Stendy Ali Tugas Kep Anak
Stendy Ali Tugas Kep Anak
Stendy Ali Tugas Kep Anak
OLEH :
STENDY ALI
NIM. 21200082
Page 2
kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin, kemampuan untuk
bercinta dan berkasih sayang, kemampuan untuk menangani
kegelisahan akibat suatu frustasi dan ke- mampuan untuk rangsangan
agersif.
1. Faktor Genetik
Faktor genetik ini merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang. Potensi genetik yang bermutu
hendaknya dapat ber- interaksi dengan lingkungan secara positif
sehingga diperoleh hasil yang opti- mal. Adapun yang termasuk
dalam faktor genetik diantaranya adalah faktor bawaan yang normal
atau patoloigik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.
2. Faktor Lingkungan
Berbagai keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap
Page 3
tumbuh kem- bang anak lazim digolongkan menjadi lingkungan
biopsikosial, yang di- adalamnya tercakup komponen biologis
(fisis), psikologis, ekonomi, sosial, politik dan budaya.
3. Faktor Perilaku
Keadaan perilaku akan mempengaruhi pola tumbuh kembang
anak. Perilaku yang sudah tertanam pada masa anak akan terbawa
dalam masa ke- hidupan selanjutnya.
Belajar sebagai aspek utama aktualisasi, merupakan proses
pendidikan yang dapat mengubah dan membentuk perilaku anak.
Dorongan kuat untuk peru- bahan perilaku dapat diartikan positif
atau negative, bergantung kepada apakah sifat dorongan tersebut
merupakan pengalaman yang baik, menyenangkan,
menggembirakan atau sebaliknya.
Perubahan perilaku dan bentuk perilaku yang terjadi akibat
pengaruh berbagai faktor lingkungan akan mempunyai dampak luas
terhadap sosialisasi dan disiplin anak.
Page 4
a. Fase oral
b. Fase anal
c. Fase falik
d. Fase laten
e. Fase genital
a. Fase Oral
Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat
kenikmatan dan kepuasan berbagai pengalaman sekitar
mulutnya. Fase oral mencakup ta- hun pertama kehidupan ketika
anak sangat tergantung dan tidak berdaya. Ia perlu dilindungi
agar mendapat rasa aman. Dasar perkembangan mental sangat
tergangtung dari hubungan ibu anak pada fase ini. Bila terdapat
gangguan atau hambatan dalam hal ini maka akan terjadi fiksasi
oral, artinya pengalaman buruk, tentang masalah makan dan
menyapih akan menyebabkan anak terfiksasi pada fase ini,
sehingga perilakunya diperoleh pada fase oral.
Pada fase pertama belum terselesaikan dengan baik maka
persoalan ini akan terbawa ke fase kedua. Ketidak siapan ini
meskipun belum berhasil di- tuupi biasanya kelak akan muncul
kembali berupa berbagai gangguan ting- kah laku.
b. Fase Anal
Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase
ini anak menunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya sangat
narsistik dan egoistic. Ia pun mulai belajar kenal tubuhnya
sendiri dan mendapatkan kepuasan dari pengalaman. Suatu
tugas penting dalam yang lain dalam fase ini adalah
perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mula-mula hanya
menge- luarkan bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya
untuk merasakan kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya.
Pada fase ini hubungan inter- personal anak masih sangat
Page 5
terbatas. Ia melihat benda-benda hanya untuk kebutuhan dan
kesenangan dirinya. Pada umur ini seorang anak masi ber- main
sendiri, ia belum bias berbagi atau main bersama dengan anak lain.
Si- fatnya sangat egosentrik dan sadistik.
c. Fase Falik
Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu
fase oediopal antara 3-6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun.
Fase oediopal denagn pengenalan akan bagian tubuhnya
umur 3 ta- hun. Disini anak mulai belajar menyesuaiakan diri
dengan hukum masyara- kat. Perasaan seksual yang negative ini
kemudia menyebabkania menjauhi orang tua dengan jenisn
kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi seksual. Anak
pada fase praoediopal biasanya senang bermain denagn anak yang
jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih
suka berkelompok dengan anak sejenis.
d. Fase Laten
Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase
laten yang ter- entang 7-12 tahun, untuk kemudian anak masuk ke
permulaan masa puber- tas. Periode ini merupakan integrasi, yang
bercirikan anak harus berhada- pan dengan berbagai tuntutan
dan hubungan denagn dunia dewasa.
Anak belajar untuk menerapkan dan mengintegrasikan
pengalaman ba- ru ini. Dalam fase berikutnya berbagai tekanan
sosial akan dirasakan lebih berat oleh karena terbaur dengan
keadaan transisi yang sedang dialami si anak.
e. Fase Genital
Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada
fase terakhir dalam perkembangannya. Dalam fase ini si anak
menghadapi persoalan
Page 6
yang kompleks. Kesulitan sering timbul pada fase ini
disebabkan karena si anak belum dapat menyelesaikan fase
sebelumnya dengan tuntas.
Page 7
belajar mengem- bangkan kemampuannya untuk bermasyarakat.
Inisiatifnya mulai berkem- bang pula dan bersama temannya
mulai belajar merencanakan suatu permainan dan melakukannya
dengan gembira.
d. Masa Sekolah
Berkarya vs rasa rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa
anak mulai memasuki sekolah yang lebih formal. Ia sekarang
berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Ia
belajar untuk menyelesaikan tu- gas yang diberikan padanya,
rasa tanggung jawab mulai timbul, dan ia mu- lai senang untuk
belajar bersama.
e. Masa Remaja
Identitas diri vs kebingungan akan peran diri. Pada sekitar umur
13 tahun masa kanak-kanak berakhir dan masa remaja dimulai.
Pertumbuhan fisis menjadi sangat pesat dan mencapai taraf
dewasa. Peran orang tua sebagai figure identifikasi lain. Nilai-
nilai dianutnya mulai diaragukan lagi satu per satu.
Page 8
fase ini bersifat fisik, fungsi ini menyebabkan si anak cepat
menguasainya dan dibekali dengan keterampilan tersebut
melangkah ke fase berikutnya.
b. Fase Pra-operasional (2-7 tahun)
Fase ini dibagi menjadi dua, yaitu fase para konseptual dan fase
intuitif. Fase pra konseptual (2-4 tahun). Disini anak mulai
mengembangkan ke- mampuan bahasa yang memungkinkan
untuk berkomunikasi dan bermasyarakat dengan dunia
kecilnya. Fase intuitif (4-7 tahun) anak makin mampu
bermasyarakat namun ia belum dapat berfikir secara timbal
balik. Ia banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang
dewasa.
c. Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun)
Pengalaman dan kemampuan yang diperoleh pada fase
sebelumnya men- jadi mantap. Ia mulai belajar untuk
menyesuaikan diri dengan teman- temannyadan belajar
menerima pendapat yang berbeda dari pendapatnya sendiri.
d. Fase Operasional Formal (11-16 tahun)
Pada fase akhir ini kemampuan berfikir anak akan mencapai
taraf kemam- puan berfikir orang dewasa. Tercapainya
kemampuan ini memungkinkan remaja untuk masuk ke dalam
dunia pendidikan yang lebih kompleks, yaitu dunia pendidikan
tinggi.
Dari tiga teori berkembang tersebut diatas, yaitu teori Freud,
Erikson, dan Piaget, maka kita dapat melihat bagaimana para pakar
tersebut mempelajari perkembangan anak dari sudut yang berbeda
namun semuanya sepeandapat bahwa:
1. Perkembanagn suatu proses yang diatur dan berurutan, yang dimulai
dari be- berapa hal sederhana, dan terus berkembang menjadi
semakin kompleks.
2. Timbulnya gangguan jiwa disebabkan oleh adanya kegagalan disalah
satu fase untuk menyelesaikan suatu tugas perkembangan tertentu.
Page 9
3. Adanya kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dari pihak anak
sendiri.
Page 10
PENILAIAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN ANAK
Page 11
dan mengukur saja, tetapi harus menginterpretasikan tumbuh kembang
anak kepada ibunya. KMS yang ada di Indonesia pada saat ini
berdasarkan standar Harvard, dimana 50 per- sentil baku Harvard
dianggap 100%. Seminar Antropometri di Ciloto 1991
merekomendasikan untuk menggunakan baku NCHS untuk
menggantikan baku Harvard yang secara internasional mulai berkurang
penggunaannya.
Berikut rumus untuk memperkirakan berat badan dan tinggi badan normal
pada bayi dan anak:
Page 12
2 kg/tahun. Tinggi badan (TB)
Rata-rata lahir normal 50 cm
Umur 1 tahun 1,5 x TB lahir
Umur 4 tahun 2 x TB lahir
Umur 6 tahun 1,5 x TB setahun
Umur 13 tahun 3 x TB lahir
Dewasa 3,5 x TB lahir (2 x TB
setahun)
Pada saat ini terdapat beberapa baku antropometri, berikut di bawah ini
merupa- kan langkah-langkah menilai pertumbuhan menggunakan baku
NCHS tahun 2000 yang kemudian ditampilkan oleh CDC sehingga dikenal
sebagai kurva pertumbuhan CDC 2000.
1. Langkah Persiapan
a. Alat ukur
1) Timbangan berat badan
Beam balance untuk anak kurang dari 2 tahun, setelah umur
tersebut digunakan timbangan injak atau electronic.
2. Langkah Pelaksanaan
a. Prosedur Pengukuran Berat Bayi
1) Dilakukan oleh 2 orang, yaitu orang pertama mengukur berat
bayi sambil menjaga anak agar tidak jatuh dan orang kedua
mencatat hasil penguku- ran.
2) Bayi dalam keadaan tanpa pakaian atau hanya menggunakan
popok yang kering.
3) Tempatkan bayi di tengah alat timbangan.
Page 13
4) Lakukan pembacaan dengan ketelitian 0,01 kg.
b. Prosedur Pengukuran Panjang Bayi
1) Bayi hanya menggunakan popok. Sepatu dan hiasan kepala harus
dibuka.
2) Bayi diletakan di tengah alat pengukur.
3) Dilakukan oleh 2 orang, yaitu orang pertama memegang
kepala bayi agar menempel pada ujung papan ukur ang tidak
dapat digeser, posisi kepala lurus dengan pandangan vertical
ke atas dalam Frankfort horizontal plane. Orang kedua
meluruskan kedua tungkainya dengan telapak kaki menempel
pada papan pengukur yang dapat digeser.
4) Lakukan pembacaan dengan ketelitian 0,1 cm.
c. Prosedur Pengukuran Lingkar Kepala
1) Topi, hiasan rambut, atau hiasan lainnya yang akan
mengganggu pen- gukuran harus dilepaskan.
2) Bayi lebih nyaman dalam dekapan orangtua.
3) Ukur lingkaran kepala atau lingkaran occipital-frontal yaitu
lingkaran kepala terbesar melalui belakang kepala (occiput)
dan sebelah atas alis mata.
Page 14
5) Mata pengukur sejajar dengan puncak kepala.
6) Geser alat ukur ke bawah hingga sedikit menekan kepala.
7) Lakukan pembacaan dengan ketelitian 0,1 cm.
3. Langkah Penilaian
a. Hitung Umur Anak
Cara menghitung umur anak adalah dengan cara mengurangi
tanggal pemeriksaan terhadap tanggal lahir.
Contoh :
Tanggal pemeriksaan : 10 Juni 2017 = 2017 06 10
Tanggal lahir : 23 Juli 2018 = 2018 07 23
Umur kronologis : 1 01 13
Umur kronologis anak adalah 1 tahun, 1 bulan, 13 hari dan diplot
menjadi 13 bulan (kurang dari 15 hari dibuang dan jika lebih dari
15 hari dibulatkan 1 bu- lan ke atas).
b. Menghitung Umur Anak yang Lahir Prematur
Untuk bayi prematur, dalam mengukur berat dan panjang
badan serta lingkar kepala, harus digunakan umur koreksi sampai
anak berusia 2 tahun. Untuk bayi prematur dengan berat kurang
dari 1000 gram, umur koreksi digunakan sampai anak berusia 3
tahun. Cara menghitung umur koreksi adalah dengan cara
mengurangi umur kronologis terhadap jumlah minggu prem- atur.
Contoh :
Bayi Lina lahir pada tanggal 20 Desember 2017, lahir dengan umur
gestasi 33 minggu, dengan berat lahir 2000 gram.
Tanggal pemeriksaan 5 Juli 20018 : 2018 07 05
Tanggal lahir 20 Desember 2017 : 2017 12 20
Umur kronologis : 1 05 15
Prematur 7 minggu : 01 21
Umur koreksi : 1 03 24
Umur anak adalah 1 tahun, 3 bulan, 24 hari dan diplot pada 16 bulan.
Page 15
Gunakan kurva pertumbuhan berdasarkan umur, tinggi, berat, lingkar
kepala dan jenis kelamin sesuai dengan kebutuhan.
Kurva pertumbuhan CDC ditampilkan sebagai :
Jenis Kelamin Umur Kurva
Laki-laki Lahir sampai 36 bulan Berat terhadap panjang
Laki-laki Lahir sampai 36 bulan Berat terhadap umur
Laki-laki Lahir sampai 36 bulan Panjang terhadap umur
Laki-laki Lahir sampai 36 bulan Lingkar kepala terhadap umur
Page 16
Ket :
IMT (BMI) : Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index)
Page 17
B. PENILAIAN PERKEMBANGAN
Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan
fungsi indi- vidu, dan merupakan indikator penting dalam menilai
kualitas hidup anak. Oleh karena itu perkembangan anak harus dipantau
secara berkala. Bayi atau anak dengan resiko tinggi terjadinya
penyimpangan perkembangan perlu mendapat prioritas, antara lain bayi
prematur, berat lahir rendah, bayi dengan riwayat asfiksia,
hiperbilirubinemia, infeksi intrapartum, ibu diabetes mellitus, gemelli,
dll.
Dokter anak sedikitnya harus menguasai skrining perkembangan
dengan metode Denver II.
1. Langkah Persiapan
a. Formulir Denver II
b. Benang
c. Kismis
d. Kerincingan dengan gagang yang keci
e. Balok-balok berwarna dengan luas 10 inci
f. Botol kaca kecil dengan lubang 5/8 inci
g. Bel kecil
h. Bola tennis
i. Pensil merah
j. Boneka kecil dengan botol susu
k. Cangkir plastic dengan gagang / pegangan
l. Kertas kosong
2. Langkah Pelaksanaan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur
a. Personal Social ( sosial personal )
Penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap
kebutuhan perorangan.
b. Fine Motor Adaptive ( motorik halus adaptif )
Koordinasi mata – tangan, memainkan dan menggunakan benda-
benda kecil.
Page 18
c. Language ( bahasa )
Mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa.
d. Gross Motor ( motorik kasar )
Duduk, jalan, melompat dan gerakan umum otot besar.
3. Pencatatan Hasil
a. Koreksi faktor prematuritas. Tarik garis umur dari garis paling
atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung
atas garis umur.
b. Semua uji coba untuk setiap sektor dimulai dengan uji coba
yang terletak di sebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan
sampai kanan garis umur.
c. Pada setiap sektor dilakukan minimal 3 uji coba terdekat di
sebelah kiri garis umur serta tiap uji coba yang dilalui garis
umur.
d. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba
pada langkah 3( “gagal”; “menolak”; “tidak ada
kesempatan” ), lakukan ujicoba tam- bahan ke sebelah kiri
pada sektor yang sama sampai anak dapat melewati 3 uji coba.
4. Skor Penilaian
Skor dari tiap uji coba ditulis pada kotak segi empat. Uji coba
dekat tanda garis 50%.
P : Pass / Lewat. Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu /
pengasuhanak memberi laporan ( tepat / dapat dipercaya bahwa
anak dapat melakukannya ).
F : Fail / Gagal. Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan
baik atau ibu / pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak
tidak dapat melakukannya dengan baik.
No : No Opportunity / tidak ada kesempatan. Anak tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada
hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba dengan tanda
R.
R : Refusal / Menolak. Anak menolak untuk melakukan uji coba.
Page 19
Pe- nolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa
yang harus dilakukan, atau menanyakan kepada anak apakah ia
dapat melakukannya ( uji coba yang dilaporkan oleh ibu / pengasuh
anak tidak di skor sebagai pe- nolakan ).
5. Interprestasi Penilaian Individual
a. Lebih ( Advanced )
Bilamana seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di
sebelah kanan garis umur, maka dinyatakan bahwa
perkembangan anak lebih pa- da uji coba tersebut.
b. Normal
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba di
sebelah kanan garis umur.
c. Peringatan ( Caution )
Bila seorang anak gagal atu menolak uji coba yang dilalui
garis umur ter- letak pada atau antara persentil ke-75 dan 90.
d. Keterlambatan ( Delay )
Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba
yang se- luruhnya terletak di sebelah kiri garis umur.
e. Tidak ada kesempatan ( No
Opportunity ) Uji coba yang
dilaporkan orangtua.
6. Intervensi Denver II
a. Normal
Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu
caution. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
b. Suspek
Bila didapatkan ≥ 2 peringatan dan / atau ≥ 1 keterlambatan.
Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk menghilangkan
faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.
c. Tidak dapat diuji
Bila ada skor menolak pada ≥ 1 uji coba yang terletak di
sebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang
Page 20
ditembus garis umur pada daerah 75 – 90 %.
d. Uji ulang dalam 1 – 2minggu
Bila pada uji ulang didapatkan hasil yang mencurigakan atau
tidak dapat diuji, maka pikirkan untuk merujuk anak tersebut
Page 21
Bab 3
BERMAIN DAN PERMAINAN ANAK
A. DEFINISI
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberi
informasi dan mengembangkan imajinasi dalam suasana yang
menyenangkan bagi anak. Kegiatan bermain dapat dilakukan
menggunakan alat permainan maupun tidak. Bermain merupakan
aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak karena me- nyenangkan, bukan
untuk mendapatkan hadiah atau pujian. Bermain sangat pent- ing bagi
anak seperti halnya kebutuhan makanan sehat dan bergizi bagi perkem-
bangan anak.
Permainan adalah media bagi anak untuk bermain. Setiap
permainan memiliki karakteristik, tujuan dan fungsi yang berbeda.
Page 22
B. FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan sensoris-motorik
Sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan
anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot Misal : untuk bayi yang mengembangkan kemampuan
sensoris-motoris dan alat permainan untuk usia todler dan
prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivias motorik
kasar dan halus.
2. Perkembangan intelektual
Anak akan melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Terutama mengenal
warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat
bemain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
3. Perkembangan social
Ditandai dengan kemampuan berinteraksi dgn lingkungannya dan
anak akan belajar memberi dan menerima saat aktivitas bermain,
anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan
bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya.
4. Perkembangan kreativitas
Berkreasi : kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan atau kegiatan
yang dilakukannya. Anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya.Misalnya : dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan me- rangsang kreativitasnya
untuk semakin berkembang
5. Perkembangan kesadaran diri
Anak akan mengembangkan kemampuannya dlm mengatur tingkah
laku. Belajar mengenal kemampuanya dan membendingkan dengan
oranglain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran baru
dan mengetahui dam- pak tingkah lakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral
a. Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya
terutama dari orangtua dan guru
Page 23
b. Dengan bermain, kesempatan menerapkan nilai-nilai tersebut
dan me- nyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang
ada di lingkungann- ya.
c. Dapat membedakan mana tentang benar dan yang salah Misal:
merebut mainan temannya.
7. Bermain sebagai terapi
a. Saat dirawat di RS akan ada perasaan yang tidak
menyenangkan seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri.
b. Dampak dari hospitalisasi karena menghadapi stresor yang
ada di ling- kungan RS
c. Permainan akan mengalihkan rasa sakitnya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
d. Bagi yang belum dapat mengekspresikan secara verbal
merupakan media komunikasi dengan orang lain dan petugas
kesehatan.
D. TUJUAN BERMAIN
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembanga
2. Mengekspresika perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya
3. Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan
Page 24
dirawat diru- mah sakit
5. Anak merasa senang
6. Anak berlatih menggunakan seluruh inderanya
7. Anak aktif melakukan kegiatan
8. Anak belajar bekerjasama dan berkomunikasi
9. Mengembangkan rasa ingin tahu, harga diri, percaya diri, dan
anak belajar mengembangkan nilai-nilai
10. Anak memperoleh pengalaman nyata
11. Anak menuju kemandirian
Page 25
memberikan contoh yang benar.
4. Sebagai evaluator: menilai apakah kegiatan bermain telah
memenuhi kebu- tuhan anak serta sejauh mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya.
H. KLASIFIKASI BERMAIN
Beberapa jenis permaian, ditinjau Isi permaianan :
1. Social affective play
Adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak
dan oran- glain, contoh : ciluk-ba, berbicara sambil
tersenyum/tertawa, dll. Bayi akan merespon misalnya dengan
tersenyum, tertawa atau mengoceh
2. Sense of pleasure play.
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa
senang pada anak dan biasanya mengasikkan. Misal :
a. Menggunakan pasir untuk dibuat gunug-gunungan atau benda
apa saja yang dapat dibuat dari pasir
b. Memindahkan air kedalm botol.
Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin lama asik
bersentuhan dengan alat permainan ini dan sulit untuk dihentikan
3. Skill play
Permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak terutama
motorik kasar dan halus. Misal : bayi terampil memegangi benda,
memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain, dan
terampil main sepeda Ketrampilan tersebut diperoleh melalui
pengulangan
4. Games atau permainan.
Jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang
menggunakan perhi- tungan dan atau skor. Dapat dilakukan
sendiri atau bersama teman Misal : ular tangga, puzzle,congklak,
dll
5. Unoccupied behavior
Page 26
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, memainkan kursi atau meja atau apa saja yang
disekelilingnya. Sebenarnya anak tidak memainkan alat tertentu
dan situasi atau objek yang ada disekelilingnya yang digunakan
sebagai alat permaianan
6. Dramatic Play
Anak bermain peran sebagai orang lain melalui
permainannya. Anak berceloteh dengan memakai baju orang
dewasa seperti orangtua, guru dll. Apabila bermain dengan
temannya akan terjadi percakapan tentang peran orang yang
mereka tiru.
Permaian ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran
tertentu.
3. Parallel play
Anak dapat menggunakan alat yang sama tetapi tidak terjadi kontak
satu sa- ma lainnya sehingga tidak ada sosialisasi satu sama lain.
4. Associative paly
Page 27
Terjadi komunikasi tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin
atau yang memimpin permainan dan tujuan tidak jelas.
Misal : main boneka, hujan-hujanan, masak-masakan
5. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas, juga tujuan
permainan Anak yang memimpin permainan mengatur dan
mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam permainan
sesuai dengan tujuan permainan Misal : bermain bola
Page 28
Sehingga permainan usia ini, untuk
meningkatkan ketrampilan fisik dan intelektualnya tetapi juga
megembangkan sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok dan
bekerjasama
5. Anak usia remaja (13 - 18 tahun)
Anak remaja merupakan fase peralihan yaitu di satu sisi
meninggalkan masa kanak-kanak dan sisi lain memasuki usia
dewasa dan bertindak sebagai indi- vidu. Permainan konstruktif :
olahraga basket, karangtaruna, remaja masjid dll
2. Prinsip Permaianan Di RS
Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang
dijalani Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi,
singkat dan sederhana Permainan yang harus
mempertimbangkan keamanan anak Permainan harus
melibatkan kelompok umur yang sama Melibatkan orangtua
Page 29
dan orangtuanya Jika kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas setiap
anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orangtua setiap anak
L. ALAT PERMAINAN
Alat harus ditetapkan dan tidak harus baru dan bagus
Gunakan alat yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang
rawat Yang penting yaitu alat permainan yang digunakan harus
menggambarkan krea- tivitas perawat dan orangtua, serta dapat menjadi
media untuk eksplorasi perasaan anak
M. EVALUASI
Evaluasi scr menyeluruh dgn cara membandingkan pelaksanaan
bermain dgn tujuan yang telah ditetapkan. Tulis hambatan yang ditemui
teruntuk jika dil- akukan berkelompok dan melibatkan semua
ortu ikut bermain. Berikan pujian dan penghargaan thdp apa yg tlh
dilkukan anak.
Page 30
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TUMBUH KEMBANG
ANAK