belajar
siswa serta memberikan feedback atas pekerjaan yang telah dikerjakan
oleh siswa untuk sebagai bahan evaluasi atau perbaikan dan kemajuan
belajar siswa.
c. Kelas berakhir (out of class)
Selanjutnya dilakukan nya evaluasi dengan mengevaluasi (evaluating) dan
juga mengerjakan tugas dengan berbasis projek tertentu sebagai kegiatan
setelah kelas berakhir (creating). Guna nya dilakukan tahap ini yaitu untuk
mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari oleh
siswa selama pembelajaran yang diberikan oleh guru berlangsung.

Dengan model pembelajaran flipped classroom ini diharapkan dapat


membekali kemampuan siswa untuk berpikir kritis (critical thinking),
bekerjasama (collaborative), berpikir kreatif dan inovatif
(creative/innovative) dan kemampuan berkomunikasi (comunication skills).
Di dalam kurikulum merdeka ini model flipped classroom sangat cocok
diterapkan karena konsep model pembelajaran ini bisa mengembangkan
kemandirian siswa dan juga sangat fleksibel diterapkan dalam kondisi PTM
terbatas.
3. Model Pembelajaran Project Based Learning
Model pembelajaran ini menjadi salah satu ciri khas dari kurikulum
merdeka. Project based learning merupakan model pembelajaran yang sangat
berpusat pada siswa yang dimana model pembelajaran ini memiliki fungsi
untuk mengerjakan suatu project atau aktivitas nyata yang akan membuat
siswa mengalami dengan berbagai kendala kontekstual sehingga harus
melakukan pemecahan masalah dan invertigasi agar dapat menyelesaikan
masalah tersebut dan agar bisa mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.

162
Dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa dapat belajar
dimanapun dan kapanpun tidak terikat waktu dan tempat. Maka dari itu jika
tujuan pembelajaran belum tercapai dengan baik maka hal tersebut dapat
dimaksimalkan dengan melalui pembelajaran online. Selain itu juga, model
pembelajaran dapat menjadi alternatif solusi untuk memaksimalkan potensi
siswa sekaligus penerapan kurikulum merdeka.25

C. Kelebihan dan Kekurangan Merdeka Belajar


Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam merdeka belajar yaitu
sebagai berikut:
Kelebihannya:
1. Anak didik tidak dituntut sama
Program merdeka belajar sangat berpengaruh terhadap siswa dengan
membawa perubahan pada sistem pendidikan di Indonesia. karena selama
ini peserta didik hanya ditargetkan oleh nilai akademik saja, maka
program merdeka ini untuk menjadikan siswa agar telihat lebih unggul
lagi dengan skill yang berbeda-beda. Dan juga seorang guru sangat
berperan dalam hal ini karena dalam proses pembelajaran pengenalan
bakatnya seorang guru harus selalu ada agar anak didik tidak putus asa
dalam berproses nya.
2. Anak didik bebas berekspresi
Anak didik bebas berekspresi maksudnya disini yaitu anak didik bebas
atau leluasa dalam belajar karena tidak diatur atau tidak berdasarkan satu
pelajaran saja melainkan anak didik belajar sesuai dengan potensinya
masing-masing.
3. Rpp 1 lembar
Karena anak didik belajar sesuai potensinya masing-masing maka seorang
guru yang membimbing anak didiknya hanya perlu menyesuaikan arah.
Dengan adanya Rpp 1 lembar maka beban guru sedikit berkurang karena
seorang guru pembimbing hanya fokus dalam mengarahkan dan
mendampingi anak didik.

Kekurangannya:
1. Membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit

25
Abdullah, Walib. 2018. Model Blended Learning dalam Meningkatkan Efektifitas
Pembelajaran. Fikrotuna: Jurnal Pendidikan & Manajemen Islam.

163
Bebasnya berekspresi anak didik dalam belajar, pastinya memakan biaya
dan waktu yang tidak sedikit karena setiap anak didik dalam berproses
tentunya berbeda-beda pemahamannya.

2. Kurangnya referensi
Dalam menjalankan program merdeka belajar pastinya banyak
memerlukan referensi seperti alat belajar, buku. Buku yang sekarang ada
dinilai rendah maka dari itu perlunya buku yang lebih efisien dalam
menjalankan serta mewujudkan program merdeka belajar ini.
3. Kurangnya guru yang merdeka
Dalam hal ini tentunya memerlukan guru yang merdeka dalam belajar
guna untuk mewujudkan anak didik yang merdeka dalam belajar. Akan
tetapi pengalaman para guru yang merdeka sangat dikit kebanyakan dilihat
dari pengalaman para guru pada masa kuliahnya dulu, hal ini disebabkan
karena kurangnya pengalaman para guru karena yang kita ketahui program
merdeka belajar ini baru-baru inilah diterbitkan.26

D. Tujuan Kurikulum Merdeka


Dengan adanya kebijakan baru dari KEMENDIKBUD tentang konsep
merdeka belajar pastinya memiliki bebrapa tujuan untuk menciptakan link
and match atau yang menghubungkan dunia belajar dan dunia kerja. Dalam
kebijakan merdeka belajar juga memiliki tujuan untuk mewujudkan kualitas
atau mutu pendidikan yang berkelanjutan. Menurut Namdie Makariem anak
adalah multi kecerdasan, setiap anak pasti memiliki kecerdasan sesuai minat
nya masing-masing dan di bidang nya masing-masing. Maka dari itu dengan
adanya merdeka belajar peserta didik mempunyai keleluasaan dalam belajar
bukan hanya di dalam satu segmen saja dan juga peserta didik diberi
kebebasan dalam seni belajarnya dengan kecerdasan yang dimilikinya sendiri
sesuai dengan potensinya masing-masing.
Dengan ini merdeka belajar memiliki tujuan untuk membebaskan
peserta didik dari sebuah sistem kejar target nilai. Penerapan merdeka belajar
ini diharapkan dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan, dan
belajar bukan hanya mengejar kelulusan serta bukan juga untuk mendapatkan
nilai tertinggi melainkan merdeka belajar ini memberi kebebasan kepada

26
Tim Kompasiana. 2020. Merdeka Belajar Demi Mewujudkan Indonesia Maju.
Kompasiana: Available.

164
peserta didik dalam proses pembelajaran. Seperti yang telah dipaparkan
bahwa konsep merdeka belajar oleh kementrian pendidikan ada penerapan
UN (Ujian Nasional) yang di tiadakan yang berubah menjadi Assesmen
Kompetensi Minimum dan Survey Karakter.27

E. Implikasi Merdeka Belajar


Ada beberapa kerangka pendidikan yang harus diperbaiki agar
terciptanya merdeka belajar, yaitu:
1) Memperbaiki kerangka standar kompetensi guru
Dengan memperbaiki kerangka standar kompetensi guru maka perlunya
pengembangan standar profesional guru dan kepala sekolah yang berbasis
kompetensi dengan menggunakan pendekatan pengembangan pendidikan
kedepannya yang lebih jelas dan pasti serta kompetensi guru juga harus
lebih dinamis.
2) Memperbaiki kurikulum PPG
Untuk memperbaiki kurikulum PPG yang pertama dimulai dengan
memperbaiki metode supervisi klinis agar dapat berjalan dengan baik,
dengan adanya penyuluhan kepada guru pamong dan dosen pembimbing
agar lebih fokus kepada murid dan harus lebih memfokuskan nya “how to
facilitate students”.
3) Memvisikan pendidikan guru berkelas dunia
Dengan adanya visi pendidikan ini yaitu untuk menjadikan inspirasi dalam
semua guru menuju visi world class yang menghasilkan generasi kelas
dunia.
4) Memperbaiki sistem sertifikasi guru
Untuk mengalokasikan dana sertifikasi guru dalam pengembangan belajar
mengajar siswa agar lebih efektif maka harus adanya evaluasi dalam
waktu berkala untuk memaksimalkan sertifikasi guru tersebut.
5) Mengkaji kajian literatur model kompetensi
Dalam mengkaji literatur model kompetensi ini yaitu dengan mengambil
hal-hal yang terbaiki yang kemudian menjadi bagian perumusan model
kompetensi guru tersbut.28
27
Rosyidi, U. 2020. Merdeka Belajar; Aplikasinya dalam Manajemen Pendidikan &
Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, Ketua Umum Pengurus Besar
PGRI.
28
Iwan, S. 2020. Webiner APSPBI: Implikasi Semangat Merdeka Belajar-Kampus
Merdeka. Indonesia: Humas USD.

165
F. Kaitan Kurikulum Merdeka dengan Tuntutan Standar Pendidikan
Tinggi
Dalam rangka untuk memenuhi tuntutan, arus perubahan dan
kebutuhan akan link and match dengan dunia usaha dan dunia industri serta
menyiapkan mahasiswa dalam dunia kerja maka perguruan tinggi dituntut
agar dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif
agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajarannya dengan mencakup
aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara optimal.
Dalam kebijakan merdeka belajar – kampus merdeka diharapkan agar
bisa menjadi jawaban tuntutan tersebut. Kampus merdeka merupakan wujud
pembelajaran diperguruan tinggi yang fleksibel sehingga dapat terciptanya
kultur belajar yang tidak mengekang, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa.
Program merdeka belajar – kampus merdeka itu sendiri meliputi
empat kebijakan utama yaitu: 1) kemudahan pembukaan program studi baru,
2) perubahan sistem akreditasi perguruan tinggi, 3) hak belajar 3 semester di
luar program studi, 4) kemudahan perguruan tinngi menjadi badan hukum.
Mahasiswa di berikan kebebasan dalam mengambil SKS diluar program studi
serta yang dimaksud 3 semester tersebut yaitu dapat diambil untuk
pembelajaran di luar prodi dalam PT maupun diluar PT.
Proses pembelajaran di kampus merdeka merupakan suatu
perwujudan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa yang sangat
esensial. Di dalam kampus merdeka ini dapat memberikan pembelajaran
tantangan dan kesempatan dalam pengembangan kapasitas, kreativitas,
kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa. Dengan melalui merdeka belajar –
kampus merdeka diharapkan mampu dapat menjawab tantangan perguruan
tinggi untuk menghasilkan lulusan sesuai perkembangan IPTEK dan tuntutan
dunia usaha dan dunia industri.

166
SILABUS KURIKULUM MERDEKA
BELAJAR DAN KAMPUS MERDEKA

A. Silabus Kurikulum Merdeka Dalam Belajar


1. Pengertian Silabus Kurikulum Merdeka Dalam Belajar
Silabus merupakan suatu rancangan dari kegiatan pembelajaran dari
satuan atau kelompok dalam mata pelajaran dalam pembelajaran baik dalam
bentuk tema yang telah ditentukan dengan mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar (Kunandar, 2011: 244).

Menurut Yulaelawati menerangkan bahwa silabus adalah seperangkat


rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang
disusun secara sistematis, memuat tentang komponen-komponen yang saling
berkaitan dalam mencapai penguasaan kompetensi dasar. Silabus adalah
seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan
penilaian yang disusun secara sistematis yang memuat komponen-komponen
yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar. Dalam
pengembangan silabus dari tahun ke tahun dan dalam mengikuti segala
kemajuan zaman dalam pendidikan silabus memiliki beberapa perubahan
dalam penerapannya menjadi silabus yang berkurikulum merdeka dalam
belajar.

Silabus merdeka dalam belajar memiliki rencana pembelajaran pada


suatu dan/atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian kompetensi untuk penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar yang tidaklah jauh beda dengan
pengembangan silabus kurikulum sebelumnya (Trianto, 2010:96).29

29
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu.(Jakarta: Bumi
Aksara,2010),hlm.96

167
Dalam usaha untuk memulihkan kembali pembelajaran yang
disebabkan oleh pandemi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikburistek) mengeluarkan kebijakan dalam
pengembangan Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini diberikan kepada satuan
pendidikan sebagai opsi tambahan dalam rangka melakukan pemulihan
pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan Kemendikburistek terkait
kurikulum nasional selanjutnya akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan
evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.
Kurikulum Merdeka adalah nama baru dari kurikulum prototipe yang
resmi diluncurkan oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim. Kata
merdeka adalah kata yang dekat dengan kita sebagai kata yang
Menggambarkan pergerakan dan semangat perjuangan. Dalam pendidikan
kata Merdeka bukanlah hal yang baru. Di tahun 1952 dalam peringatan
Taman Siswa Ki Hajar Dewantara mencetuskan semangat merdeka dalam
buku Peringatan Taman Siswa 30 tahun “…kemerdekaan hendaknya
dikenakan terhadap caranya Anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu
“dipelopori”, atau disuruh mengakui Buah pikiran orang lain”. Merdeka
Belajar adalah belajar yang diatur sendiri oleh Pelajar. Pelajar yang
menentukan tujuan, cara dan penilaian belajarnya. Dari Sudut pandang
pengajar, merdeka belajar berarti belajar yang melibatkan murid Dalam
penentuan tujuan, memberi pilihan cara, dan melakukan refleksi terhadap
Proses dan hasil belajar. Jika kita refleksikan bersama kata merdeka dalam
Konteks perjuangan dan pendidikan memiliki kesamaan spirit yaitu mampu
Mengatur dirinya sendiri.

Dalam ajaran Ki Hadjar Dewantara, kemerdekaan dalam pendidikan


berarti :

a. tidak hidup terperintah


b. berdiri tegak karena kekuatan sendiri
c. cakap
Mengatur hidupnya dengan tertib. Tidak hidup terperintah berarti
seseorang bisa Menentukan sendiri arah tujuannya, memerintah diri sendiri.
Poin kedua Menekankan pada kemandirian seseorang, mencapai tujuan
dengan daya upaya Pada saat ini, sekolah masih boleh memilih kurikulum

168
yang akan digunakan di satuan pendidikan masing-masing. Pilihan kurikulum
yang diberikan antara lain: Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan
Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka Belajar merupakan pengembangan
dan penerapan dari kurikulum darurat yang diluncurkan untuk merespon
dampak dari pandemi Covid-19. Pengertian Merdeka Belajar adalah suatu
pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih
pelajaran yang diminati.

Adanya pilihan bagi sekolah untuk menggunakan salah satu dari tiga
kurikulum ini didasarkan pada dua alasan berikut ini:

a. Sekolah memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk


mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan dan konteks masing-masing
sekolah.
b. Kebijakan memilih kurikulum diharapkan dapat memperlancar proses
perubahan kurikulum nasional karena dilakukan secara bertahap. Dapat
dikatakan bahwa kebijakan memberikan opsi kurikulum sekolah
merupakan salah satu upaya manajemen perubahan.

Esensi Kurikulum Merdeka adalah pendidikan berpatokan pada esensi


belajar, di mana setiap siswa memiliki bakat dan minatnya masing-masing.
Tujuan merdeka belajar adalah untuk memitigasi ketertinggalan
pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 secara efektif. Untuk saat ini
Kurikulum 2013 tetap dapat digunakan sembari sekolah bersiap-siap untuk
menerapkan kurikulum baru ini. Setiap satuan pendidikan dapat menerapkan
Kurikulum Merdeka secara bertahap berdasarkan kesiapan masing-masing.

2. Landasan Pengembangan Silabus Kurikulum Merdeka Dalam


Belajar
Terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 ayat (2) tentang
Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di
bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang

169
menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI. MTs, MA, dan
MAK. 30

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20 tentang Perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode
pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

Langkah-langkah pengembangan silabus merdeka dalam belajar


(Trianto, 2010: 99):31

a. Mengkaji Standar Kompetensi serta Kompetensi Dasar. Mengkaji standar


kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran seperti yang telah
tercantum pada Standar Isi.
b. Mengidentifikasi Materi Pokok ataupun Pembelajaran. Mengidentifikasi
materi pokok ataupun pembelajaran yang menunjang pencapaian
kompetensi dasar
c. Mengembangkan Kegiatan dalam pembelajaran. Dalam Kegiatan
pembelajaran perlu dirancang dengan tujuan untuk dapat memberikan
pengalaman dalam belajar dengan melibatkan proses mental, fisik dalam
rangka pencapaian kompetensi dasar.
d. Merumuskan Indikator dalam Pencapaian Kompetensi. Adapun penjelasan
dari Indikator yaitu suatu penanda pencapaian kompetensi dasar,
Indikator tersebut berguna sebagai dasar dalam menyusun alat penilaian.
e. Menentuan Jenis Penilaian. Dalam Penilaian pencapaian kompetensi dasar
peserta didik dengan dilakukan berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan, Penilaian ini dilaksanakan dengan cara menggunakan tes
dalam bentuk tertulis.
f. Menentukan Alokasi Waktu. Penentuan alokasi merupakan penerapan
waktu daei setiap kompetensi dasar yang dididasari pada jumlah minggu
efektif dengan alokasi waktu mata pelajaran per minggu. Alokasi waktu
adalah suatu perkiraan waktu rerata yang ditentukan untuk dapat
mengendalikan ketercapaiannya kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh
siswa yang beragam.

30
Undang-Undang Dasar Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal 17 ayat (2) tentang Sekolah dan komite sekolah
31
Ibid, hlm.70

170
g. Menentukan Sumber Belajar. Penentuan sumber belajar pada hakikatnya
telah dituliskanwbih awal dari penyediaan pembelajaran dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar dan dalam materi pembelajaran pokok,
indikator pencapaian kompetensi dan kegiatan pembelajaran.32

3. Manfaat Silabus merdeka Dalam Belajar


Silabus merdeka dalam belajar memiliki manfaat sebagai dalam
pedoman dan dalam pengembangan perangkat pembelajaran lebih lanjut,
manfaat silabus ini dimulai dari perencanaan, pengelolaan kegiatan
pembelajaran serta pengembangan penilaian.

Dengan adanya silabus merdeka dalam belajar dapat dijadikan sebagai


pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan
rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan
pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam
penyusunan rencana pembelajaran, kaib rencana pembelajaran untuk satu
Standar Kompetensi maupun satu Kompetensi Dasar. Silabus juga
bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan
pembelajaran, misalnya kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau
pembelajaran secara individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat
untuk mengembangkan sistem penilaian.

4. Isi Silabus Merdeka Dalam Belajar


a. Identitas mata pelajaran, yang berisikan tentang Identitas sekolah
meliputi nama satuan pendidikan dan kelas
b. Kompetensi inti, meliputi Kompetensi dasar, Tema (khusus
SD/MI/SDLB/Paket A/dll)
c. Materi pokok, yang berisikan pemuatan fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai
dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi
d. Pembelajaran, meliputi setiap aturan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
e. Penilaian, adalah proses dalam pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar

32
Opcit,hlm,99-100

171
f. Alokasi waktu, berisikan tentang Sumber belajar, dapat berupa buku,
media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang
relevan.33

5. Prinsip Pengembangan Silabus Merdeka Dalam Belajar


Ada beberapa prinsip yang diterapkan dalam pembuatan silabus
dalam pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam peraturan
pelaksanaan pembelajaran, adapun prinsip tersebut sebagai berikut :34
a. Prinsip secara Ilmiah
Silabus pembelajaran ini berisikan materi dalam kegiatan yang menjadi
muatan dalam tujuan silabus sesuai dengan sasaran pembelajaran dan
dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
b. Relevan
Meliputi beberapa Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran serta urutan
penyajian materi dalam silabus yang dicocokkan dengan tingkat
perkembangan fisik, sosial, emosional, intelektual, dan spritual peserta
didik.
c. Sistematis
Dari kegiatan pembelajaran berisikan Komponen-komponen silabus yang
saling berhubungan dengan fungsional dengan tujuan dalam mencapai
kompetensi.
d. Konsistensi
Dalam silabus terdapatnya suatu hubungan konsisten antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian yang tidak dapat dipisahkan dan digantikan prosedurnya
sebelum tercapainya pembelajaran yang telah ditetapkan tujuan.

33
Trianto. 2009. Mendesign Model Pembelajaran Inovativ Progresif. Jakarta
: Kencana.
34
Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2011),hlm.78

172
e. Kecukupan
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
f. Kontekstual
Meliputi Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu,
teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang
terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengako-modasi keragaman peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (Kognitif,
afektif, Psikomotor) atu sesuai degan esensi mata pelajaran masing-
masing.
Sebagai tindak lanjut arahan dari Presiden Republik Indonesia Joko
Widodo dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ma‟ruf Amin untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) menetapkan empat program pokok kebijakan
pendidikan “Merdeka Belajar” yang meliputi: Program tersebut meliputi
Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik
Baru (PPDB) Zonasi.

Pada tahun 2020, USBN akan digantikan dengan ujian atau asesmen
yang diselenggarakan sendiri oleh sekolah. Ujian yang diadakan untuk
menilai kompetensi siswa dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis dan atau
bentuk tes lainnya yang lebih komprehensif seperti portofolio dan penugasan
yang termasuk di dalamnya tugas kelompok, karya tulis, dan lain sebagainya.
Dengan demikian guru dan sekolah memiliki kemerdekaan untuk menilai
hasil belajar siswanya. Anggaran yang sedianya digunakan untuk USBN
dapat digunakan untuk mengembangkan kapasitas guru dan sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.

Ujian Nasional (UN) terakhir kali diadakan pada tahun 2020. Yang
kemudian pada tahun 2021 diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) dan Survey Karakter. AKM ditekankan pada kemampuan Literasi
173
dan numerasi siswa yang mengacu pada praktik baik pada level internasional
seperti PISA dan TIMSS. Pelaksanaan AKM dan Survey Karakter dilakukan
pada siswa yang berada di tengah jenjang sekolah misalnya kelas 4, 8, dan
11. Hal ini bertujuan untuk mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki
mutu pembelajaran dan bukan untuk basis seleksi siswa pada jenjang
berikutnya.

Arah kebijakan baru yang berkaitan dengan kurikulum mengatakan


bahwa guru dapat bebas memilih, membuat, dan mengembangkan format
RPP. RPP wajib memuat 3 komponen yaitu, tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan asesmen. Sedangkan komponen lainnya hanya bersifat
melengkapi saja.

Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), Kemendikbud akan


tetap menggunakan sistem zonasi dengan kebijakan yang lebih fleksibel
untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah.
Komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima siswa minimal 50 persen, jalur
afirmasi minimal 15 persen, dan jalur perpindahan maksimal 5 persen.
Sedangkan untuk jalur prestasi atau sisa 0-30 persen lainnya disesuaikan
dengan kondisi daerah. Mendikbud kemudian menambahkan bahwa setiap
daerah berwenang menentukan proporsi final dan menetapkan wilayah
zonasi.

B. Kampus Merdeka
Kampus merdeka dihadirkan untuk memperluas kapasitas penyediaan
sumber daya bagi para mahasiswa. Mulai dari pembukaan program studi baru
yang dimaksudkan untuk memberikan mahasiswa kesempatan memilih
jurusan yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan pengetahuan dan
keterampilannya di masa mendatang secara detail. Diperkuat dengan
pembukaan prodi baru disyaratkan untuk perguruan tinggi yang memiliki
akreditasi A dan B serta adanya kerjasama dengan mitra perusahaan,
organisasi nirlaba, institusi multilateral, maupun universitas Top 100 ranking
QS yang berarti dibukanya prodi baru tidak berdasar kuat, tetapi telah melalui
banyak pertimbangan dan kualifikasi. Diharapkan pula karena adanya
kebijakan ini maka mahasiswa dapat memperoleh materi dan pembelajaran
yang lebih berkualitas dengan berkurangnya beban administrasi pada dosen.
Kedua, adanya sistem akreditasi perguruan tinggi yang lebih mudah serta
efektif bagi setiap prodi di universitas tanpa membebankan penilaian

174
terutama beban administrasi kepada dosen. Ketiga, adanya kemudahan
persyaratan bagi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk menjadi Badan
Hukum (BH) tanpa adanya akreditasi minimum apabila sudah merasa siap.
Keempat, menjadi poin paling pokok yakni mengenai hak belajar tiga
semester di luar program studi. Maka dapat diartikan bahwa mahasiswa dapat
memiliki ruang belajar yang lebih luas serta memiliki kebebasan untuk
menentukan rangkaian pembelajarannya secara lintas disiplin dan tidak
terpengaruhi kuantitas SKS. 35
Hal ini sejalan dengan teori perkembangan kognitif milik Vygotsky,
dimana untuk mengembangkan pemikiran dan pemahaman itu sendiri melalui
aksi dan interaksi dengan dunia sekitarnya dan pengembangan dan terjadi
tergantung pada apa yang disediakan oleh masyarakat (Santrock, 2018). Oleh
karena itu, peran kebijakan ini ditegaskan dengan upaya pemberian hak
mahasiswa dalam pengembangan diri melalui kesempatan eksplorasi
pembelajaran di luar program studinya. Berdasarkan The Zone of Proximal
Development, seseorang dapat mempelajari suatu hal yang sulit dikuasai
sendiri dengan bimbingan dari orang yang lebih ahli. Melihat dari teori
tersebut, kebijakan ini dapat menjadi kesempatan mahasiswa untuk
mengembangkan potensi di luar bidang prodi pokoknya dengan bimbingan
ahli melalui lintas disiplin.

1. Memahami Kelemahan dan Kelebihan Kebijakan Kampus Merdeka


Rencana kebijakan Kampus Merdeka masih menuai pro dan kontra.
Indra Charismiadji, seorang pengamat pendidikan dari Center of Education
Regulations and Development Analysis (CERDAS) berpendapat bahwa
kebijakan Kampus Merdeka bukan sebuah kebijakan strategis, melainkan
hanya sebuah gimik belaka. Hal ini disebabkan kebijakan tersebut
dianggapnya belum menyentuh aspek sumber daya manusia, yaitu guru dan
dosen, sama sekali. Sementara, guru dan dosen masih menjadi tombak dari
pembangunan pendidikan. Beliau menegaskan bahwa pembangunan
pendidikan sejatinya dimulai dari dari sana, dilansir dari CNN Indonesia.

35
Trianto. Konsep Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta.
Bumi Aksara,2014),hlm.45

175
2. Reaksi Masyarakat
Kebijakan kampus merdeka juga banyak menuai berbagai respons
dari masyarakat, begitu pun para tenaga pendidik. Kepala Pusat Inovasi dan
Kajian Akademik Universitas Gadjah Mada, Hatma Suryatmojo,
menyebutkan bahwa kebijakan ini merupakan sebuah pola baru bagi dunia
pendidikan dan diperlukan banyak penyesuaian dalam
pengimplementasiannya. Beliau menambahkan pernyataan bahwa UGM
dalam hal ini melihat kampus merdeka sebagai sebuah peluang untuk
melakukan lompatan besar menuju kemandirian dan keunggulan UGM di
kancah nasional maupun global (Bernie, 2020).

Respon serupa juga diberikan oleh rektor Unair, Mohammad Nasih.


Menurutnya kampus merdeka dapat membuat mahasiswa belajar secara lebih
fleksibel. Senada dengan Mohammad Nasih, Arif Satria selaku rektor IPB
memandang pembelajaran kedepannya akan lebih berorientasi pada
personalized yang lebih menekankan pada minat, bakat, dan kebutuhan
mahasiswa sehingga adanya kebijakan kampus merdeka akan menjadi sarana
yang tepat bagi tercapainya hal tersebut. Kebijakan mengenai kegiatan dan
magang dalam kampus merdeka juga akan memberikan mahasiswa gambaran
realita di masyarakat, yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
kolaborasi dan problem solving mahasiswa. Beliau juga menambahkan
bahwa IPB tidak akan terganggu dengan adanya kebijakan ini, pasalnya
pihaknya terlebih dahulu telah menetapkan kebijakan serupa, seperti program
mayor dan minor yang memberikan kesempatan mahasiswa untuk
mengambil program studi pendukung. Selain itu, IPB juga telah merancang
kebijakan untuk membiasakan mahasiswa untuk berkolaborasi lintas disiplin
dalam penyusunan tugas akhir.

176
STRUKTUR KURIKULUM MERDEKA
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK

A. DEFINISI KURIKULUM MERDEKA


Secara etimologi, kata kurikulum dari bahasa inggris “curriculum”,
yang memiliki arti secara harfiah bahwa kurikulum berawal dimanfaatkan
pada bidang olahraga. Berawal dari arti “curir´dan “curere”, kurikulum
memiliki istilah bahwa “Jarak yang harus di capai oleh pelari dimulai dari
garis start hingga ke garis finish untuk mendapatkan suatu penghargaan”.
Sehingga definisi tersebut beradaptasi ke dalam bidang pendidikan
dan memiliki makna sebagai “Sejumlah mata pelajaran yang harus dicapai
oleh para siswa dari awal sampai akhir program untuk mendapatkan ijazah”.
Kurikulum sebagai perencanaan pendidikan yang memiliki tugas yang sangat
penting pada semua hal aktivitas pendidikan serta perkembangan kehidupan
manusia, jadi pada proses penyusunan kurikulum belum dapat dilaksanakan
dengan tidak mengetahui konsep awal dari kurikulum.
Definisi Kurikulum terdapat pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003,
yang berisi bahwa kurikulum ialah sebuah perangkat perencanaan dalam
mengatur hal tujuan, isi, bahan pelajaran, dan metode yang diterapkan
menjadi tuntunan pada penyusunan kurikulum dan silabusnya pada satuan
pendidikan.36 Kemudian menurut Mac Donald, kurikulum adalah
perencanaan yang memiliki pedoman yang dapat digunakan untuk
berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran.
Sedangkan menurut Syaodih, kurikulum mempunyai makna yang
besar, bukan hanya berisi definisi yang memiliki keterkaitan hanya dengan
metode belajar, namun memberikan perubahan lingkup yang terdapat
keahlian belajar anak di lingkungan.37

36
Zainal Arifin, Manajemen Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam: Teori dan
Praktik, (Yogyakarta: UIN Press), 2018, Hal. 59.
37
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembagan Kurikulum Teori dan Praktik,
(Bandung:Remaja Rosdakarya), 2017, Hal. 5.

177
Jadi, kurikulum bukan hanya sekedar bidang dalam menuntut ilmu
yang terdapat di dalamnya ataupun proses aktivitas belajarnya saja, namun
terdapat semua aspek yang berpengaruh dalam perkembangan dan
pembentukan karakter siswa yang tepat dengan tujuan pendidikan yang akan
diraih, sehingga bisa meningkatnya mutu pendidikan.
Kurikulum Merdeka atau Program Merdeka belajar ini dikeluarkan
oleh Mendikbud Ristek sebagai bentuk evaluasi perbaikan Kurikulum 2013.
Kurikulum merdeka atau yang lebih dikenal sebagai Kurikulum Prototipe,
dimana kurikulum ini salah satu bagian dari cara pemerintah dalam mencetak
generasi penerus yang lebih berkompeten di dalam berbagai bidang
kemampuan.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum merdeka
belajar merupakan kurikulum belajar yang mengarah dengan melalui
pendekatan kemampuan dan keahlian. Dengan adanya kurikulum ini para
pelajar mampu memilih pelajaran manapun yang ingin dipelajari yang sesuai
dengan kemampuan dan keahliannya.
Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa, Kurikulum
merdeka belajar merupakan suatu kurikulum yang memberi kebebasan,
kemerdekaan dari birokratisasi dan otonomi kepada lembaga pendidikan,
memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih bidang yang mereka
sukai, sehingga dapat mengarahkan kepada bakat dan minat siswa, serta
mampu mencetak generasi yang lebih berkompeten di bidang kemampuan.

B. STRUKTUR KURIKULUM MERDEKA


Struktur kurikulum merdeka pada TK-PAUD, SD-MI, SMP-MTS,
SMA-MA-SMK. Memiliki dua sistem pembelajaran, Pembelajaran reguler
(rutin) yang biasa dikenal sebagai kegiatan intrakulikuler, serta projek
penguatan profil pelajar Pancasila. Dalam pembelajaran reguler pada seluruh
mata pelajaran berpandangan kepada pencapaian pembelajaran serta profil
pelajar pancasila. Sedangkan dalam pembelajaran berbasis projek penguatan
profil pancasila yang bertujuan dalam memperkuat usaha dalam tercapainya
profil pelajar pancasila yang mengacu kepada Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), melalui perbandingan beban belajarnya yang dialokasikan sekitar
20% - 30% dalam pertahunnya. Projek ini dilakukan secara fleksibel, baik
dari segi muatan ataupun dari segi waktu pelaksanaannya. Dari segi muatan,
hal ini ada pencapaian profil pelajar pancasila yang sesuai dengan fase siswa,
serta jarang memiliki keterkaitan pada pencapaian pembelajaran dalam mata
178
pembelajaran. Sedangkan dari segi waktu pelaksanannya, projek bisa
dilaksanakan dengan cara penambahan alokasi dari jam pelajaran projek dari
semua mata pelajaran, serta total keseluruhan waktu pelaksanaan pada
masing-masing projek tidak memiliki kesamaan antara satu sama lain.38
Projek dalam meningkatkan agar tercapainya profil pelajar pancasila
telah di buat menjadi 4, yaitu :
1. Tidak terfokuskan untuk pencapaian target CP khusus, menjadikan tidak
terikat pada mata pelajaran.
2. Siswa memiliki peran yang besar untuk menetapkan trik serta kegiatan
projeknya, sedangkan guru memiliki peran menjadi fasilitator.
3. Pembelajaran dikembangan sesuai dengan tema khusus yang telah diatur
oleh pemerintah.
4. Menjadikan pembelajaran lebih luwes, tidak terfokuskan terhadap waktu
belajar seperti pembelajaran reguler, dan banyaknya menjadikan para
masyarakat sekitar turut ikut andil dari pada pembelajaran reguler.
Pada struktur kurikulum merdeka, Kemendikbudristek telah
menetapkan dalam keputusan Kemendikbudristek No.56/M/2022, Tentang
Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Belajar
Pengembangan dan Pembelajaran. Dengan hal ni, sehingga adanya keharusan
belajar pada setiap mata pelajaran dalam waktu untuk per tahun. Hal ini
menjadikan lembaga pendidikan untuk mampu mengatur pembelajaran
secara efektif dan menjadikan alokasi waktu setiap minggunya tidak sama
dalam waktu satu tahun. Oleh karena itu, alokasi waktu yang dicapai dalam
waktu satu tahun bisa dicapai dalam waktu satu semester. Kemendikbudristek
membagi 3 tingkatan pada Sekolah dasar (SD), yakni :
a. Tingkat A terdapat peserta didik kelas 1 dan 2
b. Tingkat B terdapat peserta didik kelas 3 dan 4
c. Tingkat C terdapat peserta didik kelas 5 dan 639
Jadi, satuan pendidikan juga mampu menghilangkan mata pelajaran
ini di semester selanjutnya dikarenakan jam pelajaran yang seharusnya
dicapai dalam waktu satu tahun justru telah tercapai dalam waktu satu
semester. Hal ini diterapkan supaya pembelajaran lebih bermanfaat karena
siswa mempunyai waktu belajar yang lebih baik serta bisa fokus untuk

38
Dewi Rahmadayanti & Agung Hartoyo, Potret Kurikulum Merdeka, Wujud Merdeka
Belajar di Sekolah Dasar, (Jurnal Basicedu Vol.6 No.4), 2022, Hal. 7179.
39
Ibid, Hal. 7178.

179
keahlian yang akan diraih dengan tanpa membebankan dengan beban yang
berlebihan. Tetapi hal ini dapat membantu para guru untuk merancang
kurikulum dalam pembelajaran.
Pemerintah ikut turut mengatur pertimbangan beban belajar dalam
seluruh mata pelajaran. Hal ini di buat dalam pembelajaran reguler dan
projek penguatan profil pelajar pancasila. Alokasi waktu yang dilakukan
dalam melakukan suatu kegiatan projek diarahkan kepada penguatan dalam
meraih profil pelajar pancasila digunakan secara lebih efektif dari pada
dengan pembelajaran reguler, dikarenakan projek ini bukanlah suatu kegiatan
rutin yang dilakukan per minggu.
Satuan pendidikan ataupun pemerintah yang menambahkan beban
tambahan sesuai dengan permintaan dan karakteristik satuan pendidikan serta
pemerintah daerah secara variasi bisa manajemen kurikulum beban lokal.
Pembelajaran beban lokal dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
a. Mengintegrasikan beban lokal pada mata pelajaran lain
Lembaga pendidikan ataupun pemerintah daerah bisa mengatur target
pembelajaran dalam beban lokal dan menempatkan pada mata pelajaran
lain.
b. Mengintegrasikan beban lokal pada tema projek penguatan profil pelajar
Pancasila Lembaga pendidikan dan pemerintah daerah bisa
mengintegrasikan beban lokal pada tema projek penguatan profil pelajar
pancasila.
c. Mengembangkan mata pelajaran khusus beban lokal yang berdiri sendiri
merupakan bagian dari program intrakulikuler
Lembaga pendidikan dan pemerintah bisa meningkatkan mata pelajaran
khusus beban lokal yang independen merupakan bagian dari strategi
intrakulikuler.
Kemudian adapun kewenangan yang akan diterapkan oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah dalam membantu pelaksanaan pola
baru pada proses pembelajaran, perlu adanya perubahan dalam
pengorganisasian pembelajaran, berikut pembagian kewenangan yang
akan dilakukan oleh pemerintah:
a. Pemerintah pusat : mengatur struktur kurikulum, capaian
pembelajaran, profil pelajar pancasila, dan asesmen.
b. Pemerintah daerah yaitu mengatur visi, misi, tujuan sekolah,
kebijakan lokal terkait kurikulum, profil pelajar disekolah, proses

180
pembelajaran dan asesmen, pengembangan perangkat ajar, dan
pengembangan kurikulum operasional satuan pendidikan.
Pada struktur kurikulum merdeka apabila pendidikan mencetuskan
mata pelajaran terkhusus muatan lokal, beban belajarnya maksimal 72 jam
pelajaran dalam kurun waktu pertahun atau dua jam pelajaran per minggu.
C. FUNGSI DAN TUJUAN KURIKULUM MERDEKA
Kurikulum merdeka bersifat memberi kebebasan terhadap seluruh
aspek dalam satuan pendidikan yang dimulai dari sekolah, para guru, sampai
ke para siswa. Kurikulum merdeka ini memiliki fungsi sebagai terobosan
baru dalam sebuah kurikulum yang mengubah konsep sistem pembelajaran di
Indonesia.
Tujuan kurikulum merdeka belajar adalah untuk mengejar atas
ketertinggalan dari krisis pembelajaran yang dialami oleh pelajar Indonesia di
masa pandemi covid 19, hal ini dilakukan secara efektif dan efisien. Adapun
tujuan kurikulum merdeka belajar secara umum bagi guru ialah, untuk
meningkatkan kompetensi, menunjukkan kebiasaan refleksi dalam
pengembangan mandiri secara mandiri, serta ikut berpartisipasi aktif dalam
jejaring dan organisasi profesi untuk mengembangkan karir.
Sedangkan secara khusus kurikulum merdeka ini bertujuan untuk
mengenali miskonsepsi pendidikan sehingga para guru bisa berkembang
menjadi penggerak perubahan dalam pembelajaran, mengenali konsep
pengembangan diri, serta berkontribusi terhadap pendidikan.
D. CIRI KHAS KURIKULUM MERDEKA
1. Pembelajaran terfokuskan dari segi metode pembelajaran yang kemudian
diterjemahkan ke dalam penguasaan mata pelajaran,
2. Pembelajaran berlandas projek dalam pengembangan soft skill serta
kepribadian sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
3. Adanya projek tertentu yang harus dilakukan oleh siswa sehingga dapat
menjadikan lebih aktif dalam upaya mengeksplorasi diri.
4. Pembelajaran di fokuskan kepada materi dasar yang akan mewujudkan
pembelajaran lebih mendalam untuk kompetensi dasar seperti literasi serta
numerasi.
5. Guru mempunyai fleksibilitas dalam melaksanakan pembelajaran berbeda
yang sesuai dengan keahlian siswa serta melakukan penyesuaian dengan
konteks dan beban lokal.

181
E. ALASAN ADANYA IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA
Di masa pandemi covid 19 bahwa negara Indonesia mengalami krisis
pembelajaran (learning crisis), dan bahkan menjadikan pendidikan di
Indonesia semakin tertinggal dan mengalami kehilangan pembelajaran
(learning loss). Karena itu Kemendikbud Ristek memerlukan perubahan
secara sistematis, dan mengeluarkan Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini
dirancang secara lebih sederhana dan fleksibel. Selain itu juga, kurikulum
merdeka difokuskan kepada materi yang esensial dan menjadikan para siswa
untuk dapat lebih aktif.
Dengan adanya cara tersebut, akan membentuk sebuah pembelajaran
yang inklusif. Hal ini dikarenakan bahwa kurikulum merdeka bukan hanya
terpaku pada kegiatan intrakulikuler, namun juga penguatan pada
ekstrakulikuler.

182
KURIKULUM MERDEKA TEMUKAN CARA
MEMERDEKAKAN BELAJAR SISWA

A. Kurikulum Merdeka Belajar


Hakikat pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah menyerap
kebudayaan ke dalam diri anak dan anak ke dalam kebudayaan sehingga anak
menjadi manusia. Budaya sekolah dapat dibentuk dalam kurikulum belajar
mandiri melalui kegiatan ekstrakurikuler dan ko-kurikuler yang diikuti siswa.
Siswa memilih kegiatan ini di waktu luang mereka, sesuai dengan preferensi
mereka. Prinsip Hidup Mandiri Tamansiswa, yang didirikan pada tahun 1922,
merupakan landasan bagi konsep belajar mandiri.
Menurut Ki Hadjar, proses pendidikan mirip dengan bertani. Asumsi
ini sesuai dengan situasi di Indonesia saat itu, di mana petani merupakan
bagian terbesar dari penduduk. Kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan
harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan waktu untuk
mempersiapkan siswa secara tepat untuk kehidupan masa depan mereka.
Pendidik, menurut Ki Hadjar, serupa dengan petani dalam hal merawat benih
dengan menyiangi huma di sekitarnya, menyediakan air, dan pupuk agar
tanaman berbuah lebat. Di sisi lain, petani tidak akan pernah bisa mengubah
biji mangga menjadi buah anggur. Penting untuk mempertimbangkan sifat
alam, atau fondasinya.
Pendidikan harus mampu membebaskan umat manusia untuk
mencapai pendidikan yang membebaskan. Menurut Ki Hadjar, anak-anak
muda yang terdidik akan tumbuh menjadi manusia yang bebas dari pikiran,
pikiran, dan tenaga. Instruktur tidak hanya harus memberikan pengetahuan
yang penting dan berguna, tetapi dia juga harus mengajar siswa bagaimana
mencari pengetahuan itu untuk dirinya sendiri dan menerapkannya untuk
tujuan umum. Menyikapi hal tersebut di atas, pemerintah mengeluarkan
Program Belajar Mandiri, salah satunya dengan penerapan Kurikulum
Mandiri. Hal ini sejalan dengan misi pendidikan yang menekankan pada
partisipasi aktif peserta didik dalam pengembangan minat, kemampuan,

183
kebutuhan, dan kapasitasnya. Melalui kreativitas dan produksi, kurikulum ini
mendorong pengembangan karakter dan budaya Indonesia.40

B. Harapan Kurikulum Merdeka


Sejak pemerintah mencanangkan inisiatif kemerdekaan, ada banyak
optimisme tentang keberhasilan kurikulum. Tidak ada kewajiban atau
tanggung jawab bagi semua satuan pendidikan untuk langsung melaksanakan
program kurikulum mandiri karena merupakan kurikulum mandiri.
Selanjutnya, dampak pandemi Covid-19 yang dimulai pada 2 Maret 2020
masih terasa, dan masyarakat Indonesia mengalami perubahan dalam
kehidupan sehari-hari. Tentu saja, pemerintah mengutamakan kesehatan, dan
ini berdampak pada kebijakan pendidikan.
Saat terjadi pandemi, pemerintah menyadari perlunya reformasi
pendidikan yang menggunakan teknologi dan kurikulum yang dapat
beradaptasi dengan perubahan keadaan. Untuk meminimalkan perubahan
mendadak, pemerintah melakukan studi percontohan di mana kurikulum
alternatif diterapkan di beberapa sekolah. Pemerintah memulai dengan
memberikan pelatihan kepada kepala sekolah, guru, dan pendidik lainnya.
Kurikulum Merdeka yang pada hakekatnya dimulai oleh Ki Hadjar 100 tahun
yang lalu, merupakan kurikulum yang diikuti Sekolah Mengemudi.
Komponen penting dari proses pembelajaran disediakan melalui
kurikulum Pembelajaran Mandiri. Melalui penilaian diagnostik dan formatif,
nilai yang diberikan kepada siswa lebih menitikberatkan pada proses belajar
siswa. Pendekatan ini sesuai dengan pemahaman Ki Hadjar tentang
pendidikan yang berarti membimbing seluruh energi alam dalam diri anak
agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan anggota
masyarakat. Artinya pendidikan disesuaikan dengan minat dan kemampuan
siswa. Mereka senang belajar karena ada kecocokan, sehingga menimbulkan
kesenangan. Satuan pendidikan, guru, dan siswa yang lebih fleksibel dalam
Kurikulum Pembelajaran Mandiri akan mengembangkan lebih banyak ide
dan kreativitas di kelas dan dalam kehidupan. Akibatnya, pendidikan menjadi
alat pemecahan masalah bagi siswa dan masyarakat di lingkungan
pendidikan.

40
Saur Panjaitan, “Kurikulum Merdeka Belajar untuk Pendidikan yang
Memerdekakan” (https://www.google.com/amp/s/kolom.tempo.co/amp/1571857/kurikulum-
merdeka-belajar-untuk-pendidikan-yang-memerdekakan Diakses pada 28 Mei 2022, 13:25)

184
Kurikulum Mandiri memungkinkan satuan pendidikan, guru, dan
siswa untuk mengejar pembelajaran dengan caranya sendiri. Siswa memiliki
fitrah (bakat) kodrat, dan pengajar sebagai pendidik harus merawatnya sesuai
dengan fitrah tersebut. Pendidikan anak sama dengan pendidikan masyarakat.
Dengan memasukkan Pembelajaran Berbasis Proyek ke dalam kurikulum
Merdeka, guru dan siswa dapat mengidentifikasi masalah dalam kehidupan
sehari-hari mereka dan berusaha untuk menyelesaikannya. Sekolah harus
menyediakan fasilitas pembelajaran yang inovatif, kegiatan, ekstrakurikuler,
kegiatan belajar bersama dengan lingkungan/perusahaan, dan guru harus
berinovasi di dalam kelas untuk mendorong inovasi siswa. Belajar menjadi
sesuatu yang dirindukan siswa dalam lingkungan seperti itu.
Penerapan filosofi Ki Hadjar, khususnya Tri-N, dalam pembelajaran
adalah inovasi dan kreativitas (Niteni, Nirokke, Nambahi). Kemampuan
mengenali dan menangkap makna secara tepat (alam, ciri, prosedur,
kebenaran) disebut sebagai Niteni, yang mengacu pada proses mencari dan
menemukan makna dari suatu objek yang diamati melalui alat indera sesuai
dengan proses kognitif Ki Hadjar penciptaan. Hak Cipta ialah kemampuan
berpikir, dan dipercayakan untuk menemukan suatu kebenaran dengan
mengamati dan membandingkan objek untuk menentukan perbedaan dan
persamaannya.
Tiru dan perluas/tambahkan adalah dua kata yang dapat
diterjemahkan sebagai Nirokke dan tambahkan. Ki Hadjar terdiri dari
"kemauan atau niat", yang selalu muncul bersamaan atau seolah-olah sebagai
tanggapan atas pikiran dan perasaan. Level dan proses kreatiflah yang
membedakan keduanya. Menurut Ki Hadjar, fitrah masa kanak-kanak adalah
nirokke, atau peniruan. Proses lanjutan Nirokke adalah menambah atau
menambah/mengembangkan. Dalam teknik ini, proses kreatif dan orisinal
digunakan untuk memberikan warna baru pada model yang ditiru. Siswa
seharusnya melalui prosedur penjumlahan ini. Dalam hal ini, Ki Hadjar
menekankan agar kita berkultivasi bukan meniru. Memperbaiki, menambah,
menghapus, memodifikasi, dan memproses objek imitasi adalah contoh
pemrosesan.
Kurikulum otonom memperluas kapasitas siswa dengan memperluas
proyek, memungkinkan mereka untuk menjadi lebih mandiri. Khususnya
SMK akan memperkuat kemampuannya sebagai hasil dari peningkatan
kerjasama dengan dunia usaha dan industri, serta pemanfaatan dosen tamu
daripada tenaga ahli. Pemerintah melaksanakannya secara bertahap, dengan
185
mempertimbangkan kondisi masing-masing daerah dan persiapan sekolah,
serta memberikan kebebasan (kemerdekaan) kapan mulainya. Beberapa dari
sekolah telah memperkenalkan kurikulum otonom sebagai proyek
percontohan dengan harapannya dapat menginspirasi sekolah lain di daerah
tersebut untuk mengikutinya. Efektivitas Kurikulum Mandiri sangat
bergantung pada pengaruh, baik di sekolah negeri maupun swasta.41

C. Tantangan Kurikulum Merdeka


Kurikulum Mandiri, di sisi lain, bertujuan untuk membangun karakter
dan budaya Indonesia dan terbuka untuk semua orang, baik guru, siswa,
sekolah swasta maupun negeri. Implementasinya tentu saja sulit, terutama
dalam hal membangkitkan kesadaran di setiap sekolah tentang Kurikulum
Mandiri. Ini masalahnya. Keberhasilan proyek percontohan, untuk memiliki
pengaruh, memerlukan kesadaran dan rasa ikatan keluarga dengan
menghilangkan ego sektoral. Di satu sisi, sekolah yang terpilih sebagai pilot
project sangat bangga dengan kepercayaan dari pemerintah terhadap mereka.
Di sisi lain, perlu adanya rasa kewajiban untuk mewariskan keberhasilannya
kepada lembaga lain. Oleh karena itu, kesadaran semua pihak, pemangku
kepentingan, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, provinsi,
kabupaten/kota, dan yayasan penyelenggara sekolah swasta, sangat penting
untuk keberhasilan Kurikulum Mandiri. Terutama kepala sekolah dan guru
yang mempraktikkannya di kelas. Tentu saja hal ini menjadi aspek negatif
dalam efektifitas program Kurikulum Mandiri, karena kehadiran program ini
mengganggu kemampuan guru untuk menerapkannya.
Ini juga sulit untuk membuat perubahan pada sistem. Banyak aturan
telah diadopsi menggunakan pendekatan perintah dan kontrol top-down
hingga saat ini. Tidak ada pengecualian untuk aturan segala sesuatu yang
terjadi pada waktu yang sama. Alhasil, dengan melahirkan “Kemerdekaan”
dalam bentuknya yang sekarang, semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaannya harus mendewasakan dan memperluas ilmunya. Setiap
perubahan kebijakan, sekecil apapun, akan berdampak, khususnya bagi guru
lapangan. Hal ini relevan, misalnya, untuk sertifikasi guru (untuk beberapa
guru mata pelajaran tertentu). Beberapa mata pelajaran diturunkan atau
dihilangkan, mengganggu kriteria utama untuk memperhatikan dan
mendapatkan sertifikasi: selesainya jam pelajaran.

41
Ibid. (Diakses pada 28 Mei 2022, 15:59)

186
Jika senioritas guru tidak ditangani secara memadai, hal itu dapat
menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan di dalam kelas. Di satu sisi,
instruktur junior lebih cenderung menguasai teknologi sebagai kebutuhan
kurikulum mandiri karena tingkat kegembiraan, dorongan, kreativitas, dan
inovasi mereka yang tinggi. Instruktur senior, sebaliknya, memiliki tingkat
kompetensi teknologi yang lebih rendah, yang berdampak pada keberhasilan
program Kurikulum Mandiri. Ada perbedaan antara guru senior dan junior.
Masalah yang paling umum, terutama untuk sekolah swasta, adalah fluktuasi
jumlah siswa yang mereka kelola. Akibatnya, ketika jumlah siswa
berfluktuasi, program Kurikulum Mandiri terganggu dan terbatas. Telah
terjadi penurunan yang signifikan di banyak sektor, salah satunya sebagai
akibat dari epidemi yang berkepanjangan. Fokus sekolah swasta biasanya
pada PPDB (Penerimaan Siswa Baru), atau bagaimana menarik siswa baru
dan menjaga jumlah siswa tetap stabil. Akibatnya, penerapan berbagai
kebijakan baru pemerintah, seperti Kurikulum Mandiri, selalu dikaitkan
dengan isu utama, yaitu pengaruh jumlah murid yang dikuasainya.42

D. Peranan Teknologi Pembelajaran


Disiplin Teknologi Pembelajaran memainkan peran penting dalam
membantu penyelesaian masalah sosial. Proses pembelajaran individu dan
kelompok, sumber daya, dan sistem dibuat, dikembangkan, digunakan,
dikelola, dan dinilai menggunakan teknologi pembelajaran sebagai teori dan
praktik. Untuk mencapai tujuan yang diperlukan, Teknologi Pembelajaran
tertarik untuk memberikan layanan sumber belajar dan strategi pembelajaran
sebagai bagian dari domain desain pembelajaran. Oleh karena itu, Teknologi
Pembelajaran sebagai mata pelajaran, bidang studi, dan profesi tertarik untuk
berkontribusi dalam pengembangan strategi pembelajaran dan fasilitas
belajar bagi siswa sebagai strategi preventif untuk menghindari masalah
sosial. Dengan meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan, Teknologi
Pembelajaran berharap dapat meningkatkan sumber daya manusia dalam
rangka menghadapi perubahan dan dinamika masyarakat.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal seringkali tidak mampu
mengikuti dan merespon arus perubahan masyarakat yang begitu cepat
(Sudarminta, 2000). Bahkan anak-anak tampaknya tidak menyadari realitas
mereka sendiri dan lingkungan mereka yang tertindas. Karena kesadaran

42
Ibid. (Diakses pada 28 Mei 2022, 17:01)

187
seperti itu akan merusak keseimbangan struktur hierarki piramidal
masyarakat, yang diinginkan oleh sekelompok elit – elit sosial dan politik.43
Individu yang kritis, kreatif, produktif, bertanggung jawab, dan
mampu bekerja sama dengan individu atau kelompok lain yang diperlukan
dalam era globalisasi yang dinilai dengan kemampuan beradaptasi yang
tinggi dan persaingan yang sehat. Lembaga pendidikan harus mampu
menjawab tuntutan tersebut dan menyiapkan individu-individu berkualitas
yang mampu bersaing secara global. Penjelasan luas UU No. RI. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kualitas manusia yang
dibutuhkan oleh negara Indonesia sekarang dan di masa depan adalah pribadi
yang mampu bersaing dengan bangsa lain dalam persaingan yang semakin
ketat.44

E. Strategi Pembelajaran yang Memerdekakan


Sebagaimana dinyatakan dalam pendahuluan, menggunakan metode
pembelajaran yang membebaskan adalah upaya yang seharusnya membantu
orang mengatasi tantangan sosial. Partisipasi aktif siswa merupakan faktor
penting dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar dalam pendidikan yang
membebaskan. Hanya proses pendidikan gratis dan teknik pembelajaran
dialog-aksi yang dapat menghasilkan strategi pembelajaran yang
membebaskan. Teknik ini mampu mewujudkan proses belajar yang
demokratis, proses demokrasi yang merepresentasikan inisiatif siswa dalam
belajar. Demokrasi pembelajaran mencakup penerimaan hak anak untuk
terlibat dalam kegiatan belajar yang unik bagi mereka.
Paket pembelajaran yang terdiversifikasi, yang menghilangkan
keseragaman dalam berbagai elemen seperti kurikulum, taktik pembelajaran,
bahan ajar, dan evaluasi pembelajaran, merupakan salah satu kriteria
tercapainya masyarakat yang demokratis dan/atau berkeadilan. Program
pendidikan yang mengagungkan pembinaan perilaku yang seragam dengan
harapan dapat menghasilkan ketertiban, keteraturan, ketaatan, dan kepastian
(Degeng, 2000) harus ditinggalkan. Anak-anak telah diajari untuk
mengabaikan keragaman dan perbedaan.

43
H., Berybe, Dilema Pelembagaan Pendidikan. Dalam Sindhunata, Pendidikan
Kegelisahan Sepanjang Jaman. (Yogyakarta: Kanisius, 2001), h. 24
44
Undang – Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

188
Tanpa kehilangan jati diri bangsa, siswa harus dipersiapkan dengan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta sistem nilai atau etiket sosial
internasional. Siswa harus mampu dengan cepat memperoleh, menguasai,
mengolah, dan mengembangkan informasi guna menciptakan kebiasaan
berpikir yang inovatif dan produktif. Tanggung jawab guru dalam
mewujudkan pembelajaran yang membebaskan dikatakan mampu
memaksimalkan potensi setiap siswa secara maksimal tanpa mengganggu
pertumbuhan potensi individu lainnya.
Siswa harus mengembangkan sikap seperti belajar melalui
penggunaan sumber belajar yang beragam dan sumber pengetahuan. Selain
memiliki karakter bangsa, peserta didik perlu mempersiapkan untuk berperan
dalam konstelasi masyarakat global melewati pendidikan yang berwawasan
luas. Hal ini tercermin dalam paradigma pendidikan nasional baru yang
mengedepankan otonomi atau desentralisasi pendidikan melalui kurikulum
KTSP dan model pembelajaran yang inovatif, dengan fokus pada pendidikan
holistik untuk menumbuhkan kesadaran individu dengan nilai-nilai persatuan
dalam pluralisme budaya, serta nilai-nilai moral. , kemanusiaan, dan agama,
kreativitas, produktivitas, berpikir kritis, tanggung jawab, kemandirian, dan
kemampuan berpikir kreatif.
Bakat-bakat berikut ini akan terwujud jika sistem pendidikan dan
pembelajaran disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan para guru
untuk memahami dan mengembangkan kreativitasnya. Guru harus
dibebaskan dari belenggu berbagai persoalan teknis dan formalisme. Hal ini
merupakan syarat agar guru dapat membebaskan anak dari berbagai belenggu
yang menghambat imajinasi dan kreativitasnya, serta dalam rangka
pengembangan karakter. Akibatnya, sudah waktunya untuk menggunakan
pendidikan dan/atau pembelajaran yang membebaskan dan kritis sebagai
model.
Kemandirian atau independensi tidak diberikan begitu saja. Sikap
menghargai kekhasan dan keunikan setiap individu sebagai pribadi
berkembang sebagai hasil dari kemandirian atau kebebasan. Hakikatnya,
kebebasan pribadi setiap orang dibatasi oleh kebebasan pribadi orang lain.45
Norma bersama tetap diperlukan, namun kehati-hatian harus dilakukan ketika
menyusun aturan bersama, karena tujuan utama aturan bersama adalah untuk

45
SMU Kolese de Britto, Pendidikan Bebas Menuju Pribadi Mandiri. (Yogyakarta:
Yayasan De Britto)

189
menjaga dan menjamin kemerdekaan atau kebebasan setiap individu. Jika
peraturan yang dibuat menghalangi atau bahkan menghilangkan kebebasan,
maka pembatasan itu tidak proporsional. Akibatnya, aturan atau undang-
undang masih diperlukan, tetapi aturan atau undang-undang ini tidak boleh
menghalangi pengembangan potensi unik manusia itu sendiri. Manusia
dengan tingkat kemandirian atau kebebasan ini mampu mencapai potensi
penuhnya, mengkritisi, dan memilih arah hidupnya.
Tantangan pendidikan ke depan adalah mewujudkan demokratisasi
proses pembelajaran. Prosedur demokratis yang mencerminkan inisiatif siswa
dalam belajar. Hak siswa untuk melakukan tindakan belajar sesuai dengan
karakteristiknya diakui dalam pembelajaran demokrasi. Tersedianya paket
pembelajaran yang beragam, yang menghilangkan keseragaman kurikulum,
metodologi pembelajaran, bahan ajar, dan evaluasi pembelajaran, merupakan
salah satu kriteria terwujudnya masyarakat belajar yang demokratis dan
bebas. Sekolah merupakan tempat untuk membina demokrasi belajar agar
seluruh potensi siswa, termasuk nilai-nilai afektif, moral, agama, dan sosial
dapat terwujud.
Cara guru dan siswa berinteraksi perlu direvitalisasi. Jika sikap guru
sudah lebih otoriter, dengan banyak arahan, informatif, dan birokratis, peran
ibu/bapak, saudara, teman, atau pasangan harus diubah. Ini sering terjadi, dan
dalam beberapa keadaan, instruktur berperan sebagai siswa dan siswa
berperan sebagai guru. Proses belajar, serta hubungan antara murid, berubah.
Daya saing, serta persaingan berdasarkan peringkat, sangat mematikan
karena selain membentuk orang-orang eksklusif, anak-anak muda juga
memisahkan diri dari perkembangan moral mereka. Lebih jauh lagi, kegiatan
seperti itu hanya akan menyebabkan anak muda lainnya memperoleh
kebanggaan palsu dan penderitaan batin. Anak-anak harus diajari untuk
menjadi realistis, melihat bahwa hidup itu multi-dimensi daripada seragam,
dan didorong untuk hidup dalam keragaman yang saling melengkapi demi
persaudaraan yang sehat, sambil menghormati hak dan kewajiban sosial satu
sama lain. Mendidik anak-anak tidak hanya berarti mengajari mereka
bagaimana berinteraksi dengan lingkungan mereka secara praktis. Mendidik
anak juga berarti membantu mereka menjadi diri sendiri dan peka terhadap
lingkungan sekitar.
Pengaturan lingkungan belajar sangat penting agar anak dapat
mengontrol bagaimana kebutuhan emosionalnya terpenuhi. Lingkungan
belajar yang demokratis memungkinkan anak-anak untuk memilih kegiatan
190
belajar mereka sendiri dan mendorong siswa untuk terlibat secara fisik,
emosional, dan psikologis dalam proses pembelajaran, memungkinkan
mereka untuk terlibat dalam kegiatan kreatif dan produktif. Ini adalah aturan
penting untuk diingat saat menciptakan lingkungan belajar. Setiap anak,
secara individu dan/atau kolektif, harus diberi kesempatan untuk mengambil
keputusan berdasarkan kemampuan dan kemauannya untuk melakukannya.
Jika siswa dihadapkan pada berbagai batasan yang tidak ada
hubungannya dengan belajar, maka keinginan belajarnya akan berkurang.
Banyaknya peraturan yang biasanya dibuat oleh guru dan harus dipatuhi oleh
siswa akan membuat anak terus-menerus diliputi kecemasan. Siswa juga akan
kehilangan kemampuannya untuk bertindak bebas dan melatih pengendalian
diri. Apa yang terjadi jika mereka terus-menerus ketakutan? Siswa akan
menciptakan mekanisme pertahanan, sehingga yang mereka pelajari adalah
bagaimana melawan diri sendiri melawan rasa takut daripada mempelajari
pesan. Anak-anak seperti itu tidak akan maju dalam pendidikan mereka dan
akan selalu menyembunyikan kekurangan mereka.
Selain kebebasan, aspek terpenting dari lingkungan belajar yang
bebas dan/atau demokratis adalah kenyataan. Menyadari bahwa setiap siswa
memiliki kelebihan dan kekurangan, keberanian sekaligus ketakutan dan
kekhawatiran, dan kemampuan untuk marah sekaligus bahagia. Realitas
harus dimiliki oleh setiap orang yang berpartisipasi dalam proses
pembelajaran, bukan hanya siswa. Sikap dan pandangan positif tentang
belajar dapat ditumbuhkan dalam lingkungan belajar yang membebaskan dan
berdasarkan realitas semua orang yang terlibat dalam proses belajar. Sikap
dan pandangan belajar yang positif menjadi landasan untuk melancarkan
kegiatan belajar. Semua ini penting untuk pengembangan kapasitas mental
produktif.
Martabat manusia secara keseluruhan dihormati dalam pendidikan
humanis yang membebaskan. Pandangan bahwa siswa adalah bejana kosong
atau kertas kosong yang menunggu untuk diisi dengan apa saja yang
diinginkan guru atau orang tua, sehingga siswa menjadi lebih terkungkung,
cerdas, dan dewasa. Yang perlu dilakukan adalah agar siswa diajarkan
berbagai metodologi pembelajaran sehingga setelah mereka menyelesaikan

191
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA
PADA SEKOLAH PENGGERAK

A. Kurikulum Merdeka Pada Sekolah Penggerak


Sekolah Penggerak merupakan sekolah yang mengutamakan
pengembangan hasil belajar siswa dimana dalam sekolah mengemudi
tersebut salah satu temanya adalah Profil Siswa Pancasila. Sesuai dengan
namanya, sekolah mengemudi ini menggunakan kurikulum yang mencakup
salah satu aspek penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Aspek-aspek tersebut terkait dengan kompetensi (termasuk
kegiatan literasi dan numerasi) dan karakter, yang keduanya dilakukan
dengan melihat sumber daya manusia yang unggul. Sumber daya manusia
dalam hal ini adalah peran kepala sekolah dan guru. Selain itu, dalam
implementasi kurikulum sekolah mengemudi terdapat beberapa intervensi
atau hubungan kerjasama yang saling berkaitan satu sama lain. Intervensi ini
dapat digambarkan berupa:46
1. Adanya pendampingan yang bersifat konsultatif dan asimetris
Maksud dari intervensi ini adalah kerjasama kedua pihak yaitu
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Pemerintah Daerah untuk
kelanjutan implementasi kurikulum di sekolah penggerak.
2. Adanya SDM sekolah yang kuat
Demi mendukung keberhasilan pelaksanaan sekolah penggerak, diadakan
pelatihan yang diampu oleh para ahli yang telah diberikan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Adanya konsep pembelajaran kompetensi yang holistic
Tujuan pembelajaran holistik ini adalah bagaimana sekolah mampu
mewujudkan visi pendidikan di Indonesia melalui penguatan kompetensi
peserta didik dan menonjolkan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.

46
Modul Program Sekolah Penggerak. 2021.

192
4. danya program digitalisasi sekolah
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi penerapan kurikulum sekolah penggerak, mengingat seiring
dengan perkembangan zaman, hampir semua sekolah menerapkan metode
pembelajaran berbasis digital. Hal ini juga dilakukan untuk memperkuat
dan menjunjung tinggi nama baik sekolah yang bersangkutan.
5. Adanya perencanaan pembelajaran berbasis data
Hal ini dilakukan agar sekolah dapat meningkatkan kinerja pendidik
melalui program pendataan yang terencana dan terstruktur.

Penerapan kurikulum sekolah penggerak bagi suatu sekolah dapat


dijadikan acuan bagi sekolah lain agar mampu meningkatkan mutu
pendidikan pada satuan pendidikan.

B. Perbedaan Kurikulum Merdeka Sekolah Penggerak Dengan Kurikulum


2013
Penerapan kurikulum mandiri sekolah penggerak belum sepenuhnya
diterapkan di semua satuan pendidikan, baik di tingkat dasar maupun
menengah di Indonesia. Namun penerapan kurikulum sekolah mengemudi di
sekolah yang telah menerapkannya digunakan untuk melengkapi kurikulum
yang telah diterapkan sebelumnya, salah satunya adalah kurikulum 2013.
Perbedaan utama antara kurikulum 2013 dan kurikulum sekolah penggerak
berupa:47
1. Pada kurikulum 2013, suatu penilaian pembelajarannya dilakukan dengan
didasarkan pada suatu proses dan hasil belajar peserta didik atau lebih
dikenal sebagai penilaian yang otentik. Sedangkan pada kurikulum
sekolah penggerak, penilaiannya dikenal sebagai penilaian holistik atau
penilaian yang dilakukan sebelum suatu proses pembelajaran dimulai
sehingga fokus penilaian kurikulum sekolah penggerak ini adalah kepada
hasil belajar peserta didik itu sendiri.
2. Pada kurikulum 2013, hasil belajar peserta didik dikelompokkan
berdasarkan tingkatan kelas. Sedangkan hasil belajar peserta didik pada
kurikulum sekolah penggerak didasarkan pada kemampuan,
perkembangan serta kebutuhan peserta didik tersebut sehingga peserta

47
Wahyu Bagja Sulfemi. Manajemen Kurikulum Di dalam Sekolah. (Bogor: Visi
Nusantara Maju, 2018), hal, 12.

193
didik mampu mempelajari berbagai sumber belajar tanpa memandang
kegunaan pada tingkatan kelas tertentu. Oleh karena itu, hal tersebut
menjadi salah satu penyebab diterapkannya pembelajaran berbasis
kompetensi pada kurikulum sekolah penggerak.

Dengan adanya perbedaan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat


diketahui bahwa kurikulum sekolah penggerak diharapkan mampu
melahirkan para peserta didik yang memiliki kemampuan dalam aspek
kognitif, afektif maupun psikomotorik yang berkembang secara optimal
dengan tetap menerapkan dan menjunjung tinggi karakteristik-karakteristik
yang baik dalam proses pembelajaran. Hasil Evaluasi Dokumen Kurikulum
2013:48
1. Banyak faktor kalau kurikulum 2013 harus di ubah
2. Kompetensi Kurikulum 2013 terlalu luas, sulit dipahami, dan
diimplementasikan oleh guru.
3. Kurikulum yang dirumuskan secara nasional belum disesuaikan
sepenuhnya oleh satuan pendidikan dengan situasi dan kebutuhan satuan
pendidikan, daerah, dan peserta didik.
4. Mata pelajaran informatika bersifat pilihan, padahal kompetensi
teknologi merupakan salah satu kompetensi penting yang perlu dimiliki
oleh peserta didik pada abad 21.
5. Pengaturan jam belajar menggunakan satuan minggu (per minggu) tidak
memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk mengatur
pelaksanaan mata pelajaran dan menyusun kalender pendidikan.
Akibatnya, kegiatan pembelajaran menjadi padat.
6. Pendekatan tematik (jenjang PAUD dan SD) dan mata pelajaran (jenjang
SMP, SMA, SMK, Diktara, dan Diksus) merupakan satu-satunya
pendekatan dalam Kurikulum 2013 tanpa ada pilihan pendekatan lain
7. Struktur kurikulum pada jenjang SMA yang memuat mata pelajaran
pilihan (peminatan) kurang memberikan keleluasaan bagi siswa untuk
memilih selain peminatan IPA, IPS, atau Bahasa. Gengsi peminatan juga
dipersepsi hirarkis.

48
Yoru Media, Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar, Latar Belakang, Keunggulan
dan Perbedaan Dengan Kurikulum Sebelumnya, diakses dari
https://www.yoru.my.id/2022/02/pengertian-kurikulum-merdeka-dan-keunggulannya.html.

194
8. Komponen perangkat pembelajaran terlalu banyak dan menyulitkan guru
dalam membuat perencanaan.
9. Rumusan kompetensi yang detil dan terpisah-pisah sulit dipahami
sehingga guru kesulitan menerjemahkan dalam pembelajaran yang sesuai
filosofi Kurikulum 2013.
10. Strategi sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring
implementasi Kurikulum 2013 belum terlaksana secara tepat dan
optimal, belum variatif, belum sesuai dengan kebutuhan, dan belum
efektif. Contoh kendala: sosialisasi tidak sampai langsung kepada tingkat
gugus, pemilihan instruktur ditetapkan sentralistik sehingga tidak sesuai
kebutuhan, dan pelatihan masih dilakukan secara konvensional dengan
ceramah yang cenderung teoretik.
11. Masih banyak pengawas, kepala sekolah, dan guru yang memiliki
pemahaman kurang tentang kerangka dasar, diversifikasi, dan konsep
implementasi Kurikulum 2013.
12. Sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan monitoring implementasi
Kurikulum 2013 belum berdampak optimal terhadap pemahaman
pengawas, kepala sekolah, dan guru.

Berikut merupakan keunggulan kurikulum merdeka, yaitu:49


1. Lebih sederhana dan mendalam,
Fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi
peserta didik pada fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam,
bermakna, tidak terburu-buru dan menyenangkan.
2. Lebih merdeka,
Merdeka bagi Peserta didik memiliki arti yaitu Tidak ada program
peminatan di SMA, peserta didik memilih mata pelajaran sesuai
minat, bakat, dan aspirasinya. Merdeka bagi Guru yaitu Guru
mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik.
Dan merdeka untuk Sekolah maksudnya yaitu sekolah memiliki
wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan
pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan
peserta didik.

49
Ibid.

195
3. Lebih relevan dan Interaktif,
Pembelajaran melalui kegiatan projek (project based learning)
memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk
secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya isu lingkungan,
kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter
dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila yang relevan dengan
kehidupan sehari-hari siswanya.

C. Peran Guru Dalam Kurikulum Merdeka Pada Sekolah Penggerak


Sesuai dengan judul yang dibahas yaitu implementasi kurikulum
penggerak terhadap motivasi belajar peserta didik, untuk mewujudkan hal itu
tentu saja memerlukan peran besar dari seorang guru yang menjadi ujung
tombak dalam mewujudkan kurikulum penggerak di masing-masing sekolah.
Seorang guru penggerak memiliki kewajiban untuk membawa perubahan
terhadap kurikulum untuk menjunjung tinggi pancasila, sehingga peran guru
penggerak tidak hanya mengikuti kurikulum yang sudah ada tetapi ituntut
untuk mampu membawa perubahan dan menyeimbangkan dengan
perkembangan zaman di era modern denganmemberikan penekanakan
pendidikan karakter pancasila dalam diri peserta didik dan dituntut untuk
memiliki sikap yang kritis dalam mengahadapi apapun yang sedang terjadi.
Menurut Sihotang guru penggerak harus memiliki peran yang bisa dijadikan
penutan atau teladan yaitu dengan memiliki kemampuan mengatur
pembelajaran seefektif mungkin dan juga harus mampu membawa perubahan
yang signifikan dalam hal perbaikan ekosistem yang ada di sebuah sekolah
maupun di luar sekolah, tidak hanya itu peran guru penggerak harus memiliki
kemampuan untuk mewujudkan hubungan baik yang terjalin antara peserta
didik dengan seluruh warga sekolah dengan cara memanfaatkan
perkembangan teknologi dalam rangka menciptakan peningkutana mutu atau
kualitas dan tidak lupa untuk selalu melakukan evaluasi dan perbaikan yang
dilakukan secara terus menerus pada saat melakukan praktik pembelajaran.50
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yaitu
Nadiem Makarim menerapkan pola pendidikan dengan menyelenggaran
kurikulum sekolah penggerak dengan guru penggerak dalam melakukan

50
Sihotang Hotmaulina; Sibagariang, Dahlia, Murniarti, Erni. 2021. Peran Guru
Dalam Pendidikan Merdeka Belajar Di Indonesia. Jurnal Dinamika Pendidikan. Vol.14,
No.2, Juli 2021, pp. 88-99 p-ISSN: 1410-4695 - e-ISSN: 2620-3952

196
pembelajaran merdeka belajar, oleh karena itu seorang guru dituntut untuk
selalu belajar dalam hal mengikuti perkembangan teknologi, meskipun saat
ini guru sedang mengahadapi banyak tantangan salah satunya yaitu di era
disrupsi tekonologi dikarenakana banyak sumber belajar yang sangat mudah
didapatkan dikarenakan dampak dari adanya perkembangan teknologi, tetapi
tetap saja peran guru tidak bisa digantikan begitu saja dengan kecanggihan
teknologi karena perkembangan atau kecanggihan teknologi merupakan
karya dari otak manusia yang tidak menutup kemungkinan bisa salah dan
juga bisa disalahgunakan. Guru harus mampu menjadi pembimbing dan
mampu menjadi pengarah bagi peserta didiknya dalam memanfaatkan
teknologi dengam baik sehingga memiliki manfaat untuk proses
pembelajaran. Berikut merupakan peran guru penggerak dalam
mengimplementasikan kurikulum sekolah penggerak menurut:51
1. Guru penggerak wajib memiliki kemampuan dalam menggerakkan
komunitas seluruh rekan guru yang ada di sekolah dan wilayahnya, dan
mampu membawa perubahan yang baik khususnya dalam hal meningkatan
kualitas pembelajaran peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai
pancasila.
2. Guru penggerak memiliki peran dalam mendesain dan mengelola agar
pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga peserta didik tidak bosan
dan menjadi lebih termotivasi untuk meningkatkan prestasinya.
3. Guru penggerak harus mampu menjadi agen penngerak dalam bidang
meningkatkan mutu kepemimpinan di sekolah.
4. Guru penggerak wajib untuk mencipatakan ruang diskusi ataupun wadah
yang bisa digunakan sebagai wadah kolaborasi antara guru dan pemangku
kepentingan dengan bertujuan untuk meningkatan mutu, kualitas dan
kapasitas dalam melangsungkan pembelajaran.
5. Guru penggerak juga harus memapu menghadikan suasana pembelajaran
yang kondusis, damai, dan nyaman sehingga mempu mendorong peserta
didik dalam mengembangkan potensinya menadi lebih kreatif, kritis dan
memiliki sikap toleransi yang tinggi.
6. Guru penggerak memiliki peran untuk selalu mengembangkan potensi
yang ada didalam dirinya agar terus berkembang sesaui denga
perkembangan zaman dan memiliki inovasi yang tinggi.

51
Nurkholis. 2013. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Tekonologi. Jurnal
Kependidikan, Vol. 1 No. 1 November.

197
7. Guru penggerak mampu menjadi motivator dan panutan bagi seluruh
warga yang ada di sekolah dan mampu menjadikan peserta didik menjadi
lebih berkarakter dan merubah perilakunya menjadi lebih baik lagi
sehingga mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas
dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.

198
DAFTAR PUSTAKA
Antonio Syafii Muhammad. 2012. Ensiklopedia Peradaban Islam
Baghdad. Jakarta: Tazkia Publishing.
Ali Yunasir. 1991. Perkembangan Pemikiran Filsafat dalam Ialam.
Jakarta: Bumi Aksara.
Anwar Saeful. 2007. Filsafat Ilmu al-Ghazali: Dimensi Ontologi dan
Aksiologi. Bandung:CV Pustaka Setia.
Abdurrahman Navis dkk Abdurrahman. 2013. Khazanah Aswaja.
Surabaya: Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur.
Khattab Syarafuddin. 1997. At-Tarbiyah fil Ushuril Wustha. Mesir
mathba”ah.
Sholikhin Muhammad. 2008. Filsafat dan Metafisika dalam Islam.
Yogyakarta: Narasi.
Yahya Idris. 1980. Sistematika Akhlak Suatu Kajian Teoritis.
Semarang: Fakultas Usuludin IAIN Wali SongoAhmad, Jamil. 2013. Seratus
Muslim Terkemuka. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Ali, Yunasril. 2009. Perkembangan Pemikiran Falsafah Dalam Islam.
Jakarta: Bumi Aksara.
Gharib Gaudah, Muhamad. 2007. 147 Ilmuan Terkemuka dalam
Sejarah Islam. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
Hanafi, Ahmad. 1976. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan
Bintang
Nasution, Harun. 2003. Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta:
Bulan Bintang.
Nova Irawan, Eka. 2015. Buku Pintar Pemikiran-pemikiran Tokoh-
tokoh Psikologi. Yogyakarta: IRCISOD.
Poerwantana. 2008. Seluk Beluk Filsafat Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Shahrastani, Al. 1998. Al-Milal wa al-Nihal Juz III. Kairo: Muassasa
al-Halabi.
Sina, Ibnu. 2009 Psikologi. Bandung: Pustaka Hidayah.
Yunadi, Yuyun dkk. 2015. Sejarah Kebudayaan Islam. Indonesia: Kementrian
Agama
Al-Sallus Ali Ahmad. 1418 H/ 1998 M. al-Iqtishad al-Islami wa al-Qadhaya
al-Fiqhiyyah al-Mu‟aashirah. Qatar: Dar al-Tsaqafah

199
Al-Thanthawi Muhammad Sayyid. 2001. kepiawaian Berdialog para nabi
dan figur-figur terpilih, Terj. Zuhairi Misrawi. Jakarta: Azam
Misrawi Zuhairi. 2001. al-Qur‟an Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam
Rahman li al-„Alamin. Jakarta: Pustaka Osis
Sulaiman Abu Daud bin al-Asy‟ats al-Sijistani. 1408 H/ 1984 M. sunan Abi
Daud, Beirut: Dar al-Kitab al-„Arabi
http://faisolhaq.blogspot.co.id/2016/04/telaah-analisis-tafsir-al-wasith-
karya.html Diakses pada Tanggal 5 Desember 2021
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/pimpinan-al-azhar-mesir-
dituntut-mundur.htm Diakses pada Tanggal 5 Desember 2021
Abbas, Nurlaelah . 2014. Muhammad Abduh : Konsep Rasionalisme
dalam Islam, Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 1 : 52-53.
Azhari dan Mimien Maemunah Z. 1998. Muhamma Abduh dan
Pengaruhnya di Indonesia. Surabaya: al Ikhlas.
Jalaludin dan Usman Said. 2003. Filsafat Pendidikan Islam, Konsep
dan Perkembangannya. Jakarta: Grafindo.
Komaruzaman. 2017. Studi Pemikiran Muhammad Abduh dan
Pengaruhnya Terhadap Pendidikan di Indonesia, Jurnal Tarbawi, Vol. 03.
No. 01, 90-91.

Rahnema, Ali. 1998. Pioner of Islamic Revival. Diterjemahkan oleh


Ilyas Hasan dengan judul Para Perintis Akhir Zaman Baru Islam. Bandung:
Mizan.
Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Arruz
Media.
Abdullah al-Amin al-Nu‟my. 1995. Kaedah dan Tekhnik Pengajaran
Menurut Ibnu Khaldun dan Al-Qabisy. Jakarta: t.pt.
Abuddin Nata. 2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Ali al-Jumbulati. 1994. Perbandingan Pendidikan Islam, Terj. M.
Arifin. Jakarta: Rineka Cipta
Ahmad Fuad al-Ahwani. 1980. al-Tarbiyah fi al-ISLAM. Kairo:Dar al-
Ma'Arif.
Ahmad Abdul Latief. 1987. al-Fikry al-Tarbawy al-Araby al-Islamiy.
Tunisia: Maktab al-Araby.
Ali Al-Jambulati dan Abdul Futuh Al-Tuwasaanisi.
2002. Perbandingan Pendidikan Islam. PT Rineka Cipta

200
Al-Na‟miy, Abdullah Al-Amin. 1994. Al-Manahij wa Turuq al-Ta‟lim
„inda al-Qabisi wa Ibn Khaldun, Tej. Muhammad Ramzi Omar, Kaedah dan
Teknik Pengajaran Menurut Ibn Khaldun dan Al-Qabisi, Kualalumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka
Samsul Nizar, Ramayulis. 2005. Ensiklopedia Tokoh Pendidikan Islam,
Jakarta: Ciputat Press Group.
Abdul Hamid Al Ghazali. 2001. Meretas Jalan Kebangkitan Islam,
Solo: Era Intermedia.
Abu Muhammad Iqbal. 2015. Pemikiran Pendidikan Islam Gagasan-
Gagasan Besar Para Ilmuwan Muslim, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Erwin Mahrus, Syamsul Kurniawan. 2013. Jejak Pemikiran Tokoh
Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Muhammad Iqbal. 2010. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Klasik
Hingga Indonesia Kontemporer, Jakarta: Kencana.
M Sugeng Sholehuddin. 2006. Teori dan Model Kepemimpinan Dalam
Pendidikan Islam, Pekalongan: Stain Press.
Samsul Nizar, Ramayulis. 2005. Ensiklopedia Tokoh Pendidikan Islam,
Jakarta: Ciputat Press Group.
Yusuf Al-Qardhawy. 1980. Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-
Banna, Jakarta: Bulan Bintang.
Abullah. Moh. dkk,2019, Pendidikan Islam Mengupas Aspek-Aspek
Dalam Dunia Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo)
Al-Fakhuri, Hanna & Khalil Al-Jurr, 2014, Riwayat Filsafat Arab Jilid
I, (Jakarta Selatan: Sadra International Institute)

Irham, Masturi Dkk, 2015, Ensiklopedi Aliran Dan Madzhab Di Dunia


Islam, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar)
Nata, Abudin, 2002, Filsfat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu)
Niza, Samsul, 2002, Filsafat Pendidikan Silam Pendekatan Historis
Dan Praktis (Jakarta: Ciputat Press)
Salamah Muhammad Al-Harafi Al-Bailawi, Buku Pintar Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta Timur:Pustaka Al-Kautsar, 2016)

Al-Attas, S. M. N. (1992). Konsep Pendidikan dalam Islam.


Penerjemah: Haidar Bagir. Bandung: Mizan
Arief, Armai. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
Jakarta: Ciputat Press.

201
Badaruddin, K. (2009). Filsafat Pendidikan Islam:
Analisis Pemikiran Prof. Dr. Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Kurniawan, S., & Mahrus, E. (2013). Jejak Pemikiran Tokoh
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Amir, Dinasril. (2005). Islam dan Pendidikan Kesehatan Mental;
Pemikiran Hasan Langgulung. Padang: The Minangkabau Foundation.
Furchan, Arief & Agus Maimun. (2005). Studi Tokoh, Metode
penelitian Mengenai Tokoh. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hadi Wiyono, Harun. (1995). Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta:
Kanisius.
Harahap, Nurasyiyah. (2016). “Fitrah Dan Psikologi Pendidikan
Menurut Hasan Langgulung (Suatu Pengantar)”. Rekognisi:
Jurnal Pendidikan Dan Kependidikan.
Hasan Langgulung. (1985). Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta:
Pustaka Al-Husna.
Hasan Langgulung. (1989). Manusia dan Pendidikan Cet.II. Jakarta:
Pustaka Al- Husna.
Mumtahanah, Nurotun “Gagasan Hasan Langgulung Tentang
Pendidikan Islam”, Al-Himah.
Nurhadi & Muhammad Irhamuddin Harahap. (2020). Konsep
Tanggung Jawab Pendidik Dalam Islam. Jawa Barat: Guepedia.
Raji al Faruqy, Ismail. (1982). Islamisasi Ilmu Pengetahuan,
Terjemahan Anas mahyuddin. Bandung: Pustaka.
Remiswal & Arhan Junaidi Firman. (2018). Konsep Fitrah Dalam
Pendidikan Islam (Paradigma Mmebangun Sekolah Ramah
Anak). Yogyakarta: Diandra Kreatif.
Soleh, A. Khudori. (2003). Pemikiran Islam Kontemporer. Yogyakarta:
Jendela.
Wan Daud, Wan Mohd. Nor. (1998). The Educational Philosophy and
Practice of Syed M.Naquib Al-Attas, An Exposition of Original Concept
of Islamization. Kuala Lumpur : ISTAC.
Zaman, Badru. (2018). “Pendidikan Islami Dalam Pemikiran Hasan
Langgulung”. Ta‟dibuna.

202
Abdul Munir Mulkan, Pemikiran KHA Dahlan dan Muhammadiyah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1990),
Junus Salam, K.H Ahmad Dahlan Amal dan Perjuangannya
Tutu Suharto, filsafat pendidikan Jakarta ar-Ruzz Media,2011
Muhammad Soedja‟, Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan, (
Jakarta: Rhineka Cipta, 1993 ),
Muhammad Soedja‟, Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan,
http//www.google.co.id/”landasan filosofis pendidikan islam”. Oleh
lorddavor.2008
M. Sukardjo & Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009),
Musthofa Kamal Pasha dkk, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid,
(Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003),
Weinata Sairin, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah
Budiman, Arif. 1981. Pembagian Kerja Secara Seksual, Sebuah
Pembahasan Sosiologis Tentang Peran Wanita di dalam Masyarakat.
Jakarta: PT. Gramedia.
Fitriyanti. 2005. Rohana Kudus. Jakarta: Yayasan D‟Nanti.
https://suarakampus.com/rohana-kudus-jurnalis-perempuan/
Jaya, Tamar. 1980. Rohana Kudus Riwayat Hidup dan Perjuangannya.
Jakarta: Mutiara
eriyanto, H. (2011). Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam.
Jakarta: MizanMedia Utama.

Jammer, M. (2004). Agama Einstein, Teologi dan Filsafat.


Yogyakarta: YayasanRelief Indonesia.

Madjid, N. (2000). Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina.

Purwanto, A. (2008). Ayat-Ayat Semesta, Sisi-sisi Alquran yang


Terlupakan.
Bandung: PT Mizan Pustaka.

Taslaman, C. (2010). Miracle Of The Qur'an. Bandung: PT


Mizan Pustaka.Wirasardjono, S. (2007). Angka-angka Berbicara.
Jakarta: LP3ES.

203
Amirul Ulum, 2017, Muassis Nahdlatul Ulama Manaqib 26 Tokoh
Pendiri NU (Yogyakarta: Aswaja Pressin
Eko David SR, Kiai Asep Saifuddin Chalim: LugaS Bersikap, Lugas
Bercakap (Malang: Kalamtursina,)
Asep Saifuddin Chalim, 2017. 30 Djoko Pitono, “Apakah Monyet-monyet
Yang Akan Jadi Santrinya?”, dalam http://globalnews.co.id/2016/04/apakah-
monyet-monyet-yang-akan-jadi-santrinya/
Zamakhsyari Dhofier, 2011, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan
Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES)
Nata Abuddin, (2000), Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (seri
kajian Filsafat Pendidikan Islam), Cet. I, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Penyusun, (2004), Profil Pondok Modern Darussalam Gontor, Gontor :
Darussalam Press.
Suwendi, (1999), Pesantren Masa Depan : Wacana Pemberdayaan dan
Transformasi Pesantren, Bandung : Pustaka Hidayah.
Staf Sekretariat PMDG, (1997), Serba Serbi Serba Singkat tentang
Pondok Modern Darussalam, Gontor : Percetakan Darussalam.
Tim LPP-SDM, (2010), Ensiklopedi Pendidikan Islam edisi Lembaga
Pendidikan Islam, Depok : CV BINA MUDA CIPTA KREASI.
Zarkasyi, Abdullah Syukri, (2005), Gontor dan Pembaharuan
Pendidikan Pesantren, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Zarkasyi, Abdullah Syukri, (2005), Manajemen Pesantren Pengalaman
Pondok Modern Gontor, Gontor : Trimurti Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/Riba#Riba_dalam_Islam, diakses 24 Juli
2008 pukul 14.00

http://opensource.opencrack.or.id/index.php?option=com_content&task
=view&id =148&Itemid=43&limit=1&limitstart=7, diakses 1 Juni 2008
Pukul 13.00 WIB.
http://grameen-info.org, diakses 1 Agustus 2008 pukul 16.00
http://muhammadyunus.org, diakses 1 Agustus 2008 pukul 16.30
Yunus, Muhammad dan Jolis, Alan. 2007. Bank Kaum Miskin: Kisah
Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan. Terjemahan: Irfan
Nasution, Pengantar: Robert MZ. Lawang. Depok: Marjin Kiri.

204
Yunus, Muhammad and Jolis, Alan. 1997. Vers Un Monde Sans
Pauvrete: l‟autobiographie du ”banquer des pauvres”. Paris: JC Lattes
Atiyeh George N, 1993, Al-Kindi Tokoh Filosof Muslim, Terj. Kasidjo
Djoyosuwarno, Bandung, Pustaka
Dandy Ahmad, 1986, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang
Dr. Ahmad Fuad Al-Ahwani, 1997, Filsafat Islam, Jakarta, Pustaka
Firdaus
Dr. H.A. Mustafa, 2004, Filsafat Islam, Jakarta Pustaka Firdaus
Drs. Abuddin Nata, MA, 1993, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf,
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,.
Anggraena, Y., Felicia, N., Ginanto, D. E., Pratiwi, I., Utama, B.,
Alhapip, L., & Widiaswati, D. 2021. Kajian Akademik : Kurikulum untuk
Pemulihan Pembelajaran. Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen
Pendidikan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Barokati, N., & Annas, F. 2013. Pengembangan Pembelajaran
Berbasis Blended Learning pada Mata Kuliah Pemrograman Komputer
(Studi Kasus: UNISDA Lamongan).
Dirjen, Kemdikbud. 2020. Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus
Merdeka. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Ibda, H., & Rahmadi, E. 2018. Penguatan literasi baru pada guru
madrasah ibtidaiyah dalam menjawab tantangan era revolusi industri 4.0.
JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic Education
Ibrahim, A., Samsuryasi, S., Rifai, A., & Utama, Y. 2019. Pelatihan
Learning Management System Berbasis E-Learning Bagi Guru Yang
Tergabung Dalam Mgmp Ips Smp Kabupaten Ogan Ilir Sumatra Selatan.
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bumi Raflesia
Indrawati, Pihadi, dan Siantoro. 2020. Dampak Pandemi Covid-19
terhadap Pendidikan Anak di Daerah Tertinggal dan Pedesaan Seluruh
Indonesia, Wahana Visi Indonesia, Indonesia
Putri, A. R., & Muzakki, M. A. 2019. Implemetasi Kahoot Sebagai
Media Pembelajaran Berbasis Digital Game Based Learning Dalam
Mengahadapi Era Revolusi Industri 4.0. In Prosiding Seminar Nasional
Universitas Muria Kudus

205
Usman, U. 2018. Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended Learning
Dalam Membentuk Kemandirian Belajar. Jurnal Jurnalisa: Jurnal Jurusan
Jurnalistik
Yamin, M., & Syahrir, S. 2020. Pembangunan pendidikan merdeka
belajar (telaah metode pembelajaran). Jurnal Ilmiah Mandala Education.
https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/kurikulum-merdeka diakses pada
tanggal 15 juni 2022
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan/?jenjang=3&kurikulu
m1=1&kurikulum2=4 diakses pada tanggal 15 juni 2022
Berybe., H, Dilema Pelembagaan Pendidikan. Dalam Sindhunata. 2001.
Pendidikan Kegelisahan Sepanjang Jaman. Yogyakarta: Kanisius.
Budiningsih., Asri. “Strategi Pembelajaran yang Memerdekakan”.
Saur Panjaitan., “Kurikulum Merdeka Belajar untuk Pendidikan yang
Memerdekakan”(https://www.google.com/amp/s/kolom.tempo.co/amp/15718
57/kurikulum-merdeka-belajar-untuk-pendidikan-yang-memerdekakan
Diakses pada 28 Mei 2022, 13:25)
SMU Kolese de Britto, Pendidikan Bebas Menuju Pribadi Mandiri.
(Yogyakarta: Yayasan De Britto).
Undang – Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/cerita/pendidikan-yang-
memerdekakan-
1/#:~:text=Pendidikan%20yang%20memerdekakan%20adalah%20peroses,in
dividu%20murid%20tersebut%2C%20maupun%20dari, diakses pada tanggal
18 Juni 2022
https://miftahuljanahgandol.sch.id/download-kurikulum-operasional-
jenjang-sd-mi-tahun-2022-2023-kurikulum-
merdeka/#:~:text=Menurut%20BSNP%20atau%20Badan%20Standar,sesuai
%20dengan%20bakat%20dan%20minatnya, diakses pada tanggal 18 Juni
2022
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan/?jenjang=3&kurikulu
m1=4&kurikulum2=, diakses pada tanggal 18 Juni 2022
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan/?jenjang=4&kurikulu
m1=4&kurikulum2=, diakses pada tanggal 18 Juni 2022
https://kurikulum.kemdikbud.go.id/perbandingan/?jenjang=5&kurikulu
m1=4&kurikulum2=, diakses pada tanggal 18 Juni 2022
https://www.sinau-thewe.com/2022/02/struktur-kurikulum-merdeka-
smama-tahun.html, diakses pada tanggal 18 Juni 2022
206
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/3245/pdf, diakses
pada tanggal 18 Juni 2022
https://miftahuljanahgandol.sch.id/?s=kurikulum, diakses pada tanggal
18 Juni 2022
Aqib, Z. (2002). Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Insan
Cendekia.
D. J. P. Tinggi (2020). Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus
Merdeka. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
E. S. Sherly. Dharma dan H. B. Sihombing. (2020). Merdeka Belajar:
Kajian Literatur. UrbanGreen Conference Proceeding Library.
Firmadani, F. (2017). Pembelajaran Berbasis Riset Sebagai Inovasi
Pembelajaran. Prosiding TEP & PDs, 4(14), 262–268.

Ismail, F., Daeng Pawero, A. M., & Umar, M. (2021). Improving


Educational Quality through Optimizing the Potential of Educational
Institutions in Indonesia. International Journal of Educational Research &
Social Sciences, 2(1), 41–46. https://doi.org/10.51601/ijersc.v2i1.36
Kemendikbud. (2020). Buku Panduan Merdeka Belajar–Kampus
Merdeka. Direktorat jenderal pendidikan tinggi kementerian pendidikan dan
kebudayaan. http://dikti.kemdikbud.go.id.
M. Fahim Tharaba, 2016, Kepemimpinan Pendidikan Islam (Islamic
Educational Leadership), Malang: Dreamliterabuana.
M. Saleh. (2020). Merdeka Belajar di Tengah Pandemi Covid-19.
Prosiding Seminar Nasional Hardiknas.
Miarso, Y. (2010). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana
Prenada Media Group.
Mubarak, Z. (2018). Pendidikan Di Era Revolusi Industri 4.0 Dan
Problematika Pendidikan Tinggi. Ganding Pustaka.
Pawero, A. M. D. (2021). Arah Baru Perencanaan Pendidikan Dan
Implikasinya Terhadap Kebijakan Pendidikan. Dirasah: Jurnal Studi Ilmu
Dan Manajemen, 4(1).
http://ejournal.iaifa.ac.id/index.php/dirasah/article/view/177
Pawero, A. M. V. D. (2017). Analisis Kritis Kebijakan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) Dan Standar Isi Kurikulum Pendidikan Agama
Islam. Journal of Islamic Education Policy, 2(2), 166.

207
Rohman, A. (2013). Guru dalam Pusaran Kekuasaan; Potret,
Konspirasi dan Politisasi. Aswaja Presindo.
Sagala, S. (2011). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan. Alfabeta.
Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana.
Sedarmayanti. (2011). Manajemen Sumberdaya Manusia Reformasi
Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Refika Aditama.
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran yang Inovatif dalam
Kurikulum 2013. ArRuzz Media.
Sudarwan D. (2007). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tilaar, H. A. R. (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Rineka
Cipta.
Widya Ningsih,. 2020. "Merdeka Belajar melalui Empat Pokok
Kebijakan Baru di Bidang Pendidikan Suara Guru Online" (dalam bahasa
Inggris). Diakses tanggal 2022-06-16. Pukul 12.20 WIB.
Yamin, M. (2010). Menggugat Pendidikan Indonesia, Belajar dari
Paulo Preire dan Ki Hajar Dewantara. Ar Ruzz Media
Abidah, A., Hidaayatullaah, H. N., Simamora, R. M., Fehabutar, D., &
Mutakinati, L. (2020). The Impact of Covid-19 to Indonesian
Education and Its Relation to the Philosophy of “Merdeka Belajar.”
Studies in Philosophy of Science and Education, 1(1), 38–49.
https://doi.org/10.46627/sipose.v1i1.9
Aminudin, N. (2011). Survei Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( Ktsp ) Dalam Pembelajaran Penjasorkes Di Smp
SeKecamatan Gubug. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Anis, M., & Anwar, C. (2020). Self-organized learning environment
teaching strategy for ELT in Merdeka Belajar concept for high school
students in Indonesia. JEES (Journal of English Educators Society),
5(2), 199–204.
https://doi.org/10.21070/jees.v5i2.869
Boyaci, D. B., & Atalay, N. (2016). A scale development for 21st
Century skills of primary school students: A validity and reliability study.
International Journal of Instruction, 9(1), 133– 135.
https://doi.org/10.12973/iji.2016.9111a

208
Beauty, T. R. C., Nurhasan., & Abdul, R. S. T. (2020). Pengaruh Model
Pembelajaran Permainan Sirkuit Terhadap Peningkatan Kebugaran
Jasmani Dan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran PJOK. 6(2), 499–
507.
Maksum, A., & Khory, F. D. (2020). Effect of Learning Climate,
Thinking Pattern, and Curiosity on Academic Performance in Higher
Education. Problems of Education in the 21st Century, 78(1), 102–113.
https://doi.org/10.33225/pec/20.78.102
Mustafa, P. S., & Dwiyogo, W. D. (2020). Kurikulum Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di Indonesia Abad 21. JARTIKA Jurnal
Riset Teknologi Dan Inovasi Pendidikan, 3(2), 422– 438.
https://doi.org/10.36765/jartika.v3i2.268
Mustaghfiroh, S. (2020). Konsep “Merdeka Belajar” Perspektif Aliran
Progresivisme John Dewey. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran,
3(1 SEArticles), 141–147.
https://ejournal.my.id/jsgp/article/view/248 Prihantoro, C. R. (2014). The
perspective of curriculum in Indonesia on environmental education.
International Journal of Research Studies in Education, 4(1), 77–83.
https://doi.org/10.5861/ijrse.2014.915
Purwanti, E. (2021). Proceedings of the 4th International Conference
on Sustainable Innovation 2020–Social, Humanity, and Education
(ICoSIHESS 2020), Advances in Social Science, Education and Humanities
Research. 384–391. https://doi.org/10.2991/assehr.k.210120.149
Raibowo, S., Nopiyanto, Y. E., & Muna, M. K. (2019). Pemahaman
Guru PJOK Tentang Standar Kompetensi Profesional. Journal Of Sport
Education (JOPE), 2(1), 10.
https://doi.org/10.31258/jope.2.1.10-15
Rani, A. P. (2020). Peranan Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Di
Sekolah. INARxiv 6, 311–318.
https://doi.org/10.31227/osf.io/7xwnp
Siregar, N., Sahirah, R., & Harahap, A. A. (2020). Konsep Kampus
Merdeka Belajar di Era Revolusi Industri 4.0. Fitrah: Journal of Islamic
Education, 1(1), 141–157. UNESCO. (2017). Education for Sustainable
Development Goals Learning Objectives.
Winarno, H. M. E. (2012). Pengembangan Karakter Bangsa Melalui

209
Sholeh Hidayat, 2013, Pengembangan Kurikulum Baru, Bandung:
Remaja Rosda Karya
Iskandar Kusumo dan Usman Mulyadi,1988, Dasar Pengembangan
Kurikum, Jakarta: Bina Aksara
Oemar Hamalik, 2012, Manajemen Pengembangan Kurikulum,
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Surachman Wirno, 1977, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,
Jakarta: Depdikbud
Ahmad Tafsir, 2013, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya
Zainal Arifin,2013, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum,
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
UURI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Ar-
Raruzz Media, Yogyakarta, 2013
Anggaraini, F. S & Efendi, Implementasi Merdeka Belajar di Era New
Normal dan Paradigma Kontruktivisme, The 1st International Confernce in
Islamic and Socil Education Interdisciplinary, I (1) 279-292
http://prosiding.confrencenews.com/index.php/icisei/article/view/27
Suntoro, dkk.,2012, Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Pendidikan,
(Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada
Lies Ute, d. (2019). Komunikasi Budaya dan Dokumentasi Kontemporer.
Bandung: Unpad Press.
Patta, R. (2012). Membumikan Kearifan Lokal. Makassar: CV. Sah
Media.
Swatiningsih. (2019). Penuatan Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-
nilai Kearifan Lokal di Sekolah Satwika.
Zuhdan K. Prasetyo. (2013). Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan
Lokal, Surakarta : FKIP UNS.
https://repository.unja.ac.id/15821/3/BAB%20I.pdf diakses pada 20-
06-2022
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/merdeka-belajar diakses pada 19-
06¬-2022
http://repositori.kemdikbud.go.id/20029/1/Buku%20Merdeka%20Belaj
ar%202020.pdf diakses pada 19-06¬-2022
https://repository.unja.ac.id/15821/3/BAB%20I.pdf diakses pada 19-
06-2022

210
https://dikti.kemdikbud.go.id/kabar-dikti/kabar/pentingnya-
mengangkat-potensi-inovasi-dan-kearifan-lokal-melalui-kampus-merdeka/
diakses pada 19-06-2022
http://bind.fkip.unila.ac.id/plt-dirjen-diktiristek-kemendikbudristek-
sampaikan-pentingnya-mengangkat-potensi-inovasi-dan-kearifan-lokal-
melalui-kampus-merdeka/ diakses pada 19-06-2022
https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/mengangkat-kearifan-lokal-
pada-projek penguatan-profil-pelajar-pancasila diakses pada 19-06-2022
Aina, dkk.2020. Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hajar
Dewantara dan Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Karakter.
Jurnal Filsafat Indonesia.
Arifin, S. & Muslim M. 2020. Tantangan Implementasi Kebijakan
Merdeka Belajar Kampus Merdeka padaPerguruan Tinggi Islam Swasta di
Indonesia.
Asfiati & Mahdi, N.I. 2020. Merdeka Belajar Bagi Anak Kebutuhan
khusus di SLB Kumala Indah Padang Sidimpun. Kindergarten: Journal Of
Islamic Early Childood Education.
Baharuddin, M.R. 2021. Adaptasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus
Merdeka (fokus: model MBKM Program Studi). Jurnal Studi Guru dan
Pembelajaran.
Fuadi, T.M & Aswita.2021. Merdeka Belajar Kampus Merdeka . jurnal
Dedikasi Pendidikan
Marisa, M.2021. Curiculum Inovation “Independent Learning” In The
Era Society.
Mustaghfiroh, S. Konsep Merdeka Belajar perspektif Aliran
Progresivesme John Dewey. Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran.
Haryono, S.E, & Widhanarta, G.P. 2017. Century Competencies and its
Implication On Educational Practices. International Conference for Science
Educator and teachers. Atlantis Press
Olivia, P.F. 2016. Developing Kurikulum (8 rd ed). New York: Harper
Collins Publisher
Sukmadinata, N.S. 2007. Pengembangan Kurikulum, Teori dan praktik.
Bandung: Remaja Roosdakarya
Suryaman, M, Widyastuti Purbani, Tadkiroatun Musfiroh.2020.
Kuirkulum Dalam Perspektif Inovasi Pembelajaran. Jurnal Kependidikan .
Vol.3, No.1

211
Iwan, S. 2020. Webiner APSPBI: Implikasi Semangat Merdeka
Belajar-Kampus Merdeka. Indonesia: Humas USD.
Rosyidi, U. 2020. Merdeka Belajar; Aplikasinya dalam Manajemen
Pendidikan & Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta,
Ketua Umum Pengurus Besar PGRI.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Tim Kompasiana. 2020. Merdeka Belajar Demi Mewujudkan Indonesia
Maju. Kompasiana: Available.
Walib, Abdullah. 2018. Model Blended Learning dalam Meningkatkan
Efektifitas Pembelajaran. Fikrotuna: Jurnal Pendidikan & Manajemen Islam.
Hotmaulina, Sihotang. dkk. 2021. Peran Guru Dalam Pendidikan
Merdeka Belajar Di Indonesia. Jurnal Dinamika Pendidikan. Vol.14, No.2,
Juli 2021, pp. 88-99 p-ISSN: 1410-4695 - e-ISSN: 2620-3952
Javanisa, Auliya. Dkk. “Implementasi Kurikulum Sekolah Pennggerak
Terhadap Motivasi Peserta Didik”, Jurnal Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Brawijaya
Media, Yoru. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar, Latar Belakang,
Keunggulan dan Perbedaan Dengan Kurikulum Sebelumnya, diakses dari
https://www.yoru.my.id/2022/02/pengertian-kurikulum-merdeka-dan-
keunggulannya.html
Modul Program Sekolah Penggerak. 2021
Nurkholis. 2013. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Tekonologi.
Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 1 November
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai,
(Jakarta Barat:LP3ES,1989).
Sulfemi, Wahyu Bagja. Manajemen Kurikulum Di dalam Sekolah.
(Bogor: Visi Nusantara Maju, 2018),
Zulkarnain, Fahmi. “Kesiapan Guru dan Kepala Sekolah
Mengimplementasikan Kurikulum Merdeka”, diakses dari
https://kolom.tempo.co/read/1585212/kesiapan-guru-dan-kepala-sekolah-
mengimplementasikan-kurikulum-merdeka

212

Anda mungkin juga menyukai