Isip4212 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.2 (2023.1)

Nama Mahasiswa : Nevi Dyan Alfitri

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 047962662

Tanggal Lahir : Bogor, 19 November 2003

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4212 / Pengantar Ilmu Politik

Kode/Nama Program Studi : 72 / Ilmu Komunikasi

Kode/Nama UPBJJ : 23 / Bogor

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa, 5 Juli 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1.Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Nevi Dyan Alfitri


NIM : 047962662
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4212 / Pengantar Ilmu Politik
Fakultas : FHISIP
Program Studi : Ilmu Komunikasi
UPBJJ-UT : 23 / Bogor

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Bogor, 5 Juli 2023
Yang Membuat Pernyataan

Nevi Dyan Alfitri


LEMBAR JAWABAN

1. Berdasarkan artikel tersebut, pasal yang sesuai tentang hak asasi


manusia adalah pasal 28A dan Pasal 28I ayat 1.

Pasal 28 A berbunyi :
"Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya."

Pasal 28I ayat 1 berbunyi :


"Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama,
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun."

Alasan saya memilih Pasal 28 A dan 28 I ayat 1 UUD 1945 adalah karena pasal ini secara tegas
menyatakan hak asasi manusia setiap orang di Indonesia, termasuk hak untuk memiliki perlindungan diri
pribadi, martabat, dan rasa aman. Kasus penjara kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat, Sumatera
Barat pada bula Januari 2022 adalah contoh bentuk kejahatan yang melanggar hak asasi manusia.

Referensi : BMP ISIP4212 Modul 3.

2.
A. Berdasarkan kategori budaya politik Almond dan Powell, selama kurun waktu tahun 2004 hingga 2019,
Indonesia dapat dikategorikan sebagai berada pada budaya politik partisipan. Budaya politik partisipan
ditandai oleh partisipasi politik yang aktif dari masyarakat, baik melalui pemilu, demonstrasi, maupun aksi
politik lainnya. Masyarakat Indonesia semakin terlibat dalam aktivitas politik, terutama setelah pemilihan
umum tahun 1999 yang menandai transisi dari rezim Orde Baru. Masyarakat berperan aktif dalam pemilihan
umum, memanfaatkan hak suara mereka, serta menggunakan aksi politik seperti demonstrasi untuk
menyuarakan aspirasi dan mempengaruhi kebijakan publik.

B. Aktivitas politik dalam mempengaruhi dan merubah kebijakan publik di era rezim Orde Baru tidak dapat
terlaksana dengan bebas karena adanya otoriterisme dan penindasan politik yang dilakukan oleh
pemerintah Orde Baru. Pada masa itu, rezim Orde Baru yang dikuasai oleh Presiden Soeharto menekan
kebebasan berpendapat dan partisipasi politik pada masyarakat. Pemerintah menggunakan berbagai alat
dan strategi untuk membatasi kebebasan berekspresi, melarang aksi politik yang mengancam kestabilan
rezim.

Dalam rezim Orde Baru, terdapat kendali ketat terhadap media massa dan kebebasan berpendapat, serta
penggunaan aparat keamanan yang keras terhadap demonstrasi dan aksi politik yang dianggap menentang
pemerintah. Selain itu, terdapat pembatasan partisipasi politik dengan menerapkan sistem politik yang
terkontrol oleh pemerintah.

Akibatnya aktifitas politik untuk mempengaruhi dan merubah kebijakan publik menjadi sangat terbatas.
Masyarakat yang berani menyuarakan aspirasinya dihadapkan pada risiko penindasan, penangkapan, dan
represi oleh aparat keamanan. Dalam kondisi seperti ini, masyarakat sulit untuk melaksanakan aksi politik
secara bebas dan efektif untuk merubah kebijakan publik sesuai dengan aspirasi mereka.

Referensi : BMP ISIP4212 Modul 4.

3.
A. Menurut Herbert McClosky, partisipasi politik adalah kegiatan sukarela dari masyarakat dalam mengambil
bagian dari proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak, terlibat dalam pembentukan
kebijakan umum. Partisipasi politik berkaitan erat dengan kesadaran politik. Masyarakat yang berpartisipasi
dalam politik sadar bahwa tindakan mereka dapat memberikan pengaruh dalam dunia perpolitikan.

Tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa masyarakat mengikuti masalah politik, memahami serta
ingin terlibat di dalam kegiatannya. Dengan tingginya partisipasi masyarakat, berbagai kebijakan yang
dibuat pemerintah dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat.

Jika partisipasi masyarakat yang rendah merupakan pertanda yang kurang baik.
Dapat menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang tidak peduli terhadap masalah kenegaraannya.
Pemerintah akan menjadi kurang tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat karena mereka
tidak memberikan pendapat. Akibatnya, kebijakan dibuat cenderung untuk melayani kepentingan beberapa
kelompok saja.

Partisipasi politik adalah pilar utama dari sistem demokrasi yang berfungsi untuk memperkuat tata kelola
pemerintahan, memastikan keadilan, dan menjaga keseimbangan kekuasaan. Oleh karena itu, melibatkan
diri dalam proses politik adalah tanggung jawab setiap warga negara yang ingin membangun negara yang
demokratis dan berkeadilan.

B. Berikut adalah beberapa contoh konkret dari partisipasi politik masyarakat dalam mendorong perubahan
kebijakan politik di Indonesia:

1) Pemilihan Umum
Warga negara yang aktif memberikan suara mereka untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat di tingkat
lokal, provinsi, dan nasional. Dalam pemilihan umum, masyarakat memiliki kesempatan untuk memilih calon
yang mewakili visi dan kepentingan mereka, serta mengubah kebijakan politik melalui pemilihan yang adil
dan transparan.
2) Pendidikan Politik dan Kesadaran
Meningkatkan pendidikan politik dan kesadaran masyarakat adalah langkah penting dalam partisipasi politik
yang efektif. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang sistem politik, hak-hak politik, dan isu-isu politik,
masyarakat dapat berperan aktif dalam membentuk kebijakan politik dan mempengaruhi perubahan yang
positif.
3) Partisipasi dalam Diskusi Publik
Masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam diskusi publik yang diadakan oleh lembaga pemerintah,
universitas, atau organisasi masyarakat sipil. Diskusi publik memberikan kesempatan bagi warga negara
untuk menyampaikan pandangan mereka tentang isu-isu politik, memberikan masukan, dan mengajukan
pertanyaan kepada para pembuat kebijakan.
4) Petisi dan Kampanye Online
Dengan adanya kemajuan teknologi, masyarakat juga dapat menggunakan platform online untuk
menyampaikan suara mereka. Banyak kampanye online telah berhasil mengubah kebijakan politik dengan
mengumpulkan tanda tangan atau memobilisasi dukungan melalui media sosial.
5) Demonstrasi dan Aksi Protes
Masyarakat seringkali menggunakan demonstrasi dan aksi protes sebagai cara untuk mengekspresikan
ketidakpuasan terhadap kebijakan politik. Misalnya, gerakan mahasiswa dan buruh sering mengadakan
demonstrasi besar-besaran untuk menuntut perubahan kebijakan tertentu, seperti reformasi politik,
kesejahteraan buruh, atau perlindungan lingkungan.

Referensi : BMP ISIP4212 Modul 5.

4.
Pembagian kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam sistem demokrasi sangat
berpengaruh terhadap kebijakan politik yang diambil di Indonesia. Berikut adalah penjelasan mengenai
pengaruh masing-masing lembaga terhadap kebijakan politik:

- Eksekutif
Kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden dan pemerintah pusat di Indonesia. Mereka bertanggung
jawab untuk mengelola pemerintahan, melaksanakan kebijakan publik, dan menjalankan administrasi
negara. Presiden memiliki wewenang untuk mengusulkan dan mengimplementasikan kebijakan politik.
Kedudukan badan eksekutif dalam sistem pemerintahan Parlementer bergantung pada dukungan yang
diberikan oleh Parlemen. Kekuatan eksekutif ini mempengaruhi kebijakan politik melalui keputusan-
keputusan yang diambil oleh presiden, kementerian, dan lembaga eksekutif lainnya. Misalnya, kebijakan
ekonomi, sosial, lingkungan, dan luar negeri.
- Legislatif
Kekuasaan legislatif dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Indonesia. DPR bertugas membuat,
mengubah, dan mengesahkan undang-undang yang menjadi dasar hukum negara. Anggota DPR dipilih
melalui pemilihan umum dan mewakili suara rakyat. Kekuasaan legislatif mempengaruhi kebijakan politik
dengan merumuskan dan membahas undang-undang, mengawasi pemerintah, dan memberikan
persetujuan atau penolakan terhadap kebijakan yang diusulkan oleh eksekutif. DPR juga memiliki peran
dalam mengawasi pengelolaan keuangan negara dan mengevaluasi kinerja pemerintah.
- Yudikatif
Kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung dan lembaga peradilan lainnya di Indonesia. Yudikatif
bertugas untuk menafsirkan dan menjalankan hukum, memutuskan sengketa, serta melindungi hak-hak
konstitusional. Keputusan pengadilan mempengaruhi kebijakan politik dengan menentukan legalitas dan
konstitusionalitas tindakan pemerintah. Yudikatif juga berperan dalam menjaga keadilan, menegakkan
hukum, dan menangani pelanggaran hukum oleh pihak-pihak yang terlibat dalam kebijakan politik.

Pembagian kekuasaan antara lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam sistem demokrasi Indonesia
memiliki tujuan untuk menjaga keseimbangan kekuasaan dan mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh
satu lembaga atau individu. Saling ketergantungan dan saling mengawasi di antara ketiga lembaga ini
mendorong terciptanya kebijakan politik yang lebih transparan. Interaksi antara ketiga lembaga ini sering
melibatkan negosiasi,kompromi, dan checks and balances untuk memastikan kebijakan yang dihasilkan
memperhatikan kepentingan publik dan menjunjung tinggi prinsip demokrasi.

Referensi : BMP ISIP4212 Modul 7, 8, dan 9.

Anda mungkin juga menyukai