Kelompok 9 - Kependudukan Dan Ketenagakerjaan
Kelompok 9 - Kependudukan Dan Ketenagakerjaan
Kelompok 9 - Kependudukan Dan Ketenagakerjaan
KEPENDUDUKAN
MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA
Dosen Pengampu: Ayu Ambang Lestari, M.Akun
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan pikirannya.
Dan harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Terdapat dua pandangan terhadap hubungan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, yaitu
pandangan pesimis dan optimis. “Penduduk pesimis” ialah sebuah pandangan populer yang
dibawa dari pemikiran ahli ekonomi bernama Malthus, yang memiliki kepercayaan bahwa
pertumbuhan penduduk yang cepat bermasalah karena cenderung membanjiri setiap respon
yang disebabkan oleh kemajuan teknologi dan akumulasi modal (Coale dan Hoover, 1958).
Sedangkan “penduduk optimis” adalah pandangan yang percaya bahwa pertumbuhan
penduduk yang cepat memungkinkan adanya skala ekonomi yang akan diambil dan dapat
mempromosikan inovasi teknologi dan kelembagaan (Boserup, 1981). Penduduk yang tumbuh
cepat membuat Malthus menjadi pesimis, namun seiring berkembangnya teknologi dan
inovasi, para pemikir optimis berharap skala ekonomi mampu membuat keadaan lebih baik
tentunya dengan kualitas penduduk yang dimiliki bukan hanya kuantitas.
1
1.2 Rumusan Masalah
Penduduk dapat dianggap menjadi beban ataupun menjadi modal bagi pertumbuhan
ekonomi di suatu negara. Berdasarkan fakta yang ada, fertility dan infant mortality sama-sama
mengalami penurunan yang jika dihitung selisihnya belum mampu membuat tingkat beban
ketergantungan ikut menurun di Indonesia. Jika dilihat dari laju pertumbuhan GDP riil,
tergambar adanya penurunan pada pertumbuhan ekonomi. Sehingga penduduk masih dianggap
menjadi beban bagi negara dan ini menarik untuk diteliti lebih lanjut dengan mengajukan
beberapa pertanyaan berikut:
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PENDUDUK
Penduduk adalah Orang yang secara hukum berhak tinggal di dalam suatu
daerah. Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di daerah
tersebut. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain. Dalam
sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan
ruang tertentu Pada hakekatnya, pengertian mengenai penduduk lebih ditekankan pada
komposisi penduduk. Pengertian ini mempunyai arti yang sangat luas, tidak hanya
meliputi pengertian umur, jenis kelamin dan lain-lain, tetapi juga klasifikasi tenaga
kerja dan watak ekonomi, tingkat pendidikan, agama, ciri sosial, dan angka statistik
lainnya yang menyatakan distribusi frekuensi. Penduduk atau warga suatu negara atau
daerah bisa didefinisikan menjjadi dua:
1. Orang yang tinggal di daerah tersebut
2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.
Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ.
Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain. Ilmu yang
mempelajari tentang masalah kependudukan adalah Demografi. Istilah Demografi
pertama sekali ditemukan oleh Achille Guillard. John Graunt adalah seorang pedagang
di London yang menganalisis data kalahiran dan kematian, migrasi dan perkawinan
yang berkaitan dalam proses pertumbuhan penduduk. Sehinnga John Graunt dianggap
sebagai bapak Demografi.
3
2. BAGAIMANA DINAMIKA PENDUDUK INDONESIA
1. Sensus Penduduk
4
waktu tertentu. Biasanya sensus penduduk dilakukan sepuluh tahun sekali di tahun-
tahun yang berakhiran angka nol, seperti 2020, 2010, 2000, dan seterusnya
2. Registrasi Penduduk
3. Survei Penduduk
Dinamika penduduk dapat dikatakan sebagai suatu fenomena yang pasti terjadi
di setiap negara. Dinamika penduduk tidak terjadi begitu saja, tetapi ada beberapa
faktor yang menyebabkan fenomena itu terjadi, seperti kelahiran, kematian, dan
migrasi.
5
1. Kelahiran (natalitas)
Faktor kelahiran ini dapat dikenal dengan istilah natalitas. Kelahiran adalah
keluarnya bayi dari rahim seorang ibu yang biasanya tanda-tanda kehidupannya
ditandai dengan suara tangisan dan denyut jantung bayi.
6
Angka kelahiran pada suatu wilayah dapat dikatakan tinggi, jika angka
kelahirannya sekitar > 30 per tahun. Angka kelahiran yang tinggi menandakan bahwa
dinamika penduduk bisa terjadi dengan cepat.
Angka kelahiran pada suatu wilayah dapat dikatakan sedang, jika angka
kelahirannya sekitar 20 sampai 30 per tahun. Angka kelahiran dengan tingkat sedang
menandakan bahwa terjadinya dinamika penduduk tidak begitu cepat dan tidak begitu
lama.
Angka kelahiran pada suatu wilayah dapat dikatakan rendah, jika angka
kelahiran sekitar < 20 per tahun. Angka kelahiran yang rendah menandakan bahwa
dinamika penduduk bisa terjadi dengan lambat.
3. Usia perkawinan yang ditunda dengan alasan ingin berkarir terlebih dahulu
atau menyelesaikan pendidikan.
4. Tunjangan anak bagi pegawai negeri dibatasi hanya sampai anak kedua saja
2. Kematian (mortalitas)
Angka kematian menurut kelompok umur tertentu di indonesia hasil LF SP 2020
7
Sumber Badan Pusat Statistik
Faktor kematian ini dapat dikenal dengan istilah mortalitas. WHO mengatakan
bahwa mortalitas adalah suatu peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan
manusia secara permanen yang bisa terjadi setelah kelahiran. Peristiwa kematian ini
bisa terjadi pada siapa saja, mulai dari yang mudah hingga yang tua. Selain itu,
kematian bisa terjadi kapan saja dan di mana saja.
Jika kelahiran dapat dikatakan sebagai fenomena bertambahnya jumlah
penduduk, maka kematian dapat dikatakan sebagai fenomena berkurangnya jumlah
penduduk. Berkurangnya penduduk dapat memengaruhi pertumbuhan penduduk,
sekaligus menjadi tolok ukur kesehatan masyarakat pada suatu wilayah.
Dengan kata lain, banyaknya angka kematian pada suatu wilayah menandakan
bahwa tingkat kesehatan di wilayah tersebut kurang baik.
Untuk mengelompokkan angka kematian dapat dilakukan dengan menghitung
jumlah angka kematian dari 1000 penduduk per tahun. Oleh karena itu, angka kematian
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu angka kematian tinggi, angka kematian sedang, dan
angka kematian rendah.
a. Angka kematian tinggi
Angka kematian pada suatu wilayah dapat dikatakan tinggi, jika angka
kematian sekitar > 18 per tahun. Angka kematian yang tinggi bisa memengaruhi
terjadinya dinamika penduduk dengan lambat.
8
b. Angka kematian sedang
Angka kematian pada suatu wilayah dapat dikatakan sedang, jika angka
kematian sekitar 14-18 per tahun. Angka kematian yang sedang bisa
memengaruhi terjadinya dinamika penduduk dengan tidak terlalu cepat atau
tidak terlalu lambat.
c. Angka kematian rendah
Angka kematian pada suatu wilayah dapat dikatakan rendah, jika angka
kematian sekitar 9-13 per tahun. Angka kematian rendah dapat memengaruhi
terjadinya dinamika penduduk dengan cepat.
9
3. Migrasi (perpindahan)
Migrasi ini bisa menumbuhkan penduduk pada suatu wilayah dan bisa juga
menurunkan penduduk pada suatu wilayah. Biasanya, penduduk yang melakukan
migrasi memiliki tujuannya masing-masing dan berusaha akan menetap di wilayah
yang baru. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa migrasi penduduk
adalah perpindahan tempat tinggal dari suatu unit administrasi ke unit administrasi
lainnya.
10
➢ Faktor-Faktor Penyebab Migrasi
Migrasi penduduk bisa terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
1. Lowongan pekerjaan yang semakin menipis.
2. Sulit beradaptasi di daerah asalnya.
3. Terjadi bencana alam yang menyebabkan wilayah tersebut tak bisa ditempati.
4. Adanya tekanan dalam bermasyarakat.
5. Peluang kerja lebih besar, sehingga kehidupan sosial ekonomi terjamin.
B. Dampak Dinamika Penduduk
Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin banyaknya jumlah penduduk pada
suatu wilayah, maka akan semakin banyak dampak yang akan muncul. Dampak-
dampak dinamika penduduk sebagai berikut.
11
3. Kesejahteraan Penduduk Semakin Rendah
Setiap penduduk yang tinggal di suatu negara seharusnya mendapatkan
kesejahteraan. Kesejahteraan yang dimiliki oleh setiap penduduk, maka roda
perekonomian akan berjalan dengan baik. Akan tetapi, pertumbuhan jumlah penduduk
yang semakin cepat dan angka kematian bergerak lambat menandakan bahwa tingkat
kesejahteraan masyarakat menjadi rendah. Tingkat kesejahteraan penduduk yang
menurun bisa dapat dilihat melalui pendapatan penduduk yang sangat kecil.Rendahnya
kesejahteraan penduduk disebabkan karena adanya dinamika penduduk, sehingga
banyak penduduk yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan
kata lain, dinamika penduduk bisa menyebabkan angka pengangguran meningkat.
Penduduk yang tidak mendapatkan pekerjaan akan kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
12
C. GAMBARAN KUALITAS DAN KUANTITAS PENDUDUK
INDONESIA
Jumlah penduduk yang besar berdampak langsung terhadap pembangunan
berupatersedianya tenaga kerja yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan
pembangunan. Akantetapi kuantitas penduduk tersebut juga memicu munculnya
permasalahan yang berdampak terhadap pembangunan. Permasalahan-permasalahan
tersebut di antaranya:
13
c. Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah.
Masalah kesehatan
Tingkat kesehatan suatu negara umumnya dilihat dari besar kecilnya angka
kematian, karenakematian erat kaitannya dengan kualitas kesehatan.Kualitas kesehatan
yang rendah umumnya disebabkan:
1.Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan.
2.Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
3.Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.
4.Gizi yang rendah.
5.Penyakit menular
14
6.Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh)
Dampak rendahnya tingkat kesehatan terhadap pembangunan adalah
terhambatnyapembangunan fisik karena perhatian tercurah pada perbaikan kesehatan
yang lebih utamakarena menyangkut jiwa manusia. Selain itu, jika tingkat kesehatan
manusia sebagai objek dan subjek pembangunan rendah, maka dalam melakukan apa
pun khususnya pada saatbekerja, hasilnya pun akan tidak optimal.Untuk
menanggulangi masalah kesehatan ini, pemerintah mengambil beberapa tindakanuntuk
meningkatkan mutu kesehatan masyarakat, sehingga dapat mendukung
lancarnyapelaksanaan pembangunan.
16
BAB III
KESIMPULAN
Permasalahan yang dihadapi dari kualitas dan kuantitas penduduk di Indonesia adalahPesatnya
pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kemampuan produksi,Kepadatan
penduduk yang tidak merata menyebabkan pembangunan hanya terpusat,Tingginya angka
urbanisasi menyebabkan munculnya kawasan kumuh di kota-kota, Pesatnyapertumbuhan
penduduk yang tidak seimbang dengan volume pekerjaan, Tingkat kesadaranmasyarakat untuk
bersekolah rendah, Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbangdengan penyediaan sarana
pendidikan. Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah,Kurangnya sarana dan
pelayanan kesehatan., Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-hari., Kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan., Gizi yang rendah.Penyakit menular.Lingkungan yang tidak
sehat (lingkungan kumuh), Pendidikan masyarakat rendah, tidak banyak tenaga ahli, dan lain-
lain, Jumlah penduduk banyak, Besarnya angka ketergantungan.Upaya penanggulangan dari
permasalahan diatas adalah semua pihak harus tetapkomit untuk menempatkan manusia
Indonesia sebagai titik yang paling pusat dalam segenap upaya pembangunan atau kita sebut
sebagai “people centered development” Kedua, semua harus memperbarui komitmen dalam
pembangunan kependudukan dan KB.Ketiga, sasaran pembangunan harus diarahkan untuk
mewujudkan kualitas manusia, keluarga dan masyarakatIndonesia yang maju, mandiri dan
sejahtera,Keempat, bahwa sesungguhnya tumbuhnyasikap kemandirian bangsa tidak terlepas
dari peningkatan peran serta, efisiensi danproduktivitas rakyat.Kelima, pembangunan
kependudukan perlu ditangani secarakomprehensif dan dikoordinasikan secara terpadu dalam
suatu bentuk kelembagaan yang kredibel dan profesional. Kelembagaan ini sebagai
“institutional home” harus dapat menyiapkan kebijakan kependudukan yang pelaksanaannya
dapat tersebar di berbagai sektor pembangunan lainnya.
17
REVIEW JURNAL ARTIKEL
Judul Gerak Migrasi Penduduk Pesisir Implikasinya terhadap Ekonomi
Kependudukan
Jurnal Jurnal Ilmu Administrasi & Sosial, Vol. 9 No 2
Tahun November 2020
Penulis Akhmad Firman dan Mustakim
Pendahuluan Salah satu penyebab munculnya kegiatan migrasi adalah ketimpangan
ekonomi, pendidikan, dan disparitas sosial, kapital serta krisis sumberdaya
alam yang terjadi disebuah daerah. Dalam berbagai telaah literature,
mengungkapkan motif ekonomi adalah faktor determinan terjadinya
migrasi dari desa menuju kota. Penyebabnya adalah arus gerak penduduk
desa menuju kota semakin massif dalam upaya untuk dapat bekerja sebagai
tenaga kerja sektor industri. Tentu saja kemiskinan dan kelangkaan
sumberdaya ekonomi menjadi faktor pemicu terjadinya Migrasi di
Indonesia.
Metode Penulis menggunakan metode kualitatif dalam memahami fenomena
penelitian migrasi penduduk yang terjadi di Pesisir Kabupaten Buton. Instrumen
penelitian yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Penulis
menggunakan teknik deskriptif dengan melakukan analisis proses data,
penyadian data dan verifikasi data.
Hasil dan Implikasi yang dihasilkan dari kegiatan migrasi adalah meningkatnya
Pembahasan perolehan pendapatan masyarakat pesisir. Meskipun begitu, migrasi bukan
hanya dilakukan para orang dewasa, namun tua, muda dan anak-anak atau
sekeluarga. Mereka bermigrasi untuk membantu orang tua atau
keluarganya dimana selama di daerah tujuan mereka melakukan pekerjaan
dengan ikut serta memetik cengkeh, sementara sisi negatifnya
anak-anak migrasi yang berstatus pelajar tidak mendapatkan pendidikan
sebagaimana mestinya. Hal ini menunjukkan para anak - anak tidak
mendapatkan pelajaran atau pendidikan dengan efektif sehingga mutu
pendidikan dasar begitu rendah di kabupaten buton. Selain itu juga tingkat
pendidikan di daerah Dongkala Kondoa yang hampir sebagian masyarakat
hanya tamatan SMA. Sementara jumlah penduduk dua desa ini kurang
lebih 5.000 jiwa dimana terlihat semakin padatnya rumah penduduk yang
sudah semakin berhimpit-himpitan.
Hasil dari bermigrasi umumnya untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari
atau biaya hidup, sebagian untuk biaya sekolah dan hanya informan
pemilik lahan yang akan menginvestasikan kembali membeli lahan di
Maluku. Pesatnya migrasi ke Maluku dan Maluku Utara berimplikasi
positif dan negatif. Dampak positif terhadap migran yang rata-rata
penduduk miskin yang masih mempunyai cara pandang yang menganggap
anak sebagai tenaga kerja yang harus membantu orangtua dalam mencari
nafkah, atau orangtua beranggapan bahwa bersekolah adalah tujuannya
memperoleh ijazah. Sehingga dampak negatifnya adalah mutu pendidikan
umumnya rendah, rata-rata setelah tamat sekolah menengah atas sudah
tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Angka pengangguran di dua desa
tersebut cukup tinggi karena faktor ketersediaan lapangan kerja yang
kurang, akibatnya angka kejahatan atau kriminalitas cukup tinggi.
18