SPB 2-2 Bangunan Struktur
SPB 2-2 Bangunan Struktur
SPB 2-2 Bangunan Struktur
RencanaPembelajaran
SPB
2.2 Bangunan Struktur (Gedung,
Jembatan dan Jalan Lapen)
Tujuan
Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:
1. Peserta mampu memahami konsep dasar perencanaan pembangunan gedung
sesuai fungsi;
2. Peserta memahami jenis konstrusi jembatan;
3. Peserta memahami jenis konstruksi jalan lapen.
Waktu
4 JP (180 menit)
Metode
Curah pendapat
Diskusi kelompok
Media
Media Tayang
n desain
Alat Bantu
Flipt Chart, spidol, laptop, LCD, Whiteboard
Proses Penyajian
1. Pelatih menjelaskan tentang tujuan, hasil, dan proses dari proses pembelajaran
sub pokok bahasan “Bangunan Struktur”.
A.
Bahan Bacaan
SPB
VI.1.3. Hubungan Antar Jenis
Kegiatan
Bangunan Struktur (Gedung,
2.2
1. Kegiatan Hunian
Jembatan dan Jalan Lapen)
a. Kegiatan Bertempat Tinggal
1) Beristirahat
Gedung 2) Berkumpul bersama keluarg
3) Mencuci baju
4) Menjemur pakaian
5) Memasak
6) Makan
7) MCK
8) Parkir (penghuni)
b. Kegiatan
Rekreasi
9) Bermain
10) Olahraga
11) Duduk bersantai
2. Kegiatan Sosialisasi
c. Bersosialisasi dengan Sesama Penghuni Rusunawa
12) Bertamu dengan sesama penghuni
13) Berkumpul dengan tetangga
14) Arisan, syukuran,
dll.
d. Bertamu ke Rusunawa
15) Parkir (tamu)
16) Bertamu dengan Penghuni Rusunawa
3. Kegiatan
Perdagangan
e. Berjualan
17) Menyiapkan barang dagangan
18) Memasak
19) Mencuci piring
20) Melakukan transaksi jual-
beli f. Berbelanja
Dasar galian harus bersih dari kotoran sampah, akar akar, tumbuh
tumbuhan atau tanah humus yang dapat merusak pada bangunan
diatasnya.
Galian dibuat miring untuk menjaga terjadinya longsor, terutama tanah
yang lembek.
Bilamana terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi
sehingga dicapai kedalaman yang melebihi dari apa yang tertera dalam
gambar atau yang dapat disetujui oleh Fasilitator maka kelebihan di atas
harus ditimbun kemball dengan pasir yang dipadatkan. Risiko biaya
pekerjaan tersebut menjadi tanggungjawab TPK
Pekerjaan Urugan Tanah :
Pengurugan tanah kembali dilaksanakan setelah pemasangan pondasi dan
sloof telah selesai dilaksanakan
Bahan pemimbunan ini harus bersih dari sampah dan batu batu lain yang
bersifat merusak.
Pengurugan dipadatkan lapis demi lapistiap 30 cm dengan alat pemadat
manual
6 Pekerjaan Pondasi Kedalaman galian pondasi minimal sampai tanah keras. Lebar galian
Batu Kali minimal lebar tapak pondasi ditambah 25 cm kiri dan kanan.
Urugan pasir dibawah pondasi t min.= 5 cm
Dimensi pondasi sesuai dengan gambarperencanaan. Tinggi pondasi
min.= 50 cm, lebar tapak pondasi min. = 50 cm, lebar atas pondasi min. =
25 cm.
Campuran spesi 1:4
Untuk menghubungkan pondasi dengan sloof dipasang angker besi Ø 10
mm. Panjang angker minimal 50 cm (tertanam ke pondasi 30 cm) dan
dipasang dengan jarak 100 cm.
Untuk menghubungkan pondasi dengan kolom dipasang angker besi
sesuai penulangan kolom. Panjang angker minimal 80 kali diameter
tulangan utama kolom ditambah tinggi sloof (tertanam didalam pondasi
40 kali diameter tulangan utama kolom).
7 Pekerjaan Pondasi Kedalaman galian pondasi minimal sampai tanah keras. Lebar galian
Setempat (foot minimal lebar tapak ditambah 10 cm kiri dan kanan.
plat) Beton
Urugan pasir dibawah pondasi t min.= 5 cm
Bertulang
Dimensi pondasi sesuai dengan gambar perencanaan.
Campuran beton minimal 1:2:3
8 Pekerjaan Sloof Ukuran sloof beton sesuai dengan gambar perencanaan, ukuran minimal
Beton Bertulang
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 9
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
pencuci agregat dan untuk curing beton, harus air tawar yang bersih dari
bahan-bahan yang berbahaya daripenggunaannya seperti minyak, alkali,
sulfat, bahan organik,garam, silt (lanau).
Kadar silt (lanau) yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 %
dalam perbandingan beratnya. Kadar sulfat maksimum yang
diperkenankan adalah 0,5 % atau 5 gr/lt, sedangkan kadar chloor
maksimum 1,5% atau 15 gr/lt. Jika terdapat keraguanmengenai air,
dianjurkan untuk mengirimkan contoh air tersebutke Laboratorium
pemeriksaan yang diakui.
TPK tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang
berlumpur.
Jika memungkinkan dipakai airyang memenuhi syarat untuk air minum.
6 Tulangan/ Besi Tulangan baja untuk beton harus sesuai dengan gambar rencanadan
Beton sesuai dengan Standar Nasional Indonesia NI-2.
Tulangan yang dipakai untuk diameter ≤12 adalah tulanganpolos,
sedangkan untuk dimeter >12 adalah tulangan ulir (deform).
Pada waktu pengecoran beton, tulangan harus bersih dan bebasdari
kerusakan/ karat.
Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam SKSNI T15-1991-03
dengan mutu baja U-32 untuk tulangan ulir dan U-24untuk tulangan
polos.
Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syaratbebas dari
kotoran-kotoran, lapisan minyak, kasar dan tidakbercacat seperti retak dan
lain-lain.
Tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan gambarbestek.
Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan
dingin dan dengan cara yang tidak merusaktulangan tersebut.
Tulangan dipasang sedemikian rupa sehingga, sebelum, selamadan
sesudah pengecoran tidak bergeser tempatnya.
Terhadap ketepatan serta untuk mendapatkan penutup beton (beton
decking) yang tertentu dan sama harus dipasang blok beton (beton tahu).
Penahan jarak yang berbentuk blok persegiterbuat dengan campuran 1
pc: 3 ps dipasang 4 buah/m2 cetakandan harus tersebar merata.
7 Batu Bata Batu bata yang akan digunakan harus baru, terbuat dari tanah yang baik
sesuai dengan dengan ukuran 24 x 10 x 4,5 cm, berkualitas baik dan telah
diperiksa/disetujui Fasilitator.
Batu bata harus berkekuatan tekan /compressive strength sebesar 30
kg/cm2, dan bisa menahan gaya horizontal/shear strength sebesar 1,7
kg/cm2.
Batu bata harus matang, bila direndam air akan tetap utuh, tidak pecah
atau hancur.
Batu bata yang pecah/retak tidak dibenarkan digunakan untuk dipasang,
kecuali untuk melengkapi, misalnya sudut.
Sebelum dipasang batu bata. harus direndam air hingga jenuh air.
Ukuran ukuran bata harus seragam dan dapat disesuaikan berdasarkan
tebal dinding akhir yang disyaratkan dalam gambar kerja
8 Kayu Kayu untuk konstruksi rangka atap harus menggunakan kayu yang
berkwalitas baik dan kering, jenis kayu kelas II dan tidak boleh terdapat
cacat-cacat kayu. Ukuran kayu sesuai dengan hasil perancangan.
Kayu untuk kusen, daun pintu dan jendela harus menggunakan kayu yang
berkwalitas baik dan kering, jenis kayu kelas II dan tidak boleh terdapat
cacat-cacat kayu. Semua permukaan diserut halus. Ukuran bersih setelah
diserut :kayu kusenminimal (5 x 11) cm, kayu rangka daun pintu minimal (3
x 10) cm, kayu rangka daun jendela minimal (3 x 6) cm.
Kayu rangka langit-langit (plafond) harus menggunakan kayu yang
berkwalitas baik dan kering, jenis kayu kelas II dan tidak boleh terdapat
cacat-cacat kayu.
Kayu bekisting menggunakan jenis kayu kelas III.
1
B. JEMBATAN
Jembatan adalah suatu bangunan konstruksi di atas sungai atau jurang yang digunakan sebagai
prasarana lalu lintas darat.
Tujuan dari pembangunan jembatan di sini adalah untuk sarana penghubung pejalan kaki atau lalu-
lintas kendaraan ringan. Konstruksinya sederhana, dengan mempertimbangkan sumberdaya
setempat (tenaga kerja, material, peralatan, teknologi) sehingga mampu dilaksanakan oleh
masyarakat setempat.
Jembatan yang dibangun dalam program ini adalah jembatan yang melengkapi system lalulintas
ekonomi dan transportasi masyarakat :
Jembatan pada jalan desa/kelurahan yang menghubungkan desa/kelurahan dengan wilayah
desa/kelurahan lain sebagai prasarana perhubungan ekonomi dan sosial masyarakat;
Jembatan pada jalan desa/kelurahan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi (seperti
pasar, TPI, dll) ke outlet (jalan poros desa/kelurahan/jalan dengan fungsi yang lebih tinggi/dermaga);
Jembatan pada jalan desa/jalan lingkungan yang menghubungkan
RW/dusun/perkampungan dengan pusat pemerintahan, pusat kegiatan ekonomi, produksi, outlet;
Jembatan pada jalan desa/jalan lingkungan yang menghubungkan desa/kelurahan dengan pusat
kegiatan produksi (seperti pertanian, perkebunan, dll).
Pembangunan jembatan baik berupa pembangunan baru, peningkatan atau rehabilitasi Jembatan
Kayu, Jembatan Gelagar Besi, Jembatan Beton dan Jembatan Gantung hendaknya
mempertimbangkan kriteria-kriteria, pemilihan Jenis Konstruksi Jembatan berikut.
Tabel 18 : Tabel Alternatif Pemilihan Jenis Konstruksi Jembatan
Jenis Konstruksi Fungsi Ukuran Konstruksi
Jembatan Kayu Kendaraan roda 4 beban - Lebar maks. 3,5m
ringan (as tunggal 5 ton) - Panjang Bentang maks. 6m (dapat
12m dgn pilar ditengah)
Jembatan Gelagar Kendaraan roda 4 beban - Lebar maks. 3,5m
Besi (lantai kayu) ringan (as tunggal 5 ton) - Panjang Bentang maks. 12 m
Jembatan Beton Kendaraan roda 4 beban - Lebar maks. 3,5m
ringan (as tunggal 5 ton) - Panjang Bentang maks. 6 m
Jembatan Gantung - Pejalan Kaki - Lebar maks. 1,5m
- Kendaraan roda 2 - Panjang Bentang maks. 60 m
Untuk bentang yang lebih besar maka desain konstruksi harus mendapat persetujuan
Tenaga Ahli/Konsultan dan Dinas Teknis/PU setempat;
2. Pembebanan
Jembatan sederhana untuk lalu lintas ringan volume rendah direncanakan dengan pembebanan :
beban merata 300 kg/m2 dan beban kendaraan ringan roda 4 : as depan 1,5 ton & as belakang
3,5 ton.
Tinggi Jagaan
Kondisi Sifat Aliran Air/Sungai dari
Tenang Muka Air Banjir
0,6 m
Daerah Datar
Deras 1,0 m
Tenang 1,0 m
Daerah Perbukitan
Deras 1,5 m
Irigasi Tenang 0,5 m
b) Ruang bebas untuk lalu lintas air dibawah jembatan harus disediakan sesuai kebutuhan lalu
lintas yang bersangkutan (misalnya untuk lalu lintas perahu, dsb).
Ujung tiang pancang kayu diruncingkan dan diberi sepatu (kepala tiang pancang),
dipancangkan dengan cara dipukul dengan palu beton berat 80-100kg (ukuran
30x30x50cm), dengan tinggi jatuh 50-100cm;
Penghentian pemancangan apabila pada 10 kali pemukulan terakhir dengan tinggi jatuh
100cm, jumlah penurunan kumulatif 5cm;
Penyambungan tiang pancang dengan cara sambungan lidah (memotong kedua ujung
tiang pada ujungnya setebal ½ tebal tiang dengan panjang sambungan 3kali
tebal tiang), kemudian diklem dengan plat besi 3cmx0,3cm dan diikat dengan kawat dia.3mm
atau diperkuat dengan paku.
Diatas tiang dipasang balok kayu 30x30cm yang menghubungkan 2 tiang pancang dengan
cara diklem dengan plat atau menggunakan paku pengapit dari besi beton 6mm.
Bangunan jembatan yang langsung memikul beban lalulintas, pada umumnya berada diatas
permukaan tanah, seperti : lantai, balok jembatan, sandaran, perletakan.
a) Jembatan Kayu
Konstruksi bangunan atas terdiri dari gelagar kayu dengan lantai kayu, sedangkan
bangunan bawah bisa pondasi langsung kayu, pasangan batu atau tiang pancang kayu.
Panjang bentang maksimum 6 meter (untuk satu bentang) dan lokasi memungkinkan
dapat dibuat lebih dari satu bentang dengan menambah pondasi pilar ditengah.
Kayu yang digunakan untuk konstruksi harus dari kayu kualitas baik, minimal kayu klas 2,
seperti meranti merah, kruing, rasamala atau kayu lokal yang kualitasnya sesuai persyaratan.
Kayu mempunyai beberapa keuntungan :
Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi lebih murah, dan dapat
dikerjakan dengan peralatan yang sederhana;
Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus dan
tenaga ahli tinggi, misalnya pada sambungan cukup dengan menggunakan bor;
Lantai kayu dapat dipasang tanpa menggunakan besi beton dan begesting sehingga
menghemat biaya;
Kayu tidak mudah dipengaruhi oleh korosi seperti baja/besi dan beton;
Kayu merupakan bahan yang sangat estetik, bila didesain dengan benar dan dipadukan
dengan lingkungan sekitar.
Kerugiannya antara lain :
Relatif mudah rusak oleh perubahan cuaca, pelapukan dan mudah ditumbuhi lumut/jamur
sehingga kebutuhan pemeliharaan lebih sering dilakukan, biaya
pemeliharaan cukup tinggi disbanding beton/baja;
Kayu menjadi terbatas terutama karena panjangnya terbatas sehingga lebih cocok hanya
untuk jembatan dengan bentang pendek, bila lebih panjang harus menambah pilar jembatan
(biaya mahal);
Ukuran kayu gelagar yang digunakan tidak umum tersedia dipasaran (pesanan khusus)
sehingga menjadi sulit tersedia dan biaya lebih tinggi terutama pada daerah
perkotaan/daerah tidak memiliki kayu;
Lemahnya pengetahuan mutu kayu yang baik, akan cenderung mendorong
masyarakat untuk menggunakan kayu yang tersedia disekitar (local) meskipun kualitas rendah
(pengawasan kualitas bahan harus lebih tinggi);
Tabel 19 : Tabel Dimensi Gelagar Kayu untuk Jembatan Kayu Lalulintas Ringan
Konstruksi bangunan atas adalah gelagar besi, lantai kayu sedangkan bangunan bawah
adalah pondasi langsung pasangan batu.
Panjang bentang adalah 6m s/d 15m
Konstruksi jembatan gelagar besi dengan dua perletakan sistem simple beam.
Besi gelagar yang digunakan adalah besi profil I;
Penyambungan/ikatan antara gelagar besi dengan balok lantai menggunakan baut dengan
plat siku pengaku dan tidak melubangi sayap besi gelagar karena akan mengurangi kekuatan
strukturnya;
Kayu papan lantai ukuran 8/25 cm, pengikatan dengan 2 baut sekrup diameter
10mm dan plat pengapit kegelagar jembatan.
Lintasan Roda Kendaraan, papan 4/30 cm sepanjang jembatan;
Sandaran Besi L.40.60.5, L.70.70.7, L.90.150.10mm
Oprit pada pangkal jembatan menggunakan tanah pilihan/sirtu dipadatkan;
Tabel 20 : Tabel Dimensi Gelagar Kayu untuk Jembatan Kayu Lalulintas Ringan
Pekerjaan-pekerjaan detail dikerjakan memerlukan peralatan khusus dan tenaga ahli misalnya
pada sambungan dengan pengelasan;
Biaya gelagar besi lebih mahal dibandingkan beton dan kayu;
Besi dipengaruhi oleh korosi sehingga pada daerah tertentu perlu
antisipasi/pemeliharaan khusus untuk hal ini;
Ketersediaan dipasaran, khusus didaerah luar jawa masih terbatas, biaya mahal dan sulit
dibangun;
d) Jembatan Gantung
Konstruksi bangunan atas jembatan gantung berupa : tiang pilon/menara, kabel utama, kabel
pengaku, kabel penggantung dengan lantai dan pagar pengaman/sandaran. Sedangkan
bangunan bawah berupa pondasi dari pasangan batu/beton.
Konstruksi jembatan gantung lebih cocok untuk bentang yang panjang dengan dasar sungai
yang dalam.
Pada lokasi tebing yang tingginya tidak sama, penentuan bentang jembatan diusahakan agar
kemiringan bentang utama jembatan maksimum 1:20.
Panjang jembatan gantung disini adalah 15-60m dengan perbedaan panjang kelipatan 5 m.
Lebar jembatan 1,5m.
C. JALAN LAPEN
Jalan disini adalah jalan yang dapat berfungsi sebagai penghubung antar desa/kelurahan atau ke
lokasi pemasaran, atau berfungsi sebagai hunian/perumahan, serta juga berfungsi sbagai
penghubung desa/kelurahan ke pusat kegiatan yang lebih tinggi tingkatannya
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 26
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
B. Bagian-bagian Jalan
Suatu Jalan umumnya terdiri dari bagian-bagian, yaitu : Dawasja, Damaja, Damija, Badan
Jalan, Lapis Perkerasan, Bahu Jalan dan saluran tepi.
a) GEOMETRI JALAN
Pada badan jalan di daerah bukit, saluran samping dibuat di arah bukit.
Disarankan kemiringan tebing 1:1, karena lereng yang semakin landai akan semakin
stabil dan tanaman tidak bertumbuh dengan baik pada tebing yang hanipir vertikal.
Tebing gundul perlu dilindungi dengan salali satu cara yang efektif dan efisien, antara
lain: pembuatan teras, saluran diversi, penamanan rumput atau perdu, lapisan batu
kosong, pasangan batu, bronjong kawat atau turap kayu.
Kemiringan tebing maksinial 2:1 dan dilindungi dengan cara yang efektif. Tinggi
pemotongan tebing maksimal disarankan 4,00 meter. Tanah hasil pemotongan harus
dibuang secara aman untuk mencegah erosi dan longsor.
Karena timbunan sulit dipadatkan secara padat karya, disarankan perkerasan tidak
dibuat di atas timbunan baru. Bila perkerasan terpaksa harus dibuat di atas timbunan,
maka timbunan maksimal dibatasi 1,50 meter. Timbunan tinggi sering mengalami
longsor dan erosi berat.
Bentuk Badan Jalan di Daerah Curam
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi | 29
PENINGKATAN KAPASITAS PENDAMPING DESA
Konstruksi jalan daerah perbukitan perlu perhatian khusus untuk menjamin stabilitas,
untuk mengurangi longsor dan erosi, dan demi keselamatan.
c) Jalan Lapen
Untuk pekerjaan Penghamparan batu pecah 3/5 dan 5/7, batu pecah yang
dipakai harus yang bersih dari segala kotoran,
Untuk daerah yang ada hubungannya dengan pekerjaan
selanjutnya, penimbunan tersebut harus dilaksanakan sedemikian rupa,
sehingga tidak mengganggu jalannya pekerjaan,
Pemadatan hamparan batu pecah tersebut pada badan jalan
dilaksanakan pada keadaan dimana tanah dasar mempunyai kadar air yang
minimum, d a n dipadatkan dengan mesin gilas dengan
kapasitas kemampuan pemadatan minimal 3 ton. Hasil kepadatan
yang dicapai harus mencapai kepadatan di lapangan γ 90% AASHTO (Standar).
b. P e k e r j a a n P e n y i r a m a n a s p a l c u r a h M a n u a l ( 1 k g / M 2 )
Setelah didapatkan lapisan batu pecah 3/5 dan 5/7, di siram dengan aspal dengan
kapasitas 1 kg/m2.
c. Penetrasi, tebal 3 cm :
Setelah Prime Coat dilakukan dengan menggunakan aspal panas sebanyak 2,5
kg/m2 untuk penetrasi tebal 3 cm padat.
Aspal harus cukup cair (160°C) supaya dapat masuk ke lubang – lubang di antara
batu - batu. Tempat pemasakan aspal jaraknya tidak boleh lebihdari 20 meter
dari tempat gelaran.
Dalam penetrasi padat digelar batu pecah diameter 2 – 3 cm, harus
rata dan tidak boleh ada bagian – bagian yang lebih berisi dari bagian – bagian
y a n g l a i n . H a m p a r a n B a t u P e c a h 2/3 t e b a l 3 c m , L a p i s a n i n i
a d a l a h dengan menghamparan Batu Pecah berukuran 2/3 untuk menutup
Lapisan Penutup dibawahnya agar rata dan semakin padat. Lapisan ini
mempunyai ketebalan 3 cm. Lalu dipadatkan kembali dengan mesin
gilas dengan kapasitas kemampuan pemadatan minimal 3 ton.
Setelah sosotan rata, lapisan tersebut ditutup / ditaburi dengan abu
batu sebanyak 0,015 m3/m2, kemudian dipadatkan hingga rata betul
dengan mesin gilas seberat 3 - 5 ton.