Bab I Gejala Gelombang
Bab I Gejala Gelombang
Bab I Gejala Gelombang
2. Pemantulan cahaya teratur: yaitu pemantulan cahaya yang mempunyai arah teratur
Bila seberkas cahaya jatuh pada suatu permukaan maka cahaya ada yang dipantulkan
oleh permukaan tersebut
Sifat-sifat pemantulan berkas cahaya itu diselidiki oleh Willebord Snellius(1581-
1626). Dari hasil penyelidikan ini dapat dihasilkan suatu hukum yang disebut.
Hukum Pemantulan snellius; yang berbunyi:
1. Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (p)
M = Sinar datang, N= Garis normal P = Sinar pantul
3. PELENTURAN (DIFRAKSI)
Selanjutnya ada difraksi cahaya yang merupakan sifat gelombang cahaya utama. Sifat ini
memiliki arti sebagai kecenderungan gelombang cahaya untuk melewati celah sempit untuk
menyebar pada saat merambat.
1. Pelenturan Cahaya pada Celah Tunggal
Difraksi cahaya pada celah tunggal ini berarti setiap bagiannya pada celah akan
menjadi cahaya baru yang saling berinterferensi. Hasil interferensi tersebut berupa
pola yang terlihat di belakang celah.
Penjelasan:
λ = panjang gelombang
p = jarak antara garis terang atau gelap ke-n dari pusat atau antara 2 garis terang/gelap
L = jarak antara celah ke layar
d = jarak antar celah
m = orde interferensi ke 1, 2, 3, dan seterusnya…
2. Interferensi Cahaya Lapisan Tipis
Jadi, jenis interferensi cahaya dapat terjadi karena adanya lapisan yang tipis seperti
warna pelangi yang timbul pada gelembung sabun, cahaya yang dipantulkan
gelembung tersebut dapat mengganggu dan memperkuat cahaya putih dan
membentuk pola warna-warni pelangi.
Rumus Interferensi Cahaya Lapisan Tipis:
Penjelasan:
m = orde interferensi
r = sudut bias
λ = panjang gelombang
n = indeks bias tipis
d = tebal lapisan tipis
5. POLARISASI CAHAYA
Gelombang cahaya dapat merambat tanpa adanya medium. Berdasarkan arah rambatannya
tersebut, gelombang cahaya termasuk jenis gelombang transversal.
Itulah kenapa cahaya gelombang cahaya memiliki gejala polaris. Polarisasi cahaya berarti
berkurangnya intensitas cahaya akibat kekurangan komponen pada gelombang cahaya.
Gelombang elektromagnetik sendiri dihasilkan berdasarkan muatan listrik yang dipercepat.
Perubahan yang terus berlangsung mengakibatkan perubahan medan magnet dan listrik
secara sinusoidal atau grafik sin.
Keterangan:
Gelombang berwarna merah: gelombang magnetik
Gelombang berwarna biru: gelombang listrik
Contoh dari polarisasi cahaya ini adalah terbentuknya warna biru pada langit. Cahaya biru
tersebut memiliki panjang gelombang yang lebih pendek sehingga mata kita hanya
melihatnya sebagai warna biru.
Cahaya seperti gambar yang disebut cahaya terpolarisasi. Mengapa? Karena memiliki satu
gelombang magnetik dan satu gelombang listrik. Atau bisa dikatakan juga bahwa polarisasi
cahaya merupakan pembatasan gelombang elektromagnetik yang menjalar menjadi satu
sumbu transmisi saja.
Selain terpolarisasi, ada juga cahaya yang nggak terpolarisasi. Contoh cahaya yang nggak
terpolarisasi adalah cahaya matahari. Muatan yang bergerak pada cahaya matahari memiliki
arah getar lebih dari satu seperti pada gambar di bawah ini.
Hal ini menyebabkan cahaya matahari memiliki intensitas sangat besar. Lalu, apakah cahaya
yang tidak terpolarisasi bisa menjadi cahaya terpolarisasi? Tentunya bisa!
Untuk mengubahnya, kita perlu suatu zat yang disebut polarisator. Sebagai contoh, kita pakai
cahaya matahari lagi. Cahaya matahari memiliki gelombang elektromagnetik lebih dari satu.
Melalui filter polarisator, maka akan gelombang elektromagnetik akan tereduksi menjadi satu
arah saja seperti pada gambar.
Jika sebelumnya sumbu transmisinya arah sumbu y (vertikal) saja, di filter kedua ini dibuat
arah transmisinya miring dan membentuk sudut θ.
Nantinya arah getarannya akan menjadi miring seperti arah transmisi (warna biru). Dan tentu
saja intensitasnya berubah menjadi: I2= I1 . cos2.