LP Isolasi Sosial - Danda PJ

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu: Rosy Rosmawanty, M.Kep

Disusun Oleh:

Danda Permana januar

E2214401051

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2023/2024
BAB I

KONSEP ISOLASI SOISAL

1. Definisi

Isolasi sosial adalah keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif/mengancam (Townsend2010). Atau suatu
keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain sekitarnya, klien mungkin merasa
ditolaktidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain.
Perilaku isolasi sosial menarik diri adalah suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptive dan menganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial.

2. Proses Terjadinya Masalah


Proses terjadinya isolasi sosial menggunakan konsep adaptasi stuart (2016)
yaitu:
a) Faktor predisposisi
 Biologis
Hal yang perlu dikaji pada faktor herediter dimana ada riwayat
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Adanya resiko
bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala dan riwayat
penggunaan NAPZA. Selain itu ditemukan adanya kondisi patologis
otak melalui pemeriksaan CTScan dan hasil pemeriksaan MRI untuk
melihat gangguan struktur dan fungsi otak.
 Psikologis
Pasien isolasi sosial, seringkali mengalami suatu kegagalan saat
memperoleh keinginan/harapan, hal ini dapat mengakibatkan
terganggunya konsep diri, yang pada akhirnya akan berdampak pada
saat membina hubungan dengan orang lain. Koping individual yang
digunakan pada pasien dengan isolasi sosial yang muncul akibat dari
adanya perasaan bersalah atau menyalahkan lingkungan, sehingga
pasien merasa tidak pantas berada diantara orang lain dan
lingkungannya.
Faktor psikologis lain yang dapat menyebabkan isolasi sosial
adalah kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan.
Kegagalan dalam tugas akan menyebabkan individu tidak percaya diri,
tidak percaya pada orang lain, pesimis, takut salah ragu, putus asa,
menghindar dari orang lain, dan merasa tertekan. Kondisi diatas, dapat
menyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
lebih suka berdiam diri dan kegiatan sehari-hari terabaikan.
 Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya seringkali, diakibatkan karena pasien
berasal dari golongan sosial ekonomi rendah, hal ini mengakibatkan
pasien tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Kondisi tersebut dapat
menybabkan pasien stress karena memikirkan kebutuhan secara terus
menerus. Sehingga, fokus pasien pada pemenuhan kebutuhan dan
mengabaikan hubungan sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Stuart & Laria (2015) mengatakan faktor usia merupakan salah
satu penyebab isolasi sosial, hal ini dikarenakan rendahnya
kemampuan pasien dalam memecahkan masalah dan kematangan pola
berpikir. Tingkat Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur
kemampuan pasien berinteraksi secara efektif. Pendidikan sangat
mempengaruhi kemampuan dalam menyelesaikan suatu masalah.
pasien dengan masalah isolasi sosial biasanya kurang mampu dalam
melakukan interaksi dan menyelesaikan masalah, hal ini dikarenakan
rendahnya Pendidikan.
b) Faktor presipitasi
Pada pasien yang mengalami isolasi sosial dapat menemukan adanya
pengalaman negatif yang tidak menyenangkan terhadap gambaran dirinya,
ketidakjelasan peran yang memiliki serta mengalami krisis identitas. Pengalam
kegagalan yang berulang dalam mencapai harapan atau cita-cita, serta
kurangnya penghargaan baik dari diri sendiri maupun lingkungan. Faktor
diatas dapat menyebabkan gangguan dalam berinteraksi sosial yang pada
akhirnya menjadi masalah isolasi sosial.

3. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri menurut
Dermawan dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
1 Subjektif
 Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
 Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
 Respon verbal kurang atau singkat
 Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
 Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
 Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
 Klien merasa tidak berguna
 Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
 Klien merasa ditolak
2 Objektif
 Klien banyak diam dan tidak mau bicara
 Tidak mengikuti kegiatan
 Banyak berdiam diri di kamar
 Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat
 Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
 Kontak mata kurang
 Kurang spontan
 Apatis (acuh terhadap lingkungan)
 Ekpresi wajah kurang berseri
 Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
 Mengisolasi diri
 Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
 Memasukan makanan dan minuman terganggu
 Retensi urine dan feses
 Aktifitas menurun
 Kurang enenrgi (tenaga)
 Rendah diri

4. Sumber Koping
Menurut Dalami (2009, h. 11), sumber koping yang berhubungan dengan
respon sosial maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan
teman, hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreativitas untuk
mengekspresikan stres interpersonal misalnya kesenian, musik atau tulisan.
5. Mekanisme Koping
Menurut Dermawan (2013, h. 40) Mekanisme koping digunakan klien sebagai
usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang megancam
dirinya. Kecemasan koping yang sering digunakan dalam Regrasi, Represi, dan
Isolasi.
Menurut Dalami (2009, h. 11) Individu yang mengalami respon sosial
maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas.
Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik.
Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain
proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan
gangguan kepribadian ambang splitting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi
orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyektif.

6. Masalah Yang Muncul


a) Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
b) Isolasi sosial: menarik diri
c) Gangguan konsep diri: harga diri rendah

7. Rentang Respon
1) Respon Adaptif : Menurut Sutejo (2017) respon adaptif adalah respon yang
masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayan secara umum
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal
ketika menyelesaikan masalah. Berikut adalah sikap yang termasuk respon
adaptif:
 Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan
apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
 Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
 Kebersamaan, kemampuan individu dalam hubungan interpersonal
yang saling membutuhkan satu sama lain.
 Saling ketergantungan (Interdependen), suatu hubungan saling
ketergantungan antara individu dengan orang lain
2) Respons Maladaptif : Menurut Sutejo (2017) respon maladaptif adalah respon
yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut
ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif:
 Manipulasi, kondisi dimana individu cenderung berorientasi pada diri
sendiri.
 Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu
sebagai subjek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan
tidak mampu melakukan penilaian secara objektif.
 Narsisisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan
mudah marah.

8. Perencanaan

TABEL SIKI/SLKI/RASIONAL

NO.DX TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA HASIL (SIKI)
(SLKI)
Isolasi Keterlibatan sosial Terapi Aktivitas  Menentukan tingkat
sosial meningkat (I.01026) kesepian dan isolasi dan
(D.0121) (L.13116) alasan untuk itu.
Observasi  Untuk memgetahui
Setelah dilakukan  Identifikasi kemampuan yang masih
intervensi defisit tingkat dimiliki klien
keperawatan aktivitas  Agar perawat atau sumber
selama 1 x 24 jam,  Identifikasi daya komunitas tersedia
maka keterlibatan kemampuan untuk klien dan keluarga
sosial meningkat, berpartisipasi yang berurusan dengan
dengan kriteria dalam aktivitas tahapan untuk
hasil: tertentu memberikan informasi dan
1. Minat interaksi  Identifikasi bantuan.
meningkat sumber daya  Untuk meningkatkan
2. Verbalisasi untuk aktivitas kemampuan klien dalam
isolasi menurun yang diinginkan beraktivitas/ bersosialisasi
3. Verbalisasi  Identifikasi  Untuk melatih klien agar
ketidakamanan strategi tebiasa menjalankan
ditempat umum meningkatkan aktivitasnya
menurun partisipasi dalam  Untuk mengetahui
4. Perilaku aktivitas perkembangan kondidi
menarik diri  Identifikasi klien
menurun makna aktivitas Terapeutik
rutin (mis:  Agar terfokus pada
bekerja) dan peningkatan kemampuan
waktu luang klien
 Monitor respons  Agar konsisten dan
emosional, fisik, terbiasa melakukan
sosial, dan aktifitas
spiritual  Agar klien mampu
terhadap melakukan aktifitas sesuai
aktivitas dengan kemampuannya
Terapeutik  Agar klien mengetahui
 Fasilitasi fokus pentingnya mengikuti
pada aktifitas yang dipilih
kemampuan,  Agar memudahkan klien
bukan defisit menjalani aktifitas
yang dialami  Agar klien dan keluaraga
 Sepakati bisa menyesuaikan
komitmen untuk lingkungan aktifitas yang
meningkatkan dipilih
frekuensi dan  Agar klien bisa melakukan
rentang aktivitas pemenuhan kebutuhan diri
 Fasilitasi secara mandiri
memilih  Agar aktifitas tetap efesien
aktivitas dan  Agar bisa melatih atau
tetapkan tujuan mengontol pasien
aktivitas yang  Agar klien bisa
konsisten sesuai mengontrol atau menjaga
kemampuan berat badan
fisik, psikologis,  Agar otot klien tidak kaku
dan sosial  Agar klien dapat
 Koordinasikan mmengontrol emosional
pemilhan  Agar melatih klien dalam
aktivitas sesuai bersosialisasi
usia
 Agar klien merasa
 Fasilitasi makna nyaman/ senang saat
aktivitas yang berinteraksi
dipilih
 Agar bisa membantu dan
 Fasilitasi mengetahui
transportasi perkembangan kondisi
untuk klien
menghadiri
 Agar klien semangat dan
aktivitas, jika
konsisten menjalankan
sesuai
aktifitas
 Fasilitasi pasien
 Agar klien dan keluaraga
dan keluarga
bisa memonitor kemajuan
dalam
kondisi secara mandiri
menyesuaikan
 Agar latihan aktifitas klien
lingkungan
tetap konsisten
untuk  Agar klien merasa tidak
mengakomodasi bosan saat menjalankan
aktivitas yang aktifitas
dipilih Edukasi
 Fasilitasi  Agar klien dan keluarga
aktivitas rutin mengetahui metode
(mis: ambulasi, melakukan aktifitas secara
mobilisasi, dan mandiri
perawatan diri), Kolaborasi
sesuai  Agar bisa mengetahi
kebutuhan perkembangan klien
 Fasilitasi  Agar klien bisa
aktivitas mendapatkan terapi, jika
pengganti saat perlu
mengalami
keterbatasan
waktu, energi,
atau gerak
 Fasilitasi
aktivitas motorik
kasar untuk
pasien hiperaktif
 Tingkatkan
aktivitas fisik
untuk
memelihara
berat badan, jika
sesuai
 Fasilitasi
aktivitas motorik
untuk
merelaksasi otot
 Fasilitasi
aktivitas
aktivitas dengan
komponen
memori implisit
dan emosional
(mis: kegiatan
keagamaan
khusus) untuk
pasien demensia,
jika sesuai
 Libatkan dalam
permainan
kelompok yang
tidak kompetitif,
terstruktur, dan
aktif
 Tingkatkan
keterlibatan
dalam aktivitas
rekreasi dan
diversifikasi
untuk
menurunkan
kecemasan (mis:
vocal group,
bola voli, tenis
meja, jogging,
berenang, tugas
sederhana,
permainan
sederhana, tugas
rutin, tugas
rumah tangga,
perawatan diri,
dan teka-teki
dan kartu)
 Libatkan
keluarga dalam
aktivitas, jika
perlu
 Fasilitasi
mengembangkan
motivasi dan
penguatan diri
 Fasilitasi pasien
dan keluarga
memantau
kemajuannya
sendiri untuk
mencapai tujuan
 Jadwalkan
aktivitas dalam
rutinitas sehari-
hari
 Berikan
penguatan
positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
Edukasi
 Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari, jika
perlu
 Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
 Anjurkan
keluarga untuk
memberi
penguatan
positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
 Kolaborasi
dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan
dan memonitor
program
aktivitas, jika
sesuai
 Rujuk pada
pusat atau
program
aktivitas
komunitas, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
Saktian, Y. (2023). LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL. Retrieved 1
September 2023, from https://www.academia.edu/28333406/LAPO
Susana, P. (2023). LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
ISOLASI SOSIAL. Retrieved 1 September 2023, from
https://www.academia.edu/36946488/LA

Anda mungkin juga menyukai