Makalah Motorik

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Memahami Belajar Gerak

Disusun Oleh : Kelompok 5


1. Alan Darma Saputra (2023151246)
2. Farzal Muhzakin (2023151247)
3. Ismed Adam Maulana (2023151260)
4. Noveniea salsabilla veronica (2023151253)

Dosen Pengampuh :
FARIZAL IMANSYAH S.Pd., M. Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyanyang yang telah memberikan rahmat dan kemudahan, sehingga
saya dapat menyelesaian makalah yang bertema “Memahami Belajar Gerak”
hingga akhir.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang kami miliki,
kekurangan pasti masih ada dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Palembang,5 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN............................................................................................................ 4
Latar Belakang .................................................................................................... 4

Rumusan Masalah ............................................................................................... 7

Tujuan .................................................................................................................. 7

BAB II................................................................................................................................ 8
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 8
1.1. Pengertian Belajar Gerak (Motorik) ......................................................... 8

2.2. Ciri-ciri Belajar Gerak ................................................................................ 13

2.3. Macam-Macam Tahapan Belajar Gerak ..................................................... 15

2.4. Sistem penginderaan dalam pelajar gerak mengidentifikasi, memahami


komponen belajar gerak perhatian dan memori dalam gerak ............................ 20

BAB III ............................................................................................................................ 27


PENUTUP ....................................................................................................................... 27
3.1. KESIMPULAN .......................................................................................... 27

3.2. SARAN ...................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial dengan aktivitas yang sangat
kompleks. Bermacam-macam aktivitas dijalani manusia dalam kehidupan
sehari-hari mulai dari belajar, bekerja, berolahraga, bergotong-royong dan
lain sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya, manusia
melakukan gerakan sesuai dengan kebutuhannya. Faktor gerak anggota
tubuh mulai dari gerakan sederhana sampai kepada gerakan yang lebih
kompleks menjadi elemen penting bagi manusia. Seseorang yang mampu
menyelesaikan tugas dengan baik dapat dikatakan punya keterampilan
gerak yang baik. Keterampilan dalam mengorganisasikan gerakan
merupakan hasil dari proses belajar.
Cukup menarik bagi seseorang yang mempelajari konsep yang
berhubungan dengan masalah belajar, lebih banyak pertanyaan yang timbul
daripada jawabannya. Apa yang dapat diceritakan orang jika belajar telah
berlangsung? Apakah terdapat lebih dari satu tipe dalam belajar? Apa
perbedaan antara belajar dan performance? Pertanyaan-pertanyaan
demikian membuat bingung bagi sementara orang karena belajar
merupakan urusan hampir bagi setiap orang tanpa menghiraukan profesi
atau pekerjaan: dari pendidik sampai ibu-ibu yang membesarkan anak, dari
para profesional sampai pekerja kasar, dari ilmuwan sampai pelatih
olahraga. Anak-anak dengan pelajaran matematika atau pelajaran olahraga
terlibat dalam proses belajar ini. Dengan banyaknya perbedaan tipe
masyarakat mengenai cara menyesuaikan perilaku agar mencapai ukuran
belajar yang standar, maka tidak mengherankan ini melibatkan banyak
orang seperti peneliti, ahli teori dan para pendidik yang terlibat dalam
keruwetan proses belajar ini. Aktivitas dan situasi belajar berinteraksi untuk
menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku. Tiga komponen ini

4
berjalan secara dinamis merupakan pertimbangan-pertimbangan utama dan
esensi untuk melakukan penelitian mengenai masalah belajar.
Perubahan keterampilan gerak dalam belajar gerak merupakan
indikasi terjadinya proses belajar gerak yang dilakukan oleh peserta didik.
Dengan demikian, keterampilan gerak yang diperoleh bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor kematangan gerak melainkan juga oleh faktor
proses belajar gerak. Proses penguasaan keterampilan gerak, tidak terlepas
dari penguasaan informasi yang diterima selama proses pembelajaran oleh
peserta didik. Bagaimana terjadinya pemrosesan informasi, sejak informasi
diterima, diolah kemudian ditransformasikan dalam bentuk respon gerak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia adalah sebuah pemroses
informasi yang sama dengan komputer.
Belajar sendiri mempunyai arti sebuah proses dimana seseorang
yang belum mengerti tentang suatu hal menjadi mengerti tentang suatu hal
sesuai dengan hal yang dipelajari. Proses belajar sendiri mencakup tiga
aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor
(keterampilan). Bila kita berbicara tentang dunia olahraga dan prestasi pasti
akan merujuk pada keterampilan gerak. Sebagai contoh pemain bola voli
melakukan teknik smash dengan benar. Proses dalam memperoleh
keterampilan gerak ini bisa di istilahkan sebagai belajar gerak.
Berbicara tentang gerak (motorik), olahraga merupakan bidang yang
tepat untuk dibahas. Karakteristik olahraga secara langsung dapat berkaitan
dengan ciri-ciri perilaku manusia dan dengan berbagai macam kegiatannya
di masyarakat. Apabila ditelaah secara mendalam, maka kegiatan olahraga
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua aspek kehidupan
manusia. Hal ini sesuai dengan esensi gerak pada bidang olahraga. Olahraga
sendiri terbangun dari keterampilan gerak demi mencapai tujuannya yaitu
prestasi maksimal. Selain dari segi esensi pada akhirnya keterampilan gerak
(motorik) seseorang olahragawan yang menekuni cabang olahraga tertentu
yang akan dinilai, apakah dia mempunyai keterampilan gerak yang baik atau
tidak, sebagai contoh pemain dengan keterampilan gerak yang baik dalam

5
bermain bola voli, sepakbola, bola basket, pencak silat, senam dan cabang
olahraga lainnya akan bermuara pada sebuah prestasi pada bidang tersebut.
Peak performance seseorang tidak muncul begitu saja, melainkan melalui
tahap demi tahap latihan gerak yang terprogram, terencana, teratur dan
berkelanjutan. Tahap demi tahap proses latihan demi mencapai
keterampilan gerak inilah yang dinamakan proses belajar gerak (motorik).
Pada dasarnya belajar gerak (motor learning) merupakan suatu
proses belajar yang memiliki tujuan untuk mengembangkan berbagai
keterampilan gerak yang optimal secara efisien dan efektif. Schmidt (1988:
34) menegaskan bahwa belajar gerak merupakan suatu rangkaian asosiasi
latihan atau pengalaman yang dapat mengubah kemampuan gerak ke arah
kinerja keterampilan gerak tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut,
perubahan keterampilan gerak dalam belajar gerak merupakan indikasi
terjadinya proses belajargerak yang dilakukan oleh seseorang. Dengan
demikian, keterampilan gerak yang diperoleh bukan hanya dipengaruhi oleh
faktor kemampuan gerak tangan melainkan juga oleh faktor proses belajar
gerak.
Proses belajar gerak melibatkan banyak unsur-unsur yang
terkandung di dalamnya, proses belajar juga melalui beberapa tahapan
untuk mencapai tujuan yaitu keterampilan gerak. Beberapa tahapan belajar
gerak tersebut diantaranya adalah tahap formasi rencana (Tahap formasi
rencana merupakan tahap di mana seseorang sedang menerima rangsangan
pada alat-alat reseptornya sebagai masukan bagi sistem memorinya), tahap
informasi (Tahap ini merupakan tahap analisis infomasi yang masuk.
Sebelum respons kinetic diberikan terhadap suatu stimuli) dan tahap
otomatisasi (Tahap ini merupakan tahap akhir dari rangkaian proses belajar
dan gerakkan otomatisasi merupakan hasil dari latihan yang dilakukan
dengan efektif).
Dalam Makalah ini akan memahami belajar gerak, pengertian, ciri-
ciri, macam-macam tahapan belajar gerak, sistem penginderaan dalam
pelajar gerak mengidentifikasi, memahami komponen belajar gerak

6
perhatian dan memori dalam gerak. Seperti yang diungkapkan di atas bahwa
olahraga ber-esensi pada gerak, maka akan dijelaskan posisi belajar motorik
dalam konstelasi ilmiah ilmu keolahragaan. Ilmu keolahragaan sendiri
adalah ilmu yang tergolong masih muda, dan bukan sebagai sebuah disiplin
ilmu yang berdiri sendiri melainkan sebagai interdisiplin. Artinya terdapat
sejumlah subdisiplin ilmu yang terintegrasi. Sebagai contoh psikologi
olahraga yang meminjam konsep ilmu psikologi secara umum. Objek studi
ilmu keolahragaan adalah perilaku individu dalam konteks olahraga.
Perilaku gerak (motorik) dikenal sebagai istilah umum motor behavior yang
meliputi: (1) kontrol motorik (motor control), (2) belajar motorik (motor
learning), dan perkembangan motorik (motor development). Belajar
motorik dibangun dari pendekan ilmu psikologi dan gagasan behavioristik,
dalam (Ch. Fajar Sriwahyuniati, M. Or, 2017).

2.1. Rumusan Masalah


1. Apa itu belajar gerak?
2. Apa saja ciri-ciri belajar gerak?
3. Apa saja macam-macam tahapan belajar gerak?
4. Bagaimana sistem penginderaan dalam pelajar gerak mengidentifikasi,
memahami komponen belajar gerak perhatian dan memori dalam gerak?
3.1. Tujuan
1. Menjelaskan apa itu belajar gerak, agar mengetahui pengertiannya
dengan baik dan benar
2. Memaparkan apa saja ciri-ciri belajar gerak, agar dapat membedakan
dan mengetahui yang mana yang termasuk kedalam belajar gerak
3. Memaparkan apa saja macam-macam belajar gerak, agar dapat
mengetahui ada berapa macam bentuk dalam belajar gerak
4. Menjelaskan bagaimana sistem penginderaan dalam belajar gerak
mengidentifikasi, memahami komponen belajar gerak perhatian dalam
memori dalam gerak, agar dapt mengetahui hal-hal tersebut dengan baik
dan benar

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Belajar Gerak (Motorik)

1. Pengertian Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014: 23), secara
etimologis belajar mempunyai arti “usaha (berlatih) dan sebagai upaya
memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa
belajar adalah suatu proses aktivitas dalam memperoleh kepandaian atau
ilmu yang belum diketahui sebelumnya.
Slameto (2005: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memeroleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Sugihartono dkk. (2007: 74) belajar merupakan suatu proses
perubahan tingkah laku sebagai interaksi individu dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Ch. Fajar Sriwahyuniati, M. Or,
2017).
Cronbach 1954: 47 “Learning is shownby a change in behavior as
a result of experience.” 4 Whittaker 1970: 15 Learning may be defined as
the process by which behavior originates or is altered through training or
esperience.
Sardiman 2011:20 Belajar itu senantiasa merupakan perubahan
tingkah 6 laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.
Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau
melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistic (Ch. Fajar Sriwahyuniati, M.
Or, 2017).

8
Oemar Hamalik 2009: 55 Hakikat belajar bertitik tolak dari suatu
konsep bahwa belajar merupakan perubahan perbuatan melalui aktivitas,
praktik dan pengalaman.
Syaiful Sagala 2009: 11- 14 Gagasan tentang belajar menyangkut
perubahan ini tentunya membutuhkan waktu dan tempat. Perhatian utama
dalam belajar adalah perilaku verbal dari manusia, yaitu kemampuan
manusia untuk menangkap informasi mengenai ilmu pengetahuan yang
diterimanya dalam belajar .
Muhibin Syah 2010: 68 Belajar adalah tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
suatu usaha/latihan dalam memperoleh pengetahuan baru demi perubahan
perilaku (penampilan) sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Seperti halnya siswa atau anak yang mengikuti
latihan di sebuah klub senam dia mulai belajar gerakan-gerakan senam
untuk memperoleh keterampilan gerak senam.

2. Pengertian Motorik
Kemampuan motorik berasal dari bahasa Inggris, yaitu Motor
Ability, gerak (motor) merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi
manusia karena dengan gerak (motor) manusia dapat meraih sesuatu yang
menjadi harapannya. Menurut Hurlock (1998: 150) perkembangan motorik
adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan
pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.
Williams dan Monsma (2006: 397) menyatakan motorik dapat
didefinisikan sebagai akuisisi dari penggunaan massa otot besar dan kecil.
Sukintaka (2001: 47) menyatakan bahwa kemampuan motorik merupakan
kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerak yang bukan
olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan penampilan
keterampilan motorik. Makin tinggi kemampuan motorik seseorang maka

9
dimungkinkan daya kerja akan menjadi lebih tinggi, dan sebaliknya. Oleh
karena itu, kemampuan gerak dapat dipandang sebagai sumber keberhasilan
dalam melakukan tugas keterampilan gerak.
Oxendine dalam Setyo Nugroho (2005: 9) menyatakan kemampuan
motorik adalah terminologi yang digunakan dalam berbagai keterampilan
yang mengarah kepenguasaan keterampilan gerak dasar aktivitas kesegaran
jasmani. Kemampuan motorik lebih tepat merupakan kapasitas dari
seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu
keterampilan yang relatif melekat setelah anak-anak. Faktor biologis
dianggap sebagai kekuatan utama yang berpengaruh terhadap motorik dasar
seseorang. Motorik dasar itulah yang kemudian berperan sebagai landasan
bagi perkembangan keterampilan. Sukadiyanto (2005: 70) menyatakan
bahwa kemampuan motorik adalah kemampuan seseorang dalam
menampilkan gerak sampai gerak lebih kompleks. Kemampuan motorik
tersebut merupakan suatu kemampuan umum seseorang yang berkaitan
dengan berbagai keterampilan atau tugas gerak. Keterampilan motorik dapat
diuraikan dengan kata seperti otomatik, cepat, dan akurat. Setiap
pelaksanaan suatu yang terlatih, merupakan suatu rangkaian koordinasi
beratus-ratus otot yang rumit yang melibatkan perbedaan isyarat dan koreksi
kesalahan yamg berkesinambungan (Hurlock, 1998: 154). Keterampilan
motorik yang sederhana bisa melibatkan sebagian kecil koneksi, sementara
dalam keterampilan yang kompleks membutuhkan beberapa koneksi
motorik.
Kemampuan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur
kematangan pengendalian gerak tubuh dan otak sebagai pusat gerak.
Gerakan ini secara jelas dibedakan menjadi gerak kasar dan halus. Keadaan
sekitar sangat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan motorik anak,
terutama lingkungan keluarga. Selain itu perkembangan motorik juga
berarti perkembangan gerak pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat
syaraf, urat syaraf, dan otot-otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1998: 150).
Keterampilan motorik merupakan sebuah proses dimana seseorang

10
mengembangkan seperangkat respons kedalam suatu gerak yang
terkoordinasi, terorganisasi dan terpadu (Lutan, 1988: 95). Oleh sebab itu,
kemampuan gerak dapat dipandang sebagai landasan keberhasilan di masa
yang akan datang di dalam melakukan tugas keterampilan gerak.
Keterampilan motorik adalah kapabilitas seseorang untuk
melakukan gerak jasmani (otot) secara terpadu dan terkoordinasi. Sikap
adalah kapabilitas yang dimiliki seseorang berupa kecenderungan dengan
menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian objek tersebut.
lebih lanjut Gagne mengatakan bahwa hasil belajar tersebut pada akhirnya
merupakan perilaku yang dapat diamati dari penampilan orang yang belajar
tersebut.
Keterampilan motorik terdiri atas keterampilan motorik kasar dan
keterampilan motorik halus. Payne & Issac (2012: 11) menyatakan, “gross
movement are primarily controlled by the large muscles group. These
muscles are integral in producing an array of movement, such as walking,
running, and skipping.” Artinya, gerak motorik kasar adalah gerakan yang
dikendalikan oleh kelompok otot-otot besar. Otot-otot ini merupakan bagian
integral dalam memproduksi berbagai gerak, seperti berjalan, berlari, dan
melompat-lompat. “Fine movement are primarily governed by the small
muscles or muscle groups. Therefore, such as movement as drawing, typing,
or playing a musical instrument are fine movement” artinya Gerakan
motorik halus adalah gerakan yang diatur oleh otot-otot kecil atau kelompok
otot. Seperti gerakan menggambar, mengetik, atau memainkan alat musik
adalah gerakan motorik halus.
Lerner & Kline (2006: 233) menyatakan keterampilan motorik kasar
melibatkan kemampuan otot-otot besar, seperti leher, lengan, dan kaki.
Keterampilan motorik kasar meliputi berjalan, berlari, menangkap, dan
melompat. Lumintuarso (2013: 34) menyatakan bahwa gerak dasar motorik
kasar pada anak memacu kemampuan anak saat beraktivitas dengan
menggunakan otot-otot besarnya. Pendapat yang sama dinyatakan Papalia

11
(2009: 194) bahwa keterampilan motorik kasar adalah keterampilan fisik
yang melibatkan otot besar.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan motorik merupakan sebuah proses dimana seseorang
mengembangkan respons ke suatu gerak dan tindakan yang berupa
serangkainan gerakan-gerakan yang sukarela hasil kontrol dari bagian-
bagian tubuh yang melatari tindakan tersebut. Prinsip yang digunakan untuk
proses perkembangan motorik adalah terjadinya perubahan baik fisik
maupun mental sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya.

3. Pengertian Belajar Gerak (Motorik)


Belajar motorik dan perilaku motorik merupakan istilah yang pada
umumnya digunakan mahasiswa ilmu keolahragaan, sedangkan para
psikolog, ahli pendidikan, menggunakan ungkapan-ungkapan seperti
psikomotor, perceptual-motor, dan sensori-motor, daripada istilah belajar
motorik (motor learning). Aileene Lockhart (1964) mengemukakan secara
terus menerus masalah-masalah semantika tentang belajar motorik. Istilah
motor itu sendiri menyiratkan adanya gerak otot, yang seakan-akan hanya
melibatkan aspek-aspek kognitif dan perseptual tidak terlalu banyak. Tetapi
kenyataanya adalah bahanketerampilan-keterampilan yang dilakukan
biasanya merupakan sesuatu yang kompleks dan melibatkan pendeteksian
terhadap rangsang, evaluasi, dan pengambilan keputusan yang semuanya
dilakukan dalam tingkat yang tinggi, dan respon nyata hanyalah berwujud
satu gerakan dari aktivitas secara keseluruhan.
Rusli Lutan, (1988: 120) mengatakan teori belajar motorik adalah
sebuah konstelasi dari pengetahuan tentang penguasaan, penghalusan, dan
pemantapan keterampilan atau teknik dalam olahraga pada khususnya.
Lebih lanjut Slamet Riyadi (2011: 11) mengungkapkan pada dasarnya
belajar gerak (motor learning) merupakan suatu proses belajar yang
bertujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak secara
efektif dan efisien. Belajar Gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui

12
respon-respon muscular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau
bagian tubuh, yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan belajar yang
tercakup di dalam domain psikomotor. Sedangkan Belajar gerak di dalam
olahraga berkenaan dengan upaya meningkatkan keterampilan gerak tubuh
secara keseluruhan dan upaya penguasaan pola-pola gerak keterampilan
dalam kaitannya dengan konsep ruang, waktu dan gaya.
Istilah perilaku motorik (motor behavior) dan kontrol motorik
(motor control) menjadi semakin populer sebagaimana terbukti oleh
pemakaiannya dalam literatur. Perilaku gerak mencakup faktor-faktor
belajar dan proses belajar yang berkaitan dengan performance yang
diungkapkan dalam gerakan. Adapun belajar motorik berhubungan dengan
keadaan yang berkaitan dengan pengembangan dalam belajar, sementara
kontrol motorik nampaknya berkaitan dengan proses yang beroperasi dalam
kondisi-kondisi khusus. Dalam kasus terakhir titik beratnya terletak pada
perilaku (proses yang mendasarinya) yang konsisten dari percobaan satu ke
percobaan lain. Dalam kasus terdahulu yang dianalisis adalah perubahan
perilaku (dan cara berlangsungnya proses perubahan itu). Ahli kontrol
motorik menyelidiki tugas-tugas yang diisolasikan, dan faktor-faktor
neurologis, psikologis serta biomekanis yang berpengaruh terhadap kontrol
gerakan. Namun boleh ditafsirkan bahwa belajar motorik. Perilaku motorik
dan kontrol motorik sebagai ungkapan-ungkapan yang kurang lebih
semakna, karena seringkali perbedaan dalam pemaknaan istilah-istilah itu
tidak jelas (Ch. Fajar Sriwahyuniati, M. Or, 2017).

2.3. Ciri-ciri Belajar Gerak


Cronbach mendefinisikan bahwasanya keterampilan motorik
dengan mengkaitkan pada kata otomatik cepat dan akurat. Setiap
pelaksanaan keterampilan yang terlatih merupakan rangkaian koordinasi
dari beratus-ratus otot yang rumit yang melibatkan perbedaan isyarat dan
koreksi kesalahan yang berkesinambungan. Dalam keterampilan motorik
yang terkoordinasi dengan baik, otot yang lebih kecil memainkan peran

13
yang besar. Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang
menjadi kebiasaan. Setelah anak dapat mengendalikan gerakan tubuh secara
kasar mereka siap untuk memulai mempelajari keterampilan. Keterampilan
tersebut di dasarkan atas kematangan yang ada pada waktu lahir telah
mengubah aktivitas acak yang tidak berarti yang ada pada saat lahir, menjadi
gerakan yang terkoordinasi.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa anak-anak
merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana
individu relatif tidak berdaya dan bergantung pada orang lain (Hurlock,
1996: 108). Anak-anak bukanlah orang dewasa kecil, anak memiliki
kemampuan dan kebutuhan khusus daripada orang dewasa (Thompson,
1991: 38). Pada usia anak-anak proses pertumbuhan terjadi dalam kecepatan
yang tinggi. Anak-anak memiliki kemampuan yang terbatas dibandingkan
orang dewasa dalam menerima informasi, membuat keputusan dan
mengevaluasi aktivitasnya. Karena kurang memiliki pengalaman maka
anak-anak belum mengetahui hal-hal penting yang harus dicari dan
dilakukannya. Untuk itu diperlukan pertolongan pada anak-anak agar dapat
berkonsentrasi terhadap materi yang sedang dipelajari. Sejak anak-anak
belajar mengembangkan ketangkasan dan memperoleh banyak pengalaman,
maka kemampuannya dalam menerima dan menggunakan informasi
menjadi lebih baik.
Arti dan makna kegiatan untuk bergerak bagi anak usia dini adalah
bagian pentingyang sangat esensial dari proses pertumbuhan. Seperti yang
diungkapkan oleh Krol (1982 : 39), yaitu anak-anak dengan ceria aktif
bergerak kesana kemari tanpa mengenal lelah. Hal semacam ini merupakan
suatu refleksi atas kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan dan
potensi gerak dasarnya. Fenomena tersebut merupakan kebutuhan dan
proses dimana anak-anak membutuhkan bimbingan dan pengarahan untuk
mematangkan diri dalam pengayaan gerak mototrik. Hurlock (1996: 111)
juga mengungkapkan bahwa masa anak-anak merupakan masa yang ideal
untuk mempelajari keterampilan tertentu dengan tiga alasan; 1) anak-anak

14
senang mengulang-ulang, dan karenanya dengan senang hati mau
mengulang suatu aktivitas sampai mereka terampil melakukannya. 2) Anak-
anak bersifat pemberani sehingga tidak terhambat oleh rasa takut karena
dirinya mengalami rasa sakit atau diejek teman-temannya sebagaimana
ditakuti oleh anak yang lebih besar (remaja/dewasa), dan 3) anak-anak
mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih sangat lentur dan
keterampilan yang dimiliki baru sedikit, sehingga keterampilan yang baru
dikuasai tidak begitu mengganggu keterampilan yang sudah ada.

2.4. Macam-Macam Tahapan Belajar Gerak


1. Tahap Formasi Rencana
Pada fase ini merupakan fase awal seorang atlet memperoleh informasi
tentang suatu gerakan yang diberikan oleh pelatih. Tugas gerakan yang
dilakukan oleh atlet yang bersal dari informasi yang diberikan pelatih mulai dari
aspek kognitif (pengetahuan) sampai ke pemahaman melalui gerakan. Gerakan
yang diberikan selalu mulai dari gerakan yang sederhana hingga ke tingkat
lanjut, hal tersebut didasarkan pada informasi fundamental gerak yang baik dan
benar. Menurut Heri Rahyubi (2012: 265) menyatakan bahwa tahap formasi
rencana mengalami beberapa tahapan proses yaitu: (1) tahap menerima dan
memproses masukan, (2) proses kontrol dan keputusan, dan (3) unjuk kerja
keterampilan motorik. Menurut Fitts dan Fosner (Magil dan Anderson, 2011:
274) tahap belajar kognitif (cognitive stage) adalah dimana peserta didik
berfokus pada masalah-masalah yang berorientasi pada kognitif yang berkaitan
dengan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Sedangkan
Fitts dan Fosner (Edwards, 2011: 251) menyebut tahap ini sebagai tahap
kognitif karena proses mental yang sadar mendominasi tahap awal
pembelajaran. Edwards (2011: 251) menambahkan bahwa dalam tahapan ini
hampir sepenuhnya peserta didik tergantung pada memori deklaratif dan
informasi secara sadar dimanipulasi dan dilatih dalam merumuskan perintah
motorik.

15
Tahap menerima dan memproses masukan atau domain kognitif artinya
pelatih memberikan penjelasan sekaligus mendemontrasikan atau menunjukan
gerakan yang akan dipelajari oleh atlet. Selanjutnya, atlet mengetahui dan
memahami konsep-konsep pola keterampilan gerak yang dijelaskan
menggunakan alat pengindraan seperti penglihatan, pendengaran, pendengaran,
penciuman untuk selanjutnya diproses pada pusat informasi (susunan saraf
pusat/otak).

2. Tahap Latihan
Tujuan utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet
meningkatkan keterampilan, kemampuan, dan prestasinya semaksimal
mungkin. Dengan demikian, prestasi atlet benar-benar merupakan satu totalitas
akumulasi hasil latihan fisik maupun psikis. Ditinjau dari aspek kesehatan
secara umum, individu yang berlatih atau berolahraga rutin, yaitu untuk
mencapai kebugaran jasmani (Suharjana, 2013: 38). Sukadiyanto (2005: 8)
menyatakan bahwa tujuan latihan secara umum adalah membantu para
pembina, pelatih, guru olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki
kemampuan konseptual dan keterampilan dalam membantu mengungkap
potensi olahragawan mencapai puncak prestasi. Rumusan dan tujuan Latihan
dapat bersifat untuk latihan dengan durasi jangka panjang ataupun durasi jangka
pendek. Untuk latihan jangka panjang merupakan sasaran atau tujuan latihan
yang akan dicapai dalam waktu satu tahun ke depan. Tujuannya adalah untuk
memperbaiki dan memperhalus teknik dasar yang dimiliki. Untuk latihan
jangka pendek merupakan sasaran atau tujuan latihan yang dicapai dalam waktu
kurang dari satu tahun. Untuk tujuan latihan jangka pendek kurang dari satu
tahun lebih mengarah pada peningkatan unsur fisik. Tujuan latihan jangka
pendek adalah untuk meningkatkan unsur kinerja fisik, di antaranya kecepatan,
kekuatan, ketahanan, kelincahan, power, dan keterampilan kecabangan
(Sukadiyanto, 2005: 8).
Selain latihan memiliki tujuan untuk jangka panjang dan jangka pendek.
Sebuah sesi latihan memiliki sebuah tujuan umum yang mencakup berbagai

16
aspek dalam diri olahragawan. Seorang pelatih dalam membina atlet pasti
memiliki sebuah tujuan yang khusus maupun umum. Dalam latihan terdapat
beberapa sesi latihan khusus yang bertujuan untuk meningkatkan beberapa
aspek. Sesi latihan psikis bertujuan untuk meningkatkan maturasi emosi
(Irianto, 2002: 63). Pendapat lain dikemukakan Harsono (2015: 39) bahwa
tujuan serta sasaran utama dari latihan atau training adalah untuk membantu
atlet untuk meningkatkan keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin.
Untuk mencapai hal itu, ada 4 (empat) aspek latihan yang perlu diperhatikan
dan dilatih secara saksama oleh atlet, yaitu; (1) latihan fisik, (2) latihan teknik,
(3) latihan taktik, dan (4) latihan mental.

Bompa & Haff (2009: 4-5) menyatakan bahwa untuk dapat mencapai
tujuan latihan tersebut, ada beberapa aspek latihan yang perlu diperhatikan dan
dilatih secara maksimal oleh seorang atlet, antara lain yaitu:
a) Multilateral Physical Development Latihan fisik merupakan proses
suatu latihan untuk meningkatkan kondisi fisik seorang atlet.
Perkembangan kondisi fisik atlet sangat penting, tanpa kondisi fisik
yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti proses latihan dengan
maksimal. Beberapa komponen biomotor yang perlu diperhatikan untuk
dikembangkan adalah daya tahan kardiovascular, power, kekuatan otot
(strength), kelentukan (flexibility), kecepatan, stamina, kelincahan
(agility), dan koordinasi. Komponen-komponen tersebut harus dilatih
dan dikembangkan oleh seorang atlet sebelum melakukan proses latihan
teknik.

1) Latihan Teknik
Latihan teknik (technique training) adalah latihan untuk
meningkatkan kualitas teknik-teknik gerakan yang diperlukan dalam
cabang olahraga tertentu yang dilakukan oleh atlet, misalnya teknik service,
passing atas, passing bawah, block, dan smash dalam cabang olahraga bola
voli. Latihan teknik merupakan latihan yang khusus dimaksudkan guna

17
membentuk dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik atau
perkembangan neuromuscular pada suatu gerak cabang olahraga tertentu.
Kesempurnaan teknik-teknik dasar dari setiap gerakan akan menentukan
gerak keseluruhan. Oleh karena itu, gerak-gerak dasar setiap bentuk teknik
yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga haruslah dilatih dan dikuasai
secara sempurna.
2) Latihan Taktik
Tujuan latihan taktik (tactical training) adalah untuk menumbuhkan
perkembangan interpretive atau daya tafsir pada atlet. Teknik-teknik
gerakan yang telah dikuasai dengan baik, kini haruslah dituangkan dan
diorganisir dalam pola-pola permainan, bentuk-bentuk dan formasi-formasi
permainan, serta strategi-strategi, dan taktik-taktik pertahanan dan
penyerangan, sehingga berkembang menjadi suatu kesatuan gerak yang
sempurna. Setiap pola penyerangan dan pertahanan haruslah dikenal dan
dikuasai oleh setiap anggota tim, sehingga dengan demikian hampir tidak
mungkin regu lawan akan mengacaukan regu dengan suatu bentuk serangan
atau pertahanan yang tidak dikenal.
3) Latihan Mental
Latihan mental (mental training) tidak kalah penting dari
perkembangan ketiga latihan tersebut di atas, sebab berapapun tingginya
perkembangan fisik, teknik, dan taktik, apabila mentalnya tidak turut
berkembang, prestasi tidak mungkin akan dicapai. Latihan mental
merupakan latihan yang menekankan pada perkembangan emosional dan
psikis atlet, misalnya konsentrasi, semangat bertanding, pantang menyerah,
sportivitas, percaya diri, dan kejujuran. Latihan mental ini untuk
mempertinggi efisiensi mental atlet, keseimbangan emosi terutama apabila
atlet berada dalam situasi stres. Latihan mental selain berperan secara
psikologis juga dapat meningkatkan performa seorang atlet.

18
3. Tahap Otonomi/ Otomatisasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari rangkaian proses belajar.
Gerakan otomatisasi merupakan hasil dari latihan yang dilakukan dengan
efektif. Gerakan otomatisasi dapat terjadi karena terjadinya hubungan yang
permanen antara reseptor dengan efektor. Gerakan otomatisasi dalam
mekanismenya tidak lagi dikoordinasikan oleh sistem syaraf pusat
melainkan pada jalur singkat pada sistem saraf otonom.
Sebagai contoh di dalam hakikat belajar gerak,gerakan pitching
termasuk kedalam gerakan manipulatif yaitu gerakan yang mempermainkan
sebuah objek tertentu sebagai medianya diantaranya melemparkan bola ke
sasaran atau target. Seorang pitcher harus memiliki keterampilan terbuka
(open skill) dan keterampilan tertutup (close skill). Untuk menjadi seorang
pitcher yang handal harus melalui beberapa tahapan kemampuan motorik,
yaitu dimulai dari tahapan kognitif, tahap asosiatif dan tahap otomatisasi,
dimana seorang pitcher sudah tidak harus berpikir ketika akan melakukan
lemparan. Ukuran keberhasilan lemparan dari seorang pitcher dapat dilihat
dari bagaimana dia menangkap suatu informasi melalui panca indera yang
dikirim ke otak dan menghasilkan suatu persepsi gerak lalu disimpan di
memori. Akhir dari proses ini adalah terjadinya umpan balik berupa gerakan
yang ditimbulkan akibat adanya respon dan stimulus (Abdul Haris
Handoko, 2015: 1).
Gerakan otomatisasi gerakan merupakan gerakan tingkat lanjut yang
berasal dari hasil latihan yang dilakukan sitematis, terprogram dan
berkesinambungan. Dengan kata lain atlet dapat melakukan gerakan dengan
baik dan benar secara langsung tanpa harus memikirkannya terlebih
dahulu.Menurut Schmidt dan Lee (2008: 430) tahap belajar otonom
(autonomous stage) adalah tahap yang biasanya berhungan dengan
pencapaian kinerja yang lebih ahli yang membutuhkan persepsi antisipasi
yang ahli. Menurut Edwards (2011: 255) dalam tahap otonom (autonomous
stage) pengetahuan yang mendasari untuk melakukan keterampilan telah
seluruhnya ditransfer dari memori deklaratif ke dalam memori procedural.

19
2.5. Sistem penginderaan dalam pelajar gerak mengidentifikasi,
memahami komponen belajar gerak perhatian dan memori dalam gerak

1. Alat-Alat Penerima Informasi


1) Indera Penglihat
Penglihatan merupakan indera yang sangat penting, sehingga secara
ekstrim dapat dikatakan bahwa seseorang akan sulit untuk memukul bola
baseball, bermain tenis, memukul bola golf, ataupun menangkap bola dalam
permainan sepak bola tanpa menggunakan alat penglihatan. Namun
demikian ini tidak berarti alat penglihatan adalah segalanya sangat
dimungkinkan untuk melakukan aktivitas ataupun latihan tanpa
menggunakan alat penglihatan. Perkembangan secara progresif dapat terjadi
dalam aktivitas motorik seperti dalam permaina golf, softball, bahkan
badminton, yang dilakukan oleh seseorang tunanetra. Sudah barang tentu
untuk melakukan aktivitas yang dilakukan dengan tanpa alat penglihatan
tersebut perlu dilakukan modifikasi tertentu bagi permainan yang akan
dilakukan. Secara alami peran indera penglihatan dalam aktivitas motorik
adalah sangat besar. Sehingga secara nyata akan susah untuk mengatakan
dan berfikir bahwa dalam melakukan aktivitas motorik dengan tidak
melibatkan alat penglihatan sebagai indera utama (a primary sensory
modality).

2) Indera Pendengaran
Cara penginderaan melalui pendengaran merupakan penginderaan
penting lainnya, apabila kita akan berhubungan dengan peningkatan
ataupun pembinaan keterampilan motorik. Hal ini dapat ditunjukan dengan
contoh-contoh seperti di bawah ini. Pada pemain softball ataupun baseball,
khususnya yang berposisi sebagai pemain outfieldier. Pemain yang
berposisi seperti di atas benar-benar akan berkonsentrasi untuk
memperhatikan dimana jatuhnya bola yang dipukul lawan. Ini perlu

20
dilakukan karena posisi outfielder letaknya jauh dari ruang pemukul (home
plate).
Oleh karena itu, ketergantungan terhadap kemampuan mendengar yang
dimiliki pemain (outfielder) terhadap hasil pukulan pemukul terhadap bola
yang dilemparkan kepada pemukul tersebut sangat besar. Hal yang sama
terjadi juga di cabang olahraga lainnya, misalnya cabang olahraga tenis.
Pemain tenis akan mempersiapkan diri untuk bergerak menyongsong bola
yang telah dipukul oleh lawam. Untuk melakukan gerakan ini pemain tenis
tidak saja hanya mengandalkan pada indera penglihatan, akan tetapi indera
pendengaran yang dimiliki pemain tenis tersebut memberikan andil yang
besar untuk dapat melakukan gerakan menyongsong bola yang telah dipukul
lawan tersebut dengan tepat.
3) Proprioseptif
Informasi proprioseptif merupakan unsur penting lainnya bagi para
pemain ataupun siswa yang berlatih keterampilan motorik. Ini terjadi pada
saat pelaksanaan gerak berlatih keterampilan motorik. Ini terjadi pada saat
pelaksanaan gerak keterampilan maupun dalam saat mempersiapkan diri
untuk melakukan usaha gerakan selanjutnya. Istilah propriseptif yang
dipergunakan di sini dapat diartikan sama dengan kinestetik. Proprioseptif
menurut Magill dinyatakan sebagai ”the sense of the position and movement
of the body and body parts as well as the forces and pressures on the body
or its parts”. Dari penjelasan Magill di atas dapat dikatakan bahwa
proprioseptif merupakan perasaan mengenai posisi dan gerakan tubuh dan
bagian-bagiannya, ataupun perasaan terhadap kekuatan dan tekanan yang
terjadi pada tubuh dan bagian tubuh.
Untuk memperjelas keterangan di atas berikut ini akan diberikan
beberapa contoh yang dimaksudkan untuk membantu pembaca dalam
memahami konsepsi proprioseptif. Sebagai contoh pertama dikaitkan
dengan cabang olahraga golf. Seorang pegolf kerap kali harus menentukan
bagaimana seharusnya memukul/melakukan swing yang baik dengan
melalui perasaan geraknya. Untuk keperluan ini seorang pelatih yang baik

21
harus secara secara ajeg melatih pegolf yang menjadi anak didiknya
mengembangkan irama gerakan swing secara benar. Semua yang
diterangkan ini didasarkan pada proprioseptif, karena pegolf tidak dapat
melihat ataupun mendengarkan secara langsung pukulan swing yang
dilakukannya dengan teknik yang benar.
Untuk cabang gulat dapat dicontohkan disini. Banyak pelatih gulat
memberikan latihan pada pegulat yang menjadi asuhannya dengan latihan
yang harus dilakukan dengan mata tertutup. Ini dilakukan untuk
memberikan tekanan tugas pada pegulat yang dibimbingnya, agar supaya
para pegulat dapat menggantungkan gerakan-gerakan yang dilakukan pada
informasi proprioseptif. Hal lainnya; cabang loncat indah, bagaimana
peloncat dapat melakukan loncatan skrup ataupun salto dengan baik; cabang
senam, bagaimana pesenam dapat melakukan gerakan senam dengan baik;
sudah tentu masing-masing keterampilan memerlukan informasi
proprioseptif yang sesuai dengan cabang olaraganya, sehingga dengan
demikian informasi proprioseptif ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pemain.

4) Indera Taktil
Informasi taktil banyak digunakan dalam belajar keterampilan
motorik. Pada permainan softball banyak menggantungkan pada
informasi taktil ini, misalnya dalam memegang bola dalam usahanya
mempersiapkan diri untuk melakukan gerakan pitching. Keadaan
tersebut sama halnya denagn keadaan dalam permainan tenis yang
mempergunakan informasi taktil, misalnya: bagaimana pemain tenis
servis ataupun ground stroke. Juga seorang pegolf sangat memerlukan
informasi taktil, sebab bagi pegolf grip yang dilakukan merupakan salah
satu kunci penting untuk mencapai keberhasilan dalam permainannya.
Dari berbagai contoh di atas dapat tergambarkan pada benak kita bahwa
di samping informasi dari indera penglihatan, pendengaran,
proprioseptif, tidak kalah pentingnya pula informasi yang berasal dari

22
sumber taktil ini. Sementara ini contoh-contoh yang telah dikemukakan
di atas semuanya menunjukkan bahwa jari-jari dan tangan sebagai
sumber informasi taktil.
Ini tidak berati bahwa tidak terdapat sumber lain yang dapat
memberikan informasi taktil kepada kita. Kaki, tubuh, dan kepala dapat
pula dipertimbangkan sebagai bagian tubuh yang dapat memberikan
informasi taktil. Sebagai contoh: seorang pemain sepakbola secara ajeg
akan menerima informasi taktil dari kaki, pada waktu pemain tersebut
melakukan aktivitas seperti menggiring bola, mengoperkan bola
ataupun melakukan gerakan menembak. Juga seorang pemain bola akan
melakukan gerakan akan melakukan sundulan kepala dengan baik
apabila gerakan ini mendapatkan dari sumber informasi taktil dari
kepala. Sedangkan seorang pegulat akan banyak mendapatkan informasi
penting untuk melakukan gerakan apa yang harus dilakukan dengan
mendapatkan informasi taktil dari tubuhnya. Dari seluruh contoh yang
telah dikemukakan menunjukkan bahwa informasi taktil dipergunakan
sebagai sumber informasi dalam melakukan aktivitas motorik.
Sudah jelas bahwa banyak terdapat contoh yang dapat dikemukakan
untuk menyatakan bagaimana kita menggantungkan diripada alat-alat
penglihatan, pendengaran, proprioseptif, dan taktil dalam melakukan
aktivitas motorik. Akan tetapi, ada sesuatu hal yang penting yang dapat
dicatat bahwa meskipun banyak contoh yang telah diberikan hanya
berhubungan dengan hanya satu alat penginderaan (one sensory
modality), namun seharusnya prestasi motorik merupakan suatu produk
interaksi dari berbagai alat penginderaan. Kita mengintegrasikan
informasi dari berbagai macam sumber. Meskipun ada kecenderungan
untuk memberikan perhatian khusus hanya pada satu sistem. Sebagai
contoh: seorang pegolf perlu menggunakan indera penglihatannya untuk
menghasilkan pukulan swing yang baik, di samping menggunakan
informasi proprioseptif, sebab masing-masing sensori/penginderaan

23
mempunyai peran penting untuk melakukan pukulan swing dengan
benar.

2. Atensi/Perhatian
a. Perhatian selektif (selective attention)
Perhatian selektif terdapat pada situasi dimana seseorang memantau
beberapa sumber informasi sekaligus. Penerima informasi harus memilih
salah satu sumber informasi yang paling penting dan mengabaikan yang
lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian selektif adalah
harapan, stimulus, dan nilai-nilai. Penerima informasi mengharapkan
sebuah sumber tertentu menyediakan informasi dan memberikan perhatian
lebih pada sumber tersebut, memilih stimulus yang paling memberikan efek
atau terlihat dibanding yang lain, dan memilih sumber informasi yang paling
penting.
b. Perhatian terfokus (focused attention)
Perhatian terfokus mengacu pada situasi dimana seseorang
diberikan beberapa input namun harus fokus pada satu input saja selama
selang waktu tertentu. Penerima informasi berfokus pada satu sumber/input
dan tidak terdistraksi oleh gangguan-gangguan lain. Faktor yang
berpengaruh terhadap perhatian terfokus adalah jarak dan arah, serta
gangguan dari lingkungan sekitar. Penerima informasi akan lebih mudah
menerima informasi dari sumber yang berada langsung di depannya.
c. Perhatian terbagi (divided attention)
Perhatian terbagi terjadi ketika penerima informasi diharuskan
menerima informasi dari berbagai sumber dan melakukan beberapa jenis
pekerjaan sekaligus.
d. Perhatian yang terus menerus (sustained attention)
Perhatian terus menerus dilakukan penerima informasi yang harus
melihat sinyal atau sumber pada jangka waktu tertentu yang cukup lama.
Dalam situasi ini sangat penting bagi penerima informasi untuk mencegah
kehilangan sinyal.

24
e. Kurang perhatian (lack of attention)
Kurang perhatian merupakan situasi dimana penerima informasi
tidak berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Situasi ini disebabkan oleh
kebosanan/kejenuhan dan kelelahan. Ciri-ciri pekerjaan yang dapat
menimbulkan situasi kurang perhatian adalah pekerjaan dengan siklus
pendek, sedikit membutuhkan pergerakan tubuh, lingkungan yang hangat,
kurangnya interaksi dengan pekerja lain, motivasi rendah, dan tempat kerja
memiliki pencahayaan yang buruk.

3. Memori
Menurut Syah (2004: 77), ditinjau dari sudut jenis informasi dan
pengetahuan yang disimpan, memori manusia itu terdiri atas dua macam yakni:
1) Semantic memory (memori semantik), yaitu memori khusus yang
menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian.
2) Episodic memory (memori episodik), yaitu memori khusus yang
menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.

Tulving (dalam Solso, 2007: 207) mengklasifikasikan memori ke dalam dua


jenis, yaitu memori episodik dan memori semantik. Memori episodik (episodic
memory) adalah suatu sistem memori neurokognitif yang memungkinkan
seseorang mengingat peristiwa-peristiwa pada masa lalunya. Memori semantik
(semanctic memory) adalah memori mengenai kata, konsep, peraturan, dan ide-ide
abstrak; memori ini penting bagi penguasaan bahasa. ”Para pakar teori pemrosesan
informasi membagi LTM ke dalam 3 bagian, yaitu: episodic memory, semantic
memory dan procedural memory” (Slavin dalam Khadijah, 2011: 139).
Berdasarkan ketiga pendapat tersebut ada tiga jenis memori yang tersimpan
pada long term memori, yaitu:
a. Memori semantik
Memori ini menyimpan tentang pengertian suatu objek yang
diketahui seseorang baik berupa kata, konsep, peraturan, maupun ide-ide

25
abstrak. Memori ini penting bagi seseorang untuk menerapkan informasi
yang telah diketahuinya dalam memecahkan masalahmasalah yang
dihadapinya. Ketika seorang siswa mampu menghubungkan antara konsep
Al-Qur’an dan agama Islam; Al-Qur’an merupakan kitab suci agama Islam,
maka siswa tersebut telah menggunakan memori semantiknya. Sebagian
besar hal-hal yang dipelajari di sekolah disimpan dalam memori semantik.
b. Memori episodik
Memori inilah yang menyimpan informasi tentang peristiwa-
peristiwa masa lalu, sehingga seseorang dapat mengingat kembali kejadian-
kejadian yang pernah dialaminya. Ketika seseorang mengingat masa
sekolahnya di sekolah dasar, maka orang tersebut sedang menggunakan
informasi yang tersimpan dalam memori episodiknya. Memori episodik
merupakan pengalaman personal, sebuah gambaran mental tentang hal-hal
yang dilihat atau didengar.
c. Memori prosedural
Procedural memory menunjukkan pada ”knowing how” (Khadijah
2011:140). Ketika seorang anak mampu membuka dan melepas baju, maka
anak tersebut telah menggunakan memori procedural.

26
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Setelah menyelesaikan makalah ini, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Belajar merupakan suatu usaha/latihan dalam memperoleh pengetahuan
baru demi perubahan perilaku (penampilan) sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Seperti halnya siswa atau
anak yang mengikuti latihan di sebuah klub senam dia mulai belajar
gerakan-gerakan senam untuk memperoleh keterampilan gerak senam.
2. Keterampilan motorik merupakan sebuah proses dimana seseorang
mengembangkan respons ke suatu gerak dan tindakan yang berupa
serangkainan gerakan-gerakan yang sukarela hasil kontrol dari bagian-
bagian tubuh yang melatari tindakan tersebut. Prinsip yang digunakan untuk
proses perkembangan motorik adalah terjadinya perubahan baik fisik
maupun mental sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya.
3. Belajar motorik dan perilaku motorik merupakan istilah yang pada
umumnya digunakan mahasiswa ilmu keolahragaan, sedangkan para
psikolog, ahli pendidikan, menggunakan ungkapan-ungkapan seperti
psikomotor, perceptual-motor, dan sensori-motor, daripada istilah belajar
motorik (motor learning).
4. Hurlock (1996: 111) juga mengungkapkan bahwa masa anak-anak
merupakan masa yang ideal untuk mempelajari keterampilan tertentu
dengan tiga alasan; 1) anak-anak senang mengulang-ulang, dan karenanya
dengan senang hati mau mengulang suatu aktivitas sampai mereka terampil
melakukannya. 2) Anak-anak bersifat pemberani sehingga tidak terhambat
oleh rasa takut karena dirinya mengalami rasa sakit atau diejek teman-
temannya sebagaimana ditakuti oleh anak yang lebih besar
(remaja/dewasa), dan 3) anak-anak mudah dan cepat belajar karena tubuh
mereka masih sangat lentur dan keterampilan yang dimiliki baru sedikit,

27
sehingga keterampilan yang baru dikuasai tidak begitu mengganggu
keterampilan yang sudah ada.
5. Tahap Formasi Rencana, tahap Latihan, tahap otomatisasi
6. Alat-alat penerima informasi, atensi/perhatian, dan memori

3.2. SARAN
Dalam proses pembelajaran motorik, seorang guru harus tau betul apa saja
tahap-tahap yang baik dan benar, agar Ketika pelaksanaan pembelajaran
dimulai seluruh materi pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ch. Fajar Sriwahyuniati, M. Or. (2017). BELAJAR MOTORIK. YOGYAKARTA:


UNY Press.
DEPDIKNAS. (2014). Kamus besar bahasa indonesia: edisi keempat. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka utama.
Cronbach, L.E. (1954). Educational psycology. New York: American Book Co.Dale
H. Schunk (2012). Teori-teori pembelajaran: perspektif pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Muhibbin Syah.(2010).Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru.Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik. (2009). Psikologi belajar & mengajar. Bandung : SinarBaru
Algesindo.
Slameto. (2005). Belajar dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Syaiful Sagala. (2009). Konsep dan makna pembelajaran; untuk membantu
memecahkan problematika belajar dan mengajar, cet. ke-6. Bandung: Alfabeta
Hurlock, B. E. (1998). Perkembangan anak jilid 2. (Terjemahan: Med Meitasari
Tjandrasa dan Muchlihah Zarkasih). Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Williams, H.G., & Monsma, E.V. (2006). Assessment of gross motor development.
Journal Motor Development, 397.
Sukintaka. (2001). Teori bermain. Yogyakarta: FPOK IKIP.
Sukadiyanto. (2005). Pengantar teori dan metodologi melatih fisik. Yogyakarta:
FIK UNY.
Lutan, R. (2000). Belajar keterampilan motorik pengantar teori dan metode.
Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud.
Payne, V.G., & Issac, L.D. (2012). Human motor development. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Lerner, J.W & Kline, F. (2006). Learning disabilities and related disorders
characteristics and teaching strategies ,tenth edition. New York: Houghton Mifflin
Company.

29
Papalia, F. (2009). Perkembangan manusia, (Penerjemah Brian Marswsndy, edisi
10).Jakarta: Salemba Humanika
Slamet Riyadi .(2011). Pemrosesan informasi dalam belajar gerak. UNS: Jurnal
Ilmiah Spirit, ISSN: 1411-8319 Vol.11 No. 2 Tahun 2011.
Hurlock, Elizabeth., 1996. Psikologi perkembangan: suatu kehidupan sepanjang
rentang kehidupan.Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga
Heri Rahyubi. (2012). Teori-teori belajar dan aplikasi pembelajaran motorik
deskripsi dan tinjauan kritis cetakan ke 1. Majalengka: Nusa Media.
Magil A.R & Anderson I.D (2014): Motor learning and control: concept and
applications (10th ed). New York: McGraw-Hill Companies,Inc.
Sukadiyanto. (2005). Pengantar teori dan metodologi melatih fisik. Yogyakarta:
FIK UNY.

30

Anda mungkin juga menyukai