OK Kalsel Paparan Direktur PPF DEKON PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Kebijakan Penerapan Fornas

dalam rangka Kendali Mutu dan


Kendal i Biaya dalam Program
Jaminan Kesehatan Nasional

Dina Sintia Pamela, S.Si., Apt., M.Farm


Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian

Disajikan pada Kegiatan Penerapan Fornas Dalam Rangka


Kendali Mutu dan Kendali Biaya Provinsi Kalimatan Selatan Tahun 2022

Kalimantan Selatan, 20 September 2022


Sustainability UHC Dipengaruhi Agility Sistem Pembiayaan Kesehatan
Cakupan Kesehatan Semesta (Universal Health
Pemberdayaan Coverage/UHC) menjamin seluruh masyarakat
Masyarakat
mempunyai akses untuk kebutuhan pelayanan
kesehatan promotif, preventif, kuratif dan
Manajemen
Upaya rehabilitatif yang berkualitas dan efektif
dan Informasi
Kesehatan
Kesehatan

SISTEM
KESEHATAN
Cakupan
Farmasi,
NASIONAL Pembiayaan SPM
Alkes, dan
Pangan
Kesehatan Kesehatan
Semesta
Penelitian &
SDM
Pengembangan
Kesehatan
Kesehatan

2
Formularium Nasional merupakan bagian yang
terintegrasi pada Sistem Tata Kelola Obat
Pemilihan/
Monitoring Seleksi DASAR HUKUM
& Evaluasi FORNAS
NIE UU No. 36/2009 Kesehatan
EBM Ps 36: Pemerintah menjamin
ketersediaan, pemerataan,
dan keterjangkauan
perbekalan kesehatan,
Penggunaan Tata Kelola Obat Perencanaan terutama Obat Esensial
Pelayanan & Pembiayaan
(supply chain
Kefarmasian UU No. 40/2004 SJSN
RKO
POR management) Ps 25: Daftar dan harga obat
Good Prescribing Practice yang dijamin BPJS, ditetapkan
Good Pharmacy Practice oleh Pemerintah
FORNAS
Pedoman Teknis Analisis Perpres No. 82 Tahun 2018
Farmakoekonomi tentang Jaminan Kesehatan
Bagian Kedua :Pelayanan
Pengadaan Obat, Alkes dan BMHP
Distribusi e-Purchasing (e-Katalog)
e-Logistik PBF Cara lain sesuai Perpres
LP-LPO Pengadaan B/J Pemerintah
Good Distribution Practice
Penyimpanan atau Logistik
Good Storage Practice
e-Monev Katalog
Produksi
3
Penyaluran Bahan Baku
Konsep Pelayanan Obat dalam Perpres No. 82 Th 2018 tentang Jaminan Kesehatan

> Kewajiban FASKES


Menjamin peserta
mendapatkan obat, alat
kesehatan, dan BMHP • Pengadaan obat, alat kesehatan, dan/atau bahan medis habis
pakai oleh Fasilitas Kesehatan milik pemerintah maupun
yang dibutuhkan sesuai swasta untuk program Jaminan Kesehatan dilakukan melalui
dengan indikasi medis. e-purchasing berdasarkan katalog elektronik.
• Dalam hal pengadaan obat, alat kesehatan, dan/atau bahan
medis habis pakai belum dapat dilakukan melalui e-
purchasing, maka pengadaan dapat dilakukan secara manual
berdasarkan katalog elektronik.
• Dalam hal obat, alat kesehatan, dan/atau BMHP yang
> Tanggungjawab Ketersediaan dibutuhkan oleh fasilitas kesehatan tidak terdapat dalam
Obat katalog elektronik maka Fasilitas Kesehatan dalam
mengadakan obat, alat kesehatan, dan/atau BMHP tetap
Pemerintah Pusat, Pemerintah mengacu pada formularium nasional atau kompendium alat
Daerah, dan Fasilitas Kesehatan kesehatan.
bertanggung jawab atas • Dalam hal obat, alat kesehatan, dan/atau BMHP yang
ketersediaan obat, alat kesehatan, dibutuhkan tidak terdapat dalam formularium nasional dan
dan BMHP dalam penyelenggaraan kompendium alkes, maka Fasilitas Kesehatan dapat
JKN sesuai dengan mengadakan obat, alkes, dan/atau BMHP atas persetujuan
kewenangannya. kepala atau direktur RS.
Peranan Fornas
Untuk Kendali Mutu dan Kendali Biaya Konsep Seleksi
Obat TRANSPARAN
- Obat terpilih yang
tepat
- Berkhasiat
Diusulkan AKUNTABEL
secara online - Bermutu
oleh Organisasi - Aman dan
Profesi, Faskes,
Dinkes terjangkau
Prov/Kab/Kota, dan unit
program terkait, dalam TERDOKUMENTASI
tenggang waktu yang telah 1. Pertimbangan
pencantuman harga
ditentukan melalui website
http://e-fornas.binfar. FORMULARIUM obat di e-katalog dan
kemkes.go.id
NASIONAL harga yang ditetapkan
di SK Menteri BEBAS BENTURAN
2. Pengadaan Obat
menjadi lebih KEPENTINGAN
⚫ Pemilihan obat
terkendali dengan
berdasarkan pertimbangan adanya Fornas sebagai
Benefit-Risk Ratio dan Acuan Peggunaan Obat
Benefit-Cost Ratio (EBM, 3. Meningkatkan RESPONSIF
Kajian HTA, Kajian FE) Penggunaan Obat
⚫ Memiliki izin edar dan Generik pada
indikasi yang disetujui Fasyankes
oleh Badan POM (Safety, Daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan
Efficacy dan Quality). DINAMIS
harus tersedia di fasilitas pelayanan
kesehatan sebagai acuan dalam
pelaksanaan JKN
PRINSIP PENYUSUNAN FORNAS
KRITERIA PEMILIHAN OBAT
1. Memiliki khasiat dan keamanan terbaik berdasarkan
YANG DAPAT JENIS USULAN
MENGUSULKAN DALAM FORNAS
bukti ilmiah mutakhir dan valid.
2. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio)
1. Rumah sakit 1. Usulan Obat yang paling menguntungkan pasien.
2. Organisasi Profesi 2. Usulan Sediaan 3. Memiliki izin edar dan indikasi yang disetujui oleh
3. Dinas Kesehatan 3. Usulan Restriksi Badan POM.
4. Usulan fasilitas kesehatan 4. Obat yg sangat dibutuhkan dalam pelayanan
4. Lembaga kesehatan masyarakat tetapi belum memiliki izin
Pemerintahan 5. Usulan Peresepan
edar, termasuk obat piatu (orphan drug) serta yg
Maksimal tidak mempunyai nilai komersial.
5. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio)
yang tertinggi.
6. Dalam kriteria ini tidak termasuk obat tradisional
dan suplemen makanan.
MEKANISME PENYUSUNAN
1. Kajian yg dilakukan bukan hanya membahas
SISTEMATIKA PENULISAN
usulan yang disampaikan oleh instansi pengusul
tapi juga mengkaji ulang seluruh isi Fornas 1. Sistematika penggolongan nama obat didasarkan
2. Pembahasan teknis telah melibatkan pengelola pada kelas terapi, subkelas terapi, sub-subkelas
program di lingkungan Kemenkes terapi, nama generik obat, sediaan/kekuatan,
3. Prosedur perekrutan Tim Ahli dan Konsultan serta restriksi, tingkat fasilitas kesehatan dan peresepan
tahap penilaian didokumentasikan maksimal.
4. Transparansi proses pelaksanaan revisi 2. Penulisan nama obat disusun berdasarkan abjad
5. Dalam Pembahasan Komnas tidak diperbolehkan nama obat dan dituliskan sesuai Farmakope
mengajukan usulan obat diluar list Pembahasan Indonesia atau International Non-proprietary
Names (INN)/nama generik yang diterbitkan
WHO.
PERKEMBANGAN FORNAS

520 item obat dalam 586 item obat dalam


930 sediaan/kekuatan 630 item obat dalam
PRB: 75 item dalam 147 562/983 1.031 sediaan/ kekuatan 603/1.043 1.074 sediaan/ kekuatan
PRB: 76 item dalam 146 PRB: 90 item dalam 162
sediaan/kekuatan
sediaan/kekuatan sediaan/kekuatan

2013 2015 2017 2019 2021

562 item obat dalam 983 603 item obat dalam


sediaan/kekuatan 1.043 sediaan/kekuatan
520/930 PRB: 75 item dalam 147 586/1.031 PRB: 82 item dalam 155 630/1.074
sediaan/kekuatan sediaan/kekuatan

Daftar
Daftar Obat
Obat Fornas
Fornas Disusun Disusun Faskes
FaskesTk.I
Tk.I Faskes Tk.II
Faskes Tk.II Faskes Tk.III Faskes Tk.III
Berdasarkan Tingkat Fasilitas 219/362 479/848 603/1043
Berdasarkan
Pelayanan
Pelayanan
Tingkat Fasilitas
Kesehatan
Kesehatan 231/372 502/876 630/1.074 7
FORNAS
Adendum
Perubahan
Daftar Obat Fornas Disusun
Berdasarkan Tingkat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
KMK No. HK. 01.07/Menkes/1295/2022 Unsur Anggota Tim Fornas dalam Komnas
tentang Komnas Seleksi Obat dan Fitofarmaka
Unsur Anggota Jumlah
Tim Formularium Nasional
- Instansi : BKKBN, BPOM, BPJS Kes 7
- Unit Kemkes : DPK, KPTK 2
- Ahli Farmakologi / Famakologi Klinik / Farmasi Klinik 5
- Ahli Farmakoekonomi 3
Klinisi : 18 bidang keilmuan 23
Wakil Ketua
̵ Anestesiologi dan Terapi Intensif
Prof. Dr. apt. Dra. Erna Kristin, M.Si.
̵ Dermatologi dan Venereologi
̵ Ilmu Kesehatan Anak
̵ Ilmu Kesehatan Gigi
̵ Ilmu Kesehatan Mata
̵ Ilmu Kesehatan THT Bedah Kepala dan Leher
̵ Ilmu Penyakit Dalam – Alergi Imunologi Klinik
Ketua ̵ Ilmu Penyakit Dalam – Endokrinologi Metabolik dan
Prof. Dr. dr. Rianto Setiabudy, Diabetes
SpFK
̵ Ilmu Penyakit Dalam – Gastroenterohepatologi
̵ Ilmu Penyakit Dalam – Hematologi Onkologi Medik
̵ Ilmu Penyakit Dalam – Jantung dan Pembuluh Darah
̵ Ilmu Penyakit Dalam – Reumatologi
Wakil Ketua ̵ Neurologi
Dr. dr. Erwin Astha Triyono, ̵ Obstetri dan Ginekologi
SpPD, KPTI, FINASIM ̵ Parasitologi Klinik
̵ Psikiatri
̵ Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Dengan adanya simplifikasi Komnas , maka unsur yang belum ̵ Radiologi
terakomodir dalam SK Menteri ini akan diatur pada SK Dirjen 9
(salah satunya unsur Organisasi Profesi)
Kriteria Tim Formularium Nasional
Proses Review Fornas 2021

Usulan Pembahasan Pengesahan


• Penerimaan usulan Kajian oleh • Rapat Pleno • Penyusunan SK
• Kompilasi usulan Tim Formularium • Rapat Finalisasi Addendum Fornas
dan seleksi Nasional • Rapat Editing • Penetapan dan
administratif Pemberlakuan

Jan – Jun 2022 Jul - Agt 2022 Sept - Okt 2022 Okt 2022

Draft Awal Draft Akhir

11
RINCIAN USULAN FORNAS TOTAL USULAN
182 ITEM DALAM 243 BENTUK SEDIAAN/KEKUATAN

OBAT BARU
74 item (106 bentuk sediaan/kekuatan) PERUBAHAN RESTRIKSI
68 item (75 bentuk sediaan/kekuatan)
BENTUK SEDIAAN/ KEKUATAN
52 bentuk sediaan/kekuatan dari 43 item PERUBAHAN PERESEPAN MAKSIMAL
3 item (4 bentuk sediaan/kekuatan)
PERUBAHAN FASKES
7 item (7 bentuk sediaan/kekuatan) PENGUSULAN OBAT PRB
4 item (8 bentuk sediaan/kekuatan)

JUMLAH PENGUSUL

Dinkes RS RS Non Perhimpunan/ Instansi


Dinkes Prov
Kab/Kota Pemerintah Pemerintah Organisasi Pemerintah
(0) (15) (22) (0)
(0) (4)
KETENTUAN DALAM PENERAPAN FORNAS
Pelayanan obat bagi peserta Jaminan Kesehatan harus memperhatikan hal – hal yang tercantum dalam
Fornas, sebagai berikut:

Fasilitas Kesehatan Restriksi Peresepan Maksimal

• Tk. 1 :pelayanan • batasan terkait indikasi, • batasan jumlah dan lama


kesehatan dasar kontra indikasi, pemakaian obat
• Tk. 2 : pelayanan kewenangan penulis maksimal untuk tiap
kesehatan spesialistik resep, didasarkan pada kasus/episode pada
• Tk.3 : pelayanan hasil pemeriksaan pengobatan.
kesehatan sub penunjang spesifik yang
spesialistik dipersyaratkan, serta
• PRB : program rujuk kondisi lain yang harus
balik, ditandai dengan dipenuhi.
tanda (*)

Permenkes No. 1 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan 13
Permenkes No. 54 Tahun 2018 Tentang Penyusunan dan Penerapan Fornas dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
PENERAPAN FORNAS
Indikator :
Persentase Rumah Sakit yang menggunakan obat sesuai Fornas

Definisi operasional :
Jumlah RS (yang melayani peserta JKN) dengan penggunaan
obat sesuai Fornas yang memiliki persentase > 80%

CAPAIAN INDIKATOR PENERAPAN FORNAS


63,92%
79,50% 2022 (TW2)
71,50% Target: 80%
2021
2020 Target: 75%

Target: 70%
14
DATA PERSENTASE PENERAPAN FORNAS DI RS
Provinsi Kalimantan Selatan
Berdasarkan Laporan TW 1 - TW 2 TAHUN 2022
DATA PERSENTASE PENERAPAN FORNAS DI RS
Provinsi Kalimantan Selatan – TW 1 dan TW 2 Tahun 2022

%
Capaian
indikator
penerapan
Fornas

12 x 100
16

75%
DATA PENGGUNAAN OBAT 5 ITEM TERBANYAK DILUAR FORNAS
Berdasarkan Laporan TW 1 – TW 2 Tahun 2022

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Cendo Xitrol ®
15% Mecobalamin Injeksi
25%
Piracetam
18%
Mecobalamin Injeksi
Citicolin
Citicolin
22% Ambroksol
Ambroksol
20% Piracetam
Cendo Xitrol
TANTANGAN DALAM PENERAPAN FORNAS

- Belum semua obat yang tercantum dalam Fornas diterapkan dalam pelayanan
kesehatan, masih terdapat penggunaan obat diluar Fornas
- Adanya penerapan penggunaan obat Fornas yang belum sesuai dengan ketentuan
restriksi dan peresepan maksimal yang tercantum dalam Fornas

UPAYA UNTUK MENGATASI

- Melakukan koordinasi dengan organisasi profesi, rumah sakit, dan unit terkait untuk
meningkatkan pemahaman penerapan penggunaan obat dalam Fornas sebagai
kendali mutu dan kendali biaya pada era JKN.
- Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mendapatkan kesepahaman dalam
membaca ketentuan penggunaan obat dalam Fornas.
- Melakukan evaluasi penerapan Fornas dengan melibatkan rumah sakit, Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota serta unit terkait, tidak hanya untuk
memperoleh data penggunaan obat sesuai Fornas namun juga untuk meningkatkan
penerapan Fornas di fasilitas pelayanan Kesehatan. 18
PENUTUP Fornas digunakan sebagai acuan bagi tenaga medis untuk menetapkan pilihan obat
yang tepat, paling efficacious, dan aman, dengan harga yang terjangkau serta
mendorong penggunaan obat secara rasional untuk mewujudkan patient safety
dalam pelaksanaan Program JKN.

Dengan penerapan Fornas sebagai kendali mutu dan kendali biaya maka pelayanan
kesehatan menjadi lebih bermutu dengan belanja obat yang terkendali (cost
effective); pelayanan kesehatan kepada masyarakat makin efektif dan efisien; dan
memudahkan perencanaan dan penyediaan obat di seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan.

Pemerintah bekerja sama dengan seluruh lapisan stakeholder selalu melakukan


evaluasi pelaksanaaan JKN sebagai upaya dalam senantiasa melakukan perbaikan
pelaksanaan program JKN termasuk terus berupaya mendorong optimalisasi dan
peningkatan kompetensi Apoteker sebagai bagian dari tim pemberi layanan
kesehatan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai