Dasrep

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR REPRODUKSI TERNAK

ULTRASONOGRAFI PADA SAPI

Disusun Oleh:

Nama: Fitrah Dwi Novian

Nim: 05041382227093

Dosen Pengampu: Dr, Drh. Langgeng Priyanto,M,Si.

PROGAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023/2024
DAFTAR
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan masyarakat terhadap pangan hewani terus meningkat seiring
bertambahnya penduduk di Indonesia. Swasembada daging menjadi program
pemerintah yang telah dicanangkan dalam memenuhi tingginya permintaan pasar.
Upaya pemenuhan pangan hewani dilakukan pemerintah dengan cara meningkatkan
jumlah populasi ternak dengan meningkatkan penyediaan dan perbaikan bibit sapi.
Efisiensi reproduksi juga menjadi salah satu cara dalam meningkatkan penyediaan bibit
sehingga ternak betina sapi dapat produktif dan melahirkan satu ekor anak dalam
setahun. Pada peternakan sapi, efisiensi reproduksi sangat penting artinya karena
berhubungan dengan keuntungan. Data mengenai penampilan reproduksi pada sapi telah
banyak dilaporkan, namun, belum banyak laporan mengenai penampilan reproduksi
sapi pada kondisi manajemen intensif. Studi yang menyeluruh pada penampilan
reproduksi penting artinya dalam usaha meningkatkan efisiensi dan strategi
pemeliharaan. Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi lokal Indonesia. Jurnal Ilmu
dan Kesehatan Hewan, Pebruari 2013 12 Bali yang sekarang telah menyebar hampir ke
seluruh penjuru Indonesia bahkan sampai luar negeri seperti Malaysia, Filipina, dan
Australia.

Sapi Bali memiliki keunggulan dibandingkan dengan sapi lainnya antara lain
mempunyai angka pertumbuhan yang cepat, adaptasi dengan lingkungan yang baik, dan
penampilan reproduksi yang baik. Sapi Bali merupakan sapi yang paling banyak
dipelihara pada peternakan kecil karena fertilitasnya baik dan angka kematian yang
rendah Seleksi negatif akibat pengiriman ternak potong keluar Bali dan pemotongan
betina produktif di rumah potong di seluruh kabupaten di Bali telah menyebabkan
terjadinya penurunan performans sapi Bali. Samariyanto (2004) menyatakan bahwa
belum sempurnanya sistem peremajaan bibit yang diikuti dengan pemilihan dan
pemotongan sapi yang berkualitas baik dapat menyebabkan penurunan performans sapi
Bali.
1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sistem reproduksi sapi dan
bagian-bagiannya mulai dari bagian luar hingga dalam,serta bisa menjelaskan bagian-
bagian tersebut dan fungsi dari organ reproduksi tersebut.

1.3 Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah untuk menambah pengetahuan akan bagian-
bagian reproduksi sapi serta mengetahui setiap fungsi dari organ reproduksi tersebut
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Organ Reproduksi Betina

Organ reproduksi betina terbagi menjadi beberapa bagian, yang


tersusun danbekerja sama secara kompleks hingga membentuk suatu kesatuan kerja
sehingga dapatdigunakan dalam proses reproduksi dan menghasilkan keturunan
untukmempertahankan kelangsungan hidup suatu spesies. Organ reproduksi betina
terdiri daribeberapa bagian diantaranya adalah Ovarium, Tuba Falopii (Oviduk), Uterus,
Serviks,Vagina, dan Vulva

2.1.1 Ovarium

Ovarium terletak di dalam kavum abdominalis, mempunyai dua fungsi, yaitu


sebagaiorgan eksokrin yang menghasilkan sel telur atau ovum dan organ
endokrin yangmengeluarkan hormon reproduksi betina yaitu estrogen dan progesteron.
Pada umumnyaovarium terdapat dua buah, kanan dan kiri yang terletak di dalam
pelvis. Bentuk danukuran ovarium berbeda-beda menurut spesies dan fase dari siklus
estrus. Pada sapi, berbentuk oval dengan ukuran bervariasi dengan panjang 1,3-5,0 cm,
danlebar 1,3-3,2 cm, dan tebal 0,6-1,9cm. pada domba, ovarium berbentuk lonjong
denganpanjang berkisar 1,3-1,9 cm, sedangkan pada kuda berbentuk seperti ginjal
dengan ukuranpanjang 4,0-8,0 cm, lebar 3,0-6,0 dan tebal 3,0-5,0 cm. Ovarium pada
babi, berbentuklonjong menyerupai serangkai buah anggur karena banyaknya folikel
dan orpus luteum.

2.1.2 0viduk

Tuba fallopi juga dikenal dengan istilah oviduct (saluran telur) dan kadang-
kadangdisebut tuba uterina. Saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus dan membentang
daricornuuteri ke arah dinding lateral pelvis. Oviduct bersifat bilateral,
strukturnyaberliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke cornu uteri dan
menyalurkan ovum,spermatozoa dan zigot. Tiga segmen tuba uterina dapat dibedakan,
yakni infundibulum(berbentuk corong besar), ampulla (bagian berdinding tipis yang
mengarah ke belakang13

dari infundibulum, dan isthmus (segmen berotot yang berhubungan langsung


denganuterus (Dellman and Brown, 1992

2.1.3 Uterus

Uterus merupakan suatu struktur saluran muskuler yang diperlukan


untukpenerimaan ovum yang telah dibuahi, nutrisi dan perlindungan fetus,
dan stadiumpermulaan eksplusi fetus pada waktu kelahiran. Uterus pada mamalia
terdiri dari corpus,serviks dan dua tanduk atau cornua. Proporsi relative masing-masing
bagian ini demikianpula bentuk dan susunan akan berbeda-beda pada setiap spesies
sebagaimana organ-organinternal berongga pada umumnya dinding uterus terdiri
dari selaput mukosa dibagiandalam, selapis otot licin dibagian tengah, dan
selapis serosa dibagian luar ialahperitorneum.

2.1.4 Serviks

Serviks meupakan otot sphincter yang terletak di antara uterus dan vagina.
Strukturserviks pada hewan mamalia berbeda-beda tetapi umumnya dicirikan adanya
penonjolan-penonjolan pada dindingnya. Pada ruminansia penonjolan-penonjolan
ini ini terdapatdalam bentuk lereng-lereng transversal dan saling menyilang, disebut
cincin-cincin annuler(annulus servikalis). Cincin-cincin tersebut tersusun dalam bentuk
sekrup ulir (pembukatutup botol) yang disesuaikan dengan perputaran spiralis
penis babi.

2.1.5 Vagina

Vagina merupakan buluh berotot yang menjulur dari cervix sampai


vestibulum.Lipatan memanjang rendah dari mukosa-submukosa terentang sepanjang
vagina. Vaginasapi betina, lipatan melingkar yang penting juga terdapat di bagian
kranial vagina. Variasidaur tampak pada tinggi serta struktur epitel. Peningkatan jumlah
lendir vagina selamaberahi terutama berasal dari cervix. Epitel yang mengalami
kornifikasi yang meluasmerupakan gejala berahi. Proses ekstensifikasi sangat jelas
pada karnivora dan rodensia,tidak terjadi secara nyata pada ruminansia, mungkin karena
pengeluaran estrogen yangrendah pada jenis ruminansia pada umumnya.

2.1.6 Vulva

Vulva merupakan bagian terluar dari organ reproduksi betina. Alat


kelamin luarterbagi atas vestibulum dan vulva. Vestibulum merupakan bagian dari
saluran kelaminbetina yang berfungsi sebagai saluran reproduksi dan urinaria. Pada
vulva terdapat bulu-bulu halus, vulva berfungsi sebagai tempat masuknya penis ternak
jantan. Siklus estrus pada ternak betina dapat dilihat dari perubahan pada vulvanya.
Vulvadapat menjadi tegang karena bertambahnya volume darah yang mengalir ke
dalamnya. Cirikhas yang tampak dari selaput lendirnya adalah Merah, Hangat, dan
Bengkak. Vulva jugadapat berfungsi sebagai pelindung bagian vagina.

2.2 Pubertas

Ilyas dan Leksmono (1995) menyatakan pubertas dapat didefenisikan sebagai


umur atau waktu dimana organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan
perkembangbiakan dapat terjadi. Pada hewan jantan puberitas ditandai dengan
kesanggupan menghasilkan spermatozoa dan berkopulasi, sedangkan pada betina
ditandai dengan terjadinya berahi (estrus) dan ovulasi. Puberitas terjadi sebelum dewasa
tubuh tercapai, sehingga bila sapi betina langsung dikawinkan dan bunting pada saat
pubertas harus disediakan makan yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan
tubuhnya sendiri dan anaknya. Seekor hewan betina muda yang baru dewasa kelamin
membutuhkan lebih banyak pakan dan ia akan menderita lebih banyak stress jika
dikawinkan pada umur tersebut dibandingkan dengan hewan betina yang suda dewasa
tubuh. Apabila pertumbuhan tubuhnya tidak dipicu dengan pakan yang cukup.
Kemungkinan akan terjadi kesulitan melahirkan (Toelihere, 1977). Menurut Morrow
(1986) aktivitas siklus repoduksi pada sapi dimulai pada usia 12 bulan dengan rentang 4
bulan sampai 2 tahun. Munculnya pubertas pertama kali dipengaruhi oleh genetik dan
lingkungan eksternal. Secara umum puberitas dapat didefinisikan sebagai umur atau
waktu dimana organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan perkembangbiakan dapat
terjadi. Pubertas pada ternak betina didefenisikan sebagai suatu fase atau keadaan
dimana ternak tersebut menunjukan tada-tanda estrus (berahi) pertama kali, tingkah laku
kawin dan menghasilkan sel telur atau ovulasi atas pengaruh hormone esterogen.

2.3 Siklus Birahi Sapi Betina

Birahi adalah waktu ternak betina siap untuk menerima ternak jantan untuk
kawin (Partodiharjo, 1992). Berahi merupakan saat/waktunya alat reproduksi seekor
ternak betina dimana ovum siap menerima spermatozoa dari ternak jantan sehingga jika
pada saat berahi terjadi perkawinan dan pertemuaan sel kelamin jantan dengan sel
kelamin betina dalam ovarium akan terjadi zigot (pembuahan). Ilyas dan Leksmono
(1995) menyatakan hewan betina yang tidak bunting akan mengalami berahi dan
ovulasi bila telah dewasa kelamin dan kegiatan reproduksi telah dimulai menurut suatu
siklus rithmik yang jelas. Interval antara lain timbulnya suatu periode berahi
kepermulaan periode berahi berikutnya disebut siklus estrus (Disnak Riau, 1998). Siklus
birahi sapi yaitu 21 hari dengan selang antar 19-25 hari dan rataannya 20,8 hari. Terjadi
berahi dan ovulasi pada seekor sapi betina dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
pakan, manajemen, dan lingkungan. Secara umum dipercaya bahwa tanda-tanda berahi
utama yang paling penting adalah hewan betina diam berdiri dan bersedia dinaki
(dikawinkan oleh pejantan), atau diam berdiri apabila dinaiki oleh sesama hewan betina
dewasa lain di dalam kelompoknya (Toelihere, 1977).

Organ reproduksi betina


terbagi menjadi beberapa
bagian, yang tersusun
dan
bekerja sama secara
kompleks hingga
membentuk suatu kesatuan
kerja sehingga dapat
digunakan dalam proses
reproduksi dan
menghasilkan keturunan
untuk
mempertahankan
kelangsungan hidup suatu
spesies. Organ reproduksi
betina terdiri dari
beberapa bagian diantaranya
adalah Ovarium, Tuba
Falopii (Oviduk), Uterus,
Serviks,
Vagina, dan Vulva
rgan reproduksi betina
terbagi menjadi beberapa
bagian, yang tersusun
dan
bekerja sama secara
kompleks hingga
membentuk suatu kesatuan
kerja sehingga dapat
digunakan dalam proses
reproduksi dan
menghasilkan keturunan
untuk
mempertahankan
kelangsungan hidup suatu
spesies. Organ reproduksi
betina terdiri dari
beberapa bagian diantaranya
adalah Ovarium, Tuba
Falopii (Oviduk), Uterus,
Serviks,
Vagina, dan Vulva
Organ reproduksi betina
terbagi menjadi beberapa
bagian, yang tersusun
dan
bekerja sama secara
kompleks hingga
membentuk suatu kesatuan
kerja sehingga dapat
digunakan dalam proses
reproduksi dan
menghasilkan keturunan
untuk
mempertahankan
kelangsungan hidup suatu
spesies. Organ reproduksi
betina terdiri dari
beberapa bagian diantaranya
adalah Ovarium, Tuba
Falopii (Oviduk), Uterus,
Serviks

BAB 3
METEODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Pada praktikum ultrasonografi pengecekan pada serviks, uterus dan folikel dilakukan
pukul 15.00 wib pada hari selasa 4 april 2023, di kandang ruminansia universitas
sriwijaya

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ultrasonografi ini adalah alat USG ternak besar,
air sabun, ember, sarung tangan plastik panjang (Glove)

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan yaitu tiga (3) ekor sapi betina bali

3.3 Cara Kerja

1.Ternak sapi yang akan diperiksa kebuntingannya diamankan dengan restrain di


kandang jepit, menggunakan tali.

2.Para praktikum memakai perlindungan seperti sepatu bot, pakaian praktek lapangan
(werpack), memakai sarung tangan plastik panjang (glove) yang dilumasi sedikit
menggunakan air sabun. Pastikan kuku harus di potong pendek dan tidak boleh
memakai perhiasan seperti cincin dan jam tangan agar tidak melukai ternak.

3.Melakukan pemeriksaan dengan tangan kiri atau kanan sesuai kebiasaan, masukan
tangan yang sudah di beli air sabun dan posisikan tangan dalam bentuk kerucut
(dikuncupkan) saat dimasukan kedalam rekrum.

4.Digerakkan berputar ke kiri-kanan pada saat melewati lubang anus (sphinkter ani);
sampai di rectum tunggu sampai tidak ada kontraksi, rektum dalam keadaan relaksasi,
dikeluarkan faeses yang ada secara pelan-pelan.

5.Melakukan palpasi dimulai dari mencari serviks, kemudian mencari uterus dan folikel.

6.Dilanjutkan kembali dengan melakukan USG untuk mengetahui kebuntingan, ukuran


serviks, uterus, dan folikel.

7.Proses USG yang akan dilakukan yaitu menghidupkan monitor lalu masukkan kepala
probe kedalam rektum menuju ke serviks lalu ke utrus hingga ke folikel.

8.Amati dan catat hasil gambar yang ada pada layar monitor, dan jangan lupa untuk
mengambil dokumentasi.
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran Cerviks


Berdasarkan pada hasil pengamatan yang sudah dilakukan,dapat diperoleh
hasilnya sebagai berikut

Gambar 4.1 Organ Reproduksi Cerviks


Pada percobaan pada organ reproduksi cerviks tidak dapat dilakukan dengan hasil yang
diharapkan dan tidak bisa melakukan pengukuran Cervix adalah suatu struktur berupa
sphincter yang menonjol ke caudal ke dalam vagina. Ia dikenal dari dindingnya yang
tebal dan lumen yang merapat. Walaupun struktur cervix berbeda-beda antara ternak-
ternak ruminansia, dindingnya ditandai oleh berbagai penonjolan-penonjolan. Pada
ruminansia, penonjolan ini terdapat dalam bentuk lereng-lereng transversal dan saling
menyilang, disebut cincin-cincin anuler yang berkembang sampai derajat yang berbeda
pada berbagai spesies. Cincin ini sangat nyata pada sapi (biasanya 4 buat) dan pada
domba, yang dapat menutup rapat cervix secara sempurna. Cincin pada babi tersebut
tersusun dalam bentuk sekrup pembuka botol yang disesuaikan dengan perputaran
spiralis jung penis babi jantan. Cervix kuda terdapat lipatan-lipatan mucosa yang nyata
dengan penonjolannya yang memanjang ke dalam vagina.

4.2 Uterus
Pada pengamatan yang telah dilakukan pada uterus dapat diperoleh hasil sebagai
berikut:

Gambar 4.2 Organ Reproduksi Uterus


Dari hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa tidak terdapat foetus pada sapi yang
berarti sapi tidak bunting.Uterus sapi yang bunting memiliki 70 sampai 120
corunculae,masing-masing berdiameter 15,0 mm, Rabaan uterus sapi tidak bunting
ditandai sebagai berikut,Pada betina tua besar terkadang perlu retraksi uterus ke ruang
pelvis.Kornu uteri kanan-kiri kosong, relatif simetris.Rumen uterus teraba tanpa
isi.Dinding uterus tebal.Kedua kornu bisa teraba seluruhnya dan melengkung ke bawah
dan ke belakang. Jangan keliru dengan uterus sapi pasca beranak yang belum involusi
sepenuhnya
4.3 Folikel
Pada pengamatan organ reproduksi folikel diperoleh hasilnya sebagai berikut:

Gambar 4.3 Organ Reproduksi Folikel


Dari data foto monitor tersebut diketahui bahwa folikel memiliki ukuran 8 mm,
Pengukuran folikel ovarium dilakukan dengan ultrasonography dan pengamatan
aktivitas folikel ovarium dengan USG. Pengamatan dilakukan dengan memasukkan
probe kedalam rektum, jendela probe berada pada bagian ventral dinding rektum.
Gambaran vesika urinaria digunakan untuk mengarahkan probe, sehingga diperoleh
gambaran kornua uteri. Pengamatan gambaran USG terdiri atas perkembangan folikel
yang terjadi pada permukaan ovarium.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang kemudian dibandingkan dengan literatur


diperoleh kesimpulan bahwa ovarium, cervix, vagina dan clitoris pada keadaan normal
sedangkan oviduct, uterus dan vulva dalam keadaan tidak normal. Ketidaknormalan ini
dapat dikarenakan faktor jenis, umur, siklus reproduksi, aktivitas, dan jenis pakan.
Fungsi-fungsi dari masing-masing alat reproduksi betina tersebut antara lain ovarium
berfungsi sebagai penghasil hormon estrogen, progesteron, inhibin, dan memproduksi
ovum. Oviduct berfungsi sebagai transpor spermatozoa dari uterus menuju ampulla,
tempat pertemuan ovum dengan spermatozoon (fertilisasi), tempat terjadinya proses
kapasitasi spermatozoa, memproduksi cairan, dan transpor ovum yang telah dibuahi.
Uterus berfungsi sebagai saluran yang dilewati spermatozoa menuju oviduct, tempat
implantasi embrio, tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio, berperan dalam
proses kelahiran, dan pada hewan betina yang tidak bunting berfungsi mengatur siklus
estrus. Cervix berfungsi sebagai penutup lumen sehingga tidak memberi kemungkinan
untuk masuknya jasad remik kedalam uterus, dan tempat reservoir spermatozoa. Vagina
berfungsi sebagai alat kopulasi dan tempat sperma dideposisikan pada saat perkawinan
alami, merupakan saluran keluar sekresi cervix, uterus, oviduct, dan jalan peranakan
selama proses beranak. Clitoris berperan penting pada waktu kopulasi.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini adalah ada baiknya
pada saat memulai sebuah praktikum diharapkan praktikan dapat mengetahui proses-
prosen dan bagian yang akan dilakukannya praktikum agar dapat mempermudah serta
mempersingkat waktu agar tidak lama,dan lebih fokus terhadap praktikum yang sedang
dilakukan agar lebih bisa memahami apa yang ditujukan.

LAMPIRAN

1. Gambar Folikel

2. Gambar Uterus

3. Gambar Cerviks
4. Gambar Alat USG

Anda mungkin juga menyukai