Materi Kuliah SAM
Materi Kuliah SAM
Materi Kuliah SAM
Slamet Sutomo1
1. Pendahuluan
Materi kuliah ke-3 mengenai tabel Input-Output (tabel I-O)
telah menjelaskan keterkaitan antar berbagai kegiatan ekonomi
dalam membangun perekonomian secara total sehingga
menghasilkan Produk Domestik Bruto (PDB) di suatu negara. Akan
tetapi, tabel I-O belum dapat menjelaskan keterkaitan kinerja
ekonomi sebagai akibat dari berkembangnya perekonomian di
negara tersebut dengan masalah-masalah sosial yang terjadi,
misalnya kinerja ekonomi atau PDB dengan distribusi pendapatan
(income distribution) dan dengan kesempatan kerja (employment).
Apakah dengan berkembangnya ekonomi suatu negara, distribusi
pendapatan semakin merata, dan kesempatan kerja semakin
terbuka lebar untuk masyarakat untuk masuk ke dalam pasar
tenagakerja?
1
hasil-hasil pembangunan ekonomi yang diperoleh tersebut
kemudian diharapkan akan mengalir kepada masyarakat melalui
proses penetesan ke bawah (trickle down effect), sehingga dengan
demikian pendapatan masyarakat akan meningkat dan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun, pengalaman yang diperoleh oleh banyak negara,
termasuk oleh Indonesia, adalah bahwa strategi pertumbuhan
ekonomi pada satu sisi memang meningkatkan perekonomian
negara bersangkutan, baik yang dicerminkan oleh besarnya PDB
atau oleh laju pertumbuhan ekonomi (rate of economic growth), tetapi
pada sisi yang lain strategi tersebut memunculkan masalah lain
yang serius, antara lain adalah masalah ketidakmerataan
pendapatan (income inequality) diantara berbagai golongan
masyarakat, dan juga memunculkan masalah pengangguran
(unemployment); lihat misalnya Todaro (1987).
Secara konsepsi, keterkaitan antara kinerja ekonomi dengan
distribusi pendapatan dan kesempatan kerja dimulai dari adanya
produksi yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan produksi untuk
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs and wants) masyarakat
berupa sejumlah produk-produk atau paket komoditas-komoditas,
misalnya paket pangan, sandang, papan, dan sebagainya.
Dalam konsep Sistem Neraca Nasional (SNN) atau System of
National Accounts (SNA), komoditas-komoditas yang dihasilkan
oleh kegiatan-kegiatan ekonomi tersebut menghasilkan output atau
PDB yang menunjukkan kinerja ekonomi yang diperoleh oleh
negara bersangkutan. Catatan: dalam menghasilkan output
tersebut, kegiatan-kegiatan ekonomi di suatu negara sudah tentu
juga mempertimbangkan permintaan-permintaan lain yang timbul,
seperti untuk memenuhi ekspor dan impor, dan juga untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain yang terkait dengan
kemampuan produksi kegiatan-kegiatan ekonomi dalam
menghasilkan output, seperti kebutuhan untuk membayar hutang
luar negeri, penyesuaian kurs valuta asing dan sebagainya (neraca
pembayaran).
Pada sisi lain, untuk dapat menghasilkan output tersebut,
kegiatan-kegiatan produksi membutuhkan kontribusi faktor-faktor
produksi tenagakerja dan modal. Permintaan terhadap faktor
2
produksi tenagakerja untuk melakukan kegiatan-kegiatan produksi,
pada sisi lain, berarti membuka kesempatan kerja kepada
masyarakat dan sekaligus memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk memperoleh upah dan gaji (wages and salaries)
sebagai balas jasa karena berpartisipasi dalam proses produksi
dengan menyumbangkan faktor produksi tenagakerja; serta
menerima keuntungan (profits), dividen, bunga, sewa rumah, dan
sebagainya dari hasil menyumbangkan faktor produksi modal
dalam proses produksi (pendapatan ini disebut juga sebagai
pendapatan kapital atau capital income).
Pendapatan yang diterima oleh masing-masing faktor
produksi tenagakerja dan modal atau kapital menghasilkan
distribusi pendapatan faktor yang berbeda-beda (different income
distribution of production factors) dimana besar-kecilnya upah dan gaji
serta pendapatan kapital yang diterima oleh masing-masing
institusi, misalnya rumahtangga, tergantung kepada besar-kecilnya
faktor produksi yang dimiliki. Masalah pendapatan yang bervariasi
yang diperoleh oleh berbagai faktor produksi, baik yang diterima
oleh tenagakerja maupun oleh modal, yang dirinci menurut
berbagai kegiatan ekonomi merupakan salah satu sisi yang perlu
ditelaah dari terjadinya pertumbuhan atau perkembangan ekonomi
terhadap distribusi pendapatan faktor. Dengan demikian,
pertumbuhan ekonomi yang secara teoritis akan didistribusikan
melalui proses penetesan ke bawah (tricle down effects) perlu
dibuktikan secara empiris apakah menghasilkan distribusi
pendapatan faktor yang merata atau tidak merata? Distribusi
pendapatan faktor adalah distribusi nilai tambah (value added) atau
PDB yang dirinci menurut berbagai klasifikasi tenagakerja (berupa
upah dan gaji) dan klasifikasi modal (berupa pendapatan kapital
seperti keuntungan, dividen, bunga, sewa rumah, dan sebagainya)
yang dirinci menurut klasifikasi kegiatan-kegiatan ekonomi.
Kemudian, pendapatan faktor tersebut diterima oleh
berbagai pelaku-pelaku ekonomi, seperti rumahtangga, perusahaan,
dan pemerintah. Pendapatan faktor yang bervariasi yang diterima
oleh rumahtangga akan memberikan kontribusi yang berbeda-beda
kepada pendapatan rumahtangga sehingga menimbulkan distribusi
pendapatan rumahtangga yang berbeda-beda. Rumahtangga yang
3
memiliki faktor-faktor produksi yang relatif besar atau banyak akan
menerima pendapatan yang lebih besar dari pada mereka yang
memiliki faktor-faktor produksi yang relatif sedikit; dan sebaliknya
rumahtangga yang memiliki faktor-faktor produksi yang relatif
sedikit akan menerima pendapatan yang lebih kecil dari pada
mereka yang memiliki faktor-faktor produksi yang relatif besar atau
banyak. Pada satu sisi, jika pemerintah atau institusi lain
mengeluarkan sejumlah dana untuk membantu rumahtangga,
misalnya untuk membantu rumahtangga miskin, maka pendapatan
rumahtangga akan meningkat dan hal ini juga akan mempengaruhi
distribusi pendapatan rumahtangga. Pada sisi ini, konsep
pertumbuhan ekonomi yang secara teoritis didampingi oleh proses
penetesan ke bawah (tricle down effects) perlu dibuktikan secara
empiris apakah menghasilkan distribusi pendapatan rumahtangga
yang merata atau tidak merata.
Kemudian, pendapatan yang diterima oleh rumahtangga
dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan rumahtangga;
sedangkan sisanya ditabung untuk maksud pembentukan modal
atau investasi. Distribusi ini menjelaskan pola pengeluaran
rumahtangga, yang memberikan gambaran mengenai pengeluaran
rumahtangga menurut berbagai komoditas kebutuhan
rumahtangga; dan tabungan yang mungkin dilakukan oleh
rumahtangga.
Dengan pemahaman seperti itu, para ahli statistik dan
perencanaan pembangunan berupaya untuk membangun suatu
kerangka data (data framework) yang dapat menghubungkan
masalah pertumbuhan ekonomi dengan distribusi pendapatan dan
ketenagakerjaan dengan harapan bahwa keterkaitan ketiga masalah
tersebut dalam satu kerangka kerja yang terintegrasi (integrated data
framework) akan mampu menjelaskan hubungan antara kinerja
ekonomi dengan kinerja sosial khususnya mengenai penyerapan
tenagakerja dan distribusi pendapatan tenagakerja maupun
distribusi pendapatan rumahtangga.
Secara diagram, sistem modular kerangka data yang
terintegrasi tersebut, yang kemudian diaplikasikan menjadi suatu
kerangka data Social Accounting Matrix (SAM), yang
menghubungkan masalah-masalah ekonomi dan distribusi
4
pendapatan dan kesempatan kerja dalam masyarakat disajikan oleh
gambar 4.1.
Oleh karena itu, dalam suatu kerangka SAM diharapkan
terjadinya 3 tahap pemetaan (mapping) yang membedakan proses-
proses:
a. Proses produksi;
b. Distribusi nilai tambah yang dihasilkan oleh faktor-
faktor produksi (distribusi pendapatan faktor); dan
c. Pendapatan, konsumsi, tabungan, dan investasi
(distribusi pendapatan dan pengeluaran rumahtangga).
Kebutuhan Dasar
Pengeluaran Rumahtangga
Pemerintah
Ekspor, Impor, dan
Neraca Pembayaran
5
rumahtangga dan institusi lainnya di negara bersangkutan.
Disamping itu, SAM juga secara eksplisit menjelaskan masalah
ketenagakerjaan dan distribusi pendapatan tenagakerja di negara
bersangkutan.3
Dengan demikian, SAM merupakan suatu kerangka data
yang terintegrasi dan komprehensif yang menjelaskan kondisi
perekonomian dan sosial suatu negara dan sekaligus menyajikan
keterkaitan antar variabel-variabel ekonomi dan sosial dalam suatu
set kerangka kerja. SAM juga merupakan suatu sistem akuntansi
dimana variabel-variabel ekonomi dan sosial disusun dalam bentuk
neraca-neraca yang mempunyai sisi debet dan sisi kredit dan kedua
sisi tersebut selalu berada dalam keadaan seimbang (balance), dan
secara keseluruhan SAM menjelaskan suatu keseimbangan umum
(general equilibrium) suatu kondisi ekonomi dan sosial suatu negara,
dimana pada semua dimensi ekonomi, misalnya supply dan demand,
inputs dan outputs, incomes dan expenditures, di negara bersangkutan
sudah berada dalam posisi yang seimbang (equiblirium). Dengan
menggunakan SAM, kinerja ekonomi dan sosial suatu negara,
seperti Produk Domestik Bruto (PDB) dan masalah-masalah
distribusi pendapatan serta ketenagakerjaan dapat ditelaah
(Alarcon et al, 1990).
Pada prinsipnya, SAM dibentuk atas dasar beberapa pilar
utama:
a. SAM merupakan suatu sistem kerangka data yang
mengkombinasikan informasi ekonomi dan sosial ke
dalam suatu kerangka yang terintegrasi dan
komprehensif;
b. SAM merupakan suatu sistem kerangka data yang
bersifat modular yang dapat menghubungkan variabel-
variabel atau pun subsistem-subsistem yang terdapat di
dalamnya secara terpadu;
c. SAM merupakan suatu sistem klasifikasi data yang
konsisten dan komprehensif;
3Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai suatu lembaga yang mengawali penyusunan Social
6
d. SAM merupakan alat analisis terutama yang berkaitan
dengan pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan
dan ketenagakerjaan.
7
memiliki arti karena dalam ekonomi kejadian ini berarti bahwa
kegiatan-kegiatan ekonomi membayar upah dan gaji kepada faktor
produksi tenagakerja, dan faktor produksi modal menerima surplus
usaha sebagai balas jasa terhadap keikutsertaan modal dalam
proses produksi menghasilkan produk-produk; dan oleh karena itu
dalam kerangka SAM diberi simbol T13 karena kejadian ini terjadi
pada perpotongan neraca ke 1 (faktor produksi) dengan neraca ke 3
(kegiatan ekonomi). Demikian juga untuk perpotongan-
perpotongan lainnya yang memiliki simbol Tij.
Tabel 4.1
Kerangka Dasar SAM
Pengeluaran
Penerimaan Faktor Institusi Kegiatan Neraca Total
Produksi Produksi lainnya
Faktor 0 0 T13 T14 y1
Produksi
Institusi T21 T22 0 T24 y2
8
gaji, dan oleh faktor produksi modal, yaitu berupa surplus usaha,
merupakan rincian dari nilai tambah (value added). Dan oleh karena
itu, perpotongan antar kedua neraca faktor produksi dan neraca
kegiatan produksi tersebut disebut sebagai alokasi nilai tambah ke
faktor produksi (allocation of value added to factors of production; lihat
tabel 4.2). Secara lengkap, perpotongan tersebut menjelaskan
alokasi nilai tambah dari berbagai kegiatan produksi ke faktor-
faktor produksi (allocation of value added from economic activities to
factors of production).
Jika faktor-faktor produksi menerima pendapatan dari luar
negeri, baik berupa upah dan gaji serta surplus usaha, yang diberi
simbol T14 pada tabel 4.1 atau diistilahkan sebagai pendapatan
produksi dari luar negeri pada tabel 4.2, maka total pendapatan
faktor-faktor produksi dicerminkan oleh y1 pada tabel 4.1 atau
diistilahkan sebagai distribusi pendapatan faktor pada tabel 4.2.
Serupa dengan tabel Input-Output (table I-O), dalam
kerangka SAM juga berlaku ketentuan bahwa total pendapatan
faktor (y1 pada tabel 4.1) harus sama dengan total pengeluaran (y’1
pada tabel 4.1). Dengan perkataan lain, pendapatan faktor yang
diterima oleh faktor-faktor produksi tenagakerja dan modal
kemudian diterima oleh institusi-institusi (yaitu rumahtangga,
swasta, dan pemerintah), termasuk yang diterima oleh institusi luar
negeri (yang berarti juga merupakan pengeluaran faktor-faktor
produksi dalam negeri kepada luar negeri). Contoh dari
pengeluaran ini adalah upah dan gaji ekspatriat dari luar negeri
yang bekerja di dalam negeri dimana upah dan gaji mereka akan
dikirim ke rumahtangga mereka di luar negeri. Contoh yang lain
adalah surplus usaha yang diperoleh oleh perusahaan-perusahaan
luar negeri yang beroperasi di dalam negeri dimana surplus usaha
tersebut (dapat seluruhnya atau sebagian) yang kemudian dikirim
ke kantor pusat mereka di luar negeri.
Arti atau interpretasi yang lain mengenai perpotongan antar
neraca pada kerangka SAM dapat dilihat pada tabel 4.2.
Pada suatu kerangka SAM telah menjadi ketentuan bahwa
total besaran pada baris jumlah harus sama dengan besaran pada
kolom jumlah; dan dengan demikian: y1 harus sama dengan y’1 atau
dengan perkataan lain: pendapatan faktor-faktor produksi harus
9
sama dengan pengeluaran faktor-faktor produksi; y2 harus sama
dengan y’2 atau dengan perkataan lain: pendapatan institusi
(misalnya rumahtangga) harus sama dengan pengeluaran institusi
(rumahtangga); y3 harus sama dengan y’3 atau dengan perkataan
lain: total output harus sama dengan total input; dan y4 harus sama
dengan y’4 atau dengan perkataan lain: pendapatan luar negeri
harus sama dengan pengeluaran luar negeri.
Tabel 4.2
Arti Hubungan Antar Neraca Dalam Kerangka SAM
Pengeluaran
Penerimaan
Faktor Institusi Kegiatan Neraca
Produksi produksi lainnya Total
Alokasi Pendapatan Distribusi
Faktor Nilai Faktor Pendapatan
Produksi 0 0 Tambah ke Produksi dari Faktor
Faktor Luar Negeri
Produksi
Alokasi
Pendapatan Transfer Transfer dari Distribusi
Institusi Faktor Antar 0 Luar Negeri Pendapatan
Produksi ke Institusi Institusi
Institusi
Alokasi Impor,
Neraca Pendapatan Tabungan, Transfer dan Total
lainnya Faktor Pajak Tidak Neraca Penerimaan XXXX
Produksi ke Langsung lainnya Neraca
Luar Negeri Lainnya
b. Klasifikasi SAM
Upaya awal yang perlu dilakukan dalam penyusunan suatu
kerangka data SAM adalah penyusunan klasifikasi. Klasifikasi
dibutuhkan untuk dapat menentukan besarnya ukuran kerangka
SAM. Klasifikasi disusun sesuai dengan kebutuhan analisis dan
10
ketersediaan data. Semakin besar klasifikasi, maka semakin banyak
jenis data yang dibutuhkan. Namun, pada dasarnya suatu
kerangka SAM dibangun dengan mengikuti klasifikasi neraca-
neraca yang terdapat dalam SAM untuk menjelaskan:
a. Neraca Produksi,
b. Neraca Pendapatan dan Pengeluaran Institusi,
c. Neraca Kapital (yang dapat diperluas menjadi Neraca
Finansial),
d. Neraca Luar Negeri.
11
b. Komoditi
- Domestik
- Impor
IV. Neraca Lainnya (Rests of the World)
a. Neraca Kapital
b. Neraca Luar Negeri
Tabel 4.3
Klasifikasi SAM (14 x 14)
Klasifikasi Kode
Dibayar 1
Desa Bekerja sendiri 2
Faktor Produksi Tenagakerja (tidak dibayar)
Dibayar 3
Kota Bekerja sendiri 4
(tidak dibayar)
Modal 5
Desa 6
Institusi Rumahtangga Kota 7
Swasta 8
Pemerintah 9
Kegiatan Produksi 10
Kegiatan Produksi Domestik 11
Komoditi Impor 12
Neraca Kapital 13
Rests of the World Luar Negeri 14
12
Tabel 4.4
Klasifikasi SAM Indonesia (109 x 109)
U r a i a n Kode
Pedesaan 1
Penerima Upah dan gaji
Kota 2
Pertanian
Bukan Penerima Upah Pedesaan 3
dan gaji Kota 4
Produksi, Pedesaan 5
Penerima Upah dan gaji
Operator Alat Kota 6
Angkutan,
Manual Bukan Penerima Upah Pedesaan 7
13
Pengusaha bebas
golongan
rendah,tena ga tata
usaha, pedagang
keliling, pekerja
28
bebas sektor
angkutan, jasa
perorangan, buruh
kasar
Bukan angkatan
kerja dan golongan 29
Pedesaan
yang tidak jelas
Pengusaha bebas
golongan
atas,pengusaha
bukan pertanian,
manager, militer,
profesional,
30
teknisi,guru, pekerja,
tata usaha dan
penjualan golongan
Bukan
atas
Pertanian
Pengusaha bebas
golongan rendah,
tenaga tata usaha,
pedagang keli-ling,
pekerja bebas sektor 31
angkutan, jasa
perorangan, buruh
kasar
Bukan angkatan
kerja dan golongan 32
Kota yang tidak jelas
Pengusaha bebas
golongan
atas,pengusaha
bukan pertanian,
manager, militer,
profesional,
33
teknisi,guru, pekerja,
tata usaha dan
penjualan golongan
atas
Perusahaan 34
Pemerintah 35
14
Peternakan dan Hasil-hasilnya 38
Perikanan 40
Konstruksi 49
Restoran 51
Perhotelan 52
Angkutan Darat 53
Marjin perdagangan 59
Marjin Pengangkutan 60
15
Industri makanan, minuman & tembakau 68
Konstruksi 74
Restoran 76
Perhotelan 77
Angkutan Darat 78
Perikanan 88
Komoditi Industri Kimia, Pupuk, Hasil_hasil dari Tanah Liat & Semen,
Impor dan Industri Logam Dasar 95
16
Listrik, Gas dan Air Minum 96
Konstruksi 97
Restoran 99
Perhotelan 100
Tenagakerja Pertanian
Tenagakerja pertanian adalah tenagakerja yang bekerja di
sektor pertanian, termasuk di dalamnya mereka yang bekerja di
kegiatan perkebunan, perikanan, kehutanan, perburuan dan
penangkapan hewan dan usaha-usaha yang berhubungan dengan
kegiatan pertanian (jasa pertanian). Tenagakerja pertanian dapat
berupa tenagakerja yang bekerja sendiri (self-employed) atau pekerja
keluarga (unpaid workers), atau pekerja yang dibayar (buruh atau
17
paid workers), baik yang bekerja sebagai manajer, pengawas, atau
pun sebagai buruh biasa.
18
katering, kerumahtanggaan, perorangan, perlindungan serta usaha
jasa.
Ekivalen Tenagakerja
Ukuran tenagakerja yang digunakan dalam SAM disebut
sebagai ekivalen tenagakerja (worker equivalents atau ETK). Ukuran
ini mendefinisikan bahwa 1 (satu) ETK sama dengan 1 (satu)
tenagakerja yang bekerja selama 40 jam seminggu atau 8 jam per
hari kerja (Senen sampai dengan Jumat). Sehingga, bila seorang
tenagakerja bekerja kurang dari 40 jam seminggu, maka tenagakerja
tersebut dihitung sebagai kurang dari 1 (satu) ETK; demikian juga
sebaliknya. Dalam SAM, jumlah ETK dihitung untuk masing-
masing klasifikasi tenagakerja (seperti tenagakerja profesional,
tenagakerja pertanian, dan sebagainya) dan untuk masing-masing
lapangan usaha atau kegiatan ekonomi. Dengan demikian, seorang
tenagakerja (misalnya tenagakerja profesional) yang bekerja selama
20 jam di kegiatan ekonomi A dan 20 jam di kegiatan ekonomi B
akan dihitung sebagai 0,5 ETK di kegiatan ekonomi A dan 0,5 ETK
19
di kegiatan ekonomi B. Ukuran ETK dimaksudkan untuk dapat
menangkap adanya tenagakerja yang bekerja di beberapa kegiatan
ekonomi; atau untuk menangkap adanya tenagakerja yang bekerja
kurang atau lebih dari jam kerja normal (40 jam seminggu).
Catatan: jumlah tenagakerja yang digunakan dalam tabel Input-
Output (tabel I-O) dihitung dalam ukuran orang; sehingga jumlah
tenagakerja yang disajikan oleh SAM akan berbeda dengan yang
disajikan oleh tabel I-O.
Pemerintah
Yang dimaksud dengan pemerintah di sini adalah
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Rumahtangga
Yang dimaksud dengan rumahtangga di sini adalah
rumahtangga yang berdomisili di suatu negara. Pengertian
rumahtangga dalam kerangka SAM mengikuti konsep
rumahtangga yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS),
yaitu sekelompok orang yang tinggal dalam satu atap dan makan
dari satu dapur. Perbedaan pengertian rumahtangga dalam
kerangka SAM dengan yang digunakan dalam survei atau sensus
yang dilaksanakan oleh BPS adalah bahwa rumahtangga dalam
SAM masih diklasifikasikan lagi menjadi golongan-golongan
rumahtangga. Dalam kerangka SAM Indonesia, rumahtangga
dirinci menjadi 6 golongan rumahtangga. Penjelasan golongan
rumahtangga dalam kerangka SAM Indonesia adalah sebagai
berikut:
20
a. Rumahtangga buruh tani, yaitu rumahtangga dimana
kepala rumahtangga bekerja sebagai buruh tani atau
penerima pendapatan terbesar diterima dari hasil balas
jasa bekerja sebagai buruh tani;
b. Rumahtangga pengusaha pertanian, yaitu rumahtangga
dimana kepala rumahtangga bekerja atau rumahtangga
tersebut menerima pendapatan terbesar dari hasil
mengusahakan lahan pertanian (agricultural operators).
Golongan rumahtangga ini dapat diklasifikasikan lagi
atas mereka yang memiliki lahan pertanian kurang dari
atau sama dengan 0,5 ha (disebut sebagai petani gurem);
0,501-1 ha; atau lebih dari 1 ha;
c. Rumahtangga golongan rendah adalah golongan
rumahtangga bukan pertanian dengan kepala
rumahtangga atau penerima pendapatan terbesar
bekerja sebagai pengusaha bebas golongan rendah,
tenaga tata-usaha golongan rendah, pedagang keliling,
pekerja bebas sektor angkutan (seperti supir bis,
kondektur bis), pekerja bebas sektor jasa perorangan,
pekerja kasar. Golongan rumahtangga ini dirinci lagi
menjadi mereka yang bertempat tinggal di pedesaan dan
di kota. Termasuk dalam golongan rumahtangga ini
adalah rumahtangga bukan angkatan kerja.
Rumahtangga bukan angkatan kerja adalah golongan
rumahtangga dengan kepala rumahtangga yang sudah
tidak bekerja lagi (penerima pensiun) atau pendapatan
terbesar berasal dari transfer (penerima pendapatan).
Golongan rumahtangga ini dirinci lagi menjadi mereka
yang berdomisili di pedesaan dan di kota;
d. Rumahtangga golongan atas adalah golongan
rumahtangga bukan pertanian dengan kepala
rumahtangga atau penerima pendapatan terbesar
bekerja sebagai pengusaha bebas (bukan pertanian)
golongan atas, manajer, profesional (seperti akuntan,
dokter), militer, guru/dosen/guru besar, pekerja tata
usaha dan penjualan golongan atas. Golongan
21
rumahtangga ini dirinci lagi menjadi mereka yang
berdomisili di pedesaan dan di kota.
Pendapatan Rumahtangga
Pendapatan rumahtangga adalah pendapatan yang diterima
oleh rumahtangga bersangkutan, baik yang berasal dari pendapatan
kepala rumahtangga maupun pendapatan anggota-anggota
rumahtangga. Pendapatan rumahtangga dapat berasal dari balas
jasa faktor produksi tenagakerja (upah dan gaji, keuntungan, bonus,
dan sebagainya), balas jasa kapital (bunga, dividen, bagi hasil, dan
sebagainya) dan pendapatan yang berasal dari pemberian pihak
lain (transfer).
Anggota Rumahtangga
Anggota rumahtangga adalah mereka yang bertempat-
tinggal dan menjadi tanggungan rumahtangga bersangkutan.
Anggota rumahtangga yang telah berdomisili di wilayah lain lebih
dari enam bulan dianggap bukan lagi menjadi anggota
rumahtangga tersebut.
Tabungan Rumahtangga
Tabungan rumahtangga adalah pendapatan rumahtangga
yang tidak dikonsumsi habis. Tabungan merupakan selisih
pendapatan dengan pengeluaran rumahtangga. Dalam kerangka
SAM, tabungan rumahtangga masih merupakan konsep bruto
karena masih mengandung unsur penyusutan barang modal yang
digunakan untuk usaha rumahtangga.
22
produksi lebih banyak merupakan penggabungan beberapa
klasifikasi kegiatan ekonomi yang ada pada tabel I-O Indonesia.
4Bagian akhir dari materi kuliah ke-4 ini memberikan penjelasan mengenai penggunaan SAM
23
Kinerja Ekonomi
Kinerja ekonomi suatu negara dapat ditunjukkan, misalnya,
dari nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan ekonomi
(neraca T13 pada tabel 4.1) yang memberikan gambaran mengenai
besarnya PDB atas dasar harga faktor (Gross Domestic Product at
factor costs) pada suatu tahun tertentu. Bila ditambah dengan pajak
tidak langsung neto akan menghasilkan PDB atas dasar harga
berlaku. Kinerja perekonomian yang lain yang dapat ditunjukkan
oleh kerangka SAM, misalnya, adalah:
a. Distribusi PDB menurut kegiatan-kegiatan ekonomi
(supply side);
b. Distribusi PDB menurut pengeluaran (demand side);
c. Struktur input antara (intermediate inputs) yang dapat
dirinci menurut sumbernya, yaitu domestik atau impor;
d. Investasi dan tabungan masyarakat;
e. Ekspor dan impor, dan penerimaan serta pengeluaran
suatu negara yang mengalir ke luar negeri.
24
(lihat tabel 4.1 dan tabel 4.2). Salah satu institusi dalam kerangka
SAM adalah rumahtangga. Seperti ditunjukkan oleh tabel 4.2 bahwa
neraca T21 menunjukkan alokasi pendapatan faktor produksi yang
diterima oleh berbagai institusi, salah satu oleh rumahtangga.
Dengan perkataan lain, neraca ini merupakan mapping dari neraca
T13 menjadi neraca T21, yaitu pemetaan (mapping) dari pendapatan
faktor menurut kegiatan-kegiatan ekonomi menjadi pendapatan
institusi, salah satu adalah pendapatan rumahtangga, menurut
faktor-faktor produksi.
Sementara itu, neraca T22 menunjukkan pembayaran transfer
(transfer payments) antar institusi, misalnya, pemberian subsidi dari
pemerintah kepada rumahtangga, atau pemberian subsidi dari
perusahaan kepada rumahtangga, atau pembayaran transfer dari
rumahtangga ke rumahtangga yang lain. Sedangkan neraca T24
menunjukkan penerimaan ketiga institusi dari luar negeri. Jumlah
ketiga neraca T21, T22, dan T24 yang berhubungan dengan
rumahtangga menggambarkan distribusi pendapatan rumahtangga.
Ketenagakerjaan
Masalah ketenagakerjaan dalam kerangka SAM terutama
dijelaskan oleh submatrik T13, yaitu submatrik alokasi nilai tambah
menurut kegiatan-kegiatan ekonomi. Sebagaimana dipahami bahwa
nilai tambah yang diciptakan oleh kegiatan-kegiatan ekonomi
tersebut, salah satu, merupakan sumbangan dari faktor produksi
tenagakerja berupa upah dan gaji. Bila upah dan gaji ini dari tiap-
tiap tenagakerja pada masing-masing kegiatan ekonomi dirinci,
maka rincian ini menjelaskan alokasi nilai tambah faktor produksi
25
tenagakerja menurut kegiatan-kegiatan ekonomi. Dengan
demikian, dari submatrik ini dapat diperoleh informasi mengenai
jumlah tenagakerja yang bekerja di masing-masing kegiatan
ekonomi termasuk besarnya tingkat upah yang diperoleh. Data
empiris ini merupakan fakta untuk dianalisa guna memberikan
gambaran mengenai kondisi sosial masyarakat, khususnya
mengenai masalah ketenagakerjaan, yaitu distribusi pekerja dan
tingkat upah dan gaji menurut kegiatan-kegiatan ekonomi.
5Pembaca dapat membandingkan perbedaan klasifikasi suatu SAM yang sangat agregat,
yaitu sebagaimana dicontohkan oleh tabel 4.3 dan tabel 4.5a, yang dapat berbeda satu dengan
yang lain, tergantung kepada kepentingan analisis dan juga ketersediaan data.
26
Tabel 4.5a
Social Accounting Matrix (SAM) Indonesia, 2008 (13 x 13)
(Rp Miliar)
27
Tabel 4.5b
Klasifikasi SAM Indonesia Tahun 2008 (13 x 13)
Klasifikasi Kode
Tenagakerja 1
I. Faktor Produksi
Modal 2
Rumahtangga 3
II. Institusi
Perusahaan 4
Pemerintah 5
III. Kegiatan Produksi 6
IV. Marjin Perdagangan dan Pengangkutan 7
Domestik 8
V. Komoditi Impor 9
28
demikian, jumlah penerimaan faktor produksi tenagakerja
Indonesia pada tahun 2008 menjadi Rp 2.694.324,94 milyar (baris 1
kolom jumlah pada tabel 4.5; yaitu Rp 2.692.617,74 milyar + Rp
1.707,20 milyar); dan jumlah penerimaan faktor produksi modal
Indonesia pada tahun 2008 menjadi Rp 2.470.974,96 milyar (baris 2
kolom jumlah pada tabel 4.5a; yaitu Rp 2.464.317,45 milyar + Rp
6.657,51 milyar).
Pada sisi yang lain, tabel 4.5a juga menjelaskan bahwa PDB
atas dasar biaya produksi yang sebesar Rp 5.156.935,19 milyar
tersebut tidak semuanya diterima oleh Indonesia, sebagian
mengalir ke luar negeri. Misalnya, dari pendapatan faktor produksi
tenagakerja yang sebesar Rp 2.694.324,94 milyar, sekitar Rp 5.419,67
milyar mengalir ke luar negeri. Demikian juga, dari pendapatan
kapital yang sebesar Rp 2.470.974,94 milyar, sekitar Rp 91.226,99
milyar mengalir ke luar negeri.
Kebalikan dari kasus penerimaan faktor-faktor produksi
Indonesia dari luar negeri, kebocoran ini terjadi karena terdapat
faktor-faktor produksi tenagakerja atau pun kapital luar negeri
yang beroperasi di Indonesia sehingga balas-jasa yang diperoleh
oleh faktor-faktor produksi tersebut mengalir kembali ke luar
negeri.
Dengan demikian, pendapatan faktor produksi neto yang
diterima oleh masyarakat Indonesia pada tahun 2008 bersifat defisit,
yaitu negatif Rp 88.281,95 milyar (yaitu Rp 1.707,70 milyar – Rp
5.419,67 milyar + Rp 6.657,51 milyar – Rp 91.226,99 milyar); atau
dengan perkataan lain, lebih banyak penerimaan faktor-faktor
produksi Indonesia yang mengalir ke luar negeri dari pada yang
masuk ke dalam negeri.
29
344.939,89 milyar (yaitu pajak tidak langsung yang diterima dari
komoditas domestik sebesar Rp 237.098,56 milyar dan dari
komoditas impor sebessar Rp 107.841,33 milyar; lihat baris 11 kolom
8 dan kolom 9)6 dan dikurangi dengan subsidi sebesar Rp 240.891,47
milyar (lihat baris 12 kolom 5), maka PDB Indonesia (atas dasar
harga berlaku) pada tahun 2008 berjumlah sebesar Rp 5.260.983,61
milyar.
Besaran PDB Indonesia yang berjumlah Rp 5.260.983,61
milyar tersebut dapat dirinci menurut sisi PDB pengeluaran, yaitu
(lihat tabel 4.5a):
a. Pengeluaran konsumsi rumahtangga: Rp 3.318.104,75
milyar, yang terdiri dari pengeluaran konsumsi
rumahtangga untuk komoditas domestik sebesar Rp
2.973.367,48 milyar (baris 8 kolom 3) dan untuk
komoditas impor sebesar Rp 344.737,27 milyar (baris 9
kolom 3);
b. Pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar Rp 294.566,35
milyar, yang terdiri dari pengeluaran konsumsi
pemerintah untuk komoditas domestik sebesar Rp
277.089,73 milyar (baris 8 kolom 5) dan untuk komoditas
impor sebesar Rp 17.476,62 milyar (baris 9 kolom 5);
c. Pembentukan modal tetap bruto (gross fixed capital
formation) atau PMTB sebesar Rp 1.508.830,58 milyar,
yang terdiri dari PMTB dengan menggunakan produk
atau komoditas domestik sebesar Rp 1.314.139,48 milyar
(baris 8 kolom 10) dan dengan menggunakan produk
atau komoditas impor sebesar Rp 194,691,10 milyar
(baris 9 kolom 10);
d. Ekspor sebesar Rp 1.487.237,85 milyar (baris 8 kolom 13);
e. Dikurangi impor sebesar Rp 1.347.755,91 milyar (baris 13
kolom 9).
6Jumlah pajak tidak langsung yang sebesar Rp 344.939,89 milyar ini ditunjukkan juga oleh
baris 5 kolom 11 secara total pada tabel 4.5, yaitu penerimaan pemerintah dari pajak tidak
langsung dari komoditas domestik dan dari komoditas impor yang masing-masing berjumlah
Rp 297.098,56 milyar dan Rp 107.841,33 milyar.
30
Struktur Input
Untuk menghasilkan output Indonesia yang sebesar Rp
10.375.084,45 milyar (baris jumlah kolom 6 pada tabel 4.5a; dimana
total nilai tambah yang dihasilkan adalah sebesar Rp 5.260.983,61
milyar atau sama dengan PDB Indonesia), dibutuhkan berbagai
permintaan antara (intermediate demands) atau input antara
(intermediate inputs) baik yang berasal dari produk-produk domestik
atau pun dari produk-produk impor. Dari tabel 4.5a dapat
ditunjukkan bahwa secara keseluruhan jumlah permintaan antara
yang digunakan dari produk-produk domestik berjumlah Rp
4.190.140,35 milyar (baris 8 kolom 6 pada tabel 4.5a), dan dari
produk-produk impor sebesar Rp 1.028.008,91 milyar (baris 9 kolom
6 pada tabel 4.5a). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
Indonesia membutuhkan produk-produk domestik (domestic
contents) pada tahun 2008 adalah sekitar 40,4 persen (yaitu Rp
4.190.140,35 milyar dibagi dengan Rp 10.375.084,45 milyar), dan
produk-produk impor (import contents) untuk menghasilkan output
Indonesia pada tahun 2008 adalah sekitar 9,9 persen (yaitu Rp
1.028.008,91 milyar dibagi dengan Rp 10.375.084,45 milyar).
31
2008 berjumlah Rp 2.688.906,27 milyar (baris 3 kolom 1 pada tabel
4.5a), sedangkan pendapatan faktor produksi kapital yang diterima
oleh rumahtangga Indonesia pada tahun 2008 berjumlah Rp
788.549,94 milyar (baris 3 kolom 2 pada tabel 4.5a), sedangkan
pendapatan faktor produksi kapital yang diterima oleh perusahaan
berjumlah Rp 1.591.198,03 milyar (baris 4 kolom 2 pada tabel 4.5a).
Selain itu, rumahtangga juga menerima penerimaan transfer
dari berbagai institusi seperti dari pemerintah seperti berupa
bantuan langsung tunai, dari perusahaan-perusahaan misalnya
berupa pemberian bonus bulanan produk-produk perusahaan
seperti minyak goreng, mentega, susu, dan sebagainya kepada para
karyawan (rumahtangga), dan dari rumahtangga lainnya seperti
anak (rumahtangga lain) yang mengirim bantuan kepada orang-
tuanya (rumahtangga lain), dan juga dari luar negeri seperti
bantuan jika terjadi musibah.
Dengan demikian, dari tabel 4.5a dapat diperlihatkan bahwa
total pendapatan rumahtangga Indonesia pada tahun 2008
berjumlah Rp 3.826.444,57 milyar (lihat baris 3 kolom total pada
tabel 4.5a) dengan rincian penerimaan atau sumer-sumber
pendapatan sebagai berikut:
a. Pendapatan tenagakerja (upah dan gaji) berjumlah Rp
2.688.906,27 milyar,
b. Pendapatan kapital (surplus usaha) berjumlah Rp
788.549,94 milyar,
c. Penerimaan transfer dari rumahtangga sebesar Rp
43.364,57 milyar,
d. Penerimaan transfer dari perusahaan sebesar Rp
43.085,00 milyar,
e. Penerimaan transfer dari pemerintah sebesar Rp
199.083,92 milyar, dan
f. Penerimaan transfer dari luar negeri sebesar Rp 63.505,87
milyar.
32
lihat baris total kolom 3 pada tabel 4.5a) digunakan untuk berbagai
pengeluaran rumahtangga, yaitu:
a. Untuk pengeluaran konsumsi komoditas-komoditas
domestik sebesar Rp 2.973.367,48 milyar,
b. Untuk pengeluaran konsumsi komoditas-komoditas
impor sebesar Rp 344.737,27 milyar,
c. Untuk pengeluaran transfer kepada pemerintah seperti
untuk pembayaran pajak-pajak bangunan dan bumi,
pajak kendaraan dan sebagainya sebesar Rp 85.073,47
milyar,
d. Untuk pengeluaran transfer kepada perusahaan seperti
pembayaran iuaran jaminan sosial tenagakerja
(Jamsostek) dan sebagainya sebesar Rp 35.164,37 milyar,
e. Untuk pengeluaran transfer kepada rumahtangga
(lainnya) seperti pemberian rumahtangga anak kepada
rumahtangga orang tua, sumbangan, derma dan
sebagainya sebesar 43.364,57 milyar.
7Penjelasan mengenai investasi portofolio akan dijelaskan pada materi kuliah ke-5 berikutnya,
yaitu mengenai Neraca Arus Dana (NAD) atau Flows of Funds (FoF), dan pada materi kuliah
ke-6 mengenai Financial Social Accounting Matrix (FSAM).
33
a. Investasi yang dilakukan di dalam negeri sejumlah Rp
1.508.730,58 milyar yang terdiri dari investasi yang
menggunakan komoditas-komoditas domestik sebesar
Rp 1.314.139,48 milyar (baris 8 kolom 10 pada tabel 4.5a)
dan yang menggunakan komoditas-komoditas impor
sebesar Rp 194.691,10 milyar (baris 9 kolom 10 pada tabel
4.5a),
b. Investasi yang dilakukan di luar negeri sebesar Rp
36.683,94 milyar (baris 13 kolom 10 pada tabel 4.5a).
Neraca-Neraca Lainnya
Dengan menggunakan tabel 4.5a telah dapat ditunjukkan
mengenai berbagai kinerja ekonomi Indonesia, distribusi
pendapatan faktorial, distribusi pendapatan rumahtangga, dan pola
pengeluaran rumahtangga pada tahun 2008 secara sangat agregat.
Penjelasan lain mengenai arti masing-masing angka atau bilangan
yang terdapat pada tabel 4.5a dapat dilakukan dengan merujuk
kepada tabel 4.2.
Ketenagakerjaan
Yang belum dijelaskan dengan menggunakan SAM
Indonesia tahun 2008 adalah masalah ketenagakerjaan. Pada bagian
sebelumnya telah dijelaskan bahwa submatrik T1.3 pada tabel 4.1
menunjukkan submatrik alokasi nilai tambah menurut kegiatan-
kegiatan ekonomi. Nilai tambah yang diciptakan oleh kegiatan-
kegiatan ekonomi tersebut, salah satu, merupakan sumbangan dari
faktor produksi tenagakerja berupa upah dan gaji kepada
perekonomian Indonesia. Bila upah dan gaji ini dari tiap-tiap
golongan tenagakerja pada masing-masing kegiatan ekonomi
dirinci, maka rincian ini menjelaskan alokasi nilai tambah faktor
produksi tenagakerja (upah dan gaji) menurut kegiatan-kegiatan
ekonomi, atau dengan perkataan lain menjelaskan distribusi
pendapatan faktorial berupa upah dan gaji (distribution of wages and
salaries). Rincian ini akan lebih terlihat jika kerangka SAM
dideskripsi dengan menggunakan klasifikasi yang lebih rinci seperti
ditunjukkan oleh tabel 4.4.
34
Layer pertama dari submatrik T1.3 menjelaskan distribusi
pendapatan faktorial berupa upah dan gaji menurut berbagai
golongan tenagakerja dan kegiatan ekonomi; layer kedua dari
submatrik ini menjelaskan jumlah tenagakerja yang bekerja di
masing-masing kegiatan ekonomi; dan layer ketiga dari submatrik
ini menjelaskan rata-rata upah dan gaji masing-masing golongan
tenagakerja di berbagai kegiatan ekonomi.
Tabel 4.6 dan 4.7 berikut menyajikan ringkasan dari ketiga
layer submatrik dimaksud yang diringkas menjadi dua tabel yang
terpisah, yaitu tabel 4.6 yang menjelaskan banyaknya ekivalen
tenagakerja (worker equivalents atau ETK) dan distribusi pendapatan
tenagakerja dengan menggunakan klasifikasi kegiatan produksi
yang lebih rinci; sedangkan tabel 4.7 menjelaskan perbandingan
banyaknya ETK dengan banyaknya tenagakerja serta rata-rata jam
kerja per minggu yang dapat dihitung secara eksplisit dari
perbedaan tersebut. Kedua tabel tersebut dikutip dari SAM
Indonesia tahun 2008 (BPS, 2010).
Tabel 4.6
Banyaknya Ekivalen Tenagakerja (ETK), Upah dan Gaji per ETK
Menurut Kegiatan-Kegiatan Ekonomi, 2008
Rata-Rata
Kegiatan Ekonomi ETK Upah dan Upah dan
(Ribuan) Gaji Gaji
(Rp Milyar) (Rp Ribu)
1. Pertanian Tanaman 24.674,78 356.464,68 14.446,52
Pangan
2. Pertanian Tanaman 5.361,36 106.334,28 19.833,46
Lainnya
3. Peternakan dan 3.293,19 91.494,81 27.783,02
Hasil-hasilnya
4. Kehutanan dan 555,63 15.275,03 27.491,34
Perburuan
5. Perikanan 1.774,77 49.457,06 27.866,78
6. Pertambangan 459,79 60.074,86 130.658,52
Batubara, Bijih
Logam dan Miyak
Bumi
35
7. Pertambangan dan 819,14 46.764,21 57.067,63
Penggalian Lainnya
8. Industri Makanan, 3.449,36 120.240,73 34.858,87
Minuman dan
Tembakau
9. Industri Pemintalan, 3.279,40 45.828,70 13.974,72
Tekstil, Pakaian, dan
Kulit
10. Industri Kayu dan 2.782,58 35.860,03 12.887,31
Barang dari Kayu
11. Industri Kertas, 3.027,92 179.195,37 59.181,07
Percetakan, Alat
Angkutan, dan
Barang dari Logam,
dan Industri Lainnya
12. Industri Kimia, 1.965,96 166.589,25 84.736,83
Pupuk, Hasil dari
Tanah Liat, dan
Semen
13. Listrik, Gas, dan Air 230,42 16.370,87 71.047,17
Minum
14. Konstruksi 6.348,43 200.903,87 31.646,23
15. Perdagangan 21.716,00 441.454,08 20.328,52
16. Restoran 4.145,66 104.242,45 25.144,95
17. Perhotelan 280,07 9.278,80 33.130,18
18. Angkutan Darat 5.029,06 87.257,51 17.350,66
19. Angkutan Udara, Air, 2.135,97 68.099,97 31.882,45
dan Komunikasi
20. Jasa Penunjang 833,83 20.444,66 24.519,06
Angkutan, dan
Pergudangan
21. Bank dan Asuransi 729,10 53.145,73 72.892,70
22. Real Estate dan Jasa 969,47 45.543,00 46.977,27
Perusahaan
23. Pemerintahan dan 8.634,06 286.211,57 33.149,14
Pertahanan,
Pendidikan,
Kesehatan, Film, dan
Jasa Sosial Lainnya
24. Jasa Perseorangan, 5.964,19 86.104,23 14.436,87
36
Rumahtangga, dan
Jasa Lainnya
Jumlah 108.460,12 2.692.617,74 24.825,88
Tabel 4.7
Banyaknya Ekivalen Tenagakerja (ETK), Banyaknya Tenagakerja,
dan Rata-Rata Jam Kerja per Minggu Menurut Kegiatan-Kegiatan
Ekonomi, 2008
Rata-Rata
Kegiatan Ekonomi ETK Tenagakerja Jam Kerja
(Ribuan) (Ribuan) per
Minggu
1. Pertanian Tanaman 24.674,78 4.282,31 32,96
Pangan
2. Pertanian Tanaman 5.361,36 1.847,86 34,32
Lainnya
3. Peternakan dan Hasil- 3.293,19 1.504,41 39,69
hasilnya
4. Kehutanan dan 555,63 277,30 39,43
Perburuan
5. Perikanan 1.774,77 664,88 42,07
6. Pertambangan 459,79 459,79 46,23
Batubara, Bijih Logam
dan Miyak Bumi
7. Pertambangan dan 819,14 340,15 45,32
Penggalian Lainnya
8. Industri Makanan, 3.449,36 1.959,66 47,56
Minuman dan
Tembakau
9. Industri Pemintalan, 3.279,40 2.494,89 45,26
Tekstil, Pakaian, dan
Kulit
10. Industri Kayu dan 2.782,58 1.335,68 45,30
Barang dari Kayu
11. Industri Kertas, 3.027,92 1.986,77 45,84
Percetakan, Alat
Angkutan, dan Barang
37
dari Logam, dan
Industri Lainnya
12. Industri Kimia, Pupuk, 1.965,96 1.376,66 45,32
Hasil dari Tanah Liat,
dan Semen
13. Listrik, Gas, dan Air 230,42 190,14 45,83
Minum
14. Konstruksi 6.348,43 5.187,68 46,68
15. Perdagangan 21.716,00 4.518,94 48,95
16. Restoran 4.145,66 1.099,65 49,81
17. Perhotelan 280,07 216,77 49,19
18. Angkutan Darat 5.029,06 1.470,34 51,57
19. Angkutan Udara, Air, 2.135,97 1.097,81 47,56
dan Komunikasi
20. Jasa Penunjang 833,83 358,50 45,50
Angkutan, dan
Pergudangan
21. Bank dan Asuransi 729,10 682,24 46,24
22. Real Estate dan Jasa 969,47 676,84 46,74
Perusahaan
23. Pemerintahan dan 8.634,06 7.798,16 42,82
Pertahanan,
Pendidikan,
Kesehatan, Film, dan
Jasa Sosial Lainnya
24. Jasa Perseorangan, 5.964,19 3.228,67 47,39
Rumahtangga, dan
Jasa Lainnya
Jumlah 108.460,12 103.450,69 41,39
38
Input-Output (tabel I-O) atau pada analisis-analisis ketenagakerjaan
lainnya.
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa banyaknya ETK Indonesia
yang dipekerjakan selama tahun 2008 adalah berjumlah 108.460,12
ribu ETK, dan mereka menerima upah dan gaji secara total sebesar
Rp 2.692.617,74 milyar; dan dengan demikian, rata-rata upah dan
gaji per ETK yang diterima per tahun (2008) adalah sebesar Rp
24.825,88 ribu. Rincian banyaknya ETK, jumlah pendapatan upah
dan gaji yang diterima, dan rata-rata upah dan gaji per ETK per
tahun menurut berbagai kegiatan ekonomi dapat dilihat pada
rincian kegiatan ekonomi pada tabel 4.6.
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa jumlah tenagakerja
Indonesia yang diperkerjakan selama tahun 2008 adalah berjumlah
103.450,69 ribu; dan karena rata-rata jam kerja mereka adalah 41,94
jam per minggu, maka jumlah tenagakerja tersebut setara dengan
108.460,12 ekivalen tenagakerja (ETK). Dari rata-rata jam kerja
tersebut terlihat bahwa pada tahun 2008 tenagakerja Indonesia telah
bekerja melebihi persyaratan 8 jam kerja per hari (Senen sampai
dengan Jumat) atau 40 jam kerja per minggu. Rincian jumlah
tenagakerja, jumlah ETK, dan rata-rata jam kerja per minggu
menurut berbagai kegiatan ekonomi dapat dilihat pada tabel 4.7.
39
Tabel 4.8
Kerangka Dasar SAM
Pengeluaran
Penerimaan Faktor Institusi Kegiatan Neraca Total
Produksi Produksi lainnya
Faktor 0 0 T13 T14 y1
Produksi
Institusi T21 T22 0 T24 y2
dimana
Aij = kecenderungan pengeluaran rata-rata (average expenditure
propensity) baris ke-i, kolom ke-j
Tij = besarnya isian setiap i,j pada neraca baris ke-i, kolom ke-j
y’j = besarnya nilai total pada kolom jumlah ke-j
40
Bentuk matrik average expenditure propensity tersebut
ditunjukkan oleh tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9
Average Expenditure Propensity dalam SAM
yi = Aijy’j ……….(4.2)
dimana
yi = besarnya nilai total pada baris jumlah ke-i
[Keterangan: perkalian matrik Aij yang berukuran 4x4 dengan
vektor y’j yang berukuran 4x1 akan menghasilkan vektor yi yang
berukuran 4x1; dan secara konsep yi harus sama dengan y’j].
41
kerangka SAM pada tabel 4.8 dapat dibuat menjadi tabel 4.10
sebagai berikut:
Tabel 4.10
Kerangka Dasar SAM dengan Neraca Eksogen
Pengeluaran
Penerimaan Faktor Institusi Kegiatan Neraca Total
Produksi Produksi Eksogen
Faktor 0 0 T13 x1 y1
Produksi
Institusi T21 T22 0 x2 y2
y 0 0 A y′ x
y = A A 0 y′ + x ............... (4.3)
y 0 A A y′ x
dan
42
y = Ay + x .….(4.5)
dimana
y 0 0 A x
y= y ; A= A A 0 ; x= x
y 0 A A x
y= I A x ................. (4.6)
atau
y = Max .....................(4.7)
dimana
Ma = I A = matrik pengganda neraca
∆y = Ma∆x .....................(4.8)
y 0 0 0 y′ 0 0 A y′ x
y = 0 A 0 y′ + A 0 0 y′ + x ..... (4.9)
y 0 0 A y′ 0 A 0 y′ x
43
Persamaan (4.9) dapat ditulis kembali sebagai:
y 0 0 0 y′ 0 0 A y′ x
y - 0 A 0 y′ = A 0 0 y′ + x ....(4.10)
y 0 0 A y′ 0 A 0 y′ x
0 0 0
Misalkan matrik B = 0 A 0 dan karena y=y’, maka
0 0 A
persamaan (4.10) dapat ditulis kembali menjadi:
0 0 A y′ x
y – By = A 0 0 y′ + x
0 A 0 y′ x
atau
0 0 A y′ x
[I-B]y = A 0 0 y′ + x
0 A 0 y′ x
atau
0 0 A y′ x
y= [I-B]-1 A 0 0 y′ + [I-B]-1 x ........ (4.11)
0 A 0 y′ x
Jika
I 0 0
[I-B] = 0 I A 0
0 0 I A
Maka
I 0 0
[I-B]-1 = 0 I A 0
0 0 I A
44
Maka:
I 0 0 0 0 A y′
y= 0 I A 0 A 0 0 y′ +
0 0 I A 0 A 0 y′
I 0 0 x
0 I A 0 x ........ (4.11)
0 0 I A x
I 0 0
Ma1 = 0 I A 0 ………………..(4.12)
0 0 I A
0 0 A x
y = Ma1 A 0 0 y + Ma1 x ........... (4.13)
0 A 0 x
x
y = A*y + Ma1 x ........... (4.14)
x
yaitu jika:
0 0 A
A* = Ma1 A 0 0
0 A 0
x
y - A*y = Ma1 x ........... (4.15)
x
45
atau
x
[I-A*]y = Ma1 x
x
atau
x
y= [I-A*]-1Ma1 x ........... (4.16)
x
I A∗ I A∗ A∗ A∗ ⋯
I A∗ A∗ I A∗ A∗ ⋯
I A∗ A∗ I A∗ ............... (4.17)
Sehingga
x
y= I A∗ A∗ I A∗ Ma1 x ........... (4.18)
x
Jika
M I A∗ A∗
M I A∗
x
y = Ma3Ma2Ma1 x ........... (4.19)
x
dimana
0 0 A
A* = Ma1 A 0 0
0 A 0
46
atau
0 0 A∗
A∗ A∗ 0 0
0 A∗ 0
dan
0 A∗ A∗ 0
A ∗ 0 0 A∗ A∗
A∗ A∗ 0 0
dan
A∗ A∗ A∗ 0 0
∗
A 0 A∗ A∗ A∗ 0
0 0 A∗ A∗ A∗
Ma = Ma3Ma2Ma1……………………………..(4.20)
dimana
I : injeksi awal
Ta = (Ma1 – I) : pengganda transfer
Oa = (Ma2 – I)Ma1 : pengganda lompatan terbuka (open loop)
Ca=(Ma3-I)Ma2Ma1 : pengganda lompatan tertutup (closed
loop)
47
mempengaruhi blok yang sama terlebih dahulu, sebelum
berpengaruh terhadap blok yang lain.
Oa adalah pengganda lompatan terbuka (open loop atau cross-
effect multipiliers) yang menjelaskan dampak injeksi pada suatu blok
terhadap blok-blok yang lain.
Ca adalah pengganda lompatan tertutup (closed loop
multipliers) yang menjelaskan dampak injeksi pada suatu blok
terhadap blok-blok yang lain, dan kemudian kembali kepada blok
awal dan blok-blok lainnya sampai dampak yang terjadi menjadi
sangat kecil dan dapat diabaikan.
8Lihat publikasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia tahun 2005 yang diterbitkan
48
dan Air Bersih, sebesar keseluruhan subsidi yang pernah diterima
pada tahun 2005 Rp 64.793,8 miliar, terhadap perekonomian
Indonesia. Pada contoh ini, kegiatan produksi Pertambangan
digabung dengan kegiatan produksi Industri Pengolahan kecuali
Makanan dan Minuman, dan Listrik, Gas, dan Air Minum
mengikuti klasifikasi SAM Indonesia tahun 2005. Besarnya
penghapusan subsidi sebesar Rp 64.793,80 milyar dicantumkan
dalam kolom injeksi atau shock pada kegiatan produksi tersebut
(baris 20 pada tabel 4.12). Hasil-hasil penghitungan matrik Ma, Ta,
Oa, dan Ca secara keseluruhan disajikan oleh tabel 4.12.
Tabel 4.11
Rincian Neraca-Neraca Endogen dalam Kerangka SAM Indonesia
2005 Berukuran 37x37
Pengusaha Pertanian 11
Rumah Bukan Pertanian Golongan Rendah di Pedesaan 12
Institusi
tangga
Bukan Pertanian Golongan Atas di Pedesaan 13
Perusahaan 16
Pertanian Tanaman Pangan, Peternakan, Perikanan, Industri 18
Makanan
49
Kegiatan Pertanian Tanaman Lainnya, Kehutanan dan Perburuan 19
Produksi
Pertambangan, Industri Pengolahan kecuali Makanan, Listrik, Gas 20
dan Air Bersih
Perdagangan, Restoran & Perhotelan, Pengangkutan & 21
Komunikasi, Jasa Perseorangan & Rumahtangga.
Lembaga Keuangan, Real Estate, Pemerintah, Jasa Sosial dan 22
Kebudayaan, Jasa Hiburan
Marjin perdagangan dan pengangkutan 23
9Karena kasus ini adalah kasus penghapusan subsidi, maka dampak yang terjadi adalah
50
tersebut. Dampak ini ditunjukkan oleh kolom injeksi pada tabel
4.12 (lihat kegiatan produksi baris 20 tabel 4.12).
Dengan biaya produksi yang turun, maka banyaknya
produksi yang dihasilkan akan turun, dan sebagai implikasinya
adalah bahwa penerimaan (surplus usaha) kegiatan produksi ini
akan mengalami penurunan.10
Tabel 4.12
Dampak Pengurangan Subsidi Kegiatan Produksi Pertambangan,
Industri Pengolahan kecuali Makanan dan Minuman, dan Listrik,
Gas, dan Air Minum Terhadap Turunnya Kinerja Neraca-Neraca
Endogen Berdasarkan Kerangka SAM Indonesia 2005 Berukuran
37x37 (dalam Rp Milyar)
Injeksi
Neraca yang dipengaruhi injeksi (Penghapusan Ma Ta Oa Ca
Subsidi)
1 0 1.887,48 0 391,37 1.496,11
2 0 5.017,24 0 742,86 4.274,38
3 0 11.863,43 0 8.333,29 3.530,14
4 0 4.888,21 0 3.179,99 1.708,22
5 0 8.218,37 0 3.469,30 4.749,07
Faktor Tenaga kerja
Produksi 6 0 5.147,85 0 1.509,70 3.638,16
7 0 4.028,72 0 1.635,64 2.393,08
8 0 761,03 0 424,76 336,27
Modal 9 0 45.306,57 0 29.682,47 15.624,09
10 0 2.618,90 0 1.149,77 1.469,13
11 0 10.849,47 0 4.914,64 5.934,83
12 0 10.483,30 0 5.744,63 4.738,68
13 0 7.047,63 0 3.554,99 3.492,64
Institusi Rumahtangga 14 0 15.353,65 0 9.216,67 6.136,98
15 0 12.276,48 0 6.088,72 6.187,77
Perusahaan 16 0 32.091,93 0 20.833,92 11.258,01
18 0 20.512,24 1.175,80 0 19.336,44
19 0 3.373,67 1.709,99 0 1.663,68
10Dalam model pengganda neraca, diasumsikan bahwa harga jual produk-produk adalah
51
22 0 14.458,52 3.428,46 0 11.030,06
Marjin perdagangan dan 23 0 13.420,44 5.236,42 0 8.184,021
pengangkutan
24 0 26.477,86 1.517,77 0 24.960,09
25 0 3.849,25 1.951,05 0 1.898,20
Komoditi
Domestik 26 0 52.177,22 31.129,57 0 21.047,65
27 0 29.345,20 8.225,62 0 21.119,58
28 0 14.601,86 3.462,45 0 11.139,40
29 0 2.002,66 54,66 0 1.947,994
30 0 344,93 274,89 0 70,04
52
dampak injeksi (shock) pada suatu blok yang akan mempengaruhi
blok yang sama terlebih dahulu, sebelum berpengaruh terhadap
blok yang lain. Sedangkan pengganda lompatan terbuka (open loop
atau cross-effect multipiliers atau open loop effects) atau Oa
menjelaskan dampak injeksi pada suatu blok terhadap blok-blok
yang lain. Dan pengganda lompatan tertutup (closed loop multipliers
atau closed lopp effects) menjelaskan dampak injeksi pada suatu blok
terhadap blok-blok yang lain, dan kemudian kembali kepada blok
awal dan blok-blok lainnya sampai dampak yang terjadi menjadi
sangat kecil dan dapat diabaikan.
Berdasarkan hasil penghitungan matrik pengganda neraca
SAM Indonesia tahun 2005, besarnya dampak transfer yang
dirasakan oleh kegiatan produksi Pertambangan, Industri
Pengolahan kecuali Makanan dan Minuman, Listrik, Gas dan Air
Bersih berjumlah Rp 27.526,57 milyar. Besarnya penurunan
penerimaan atau surplus usaha kegiatan produksi ini sebagai
dampak transfer dicantumkan pada kolom Ta pada kegiatan
produksi baris 20 tabel 4.12. Jadi, selain menderita dampak
langsung sebesar Rp 64.793,80 milyar, yaitu sebesar penghapusan
subsidi Pertambangan, Industri Pengolahan kecuali Makanan dan
Minuman, Listrik, Gas dan Air Bersih, kegiatan produksi ini juga
mengalami dampak tidak langsung (dampak transfer) sebesar Rp
27.526,57 milyar.
Pada sisi yang lain, dampak tidak langsung berupa cross
effects yang dirasakan oleh kegiatan produksi Pertambangan,
Industri Pengolahan kecuali Makanan dan Minuman, Listrik, Gas
dan Air Bersih adalah turunnya penerimaan (surplus usaha)
kegiatan produksi ini pada tahap berikutnya, yaitu berjumlah Rp
18.611,55 milyar. Besarnya penurunan penerimaan atau surplus
usaha kegiatan produksi ini sebagai dampak lompatan tertutup
atau cross effects dicantumkan pada kolom Ca pada kegiatan
produksi baris 20 tabel 4.12.
Dengan demikian, secara keseluruhan penerimaan (surplus
usaha) kegiatan produksi Pertambangan, Industri Pengolahan
kecuali Makanan dan Minuman, Listrik, Gas dan Air Bersih akan
turun sekitar Rp 110.931,93 milyar (transfer effects ditambah dengan
closed effects) sebagai akibat dari penghapusan subsidi kegiatan
53
produksi ini sebesar Rp 64.793,80 milyar (lihat kolom Ma pada
kegiatan produksi baris 20 tabel 4.12 untuk melihat bilangan Rp
110.931,93 milyar tersebut). Dengan perkataan lain, penghapusan
subsidi kegiatan produksi Pertambangan, Industri Pengolahan
kecuali Makanan dan Minuman, Listrik, Gas dan Air Bersih
berakibat kepada turunnya penerimaan (surplus usaha) kegiatan
produksi ini sekitar 1,71 kali dari shock awal (penghapusan subsidi).
Analisis tersebut baru dilihat dari sisi kegiatan produksi
Pertambangan, Industri Pengolahan kecuali Makanan dan
Minuman, Listrik, Gas dan Air Bersih sendiri. Dampak
penghapusan subsidi kegiatan produksi Pertambangan, Industri
Pengolahan kecuali Makanan dan Minuman, Listrik, Gas dan Air
Bersih terhadap berbagai berbagai kegiatan ekonomi lainnya,
terhadap faktor-faktor produksi, dan terhadap para pelaku ekonomi
seperti rumahtangga dapat dilihat dengan memperhatikan
pengganda neraca (Ma) yang dapat dirinci menurut pengganda
transfer, pengganda lompatan terbuka (open loop multiplers), dan
pengganda lompatan tertutup (closed loop multipliers) pada tabel
4.12.
Misalnya, dari tabel 4.12 terlihat bahwa kegiatan produksi
yang mengalami dampak pengganda neraca kedua terbesar11
adalah kegiatan produksi Perdagangan, Restoran, dan Perhotelan,
Pengangkutan dan Komunikasi, Jasa Perseorangan dan
Rumahtangga, yang mengalami penurunan penerimaan (surplus
usaha) sebesar Rp 28.821,50 milyar (dampak Ma) yang dapat dirinci
atas dampak transfer (Ta) sebesar Rp 8.078,82 milyar dan dampak
lompatan tertutup (Ca) sebesar Rp 20.742,68 milyar.
Dengan demikian, kegiatan produksi ini akan mengalami
penurunan penerimaan (surplus usaha) sebesar Rp 28.821,50 milyar
sebagai akibat dari penghapusan subsidi kegiatan produksi
Pertambangan, Industri Pengolahan kecuali Makanan dan
Minuman, Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar Rp 64.793,80 milyar;
atau dengan perkataan lain, kegiatan produksi ini akan menerima
11Kegiatan produksi yang menerima dampak pengganda terbesar dari penghapusan subsidi
ini adalah kegiatan Pertambangan, Industri Pengolahan kecuali makanan dan minuman,
Listrik, Gas, dan Air Minum itu sendiri yang menderita penurunan penerimaan (surplus
usaha) sebesar Rp 110.931,93 milyar atau sekitar 1,71 kali dari besarnya penghapusan subsidi.
54
dampak penurunan penerimaan (surplus usaha) sekitar 44,5 persen
dari besarnya penghapusan subsidi.
Dampak pengganda neraca akibat penghapusan subsidi
terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya dapat dilihat pada
tabel 4.12 dengan memperhatikan kolom Ma yang dapat dirinci
menurut dampak transfer (Ta), dampak open loop (Oa), dan dampak
closed loop (Ca).
Dampak pengganda neraca akibat penghapusan subsidi
kegiatan produksi Pertambangan, Industri Pengolahan kecuali
Makanan dan Minuman, Listrik, Gas dan Air Bersih terhadap
komoditas domestik (yaitu output atau produksi domestik) dapat
dilihat pada tabel 4.12 baris 24 sampai dengan 28. Dari tabel 4.12
dapat diperhatikan bahwa output kegiatan produksi Pertambangan,
Industri Pengolahan kecuali Makanan dan Minuman, Listrik, Gas
dan Air Bersih (kolom Ma baris 26 pada tabel 4.12) akan menderita
penurunan yang terbesar, yaitu turun sebesar Rp 52.177,23 milyar.
Output kegiatan produksi Perdagangan, Restoran, dan Perhotelan,
Pengangkutan dan Komunikasi, Jasa Perseorangan dan
Rumahtangga (kolom Ma baris 27 pada tabel 4.12) mengalami
penurunan output kedua terbesar, yaitu sebesar Rp 29.345,20
milyar. Output kegiatan produksi Pertanian Tanaman Pangan,
Peternakan, Perikanan, Industri Makanan akan turun sebesar Rp
26.477,86 milyar (terbesar ketiga; kolom Ma baris 24 pada tabel 4.12).
Akan tetapi, dampak pengganda neraca akibat penghapusan
subsidi terhadap komoditas impor (atau impor barang-barang dan
jasa) berbeda dari gambaran di atas. Sebagai akibat penghapusan
subsidi, impor terhadap komoditas Pertambangan, Industri
Pengolahan kecuali Makanan dan Minuman, Listrik, Gas dan Air
Bersih akan turun paling besar, yaitu sebesar Rp 21.230,82 milyar
(lihat kolom Ma baris 31 tabel 4.12). Akan tetapi, impor komoditas
kedua terbesar yang akan turun adalah impor barang dan jasa
Lembaga Keuangan, Real Estate, Pemerintahan, dan Jasa Sosial,
yaitu sebesar Rp 2.392,08 milyar (lihat kolom Ma baris 33 pada tabel
4.12).
Pada sisi lain, penghapusan subsidi kegiatan produksi
Pertambangan, Industri Pengolahan kecuali Makanan dan
Minuman, Listrik, Gas dan Air Bersih menyebabkan turunnya
55
pendapatan tenagakerja produksi, operator alat angkutan, pekerja
manual dan buruh kasar (penerima upah dan gaji). Golongan
tenagakerja ini akan mengalami penurunan pendapatan terbesar,
yaitu sebesar Rp 11.863,43 milyar (lihat kolom Ma baris 3 tabel 4.12)
sebagai akibat dari dihapuskannya subsidi sebesar Rp 64.793,80
milyar; atau dengan perkataan lain, pendapatan mereka akan turun
sekitar 18,3 persen dari besarnya penghapusan subsidi.
Terhadap rumahtangga, penghapusan subsidi kegiatan
produksi Pertambangan, Industri Pengolahan kecuali Makanan dan
Minuman, Listrik, Gas dan Air Bersih menyebabkan turunnya
pendapatan rumahtangga bukan pertanian golongan rendah di
kota. Golongan rumahtangga ini akan mengalami penurunan
pendapatan terbesar, yaitu sebesar Rp 15.353,65 milyar (lihat kolom
Ma baris 14 tabel 4.12) sebagai akibat dari dihapuskannya subsidi
sebesar Rp 64.793,80 milyar; atau dengan perkataan lain,
pendapatan mereka akan turun sekitar 23,7 persen dari besarnya
penghapusan subsidi.
Demikian beberapa hasil yang dapat dijelaskan mengenai
analisis pengganda neraca dengan menggunakan SAM Indonesia
tahun 2005.
56
Dengan demikian, persamaan (4.5) pada bagian
sebelumnya dapat dimodifikasi menjadi persamaan (4.22) berikut,
yaitu dengan memasukkan income effect ke dalam model:
y = Cy + x .....................(4.22)
dimana
C = matrik marginal expenditure propensity
y = Cy + Ay – Ay + x ............. (4.23)
atau
y = (C-A)y + Ay + x
atau
(I-A)y = (C-A)y + x
atau
dy = I A [(C-A)dy + dx]
= Ma[(C-A)dy + dx]
= Ma(C-A)dy + Madx
[I-Ma(C-A)]dy = Madx
dy = I Ma C A Madx
= MyMadx
dy = Mcdx ................. (4.24)
57
membedakan rumahtangga menurut berbagai golongan
rumahtangga, yaitu golongan rumahtangga buruh tani,
rumahtangga petani gurem, rumahtangga pengusaha pertanian
yang mengusahakan lahan pertanian lebih dari 0,5 ha, rumahtangga
bukan pertanian di desa, dan rumahtangga bukan pertanian di kota.
Disamping itu, SAM Indonesia merinci konsumsi rumahtangga
menurut berbagai komoditas seperti komoditas pertanian tanaman
rakyat (beras), komoditas perkebunan (teh), komoditas peternakan
(daging ayam), dan sebagainya; sampai dengan tabungan. Dalam
konsep ekonomi, data SAM ini berarti memberikan gambaran
mengenai pola pengeluaran konsumsi oleh berbagai golongan
rumahtangga menurut berbagai komoditas (termasuk tabungan)
secara lengkap. Dan kerangka SAM tersebut menjelaskan bahwa
total pengeluaran konsumen (termasuk tabungan) sama dengan
total pendapatan; dan ini sesuai dengan syarat (sifat) agregasi Engel
dalam teori konsumsi.
Misalkan untuk menduga elastisitas pendapatan, yang
diduga melalui elastisitas pengeluaran, menurut masing-masing
golongan rumahtangga dan menurut berbagai komoditas konsumsi,
model persamaan Working-Lesser berikut digunakan (diduga
dengan menggunakan metode Ordinary Least Square atau OLS)12:
dimana
wi = pangsa anggaran (budget share) terhadap komoditas i
xj = pengeluaran konsumsi keseluruhan
pj = harga komoditas j
εi = error term
Hk = dummy variables dimana rinciannya adalah:
AGE = log umur kepala rumahtangga
SIZE = log banyaknya anggota rumahtangga (termasuk kepala
rumahtangga)
BABY = banyaknya anggota rumahtangga yang berumur 5 tahun
atau kurang
58
PRIM = banyaknya anggota rumahtangga yang berumur antara 6-
12 tahun
HIGH = banyaknya anggota rumahtangga yang berumur antara 13-
18 tahun
M = dummy variables untuk bulan
REG = dummy variables untuk wilayah
ei = 1 +( )( ) ........... (4.26)
ei = 1 +( ) ........... (4.27)
ei = 1 + ........... (4.28)
59
dimana
ei = elastisitas pengeluaran masing-masing golongan rumahtangga
terhadap komoditas i
Pengaruh
Dalam SPA, pengaruh (influence) dari sektor i ke sektor j
digambarkan oleh transmisi yang terjadi terhadap sektor j oleh
13Pada pembahasan Structural Path Analysis (SPA), istilah sektor digunakan sebagai pengganti
60
sektor i sebagai akibat adanya suatu injeksi (kebijakan) terhadap
sektor i. Pada matrik pengganda neraca, pengaruh (influence)
digambarkan oleh average exenditure propensity, yaitu aji yang
menggambarkan pengaruh terhadap sektor j oleh sektor i. Sektor i
disebut sebagai pole of origin; sedangkan sektor j disebut sebagai pole
of destination. Gambar 4.2 menyajikan pengaruh tersebut sebagai
suatu aliran transmisi kepada sektor j (pole of destination) dari sektor
i (pole of origin).
aji
i j
Gambar 4.2
Pengaruh dalam SPA
ayx
x y
axi ajy
i j
Gambar 4.3
Jalur Dasar dalam SPA
61
Sirkuit
Sirkuit (circuit) adalah transmisi yang terjadi dari sektor i
sebagai pole of origin dan kembali lagi ke sektor i sebagai pole of
destination. Gambar 4.4 dan gambar 4.5 menyajikan suatu sirkuit.
Gambar 4.4 menjelaskan suatu sirkuit yang berasal dari sektor i ke
sektor j tetapi terlebih dahulu melewati sektor x dan sektor y, baru
kemudian sektor y memengaruhi sektor j, dan sektor j
memengaruhi sektor i. Gambar 4.5 menjelaskan suatu sirkuit yang
berasal dari sektor i ke sektor j yang terlebih dahulu melewati
sektor x dan sektor y, dan sektor y memengaruhi sektor j, dan
sektor j memengaruhi sektor z terlebih dahulu, baru kemudian
sektor z memengaruhi sektor i.
ayx
x y
axi ajy
i j
aij
Gambar 4.4
Sirkuit melalui p(i, x, y, j, i)
ayx
x y
axi ajy
i z j
aiz azj
Gambar 4.5
Sirkuit melalui p(i, x, y, j, z, i)
Pengaruh Langsung
Pengaruh langsung (direct influence) dari sektor i ke sektor j
menunjukkan perubahan langsung pada sektor j sebagai akibat dari
62
sektor i. Pada kasus gambar 4.2, pengaruh langsung tersebut
didefinisikan sebagai:
I → =I , , , = (axi)(ayx)(ajy).......... (4.30)
Pengaruh Total
Pengaruh total (total influnce) adalah pengaruh terhadap
sektor j dari sektor i, baik yang disebabkan oleh jalur dasar maupun
oleh jalur sirkuit. Gambar 4.6 menggambarkan suatu pengaruh
total terhadap sektor j (pole of destination) dari sektor i (pole of origin).
Gambar tersebut menjelaskan bahwa selain terjadi jalur dasar dari
sektor i kepada sektor j yang melalui sektor x dan sektor y; terjadi
juga jalur sirkuit dari sektor x ke sektor y; dan dari sektor x ke
sektor y melalui sektor z dan sektor x dan baru kembali
memengaruhi sektor y.
Dengan demikian, pengaruh total dari sektor i ke sektor j
pada gambar 4.6 merupakan pengaruh total yang melewati dua
loops dari sektor x ke sektor y, yaitu melalui sirkuit p(x,y,x) dan
sirkuit p(x,y,z,x). Dengan perkataan lain, pengaruh total dari sektor
i ke sektor j didefinisikan sebagai:
14 Pada kasus ini aturan perkalian dalam suatu matrik berlaku, yaitu (aji)=(axi)(ayx)(ajy).
63
ayx y
x
axi ajy
axy
i j
axz azy
z
Gambar 4.6
Pengaruh Total dalam SPA
Pengaruh Global
Pengaruh global dalam SPA digambarkan oleh dampak total
atau keseluruhan yang diterima oleh sektor i akibat adanya injeksi
(kebijakan) yang dilakukan terhadap sektor j. Pada matrik
pengganda neraca (accounting multiplier matrix), pengaruh global ini
digambarkan oleh persamaan y = (I-A)-1x = Max.
Jika ma(ji) adalah elemen ke (j,i) dari matrik pengganda
neraca, maka ma(ji) menggambarkan pengaruh global terhadap
sektor j dari sektor i (sebagai akibat dari adanya kebijakan terhadap
sektor i).
64
7. Penyusunan SAM
Bagian ini akan menjelaskan tahap-tahap penyusunan SAM
yang ditinjau dari sisi ketersediaan data dan yang dihubungkan
dengan maksud dan tujuan penelitian.
Secara garis besar, tahap-tahap untuk menyusun kerangka
SAM adalah sebagaimana digambarkan oleh gambar 4.2. Tahap
awal dari penyusunan SAM adalah merencanakan keseluruhan
bentuk SAM.
Tahap berikutnya adalah melakukan identifikasi sumber-
sumber data yang tersedia untuk menyusun SAM yang disesuaikan
dengan tahun rujukan yang akan diacu penyusunannya, misalnya
tahun rujukan adalah tahun 2010.
Disamping itu, dibutuhkan juga pemikiran mengenai
berbagai survei untuk menunjang isian-isian neraca dalam
kerangka SAM, yang dihubungkan dengan klasifikasi SAM yang
akan dibangun. Oleh karena itu, tahap berikut yang perlu
dipertimbangkan adalah menyusun klasifikasi SAM yang perlu
dipertimbangkan sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian atau
penyusunan SAM dan ketersediaan data.
Tahap-tahap penyusunan SAM yang perlu dilakukan
berikutnya adalah membuat rencana tabulasi berbagai neraca
dalam SAM, khususnya neraca-neraca yang akan dibangun dalam
kerangka SAM secara keseluruhan, yaitu dari neraca alokasi
pendapatan faktor kepada faktor-faktor produksi, neraca
pendapatan dan pengeluaran institusi, neraca kapital, neraca-neraca
lainnya dan neraca luar negeri. Untuk maksud ini dibutuhkan
rencana tabulasi dan pemikiran mengenai sumber-sumber data
untuk dapat mengisi neraca-neraca dimaksud.
Setelah itu, tahap pembersihan data dan koreksi serta
rekonsiliasi data dilakukan untuk menghasilkan data SAM yang
siap digunakan sebagai suatu sistem data yang mengkaitkan kinerja
ekonomi dengan aspek-aspek sosial.
65
Indonesia tahun 2000 menggunakan tabel I-O Indonesia tahun 2000
yang sudah disusun sebelumnya.15 Sehingga dengan demikian,
klasifikasi SAM dapat disesuaikan dengan klasifikasi tabel I-O, dan
dengan demikinan beberapa agregat-agregat makro, misalnya PDB
Indonesia, pengeluaran rumahtangga, pengeluaran pemerintah,
pembentukan modal tetap bruto, ekspor dan impor, sudah dapat
diperoleh dari tabel I-O.
Penentuan Klasifikasi
Rekonsiliasi
15Kondisi ini terjadi karena tahap-tahap proses penyusunan tabel Input-Output dan SAM di
Badan Pusat Statistik dilaksanakan seperti itu, yaitu tabel I-O yang disusun terlebih dahulu
dan setelah itu baru penyusunan SAM. Jadi mungkin terjadi pada kasus yang lain,
penyusunan kerangka SAM tidak didahului dengan penyusunan tabel I-O terlebih dahulu.
66
Akan tetapi, terdapat beberapa perbedaan yang perlu
diperhatikan dalam konsep SAM dan tabel I-O:
a. Pada SAM, tenagakerja dibagi atas 2 (dua) klasifikasi, yaitu:
a. tenagakerja dibayar (paid workers); dan b. tenagakerja tidak
dibayar (unpaid workers). Tenagakerja dibayar adalah
tenagakerja yang terlibat dalam kegiatan ekonomi sebagai
faktor produksi tenagakerja dan mereka memperoleh upah
dan gaji sebagai balas jasa faktor produksi tenagakerja yang
mereka sumbangkan kepada proses produksi (contoh dari
tenagakerja dibayar adalah buruh/karyawan). Sedangkan
tenagakerja tidak dibayar adalah tenagakerja yang terlibat
dalam kegiatan ekonomi atau proses produksi sebagai faktor
produksi tenagakerja tetapi mereka tidak menerima upah
dan gaji karena mereka, misalnya berstatus pengusaha, atau
pemilik usaha, atau pekerja keluarga (unpaid family workers).
Sebenarnya, upah dan gaji mereka sebagai balas jasa
terhadap faktor produksi tenagakerja mereka dicakup dalam
surplus usaha atau operating surplus (keuntungan atau
profits) dari usaha yang mereka lakukan. Pendapatan seperti
ini, dalam Sistem Neraca Nasional (SNN) atau System of
National Accounts (SNA), disebut sebagai mixed income. Jadi,
mereka yang bekerja sendiri (self employed workers)
memperoleh upah dan gaji dalam mixed income yang
tercampur dalam surplus usaha. Total balas jasa (upah dan
gaji) yang diperoleh tenagakerja yang dibayar dalam bentuk
upah dan gaji dalam SAM sama dengan total upah dan gaji
yang terdapat dalam tabel I-O. Balas jasa yang diperoleh
oleh tenagakerja tidak dibayar (unpaid workers), dalam SAM,
dinilai dalam bentuk imputasi upah dan gaji (imputed wages
and salaries). Dalam tabel I-O, total balas jasa berupa
imputasi upah dan gaji ini tidak dimunculkan sebagai satu
komponen tersendiri tetapi digabung dalam komponen
surplus usaha (operating surplus) dalam tabel I-O. Dengan
perbedaan konsepsi ini, sekali lagi ditekankan bahwa total
upah dan gaji yang terdapat dalam tabel I-O hanya akan
sama dengan total upah dan gaji yang diterima oleh
tenagakerja dibayar dalam SAM.
67
b. Sebagian pengeluaran pemerintah untuk kesehatan dan
pendidikan, khususnya yang berupa subsidi kesehatan dan
pendidikan, dicatat dalam SAM sebagai pengeluaran
transfer pemerintah yang diberikan kepada rumahtangga.
Dalam tabel I-O, pengeluaran pemerintah tidak dipisahkan
atas pengeluaran subsidi dan pengeluaran konsumsi; semua
diklasifikasikan dalam satu kategori saja, yaitu pengeluaran
pemerintah. Pada sisi yang lain, penerimaan subsidi
sedemikian yang diterima oleh rumahtangga akan menjadi
penerimaan bagi rumahtangga tetapi juga sekaligus sebagai
pengeluaran rumahtangga untuk kesehatan dan pendidikan.
Dengan demikian, pengeluaran rumahtangga dalam SAM
akan lebih besar dari pada yang terdapat dalam tabel I-O.
68
tenagakerja tidak dibayar diperkirakan sama dengan upah dan gaji
yang diterima oleh tenagakerja dibayar pada klasifikasi tenagakerja
dan lapangan usaha yang sama. Total upah dan gaji yang diterima
oleh tenagakerja dibayar pada SAM, seperti telah dijelaskan
sebelumnya, harus sama dengan total upah dan gaji pada tabel I-O.
Bila sampai tahap ini kedua total tersebut tidak sama, maka total
pendapatan tenagakerja dibayar pada SAM disesuaikan dengan
total upah dan gaji pada tabel I-O. Demikian juga, total pendapatan
tenagakerja tidak dibayar pada SAM harus lebih kecil dari pada
total surplus usaha pada tabel I-O, karena dalam surplus usaha
tersebut (pada tabel I-O) mencakup juga surplus usaha
(keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung, selain balas
jasa bagi faktor produksi tenagakerja tidak dibayar. Jika sampai
tahap ini total pendapatan tenagakerja tidak dibayar lebih besar
dari pada total surplus usaha yang terdapat pada tabel I-O, maka
total pendapatan tenagakerja tidak dibayar pada SAM disesuaikan
agar tidak menyerap semua total surplus usaha pada tabel I-O,
setelah besarnya surplus usaha masing-masing kegiatan ekonomi
atau lapangan usaha dipertimbangkan sebelumnya (lihat metode
estimasi mengenai alokasi faktor produksi kapital di bawah ini).
Pendapatan tenagakerja dibayar dan tidak dibayar
dibedakan: a. menurut kegiatan produksi; dan b. golongan
rumahtangga. Rincian menurut golongan rumahtangga akan
memberikan informasi mengenai distribusi pendapatan
rumahtangga yang berasal dari pendapatan faktor (tenagakerja).
69
Balas jasa yang diterima oleh faktor produksi modal
diperkirakan dengan menggunakan berbagai informasi, seperti
Survei Industri, Survei Pertambangan, Survei Konstruksi, Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Khusus Tabungan dan
Investasi Rumahtangga (SKTIR), dan sebagainya. Survei-survei
tersebut digunakan juga untuk memperkirakan surplus usaha
masing-masing kegiatan ekonomi atau usaha rumahtangga.
Total balas jasa yang diterima oleh faktor produksi modal
yang diperkirakan berdasarkan survei-survei tersebut harus sama
dengan total surplus usaha pada tabel I-O setelah dikurangi dengan
pendapatan tenagakerja tidak dibayar pada tabel I-O. Bila sampai
tahap ini kedua total tersebut tidak sama, maka penyesuaian
dilakukan dengan mengikuti hasil dari tabel I-O. Rincian balas jasa
yang diterima oleh faktor produksi modal (atau disebut juga
sebagai pendapatan kapital) dirinci atas: a. kegiatan ekonomi atau
kegiatan produksi; dan b. golongan rumahtangga. Rincian menurut
golongan rumahtangga akan memberikan informasi mengenai
distribusi pendapatan rumahtangga yang berasal dari pendapatan
kapital.
Transfer
Transfer dalam SAM dirinci atas penerimaan dan
pengeluaran transfer dari atau kepada: a. rumahtangga; b.
perusahaan; c. pemerintah; dan d. luar negeri. Transfer dari
rumahtangga dikeluarkan hanya untuk rumahtangga dan untuk
pemerintah. Transfer yang dikeluarkan oleh rumahtangga untuk
rumahtangga, misalnya, adalah pengiriman uang dari satu
rumahtangga ke rumahtangga yang lain. Transfer yang dikeluarkan
oleh rumahtangga untuk pemerintah, misalnya, adalah pajak
pendapatan, pajak kekayaan (bumi dan bangunan), iuran radio,
iuran televisi, pajak kendaraan bermotor, dan sebagainya.
Transfer dari perusahaan dikeluarkan untuk rumahtangga,
perusahaan, pemerintah, dan juga luar negeri. Transfer yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk rumahtangga, misalnya, adalah
pemberian barang-barang produksi perusahaan kepada karyawan
yang tidak dihitung dalam upah dan gaji, klaim asuransi, dan
sebagainya. Transfer yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
70
perusahaan, misalnya, adalah bantuan yang diberikan oleh
perusahaan induk kepada anak perusahaan. Transfer yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk pemerintah, misalnya, adalah
pajak perusahaan, pajak pendapatan perusahaan, dan sebagainya.
Transfer yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk luar negeri,
misalnya, adalah bantuan dari perusahaan untuk membantu
musibah yang terjadi di luar negeri dan pengeluaran ini termasuk
dalam biaya perusahaan.
Transfer dari pemerintah hanya dikeluarkan untuk
rumahtangga, pemerintah (termasuk ke pemerintah daerah), dan
untuk luar negeri. Transfer yang dikeluarkan oleh pemerintah
untuk rumahtangga, misalnya, adalah subsidi kesehatan dan
pendidikan. Transfer dari pemerintah ke pemerintah, misalnya
transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Transfer
yang dikeluarkan oleh pemerintah ke luar negeri, misalnya
pemberian bantuan kemanusiaan bagi negara lain. Informasi
mengenai transfer rumahtangga juga diperoleh dari survei-survei
yang berkaitan dengan masalah sosial ekonomi rumahtangga.
Informasi mengenai transfer pemerintah diperoleh dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan juga anggaran rutin
pemerintah daerah. Sedangkan informasi mengenai transfer
perusahaan diperoleh dari beberapa survei yang berkaitan dengan
industri, seperti survei industri, Survei Khusus Pembentukan
Modal (SKPM), dan sebagainya. Data mengenai transfer dari
luarnegeri seringkali merupakan residual dari proses rekonsiliasi
dalam SAM mengingat data mengenai transfer relatif kurang
tersedia.
71
pengeluaran konsumsi rumahtangga tersebut kemudian
dialokasikan sesuai klasifikasi komoditi-komoditi dalam SAM dan
perlu disesuaikan dengan besarnya pengeluaran rumahtanga yang
terdapat pada tabel I-O.
Tabungan
Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak
dikonsumsi. Kadang-kadang, tabungan juga merupakan neraca
residual (selisih) dalam kompilasi kerangka SAM, walaupun data
mengenai tabungan dapat juga diperoleh, misalnya, dari Susenas
dan SKTIR untuk tabungan rumahtangga; survei industri untuk
laba/keuntungan yang ditahan (retained earnings) perusahaan;
neraca keuangan pemerintah daerah untuk tabungan pemerintah.
Hal ini dilakukan untuk mengatasi ketidaktersediaan data
mengenai tabungan secara lengkap.
72
8. SAM sebagai Dasar untuk Membangun Model Keseimbangan
Umum
Bagian ini akan menjelaskan cara menggunakan kerangka
data SAM untuk maksud membangun model keseimbangan umum
(general equiblirium model). Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya bahwa posisi ekonomi suatu negara dalam suatu
kerangka data SAM adalah berada dalam keadaan keseimbangan
umum.
Sebelum penjelasan lebih lanjut mengenai cara membangun
model keseimbangan umum dari kerangka SAM, berikut beberapa
konsepsi mengenai model keseimbangan umum.
73
berupaya untuk memaksimumkan keuntungannya (firms’ profit
maximization) dari hasil produksi yang dilakukan. Agar supaya
kedua kondisi tersebut, yaitu konsumsi rumahtangga dan produksi
perusahaan, berada dalam suatu keseimbangan (produksi =
konsumsi) dibutuhkan suatu persyaratan yang disebut sebagai
market clearing condition yang dirumuskan sebagai suatu sistem
persamaan simultan.
Berikut diberikan contoh membangun suatu model KU
berdasarkan suatu sistem perekonomian sederhana dari suatu
negara, yang dimulai dari memahami perilaku rumahtangga,
perilaku perusahaan, serta membangun market clearing condition.
74
sedangkan balas jasa terhadap faktor produksi kapital
menghasilkan pendapatan berupa surplus usaha (operating surplus),
misalnya keuntungan (profit), sewa lahan (land rent), sewa
bangunan (building rent), dan sebagainya. Perusahaan
menggunakan kedua faktor produksi tersebut dalam proses
produksi yang dilakukan untuk menghasilkan roti dan susu.
Supply dan demand terhadap kedua komoditas roti dan susu, dan
terhadap kedua faktor produksi tenagakerja dan kapital dipenuhi
oleh keseimbangan pasar (market equilibria) dengan tingkat harga
tertentu untuk masing-masing komoditas dan faktor produksi.
Pasar, baik pasar komoditas atau pasar faktor produksi,
diasumsikan bersifat persaingan sempurna (perfect competition), atau
dengan perkataan lain bahwa semua pelaku-pelaku ekonomi
bertindak sebagai price takers; artinya harga yang terjadi di masing-
masing pasar terjadi akibat dari mekanisme pasar (market
mechanism), atau setiap pelaku ekonomi tidak dapat menentukan
harga di masing-masing pasar.
Perilaku Rumahtangga
Rumahtangga menjual faktor-faktor produksi yang dimiliki,
yaitu tenagakerja dan kapital, kepada perusahaan untuk
memperoleh pendapatan. Misalkan notasi pendapatan yang berasal
dari faktor produksi kapital adalah CAP; sedangkan notasi
pendapatan yang berasal dari faktor produksi tenagakerja adalah
LAB. Pendapatan rumahtangga yang diperoleh dari CAP dan LAB
digunakan oleh rumahtangga untuk membeli atau mengkonsumsi
roti (BRD) dan susu (MLK). Rumahtangga diasumsikan melakukan
pilihan (berapa banyak komoditas yang dibeli atau dikonsumsi
dalam kuantitas dan pada tingkat harga tertentu) terhadap
komoditas BRD dan MLK untuk memaksimumkan utilitas
konsumsinya. Misalkan fungsi utilitas yang digunakan dalam
kasus ini adalah fungsi Cobb-Douglas. Pada kasus ini juga
diasumsikan bahwa harga komoditas dan harga faktor-faktor
produksi ditunjukkan pada fungsi utilitas Cobb-Douglas.16
elasticity demand untuk komoditas ke-i dan income elasticity of demand adalah konstan. Dengan
demikian, fungsi permintaan Cobb-Douglas disebut juga sebagai constant elasticity demand
75
Dengan demikian, maksimisasi fungsi utilitas Cobb-Douglas
yang sesuai dengan (subject to) kendala anggaran (budget constraint)
rumahtangga adalah:
maksimumkan UU (Xi) = Πi𝑋 …………. (4.33)
subject to (st):
∑ 𝑝 𝑋 = ∑ 𝑝 𝐹𝐹 …….. (4.34)
dimana
i,j = komoditas (BRD, MLK)
h,k = faktor produksi (CAP, LAB)
UU = utilitas
𝑋 = konsumsi atau permintaan terhadap komoditas ke-i (𝑋 ≥ 0)
𝐹𝐹 = kepemilikan faktor produksi ke-h oleh rumahtangga
𝑝 = harga komoditas ke-i (𝑝 ≥ 0)
𝑝 = harga faktor produksi ke-h (𝑝 ≥ 0)
𝛼 = budget share rumahtangga (0 ≤𝛼 ≤ 1; ∑ 𝛼 = 1)
L(𝑋 ; φ) = Πi𝑋 + φ( ∑ 𝑝 𝐹𝐹 ∑ 𝑝 𝑋)
= ∑ 𝑝 𝑋 - ∑ 𝑝 𝐹𝐹 = 0 ……….. (4.36)
function. Lihat Koutsoyiannis (1979) halaman 54. Keterbatasan fungsi permintaan ini adalah
asumsi elastisitas pendapatan dan elatisitas harga yang konstan, yang pada kondisi
sebenarnya dapat tidak demikian.
76
Persamaan (4.37) menjelaskan bahwa permintaan
rumahtangga terhadap komoditas ke-i adalah sama dengan ratio
porsi konsumsi komoditas ke-i atau budget share (𝛼 ) komoditas ke-i
terhadap harga komoditas tersebut (𝑝 ). Dengan perkataan lain,
jika harga komoditas ke-i turun, maka permintaan rumahtangga
terhadap komoditas ke-i akan meningkat; dan sebaliknya.
Demikian juga, jika pendapatan rumahtangga meningkat, maka
permintaan rumahtangga terhadap komoditas ke-i akan meningkat;
dan sebaliknya.
Perilaku Perusahaan
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa dalam
perekonomian sederhana tersebut terdapat dua perusahaan dimana
masing-masing perusahaan menghasilkan roti dan susu. Masing-
masing perusahaan menggunakan dua faktor produksi tenagakerja
dan kapital untuk menghasilkan roti atau susu; dan perusahaan-
perusahaan tersebut berupaya untuk memaksimumkan
keuntungannya masing-masing yang sesuai (subject to) ketersediaan
teknologi produksi.
Disamping itu, dalam model sederhana ini belum
dipertimbangkan mengenai input antara (intermediate inputs),
misalnya mentega, garam, dan bahan pengembang roti untuk
menghasilkan roti; dan misalnya susu segar, pewarna makanan,
bahan perasa (flavor) makanan untuk menghasilkan susu.17
Diasumsikan bahwa kedua perusahaan tidak menghasilkan produk
ikutan (by-product); dengan perkataan lain, perusahaan roti hanya
menghasilkan roti saja; demikian juga perusahaan susu hanya
menghasilkan susu saja.
Fungsi maksimisasi keuntungan masing-masing perusahaan
roti dan susu, yang sesuai dengan (subject to) kendala teknologi
produksi, adalah sebagai berikut:
maksimumkan Лj (Zj, Fh,j) = 𝑝 Zj - ∑h𝑝 𝐹 , …….. (4.38)
subject to (st):
,
Zj = bjΠh𝐹 , ............ (4.39)
disamping menggunakan faktor-faktor produksi LAB dan CAP, akan dijelaskan kemudian.
77
dimana
i,j = perusahaan (BRD, MLK)
h,k = faktor produksi (CAP, LAB)
Πj = keuntungan perusahaan ke-j
Zj = output perusahaan ke-j
𝐹 , = faktor produksi ke-h yang digunakan oleh perusahaan ke-j
𝑝 = harga komoditas ke-j
𝑝 = harga faktor produksi ke-h
𝛽 , = koefisien penggunaan faktor produksi (share coefficient) pada
fungsi produksi (0≤𝛽 , ≤1; ∑h𝛽 , = 1)
bj = skala produksi (scaling coefficient) pada fungsi produksi
,
Lj(Zj, Fh,j; ωj) = (𝑝 Zj - ∑h𝑝 𝐹 , ) + ωj(bjΠh𝐹 , - Zj)
= 𝑝 - ωj = 0; untuk semua j
,
,
= -𝑝 + ωj𝛽 , = 0; untuk semua h,j
, ,
78
,
= bjΠh𝐹 , - Zj = 0; untuk semua j
,
Fh,j = 𝑝 Zj; untuk semua h,j ………. (4.40)
dan
,
Zj = bjΠh𝐹 , ; untuk semua j ……. (4.41)
79
harga tersebut belum seimbang (belum sama). Kalaupun kedua
harga komoditas tersebut dapat seimbang (mungkin sama), tetapi
banyaknya supply komoditas yang dihasilkan oleh perusahaan
belum tentu sama dengan demand komoditas yang diminta oleh
rumahtangga. Demikian juga halnya pada kasus demand dan supply
terhadap input faktor produksi CAP dan LAB.
Agar terjadi keseimbangan terhadap komoditas yang
dihasilkan (supplied) dan yang diminta (demanded), dan juga
terhadap input faktor-faktor produksi, dibutuhkan suatu
keseimbangan (market clearing conditions):
80
Dengan mengikuti keseimbangan umum yang
dipersyaratkan oleh market clearing conditions, persamaan-
persamaan ini akan menghasilkan solusi tentang keseimbangan
umum. Model KU ini terdiri dari 6 set persamaan, yang terdiri dari
14 persamaan, yaitu: persamaan (4.37) yang terdiri dari 2
persamaan + persamaan (4.41) yang terdiri dari 2 persamaan +
persamaan (4.40) yang terdiri dari 2x2 (=4) persamaan + persamaan
(4.42) yang terdiri dari 2 persamaan + persamaan (4.43) yang terdiri
dari 2 persamaan + persamaan (4.44) yang terdiri dari 2 persamaan
= 14 persamaan; dan 14 variabel endogen (variabel Xi ada 2; dan
untuk setiap i=1,2 terdapat 2 variabel 𝑝 , terdapat 2 variabel 𝑝 , dan
terdapat 2 variabel 𝐹𝐹 ). Dan perlu dicatat bahwa persamaan-
persamaan tersebut bersifat homogen berderajad nol pada harganya
(homogeneous of degree zero in prices).18
Komputasi
Untuk melakukan komputasi terhadap model KU
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, misalkan model perilaku
rumahtangga yang memaksimumkan utilitasnya dari konsumsi
BRD dan MLK digunakan pada contoh ini. Pada bagian
sebelumnya juga telah diasumsikan bahwa rumahtangga
merupakan pelaku ekonomi yang tidak memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi mekanisme pasar (disebut juga bahwa
rumahtangga bertindak sebagai price taker), dan pasar berada pada
kondisi kompetitif (competitive market). Rumahtangga juga memiliki
faktor-faktor produksi CAP dan LAB yang dijual kepada
perusahaan sebagai sumberdana pendapatan rumahtangga.
18Suatu fungsi permintaan yang berderajad nol pada harga mempunyai arti ‘no money illusion’
terhadap perubahan harga. Artinya: jika harga berubah, misalnya k persen, maka banyaknya
permintaan yang diminta tidak akan berubah. Lihat Koutsoyiannis (1979) halaman 54.
Demikian juga pada fungsi produksi; fungsi produksi pada periode sekarang dibandingkan
dengan periode sebelumnya, misalnya q0 = 𝑘 q1. Suatu fungsi produksi yang berderajad nol
(v=0) mempunyai arti bahwa jika penggunaan faktor-faktor produksi meningkat sebanyak k
persen pada periode berikutnya, maka besarnya output yang dihasilkan pada periode
berikutnya tersebut tidak akan berubah karena q0=q1. Jika v=1, maka fungsi produksi disebut
bersifat constant returns to scale (CRS); artinya: perubahan output pada periode berikutnya
adalah sama dengan k. Jika v<1, maka fungsi produksi bersifat decreasing returns to scale
(DRS); artinya: perubahan output pada periode berikutnya adalah <k. Jika v>1, maka fungsi
produksi bersifat increasing returns to scale (IRS); artinya: perubahan output pada periode
berikutnya adalah >k. Lihat Koutsoyiannis (1979) halaman 77.
81
Prosedur GAMS untuk maksud melakukan komputasi
model KU mengikuti prosedur CGE modelling yang ditulis oleh
Brooke et al (2008): GAMS: A User’s Guide.
Prosedur baku untuk melakukan komputasi model KU
adalah:
a. Menyiapkan suatu input file untuk model KU dengan
menggunakan editor software,
b. Mencari solusi model KU dengan menggunakan program
GAMS,
c. Melakukan interpretasi terhadap hasil yang diberikan oleh
GAMS.
82
20 LAB 1/;
21
22 Parameter FF(h) factor endowment
23 /CAP 25
24 LAB 25/;
25
26 * Definition of Variables --------------------------------------------------
27 Positive Variables X(i) consumption of the i-th good;
28
29 Variable UU utility;
30
31 Equation eqX(i) household demand function
32 obj utility function;
33
34 * Specification of Equations ----------------------------------------------
35
36 eqX(i).. X(i) =e= alpha(i)*sum(h,pf(h)*FF(h))/px(i);
37 obj.. UU =e= prod(i, X(i)**alpha(i));
38
39 * Setting Lower Bounds on Variables to Avoid Division by
40 Zero ---------------------------
41 X.10(i)=0.001;
42
43 * Defining the Model -------------------------------------------------------
44 Model HHmax /all/;
45
46 * Solving the Model --------------------------------------------------------
47 Solve HHmax maximizing UU using NLP;
48 *----------------------------------------------------------------------------------
49 * end of model ---------------------------------------------------------------
50 *----------------------------------------------------------------------------------
83
Catatan: input file tersebut belum mencerminkan secara keseluruhan
mengenai model KU; input file tersebut hanya memberikan contoh
untuk perilaku rumahtangga.
Data SAM
Untuk maksud melakukan komputasi model KU
dibutuhkan data dasar yang diperoleh dari Social Accounting Matrix
(SAM). Tabel 4.14 menjelaskan bentuk sederhana tabel SAM yang
mengikuti model perekonomian sederhana sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, yaitu suatu perekonomian yang terdiri dari
dua perusahaan yang menghasilkan dua komoditas (roti/BRD dan
susu/MLK), dua faktor produksi (tenagakerja/LAB dan
kapital/CAP) yang dibutuhkan oleh perusahaan roti dan
perusahaan susu, dan satu rumahtangga yang mengkonsumsi
komoditas roti dan susu. Rumahtangga memperoleh pendapatan
dari hasil menjual dua faktor produksi yang dimiliki, yaitu
tenagakerja dan kapital, yang menghasilkan balas jasa berupa upah
dan gaji (balas jasa terhadap faktor produksi tenagakerja) dan
berupa surplus usaha (balas jasa terhadap faktor produksi kapital).
Selanjutnya tabel 4.14 menjelaskan bahwa banyaknya output
(produksi) berupa roti pada waktu tersebut adalah berjumlah 15
(satuan), sedangkan produksi berupa susu adalah berjumlah 35
(satuan). Lihat kolom total BRD dan kolom total MLK pada tabel
4.14.
Produksi BRD yang dihasilkan oleh perusahaan roti adalah
sebanyak 15 satuan yang diperoleh sebagai akibat dari penggunaan
faktor produksi CAP sebanyak 5 satuan dan faktor produksi LAB
sebanyak 10 satuan. Sedangkan produksi MLK yang dihasilkan
oleh perusahaan susu adalah sebanyak 35 satuan yang diperoleh
sebagai akibat dari penggunaan faktor produksi CAP sebanyak 20
satuan dan faktor produksi LAB sebanyak 15 satuan.
84
Tabel 4.14
SAM untuk Model KU Sederhana
85
pendapatan perusahaan sama dengan biaya produksi yang
dikeluarkan oleh perusahaan, dan juga tidak terdapat tabungan
rumahtangga karena semua pendapatan rumahtangga dikeluarkan
untuk konsumsi.
dimana
i,j = komoditas (BRD, MLK)
h,k = faktor produksi (CAP, LAB)
𝑋 = konsumsi terhadap komoditas ke-i (𝑋 ≥ 0)
𝐹𝐹 = kepemilikan faktor produksi ke-h oleh rumahtangga
𝑝 = harga komoditas ke-i (𝑝 ≥ 0)
𝑝 = harga faktor produksi ke-h (𝑝 ≥ 0)
𝛼 = budget share rumahtangga (0 ≤𝛼 ≤ 1; ∑ 𝛼 = 1)
86
(∑ 𝛼 ) adalah sama dengan 1. Sedangkan harga komoditas BRD
dan MLK (𝑝 ) dan harga faktor produksi CAP dan LAB (𝑝 ) secara
eksplisit tidak disajikan pada tabel 4.14; dalam model KU harga-
harga ini perlu dicantumkan sebagai numerer (numeraire).
Demikian juga, jika kita kembali kepada model perilaku
perusahaan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya yang
menyatakan bahwa permintaan perusahaan ke-j terhadap faktor
produksi ke-h sebagai input ditentukan oleh harga faktor produksi,
harga komoditas yang dihasilkan atau produksi komoditas yang
dihasilkan. Koefisien penggunaan faktor produksi (share coefficient)
atau 𝛽 , pada fungsi produksi (0≤𝛽 , ≤1; ∑h𝛽 , =1) menentukan
porsi penggunaan faktor produksi ke-h sebagai input untuk
menghasilkan produksi komoditas ke-j; dengan perkataan lain,
semakin besar 𝛽 , maka semakin banyak penggunaan faktor
produksi ke-h sebagai input untuk menghasilkan output komoditas
ke-j.
,
Fh,j = 𝑝 Zj; untuk semua h,j ………. (4.40)
dan
,
Zj = bjΠh𝐹 , ; untuk semua j ……. (4.41)
dimana
i,j = perusahaan (BRD, MLK)
h,k = faktor produksi (CAP, LAB)
Zj = output perusahaan ke-j
𝐹 , = faktor produksi ke-h yang digunakan oleh perusahaan ke-j
𝑝 = harga komoditas ke-j
𝑝 = harga faktor produksi ke-h
𝛽 , = koefisien penggunaan faktor produksi (share coefficient) pada
fungsi produksi (0≤𝛽 , ≤1; ∑h𝛽 , = 1)
bj = skala produksi (scaling coefficient) pada fungsi produksi
87
satuan BRD oleh perusahaan BRD, dan 20 satuan CAP dan 15
satuan LAB untuk menghasilkan produksi 35 satuan MLK oleh
perusahaan MLK; sehingga koefisien penggunaan faktor produksi
(share coefficient) atau 𝛽 , pada fungsi produksi BRD dan MLK
masing-masing adalah 0,333 (5 satuan dibagi dengan 15 satuan)
untuk CAP pada produksi BRD dan 0,667 (10 satuan dibagi dengan
15 satuan) untuk LAB pada produksi BRD; dan 0,571 (20 satuan
dibagi dengan 35 satuan) untuk CAP pada produksi MLK dan 0,429
(15 satuan dibagi dengan 35 satuan) untuk LAB pada produksi
MLK. Hasil ini sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh
model perilaku perusahaan, yaitu 0≤𝛽 , ≤1 dan ∑h𝛽 , = 1.
Sama dengan kasus konsumsi rumahtangga, harga
komoditas BRD dan MLK (𝑝 ) dan harga faktor produksi CAP dan
LAB (𝑝 ) secara eksplisit tidak disajikan pada tabel 4.14; dalam
model KU harga-harga ini perlu dicantumkan sebagai numerer
(numeraire).
Sedangkan skala produksi (scaling coefficient) dari produksi
BRD dan MLK tergantung kepada pola produksi yang dilakukan
oleh masing-masing perusahaan, apakah bersifat constant returns to
scale (CRS) atau decreasing returns to scale (DRS) atau increasing
returns to scale (IRS).19 Dari persamaan (4.41):
,
Zj = bjΠh𝐹 , ; untuk semua j, ……. (4.41)
19Lihat catatan kaki 2 mengenai constant returns to scale (CRS), decreasing returns to scale
88
Dengan perkataan lain, baik skala produksi BRD maupun
skala produksi MLK keduanya bersifat increasing return to scale (IRS)
karena baik bBRD>1 dan juga bMLK>1.
89
Sehingga, market clearing conditions pada model KU dengan
menyertakan pajak berubah menjadi:
90
rumahtangga (𝛼 ) untuk komoditas BRD adalah 38,7% (24 satuan
dibagi dengan total konsumsi 62 satuan) dan untuk komoditas MLK
adalah 61,3% (38 satuan dibagi dengan total konsumsi 62 satuan).
Hasil ini sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh model
perilaku rumahtangga, yaitu 0 ≤𝛼 ≤ 1; ∑ 𝛼 = 1; dengan perkataan
lain, budget share rumahtangga (𝛼 ) berada diantara nilai 0 dan 1;
sedangkan jumlah keseluruhan budget share (∑ 𝛼 ) adalah sama
dengan 1.
Tabel 4.14’
SAM untuk Model KU yang Sudah Dimodifikasi
Pajak Taxes 9 3 12
Total 25 25 62 12 24 38 12
91
MLK. Dengan demikian, koefisien penggunaan faktor produksi
(share coefficient) atau 𝛽 , pada fungsi produksi BRD dan MLK
masing-masing adalah 0,333 (8 satuan dibagi dengan 24 satuan)
untuk CAP pada produksi BRD dan 0,667 (16 satuan dibagi dengan
24 satuan) untuk LAB pada produksi BRD; dan 0,553 (21 satuan
dibagi dengan 38 satuan) untuk CAP pada produksi MLK dan 0,447
(17 satuan dibagi dengan 38 satuan) untuk LAB pada produksi
MLK. Hasil ini sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh
model perilaku perusahaan, yaitu 0≤𝛽 , ≤1 dan ∑h𝛽 , = 1.
Pertanyaan 3: berapa skala produksi yang baru pada fungsi
produksi BRD dan MLK?
Skala produksi untuk kegiatan produksi ke-j adalah:
bj = ,
; untuk semua j
,
92