Review Aspek Komersial KIT Subang VFinal
Review Aspek Komersial KIT Subang VFinal
Review Aspek Komersial KIT Subang VFinal
20 Februari 2024
Activity log
Menyiapkan draft pertama dokumen kajian dan mengirimkan Preliminary Hypothesis Testing Rencana Positioning Kawasan
13 Februari 2024 Tim Tenaga Ahli, Taskforce JIEP
kepada tim taskforce JIEP. Pendukung Ketahanan Pangan, serta Analisis permasalahan dan
usulan debottlenecking
Iterasi kembali dan melengkapi informasi pada dokumen kajian
Meninjau dokumen Paparan KIT Subang dan iterasi kembali
15 Februari 2024 tenaga ahli sesuai dengan informasi pada informasi terbaru Tim Tenaga Ahli
dokumen kajian.
Paparan KIT Subang
Kajian mencakup Analisis Relevansi Situasi Ekonomi dan
Mengirimkan draft kedua dan menyelenggarakan diskusi Market, Preliminary Hypothesis Testing Rencana Positioning
16 Februari 2024 Tim Tenaga Ahli, Taskforce dan BOD JIEP
progress update dokumen dengan tim taskforce dan BOD JIEP. Kawasan Pendukung Ketahanan Pangan, serta Analisis
permasalahan dan usulan debottlenecking
Perbaikan terhadap beberapa bagian yang memerlukan
16 – 19 Februari 2024 Perbaikan berdasarkan input progress update tanggal 16. pembaharuan, perbaikan, atau perubahan sesuai dengan Tim Tenaga Ahli
feedback yang diterima.
20 Februari 2024 Final submission hasil review kepada taskforce JIEP. Mengirimkan hasil kajian akhir kepada taskforce JIEP. Tim Tenaga Ahli
2
Daftar Isi To be discussed
Daftar Isi
Topik:
1 Our Understanding
2 Metodologi Review
3 Hasil Review
4 Appendix
3
Our Understanding
Our Understanding Updated To be discussed
KIT Subang sebagai bagian dari Segitiga Ekonomi Rebana, akan dikembangkan menjadi pusat industri strategis
nasional dengan dukungan konkret pemerintah
KIT Subang atau yang dikenal sebagai Kawasan Industri Grand Rebana di
Subang, Jawa Barat, adalah transformasi visioner dari lahan eks KIT Subang memperoleh dukungan penuh pemerintah melalui Perpres 87 Tahun 2021
perkebunan tebu RNI menjadi pusat industri strategis nasional, bagian
dari Segitiga Ekonomi Rebana (Cirebon, Patimban, Kertajati). Kawasan Industri Grand Rebana mendapatkan dukungan penuh dari
pemerintah. Dukungan ini ditegaskan dalam Perpres 87 Tahun 2021, yang
menetapkan bahwa kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah akan
memberikan dukungan berdasarkan kewenangan yang diamanahkan oleh
peraturan perundang-undangan
Pendanaan
Rencana pendanaan APBN 5,8 T untuk CAPEX kawasan dan dukungan pendanaan untuk BUMN yang terlibat
Sumber: Paparan KIT Subang, Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Exsum Progress Laporan FS Studi
Ekonomi KIT Subang Stage 1,2, dan 3 (AECOM) 5
Our Understanding Updated To be discussed
Setelah beberapa tahun dalam fase pengembangan, KIT Subang dinilai mengalami perlambatan sehingga perlu
dilakukan tinjauan ulang terhadap aspek komersial untuk mengevaluasi keberlanjutan proyek
Kondisi Eksisting Grand Rebana (KIT Subang) Review Aspek Komersial Proyek KIT Subang
Milestone Proyek
Proyek Kawasan Industri Grand Rebana telah memasuki tahun ke-2 hingga ke-3 dalam fase pengembangannya. Namun, baru-baru Dalam upaya memperkuat dasar review aspek
ini, momentum proyek ini mengalami perlambatan. Sehingga, saat ini diperlukan review terhadap aspek komersial untuk meninjau komersial KIT Subang, JIEP akan mengacu pada 2
keberlanjutan proyek. (dua) dokumen kajian yang telah tersedia:
Inisiasi Proyek & Dukungan Pemerintah Formasi Konsorsium Review Aspek Komersial Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran
1 (JLL)
2021 2022-2023 2024
• Penerbitan Perpres 87 Tahun 2021 sebagai • Upaya pembentukan konsorsium antara JIEP, • JIEP sebagai koordinator konsorsium Exsum Progress Laporan FS Studi Ekonomi KIT
2 Subang Stage 1,2, dan 3 (AECOM)
dasar hukum yang mengatur percepatan RNI, dan PP terus berlangsung, dengan tujuan sementara melakukan review aspek komersial
pembangunan KIT Subang, bagian dari mengkoordinasikan sumber daya dan untuk menilai keberlanjutan proyek dan
Segitiga Ekonomi Rebana. kompetensi masing-masing entitas untuk menentukan strategi pemasaran yang akan
• Langkah awal pemerintah menunjukkan pengembangan KIT Subang. datang.
komitmen terhadap transformasi KIT Subang • Proses masih berjalan dengan tujuan • Peninjauan ini bertujuan untuk memastikan Key Objective:
menjadi kawasan industri strategis nasional. memastikan struktur kepemimpinan dan bahwa KIT Subang mampu beradaptasi
pengelolaan yang efektif untuk KIT Subang. dengan kondisi pasar terkini dan memenuhi 1. Review Dokumen Kajian Eksisting: Meninjau
kebutuhan industri masa depan.
kembali dokumen-dokumen kajian yang telah
Menghadapi stagnasi pembentukan konsorsium KIT Subang, Stakeholder terkait lainnya: ada untuk memastikan data dan informasi
Kementerian BUMN menunjuk JIEP sebagai koordinator masih relevan.
sementara konsorsium dengan tanggung jawab utama untuk 2. Update Data: Memperbarui data dalam
mengkaji kembali rencana pengembangan KIT Subang.
dokumen kajian dengan informasi terkini
Kemenko Bidang Kemen Kemen Kemen
Ekonomi BKPM BUMN PUPR untuk memastikan akurasi analisis.
3. Analisis Ulang: Melakukan analisis ulang
berdasarkan data yang telah diperbarui.
JIEP sebagai lead sementara konsorsium KIT Subang per-Januari 2024 4. Penarikan Kesimpulan: Menggali kesimpulan
Kemen Kemen Pemda
Perindustrian
Kemen ATR
Perhubungan Jabar dari analisis data terbaru untuk mendukung
keputusan strategis yang akan diambil.
Review Aspek Komersial Proyek KIT Subang: Sebagai langkah awal JIEP untuk meninjau keberlanjutan KIT Subang
Saat ini, JIEP memiliki aspirasi untuk mengembangkan KIT Subang sebagai KI ketahanan pangan
Metode review kami berfokus pada analisis dokumen kajian eksisting sebagai titik awal, dengan tujuan untuk
menghasilkan tinjauan terperinci tentang aspek komersial
Key Activities
Input 1 Analisis relevansi situasi ekonomi dan market
1. Rencana Penjualan dan
Strategi Pemasaran (JLL) • Sintesa Key Message: Identifikasi dan sintesis pesan kunci dari studi yang ada
2. Exsum Progress Laporan • Updating Data: Pemutakhiran informasi dengan data pasar terkini.
FS Studi Ekonomi KIT • Re-run proses sintesa setelah data update tersedia: Implementasi sintesis
Subang Stage 1,2, dan 3 kembali pasca pembaruan data.
(AECOM)
• Penarikan Kesimpulan: Penggalian kesimpulan berdasarkan analisis terbaru untuk
bimbingan strategis.
1 2 3 2 Preliminary Hypothesis Testing Rencana Positioning Kawasan Pendukung
Analisis Relevansi Situasi Preliminary Hypothesis Testing Rencana Analisis Isu dan Usulan
Ekonomi dan Market Positioning Kawasan Pendukung Debotlenecking Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan • Assessment Isu Ketahanan Pangan (Global & Nasional): Menilai isu global dan
Cek Progress Terkini nasional dalam konteks ketahanan pangan global dan nasional
Sintesa Key Message Assessment Isu Ketahanan Pangan • Pemetaan Potensi Peran Kawasan Industri dalam Mendukung Ketahanan
Status Pengembangan
(Global & Nasional) Pangan: Mengidentifikasi potensi spesifik KIT Subang dalam ekosistem
ketahanan pangan, termasuk peluang sinergi dengan sektor agrikultur dan
Updating Data Pemetaan Potensi Peran Kawasan Issue Mapping agroindustri.
Industri dalam Mendukung Ketahanan • Referensi Keberhasilan Praktik Negara/Industri dalam Mendukung Ketahanan
Pangan
Pangan: Membandingkan praktik sukses global, menentukan yang relevan untuk
Re-run proses sintesa adaptasi oleh KIT Subang..
setelah data update Referensi Keberhasilan Praktik Root Cause Analysis
tersedia Negara/Industri dalam Mendukung • Analisis Kesiapan Teknis Kawasan untuk Mendukung Ketahanan Pangan:
Ketahanan Pangan Menilai infrastruktur dan kapabilitas KIT Subang untuk mendukung operasi
Penarikan Kesimpulan & ketahanan pangan yang efisien, termasuk kemampuan produksi, distribusi, serta
Penarikan Kesimpulan Analisis Kesiapan Teknis Kawasan untuk Permohonan Support teknologi yang diperlukan
Mendukung Ketahanan Pangan yang Diperlukan
3 Analisis Isu dan Usulan Debotlenecking
• Cek Progress Terkini Status Pengembangan: Menilai perkembangan terkini KIT
Subang dengan metode pengumpulan data aktual.
• Issue Mapping: Mengidentifikasi dan memetakan tantangan dalam proyek
End Output 1. Tinjauan Aspek Komersial
berdasarkan data terkumpul.
2. Status Pengembangan
Terkini • Root Cause Analysis: Menyelidiki akar masalah dari tantangan yang teridentifikasi.
3. Kebutuhan Support ke • Penarikan Kesimpulan dan Permohonan Support: Merumuskan langkah
stakeholder terkait selanjutnya dan menentukan dukungan yang diperlukan dari stakeholder.
4 Penarikan Kesimpulan
Key Highlight: Deskripsi Singkat Kajian JLL dan AECOM To be discussed
Dokumen kajian dari JLL dan AECOM bertujuan untuk menganalisis aspek-aspek yang terkait dengan strategi
pemasaran dan kelayakan finansial proyek KIT Subang.
• Rencana pemasaran dan penjualan Grand • Rekomendasi strategi pemasaran efektif. • Studi kelayakan pengembangan KIT penggunaan lahan.
Rebana, termasuk analisis pasar, profil pasar, • Skema keagenan untuk penjualan dan Subang. • Analisis pasar real estat: industri,
dan rekomendasi strategi. pemasaran. • Analisis lokasi dan lahan. residensial, komersial.
Tujuan Kajian • Memahami pasar industri dan masterplan. • Analisis makroekonomi dan • Identifikasi SWOC pengembangan
• Evaluasi preferensi pasar dan permintaan. demografi. area.
• Identifikasi tantangan dan isu utama. • Benchmarking dan analisis
• Gambaran Umum Pasar Kawasan Industri: • Analisis Marketability dan Estimasi Besar • Analisis Lokasi dan Lahan: KIT dan komersial; penyesuaian harga
Pertumbuhan investasi asing dengan upah Permintaan: Pertumbuhan permintaan stabil, Subang strategis dekat Pelabuhan berdasarkan pasar.
tenaga kerja kompetitif; infrastruktur dan insentif kebutuhan infrastruktur khusus, dan proyeksi Patimban dan infrastruktur utama; • Analisis Kelayakan Keuangan:
investasi menarik. penyerapan pasar. memerlukan penyesuaian lahan. Proyeksi keuangan menunjukkan
• Pemahaman Masterplan Konfigurasi • Tantangan dan Isu Utama: Infrastruktur yang • Analisis Ekonomi dan Demografi: IRR dan NPV positif; kebutuhan
Pengembangan Produk: Diversifikasi sektor belum memadai, kebutuhan tenaga kerja Pertumbuhan PDB positif; pandemi ekuitas dan strategi pembayaran
Temuan industri, adaptasi infrastruktur, dan terampil, dan adaptasi terhadap dampak COVID- mempengaruhi ekonomi; utang.
pengembangan berfase sesuai masterplan. 19. peningkatan tenaga kerja lokal.
Utama • Profil dan Preferensi Pasar Permintaan Kawasan • Rekomendasi Strategi Pemasaran: Penyesuaian • Analisis Benchmark dan Tata Guna
Industri: Permintaan tinggi dari sektor produk berdasarkan analisis permintaan, promosi Lahan: Benchmark dengan kawasan
manufaktur, logistik, dan data center; preferensi intensif, dan penawaran insentif. industri lain; rencana penggunaan
pada lokasi strategis dan insentif. • Gambaran Skema Keagenan: Struktur komisi, lahan meliputi industri, residensial,
• Gambaran Umum Kawasan Industri Halal: Insentif peran agen dalam promosi dan penjualan, serta dan komersial.
pemerintah, sertifikasi, dan akses ke pasar halal strategi pemasaran internal dan eksternal. • Analisis Pasar Real Estate: Potensi
global. pasar untuk industri, perumahan,
Kedua kajian ini saling melengkapi dengan menyediakan tinjauan yang komprehensif tentang aspek komersial dan pemasaran dari Grand Rebana City
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL) serta Kajian Feasibility Study (AECOM), Analisis Tenaga Ahli 12
Key Highlight: Market Attractiveness Grand Rebana City To be discussed
Grand Rebana City memiliki potensi untuk menjadi pilihan investasi yang menarik bagi investor dengan 5 (lima)
alasan utama
1 Peningkatan investasi asing di Asia Pasifik dan 4 Insentif pemerintah yang menarik, seperti
Indonesia menandakan kepercayaan investor, pembebasan pajak dan kemudahan perizinan,
Pertumbuhan Investasi dengan Grand Rebana menawarkan akses Insentif Pemerintah mendukung investasi dan pertumbuhan industri
Asing strategis ke pasar ASEAN yang dinamis. dan Dukungan Industri di Grand Rebana, membuatnya menarik bagi
investor domestik dan asing.
2 Upah tenaga kerja yang kompetitif di Indonesia, 5 Tren global dan regional yang meningkat dalam
khususnya di Grand Rebana, menawarkan e-commerce dan kebutuhan data center, serta
Keunggulan Biaya Potensi Industri Halal,
keunggulan biaya bagi perusahaan yang mencari E-commerce, dan Data fokus pada industri halal, menawarkan peluang
Operasional
relokasi industri, meskipun tantangan seperti Center pertumbuhan yang signifikan di Grand Rebana.
margin yield yang tipis perlu dikelola.
3 Lokasi Grand Rebana yang dekat dengan
infrastruktur utama seperti Pelabuhan Patimban
Lokasi Strategis dan
Akses Infrastruktur dan Bandara Kertajati menawarkan logistik yang
efisien, penting untuk operasi industri dan akses
pasar.
Key Highlight
Grand Rebana menawarkan daya tarik pasar yang signifikan untuk investasi berkat kombinasi pertumbuhan investasi asing yang stabil, keunggulan biaya operasional dari upah tenaga kerja
yang kompetitif, dan lokasi strategis dengan akses infrastruktur yang memadai. Dukungan pemerintah melalui insentif fiskal dan kemudahan perizinan menambah nilai tambah. Selain itu, tren
global seperti peningkatan permintaan untuk industri halal, e-commerce, dan pusat data menjanjikan peluang pertumbuhan yang luas, membuat Grand Rebana menjadi pilihan investasi yang
menarik di kawasan ASEAN.
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL) serta Kajian Feasibility Study (AECOM), Analisis Tenaga Ahli 13
Key Highlight: Kajian Kelayakan (Feasibility Study) To be discussed
Secara finansial, Grand Rebana City juga dianggap layak karena menunjukkan proyeksi IRR dan NPV yang positif
dalam berbagai skenario finansial.
3 operasional beragam antara 8 hingga Pemerintah dan pengurangan CAPEX konsorsium dari 7,4
18 tahun, tergantung pada skenario Skema CAPEX triliun menjadi 1,6 triliun, yang secara
dan kondisi pendanaan. signifikan meningkatkan kelayakan
finansial proyek.
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL) serta Kajian Feasibility Study (AECOM), Analisis Tenaga Ahli 14
Key Highlight: Persiapan Pemasaran To be discussed
8 (Delapan) Key Success Factors pemasaran dan penjualan Grand Rebana City
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL) serta Kajian Feasibility Study (AECOM), Analisis Tenaga Ahli 15
Status Updating Data To be discussed
Berikut adalah status updating data terhadap dokumen Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL) (1/3)
16
Status Updating Data To be discussed
Berikut adalah status updating data terhadap dokumen Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL) (2/3)
17
Status Updating Data To be discussed
Berikut adalah status updating data terhadap dokumen Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL) (3/3)
No Judul Data Data Awal Tahun Data Data Update Tahun Data Update Opsi Sumber Data Slide Status Keterangan Update Data
PMDN: Website Open Data
Data 2018 pada
Realisasi investasi di Jawa Tersedia hingga Jawa Barat Data Terupdate Sesuai Sumber
14 sektor industri dan 2018 2022 64 Updated
Barat 2022 PMA: Website Open Data Dokumen Lama
lainnya
Jawa Barat
Aliran Investasi terkait Data Realisasi PMA Tersedia hingga Data Terupdate Sesuai Sumber
15 2015 - 2019 N/A Website NSWI 66 N/A
Manufaktur BKPM 2015-2019 2023 Dokumen Lama
Aliran Investasi terkait Data Realisasi PMA Tersedia hingga Data Terupdate Sesuai Sumber
16 2015 - 2019 N/A Website NSWI 66 N/A
Manufaktur BKPM 2015-2019 2023 Dokumen Lama
18
Analisa Data Update Dokumen JLL To be discussed
400
(Miiar USD)
Data 20%
200
0 0%
2019 2020 2021 2022
• Investasi Asing di Asia: Ada peningkatan investasi asing di Asia Pasifik dan Asia dari 2018 ke 2022, dengan penurunan di tahun 2020 yang kemungkinan
disebabkan oleh dampak pandemi COVID-19.
Analisa
• Market Share Asia: Terjadi peningkatan market share Asia Pasifik dan Asia dari 2018 ke 2022, yang menunjukkan bahwa Asia Pasifik, sebagai sebuah
Data
kawasan, menjadi semakin penting dalam konteks investasi global.
Update
• Investasi Asing di China: Investasi asing di China mengalami fluktuasi, tetapi umumnya menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, terutama
jika dilihat dari pertumbuhan yang signifikan dari tahun 2020 ke tahun 2021.
Data terbaru yang kami kumpulkan menunjukkan bahwa tren investasi asing ke Asia mengalami peningkatan. Ini dibuktikan dengan fakta bahwa sebelum pandemi
(2018), investasi asing di Asia Pasifik hampir mencapai 600 miliar USD. Pada tahun 2022, investasi asing di Asia sendiri telah menembus angka 600 miliar USD. Hal ini
Simpulan mengindikasikan:
1. Adanya sentimen positif global terhadap investasi di Asia.
2. Tren pertumbuhan investasi asing yang dikaji oleh JLL tetap relevan.
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli Catatan: Data di-update menggunakan data Asia 19
Analisa Data Update Dokumen JLL To be discussed
CAGR Indonesia
60
Data 40 -5%
20
-15%
0
-20 2019 2020 2021 2022 -25%
• Indonesia: Tren penurunan CAGR dalam 'data lama' tidak berlanjut; investasi menurun pada 2020 namun meningkat lagi pada 2021 dan stabil di 2022.
Analisa • Filipina: Tidak ada tren yang jelas; investasi berfluktuasi dengan penurunan di 2020, pemulihan di 2021, dan penurunan lagi di 2022.
Data • Malaysia: Berbeda dengan tren datar sebelumnya, 'data update' menunjukkan penurunan tajam di 2020 dan pemulihan yang kuat pada 2021 dan 2022.
Update • Thailand: Setelah nilai investasi negatif di 2020 yang tidak terlihat sebelumnya, ada peningkatan besar pada 2021, diikuti oleh stabilisasi pada 2022.
• Vietnam: Menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan konsisten dalam kedua set data.
Data terbaru yang kami kumpulkan menunjukkan bahwa tren investasi asing ke ASEAN meningkat. Ini dibuktikan dengan fakta bahwa sebelum pandemi (2018),
investasi asing di ASEAN hampir mencapai 50 miliar USD. Pada tahun 2022, ASEAN sendiri hampir mencapai 80 miliar USD. Hal ini mengindikasikan:
Simpulan
1. Adanya sentimen positif global terhadap investasi di ASEAN.
2. Tren pertumbuhan investasi asing yang dikaji oleh JLL masih relevan.
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli Catatan: Menggunakan sumber yang berbeda 20
Analisa Data Update Dokumen JLL To be discussed
2022
Data 2021
2020
0 13 26 39 52 65
Nilai Investasi (Miliar USD)
Informasi dan Komunikasi Transportasi dan Penyimpanan
Perdagangan Besar dan Retail Keuangan dan Asuransi
Manufaktur
• Sektor Manufaktur: Terdapat peningkatan signifikan dalam investasi dari tahun 2020 ke 2022. Hal ini menunjukkan pergeseran atau peningkatan fokus pada
sektor ini dalam hal investasi asing.
Analisa
• Sektor Keuangan dan Asuransi: Sektor ini juga menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dan kuat dalam periode yang sama, tetapi tidak sama besar dengan
Data
sektor manufaktur.
Update
• Sektor Perdagangan Besar dan Retail, Transportasi dan Penyimpanan, serta Informasi dan Komunikasi: Seluruh sektor ini menunjukkan pertumbuhan dari
tahun 2020 ke 2022 yang menandakan minat investasi yang berkembang dalam berbagai bidang ekonomi ASEAN.
Data update mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan fokus dan pertumbuhan dalam investasi asing pada sektor manufaktur di ASEAN. Sektor keuangan dan
asuransi juga menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Secara keseluruhan, terdapat penyebaran dan pertumbuhan investasi asing di berbagai sektor industri di ASEAN.
Simpulan Hal ini menunjukkan:
1. Perkembangan dan diversifikasi investasi asing yang semakin meningkat dalam sektor manufaktur dan keuangan dan asuransi.
2. Kajian JLL tentang tren pertumbuhan investasi asing masih tetap relevan, terutama dalam konteks sektor manufaktur.
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli Catatan: Klasifikasi data berbeda dengan data awal 21
Analisa Data Update Dokumen JLL To be discussed
• Malaysia: Pada tahun 2021 memiliki upah minimum yang paling tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya yaitu 73% dari upah China. Namun, grafik
menunjukkan bahwa persentase ini menurun dari tahun 2010 ke 2018 dan diperkirakan akan terus menurun hingga tahun 2023.
• Thailand: Pada tahun 2021 upah minimumnya sebesar 55% dari upah China. Grafik menunjukkan penurunan persentase dari tahun 2010 ke 2018, dan
Analisa penurunan ini diharapkan akan berlanjut hingga tahun 2023.
Data
• Vietnam: Dengan 36% dari upah China di tahun 2021, grafik menunjukkan peningkatan persentase upah dari tahun 2010 ke 2018, namun ada proyeksi
Update
penurunan untuk tahun 2023.
• Indonesia: Memiliki persentase terendah terhadap upah China di tahun 2021 yaitu 34%. Grafik menunjukkan bahwa persentase ini telah mengalami
penurunan dari tahun 2010 ke 2018 dan proyeksi menunjukkan tren penurunan akan berlanjut hingga tahun 2023.
Dari 4 negara yang diobservasi, pada tahun 2021 Vietnam dan Indonesia menunjukkan persentase upah tenaga kerja terhadap Cina yg turun, namun penurunannya
Simpulan tidak se-signifikan proyeksi JLL. Hal ini menunjukkan bahwa kajian JLL masih relevan, namun sensitivitasnya lebih rendah.
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli Catatan: Menggunakan sumber yang berbeda 22
Analisa Data Update Dokumen JLL To be discussed
Pertumbuhan Investasi
300 300
0 0
Q1-22 Q2-22 Q3-22 Q4-22 Q1-23 Q2-23 Q3-23
Sektor Primer Sektor Sekunder
Sektor Tersier Total Investasi
• Sektor Struktur & Bangunan (diasumsikan setara dengan Sektor Primer dan Sekunder): Pada ‘data lama’, kategori ini menunjukkan fluktuasi, tetapi secara
keseluruhan menurun. Dalam ‘data update’, investasi pada Sektor Primer dan Sekunder menunjukkan angka yang fluktuatif namun dengan nilai yang
meningkat pada periode Q3-23, terutama dalam PMDN.
Analisa • Alat & Mesin dan Kendaraan Bermotor (diasumsikan sebagian setara dengan Sektor Sekunder): ‘Data lama’ menunjukkan penurunan dalam kategori ini
Data sementara ‘data update’ menunjukkan fluktuasi dengan tren peningkatan investasi pada akhir 2023.
Update • Sumber Daya Hayati dan Aset Intelektual (diasumsikan sebagian setara dengan Sektor Primer dan Tersier): Tren ‘data lama’ menurun. ‘Data update’ untuk
Sektor Tersier menunjukkan penurunan, tetapi ada kenaikan pada Q3-23 untuk PMDN.
• Total Investasi: ‘Data lama’ menunjukkan penurunan yang konsisten. Sementara ‘data update’ menunjukkan bahwa investasi secara keseluruhan mengalami
fluktuasi, tetapi ada tren peningkatan pada periode Q3-23, terutama dalam PMDN.
1. Pembaruan data menunjukkan adanya tren pemulihan dan peningkatan investasi di berbagai sektor di Indonesia, terutama dalam PMDN. Penurunan yang
Simpulan sebelumnya diamati di beberapa sektor kini telah berbalik menjadi tren positif.
2. Tren pertumbuhan investasi yang dikaji oleh JLL masih relevan
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli Catatan: Klasifikasi data berbeda dengan data awal 23
Analisa Data Update Dokumen JLL To be discussed
200
Data
150
100
50
K1-22 K2-22 K3-22 K4-22 K1-23 K2-23 K3-23 K4-23
• PMA: Dalam ‘data lama’, terdapat penurunan selama periode COVID-19, tetapi ‘data update " menunjukkan pemulihan yang kuat dan pertumbuhan
Analisa berkelanjutan setelah periode tersebut dengan nilai investasi yang meningkat konstan dari kuartal ke kuartal.
Data
Update • PMDN: ‘Data lama’ menunjukkan PMDN yang meningkat hingga akhirnya melebihi PMA pada K4-19. Selanjutnya ‘data update’ menggambarkan bahwa
pertumbuhan tersebut berlanjut dengan tren positif yang kuat, yang menunjukkan peningkatan kepercayaan investor domestik.
1. Pemulihan yang diamati dalam data terbaru menunjukkan keberhasilan strategi investasi di Indonesia, baik asing maupun domestik, dengan PMDN yang
menunjukkan peningkatan signifikan, yang mencerminkan penguatan ekonomi domestik serta kepercayaan investor.
Simpulan 2. Analisis data terbaru ini mempertegas keberlanjutan tren yang telah diidentifikasi oleh JLL. Tren pertumbuhan investasi yang dikaji oleh JLL pada periode sebelumnya
tetap relevan
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 24
Analisa Data Update Dokumen JLL To be discussed
53%
65%
Data
12%
5% 7%
15% 5%
14%
16% 8%
PMDN PMA
DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Lainnya
• DKI Jakarta: Terdapat penurunan pangsa PMDN dan PMA dari tahun 2009 ke 2018. Pada 'data update' juga menunjukkan bahwa DKI Jakarta masih
memegang porsi yang signifikan dari total investasi pada tahun 2022 meskipun tidak mendominasi seperti sebelumnya.
• Jawa Barat: Menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dalam PMDN dan PMA dari tahun 2009 ke 2018. 'data update' kemudian menegaskan posisinya
Analisa sebagai provinsi dengan investasi yang tinggi, hampir menyamai DKI Jakarta pada tahun 2022.
Data
• Jawa Tengah dan Jawa Timur: Dalam 'data lama', kedua provinsi ini menunjukkan porsi yang lebih kecil dibandingkan DKI Jakarta dan Jawa Barat. Namun, 'data
Update
update' mengindikasikan bahwa Jawa Timur, khususnya, telah mengalami pertumbuhan yang sekarang menyumbang 12% dari total investasi.
• Lainnya: Kategori ini mencakup provinsi lain di luar yang disebutkan dan menunjukkan peningkatan persentase yang signifikan dari total investasi pada tahun
2022 dengan mencapai 53%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa investasi lebih merata tersebar di seluruh Indonesia, tidak hanya terkonsentrasi di Jawa saja.
1. Terjadi diversifikasi investasi di Indonesia dari waktu ke waktu. DKI Jakarta tidak lagi mendominasi sebagai pusat investasi seperti dahulu. Provinsi lain, terutama
Jawa Barat dan Jawa Timur, menunjukkan pertumbuhan yang kuat.
Simpulan 2. Provinsi lain, terutama Jawa Barat dan Jawa Timur, menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Ini mengindikasikan penyebaran aktivitas investasi yang lebih luas di
Indonesia
3. Data yang diupdate menegaskan keberlanjutan tren yang telah diidentifikasi oleh JLL pada kajian sebelumnya.
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 25
Analisa Data Update Dokumen JLL To be discussed
27%
Data 37%
5%
8% 21%
2%
Kab. Bekasi Purwakarta Karawang Subang Kab. Bogor Lainnya
• Kab. Bekasi: Investasi pada Kabupaten Bekasi tetap menjadi yang tertinggi dibandingkan daerah lain di Jawa Barat pada 2018 maupun 2022 meski proporsi
menurun 9% menjadi 27%.
Analisa • Karawang: Daerah Karawang menunjukkan peningkatan proporsi yang cukup signifikan, dari 13% pada tahun 2018 menjadi 21% pada tahun 2022
Data • Lainnya: Kategori ini mengalami peningkatan dari 22% pada tahun 2018 menjadi 37% pada tahun 2022, yang menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak
Update investasi yang tersebar di seluruh Jawa Barat sehingga tidak hanya terkonsentrasi di beberapa daerah utama.
• Kab. Bogor, Subang, dan Purwakarta: Jika dibandingkan dengan data 2018, Kab. Bogor dan Subang pada 2022 menunjukkan peningkatan meski tidak
signifikan, yaitu sebesar 1%. Untuk Purwakarta, daerah mengalami stagnansi proporsi tetap sebesar 5%.
1. Kabupaten Bekasi tetap menjadi daerah penerima investasi tertinggi di Jawa Barat pada tahun 2022, yang menunjukkan kelanjutan dari tren yang ada sebelumnya.
Simpulan 2. Terjadi peningkatan signifikan dalam kategori 'Lainnya', mengindikasikan bahwa investasi di Jawa Barat semakin tersebar ke berbagai daerah.
3. Meskipun ada perubahan distribusi investasi, kajian JLL tetap memberikan wawasan yang relevan dalam memahami tren pertumbuhan investasi asing saat ini
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 26
Analisa Data Update Dokumen JLL To be discussed
0%
PMA PMDN Total
BeKaPur Rebana Metro Lainnya
• BeKaPur: Proporsi PMA di BeKaPur meningkat signifikan sebesar 64% pada 2022 dibandingkan 2018 sehingga secara total investasi kawasan BeKaPur
menjadi kawasan dengan investasi tertinggi bahkan jika dikomparasikan dengan seluruh daerah selain dari kawasan Rebana Metro
Analisa
• Rebana Metro: Dalam 'data lama', Rebana Metro memiliki 18% dari PMDN, menunjukkan fokus pada investasi domestik. Pada 'data update', Rebana
Data
menunjukkan penurunan dalam PMDN, meskipun demikian nilai investasi PMA meningkatS.
Update
• Investasi Total: BeKaPur mendapatkan investasi yang meningkat tajam pada 2022 dibandingkan 2018 sehingga mendominasi 61% dari total investasi di Jawa
Barat.
1. Kawasan BeKaPur tetap menjadi kawasan paling menarik untuk investasi asing dan domestik, menunjukkan diversifikasi dan pertumbuhan yang sehat dalam
Simpulan ekonomi Jawa Barat.
2. Meskipun Rebana Metro tidak mendominasi dalam PMDN, tren realisasi investasi di wilayah ini masih sesuai dan relevan dengan kajian JLL.
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 27
Analisa Data Update Dokumen JLL To be discussed
Industri Lainnya
• Sektor Industri: Ada penurunan dalam kontribusi sektor industri terhadap total investasi dari tahun 2018 ke tahun 2022, dari 73% menjadi 43%. Penurunan ini
mungkin mengindikasikan diversifikasi dalam ekonomi Jawa Barat atau pertumbuhan di sektor-sektor lain.
Analisa • PMA vs PMDN: Pada tahun 2018, sektor industri sangat mendominasi dalam PMA dibandingkan dengan PMDN. Namun, pada tahun 2022, sektor lainnya
Data mendominasi dalam PMDN, yang mungkin menunjukkan adanya peningkatan investasi dalam infrastruktur, layanan, atau sektor-sektor lain yang tidak
Update termasuk dalam kategori industri tradisional.
• Diversifikasi Investasi: Data menunjukkan tren diversifikasi dalam investasi di Jawa Barat, dengan sektor-sektor lain selain industri mendapatkan porsi yang
lebih besar dalam komposisi PMDN.
1. Perubahan struktur investasi di Jawa Barat dari tahun 2018 ke tahun 2022 mencerminkan permintaan pasar yang berubah serta upaya pemerintah daerah untuk
mendorong diversifikasi ekonomi.
Simpulan 2. Meskipun terjadi pergeseran dalam kontribusi sektor-sektor terhadap total investasi, tren pertumbuhan investasi asing yang dikaji oleh JLL tetap relevan, khususnya
pada sektor “lainnya”.
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 28
Status Updating Data To be discussed
Berikut adalah status updating data terhadap dokumen Exsum Progress Laporan FS Studi Ekonomi KIT Subang
Stage 2 (1/2)
Exsum Progress Laporan FS Studi Ekonomi KIT Subang Stage 2*
No Judul Data Data Awal Tahun Data Data Update Tahun Data Update Sumber Data Slide Status Keterangan Update Data
Indonesia: Website Satu Data
Perdagangan
2015-2019 dan ADHB-Jawa Barat: Website
Makroekonomi Nasional dan PDRB ADHB & ADHK Tersedia hingga 2021-2022 dan Triwulan 1 - Data Terupdate Sesuai Sumber
1 Triwulan 1 - BPS 5 Updated
Jawa Barat 2015-2020 Triwulan 3 - 2023 Triwulan 3 2023 Dokumen Lama
Triwulan 3 2020 ADHK-Jawa Barat: Website
BPS
Nilai Tukar: Website Statista
Proporsi PDRB Subang Data persentase tiap Tersedia hingga Website Open Data Jawa Data Terupdate Menggunakan
3 2019 2022 6 Updated
terhada Jawa Barat daerah pada 2019 2020 Barat Sumber Alternatif Lainnya
Kontribusi Ekonomi Subang Data tahun 2015- Data Terupdate Sesuai Sumber
4 2019 didapat dari no. 3 2022 - 6 Updated
terhadap Jawa Barat 2019 Dokumen Lama
Keterangan: Data pada Dokumen Stage 1 sama dengan Stage 2. Dokumen Stage 3 berisi analisa finansial dan tidak terdapat data 29
Status Updating Data To be discussed
Berikut adalah status updating data terhadap dokumen Exsum Progress Laporan FS Studi Ekonomi KIT Subang
Stage 2 (2/2)
Exsum Progress Laporan FS Studi Ekonomi KIT Subang Stage 2*
No Judul Data Data Awal Tahun Data Data Update Tahun Data Update Sumber Data Slide Status Keterangan Update Data
Data perbandingan
Subang: Website BPS
Perbandingan PDRB Industri dengan Purwakarta, Tersedia hingga Data Terupdate Sesuai Sumber
8 Triwulan 3 2020 2022 Purwakarta: Website BPS 8 Updated
Pengolahan Subang, dan 2022 Dokumen Lama
Karawang: Website BPS
Karawang
Tenaga kerja berdasarkan Publikasi BPS: Subang dalam Data Terupdate Sesuai Sumber
13 Data 2019 2019 Tersedia data 2021 2021 9 Updated
lapangan kerja angka 2022 Dokumen Lama
Keterangan: Data pada Dokumen Stage 1 sama dengan Stage 2. Dokumen Stage 3 berisi analisa finansial dan tidak terdapat data 30
Analisa Data Update Dokumen AECOM To be discussed
• PDRB/PDB: Tren pertumbuhan PDRB Jawa Barat tetap positif dari 'data lama' ke 'data update', dengan pertumbuhan yang konsisten dan bahkan meningkat
dari tahun 2021 ke 2022.
• Realisasi Investasi: Pertumbuhan PMDN di sektor industri mengalami peningkatan yang signifikan, dengan CAGR yang tinggi dalam 'data lama' dan
Analisa
pertumbuhan tahunan yang sangat besar dalam 'data update' untuk tahun 2021 dan 2022.
Data
• PMA: Sementara 'data lama' menunjukkan beberapa fluktuasi dan penurunan dalam realisasi PMA dari tahun 2017 ke 2019, 'data update' menggambarkan
Update pertumbuhan tahunan yang sangat positif, terutama dari tahun 2021 ke 2022.
• Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar: Inflasi mengalami peningkatan dari tahun 2021 ke 2022 sesuai 'data update', begitu juga dengan nilai tukar IDR-USD yang
meningkatkan jika dibandingkan dengan periode 2015-2019. Sementara itu, BI Rate yang awalnya turun pada 2020 kembali cenderung naik mulai 2022.
1. Ekonomi Indonesia dan khususnya Jawa Barat terus tumbuh. Realisasi PMDN, terutama di sektor industri, menunjukkan pertumbuhan yang sangat kuat,
menandakan peningkatan aktivitas ekonomi dan kepercayaan investor domestik.
Simpulan 2. PMA juga menunjukkan pemulihan dan pertumbuhan yang kuat setelah periode yang lebih fluktuatif.
3. Data yang diupdate menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan fluktuasi tren yang telah diidentifikasi oleh AECOM pada kajian sebelumnya
• Subang: Terdapat peningkatan kontribusi Subang dari 1.9% di tahun 2019 menjadi 2.3% di tahun 2020, menunjukkan pertumbuhan atau peningkatan relatif
Analisa dalam kontribusi ekonomi Subang terhadap PDRB Jawa Barat.
Data
• Kabupaten/Kota Lainnya: Bila dibandingkan dengan data tahun 2019, proporsi setiap kabupaten/kota relatif lebih merata. Bekasi yang pada 2019 memiliki
Update
PDRB tertinggi digantikan oleh Kota Bandung pada 2022.
1. Subang menunjukkan peningkatan kontribusi, dan terdapat penyebaran pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di seluruh provinsi. Ini mengindikasikan bahwa
pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat menjadi lebih tersebar dan tidak hanya terkonsentrasi di beberapa kabupaten utama saja.
Simpulan 2. Data yang diupdate menunjukkan bahwa proporsi setiap kabupaten/kota relatif lebih merata dibandingkan tren yang telah diidentifikasi oleh AECOM pada kajian
sebelumnya.
• Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan: Sektor ini tetap menjadi kontributor terbesar terhadap PDRB Subang, dengan peningkatan kontribusinya dari 26.5%
pada tahun 2019 menjadi 30.07% pada tahun 2022.
Analisa
• Industri Pengolahan: Terjadi pertumbuhan yang signifikan dalam kontribusi sektor ini, dari 8.6% pada tahun 2019 menjadi 13.2% pada tahun 2022,
Data
menunjukkan peningkatan fokus atau ekspansi dalam industri pengolahan di Subang.
Update
• Perdagangan Besar dan Eceran: Sektor ini mengalami penurunan kontribusi dari 15.5% pada tahun 2019 menjadi 13.56% pada tahun 2022, meskipun masih
merupakan salah satu kontributor utama terhadap PDRB Subang.
1. Struktur ekonomi Kabupaten Subang mengalami perubahan signifikan dari tahun 2019 ke tahun 2022. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengukuhkan
posisinya sebagai pilar utama ekonomi Subang, sementara industri pengolahan menunjukkan pertumbuhan yang mencolok
Simpulan 2. Data menunjukkan diversifikasi dan pertumbuhan yang sehat dalam ekonomi Kabupaten Subang.
3. Proporsi untuk setiap sektor tidak jauh berbeda antara kajian AECOM sebelumnya, sehingga kajian AECOM tetap memberikan informasi yang relevan.
0 -3,00%
2020 2021 2022
PDRB ADHK Jawa Barat PDRB ADHK Subang
Pertumbuhan PDRB Jawa Barat Pertumbuhan PDRB Subang
• PDRB Subang: Setelah menunjukkan tren pertumbuhan yang menurun dari tahun 2015 hingga 2019, PDRB Subang mengalami penurunan pertumbuhan di
Analisa tahun 2020. Namun, tahun 2021 dan 2022 menunjukkan pemulihan dan kembali ke tren pertumbuhan yang positif.
Data
Update • PDRB Jawa Barat: Meskipun PDRB Jawa Barat juga menunjukkan penurunan pertumbuhan pada tahun 2020, pertumbuhannya tetap positif (5%). Pada tahun
2021 dan 2022, PDRB Jawa Barat terus tumbuh, meskipun dengan laju yang lebih lambat dibandingkan periode sebelum 2020.
1. PDRB Subang telah kembali ke jalurnya setelah penurunan akibat pandemi pada tahun 2020, pertumbuhan PDRB Jawa Barat tetap positif tetapi mengalami
Simpulan perlambatan.
2. Data yang diupdate menegaskan keberlanjutan tren pertumbuhan yang telah diidentifikasi oleh AECOM pada kajian sebelumnya
2.000 5%
0 0%
• Jawa Barat: Jumlah investasi PMA tidak lagi menjadi yang tertinggi di meski nilainya tetap tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa provinsi ini tetap menjadi pilihan
daerah investasi, tetapi mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan Sulawesi Tengah
Analisa
• Sulawesi Tengah: Peningkatan investasi terjadi di Sulawesi Tengah secara signifikan yang dapat disebabkan investasi yang tinggi terhadap komoditi sumber
Data
daya alam.
Update
• DKI Jakarta dan Lainnya: DKI Jakarta mengalami penurunan yang relatif besar sehingga tidak menjadi daerah dengan PMA tertinggi kedua. Sementara daerah
lainnya, memiliki tren kenaikan atau penurunan yang bervariasi yang sangat bergantung kepada daya saing investasinya.
1. Data yang diupdate menunjukkan bahwa terjadi pergeseran dalam pilihan lokasi investasi asing dari tahun 2020 ke tahun 2022.
2. Jawa Barat tetap mempertahankan posisi sebagai provinsi yang menarik bagi PMA meskipun tidak lagi yang tertinggi.
Simpulan 3. Meskipun kajian AECOM tetap memberikan wawasan yang relevan dan menginformasikan bahwa tren pertumbuhan investasi asing diidentifikasi sebelumnya masih
berlanjut, terdapat beberapa perubahan dalam dinamika regional
1,7%
0,0%
52,3%
0,5% 6,7%
0,0% 22,6% 11,3%
Perumahan, Kawasan
0,0% Industri, dan Perkantoran
7,3%
1,6%
0,0% Jasa Lainnya 0,0%
3,2% 0,8%
0,1% 0,1% 3,3% 2,3% 3,9%
• Sektor Industri: Tetap menjadi sektor dominan untuk PMA dan PMDN dari tahun 2020 ke 2022, menunjukkan fokus yang berkelanjutan pada industri
manufaktur dan perkembangan industri.
Analisa
• Sektor Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi: Mengalami peningkatan yang signifikan dalam realisasi PMA dari tahun 2020 ke 2022, yang menunjukkan
Data
mungkin adanya investasi dalam infrastruktur dan kemajuan teknologi.
Update
• Sektor Konstruksi: Menunjukkan penurunan dalam realisasi PMDN dari tahun 2020 ke 2022, yang dapat mencerminkan selesainya proyek-proyek besar atau
perubahan fokus investasi.
1. Sektor industri terus menjadi fokus utama investasi baik asing maupun domestik di Jawa Barat.
2. Penurunan di sektor konstruksi dalam realisasi PMDN bisa jadi merupakan indikasi selesainya beberapa proyek infrastruktur skala besar dan perpindahan fokus ke
Simpulan sektor lain seperti transportasi dan logistik, yang menunjukkan pertumbuhan investasi yang signifikan
3. Data yang diupdate menunjukkan keberlanjutan proporsi realisasi investasi yang telah diidentifikasi oleh AECOM pada kajian sebelumnya
• Industri Makanan: Terdapat peningkatan signifikan dalam realisasi PMDN pada industri makanan dari 2020 ke 2022, yang menunjukkan peningkatan
permintaan atau ekspansi dalam sektor ini.
Analisa
• Industri Kimia dan Farmasi: Sektor ini tetap sebagai subsektor utama dalam PMDN dan PMA, menunjukkan kesinambungan dalam investasi dan
Data
perkembangan industri kimia dan farmasi.
Update
• Industri Logam dan Kendaraan Bermotor: Realisasi PMA di industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lainnya mengalami peningkatan yang sangat
besar, menjadi subsektor yang mendominasi dalam PMA pada tahun 2022, berbeda dengan tahun 2020 ketika subsektor ini memiliki proporsi yang lebih kecil.
1. Telah terjadi pergeseran dalam fokus investasi di subsektor industri antara tahun 2020 dan 2022.
Simpulan 2. Meskipun terdapat perbedaan fokus investasi dibandingkan kajian AECOM, data yang diupdate menunjukkan beberapa sektor yang masih mendominasi dengan
proporsi investasi yang cukup signifikan.
0 -10%
2020 2021 2022
PDRB Industri Pengolahan Kab. Subang PDRB Industri Pengolahan Kab. Karawang
PDRB Industri Pengolahan Kab. Purwakarta Pertumbuhan Kab. Subang
Pertumbuhan Kab. Karawang Pertumbuhan Kab. Purwakarta
• Subang: Mengalami penurunan pada tahun 2020, kemudian mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2021 dan 2022.
Analisa • Purwakarta: Sama seperti Subang, Purwakarta mengalami penurunan pada tahun 2020 tetapi pulih dengan pertumbuhan yang lebih tinggi pada tahun 2021
Data dan 2022.
Update • Karawang: Mengalami penurunan yang paling tajam pada tahun 2020, tetapi kemudian menunjukkan pemulihan yang kuat dengan pertumbuhan yang sangat
positif pada tahun 2021 dan 2022, mengikuti tren pertumbuhan yang tinggi yang terlihat pada tahun 2019 dalam 'data lama'.
1. Pemulihan PDRB setelah pandemi yang terjadi mengindikasikan adaptasi industri terhadap kondisi baru dan kemungkinan peningkatan investasi di sektor-sektor
Simpulan tertentu.
2. Data update menunjukkan keberlanjutan tren pertumbuhan ekonomi dan potensi yang telah diidentifikasi sebelumnya pada kajian AECOM.
• Industri Besar/Sedang: Tidak ada perubahan dalam jumlah industri dan tenaga kerja dari tahun 2018 ke tahun 2021, menunjukkan stabilitas di sektor ini.
Analisa • Industri Pertanian: Terjadi peningkatan jumlah industri dari 107 menjadi 127, tetapi jumlah tenaga kerja tetap, menunjukkan bahwa mungkin ada peningkatan
Data efisiensi atau adanya industri pertanian kecil yang baru.
Update • Industri Kecil/Rumah Tangga: Sedikit peningkatan dalam tenaga kerja dari 19 menjadi 20 orang menunjukkan sedikit pertumbuhan atau investasi dalam skala
kecil di sektor ini.
1. Secara keseluruhan, data menunjukkan kestabilan ekonomi dan pertumbuhan moderat di ekonomi lokal.
Simpulan 2. Hal ini memperkuat wawasan yang diberikan oleh kajian AECOM sebelumnya dan menegaskan bahwa analisis tren historis AECOM tetap relevan dalam konteks saat
ini.
Populasi CAGR
• Pertumbuhan Populasi: Kecamatan dengan populasi besar seperti Subang dan Cibogo menunjukkan laju pertumbuhan yang konsisten dan sehat antara data
lama dan data update. Hal ini dapat mengindikasikan adanya faktor-faktor seperti migrasi masuk atau tingkat kelahiran yang tinggi yang mempengaruhi
Analisa
pertumbuhan populasi.
Data
• Perbandingan dengan CAGR Jawa Barat: Beberapa kecamatan di Subang, seperti Cibogo dan Subang, menunjukkan laju pertumbuhan penduduk yang lebih
Update tinggi dibandingkan dengan rata-rata Jawa Barat pada tahun 2019. Tren ini tidak berlanjut banyak pada tahun 2022 karena CAGR provinsi yang naik menjadi
1,33%.
1. Meskipun ada fluktuasi dalam laju pertumbuhan di antara berbagai kecamatan, tren keseluruhan dalam perubahan populasi tetap positif dan konsisten dengan data kajian AECOM.
Simpulan 2. Tren yang sebelumnya diidentifikasi oleh AECOM terkait hal dinamika populasi tampaknya bertahan pada tahun 2022, mengonfirmasi bahwa kajian masih relevan.
• Populasi: Kedua wilayah menunjukkan pertumbuhan penduduk yang stabil. Kabupaten Subang memiliki pertumbuhan populasi yang lebih padat, seperti yang
Analisa terlihat dari peningkatan kepadatan penduduk.
Data • Angkatan Kerja: Peningkatan angkatan kerja di Subang dari tahun 2019 ke tahun 2022 menunjukkan bahwa lebih banyak orang telah memasuki pasar kerja.
Update • Pengangguran: Tingkat pengangguran di Subang menurun dari 9.77% pada tahun 2019 menjadi 7.77% pada tahun 2022, menunjukkan peningkatan dalam
kesempatan kerja atau efektivitas program pembangunan ekonomi.
1. Pertumbuhan ekonomi dan demografi yang stabil di Jawa Barat dan Subang ditunjukkan dengan peningkatan angkatan kerja dan penurunan tingkat pengangguran
menunjukkan kondisi ekonomi yang membaik dan pasar kerja yang berkembang di kedua wilayah.
Simpulan 2. Data yang diupdate memperlihatkan bahwa kondisi ekonomi dan demografi di Jawa Barat dan khususnya Subang tetap menunjukkan keberlanjutan pertumbuhan
sehingga kajian AECOM masih relevan
24%
Data 45%
31%
• Sektor Perdagangan, Jasa, dan Lainnya: Data terbaru menunjukkan bahwa sektor ini masih merupakan lapangan kerja terbesar di Kabupaten Subang pada
tahun 2021.
Analisa
• Sektor Pertanian: Data tahun 2021 menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki tenaga kerja yang signifikan, yang konsisten dengan proporsi yang
Data
ditunjukkan pada data tahun 2019.
Update
• Sektor Industri: Data 2021 menunjukkan bahwa sektor industri memiliki jumlah tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor pertanian dan
perdagangan, jasa, dan lainnya, yang juga konsisten dengan distribusi persentase yang terlihat pada tahun 2019.
1. Struktur lapangan kerja di Kabupaten Subang relatif stabil antara tahun 2019 dan 2021 dengan sektor perdagangan, jasa, dan lainnya tetap sebagai penyumbang
tenaga kerja terbesar, diikuti oleh sektor pertanian dan industri.
2. Sektor industri, walaupun menunjukkan penurunan dalam jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan sektor pertanian dan perdagangan, jasa, dan lainnya, tetap
Simpulan menjadi sektor penting dalam perekonomian Subang
3. Meskipun ada dinamika dalam alokasi tenaga kerja antar sektor, data lama yang dikaji oleh AECOM tetap memberikan gambaran proporsi yang relevan mengenai
kondisi ekonomi saat ini di Subang
Sumber: Kajian Feasibility Study (AECOM), Analisis Tenaga Ahli 42
Analisa Data Update Dokumen AECOM Updated To be discussed
Pada analisis dokumen kajian AECOM, terdapat 4 sektor prioritas yang masih relevan berdasarkan riset terhadap
pertumbuhannya pada 2019-2022 (1/4)
Sektor elektronik merupakan salah satu sektor potensial dalam clustering industri kawasan
182.000 8,2
154.000 7,4
2019 2020 2021 2022
Peralatan Listrik 551 568 564
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) Kontribusi pada PDRB (%)
Key 1. Sektor elektronika masih relevan sebagai sektor yang potensial dari sisi kontribusi dan pertumbuhan terhadap perekonomian regional maupun nasional.
Takeaways 2. Keyakinan investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia menjadi faktor utama kuatnya sektor elektronik di Indonesia
Pada analisis dokumen kajian AECOM, terdapat 4 sektor prioritas yang masih relevan berdasarkan riset terhadap
pertumbuhannya pada 2019-2022 (2/4)
Sektor makanan dan minuman merupakan salah satu sektor potensial dalam clustering industri kawasan
Kontribusi Sektor Makanan & Minuman terhadap PDRB Jawa Jumlah Perusahaan IBS Sektor Makanan dan Minuman di
Barat 2019-2022 Indonesia (Unit)
140.000 5,6 Industri
0 4,4
2019 2020 2021 2022
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) Kontribusi pada PDRB (%)
Minuman 592 586 642
Key 1. Sektor makanan dan minuman menjadi satu-satunya sektor yang selalu meningkat setiap tahunnya dibandingkan tiga sektor lainnya
Takeaways 2. Sektor makanan dan minuman memiliki potensi yang relevan dalam sisi pertumbuhan yang lebih besar jika dibandingkan terhadap pertumbuhan sektor ini pada PDB nasional
3. Industri makanan mendominiasi jumlah perusahaan besar-sedang, 10x lebih banyak daripada industri minuman
Pada analisis dokumen kajian AECOM, terdapat 4 sektor prioritas yang masih relevan berdasarkan riset terhadap
pertumbuhannya pada 2019-2022 (3/4)
Sektor otomotif merupakan salah satu sektor potensial dalam clustering industri kawasan
0 6,0
2019 2020 2021 2022
Alat Angkutan
483 438 450
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) Kontribusi pada PDRB (%) Lainnya
1. Meski menurun akibat pandemi, potensi sektor otomotif masih relevan, baik dalam sisi pertumbuhan maupun kontribusinya yang lebih baik di regional Jawa Barat dibandingkan
Key dengan terhadap PDB nasional.
Takeaways
2. Kendaraan bermotor menjadi penyumbang terbesar sektor otomotif dengan semakin banyaknya perusahaan produsen kendaraan membangun pabrik di Indonesia
Pada analisis dokumen kajian AECOM, terdapat 4 sektor prioritas yang masih relevan berdasarkan riset terhadap
pertumbuhannya pada 2019-2022 (4/4)
Sektor kayu dan produk hasil jadi merupakan salah satu sektor potensial dalam clustering industri kawasan
6.300
6.150 0,3
Kayu, Barang dari
Data 6.000 Kayu dan Gabus
5.850 0,2
(Tidak Termasuk
Furnitur) dan Barang 1270 1207 1255
5.700 Anyaman dari
Bambu, Rotan, dan
5.550 0,1
Sejenisnya
2019 2020 2021 2022
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Miliar Rupiah) Kontribusi pada PDRB (%)
Kontribusi sektor kayu dan produk hasil jadi mengalami penurunan signifikan akibat Meskipun terjadi sedikit penurunan dari tahun 2019 ke 2021, jumlah perusahaan
pandemi. Besar PDRB pada 2022 pun masih lebih rendah 2% daripada 2019. dalam sektor kayu dan produk hasil jadi menunjukkan ketahanan bisnis yang baik,
Analisis Namun, kontribusi sektor kayu dan produk hasil jadi terhadap PDRB relatif dengan dengan hanya sedikit perubahan jumlah unit usaha.
Data CAGR -0,73% pada 2019-2022, lebih tinggi penurunannya jika dibandingkan CAGR Dengan adanya jumlah perusahaan yang signifikan dan stabil, terdapat potensi
pada PDB nasional yang hanya -0,08%. Kontribusi sektor terhadap Jawa Barat untuk pengembangan klaster industri yang dapat mengoptimalkan sinergi antar
sebesar 0,25% juga lebih rendah daripada kontribusi 0,41% terhadap PDB nasional. perusahaan, memperkuat rantai pasok, dan meningkatkan efisiensi produksi.
1. Sektor kayu dan produk hasil jadi memiliki pertumbuhan dan kontribusi yang sedikit lebih rendah, tetapi dalam kenaikan/penurunan yang relatif stabil
Key
Takeaways 2. Stabilitas dalam jumlah perusahaan yang beroperasi di sektor ini menandakan adanya potensi untuk pengembangan klaster industri yang dapat mengoptimalkan sinergi antar
perusahaan, memperkuat rantai pasok, dan meningkatkan efisiensi produksi.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa KIT Subang masih berpotensi menjadi titik fokus dalam peta investasi
regional, menandakan peluang pertumbuhan ekonomi yang signifikan di masa mendatang
Topik Kesimpulan
Dari data terbaru, investasi di ASEAN memperlihatkan ketahanan dan pertumbuhan pasca-pandemi, dengan Indonesia mempertahankan posisi sebagai
Pemulihan Investasi Asia
penerima investasi terbesar. Kenaikan investasi menunjukkan bahwa kebijakan dan strategi regional tetap relevan, memperkuat peluang bagi KIT Subang
Pasifik dan ASEAN untuk menarik investasi berkat lokasi strategis dan kebijakan yang mendukung. Tren pertumbuhan investasi asing yang dikaji oleh JLL tetap relevan.
Peningkatan investasi pada sektor manufaktur di ASEAN menandakan adanya refokus pada sektor ini, yang menegaskan potensi KIT Subang sebagai
Komposisi Investasi Asing
pusat industri strategis, di mana diversifikasi investasi menciptakan peluang baru. Kajian JLL tentang tren pertumbuhan investasi asing masih tetap
pada Sektor Industri relevan, terutama dalam konteks sektor manufaktur.
Meski terjadi fluktuasi, pemulihan investasi di berbagai sektor di Indonesia, khususnya PMDN, menunjukkan kepercayaan investor domestik yang
Pertumbuhan Investasi
tinggi, menawarkan KIT Subang kesempatan untuk berperan dalam penguatan ekonomi nasional. Tren pertumbuhan investasi yang dikaji oleh JLL
Indonesia masih relevan.
Pertumbuhan ekonomi Subang yang meningkat mengindikasikan perubahan dinamis dalam struktur ekonomi Jawa Barat dan potensi Subang untuk
Proporsi PDRB Subang lebih mengintegrasikan pembangunan industri. Data yang diupdate menunjukkan bahwa proporsi setiap kabupaten/kota relatif lebih merata
terhadap Jawa Barat dibandingkan tren yang telah diidentifikasi oleh AECOM pada kajian sebelumnya.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan serta industri pengolahan yang berkembang di Subang merefleksikan peluang diversifikasi ekonomi dan
Proporsi PDRB Subang
penarikan investasi sektor terkait. Proporsi untuk setiap sektor pada data update tidak jauh berbeda antara kajian AECOM sebelumnya, sehingga kajian
Menurut Lapangan Usaha AECOM tetap memberikan informasi yang relevan.
Ketahanan dan pertumbuhan ekonomi Subang dan Jawa Barat, meski terdampak pandemi, menunjukkan dasar yang kokoh untuk pengembangan
Pertumbuhan PDRB Subang
proyek seperti KIT Subang. Data yang diupdate menegaskan keberlanjutan tren pertumbuhan yang telah diidentifikasi oleh AECOM pada kajian
dan Jawa Barat sebelumnya.
Posisi Jawa Barat sebagai pusat PMA yang kuat tetap terjaga, menandakan peluang bagi KIT Subang untuk mengoptimalkan lokasinya dalam menarik
Realisasi PMA berdasarkan
investasi. Data update menginformasikan bahwa tren pertumbuhan investasi asing diidentifikasi sebelumnya masih berlanjut dari kajian AECOM
Provinsi sebelumnya, meskipun terdapat beberapa perubahan dalam dinamika investasi tiap regional
Secara keseluruhan, meskipun ada fluktuasi akibat kondisi pasar dan dampak pandemi, keempat sektor (elektronik, otomotif, makanan dan minuman,
Sektor Industri Prioritas serta kayu) mempertahankan relevansinya dan menawarkan peluang pertumbuhan bagi KIT Subang, yang dapat memanfaatkan posisinya untuk
menjadi pusat industri yang kompetitif dan inovatif.
Rencana 2
Ketahanan Pangan sebagai Aspek Yang Menjadi Concern dalam
RPJMN 2024
Positioning Pemetaan Potensi Peran Kawasan Industri dalam Mendukung
Kawasan 3
Ketahanan Pangan
Pendukung 4
Referensi Keberhasilan Praktik Negara/Industri dalam
Mendukung Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan 5 Analisis Kesiapan Teknis Kawasan untuk Mendukung
Ketahanan Pangan
Preliminary Hypothesis Testing Rencana Positioning Kawasan Pendukung Ketahanan Pangan To be discussed
Kondisi ketika seluruh orang pada setiap saat memiliki akses secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup, Ketersediaan Utilitas
aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari sesuai preferensinya Keterjangkauan Stabilitas
• Keterjangkauan: ke-44 • Kualitas & Keamanan: ke-78 60,2 masih di bawah 60,2 16,4 31,7
• Ketersediaan: ke-84 • Keberlanjutan & Adaptasi: ke-83 rata-rata global yaitu
62,2, walaupun Sumatera Utara
tergolong cukup kuat di 71,2 8,2 8,7
Prevalensi Kerawanan Pangan Sedang-Berat ASEAN pada peringkat
terhadap Populasi dan Angka Kelaparan Sulawesi Selatan
ke-4.
(Global dan Nasional) 81,4 8,7 10,8
30% 12% • Meski penduduk
10%
Indonesia kurang rentan Papua
20% Jawa Barat
mengalami kerawanan Nusa Tenggara Timur
37,8 26,0 36,2
8% pangan sedang-berat, 77,6 7,6 6,8
68,4 20,0 13,7
10% khususnya seperti di
6%
Persentase Penduduk
Afrika, tetapi angka Keterangan:
Indeks Ketahanan
Pangan Miskin (%)
Angka Kelaparan (%)
0% 4% kelaparan di Indonesia
2017 2019 2020 2021 2022 Provinsi di kawasan timur Indonesia lebih rentan mengalami kerawanan pangan akibat
masih di atas rata-rata
Kerawanan Pangan Global Kerawanan Pangan Nasional
global. produksi pangan wilayah kurang, prevalensi balita stunting tinggi, akses air bersih terbatas,
Angka Kelaparan Global Angka Kelaparan Nasional dan persentase penduduk miskin tinggi.
Key Takeaways:
1. Indeks ketahanan pangan Indonesia yang berada di bawah rata-rata global perlu menjadi perhatian nasional untuk mewujudkan no poverty dan zero hunger.
2. Meski tidak rentan mengalami kerawanan pangan seperti di Afrika, tetapi tingkat kelaparan penduduk Indonesia masih cukup tinggi, hanya sedikit berada di atas rata-rata global
3. Ketahanan pangan belum dirasakan merata dengan kawasan Indonesia timur menjadi daerah mayoritas yang ketahanan pangannya yang harus diwaspadai
Ketahanan pangan menjadi aspek yang menjadi concern dalam RPJMN 2024
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024 Indonesia, ketahanan pangan ditetapkan sebagai salah satu target utama. Hal ini mencerminkan komitmen
pemerintah dalam mengatasi masalah pangan dan gizi yang mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan masyarakat.
Key Takeaways:
Terdapat 7 indikator yang terkait dengan ketahanan pangan, menjadi concern dalam RPJMN dengan
beberapa upaya penting dalam pencapaian target RPJMN terkait ketahanan pangan ini
Key Takeaways:
1. Kawasan industri dengan fokus ketahanan pangan dapat membantu meningkatkan ketersediaan, akses, dan kualitas konsumsi pangan nasional
2. Kawasan industri ketahanan pangan dapat memiliki nilai tawar untuk industri dengan menyediakan integrasi industri pangan serta rantai pasok yang efektif dan efisien
3. Kemitraan strategis industri dan petani/peternak lokal, industri dan pemerintah, maupun antar-pelaku industri dapat mengoptimalkan upaya peningkatan produksi sumber pangan
Sumber: International Institute for Environment and Development, World Economic Forum,
Center for Indonesian Policy Studies, Badan Pusat Statistik, Supply Chain Indonesia 51
Preliminary Hypothesis Testing Rencana Positioning Kawasan Pendukung Ketahanan Pangan Updated To be discussed
Relevansi KIT Subang sesuai Perpres No. 87 Tahun 2021 serta potensi tenant JIEP Pulogadung dalam konteks
isu ketahanan pangan
Potensi Kawasan Rebana untuk menjadi kawasan ketahanan pangan didukung oleh hasil olahan bumi yang kaya didukung dengan pasar pengguna dari potensi relokasi
tenant dari KI Pulogadung
Peraturan Presiden No. 87 Tahun 2021 Potensi dari KI Pulogadung
Key Takeaways:
1. Sesuai Perpres No. 87 Tahun 2021 terdapat beberapa hasil olahan dan wilayah produktif yang sudah direncanakan
2. Di kawasan Pulogadung sudah ada 25 tenant yang fokus pada sektor foods (makanan & minuman).
Finlandia • Melakukan pandangan holistik dalam meninjau aspek pangan dengan melibatkan ilmu bisnis & teknologi, Melakukan kemitraan antar-pihak yang
pengetahuan alam, kesehatan, hingga sosial humaniora, melibatkan setiap stakeholders dalam
• Melibatkan tiap stakeholders dalam menyusun kebijakan pangan, termasuk koperasi masyarakat penyusunan kebijakan pangan serta
• Kemitraan antar-pihak dalam meningkatkan daya saing produk di pasar global peningkatan daya saing produk pangan di
GFSI #1 • Sistem keamanan pasokan yang mapan yang juga mengoordinasikan sektor swasta pasar global
Misi Objektif Membentuk rantai pasok yang dapat
Sektor pertanian-pangan yang berkelanjutan secara Memastikan pendapatan Berkontribusi terhadap mendorong terciptanya lapangan kerja
1
Irlandia lingkungan dan iklim pertanian yang layak mitigasi & adaptasi iklim sehingga mampu meningkatkan
Produsen primer yang tangguh yang disertai peningkatan Manajemen sumber daya kesejahteraan masyarakat lokal
2 Meningkatkan daya saing
kesejahteraan alam yang efisien
GFSI #2 Pangan yang aman, bergizi & menarik, serta dipercaya Mengempangkan posisi
3 Melindungi keragaman Melakukan inovasi teknologi dan
dan dihargai di dalam maupun luar negeri tawar petani
hayati dan lanskap pengembangan SDM untuk menguatkan
Sektor pertanian yang inovatif dan kompetitif didukung Penyediaan lapangan kerja pertambahan nilai produk pangan
4 Pembaharuan generasi
teknologi dan kualitas SDM & pertumbuhan di desa
Mengembangkan sistem pertanian dan pangan berkelanjutan Meningkatkan ketahanan pangan kelompok rentan Mewujudkan sektor pertanian-pangan yang
untuk menghadapi perubahan iklim dan reduksi 3 berkelanjutan untuk dapat berkontribusi
Perancis melalui: Pemberian bantuan pangan
1 keanekaragaman hayati terhadap lingkungan dan iklim
Memperkuat bidang nutrisi untuk mengatasi kurang gizi
melalui: Praktik pertanian berkelanjutan, seperti agroekologi 4
melalui: Akses pangan berkualitas & air bersih
Membentuk sistem yang melibatkan pihak
Mendukung penataan rantai pertanian-pangan berkelanjutan
GFSI #4 Memperkuat tata kelola global pangan dan gizi swasta dalam pemberian dukungan
2 untuk mendorong terciptanya lapangan kerja 5 ketahanan pangan kepada kelompok rentan
melalui: Pelibatan pertanian lokal, terutama melalui pemuda melalui: Koordinasi dengan lembaga internasional
Key Takeaways:
1. Kemitraan antar-pihak dalam meningkatkan daya saing produk serta dalam menyusun kebijakan pangan menjadi salah satu hal utama yang dilakukan negara dengan ketahanan pangan terbaik
2. Adanya rantai pasok pangan yang optimal dapat menciptakan lapangan kerja untuk membantu menaikkan garis kemiskinan masyarakat lokal
3. Perwujudan sektor pertanian-pangan perlu secara berkelanjutan dengan melakukan inovasi teknologi dan pengembangan SDM yang kontinu
Sumber: Food Research and Innovation Strategy for Finland 2021-2035, Food Vision 2030 of Ireland, Departemen Agrikultur-Pangan-
Maritim Irlandia, dan Laman Kedutaan Besar Perancis di Indonesia 53
Preliminary Hypothesis Testing Rencana Positioning Kawasan Pendukung Ketahanan Pangan To be discussed
Saat ini, KIT Subang mengutamakan pemanfaatan infrastruktur sesuai masterplan AECOM dengan fokus pada pengembangan sektor makanan dan minuman, sesuai
dengan prioritas saat ini di masterplan.
Ketersediaan infrastruktur saat ini di KIT Subang telah dirancang untuk mendukung
pengembangan kawasan industri secara umum, dengan fokus pada fleksibilitas pasar dan Penyesuaian Infrastruktur Khusus untuk
adaptasi terhadap berbagai jenis industri. Mendukung Industri Ketahanan Pangan
Mengembangkan fasilitas khusus terkait industri pangan,
seperti cold storage, untuk mendukung proses rantai
pasok industri makanan dan minuman yang sesuai.
Target sektor industri masih mengikuti masterplan AECOM, belum terdapat prioritas khusus
untuk mengembangkan masterplan yang khusus terkait industri makanan dan minuman.
Key Takeaways:
1. KIT Subang memiliki dasar yang solid untuk mendukung industri ketahanan pangan, dengan beberapa penyesuaian infrastruktur dan fasilitas.
2. Langkah selanjutnya untuk dapat mengembangkan kawasan ketahanan pangan yang lebih komprehensif, termasuk pengembangan fasilitas pascapanen dan peningkatan kualitas produk pertanian,
Perkebunan, dan perikanan.
Preliminary Hypothesis Testing Rencana Positioning Kawasan Pendukung Ketahanan Pangan Updated To be discussed
Kesimpulan Preliminary Hypothesis Testing Rencana Positioning Kawasan Pendukung Ketahanan Pangan
Kawasan industri dapat mendukung penguatan ketahanan pangan yang menjadi isu prioritas global dan nasional. Untuk mewujudkannya, penyiapan teknis dan adaptasi
best practices dapat menjadi langkah awal dalam mempersiapkan kawasan industri ketahanan pangan
Kesimpulan
1. Berbagai isu dalam ketahanan pangan global menunjukkan perlunya peningkatan ketahanan pangan, termasuk di Indonesia yang memiliki indeks
ketahanan pangan di bawah rata-rata global. Urgensi target ketahanan pangan yang tercantum dalam RPJMN juga menunjukkan kebutuhan mendesak
bagi negara untuk memperkuat sektor ini.
2. Kawasan Industri Subang memiliki potensi untuk mendukung ketahanan pangan melalui core business-nya dan berpotensi mengintegrasikan supply
chain saat ini.
3. Rencana yang telah disusun oleh KIT Subang serta tenant yang dimiliki oleh JIEP saat ini dapat menjadi dasar untuk melangkah ke tahap perencanaan
selanjutnya dalam meningkatkan ketahanan pangan.
4. Kemitraan antar-pihak dalam meningkatkan daya saing produk serta dalam menyusun kebijakan pangan, rantai pasok pangan yang optimal, inovasi
teknologi, dan dan pengembangan SDM yang kontinu menjadi beberapa faktor kunci sukses yang dilakukan oleh negara-negara dengan tingkat
ketahanan pangan terbaik.
5. Untuk merencanakan pengembangan kawasan ketahanan pangan lebih lanjut, diperlukan kajian yang lebih komprehensif terkait kesiapan menuju
Kawasan Industri Ketahanan Pangan.
Perkembangan terbaru beberapa aspek proyek dinilai berdasarkan tingkat kemajuannya hingga saat ini (1/2)
Aspek Pengecekan Keterangan
• Konsorsium belum terbentuk. Hal ini disebabkan oleh kondisi bahwa salah satu syarat awal pembangunan, yaitu izin penetapan lokasi (penlok), belum
terbit dari Gubernur Jawa Barat.
• Pada nota kesepahaman, tiap pihak, yaitu PP, RNI, dan JIEP memiliki tugas berikut:
PP: Penyusunan feasibility study dan masterplan
RNI: Penyelesaian proses perizinan lahan
JIEP: Penyusunan aspek pembangunan kawasan
Progress Pembentukan
• Pada fase sebelumnya, JIEP cukup pasif karena tanggung jawab utama masih ada di RNI dan PP terkait dgn persiapan pegembangan lahan. JIEP
Konsorsium
nantinya akan berfokus pada fase pra-operasi dan operasi.
• Berdasarkan pertemuan terakhir dengan Kementerian BUMN, calon anggota konsorsium masih sama (RNI, JIEP, dan PP) dan diharapkan untuk
mengkaji kembali upaya pembentukan konsorsium.
• PP dan RNI menilai JIEP sebagai calon pengelola lebih tepat untuk men-lead proyek KIT Subang. Dalam hal ini, RNI menyatakan akan fokus terhadap
progress proses perizinan lahan, tetapi tidak dalam kapasitas penyertaan modal tunai sementara PP menolak menjadi lead dimungkinkan karena
berkaca pada pengembangan KIT Batang.
• Penetapan lokasi belum terbit dari Gubernur Jawa Barat terhadap tanah yang dimiliki oleh RNI melalui anak perusahannya, PT PG Rajawali II. Penlok
terakhir diajukan pada 2022 dengan kondisi Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (PKKPR) telah tersedia.
Progress Perizinan • Progress lahan 1500 ha belum clear karena masih terdapat 300-an ha enclave.
• Status lahan sudah Hak Guna Usaha (HGU), tetapi di lapangan dimanfaatkan oleh petani sehingga kemungkinan perlu dana kerohiman untuk
mengawali pemanfaatan lahan.
• Masterplan yang telah disusun oleh AECOM (konsultan) tumpang tindih dengan masterplan sutet yang disusun PLN yang mengenai lahan-lahan
komersial KIT Subang.
• Proses hiring kembali AECOM yang dilakukan oleh PP untuk menyusun ulang masterplan masih terhambat.
• Terdapat 4 to-do-list yang perlu diselesaikan segera kajian besar yang perlu disusun, yaitu:
Progress Desain Kawasan
1. Pengupayaan izin Penlok untuk kejelasan status pengembangan,
2. Kajian perencanaan pengembangan utilitas,
3. Kajian konektivitas, dan
4. Kajian komersialisasi KIT Subang
Progress Perencanaan
• JIEP sedang mendiskusikan terkait kemungkinan untuk dapat berkoordinasi langsung dengan RNI dan PP.
Implementasi
Perkembangan terbaru beberapa aspek proyek dinilai berdasarkan tingkat kemajuannya hingga saat ini (2/2)
Aspek Pengecekan Keterangan
Progress Pemasaran Belum ada perkembangan aktivitas pemasaran dikarenakan masih fokus pada pra-pengembangan.
• Penyertaan Modal Negara (PMN) diperlukan sebesar 7,1 Triliun Rupiah untuk utilitas dan pembebasan lahan yang menjadi hal krusial agar indikator
finansial tidak negatif.
• Konsorsium belum pernah mengajukan pendanaan.
• Terdapat anggaran negara yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dasar, tetapi dibatalkan karena belum ada pendanaan pada PSN lebih
Progress Pendanaan
lanjut.
• Sempat terdapat dana dari Kementerian PUPR untuk pengembangan jaringan jalan senilai 1,2 Triliun Rupiah batal karena refocusing saat pandemi.
• Nilai infrastruktur dasar pada kajian awal membutuhkan 5,8 Triliun Rupiah yang memerlukan PMN karena konsorsium tidak memiliki kemampuan
pendanaan tersebut.
Progress Pengembangan SDM Belum ada perkembangan aktivitas pengembangan SDM dikarenakan masih fokus pada pra-pengembangan.
‘Subang Smartpolitan’ menjadi kompetitor yang saat ini telah mengembangkan kawasan industrinya di lokasi
Rebana
Kawasan Industri Subang Smartpolitan yang dikembangkan oleh PT Suryacipta Swadaya menjadi kompetitor KIT Subang dalam penyediaan kawasan industri
Informasi Core Business
Potensi Ancaman terhadap
Value Proposition KIT Subang
Kawasan Industri Subang Smartpolitan Smart Smart Smart Smart
Location Environment Infrastructures Facilities
Dikembangkan oleh PT Suryacipta Swadaya, • Pelopor Rebana • Sistem smart grid • Teknologi advanced • Sistem manajamen
Metropolitan • Sistem air dan dan IoT properti terpadu
anggota dari PT Surya Semesta Internusa Tbk Persaingan pasar yang
• Akses tol pengelolaan air • Sistem jaringan jalan • Aplikasi warga
(SSIA) • Dekat infrastruktur limbah berkelanjutan & mobilitas cerdas • Fasilitas layanan sama, terutama pada
strategis • Desain air perkotaan • Command centre terpadu satu pintu sektor industri FMCG
• Total lahan 2.717 ha yang terbagi menjadi 6
fase. Sektor Industri Besar yang Menjadi Target Pasar
• Fase 1 dikembangkan bertahap sejak 2020
• Operasional fase 1 ditargetkan pada trwiulan Kematangan sebagai
III-2024 Otomotif & Suku Perlengkapan Layanan Industri kawasan industri lebih
Farmasi
Cadang Otomotif Bangunan Logistik Elektronik cepat karena
operasional akan
• Nilai investasi tahap pertama ± Rp. 5 Triliun
segera dimulai
• Investasi tahun 2023 sebesar Rp. 1 Triliun
Industri Kendaraan Teknologi Peralatan
FMCG
Berpresisi Tinggi Listrik Informasi Medis
Skema kepemilikan: Hak Guna Bangunan
(HGB) Fleksibilitas
Alokasi Lahan manajamen lebih
Lot Industri: 1.069 ha tinggi karena dikelola
Sedang bekerja sama dengan konsultan Ruang terbuka hijau: 282 ha Fasilitas publik: 32 ha oleh pihak swasta
Tiongkok, SCP Consultants Pte Ltd untuk Komersial: 98 ha
Utilitas & infrastruktur: 307 ha Pengembangan lanjutan: 766 ha
menarik investasi dari Tiongkok Residensial: 163 ha
1. Subang Smartpolitan menjadi kompetitor yang dapat memberikan ancaman kepada KIT Subang karena memiliki pasar yang sama serta akan mulai beroperasi lebih dahulu
Key 2. KIT Subang perlu memiliki competitive advantages untuk merespon potensi ancaman dengan memanfaatkan strength points sebagai kawasan ketahanan pangan dan sebagai salah satu
Highlight proyek strategis nasional
Setelah memeriksa perkembangan terkini dari status pengembangan dan melakukan pemetaan isu, dilakukan
analisis penyebab akar masalah
Internal Konsorsium
Komitmen anggota konsorsium untuk melanjutkan
1 Konsorsium belum terbentuk secara formal sampai saat ini (belum ada entitas JV / JO). 1 pengembangan KIT Subang perlu dilakukan evaluasi
segera.
Terjadi perlambatan progress persiapan pengembangan di internal calon anggota konsorsium
2 dikarenakan masing-masing pihak memiliki key concern yang perlu diperhatikan. Komitmen pemerintah untuk mendorong KIT Subang
2 sebagai Proyek Strategis Nasional berikut dukungan
Masih terdapat 300-an ha berstatus belum sepenuhnya clean & clear (status sudah HGU tetapi diduduki pendanaannya perlu diperjelas.
3 oleh warga).
Komitmen Pemprov Jawa Barat untuk menjadikan
4 Beberapa kajian untuk persiapan pengembangan belum terlaksana (diantaranya kajian re-masterplan). 3 KIT Subang sebagai lokasi kawasan industri perlu
segera didapatkan.
5 Beberapa kajian untuk persiapan pengembangan belum terlaksana (diantaranya kajian re-masterplan).
Eksternal Konsorsium
1 Belum terbitnya izin Penlok (penetapan lokasi) dari Pemprov Jawa Barat.
2 Komitmen dukungan pendanaan dari APBN senilai 7,1 triliun belum ter-follow up dengan baik.
Terdapat kompetitor pengembang kawasan industri swasta dengan luasan hampir 2 kali lipat KIT Subang
3 yang telah memulai pengembangan sejak tahun 2020.
60
Usulan Tindak Lanjut dan Kebutuhan Dukungan Updated To be discussed
Berdasarkan beberapa isu dan analisis root cause yang telah kami identifikasi, berikut adalah beberapa usulan
tindak lanjut (quick wins) dan kebutuhan dukungan untuk pengembangan KIT Subang ke depannya
Usulan Tindak Lanjut (Quick Wins) Dukungan yang Dibutuhkan
Peninjauan kembali komitmen tiga anggota konsorsium untuk melanjutkan pengembangan KIT Subang termasuk
Kementerian BUMN: Memfasilitas serial pertemuan dengan BOD dan tim
diantaranya pemetaan dukungan yang mereka butuhkan secara masing-masing untuk melanjutkan
teknis dari anggota konsorsium.
pengembangan KIT Subang.
Persiapan teknis pengembangan kawasan. Kementerian PUPR: Mereview kesesuaian izin dan desain kawasan.
61
Penguatan Nilai Tambah (Added Value) KIT Subang To be discussed
Pengembangan KIT Subang berpotensi memberikan berbagai nilai tambah (added value) yang dapat bermanfaat
untuk berbagai stakeholder-nya
Utilisasi Lahan: Pengembangan KIT Subang
Pertumbuhan Ekonomi Melalui Industrialisasi:
memungkinkan RNI atau ID Foods untuk
Mendorong pertumbuhan ekonomi regional
mengoptimalkan penggunaan lahan yang mereka
RNI atau ID Food melalui industrialisasi dan penciptaan
miliki, meningkatkan nilai aset, dan membuka
lapangan kerja, menambah nilai dalam
peluang baru untuk diversifikasi bisnis.
Kemenko Bidang konteks kebijakan ekonomi nasional.
Ekonomi
Pemenuhan KPI: KIT Subang dapat
menjadi proyek unggulan yang mendukung Penyediaan Akses Transportasi untuk
pencapaian KPI strategis JIEP, seperti Distribusi: Memperkuat sistem logistik
pengembangan berkelanjutan dan inovasi nasional dengan menyediakan akses
JIEP Kementrian transportasi yang efisien untuk mendukung
dalam manajemen kawasan industri.
Perhubungan distribusi barang antar wilayah.
62
Appendix
Rincian Summary
Kajian JLL dan
AECOM
Rincian Summary
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (1/15)
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (2/15)
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (3/15)
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (4/15)
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (5/15)
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 69
Rincian Summary
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (6/15)
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (7/15)
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 71
Rincian Summary
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (8/15)
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 72
Rincian Summary
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (9/15)
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (10/15)
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 74
Rincian Summary
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (11/15)
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 75
Rincian Summary
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (12/15)
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 76
Rincian Summary
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (13/15)
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 77
Rincian Summary
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (14/15)
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 78
Rincian Summary
Tinjauan terhadap Dokumen JLL ‘Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran Grand Rebana’ (15/15)
Sumber: Rencana Penjualan dan Strategi Pemasaran (JLL), Analisis Tenaga Ahli 79
Rincian Summary
Tinjauan terhadap Dokumen AECOM ‘Laporan Studi FS Ekonomi Revisi Final Tahap 2 Kawasan Industri Terpadu
Subang’ (1/8)
Bab Subbab Key Message Simpulan
KIT Subang terletak strategis dekat beberapa
KIT Subang berlokasi dekat dengan proyek-proyek, seperti: Pelabuhan Patimban, Bandara infrastruktur yang dapat menjadi jalur ekonomi baru
Analisis Lokasi
Kertajati, Jalan Tol Trans-Jawa, rencana Jalan Tol Akses Patimban, maupun stasiun kereta yang mencakup wilayah Subang, Purwakarta, Karawang,
hingga Cikarang
1. Strengths: Akses yang baik, berlokasi dekat target pasar potensial, ketersediaan sumber air
bersih, dekat jaringan infrastruktur utama, dan lahan berupa perkebunan maupun lahan Lokasi yang strategis serta terletak di rencana
Analisis Lokasi dan
belum terbangun pengembangan KEK REBANA menjadi nilai tambah KIT
Lahan
2. Weaknesses: Lahan terbagi 4 bagian, perlu cut and fill, kawasan belum berkembang, dan Subang dengan catatan perlunya melakukan
Analisis SWOC terdapat permukiman penduduk dan makam, dan perlu perubahan peruntukan penyesuaian fisik lahan dan perubahan peruntukan
3. Opportunities: Terletak di rencana KEK REBANA (Cirebon, Patimban, Kertajati), terdapat tapak. Bagi masyarakat, meski dapat mengubah mata
rencana tol dan kereta cepat Patimban-Subang, dan memberikan lapangan kerja baru pencaharian, tetapi dengan pemberian pelatihan kerja,
4. Challenges: Perubahan mata pencaharaian penduduk sekitar sehingga perlu adanya dapat mendorong terserapnya lapangan kerja baru.
pelatihan kerja
1. Pertumbuhan PDB Indonesia dan Jawa Barat meningkat dengan CAGR 5,1% dan 5,7% pada
periode 2010-2019. Namun akibat pandemi, pertumbuhan ekonomi menurun pada Q2 dan
Q3 2020 sebesar -5,3% dan -3,5% untuk Indonesia serta -6,0% dan -4,0% untuk Jawa Barat
Pertumbuhan ekonomi, baik Indonesia maupun Jawa
2. Pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Barat, yang positif sebelum pandemi mengindikasikan
Ekonomi Nasional dan Jawa di sektor industri memiliki CAGR 12,4% dan 12,3% pada 2010-2019 meski keduanya
kondisi ekonomi yang baik untuk mendukung
Barat mengalami penurunan selama 2016-2019. Pada Q3 2020 ketika pandemi, realisiasi PMA
peningkatan investasi dalam dan luar negeri melalui
dan PMDN berhasil meningkat dari kuartal sebelumnya.
pemberian peluang dan kepastian usaha
3. Industri pengolahan berkontribusi terhadap PDB Indonesia dan Jawa Barat dengan CAGR
Analisis Ekonomi pertumbuhan 4,6% dan 5,2% pada 2010-2019 meski terkontraksi menjadi negatif pada Q2
dan Demografi dan Q3 2020 akibat pandemi.
1. Perlambatan laju pertumbuhan PDRB Subang dari 5,4% menjadi 4,2% terjadi pada 2016-
2019 dengan CAGR 4,2%.
2. Proporsi PDRB Subang pada 2019 yang dominan terdapat pada sektor: a) Pertanian, Subang dengan laju pertumbuhan PDRB yang besar di
Kehutanan, dan Perikanan (26,5%), b) Perdagangan Besar dan Eceran; Reperasi Mobil & Jawa Barat memiliki potensi ekonomi yang dapat
Ekonomi Kabupaten Subang
Sepeda Motor (15,5%), dan c) Industri Pengolahan (12,2%) ditingkatkan di mana industri pengolahan menjadi salah
3. Meski jauh dari nilai PDRB Jawa Barat, tetapi laju pertumbuhan PDRB per kapita Subang satu sektor yang berpotensi besar untuk dikembangkan.
lebih baik dengan kontribusi ekonomi terhadap Jawa Barat rata-rata 1,94% pada rentang
2015-2019
Tinjauan terhadap Dokumen AECOM ‘Laporan Studi FS Ekonomi Revisi Final Tahap 2 Kawasan Industri Terpadu
Subang’ (2/8)
Bab Subbab Key Message Simpulan
1. Jawa Barat menjadi provinsi dengan realisasi PMA paling besar di Indonesia pada Q3 2020
2. Sektor yang berkontribusi terbesar terhadap PMA Jawa Barat, yaitu sektor industri (50%)
senilai 3.667 Juta USD diikuti sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi (13%) serta
Dengan realisasi PMA tertinggi di Indonesia, Jawa Barat
sektor listrik dan gas (12%)
Realisasi PMA dan PMN memiliki potensi tarikan besar untuk mendatangkan
3. Secara lebih rinci pada sektor industri, subsektor industri logam dasar, barang logam, bukan
investor luar negeri di sektor industri.
mesin dan peralatannya memiliki nilai PMA paling tinggi sebesar 1.631 Juta USD (44%)
sementara subsektor industri kimia dan farmasi berkontribusi tertinggi untuk PMDN (39%)
senilai 7.532 Miliar Rupiah
1. Kontribusi PDRB dari industri pengolahan di Subang masih jauh tertinggal jika dibandingkan
Karawang dan Purwakarta, tetapi mengalami laju pertumbuhan tertinggi pada 2019 sebesar
8,5%, sedangkan Karawang dan Purwakarta hanya tumbuh 3,0% dam 3,2%
Industri pengolahan di Subang potensial untuk
2. Pada sektor industri kimia, agro, dan hasil hutan, perusahaan dengan fokus industri kimia
berkembang dengan berfokus pada sektor industri
Analisis Ekonomi lebih banyak dilanjutkan dengan fokus agro (pangan) sementara untuk sektor industri logam,
Sektor Industri Pengelolaan mayoritas, yaitu industri pengolahan kimia dan industri
dan Demografi mesin, elektronika, dan aneka didominasi oleh perusahaan industri tekstil.
tekstil sehingga dapat semakin meningkatkan
3. Meski industri pertanian (107 perusahaan ; 506 tenaga kerja) lebih banyak memiliki
penyerapan tenaga kerja.
perusahaan di Kecamatan Cipunagara dibandingkan industri besar/sedang (11 perusahaan ;
1.417 tenaga kerja) maupun industri kecil/rumah tangga (6 perusahaan ; 19 tenaga kerja),
tetapi penyerapan tenaga kerja dari industri besar/sedang jauh lebih tinggi.
1. Kecamatan Cipunagara sebagai lokasi KIT Subang memiliki jumlah penduduk 64.449 jiwa
dengan pertumbuhan penduduk 0,8%/tahun, tertinggi ke-10 dari 30 kecamatan serta Tren tenaga kerja yang positif, pertumbuhan penduduk
dengan kepadatan penduduk 607 jiwa/km2, lebih rendah daripada rata-rata Subang sebesar cukup tinggi, dan kepadatan penduduk sedang menjadi
771 jiwa/km2. variabel yang mendukung KIT Subang berkontribusi
Demografi Kabupaten Subang
2. Tenaga kerja di Cipunagara bergerak pada lapangan kerja perdagangan, jasa, dan lainnya meningkatkan penyerapan tenaga kerja sehingga
(54%), pertanian (28%), dan industri (19%). memberikan dampak ekonomi yang positif.
3. Jumlah angkatan kerja dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Subang meningkat
pada periode 2015-2019 didukung tingkat pengangguran yang juga menurun.
Tinjauan terhadap Dokumen AECOM ‘Laporan Studi FS Ekonomi Revisi Final Tahap 2 Kawasan Industri Terpadu
Subang’ (3/8)
Bab Subbab Key Message Simpulan
1. Kawasan industri diklasifikasikan berdasarkan proporsi guna lahan menjadi industrial estate
yang didominasi industri dengan hanya sedikit fasilitas perumahan serta industrial township
dengan proporsi industri yang lebih sedikit serta perumahan dan fasilitas pendukung yang
lebih banyak
2. Analisis benchmark pada wilayah Cikarang dan sekitarnya untuk industrial estate dilakukan
pada Suryacipta, MM2100, Indotaisei, dan Kota Bukit Indah sementara untuk industrial
township ditinjau pada Jababeka, Lippo Cikarang, dan Kota Deltamas. Rekomendasi awal proporsi guna lahan berdasarkan
3. Industrial estate di Cikarang saat ini yang telah terbangun 72% dengan pengembangan untuk benchmark, regulasi, dan kondisi lahan, yaitu industri
Proporsi Guna Lahan
industri 60%, perumahan 1,6%, dan komersial 2% dari areal yang telah dikembangkan termasuk container yard, perumahan, komersial, dan
4. Industrial township di Cikarang rata-rata telah terbangun 83% dengan proporsi sisanya guna fasilitas komersial & rekreasi
pengembangan eksisting rata-rata industri 47%, perumahan 12%, dan komersial 5%.
5. Perhitungan proporsi guna lahan perlu mempertimbangkan lebih lanjut regulasi, seperti UU
Analisis No. 26 Tahun 2007 dan Permenperin No. 40 Tahun 2016
Benchmark dan 6. Estimasi proporsi guna lahan KIT Subang seluas 1.454 Ha dengan gross site area (GSA)
Tata Guna Lahan 66,1% adalah industri termasuk container yard (82% GSA), perumahan (9% GSA), komersial
(8% GSA), dan sisanya guna fasilitas komersial & rekreasi
1. Rata-rata luas penyerapan per pembangunan per tahun pada lokasi benchmark, yaitu
perumahan 7,3 Ha, komersial 3,7 Ha, rekreasi 0,4 Ha, fasilitas-komersial 0.8 Ha, industri
40,2 Ha, dan container yard 0,2 Ha
2. Pembangunan KIT Subang terbagi menjadi 4 fase 10 tahunan yang direncakan dimulai pada Lahan dan bangunan industri menjadi magnet kegiatan
Pentahapan Pembangunan dan 2020 dan selesai pada 2060. masyarakat untuk mengakselerasi penyerapan guna
Penyerapan Lahan 3. Awal pembangunan guna lahan terbagi dari fase 1 hingga 3 sebagai berikut. lahan lainnya sehingga target selesai pada 2060
Fase 1: Lahan & bangunan industri, klaster perumahan, ruko, dan rumah sakit memang telah sesuai dengan kondisi permintaan pasar.
Fase 2: Kondomium/apartemen, hotel, perkantoran, convention & MICE, RnD, sekolah, dan
sport centre
Fase 3: Retail dan mixed use
Tinjauan terhadap Dokumen AECOM ‘Laporan Studi FS Ekonomi Revisi Final Tahap 2 Kawasan Industri Terpadu
Subang’ (4/8)
Bab Subbab Key Message Simpulan
1. Rata-rata estimasi lahan dijual pada 12 kawasan industri utama sepanjang koridor Cikarang-
Karawang-Purwakarta luas 8.300 Ha terjual 78% dengan harga rata-rata 2,2 Juta Rupiah/m2
2. Rata-rata proporsi untuk lahan industrial sebesar 95% dan bangunan industrial 5% dengan
Tingginya prospek Subang sebagai kawasan industri
rata-rata penyerapan lahan jangka panjang atau take-up sebesar 24 Ha/tahun (termasuk
akibat tren pengembangan lahan industri yang semakin
Penyerapan Pasar Lahan periode perlambatan) dan 52 Ha/tahun di luar periode perlambatan
bergerak ke arah timur jalan tol Cipali akan mendorong
Industri 3. Permintaan lahan industri jangka panjang tumbuh dengan CAGR 7,2% yang didukung oleh
peningkatan permintaan lahan industri, terutama dari
pasokan dengan CAGR 7,0% pada 2008-2019 dengan penyerapan rata-rata 42,5 Ha/tahun
investor asing
4. Sektor industri utama yang aktif mencari lahan industri antara lain data centre, logistik, kimia
& farmasi, FMCG, dan otomotif & pendukungnya dengan mayoritas investor dari Jepang,
Tiongkok, dan Korea Selatan
1. Jakarta menjadi salah satu pasar data centre Asia Pasifik. Namun, Jabodetabek mengalami
pasokan lahan terbatas dengan harga tinggi beserta infrastruktur yang masih berkembang Untuk mengakomodasi keterbatasan areal Jabodetabek
2. Sebagai benchmark, Vietnam membangun KEK di bagian Vietnam Tengah beserta pelabuhan serta bersaing dalam suplai lahan industri dengan
Benchmark Pasar Lahan barunya karena memiliki harga lahan industri terendah dibandingkan selatan dan utara negara ASEAN lainnya, pembangunan kawasan industri
Industri 3. Pertumbuhan sektor industri yang saat ini tumbuh terpusat di koridor Cikarang-Karawang- Subang dapat mendukung koridor kawasan eksisting di
Analisis Pasar Real
Purwakarta menyebabkan pertumbuhan harga industri mencapai 25,0% pada 2008-2015. Jawa Barat sebagai kawasan industri yang lebih
Estate
Namun, performa Indonesia kurang baik dibandingkan Vietnam dan Thailand untuk kompetitif.
menyerap pabrik yang direlokasi dari China.
Lahan industri dengan lot kecil-sedang lebih konsisten
mengikuti perkembangan pasar sehingga dapat terserap
langsung oleh industri, kecuali pada beberapa sektor
1. Penyerapan proporsi lot kecil (< 5 Ha), lot sedang (5-15 Ha), dan lot besar (>15 Ha) di
yang memang memerlukan lot besar, seperti otomotif.
kawasan industri usia >25 tahun secara umum merata di kisaran 15-50%, sedangkan
kawasan industri yang lebih baru lebih didominasi oleh lot kecil.
Rekomendasi estimasi harga lahan industri di KIT
Rekomendasi Harga Lahan 2. Tenant industri pada industrial township didominasi otomotif (40%) begitu juga di industrial
Subang, yaitu:
Industri estate (52%).
- Harga jual 1,7 Juta Rupiah/m2
3. Estimasi harga jual lahan di KIT Subang sebesar 1,7 Juta Rupiah/m2 dengan harga sewa
- Harga sewa 68 Ribu Rupiah/m2/tahun
4% per tahun dan/atau dapat melakukan pemanfaatan lahan selama 70 tahun dengan
- Harga pemanfaatan lahan 70 tahun skema sewa penuh
harga 940 Ribu/m2 untuk sewa penuh atau 550 Ribu/m2 untuk gratis sewa 5 tahun awal
940 Ribu Rupiah/m2
- Harga pemanfaatan lahan 70 tahun skema gratis 5
tahun awal 550 Ribu Rupiah/m2
Tinjauan terhadap Dokumen AECOM ‘Laporan Studi FS Ekonomi Revisi Final Tahap 2 Kawasan Industri Terpadu
Subang’ (5/8)
Bab Subbab Key Message Simpulan
Skema beli maupun sewa terhadap bangunan industri
yang dimanfaatkan sebagai SFB dan warehouse relatif
1. Bangunan industri di koridor Cikarang-Karawang-Purwakarta, yaitu Smart Factory Building
seimbang sementara penjualan pusat logistik seluruhnya
(SFB) terjual 57% (21,3 Juta Rupiah/m2) dan tersewa 94% (55 Ribu Rupiah/m2/bulan,
melaui skema sewa.
Rekomendasi Harga Bangunan warehouse terjual (13,3 Juta Rupiah/m2) dan/atau tersewa (74 Ribu Rupiah/m2/bulan)
Industri 100%, dan pusat logistik tersewa 83% (76.400 Ribu Rupiah/m2/bulan).
Rekomendasi estimasi harga bangunan industri di KIT
2. Rekomendasi harga jual bangunan industri di KIT Subang sebesar 13,6 Juta Rupiah/m2
Subang, yaitu
dengan harga sewa 45 Ribu Rupiah/m2/bulan.
- Harga jual 13,6 Juta Rupiah/m2
- Harga sewa 45 Ribu Rupiah/m2/bulan
1. Industri pengolahan di Subang termasuk kategori 'maju tapi tertekan (stagnan)' dengan laju
pertumbuhan rata-rata yang kurang, tetapi tingkat kontribusi lebih tinggi dibandingkan Jawa
Analisis Pasar Real Barat sehingga perlu ada peningkatan performa sektor industri pengolahan.
Estate 2. Penilaian sektor industri berdasarkan faktor perekonomian, faktor pendukung (regulasi dan
rencana tata ruang), dan faktor kelayakan (lokasi) menyimpulkan sektor potensial yang
Industri otomotif menjadi industri yang paling banyak
utama adalah elektronika, makanan & minuman, otomotif, dan kayu & produk hasil jadi
direncakanan terdapat di KIT Subang dengan diikuti oleh
3. Penilaian sektor industri terhadap arahan industri 4.0 menyimpulkan sektor yang potensial
Rekomendasi Kluster sektor kimia, tekstil, elektronik, dan makanan &
adalah elektronika, otomotif, tekstil & pakaian, dan kertas, percetakan, dll.
Perindustrian minuman. Untuk mendukung terwujudnya Kawasan
4. Analisis proporsi kluster perindustrian berdasarkan benchmark luas lahan, hasil proporsi
Industri Halal, maka perlu tersedianya sarana &
analisis identifikasi kluster, dan benchmark pasar merekomendasikan proporsi di KIT Subang
prasarana dan tim manajemen halal harus tersedia.
yang terdiri dari otomotif (332 Ha), kimia (131 Ha), tekstil & pakaian (110 Ha), elektronik (69
Ha), dan makanan & minuman (48 Ha).
5. Permenperin No. 17 Tahun 2020 menjadi pedoman Kawasan Industri Halal yang
menghasilkan produk halal dengan tersedianya sarana & prasarana yang mendukung
pemenuhan syarat halal dan memiliki tim manajemen halal.
Tinjauan terhadap Dokumen AECOM ‘Laporan Studi FS Ekonomi Revisi Final Tahap 2 Kawasan Industri Terpadu
Subang’ (6/8)
Bab Subbab Key Message Simpulan
Meski unit perumahan banyak tersedia di Subang dan
Purwakarta, tetapi seluruhnya berada pada segmen
menengah-bawah sehingga pasar perumahan di KIT
1. Kluster perumahan memiliki kompetitor di Purwakarta (54%), Subang (34%), Karawang (6%), Subang memiliki prospek untuk menyediakan kebutuhan
dan Cikarang (6%) dengan pasokan eksisting 11.500 unit dengan tingkat penjualan 66% dan perumahan di segmen menengah dengan harga unit 1-2
rata-rata penjualan 7 unit/bulan. Miliar Rupiah.
2. Rata-rata harga unit kompetitor adalah 931 Juta Rupiah dengan harga jual rata-rata tanah
Rekomendasi Pasar Kluster
6,5 Juta Rupiah/m2 dan bangunan 12,6 Juta Rupiah/m2. Rekomendasi pengembangan perumahan, yaitu:
Perumahan
3. Rekomendasi harga jual tanah perumahan di KIT Subang 2,7 Juta Rupiah/m2 dan/atau - Harga jual 2,7 Juta Rupiah/m2
pemanfaatan lahan 70 tahun dengan skema sewa penuh sebesar 2,3 Juta Rupiah/m2 atau - Harga pemanfaatan lahan 70 tahun skema sewa penuh
skema gratis 5 tahun awal sebesar 1,65 Juta Rupiah/m2 dengan rata-rata luas tanah 60-160 2,3 Juta Rupiah/m2
m2 dan luas bangunan 30-120 m2. Penyerapan lahan diproyeksikan 6 Ha/tahun. - Harga pemanfaatan lahan 70 tahun skema gratis 5
Analisis Pasar Real tahun awal 1,65 Juta Rupiah/m2
Estate - Pasaran luas tanah 60-160 m2 dan luas bangunan 30-
120 m2
1. Kompetitor kondominium eksisting terletak di Bekasi (86%) dan Cikarang (14%) yang Pembangunan kondominium di KIT Subang menargetkan
meyediakan pasokan 8.5000 unit dengan tingkat penjualan 94% dan take-up bulanan 14 segmen menengah dengan tipe studio menjadi tipe
unit dengan pada harga jual rata-rata di 9,95 Juta Rupiah/m2 SGA. paling potensial. Dengan catatan, kondominium
2. Jumlah unit yang disediakan kompetitor mayoritas untuk segmen menengah (81%) direkomendasikan untuk dipasarkan 10 tahun setelah
dibandingkan menengah-atas (19%) dengan tipe unit terdiri dari studio (40%), 2BR (33%), kluster perumahan karena daya tarik penduduk
Rekomendasi Pasar
1BR (17%), dan 3BR (10%) terhadap rumah lebih tinggi untuk kawasan baru.
Kondominium
3. KIT Subang direkomendasikan berada pada pasar segmen menengah dengan rasio densitas
772 unit/Ha di lahan seluas 18,3 Ha. Konfigurasi yang disarankan adalah 40% studio, 35% Rekomendasi pengembangan kondominium, yaitu:
2BR, 10% 1BR, dan 10% 3BR. Harga jual 9,95 Juta Rupiah/m2 SGA dengan harga unit 233- - Pembangunan dengan rasio densitas 772 unit per Ha
640 Juta Rupiah yang dipasarkan pada tahun ke-10 setelah kluster perumahan dipasarkan - Harga jual 9,95 Juta Rupiah/m2 SGA
yang diproyeksikan memiliki penyerapan lahan 1,6 Ha/tahun. - Harga unit 233-640 Juta Rupiah
Tinjauan terhadap Dokumen AECOM ‘Laporan Studi FS Ekonomi Revisi Final Tahap 2 Kawasan Industri Terpadu
Subang’ (7/8)
Bab Subbab Key Message Simpulan
Belum adanya hotel bintang >3 di Subang menjadi
1. Pasokan hotel eksisting berada di Cikarang (53%), Karawang (31%), Subang (11%), dan peluang untuk menyerap pasar yang muncul langsung
Purwakarta (5%) Bekasi berjumlah 4.000 unit untuk kualitas bintang 2-3 (31%), 4 (59%), dan maupun tidak langsung dari KIT Subang, baik acara
5 (10%) yang memiliki harga pada rentang 150.000-750.000 dengan pertumbuhan RNA dan korporasi dan/atau menyerap kegiatan institusi
RNS yang positif pada 2016-2019. pemerintahan daerah Subang.
Rekomendasi Pasar Hotel 2. Rekomendasi estimasi average daily rate (ADR) pada 2030, tahun pertama operasi, untuk
hotel bintang 3 sebesar 310 Ribu Rupiah dan hotel bintang 4 sebesar 480 Ribu Rupiah Rekomendasi pengembangan hotel, yaitu:
dengan okupansi 55%. - Jumlah kumulatif kebutuhan kamar hingga 2060
3. Rekomendasi jumlah kamar yang dibutuhkan kumulatif hingga 2060 adalah 739 kamar sejumlah 739 kamar atau 8% dari proyeksi pangsa pasar
dengan okupansi yang stabil di angka 65% pada 2040. - ADR hotel bintang 3-4 sebesar 280-430 Ribu Rupiah
untuk ukuran kamar 18-45 m2
1. Pasokan kompetitor ritel tersebar di Kota Bekasi (58%), Kabupaten Bekasi (23%), dan
Kabupaten Karawang (19%) dengan segmentasi pelanggan menengah-atas (54%),
Analisis Pasar Real menengah (39%), dan menengah-bawah (7%) dengan CAGR okupansi 87%. Prospek ritel di daerah Subang-Purwakarta belum
Estate 2. 96% ritel berkonsep one stop shopping sementara 4% lifestyle & entertainment tersedia sehingga pasar ritel di KIT Subang menjadi
Rekomendasi Pasar Ritel
center.dengan harga sewa dasar 217 Ribu Rupiah/m2/bulan peluang untuk mengincar kalangan menengah-atas dan
3. Rekomendasi ritel kawasan Subang mengincar kalangan menengah-atas dan menengah menengah
dengan kebutuhan 146.120 m2 NLA dalam 15,7 Ha lahan pada 2060 dengan estimasi
harga sewa dasar 170-480 Ribu Rupiah/m2/bulan
Meski tingkat penjualan ruko di Subang masih rendah,
1. Kompetitor pada pasar ruko terletak di Purwakarta-Subang, Karawang, Cikarang, Bekasi, dan tetapi pasar ruko tetap diperlukan untuk dapat
Jakarta Timur sejumlah 2.500 unit dengan tingkat penjualan tertinggi di Bekasi mencapai menyokong kebutuhan penjualan produk yang
98% sementara Purwakarta-Subang terendah hanya 59% meningkat ketika banyak perusahaan melakukan proses
Rekomendasi Pasar Ruko 2. Pengembangan ruko dapat terbagi dua, yaitu ruko clustered dan ruko berderet produksi ddi KIT Subang.
3. Rekomendasi harga jual di KIT Subang 7,5 Juta Rupiah/m2 dengan harga jual unit pada
rentang 450-1.000 Juta Rupiah yang dapat dicapai ketika jalan akses telah selesai Rekomendasi pengembangan ruko, yaitu:
terbangun - Harga jual 7,5 Juta Rupiah/m2
- Harga jual per unit 450-1.000 Juta Rupiah
Tinjauan terhadap Dokumen AECOM ‘Laporan Studi FS Ekonomi Revisi Final Tahap 2 Kawasan Industri Terpadu
Subang’ (8/8)
Bab Subbab Key Message Simpulan
Lahan komersial menjadi pilihan strategis untuk
dikembangkan karena lahan komersial eksisting masih
banyak terdapat di daerah Bekasi dan Karawang, belum
1. Lahan komersial kompetitor terletak di Cikarang dan Karawang, seperti Jababeka, Lippo
mengarah ke Purwarkata dan Subang.
Cikarang, ataupun Grand Wisata
Analisis Pasar Real
Rekomendasi Lahan Komersial 2. Harga jual lahan komersial pada wilayah benchmark tersebut 4,2 Juta Rupiah/m2 dengan
Estate Rekomendasi pengembangan lahan komersial:
harga sewa 168 Ribu Rupiah/m2/tahun. Untuk pemanfaaatan lahan industri, harga
- Harga jual 4,2 Juta/m2
pemanfaatan bervariasi berdasarkan guna lahan, yaitu industri, residensial, atau komersial.
- Harga pemanfaatan lahan untuk industri 0,9 Ribu
Rupiah, residensial 2,3 Juta Rupiah, dan komersial 3,6
Juta Rupiah
1. Perhitungan besar penyerapan sewa lahan industri berdasarkan proyeksi pasar dilakukan
pada tahun 1-17, sedangkan target pemerintah penyerapan hanya sampai tahun ke-3
2. Baik sebelum maupun setelah pendanaan, proyeksi NPV, IRR, dan payback periode lebih
rendah daripada target pemerintah.
Secara finansial, dengan skema pembayaran tenant dan
3. Tiga sektor terbesar yang berkontribusi terhadap pendapatan adalah industri (35%), service
asumsi periode penyerapan sewa lahan industri yang
charge (27%), dan Bangunan Pabrik Siap Pakai (BPSP) (17%).
Analisis Kelayakan Indikasi Hasil Kajian Kelayakan digunakan, maka proyek KIT Subang masih memiliki hal
4. Pembayaran tenant lahan industri diasumsikan dengan skema mix, yaitu sewa tahunan - Th.
Keuangan Finansial Proyek yang perlu diatasi untuk dapat menghasilkan kondisi
1 (22%), sewa tahunan - Th.6 & gratis 5 tahun (39%), dan pemanfaatan lahan/sewa lunas
finansial yang layak dengan memenuhi payback dan IRR
(22%).
yang ditargetkan.
5. Harga pemanfaatan lahan industri:
a) Sewa tahunan - Th. 1 setara 925 Ribu Rupiah (50 tahun) dan 940 Ribu Rupiah (70 tahun)
b) Sewa tahunan - Th. 6 & gratis 5 tahun setara 540 Ribu Rupiah (50 tahun) dan 555 Ribu
Rupiah (70 tahun)
Tinjauan terhadap Dokumen AECOM ‘Rangkuman Eksekutif Studi Kelayakan Ekonomi – Kajian Kelayakan
Finansial Kawasan Industri Terpadu Subang’ (1/3)
Bab Subbab Key Message Simpulan
CAPEX konsorsium menggunakan 3 skenario alternatif berdasarkan perbedaan penerimaan
Dukungan dana pemerintah jika diterima pada 2022
dukungan dana yang diberikan pemerintah melalui Kementerian PUPR berikut:
sangat membantu meringankan CAPEX konsorsium pada
Skema Alt-1: Dukungan pemerintah 5,8 Triliun sehingga CAPEX konsorsium sebesar 1,6 Triliun
CAPEX KIT Subang - Pak Yudha 2022 yang merupakan tahun dengan CAPEX terbesar
Skema Alt-2: Dukungan pemerintah 3,2 Triliun sehingga CAPEX konsorsium sebesar 4,2 Triliun
karena konstruksi infrastrukstur dasar ditargetkan
Skema Alt-3: Tidak menerima dukungan pemerintah sehingga CAPEX konsorsium sebesar 7,4
mayoritas selesai pada tahun tersebut.
Triliun
Penyerapan lahan industri JLL ditargetkan selesai 2039, berbeda dengan target AECOM pada
2040 yang dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: Target penyerapan lahan sangat tergantung dengan
Tahap 1: Lahan tahap 1 siap bangun dengan kawasan beroperasi 20-25% kapasitas waktu dimulainya pengembangan, baik untuk lahan
Rekomendasi proyeksi Tahap 2: Pelabuhan Patimban beroperasi dan terhubung Tol Cipali-Patimban dengan kawasan maupun infrastruktur. Namun, penyerapan juga
penyerapan - JLL beroperasi 90-95% lahan tahap 1 dan infrastruktur kawasan 45-50% kapasitas bergantung dengan Pelabuhan Patimban dan tol
Tahap 3: Pelabuhan Patimban beroperasi penuh dengan kawasan beroperasi 90-95% lahan aksesnya yang akan mengakselerasi aktivitas industri
tahap 1 dan 2 serta infrastruktur kawasan 75-80% kapasitas kawasan.
Tahap 4: Kawasan beroperasi 90-95% lahan tahap 1-3 dengan infrastruktur kawasan 100%
Analisis Kelayakan Gross Saleable Area KIT Subang sebesar 66% secara umum terdiri dari perumahan, bangunan Sejalan dengan tujuan pembangunan KIT Subang
Keuangan komersial, rekreasi, sekolah, fasilitas-komersial, dan industri. Sisa 34% lahan digunakan untuk sebagai pusat pengembangan ekonomi baru, maka
Asumsi proporsi guna lahan
fasilitas publik & utilitas, ruang terbuka, dan jalan. lahan industri diproyeksikan menjadi kontributor
cashflow terbesar, 77% dari total cashflow.
Harga pemanfaatan/sewa berkontribusi besar sehingga
1. Pendapatan terdiri dari dua stream, yaitu pemanfaatan lahan/sewa lahan dan pendapatan
perlu selalu disesuaikan terhadap harga eksisting terkini.
Asumsi pendapatan dan biaya dari estate management.
Di satu sisi, dukungan pemerintah akan mempengaruhi
proyek 2. Variabel biaya diperlukan untuk biaya lahan, biaya konstruksi, biaya pengembangan, biaya
besarnya pinjaman yang diperlukan untuk memenuhi
pemasaran & operasional, pajak, dan finansial.
beban biaya.
Kajian kelayakan finansial menunjukkan bahwa proyek
ini secara finansial layak dengan NPV positif dan IRR
1. Skema pembayaran tenant lahan industri: sewa tahunan - Th. 1 (8%), sewa tahunan - Th.6 &
yang menarik baik sebelum maupun setelah pendanaan.
Hasil kajian kelayakan finansial gratis 5 tahun (43%), dan pemanfaatan lahan/sewa lunas (29%).
Meskipun total biaya proyek tinggi, pendapatan yang
proyek 2. Perhitungan finansial AECOM untuk setiap alternatif skema dan kondisi pendanaan selalu
dihasilkan dari proyek mampu menghasilkan net
lebih tinggi sedikit daripada perhitungan JLL, baik NPV, IRR, maupun payback.
cashflow positif, menunjukkan potensi pengembalian
yang baik atas investasi yang dilakukan.
Tinjauan terhadap Dokumen AECOM ‘Rangkuman Eksekutif Studi Kelayakan Ekonomi – Kajian Kelayakan
Finansial Kawasan Industri Terpadu Subang’ (2/3)
Bab Subbab Key Message Simpulan
1. Proyeksi AECOM untuk penyerapan lahan menunjukkan peningkatan konsisten dalam
permintaan atas lahan industri, dengan proyeksi penuh selama 18 tahun hingga tahun 2040. Efektivitas penyerapan lahan di KIT Subang sangat
Dengan asumsi 70% pemanfaatan lahan pada 5 tahun pertama dan berlanjut dengan sewa tergantung pada implementasi strategi pemasaran yang
tahunan hingga mencapai 100% di tahun kesebelas, AECOM memperkirakan adanya solid dan kerjasama dengan agen eksklusif yang
penyerapan lahan rata-rata 42 hektar per tahun. Ini menandakan kebutuhan yang kuat untuk berpengalaman. JLL, sebagai agen eksklusif, memiliki
strategi pemasaran yang efektif dan pengembangan yang berkelanjutan untuk memenuhi peran penting dalam memastikan layanan pemasaran
permintaan pasar yang dinamis. yang komprehensif dan transparansi dalam proses
Proyeksi penyerapan lahan
2. Menurut proyeksi JLL, penyerapan lahan industri akan berlangsung selama 17 tahun, hingga transaksi. Dengan promosi yang efektif dan pengelolaan
tahun 2039, dengan rata-rata 45 hektar per tahun. Hal ini menekankan pentingnya peran JLL dari awal hingga akhir, KIT Subang diharapkan dapat
sebagai agen eksklusif dalam menerapkan strategi pemasaran yang komprehensif, termasuk mencapai target penyerapan lahan yang telah
promosi dan pengelolaan transaksi dari awal hingga akhir untuk memaksimalkan penyerapan ditetapkan, yang diharapkan berkontribusi pada
lahan dan menarik investor global. JLL berperan penting dalam memastikan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dan pembangunan regional.
Analisis Kelayakan
transaksi berjalan dengan transparan dan efisien, yang akan berkontribusi pada keberhasilan
Keuangan
penyerapan lahan sesuai dengan proyeksi yang telah ditetapkan.
1. Analisis Perhitungan Harga Sewa Lahan RNI menunjukkan bahwa nilai sewa lahan RNI
Harga sewa lahan yang berbasis pada NJOP memberikan
ditentukan berdasarkan NJOP dengan total nilai mencapai 566,988,217,688 rupiah untuk
dasar yang solid untuk pengambilan keputusan terkait
lahan seluas 1,454 hektar. Dengan metode perhitungan yang disediakan (GIM dan PMK
dengan penetapan tarif sewa yang kompetitif. Selain itu,
33/2012), harga sewa diperkirakan sekitar 1,296 hingga 1,299 rupiah per meter persegi per
pemilihan alternatif capex dan struktur pembiayaan yang
tahun. Sebagai alternatif, dipertimbangkan opsi dengan asumsi harga sewa lahan RNI
Perhitungan harga sewa lahan tepat akan menjadi kunci dalam memastikan
sebesar 1,300 rupiah per meter persegi per tahun berdasarkan NJOP.
RNI keberlanjutan finansial proyek. Dengan opsi pembiayaan
2. Perhitungan Capex dan Debt/Equity mengungkapkan tiga alternatif capex dengan total capex
yang diusulkan, proyek ini diharapkan dapat
berkisar antara sekitar 2,7 triliun hingga 8,5 triliun rupiah, dengan pembagian antara capex
menyeimbangkan antara investasi infrastruktur yang
untuk konsorsium infrastruktur dan BPSP. Ketergantungan pada utang (debt) bervariasi
dibutuhkan dengan keterjangkauan dan pengelolaan
sesuai dengan alternatif capex yang diambil, menunjukkan kebutuhan equity mulai dari
risiko keuangan proyek yang baik.
sekitar 1 triliun hingga 4,5 triliun rupiah.
Tinjauan terhadap Dokumen AECOM ‘Rangkuman Eksekutif Studi Kelayakan Ekonomi – Kajian Kelayakan
Finansial Kawasan Industri Terpadu Subang’ (3/3)
Bab Subbab Key Message Simpulan
1. Sumber Pendapatan Beragam: Proyek KIT Subang memproyeksikan sumber pendapatan dari
sewa lahan industri, perumahan, komersial, dan fasilitas dengan proyeksi positif dalam
jangka waktu 80 tahun.
2. Struktur Biaya: Terdapat biaya signifikan yang terkait dengan konstruksi (Capex) dan
operasional (Opex), termasuk sewa lahan RNI dan biaya konstruksi yang diperlukan untuk
memulai proyek. Kelayakan finansial proyek KIT Subang didukung oleh
3. Skenario Capex: Terdapat pertimbangan tiga skenario Capex yang berbeda, masing-masing proyeksi pendapatan jangka panjang yang positif dan
memiliki implikasi finansial yang berbeda terhadap net cashflow dan kebutuhan ekuitas. NPV yang menguntungkan. Namun, keberhasilan proyek
4. Operasional BPSP: Dimulai pada tahun ke-3 (2025), akan ada biaya operasional yang ini bergantung pada pengelolaan cashflow yang hati-hati,
Proyeksi cashflow kelayakan
berkaitan dengan Bangunan Pengelolaan Sistem Persewaan (BPSP). terutama selama fase awal konstruksi dan operasional.
finansial
5. Kelayakan Investasi: Semua skenario menunjukkan nilai IRR yang menarik dan NPV positif, Pengelolaan Capex yang efisien dan strategi pembiayaan
yang menunjukkan bahwa investasi tersebut layak dari sudut pandang finansial. yang cerdas akan menjadi faktor kunci dalam
6. Kebutuhan Ekuitas: Kebutuhan ekuitas yang substansial diperlukan di awal proyek, yang memaksimalkan return investasi dan meminimalkan
Analisis Kelayakan akan berkurang seiring waktu sejalan dengan peningkatan cashflow dari operasional. risiko finansia
Keuangan 7. Debt Repayment: Struktur pembayaran utang juga ditetapkan dalam proyeksi ini, dengan
beberapa skenario yang menunjukkan periode pembayaran utang hingga 20 tahun setelah
operasional tahun 2023.
8. Payback Period: Periode pengembalian investasi (payback period) bervariasi tergantung pada
skenario Capex yang diambil, mencerminkan tingkat risiko dan return yang diharapkan.
1. Penurunan Weighted Average Cost of Capital (WACC) : Terdapat penurunan dalam WACC dari
Perubahan dalam WACC mengindikasikan bahwa dari
10.50% ke 9.72% saat ini, yang menandakan penurunan biaya modal gabungan perusahaan
waktu ke waktu, biaya untuk membiayai investasi
setelah pajak.
menurun, yang dapat disebabkan oleh kondisi pasar
2. Cost of Equity: Biaya ekuitas turun dari 10.50% menjadi 9.44%, menunjukkan penurunan
yang lebih menguntungkan dan/atau profil risiko
Perhitungan WACC dalam tingkat pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham.
perusahaan yang lebih baik. Penurunan WACC ini dapat
3. Cost of Debt: Biaya utang juga turun dari 10.06% menjadi 9.84%, yang menggambarkan
memiliki implikasi positif bagi perusahaan, karena
penurunan biaya pinjaman perusahaan.
proyek investasi yang sama akan menjadi lebih menarik
4. Input Perhitungan: Penurunan ini tercermin dari perubahan input seperti tingkat bebas risiko,
karena biaya modal yang lebih rendah.
premi risiko negara, dan beta yang digunakan dalam perhitungan.