Makalah Sri Erfani
Makalah Sri Erfani
Makalah Sri Erfani
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK: 1
KELAS : IV B
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Teori Produksi dalam Islam.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber baik dari buku maupun internet sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang teori produksi dalam islam
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
yang di produksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang /jasa diproduksi. Cara
pandang ini untuk memastikan bahwa kegiatan produksi cukup layak untuk mencapai skala
ekonomi. Dalam berproduksi itu tadi, ekonomi konvensional menempatkan tenaga kerja
sebagai salah satu dari emapat faktor produksi; tiga faktor produksi lainya adalah sumber
alam, modal dan keahlian. Dalam memandang faktor tenaga kerja inilah terdapat sejumlah
perbedaan. Dalam memandang faktor tenaga kerja inilah terdapat sejumlah perbedaan. Paham
ekonomi sosialalis misalnya memang mengakui faktor tenaga kerja merupakan faktor
penting. Namun paham ini tidak memeberikan pengakuan dan penghargaan hak milik
individu, sehingga faktor tenaga kerja atau manusia turun derajatnya menjadi sekedar pekerja
atau kelas pekerja. Sedangkan paham kapitalis, yang saat ini menguasai dunia,memandang
modal atau kapital sebagai unsur yang terpenting dan oleh sebab itu, para pemilik modal atau
para kapitalislah yang menduduki tempat yang sangat strategis dalam ekonomi kapitalis.
Sepanjang efesiensi ekonomi tercapai dengan keuntungan yang memadai, umumnya mereka
sudah puas. Bahwa ternyata produknya hanya dikonsumsi kecil masyarakat kaya, tidaklah
iii
Pada prinsipnya islam lebih menekankan berproduksi demi untuk memenuhi
kebutuhan orang banyak, bukan hanya sekedar memenuhi segelintir orang yang
memiliki uang, sehingga memiliki dayabeli yang lebih baik. Karena itu bagi
islam, produksi yang surplus dan berkembang baik secara kuantitatif maupun
kualitatif tidak dengan sendirinya mengindikasikan kesejahteraan bagi
masyarakat.
Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang saling berkait
satu dengan lainnya. Kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan
konsumsi. Tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang
membetrikan mashlahah meksimum bagi konsumen yang di wujudkan dalam pemenuhan
kebutuhan manusia pada tingkatan moderat, menemukan kebutuhan masyrakat dan
pemenuhannya, menyediakan persediaan barang/jasa dimasa depan. Serta memenuhi sarana
bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT sebagai Rabb dari
alam semesta. Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab suci umat Islam, dalam ayat:
"Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (al-Jaatsiyah: 13).
Allah telah menetapkan bahwa manusia berperan sebagai khalifah, bumi adalah
lapangan dan medan, sedang manusia adalah pengelola segala apa yang terhampar di muka
bumi untuk di maksimalkan fungsi dan kegunaannya. Tanggung jawab manusia sebagai
khalifah adalah pengelola resources yang telah disediakan oleh Allah secara efisien dan
Islam juga mengajarkan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang banyak
manfaatnya bagi orang lain atau masyarakat. Fungsi beribadah dalam arti luas ini tidak
mungkin dilakukan bila seseorang tidak bekerja atau berusaha. Dengan demikian, bekerja dan
berusaha itu menempati posisi dan peranan yang sangat penting dalam Islam.
atau dijual ke pasar. Dua motivasi itu belum cukup, karena masih terbatas pada fungsi
ekonomi. Islam secara khas menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula
mewujudkan fungsi sosial. Ini tercermin dalam QS. Al-hadiid (57) ayat 7:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang
v
beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala
Sebagai modal dasar berproduksi, Allah telah menyediakan bumi beserta isinya bagi
manusia, untuk diolah bagi kemaslahatan bersama seluruh umat. Hal itu terdapat dalam surat
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala
buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu
1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2. Mencegah kerusakan dimuka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian, dan
3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai
kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus dalam prioritas yang ditetapkan agama,
yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya akidah/agama, terpeliharanya nyawa, akal
4. Produkksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat. Untuk itu
hendaknya umat memiliki berbagai keahlian, kemampuan dan prasarana yang memungkinkan
5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual maupun mental dan fisik.
B. Pengertian Produksi
Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu
barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Dalam
pengertian lain, produksi adalah sebuah proses yang terlahir di muka buni ini semenjak
vi
manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga
peradaban manusia dan bumi. Ada juga yang berpendapat bahwa produksi adalah kegiatan
manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen.
Fungsi produksi adalah hubungan antara jumlah input yang diperlukan dan jumlah
output yang dapat dihasilkan. Fungsi produksi menentukan berapa besar output, dengan
kandungan berkah tertentu, bisa diproduksi dengan input-input yang disuplai ke dalam proses
Produksi yang Islami menurut siddiqi (1992) adalah penyediaan barang dan jasa
dengan memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kebijakan atau manfaat (mashlahah) bagi
masyarakat. Dalam pandangannya, sepanjang produsen telah bertindak adil dan membawa
kegiatan konsumsi, atau sebaliknya. Produksi adalah kegiatan menciptakan suatu barang atau
jasa, sementara konsumsi adalah pemakaian atau pemanfaatan hasil dari produksi tersebut.
Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang saling berkait satu
dengan yang lainnya. Oleh karena itu, kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan
kegiatan konsumsi. Apabila keduanya tidak sejalan, maka tentu saja kegiatan ekonomi tidak
Tujuan seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa dalam persfektif
ekonomi Islam adalah mencari mashlahah maksimum dan produsen pun juga harus demikian.
Dengan kata lain, tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang
memberikan mashlahah bagi konsumen. Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksi
antaranya:
vii
1. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat
4.Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah Swt.
menciptakan manfaat (utility) baik dimasa kini maupun dimasa mendatang (M.Frank, 2003).
Dengan pengertian yang lusa tersebut, kita memahami kegitan produksi tidak terlepas dari
keseharian manusia.
pendorong utama sekaligus tujuan dari keputusan ekonomi dalam pandangan ekonomi
konvensional bukannya salah ataupun di larang dalam Islam. Islam ingin mendudukkannya
pada posisi yang benar, yakni semua itu dalam rangka maksimalisasi kepuasan dan
keuntungan di akhirat. Perlu diingat sejarah pemikiran ekonomi dan ilmu pengetahuan pada
umumnya yang bangkit sejak jaman Renaisans, suatu jaman dimana terjadi perubahan ukuran
kebenaran dari yang semula bersandar kepada wahyu dan dogma gereja menjadi bersandar
membuat ilmu pengetahuan maju pesat, akan tetapi ia menjadi sangat sekuler.
Isu penting yang kemudian berkembang menyertai motivasi produksi ini adalah
masalah etika dan tanggung jawab sosial produsen. Keuntungan maksimal telah menjadi
sebuah insentif yang teramat kuat bagi produsen untuk melaksanakan produksi. Akibatnya,
mengabaikan etika dan tanggung jawab sosialnya. Segala hal perlu dilakukan untuk mencapai
viii
Dalam pandangan ekonomi Islam, motivasi produsen semestinya sejalan dengan
tujuan produksi dan tujuan kehidupan produsen itu sendiri. Jika tujuan produksi adalah
menyediakan kebutuhan material dan spritual untuk mencptakan mashlahah, maka motivasi
produsen tentu juga mencari mashlahah, dimana hal ini juga sejalan dengan tujuan kehidupan
seorang muslim. Mencari keuntungan dalam produksi dan kegiatan bisnis memang tidak
apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan
produksi terkait pada tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami, sebagaimana dalam
non Islami tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan
strategi pasarnya”.
Nilai-nilai Islam yang relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai utama
dalam ekonomi Islam, yatiu: khalifah, adil, dan takaful. Secara lebih rinci nilai-nilai Islam
2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal.
ix
9. Adil dalam bertrnsaksi.
11. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam.
Penerapan nilai-nilai Islam di atas dalam produksi tidak saja akan mendatangkan
berkah. Kombinasi keuntungan dan berkah yang diperoleh oleh produsen merupakan satu
mashlahah yang akan memberi kontribusi bagi tercapainya falah. Dengan cara ini perolehan
kebahagiaan hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat.
x
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara teknis produksi adalah proses mentransformasi input menjadi output, tetapi
definisi produksi dalam pandangan ekonomi jauh lebih luas. Kegiatan produksi dalam
persfektif ekonomi Islam pada akhirnya mengerucut pada manusia dan eksistensinya, yaitu
Tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan
menyiapkan persediaan barang dan jasa di masa depan, serta memenuhi sarana bagi kegiatan
keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain memang tidak dilarang, sepanjang
berada dalam bingkai tujuan dan hukum Islam. Mashlahah bagi produsen terdiri dari dua
Seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami,
sebagimana juga dalam kegiatan konsumsi. Secara lebih rinci nilai-nilai ini misalnya adalah
xi
DAFTAR PUSTAKA
2007.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam. Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
Samuelson dan Nordhaus. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta, PT. Media Global Edukasi,
2003.
xii