KLP 1 Asma Bronkial

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S
DENGAN DIAGNOSA MEDIK ASMA BRONKIAL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

Acimillan Manuhua Angelina Saina


Ade Putri Sulle Angelina Stefany
Adrianus Nardo Angelita Baga
Agnes Monika Anggeline T. Ogur
Alexsander Solehuwey Anorius Sati
Alfriani Mangape Anisa Ekasari Our
Anastasia D. Juwita Antina W. Romer

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STELLA MARIS MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan Asuhan Keperawatan tentang “Asma
Bronkial” dengan tepat waktu.
Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
menyusun Asuhan Keperawatan ini. Oleh karena itu, kami
membutuhkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun senantiasa kami harapkan.
Semoga Asuhan Keperawatan ini bermanfaat bagi para pembaca
baik itu mahasiswa maupun masyarakat dan dapat menjadi sumber ilmu
pengetahuan yang berguna untuk kita semua. Akhir kata kami ucapkan
terimakasih.

Makassar, 17 Juli 2023

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN .................................................... 1
A. Konsep Kebutuhan .............................................................. 1
B. Rencana Asuhan Klien ........................................................ 4
BAB II KAJIAN KEPERAWATAN ....................................................... 16
A. Pengkajian ........................................................................... 16
B. Analisa Data ......................................................................... 21
C. Diagnosa Keperawatan ........................................................ 21
D. Intervensi Keperawatan ....................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 24

iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP KEBUTUHAN
1. Definisi
Oksigen merupakan proses pemenuhan O2 ke dalam sistem
(kimia atau fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan berbau,
yang mutlak diperlukan dalam metabolisme sel, akibat okseginasi
terbentuklah karbondioksida, energi dan air. Walaupun begitu,
penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh, akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel
(Andini & yuni, 2017).
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan,
dan aktivitas berbagai organ atau sel (Carpenito, Lynda Juall 2012).
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.

2. Fisiologi Sistem
Sistem pernafasan atau yang sering disebut system respirasi
digunakan untuk proses pertukaran gas, di mana system
pernafasan ini merupakan salah satu sistem yang berperan sangat
penting dalam tubuh untuk menunjang kelangsungan hidup. Sistem
pernafasan dibentuk oleh beberapa struktur, seluruh struktur
tersebut terlibat didalam proses respirasi eksternal yaitu pertukaran
oksigen antara atmosfer dan darah serta pertukaran karbon
dioksida antara darah dan atmosfer, selain itu terdapat juga
respirasi internal yaitu proses pertukaran gas antara darah sirkulasi
dan sel jaringan dimana system respirasi internal ini terjadi pada
seluruh system tubuh (Djojodibroto, 2012).
Struktur utama dalam sistem pernafasan adalah saluran

1
2

udara pernafasan, saluran-saluran ini terdiri dari jalan napas,


saluran napas, serta paru-paru. Struktur saluran napas dibagi
menjadi beberapa bagian diantaranya system penafasan bagian
atas dan bawah. Pada system pernafasan bagian atas terdiri dari
hidung, faring, laring dan trakhea. Struktur pernafasan tersebut
memiliki peran masing masing dalam system pernafasan.
Sedangkan pada system pernafasan bagian bawah terdiri dari
bronkus, bronkiolus dan alveolus (Manurung dkk, 2013).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem


a. Kebersihan udara
b. Reaksi alergi
c. Infeksi bakteri, virus, dan jamur
d. Faktor keturunan

4. Macam-Macam Gangguan yang Mungkin Terjadi padi Sistem


a. Asma
Penyakit saluran pernapasan yang satu ini merupakan gangguan
system pernapasan yang paling umum ditemukan di kalangan
masyarakat. Asma dapat menyebabkan gejala berupa kesulitan
bernapas atau sesak napas akibat adanya penyempitan saluran
udara di saluran pernapasan.
b. Bronkitis
Bronkitis merupakan gangguan pernapasan yang terjadi di
saluran bronkus atau percabangan saluran napas yang
menghubungkan tenggorokan dan paru. Kondisi ini dapat
menyebabkan batuk berdahak yang diikuti dengan sesak napas,
sakit tenggorokan hingga demam
c. Pneumonia
Pneumonia atau biasa dikenal dengan istilah radang paru atau
paru-paru basah merupakan peradangan yang terjadi di dalam
paru, tepatnya di kantong-kantong udara (alveoli). Peradangan
3

ini menyebabkan alveoli terisi cairan sehingga menghasilkan


gejala seperti batuk- batuk baik berdahak ataupun kering, sesak
napas, nyeri dada, dan demam.
e. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Penyakit paru obstruktif kronik atau PPOK merupakan penyakit
paru karena menyempitnya saluran napas sehingga aliran udara
terganggu, akibat dari pajanan terhadap zat-zat berbahaya di
saluran napas yang berlangsung lama. Kondisi ini juga dapat
menyebabkan beberapa komplikasi yang dapat berujung menjadi
penyakit pernapasan lainnya seperti bronkitis dan pneumonia.
Gejala utamanya adalah sesak napas, mudah lelah dan kondisi
ini dapat semakin memberat setiap tahunnya.
f. Tuberkulosis atau TBC
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit pada sistem pernapasan
yang disebabkan karena infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit ini dapat menyerang banyak orang dan
menular melalui droplet dari batuk atau bersin. Jika tidak
ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan gejala seperti
demam, batuk berdarah, dan sesak napas.
g. Fibrosis Paru
Fibrosis paru merupakan kondisi di mana jaringan paru
mengalami kerusakan permanen akibat dari luka parut progresif
dari infeksi paru atau luka akibat faktor lainnya. Kondisi ini dapat
membuat paru tidak dapat bekerja dengan baik sehingga timbul
gejala seperti sesak napas dan mudah kelelahan
h. Kanker Paru
Kanker paru cukup banyak ditemukan dalam kasus penyakit
kanker baik di Indonesia maupun dunia. Kanker paru dapat
menyebabkan rasa sesak napas, nyeri dada, batuk, hingga
tubuh menjadi lemas dan jika tidak ditangani dengan segera
dapat menyebabkan kematian.
4

B. RENCANA ASUHAN KLIEN dengan GANGGUAN KEBUTUHAN


1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1) Identitas Pasien
a) Usia
Asma bronkial dapat menyerang segala usia tetapi lebih
sering dijumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul
sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi
sebelum usia 40 tahun.
b) Jenis kelamin
laki-laki dan perempuan di usia dini sebesar 2:1 yang
kemudian sama pada usia 30 tahun.(Soemantri, 2009)
c) Tempat tinggal dan jenis pekerjaan :
Lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus
yang menyumbang 2-15% klien dengan asma bronkial
(Muttaqin, 2012). Kondisi rumah, pajanan alergen hewan
di dalam rumah, pajanan asap rokok tembakau,
kelembapan, dan pemanasan (Francis, 2011).
2) Keluhan Utama
a) Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma
bronkialadalah dispneu (bisa sampai berhari-hari atau
berbulan-bulan), batuk, dan mengi (Soemantri, 2009).
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang yang biasa timbul pada pasien
asma yaitu pasien mengalami sesak nafas, batuk
berdahak, pasien yang sudah menderita penyakit asma,
bahkan keluarga yang sudah menderita penyakit
asma/faktor genetik (Ghofur A, 2008).
3) Riwayat Penyakit Dahulu
5

Terdapat data yang menyertakan adanya faktor predisposisi


timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan
riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (Soemantri,
2009).
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya
riwayat penyait keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya
tidak ditemukan penyakit yang sama pada anggota
keluarganya (Soemantri, 2009).
b. Pemeriksaan Fisik : Data Fokus (Menggunakan Pola Gordon)
1) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum Pasien
Keadaan umum pada pasien asma yaitu compas metis,
lemah, dan sesak nafas.
b) Pemeriksaan kepala dan muka
Inspeksi : pemerataan rambut, berubah/tidak, simetris,
bentuk wajah.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak rontok, tidak ada
oedema.
c) Pemeriksaan telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
d) Pemeriksaan mata
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema,
konjungtiva anemis, reflek cahaya normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
e) Pemeriksaan mulut dan farink
Inspeksi : mukosa bibir lemah, tidak ada lesi disekitar
mulut, biasanya ada kesulitan dalam menelan.
Palpasi : tidak ada pembesaran tonsil.
f) Pemeriksaan leher
6

Inspeksi : simetris, tidak ada peradangan, tidak ada


pembesaran
kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
g) Pemeriksaan payudara dan ketiak
Inspeksi : ketiak tumbuh rambut/tidak, kebersihan ketiak,
ada lesi/tidak,ada benjolan/tidak.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
h) Pemeriksaan paru
Inspeksi : batuk produktif/nonproduktif, terdapat sputum
yang kental dan sulit dikeluarkan, dengan menggunakan
otot-otot tambahan, sianosis (Somantri, 2009).
Mekanika bernafas, pernafasan cuping hidung,
penggunaan oksigen, dan sulit bicara karena sesak nafas
(Marelli, 2008).
Palpasi : bernafas dengan menggunakan otot-otot
tambahan (Somantri, 2009). Takikardi akan timbul diawal
serangan, kemudian diikuti sianosis sentral (Djojodibroto,
2016).
Perkusi : lapang paru yang hipersonor pada perkusi
(kowalak, Welsh, & Mayer, 2012)
Auskultasi : respirasi terdengar kasar dan suara mengi
(wheezing) pada fase respirasi semakin menonjol
(Somantri, 2019).
i) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : ictuscordis tidak tampak.
Palpasi : ictus cordis terdengar di ICS V mid clavicula kiri.
Perkusi : pekak.
Auskultasi : BJ 1dan BJ 2 terdengar tunggal, ada suara
tambaha/tidak.
7

j) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk tidak simetris.
Auskultasi : bising usus normal (5-30x/menit).
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : tympani.
k) Pemeriksaan integumen Inspeksi : kulit berwarna sawo
matang, tidak ada lesi, tidak ada oedema.
Palpas : integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan.
k. Pemeriksaan anggota gerak (ekstermitas)
Inspeksi : otot simetri, tidak ada fraktur.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
l) Pemeriksaan genetalia dan sekitar anus
Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada benjolan, rambut
pubis merata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

2) Pola Gordon
a) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
- Riwayat penyakit yang pernah dialami seperti sesak
napas yang mengganggu aktivitas.
- Riwayat keperawatan diri serta pemeliharaan
lingkungan yang dapat menjadi penyebab asma seperti
debu, serbuk bunga, bulu binatang, dan cuaca.
- Riwayat kesehatan keluarga ada yang menderita
penyakit asma.
b) Pola metabolik nutrisi
Dapat muncul mual dan anoreksia sebagai dampak
penurunan oksigen jaringan gastrointestinal. Pasien
biasanya mengeluh badannya lemah karena penurunan
asupan nutrisi, terjadi penurun BB.
c) Pola eliminasi
8

Pasien dengan asma jarang terjadi gangguan eliminasi


baik buang besar dan kecil
d) Pola tidur dan istirahat
Data yang sering muncul adalah pasien mengalami
kesulitan tidur karena sesak napas. Penampilan pasien
terlihat lemah, sering menguap,mata merah, pasien juga
sering menangis pada malam hari karena
ketidaknyamanan tersebut
e) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai
dampak kelemahan fisik

c. Pemeriksaan Penunjang
1) Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas.
2) Pemeriksaan dahak atau sputum
Untuk mengetahui jenis allergen apa yang masuk dalam
saluran pernapasan- Pemeriksaan darah: AGD hanya
dilakukan pada penderita dengan asma berat.
3) Foto Rotgen (thoraks)

2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
b. Gangguan Pertukaran Gas

3. Perencanaan
No SDKI SLKI SIKI
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan
napas tidak tindakan Napas
efektif b/d keperawatan selama Observasi:
spasme jalan 3x24 jam, maka - Monitor pola
napas bersihan jalan napas napas (frekuensi,
9

meningkat dengan kedalaman,


kriteria hasil: usaha napas)
1) Batuk efektif - Monitor bunyi
dipertahankan napas tambahan
pada skala 2 (mis. gurgling,
(cukup mengi, wheezing
menurun) dan ronkhi
ditingkatkan ke - Monitor sputum
skala 4 (cukup (jumlah, warna,
meningkat) aroma)
2) Produksi Terapeutik:
sputum - Lakukan
dipertahankan pengisapan
pada skala 3 lendir kurang dari
(sedang) ke 15 detik
skala 5 - Posisikan semi
(menurun) fowler atau fowler
3) Dispnea - Berikan minum
dipertahankan hangat
pada skala 2 - Lakukan
(cukup fisioterapi dada,
memburuk) jika perlu
ditingkatkan ke - Berikan oksigen,
skala 4 (cukup jika perlu
membaik)

Edukasi:
- Ajarkan teknik
batuk efektif
- Anjurkan asupan
cairan 2000
10

ml/hari
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu

2 Gangguan Setelah dilakukan Terapi Oksigen


pertukaran gas tindakan Observasi:
b.d perubahan keperawatan selama - Monitor
membran 3x24 jam, pertukaran efektivitas terapi
alveolus- gas meningkat oksigen
kapiler dengan kriteria hasil: - Monitor
1) Dispnea kecepatan aliran
dipertahankan oksigen
pada skala 2 - Monitor tanda-
(cukup tanda
meningkat) hipoventilasi
ditingkatkan ke Terapeutik:
skala 4 (cukup - Bersihkan sekret
menurun) pada mulut,
2) Bunyi napas hidung dan
tambahan trakea, jika perlu
dipertahankan - Pertahankan
pada skala 2 kepatenan jalan
(cukup napas
meningkat) - Siapkan dan atur
ditingkatkan ke peralatan
11

skala 4 (cukup pemeberian


menurun) oksigen
Edukasi:
3) Takikardi - Ajarkan pasien
dipertahankan dan keluarga
pada skala 2 cara
(cukup menggunakan
memburuk) oksigen dirumah
ditingkatkan ke Kolaborasi:
skala 4 (cukup - Kolaborasi
membaik) penentuan dosis
4) Gelisah oksigen
dipertahankan - Kolaborasi
pada skala 3 penggunaan
(Sedang) oksigen saat
ditingkatkan ke aktivitas dana tau
skala 5 tidur
(meningkat)

3 Intoleransi Setelah dilakukan Terapi Aktivitas


aktivitas b.d tindakan
ketidakseimba keperawatan selama Observasi:
ngan antara 3x 24 jam, toleransi - Identifikasi defisit
suplai dan aktivitas meningkat tingkat aktivitas
kebutuhan dengan kriteria hasil: - Identifikasi
oksigen 1) kemudahan kemampuan
dalam berpartisipasi
melakukan dalam aktivitas
aktivitas tertentu
sehari-hari - identifikasi
dipertahankan sumber daya
12

pada skala 2 untuk aktivitas


(cukup yang diinginkan
menurun) Terapeutik:
ditingkatkan ke - Koordinasikan
skala 4 (cukup pemilihan
meningkat) aktivitas sesuai
2) Jarak berjalan usia
dipertahankan - Fasilitasi pasien
pada skala 2 dan keluarga
(cukup dalam
menurun) menyusaikan
ditingkatkan ke lingkungan untuk
skala 4 (cukup mengakomodasi
meningkat) aktivitas yang
3) keluhan lelah dipilih
dipertahankan - Tingkatkan
pada skala 2 keterlibatan
(cukup dalam aktivitas
meningkat) rekreasi dan
ditingkatkan diservikasi untuk
ke skala 4 menurunkan
(cukup kecemasan
meningkat) - Libatkan
keluarga dalam
aktivitas, jika
perlu
- Jadwalkan
aktivitas dalam
rutinitas sehari-
hari
Edukasi:
13

- Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari, jika
perlu
- Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
- Anjurkan
melakukan
aktivitas fisik,
sosial, spiritual
dan kognitif
dalam menjaga
fungsi dan
kesehatan
Kolaborasi :
- Kolaborasi
dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan
dan memonitor
program
aktivitas, jika
sesuai
- Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas
komunitas, jika
perlu
14

4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan mewujudkan pelaksanaan
tindakan dari perencaan yang telah di buat. Implementasi yang di
lakukan pada pasien asma bronkial adalah mengacu pada SIKI
(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) yaitu SIKI manajemen
asma, SIKI batuk efektif, SIKI nafas dalam, SIKI pemantauan
respirasi yang aktivitas tindakan keperawatan dikelompokkan
dalam empat kategori yaitu tindakan monitoring, tindakan
teraupetik/mandiri, edukasi dan kolaborasi. Tindakan keperawatan
utama untuk mengatasi bersihan jalan nafas adalah pengaturan
posisi, latihan batuk efektif, latihan nafas dalam. Untuk tindakan
edukasi pasien diajarkan tentang anjurkan bernapas dalam dan
lambat (tekhnik nafas dalam) 1 kali sehari, sedangkan tindakan
kolaborasi adalah pemberian bronkodilator, mukolitik, ekspetoran
dan oksigen strategi implementasi dilakukan melalui mengajarkan
secara langsung, melakukan monitoring dan edukasi. Implementasi
latihan nafas dalam akan dilaksanakan dua kali dalam sehari hari
dan dievaluasi keberhasilan dari pelaksanaan tindakan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual perawat untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rancana keperawatan dan pelaksanaannya sudah
dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat dalam perencanaan
keperawatan.
Evaluasi keperawatan terdin dari:
S : ungkapan perasaan dan keluhan yang dikeluhkan secara
subjektif oleh keluarga maupun pasien setelah di beri tindakan
keperawatan
O : keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
A : analisa perawat setelah mengetahui respon pasien secara
15

objektif dan subjektif.


P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa
Untuk masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif, diharapkan
terjadi peningkatan bersihan jalan nafas ke level 5 (menurun).
16

BAB II
KAJIAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

FORMAT PENGKAJIAN
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris
Jl. MAIPA NO.19 MAKASSAR

KAJIAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji : Kelompok 1 NIM:

Unit : Sta. Bernadeth 3 Autoanamnese: …………………


Kamar : 359 Alloanamnese : …………………
Tanggal masuk RS : 10 Juli 2023
Tanggal pengkajian : 17 Juli 2023
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Tn. S
Umur : 73 tahun
Jenis kelamin : Laiki-laki
Status perkawinan : Kawin
Jumlah anak :3
Agama/ suku : Islam
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat rumah : Jl. Kandea
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. L
Umur : 43Tahun
Alamat : Jl. Petterani
Hubungan dengan pasien : Anak
II. DATA MEDIK
Diagnosa medik
Saat masuk : Asma Bronkial
Saat pengkajian : Asma Bronkial
III. KEADAAN UMUM
A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit sedang
Alasan : Tampak keadaan umum pasien sakit sedang, tampak pasien lemah, tampak pasien menggunakan oksigen
nasal kanul dan terpasang infus RL 500 cc
B. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran (kualitatif): compos mentis
Skala koma Glasgow (kuantitatif)
a) Respon motorik :6
b) Respon bicara :5
17

c) Respon membuka mata : 4


Jumlah : 15
Kesimpulan : pasien tidak koma/sadar penuh
2. Tekanan darah : 119/81 mmHg
MAP : 96,67 mmH
3. Suhu : 38 0C di Axilla
4. Pernapasan: 28 x/menit
Irama : Kusmaul
Jenis : Dada
5. Nadi : 110x/menit
Irama : Teratur
C. GENOGRAM

Keterangan:

= Laki-laki

= Perempuan

= Pasien

= meninggal

= Garis penghubung

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Keadaan sebelum sakit :
Sering terpapar dengan debu, perokok aktif dan pasif.
2. Riwayat penyakit saat ini :
a) Keluhan utama :
Sesak nafas.
b) Riwayat keluhan utama :
Sesak napas, nyeri pada dada, menggunakan otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung,
terdengar bunyi wheezing. P : 28/menit, Suhu : 38ºc, TD : 119/81, N : 110x/menit. Pucat, lemas, akral
dingin.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : -
Riwayat kesehatan keluarga :-
Pemeriksaan fisik :
c) Kebersihan rambut : Tampak bersih
d) Kulit kepala : Tampak bersih
e) Kebersihan kulit : Tampak bersih
18

f) Higiene rongga mulut : Tampak bersih


g) Kebersihan genetalia : Tidak dikaji
h) Kebersihan anus : Tidak dikaji
s
B. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keadaan sebelum sakit :
Rutin berolahraga, mengerjakan aktivitas seperti biasa.
2. Keadaan sejak sakit :
Aktivitas terganggu karena sesak, kelelahan
3. Observasi :
Tampak lemas, tampak sesak
a) Aktivitas harian :
 Makan :2
0 : mandiri
1 : bantuan dengan alat
 Mandi :2
2 : bantuan orang
 Pakaian :2
3 : bantuan alat dan
 Kerapihan :2 orang
 Buang air besar :2 4 : bantuan penuh
 Buang air kecil :2
 Mobilisasi di tempat tidur : 2
b) Postur tubuh : Tidak dikaji
c) Gaya jalan : Tidak dikaji
d) Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
e) Fiksasi: : Tidak ada
f) Tracheostomi : Tidak ada
2. Pemeriksaan fisik
a) Tekanan darah
Berbaring : 119/81 mmHg
b) HR : 110x/menit
c) Kulit :
Keringat dingin : Tidak ada
d) JVP : 5-2 cmH2O
Kesimpulan : Normal
e) Perfusi pembuluh kapiler kuku : kembali dalam 2 detik
f) Thorax dan pernapasan
 Inspeksi:
Bentuk thorax : simetris
Retraksi interkostal : terdapat retraksi
Sianosis : tidak ada
 Palpasi :
Vocal premitus : getaran dinding dada kiri dan kanan sama
Krepitasi : tidak ada
 Perkusi :Redup
 Auskultasi :
Suara napas : terdengar vesikuler
Suara ucapan : suara normal
Suara tambahan : whezzing
g) Jantung
 Inspeksi :
Ictus cordis : tidak tampak
 Palpasi :
19

Ictus cordis : Teraba di ICS 5 linea mid- clavikularis sinistra


 Perkusi :
Batas atas jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
Batas bawah jantung : ICS 5 line mid-clavikularis sinistra
Batas kanan jantung : ICS 2 linea sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 linea mid-axillaris anterior
 Auskultasi : Tidak ada bunyi jantung tambahan
h) Lengan dan tungkai
 Atrofi otot : Negatif
 Rentang gerak :
Kaku sendi : Tidak ada
Nyeri sendi : Tidak ada
Fraktur : Tidak ada
Parese : Tidak ada
Paralisis : Tidak ada
 Uji kekuatan otot
Kanan Kiri
Tangan 5 5

Kaki 5 5
Keterangan :
Nilai 5: kekuatan penuh
Nilai 4: kekuatan kurang dibandingkan sisi yang lain
Nilai 3: mampu menahan tegak tapi tidak mampu melawan tekanan
Nilai 2: mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan sentuhan akan jatuh
Nilai 1: tampak kontraksi otot, ada sedikit gerakan
Nilai 0: tidak ada kontraksi otot, tidak mampu bergerak
 Refleks patologi : Negatif
Babinski, Kiri : Negatif
Kanan : Negatif
 Clubing jari-jari : Tidak ada
 Varises tungkai : Tidak ada
i) Columna vetebralis :
 Inspeksi : Tidak ada
 Palpasi Kaku kuduk : Tidak ada kaku kuduk
C. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Keadaan sebelum sakit :
Tidur 5 sampai 6 jam setiap harinya, tidur nyenyak.
2. Keadaan sejak sakit :
Susah tidur dan sering terbangun karena sesak.
Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : Positif
Banyak menguap : Negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : Positif

V. UJI SARAF KRANIAL


A. N I : Pasien mampu menyebutkan bau wangi-wangian (minyak kayu putih) dengan mata tertutup
B. N II : Pasien mampu melihat dan membaca dengan baik pada jarak 2 meter
C. N III, IV, VI Pasien mampu menggerakkan bola mata ke segala arah, kiri, kanan, atas, bawah, dan diameter
pupulnya isokor
20

D. NV:
Sensorik : Pasien mampu menunjuk bagian wajah (dahi/pipi) yang mendapat goresan kapas dengan mata tertutup
Motorik : pasien mampu menggigit/mengunyah dengan baik
E. N VII :
Sensorik : pasien mampu membedakan rasa manis,asin,asam.
Motorik : pasien mampu mengangkat alis, mengkerutkan dahi, mencucurkan bibir, tersenyum, meringis, bersiul, dan
menggembungkan pipi
F. N VIII :
Vestibularis : pasien mampu berdiri tegak dengan mata tertutup
Akustikus : pasien mampu mendengar dengan normal
G. N IX : letak uvula pasien berada ditengah, tampak tidak ada peradangan
H. N X : pasien mampu menelan tanpa ada rasa nyeri
I. N XI : pasien mampu mengangkat bahu kanan dan kiri. Tidak ada kaku kuduk
J. N XII : pasien mampu menyulurkan lidah, mampu mendorong pipi kanan dan kiri dari arah dalam.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Foto Thorax
Kesan : efusi pleura bilateral, bronchopneumonia.
2. Pemeriksaan Lab
WBC 12.72 nilai rujukan 5.07-11.1
RBC 4.27 nilai rujukan 13.40-17.
HCT 37.7 nilai rujukan 39.9-51.1
MCH 31.4 nilai rujukan 24.2-31.2
RDW-CV 15.1 nilai rujukan 11.3-14.

VII.TERAPI
1. Acetylcysteine/3x1/tablet/oral
2. Aminophyllin/3x1/tablet/oral
3. Bricasma/4x1/iv
4. Cefrtiaxone/2x1/iv
5. Farbivent/4x1/inhalasi
6. Paractamol 1 botol/8 jam/iv
7. Infus RL 500 cc

B. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Spasme jalan napas Bersihan jalan napas
 Pasien mengatakan tidak efektif
batuk sudah 2 hari
 Pasien mengatakan
merasa sesak
DO :
 Tampak pasien tidak
mampu batuk efektif
 P : 28 x/m
 N : 110 x/m
 Auskultasi terdengar
bunyi wheezing
 Terpasang O2 nasal
21

kanul
2. DS : Proses infeksi Hipertermi
DO :
 S : 38 ºC
 N : 110 x/m
 Kulit teraba hangat
 Lab : Leukosit =
12.72
3. DS : Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
Pasien mengatakan antara suplai dan
tidak bisa melakukan kebutuhan oksigen
aktivitas karena
merasa sesak
DO :
 Pasien tampak sesak
 P : 28 x/m
 Pasien tampak lemas
 Terpasang O2 nasal
kanul
 Sebagian aktivitas
dibantu keluarga

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas
2. Hipertermi b.d proses infeksi
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI


1. Bersihan jalan Setelah dilakukan A. Manajemen jalan napas
napas tidak tidakan keperawatan O: - monitor pola
efektif b.d selama .../... Jam napas
spasme jalan diharapkan bersihan - Monitor bunyi napas
napas jalan nafas kembali T: - pertahankan
efektif Dengan kepatenan jalan
kriteria hasil: napas
a. Batuk efektif - Posisikan semi-fowler
meningkat - Berikan oksigen
skala 5 E: - anjurkan asupan
b. Produksi cairan 2000 ml/hari,
spatum jika tidak
menurun skala kontraindikasi
5 K: - kolaborasi
22

c. Mengi pemberian
menurun skala bronkodilator,
5 ekspektoran, mukolitik,
d. Pola nafas jika perlu
meningkat B. Latihan batuk efektif
skala 5 O: - identifikasi
kemampuan batuk
T: - buang sekret pada
tempat sputum
E: - jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
- anjurkan tarif napas
dalam
-
K: - kolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika
perlu
2. Hipertermi b/d Setelah dilakukan Manajeman hipertermi
proses infeksi tindakan Observasi :
keperawatan selama - Identifikasi
…./…. Jam, penyebab
diharapkan suhu hipertermia (mis:
tubuh berada pada dehidrasi, terpapar
rentang normal lingkungan panas,
36,5-37,5 C dengan penggunaan
kriteria hasil : inkubator)
a. Takikardi - Monitor suhu tubuh
menurun Terapeutik :
skala 5 - Sediakan
b. Suhu tubuh lingkungan yang
membaik dingin
skala 5 - Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Berikan oksigen,
jika perlu
Eduukasi :
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
23

3. Intoleransi Setelah dilakukan a. Manajemen energi


aktivitas b/d tindakan O: - identifikasi
ketidakseimbang keperawatan selama gangguan fungsi
an antara suplai …./…. Jam, maka tubuh yang
dan kebutuhan toleransi aktivitas mengakibatkan
oksigen meningkat, dengan kelelahan
kriteria hasil: - monitor pola dan
a. Saturasi jam tidur
oksigen T: - lakukan latihan
cukup rentang gerak
meningkat pasif/ aktif
skala 4 - Fasilitasi duduk di
b. Keluhan sisi tempat tidur
Lelah cukup E:- anjurkan
menurun melakukan aktivitas
skala 4 secara bertahap
K: -
b. Terapi aktivitas
O:- identifikasi
kemampuan
berpartisipasi
dalam aktivitas
tertentu
T:- fasilitasi
aktivitas fisik rutin
(misx ambulasi,
mobilisasi, dan
perawatan diri),
sesuai kebutuhan
- Libatkan keluarga
dalam aktivitas
E: - anjurkan
keluarga untuk
memberi penguatan
positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
K: - kolaborasi
dengan terapi
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor
program aktivitas,
jika perlu
24

DAFTAR PUSTAKA

Putri, N. A. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Oksigenasi pada Pasien


Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) DI Ruang VI Rumah Sakit TK III Dr
Reksodiwiryo Padang. Pustaka.Poltekkes-Pdg.Ac.Id, 17–18.
http://pustaka.poltekkespdg.ac.id/repository/Eki_KTI_DIII_Keperawatan_Padang
_2017.pdf

Anda mungkin juga menyukai