Surat Pemberitahuan Pelaksanaan POPM Cacingan Di Daerah Intervensi Stunting Tahun 2024

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

-1-

Nomor : PV.04.02/C/271/2024 24 Januari 2024


Lampiran : satu lembar
Hal : Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Pemberian
Obat Pencegahan Massal Cacingan di Daerah
Intervensi Stunting Tahun 2024

Yth. (Daftar terlampir),

Indonesia berupaya mewujudkan visi Indonesia emas 2045 dengan menyiapkan


sumber daya manusia yang dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan
maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial dan fisik yang siap untuk
belajar serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. Pemerintah bertekad
bahwa kegiatan intervensi penurunan stunting terintegrasi harus terus diptimalkan demi
memenuhi target penurunan balita stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024 dan
target Sustainable Development Goals (SDGs) nol pada tahun 2030.
Peraturan Presiden Nomor 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting
menyebutkan Kementerian Kesehatan berperan sebagai koordinator bidang intervensi
spesifik dan salah satunya adalah pengobatan Cacingan yang dilaksanakan di 514
kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut maka dalam penanggulangan Cacingan di wilayah
intervensi stunting dilaksanakan sebagai berikut:
1. Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) pada anak sasaran usia 1-12 tahun
dilaksanakan 2 kali setahun dengan interval 6 bulan di semua kabupaten/kota di
seluruh provinsi di Indonesia terintegrasi dengan pelaksanaan pemberian Vitamin A
di posyandu maupun kegiatan kesehatan lain di sekolah.
2. Pemberian obat cacing dapat dilakukan dengan interval minimal 7 hari sebelum atau
sesudah pemberian vaksinasi, atau kurang dari 7 hari setelah melalui pertimbangan
khusus dari ahli.
3. Pemeriksaan cacingan kepada ibu hamil dengan gejala anemia dan dilanjutkan
dengan pemberian obat cacing pada ibu hamil yang hasil pemeriksaan cacingan
positif telur cacing. Pengobatan diberikan mulai trimester kedua usia kehamilan
dibawah pengawasan dokter.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
-2-

4. Pemeriksaan dan pengobatan kasus cacingan secara selektif di fasilitas pelayanan


kesehatan.
5. POPM Cacingan menggunakan Albendazole baik sediaan tablet maupun suspensi
distribusi dari Kementerian Kesehatan.
6. Bagi kabupaten/kota yang mengalami penundaan POPM Cacingan periode II tahun
2023 karena adanya pemeriksaaan uji mutu kualitas sediaan tablet Albendazol,
maka khusus pelaksanaan POPM Cacingan periode I tahun 2024 dapat
dilaksanakan dengan menyesuaikan jarak waktu 3 – 4 bulan pasca POPM Cacingan
sebelumnya. Berkaitan dengan ketersediaan Albendazol yang sudah memasuki
masa kedaluwarsa, maka bisa membuat surat permohonan kebutuhan secara
berjenjang.
7. Mengirimkan laporan POPM Cacingan pada bulan Juni untuk periode minum obat
cacing tahap 1 (Februari – April) serta pelaporan pada bulan Desember untuk
periode minum obat cacing tahap 2 (Agustus - Oktober) ke alamat email
[email protected] atau melalui sistem pelaporan e-Filca.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit,

Dr.dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM.MARS

Tembusan :
1. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
2. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
-3-

Lampiran 1
Nomor :PV.04.02/C/271/2024
Tanggal :24 Januari 2024

Yth :

1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh


2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
4. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
5. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
6. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
7. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
8. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
9. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
10. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
11. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
12. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
13. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
14. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi D I Yogyakarta
15. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
16. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten
17. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali
18. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
19. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
20. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
21. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
22. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
23. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur
24. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara
25. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
26. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
27. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
28. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
29. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
30. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat
31. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
-4-

32. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara


33. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat
34. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat Daya
35. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua
36. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Selatan
37. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah
38. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Pegunungan

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,

Dr.dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM.MARS

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai