Pemikiran Hadis KH. Ali Mustafa Yaqub

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Pemikiran Hadis KH Ali Mustofa Yaqub


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Pemikiran Hadis di
Nusantara
Dosen pengampu: Dr. Irwan MA.

Oleh:
Fitriana Hafidz
NIM: 2220080068
Hendro Apriandi
NIM: 2220080069

PROGRAM PASCASARJANA ILMU HADITS


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023

1
Abstrak:

KH. Ali Mustafa Yaqub adalah seorang ulama sekaligus ahli hadis yang berasal
dari Indonesia. Ia termasuk ulama kontemporer yang ahli di bidang hadis. Ia hidup
di abad 21 yang mana dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan umat Islam
terhadap pencerahan agama, termasuk salah satunya tentang hadis nabawi.
Menurutnya, kajian hadis di era kekinian harus mencakup Mustalah al-Hadits,
Takhrij al-Hadits, Fiqh al-Hadits, kemudian Difa 'an al-Hadits. Menurutnya,
keaslian hadits dapat diketahui dengan membandingkan dengan hadits lain, baik
dari teman, maupun waktu, dari berbagai perawi, maupun guru atau karya dalam
sebuah kitab hadits, sehingga kredibilitas hadits tersebut dikenal. Adapun
kontribusinya terhadap pemikiran hadits yaitu mengenalkan pemikiran orientalis
dan membela ulama, kemudian mengembangkan metode pemahaman hadits
dengan mendirikan Pondok Pesantren Darussunnah. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif yang mengkaji tokoh hadis terkemuka KH Ali Mustafa
Yaqub.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pemahaman KH Ali Mustafa
Yaqub tentang pemahaman hadis dari pemikirannya dan kontribusinya terhadap
pemikiran hadis di era kontemporer.

Kata Kunci: Pemikiran Hadis, KH Ali Mustafa Yaqub, Kontribusi Pemikiran


Hadis

PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Salah satu bukti rahmat Allah kepada umat ini adalah munculnya
tokohtokoh yang selalu menjaga agama ini. Mereka mencurahkan segenap
upayanya untuk menjaga dan merawat sumber ajaran Islam. Ahlul Hadis
merupakan orang yang berperan penting dalam hal ini. Mereka mentransmisikan
hadis Rasulullah kepada umat Islam sampai sekarang ini. Mereka pula yang
mengkaji sanad dan matannya, menjelaskan mana hadis yang shahih yang patut
untuk diamalkan, dan mana hadis yang dhaif. Terkait dengan matan atau isi hadis,
mereka berupaya untuk menjelaskan kandungan-kandungan hadis, sehingga apa
yang dimaksudkan Rasulullah dalam hadisnya dapat dipahami, dimengerti isinya,
hukum yang dikandungnya, dan kemudian diamalkannya.
Di antara tokoh-tokoh ahli hadis terkemuka pada abad ke-21 dan berasal dari
Indonesia adalah KH. Ali Mustafa Yaqub, beliau dikenal sebagai ulama yang kritis

2
terhadap isu-isu agama. Keberadaan para ahli hadis pada era sekarang sangat
diperlukan karena relevansi ilmu hadis dalam kontek kekinian.1
Makalah ini bertujuan untuk melakukan analisis menyeluruh terhadap
pemikiran hadis yang dihasilkan oleh KH. Ali Mustafa Yaqub Fokus penulisannya
akan mencakup beberapa aspek utama, termasuk biografi KH. Ali Mustafa Yaqub,
pendidikannya, karya-karyanya dalam bidang hadis, serta kontribusi dan
pemikirannya yang bersifat ilmiah.
Melalui makalah ini, penulis berupaya memahami secara lebih mendalam
pemikiran hadis KH. Ali Mustafa Yaqub, dengan menganalisis
pandanganpandangannya terhadap tradisi hadis Islam. Penelitian ini juga
bertujuan untuk mengeksplorasi cara KH. Ali Mustafa Yaqub mengajarkan hadis,
metodenya dalam menyusun karya, dan bagaimana kontribusinya di Indonesia.
Dengan demikian, makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pada pemahaman kita tentang pemikiran hadis KH. Ali Mustafa Yaqub,
memperkaya kajian ilmu hadis, dan merespons secara ilmiah terhadap
argumenargumen orientalis yang mungkin mencoba meragukan keautentikan
sunnah Nabi yang telah dikembangkan oleh ulama-ulama Islam, juga tentang
kajian hadis kontemporer yang semakin berkembang, seiring dengan permasalahn
yang semakin kompleks.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada pembahasan ini
adalah :
1. Siapakah KH. Ali Mustafa Yaqub?
2. Bagaimana Pemikiran Hadis KH. Ali Mustafa Yaqub?

1 “Menag: KH Ali Mustafa Yaqub Ulama Besar,” accessed December 13, 2023,
https://www.kemenag.go.id/nasional/menag-kh-ali-mustafa-yaqub-ulama-besar-8ixrrn.

3
PEMBAHASAN Profil KH Ali Mustafa Yaqub
KH Ali Mustafa Yaqub lahir di desa Kemiri, kecamatan Subah, Kabupaten
Batang, Jawa Tengah, tanggal 2 Maret tahun 1952. Ia lahir dan dibesarkan dari
keluarga yang ta‟at beragama Islam dan berkecukupan. Ayahnya bernama H.
Yaqub, ia merupakan mubaligh terkemuka dan imam di masjid-masjid Jawa
Tengah. Kegiatan setiap harinya adalah mengajar, H. Yaqub merupaan seorang
took keagamaan yang memiliki prisip kuat, hal ini diwariskan kepada putranya
Ali.2
Ia menamatkan pendidikan setingkat SD di desa Kemiri. Melanjutkan
pendidikan Tsanawiyah (setingkat SMP) di pesantren Seblak, Jombang pada tahun
1966- 1969.3
Kemudian beliau nyantri lagi di pesantren Tebuireng, Jombang sampai
tingkat Fakultas Syariah Universitas Hasyim Asy‟ari sampai awal tahun 1976. Di
samping belajar formal sampai Fakultas Syariah Universitas Hasyim Asy‟ari, di
Pesantren ini ia menekuni kitab-kitab kuning di bawah asuhan para kiai sepuh,
antara lain al-Marhum KH. Idris Kamali, al-Marhum KH. Adlan Ali, al-Marhum
KH. Shobari dan al-Musnid KH. Syansuri Badawi. Di Pesantren ini ia mengajar
Bahasa Arab, sampai awal 1976. Dan pada tahun itu juga ia masuk Fakultas
Syariah Universitas Muhammad ibnu Saud sampai tahun 1985 kemudian
mengambil Master di Universitas yang sama pada Jurusan Tafsir dan Ilmu Hadits.
Secara garis besar, pendidikan KH Ali Mustafa Yaqub adalah sebagai berikut:
- Pondok Pesantren Seblak Jombang (1966–1969).
- Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang (1969–1971).
- Fakultas Syariah Universitas Hasyim Asy‟ari, Jombang (1972–1975).
- Fakultas Syariah Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh,
Saudi Arabia (S1, 1976–1980).
- Fakultas Pascasarjana Universitas King Saud, Riyadh, Saudi Arabia,
Spesialisasi Tafsir Hadits (S2, 1980–1985).

2 Azis Arifin, Inklusif Memahami Hadis Intoleransi (Sukabumi: CV. Jejak, 2021), 2.
3 AM. Waskito, KH. Ali Mustafa Yaqub: Menjaga Sunnah Mengawal Akidah (Jakarta Timur:
Pustaka Al-Kautsar, 2016), 62.

4
- Universitas Nizamia, Hyderabad, India, Spesialisasi Hukum Islam (S3,
2005–2008).
Guna memperoleh gelar doktornya, Prof. Ali Mustafa Yaqub ahli hadits
Indonesia yang juga anggota Komisi Fatwa MUI Pusat diuji para ulama Timur
Tengah. “Masalah halal-haram merupakan sesuatu yang sangat penting bagi umat
Islam di manapun berada, karena mengonsumsi produk yang haram disamping
berbahaya bagi tubuh, juga menjadi sebab penolakan amal ibadah seorang Muslim
oleh Sang Khaliq,” prinsipnya.4
Ali Mustafa Yaqub merupakan sosok dengan banyak aktivitas. Pada 1985,
setalah kembalinya dari Saudi Arabia, dia menjadi tenaga pengajar di Institut Ilmu
al-Qur‟an (IIQ) Jakarta (1985) untuk matakuliah hadis dan ilmu hadis; mengajar
di Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur‟an (PTIQ) Jakarta (1986) dan Pengajian Islam
Masjid Istiqlal Jakarta. Selain itu juga mengajar di IAIN Syarif Hidayatullah
(sekarang UIN Syarif Hidayatullah) Jakarta (1987-1988), Institut Agama Islam
Shalahuddin al- Ayyubi (INNISA) Tambun Bekasi (1989-1990), Pendidikan Kader
Ulama MUI, Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STIDA) al-Hamidiyah dan
sebagainya.5
Setelah sekian lama mengabdikan diri untuk agama dan umat, tidak pernah
berhenti berkontribusi positif untuk nusa dan bangsa, baik melalui lisan maupun
tulisan, akhirnya KH Ali Mustafa Yaqub menghembuskan nafasnya yang dterakhir
di Rumah Sakit Hermina, Ciputat, pada pukul 06.00 dalam usia 64 tahun.6
Karya-karya KH Ali Mustafa Yaqub
Semasa hidup, ulama ahli hadis ini telah banyak menelurkan karya
monumental, baik dalam bahasa Arab, Inggris maupun Indonesia. Keahliannya
dalam bidang ilmu hadis ini ia wujudkan dengan mendirikan Pondok Pesantren
Luhur Ilmu Hadits Darussunnah di Pisangan Barat, Ciputat, Tangerang Selatan.

4 “Biografi Singkat KH Ali Mustafa Ya‟qub,” accessed December 13, 2023,


https://www.nu.or.id/nasional/biografi-singkat-kh-ali-mustafa-yaqub-2Tx7c.
5 Miski, “PEMAHAMAN HADIS ALI MUSTAFA YAQUB Studi Atas Fatwa Pengharaman
Serban Dalam Konteks Indonesia,” Riwayah: Jurnal Studi Hadis 2, no. 1 (2016): 15–31. 6
Nasrullah Nurdin, Generasi Emas Santri Zaman Now (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2019),
127.

5
Pengasuh Pesantren Darussunnah, Ciputat, Tangerang Selatan ini selama hidupnya
telah menghasilkan puluhan karya tulis, dan yang paling banyak adalah di bidang
ilmu hadis sesuai dengan keahliannya. Berikut ini daftarnya:

- Imam al-Bukhari dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadis (1991)


- Kritik Hadits (1995)
- Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (1997)
- Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya (Alih Bahasa dari Prof Dr
Muhammad Mustafa Azami, 1994).
- Peran Ilmu Hadis dalam Pembinaan Hukum Islam (1999).
- Hadis-hadis Bermasalah (2003)
- Isbat Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah Menurut Al- Qur‟an dan Sunnah
(2013)

Dalam bidang akidah dan umum :


- Haji Pengabdi Setan (2006)
- Makan Tak Pernah Kenyang (2012).
- Ijtihad, Terorisme dan Liberalisme (Bahasa Arab-Indonesia 2012) -
Imam Perempuan (2006).
- Cerita dari Maroko (2012)
- Dalil Al-Hisab (2012)
- Menghafal Al-Qur‟an di Amerika Serikat (2014)

Masih banyak lagi karya-karya KH Ali Mustafa Yaqub dalam bidang hadis
maupun akidah dan bidang umum lainnya. Keilmuan beliau memang tidak
diragukan lagi.
Terbukti dengan banyaknya karya yang telah beliau tulis. Karena beliau salah satu
ulama yang sangat produktif. Karya-karya berupa karya tulis yang ditulis sendiri,
karya terjemahan atau karya suntingan.

6
Pemikiran KH. Ali Mustafa Yaqub Terhadap Hadis
KH. Ali Mustafa Yaqub menyebutkan bahwa pada dasarnya hadis Nabi
harus dipahami secara tekstual atau apa adanya (lafziyyah). Jika tidak
memungkinkan, maka sebuah hadis diperbolehkan untuk dipahami secara
kontekstual. Menurut KH. Ali Mustafa Yaqub hadis-hadis yang mestinya
dipahami secara tekstual adalah hadis yang berkenaan dengan perkara gaib (al-
umur alga‟ibiyyah) dan ibadah murni (al- „ibadah al-mahdah). Dengan lebih
terperinci mengenai perkara gaib, KH. Ali Mustafa Yaqub menyebutkan bahwa
perkara gaib dapat dibedakan menjadi dua kategori: pertama, gaib yang relatif
(ga‟ib nisbi); seperti keberadaan Kota New York. Bagi orang yang belum
berkunjung, kota tersebut masih disebut gaib tetapi tidak demikian halnya bagi
orang yang pernah berkunjung ke sana. Kedua, gaib mutlak (ga‟ib haqiqi), seperti
perihal datangnya hari Kiamat, hakikat Allah, surga, neraka dan sebagainya.
Untuk hal-hal seperti ini seyogianya cukup dengan mengikuti petunjuk al-Qur‟an
dan hadis Nabi. Tidak ada ruang untuk ditafsirkan secara kontekstual Kaitannya
dengan ibadah murni (al„ibadah al-mahdah), seperti tata cara salat, puasa, haji dan
sebagainya yang merupakan persoalan antar Tuhan dengan hamba-Nya, menurut
Ali Mustafa juga tidak layak dipahami secara kontekstual. Teks-teks yang
berkaitan dengan hal ini harus dipahami apa adanya sesuai petunjuk al-Qur‟an
dan hadis Nabi. Lebih jauh KH. Ali Mustafa Yaqub menyebutkan bahwa upaya
kontekstualisasi (memahami secara kontekstual) ibadah murni bisa
mengakibatkan substansi teks tersebut kehilangan nilai universalitasnya, misalnya
masing-masing lingkungan atau negara akan membuat aturan salat sesuai
kondisinya
Selanjutnya mengenai pemahaman hadis secara kontekstual, KH. Ali
Mustafa Yaqub menjelaskan bahwa hadis yang dimaksud harus dipahami dengan
melihat aspek-aspek di luar teks itu sendiri; meliputi: pertama: sebab-sebab yang
melatarbelakangi (asbab wurud al-hadis). Bagi KH. Ali Mustafa Yaqub ,
mengetahui sebab-sebab yang melatarbelakangi munculnya sebuah hadis
tergolong sesuatu yang sangat urgen untuk mendapatkan pemhaman yang
proporsional dan tepat. Sebagai contoh terkait hadis yang menyebutkan bahwa

7
Nabi bersabda, “Apabila kalian akan menunaikan salat Jumat, hendaklah mandi
terlebih dahulu.” Berkenaan dengan hadis ini, Ia menjelaskan bahwa sebenarnya
hadis ini memiliki sebab khusus. Kala itu, perekonomian para sahabat pada
umumnya masih terbilang sulit sehingga mereka hanya memakai baju wol yang
kasar dan jarang dicuci. Di sisi lain, sebagian besar profesi mereka adalah sebagai
petani. Setelah berladang, banyak di antara mereka yang langsung pergi ke masjid
untuk menunaikan salat Jumat. Singkat cerita, aroma tidak sedap pun menyeruak
dan sangat mengganggu para jamaah lain termasuk Nabi. Tidak heran apabila
kemudian beliau bersabda seperti di atas. Dengan memperhatikan kondisi sosial
yang melatarbelakangi sabda di atas, KH. Ali Mustafa Yaqub menyimpulkan
bahwa Nabi hanya mewajibkan mandi Jumat bagi orang yang badannya kotor saja.
Kedua, lokal dan temporal (makani wa zamani). Dalam hal ini KH. Ali
Mustafa Yaqub memberikan contoh hadis yang berbunyi, “Antara timur dan barat
adalah kiblat.” Untuk masyarakat Madinah yang secara goegrafis berada di sisi
utara kabah (Mekkah) pamahaman tekstual terhadap hadis di atas pastinya sangat
tepat. Namun untuk konteks Indonesia yang secara geografis memang berbeda
dengan Madinah, maka tidak ayal lagi, hadis ini harus dipahami secara
kontekstual disesuaikan dengan letak geografis Indonesia. Dengan kata lain,
dalam hal ini pertimbangan aspek lokalitas dan temporalitas sebuah hadis mutlak
diperlukan
Ketiga, hubungan kausalitas („llah al-kalam). Dalam poin ini KH. Ali
Mustafa Yaqub mencontohkan sebuah hadis yang berbunyi, “Seandainya tidak ada
Bani Israil maka makanan tidak akan menjadi basi dan daging tidak akan
membusuk. Seandainya tidak ada Hawa‟ maka tidak akan ada istri yang
berkhianat kepada suaminya.” Hadis ini menurut Ali Mustafa tidak bisa dipahami
secara konkrit kecuali dengan mempertimbangkan pendekatan kontekstual yaitu
bahwa sebenarnya hadis ini merupakan kritik Nabi atas kekikiran orang-orang
Yahudi yang tidak mau memberikan makanannya pada orang lain padahal mereka
sendiri tidak siap menghabiskannya hingga makanan itu pun membusuk.
Keempat, sosio-kultural (taqalid). Sosio-kultural yang dimaksudkan KH.
Ali Mustafa Yaqub dalam konteks hadis adalah dengan mengaitkan hadis yang

8
dimaksud dengan kondisi sosial masyarakat pada waktu itu. Misalnya berkenaan
dengan sabda Nabi memperbolehkan orang salat meludah di masjid. KH. Ali
Mustafa Yaqub menjelaskan bahwa meludah di masjid kala itu tidak menjadi
persoalan yang serius karena masjid pada waktu itu masih beralas pasir atau debu
sehingga ludah yang jatuh akan cepat terserap. Selain itu, pasir Arab dengan udara
kering dan panas bisa menyebabkan bakteri tidak bisa bertahan lama. Kondisi ini
tentunya berbeda sekali dengan realitas hari ini, lantai masjid sudah beralas
keramik atau marmer. Meludah di masjid justru akan megnotori dan
membahayakan kesehatan bahkan masjid bisa menjadi tempat yang sangat
menjijikkan sehingga pada gilirannya akan sulit diminati.

KONTRIBUSI KH ALI MUSTAFA YAQUB PEMIKIRAN HADIS DI


NUSANTARA
Menurut Ali Mustafa Yaqub, studi hadis kontemporer harus komperehensif
terdiri atas empat komponen. Pertama, Mustalah al- Hadis; Kedua, Takhrij alHadis
pada studi Sanad; Ketiga, Fiqh al-Hadis yang merupakan metode untuk
memahami hadis; dan keempat, Difa‟an al-Hadis yang berguna untuk
mempertahankan eksistensi hadis dari pihak orientalis dan pengingkar.
Masingmasing dari empat komponen ini memiliki wilayah penelitian sendiri,
kendati saling berkaitan
Adap unjasa besar Ali Mustafa Yaqub dalam pemikiran hadis di Indonesia
berupa: pertama, kritikan tajamnya terhadap orientalis Barat Ignaz Goldziher dan
Joseph Schacht tentang studi hadis lewat pemikiran gurunya Mustafa Azami di
Indonesia. Kedua, menghilangkan dikotomisasi ahli hadis dan ahli fiqh, sebab
tiga imam madzhab lainnya adalah pakar hadis dan fikih sekaligus. Ketiga,
mengenalkan metode Fiqh al-Hadis (pemahaman hadis)yang dituangkan dalam
kitab yang berjudul at-Turuq as-Sahihah fi Fahm as-Sunnah an- Nabawiyah‟yang
diterjemahkan dengan judul “Cara Benar Memahami Hadis” sebagai teknik untuk
mengetahui hadis secara utuh agar tidak salah kaprah dalam memaknai hadis.
keempat, mengkritisi tradisi-tradisi masyarakat Indonesia yang tidak sesuai
dengan Alqur„an dan hadis Nabi. Kelima, menggambarkan bahwa Islam rahmat
sekalian alam yang bisa hidup berdampingan satu dan lainnya.6

6 Ali Mustafa Yaqub, Toleransi Antar Umat Beragama (Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus, 2008),
11–13. Lihat juga Ali Mustafa Yaqub, Kerukunan Umat Perspektif Al-Quran Dan Hadis (Jakarta:
Penerbit Pustaka Firdaus, 2008), 28–69.

9
Simpulan

Berdasarkan paparan yang relatif singkat di atas, dapat disimpulkan


bahwa KH. Ali Mustafa Yaqub merupakan seorang tokoh penting dan pakar
hadis kenamaan, khususnya dalam konteks Indonesia. Secara garis besar,
konstruksi pemahaman hadis Ali Mustafa Yaqub terdiri dari dua hal: (1)
pemahaman tekstual yang bisa diterapkan pada hadis-hadis tentang perkara
gaib dan ibadah murni, serta (2) pemahaman kontekstual yakni memahami
hadis dengan mempertimbangkan aspek lain yang turut mengitari:
sebabsebab yang melatarbelakangi lahirnya hadis tersebut (asbab wurud)
lokalitas-temporalitas (makani wa zamani), aspek kauslitasnya (‘illah
alkalam) dan sosio-kulturalnya (taqalid).

Daftar Pustaka :
“Menag: KH Ali Mustafa Yaqub Ulama Besar,” accessed December 13, 2023,
https://www.kemenag.go.id/nasional/menag-kh-ali-mustafa-yaqub-ulama-
besar8ixrrn.
Azis Arifin, Inklusif Memahami Hadis Intoleransi (Sukabumi: CV. Jejak, 2021),
2.

10
AM. Waskito, KH. Ali Mustafa Yaqub: Menjaga Sunnah Mengawal Akidah
(Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2016), 62.
1
“Biografi Singkat KH Ali Mustafa Ya‟qub,” accessed December 13, 2023,
https://www.nu.or.id/nasional/biografi-singkat-kh-ali-mustafa-yaqub-2Tx7c.
Miski, “PEMAHAMAN HADIS ALI MUSTAFA YAQUB Studi Atas Fatwa
Pengharaman Serban Dalam Konteks Indonesia,” Riwayah: Jurnal Studi Hadis 2,
no. 1 (2016): 15–31.
Nasrullah Nurdin, Generasi Emas Santri Zaman Now (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2019), 127.
Ali Mustafa Yaqub, Toleransi Antar Umat Beragama (Jakarta: Penerbit Pustaka
Firdaus, 2008), 11–13. Lihat juga Ali Mustafa Yaqub, Kerukunan Umat Perspektif
Al-Quran Dan Hadis (Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus, 2008), 28–69.

11

Anda mungkin juga menyukai