Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Personal

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL

HIGIENE DENGAN INSIDENSI PENYAKIT KECACINGAN


PADA SISWA SDN NGEMPLAK 1 KARTASURA

Riandini Aisyah, Intan Permatasari Octaviani, Zherafhenni Praha Elshiana,


Olin Elok Mardhotillah

Faculty of Medicine Muhammadiyah University of Surakarta


Coresponding author : [email protected]
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Personal Higiene Dengan Insidensi
Penyakit Kecacingan Pada Siswa Sdn Ngemplak 1 Kartasura
ABSTRAK

Penyakit kecacingan di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan


masyarakat karena prevalensinya yang masih sangat tinggi yaitu antara 45-65%,
bahkan di wilayah tertentu dengan sanitasi yang buruk prevalensi kecacingan
bisa mencapai 80%. Infeksi penyakit kecacingan dapat disebabkan oleh sejumlah
cacing perut yang ditularkan melalui tanah disebut Soil Transmitted Helminths
(STH) seperti cacing gelang Ascaris lumbricoides, cacing tambang Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus dan cacingcambuk Trichuris trichiura
maupun cacing yang tidak menjadikan media tanah sebagai perkembangan
stadiumnya seperti cacing kremi (Enterobius vermicularis) dan Trichinella
spiralis.Tingginya prevalensi pada infeksi kecacingan berkaitan dengan beberapa
faktor. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kecacingan antara lain
tingkatpengetahuandan personal higiene yang meliputi kebiasaan cuci tangan,
kebersihan kuku kaki, dan pemakaian alas kaki. Salah satu faktor resiko infeksi
penyakit kecacingan adalah anak-anak usia sekolah dasar karenapada usia ini
anak-anak masih sering bermain menggunakan media tanah dan kepedulian
terhadap kebersihan diri belum terbentuk. Data dari Puskesmas Kartasura
menunjukkan bahwa di SDN Ngemplak masih dilaporkan adanya insidensi
kecacingan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan dan personal hygiene terhadap insiden kecacingan
pada siswa SDN 1 Ngemplak Kartasura.

Pendahuluan sangat tinggi, terutama pada


golongan penduduk yang kurang
Prevalensi cacingan di mampu. Pembangunan kesehatan
Indonesia pada umumnya masih merupakan bagian yang tidak

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 131


“Call for Paper - Maternity”
terpisahkan dari pembangunan spesies yang bisa mentransfer
nasional dalam rangka menuju parasit ini. Hewan peliharaan rumah
Indonesia Sehat 2010, pembangunan tangga seperti anjing dan kucing
tersebut mempunyai tujuan untuk tidak dapat terinfeksi cacing kremi
mewujudkan manusia yang sehat, (US. Departemen of Health and
produktif dan mempunyai daya Human Service, 2013).
saing yang tinggi. Salah satu ciri Penularan kecacingan dapat
bangsa yang maju adalah bangsa terjadi secara langsung melalui
yang mempunyai derajat kesehatan tangan yang kotor, kuku panjang
yang tinggi dengan mutu kehidupan dan kotor yang menyebabkan telur
yang berkualitas (Depkes, 2006). cacing terselip, serta ditambah
Iklim tropik merupakan kurangnya perilaku mencuci tangan
determinan utama infeksi STH. dengan sabun sebelum makan
Indonesia merupakan Negara yang (Subrata & Nuryanti, 2016). Selain
beriklim tropis, sedangkan cacing itu, ada pula faktor perilaku yang
STH membutuhkan kelembapan meliputi kebiasaan tidak memakai
tanah yang tinggi untuk mendukung alas kaki baik di rumah maupun saat
pertumbuhan larva cacing. Faktor bermain serta kebiasaan bermain di
iklim diantaranya adalah temperatur, tanah juga merupakan faktor yang
curah hujan, cahaya matahari dan berpengaruh terhadap terjadinya
angin. Faktor tekstur tanah juga bisa kecacingan (Bisara & Mardiana,
mendukung pertumbuhan telur 2014).
cacing (Sandy et al., 2015). Melihat dampak infeksi
Orang–orang yang berisiko cacing cukup serius, maka perlu
tinggi mengalami infeksi dilakukan kontrol penyakit secara
kecacingan adalah anak pra sekolah, efektif dan efisien. Anak usia
anak usia sekolah, Wanita usia sekolah dasar menjadi sasaran
subur (termasuk pada ibu hamil prioritas dalam program
pada trimester kedua dan ketiga dan pengendalian kecacingan (Hairani,
wanita menyusui), Orang dewasa et al., 2014). Sebagian besar siswa
dalam pekerjaan berisiko tinggi sekolah dasar berdomisili di desa.
tertentu seperti pemetik teh atau Kondisi lapangan sekolah berupa
penambang (WHO, 2017). Orang tanah dan siswa mempunyai
yang paling mungkin terinfeksi kebiasaan bermain di lapangan
cacing kremi adalah anak usia tersebut. Tujuan penelitian ini
kurang dari 18 tahun dan orang yang adalah untuk mengetahui hubungan
merawat anak-anak. Pada kelompok antara tingkat pendidikan dan
ini, prevalensinya bisa mencapai personal higiene dengan insidensi
50%. Manusia adalah satu-satunya kecacingan.

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 132


“Call for Paper - Maternity”
Metode Penelitian digunakan adalah kuesioner dan
Desain penelitian ini adalah observasi langsung untuk
observasional analitik dengan pemeriksaan kebersihan kuku kaki.
pendekatan studi cross-sectional. Variabel terikat (dependen) dalam
Pengambilan data dilakukan di penelitian ini adalah insidensi
sebuah sekolah dasar di kecamatan kecacingan. Data diperoleh dengan
Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. pemeriksaan feses langsung untuk
Waktu penelitian dilaksanakan pada melihat ada tidaknya telur cacing
bulan November – Desember 2017. dengan membagikan plastik klep
Pemeriksaan sampel feses dilakukan yang berisi pot tinja dan stik untuk
di Laboratorium Redy, tersertifikasi mengambil tinja.
ISO 9001 : 2008. Populasi aktual Analisis data yang digunakan
adalah siswa SD kelas 3, 4 dan 5 di adalah uii Uji Fisher untuk
sekolah dasar tersebut dengan mengetahui ada tidaknya hubungan
menggunakan teknik total sampling antara masing-masing variabel
dengan jumlah sampel sebesar 53 bebas dengan variabel terikat dan
responden. dilanjutkan dengan analisis
Variabel bebas (independen) multivariat untuk mengetahui
dalam penelitian ini adalah tingkat kekuatan hubungannya.
pengetahuan kecacingan dan
personal higiene yang meliputi Hasil
kebiasaan cuci tangan, pemakaian Distribusi pengetahuan
alas kaki, dan kebersihan kuku kaki. kecacingan pada siswa diperoleh
Instrumen penelitian yang hasil sebagai berikut:
Tabel 1.Distribusi Pengetahuan Kecacingan
Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Baik 50 94.3
Buruk 3 5.7
Jumlah 53 100

Tabel 2. Hasil uji bivariat tingkat pengetahuan dengan insidensi


kecacingan
cacing
Positif negatif Total
pengetahuan buruk 0 3 3
baik 5 45 50
Total 5 48 53
Hasil uji Fisher exact diperoleh p = 1,000

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 133


“Call for Paper - Maternity”
Tabel 3. Distribusi kebiasaan cuci tangan

Kebiasaan cuci Jumlah Persentase


tangan (%)
Baik 45 85
Buruk 8 15
Jumlah 53 100

Tabel 4. Hasil uji bivariat kebiasaan cuci tangan dengan insidensi


kecacingan

cacing
positif negatif Total
cuci buruk 2 4 6
baik 3 44 47
Total 5 48 53
Hasil uji Fisher exact diperoleh p = 0.093

Tabel 5. Distribusi kebersihan kuku kaki

Observasi kuku Jumlah Persentase


kaki
Buruk 16 30,2%
Baik 37 69,8%
Total 53 100%

Tabel 6. Hasil uji bivariat kebersihan kuku kaki dengan insidensi


kecacingan

cacing
positif negatif Total
kaki buruk 5 11 16
baik 0 37 37
Total 5 48 53
Hasil uji Fisher exact diperoleh p = 0.002

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 134


“Call for Paper - Maternity”
Tabel 7. Distribusi pemakaian alas kaki

Kebiasaan Jumlah Persentase


penggunaanalas kaki
Buruk 8 5,1%
Baik 45 84,9%
Total 53 100,0
%

Tabel 8. Hasil uji bivariat pemakaian alas kaki dengan insidensi kecacingan

cacing
positif negatif Total
alas buruk 4 4 8
baik 1 44 45
Total 5 48 53
Hasil uji Fisher exact diperoleh p = 0.001

Tabel 9.Distribusi frekuensi responden berdasarkan infeksi kecacingan

Infeksi Kecacingan Jumlah Persentase


Positif 6 11,3%
Negatif 47 88,7%
Total 53 100%

Tabel 10. Distribusi infeksi kecacingan (infeksi STH) berdasarkan spesies


cacing

Infeksi STH Jumlah Persentase


Ascaris lumbricoides 5 83,3%
Hookworm 1 16,7%
Total 6 100%

Besarnya hubungan kebersihan kuku kaki dan pemakaian alas kaki


terhadap prevalensi kecacingan dapat dilihat pada Tabel 11.

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 135


“Call for Paper - Maternity”
Tabel 11. Besarnya hubungan kebiasaan cuci tangan, kebersihan kuku kaki
dan pemakaian alas kakiterhadap prevalensi kecacingan.
Step -2 Log likelihood Nagelkerke R Square
1 13.482a 0.666

Diskusi Hasil uji bivariat untuk


Berdasar Tabel 9 dan 10, kebiasaan cuci tangan dengan
dapat diketahui bahwa dari 53 insidensi kecacingan diperoleh p =
responden didapatkan angka yang 0,093, berarti dapat disimpulkan
positif terinfeksi cacing usus bahwa tidak ada hubungan yang
sebanyak 6 siswa (11,3%) dan 47 bermakna secara statistik antara
siswa (88,7%) tidak terinfeksi kebiasaan cuci tangan dengan
cacing usus. Jenis cacing usus yang insidensi kecacingan.
menyebabkan infeksi adalah jenis Hasil uji bivariat untuk
cacing STH (Soil Transmitted kebersihan kuku kaki dan
Helmith) yaitu : Ascaris pemakaian alas kaki diperoleh nilai
lumbricoides sebanyak 5 siswa p berturut-turut adalah 0.002 dan
(83,3%) dengan ciri morfologi telur 0.001, artinya terdapat hubungan
cacing stadium kortikasi (4 siswa) yang bermakna antara kebersihan
berbentuk bulat atau lonjong, kuku kaki dan pemakaian alas kaki.
dinding tebal, berwarna coklat Selanjutnya dilakukan uji
keemasan, memiliki 3 lapis dinding multivariat regresi logistik dan
dan terdapat telur fertil dekortikasi diperoleh hasil bahwa variabel yang
(lapisan albuminoid telah hilang) berpengaruh terhadap insidensi
pada 1 siswa serta telur cacing kecacingan adalah kebiasaan cuci
Hookworm sebanyak 1 siswa tangan, kebersihan kuku kaki, dan
(16,7%) dengan ciri telur berukuran pemakaian alas kaki dengan
60x40 mikron, berbentuk bujur, kekuatan hubungan dari terbesar ke
mempunyai dinding tipis dan di terkecil berturut-turut adalah
dalamnya terdapat beberapa sel. kebersihan kuku kaki, pemakaian
Hasil uji bivariat untuk alas kaki, dan kebiasaan cuci
tingkat pengetahuan dengan tanganyang secara bersama-sama
insidensi kecacingan diperoleh p = memberikan kekuatan hubungan
1,000, berarti dapat disimpulkan sedang dengan nilai Nagelkerke R
bahwa tidak ada hubungan yang Square sebesar 0,666 atau 66,6%.
bermakna secara statistik antara Responden yang memiliki
pengetahuan kecacingan dengan kebersihan kuku kaki yang buruk
insidensi kecacingan. dan terinfeksi kecacingan bisa
terjadi dikarenakan kuku panjang

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 136


“Call for Paper - Maternity”
menjadi tempat yang sempurna bagi kecacingan, Hal ini sesuai dengan
kuman atau kotoran untuk tinggal teori yang telah dikemukakan oleh
sehingga berpotensi menyebabkan Martila et al (2015). Siswa yang
masalah kesehatan salah satunya bermain dengan tidak menggunakan
adalah masalah cacingan yang alas kaki dan terinfeksi kecacingan
disebabkan oleh telur cacing yang sebanyak 4 siswa (7,5%). Dua siswa
cara penularannya melalui media yang memiliki kebiasaan pemakaian
tanah. Telur cacing sering terselip alas kaki yang baik namun terinfeksi
pada kuku yang kotor (Nadesul, kecacingan sebesar 3,8%. Hal ini
2000). Pada penelitian ini sesuai bisa terjadi oleh karena faktor lain
dengan teori yang dikemukakan yang tidak diteliti dalam penelitian
oleh Martila et.al (2015) bahwa ini, faktor lain yang bisa
higiene perorangan yang buruk akan mempengaruhi misalnya sanitasi
meningkatkan infeksi kecacingan lingkungan yang buruk, kurangnya
salahsatunya adalah faktor kebersihan pribadi, konsumsi
kebiasaan menjaga kebersihan kuku makanan yang terkontaminasi telur
kaki dan tangan. Responden yang cacing, rendahnya tingkat ekonomi,
memiliki kebersihan kuku kaki yang dan sistem imun responden yang
buruk namun tidak terinfeksi menurun.
kecacingan bisa terjadi dengan
pengaruh faktor lain seperti imunitas Simpulan
yang baik, sosial ekonomi yang Faktor yang berpengaruh
tinggi, dan kebiasaan perorangan terhadap insidensi kecacingan
(Noviastuti, 2015). adalah kebiasaan cuci tangan,
Apabila dilihat dari perilaku kebersihan kuku kaki, dan
bermain, sesuai dengan observasi pemakaian alas kaki dengan
peneliti bahwa siswa yang positif kekuatan hubungan dari terbesar ke
infeksi kecacingan oleh karena terkecil berturut-turut adalah
faktor pemakaian alas kaki yang kebersihan kuku kaki, pemakaian
buruk dapat disebabkan responden alas kaki, dan kebiasaan cuci tangan
bermain dengan tanah tanpa yang secara bersama-sama
menggunakan alas kaki. kebiasaan memberikan kekuatan hubungan
bermain ditanah tanpa sedang dengan nilai Nagelkerke R
menggunakan alas kaki mempunyai Square sebesar 0,666 atau 66,6%.
risiko terinfeksi kecacingan yang
bisa ditularkan melalui tanah. Alas Persembahan
kaki merupakan salah satu faktor Penulis mengucapkan terimakasih
yang menyebabkan infeksi kepada semua pihak yang telah
kecacingan. Melepas alas kaki akan membantu pelaksanaan penelitian
mempermudah terjadinya infeksi ini.

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 137


“Call for Paper - Maternity”
Referensi

11. Bisara, D., Mardiana. Kasus Kecacingan Pada Murid Sekolah dasar di
Kecamatan Mentewe, Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan Tahun
2010. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2014;13(3):255-264.
12. Depkes. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
424/MENKES/SK/VII/2006 tentang Pedoman Pengendalian Kecacingan.
2006.
13. Hairani, B., Waris, L. & J. Prevalence of soil-transmitted helminth (STH) in
primary school children in subdistrict of Malinau Kota, District of Malinau,
East Kalimantan Province. Epidemiology and Zoonosis Journal. 2014;5(1),
pp. 43-48.
14. Martila, Sandy, S., Paembonan, N. Hubungan Higiene Perorangan dengan
Kejadian Kecacingan pada Murid SD Negeri Abe Pantai Jayapura.PLASMA.
2015;1(2) : 87-96
15. Nadesul, Hendrawan. “Bagaimana Kalau Kecacingan?”.Cet. 3, Jakarta :
Puspa Swara.2000.
16. Noviastuti, A.R. Infeksi Soil Transmitted Helminths. Majority.2015;
4(8):107-115.
17. Subrata, I. M. & Nuryanti, M. N. Pengaruh Personal Higiene dan Sanitasi
Lingkungan terhadap Infeksi Soil Transmitted Helmnths pada Anak Sekolah
Dasar di Kabupaten Gianyar. Arc. Com. Health.2016;pp. 30-38.
18. Sandy, S., Sumarni, S., Soeyoko. 2015. Analisis Model Factor Risiko yang
Mempengaruhi infeksi Kecacingan yang Ditularkan Melalui Tanah Pada
Siswa Sekolah Dasar di Distrik Arso kabupaten Keerom, Papua. Media
Litbangkes. 25(1):1-14.
19. US. Departemen of health and human service. Center for Disease Control
and Prevention. [Online]. Available at:
https://www.cdc.gov/parasites/pinworm/epi.html.2013.
20. WHO. Soil Transmitted Helminth Infection. [Online] Available at:
www.who.int/mediacentre/facsheets/fs366/en/.2017.

INational Symposium And Workshop Continuing Medical Education XIII 138


“Call for Paper - Maternity”

Anda mungkin juga menyukai