Pancasila 3

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

PANCASILA SEBAGAI

IDEOLOGI NEGARA
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
• Ideologi merupakan kerangka penyelenggaraan negara untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
• Ideologi bangsa adalah cara pandang suatu bangsa dalam menyelenggarakan negaranya.
• Ideologi adalah suatu sistem nilai yang terdiri atas nilai dasar yang menjadi cita-cita dan nilai
instrumental yang berfungsi sebagai metode atau cara mewujudkan cita-cita tersebut.
Ideologi mempunyai beberapa fungsi, yaitu memberikan:
1. Struktur kognitif, yaitu keseluruhan pengetahuan yang didapat merupakan landasan untuk memahami
dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian dalam alam sekitarnya.
2. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan tujuan
dalam kehidupan manusia.
3. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan bertindak.
4. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
5. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan
mencapai tujuannya.
6. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta memolakan tingkah
lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di dalamnya.
• Perhimpunan Indonesia (PI) yang dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta (1926-1931) di Belanda, sejak 1924
mulai merumuskan konsepsi ideologi politiknya, bahwa tujuan kemerdekaan politik haruslah
didasarkan pada empat prinsip: persatuan nasional, solidaritas, nonkooperaif, dan kemandirian.
• Soepomo, dalam siding BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945, memberikan tiga pilihan ideologi, yaitu: (1)
paham individualisme, (2) paham kolektivisme dan (3) paham integralistik. Beliau dengan sangat
meyakinkan menolak paham individualisme dan kolektivisme, dan menyarankan paham integralistik
yang dinilai sesuai dengan semangat kekeluargaan yang berkembang di pedesaan.
• Pancasila sebagai ideologi Indonesia mempunyai ajaran-ajaran yang mengandung nilai-nilai yang
terkandung dalam ideologi lain. Pancasila bahkan dipuji oleh seorang filsuf Inggris, yang menyatakan
bahwa Pancasila sebagai sintesis kreatif antara ideologi demokrasi kapitalis dengan Manifesto Komunis.
Pancasila dan Liberalisme
• Periode 1950-1959 disebut periode pemerintahan demokrasi liberal, dengan sistem parlementer.
• Indonesia tidak menerima liberalisme dikarenakan individualisme Barat yang mengutamakan
kebebasan makhluknya, sedangkan paham integralistik yang kita anut memandang manusia sebagai
individu dan sekaligus juga makhluk sosial. Negara demokrasi model Barat lazimnya bersifat sekuler,
dan hal ini tidak dikehendaki oleh segenap elemen bangsa Indonesia.
• Negara liberal memberi kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah
sesuai dengan agamanya masing-masing. Namun dalam negara liberal diberikan kebebasan untuk tidak
percaya terhadap Tuhan atau atheis, bahkan negara liberal memberi kebebasan warganya untuk
menilai dan mengkritik agama. Berbeda dengan Pancasila, dengan rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa
telah memberikan sifat yang khas kepada negara Indonesia.
• Kekuatan liberalis terletak dalam menampilkan individu yang memiliki martabat transenden dan
bermodalkan kebendaan pribadi. Sedangkan kelemahannya terletak dalam pengingkaran terhadap
dimensi sosialnya sehingga tersingkir tanggung jawab pribadi terhadap kepentingan umum.
Pancasila dan Komunisme
• Dalam periode 1945-1950 kedudukan Pancasila sebagai dasar negara sudah kuat.
• Namun terjadi pergumulan yang secara internal sudah merongrong Pancasila untuk diarahkan ke
ideologi tertentu, yaitu gerakan DI/TII yang akan mengubah Republik Indonesia menjadi negara Islam
dan Pemberontakan PKI yang ingin mengubah RI menjadi negara komunis.
• Komunisme tidak pernah diterima dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan negara
komunisme lazimnya bersifat atheis yang menolak agama dalam suatu Negara. Sedangkan Indonesia
sebagai negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
• ideologi komunis juga tidak menghormati manusia sebagai makhluk individu. Prestasi dan hak milik
individu tidak diakui. Ideologi komunis bersifat totaliter, karena tidak membuka pintu sedikit pun
terhadap alam pikiran lain. Berbeda dengan Pancasila yang bersifat terbuka, Pancasila memberikan
kemungkinan dan bahkan menuntut sikap kritis dan rasional. Pancasila bersifat dinamis, yang mampu
memberikan jawaban atas tantangan yang berbeda-beda dalam zaman sekarang.
• Pelarangan penyebaran ideologi komunis ditegaskan dalam Tap MPR No. XXV/MPRS/1966 tentang
pembubaran PKI, pernyataan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah NKRI.
Pancasila dan Agama
• Pancasila mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang dan berbagai
agama. Tuhan menurut Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tak terbagi, yang maknanya sejalan
dengan agama Islam, Kristen, Budha, dan Hindu.
• Sejak zaman purbakala hingga kemerdekaan, masyarakat Nusantara telah melewati ribuan tahun
pengaruh agama-agama lokal, 14 abad pengaruh Hinduisme dan Budhisme, 7 abad pengaruh Islam, dan
4 abad pengaruh Kristen.
• Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna bahwa manusia Indonesia harus mengabdi
kepada satu Tuhan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan mengalahkan ilah-ilah atau Tuhan-Tuhan lain yang
bisa mempersekutukannya. bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius.
• Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat berjalan saling menunjang dan
saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak boleh dipertentangkan. Juga tidak harus
dipilih salah satu dengan sekaligus membuang dan menanggalkan yang lain. Secara de facto nilai-nilai
Pancasila berasal dari agama-agama serta budaya manusia Indonesia.
Bilamana dirinci, maka hubungan negara dengan agama menurut NKRI yang berdasarkan Pancasila adalah
sebagai beri
a. Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan yang Maha Esa. Konsekuensinya setiap warga
memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.
c. Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekularisme karena hakikatnya manusia berkedudukan kodrat sebagai
makhluk Tuhan.
d. Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk agama serta antar
pemeluk agama.
e. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan itu bukan hasil paksaan bagi siapapun juga.
f. Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam negara.
g. Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggatakan negara harus sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan
yang Maha Esa terutama norma-norma Hukum positif maupun norma moral baik moral agama maupun
moral para penyelenggara negara.
h. Negara pada hakikatnya adalah merupakan “…berkat rahmat Allah yang Maha Esa”.
Penutup
• Fungsi ideologi negara bagi bangsa Indonesia amat penting dibandingkan dengan pentingnya ideologi
bagi negara-negara lain terutama yang bangsanya homogen.
• Bagi bangsa Indonesia, ideologi sebagai identitas nasional merupakan prasyarat kestabilan negara,
karena bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen. Hadirnya ideologi Pancasila tersebut,
paling tidak akan berfungsi untuk:
1) Menggambarkan cita-cita bangsa, ke arah mana bangsa ini akan bergerak;
2) Menciptakan rasa kebersamaan dalam keluarga besar bangsa Indonesia sesuai dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika; dan
3) Menggairahkan seluruh komponen bangsa dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan negara Republik
Indonesia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai