HBL Rsud Kerang
HBL Rsud Kerang
HBL Rsud Kerang
TENTANG
BUPATI PASER,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf r
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, perlu menetapkan Peraturan Internal Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Paser dalam Peraturan Bupati.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan
Undang - Undang Nomor 3 Darurat Nomor 3 Tahun 1953
tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor
9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2019 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
3. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
4. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang - Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI PASER TENTANG PERATURAN
INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM KERANG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
14. Staf Medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi
spesialis, yang bekerja di bidang medis dalam jabatan fungsional,
melakukan kegiatan keprofesian meliputi pelayanan, pendidikan, penelitian
dan pengabdian masyarakat secara purna waktu maupun paruh waktu di
satuan kerja pelayanan di Rumah Sakit, serta telah disetujui dan diterima
sesuai dengan aturan yang berlaku.
15. Mitra Bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan
kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait
dengan profesi medis.
16. Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) adalah hak khusus seorang staf medis
untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan
rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan
penugasan klinis (clinical appointment).
17. Penugasan Klinis (Clinical Appointment) adalah penugasan kepada seorang
staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis dirumah sakit
berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan bagi staf medis
yang bersangkutan.
18. Tata Kelola Klinis yang Baik (Good Clinical Governance) adalah penerapan
fungsi manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis, data
klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan,
mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan profesional, dan
akreditasi rumah sakit.
19. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
20. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang telah
memiliki kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis yang telah diberikan.
21. Komite Farmasi dan Terapi adalah organ non-struktural yang anggotanya
terdiri dari dokter dan apoteker yang bertugas di rumah sakit dengan tugas
membantu Direktur Utama dalam menentukan kebijakan-kebijakan
penggunaan obat dan pengobatan.
22. Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang
merupakan perwakilan kelompok profesi perawat yang bertugas membantu
direksi untuk menerapkan tata kelola asuhan keperawatan (clinical
governance);
23. Pegawai adalah setiap orang yang telah memenuhi persyaratan yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan digaji berdasarkan
ketentuan yang berlaku guna memenuhi kebutuhan ketenagaan rumah
sakit.
BAB II
TATA KELOLA
Pasal 2
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 3
Peraturan Bupati ini berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar semua orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Paser.
BUPATI PASER,
FAHMI FADLI
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PASER
NOMOR TAHUN 2022
TENTANG
PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KERANG
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kerang merupakan rumah sakit kelas
D yang terletak di Kecamatan Batu Engau Kabupaten Paser. Rumah sakit ini
merupakan rumah sakit yang didirikan sebagai fasilitas rujukan kesehatan
masyarakat Kabupaten Paser di wilayah selatan dan perbatasan dengan
Kabupaten Kota Baru Provinsi Kalimantan Selatan. Pada awalnya, RSUD
Kerang diresmikan sebagai Rumah Sakit (RS) Pratama Batu Engau pada
tanggal 17 Maret 2017 oleh Wakil Bupati Paser (Alm) H. M. Mardikansyah,
S.H., M.AP.
C. Seksi Pelayanan
1. Seksi Pelayanan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur.
2. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
pelayanan medik dan keperawatan serta fasilitas medik dan
keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah
sakit.
E. Tata Usaha
F. Rapat
1. Rapat Direksi adalah rapat yang diselenggarakan antara Direktur
dan Kepala Sub Bagian/Seksi untuk membahas hal - hal yang dianggap
perlu dalam pelaksanaan tugas pengelolaan Rumah Sakit.
2. Rapat Direksi terdiri dari :
a. Rapat Rutin;
b. Rapat Tahunan; dan
c. Rapat Khusus.
3. Keputusan Rapat Direksi diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.
4. Dalam hal tidak tercapai kata sepakat, maka keputusan rapat diserahkan
kepada Direktur.
5. Untuk setiap rapat dibuat daftar hadir dan risalah rapat oleh Kepala Sub
Bagian Tata Usaha.
6. Rapat rutin diselenggarakan 1 (satu) bulan sekali.
7. Dalam rapat sebagaimana yang dimaksud dalam angka 6, dibicaraka
hal-hal yang berhubungan dengan tugas, kewenangan dan
kewajibannya.
8. Rapat rutin dihadiri oleh Direksi.
9. Rapat tahunan diselenggarakan 1 (satu) tahun sekali.
10. Dalam rapat sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 9, dibicarakan
hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan, monitoring dan
evaluasi kegiatan satu tahun.
11. Rapat khusus diselenggarakan dalam hal yang bersifat khusus dan /atau
hal yang memerlukan koordinasi dan tindak lanjut segera yang tidak
termasuk dalam rapat rutin dan rapat tahunan.
12. Direktur mengundang untuk rapat khusus dalam hal :
a. ada permasalahan penting yang harus segera diputuskan, atau
b. ada permintaan yang disetujui paling sedikit 2 (dua) Kepala Sub
Bagian/Seksi.
13. Setiap rapat Direksi selain dihadiri oleh Direktur dan Kepala Sub
Bagian/Seksi juga dapat dihadiri pihak lain yang ada di lingkungan
RSUD Kerang atau dari luar lingkungan RSUD Kerang apabila
diperlukan.
BAB III
KOMITE DAN SATUAN PEMERIKSAAN INTERNAL
A. Umum
1. Komite adalah organ rumah sakit yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi
dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada pimpinan
rumah sakit dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan
rumah sakit.
2. Pembentukan komite di rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan
rumah sakit yang terdiri dari Komite Etik dan Disiplin, Komite Medik,
Komite Farmasi dan Terapi, Komite Keperawatan, serta komite lainnya
yang dibutuhkan oleh rumah sakit.
3. Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur.
4. Komite dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat dan diberhentikan oleh
Direktur.
5. Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis komite ditetapkan oleh
Direktur.
6. Tiap-tiap Komite yang terdapat di rumah sakit mempunyai fungsi yang
berbeda sesuai dengan fungsi dan kewenangan yang ditetapkan oleh
Direktur.
7. Setiap komite akan dijabarkan dalam bagian tersendiri sesuai dengan
fungsi dan kewenangannya pada Peraturan Internal Korporasi.
8. Pengaturan mengenai Komite Medik akan diatur secara khusus dalam
bab tersendiri pada Peraturan Internal Staf Medis.
C. Komite Keperawatan
1. Ketua dan Anggota Komite Keperawatan diangkat dan diberhentikan
oleh Direktur untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun;
2. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan
bertanggung jawab langsung kepada Direktur;
3. Ketua dan Anggota Komite Keperawatan dapat diberhentikan pada
masa jabatannya apabila:
a. tidak melaksanakan tugas dengan baik;
b. tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
c. terlibat dalam tindakan yang merugikan rumah sakit;
d. dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana,
kejahatan dan atau kesalahan yang bersangkutan dengan kegiatan
rumah sakit;dan
e. adanya kebijakan dari pemilik rumah sakit.
4. Pemberhentian dengan alasan sebagaimana dimaksud pada angka 3
diberitahukan secara tertulis oleh Direktur kepada yang bersangkutan.
5. Tugas pokok dan fungsi Komite Keperawatan adalah :
a. menyusun dan menetapkan Standar Asuhan Keperawatan di rumah
sakit;
b. memantau pelaksanaan Asuhan Keperawatan;
c. menyusun model Praktek Keperawatan Profesional;
d. memantau dan membina perilaku etik dan profesional tenaga
keperawatan;
e. meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui peningkatan
pengetahuan dan keterampilan seiring kemajuan IPTEK yang
terintegrasi dengan perilaku yang baik;
f. bekerja sama dengan Direktur/Seksi Pelayanan dalam merencanakan
program untuk mengatur kewenangan profesi tenaga keperawatan
dalam melakukan Asuhan Keperawatan sejalan dengan rencana
strategis rumah sakit;
g. memberi rekomendasi dalam rangka pemberian kewenangan profesi
bagi tenaga keperawatan yang akan melakukan tindakan asuhan
keperawatan;dan
h. mengkoordinir kegiatan-kegiatan tenaga keperawatan, menyampaikan
laporan kegiatan Komite Keperawatan secara berkala (setahun sekali)
kepada seluruh tenaga keperawatan rumah sakit.
6. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada angka 5
Komite Keperawatan dapat melakukan koordinasi dengan unit kerja lain;
7. Hasil pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam angka 6
disampaikan secara tertulis kepada Direktur dalam bentuk laporan dan
rekomendasi;
8. Bahan pertimbangan berupa rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
angka 7 adalah berdasarkan penugasan dari Direktur.
A. Tujuan
1. KSMF adalah kelompok dokter yang bekerja di rumah sakit baik dokter
purna waktu maupun dokter paruh waktu (dokter umum, dokter gigi,
dokter spesialis dan sub spesialis serta dokter gigi spesialis) .
2. KSMF dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur.
3. KSMF terdiri dari minimal 2 (dua) dokter dengan Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP) yang sama.
4. KSMF yang kurang dari 2 (dua) dokter, maka dapat bergabung dengan
Kelompok Staf Medis Fungsional lainnya.
5. Kelompok Staf Medis Fungsional dipimpin oleh Ketua KSMF.
6. Pengangkatan dan pemberhentian Ketua KSMF dilakukan oleh Direktur
untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dengan mempertimbangkan
masukan atau usulan dari anggota Kelompok Staf Medis Fungsional.
7. Ketua KSMF bertanggungjawab kepada Direktur melalui Wakil Direktur
Pelayanan.
D. Mitra Bestari
4. DPJP terdiri dari DPJP pada pelayanan gawat darurat, DPJP pada
pelayanan rawat jalan dan DPJP pada pelayanan rawat inap.
5. DPJP pada pelayanan gawat darurat adalah staf medis yang bertugas
pada Instalasi Gawat Darurat saat itu dan berdasarkan ketentuan yang
diberlakukan.
6. DPJP pada pelayanan rawat jalan adalah staf medis yang bertugas pada
pelayanan rawat jalan dan berdasarkan ketentuan yang diberlakukan.
7. DPJP pada pelayanan rawat inap adalah staf medis yang bertugas pada
pelayanan rawat inap dan berdasarkan ketentuan yang diberlakukan.
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan DPJP ditetapkan oleh
Direktur.
BAB V
KEWENANGAN KLINIS (Clinical Previlege)
PENUGASAN KLINIS
(CLINICAL APPOINTMENT)
A. Umum
1. Komite Medik adalah organisasi non struktural yang dibentuk oleh
Direktur
2. Tugas Komite Medik adalah meningkatkan profesionalisme staf medis
dengan:
a. melakukan kredensial dan rekredensial seluruh staf medis;
b. memelihara mutu profesi staf medis dalam pelayanan, pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat; dan
c. menjaga disiplin, etika dan perilaku staf medis.
B. Rapat
1. Mekanisme pengambilan keputusan Komite Medik berdasarkan
pendekatan berbasis bukti (evidence-based).
2. Keputusan sebagaimana pada ayat (1) diputuskan melalui Rapat Komite
Medik dan Sub Komite.
3. Mekanisme jenis rapat dan pelaksanaan rapat tersebut diatur lebih
lanjut dalam Pedoman Rapat Pengambilan Keputusan Komite Medik.
BAB VIII
A. Subkomite Kredensial
15. Subkomite mutu profesi menentukan nama staf medis yang akan
mendampingi staf medis yang sedang mengalami sanksi disiplin /
mendapatkan pengurangan kewenangan klinis (clinical privilege).
16. Semua sumber daya yang dibutuhkan untuk proses pendampingan
(proctoring) difasilitasi dan dikoordinasikan bersama Wakil Direktur terkait.
C. Subkomite Etika Dan Disiplin Profesi
1. Subkomite etika dan disiplin profesi di rumah sakit terdiri atas sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang staf medis yang memiliki surat penugasan klinis
(clinical appointment) di Rumah Sakit dan berasal dari disiplin ilmu yang
berbeda.
2. Pengorganisasian subkomite etika dan disiplin profesi sekurang kurangnya
terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota, yang direkomendasikan oleh
dan bertanggungjawab kepada ketua komite medik.
3. Tugas subkomite etika dan disiplin profesi :
a. melakukan pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
b. melakukan upaya pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit;dan
c. memberikan nasehat dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
etis pada pelayanan medis pasien.
4. Tolok ukur yang menjadi dasar dalam upaya pendisiplinan perilaku
profesional staf medis, antara lain:
a. pedoman pelayanan kedokteran di rumah sakit;
b. prosedur kerja pelayanan di rumah sakit;
c. daftar kewenangan klinis di rumah sakit;
d. pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan medis
(white paper) di rumah sakit;
e. kode etik kedokteran Indonesia;
f. pedoman perilaku profesional kedokteran (buku penyelenggaraan
praktik kedokteran yang baik);
g. pedoman pelanggaran disiplin kedokteran yang berlaku di Indonesia;
h. pedoman pelayanan medik/klinik;dan
i. standar prosedur operasional asuhan medis.
a. 1 (satu) orang dari subkomite etik dan disiplin profesi yang memiliki
disiplin ilmu yang berbeda dari yang diperiksa;dan
b. 2 (dua) orang atau lebih staf medis dari disiplin ilmu yang sama dengan
yang diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit atau luar rumah
sakit, baik atas permintaan komite medik dengan persetujuan Direktur
rumah sakit atau Direktur rumah sakit terlapor.
6. Panel tersebut dapat juga melibatkan mitra bestari yang berasal dari luar
rumah sakit.
7. Pengikutsertaan mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit
mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh rumah sakit berdasarkan
rekomendasi Komite Medik.
8. Pelaksanaan pembinaan profesionalisme kedokteran dapat
diselenggarakan dalam bentuk ceramah, diskusi, simposium, lokakarya,
dan sebagainya yang dilakukan oleh unit kerja rumah sakit terkait seperti
bagian pendidikan dan penelitian, komite medik, dan unit terkait lainnya.
9. Staf medis dapat meminta pertimbangan pengambilan keputusan etis
pada suatu kasus pengobatan di rumah sakit melalui kelompok profesinya
kepada komite medik.
10. Subkomite etika dan disiplin profesi mengadakan pertemuan pembahasan
kasus etik dan/atau disiplin profesi dengan mengikutsertakan pihak- pihak
terkait yang berkompetensi untuk memberikan pertimbangan
pengambilan keputusan etis maupun disiplin profesi.
BAB IX
PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA KLINIS
(CLINICAL GOVERNANCE)
2. Dalam melaksanakan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis maka
rumah sakit wajib menyusun Kebijakan, Pedoman dan Standar Prosedur
Operasional sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
3. Seluruh aturan-aturan sebagaimana dimaksud pada angka 2, ditetapkan
oleh Direktur.
BAB X
AMANDEMEN/ PERUBAHAN
BUPATI PASER,
FAHMI FADLI