Kelompok 1 Ulumul Qur'an
Kelompok 1 Ulumul Qur'an
Kelompok 1 Ulumul Qur'an
Disusun Oleh:
TAHUN 2023
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
sehingga resume yang dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Studi Qur’an dan
Hadist dapat terselesaikan dengan lancar tanpa suatu halangan apapun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada H. Edi Bachtiar, M. Ag selaku dosen mata
kuliah Studi Qur’an dan Hadist yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................5
A. Pengertian Ulumul Qur’an..........................................................................................5
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Ulumul Qur’an..................................................6
C. Urgensi Ulumul Qur’an.............................................................................................12
BAB III PENUTUP.................................................................................................................14
A. KESIMPULAN...........................................................................................................14
B. SARAN........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an secara hak milik merupakan kitab suci milik umat Islam, akan tetapi
dari segi nilai manfaatnya, Al-Qur’an bermanfaat untuk semua umat manusia tidak
hanya umat Islam semata. Itu sejalan dengan kedatangan agama Islam sebagai agama
yang rahmatan lil ‘alamin. Kemanfaatan Al-Qur’an dapat diperoleh secara maksimal
apabila mampu menerangkan isi kandungan dari Al-Qur’an itu sendiri secara
komprehensif dan mendetail. Karena apabila Al-Qur’an tidak dapat diterangkan,
kemanfaatannya tidak dapat maksimal. Untuk mampu menerangkan isi kandungan
Al-Qur’an diperlukan kemampuan yang mumpuni. Mungkin semua orang mampu
berbicara tentang Al-Qur’an, akan tetapi tidak semua orang mampu berbicara secara
benar. Yang dimaksud dengan berbicara secara benar disini adalah membicarakan Al-
Qur’an berdasarkan keilmuan yang mumpuni, tidak hanya sekedar berbicara
sekehendak sendiri yang sering diintervensi oleh hawa nafsu.
Keilmuan yang bisa dikatakan sebagai bekal agar supaya mampu berbicara
tentang Al-Qur’an secara benar terangkum kedalam sebuah keilmuan yang lebih
dikenal dengan ‘Ulumul Qur’an. Disiplin ilmu Al-Qur’an (‘Ulumul Qur’an) bisa
dikatakan menjadi standar acuan menilai apakah orang yang berbicara tentang Al-
Qur’an tersebut patut dijadikan sebagai seorang panutan dalam memahami pesan-
pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ulumul Quran?
2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan ulumul qur’an?
3. Bagaimana urgensi ulumul qur’an?
4
BAB II
PEMBAHASAN
والرتتيب، واجلمع،يقصد بعلوم القرآن األحباث اليت تتعلق هبذا الكتاب اجمليد اخلالد من حيث الرتول
والتدوين ومعرفة اسباب الرتول واملكي منه واملدىن ومعرفة الناسخ واملنسوخ واحملكم واملتشابه وغري
ذلك من األحباث الكثرية الىت تتعلق بالقرآن العظيم او هلا صلة به2
“Yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an ialah rangkaian pembahasan yang
berhubungan dengan Al-Qur’an yang agung yang kekal, baik dari segi (proses)
1
Acep Hermawan, ‘Ulumul Qur’an, bandung, remaja rosdakarya, hlm: 2-3
2
Muhammad ‘Ali al-shabuni, Al-Thibyan fi Ulum Al-Qur’an, 1401 H/1981 M, hlm:6
5
penurunan dan pengumpulan serta tertib urutan-urutan dan pembukuannya; maupun
dari sisi pengetahuan tentang sebab nuzul, makiyyah-madaniyyah, naskh-
mansukhnya, muhkam mutasyabihnya, dan berbagai pembahasan lain yang berkenaan
dengan Al-Qur’an atau yang berhubungan dengan Al-Qur’an.”
Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai macam cabang, Ulumul Qur’an tidak lahir
sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses
pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk
membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaannya dan dari segi pemahamannya. 3 karena itu,
sejarah Ulumul Qur’an, sebagaimana rumusan az- Zarqani, dapat diklarifikasikan
menjadi tiga tahap perjalanan sebagai berikut:4
3
Ramli Abdul Wafid, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), Cet. IV, hlm. 15
4
Az-Zarqani, Manahil al-Irfan...., hlm. 47-60
5
Terkait dengan hal ini dapat dilihat, misalnya, pada Abdul Wahid Ramli, Ulumul Qur’an, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2002); Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1992); dan Abdul Halim M, Memahami
Al’Qur’an, (Bandung: Marja’,1999)
6
، َال َتْك ُتُبْو ا َعْىِّن: َعْن َأىِب َس ِعْيٍد اُخْلْد ِر ي َأَّن َرُسْو َل اِهلل صل اهلل عليه وسلم َقاَل
6
Ahmad al-Sayyid al-Kumi, Ulumul Qur’an, (Cairo: Universitas Al-Azhar Fakultas Ushuluddin, 1982), hlm. 14
7
Az-Zarqani, Manahil al-Irfan...., hlm. 30
7
dan tentunya Al-Qur’an dari berbagai kesalahan bacaan, maka Ali
memerintahkan Abu Al-Aswad ad-Du’ali untuk membuat kaidah atau
gramatikal bahasa Arab. Karena peristiwa ini, sebagian ahli kemudian
menyebut Ali sebagai pencetus ilmu Nahwu (gramatikal) atau ilmu I’rab Al-
Qur’an.
Dari uraian di atas, secara garis besar dapat dikatakan bahwa, perhatian
para pembesar sahabat dan tabi’in waktu itu menyebarkan Ulumul Qur’an
secara riwayat dan talqin ( dari lisan ke lisan), bukan dengan tulisan atau
tadwin (kodifikasi). Dengan demikian, apa yang mereka lakukan dapat
dikatakan sebagai permulaan proses penulisan atau kodifikasi Ulumul Qur’an.
Di antara sahabat yang memiliki andil besar dalam proses periwayatan
Ulumul Qur’an dari lisan ke lisan adalah empat khalifah rasyidin, Ibnu Abbas,
Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al-Asy’aei, dan Abdullah bin
Zubair. Sedangkan dari kalangan tabi’in adalah Mujahid, ‘Atha’ Ikrimah,
Qatadah, al-Hasan al-Bashri, Sa;id bin Jubair, dan Zaid bin Aslam.
Mereka semua adalah para tokoh peletak batu pertama ilmu tafsir, ilmu
asbabun nuzul, ilmu nasikh mansukh, ilmu gharib al-Qur’an, dan sebagainya
yang notabenya adalah bagian dari disiplin ilmu Ulumul Qur’an.
3. Masa Kodifikasi
Kemudian datanglah masa kodifikasi. Di era ini, berbagai kitab tentang
Ulumul Qur’an pun ditulis dan dikodifikasikan. Adapun para penulis
pertama dalam bidang tafsir adalah Syu’bah bin al-Hajjaj (160 H),
Sufyan bin ‘Uyainah (198 H), dan Wali bin al-Jarrah (197 H). Tafsir-
tafsir mereka berisi tentang pandangan dan pendapat para sahabat dan
tabi’in.8
Kemudian pada abad ke-3 Hijriyah muncul tokoh tafsir pertama
yang membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih sebagiannya. Ia
adalah Ibnu Jarir at- Thabari (310 H) dengan kitabnya, Jami’ al-
Bayyan fi Tafsir Ayi al-Qur’an. Kemudian proses penulisan tafsir ini
terus berlangsung hingga era sekarang ini, tentu dengan karakter dan
model yang berbeda-beda antara satu dengan masa yang lainnya.9
8
Terkait dengan hal ini dilihat, misalnya, pada Abdul Wahid Ramli,Ulumul Qur’an, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2002),
hlm.17, Manna al-Qaththan, Mabahits Fi Ulum al-Qur’an, (Riyadh: Daar al-Rasyid, t,th.), hlm. 11, dan Ahmad al-Sayyid al-
Kumi, Ulum Qur’anI, (Cairo: Universitas Al-Azhar Fakultas Ushuludin, 1982), hlm.15
9
Secara lebih mendalam dapat dilihat pada az-Zarqani, Manahil al- Irfan...., hlm. 49-50
8
Adapun terkait dengan cabang Ulumul Qur’an, ada beberapa
ulama yang tercatat sebagai pioner dalam proses kodifikasi, antara lain:
a. Abad ke-2 Hijriyah antara lain :
1) Hasan al-Basri (w. 110 H) mengarang kitab yang berkaitan
dengan Qira’at.
2) Atha’ bin Abi Rabah (w. 114 H) menyusun kitab Gharib al-
Qur’an.
3) Qatadah bin Di’mah as-Sadusi ( w. 117) menulis kitab yang
berkaitan dengan nasikh manasukh.
b. Abad ke-3 Hijriyah, antara lain:
1) Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (w. 224 H), mengarang
kitab yang berkaitan dengan nasikh manasukh.
2) Ali bin al-Madini (w. 234 H) menulis kitab Ta’wil Musykil
Al-Qur’an dan Tafsir Gharib al- Qur’an.
c. Abad ke-4 Hijriyah, antara lain:
1) Abu Ishaq az-Zajjaj (w. 331 H) menulis tentang I’rab al-
Qur’an.
2) Ibnu Darastuwiyah (w. 330 H) menulis tentang I’jaz al-Qur’an.
3) Abu bakar as-Sajistani (w. 330 H) menulis Tafsir Gharib al-
Qur’an.
4) Abu bakar al-Baqillani (w. 303 H) menulis tentang I’jaz al-
Qur’an.
d. Abad ke-5 Hijriyah, antara lain:
1) Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (w. 430) menulis tentang
I’rab al-Qur’an.
2) Al-Mawardi (w.450 H) menulis Amtsal al-Qur’an.
3) Abu al-Hasan al-Wahidi (w.767 H) menulis Asbab an-Nuzul.
4) Ibnu Naqiyah (w. 485) menulis kitab al-Juman fi Tasybihat al-
Qur’an.
9
2) Ar-Raghib al-Ashfahani (w. 502 H) menyusun kitab al-
Mufrodat fi Gharib al-Qur’an.
3) Ibnu al-Badzisyi (w. 540 H) menyusun kitab al-Iqna fi Qira’at
as-Sabi’.
4) As-Suhaili (w.581 H) menyusun kitab Mubhamat al-Qur’an.
f. Abad ke-7 Hijriya, antara lain:
1) Alam ad-Din as-Sakhawi, menyusun kitab tentang qira’at.
2) Al-‘Iz bin Abdussalam (w. 660 H) menulis Majaz Al-Qur’an.
3) Ibnu Abi al-Ashba (w. 645 H) menyusun kitab Bada’i al-
Qur’an.
4) Muhammad bin Abu Bakar ar-Razi (w. 660 H) menyusun
As’illat al-Qur’an wa Ajwibatuha.
g. Abad ke-8 Hijriyah, antara lain:
1) Ibnu al-Qayyim (w. 751 H) menyusun kitab At-Tibyan fi
Aqsam al-Qur’an.
2) Al- Kharraz (w. 711 H) menyusun kitab Maurid al-Zham’an fi
Rasm Ahruf al-Qur’an.
3) At- Thufi (w. 706 H) menyusun kitab al-Iksir fi Ilm at-Tafsir.
4) Abu Hayyan an-Nahawi (w. 745 H) menyusun kitab Lughat al-
Qur’an.
5) Ibnu Katsir (w. 774 H) menyusun kitab Fadha’il al-Qur’an.
6) Badruddin az-Zarkasyi (w.794 H) menulis kitab al-Burhan fi
Ulum al-Qur’an, terdiri dari 4 jilid dan dikaji ulang oleh
Muhammad Abu al-Fadhl Ibrahim. Badruddin termasuk penulis
terbaik dalam ‘ulum Al-Qur’an, terindah tata bahasanya dan
sistematis penulisannya.
h. Abad ke-9 Hijriyah, antara lain:
1) Ibnu Hajar (w.852 H) menulis tentang Asbab an-Nuzul.
2) Al-Kaffaji (w.879 H) menulis kitab at-Tafsir Quwa’id ‘Ilm at-
Tafsir.I
3) As-Suyuthi (w. 879 H) menulis kitab Mufhimat al-Aqran fi
Mubhamat al-Qur’an, Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul, at-
Tahbir fi ulum at-Tafsir. Dalam kitab ini terdapat 102 macam
10
ilmu-ilmu al-Qur’an. Lalu as-Suyuthi menulis lagi sebuah kitab
yang berjudul al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an yang menyebutkan
80 jenis ilmu-ilmu Al-Qur’an secara ringkas dan padat.
i. Abad ke-10 Hijriyah, antara lain:
1) Al-qasthalani (w. 923 H) menulis kitab Lathaif al-Isyarat fi
‘Ilm al-Qira’at.
2) Abu Yahya Zakariya al-Anshari (w. 926 H) menulis kitab Fath
ar-Rahman bi Kasyfi ma Yaltabisu fi al-Qur’an.
3) Ibnu as-Syahnah (w. 921 H) menulis tentang Gharib al-
Qur’an.
j. Abad ke-11 Hijriyah, antara lain:
1) Al-Banna’ (w.1117 H) menyusun Ittihaf Fudhala’i al-Basyar fi
Qira’at al-Arba’- ‘Asyar.
2) As- Syaikh Mar’i al-Karami (w. 1033 H) menyusun kitab
Qala’id al- Marjan fi an-Nasikh wa al-Mansukh min al-
Qur’an.
3) Ahmad bin Muhammad al- Maqarri (w. 1041 H) menyusun
kitab I’rab al-Qur’an.
k. Abad ke-12 Hijriyah, antara lain:
1) Abd al-Ghina an-Nablisi (w. 1143 H) menulis kitab Kifayat al-
Mustafid fi ‘Ilm at- Tajwid.
2) Al- Jamzuri (w. 1197 H) menulis kitab Tuhfat al-Athfal wa al-
Gilman fi Tajwid al-Qur’an.
3) Muhammad bin Abdul Wahhab (w. 1206 H) menulis kitab
Fadha’i al-Qur’an.
l. Abad ke-13 Hijriyyah, antara lain :
1) Ad-Dimyathi (w.1287 H) menulis kitab Risalat fi Mabadi’i at-
Tafsir.
2) Al-Harrani (hidup sekitar 1286 H) menulis kitab al-Jauhar al-
Farid fi Rasm Al-Qur’an al-Majid.
3) Ibnu Hamid al-‘Amiri (w. 1295 H) menulis kitab an-Nasikh
wa al- Mansukh.
11
m. Abad ke-14 Hijriyah, antara lain:
1) Musthafa Shadiq ar0Rafi’i (w. 1356 H) menulis kitab I’jaz al-
Qur’an wa al-balaghat al-Nabawiyah.
2) Dr. Muhammad Abdullah Darraz (w.1377 H) menulis kitab
An-Naba’ al-Azhim.
3) Sayyid Quthub (w. 1387 H) menulis kitab at-Tashwir al-Fanni
fi al-Qur’an dan Masyahid al-Qiyamah fi al-Qur’an.
4) Muhammad Husain adz-Dzahabi (w. 1397 H) menulis kitab at-
Tafsir wa al-Mufassirun.10
Itulah para ulama dan karya-karya yang terkait dengan
pembahasan Ulumul Quran di masa lampau yang relatif cukup
banyak jumlahnya. Dengan beredarnya karya-karya tersebut,
maka berbagai karya terkait dengan disiplin ilmu Ulumul
Quran pun semakin banyak ditemukan. Selanjutnya, cabang
ilmu Ulumul Quran terus berkembang pesat dengan lahirnya
tokoh-tokoh yang selalu melahirkan sebuah karyanya untuk
terus melengkapi pembahasan-pembahasan yang berhubungan
dengan ilmu tersebut.
10
Lihat fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi,Ulum Qur’an (Studi Kompleksitas Al-Qur’an), (Yogyakarta: Titian Ilaih Press,
1999), hlm. 62-65, secara lebih mendalam dapat dilihat pada az-Zarqani,Manahil al-‘Irfan...., hlm. 49-50
12
posititfnya di saat-saat kita menafsirkan ayat demi ayat Al-Qur’an dengan bantuan
ulumul Qur’an. Ruang lingkup ulumul qur’an yang nyaris tidak terbatas, itu akan
memudahkan siapapun dalam membedah Al-Qur’an dari berbagai aspeknya. Satu hal
yang layak untuk diinginkan disini ialah bahwa yang dimaksud dengan ulumul Qur’an
tidak sebatas apalagi dibatasi dengan ilmu-ilmu yang bersifat keislaman semata; akan
tetapi, juga meliputi bidang-bidang sains dan teknologi yang juga sangat membantu
memahami maksud Al-Qur’an.11
11
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, Depok: Rajagrafindo Persada, 2019, hlm: 16-17
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah “Ulumul Qur’an” berasal dari bhasa arab yang terdiri dari dua kata,
yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata “Ulum” merupakan bentuk jamak dari kata
“ilm” yang meupakan bentuk Masdar (kata kerja yang dibendakan) yang artinya
pemahaman dan pengetahuan sesuai dengan makna dasarnya, yaitu “Al-fahmu wa
Al-Idrak”.
Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai macam cabang, Ulumul Qur’an tidak
lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui
proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan
untuk membenahi Al-Qur’an dari segi keberadaannya dan dari segi
pemahamannya.
Mempelajari ulumul qur’an merupakan suatu hal yang penting, ululmul qur’an
ibarat perangkat ilmu kedokteran secara umum yang harus dimiliki oleh semua
dan setiap dokter baik itu dokter umum atau lebih-lebih dokter spesialis.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetaahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasiuntuk kedepannya. Sehingga bisa terus
menghasilka penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA
14
Hermawan, Acep. Ulumul Quran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.
Anshori, Haji Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, Jakarta: Rajawali
Pers,2016.
15