Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Beban Kerja 2.1.1.1 Pengertian Beban Kerja

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 31

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Beban kerja

2.1.1.1 Pengertian beban kerja

Menurut Vanchapo (2020:1) Beban kerja merupakan sebuah proses atau

kegiatan yang harus segera diselesaikan oleh seorang pekerja dalam jangka

waktu tertentu. Apabila seorang pekerja mampu menyelesaikan dan

menyesuaikan diri terhadap sejumlah tugas yang diberikan, maka hal

tersebut tidak menjadi suatu beban kerja. Namun, jika pekerja tidak berhasil

maka tugas dan kegiatan tersebut menjadi suatu beban kerja.

Pendapat lain dikemukakan oleh Linda (2014) menyatakan bahwa beban

kerja merupakan usaha yang harus dilakukan seseorang berdasarkan suatu

permintaan pekerjaan tersebut untuk diselesaikan.

Menurut Monika (2018) beban kerja adalah proses yang dilakukan

seseorang dalam menyelesaikan tugas dari suatu pekerjaan atau suatu

kelompok jabatan yang dilakukan dalam keadaan normal dalam suatu

jangka waktu tertentu.

Dhania (2010) menyimpulkan bahwa beban kerja adalah sejumlah kegiatan

dalam bentuk fisik maupun psikis yang membutuhkan kemampuan mental

dan harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.


13

2.1.1.2 Penyebab beban kerja

Arika (2011) menyatakan bahwa Beban kerja dipengaruhi oleh faktor

eksternal dan internal.

1. Faktor internal

Faktor internal adalah sebuah faktor yang berasal dari dalam tubuh

karyawan yang meliputi faktor fisik dan faktor somatis yang diakibatkan

oleh reaksi beban eksternal dan dapat berpotensi sebagai stressor atau

penyebab stress. Faktor fisik meliputi persepsi, motivasi, keinginan,

kepercayaan, persepsi, kepuasan dan sebagainya dan faktor somatis

meliputi umur, ukuran tubuh, jenis kelamin, kondisi kesehatan, status gizi

dan sebagainya

2. Faktor eksternal:

Faktor eksternal adalah beban yang berasal dari luar tubuh karyawan,

seperti:

a. Organisasi kerja. meliputi lamanya waktu istirahat, waktu kerja,

sistem kerja, shift kerja dan sebagainya.

b. Lingkungan kerja. meliputi lingkungan kerja fisik, biologis dan

psikologis yang dapat mengakibatkan beban tambahan karyawan.

c. Tugas . tugas terbagi menjadi dua tipe yaitu tugas yang yang bersifat

mental dan fisik. Tugas yang bersifat mental seperti tanggung jawab,

emosi pekerjaan dan kompleksitas pekerjaan. Sedangkan tugas yang

bersifat fisik seperti tata ruang dan kondisi tempat kerja, stasiun

kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat dan kondisi

lingkungan kerja.
14

2.1.1.3 Dampak Beban Kerja

Irawati (2017) menyatakan bahwa beban kerja dapat mengakibatkan

dampak negatif bagi karyawan yang berupa :

1. Kenaikan tingkat absensi

Beban kerja yang terlalu banyak menyebabkan karyawan terlalu lelah

sehingga mengakibatkan karyawan menjadi sakit. Hal ini menyebabkan

tingkat absensi terlalu tinggi dan berakibat buruk bagi kelancaran kerja

organisasi serta mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan

2. Kualitas kerja menurun

Beban kerja yang berlebihan dan terlalu berat serta tidak sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki oleh karyawan, mengakibatkan penurunan

kualitas kerja yang tidak sesuai dengan standar kerja karena kelelahan

fisik dan turunnya konsentrasi, akurasi kerja, pengawasan diri

3. Keluhan pelanggan

Hasil kerja yang tidak memuaskan dan tidak sesuai dengan harapan

pelanggan yang diberikan karyawan dapat menimbulkan keluhan,

sehingga keluhan tersebut menjadi tekanan untuk karyawan.

2.1.1.4 Indikator Beban Kerja

Menurut Arika (2011) indikator beban kerja adalah sebagai berikut:

1. Faktor eksternal, merupakan beban yang berasal dari luar tubuh pekerja,

seperti :

- Tugas (Task). Meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata

ruang tempat kerja, kondisi ruang kerja, kondisi lingkungan kerja,


15

sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan tugas yang

bersifat mental meliputi, tanggung jawab, kompleksitas pekerjaan,

emosi pekerja dan sebagainya.

- Organisasi Kerja. Meliputi lamanya waktu kerja, waktu istirahat, shift

kerja, sistem kerja dan sebagainya.

- Lingkungan Kerja. Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban

tambahan yang meliputi, lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja

kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis.

2. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat dari

reaksi beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stresor, meliputi

faktor somatic (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi

kesehatan, dan sebagainya), dan faktor psikis (motivasi, persepsi,

kepercayaan, keinginan, kepuasan, dan sebagainya).

2.1.2 Stress Kerja

2.1.2.1 Pengertian Stress Kerja

Menurut Sopiah (2008:85) stress adalah sebuah respon menyesuaikan

diri dengan keadaan terhadap suatu situasi yang menantang atau

mengancam kesehatan seseorang. Stress merupakan akibat negatif dari

kehidupan modern. Orang-orang merasa stress karena terlalu banyak

pekerjaan, ketidakpahaman terhadap pekerjaan, beban informasi yang

terlalu berat atau karena mengikuti perkembangan zaman. Kejadian-

kejadian tersebut menimbulkan distress, yakni derajat penyimpangan fisik,


16

psikis, dan perilaku dari fungsi yang sehat. Sinambela (2016 : 289)

mendefiniskan stress sebagai reaksi ganjil dari tubuh terhadap tekanan yang

diberikan padanya. Stress mempengaruhi setiap individu dengan cara yang

berbeda-beda sehingga kondisinya sangat bergantung pada individu.

Peristiwa-peristiwa tertentu bisa membuat seseorang mengalami stress yang

sangat tinggi, tetapi tidak bagi orang yang lain. Selain itu, pengaruh stress

tidaklah selalu negatif. Sebagai contoh, stress ringan dalam kenyataannya

meningkatkan produktivitas dan bisa sangat membantu mengembangkan

ide-ide kreatif.

Sedangkan menurut Hanim (2016) stress kerja merupakan proses

psikologi atau ketegangan yang menyebabkan perasaan tidak tenang dan

emosi tidak stabil yang disebabkan oleh tekanan baik tuntutan fisik maupun

psikologis karyawan.

2.1.2.2 Penyebab Stres

Menurut Sopiah (2008:87) stressor merupakan penyebab stress, seperti

emosional pada seseorang, tuntutan fisik dan kondisi lingkungan dalam

organisasi dan aktivitas hidup lainnya.

Stressor yang berhubungan dengan pekerjaan terbagi menjadi empat tipe

utama, yaitu:

1. Lingkungan fisik

Penyebab stress di dalam lingkungan fisik pekerjaan, seperti

kebisingan, kurang pencahayaan tempat kerja, tempat yang tidak aman,

tata ruang dan rancangan ruang kantor dan kualitas udara yang buruk.
17

2. Peran atau tugas

Merupakan sebuah kondisi dimana karyawan mengalami kesulitan

dalam memahami apa yang menjadi tugasnya, peran yang dia mainkan

dirasakan terlalu berat atau peran ganda.

Penyebab utama nya yaitu:

- Konflik peran

- Peran ambiguitas

- Beban kerja

- Karakteristik tugas

3. Stress antarpribadi (interpersonal stressors)

Penyebab stress akan semakin bertambah jika karyawan terbagi menjadi

beberapa divisi dalam suatu departemen yang dikompetisikan untuk

memenangkan suatu target sebagai divisi terbaik dengan reward yang

menggiurkan. Sedangkan setiap karyawan memiliki perbedaan

kepribadian, karakter, persepsi, latar belakang yang dapat menimbulkan

stress.

4. Organisasi

Banyak sekali ragam penyebab stress yang bersumber dari organisasi.

Pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stress

yang tidak hanya untuk mereka yang kehilangan pekerjaan, namun juga

untuk mereka yang masih tinggal. Secara khusus mereka yang masih

tinggal mengalami peningkatan beban kerja, peningkatan rasa tidak

aman dan tidak nyaman dalam bekerja serta kehilangan rekan kerja.

Restrukturisasi, privasi, merger, dan bentuk-bentuk lainnya merupakan


18

kebijakan perusahaan yang berpotensi memunculkan stress. Para

pekerja harus menghadapi peningkatan ketidakamanan dalam bekerja,

bimbang dengan tuntutan pekerjaan yang semakin banyak dan bentuk-

bentuk baru dari konflik antar pribadi.

Penyebab stress yang bukan bersumber dari pekerjaan, antara lain adalah:

1. Time based conflict

Time based conflict merupakan sebuah tantangan untuk

menyeimbangkan antara aktivitas pribadi atau keluarga dengan waktu

untuk pekerjaan. Time based conflict lebih akut pada wanita daripada

pria. Wanita yang berkarir di luar rumah mendapatkan sumber stress

yang jauh lebih banyak karena di rumah dia dituntut untuk menjadi

karyawan yang baik. hal ini tidak mudah untuk dilaksanakan.

2. Strain based conflict

Strain based conflict dapat terjadi apabila stress berasal dari suatu

sumber yang melebihi kemampuan yang dimiliki karyawan tersebut,

yang berupa masalah pribadi yang dimiliki oleh karyawan seperti

kematian keluarga atau saudara, masalah keuangan dan penyebab stress

lainnya yang tidak berasal dari pekerjaan yang menimbulkan ketegangan

dan kelelahan yang dapat mempengaruhi dan menghambat kemampuan

karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya.

3. Role behavior conflict

Merupakan peran yang dimiliki oleh setiap karyawan dalam

pekerjaannya. Di samping itu karyawan juga dituntut lingkungan yang

ada kalanya bertentangan dengan tuntutan pekerjaannya. Hal ini


19

seringkali memunculkan stress karena untuk membangun harmoni atas

dua atau lebih tuntutan tidaklah mudah.

4. Stress karena adanya perbedaan individu

Terdapat tiga alasan mengapa dengan penyebab stress yang sama pada

setiap karyawan namun memperlihatkan gejala-gejala stress yang

berbeda, yaitu yang pertama penerimaan karyawan terhadap situasi yang

sama, masing-masing dari karyawan berbeda. Kedua, karyawan

mempunyai batas kemampuan dalam mengatasi stress yang lebih rendah

dari resistensi terhadap stress. Ketiga, karyawan mungkin mengalami

tingkat stress yang sama namun akibat yang ditimbulkan dari stress

berbeda, yang menunjukkan bahwa karyawan memerlukan strategi

penanggulangan yang juga berbeda. Dalam hal ini beberapa orang

cenderung mengabaikan stress dengan harapan hal itu akan hilang atau

berlalu.

2.1.2.3 Akibat Akibat Stress

Menurut Sopiah (2008:91) dampak atau akibat dari stress bisa dilihat dari

tiga aspek, yaitu:

1. Fisik

Stress yang diakibatkan pada fisik mudah dikenali dan dapat dilihat

seperti, beberapa penyakit yang disinyalir karena orang tersebut

mengalami stress yang cukup tinggi dan berkepanjangan, di antara adalah

penyakit jantung, bisul, tekanan darah tinggi, sakit kepala, dan gangguan

tidur, karyawan akan merasakan stress yang tinggi apabila karyawan

sudah memiliki penyakit yang bukan berasal dari stress tersebut.


20

2. Psikis

Stress yang ada pada psikis bisa dikenali, di anataranya adalah depresi,

ketidakpuasan kerja, kemurungan, keletihan dan kurang bersemangat

3. Perilaku

Perilaku yang diakibatkan stress dapat dikenali, yaitu tingkat absensi

tinggi, penurunan kinerja, kenaikan kecelakaan kerja, salah dalam

mengambil keputusan dan agresi di tempat kerja.

2.1.2.4 Cara mengelola stress

Menurut Sinambela (2016:394) ada beberapa untuk mengelola stress,

seperti:

a. Olahraga.

Salah satu cara paling efektif mengatasi stress adalah olahraga fisik.

Stress menimbulkan perubahan kimiawi dalam tubuh, dan olahraga

memberikan sebuah cara untuk mengembalikan tubuh pada keadaan

normalnya. Sebagian besar orang memiliki jenis olahraga favorit, seperti

jogging, tenis, golf, badminton, atau jalan sehat.

b. Mengikuti kebiasaan diet yang sehat.

Orang yang sedang dalam kondisi stress membakar energi lebih cepat

dibandingkan dalam kondisi normal. Kebiasaan makan yang tepat sangat

penting, tetapi sayangnya makanan tidak sehat (junk food) sering kali

menjadi pilihan. Orang-orang harus mengembangkan tujuan diet yang

membatasi junk food dan menjaga berat badan normal.


21

c. Tahu kapan berhenti sejenak.

Relaksasi penting untuk meredakan stress, beberapa orang bisa bertahan

dalam kondisi stress untuk waktu yang lama, sedangkan lainnya tidak.

Akan tetapi, setiap orang harus menemukan waktu untuk berhenti

sejenak.

d. Menempatkan situasi yang penuh stress dalam perspektif.

Beberapa orang cenderung memperlakukan hampir semua situasi sebagai

masalah hidup atau mati. Sikap tersebut bisa memunculkan jumlah stres

yang amat besar.

e. Menemukan seseorang yang mau mendengar.

Menemukan seseorang yang mau mendengar akan mencegah seseorang

menumpuk masalah yang akan mengikis jiwanya.

f. Membangun keteraturan dalam hidup

Stress sering kali muncul ketika seseorang tidak memiliki kendali atas

sebuah situasi. Dalam banyak kasus, perencanaan awal merupakan hal

yang mutlak diperlukan untuk menghindarkan seseorang dari situasi

yang penuh stress. membangun keteraturan juga berarti meninggalkan

pekerjaan di kantor. Hampir semua orang membutuhkan waktu menjauh

dari pekerjaan untuk mengurangi tingkat stress.

g. Mengenali keterbatasan diri sendiri.

Mungkin di antara kondisi yang paling menimbulkan stress yang bisa

dialami seseorang adalah berada dalam situasi yang segera menampakan

keterbatasan dan ketidakmampuannya dalam mengatasi masalah.


22

2.1.2.5 Indikator Stress Kerja

Robbins (2008 : 375) membagi indikator stress kerja sebagai berikut:

1. Psikologis, meliputi : Cepat tersinggung, tidak komunikatif, banyak

melamun dan lelah mental

2. Fisik, meliputi: Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, mudah

lelah secara fisik, pusing kepala, masalah tidur

3. Perilaku, meliputi : Merokok berlebihan, menunda atau menghindari

pekerjaan, perilaku sabotase dan perilaku makan yang tidak normal.

2.1.3 Kinerja

2.1.3.1 Definisi kinerja

Wibowo (2017:70) menyatakan bahwa kinerja dapat dipandang sebagai

proses maupun hasil pekerjaan. Kinerja merupakan suatu proses tentang

bagaimana pekerjaan berlangsung untuk mencapai hasil kerja. Namun, hasil

pekerjaan itu sendiri juga menunjukan kinerja. Sedangkan menurut

Mangkunegara (2009 dalam Irawati, 2017) mendefinisikan kinerja

karyawan merupakan hasil kerja yang dicapai karyawan berdasarkan

kualitas yang dimiliki karyawan dan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya untuk melaksanakan tugasnya .

Menurut Rivai (2010) kinerja merupakan perilaku yang ditampilkan setiap

orang secara nyata sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan

sesuai dengan perannya. Rahadi (2010:5) menyimpulkan bahwa kinerja

merupakan tingkat keberhasilan yang diraih oleh pegawai dalam melakukan

suatu aktivitas kerja dengan merujuk kepada tugas yang harus dilakukannya.
23

2.1.3.2 Faktor yang mempengaruhi kinerja

Amstrong dan Baron (1998:16) dalam Wibowo (2017:84) mengungkapkan

bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:

1. Personal factors, ditunjukan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang

dimiliki, motivasi, dan komitmen individu

2. Leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan bimbingan dan

dukungan yang dilakukan manajer dan team leader.

3. Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh

rekan kerja

4. System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang

diberikan organisasi

5. Contextual/situational factors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat

tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.

2.1.3.3 Pengukuran Kinerja

Menurut Rahadi (2010:26) setiap indikator kinerja diukur berdasarkan

kriteria standar tertentu. Dalam mengukur kinerja, terdapat kriteria atau

ukuran. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kuantitatif (seberapa banyak)

Ukuran kuantitatif merupakan ukuran paling mudah untuk disusun dan

diukurnya, yaitu hanya dengan menghitung seberapa banyak unit

keluaran kinerja harus dicapai dalam kurun waktu tertentu.

2. Kualitatif (seberapa baik)

Melukiskan seberapa baik atau seberapa lengkap hasil harus dicapai.

Criteria ini antara lain mengemukakan akurasi, presisi, penampilan


24

(kecantikan dan keterampilan), kemanfaatan dan efektivitas. Standar

kualitas dapat diekspresikan sebagai tingkat kesalahan seperti jumlah

atau persentase kesalahan yang diperbolehkan per unit hasil kerja.

3. Ketepatan waktu pelaksanaan tugas atau penyelesaian produk,

Kriteria yang menentukan keterbatasan waktu untuk memproduksi suatu

produk, membuat suatu atau melayani sesuatu. Kriteria ini menjawab

pertanyaan, seperti kapan, berapa cepat, atau dalam periode apa.

4. Efektivitas penggunaan sumber organisasi

Efektivitas penggunaan sumber dijadikan indikator jika untuk

mengerjakan suatu pekerjaan disyaratkan menggunakan jumlah sumber

tertentu, seperti uang dan bahan baku.

5. Cara melakukan pekerjaan

Dilakukan sebagai standar kinerja jika kontak personal, atau perilaku

karyawan merupakan faktor penentu keberhasilan melaksanakan

pekerjaan.

6. Efek atau suatu upaya

Pengukuran yang diapresiasikan akibat akhir yang diharapkan akan

diperoleh dengan bekerja. Standar jenis ini menggunakan kata-kata

sehingga, dan, agar, supaya yang digunakan jika hasilnya tidak dapat

dikualifikasikan.

7. Metode melaksanakan tugas

Standar yang digunakan jika ada undang undang kebijakan, prosedur

standar, metode, dan peraturan untuk menyelesaikan tugas atau jika cara

pengecualian ditentukan tidak dapat diterima


25

8. Standar sejarah

Standar sejarah yang menyatakan hubungan antara standar masa lalu

dengan standar sekarang. Standar sekarang dinyatakan lebih tinggi atau

dari pada standar masa lalu dalam pengertian kuantitas dan kualitas

9. Standar nol atau absolute

Standar yang menyatakan tidak akan terjadi sesuatu. Standar ini dipakai

jika tidak ada alternatif lain.

2.1.3.4 Indikator Kinerja

Menurut Rivai (2009 : 27) indikator kinerja adalah sebagai berikut:

1. Kuantitas

yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran

kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan

kegiatan ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan

2. Kualitas

yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik atau tidaknya). Pengukuran

kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran “tingkat kepuasan” yaitu

seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran.

3. Ketepatan waktu

yaitu sesuai tidaknya dengan waktu merupakan jenis khusus dari

pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian

suatu kegiatan.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian


26

Penelitian

1 Pengaruh Beban Kerja Deskriptif Beban kerja berpengaruh

terhadap Kinerja positif dan signifikan

Karyawan PT. Bank terhadap kinerja

Rakyat Indonesia karyawan PT. Bank

(persero) Tbk Cabang Rakyat Indonesia

Krekot. (persero) Tbk Cabang

(Adityawarman, 2015) Krekot.

2 Pengaruh Beban Kerja, Proportional Beban kerja, stres kerja

Stres Kerja Dan Motivasi Random dan motivasi kerja

Kerja Terhadap Kinerja Sampling secara simultan

Perawat Rumah Sakit berpengaruh signifikan

Islam Ibnu Sina terhadap kinerja perawat

Pekanbaru. Rumah Sakit Islam Ibnu

(Aprilia, 2017) Sina Pekanbaru.

3 Pengaruh Beban Kerja Survei Tidak Ada pengaruh

dan Stress Kerja beban kerja dan stress

Terhadap Kinerja Staf kerja terhadap kinerja

Pengajar Politeknik staf pengajar.

Negeri Pontianak.

(Sofiana, 2020)

4 Beban Kerja Dan Stres Deskriptif dan Beban kerja dan stress
27

Kerja Terhadap Kinerja Verifikatif kerja berpengaruh

Karyawan Pada Pt. negatif signifikan

Galamedia Bandung terhadap Kinerja

Perkasa. karyawan.

(Monika, 2018)

5 Pengaruh Stres Kerja Studi kasus Stres kerja karyawan

Terhadap Kinerja yang tinggi

Karyawan (Studi Pada mempengaruhi kinerja

Karyawan Majalah karyawan .

Mother And Baby).

(Wartono, 2017)

6 Pengaruh Stres Kerja Kuantitatif Stres kerja dan beban

Dan Beban Kerja kerja berpengaruh

Terhadap Kinerja terhadap kinerja

Pegawai Disperindagkop karyawan.

Dan Umkm Manokwari.

(Nataria, 2018)

7 Pengaruh Beban Kerja Kuantitatif Beban kerja dan stress

Terhadap Kinerja kerja berpengaruh positif

Karyawan Dimediasi dan signifikan terhadap

Stres Kerja Pada Pt. kinerja karyawan pada

Korin Technomic. PT. Korin Technomic.

(Fathkuri, 2019)
28

8 Pengaruh Stres Kerja Analisis Stres kerja memiliki

Terhadap Kinerja Deskriptif Dan pengaruh yang

Karyawan Pada Pt Bank Kuantitatif signifikan terhadap

Negara Indonesia Kausalitas kinerja.

(Persero).

(Umniyuda, 2019)

9 Pengaruh Beban Kerja Deskriptif dan -Beban Kerja dan Stress

Dan Stress Kerja verifikatif Kerja Pegawai Dinas

Terhadap Kinerja Pekerjaan Umum

Pegawai Pada Dinas Kabupaten Majene

Pekerjaan Umum memiliki pengaruh

Kabupaten Majene. terhadap kinerja pegawai

(Wahdaniah, 2018)

10 Pengaruh Stres Kerja, Kuantitatif Stress kerja dan Beban

Dan Beban Kerja, Kerja berpengaruh

Terhadap Kinerja negatif, dan signifikan

Karyawan Dealer Honda terhadap Kinerja

Astra Motor Kota Karyawan Pada Dealer

Bengkulu. Honda Astra Motor Kota

(Sulastri, 2020) Bengkulu.

Dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh beban kerja dan stress kerja pada kinerja karyawan.
29

Sebagai acuan dan membantu peneliti dalam meningkatkan pemahaman

tentang penelitian beban kerja dan stress kerja pada kinerja karyawan. Dari

penjabaran penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya, menunjukan bahwa beban kerja dan stress lebih banyak

berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan dimana jika beban kerja dan

stress kerja tinggi, maka kinerja karyawan akan menurun. Metode penelitian

yang dipakai mengadopsi penelitian Sulastri (2020) yang menggunakan

metode kuantitatif dan penelitian yang dilakukan Nataria (2018) dengan

teknik analisis linear berganda. Kedua penelitian tersebut menggunakan

sampel jenuh.

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh beban kerja pada kinerja

Beban kerja adalah kegiatan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan

dengan waktu yang telah ditentukan untuk mencapai suatu tujuan. Beban

kerja mempengaruhi karyawan menjadi tidak produktif. Hal tersebut

mempengaruhi kinerja karyawan menjadi tidak efektif. Kinerja seorang

karyawan pada dasarnya bersifat individual karena dalam mengerjakan

tugas pekerjaannya, karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang

berbeda-beda dan bergantung pada kombinasi antara usaha, kemampuan,

dan kesempatan yang diperoleh. Karyawan sering dihadapkan dengan tugas

yang banyak dan harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan. Dalam

menyelesaikan tugas-tugas tersebut tentu membutuhkan waktu, tenaga, dan

sumber daya lainnya. Adanya beban dengan sumber daya tersebut yang
30

terbatas akan menyebabkan kinerja karyawan menjadi menurun karena

adanya daya tahan karyawan yang melemah dan perasaan tertekan.

Monika (2018) melakukan penelitian terkait dengan Beban Kerja dan hasil

penelitian menunjukan bahwa Beban Kerja berpengaruh negatif signifikan

terhadap Kinerja Pegawai. Hasil pengujian ini memberikan bukti empiris

bahwa semakin tinggi Beban Kerja yang dirasakan karyawan maka Kinerja

Karyawan akan menurun. Penelitian terbaru yang juga dilakukan oleh

Sulastri (2020) membuktikan bahwa beban kerja berpengaruh negatif

signifikan terhadap kinerja. Hal ini dikarenakan tuntutan manajer terhadap

karyawannya untuk mencapai target. Karyawan sering di diberikan

pesangon sesuai target pekerjaan dan penjualan tetapi karyawan tetap tidak

dapat mencapai target. Faktor inilah yang membuat karyawan merasa

terbebani dalam bekerja. Sehingga dibentuk hipotesis sebagai berikut:

H1: Beban kerja berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja karyawan

2.3.2 Pengaruh stress kerja pada kinerja

Stress kerja adalah respon tubuh terhadap suatu tekanan yang dapat

menimbulkan dampak terhadap perubahan fisik atau psikologi seseorang.

Menurut Cahyana (2017) faktor stress juga memegang peranan penting

dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan. Stress juga dapat menjadi

penghambat kinerja karyawan. Bila terdapat stress yang terlalu tinggi,

karyawan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya. Akibat lainnya

memungkinkan karyawan kehilangan semangat dalam bekerja, putus asa,

bahkan menolak bekerja untuk menghindari stress. Stress mempunyai


31

dampak negatif dan positif terhadap seseorang. Dampak negatif stress

tingkat yang tinggi penurunan pada kinerja pegawai yang drastic.

Pada tingkat stress yang tinggi, kinerja karyawan menjadi rendah. Pada

kondisi ini terjadi penurunan kinerja. Tingkat stress yang berlebihan

menyebabkan kondisi karyawan menjadi tertekan. Namun, pada tingkat

stress yang rendah kinerja karyawan juga bisa menjadi rendah. Karena pada

kondisi ini karyawan tidak memiliki tantangan dan muncul rasa bosan

karena understimulation. Dengan kenaikan tingkat stress, menghasilkan

kinerja yang baik yang disebut dengan tingkat stress yang optimal. Kondisi

ini menciptakan ide-ide yang inovatif, antusiasme, dan output yang

konstruktif (Wartono, 2017).

Wahdaniah (2018) melakukan penelitian yang terkait dengan stress kerja

dan hasil penelitian menunjukan bahwa stress berpengaruh negatif

signifikan terhadap kinerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan kuisioner

peneliti kepada karyawan bahwa karyawan sering merasa pusing dan terlalu

banyak berpikir. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

karyawan, mereka tidak dapat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan

atasan seperti tugas yang terlalu berat yang membutuhkan tanggung jawab

tinggi, ketidakseimbangan tugas dan kemampuan yang dimiliki karyawan.

Hal tersebut mengakibatkan tugas karyawan menjadi tidak selesai dan

karyawan merasa frustasi sehingga menimbulkan stress. Dengan tidak

adanya pekerjaan yang menimbulkan stres kerja bagi pegawai akan

membuat pikiran pegawai lebih tenang dalam melaksanakan pekerjaan

sehingga kinerja pun tidak ikut menurun.


32

Monika (2018) melakukan penelitian terkait dengan variabel yang sama dan

hasil penelitian menunjukan bahwa Stres Kerja berpengaruh negatif

signifikan terhadap Kinerja Pegawai. Hasil pengujian ini memberikan bukti

empiris bahwa semakin tinggi Stres Kerja maka akan menurunkan Kinerja

Karyawan. Sehingga dibentuk hipotesis sebagai berikut:

H2 : Stress kerja berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja karyawan

2.3.3. Pengaruh Beban Kerja dan Stress Kerja pada kinerja karyawan

Beban kerja dan stress kerja yang dirasakan karyawan pada saat yang

bersamaan sangat berpengaruh pada kesehatan mental maupun fisik

karyawan.. Beban kerja dan stress kerja yang dirasakan karyawan dapat

berpengaruh pada kinerja, maka jika beban kerja dan stress kerja yang

dirasakan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang besar pada kinerja

dan keefektifitasan suatu perusahaan. Penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Widyastuti (2015) membuktikan bahwa terdapat pengaruh beban kerja

dan stress kerja pada kinerja karyawan. Hal tersebut didukung oleh

permasalahan pada SKPD Kabupaten Sintang Kalimantan Barat dimana

organisasi tersebut berfokus pada pelayanan public dan berkomitmen untuk

memperhatikan tuntutan masyarakat, sehingga anggota organisasi dituntut

untuk memiliki produktivitas kerja yang tinggi agar tujuan organisasi

tercapai dan pelayanan masyarakat diberikan dengan baik. hal tersebut yang

menjadi beban dan stress pada karyawan.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Aprilia (2017) juga

menunjukkan terdapat pengaruh signifikan beban kerja dan stress kerja


33

secara bersama sama pada kinerja. Berdasarkan latar belakang penelitian

tersebut, beban kerja dan stress kerja karyawan terjadi karena perawat

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru harus memberikan pelayanan 24

jam terhadap para pasien, selain itu mereka juga dituntut untuk cepat

tanggap dalam menyampaikan informasi dan melayani pasien karena

perawat merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit yang

memiliki peran yang sangat penting. Hal tersebut menjadi beban kerja dan

stress kerja bagi para perawat sehingga kinerja karyawan menjadi menurun.

Masyarakat dan pasien masih sering mengeluhkan pelayanan dan kinerja

perawat, pasien merasa tidak puas dan kurang nyaman. Hal tersebut

berdampak juga pada kualitas dan citra rumah sakit. Sehingga dibentuk

hipotesis sebagai berikut:

H3 : Beban Kerja dan Stress Kerja berpengaruh negatif signifikan pada

kinerja.

Atas dasar kerangka pemikiran diatas, hipotesis dalam penelitian ini

dikemukakan dengan tujuan untuk mengarahkan serta memberi pedoman

bagi penelitian yang akan dilakukan. Apabila ternyata hipotesis tidak

terbukti dan berarti salah, maka masalah yang dapat dipecahkan kebenaran

yang ditentukan dari keputusan yang berhasil dijalankan selama ini.

Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan suatu kerangka pemikiran

yang menyatakan bahwa beban kerja dan stress kerja mempunyai pengaruh

pada kinerja karyawan. Oleh karena itu kerangka konseptual penelitian ini

adalah:
34

Gambar 1. Model Penelitian

Beban Kerja
H1
(X1)
Kinerja

(Y)

Stress Kerja H2
(X2) H3
35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dan dibantu berdasarkan data dari wawancara informal. Sugiyono

(2015) mendefinisikan penelitian kuantitatif merupakan suatu metode

pengumpulan data yang menggunakan instrumen penelitian, analisis data

yang bersifat kuantitatif, dan berlandaskan pada populasi dan sampel dengan

tujuan untuk menguji hipotesis yang telah diterapkan.

3.2 Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian dibedakan menjadi dua yaitu

variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas). Operasional

variabel penelitian ini terdiri dari tiga yaitu variabel bebas (independent) dan

satu variabel terikat (dependent).

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain. Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas,

yaitu Beban kerja (X1) dan Stress kerja (X2).

2. Variabel terikat (dependent variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

Kinerja (Y)
36

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Indikator

1 Beban beban kerja merupakan usaha 1. Faktor eksternal :

Kerja yang harus dilakukan seseorang


- Tugas (Task)
(X1) berdasarkan suatu permintaan
- Organisasi Kerja
pekerjaan tersebut untuk
- Lingkungan Kerja
diselesaikan.

Linda (2014)
2. Faktor internal

- faktor somatic

- faktor psikis

Arika (2011)

2 Stress Stress adalah reaksi ganjil dari 1. Psikologis

Kerja tubuh terhadap tekanan yang 2. Fisik

(X2) diberikan padanya. Stress 3. Perilaku

mempengaruhi setiap individu

dengan cara yang berbeda-beda

sehingga kondisinya sangat

bergantung pada individu.

Sinambela (2016 : 289)


Robbins (2008 : 375)

3 Kinerja Kinerja merupakan suatu proses 1.Kuantitats

(Y) tentang bagaimana pekerjaan 2. Kualitas

berlangsung untuk mencapai hasil 3. Ketepatan waktu

kerja.
37

Wibowo (2017) Rivai (2009 : 27)

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Objek penelitian ini

adalah Beban Kerja dan Stress Kerja pada Kinerja Karyawan. Penelitian ini

dilaksanakan pada PT Rachmat Putra Industrial di Bandar Lampung.

Penelitian ini menggunakan populasi 30 orang karyawan PT Rachmat Putra

Industrial yang seluruhnya dijadikan sampel sebagai responden untuk

mengisi kuisioner penelitian.

3.4 Instumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2015:155), instrumen penelitian merupakan alat yang

biasa digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dalam

penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa kuesioner

(angket) yang dibuat dalam bentuk checklist () dan dengan beberapa

pertanyaan yang jawabannya memiliki skor 1 – 5.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk

mendapatkan data yang diperluas dengan menggunakan suatu alat tertentu,

sebab kualitas suatu data ditentukan oleh alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Pengumpulan data dalam sebuah penelitian ilmiah

ditujukan untuk memperoleh bahan yang akurat, reliabel, dan relevan

terhadap masalah yang diteliti. Sehubungan dengan penelitian ini penulis


38

menggunakan metode pengumpulan melalui pengumpulan data primer dan

dokumentasi sebagai berikut:

1. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang responden ketahui. Data dikumpulkan

dengan memberi kuesioner kepada responden (karyawan PT Rachmat

Putra Industria) yang berisi butiran-butiran pertanyaan seputar rumusan

masalah penelitian.

2. Observasi adalah kegiatan mengadakan pengamatan langsung ke

perusahaan terhadap obyek yang diteliti, seperti aktivitas kerja karyawan

pada PT Rachmat Putra Industrial.

3. Wawancara adalah interaksi langsung dengan narasumber. Wawancara

merupakan teknik pengumpulan data yang ingin dilakukan peneliti

sebagai studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti

dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono,

2016). Data dikumpulkan dengan mengajukan beberapa pertanyaan

seputar variabel penelitian dengan pihak-pihak dalam perusahaan, yaitu

dengan melakukan tanya jawab dengan pimpinan pada PT Rachmat Putra

Industrial.

Tabel 3. Skala Pengukuran Kuisioner

SS Sangat Setuju 5

S Setuju 4

CS Cukup Setuju 3
39

TS Tidak Setuju 2

STS Sangat Tidak Setuju 1

3.6 Teknik Analisis Data

3.6.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2016) uji validitas merupakan pengujian yang bertujuan

untuk mengetahui ketepatan suatu instrumen pernyataan sebagai dan

mengetahui tingkat valid instrumen kuisioner yang digunakan dalam

mengumpulkan data sebagai alat ukur variabel penelitian.

Syarat untuk mengukur instrumen dinyatakan valid adalah dengan

menggunakan teknik korelasi product moment dengan SPSS. Suatu

pernyataan dikatakan valid apabila nilai signifikan lebih rendah dari 0,05,

jika diatas 0,05 maka item dinyatakan tidak valid. Selanjutnya, cara lain

untuk menentukan suatu item dinyatakan valid adalah dengan

membandingkan nilai r tabel dan r hitung, sebagai berikut:

a. Jika nilai r hitung > r tabel pernyataan data instrumen penelitian

dinyatakan valid

b. Jika nilai r hitung < r tabel pernyataan data instrumen penelitian

dinyatakan tidak valid

3.6.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2017) Uji reliabilitas merupakan uji yang digunakan

untuk melihat konsistensi dari serangkaian alat ukur yang dimiliki jika alat

ukur tersebut dilakukan secara berulang. Alat untuk mengukur reliabilitas


40

adalah Cronbach Alpha. Menurut Ghozali (2016) Suatu variabel dikatakan

reliabel apabila :

● Hasil Cronbach Alpha ˃0,60 dikatakan reliabel

● Hasil Cronbach Alpha ˂ 0,60 dinyatakan tidak reliabel

● Cronbach Alpha ˃ Cronbach Alpha if item deleted

3.6.3 Analisis regresi linear berganda

Analisis regresi linear berganda adalah untuk melihat pengaruh antara

variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini menggunakan model

analisis regresi berganda. Dimana pada kasus regresi berganda terdapat satu

variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen. Persamaan

regresi linear menurut Sugiyono (2016) yang digunakan adalah:

Y = α + β1X1+ β2X2+ ε

Keterangan:

Y = kinerja

α = bilangan konstanta

β1= koefisien regresi dari variabel beban kerja

β2= koefisien regresi dari variabel stress kerja

X1 = beban kerja

X2 = stress kerja

ε =error.

3.6.4 Uji Koefisien Determinasi

Menurut Sugiyono (2016) Uji Koefisien determinasi merupakan uji yang

bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen

pada variabel dependen. Jika nilai R2 mendekati nol berarti variabel tersebut
41

memiliki pengaruh yang kecil. Sebaliknya, jika nilai R2 semakin besar atau

mendekati satu, maka variabel tersebut memiliki pengaruh yang besar.

Rumus Koefisien determinasi menurut Sugiyono (2016) adalah sebagai

berikut:

D = R2 x 100%

Keterangan :

D = Koefisien determinasi

R2 = Koefisien korelasi variabel bebas dengan variabel terikat.

100% = Persentase Kontribusi

3.6.5 Uji Statistik T

Menurut Sugiyono (2016) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara

individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Menurut Ghozali

(2011) uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing

variabel independen pada variabel dependen dalam penelitian. taraf

signifikansi sebesar 0,05 dengan pengukuran sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi < 0,05 terdapat pengaruh

b. Jika nilai signifikansi > 0,05 tidak terdapat pengaruh

c. Jika T hitung > T tabel terdapat pengaruh

d. Jika T hitung < T tabel tidak terdapat pengaruh

3.6.6 Uji Statistik F

Menurut Sugiyono (2016) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan

apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam


42

model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen/terikat. Menurut Ghozali (2011) cara untuk mengetahui pengaruh

variabel independen pada variabel dependen dengan cara membandingkan

nilai F hitung dan nilai F tabel , dengan cara:

a. Jika nilai signifikansi < 0,05 terdapat pengaruh

b. Jika nilai signifikansi > 0,05 tidak terdapat pengaruh

c. Jika F hitung > F tabel terdapat pengaruh

d. Jika F hitung < F tabel tidak terdapat pengaruh

Anda mungkin juga menyukai