Kelompok 1 Ulumul Qur'an

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN, PERTUMBUHAN DAN PERKEBANGAN SERTA

URGENSI ULUMUL QUR’AH

Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Studi Qur’an dan Hadist

Pengampu : H. Edi Bachtiar, M. Ag

Disusun Oleh:

1. Ahmad Sofa Baihaqi (2210210001)


2. Riyan Amrissalam (2210210014)
3. Najwa Kharisma Maulida (2210210024)
4. Nurul Ula Khofiyatul Fida (2210210028)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

TAHUN 2023
1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
sehingga resume yang dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Studi Qur’an dan
Hadist dapat terselesaikan dengan lancar tanpa suatu halangan apapun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada H. Edi Bachtiar, M. Ag selaku dosen mata
kuliah Studi Qur’an dan Hadist yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kudus, 1 Juni 2023.

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................5
A. Pengertian Ulumul Qur’an..........................................................................................5
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Ulumul Qur’an..................................................6
C. Urgensi Ulumul Qur’an.............................................................................................12
BAB III PENUTUP.................................................................................................................14
A. KESIMPULAN...........................................................................................................14
B. SARAN........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an secara hak milik merupakan kitab suci milik umat Islam, akan tetapi
dari segi nilai manfaatnya, Al-Qur’an bermanfaat untuk semua umat manusia tidak
hanya umat Islam semata. Itu sejalan dengan kedatangan agama Islam sebagai agama
yang rahmatan lil ‘alamin. Kemanfaatan Al-Qur’an dapat diperoleh secara maksimal
apabila mampu menerangkan isi kandungan dari Al-Qur’an itu sendiri secara
komprehensif dan mendetail. Karena apabila Al-Qur’an tidak dapat diterangkan,
kemanfaatannya tidak dapat maksimal. Untuk mampu menerangkan isi kandungan
Al-Qur’an diperlukan kemampuan yang mumpuni. Mungkin semua orang mampu
berbicara tentang Al-Qur’an, akan tetapi tidak semua orang mampu berbicara secara
benar. Yang dimaksud dengan berbicara secara benar disini adalah membicarakan Al-
Qur’an berdasarkan keilmuan yang mumpuni, tidak hanya sekedar berbicara
sekehendak sendiri yang sering diintervensi oleh hawa nafsu.
Keilmuan yang bisa dikatakan sebagai bekal agar supaya mampu berbicara
tentang Al-Qur’an secara benar terangkum kedalam sebuah keilmuan yang lebih
dikenal dengan ‘Ulumul Qur’an. Disiplin ilmu Al-Qur’an (‘Ulumul Qur’an) bisa
dikatakan menjadi standar acuan menilai apakah orang yang berbicara tentang Al-
Qur’an tersebut patut dijadikan sebagai seorang panutan dalam memahami pesan-
pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ulumul Quran?
2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan ulumul qur’an?
3. Bagaimana urgensi ulumul qur’an?

C. Tujuan Rumusan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian ulumul qur’an
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ulumul qur’an
3. Untuk mengetahui urgensi ulumul qur’an

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ulumul Qur’an


Istilah “Ulumul Qur’an” berasal dari bhasa arab yang terdiri dari dua kata, yaitu
“ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata “Ulum” merupakan bentuk jamak dari kata “ilm” yang
meupakan bentuk Masdar (kata kerja yang dibendakan) yang artinya pemahaman dan
pengetahuan sesuai dengan makna dasarnya, yaitu “Al-fahmu wa Al-Idrak”.
Kemudian pengertiannya dikembangkan pada kajian berbagai masalah yang beragam
dengan standar ilmiah. Kata “ilm” juga berarti “idrak Al-syai’ bi haqiqatih”
(mengetahui sesuatu dengan sebenarnya).
Kata “ilm” berasal dari kata “alima-ya’lamu-‘ilman” yang berarti mendapatkan
atau mengetahui sesuatu dengan jelas atau menjangkau sesuatu dengan keadaan yang
sebenarnya. Ia berasal dari akar kata dengan huruf-huruf “ain”, “lam”, dan “mim”
yang berarti “asrun bi Al-syai’ yatamayyazu bihi ‘an gairihi” (keunggulan yang
menjadikan sesuatu berbeda dengan yang lainnya), atau “sesuatu yang jelas”, “bekas”
(hati, pikiran, pekerjaan, tingkah laku, dan karya-karya) sehingga sesuatu itu terlihat
dan diketahui sedemikian jelas, tanpa menimbulkan sedikitpun keraguan.
Sedangkan kata “Al-Qur’an” menurut ulama’ ushul fiqh dan ulama bahasa adalah
kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang lafadz-lafadznya
mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara
mutawatir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surah Al-Fatihah sampai surah
An-Nas, dengan demikian,’Ulumul Qur’an adalah ilmu-ilmu (pembahasan-
pembahasan) yang berkaitan dengan Al-Qur’an.1
Adapun ulumul qur’an dalam terminology para ahli ilmu-ilmu Al-Qur”an seperti
diformulasikan Muhammad Ali al-Shabuni dalam kitab At-Tibyan adalah:

‫ والرتتيب‬،‫ واجلمع‬،‫يقصد بعلوم القرآن األحباث اليت تتعلق هبذا الكتاب اجمليد اخلالد من حيث الرتول‬
‫والتدوين ومعرفة اسباب الرتول واملكي منه واملدىن ومعرفة الناسخ واملنسوخ واحملكم واملتشابه وغري‬
‫ذلك من األحباث الكثرية الىت تتعلق بالقرآن العظيم او هلا صلة به‬2
“Yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an ialah rangkaian pembahasan yang
berhubungan dengan Al-Qur’an yang agung yang kekal, baik dari segi (proses)

1
Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, bandung, remaja rosdakarya, hlm: 2-3
2
Muhammad ‘Ali al-shabuni, Al-Thibyan fi Ulum Al-Qur’an, 1401 H/1981 M, hlm:6

5
penurunan dan pengumpulan serta tertib urutan-urutan dan pembukuannya; maupun
dari sisi pengetahuan tentang sebab nuzul, makiyyah-madaniyyah, naskh-
mansukhnya, muhkam mutasyabihnya, dan berbagai pembahasan lain yang berkenaan
dengan Al-Qur’an atau yang berhubungan dengan Al-Qur’an.”

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Ulumul Qur’an

Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai macam cabang, Ulumul Qur’an tidak lahir
sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk
membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaannya dan dari segi pemahamannya. 3 karena itu,
sejarah Ulumul Qur’an, sebagaimana rumusan az- Zarqani, dapat diklarifikasikan
menjadi tiga tahap perjalanan sebagai berikut:4

1. Sebelum Masa Kodifikasi


Di masa Rasulullah SAW. Dan para sahabat, Ulumul Qur’an belum
dikenal sebagai sebuah ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis, para sahabat
adalah orang – orang Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab
yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasulullah, dan bila
menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat
menanyakannya langsung kepada rasulullah SAW.5
Pada masa Nabi dan Sahabat Ulumul Qur’an belum dikodifikasikan
karena, antara lain:
a. Pada umumnya para sahabat adalah ummi ( tidak dapat membaca dan
menulis), bahkan bahkan kurang mengenal adanya bacaan dan tulisan.
b. Alat-alat tulis tidak banyak terdapat dikalangan mereka sehingga mereka
menulis pada pelapah kurma, tulang belulang, kulit binatang, dan
semacamnya. Karena itu tidak mudah bagi mereka untuk membukukan
atau mengkodifikasi apa yang mereka dengar dari Rasulullah SAW.
c. Mereka dilarang menulis menulis sesuatu selain Al-Qur’an karena
dikhawatirkan tercampur aduk dengannya. Sebagaimana ditegaskan Nabi
SAW.

3
Ramli Abdul Wafid, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), Cet. IV, hlm. 15
4
Az-Zarqani, Manahil al-Irfan...., hlm. 47-60
5
Terkait dengan hal ini dapat dilihat, misalnya, pada Abdul Wahid Ramli, Ulumul Qur’an, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2002); Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1992); dan Abdul Halim M, Memahami
Al’Qur’an, (Bandung: Marja’,1999)

6
، ‫ َال َتْك ُتُبْو ا َعْىِّن‬: ‫َعْن َأىِب َس ِعْيٍد اُخْلْد ِر ي َأَّن َرُسْو َل اِهلل صل اهلل عليه وسلم َقاَل‬

)‫ ( رواه مسلم‬.‫َو َمْن َك َتَب َعْىِّن اْلُقْر آِن َفْلَيْمُحُه‬


Artinya : Dari Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Rasul SAW. Bersabda:
“Janganlah kalian menulis (apapum) dariku. Dan barangsiapa
menulis selain Al- Qur’an, maka sebaiknya ia menghapusnya.”
(HR Muslim)
d. Sahabat adalah orang Arab asli, sehingga mereka dapat menikmati Al-
Qur’an secara langsung dengan ketulusan jiwa, juga dapat menerima,
menyerap dan menyampaikan Al-Qur’an dengan cepat.6
Karena beberapa sebab itulah, Ulumul Qur’an pada masa ini
tidak ditulis. Kondisi seperti ini berlangsung selama sekitar dua masa
kepemimpinan khalifah rasyidah, Abu bakar Ash-Shiddiq dan Umar
bin Khattab. Dengan demikian, sahabat adalah generasi islam pertama
yang memiliki andil cukup signifikan dalam proses penyebaran ajaran
islam, termasuk di dalamnya, Ulumul Qur’an, secara talaqqi dan
syafawi, bukan tadwini dan kitabah (kodifikasi).
2. Permulaan Masa Kodifikasi
Pada era Khalifah Utsman bin Affan, wilayah Islam semakin
bertambah luas sehingga terjadi pembauran antara orang Arab dan bangsa-
bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab (‘ajam). Keadaan demikian
menimbulkan kekhawatiran sebagian sahabat akan tercemar keistimewaan
bahasa Arab, bahkan dikhawatirkan akan merusak qiro’ah Al-Qur’an yang
menjadi standar bacaan mereka. Umtuk mencegah kekhawatiran itu, disalinlah
dari tulisan-tulisan aslinya sebuah Al-Qur’an yang kemudian dikenal dengan
mushaf imam. Proses penyalinan Al-Qur’an ini dilakukan dengan model
tulisan ar-rasm al-utsmani. Model penulisan Al-Qur’an yang dikenal dengan
ilmu ar-rasm al-utsmani atau ilmu rasm Al-Qur’an inilah, yang disinyalir oleh
sebagian ulama sebagai dasar atau tonggak awal munculnya Ulumul Qur’an.7
Lalu pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, lahn ( keracunan) dalam
bahasa dan berbahasa Arab semakin tajam. Untuk membentengi bahasa Arab

6
Ahmad al-Sayyid al-Kumi, Ulumul Qur’an, (Cairo: Universitas Al-Azhar Fakultas Ushuluddin, 1982), hlm. 14
7
Az-Zarqani, Manahil al-Irfan...., hlm. 30

7
dan tentunya Al-Qur’an dari berbagai kesalahan bacaan, maka Ali
memerintahkan Abu Al-Aswad ad-Du’ali untuk membuat kaidah atau
gramatikal bahasa Arab. Karena peristiwa ini, sebagian ahli kemudian
menyebut Ali sebagai pencetus ilmu Nahwu (gramatikal) atau ilmu I’rab Al-
Qur’an.
Dari uraian di atas, secara garis besar dapat dikatakan bahwa, perhatian
para pembesar sahabat dan tabi’in waktu itu menyebarkan Ulumul Qur’an
secara riwayat dan talqin ( dari lisan ke lisan), bukan dengan tulisan atau
tadwin (kodifikasi). Dengan demikian, apa yang mereka lakukan dapat
dikatakan sebagai permulaan proses penulisan atau kodifikasi Ulumul Qur’an.
Di antara sahabat yang memiliki andil besar dalam proses periwayatan
Ulumul Qur’an dari lisan ke lisan adalah empat khalifah rasyidin, Ibnu Abbas,
Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al-Asy’aei, dan Abdullah bin
Zubair. Sedangkan dari kalangan tabi’in adalah Mujahid, ‘Atha’ Ikrimah,
Qatadah, al-Hasan al-Bashri, Sa;id bin Jubair, dan Zaid bin Aslam.
Mereka semua adalah para tokoh peletak batu pertama ilmu tafsir, ilmu
asbabun nuzul, ilmu nasikh mansukh, ilmu gharib al-Qur’an, dan sebagainya
yang notabenya adalah bagian dari disiplin ilmu Ulumul Qur’an.
3. Masa Kodifikasi
Kemudian datanglah masa kodifikasi. Di era ini, berbagai kitab tentang
Ulumul Qur’an pun ditulis dan dikodifikasikan. Adapun para penulis
pertama dalam bidang tafsir adalah Syu’bah bin al-Hajjaj (160 H),
Sufyan bin ‘Uyainah (198 H), dan Wali bin al-Jarrah (197 H). Tafsir-
tafsir mereka berisi tentang pandangan dan pendapat para sahabat dan
tabi’in.8
Kemudian pada abad ke-3 Hijriyah muncul tokoh tafsir pertama
yang membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih sebagiannya. Ia
adalah Ibnu Jarir at- Thabari (310 H) dengan kitabnya, Jami’ al-
Bayyan fi Tafsir Ayi al-Qur’an. Kemudian proses penulisan tafsir ini
terus berlangsung hingga era sekarang ini, tentu dengan karakter dan
model yang berbeda-beda antara satu dengan masa yang lainnya.9
8
Terkait dengan hal ini dilihat, misalnya, pada Abdul Wahid Ramli,Ulumul Qur’an, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2002),
hlm.17, Manna al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum al-Qur’an, (Riyadh: Daar al-Rasyid, t,th.), hlm. 11, dan Ahmad al-Sayyid al-
Kumi, Ulum Qur’anI, (Cairo: Universitas Al-Azhar Fakultas Ushuludin, 1982), hlm.15
9
Secara lebih mendalam dapat dilihat pada az-Zarqani, Manahil al- Irfan...., hlm. 49-50

8
Adapun terkait dengan cabang Ulumul Qur’an, ada beberapa
ulama yang tercatat sebagai pioner dalam proses kodifikasi, antara lain:
a. Abad ke-2 Hijriyah antara lain :
1) Hasan al-Basri (w. 110 H) mengarang kitab yang berkaitan
dengan Qira’at.
2) Atha’ bin Abi Rabah (w. 114 H) menyusun kitab Gharib al-
Qur’an.
3) Qatadah bin Di’mah as-Sadusi ( w. 117) menulis kitab yang
berkaitan dengan nasikh manasukh.
b. Abad ke-3 Hijriyah, antara lain:
1) Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (w. 224 H), mengarang
kitab yang berkaitan dengan nasikh manasukh.
2) Ali bin al-Madini (w. 234 H) menulis kitab Ta’wil Musykil
Al-Qur’an dan Tafsir Gharib al- Qur’an.
c. Abad ke-4 Hijriyah, antara lain:
1) Abu Ishaq az-Zajjaj (w. 331 H) menulis tentang I’rab al-
Qur’an.
2) Ibnu Darastuwiyah (w. 330 H) menulis tentang I’jaz al-Qur’an.
3) Abu bakar as-Sajistani (w. 330 H) menulis Tafsir Gharib al-
Qur’an.
4) Abu bakar al-Baqillani (w. 303 H) menulis tentang I’jaz al-
Qur’an.
d. Abad ke-5 Hijriyah, antara lain:
1) Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (w. 430) menulis tentang
I’rab al-Qur’an.
2) Al-Mawardi (w.450 H) menulis Amtsal al-Qur’an.
3) Abu al-Hasan al-Wahidi (w.767 H) menulis Asbab an-Nuzul.
4) Ibnu Naqiyah (w. 485) menulis kitab al-Juman fi Tasybihat al-
Qur’an.

e. Abad ke-6 Hijriyah, antara lain:


1) Al-karmani (w. Sesudah tahun 500H) menyusun kitab al-
Burhan fi Mutasyabih al-Qur’an.

9
2) Ar-Raghib al-Ashfahani (w. 502 H) menyusun kitab al-
Mufrodat fi Gharib al-Qur’an.
3) Ibnu al-Badzisyi (w. 540 H) menyusun kitab al-Iqna fi Qira’at
as-Sabi’.
4) As-Suhaili (w.581 H) menyusun kitab Mubhamat al-Qur’an.
f. Abad ke-7 Hijriya, antara lain:
1) Alam ad-Din as-Sakhawi, menyusun kitab tentang qira’at.
2) Al-‘Iz bin Abdussalam (w. 660 H) menulis Majaz Al-Qur’an.
3) Ibnu Abi al-Ashba (w. 645 H) menyusun kitab Bada’i al-
Qur’an.
4) Muhammad bin Abu Bakar ar-Razi (w. 660 H) menyusun
As’illat al-Qur’an wa Ajwibatuha.
g. Abad ke-8 Hijriyah, antara lain:
1) Ibnu al-Qayyim (w. 751 H) menyusun kitab At-Tibyan fi
Aqsam al-Qur’an.
2) Al- Kharraz (w. 711 H) menyusun kitab Maurid al-Zham’an fi
Rasm Ahruf al-Qur’an.
3) At- Thufi (w. 706 H) menyusun kitab al-Iksir fi Ilm at-Tafsir.
4) Abu Hayyan an-Nahawi (w. 745 H) menyusun kitab Lughat al-
Qur’an.
5) Ibnu Katsir (w. 774 H) menyusun kitab Fadha’il al-Qur’an.
6) Badruddin az-Zarkasyi (w.794 H) menulis kitab al-Burhan fi
Ulum al-Qur’an, terdiri dari 4 jilid dan dikaji ulang oleh
Muhammad Abu al-Fadhl Ibrahim. Badruddin termasuk penulis
terbaik dalam ‘ulum Al-Qur’an, terindah tata bahasanya dan
sistematis penulisannya.
h. Abad ke-9 Hijriyah, antara lain:
1) Ibnu Hajar (w.852 H) menulis tentang Asbab an-Nuzul.
2) Al-Kaffaji (w.879 H) menulis kitab at-Tafsir Quwa’id ‘Ilm at-
Tafsir.I
3) As-Suyuthi (w. 879 H) menulis kitab Mufhimat al-Aqran fi
Mubhamat al-Qur’an, Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul, at-
Tahbir fi ulum at-Tafsir. Dalam kitab ini terdapat 102 macam

10
ilmu-ilmu al-Qur’an. Lalu as-Suyuthi menulis lagi sebuah kitab
yang berjudul al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an yang menyebutkan
80 jenis ilmu-ilmu Al-Qur’an secara ringkas dan padat.
i. Abad ke-10 Hijriyah, antara lain:
1) Al-qasthalani (w. 923 H) menulis kitab Lathaif al-Isyarat fi
‘Ilm al-Qira’at.
2) Abu Yahya Zakariya al-Anshari (w. 926 H) menulis kitab Fath
ar-Rahman bi Kasyfi ma Yaltabisu fi al-Qur’an.
3) Ibnu as-Syahnah (w. 921 H) menulis tentang Gharib al-
Qur’an.
j. Abad ke-11 Hijriyah, antara lain:
1) Al-Banna’ (w.1117 H) menyusun Ittihaf Fudhala’i al-Basyar fi
Qira’at al-Arba’- ‘Asyar.
2) As- Syaikh Mar’i al-Karami (w. 1033 H) menyusun kitab
Qala’id al- Marjan fi an-Nasikh wa al-Mansukh min al-
Qur’an.
3) Ahmad bin Muhammad al- Maqarri (w. 1041 H) menyusun
kitab I’rab al-Qur’an.
k. Abad ke-12 Hijriyah, antara lain:
1) Abd al-Ghina an-Nablisi (w. 1143 H) menulis kitab Kifayat al-
Mustafid fi ‘Ilm at- Tajwid.
2) Al- Jamzuri (w. 1197 H) menulis kitab Tuhfat al-Athfal wa al-
Gilman fi Tajwid al-Qur’an.
3) Muhammad bin Abdul Wahhab (w. 1206 H) menulis kitab
Fadha’i al-Qur’an.
l. Abad ke-13 Hijriyyah, antara lain :
1) Ad-Dimyathi (w.1287 H) menulis kitab Risalat fi Mabadi’i at-
Tafsir.
2) Al-Harrani (hidup sekitar 1286 H) menulis kitab al-Jauhar al-
Farid fi Rasm Al-Qur’an al-Majid.
3) Ibnu Hamid al-‘Amiri (w. 1295 H) menulis kitab an-Nasikh
wa al- Mansukh.

11
m. Abad ke-14 Hijriyah, antara lain:
1) Musthafa Shadiq ar0Rafi’i (w. 1356 H) menulis kitab I’jaz al-
Qur’an wa al-balaghat al-Nabawiyah.
2) Dr. Muhammad Abdullah Darraz (w.1377 H) menulis kitab
An-Naba’ al-Azhim.
3) Sayyid Quthub (w. 1387 H) menulis kitab at-Tashwir al-Fanni
fi al-Qur’an dan Masyahid al-Qiyamah fi al-Qur’an.
4) Muhammad Husain adz-Dzahabi (w. 1397 H) menulis kitab at-
Tafsir wa al-Mufassirun.10
Itulah para ulama dan karya-karya yang terkait dengan
pembahasan Ulumul Quran di masa lampau yang relatif cukup
banyak jumlahnya. Dengan beredarnya karya-karya tersebut,
maka berbagai karya terkait dengan disiplin ilmu Ulumul
Quran pun semakin banyak ditemukan. Selanjutnya, cabang
ilmu Ulumul Quran terus berkembang pesat dengan lahirnya
tokoh-tokoh yang selalu melahirkan sebuah karyanya untuk
terus melengkapi pembahasan-pembahasan yang berhubungan
dengan ilmu tersebut.

C. Urgensi Ulumul Qur’an


Mempelajari ulumul qur’an merupakan suatu hal yang penting, ululmul qur’an
ibarat perangkat ilmu kedokteran secara umum yang harus dimiliki oleh semua dan
setiap dokter baik itu dokter umum atau lebih-lebih dokter spesialis. Tanpa ilmu
kedokteran umum, seorang dokter bedah misalnya mustahil bisa melakukan operasi
terhadap pasiennya. Demikian pula seorang mufassir Al-Qur’an yang mustahil bisa
menafsirkan Al-Qur’an apalagi membedahnya secara luas dan detail tanpa mengenali
atau tepatnya menguasai lebih jauh ilmu-ilmu Al-Qur’an yang bersifat umum dan
meluas itu. Sebab, ilmu tafsir sendiri meskipun bisa dijuluki sebagai roh ‘ulumul
Qur’an, tetap saja memiliki ketergantungan dengan ilmu-ilmu Al-Qur’an yang
lainnya.
Seperti disinggung Ketika membahas tentang tujuan dan kegunaan mempelajari
Ulumul Qur’an, urgensi ‘ulumul Qur’an akan dirasakan manfaat dan dampak

10
Lihat fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi,Ulum Qur’an (Studi Kompleksitas Al-Qur’an), (Yogyakarta: Titian Ilaih Press,
1999), hlm. 62-65, secara lebih mendalam dapat dilihat pada az-Zarqani,Manahil al-‘Irfan...., hlm. 49-50

12
posititfnya di saat-saat kita menafsirkan ayat demi ayat Al-Qur’an dengan bantuan
ulumul Qur’an. Ruang lingkup ulumul qur’an yang nyaris tidak terbatas, itu akan
memudahkan siapapun dalam membedah Al-Qur’an dari berbagai aspeknya. Satu hal
yang layak untuk diinginkan disini ialah bahwa yang dimaksud dengan ulumul Qur’an
tidak sebatas apalagi dibatasi dengan ilmu-ilmu yang bersifat keislaman semata; akan
tetapi, juga meliputi bidang-bidang sains dan teknologi yang juga sangat membantu
memahami maksud Al-Qur’an.11

11
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Depok: Rajagrafindo Persada, 2019, hlm: 16-17

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah “Ulumul Qur’an” berasal dari bhasa arab yang terdiri dari dua kata,
yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata “Ulum” merupakan bentuk jamak dari kata
“ilm” yang meupakan bentuk Masdar (kata kerja yang dibendakan) yang artinya
pemahaman dan pengetahuan sesuai dengan makna dasarnya, yaitu “Al-fahmu wa
Al-Idrak”.
Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai macam cabang, Ulumul Qur’an tidak
lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui
proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan
untuk membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaannya dan dari segi
pemahamannya.
Mempelajari ulumul qur’an merupakan suatu hal yang penting, ululmul qur’an
ibarat perangkat ilmu kedokteran secara umum yang harus dimiliki oleh semua
dan setiap dokter baik itu dokter umum atau lebih-lebih dokter spesialis.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetaahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasiuntuk kedepannya. Sehingga bisa terus
menghasilka penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

14
Hermawan, Acep. Ulumul Quran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.

Shabuni, al, Muhammad Ali. Al-tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Beirut-Lubnan: Muassasah


Manahil al-‘Irfan, 1401 H/1981 M

Amin Suma, Muhammad. Ulumul Qur’an. Depok. Rajagrafindo Persada. 2019.

Anshori, Haji Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, Jakarta: Rajawali
Pers,2016.

Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi,Ulum Qur’an (Studi Kompleksitas Al-Qur’an),


(Yogyakarta: Titian Ilaih Press, 1999),

15

Anda mungkin juga menyukai