LP Gea
LP Gea
LP Gea
GASTROENTERITIS
Oleh:
Justika Pratiwi Putri
2350321096
Penyerapan sari-sari
makanan, saluran
pencernaan tidak
adekuat
4. Manifestasi Klinis
a. Tanda
1) Turgor kulit berkurang
2) Berat badan menurun
3) Mukosa mulut kering
4) Nadi yang cepat
5) Detak jantung kencang
6) Tekanan darah menurun
7) Kesadaran yang menurun
8) Muka pucat dan nafas cepat
9) BAB lebih ari 4 kali
10) Suhu tubuh meningkat
b. Gejala
1) Nafsu makan menurun
2) Lemas
3) Kekurangan cairan
4) Gelisah
5) Oliguria
6) Anuria
7) Sering merasa haus
5. Komplikasi
Komplikasi gastroenteritis adalah sebagai berikut:
a. Kekurangan volume cairan (ringan, sedang, dan berat)
b. Cardic dysrhythimias akibat hypokalemia dan hipokalsemia
c. Demam
d. Asidosis metabolik
e. Hipokalemia ( ditandai dengan kelemahan otot, bradikardi, perubahan elektro
kardiogram)
f. Hipokalsemia
g. Intoleransi laktosa
h. Kejang
i. Mutah
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja/ feses
1) Makroskopis: fesenya yang keluar berjumlah 250mg dalam kurun waktu
sehari.
2) Mikroskopis: natrium didalam feses normalnya 56-105 mEq/l.
b. Kandungan PH dengan kandungan gula didalam feses dengan kertas lakmus
dan labed klining test dapat dikatakan terjadi intoleransi gula
1) PH yang normal <6
2) Gula tinja, jika hasilnya normal tidak akan terdapat kadar gula didalam
tinja.
c. Pemeriksaan ketidak seimbangan asam dan basa didalam darah, tepatnya
dilakukan dengan menggunaakan pemeriksaan gas darah. Bila terjadi
alkaliosis metabolic ataupun asidosis respiratory maka kandungan CO2
banyak sekali daripada kandungan O2, dan bila terjadi asidosis metabolic
alkalosis respiratory akan memiliki kandungan CO2 lebih sedikit
dibandingkan dengan O2.
d. Pemeriksaan kandungan urine dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
1) Urin normalnya 20sampai 40 mg/dl. Jika menunjukkan adanya kadar urine
peningkatan, berarti terjadi dehidrasi.
2) Kreatinin normalnya 0,5 sampai 1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan kadar
kreatinin berarti terjadi penurunan pada fungsi dari organ ginjal.
e. Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan
elektroda serum, kreatinin. Haemoglobin, dan haematocrit.
f. Duodenum intubation. Berguna untuk mengetahui jumlah kuman yang ada
pada gastroenteritis. Penyebab yang biasa dijumpai bukanlah mikroba yang
berjenis tunggal shigela, crypto sporodium dan E. colienterogregatif dan lain-
lain. Hasil dari pemeriksaan duodenum intubation berupa positif tiga yang
menunjukkan adanya tiga kuman atau bakteri yang dapat menyebabkan
gastroenteristis.
7. Penatalaksanaan
Menurut Sari (2021) penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa
terdiri atas: rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi
simptomatik, dan memberikan terapi definitif.
a. Terapi rehidrasi
Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi, dimana lebih
disarankan dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan cairan (dengan
penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan normal pasien dan
berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama. Selanjutnya, tangani
kehilangan cairan dan cairan untuk pemeliharaan. Hal yang penting
diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih
rendah bila dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila tidak
tersedia cairan ini, boleh diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya
ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter
infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada
keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk
oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi
dengan berbagai akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus mengandung
garam dan glukosa yang dikombinasikan dengan air.
2) Jumlah cairan
Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan. Rehidrasi cairan dapat diberikan
dalam 1-2 jam untuk mencapai kondisi rehidrasi.
3) Jalur pemberian cairan
Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan
intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang
komposisinya berkisar antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na bikarbonat
dan 1,5g KCI setiap liternya. Cairan per oral juga digunakan untuk
memperlahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial.
b. Terapi simtomatik
Pemberian terapi simtomatik haruslah berhati-hati dan setelah benar-benar
dipertimbangkan karena lebih banyak kerugian daripada keuntungannya. Hal
yang harus sangat diperhatikan pada pemberian antiemetik, karena
Metoklopropamid misalnya dapat memberikan kejang pada anak dan remaja
akibat rangsangan ekstrapiramidal. Pada diare akut yang ringan kecuali
rehidrasi peroral, bila tak ada kontraindikasi dapat dipertimbangkan pemberian
Bismuth subsalisilat maupun loperamid dalam waktu singkat. Pada diare yang
berat obat-obat tersebut dapat dipertimbang dalam waktu pemberian yang
singkat dikombinasi dengan pemberian obat antimicrobial.
c. Terapi antibiotik
Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare
infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada
diare infeksi, diare pada pelancong dan pasien immunocompromised.
Pemberian antibiotic dapat secara empiris, tetapi antibiotic spesifik diberikan
berdasarkan kultur dan resistensi kuman
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas pasien: meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur, asal suku
bangsa, dan pekerjaan.
a. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari BAB <4 kali dan cair (diare
tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau
BAB >10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangung <14 hari maka
diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14
hari atau lebih adalah diare persisten.
b. Riwayat penyakit sekarang
1) Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
dan diare.
2) Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
3) Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.
5) Apabila klien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
6) Diuresis terjadi oliguria.
c. Riwayat Kesehatan meliputi:
1) Riwayat imunisasi.
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat obatan
3) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya.
d. Riwayat nutrisi
1) Asupan makanan
2) Keluhan nyeri abdomen.
3) Distensi abdomen, mual, muntah.
4) Berat badan biasanya turun.
e. Pola eliminasi
1) Frekuensi defekasi sering.3 kali sehari
2) Feses cair, mengandung lendir dan darah.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: baik, sadar (tanpa dehidrasi). Gelisah, (dehidrasi ringan
dan sedang). Lesu, lungkai atau tidak sadar, tidak ada urine (dehidrasi
berat).
2) Berat badan: klien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan
berat badan: dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan berat badan 5%.
Dehidrasi sedang bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.Dehidrasi
berat bila terjadi penurunan berat badan 10-15%.
3) Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan
turgor kulit, inspeksi kulit perianal apakah terjadi iritasi.
4) Mulut/lidah Mulut dan lidah biasanya tanpa dehidrasi.Mulut dan lidah
kering (dehidrasi ringan sampai sedang).Mulut dan lidah sangat kering
(dehidrasi berat).
5) Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, nyeri dan bising usus
yang meningkat.
2. Analisa data
3. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d faktor mekanis
b. Resiko ketidak seimbangan cairan b.d disfungsi intestinal
c. Hipertermia b.d dehidrasi
d. Defisit Nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna makanan
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan atau penatalaksanaan perencanaan tindakan
keperawatan yang sudah terencana sebelumnya. Penatalaksanaan meliputi tindakan
yang dilakukan perawat, mengobservasi respon pasien selama dan setelah tindakan
asuhan keperawatan.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahapan untuk menilai apakah rencana keperawatan sesuai dengan
rencana yang ditetapkan dalam tujuan keperawatan. Selain itu evaluasi bertujuan
untuk melakukan pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA