Kesiapan Industri Terhadap Pelindungan Data Pribadi
Kesiapan Industri Terhadap Pelindungan Data Pribadi
Kesiapan Industri Terhadap Pelindungan Data Pribadi
DALAM PELINDUNGAN
DATA PRIBADI
SURVEI TERHADAP
PERUSAHAAN DIGITAL TAHUN 2021
I
KESIAPAN INDUSTRI
DALAM PELINDUNGAN
DATA PRIBADI
S U R V E I T E R H A DA P
P E RU S A H A A N D I G I TA L
TA H U N 2 0 2 1
III
TIM PENYUSUN
TIM PENYUSUN
Pengarah:
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika,
Semuel Abrijani Pangerapan
Penanggung Jawab:
Sekretaris Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika,
Slamet Santoso
Perencana Program:
Poppy Yuniarti Ramdhania
Moh. Wildan
Analis:
Hendri Sasmita Yuda
Ulfah Diah Susanti
Ajeng Risda Rahmadani
Periset Kuantitatif:
Aini Devi Agustian
Amalia Afifah
Laksamana Yuda Citra Handika
Leski Rizkinaswara Yustafa
Pratiwi Agustini
Penulis:
Risanti Delphia
Maykada Harjono K.
Editor:
Adek Media Roza
Stevanny Limuria
Vivi Zabkie
Desain Grafis:
Muhamad Yana
Wahyu Risyanto
IV
V
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN III
KATA PENGANTAR V
DAFTAR TABEL VI
DAFTAR GRAFIK VII
RINGKASAN EKSEKUTIF VII
BAB 1 PENDAHULUAN 3
1.1 Kerangka Penelitian 5
1.2 Pengumpulan Data 5
1.3 Pengolahan dan Analisis Data 6
1.4 Keterbatasan Penelitian 6
1.5 Profil Responden 7
BAB 4 PENUTUP 29
4.1 Kesimpulan 30
4.2 Temuan 30
4.3 Rekomendasi 33
VII
DAFTAR TABEL, DAFTAR GRAFIK
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Sebaran responden 7
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Profil responden berdasarkan posisi/peran 7
Grafik 1.2 Profil responden berdasarkan omzet bulanan 8
Grafik 1.3 Profil responden berdasarkan skala usaha 8
Grafik 1.4 Profil responden berdasarkan sektor usaha 9
Grafik 2.1 Kepemilikan sertifikat manajemen sistem informasi 12
• Grafik 2.1.1 Sertifikat yang dimiliki perusahaan 12
Grafik 2.2 Pengumpulan data konsumen 13
• Grafik 2.2.1. Jenis data pribadi konsumen 13
Grafik 2.3 Permohonan izin pengumpulan data konsumen 14
• Grafik 2.3.1 Bentuk izin/pemberitahuan 14
• Grafik 2.3.2 Bentuk sosialisasi yang dilakukan 14
Grafik 2.4 Penyimpanan data konsumen 15
• Grafik 2.4.1 Tempat penyimpanan data hard copy 15
• Grafik 2.4.2 Tempat penyimpanan data soft copy 15
Grafik 2.5 Aksesibilitas data konsumen 16
Grafik 2.6 Tujuan penggunaan data pribadi konsumen 16
Grafik 2.7 Kebijakan perusahaan terhadap data konsumen 17
Grafik 2.8 Kebijakan privasi perusahaan 18
Grafik 2.9 Kebijakan pemusnahan data konsumen 18
• Grafik 2.9.1 Durasi retensi 18
Grafik 2.10 Upaya melindungi data pribadi 19
Grafik 2.11 Data Protection Officer 19
Grafik 3.1 Pengetahuan tentang PDP 24
Grafik 3.2 Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Lingkup Privat 25
Grafik 3.2 Persepsi dan harapan terhadap UU PDP 25
Grafik 3.4 Aturan turunan yang akan dibuat oleh perusahaan 26
Grafik 3.5 Kendala utama dalam penerapan UU PDP 26
Grafik 3.6 Bantuan yang diharapkan perusahaan 27
Grafik 3.7 Lembaga yang mengatur PDP 28
• Grafik 3.7.1 Harapan terhadap lembaga yang
mengatur PDP 28
Grafik 3.8 Persepsi terhadap manfaat UU PDP 28
VIII
RINGKASAN EKSEKUTIF
RINGKASAN EKSEKUTIF
D
ata pribadi termasuk komoditas berharga. Bagi perusahaan, data pribadi
konsumen dapat digunakan untuk membantu pemasaran produk dan
pengembangan bisnis. Aturan pelindungan data pribadi diperlukan untuk
melindungi hak masyarakat terkait data pribadi agar tidak disalahgunakan oleh
pihak-pihak lain termasuk perusahaan. Pemerintah bersama DPR saat ini tengah
dalam tahap pembahasan rencana aturan tersebut.
Melalui survei ini diketahui, data pribadi yang dikumpulkan industri terutama
perusahaan digital umumnya adalah data pribadi karyawannya dan data konsumen.
Jumlah data pribadi yang dikumpulkan umumnya berjumlah 1.000 data, namun ada
juga perusahaan yang melaporkan mengumpulkan satu juta hingga 20 juta data.
Diharapkan pula ada masa sosialisasi dari pembuat kebijakan jika RUU tersebut
nantinya disahkan serta segera disusun aturan turunan yang menjelaskan UU PDP
(48,1%). Sementara dalam proses penyusunan, mereka berharap kalangan industri
juga turut dilibatkan.
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 1
4
PENDAHULUAN
D
ata konsumen memegang peranan penting dalam industri. Kepemilikan data
konsumen tentu krusial bagi perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya.
Perkembangan era digital menjadi tantangan bagi perusahaan untuk lebih
berhati-hati atas keamanan data konsumen.
RUU PDP, yang tengah digodok oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika
dan Komisi I DPR RI, diharapkan segera rampung. Sebelumnya pelindungan
data pribadi diatur dalam Peraturan Menteri Kominfo No. 20 Tahun 2016 tentang
Pelindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik.
Selain mengatur perorangan, RUU PDP juga akan memastikan sektor industri
berhati-hati atas keamanan data konsumen. Setiap penyelenggara sistem elektronik
akan diharuskan mempunyai aturan internal untuk mengelola dan melindungi data
pribadi.
METODOLOGI
Pokok kajian dalam penelitian ini adalah pembahasan dan analisis kesiapan
industri menghadapi implementasi pelindungan data pribadi (PDP). Survei ini
menguraikan konsep pelindungan privasi atas data pribadi yang dilakukan industri
digital.
Tujuan umum survei adalah memetakan persepsi pelaku usaha digital terhadap
pelaksanaan PDP. Responden juga diminta menjawab beberapa pertanyaan terkait
manajemen data pribadi, awareness pelaku usaha terhadap PDP, serta kesiapan dan
kebutuhan dalam implementasi PDP.
RUU PDP mendefinisikan data pribadi adalah setiap data tentang seseorang yang
teridentifikasi dan atau dapat diidentifikasi secara tersendiri atau dikombinasikan
dengan informasi lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
sistem elektronik dan/atau non-elektronik (Monggilo, Kurnia & Banyumurti, 2020).
Dalam lingkup sektor industri terdapat dua data yang dikumpulkan, yaitu data
karyawan dan data konsumen. Data tersebut, yaitu:
Data yang akan dianalisis terlebih dahulu diolah. Tahap pengolahan ini meliputi
editing, coding, dan tabulasi.
Editing
Editing adalah pemeriksaan atau penelitian kembali data yang telah dikumpulkan
untuk mengetahui dan menilai kesesuaian dan relevansi data yang dikumpulkan
untuk bisa diproses lebih lanjut. Hal yang perlu diperhatikan dalam editing ini adalah
kelengkapan pengisian jawaban, kesesuaian jawaban, dan relevansi jawaban.
Coding
Coding atau pemberian kode adalah pengklasifikasian jawaban yang diberikan
responden sesuai dengan temanya. Dalam tahap coding biasanya dilakukan
pemberian skor dan simbol pada jawaban responden agar mempermudah
pengolahan data.
Tabulasi
Tabulasi merupakan langkah setelah pemeriksaan dan pemberian kode. Dalam
tahap ini, data disusun dalam bentuk tabel agar mempermudah analisis data sesuai
tujuan penelitian. Tabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel frekuensi,
yang dinyatakan dalam persen.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
Analisis kuantitatif merupakan penyajian hasil pengolahan data dalam bentuk angka.
Data yang sudah berupa tabel frekuensi dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan
melalui pemaparan narasi yang representatif dengan data hasil olahan sehingga
lebih mudah dipahami.
Untuk memperkuat analisis data yang didapat, dilakukan Focus Group Discussion
(FGD). Narasumber yang terlibat perwakilan dari berbagai instansi pemerintah,
swasta, LSM dan akademisi.
Jumlah
No Wilayah Persentase
responden
1 Aceh 2 1,5%
2 Kep. Riau 2 1,5%
3 Riau 5 3,7%
4 Sumatera Utara 3 2,2%
5 Banten 2 1,5%
6 DKI Jakarta 69 51,1%
7 Jawa Barat 16 11,9%
8 Jawa Tengah 10 7,4%
9 DI Yogyakarta 5 3,7%
10 Jawa Timur 6 4,4%
11 Bali 9 6,7%
12 Kalimantan Timur 1 0,7%
13 Kalimantan Utara 2 1,5%
14 Sulawesi Selatan 3 2,2%
Total 135 100,0%
Pemilik (owner)/top
level manajemen
Pengelola/ 33,3%
penanggungjawab
operasional/manajer
66,7%
BAB 1
8
PENDAHULUAN
"Berapakah total nilai penjualan kotor (omzet) usaha ini dalam sebulan?" (Semua hasil
penjualan, bukan hanya untung/margin, baik hasil penjualan online maupun offline) [SA]
Basis: seluruh responden
Kecil
Menengah-besar 41,5%
58,5%
BAB 1
9
PENDAHULUAN
Perdagangan 17,0%
Kesehatan 11,9%
Pendidikan 8,1%
Pariwisata 3,0%
Pertanian 2,2%
Konstruksi 8,9%
Pakaian 7,4%
Pendidikan 7,4%
Ekspedisi 5,2%
E-commerce 3,0%
Makanan 3,0%
Asuransi 2,2%
Lainnya 3,0%
BAB 2
MANAJEMEN
PELINDUNGAN
DATA PRIBADI
BAB 2
12
MANAJEMEN PELINDUNGAN DATA PRIBADI
P
elindungan data oleh perusahaan merupakan hal krusial. Keberadaan
manajemen pelindungan data pribadi menunjukkan perusahaan berkomitmen
menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari konsumen atau rekan
usaha. Dengan demikian, kepercayaan terhadap perusahaan juga meningkat.
Memiliki sertifikat
30,4%
Tidak memiliki
sertifikat
69,6%
1-1.000 74,8%
20.001-1.000.000 3,0%
>20.000.000 1,4%
Alamat 99,3%
Kebijakan data pribadi ini disampaikan oleh sekitar 40% perusahaan secara
lisan, yang kemungkinan merupakan bagian media layanan perusahaan kepada
konsumen. Sejumlah 37,5% perusahaan menyampaikan sosialisasi melalui Standar
Operasional Prosedur (SOP) tertulis.
Ya
98,5%
Iklan 12,5%
Dari 58% perusahaan yang menyimpan data pribadi dalam bentuk cetak,
mayoritas disimpan dalam lemari khusus dan memiliki pengaman berupa kunci. Dari
92% perusahaan yang menyimpan data pribadi dalam bentuk digital juga memiliki
pengaman.
Keduanya Digital/
51,1% Soft copy
41,5%
CD/flashdisk/harddisk 23,2%
BAB 2
16
MANAJEMEN PELINDUNGAN DATA PRIBADI
Idealnya jumlah pihak yang dapat mengakses informasi data pribadi terbatas,
pada survei tersebut sekitar 60% perusahaan menyatakan data hanya diakses oleh
1-3 orang saja. Selebihnya, pada 10,4% perusahaan terdapat 4 orang yang dapat
mengakses informasi dan pada 17% perusahaan terdapat 5 orang yang dapat
mengakses data.
Diberikan kepada pihak lain (di luar perusahaan) untuk kepentingan bisnis 4,4%
BAB 2
17
MANAJEMEN PELINDUNGAN DATA PRIBADI
Pengaturan tersebut dapat berkaitan dengan jenis layanan dan bentuk interaksi
yang dibutuhkan antara perusahaan dan konsumen. Perusahaan dengan kebijakan
menutup seluruh akses layanan kebanyakan berasal dari sektor keuangan, perbankan,
dan kesehatan.
"Bagaimana kebijakan perusahaan anda, jika konsumen atau calon konsumen tidak
bersedia memberikan data yang diminta?" [SA]
Basis: seluruh responden
Hanya dapat
mengakses
sebagian layanan
Tidak dapat 23,7%
mengakses
layanan
50,4% Tetap dapat
mengakses
seluruh layanan
25,9%
Tidak
Ya 5,2%
94,8%
Tidak
12,5%
Usaha Ya
Usaha 100%
Ya Menengah -
87,5% Kecil
Besar
1 tahun 7,1%
5 tahun 35,3%
10 tahun 34,1%
BAB 2
19
MANAJEMEN PELINDUNGAN DATA PRIBADI
"Apakah perusahaan anda saat ini memiliki karyawan yang bertugas mengelola data
pribadi (Data Protection Officer)?" [SA]
Basis: seluruh responden
Belum punya
19,3%
Ya, satu fungsi
Ya, khusus dengan divisi
bertugas sebagai Teknologi Informasi
Data Protection 57,0%
Officer
23,7%
BAB 3
PERSEPSI DAN
KESIAPAN
INDUSTRI
TERHADAP
PELINDUNGAN
DATA PRIBADI
BAB 3
22
PERSEPSI DAN KESIAPAN INDUSTRI TERHADAP PELINDUNGAN DATA PRIBADI
S
ecara umum, penilaian responden terhadap sistem pelindungan data pribadi di
Indonesia saat ini cukup baik dengan skor 6,74 dari skala 10. Berdasarkan skala
usahanya, perusahaan menengah-besar cenderung memberikan penilaian
lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil.
Pengetahuan tentang Pelindungan Data Pribadi 2,3% 18,5% 62,2% 17,0% 2,94
Peraturan tersebut, antara lain, mewajibkan perusahaan digital untuk memberi akses
data pribadi kepada lembaga penegak hukum untuk pengawasan dan penyelidikan.
Sebanyak 40,7% perusahaan telah mengetahui aturan tersebut (skor 2,35). Untuk
penerapannya, 80,7% perusahaan bersedia memenuhi ketentuan tersebut.
BAB 3
PERSEPSI DAN KESIAPAN INDUSTRI TERHADAP PELINDUNGAN DATA PRIBADI 23
"Sebagai pelaku usaha digital yang mengumpulkan data pribadi konsumen, apakah
perusahaan anda bersedia untuk memberikan data pribadi konsumen kepada pemerintah
dalam rangka pengawasan dan penyelidikan?" [SA]
Basis: seluruh responden "
Kebersediaan memberikan data untuk
3,06
kepentingan pengawasan dan penyelidikan 7,4% 11,9% 48,1% 32,6%
Jika RUU PDP disahkan, sebagian besar responden akan membuat aturan
turunan yang akan diberlakukan di perusahaan mereka. Aturan turunan yang paling
banyak dipilih responden yaitu SOP (75,6%). Selain itu responden akan membuat
peraturan perusahaan, internal memo, dan pedoman.
"Jika UU PDP telah disahkan, apa bentuk aturan turunan yang akan
dibuat oleh perusahaan anda?" [MA]
Basis: seluruh responden
Pedoman 40,7%
Selain itu, perusahaan kecil khawatir akan mengalami kendala terkait PDP karena
teknologi yang mereka miliki belum mumpuni. Adapun perusahaan menengah-besar
akan terkendala karena belum memiliki sumber daya manusia yang kompeten untuk
mengelola PDP.
"Apakah kendala utama yang anda bayangkan akan dihadapi perusahaan, ketika
akan menerapkan UU Pelindungan Data Pribadi?" [SA]
Basis: seluruh responden
Usaha Menengah
Total Usaha Kecil - Besar
Belum mengerti PDP dan aturan-aturan yang ada di dalamnya 47,8% 48,2% 46,8%
Belum memiliki SDM yang kompeten untuk mengelola PDP 9,7% 3,6% 13,9%
Di sisi lain, bantuan dari pihak-pihak lain tidak terlalu dianggap urgen dalam
penerapan UU PDP. Survei menunjukkan, bantuan-bantuan tersebut adalah bantuan
sistem teknologi informasi, nasihat hukum, dan nasihat non-hukum. Ketiganya
mendapat persentase terendah dalam jenis bantuan yang diharapkan responden.
Jika RUU PDP disahkan, mayoritas responden menilai perlu ada lembaga yang
mengatur dan mengawasi penerapan UU tersebut. Responden berharap lembaga
tersebut melakukan pengawasan, menerima pengaduan, pelaporan, dan pembinaan.
BAB 3
26
PERSEPSI DAN KESIAPAN INDUSTRI TERHADAP PELINDUNGAN DATA PRIBADI
Tidak
11,9%
Ya
88,1%
Kalangan industri berharap upaya pelindungan data pribadi di Tanah Air memiliki
sistem proteksi yang baik sehingga dapat mencegah kebocoran data pribadi (81,5%).
Selain itu mereka UU PDP mudah diaplikasikan dan memberikan rasa aman bagi para
pengguna.
—(Pengusaha Travel)
/ <
>
BAB 4
PENUTUP
BAB 4
30
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Temuan
Berikut sejumlah temuan yang dapat diambil dari survei terhadap kalangan
industri mengenai pelindungan data pribadi.
• Mayoritas pelaku usaha berbasis digital yang dirangkum dalam survei ini
mengumpulkan kurang dari 20.000 data konsumen. Adapun data pribadi
konsumen yang dikumpulkan paling banyak merupakan data yang bersifat
umum seperti nama, alamat, kontak pribadi, dan kartu identitas. Sementara
data pribadi karyawan ragamnya lebih banyak, selain data umum tadi juga
data yang bersifat khusus seperti riwayat pekerjaan, riwayat kesehatan, dan
data keuangan.
• Kendala yang paling banyak disebutkan, antara lain pemahaman PDP dan
aturan di dalamnya serta belum adanya sertifikasi terkait pengelolaan PDP.
Sementara faktor kesiapan teknologi dan SDM relatif tidak dipermasalahkan
oleh pelaku usaha. Dengan demikian, bantuan yang paling banyak
diharapkan adalah berupa pemberlakuan masa sosialisasi terlebih dahulu
dan adanya aturan turunan yang menjelaskan lebih detail mengenai UU
PDP.
4.3 Rekomendasi
Dari temuan tersebut, berikut sejumlah langkah yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan upaya pelindungan data pribadi di kalangan pelaku usaha.