Induksi Ovulasi Pada Katak
Induksi Ovulasi Pada Katak
Induksi Ovulasi Pada Katak
Laporan lengkap praktikum Perkembangan Hewan dengan judul INDUKSI OVULASI PADA KATAK disusun oleh : Fadilah
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Terlepasnya sel telur dari ovarium karena folikel sel telur telah pecah disebut ovulasi. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya ovulasi. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya ovulasi. Ovulasi pada katak terjadi setelah oosit melepaskan polar bodi I, dinding teka eksterna dan folikel sel dari folikel pecah. Folikel ini mengenali pertumbuhan karena pengaruh beberapa hormone yaitu FSH (Follicle Stimulating Hormon) yang diperoleh dari kelenjar hipofisa anterior, maka sel-sel folikel mampu menghasilkan hormone estrogen dan progesterone. Kedua hormone ini dalam jumlah kecil memberi dorongan ke kelenjar hipofisa anterior untuk menghasilkan hormone LH (Luteinizing Hormon). Hormon LH ini berperan dalam menggertak terjadinya ovulasi. Kelenjar hipofisa katak yang diambil melalui hiposektomi, merupakan sumber FSH dan LH dapat dipakai untuk menginduksi ovulasi. Potensi kelenjar akan turun apabilah berada dalam suhu kamar beberapa jam. Keberhasilan dalam menginduksi ovulasi pada katak dapat diketahui dengan melakukan striping setelah katak tersebut (yang sudah diinjeksi) dua puluh empat jam untuk mengeluarkan sel telur. Pada suatu keadaan kerena suatu sebab tertentu, ovulasi tidak terjadi dan untuk membutuhkan zat pemicu terjadinya ovulasi dari luar. Hingga saat ini, satusatunya zat pemicu ovulasi yang telah beredar luas ialah hCG, sementara rh-LH masih dalam penelitian clinical trial tahap lll. Oleh karena itu, Perlu dilaksanakan suatu pengamatan mengenai bagaimana cara menginduksi ovulasi pada katak agar dapat diperoleh telur atau proses ovulasi pada saat yang kita inginkan.
B. Tujuan Praktikum Tujuan dilakukannya pengamatan ini adalah untuk memperoleh telur dan proses pembuahan pada saat yang diinginkan dalam jumlah yang bayak. C. Manfaat Praktikum Manfaat yang diperoleh dari pengamatan ini adalah kita dapat mengetahui cara menginduksi ovulasi pada katak sehingga dapat memperoleh sel telur ataupun proses pembuahan sesuai denagan keinginan kita dan dalam jumlah yang banyak.
membrane propia dan terbentuk suatu lubang yang disebut stigma. Akibatnya cairan dalam rongga antrium keluar dan ovulasi berlangsung (Adnan, 2006). Ovulasi ialah proses pecahnya folikel ovum. Pelepasan ovum itu disertai sel-sel glikogennya. Yang tersusun secara radial, ovum keluar dari dinding ovarium berupa letusan pada ovulasi daerah cumulus oophorus dan lepasnya ovum yang menyalaputi disebut korona odorata dari folikel letusan kecil mendekati (Yatim, 1994). Banyak amphibia yang melakukan fertilisas eksternal memperlihatkan perilaku kawin yang spesifik, yang berakhir dengan seekor jantan membuahi telur-telur seekor betina. Karena fertilisasi eksternal memerlukan suatu ligkungan di mana sebuah telur dapat berkembang tanpa kekeringan atau cekaman panas, maka fertilisasi jenis tersebut terjadi hampir secara ekslusif di habitat yang lembab. Feromon adalah sinyal kimiawi yang dihasilkan oleh satu organisme yang mempengaruhi perilaku individu lain dari spesies yang sama. Feremon adalah molekul kecil yang mudah menguap atas larut dalam air, yang dapat terdispersi dengan mudah ke dalam lingkungan dan, seperti hormone, aktif dalam jumlah sangat sedikit. Feromon ngegat gipsi betina membangkitkan respons perilaku jantan pada kadar serendah 1 molekul feromon dalam 1017 molekul gaslain di udara. Ovarium tergolong kelenjar ganda sebab ia menghasilkan baik getah eksokrin (sitigenetik) maupun getah endokrin. Alat ini berbentuk bagunan lonjong, menggepeng, berukuran panjang sekitar 4cm panjang, lebar 2 cm, dan tebal 1cm. Masing-masing terletak di setiap sisi rahim pada dinding lateral rongga panggul (pelvis). Setiap indung telur terlambat pada sisinya yang disebut hilus oleh mesovarium yang merupakan suatu lipatan peritoneum, ke ligamentum latum uterus. Pada hilus, jaringan ikat vascular mesovarium menyatu dengan stroma ovarium. Peritoneura yang meliputi mesovarium mendadak lenyap hilus dan diganti oleh selapis sel epitel kuboid yang disebut epitel germinal yang meliputi permukaan bebas indung telur. Kekhususan mesotel peritoneum karena adanya lamina basal yang tipis. Di bawah epitel tersebut terdapat jaringan ikat padat yang tidak terlalu jelas disebu tunika albuginea, yang semakin memadat dengan bertambahnya umur. Pada potongan indung telur, dapat dibedakan yakni: (1) bagian luar yaitu korteks dan (2) bagian dalam yaitu medulla yang menyatu dengan jarigan ikat vascular mesovarium di hilus. Tidak tergaris pembatas di antara kedua bagian tersebut, bila terdiri atas jaringan ikat tibroelastis longgar mengandung pembuluh darah besar, pembuluh dan saraf. Stromanya mengandung tebaran bergerak otot polos (Leeson, 1989).
b. Membalikkan tengkorakknya dan cari bentangan yang luas yang dibentuk oleh ulang-tulang di dasar kranium. c. Memasukkan gunting yang tajam ke dalam rongga otak, dan potong tulang kearah anterior melalui dasar kranium, hindari luka pada jaringan otak. Dengan mengggunakan pinset kecil. d. Menempatkan kelenjar pituari dalam cawing pituatari dalam cawan Petri yang berisi air aquadestilata 2 cc, keenam kelenjar ditempatkan dalam air yang sama dan injeksi dilakukan beberapa menit kemudian. 2. Penyuntikan a. Memegang katak betina secara kuat-kuat pada kakinya, injeksi dilakukan pada rongga perut posteriolateral. b. Betina yang sudah diinjeksi, kemudian ditampatkan dalam bejana plastic yang berisi air pada kedalamam satu inci. 3. Penampungan telur a. b. Pada suhu 23-25 derajat celcius, telur tampat dalam uterus sekitar 24-36 jam. Menstripping dengan pelan-pelan, dengan membengkokkan ke arah depan pelvis, kemudian menekan dari depan ke belakan perut. 4. Pembuahan telur a. Menganka sepasang testes dari dua ekor jantan dan potong dengan gunting ke dalam 20 cc air kolam yang sebelumnya disaring,membiarkan selama 20 ,menit pada suhu kamar dan membagi kedalam dua mangkok. b. Mengankat katak betina yang mengamali ovulasi dari wadahnya, menekan beberapa telur secara pelan dari uterus ke dalam mangkok yang berisi suspensi sperma. c. Memutar mangkok sehingga suspensi bertemu setiap telur dan mendiamkan selama 3 menit, kemuadian menyiram telur dengan air yang sama dan mendiamkan selama 2 jam. d. Setelah telur-telur berputar sehingga kutub animal berada di bagian paling atas (sekitar 15-20 menit), sebaiknya di pisah dar dasar mangkok.
B. Pembahasan
Kelenjar pituitari berperang dalam sekresi FSH dan LH. FSH diangkut oleh kelenjar pituitari anterior oleh darah ke ovarium, dimana ia akan mempengaruhi perkembangan folikel mensekresikan estrogen/hormone seksual wanita dan menghasilkan sebuah oosit sekunder yang lepas (berupa sel telur matang), proses ini disebut ovulasi. Dalam kegiatan ini diperlukan suatu perlakuan yang sangat baik dan hati-hati, karena apabila terjadi suatu kesalahan, maka akan menimbulkan dampak bagi proses selanjutnya. Misalnya, dalam pengangkatan kelenjar pituitary yang harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak tercampur dengan darah. Keraj hormon akan terganggu bila tercampur dengan darah. Selain itu perlakan pada saat peginjeksian juga harus diperlihatkan, karena apabila tidak diinjeksikan pada tempat yang seharusnya maka induksi ovulasi ini tidak akan berhasil. Percobaan yang kami lakukan kali ini tidak berhasil, karena ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya, yaitu : a. Kelenjar pituitari yang sedikit sehingga suspensi yang dibuat tidak terlalu mencukupi untuk merangsang terjadinya ovulasi pada katak betina. b. Pengaruh suhu tidak sesuai karena kelenjar pituitary agak lama didapat sehingga suhu pada saat pembedahan dan pada waktu masih di dalam otak berbeda dan mempengaruhi kerja hormone. c. Daerah yang diinjeksi kemungkinan bukan ovarium hanya sampai pada daerah bawah kulit saja dan tidak menembus otot dan ovarium. Akibatnya kelenjar pituitary tidak bereaksi sama sekali.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari percobaan yang dilakukan maka telur yang diharapkan keluar dari katak yang telah diinjeksi kelenjar pitutarinya ternyata tidak berhasil mungkin disebabkan pengaruh suhu tidak sesuai karena kelenjar pituitary agak lama didapat sehingga suhu pada saat pembedahan dan pada waktu masih di dalam otak berbeda dan mempengaruhi kerja hormone. B. Saran Diharapkan agar praktikan dapat melakukan proses pengamatan atau kegiatan dengan sebaikbaiknya agar dapat diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2006. Reproduksi dan Embriologi. Badan Penerbit FMIPA UNM. Makassar. Adnan. 2006. Penuntun Praktikum Reproduksi dan Embriologi. Jurusan Biologi Makassar. Campbell. 2003. Biologi. Erlangga : Jakarta Darma Putra. 2008. Beberapa Hal yang mempengaruhi Keberhasilan Infertilisasi In Vitro. www.google.com. Diakses pada tanggal 30 November 2008. Yatim, wildson,1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito : Bandung. FMIPA UNM.
JAWABAN PERTAYAAN
1. Apakah peranan ekstrat hipofisa terhadap ovulasi ? Jawab : Peranan ekstrak hipofisa pada ovulasi yaitu merangsang folikel untuk mengalami pertumbuhan menjadi sel telur yang masak dan siap untuk diovulasikan dan merangsang pecahnya folikel yang telah masak sehingga terjadi proses ovulasi. 2. Mengapa ekstrak hipofisa segera diinjeksikan pada katak betina ? Jawab : Ekstrak hifopofisa segera diinjeksi pada katak betina agar potensi kerja hipofisa tidak segera turun karena berada di suhu kamar dalam waktu yang lama. 3. Apa yang terjadi pada telur setelah terfertilisasi ? Jelaskan ! Jawab : Setelah fertilisasi, telur mengalami pembelahan. Pembelahan terjadi dalam beberapa tahapan yang dimulai dengan tahap blastulasi, gastrulasi, morulasi dan tahap neurolasi. Tahapan
pembelahan ini dimasukkan untuk pertumbuhan dan spesialisasi sel menjadi organ atau yan biasa disebut proses diferensiasi. LILTERATUR
Lokasi kelenjar ini tepat di dalam lekukan tulang sela tursika di bagian tengah tulang baji.
Secara garis besar, kelenjar hipofisis terbagi menjadi 3 lobus ( bagian ), yaitu: lobus anterior, lobus intermedia, dan lobus posterior.
Lobus anterior Merupakan bagian depan hipofisis. Bagian ini menghasilkan berbagai macam hormon dengan fungsi yang berbeda. Beberapa hormon yang dihasilkan oleh lobus anterior, antara lain :
1. hormon tirotropin ( Thyroid Stimulating Hormone ) yang bertugas untuk merangsang kelenjar tiroid sehingga memproduksi hormon tiroksin.
2. hormon adrenokortiko tropin ( ACTH ) yang berfungsi merangsang korteks adrenal untuk memproduksi kortikosteroid.
3. Folikel stimulating hormone yang pada wanita berperan dalam merangsang perkembangan ovarium dan menekan sekresi esterogen. Sedangkan pada pria berperan menstimulasi testis untuk memproduksi spermatozoa.
4. Hormon somatotrof, berguna dalam merangsang pertumbuhan tubuh terutama pemanjangan tulang.
5. Prolaktin ( luteotropic hormon ) atau laktogen, yang berperan dalam menstimulasi kelenjar susu ( glandulla mammae ) untuk mensekresi ASI.
Lobus Intermedia merupakan bagian tengah dari kelenjar hipofisis yang bersifat unik karena bagian ini akan mengalami kemunduran ( rudimenter ) selama masa pertumbuhan dan belum secara jelas diketahui fungsinya. Penelitian yang dilakukan pada katak menemukan bahwa bagian ini menghasilkan melanosit stimulating hormone atau intermedin yang berperan dalam mengatur pigmentasi ( perubahan warna kulit ) dalam hal ini mengatur penyuburan pigmen melanin.
Lobus Posterior Merupakan bagian belakang dari kelenjar hipofisis. Bagian ini menghasilkan dua jenis hormon, yaitu:
1. Antidiuretik Hormone atau hormon vasopresin. Hormon ini berfungsi dalam : mengatur kadar air dalam tubuh dan darah melalui absorbsi air oleh tubulus kontorti ( pada ginjal ) sehingga dapat mengatur banyak sedikitnya jumlah urine yang dihasilkan.Selain itu juga ikut berperan dalam mengatur tekanan darah.
2. Hormon oksitosin yang berfungsi merangsang kontraksi otot polos pada dinding uterus. Terutama penting dalam proses persalinan.