Membangun Kesadaran Etika Akuntan Berdas 1dac5990
Membangun Kesadaran Etika Akuntan Berdas 1dac5990
Membangun Kesadaran Etika Akuntan Berdas 1dac5990
DISERTASI
Oleh:
Deasy Ariyanti Rahayuningsih lahir dari orang tua Alm. Drs. Ruwahono dan Sri Indriyati
pada tanggal 31 Desember 1974 di DKI Jakarta. Deasy merupakan seorang Ibu dengan satu
putra, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan yang telah ditempuhnya adalah
SDN 02 Kodam Jakarta Barat, SMPN 127 Kebon Jeruk Jakarta dan SMAN 65 Kebon Jeruk
Jakarta Barat. Setelah lulus SMA tahun 1993, Deasy melanjutkan kuliah S-1 di Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi Universitas Trisakti Jakarta dan lulus di tahun 1998. Kemudian di tahun 1999,
Deasy melanjutkan kuliah S-2 di Pascasarjana Magister Sains Akuntansi, Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta dan lulus pada tahun 2001. Setelah lulus S-2, Deasy bergabung sebagai Dosen
Tidak Tetap di beberapa kampus di Jakarta dan Tangerang hingga tahun 2007. Pada tahun 2002
hingga sekarang, Deasy tercatat sebagai Dosen Tetap Yayasan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Trisakti (Trisakti School of Management) Jakarta. Selain berprofesi sebagai Dosen, Deasy
bergabung sebagai kontributor (penulis lepas) pada beberapa majalah remaja, bisnis serta tabloid
wanita di Jakarta dari tahun 2006 hingga 2008 dan juga bertanggungjawab sebagai pengelola
jurnal pada Jurnal Bisnis Akuntansi (JBA) dan Media Bisnis Akuntansi terbitan TSM dari tahun
2006 hingga 2010. Pada tahun 2013, Deasy melanjutkan kuliah S-3 di Program Doktor Ilmu
Akuntansi (PDIA) Universitas Brawijaya Malang untuk kelas Jakarta. Selain kesibukannya
sebagai akademisi, peneliti dan Ibu rumah tangga, Deasy banyak terlibat sebagai partisipan aktif,
pembelajar sejati, fasilitator dan relawan di beberapa komunitas sosial yang bergerak di bidang
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirobbil Alamin, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
perkenan Rahmat dan Hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan studi di Program Doktor Ilmu
Akuntansi Universitas Brawijaya. Berkat kemurahan dan kasih sayang Allah, saya memperoleh
banyak hikmah pembelajaran dari perjalanan disertasi saya ini. Perjalanan yang menempatkan
saya agar lebih mampu mengenal diri dan memahami diri secara utuh, menjalani proses
pembelajaran dengan ikhtiar dan penuh kesabaran dengan harapan memperoleh cahaya ilahi
berupa ilmu pengetahuan. Semua itu tidak lepas dari bimbingan dan arahan Bapak Ibu Dosen
di Program Doktor Ilmu Akuntansi Universitas Brawijaya.
1. Rektor Universitas Brawijaya, Bapak Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR, MS yang telah
memberikan kesempatan memfasilitasi berbagai sarana pendidikan yang menunjang
saya selama menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya Malang.
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Bapak Abdul Ghofar, M.Si., M.Acc., Ak., DBA
yang telah memberikan kesempatan memfasilitasi berbagai sarana pendidikan selama
menempuh S-3 di Program Doktor Ilmu Akuntansi FEB Universitas Brawijaya.
3. Ketua Program Studi Program Doktor Ilmu Akuntansi (PDIA) Bapak Aulia Fuad Rahman,
SE., M.Si., DBA.,SAS., Ak., CA yang telah memberikan perhatian, dukungan, saran dan
masukan terhadap kemajuan studi saya
4. Promotor, Bapak Prof Dr Made Sudarma. SE., MM., Ak. Terimakasih atas kemurahan
hati dan kebijaksanaan Prof dalam memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian
disertasi saya. Masukan dari Prof Made membuat diri saya tidak habis-habisnya
merenung, berkontemplasi serta merefleksikan keberadaan diri saya di dunia. Setiap
masukan dari Prof mengandung pembelajaran serta makna luar biasa bagi saya seorang
pembelajar dalam memaknai kehidupan. Saya juga memohon maaf atas
ketidakmampuan saya untuk menyelesaikan studi ini tepat waktu.
5. Co-promotor 1, Bapak Drs Ali Djamhuri., M. Com., Ph.D. Ak CPA. Terimakasih atas
bimbingan dan saran dari bapak, sehingga saya banyak belajar mengeksplorasi
kemampuan diri, belajar tehnik penulisan yang baik, memahami manusia dan
vi
karakteristiknya serta memahami materi e book dan jurnal-jurnal pemberian bapak.
Walaupun tulisan saya masih jauh dari sempurna, semangat dan arahan bapak dalam
membimbing, menggerakkan saya untuk terus belajar, memiliki keberanian untuk berpikir
out of the box khususnya saat menuangkan tulisan riset bertema spiritual ini. Mohon maaf
bapak, jika sekiranya alur berfikir saya tersendat, kaku dan terkesan kurang mengalir,
sehingga saya kurang komprehensif menuangkan tulisan tersebut.
6. Co-promotor 2, Bapak Drs. Nurkholis, M.Buss, Ak., Ph.D. Terimakasih saya haturkan
kepada Bapak yang tidak henti-henti mengingatkan saya akan pentingnya justifikasi
sehingga sebuah tulisan riset layak disebut sebagai tulisan ilmiah. Masukan dan wawasan
dari Bapak tentang Islamic Wordview, sesuatu yang baru bagi saya saat itu membuat diri
saya tertantang untuk mempelajarinya lebih dalam. Saya berusaha memahami dan
mencerna satu demi satu kajian topik tersebut dari berbagai komunitas yang saya ikuti.
7. Penguji eksternal Bapak Dr. Abdul Hamid Habbe., SE., M.Si. Terimakasih bapak atas
masukan serta saran Bapak terkait ayat-ayat qauliyah yang secara mendalam belum saya
ungkapkan dalam disertasi ini.
8. Ketua Penguji internal Bapak Prof. Dr. Sutrisno T., Ak, anggota penguji internal 1 Bapak
Prof Gugus Irianto., SE., M. SA., Ak., Ph.D serta anggota penguji internal 2 Bapak Aulia
Fuad Rahman., SE., M.Si., DBA., SAS., Ak., CA. Terimakasih untuk semua masukan dan
saran dari bapak semua untuk penyempurnaan disertasi ini.
9. Segenap Dosen dan Karyawan Pascasarjana FEB Universitas Brawijaya Malang
10. Segenap jajaran pimpinan dan civitas akademika dari Institusi Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Trisakti Jakarta (Trisakti School of Management). Terimakasih kepada Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Bapak Arya Pradipta, SE., Ak., ME., CA beserta
jajaran struktural lainnya, para Wakil Ketua, Ketua Jurusan Akuntansi dan Sekretaris
Jurusan Akuntansi, Personalia dan Kepala Bagian lainnya serta para rekan dosen,
karyawan TSM dan mahasiswa Akuntansi. Terimakasih untuk semua dukungan yang luar
biasa yang telah diberikan kepada saya berupa beasiswa, kepercayaan dan keleluasaan
waktu (flexible time), sehingga saya dapat menyelesaikan disertasi ini. Meski demikian,
mohon maaf atas ketidakmampuan saya menyelesaikan studi S-3 ini tepat waktu.
11. Orang tua tercinta. Alm Drs Ruwahono dan Sri Indriyati beserta keluarga besar di Jakarta
dan Yogyakarta yakni Andriani Rahajuningsih, ST, Trihartanto, ST., MT, dan Drs
Sumarlan, M.Si beserta Ananda Axelle Farand Maestra. Terimakasih telah memberikan
dukungan semangat dan doa selama saya menempuh kuliah S-3. Mohon maaf atas
vii
kurangnya kebersamaan waktu serta perhatian yang kurang maksimal sepanjang
perjalanan disertasi ini.
12. Para informan dalam penelitian ini yakni Akuntan Publik (Auditor Eksternal), Akuntan
pendidik, Akuntan Manajemen, Akuntan Internal (Auditor internal dari Krakatau Steel dan
BPK). Terimakasih atas informasi ilmu yang luar biasa serta keleluasaan waktunya disela-
sela kesibukan Bapak Ibu semua.
13. Para Ustadz, Guru, Mentor (coach) dan teman-teman seperjalanan dari komunitas belajar
Pure Consciousness Indonesia dan Percepatan Evolusi Kesadaran, Kelas Bedah Buku
Hawkins Group, Mentoring Transcending Level of Consciousness, Sebut Saja Mawar
(SESAMA), Santosa Healing Mates, Ngaji Filsafat dan Tasawuf, Kelas Fushuf Hikam,
Nuralwala Pusat Studi Akhlak serta Kajian Rumi. Terimakasih untuk pembelajaran
kesadaran, filsafat dan tasawuf yang telah diberikan sehingga dapat mereguk ilmu
pengetahuan dan memahami semesta. Semoga kiranya proses pembelajaran ini
VHQDQWLDVD PHQJKLGXSNDQ ³FDKD\D NHLODKLDQ GDODP GLUL´ menumbuhkan kesadaran serta
mampu memberikan kebermanfaatan kepada sesama. Terimakasih kepada aktivis
relawan riset dari Peneleh Riset Institute untuk pembelajaran dan keilmuan yang telah
ditularkan kepada saya selama ini.
14. Komunitas PDIA dan Group PDIA 2013 kelas Jakarta. Terimakasih atas dukungan, waktu
dan kebersamaannya selama ini. Special thanks kepada Mba Ayudia Sokarina dan Mba
Erna Lovita serta Mba Eka Siskawati, Mba Ida Ayu, Mba Alia Ariesanti, Mba Sovi
Ismawati, Mba Uun Sunarsih, Mas Sultan dan Pak Adrian yang tidak pernah surut
memberikan semangat dan dukungan kepada saya dalam mengejar ketertinggalan.
15. Penerbit Javanica, Rumah Remedi, Jeda Wellnest dan Mahadaya Institute. Pihak-pihak
yang secara tidak langsung mengajak dan menggerakkan hati pikiran serta langkah saya
untuk bergabung dengan komunitas-komunitas belajar. Terimakasih telah mempermudah
jalan dan mengingatkan kepada diri ini bahwa proses penyelesaian disertasi ini
merupakan perjalanan kemenjadian menuju diri yang utuh, otentik dan selaras dengan
kehendak Tuhan.
16. Terakhir, pihak-pihak yang saya kenal secara pribadi maupun tidak dan tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang senantiasa hadir sepanjang saya menyelesaikan disertasi ini.
Terimakasih telah memberikan warna-warni dalam perjalanan disertasi saya. Setiap
gerak, ucapan serta langkah kalian telah memberikan spirit kepada saya agar senantiasa
semangat tanpa henti dan bergerak selaras menuju kehendak Tuhan.
viii
ABSTRAK
Deasy Ariyanti Rahayuningsih. Program Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
(FEB) Universitas Brawijaya. Membangun Kesadaran Etika Akuntan Berdasarkan Perspektif
Insan Kamil. Trilogi Pemikiran Iqbal, Hawkins dan Jung dalam Metode CINTA. Promotor: Made
Sudarma, Co Promotor: Ali Djamhuri dan Nurkholis.
Penelitian ini bertujuan membangun kesadaran akuntan dalam beretika menurut perspektif Insan
Kamil. Dalam rangka menumbuhkan kesadaran etika, metode Consciousness In Nature
Transcendence in Action (CINTA) sebagai pemantik perjalanan akuntan dalam menumbuhkan
kesadaran etika (evolusi) sehingga mengalami proses kemenjadian menuju tingkatan Insan
Kamil. Metode CINTA dioperasionalkan menjadi tiga tahapan yang memuat perjalanan kedalam
diri dan penemuan diri sejati (intrapersonal), kesadaran tumbuh dari interaksi personal dan
lingkungan (interpersonal) serta kesadaran melampaui personal yang ada (transpersonal). Data
yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil
wawancara terhadap para informan akuntan, partisipasi peneliti serta pengamatan langsung.
Data sekunder merupakan data tekstual pemikiran M. Iqbal berupa gerak dan arah khudi menuju
Insan Kamil, pemikiran David R Hawkins mengenai Peta Kesadaran yang memuat perjalanan
jiwa serta pemikiran Carl Gustav Jung yang membahas psikologi transpersonal. Penelitian ini
menampilkan rekam jejak jiwa akuntan dalam menapaki proses kesadaran sehingga dapat
menumbuhkan nilai-nilai kesucian diri (fitrah) yang mampu memberikan pancaran cahaya ilmu
pengetahuan, nilai-nilai kesadaran yang menggerakkan potensi kreasi manusia, nilai-nilai
keilahian yang membentuk karakter diri serta nilai-nilai kesempurnaan yang menumbuhkan
benih-benih kebijaksanaan akuntan dalam beretika. Proses pertumbuhan kesadaran etika
akuntan tersebut akan menghasilkan bangunan ilmu pengetahuan, daya kreasi, karakter serta
kebijaksanaan diri.
ix
ABSTRACT
This study aims to build the ethical awareness of accountants according to the perspective of al-
insan al-kamil, in which Consciousness in Nature Transcendence in Action (CINTA) method was
XVHG DV WKH VSDUNHU RI DFFRXQWDQWV¶ MRXUQH\ LQ JURZLQJ WKH DZDUHQHVV WKDW OHDGV WKHP WR WKH
predicate of al-insan al-kamil. The aforementioned method was operated in three stages: journey
to the inner-self and discovery of true self (intrapersonal), awareness resulting from the interaction
EHWZHHQ RQH¶V VHOI DQG WKH HQYLURQPHQW LQWHUSHUVRQDO DQG DZDUHQHVV VXUSDVVLQJ WKH H[LVWLQJ
self (transpersonal). Primary and secondary data were used; the former was gathered from
interviews to accountants, participations, and direct observations, and the latter is textual data
from the ideas of M. Iqbal concerning the movement and the direction of self (khudi) toward al-
insan al-kamil, David R. Hawkins regarding the awareness map of spiritual journey, and Carl
Gustav Jung about transpersonal psychology.7KLV VWXG\ SUHVHQWV WKH WUDFN UHFRUG RI DFFRXQWDQW¶V
spirit in their process toward awareness that eventually grows self-holiness values (fitrah) which
radiate lights of knowledge, awareness values that drive the creative potential of human, divine
values that shape self-character DQG SHUIHFWLRQ YDOXHV WKDW JURZ VHHGV RI DFFRXQWDQWV¶ ZLVGRP
LQ WKHLU HWKLFDO SUDFWLFHV 7KH SURFHVV RI DFFRXQWDQW¶V ethical awareness cultivation will produce
structures of science, creative power, self-character, and self-wisdom.
x
KATA PENGANTAR
Disertasi ini merupakan hasil dari kegelisahan dan rasa keingintahuan peneliti tentang
gerak jiwa akuntan dalam mematuhi ketentuan terkait regulasi, kebijakan serta norma aturan
(kode etik) yang mengatur perilaku etis akuntan serta bagaimana jiwa akuntan tersebut mampu
menumbuhkan sikap dan perilaku tertentu dalam beretika. Arah jiwa bergerak laksana arus air
yang mengalir dari hulu ke hilir dimana aliran tersebut bergerak menuju arah tertentu sesuai
muatan kehendak yang menggerakkannya. Begitupula dengan proses internalisasi diri yang
menjadi jembatan diri akuntan menuju tahapan kesadaran. Kesadaran merupakan energi
pendukung bagi gerak jiwa akuntan dalam bersikap dan berperilaku. Menumbuhkan kesadaran
etika merupakan rangkaian perjalanan spiritual akuntan menuju proses penyempurnaan diri.
Perjalanan yang tidak mengenal waktu sepanjang hayat masih dikandung badan merupakan
proses bertumbuh menuju penyempurnaan diri dimana keutuhan, keseimbangan dan
keselarasan dengan semesta nantinya akan tercipta. Kesadaran etika dalam konteks
pengetahuan akuntansi senyatanya merupakan pintu gerbang akuntan agar kehendak dirinya
bergerak selaras dengan kehendak Tuhan. Perjalanan menuju tingkat ketaatan dan kepatuhan,
bukan semata-mata didasari atas pemberlakuan fungsi regulasi serta norma yang ada melainkan
atas dasar hakekat dan fungsi penciptaan diri manusia sebagai Abdullah dan Khalifah Allah.
Kepatuhan dan ketaatan akuntan terhadap regulasi atau norma tidak semata-mata mengandung
muatan sanksi moral serta tuntutan penghakiman dari lingkungan yang mampu memberikan efek
punishment terhadap pelaku tindakan pelanggaran tersebut, melainkan dari unsur kerelaan serta
keikhlasan yang menyeruak muncul melakukan upaya penyadaran.
Uraian dalam bab-bab disertasi ini, diharapkan mampu menggugah pembaca terhadap
makna penting kesadaran serta bagaimana proses menumbuhkan kesadaran beretika akuntan
sehingga mampu memberikan respon serta tindakan yang bertanggungjawab dalam menyikapi
kebijakan, regulasi serta norma aturan yang berlaku. Oleh sebab itu proses krusial untuk
menumbuhkan kesadaran beretika adalah melalui keterlibatan serta peran jiwa akuntan dalam
merangkai perjalanan dirinya.
Bab satu merupakan Pendahuluan yang menggambarkan realita dan harapan akuntan
dalam keberlangsungan etika. Realita tersebut meliputi keberadaan akhlak dan agama dalam
praktek etika serta keberadaan etika pada manusia, lingkungan serta ilmu pengetahuan.
Pembahasan selanjutnya mengenai hakikat manusia dan sumber etika dalam ilmu pengetahuan.
xi
Kemudian keberadaan etika dalam jaringan interdisipliner ilmu mengalami perkembangan dari
masa ke masa. Kajian etika dalam berbagai sudut pandang juga dibahas baik dari Islamic
worldview, spiritualitas dan sufistik. Bab dua memaparkan metodologi penelitian yang mengkaji
kesadaran etika akuntan dari sudut pandang Insan kamil. Paparan tersebut meliputi hakikat diri
Insan kamil, ontologi serta epistemologi dalam perspektif Insan kamil. Bab tiga memaparkan
kesadaran beretika akuntan dari perpektif Insan kamil menurut sudut pandang M. Iqbal. Bab
tersebut memuat pengalaman dan pembelajaran M Iqbal dalam mengenal manusia serta tahapan
perjalanan manusia menuju tingkatan Insan Kamil. Tahapan tersebut berupa pemahaman dan
pengenalan jati diri, aktualisasi diri dalam beretika, evolusi kesadaran rohani menuju proses
penyempurnaan diri serta kesadaran ilahiyah. Bab empat menjelaskan lebih lanjut pemikiran
David R Hawkins dan Carl Gustav Jung sebagai pendukung pemikiran M Iqbal dalam kesadaran
Etika Akuntan. Bab tersebut memuat perjalanan dan pembelajaran hidup David R Hawkins,
pemahaman beliau tentang manusia dan Insan Kamil serta menilai psikologi transpersonal Jung
bersama M. Iqbal. Psikologi Transpersonal Carl Gustav Jung mengenai etika dan akhlak manusia
memuat nilai-nlai spiritual didalamnya. Pada akhirnya peneliti merancang sebuah piramida
sebagai strategi pencerahan umat manusia
Bab lima membahas analogi titik sebagai sebuah simbol kesucian diri manusia yakni
metamorfosis penemuan diri sejati. Bab tersebut membahas kesadaran bertauhid yang menjadi
awalan dan akhiran perjalanan jiwa akuntan menuju kesucian diri. Dalam aktivitas jiwa tersebut,
akuntan membutuhkan kebebasan kehendak dalam memilih. Meskipun demikian niat disertakan
sebagai upaya penegasan dan pengukuhan diri agar senantiasa kembali pada kesadaran awal
penciptaan. Dengan demikian perwujudan diri (khudi self) dalam Intrapersonal akan tercapai. Bab
enam menjelaskan mengenai realita akuntan dalam beretika, sebuah lakon kehidupan
(interpersonal) tanpa batas dalam mengaktivasi potensi diri. Bab tersebut menjelaskan
perjalanan jiwa akuntan dalam menapaki evolusi kesadaran dimana professionalisme akuntan
ditempa saat menghadapi realita praktek etika yang tidak sesuai dengan harapan. Akuntansi
yang ruang lingkupnya dipengaruhi oleh unsur-unsur kapitalisme mengandung muatan
materialistik sehingga mengakibatkan kemelekatan duniawi menempati porsi terbesar pada jiwa-
jiwa akuntan yang mengalami keterpisahan dengan hakekat. Realita tersebut seolah
menunjukkan pertentangan posisi yang mengutamakan dominasi label sosial (atribut) atau
menekankan unsur hakekat dalam masing-masing jiwa akuntan. Dengan demikian jiwa akuntan
berada pada persimpangan jalan yang memunculkan sebuah konflik batin berujung dilema saat
mengambil keputusan. Bab tujuh memaparkan trans(edensi) personal sebagai upaya
menumbuhkan cinta ilahi dalam diri, sebuah evolusi kesadaran. Bab tersebut mencoba mengurai
xii
keruwetan dilema yang dihadapi akuntan sehingga tergugah jiwanya untuk menggeser
paradigma mereka dalam berfikir. Jiwa akuntan hendaknya senantiasa melakukan pensucian
jiwa dan self healing dalam menumbuhkan tingkat subyektivitas dalam diri. Dalam pertumbuhan
tersebut terjadi dialektika sebagai jalan menemukan kebenaran dalam diri. Disini terjadi sintesis
pengetahuan yang nantinya menginternalisasi diri dan menumbuhkan kesadaran intuitif. Proses
kemenjadian sebagai proses pergerakan jiwa tanpa henti dalam menggapai kesadaran ilahi.
Proses penyaksian diri atas Laa Illaaha Illallah dalam segenap wujud kehidupan merupakan
perjalanan menuju cahaya dan sarana perwujudan diri (khudi-self) dalam transpersonal. Saat diri
mengalami evolusi kesadaran, jiwa akuntan senantiasa berjalan menuju kebermanfaatan,
keseimbangan dan keselarasan dalam kehidupan. Proses harmonisasi CINTA dalam alunan
semesta menghantarkan jiwa-jiwa akuntan bergerak menuju Insan Kamil.
Bab delapan mengajak pembaca mensintesis pemikiran yang tertuang di bab lima, enam
dan tujuh menjadi bentuk CINTA dalam Trilogi Pemikiran Iqbal, Hawkins dan Jung yakni sebuah
dekonstruksi kesadaran etika akuntan dalam perspektif Insan Kamil. Bentuk CINTA merupakan
metafora dari Consciousness In Nature Transcendence in Action sebagai penjabaran dari
tahapan perjalanan akuntan dalam menumbuhkan kesadaran beretika. Penjabaran tahapan yang
merupakan rangkaian evolusi kesadaran manusia merupakan novelty dalam penelitian yang
belum banyak diungkapkan dalam penelitian etika sebelumnya. Kesadaran etika akuntan
bermula dari proses pengenalan dan pemahaman akan jati diri. Kemudian diikuti dengan
hubungan interpersonal akuntan dalam beretika. Trans(edensi) personal sebagai gerak jiwa
akuntan dalam menumbuhkan cinta ilahi dalam diri merupakan proses kemenjadian yang tidak
mengenal akhir. Pembaca dapat melihat upaya perjalanan jiwa akuntan dalam menumbuhkan
kesadaran beretika melalui proses pertumbuhan, pergerakkan dan penyelarasan nilai-nilai
kesucian, kesadaran, ketuhanan dan kesempurnaan dalam intrapersonal, interpersonal dan
transpersonal. Bab sepuluh merupakan penutup yang mengajak pembaca mengingat kembali
rangkaian pertumbuhan kesadaran beretika akuntan secara mendalam. Rangkaian tersebut
kemudian didedikasikan dalam bentuk implikasi penelitian, keterbatasan, dan saran penelitian
selanjutnya, sehingga pembaca mampu mencerna dan memahami isi disertasi secara
keseluruhan. Selamat membaca, semoga bermanfaat!
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN IDENTITAS TIM PENGUJI DISERTASI iii
PERNYATAAN ORISINAL DISERTASI iv
RIWAYAT HIDUP v
UCAPAN TERIMAKASIH vi
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
KATA PENGANTAR xi
DAFTAR ISI xiv
DAFTAR TABEL xix
DAFTAR GAMBAR xx
DAFTAR LAMPIRAN xxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Realita dan Harapan Akuntan dalam Keberlangsungan Etika 1
1.1.1 Keberadaan Akhlak Manusia dalam Praktek Etika 3
1.1.2 Keberadaan Agama (Islam) dalam Etika dan Ilmu Pengetahuan 4
1.1.3 Lingkungan Bisnis dalam Kajian Etika dan Ilmu Pengetahuan 7
1.1.4 Hakekat Manusia sebagai Sumber Etika dan Ilmu Pengetahuan 9
1.1.5 Etika dalam Jaringan Interdisipliner Ilmu 13
1.1.6 Teori Etika dari Masa ke Masa 16
1.1.7 Etika dalam Islamic Worldview 21
1.1.8 Insan Kamil dalam Perspektif Sufisme 24
1.1.9 Etika Akuntan dalam Spiritualitas 28
1.2 Akuntansi dan Profesi Akuntan dari Masa ke Masa 31
1.3 Motivasi Penelitian 41
1.4 Fokus dan Masalah Penelitian 42
1.5 Tujuan Penelitian 43
1.6 Kontribusi Penelitian 43
xiv
1.6.1 Kontribusi Teori 43
1.6.2 Kontribusi Praktis 44
1.6.3 Kontribusi Kebijakan 44
xv
3.2.4 Kesadaran Illahiyah: Sarana Menuju Pencerahan (Insan Kamil) 86
3.3 Penutup 87
BAB IV LEBIH LANJUT PEMIKIRAN DAVID R HAWKINS DAN CARL GUSTAV JUNG
DALAM KESADARAN ETIKA AKUNTAN: AS THE SUPPORTING THOUGHT
4.1 Sekilas Pandang Pemikiran David R Hawkins 89
4.1.1. Perjalanan dan Pembelajaran Hidup David R Hawkins 89
4.1.2 Manusia dalam Perspektif David R Hawkins 92
4.1.3 Perspektif Insan Kamil dalam Pemikiran David R Hawkins 95
4.1.4 Keberadaan Psikologi Transpersonal Jung dalam Pemikiran
Iqbal dan Hawkins 96
4.2 Psikologi Transpersonal dalam Pemikiran Carl Gustav Jung 98
4.3 Pandangan Psikologi Transpersonal terhadap Etika dan Akhlak Manusia 100
4.4 Nilai Spiritual dalam Psikologi Transpersonal 105
4.5 Piramida Strategi Pencerahan Umat Manusia: Integrasi Pemikiran
Hawkins dan Jung dalam Pemikiran Iqbal (IHJ) 106
4.6 Penutup 116
xvi
dalam Interpersonal 148
6.4 Label Sosial (Atribut) vs Hakikat: Kemelekatan Duniawi sebagai Tonggak
Keterpisahan Jiwa dengan Hakikat 167
6.5 Akuntan dalam Persimpangan Jalan: Konflik Batin Berujung Dilema dalam
Pengambilan Keputusan 172
6.6 Penutup 179
%$% 9,,, ³&,17$´ '$/$0 75,/2*, 3(0,.,5$1 ,4%$/ +$:.,16 '$1 -81*
DEKONSTRUKSI KESADARAN ETIKA AKUNTAN DALAM PERSPEKTIF
INSAN KAMIL
8.1 Multidisiplin Ilmu dalam Membangun Kesadaran Etika Akuntan:
Sebuah Pengantar 236
xvii
8.2 Menumbuhkan Nilai-Nilai Kesucian, Kesadaran, Ketuhanan dan
Kesempurnaan Melalui Perwujudan Diri dalam Intrapersonal 240
8.3 Menggerakkan Nilai-Nilai Kesucian, Kesadaran, Ketuhanan dan
Kesempurnaan Melalui Perwujudan Diri dalam Interpersonal 242
8.4 Menselaraskan Nilai-Nilai Kesucian, Kesadaran, Ketuhanan dan
Kesempurnaan Melalui Perwujudan Diri dalam Trans(edensi)personal 245
8.5 Konstruksi Kesadaran Etika Akuntan Berdasarkan Perspektif
Insan Kamil 249
8.6 Perbandingan Pertumbuhan Kesadaran Etika Akuntan dalam
Potret Besar Informan Akuntan dan Perspektif Insan Kamil 251
8.7 Operasionalisasi Kesadaran Etika Akuntan Berdasarkan Insan Kamil 261
8.8 Penutup 266
LAMPIRAN 292
xviii
DAFTAR TABEL
Halaman
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xx
Gambar 8.6 Keberadaan Diri, Regulasi dan Pelanggaran (Kesalahan)
dalam Etika Akuntan 266
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xxii
BAB I
PENDAHULUAN
That is necessary for the triumph of evil is that good men do nothing
(Edmund Burke, 1729-1797)
Etika merupakan tatanan perilaku yang mendasarkan diri pada sistem nilai yang berlaku
umum di masyarakat. Keberhasilan etika terjadi karena pengenaan sanksi terhadap pelanggaran
regulasi atau norma menekankan manusia patuh dan taat dalam beretika. Regulasi atau norma
ketidakberdayaan diri. Fungsi moralitas bekerja mengidentifikasi sesuatu atas dasar kesalahan
maupun kebenaran yang bersifat relatif, terlebih saat fungsi otoritatif memiliki peran dan kuasa
didalamnya. Regulasi memiliki peluang atau celah untuk dilanggar oleh oknum atau pihak tertentu
Begitupula dengan fenomena yang terjadi di Indonesia, dimana proses pembelajaran dan
pendidikan yang tidak berbasis kenyataan jiwa justru memberlakukan logika mesin pada
manusia. Kondisi tersebut mengakibatkan kesadaran kolektif masyarakat terputus dan menjadi
partikular sifatnya. Penerapan tersebut tentu tidak tepat karena ruh manusia sebagai wadah
percikan cahaya illahi tidak dapat disamakan dengan mekanisme kerja robot yang dikatakan
semakin canggih apabila mampu menginput banyak olahan data. Mekanisme kerja robot justru
memahami esensi pelanggaran etika secara utuh sehingga mendorong timbulnya perilaku
anarkis.
1
2
perkembangan isu etika saat ini seringkali mengalami kebingungan moral dan dilema etis (Mc
Phail & Walters Diane, 2009). Pertimbangan etis sebagai sisi terdalam jiwa mampu mengarahkan
keputusan akuntan agar senantiasa berperilaku dan bertindak etis (Triyuwono, 2015). Akuntan
selaku intelektual hendaknya mampu mengatasi dilema etis karena jika tidak akan berujung pada
skandal keuangan, pelanggaran regulasi serta penyalahgunaan kode etik profesi1. Berbagai jenis
pelanggaran etika telah terjadi di berbagai belahan dunia seperti di USA, Australia dan Italia2. Di
Indonesia sendiri pelanggaran etika yang terjadi berupa penyelewengan dana haji, korupsi
milyaran hingga triliunan rupiah dalam proyek pemerintahan dan dana bantuan sosial serta
tindakan suap yang melibatkan oknum tertentu sehingga merugikan keuangan negara. Kasus
pelanggaran yang melibatkan aktor intelektual ELDVDQ\D PHPLOLNL ³XQVXU NUHDVL´ GLGDODPQ\D 2OHK
sebab itu intelektualitas tanpa keberadaan spiritual akan membatasi ruang lingkup manusia
dalam berfikir, bersikap dan bertingkah laku (linier). Lain halnya dengan kemampuan spiritualitas
yang memiliki keleluasan tanpa batas dan tidak terbatas (non linier). Kondisi tersebut seharusnya
menjadi target pembelajaran dunia pendidikan dan pengajaran. Ilmu yang dihasilkan dari proses
pendidikan dan pengajaran seharusnya menjadi refleksi diri atas kemampuan manusia yang
menjadi bahan introspeksi bersama, bukan sekedar hasil proyeksi serta introyeksi yang lamban
laun menimbulkan kelemahan jiwa serta gangguan persepsi. Dalam keadaan tersebut
diharapkan siswa mampu mengeksplorasi sisi terdalamnya yakni potensi diri maha dahsyat yang
1
Kode etik sebagai mekanisme control dan sanksi untuk profesi sehingga permasalahan etika dalam praktik
akuntansi dapat dihindari
2
Runtuhnya perusahaan besar seperti Enron, Worldcom dan Global Crossing di USA dan Parmalat telah
menggulingkan kredibilitas dan akuntabilitas laporan keuangan. Skandal terjadi bukan hanya kesalahan
akuntansinya semata melainkan para akuntan dan pelaku bisnis yang tidak beretika (Yunanda et al, 2016)
3
mampu menghasilkan sebuah kreativitas. Ilmu sebagai cahaya kesadaran dalam diri manusia
melekat pada esensi bukan pada konsep. Esensi tersebut terbawa dalam pikiran dan terangkai
dalam abstraksi manusia. Fenomena tersebut selaras dengan keberadaan ilmu manusia yang
membawa perubahan kesadaran dalam jiwa, dimana kebebasan berfikir menempati porsi besar
Regulasi, norma serta sanksi terhadap pelanggaran etika bukan satu-satunya jalan
manusia agar senantiasa berperilaku etis. Manusia perlu mengenali dirinya secara utuh agar
mampu memahami kepribadian, menumbuhkan kesadaran serta menjadi faktor pengendali jiwa
dalam bertindak. Kapan dan dimana saja manusia berada, baik dalam ruang lingkup aturan yang
ketat maupun fleksibel, sepanjang jiwa tersebut memiliki kemampuan refleksi dan intropeksi diri
maka akan melahirkan kesadaran yang menjadi kendali dalam bersikap dan bertingkah laku.
Pada akhirnya kendali tersebut menjadi pendukung diri saat memahami etika dalam kehidupan
Etika merupakan cabang filosofi terkait perilaku manusia dalam menjawab aturan yang
secara moral dikatakan baik atau buruk. Moral adalah konsep kompleks yang terkait dengan
tindakan, konsekuensi maupun akibat (Abuznaid, 2009; Cherrington & Cherrington, 1995;
Zaroug, 2017.), sedangkan akhlak merupakan kekuatan jiwa dalam memahami diri atas sikap
spontan individu yang terefleksi dalam perbuatan dan tindakan. Akhlak sebagai cermin jiwa
merupakan hasil refleksi keimanan diri yang mewujud dalam perilaku sehari-hari. Akhlak bersifat
universal dan abadi karena ditetapkan oleh Al-Quran dan Hadits, sedangkan etika dan moral
bersifat lokal dan temporer karena bersumber dari adat istiadat, kebiasaan yang berlaku di
Akhlak merupakan determinan penting dalam praktek etika yang bergerak sesuai
tuntunan agama. Akhlak sebagai sikap spontan dalam diri manusia, direpresentasikan dalam
4
wujud tingkah laku atau perbuatan. Oleh sebab itu Iqbal menggambarkan kesempurnaan
manusia sebagai sebuah perjalanan berproses (suluk) jiwa untuk mencapai sifat-sifat luhur
akhlakul karimah yang mengandung kekuatan, wawasan, perbuatan bahkan kebijaksanaan. Oleh
sebab itu faktor utama terbentuknya akhlak yang baik bukan semata-mata ditentukan oleh faktor
eksternal yakni label sosial yang disematkan oleh lingkungan, regulasi bahkan norma terhadap
diri manusia, tetapi yang terpenting adalah proses kemenjadian (becoming) dimana kesadaran
diri manusia bertumbuh secara terus menerus. Oleh sebab itu, penekanan kesadaran etika dalam
penelitian ini lebih difokuskan pada gerak pertumbuhan kesadaran akuntan dari waktu ke waktu
Etika dikenal sebelum zaman masehi dan konsep tersebut pertama kali digunakan oleh
Aristoteles sebagai salah satu disiplin ilmu filsafat (Horomnea & Pascu, 2012). Etika yang
dikembangkan Aristoteles dengan nama Nichomachelian Ethics terkait erat dengan nilai-nilai
kehidupan yang menjadi arah manusia dalam bersikap dan bertingkah laku.
Etika yang merupakan bagian integral dari syariat Islam seharusnya mampu
mengarahkan manusia melakukan kebaikan (Harahap, 2011). Hal ini dikarenakan etika sebagai
pintu masuk manusia dalam beragama memiliki banyak ragam dalam kehidupan, seperti: 1)
Etika humanis mensyaratkan kehadiran etika sebagai hasil kesepakatan antar manusia, 2) Etika
materialistis yang menilai keberadaan materi lebih berperan dibandingkan keberadaan manusia
dan 3) Etika kenabian yang menjadi rukun agama bagi manusia dalam menjalani kehidupan.
Agama mengatur eksistensi manusia terhadap Tuhan karena agama menjadi koridor
perjalanan manusia agar senantiasa kembali kepada Tuhan sehingga mampu mengemban citra
illahi. Dalam mencapai harapan tersebut, pertumbuhan iman manusia terjadi melalui
seraQJNDLDQ IHQRPHQD µ/DD LODKD µLOODOODK yang memberikan keyakinan dalam diri bahwa tiada
satupun menyerupai Tuhan selain Allah SWT. Oleh sebab itu keimanan manusia hendaknya
5
tidak saja mencakup pemahaman terhadap tataran syariat saja melainkan tataran sains dan
filosofis menuju tingkatan tarekat, makrifat dan juga hakekat (advanced). Agama merupakan
metode sedangkan spiritualitas adalah tujuan. Oleh sebab itu setiap orang memiliki metode
Agama melalui kitab sucinya mengandung 3 hal pokok yakni hakikat Tuhan sebagai
kekuatan tak terbatas, etika, tata susila dan ritual serta tata cara beribadat. Manusia meyakini
bahwa tidak ada satupun agama di dunia yang tidak mengajarkan etika atau moralitas. Islam
memandang etika dalam dua dimensi yaitu (1) etika dengan maha pencipta yaitu Allah SWT
dimana muslim hendaknya selalu percaya kepada Allah SWT dan beribadah kepada Nya; (2)
Etika terhadap makhluk hidup yakni dengan senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama
makhluk hidup. Makna etika dalam Al-Quran tercermin pada kata Khayr (kebaikan), birr
(kebenaran), Quist (persamaan), Adl (keadilan), Haqiqah (kebenaran), Maruf (diketahui dan
disetujui) dan Taqwa atau kesalehan (Abuznaid, 2009). Etika dalam konteks keagamaan tidak
saja memuat prinsip keseimbangan yang memuat sisi spiritual manusia kepada sang kuasa
Saat ini agama memiliki pergeseran atau reduksi makna dari yang dianggap sebagai
ritual ibadah keagamaan kemudian menjadi tempat pendoktrinan dogma dan ideologi. Padahal
peran agama dalam kehidupan manusia melebihi fungsi ritual. Agama dinilai kaum kapitalis telah
membelenggu ruang lingkup ilmu pengetahuan modern yakni memisahkan legitimasi Tuhan
dengan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Padahal peran agama dalam keberlangsungan
etika memuat tata nilai, hukum dan norma manusia dalam kehidupan. Hal tersebut bertolak
belakang dengan ilmu pengetahuan modern yang merupakan hasil semangat renaissance yang
membawa nilai materialisme atau sekularisme di segenap aspek kehidupan manusia sehingga
PHODKLUNDQ PDQXVLD ³VXSHUPDQ´ \DQJ PHPLOLNL NXDVD DWDV NHVHUDNDKDQ Oleh sebab itu
kapitalisme yang merupakan hasil dari ilmu pengetahuan modern justru mendorong
Ilmu pengetahuan saat ini mengalami keterpisahan dengan nilai-nilai tauhid yang meliputi
kesatuan Tuhan, kesatuan alam, kesatuan kebenaran, kesatuan hidup serta kesatuan umat
manusia. Manusia yang tidak memahami aspek keilmuan ontologi, epistemologi serta aksiologi
dalam ilmu pengetahuan tidak dapat membebaskan diri dari ancaman global dan keterpurukan
(Agus, 2013) sehingga mampu membentuk split personality dalam diri manusia. Padahal
sejatinya, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama (Islam) menjadi penyeimbang diri manusia
dalam beretika. Keberadaan agama dan ilmu pengetahuan perlu direkonsiliasikan dan
diselaraskan, karena ilmu pengetahuan sebagai metode bagi manusia untuk memperoleh
kebenaran, sedangkan agama sebagai kekuatan tunggal yang mampu menghasilkan makna.
Kebenaran dan makna merupakan dua kekuatan besar saat ini di dunia, dimana penyatuan
dunia spiritual, subyektif dari kebijaksanaan kuno mampu mengisi kekosongan nilai yang
terdapat dalam dunia pengetahuan modern yang bersifat obyektif dan empiris (Wilber Ken,
1998).
Skala prioritas kehidupan manusia tidak hanya berorientasi pada kepentingan duniawi
saja melainkan memperhatikan urusan akhirat. Integrasi ilmu pengetahuan, nilai-nilai agama dan
asumsi diri manusia dapat membentuk norma dan etika masyarakat karena integrasi tersebut
nantinya tercermin dalam pola fikir, nalar, perilaku serta tindakan sehari-hari. Integrasi ilmu
pengetahuan dan agama dilakukan dengan terlebih dahulu melihat inti yang sama dari tradisi
kebijaksanaan besar di dunia yang kemudian menjadi kerangka umum yang dapat diterima
sebagian besar tradisi keagamaan (Wilber Ken, 1998). Keselarasan nilai-nilai yang dihasilkan
dengan kenyataan jiwa manusia akan mencegah terjadinya kerusakan alam dan segala isinya
(Nasr, 1989; Sardar, 1987) . Hal ini dikarenakan setiap hal dan peristiwa di dunia terjalin satu
Lingkungan bisnis terkait erat dengan konsep materialistis sehingga upaya manusia
manusia dimulai dari tahapan terendah hingga tertinggi dan semuanya itu tidak lepas dari
kemelekatan diri terhadap aspek materi dan ekonomis (Agoes & Ardana,2014). Hal tersebut
didasari oleh asumsi implisit pendidikan akuntansi yang memaksimalisasi manfaat keuangan
hingga tercapai sistem ekonomi pasar bebas yang disinyalir mampu memberikan kontribusi
terhadap pengembangan masyarakat. Karakteristik sistem ekonomi pasar bebas berupa (1)
kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi (2) persaingan (3) pembagian antara modal dan
tenaga kerja serta (4) profit motif. Dalam kehidupan pasar bebas, keberadaan etika dalam
neoklasik hanya sebatas pada pencapaian kesejahteraan ekonomi berupa pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi. Sedangkan pada pasar tanpa regulasi tidak terdapat pembatasan
(bebas), sehingga maksimalisasi efisiensi dan kesejahteraan pemegang saham menjadi skala
prioritas yang mengundang praktek kapitalisme. (Reiter, 1997; Mc Phail & Walters Diane, 2009)
Sistem ekonomi pasar bebas (kapitalis) menjanjikan banyak hal. Satu sisi berupa
pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan serta full employment sedangkan sisi
kepentingan pihak tertentu dan juga meningkatkan eksploitasi sumber daya alam. Fenomena
Perspektif neoliberal memandang kebebasan memilih dalam diri manusia sebagai sarana
oleh upaya pemenuhan kepentingan pribadi mereka yang secara tidak langsung mengabaikan
nasib orang lain. Kapitalisme memberikan kekuatan pada pihak-pihak yang mendominasi
kebijakan, sehingga legitimasi atas fungsi dan penerapan etika dianggap sebelah mata karena
keberadaannya tidak selaras dengan kepentingan semua pihak. Kapitalisme semakin berevolusi
8
saat etika protestan mempengaruhi sejumlah orang bekerja dalam dunia sekuler sehingga terlibat
dalam kegiatan perdagangan dan pengumpulan kekayaan untuk investasi. Keberadaan etika
protestan disinyalir sebagai kekuatan belakang dari sebuah aksi massal yang tidak terencana
dan tidak terkoordinasi menuju perkembangan kapitalisme yang lebih dikenal sebagai "Thesis
Weber".
Akuntansi dalam sistem pasar bebas memberikan andil besar terhadap ketidakmerataan
distribusi ekonomi. Utilitarian menilai pembagian sumber daya ekonomi mampu memaksimalkan
total utilitas saat ini. Fenomena tersebut melanggar fitrah keillahian dalam diri manusia yang
berorientasi pada kepentingan pihak tententu yang melakukan eksploitasi (Mc Phail & Walters
Diane, 2009)
Dalam lingkungan bisnis, keberadaan etika profesi akuntan terkait erat dengan integritas
akuntan dalam menjaga kepercayaan publik. Etika profesi sebagai etika humanis mencakup kode
etik yang memuat seperangkat prinsip-prinsip moral yang mengatur perilaku professional (Cottell,
1998; Agoes & Ardana, 2014; Carreira, Guedes, & Aleixo, 2008). Prinsip-prinsip moral merupakan
hasil kesepakatan professional akuntan dalam mengatur perilaku akuntan saat mengemban
profesi.
Kode etik merupakan norma perilaku yang mengatur hubungan profesi dengan klien,
rekan sejawat serta masyarakat sehingga menjadi sarana penanaman nilai-nilai etika yang
menjamin profesional bertindak etis seperti Kode Etik dibidang Akuntansi, Kedokteran, Psikologi,
Advokat dan Auditor Internal Indonesia. Kode etik mengacu pada standar moral yang ditetapkan
agama, keluarga atau komunitas dimanapun dia berada. Keberadaan kode etik tidak sekedar
memuat tindakan benar maupun salah (Rahman, 2003; Yunanda et al, 2016) atau standarisasi
keburukan dan kebaikan melalui tafsiran akal, melainkan berdasarkan pada Al-4XU¶DQ GDQ $O
Hadist yang memiliki kandungan makna kehidupan dalam ayat-ayatnya. Kode etik merupakan
sebuah sistem regulasi yang menyediakan mekanisme kontrol dan sanksi bagi anggota profesi
9
yang membutuhkan serangkaian komitmen dalam pelaksanaannya. Kode etik memiliki peran
penting mencegah praktik tidak etis yang melibatkan individu, organisasi serta lingkungannya
(Douglas, et al, 2001; Dillard & Yuthas, 2002.; Dozier & Miceli, 1985; Emerson, Conroy, & Stanley,
2007; Lovena, 2014). Oleh sebab itu, keyakinan dan komitmen regulator dalam melegitimasi
standar atau aturan yang berlaku (Velasquez, 2012) menjadi salah satu syarat yang dibutuhkan
Konsepsi manusia merupakan gabungan unsur jasmani dan rohani dimana unsur
jasmani merupakan struktur organisme fisik sedangkan unsur rohani merupakan struktur
organisme non fisik. Manusia, hewan dan tumbuhan merupakan bagian dari alam yang memiliki
kesamaan unsur material yakni tanah, api, air dan udara. Empat unsur pembentuk material
bersifat proporsional karena saat diberi energi kehidupan (nyawa), eksistensi manusia terasa
lebih hidup dan terang laksana pancaran sinar yang masuk ke sudut ruangan dan memunculkan
cahaya disekelilingnya. Perjalanan ruh dalam raga bagaikan cahaya kehidupan yang menerangi
pantulan sinar yang terefleksi pada sudut-sudut ruangan. Pemahaman tersebut menggambarkan
perwujudan manusia sebagai makhluk terbaik dan sempurna dalam penciptaannya (sempurna).
Perkembangan etika saat ini tidak sepenuhnya berdasarkan pada hakikat manusia,
padahal hakikat manusia merupakan aspek penting dalam menafisirkan kebenaran dan realitas
(Al-Attas, 1989). Justru yang terjadi saat ini penekanannya lebih pada kekuatan pikiran dalam
mencari kebenaran, mengejar makna hidup duniawi serta melupakan kekuatan spiritual dalam
dirinya. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang dianugerahi akal pikiran mampu menyerap ilmu
(pengetahuan) tentang hakikat keberadaan (duniawi), melalui proses penalaran dan penyadaran
kekuatan luar biasa atas eksistensi alam raya. Manusia hendaknya mampu mengendalikan apa
yang ada dalam pikiran, perasaan serta sikap mereka karena memiliki kuasa atas dirinya sendiri.
10
Manusia sebagai pemimpin sekaligus khalifah di muka bumi hendaknya mampu mengatur dan
memanfaatkan segala yang ada di bumi untuk kemaslahatan bersama. Meskipun demikian, tidak
semua manusia mampu mengenal dan memahami amanah dan tanggungjawab tersebut terlebih
lagi saat kesadaran jiwa mencapai kesadaran transendental (Agoes & Ardana, 2014).
Pertumbuhan kesadaran manusia yang bergerak menuju titik keselarasan dan keseimbangan
bukan merupakan proses yang instan, karena dalam proses diri tersebut jiwa hendaknya terlebih
Ilmu pengetahuan dan tehnologi menciptakan kerangka global dan transnasional dari
sistem industri, ekonomi, medis, ilmu dan informasi. Sistem-sistem tersebut bermanfaat di satu
sisi, tetapi di sisi lain, sistem tersebut justru tidak memiliki makna dan nilai (Wilber Ken, 1998).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi mampu menempatkan manusia kedalam dua
posisi. Posisi manusia sebagai mesin yang bersifat mekanis dan juga sebagai sistem kesatuan
organisasi. Mekanisasi yang menciptakan keteraturan hukum sebab akibat yang linier justru
sebagai mesin yang dituntut oleh lingkungan sekitarnya agar senantiasa memiliki produktivitas
tinggi, tidak lekas rusak serta tidak memiliki permasalahan mekanis. Oleh sebab itu tidak
mengherankan apabila proses pengobatan atau penyembuhan jiwa manusia diselesaikan melalui
mekanisme mesin yang mana satu individu dengan individu lainnya dianggap memiliki pola yang
sama tanpa menelusuri lebih lanjut akar penyebab penyakit tersebut. Lain halnya apabila
keberadaan jiwa manusia dianggap sebagai satu kesatuan sistem yang organis, maka
pendekatan yang dilakukan bersifat non linier. Keberadaan masing-masing jiwa dianggap
memiliki keunikan tersendiri sehingga proses penyembuhannya tidak dapat digeneralisasi (pars
pro toto) antara satu jiwa dengan jiwa lainnya. Solusi yang dibutuhkan masing-masing jiwa
terletak pada tingkat kesadarannya dimana stock knowledge yang dimiliki mampu mengaktivasi
daya kreativitas serta potensi diri agar termanifestasi dalam perilaku yang selaras dengan
keilahian. Manifestasi ilmu pengetahuan dalam sistem manusia membantu mengidentifikasi dan
11
mengenal kekacauan dalam diri sehingga mampu bergerak dan melampaui tahapan kesadaran
diri sebelumnya. Pemetaan kekacauan (identifikasi diri) dapat mengatasi hambatan yang
dihadapi jiwa (Lipton, 2019). Ilmu pengetahuan mampu menumbuhkan kesadaran diri agar
senantiasa kembali kepada Allah SWT dengan jiwa yang suci dan tenang. Tujuan tersebut tidak
hanya sampai pada tataran peradaban duniawi saja melainkan tertuju pada peradaban
transendental yang dapat menumbuhkan kesadaran illahi pada komunitas masyarakat ilmiah
Ilmu pengetahuan merupakan bentuk hukum positif etika yang bersifat eksoteris karena
memberikan pedoman dan arah setiap tindakan praksis yang dilakukan seseorang (Triyuwono,
2012: 2016). Ilmu pengetahuan modern merupakan hasil modernisasi yang mengandung proses
dinamisasi ide, inovasi, emansipasi serta humanisasi yang apabila tidak tertangani dengan baik
akan berujung pada eksploitasi manusia yang dapat menurunkan harkat insaniyah (Fidiana,
2016). Legitimasi keberadaan Tuhan mudah diceraikan dalam kehidupan sosial ekonomi
masyarakat karena manusia dianggap sebagai makhluk otonom yang menjadi tuan dari dunianya
sendiri sehingga dianggap mampu mengatur segala sesuatunya tanpa campur tangan Tuhan.
Modernisme melalui semangat meraih kemajuan dan humanisasi menjadikan kekuatan rasio
manusia sebagai penentu keberhasilan manusia dimasa depan (Abidin, 2006). Oleh sebab itu
kekuatan rasio melalui pendekatan positif ilmiah menjadi panutan, sedangkan dogma, agama,
doktrin serta kerohanian menjadi tatanan kemanusiaan. Rasio dianggap mampu menentukan
(Triyuwono, 2016). Dalam keadaan tersebut, peran ilmu pengetahuan melebihi fungsi agama
sumber ilmu pengetahuan yang memiliki peran besar didalamnya. Ilmu pengetahuan modern
yang bebas nilai (netral) masuk dan merasuki praduga-praduga atas agama, budaya dan filosofis,
dimana jejak keilmuan berawal dari refleksi manusia barat dalam tingkat kesadaran dan
12
pengalamannya (Al-Attas, 1931). Oleh sebab itu rasio dan panca indera bukan satu-satunya tolak
Konsep ilmu mencakup semua perolehan bentuk pengetahuan baik observasi, nalar
maupun intuisi. Sebuah keilmuan lahir dan berkembang bukan sekedar sintesis atau
keilmuan yang berlandaskan nilai-nilai Islam baik aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis
melalui rekonstruksi. Islamisasi ilmu merupakan langkah pembebasan manusia dari tradisi magis,
mitos maupun paham-paham kendali sekuler atas nalar dan bahasa ( Al-Attas, 1931; Soleh, H A,
2016). Oleh sebab itu rasionalitas dalam sudut pandang Islam tidak saja melibatkan penafsiran
logis dan sistematis terhadap sebuah pengalaman melainkan perlu dicerna lebih lanjut oleh nalar.
Metode rasional yang mendasarkan semangat rahmatan lil allamiin mampu menebarkan rahmat
bagi penghuni semesta alam sehingga memiliki keyakinan bahwa kehidupan yang sementara ini
pada akhirnya akan menuju kehidupan akhirat yang kekal dan abadi (Agus, 2013)
serta realitas eksistensi sebagai lawan esensi merupakan gambaran dari intuisi. Intuisi datang
kepada individu yang melakukan perenungan secara mendalam terhadap hakikat realitas yang
sesuai kehendak dan kesadaran diri. Dari sudut pandang mistikus, subyektifitas melebur kedalam
diri yang lebih tinggi dan baqa dalam Tuhan (Al-Attas, 1989) sehingga hati mampu menangkap
realitas spiritual yang merupakan kebenaran wahyu. Pemahaman tersebut justru bertolak
belakang dengan pemikiran Iqbal yang tidak memperkenankan diri manusia terserap dan lebur
menjadi satu dengan Tuhan karena akan menghilangkan eksistensi kemanusiaan dalam dirinya.
Manusia justru harus menyerap sebanyak mungkin nilai-nilai keilahian dalam dirinya sehingga
mampu menumbuhkan ego illahi menjadi super ego yang kemudian tumbuh dan bergerak naik
sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Ego merupakan dasar manusia menapaki pengalaman
dirinya. Keberadaan ego non dualitas dalam diri mampu memperteguh sikap manusia,
13
sedangkan ego dualitas dapat menganggu eksistensi manusia yang membawa jiwa masuk ke
dalam penderitaan.
Refleksi manusia mampu menumbuhkan kesadaran ilahi melalui sarana taubat, zikir, doa,
tafakur serta tawakal. Sarana tersebut merupakan upaya diri untuk memperoleh kebenaran ilmu
yang diilhamkan pemilik kebenaran sejati yakni Allah SWT (Asyarie, 2010; Triyuwono, 2012).
Sarana tersebut merupakan kegiatan mensucikan diri (tazkiyatun nafs) manusia dari keegoisan
nafs, ego dualitas serta kemaksiatan sehingga mampu menyingkirkan penghalang batin manusia
Filsuf Islam Suhrawardi memandang ilmu pengetahuan sebagai kekuatan ruh yang
melahirkan simbol-simbol, proposisi atau matematis. Oleh sebab itu keberadaan Ilmu
pengetahuan mampu memperkuat Iman karena memiliki konteks tunggal dalam mengenal
Tuhan, bukan sekedar memenuhi kebutuhan praksis saja. Nilai sakral ilmu pengetahuan tidak
saja menjamin kesejahteraan fisik, psikis dan spiritual manusia melainkan kesejahteraan alam
Pandangan hidup Islam yang berdasarkan pada wahyu dan pikiran manusia tidak semata-
mata berkaitan dengan alam fisik, sejarah, sosial, politik dan budaya melainkan terkait dengan
spekulasi filosofis yang mengandung pengamatan serta pengalaman inderawi terhadap dunia
dan akhirat. Wahyu sebagai sumber pengetahuan dari Allah SWT (Abduh, 2016) dapat
menghasilkan objek pengetahuan yang mampu merepresentasikan makna dari ada-nya atau
makna dari realitas objek yang tumbuh dan berada dalam persepsi manusia bukan dalam diri
Pembahasan dinamika etika akuntan tidak terletak pada tataran praktek saja melainkan
juga tataran filosofis dimana ilmu akuntansi berintegrasi dengan beberapa disiplin ilmu lain yakni
sains spiritual, tasawuf, ilmu psikologi dan sosiologi serta sintesis biologi sel dan fisika kuantum.
14
Dalam praktek etika, keterlibatan, agama, budaya, lingkungan bisnis dan ilmu pengetahuan
menggugah kesadaran manusia untuk mengembangkan potensi dirinya (fitrah) sehingga mampu
melakukan kreasi menuju tercapainya peradaban baru. Keberadaan etika yang mengatur gerak
hidup manusia beragama, berbudaya serta berinteraksi dengan lingkungan bisnis, hendaknya
mampu menumbuhkan fitrah diri yang berlandaskan tauhid sehingga menjadi dasar akuntan
dalam berperilaku. Keberadaan etika spritualitas mampu menyelaraskan hidup manusia di segala
aspek kehidupan baik Tuhan, sesama manusia, alam maupun segala isinya (semesta).
Dalam tataran filosofis, kajian disiplin ilmu lain (multidisiplin) dalam ruang gerak etika
memberikan peran serta keberadaan penting didalamnya. Oleh sebab itu pembahasan etika tidak
semata-mata dikaji dari sisi regulasi atau kode etik saja melainkan melibatkan asumsi manusia,
nilai-nilai, pola pikir, perilaku kebiasaan dan kenyataan jiwa akuntan sebagai human doing,
human being hingga spiritual being. Perilaku etis akuntan tidak dimaknai pada dimensi fisik saja
melainkan dimensi metafisik yang keberadaannya tidak dapat diamati secara kasat mata karena
wujudnya bersifat non fisik. Dimensi metafisik berwujud rasa, keyakinan bahkan iman manusia
memiliki kekuatan maha besar yang jumlahnya tidak terbatas dalam kehidupan manusia.
Perilaku manusia dalam kajian ilmu spiritual dan tasawuf menggambarkan rangkaian
perjalanan jiwa ke dalam diri (inner journey). Perjalanan kedalam diri merupakan tahapan
terhadap jiwa baik dalam ruang lingkup akuntansi, auditing atau bahkan lebih luas lagi. Perilaku
manusia dalam kajian ilmu psikologi dan sosiologi didasarkan atas kajian aspek lingkungan dan
kepribadian diri secara utuh. Manusia utuh adalah manusia yang memiliki unsur-unsur
pembangun kepribadian yang kompleks. Oleh sebab itu keseimbangan dalam diri dibutuhkan
manusia agar mampu bersikap dan berperilaku selaras dengan kehendak Tuhan.
Ilmu psikologi transpersonal merupakan mahzab keempat dalam aliran ilmu psikologi
yang menyentuh sisi terdalam manusia yakni sisi spiritual dimana jiwa mengalami proses
transendensi. Sesi transedensi merupakan aspek penting dalam tasawuf yang melibatkan proses
15
tahalli, takhali dan tajalli. Dalam proses tersebut, pertumbuhan cinta hendaknya terus menerus
terjadi dan termanifestasi dalam bentuk akhlak serta perbuatan baik, menegasikan atau
mengurangi perbuatan tercela yang muncul dalam kehidupan manusia sehingga mampu
Kajian manusia dalam ilmu alam melibatkan keberadaan fisika kuantum yang
menghasilkan energi getaran, begitupula dengan ilmu biologi yang menghasilkan gerak sel tubuh.
Fisika kuantum terkait erat dengan energi dalam tubuh manusia. Keberadaan energi tersebut
mampu memberikan vibrasi, getaran atau sinyal-sinyal dalam merespon sikap serta tindakan
manusia, baik selaras maupun tidak terhadap alam semesta. Teori relativitas dan teori kuantum
menegaskan massa (materi atau badan) serta energi bukan sebagai dua hal yang terpisah atau
berbeda melainkan sebagai satu kesatuan. Teori massa dan energi dalam fisika kuantum selaras
dengan kesatuan jasmani dan rohani dalam pemikiran Iqbal. Banyak anggapan menilai evolusi
kehidupan rohani ditentukan oleh kondisi fisik, meskipun dalam perkembangan yang terjadi justru
kehidupan rohani dapat mengatasi permasalahan yang terjadi dalam kehidupan fisik manusia
sehingga manusia memiliki kemampuan penuh membebaskan diri dari alam fisik tersebut.
Struktur fisik manusia menempatkan jasmani dan rohani sebagai satu kesatuan
sedangkan dari segi kodrat, asas manusia justru berada di akar rohani. Keberadaan sel dalam
tubuh manusia merupakan unit terkecil yang mampu menerima informasi meskipun wujudnya
tidak terlihat jelas. Serangkaian riset terdahulu justru menunjukkan bagaimana interaksi pikiran
dan tubuh memproses 50 triliun sel dalam tubuh sehingga mampu menerima informasi. Gen dan
DNA dikendalikan oleh sinyal-sinyal di luar sel yang merupakan pancaran energi dari pikiran dan
keyakinan. Oleh sebab itu, kemampuan hidup manusia tergantung dari transformasi pikiran sadar
Kemampuan berpikir manusia tidak lepas dari pola asuh pendidikan yang diperolehnya
selama ini. Seperti halnya dalam bidang akuntansi, kurikulum pendidikan akuntansi lebih banyak
mengenai kondisi keuangan perusahaan yang menyeluruh, bersifat netral, objektif serta berguna
dalam pengambilan keputusan. Keberadaan akuntansi tidak lepas dari sistem kekuasaan
ekonomi dan filosofi bisnis yang berlaku global. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila
akuntansi melahirkan wajah kapitalisme dan pola pikir egoistik yang memunculkan ketiadaan nilai
berkepanjangan dalam diri manusia maupun terhadap pihak lain (Efferin, 2019).
Akuntansi sebagai wadah yang digerakkan oleh label sosial yakni organisasi profesi
akuntan tentunya memiliki kuasa serta kepentingan didalamnya. Profesi akuntan membawa sifat
dan karakteristik akuntansi yang materialistis, profit oriented dan egosentrik kedalam penyusunan
mengandung aspek maskulinitas perlu diseimbangkan dengan aspek feminin yang mengandung
Teori etika muncul dari perbedaan perspektif dan penafsiran tentang tujuan akhir umat
manusia karena berkembang dari argumentasi atau perbedaan sudut pandang dalam memaknai
hakikat manusia. Oleh sebab itu tujuan dan kebiasaan hidup manusia dapat digerakkan dan
Sifat dan keberadaan teori etika masih dalam taraf menjelaskan sesuatu belum sampai
pada tahapan mengontrol tindakan atau perilaku manusia. Cara pandang manusia terhadap diri,
Tuhan dan lingkungan itulah yang menjadi konsep diri manusia dalam mengenal memahami diri
serta memaknai kehidupan. Hal tersebut kemudian menjadi pegangan hidup manusia dalam
bersikap, bertindak serta berperilaku. Pemahaman tersebut termuat dalam gambar berikut ini:
17
Paradigma Hakikat
Acuan Nilai Acuan Teori
Tindakan
Manusia Tujuan Hidup Moral Etika
Teori etika muncul sebagai teori egoisme yang menyarankan setiap orang mampu
merealisasikan kepentingan dirinya dalam mengapai kenikmatan duniawi. Oleh sebab itu
penghormatan hak dan kebebasan sangat dibutuhkan setiap orang. Teori tersebut sejalan
dengan teori etika kedua yaitu teori utilitarianisme yang melandasi pola pikir manusia dalam
Teori tersebut tidak sejalan dengan keberadaan teori etika yang ketiga yakni teori teonom yang
menekankan kepercayaan manusia kepada Tuhan sebagai kekuatan tidak terbatas sehingga
mengikuti ajaran agama yang diwahyukan Tuhan. Teori etika keempat adalah teori hak yang
menyoroti hak setiap orang. Hak dan kewajiban merupakan dua sisi yang saling berkaitan
dimana hak seseorang merupakan kewajiban bagi orang lain. Apabila seseorang menuntut
haknya, maka orang tersebut berkewajiban untuk menghormati hak orang lain pula. Teori hak
merupakan teori keutamaan yang penekanannya lebih pada karakter manusia dibandingkan
(kebiasaaan) yang tidak dapat dipisahkan dari moralitas suatu tindakan (Agoes & Ardana, 2014).
Keterpisahan sebuah teori dengan teori lainnya justru menjadikan ketidakutuhan teori dalam
mengatur perilaku dan tindakan manusia. Oleh sebab itu teori etika tanpa melibatkan Tuhan
sebagai sumber kebenaran hakiki, belum sepenuhnya menjadi panduan hidup manusia dalam
bersikap dan bertingkah laku. Kebenaran Tuhan yang terhubung dalam diri manusia menjadi
panduan dan arah manusia dalam bersikap, berperilaku dan juga bertindak. Oleh sebab itu, teori
18
etika tertinggi yang melampaui semua etika yang ada merupakan Teori Etika Religius
(Kamayanti, 2016). Teori etika religius merupakan wacana yang perlu dipertimbangkan
implementasinya dalam kehidupan manusia saat ini. Substansi teori etika Islam yang berasal
dari prinsip keagamaan tentunya berbeda dengan teori etika yang dibangun Immanuel Kant.
Substansi utama etika Islam meliputi hakikat benar dan salah, masalah free will serta
hubungannya dengan ke maha kuasaan Tuhan, tanggung jawab manusia, keadilan Tuhan serta
realitas keadilan Nya di hari kemudian. Dalam pengkajiannya tersebut, pendekatan etika dalam
dimana etika beranjak dari intepretasi yang melibatkan aktivitas intelektual yang serius dan
berdasarkan teologi, c) Etika keagamaan yakni konsepsi Al Quran tentang manusia dan
kedudukannya di alam semesta telah menerima pengaruh teologi dan filsafat Yunani, d) Etika
berdasarkan filsafat atas pengaruh Socrates, Plato, Aristoteles, India dan Persia (Badroen et
al., 2012).
Etika sebagai pedoman akuntan tidak lepas dari kegiatan praktik bisnis profesi akuntan.
Etika berikut prinsip-prinsip moral dalam akuntansi dan auditing memiliki peran dalam
mengembangkan profesi akuntan seperti penurunan kualitas informasi keuangan akibat legal
fraud serta konflik kepentingan perusahaan yang menyeret akuntan kedalam pusaran praktik
tidak etis. Beberapa pandangan tradisional menilai peran etika dalam tanggung jawab profesi
hanya sekedar memenuhi integritas serta obyektivitas auditor (Martin, 2007). Pelanggaran etika
yang berkisar pada permasalahan independensi, creative accounting, tax fraud, conflict interest
serta tindak pidana3 mencoreng citra profesi akuntan sehingga dapat menurunkan kepercayaan
publik terhadap kinerja Kantor Akuntan Publik (KAP) (Emerson et al., 2007; Jackling et al., 2007).
3
Pelanggaran tindak pidana berupa pemusnahan dokumen kertas kerja dalam kaitannya dengan audit yang
dilakukan terhadap Enron dan mengakibatkan pimpinan puncak masuk penjara.
19
Salah satu cara akuntan menjaga citra profesi adalah melalui tindakan pencegahan yang
merendahkan martabat atau citra profesi akuntan. Dengan demikian terlihat seberapa besar
tingkat kepercayaan masyarakat pemakai jasa akuntan (kualitas jasa) terhadap pengetahuan
dan ketrampilan tehnis di bidang akuntansi serta seberapa besar ketaatan dan kesadaran
akuntan dalam memahami kode etik profesi akuntansi. Fenomena tersebut menunjukkan betapa
penting menjaga citra profesi tersebut meskipun keberadaannya merupakan atribut yang
melekat pada lingkungan yang bersifat material dan tidak abadi. Lain halnya apabila peran
manusia sebagai Khalifah Allah dimuka bumi yang senantiasa abadi karena membawa citra Illahi
dalam dirinya berupa tanggungjawab sang jiwa dalam kehidupan. Oleh sebab itu perlu disadari
bahwa profesi akuntan merupakan salah satu bentuk amanah yang diselaraskan dengan
Etika berangkat dari kearifan masyarakat akuntan dalam menjaga integritas anggota
profesi sehingga menjadi pedoman akuntan dalam bersikap dan berperilaku. Susunan Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia terdiri atas empat struktur yang mencakup delapan prinsip etika, aturan
etika, intepretasi aturan etika dan tanya jawab etika (Agoes & Ardana, 2014). Delapan prinsip
etika tersebut merupakan bagian Kode Etik IAI yang disahkan Kongres IAI VIII tahun 1998 berupa
tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian
etika diharapkan mampu memperkuat profesi akuntan melalui proses penalaran etika. Berikut ini
gambaran ruang lingkup kegiatan profesi akuntan dalam menjalankan prinsip-prinsip etika
tersebut.
20
Hasil kerja profesi akuntan untuk Oleh karena itu setiap anggota
kepentingan publik (prinsip 2) dituntut untuk mengembangkan
rasa tanggung jawab (prinsip 1)
individu, organisasi serta kesadaran moral dalam berperilaku profesional. Meski demikian
kompleksitas interaksi antara karakteristik personal, organisasi serta faktor psikologis yang
tumbuh didalamnya mampu menciptakan iklim kerja tidak sehat. Iklim kerja tersebut nantinya
kinerja perusahaan.
,QGLYLGXDO¶V FKDUDFWHULVWLF
- Individual difference
- Cognitive biases
2UJDQL]DWLRQDO¶V characteristic
- Group and Organizational pressure
- Organizational culture
Cara pandang Islam terbentuk dari pemahaman akan konsep pokok Islam seperti tauhid,
kenabian, agama, wahyu, manusia, alam dan ilmu. Dalam konteks kenabian, para rasul berperan
menyempurnakan akhlak mulia melalui bimbingan dan pengajaran sehingga mampu membentuk
perilaku manusia yang baik dan bertanggungjawab. Pernyataan tersebut dipertegas kembali
Akhlak merupakan pokok esensi ajaran Islam, di samping aqidah dan syariah. Melalui
akhlak akan terbina mental dan jiwa manusia agar memiliki corak dan hakekat kemanusiaan yang
tinggi dan sebenar-benarnya. Akhlak menjadi syarat penyempurna keimanan seseorang karena
dengan keimanan yang sempurna, seseorang memiliki kekuatan kebaikan dalam dirinya baik
Perilaku manusia yang baik tidak lepas dari dasar keimanannya yang senantiasa
memaknai hakekat penciptaan dirinya dengan berupaya mengemban amanah dan tanggung
jawab dari Tuhan. Tanggung jawab dan peran manusia tidak lepas dari fungsinya sebagai
Khalifah Allah di muka bumi baik pekerjaan (amal), perbuatan serta perilaku etis yang dinamakan
khuluq atau akhlak. Pembentukan perilaku serta akhlak manusia tidak lepas dari perintah Allah
SWT yang senantiasa melakukan yang PD¶UXI mencegah yang mungkar sehingga tercipta
keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat (Al-Ghazali, 2014). Kewajiban melaksanakan amar
PD¶UXI QDKL PXQJNDU tidak akan gugur sepanjang manusia mampu melakukan hal tersebut.
Dengan demikian siapa saja yang merasa tidak mampu untuk EHUDPDU PD¶UXI QDKL PXQJNDU
kesatuan, amanah dan akuntabilitas (Kamla, 2009), keadilan, keseimbangan, kepercayaan dan
kebajikan (Beekun & Badawi, 2005). Nilai-nilai tersebut menyempurnakan fungsi etika dalam
kualitas moral sehingga mampu menjaga hubungan manusia dengan manusia (masyarakat),
22
alam sehingga kualitas spiritual manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dapat ditumbuhkan
dan diselaraskan (Agoes & Ardana, 2014). Nilai dan moral merupakan unsur penting dalam
membangun ilmu, sehingga integrasi nilai-nilai spiritual Islam dalam perkembangan ilmu
pengetahuan senantiasa dibutuhkan manusia untuk menebarkan rahmatan lil alamiin dan
menjadi bekal pertumbuhan etika akuntan saat mengemban tugas (Agus, 2013; Yunanda et al.,
2016) dan tanggungjawabnya melalui ketertundukan sikap taatnya kepada Allah SWT
(Abdurahim, 2016)
Pengaturan agama terhadap wahyu, manusia, alam serta ilmu telah ditempatkan Islam
dalam bentuk akidah, syariah dan akhlak. Berikut ini gambaran pengaturan agama terkait wahyu,
manusia, alam dan ilmu tersebut dalam serangkaian aktivitas dalam Islam.
ISLAM
IBADAH MUAMALAH
Syariah memuat Ibadah dan muamalah yang mencakup kegiatan politik, ekonomi dan
sosial sedangkan akhlak memuat etika dan moralitas. Sistem terbuka yang dianut etika Islam
mendasarkan pada ajaran wahyu dan ciptaan Allah (alam semesta), karena nilai moralitas dalam
23
etika Islam melibatkan hubungan manusia dengan Tuhan yang maha sempurna serta maha
mengetahui. Oleh sebab itu ibadah dalam Islam merupakan bentuk pelatihan diri agar manusia
senantiasa memiliki akhlak yang baik, kebiasaan terpuji sehingga mampu menghayati hidup
Seorang muslim sudah sewajarnya mematuhi ketetapan dari Allah SWT yang merujuk
pada tuntunan $O 4XU¶DQ GDQ +DGLWV $O 4XU¶DQ merupakan pedoman sekaligus petunjuk umat
Islam yang memuat ketentuan ibadah, ketaatan serta ketundukan manusia kepada Allah SWT.
Ketentuan tersebut mengisyaratkan manusia agar berperilaku etis dengan tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain, terkecuali ada keberpihakan pihak-pihak yang memiliki otoritas
µ'DQ DNX WLGDN PHPEHEDVNDQ GLULNX GDUL NHVDODKDQ Narena sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
7XKDQNX 6HVXQJJXKQ\D 7XKDQNX 0DKD 3HQJDPSXQ ODJL 0DKD 3HQ\D\DQJ´
(QS Yusuf: 53)
Seorang muslim hendaknya mengejar terus prestasi dalam bentuk kesalehan individu dan
kesalehan sosial (Badroen et al., 2012). Dalam mencapai kesalehan individu dan sosial tersebut,
umat Islam hendaknya mampu mengimplementasikan nilai-QLODL ,VODP GDUL $O 4XU¶DQ GDQ +DGLVW
(Badroen et al., 2012). Nilai-nilai tersebut wajib diterapkan umat Islam dalam perilaku keseharian
karena merupakan dasar keimanan untuk beribadah kepada Allah SWT, memakmurkan
kehidupan serta mengelola bumi beserta seisinya. Manusia hendaknya semangat serta rendah
hati dalam bekerja diiringi upaya tawakal dan takwa kepada Allah SWT. Upaya tersebut dilandasi
sikap moral seperti jujur, amanah serta senantiasa istighfar dan memohon ampunan kepada
Allah SWT. Melalui jalan tersebut, manusia dimudahkan dan dilebihkan rezekinya saat
4
Pada suatu kisah dimana Umar bin Khatab r a berjalan di sebuah pasar dan ditangannya terdapat sebatang
tongkat dan beliau menggunakan tongkat tersebut untuk memukul orang yang tidak memahami aturan syariat
‰ • š Œ P vP v l uµ ] v u vPµ•]ŒvÇ Œ] ‰ • Œ š Œ• µšX o] µ iµP Œl š U ^ : vP vo Z
bertransaksi di pasar kami bagi orang yang tidak paham tentang aturan main transaksi, karena akan terjerumus
dalam riba secara sadar maupun tidak ((Badroen et al., 2012)
24
membantu pihak-pihak yang membutuhkan, yang suatu saat nanti kelak dimintai
"Allah merahmati orang yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli, dan juga
Materi tidak membuat diri manusia menjadi tenang (Al Nafs Muthmainah) serta siap
kembali kepada sang pencipta (Triyuwono, 2012). Hal ini dikarenakan selama hidup, aspek
materialistis tidak mengkondisikan unsur spiritual (ruh) manusia untuk siap kembali kepada sang
pencipta. Oleh sebab itu keberadaan nilai-nilai spiritual digunakan sebagai sarana
membangkitkan energi, memicu tindakan dan sumber kekuatan dalam diri untuk menyadari sang
Khalik (Tong, 2006). Keberlangsungan etika serta keterbatasannya dalam memandu sikap dan
tingkah laku manusia membutuhkan serangkaian koreksi dan tindakan pembenahan lebih lanjut.
Oleh sebab itu konstruksi kesadaran etika akuntan melalui internalisasi nilai-nilai spiritual Islam
merupakan upaya perjalanan jiwa menapaki tahapan kesadaran menuju tingkatan Insan Kamil.
Kemampuan diri manusia sebagai seorang sufi bukan dinilai dari penguasaannya
terhadap tasawuf, melainkan dari sikapnya yang senantiasa ihsan, berakhlak mulia serta beramal
shalih. Sufi merupakan individu yang sudah kehilangan dirinya, memiliki ego non dualitas serta
fakir di hadapan Allah SWT sehingga fana dalam ketakterbatasan-Nya. Seseorang dikatakan
bukan sufi manakala masih merasakan kesufian dalam dirinya dimana diri ada sebagai seorang
sufi. Sufi merupakan keadaan manusia yang sudah padam ke-akuannya melalui pelepasan
hasrat ego terhadap kemelekatan dunia yang bersifat materialialistik. Hasrat kemelekatan
dilepaskan bukan semata-mata kewajiban para sufi saja, melainkan kewajiban manusia agar
senantiasa memperhatikan kesucian jiwanya melalui kebersihan GLUL GDUL ³GHEX DWDX NRWRUDQ´
25
yang menempel di hati. Proses pelepasan ego terhadap kemelekatan menjadi salah satu tahapan
sikap manusia dalam melampaui perjalanan hidupnya menuju tataran Insan Kamil. Kaum sufi
.HEHQDUDQ 7XKDQ PHUXSDNDQ MDODQ GLUL DJDU ³NHPEDOL SDGD 7XKDQ´ VHKLQJJD PDPSX
menghasilkan keindahan batin yang termanifestasi dalam jiwa berupa rasa cinta tanpa syarat,
Perubahan sosial, struktur, sistem dan aturan tidak akan memiliki pengaruh apabila batin
GDQ KDWL PDQXVLD PDVLK ³VDNLW´ VHKLQJJD SHUOX SHQDWDDQ OHELK ODQMXW 3HUXEDKDQ SROD GLUL PHODOXL
perbaikan kualitas rohani serta sikap dalam hati mampu menumbuhkan sifat mental dan rohani
yang terpuji. Meski demikian peraturan serta sistem masih dikonsepsi oleh manusia yang memiliki
Manusia sebagai Khalifah Allah menggerakkan jiwa agar senantiasa beribadah kepada
Allah SWT (habluminallah), bersifat harmoni dan selaras dengan kebaikan alam semesta dan
segenap isinya (habluminanas), tidak berbuat aniaya bahkan zalim terhadap sesama. Gerak jiwa
dalam berpikir dan berperilaku dalam tahapan menuju Insan Kamil merupakan framework ideal.
Iqbal menilai Insan kamil bukan sebagai figur yang bersifat mistik melainkan mukmin sejati yang
memperlakukan agamanya sebagai dogma yang tidak kaku, menjalani kehidupan dengan
VHPDQJDW µLa illaaha µillallah (Rusdin, 2016) dimana Allah menjadi tujuan akhir dari segala
penciptaan kehidupan di dunia. Iqbal selaku filsuf dan intelektual muslim memiliki pemikiran
cemerlang sesuai peradaban saat ini sehingga cara pandang dirinya memiliki keunikan
sederhana cara manusia modern menafsirkan dirinya. Manusia sempurna dapat dilacak dan
yang menjadi anak tangga yang mampu menghantarkan manusia pada diskursus manusia
sempurna dan realitas konkretnya (Astutik T, 2011). Beliau memandang kesempurnaan manusia
26
itu sebagai proses bertingkat-tingkat melalui rangkaian tahapan perjalanan spiritual. Manusia
sempurna (Insan Kamil) adalah manusia yang melangkah secara vertikal sehingga menjadi kamil,
lebih kamil lagi dan seterusnya menuju batas akhir kesempurnaan sesungguhnya yakni tingkatan
kepada Allah. Pada sosok Insan kamil, seluruh nilai-nilai insaninya berkembang secara seimbang
dan stabil sehingga tidak satupun dari nilai-nilai tersebut tidak selaras dengan nilai-nilai lain baik
nilai-nilai yang tumbuh dari pribadi, kepribadian atau badan dan ruh dengan fisik dan mental.
Insan kamil merupakan sosok yang mampu menyeimbangkan dan menstabilkan serangkaian
potensi insaninya. Kesempurnaan manusia (kamal) terletak pada kestabilan dan keseimbangan
nilai-nilai. Disinilah peran cinta dan akal mampu membentuk Insan Kamil (Muthahhari, 2003).
Meskipun demikian, manusia kadangkala lupa dan lalai terhadap nilai-nilai insani sehingga gagal
mengenali diri dan realitas seutuhnya yang berakibat pada ketidakseimbangan psikologis dan
kerusakan jiwa yang semakin eksploitatif dan rakus. Keadaan tersebut tidak lepas dari
keberadaan realitas modern yang telah menafsirkan satu realitas tunggal dan menurunkan level
realitas ketuhanan menjadi diri sendiri dimana manusia sebagai pusat dalam siklus alam semesta
(antroposentrisme) (Muthahhari, 1992). Pada akhirnya manusia sempurna (Insan Kamil) adalah
manusia yang mampu mengejawantahkan nilai-nilai spiritual dalam diri dengan bersikap adil dan
moderat. Secara eksistensial, manusia sempurna adalah sebuah realitas hidup dimana terdapat
Insan kamil dalam perspektif Ibnu Arrabi merupakan manusia sempurna dari segi wujud
dan pengetahuannya. Kesempurnaan dari segi wujudnya adalah karena dia merupakan
manifestasi sempurna dari citra Tuhan dimana dalam dirinya tercermin nama-nama dan sifat
Tuhan secara utuh. Al-Jili membagi insan kamil atas tiga tingkatan. Tingkat pertama merupakan
tingkat permulaan (al-bidayah). Pada tingkatan ini insan kamil mulai dapat merealisasikan asma
dan sifat-sifat Ilahi pada dirinya. Tingkat kedua merupakan tingkat menengah (at tawasut). Pada
tingkat ini insan kamil sebagai orbit kehalusan sifat kemanusiaan yang terkait dengan realitas
kasih Tuhan (al-haqaiq ar-rahmaniyah). Sedangkan tingkat ketiga adalah tingkat terakhir (al-
27
khitam). Pada tingkat ini insan kamil telah mampu merealisasikan citra Tuhan secara utuh karena
dari segi mental spiritual ia memiliki kualitas yang jauh lebih tinggi dan sempurna dibanding
manusia lain. Melalui kualitas dan kesempurnaan itulah Tuhan menjadikan Insan Kamil sebagai
INSAN KAMIL
memandang perjalanan jiwa manusia. Progresif Kesadaran yang termuat dalam Peta Kesadaran
Hawkins merupakan wilayah geografis jiwa dalam menapaki rangkaian perjalanan jiwa menuju
Insan Kamil. Pemikiran David R Hawkins mendukung pemikiran Iqbal dalam merepresentasikan
tahapan menuju Insan Kamil dimana jiwa masyarakat modern umumnya mengalami fase
28
keterpisahan, bertahan (survive) bahkan meragukan eksistensi dirinya. Pemikiran Iqbal yang
cenderung abstrak dibantu Hawkins dalam peta kesadarannya mengenai gerak khudi menuju
Insan Kamil. Perjalanan jiwa mengalami tahapan proses kesadaran dimana fase melampaui
disertai pertumbuhan kesadaran yang memuat pengalaman dalam Psikologi Transpersonal Jung
Saat menggunakan pemikiran Iqbal dan Hawkins, peneliti melibatkan aktivitas utama yang
menjadi esensi kedua pemikiran tersebut. Aktivitas tersebut menggerakkan dan mendorong
menjadi motor penggerak akuntan saat menapaki perjalanan kesadaran jiwa saat berakhlak atau
beretika. Peneliti menambahkan Psikologi Transpersonal Carl Gustav Jung sebagai pendukung
pemikiran sebelumnya dalam menghasilkan bangunan kesadaran etika yang holistik dari sudut
pandang Insan Kamil. Dengan demikian terbentuklah sebuah bangunan kesadaran etika akuntan
dari trilogi pemikiran M. Iqbal, David R Hawkins serta Carl Gustav Jung. Melalui ketiga pemikiran
tersebut, jiwa diharapkan dapat menumbuhkan kesadarannya dalam beretika dimana kebebasan
dan kehendak akuntan selaras dengan kehendak Tuhan sehingga mampu mencapai
keseimbangan kehidupan di dunia maupun akhirat. Keseimbangan akan sulit dicapai manakala
jiwa tidak mampu memahami eksistensi dirinya yang seringkali mengalami dilema etika serta
akuntan terkait integritas dan obyektivitas auditor dalam melayani kepentingan publik.
Keberhasilan auditing yang mendasarkan pada ethical framework melalui ethical behavior
hendaknya mampu menilai integritas dan nilai-nilai etika dari klien. Oleh sebab itu perspektif etika
29
merespon prospek etika dimasa datang serta klien yang sedang berlangsung (Martin, 2007).
perusahaan menjadikan keberadaan profesi auditor unik dibandingkan profesi lain. Konflik terkait
loyalitas terhadap klien, publik, etika serta batasan legal dan professional atas terungkapnya
kesalahan menjadi permasalahan yang kian marak terjadi dalam hubungan atas dasar
kepentingan tersebut. Kompleksitas yang semakin tumbuh dan berkembang kerap kali
memunculkan perilaku tidak etis di bidang akuntansi khususnya auditing. Oleh sebab itu
pertentangan yang terjadi dalam hubungan antara auditor dan klien bagaikan buah simalakama
dimana satu sisi auditor berupaya memberikan kenyamanan dalam menumbuhkan kepercayaan
dan loyalitas klien kepada auditor, tetapi di sisi lain keahlian auditor justru mampu
mengungkapkan sensitivitas informasi yang dapat menyinggung klien dan berdampak pada
satu sisi, auditor mengorbankan integritas dirinya, sedangkan disisi lain justru konsisten
mempertahankan prinsip nilai atau moral yang diyakininya. Pertentangan batin yang dialami
auditor berujung pada dilema yang mengorbankan independensi dan integritas akuntan. Dalam
keadaan tersebut, Islam memandang kondisi dilematis yang dihadapi jiwa sebagai cara untuk
menguji standar iman seseorang serta menjadi bagian dari perjuangan jiwa dalam menjalani
hidup.
kelemahan eksistensi dirinya sebagai manusia. Jiwa akuntan tidak mampu menyaksikan
keberadaan diri yang tertipu oleh kehadiran ego dualitasnya. Kehadiran ego dualitas dalam diri
senyatanya tanda-tanda alam secara simbolik merepresentasikan sifat-sifat Tuhan. Oleh sebab
itu proses menumbuhkan kesadaran diri manusia melalui transendensi dan transformasi
kekuatan spiritual hendaknya berlaku pada setiap tingkat permasalahan yang ada. Transendensi
30
merupakan proses penegasan diri atas eksistensi yang ada, sedangkan transformasi kesadaran
spiritual merupakan upaya peningkatan kesadaran akuntan dalam memahami makna hidup yang
terjadi dalam dirinya. Dengan demikian diri mampu memberikan kemaslahatan kepada individu,
kelompok serta organisasi lainnya (Nasr,1983). Spiritualitas menjadi unsur penting bagi akuntan
saat melakukan kreasi serta pertangggungjawaban aktivitas ekonomi, sosial dan lingkungan
dalam kesatuan organisasi (Sukoharsono, 2010). Oleh sebab itu nilai-nilai spiritual Islam dalam
Insan Kamil dijadikan sebagai dasar membangun kesadaran etika. Islam sebagai ajaran yang
mendasarkan Al-4XU¶DQ GDQ Sunah tidak memisahkan kegiatan duniawi dengan kepatuhan
kepada Allah SWT karena ingin membangun keseimbangan harmonis yang selaras dan saling
melengkapi. Nilai-nilai spiritual Islam menjadi fondasi penting praktik akuntansi khususnya terkait
keberlangsungan etika saat ini (Dusuki, 2008; Sobhani, Yuserrie, & Azlan Amran, 2011).
Dalam tradisi Islam, ilmu pengetahuan tidak memahami realitas sebagai sebuah entitas
yang terpisah (independen) dari realitas absolut (Allah), melainkan sebagai bagian integral dari
eksistensi Tuhan. Islam memiliki tiga nilai dasar yaitu tauhid, khalifah dan keadilan (Bakar, 2008;
Chapra, 1992; Rahman, 2003). Tauhid merupakan pengakuan, keyakinan serta dasar pijakan
umat muslim terhadap ketentuan Tuhan sehingga mampu menjalani kehidupan di dunia.
Keesaan Allah SWT sebagai landasan kehidupan manusia terbentuk dalam ilmu pengetahuan
sebagai sarana pembuktian Allah melalui keteraturan alam semesta. Manusia sebagai khalifah
di muka bumi hendaknya mampu mengemban amanah agar dapat memelihara dan mengelola
alam semesta beserta sumber daya alamnya demi kesejahteraan makhluk hidup didunia. Melalui
akal, nafsu, jiwa dan ruh, potensi manusia digerakkan sehingga mampu mengelola alam semesta
Peran manusia sebagai khalifah beriringan dengan perannya sebagai hamba Allah,
karena tindakan manusia sebagai khalifah dijalankan dalam konteks penghambaannya kepada
Allah SWT. Posisi manusia sebagai makhluk Allah dituntut bersikap adil dengan tidak menuruti
31
hawa nafsu dalam memenuhi kepentingan pribadi dan selalu memperhatikan kepentingan orang
lain. Keadilan merupakan keseimbangan proporsional terhadap pihak yang berhak menerima
tanpa diskriminasi dan mengorbankan pihak lain (Dusuki, 2008; Murtadha Muthahhari, 2009).
Tindakan akuntan tidak saja menempatkan diri pada etika konvensional melainkan pada hasil
refleksi nilai-nilai Islam yang tumbuh dalam dirinya. Nilai-nilai tauhid, khalifah dan keadilan
menjadi landasan filosofis akuntan dalam membangun kesadaran etika akuntan. Apabila ketiga
nilai dasar tersebut termuat dalam prinsip etika berupa tanggung jawab profesi, kepentingan
perilaku professional serta standar teknis, maka perilaku akuntan sepenuhnya akan tunduk
karena terbentuk dari hasil kepercayaan masyarakat. Profesi akuntan mengalami perkembangan
cukup signifikan sejak diluncurkannya Undang-Undang No 34 Tahun 1954 tentang Hak Praktek
Publik dan Pengunaan Akreditasi Gelar Akuntansi. Undang-undang lahir untuk melindungi publik
dari praktek akuntansi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak memiliki hak memberikan
layanan tersebut. Sasaran pembentukan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah untuk melindungi
status profesi akuntan Indonesia dalam memberikan pelayanan kepada publik. IAI juga
anggota IAI, mendukung serta melakukan tindakan positif terkait pembangunan nasional
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berdiri di tahun 1957, pada awalnya terdiri dari 13
akuntan yang terdaftar dalam organisasi tersebut. Pada tahun 1966 perubahan dramatis terjadi
pada profesi akuntan seiring membaiknya kondisi politik dan ekonomi di Indonesia.
32
Perkembangan profesi akuntan semakin mantap pada tahun 1975 dimana Konsorsium Ilmu
menetapkan syarat-syarat minimal Kurikulum Jurusan Akuntansi berpola Amerika untuk seluruh
Fakultas Ekonomi Negeri. Sejalan dengan komitmen tersebut, Pusat Pengembangan Akuntansi
(PPA) sebagai lembaga dibawah KIE yang berkedudukan di Fakultas Ekonomi Negeri mulai
beroperasi di tahun 1979. Lembaga tersebut bertugas mengintegrasikan sebuah pola pendidikan
akuntansi yakni pola Amerika yang menyelenggarakan Ujian Nasional Akuntansi (UNA) bagi
peserta lulusan jurusan akuntansi dari Universitas Swasta atau Negeri yang belum memakai gelar
Pada tahun 2001, pemerintah memberlakukan aturan baru mengenai sebutan pemakaian
akuntan (bukan gelar akuntan). Peraturan tersebut mensyaratkan bahwa seseorang berhak
menggunakan sebutan akuntan apabila telah lulus dari Pusat Pengembangan Akuntan (PPA)
yang diselenggarakan Perguruan Tinggi (PT) serta memperoleh persetujuan dari Direktur
Jenderal PT tersebut. Saat menyongsong era keterbukaan dalam perdagangan bebas, IAI
(USAP) untuk menguji kemampuan akuntan berpraktek sebagai Akuntan Publik. IAI sebagai
(Harahap, 2001).
Profesi akuntan publik dibutuhkan untuk mengurangi informasi asimetri antara principal
(pemilik) dengan agen (manajer professional) serta debitur. Hal ini dikarenakan agen memiliki
informasi lebih banyak dibandingkan principal atau kreditur. Oleh sebab itu tindakan agen yang
cenderung menguntungkan dirinya sendiri bukan menjadi bagian dari keinginan principal.
Kemampuan dan ketrampilan agen menggerakkan keahlian akuntan agar senantiasa berada
dalam pusaran aktivitas ekonomi terlebih di era digital saat ini. Model bisnis perekonomian saat
33
ini bertransformasi sedemikian rupa sehingga profesi akuntan senantiasa eksis dan relevan di
pekerjaan yang menggunakan keahlian di bidang akuntansi dimana didalamnya memuat profesi
akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang,
akuntan pemerintah yang bekerja di bidang pemerintahan serta akuntan pendidik. Profesi
akuntan yang diwadahi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memiliki tanggungjawab profesionalisme
yang berorientasi kepada kepentingan publik yakni masyarakat, klien dan rekan seprofesi dimana
didalamnya memuat ketentuan dan syarat utama berupa keahlian, pengetahuan dan karakter.
dan standar moral yang tinggi, pengabdian untuk kepentingan masyarakat, memiliki izin khusus
sehingga mampu menjalankan aktivitas dibawah naungan organisasi profesi (Sofianti, 2008).
Profesi akuntan memiliki Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia sebagai panduan dan aturan bagi
instansi pemerintah maupun dunia pendidikan. Akuntan publik memiliki kebutuhan dasar yang
perlu diperhatikan dan dipenuhi baik berupa kredibilitas, profesionalisme, kualitas jasa serta
kepercayaan. Oleh sebab itu akuntan publik hendaknya mampu menjunjung tinggi kejujuran,
integritas dan kepercayaan dengan memegang teguh etika dan tidak menitikberatkan sisi
komersial.
Dalam menghadapi tantangan di era revolusi industri, akuntan memiliki pengetahuan dan
keahlian terkait tehnologi dan komunikasi. Oleh sebab itu pendidikan akuntansi memiliki peran
vital memperkuat kompetensi akuntan melalui cakupan kurikulum, mengembangkan daya nalar,
menggunakan soft skill untuk pengajaran kepada mahasiswa serta memperkuat hubungan antara
kinerja staf pengajar serta penyelenggaraan USAP. Putri (2010) menggambarkan pemikiran
Olson tersebut ke dalam dua periode perkembangan profesi akuntan tersebut di Indonesia, yakni:
34
1. Periode kolonial, dimana anggota profesi akuntan saat ini merupakan akuntan Belanda
dan beberapa akuntan Indonesia. Dalam kondisi tersebut pendidikan yang ada bagi rakyat
pribumi adalah pendidikan tata buku secara formal dan kursus tata buku secara non
formal.
Pada periode tersebut, kebutuhan masyarakat bisnis akan jasa akuntan semakin
besar. Pengetahuan yang dimiliki akuntan harus sederajat dengan ketentuan yang
Negeri dengan hasil yang baik. Oleh sebab itu pemerintah menetapkan peraturan dan
perusahaan milik Belanda. Mengingat terbatasnya tenaga akuntan dan ajun akuntan
yang menjadi auditor saat itu, Direktorat Akuntan Negara meminta bantuan Kantor
Akuntan Publik (KAP) untuk melakukan audit atas nama Direktorat Akuntan Negara.
Profesi akuntan semakin luas seiring bertambahnya minat menjadi akuntan. Terlebih
lagi saat pemerintah mengeluarkan Undang Undang Penanaman Modal Asing dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tahun 1967/1968, sehingga tahun 1970
Keberadaan prinsip serta norma yang termuat dalam Prinsip Akuntansi Indonesia
selangkah lebih maju. Hal ini dikarenakan keberadaan prinsip dan norma tersebut
menjadi standar kerja akuntan pubik dalam menganalisa laporan keuangan badan-
badan usaha di Indonesia. Selain itu kongres IAI telah mengesahkan Kode Etik
Oleh sebab itu dalam rangka mengefektifkan pengawasan terhadap akuntan publik,
dibentuklah Seksi Akuntan Publik (IAI-SAP) dibawah IAI pada tanggal 1 Mei 1978.
Dalam perkembangan selanjutnya, seksi yang terdapat di IAI tidak hanya seksi
Akuntan Publik saja melainkan memuat sesi Akuntan Manajemen dan Akuntan
Pendidik.
Periode ini merupakan periode suram dalam perkembangan profesi akuntan publik,
banyaknya jenis dan jumlah informasi yang tersedia untuk masyarakat. Dengan
semakin bagus transportasi dan komunikasi, maka kebutuhan akan kualitas hidup
perusahaan multinasional.
Periode ini menjadi upaya konsolidasi profesi akuntan termasuk akuntan publik. PAI
memperoleh izin praktek akuntan publik, pendirian KAP beserta sanksi-sanksi yang
Profesi akuntan publik berkembang seiring berkembangnya dunia usaha dan pasar
modal di Indonesia. Banyak kritik yang dilontarkan para usahawan dan akademisi
akuntan saat ini tetap diakui pemerintah sebagai profesi yang memperoleh
Profesi akuntan mengembangkan sekumpulan standar yang dapat diterima secara umum
agar dapat dipraktekkan secara universal. Usaha tersebut menghasilkan seperangkat aturan
serta prosedur umum yang disebut Prinsip Berterima Umum serta menjadi standar yang
menunjukkan tata cara melaporkan kejadian ekonomis. Konvergensi terhadap IFRS merupakan
milestone baru dari serangkaian milestone yang pernah dicapai Indonesia dan IAI dalam signal
tahun 1994, IAI memutuskan untuk mengembangkan standarnya melalui harmonisasi dengan
Standar Akuntansi Internasional. Pada saat itu terjadi perubahan dari harmonisasi menuju
adaptasi dan selanjutnya menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan IFRS.
Praktek akuntansi dalam dunia bisnis merupakan konsep yang dibuat dan dihasilkan oleh
akuntan. Praktek tersebut membentuk realitas sosial yang hadir secara samar melingkupi
kehidupan sosial masyarakat bisnis. Jaringan kerja realitas sosial merupakan jaringan kuasa
sehingga melalui kuasanya tersebut mampu memikat, mengikat dan memilih kehidupan sosial
masyarakat kedalam jaringan kerjanya (Astuty, 2009). Perkembangan akuntansi dan profesi
akuntan di era modernisme dan posmodernisme memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-
beda. Modernisme yang sarat dengan sistematika, formalitas serta keteraturan mengakibatkan
37
stagnasi sehingga mengakibatkan konsekuensi buruk pada tatanan praksis kehidupan sosial
manusia. Hal tersebut terjadi karena modernisme gagal melihat hakikat manusia secara utuh
sehingga pola pikirnya cenderung mengarah pada logosentrisme yang mengklaim legitimasi
melalui referensi kebenaran universal dan eksternal (Rosenau, 1992). Logosentrisme cenderung
menindas sang lain yakni sesuatu lain yang berada di luar hegemoni dan kekuatan mainstream
dalam posisi marginal. Kekecewaan pada modernisme menimbulkan sebuah gerakan baru yang
dinamakan posmodernisme.
merupakan worldview yang mencoba menempatkan dirinya diluar paradigma modern, bukan dari
Posmodernisme tidak memiliki bentuk baku atau kejelasan. Itulah sebabnya posmodernisme
melalui semangat dekonstruksi menghadirkan aspek-aspek lain yang berada di luar narasi besar
(logosentrisme) sistem ekonomi modern seperti efisiensi, produktivitas, maksimalisasi laba dan
akumulasi modal dengan menempatkan kelompok marjinal dalam posisi sejajar dengan
kelompok yang berada dalam posisi pusat. Berikut ini merupakan karakteristik akuntansi dan
Tabel 1.1
Karakteristik Akuntansi dan Akuntan di Era Modernisme dan Posmodernisme
Modernisme Posmodernisme
teoritis x Akuntansi merupakan realitas yang melalui gerak dualitas menuju totalitas dan
maupun dikatakan bebas nilai sehingga kesempurnaan rasio (Sahal, 1994)
praktik dinyatakan kering dengan nilai-nilai x ³6DQJ ODLQ´EHUXSD KDWL QXUDQL \DNQL ILWUDK
etika kemanusiaan sejati dan kecenderungan
x Rasio merupakan indikator bahwa kepada kebenaran dimasukkan kedalam
konstruksi, bentuk dan praktek orbit wacana yang sedang dominan.
akuntansi merupakan perwujudan x Mengasah sang lain dilakukan melalui
dari gerak rasionalitas menuju ibadah ritual dan kontemplasi esoteric.
pencapaian totalitas dan x Hati nurani memancarkan cahaya etika
kesempurnaan hidup manusia dari dalam diri manusia dan jika cahaya ini
x Realitas sosial akuntansi yang padam maka lenyap pula praktek
terbentuk memiliki karakter kehidupan sehari-hari yang berlandaskan
kemanusiaan karena realitas sosial nilai-nilai etika tersebut.
tercipta sesuai sifat manusia yang x Interaksi hati nurani dan rasio akan
ada didalamnya. menghasilkan konstruksi pengetahuan
x Hati nurani dalam wacana (teori) akuntansi yang mengandung
modernitas berada dalam posisi hukum positif akuntansi serta nilai-nilai
marginal sedangkan yang menempati etika.
posisi sentral adalah rasio x Hukum positif akuntansi yang eksoteris
akan membentuk praktek akuntansi yang
sarat dengan nilai-nilai etika.
x Realitas sosial akuntansi diciptakan
berdasarkan nilai-nilai ketuhanan (etika)
tidak terbatas pada manfaat duniawi tetapi
mencakup kehidupan pada dunia
(transendental)
x Realitas sosial akuntansi yang diinginkan
adalah realitas sosial yang humanis,
transendental dan teleogical sehingga
rekonstruksi akuntansi harus memuat nilai
yang sama.
Akuntan x Modernisme melihat hakikat manusia x Akuntan sebaiknya tidak melihat diri
merupakan pada dua sifat yakni antagonistic, sebagai agen pasif yang hanya mampu
profesi yang terikat, determinism, bersifat pasif mempraktikan tehnik akuntansi saja tetapi
mendasarkan dan bebas serta voluntarism, aktif sebagai agen yang menjadi bagian dari
pada dan saling meniadakan. proses pembentukan realitas sosial
persepsi x Akuntan sebagai agen pasif, sehingga dapat mengintepretasikan
seseorang menganggap lahir dan hidup dalam akuntansi sebagai realitas yang memiliki
dalam realitas yang sudah ada makna dan sumber pembentukan
melihat x Diri akuntan dituntut untuk berfikir (kembali) realitas sosial.
hakikat rasional dalam menyusun asumsi, x Akuntan sebagai agen aktif memiliki free
dirinya konvensi serta teori akuntansi atau will serta daya kreatif yang tinggi sehingga
(human perangkat lainnya dalam akuntansi diri akuntan mampu menentukan warna
nature) dan x Akuntan memiliki keahlian bentuk akuntan (realitas sosial yang akan
bagaimana menciptakan asumsi konvensi serta dibentuk).
dia melihat konsep yang bebas nilai dimana x Akuntan selaku arsitek memiliki kuasa
realitasnya keahlian tersebut mampu mereduksi menentukan bangunan akuntansi
realitas sosial yang kompleks dalam x Akuntan postmodern mampu
bentuk angka-angka akuntansi. menginteraksikan rasio dengan hati nurani
x Persepsi akuntan secara verbal sehingga diperoleh wujud konkret etika
maupun visual image ditimbulkan yang dapat diterapkan dalam kehidupan
tidak hanya oleh akuntan tetapi juga sehari-hari.
oleh media. (Carnegie & Napier
Christopher, 2009)
39
Etika x Etika akuntan yang lahir di era x Etika akuntan yang lahir di era
Akuntan modernism terkait erat dengan posmodernisme menyertakan nilai-nilai
merupakan regulasi atau norma aturan. Etika lain yang merupakan nilai-nilai marginal
seperangkat belum sepenuhnya menggunakan dalam kerangka kehidupan masyarakat
aturan dan nilai - nilai keilahian sebagai panduan modern.
pedoman dalam bersikap dan berperilaku x Kerangka etika akuntan di era
yang harus posmodernisme dapat memasukkan sang
dipatuhi dan lain yakni nilai-nilai keilahian maupun
ditaati kearifan lokal masyarakat
akuntan
dalam
bersikap dan
berperilaku
Perkembangan profesi akuntan tidak lepas dari stereotype yang tumbuh dari akuntan
serta teori legitimasi yang mengancam keberlangsungan profesionalisme akuntan (Carnegie &
Napier Christopher, 2009). Stereotype dibangun dari seperangkat karakteristik yang secara
otomatis membentuk keanggotaan sebuah grup sosial yang dapat diidentifikasikan. Oleh sebab
itu stereotype meliputi 3 elemen yakni: 1) Naturality, etnis, gender, age, occupation serta
keanggotaan dari grup tertentu. Berkaitan dengan elemen tersebut, stereotype mencakup dua
aspek yang dapat diidentifikasikan yakni prototype dan schema. Prototype merupakan model
dimana akuntan digambarkan sebagai sosok actual maupun fictional dimana visualisasi model
akuntan masuk kedalam pikiran seseorang yang menampilkan sebuah objek atau person yang
diharapkan. Schema merupakan pengaturan pemahaman serta keyakinan kita terhadap konsep
tertentu yang memiliki peran terhadap pekerjaan yang membosankan, ketat dan memiliki kendali
sosok akuntan yang jujur, dapat dipercaya, hati-hati dengan uang, telaten, dapat diandalkan,
sopan serta mampu berkomunikasi dengan baik. Dalam perspektif negatif, sosok tersebut
40
merupakan sosok membosankan, tanpa warna, tidak komersial, suka menonjolkan keilmuan dan
monoton. Beancounter stereotype digambarkan sebagai persona yang tidak menarik dan
menghantui profesi akuntan. Dalam kondisi tersebut sosok akuntan perlu ditransendensikan
menjadi sosok yang lebih baik (Carnegie & Napier Christopher, 2009)
Business professionals digambarkan sebagai sosok akuntan yang penuh warna karena
image akuntan ini dibangun dan ditunjang oleh professional accounting bodies dengan
keberadaan kantor akuntan publik yang besar. Fenomena Earnings Manipulation, off balance
sheet serta korupsi yang merembak menjadi manifestasi dari keberadaan business professionals.
Oleh sebab itu tidak mengherankan jika sterereotype business profesionals membawa stigma
ketidakjujuran, serakah dan kurang bertanggungjawab (Carnegie & Napier Christopher, 2009).
Kasus Enron dan skandal keuangan lain digambarkan sebagai kerapuhan dalam profesi akuntan.
business professional sebagai sebuah image yang positif, meskipun penghancuran dokumen
Enron dianggap terlalu dini sebagai antithesis perilaku auditor independen yang berdalih
masalah yang terkait financial performance dibandingkan penyelesaian masalah dalam people
management, quality dan thought leadership. Perkembangan Kantor Akuntan Publik (KAP)
bermula dari kemitraan yang lemah menuju konsultan internasional raksasa yang mitra utamanya
mampu menghasilkan jutaan dollar setahun. KAP di abad 21 sangat berbeda dengan KAP
pendahulunya dimana banyak ujaran dan kritik menilai akuntan dan auditor tahun 1990-an tidak
lagi memuat orang-orang yang berintegritas, karena semua berujung pada uang (,W¶V DOO DERXW WKH
money). Akuntan yang tidak melakukan persiapan renegosiasi kontrak sosial pada akhirnya
social contract theory, pemahaman yang terjadi antar pihak mengarahkan dan membimbing
perilaku serta sikap aktor sosial sesuai kesepakatan yang dituju. Keberlangsungan moralitas
terjadi manakala kesepakatan sosial antar pihak yang berkepentingan terpenuhi (Carnegie &
41
Napier Christopher, 2009). Tabel berikut ini menyajikan perbedaan antara traditional accountants
Tabel 1.2
Perbedaan Traditional Accountant dan Business Professionals
No Karakteristik Traditional Accountant Business Professional
Pemahaman akuntan terhadap keberadaan etika masih perlu dibenahi. Hal ini terbukti
dari maraknya pelanggaran etika berupa kecurangan (frauG \DQJ GLODNXNDQ ³RNQXP DNXQWDQ´
Etika yang merupakan akhlak manusia hendaknya menjadi dasar akuntan dalam bersikap
EHUSHULODNX GDQ EHUWLQGDN´ 2OHK VHEDE LWX SHQHOLWL PHPEDQJXQ NHVDGDUDQ HWLND DNXQWDQ PHODOXL
rangkaian tahapan perjalanan spiritual dalam perspektif Insan Kamil sebagai panduan akuntan
Fakta menunjukkan keberadaan etika belum sepenuhnya menjadi dasar akuntan untuk
PHPHQXKL WDQJJXQJMDZDE SURIHVVLRQDOQ\D (WLND VHEDJDL DWXUDQ QRUPDWLI GLDQJJDS ³DQJLQ ODOX´
terhadap diri manusia dalam beretika. Secara teoritis, keberadaan etika dianggap belum
sepenuhnya memberikan pedoman kepada manusia dalam bertingkah laku. Penekanan ilmu
42
pengetahuan modern pada aspek rasio, nalar dan materialitas secara tidak langsung mengubah
pola kepribadian manusia. Dengan adanya pemisahan (dikotomi) antara ilmu pengetahuan dan
agama mengakibatkan manusia tidak mampu mengenali jati dirinya, tujuan serta hakekat
penciptaannya. Amanah yang diemban manusia sebagai khalifah di muka bumi hendaknya
dipahami sebagai upaya diri dalam menebarkan rahmatan lil alamiin. Pertumbuhan kesadaran
etika secara holistik diharapkan mampu menciptakan keselarasan dan harmoni dalam diri
Delapan prinsip etika belum sepenuhnya efektif dalam penerapannya. Peneliti perlu
membangun kesadaran etika akuntan secara holistik sehingga mampu memberikan upaya
penyadaran utuh dalam diri manusia bukan semata-mata didasari oleh pemberlakuan aturan
maupun norma yang berlaku. Upaya penyadaran diri akuntan dalam beretika masih didominasi
aspek materi (duniawi) yang belum sepenuhnya melibatkan aspek illahi atau nilai-nilai ketuhanan
selaku pemilik alam semesta ini. Aspek ilahi belum sepenuhnya menjadi penentu arah gerak jiwa
dalam berperilaku. Jika kondisi tersebut berlangsung terus akan mengarah pada dilema etis atau
konflik batin dalam diri akuntan yang mendorong timbulnya pelanggaran. Oleh sebab itu proses
menumbuhkan kesadaran etika akuntan dibangun melalui tahapan perjalanan spiritual jiwa dari
sudut pandang Insan Kamil, perjalanan yang membantu dan menjembatani aktivitas jiwa akuntan
dalam beretika.
Pemahaman terhadap kondisi tersebut pada akhirnya menjadi dasar pijakan peneliti
Akuntan berdasarkan Perspektif Insan Kamil Melalui Trilogi Pemikiran Iqbal, Hawkins dan Jung
penelitiannya yakni membangun kesadaran etika akuntan berdasarkan perspektif Insan Kamil
melalui Trilogi Pemikiran Iqbal, Hawkins dan Jung dalam Metode CINTA.
Berdasarkan pembahasan dan temuan dalam penelitian ini, peneliti mampu memberikan
kontribusi berupa:
Hasil penelitian ini mampu memberikan pemahaman dasar secara teoritis serta
argumentasi logis mengenai proses tahapan membangun kesadaran etika akuntan secara
holistik. Penelitian ini tidak hanya menekankan etika konvensional sebagai upaya penyadaran
diri, melainkan secara holistik menyertakan nilai-nilai spiritual (Islam) dari sudut pandang Insan
Kamil. Prosesnya dilakukan melalui serangkaian tahapan penemuan akan potensi diri yang
diperoleh dari inner journey serta upaya internalisasi nilai-nilai spiritual kedalam diri sehingga
proses pendidikan berbasis kenyataan jiwa dapat bergerak selaras sebagai upaya
Hasil penelitian ini memperkaya riset akuntansi dimasa datang khususnya kajian dalam
akuntansi keperilakuan dan pendidikan etika dimana konstruksi kesadaran etika akuntan
berdasarkan perspektif Insan Kamil menjadi sebuah bangunan kesadaran etika akuntan yang
komprehensif. Perjalanan kesadaran akuntan yang merupakan hasil rekam jejak jiwa kemudian
dikreasikan menjadi sebuah bangunan teori bagi akuntan agar senantiasa bertumbuh
kesadarannya dalam beretika yang pada akhirnya nantinya implementasi dari bangunan tersebut
tidak seragam dan tidak baku, setiap jiwa memiliki pilihan untuk senantiasa melakukan
serangkaian intropeksi dan mengambil hikmah pembelajaran dari setiap ayunan langkah yang
dipilih melalui pertimbangan pikiran, mengolah rasa serta jiwa atau menyeimbangkan rasio,
intelektual dan intuisi sehingga dapat diterapkan dalam sebuah penyelanggaraan pendidikan
Hasil penelitian ini menghasilkan bangunan kesadaran etika akuntan dalam perspektif
Insan Kamil sehingga mampu memberikan pedoman bagi akuntan dalam berperilaku etis.
Bangunan yang nantinya berguna bagi pemerintah, badan pengatur profesi serta organisasi
profesi yang belum sepenuhnya memberikan perhatian serius terhadap upaya pengembangan,
penegakan serta pengawasan terhadap keberlangsungan etika profesi akuntan. Dari bangunan
tersebut akan memberikan sumbangsih berupa pemahaman filosofis, mekanisme, prosedur dan
cara menumbuhkan kesadaran etika yang dapat diimplementasikan pemerintah, badan pengatur
profesi serta organisasi profesi akuntan dalam upaya memberikan penyadaran utuh kepada jiwa
akuntan sehingga nantinya jiwa-jiwa akuntan mampu berkomitmen untuk menegakkan dan
Hasil penelitian ini dapat memberikan pertimbangan kepada akuntan mengenai hasil
keputusan yang melibatkan kebijakan etis, diantaranya adalah pertanggungjawaban yang jelas
dalam praktik serta kemampuan menyeimbangkan rasio, akal dan intuisi dalam pendidikan.
Kebijakan etis dihasilkan dari proses pertumbuhan kesadaran etika dimana akuntan melakukan
upaya penyadaran illahi dalam diri agar senantiasa berperilaku, bersikap serta berbuat selaras
beserta isinya. Upaya penyadaran ilahi merupakan proses internalisasi dalam diri yang dimulai
dari tahapan perjalanan kedalam diri dimana jiwa belajar untuk mengenali, memahami serta
mengidentifikasi potensi diri baik keunggulan maupun kelemahan yang ada. Dari muara itu akan
2.1 Pengantar
Ilmu pengetahuan memiliki tiga pondasi yakni ontologis, epistemologi dan aksiologis.
Pondasi tersebut digunakan peneliti dalam menetapkan metode penelitian sehingga mampu
membangun kesadaran etika akuntan yang menjadi tema penting dalam penelitian. Cara
pandang peneliti terhadap pengetahuan dibutuhkan untuk menghasilkan kebenaran sejati yakni
Cara pandang, worldview atau paradigma merupakan tolak ukur yang membedakan suatu
peradaban dengan peradaban lainnya. Oleh sebab itu penentuan paradigma melibatkan proses
kearifan dalam memandang ilmu pengetahuan. Jika terdapat pertentangan atau krisis pada
permasalahan yang timbul, maka keberadaan paradigma mulai disangsikan validitasnya. Proses
dialektika mampu menjelaskan secara logis keterbatasan asumsi dasar sebuah paradigma. Oleh
sebab itu dibutuhkan paradigma lain yang mampu memahami ilmu pengetahuan tersebut tanpa
worldview sebagai 5X¶\DWXO ,VODP /LO :XMXG ,VODPLF :RUOGYLHZ yakni pandangan Islam tentang
realitas dan kebenaran yang tampak oleh mata hati kita dalam menjelaskan hakikat wujud.
46
47
Posmodernisme sebagai salah satu paradigma penelitian telah menetapkan dirinya diluar
paradigma modern yang menilai modernisme bukan dari kriteria modernitas melainkan dari cara
dekonstruksi atau kontemplasi (Hadiwinata, 1994). Paradigma tersebut lahir dari antitesis
modernisme yang diharapkan mampu mengatasi kelemahan paradigma positif dalam memahami
realitas menjadi lebih utuh dan lengkap. Paradigma tersebut mampu memberikan justifikasi ilmiah
bahwa ilmu pengetahuan tidak semata-mata dikonstruksi berdasarkan rasio objektif dan bebas
yakni peluang masuknya intuisi, kreativitas, nilai subyektvitas manusia, agama, etika, spirit dan
ruh ke dalam konstruksi ilmu pengetahuan. Dekonstruksi merupakan upaya pencarian alternatif
menolak sesuatu yang sudah dianggap baku dan mapan serta mengakui kebenaran secara
lain yang berada di luar narasi besar (logosentrisme) sistem ekonomi modern, seperti efisiensi,
posisi marginal seperti pedagang asongan, pengangguran dan industri kecil menuju posisi yang
lebih seimbang dan sejajar dengan kelompok yang berada dalam posisi pusat (Hadiwinata,
1994). Logosentrisme sebagai produk modernisme memiliki ciri-ciri penunggalan yang berpijak
pada hal-KDO \DQJ EHUVLIDW XQLYHUVDO GDQ PHQVXERUGLQDVLNDQ ³sang lain´ \DQJ EHUDGD GL OXDU
Sang lain merupakan hati nurani atau lokus yang memberikan sinyal kepada manusia
mengenai sesuatu baik maupun buruk (Triyuwono, 2012). Oleh sebab itu peneliti memperluas
dimana dalam paradigma spiritualis Islam tersebut, peneliti menambah Sang Lain yakni nilai-nilai
spiritual Islam yang termuat dalam perspektif Insan Kamil sehingga dapat membangun proses
48
kesadaran etika akuntan yang lebih holistic atau menyeluruh. Integrasi nilai-nilai spiritualitas
(Islam) dalam proses kesadaran etika akuntan akan menghasilkan bangunan proses kesadaran
etika akuntan dari sudut pandang Insan kamil. Paradigma spiritualitas Islam memandang realitas
sebagai satu kesatuan yang utuh sehingga nilai-nilai ketuhanan meliputi segala hal baik bersifat
Akuntan merupakan sebuah profesi yang mengandalkan kualitas pribadi berupa etika dan
moralitas sebagai pijakannya. Internalisasi nilai-nilai spiritual Islam (tasawuf) dalam akuntansi
mampu mengukuhkan profesi tersebut dalam mengawal fenomena sosial (ekonomi) yang ada di
masyarakat (Abdullah, M, 2016). Akuntan perlu menyelami hakikat diri melalui mekanisme
bersangkutan (Triyuwono, 2012). Pemahaman akan hakikat diri merupakan kunci penting peneliti
Hakikat manusia didasarkan pada asumsi yang menilai manusia dari sisi material dan sisi
spiritual. Padahal sejatinya maqam manusia adalah makhluk spiritual (rohani). Pencapaian
tingkatan martabat manusia dari yang terendah hingga tertinggi di muka bumi dilewati melalui
serangkaian pengalaman spiritual yang terus berproses dan bertumbuh. Begitupula pula dengan
perubahan fisik manusia sebagai makhluk spiritual terus mengalami perubahan fisik. Sisi material
manusia memuat intelegensi yang melahirkan kecerdasan, sedangkan sisi spiritual mengandung
manusia untuk mengenali dan berinteraksi secara sosial sedangkan kesadaran merupakan
pondasi manusia dalam mengenal dan memahami diri agar terus bereksistensi. Oleh sebab itu
Sosok manusia (akuntan) dalam Insan Kamil tidak saja mendasarkan pada aspek ontologi
dan epistemologi saja tetapi juga berakar dari pengalaman religius dan spiritual akuntan. Gerak
menuju Insan Kamil melibatkan serangkaian tahapan penyucian diri (tazkiyatun nafs) dimana
gerak jiwa manusia bertumbuh kesadarannya lebih baik lagi dalam mewujudkan pengalaman
etisnya menjadi lebih sempurna (Durak, 2010). Tazkiyatun Nafs atau proses pensucian jiwa
dalam pandangan Iqbal dan Hawkins merupakan perjalanan gerak khudi kedalam diri (Inner
Journey) sebagai tahapan perjalanan kesadaran. Berawal dari tahapan penyembuhan di Level of
yang berada di LoC 500-700; serta tahap menuju kesempurnaan diri (Insan Kamil) yang berada
Ontologi merupakan cara pandang manusia terhadap realitas, baik realitas fisik maupun
non fisik dimana kedua realitas tersebut menyatu dan membentuk realitas sosial (Bakhtiar, 2006;
Husaini et al., 2013; Kartanegara, 2003; A. Muthahhari, 2010). Ontologi menjawab keberadaan
suatu entitas dan bagaimana mengelompokkan entitas tersebut kedalam hierarki kesamaan dan
perbedaan. Dalam filsafat ilmu, ontologi merupakan kajian yang mengkhususkan pada apa yang
sebenarnya merupakan obyek dari suatu ilmu, cabang bahkan ranting suatu ilmu (Suriasumantri,
1985).
Sosok Insan Kamil merepresentasikan diri dalam wujud peran dan tanggungjawabnya
mengejawantahkan sifat-sifat Tuhan dalam dirinya. Hal tersebut tidak lepas dari keberadaan ego
kecil ilahi (khudi) dalam diri manusia yang memiliki keunikan, sehingga Iqbal menilai keberadaan
diri manusia merupakan sesuatu yang menjadi dasar ontologis realitas kehidupan. Diri yang
dimaksud Iqbal bukan sesuatu yang bersifat abstrak melainkan sesuatu nyata (real) yang
keberadaannya dapat terus diamati, dipahami, diterima bahkan berproses dalam kedirian
sehingga memicu aktivitas manusia dalam kehidupan pragmatis. Insan Kamil dipandang peneliti
50
sebagai sebuah tingkat pencerahan dalam diri manusia yang meliputi realita fisik maupun non
fisik sehingga mampu mengenali potensi diri tidak terbatas dalam mengembangkan daya
tersebut digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang benar (Husaini et al., 2013;
dalam memandang realitas. Oleh sebab itu integrasi sumber ilmu pengetahuan berupa indera,
akal dan hati digunakan sebagai sarana untuk membangun ilmu pengetahuan berdasarkan
Manusia mampu mengintegrasikan ketiga sumber pengetahuan yakni rasio, akal dan hati
(intuisi) melalui bimbingan Tuhan sehingga mampu menimbang perilaku dan gerak jiwa dalam
beretika. Komunikasi dengan Allah melalui hati merupakan jalan untuk menggapai ilmu sehingga
ilham atau petunjuk dapat diperoleh dan dirasakan langsung oleh jiwa melalui penalaran
manusia. Kondisi tersebut dicapai manusia manakala jiwa mampu membersihkan dirinya melalui
sarana penyucian diri (tazkiyatun nafs) baik berupa taubat, zikir, doa dan tafakkur (TZDT).
Komunikasi dengan Tuhan akan efektif manakala hati manusia tidak terhalang oleh kemelekatan
nafsu, hasrat dan keinginannya sehingga jiwa tidak memiliki hijab penghalang masuknya
limpahan cahaya Ilahi dari Tuhan. Dalam hal ini keberadaan dimensi metafisik memiliki peran
kreativitas dalam diri manusia, ego non dualitas dan kebebasan. Dengan demikian diri mampu
merepresentasikan wujud yang otentik, kuat, bersemangat, mandiri serta mampu meningkatkan
51
kualitas dirinya menuju proses kemenjadian yakni sebuah penyempurnaan diri. Intuisi sebagai
jembatan jiwa hendaknya mampu memahami posisi diri dan Tuhannya. Proses pencarian
kebenaran (epistemologi) tidak lepas dari pemaknaan diri akan hakikat manusia seutuhnya (Al
Attas, 1996). Cara manusia bereksistensi memberikan pemahaman dalam diri manusia sebuah
penilaian terhadap realitas kebenaran. Jika jiwa akuntan menyadari kekeliruan serta perasaan
bersalah kepada Tuhan, diri sejatinya memahami bahwa niat serta tindakan tersebut tidak selaras
dengan kehendak Tuhan. Manusia tanpa harus dibenturkan dengan regulasi atau norma yang
berlaku hendaknya mampu menyadari kekeliruan dalam dirinya sehingga fitrah yang melekat dan
tumbuh dalam dirinya memberikan kepekaan rasa atau sinyal nilai-nilai keilahian tersebut. Meski
demikian, seiring perjalanan waktu dan bertambahnya usia, pengalaman jiwa yang telah
terdistorsi oleh hasrat kemelekatan dunia menjauhkan keberadaan fitrah yang melekat dalam
dirinya. Jiwa lamban laun melupakan esensi fitrahnya sehingga tidak mampu mengenali kembali
dirinya secara utuh dan otentik. Pemahaman tersebut menjadi sudut pandang Insan Kamil dalam
Perspektif Insan Kamil dalam membangun kesadaran etika akuntan memuat nilai-nilai
keilahian melalui keterhubungan ayat-D\DW $O 4XU¶DQ WHUKDGDS UHDOLWDV VRVLDO PHODOXL Varana indra,
akal dan hati. Dalam perspektif tersebut, ilmu pengetahuan berada dalam tataran fisik dan
metafisik dimana Indera dan akal digunakan untuk menyerap ilmu pengetahuan yang sifatnya
fisik sedangkan intuisi digunakan untuk menangkap pengalaman metafisik bahkan mistik
realitas spiritual diperoleh jiwa saat mencapai kesadaran illahiyah (Asyarie, 2010). Kondisi
tersebut bertolak belakang dengan pandangan barat (modernisme) yang mengkaji ilmu
Perjalanan akuntan dalam beretika bukan merupakan proses insidentil yang terjadi saat
akuntan berhadapan dengan penegakan aturan atau norma saja, melainkan proses dimana
akuntan menghadapi dilema saat mengambil keputusan. Upaya mengenali dan memahami diri
52
secara terus menerus mampu mengggugah kesadaran jiwa untuk senantiasa bertumbuh.
Pertumbuhan kesadaran dalam siklus perjalanan manusia merupakan gerak diri menuju
kesadaran illahiah yakni tingkatan Insan Kamil. Perjalanan jiwa manusia diungkapkan Iqbal
melalui gerak posisi diri (Khudi), sedangkan gerak kesadaran jiwa menuju pencerahan termuat
dalam Peta Kesadaran David R Hawkins. Oleh sebab itu pembahasan mengenai Insan Kamil
tidak saja termuat dalam pemikiran M. Iqbal saja tetapi diperjelas oleh pemikiran sosok intelektual
Pemikiran Iqbal tentang Insan Kamil lebih filosofis dan abstrak dalam perwujudannya.
Peneliti selanjutnya menjabarkan pemikiran Iqbal sebagai kerangka utama yang kemudian
diperjelas oleh pemikiran Hawkins dan Jung yang memuat perkembangan jiwa manusia modern
saat ini. Pemikiran Iqbal mengenai Insan Kamil memuat Khuda dan Khudi (ego) yang secara
etimologi berarti diri (self), kedirian bahkan individualitas. Konsep ego (khudi) terdiri atas pikiran
menumbuhkan gerak jiwa akuntan dalam kehidupan. Menurut Iqbal, standar ego manusia tidak
sekedar mengetahui, merasa dan berfikir tetapi juga mengerjakan sesuatu. Mengetahui
merupakan sebuah proses kesadaran sehingga apabila dikaitkan dengan Peta Kesadaran
Hawkins (Map of Consciousnes) diawali dengan dimensi ego, mind hingga keilahian. Peta
kesadaran menggambarkan tahapan perjalanan manusia sebagai makhluk Tuhan yang diawali
dari pengenalan diri sejati dimana pemahaman potensi serta esensi fitrah yang melekat dalam
diri merupakan pondasi penting bertumbuhnya gerak jiwa menuju kesempurnaan hidup.
Pengenalan manusia terhadap jati diri merupakan upaya diri memahami potensi gerak
keseimbangan diri manusia yang memiliki 2 sisi mata uang yakni mengandung kelebihan
sekaligus kelemahan. Jika kelemahan merupakan hambatan diri dalam bertumbuh dan
ditransendensikan agar tidak memiliki beban emosi spiritual di masa mendatang yang mampu
ilahiah.
Masyarakat modern menilai tingkatan Insan Kamil sebagai sebuah pencapaian luar biasa
yang jarang ditemukan pada kondisi manusia saat ini. Hal ini dikarenakan Insan Kamil sebagai
tahapan kesempurnaan manusia memiliki kesadaran illahiah. Tahapan tersebut secara otomatis
memberikan efek kedamaian dan ketenangan abadi dalam diri manusia sehingga secara tidak
langsung memberikan efek vibrasi positif terhadap lingkungan yang lebih luas. Vibrasi positif
meliputi perasaan tenang damai penuh cinta kasih memayungi energi kreatif manusia yang bebas
dan mandiri. Energi kreatif merupakan anugerah Tuhan dalam diri manusia yang sepatutnya
diberdayagunakan untuk memberikan peran serta efek keberlangsungan dalam etika atau akhlak
manusia. Kemerdekaan manusia dalam berfikir dan bertindak mampu membebaskan dirinya dari
kemelekatan nafsu duniawi yang secara otomatis melahirkan daya kreatif manusia. Pemahaman
kemampuan untuk: 1) Memahami dirinya sendiri (kenali diri); 2) Memiliki tujuan serta makna hidup
sesuai fitrah manusia, dan; 3) Menjalani hidup penuh kedinamisan dengan menumbuhkan sifat-
sifat ketuhanan. Peran dan fungsi manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi, menjadi dasar
peneliti dalam membangun kesadaran etika akuntan. Pemahaman ini selaras dengan gerak jiwa
akuntan dalam berperilaku dan bertindak etis dimana hikmah pembelajaran diperoleh di setiap
penyempurnaan diri.
Setiap pembelajaran hidup memberikan pilihan bebas bagi jiwa akuntan untuk menyadari
dan bertanggungjawab dalam hidupnya. Kesadaran etika akuntan jika dikaitkan dengan
perkembangan zaman. Oleh sebab itu kesadaran akuntan dalam beretika dimaknai peneliti
sebagai sebuah proses dan upaya jiwa agar senantiasa mampu menumbuhkan nilai-nilai spiritual
Islam di setiap tahapan perjalanan kesadaran sehingga memberikan bekal diri agar senantiasa
berfikir dan mengambil hikmah pembelajaran di setiap aspek kehidupan. Tahapan menapaki
kesadaran berujung pada kesempurnaan manusia sebagai Insan Kamil yang merupakan
2.7 Trilogi Pemikiran Iqbal, Hawkins dan Jung sebagai Jalan Akuntan Menumbuhkan
Kesadaran Etika
Ilmu pengetahuan dibangun dari kegiatan manusia yang secara organisir terbentuk
secara sistematis. Oleh sebab itu pengalaman spiritualitas keagamaan diperoleh jiwa saat
beribadah kepada Tuhan dimana aktivitas kesehariannya menjadi dasar kajian peneliti dalam
memandang realita sosial. Realitas sosial sebagai kajian ilmu membutuhkan serangkaian
pengamatan dan refleksi diri sehingga keberadaan ilmu pengetahuan memiliki kebermanfaatan.
,OPX GDODP NDMLDQ $O 4XU¶DQ WHUEDJL PHQMDGL WLJD VXPEHU \DLWX NDXQL\DK LOPX-ilmu alam,
nomothetic), qauliyah (ilmu-LOPX $O 4XU¶DQ WKHRORJLFDO GDQ LOPX QDIVL\DK \DQJ WHUNDLW GHQJDQ
makna, nilai dan kesadaran. Ilmu nafsiyah dikenal sebagai ilmu humaniora atau ilmu
Pemikiran Iqbal didukung pemikiran Hawkins dan Jung dengan menggunakan sudut
pandang Insan Kamil dalam membangun kesadaran etika akuntan. Hawkins menilai tahapan
pencapaian Insan Kamil merupakan sebuah proses jelas yang membutuhkan mekanisme
tersendiri dalam mencapai keadaan, tidak seabstrak yang dibayangkan orang sebelumnya.
Perjalanan diri melalui rangkaian tahapan kesadaran diawali saat diri dilahirkan ke dunia hingga
tutup usia. Proses tersebut selaras dengan gerak dinamis jiwa yang mendukung perubahan
tersebut. Beretika tidak semata-mata didasari oleh faktor kepatuhan dan ketakutan manusia
terhadap hukum, regulasi serta faktor eksternal melainkan didasari oleh unsur kesadaran
55
manusia dalam berperilaku, bersikap serta melakukan perbuatan yang merupakan representasi
diri sebagai agen perubahan dunia yakni Khalifah Allah. Iqbal menilai arah gerak khudi menuju
tingkatan Insan Kamil merupakan tahapan penyempurnaan diri dimana jiwa bergerak menuju
kesadaran tertinggi (Illahi). Oleh sebab itu kebebasan manusia dalam bertindak hanya bisa
diaktualkan dalam ruang etika dimana keadaan tersebut menjadi tujuan utama keberadaan
Iqbal dan Hawkins menilai keberadaan manusia, alam semesta beserta segala isinya
sebagai sebuah sistem yang utuh, seimbang dan sempurna. Mereka menilai segala sesuatu tidak
ditinjau dari sisi materialisme saja, melainkan memperhatikan keberadaan ruh yang tidak
memenjarakan otak dan jiwa manusia. Menjadi satu kesatuan utuh merupakan kesempurnaan
itu sendiri. Setiap tahapan evolusi atau perjalanan hidup manusia merupakan bagian dari proses
menuju kesempurnaan. Jika dianalogikan, keadaan tersebut laksana bunga yang tengah mekar
dimana kemekarannya merupakan proses keindahan dan kesempurnaan yang secara presisi
sesuai hukum alam semesta. Proses tumbuh, dan berkembangnya jiwa manusia merupakan
mekanistik, mistisisme bahkan konservatif dan deterministik. Proses kreativitas tumbuh manakala
khudi terus menerus bergerak, beraksi serta menumbuhkan jiwa. Pemikiran metafisika Iqbal
menetapkan tiga hal yakni: 1) gerak ego, awal atau permulaan yang menggerakkan manusia
dalam bertindak. Ego (khudi) bertindak sebagai petunjuk atau pemberi arah manusia dalam
kehidupan. 2) tindakan bermakna, selalu ada hikmah pembelajaran dibalik peristiwa naik
turunnya kehidupan manusia. Tindakan memperoleh makna atau hikmah pembelajaran dalam
hidup dipetik oleh jiwa-jiwa yang memiliki kesadaran. Keadaan tersebut menjadi dasar eksistensi
manusia agar mampu melahirkan sebuah tindakan atau perbuatan. Hikmah atau tindakan
bermakna menjadi bekal hidup manusia di masa datang. 3) aspek dinamis, pergerakan proses
56
kehidupan manusia hendaknya selaras dengan kehendak Tuhan. Dengan demikian pergerakan
jiwa menempatkan eksistensi diri pada titik kesempurnaan (Insan Kamil). Pemahaman manusia
akan kesempurnaan diri hendaknya diimbangi niatan dalam diri untuk mengurangi ego
kemelekatan dualitas sehingga cinta ilahi tumbuh dan mengantarkan jiwa menuju keabadian
absolut. Kondisi tersebut merupakan rangkaian pemikiran peneliti dalam membangun kesadaran
etika akuntan.
Meskipun Hawkins bukan seorang sufi, peneliti justru melihat sinkronitas pemikiran David
dimana proses kesadaran berawal dari human doing, human being hingga spiritual being. Jika
dianalogikan proses tersebut merupakan perjalanan para sufi (suluk) untuk memperoleh
kebenaran abadi (Ilahi) yang mencakup tahapan syariat, tarekat, makrifat dan hakekat. Iqbal
mengambarkan konsepsi pertumbuhan diri manusia (khudi) dalam tiga tingkatan yang meliputi:
1) the self and ³I am ness (intrapersonal). 2) the self and the other (interpersonal) dan 3) the self
and God (transpersonal) (Aurang & Qasim, 2015). Pemikiran kedua tokoh intelektual tersebut
kesadaran diri bergerak menuju tahapan kesadaran Ilahiah. Gerak jiwa dalam kondisi tersebut
menumbuhkan potensi diri agar senantiasa terus berkembang. Pemikiran Iqbal sejalan dengan
penderitaan. Pertumbuhan kesadaran jiwa menggerakkan ego non dualitas dalam diri agar
menghasilkan daya kreativitas manusia seiring perjalanan diri menuju kesempurnaan (Insan
kamil). Keadaan tersebut melibatkan keteguhan dan keuletan kepribadian manusia dalam
menambahkan psikologi transpersonal Carl Gustav Jung kedalam pemikiran M Iqbal dan David
R Hawkins sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia. Jiwa dalam proses
57
pertumbuhan akan berupaya melampaui setiap tahapan kesadaran melalui proses transendensi
atau trans(edensi)personal.
2.8 Metode Penelitian, Gerak dan Langkah Jiwa Akuntan dalam Memperoleh Kesadaran
Etika
Metode merupakan prosedur, tehnik atau cara tertentu yang digunakan peneliti untuk
memperoleh kebenaran sesuai tujuan penelitian (Bungin, 2010). Dalam mencapai tujuan
tersebut, peneliti menggunakan metode CINTA yang merupakan singkatan dari Consciousness
terhadap tema kesadaran. Peneliti mampu mengamati dan memaknai kegiatan penggalian
informasi terkait pertumbuhan kesadaran yang dialami informan tersebut. Temuan informasi
tersebut dianalisa secara induktif mulai dari tema khusus menuju tema umum (Cresswell, 2010)
sehingga mampu memberikan informasi memadai mengenai konteks sosial yang mereka alami
baik perasaan, norma, keyakinan, kebiasaan, sikap mental serta budaya yang dianut informan
akuntansi maupun keseluruhan (Moleong, 2005). Dari penjabaran konteks sosial tersebut,
peneliti membangun tahapan proses kesadaran etika akuntan berdasarkan perspektif Insan
Kamil. Proses menumbuhkan nilai-nilai yang nantinya membentuk bangunan kesadaran dengan
menggunakan kerangka berpikir M. Iqbal sebagai induk pemikiran utama dan didukung David R
Hawkins dan Carl Gustav Jung untuk memperjelas pemikiran Iqbal tersebut.
kesadaran beretika yang secara garis besar meliputi proses kesadaran dan upaya transendensi.
mampu bergerak menuju tingkatan Insan Kamil. Insan Kamil sebagai representasi jiwa manusia
dalam menggapai kesempurnaan hidup menjadi tujuan hidup dan kehidupan serta sikap ideal
bertumbuh. Proses tersebut diawali terlebih dahulu dengan perjalanan kedalam diri (inner
58
journey) dimana diri melakukan tazkiyatun nafs (pensucian diri) melalui intropeksi diri, taubat dan
serangkaian proses pemaafan diri. Manusia mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT
sehingga mampu mencurahkan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama makhluk. Apabila
keadaan tersebut rutin dilakukan secara terus menerus, tirai penghalang yang menutupi hati
manusia lamban laun tersingkap dan hati akan kembali menjadi suci dan murni. Kemurnian hati
Dalam proses muhasabah diri, peneliti mengambil posisi hening, kontemplatif pada akal
pikiran serta meditatif pada batin. Kegiatan tersebut disertai zikir nafas yang merupakan kegiatan
pengaturan tarikan serta buangan nafas sehingga mampu menyadarkan peneliti akan manfaat
nafas sebagai penyambung nyawa proses kehidupan manusia dengan melihat kemaha besaran
Tuhan di saat ini dan disini kini (present moment). Dalam proses intropeksi tersebut, diri
menyaksikan permasalahan hidup yang terjadi dimasa lalu serta kekhawatiran di masa datang.
Keadaan tersebut menempatkan diri manusia sebagai penyaksi dengan tidak melibatkan diri lebih
GDODP SDGD NRQWHNV SHUPDVDODKDQ WHUVHEXW 3HQHOLWL EHUXSD\D PHOHSDVNDQ UDVD ³NHEHQGDDQ´
dalam diri sehingga rasa tersebut menjadi teralineasi. Diri tidak mewakili keadaan yang ada
melainkan justru memunculkan rasa hidup. Oleh sebab itu peneliti melakukan pensucian rasa
hidup dalam momen tersebut dengan mengenali dan memperhatikan wujud rasa hidup tersebut.
Kondisi tersebut menampilkan dialog transendensi yang memunculkan subjective nature, sebuah
cara berfikir non dual. Peneliti memperhatikan potensi aktual dalam diri untuk kemudian diniatkan
menjadi aktual sesuai tingkat kesadarannya sehingga mengalami proses transendensi. Proses
tersebut melahirkan ketenangan dan kedamaian dalam batin sehingga diri tersadar, fokus dan
empati terhadap kondisi diri dan lingkungannya. Pada akhirnya proses penyaksian dan yang
ketuhanan dalam dirinya. Keadaan tersebut merupakan manifestasi rasa syukur peneliti terhadap
kemaha besaran Tuhan yang senantiasa melimpahkan kasih sayang dan cintanya kepada umat
59
manusia. Perwujudan rasa diungkapkan peneliti dalam bentuk sikap, perbuatan serta tindakan
sehari-hari. Oleh sebab itu dzikir dengan melafazkan sifat-sifat Allah (Asmaul Husna) disertai
tarikan dan hembusan nafas peneliti (dzikir nafas) mampu menghasilkan ritme getaran yang
memberikan ketenangan dan kenyamanan dalam hati sehingga terbawa dalam sikap dan
perilaku sehari-hari. Ritme getaran melarutkan jiwa peneliti untuk segera masuk kedalam satu
Peneliti memperkuat keimanan diri dengan senantiasa melakukan perjalanan kedalam diri
(spiritual journey). Perjalanan kedalam diri menumbuhkan sensitivitas kepekaan dalam diri
sehingga peneliti mampu memahami perilaku serta bahasa tubuh orang lain khususnya kondisi
informan. Peneliti berusaha memahami ekspresi wajah serta bahasa tubuh informan agar mampu
mengambil makna yang tersirat dari sikap dan ucapannya tersebut. Peneliti belajar memahami
hakikat keberadaan diri dan Tuhannya melalui pengalaman mencerahkan sehingga mampu
menempatkan diri pada tingkatan Iman yang dimiliki. Peneliti mencoba melepaskan ego dualitas
berikut tirai yang menjadi penghalang batin dalam dirinya agar mampu menerima ilham serta
petunjuk dari sang pencipta. Keadaan tersebut lamban laun mengingatkan peneliti akan fitrah
Kondisi fitrah mengingatkan manusia akan hakekat, tujuan dan fungsi penciptaan diri
sehingga jiwa mampu melihat segala sesuatu yang ada di bumi sebagai perwujudan dari Tuhan
(tajalli). Pengalaman spiritual memberi makna serta menumbuhkan kesadaran illahiah dalam diri.
Proses tersebut diungkap melalui daya intuisi yang tidak terbatas pada kemampuan rasional
PDXSXQ HPSLULV \DQJ PHQJHWDKXL GDQ ³PHPSHUFD\DL´ 7XKDQ WDSL EHOXP VHSHQXKQ\D PHPEDZD
manusia dalam kebenaran sejati. Jika peneliti memahami dan mengerti kondisi dirinya maka diri
akan belajar membersihkan hatinya dari keterpisahan (dualitas). Dengan demikian cahaya Ilahi
dapat menggerakkan intuisi peneliti dalam memahami perilaku dan sikap informan. Perilaku dan
sikap informan menjadi cermin serta refeksi diri peneliti terhadap lingkungan. Oleh sebab itu,
60
pembahasan tentang hati dan instuisi masuk kedalam kajian di ranah psikologi, spiritual dan
tasawuf.
Informan yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah akuntan-akuntan yang bekerja
sebagai auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP), internal auditor perusahaan, akuntan pendidik
serta auditor pemerintahan. Para akuntan tersebut mengemban amanah dan tanggungjawab
profesi sesuai ketentuan yang termuat dalam kode etik akuntan. Pemilihan Informan ditentukan
peneliti berdasarkan kompetensi, keahlian dan pengalaman mereka bekerja sebagai akuntan
ditunjang faktor kedekatan peneliti dengan informan tersebut, kemampuan informan memahami
etika serta nilai-nilai spiritual Islam yang termuat dalam Insan Kamil. Berikut ini kriteria informan
a. Lulusan Master (S-2) Akuntansi dari PTN dalam dan luar negeri (linieritas bidang
akuntansi)
b. Berprofesi sebagai akuntan publik, pendidik, auditor pemerintah, internal auditor dan
akuntan manajemen.
c. Seorang muslim yang memiliki pemahaman agama dan spiritualitas Islam secara
memadai.
d. Memiliki pengalaman hidup pribadi dan relasi pekerjaan yang cukup luas dan kompleks
e. Memiliki pengetahuan dan keahlian dibidang akuntansi dan auditing serta memahami isu-
f. Memiliki pemahaman yang cukup mengenai Insan Kamil serta kesadaran dalam beretika.
Penentuan jumlah informan disesuaikan dengan kebutuhan tema penelitian. Informasi yang
diperoleh peneliti diselaraskan antara satu informan dan informan lainnya sehingga mampu
memberikan pemaknaan yang utuh mengenai kesadaran etika. Tabel 2.1 berikut ini memuat
STIE XYX
Jakarta
Mantan Praktisi
Akuntan
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
serangkaian tindakan pengamatan dan wawancara peneliti mengenai tugas dan tanggungjawab
informan sebagai akuntan pendidik, akuntan publik, internal auditor, akuntan manajemen maupun
Discussion serta bedah buku terkait etika, filsafat, sains spiritual, fisika kuantum, tasawuf sufisme,
psikologi transpersonal, Islam dan modern. Aktivitas yang dilakukan peneliti adalah untuk
memperkuat wawasan serta intuisi peneliti dalam memahami dan memaknai ayat-ayat Al Quran
terkait fenomena alam semesta, ilmu kesadaran, psikologi transpersonal serta etika yang
merupakan kajian dalam Insan Kamil. Media pembelajaran peneliti berupa seminar atau webinar
dilakukan secara online dan offline untuk mengkaji literatur atau bedah buku, jurnal maupun isu-
4XU¶DQ +DGLWV GDQ MXJD NRODERUDVL VLQHUJL SHPLNLUDQ ,QWHOHNWXDO PXVOLP GDQ EDUDW .HJLDWDQ
wawancara secara terstruktur maupun tidak terstruktur (bebas) dilakukan peneliti untuk
memperoleh pemahaman dan intepretasi mendalam terhadap tema kesadaran yang bersumber
dari data informan tersebut. Kajian pemahaman dan pengamatan dilakukan peneliti dalam menilai
63
perilaku gerak dan bahasa tubuh informan disela-sela diskusi wawancara sehingga mampu
Data dari berbagai sumber diperoleh peneliti untuk kemudian diklasifikasikan dan
dianalisa sesuai tujuan penelitian. Klasifikasi data merupakan kegiatan mengkatagorikan atau
menetapkan urutan tahapan perjalanan jiwa dalam menumbuhkan kesadaran beretika akuntan
Analisis data merupakan bagian terpenting dari metode ilmiah yang digunakan untuk
memecahkan masalah penelitian (Basnowi & Suwandi, 2008). Penggunaan panca indra, akal,
hati dan intuisi digunakan dalam setiap pencapaian eksistensi manusia. Metode yang digunakan
untuk menganalisa data adalah Metode CINTA yang merupakan singkatan dari Consciousness
In Nature Transcendence in Action yang meliputi rangkaian kegiatan berupa Penemuan Diri
Kesadaran Transendental (PDKT). Metode tersebut bersumber dari kolaborasi pemikiran Iqbal
Hawkins dan Jung dengan menekankan penemuan dan identifikasi diri sehingga menghasilkan
pengetahuan yang mampu memberikan energi kekuatan dalam diri serta menggerakkan
kesadaran dalam berperilaku dan bersikap. Jiwa yang senantiasa bertumbuh akan mengalami
transendensi terus menerus agar mencapai tataran keseimbangan dan kesempurnaan yang
mampu menghasilkan kebijaksanaan dalam hidup dan kehidupan. Berikut ini tahapan kegiatan
1. Peneliti perlu memberikan pemahaman dalam dirinya dengan menilai bahwa pelanggaran
etika tidak semata-mata diselesaikan melalui sanksi atau jalur hukum, melainkan
fungsi kemanusiaan dan keilahian secara seimbang, dimana manusia diarahkan untuk
64
menemukan kembali tatanan atau nilai-nilai bawaan sejak lahir (intrinsic order) yang
merupakan sifat alamiah (nature) dalam dirinya (fitrah). Tatanan atau nilai-nilai bawaan
menjadi paradoks dalam diri manusia karena mencakup sifat fujur dan takwa atau
perbuatan yang merupakan indikasi pelanggaran atau sesuai ketentuan syariat. Peneliti
melakukan katagori atas rangkaian informasi yang disampaikan informan dalam aktivitas
2. Ego kecil ilahi (khudi) atau non dualitas bergerak menuju the way of being bukan sebagai
to be yang masih menjadi ranah ego dualitas yang terkait erat dengan hasrat kemelekatan
yang menjadi sumber penderitaan jiwa. Keberadaan ego dualitas dan non dualitas yang
terefleksi dalam diri memiliki kontribusi dan peran penting bagi peneliti dalam
didominasi oleh gerakan ego dualitas atau non dualitas. Refleksi atas diri, kontemplasi
dalam menganalisa temuan informasi tersebut. Mekanisme taubat, zikir, doa, tafakur serta
ihsan diberlakukan agar diri memperoleh keyakinan dan petunjuk dari Tuhan mengenai
3. Taubat merupakan proses awal untuk membersihkan diri manusia dari kemelekatan nafsu
taubat merupakan proses memaafkan diri dan orang lain, mencintai diri sendiri dan orang
lain sehingga menumbuhkan rasa syukur teramat dalam pada diri. Pemahaman ini secara
tidak langsung mampu menyingkap tirai penghalang masuknya cahaya ilahi kedalam
intuisi peneliti. Zikir menjadi rangkaian tahapan peneliti untuk mengingat dan merasakan
kehadiran Allah secara terus menerus. Tehnik tersebut diharapkan mampu melindungi
manusia dari hal-hal negatif yang dapat menganggu kestabilan kondisi manusia dalam
menyaksikan dan merasakan kehadiran Allah SWT. Dalam zikir, ritme yang dihasilkan
dari proses melafazkan Asmaul Husna atau pengulangan lafaz ayat-ayat Al-Quran
65
kebesaran Allah SWT. Peneliti mampu merasakan segala wujud ciptaannya (Tajalli) yang
ada di alam semesta sebagai manifestasi dari kehadiran Allah SWT. Ketika peneliti
merasakan kehadiran Allah dalam dirinya, peneliti merasakan desiran rasa menenangkan
dan melegakan hati sehingga membuahkan harapan serta keinginan besar terhadap
sesuatu yang bersifat kebaikan dan kemuliaan. Sesuatu yang memberikan efek rasa
damai dalam diri berupa ketenangan hati, laksana cahaya yang menerangi relung-relung
hati serta pikiran peneliti. Kondisi tersebut menganugerahi jiwa peneliti sebuah inspirasi,
ide atau ilham terkait tema besar, penjabaran konsep maupun metode penelitian. Peneliti
selanjutnya memperoleh konfirmasi atas ide atau ilham yang diyakini tersebut melalui
kegiatan pembelajaran yang diikutinya. Tafakur sebagai upaya penegasan peneliti dalam
proses berfikir, bertanya, berdialog serta berdiskusi dengan Allah SWT (self talk)
dengan praktek etika yang terjadi saat ini (Qauniyah), melalui dukungan situs dan literatur
mengenai realita etika yang dikonfirmasikan melalui Al-Quran serta As Sunah tersebut.
6. Peneliti melakukan koherensi gerak jiwa akuntan (informan) dalam aktivitas keseharian
7. Perilaku serta tindakan akuntan dalam aktivitas profesionalnya termuat dalam hasil
tersebut dikategorikan atas dasar muatan kesadaran atau justru memuat unsur
8. Mengeksplorasi nilai-nilai spiritual Islam yang hadir dalam muatan kesadaran informan
teknis.
9. Peneliti melakukan intepretasi serta pemaknaan lebih lanjut mengenai perilaku, tindakan
serta posisi kesadaran informan dalam beretika. Langkah tersebut dilakukan melalui
10. Peneliti mengolah data sehingga memperoleh gambaran lengkap dan rinci mengenai
proses kesadaran etika akuntan dengan menggunakan pemikiran Iqbal, Hawkins dan
Jung. Pemikiran Iqbal ditempatkan sebagai kerangka utama dalam kategori pertumbuhan
akuntan dalam bertumbuh. Gerak jiwa akuntan saat bertumbuh meninggalkan jejak jiwa
penjabarannya secara rinci termuat dalam Peta Kesadaran Hawkins. Setiap jejak jiwa
agar senantiasa bertumbuh menuju proses kemenjadian yakni menuju Self sebagai
11. Penerimaan manusia terhadap setiap permasalahan yang dihadapi dapat memberikan
kekuatan dalam diri agar mampu melepaskan beban spiritual yang ditanggungnya.
Keadaan tersebut lamban laun memunculkan rasa keikhlasan dalam diri sehingga secara
12. Gerak jiwa yang meliputi 3 kategori kesadaran meninggalkan jejak-jejak jiwa didalamnya.
Jejak-jejak jiwa tersebut menghadirkan nilai-nilai spiritual Islam yang termuat dalam Insan
Kamil. Peneliti melakukan sintesa dan refleksi dari hasil analisis data tersebut sehingga
Kamil. Dari pemahaman tersebut, diperoleh gambaran metode analisis berikut ini.
Perspektif Insan Kamil 1. Mengkategorikan ego dual dan non dual dalam setiap aktivitas jiwa informan akuntan
dalam Pemikiran 2. Mengidentifikasi nilai-nilai spiritual Islam yang hadir dalam aktivitas jiwa informan
Iqbal, Hawkins dan Jung 3. Menganalisa temuan data informan
Metode CINTA
Consciousness In Nature Transcedence in Action
dengan Tahapan
Penemuan Diri, Kesadaran Transedental (PDKT)
Pemikiran Iqbal
Gerak khudi dalam Intrapersonal, interpersonal dan trans(edensi) personal
2.9 Penutup
Sosok akuntan dalam perspektif Insan kamil tidak saja mendasarkan diri pada aspek
ontologi dan epistemologi melainkan berakar dari sebuah pengalaman religius serta spiritual
akuntan melalui tahapan kesadaran. Tahapan menuju tingkatan Insan kamil melibatkan
serangkaian penyucian diri (tazkiyatun nafs) yang membentuk pengalaman etis manusia
Tazkiyatun nafs atau proses penyembuhan diri (self healing) dilakukan oleh jiwa melalui
mekanisme taubat, zikir, doa dan transcending. Transcending dalam Peta Kesadaran Hawkins
merupakan perjalanan diri manusia (Inner Journey) dalam menapaki serangkaian tahapan
kesadaran dimulai dari tahapan penyembuhan diri atas segala penderitaan dan kesenangan
semu yang dihadapi (Loc 20-175); tahap pertumbuhan (Loc 200-499); tahap kreativitas (Loc 50-
700) serta tahap penyempurnaan (Insan kamil) di (Loc >= 700). Tingkat Insan Kamil melibatkan
peran serta tanggungjawab diri manusia agar senantiasa mampu mengejawantahkan sifat-sifat
Integrasi pemikiran M. Iqbal, David R Hawkins serta Carl Gustav Jung melalui akal, indera,
hati dan intuisi diharapkan mampu membangun Kesadaran Etika Akuntan berdasarkan Perspektif
Insan Kamil. Ketiga pemikiran tersebut menjadi landasan perjalanan jiwa akuntan menuju
kesempurnaan diri, dimana dalam tingkatan tertentu jiwa mampu menempatkan dirinya sebagai
sosok manusia paripurna (Insan Kamil). Pemikiran Iqbal yang memuat konsepsi pertumbuhan
diri manusia (Khudi) ditunjukkan dalam tiga tingkatan yakni intrapersonal, interpersonal dan
transpersonal. Iqbal menilai Insan kamil bukan sebagai figur yang bersifat mistik melainkan
mukmin sejati yang memperlakukan agamanya sebagai dogma yang tidak kaku, menjalani
NHKLGXSDQ GHQJDQ VHPDQJDW µLa illaaha µillallah (Rusdin, 2016) dimana Allah menjadi tujuan akhir
dari segala penciptaan kehidupan di dunia. Sedangkan pemikiran David R Hawkins sebagai
pendukung pemikiran Iqbal, mengkaji tingkat pertumbuhan diri manusia melalui progresivitas
69
kesadaran manusia yang termuat dalam Peta Kesadaran. Begitupula Carl Gustav Jung yang
mendukung pemikiran sebelumnya melihat sosok Insan Kamil dari sudut pandang Psikologi
Transpersonalnya yakni sebuah pengalaman religiusitas yang mampu membawa jiwa menuju
tingkatan kesadaran tertentu. Iqbal dan Hawkins memandang proses keutuhan manusia sebagai
perjalanan unik jiwa yang tidak dapat dibandingkan antara satu jiwa dengan jiwa lainnya.
serangkaian tahapan kesadaran jiwa berupa: 1) pemahaman atas diri sendiri, 2) memiliki tujuan
serta makna hidup sesuai fitrah manusia serta 3) mengalami pola hidup dinamis dengan
kolaborasi serta perpaduan dari pemikiran Iqbal, Hawkins dan Jung dalam mencapai
keseimbangan, keselarasan dan keutuhan. Dalam metode CINTA, manusia diharapkan mampu
mengenali posisi jiwa serta kenyataan yang dialami oleh jiwa, sehingga mampu mengakui,
menerima serta memahami setiap permasalahan hidup yang dihadapi. Jiwa berupaya
meningkatkan kesadarannya secara terus menerus menuju tingkatan manusia paripurna (Insan
Kamil).
BAB III
3.1 Sekilas Pandang Pemikiran Muhammad Iqbal: Dunia dan Manusia dalam
Pandangannya.
Pemikiran filsafat ketuhanan Iqbal berbeda dengan filsafat ketuhanan kontemplatif karena
Iqbal berangkat dari filsafat manusia yang menekankan pengetahuan langsung tentang
keberadaan ego atau diri yang bebas kreatif. Iqbal menawarkan paradigma Qurani berupa nilai-
nilai Islam yang bersumber dari Tauhid agar mampu mengatasi degradasi kehidupan global dan
manusia dan alam semesta sehingga membentuk pribadi muslim yang lebih baik, kreatif, dinamis
serta menjunjung tinggi spiritualitas melalui pembangunan diri atau pribadi manusia. Kualitas
kedirian manusia ditentukan dari seberapa jauh pribadi tersebut mampu mengenal dan
menghayati dirinya. Oleh sebab itu dunia barat memberikan kesan mendalam terhadap sosok
Iqbal yang penuh vitalitas, kreativitas dan dinamis. Kemajuan hidup Iqbal terlihat dari sikapnya
yang penuh semangat akan cinta, persatuan, toleransi, kemerdekaan, persaudaraan serta
persamaan hakiki dan tidak serakah. Pandangan filsafat Iqbal mengkritik sikap manusia yang
1. Ketidakpedulian terhadap nilai kedirian, tercermin dalam sikap hidup ingin meleburkan diri
sehingga mengakibatkan nilai kemanusiaan tidak lebih berharga daripada benda material
yang diagungkan
70
71
Peningkatan kualitas diri manusia bukan merupakan pemberian yang instan, melainkan
proses perjalanan manusia bertumbuh atau berevolusi. Tahapan perjalanan manusia (evolusi)
yang dianut Iqbal memiliki sudut pandang berbeda dengan kaum materialis. Kaum materialis
memandang keberadaan manusia bermula dari tahapan yang bernilai rendah menuju tahapan
yang bernilai lebih tinggi. Dalam perspektif lain, pihak spiritualis justru memandang keberadaan
manusia berawal dari fitrahnya dimana manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya
(sempurna) atau otentik bahkan berada di level yang lebih tinggi dibandingkan hewan, tumbuhan
Meskipun demikian dalam perjalanan hidupnya, jiwa manusia terbentur pada sebuah
UHDOLWD ³SHUPDVDODKDQ´ yang disinyalir sebagian pihak sebagai hambatan dan penderitaan.
Permasalahan atau hambatan menjadi ujian bagi jiwa yang mampu mengambil hikmah serta
makna didalamnya. Dalam kondisi tersebut jiwa semakin tumbuh dan berkembang menjadi lebih
otentik atau justru sebaliknya posisi diri menjadi statis atau bahkan terjebak dalam kesenangan
semu maupun penderitaan berkepanjangan. Jika jiwa mampu melampaui penderitaan maka
kualitas manusia bergerak naik atau mengalami peningkatan. Sebaliknya jika jiwa tidak mampu
melampauinya maka diri akan mengalami penurunan kualitas kesadaran yang terjebak dalam
lingkaran permasalahan yang bersifat dualitas. Permasalahan merupakan tangga jiwa dalam
Peningkatan kualitas diri manusia terletak pada kekuatan ego illahi yang menggerakkan
potensi diri sehingga mampu menghasilkan daya kreativitas. Proses kreativitas merupakan hasil
gerak perjuangan individu yang tekun tanpa henti dalam menghadapi kekuatan yang muncul dari
luar serta kecenderungan penghancuran dari dalam diri manusia. Gerak kreativitas memiliki
tujuan serta nilai spiritual (amal), dimana amal manusia akan hidup abadi mengalir secara
berkesinambungan -D¶IDU , berbeda dengan makhluk selain manusia yang terbatas pada
instingnya sebagai kodrat ilmiah. Oleh sebab itu sistem organisasi dalam diri manusia mengalami
Iqbal menilai segala sesuatu di alam semesta ini memiliki tingkat individualitas yang tidak
dapat dilebur satu sama lain. Hal ini dikarenakan sifat individu cenderung otonom bahkan mandiri
sehingga pencapaian individualitas yang semakin tinggi akan membentuk manusia sejati apabila
diinternalisasikan kedalam diri dan membentuk sebuah pribadi. Pribadi sejati tidak saja memiliki
kemampuan penguasaan atas materi tetapi mampu menyerap sifat-sifat Tuhan ke dalam egonya.
Pribadi kuat mampu menghasilkan ego yang mampu menaklukan ruang dan waktu terlebih lagi
saat ego tersebut mendekati kemaha besaran Tuhan melalui sifat-sifatnya. Ego non dualitas
menggerakkan jiwa menuju tahapan Insan Kamil. Pergerakan tersebut diawali terlebih dahulu
melalui penegasan niat dalam diri sehingga jiwa tergerak bangkit untuk berbuat dan bertindak
selaras dengan kebermanfaatannya terhadap sesama makhluk di muka bumi sehingga mampu
Setiap jiwa berhak memperoleh kehidupan yang lebih baik sehingga diri memiliki upaya
serta tanggungjawab penuh agar mampu mengendalikan dirinya menuju kesempurnaan hidup.
Pemikiran Iqbal lebih menyoroti relasi antara manusia dengan Tuhan dan juga terhadap sesama
makhluknya. Relasi bergerak aktif dari dua arah yang berbeda dimana manusia bergerak kearah
penyempurnaan diri sedangkan Tuhan bergerak kearah manusia untuk memberikan hidayah
serta hikmah pembelajaran di setiap perjalanan hidupnya. Berikut ini merupakan gambaran yang
TUHAN
Manusia
Filsafat Iqbal menganut eksistensialisme sebagai cara pandang yang menilai keunikan
manusia sebagai objek yang bersifat individualitas dan metafisik yang sulit untuk didefinisikan
subtansinya -D¶IDU . Filsafat Iqbal berpijak pada suatu pemahaman bahwa keberadaan
individualitas atau persona merupakan karakter realitas. Realitas merupakan persona yang terus
berevolusi sesuai arah dan tujuan. Oleh sebab itu Iqbal memposisikan Tuhan sebagai yang maha
berkehendak, maha mengetahui serta maha kreatif. Manusia digambarkan sebagai sosok yang
berkehendak, sadar, kreatif serta bertanggungjawab karena kedirian manusia ditentukan oleh
kehendaknya bukan oleh sesuatu di luar dirinya. Gambaran tentang Tuhan dan manusia
dipahami Iqbal sebagai sebuah persona yang apabila kita ingin mengetahui keduanya maka diri
terlebih dahulu harus mengenal serta memahami kedirian atau jati dirinya.
Iqbal memandang diri (ego) sebagai keberadaan diri mutlak atau ultimate ego yang
diperoleh dari pengalaman religius serta spiritual manusia sehingga mampu menampilkan
kehendak kreatif yang mencakup akal dan jiwa manusia. Intuisi telah membawa mereka kepada
hakikat Tuhan. Bukti keberadaan Tuhan ditemukan dalam diri mereka melalui tanda-tanda pada
manusia yang senantiasa menemukan dan mengerti diri-Nya. Meskipun demikian, penderitaan
(chaos) dalam bentuk apapun dapat terus tumbuh dan lahir dari pribadi yang saling bersengketa.
Hal ini dikarenakan pribadi manusia memiliki kerentanan yang dianggap sebagian manusia
sebagai sebuah kesalahan. Oleh sebab itu, bersemayamnya nilai-nilai ketuhanan dalam diri
menjadikan gerak dan hasrat diri seimbang selaras dengan senantiasa melakukan ijtihad dengan
otentik. Keberadaan manusia tidak hilang dalam dunia, bahkan justru menggenggam dunia
bersama kehadiran Tuhan. Keadaan tersebut mentransformasikan jiwa ke arah yang lebih baik.
Pemahaman atas kondisi tersebut digambarkan peneliti dalam model berikut ini.
74
Bertanggungjawab IJTIHAD
Evolusi kesadaran
Pilihan sadar Tidak bertanggungjawab Manusia sadar
Eksistensi Diri
Individu Kehendak
Berdaulat Bebas Process of becoming
Manusia
Pilihan tidak sadar Sempurna
sebagai tokoh utama atau kitab utama dalam drama penciptaan tersebut sedangkan alam
semesta merupakan kitab pengantar. Oleh sebab itu keberadaan manusia dianalogikan sebagai
buah tertinggi dari pohon eksistensi dan mahkota kemuliaan dari penciptaan Illahi (Muqoddas,
1996). Pemahaman Iqbal tentang keberadaan manusia dijelaskan pada QS Al-0X¶PLQXQ -14
yang menyatakan:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging.
Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka maha sucilah Allah,
pencipta yang paling baik.
0DNKOXN ³ODLQ´ \DQJ EHUZXMXG PDQXVLD EHUNHPEDQJ GDODP RUganisme jasmani berupa
kelompok sub-sub ego dari ego tertinggi (Tuhan) yang memungkinkan terbentuknya sebuah
pengalaman yang sistematis. Meski ego berderajat tinggi timbul dari ego yang berderajat rendah
seperti benda atau alam fisik, hal tersebut tidak mengurangi nilai dan kehormatan ego, karena
75
yang terpenting dari itu adalah sebuah arti dan pencapaian terakhir dari perwujudannya (Aksan,
2018)
Secara etimologi, Khudi berasal dari Bahasa Persia yang berarti diri (self) atau person.
Khudi merupakan kesatuan intuitif atau titik kesadaran pencerah yang menerangi pikiran,
perasaan dan keinginan manusia. Khudi, aku atau mind tampak dalam tindakan-tindakan namun
tidak tampak dalam realitasnya, karena pusat kehidupan manusia yang muncul dalam diri
manusia merupakan sebuah pribadi (khudi) (Azzam, 1996). Filsafat Khudi banyak mengkritik dan
diri, pikiran dan kesadaran mampu menciptakan sebuah proses kehidupan. Oleh sebab itu Al-
4XU¶DQ VHFDUD WHJDV PHQMHODVNDQ SHQWLQJQ\D LQGLYLGXDOLWDV NHXQLNDQ PDQXVLD GDQ QDVLE
tinggi apabila realitas awal eksistensial yang berawal dari diri sendiri (Lee, 2000) mampu
dipahami. Perkembangan jiwa yang bergerak menuju tingkat kedirian lebih tinggi, secara tidak
langsung menghantarkan jiwa mendekati Tuhan. Intuisi gerak jiwa dalam memahami diri dan
7XKDQQ\D GLQ\DWDNDQ VHEDJDL ³(JR 0XWODN´ NDUHQD JHUDN MLZD PHQMDGLNDQ PDQXVLD PDPSX
Pemikiran Iqbal yang dinyatakan Kartawinata (2016) justru menilai wujud ego akhir atau
ego tertinggi sebagai kepribadian yang maha kreatif, maha tahu, maha kuasa dan abadi. Ego
akhir merupakan maha kreatif karena kreativitasnya tidak terbatas. Dia bukan sekedar menyusun
sesuatu yang telah ada dan bukan pula pemula materi dalam arti terpisah di luar dirinya. Ego
akhir yang maha tahu adalah serba meliputi dan serba mencakup. Dia mengetahui segala
merupakan maha tahu karena tidak ada yang berada diluar dirinya. Ego akhir dikatakan sebagai
maha kuasa, karena kekuatannya secara inherent terkait dengan kebijaksanaan dan
76
kebaikanNya. Kekuatan tidak terbatas yakni ego tertinggi tidak muncul dalam bentuk yang
sewenang-wenang dan tidak terduga, tetapi justru muncul sebagai pola berulang-ulang, teratur
dan tersusun. Kehendak Ilahi bergerak menuju kebaikan pada manusia. Ego tertinggi yang
bersifat abadi tidak melewati sejarah waktu karena berproses sebagaimana manusia. Ego
tertinggi merupakan sumber dari segala waktu (Kartawinata, 2016). Dalam keadaan tersebut
terjadi proses non liner yang merupakan manifestasi dari paradigma spiritualitas.
Diri manusia tentang khudi tidak sepenuhnya bersifat material melainkan bersifat spiritual
yang memiliki potensi tidak terbatas dan tidak habis direalisasikan menjadi sesuatu yang aktual
(Lidinilllah, 2005). Khudi mengandung realitas Illahi yang bersifat abadi, sehingga
kemunculannya di alam semesta berasal dari perintah serta kreasi Tuhan yang diwujudkan dalam
bentuk evolusi. Khudi merupakan sebuah kekuatan, keteguhan dan kepastian dalam diri agar
mampu bergerak aktif menuju perubahan dan penciptaan. Tanggung jawab manusia terhadap
nasib dilakukan melalui perjuangan memahami diri sendiri berikut asal usulnya. Dalam wujud
kesadaran diri, manusia mampu melihat sisi dalam dirinya berupa potensi diri agar mampu
diwujudkannya. Keberhasilan dan kegagalan manusia ditentukan dari sejauhmana jiwa mampu
mengenali potensi dirinya. Oleh sebab itu kesadaran merupakan perkembangan dan peralihan
yang bersifat dinamis kreatif serta penentu kebebasan manusia dalam berekspresi.
Menurut Iqbal, menjadi manusia saja tidaklah cukup, karena manusia bukanlah akhir dari
proses evolusi yang belum sepenuhnya dinyatakan sebagai wujud sempurna. Hal ini dikarenakan
dalam diri manusia masih memiliki ego yang berjuang terus menerus menuju proses
kesempurnaan (Insan Kamil) (Aksan, 2018). Semakin dekat manusia pada Ego Mutlak maka diri
semakin merujuk pada prinsip Tauhid (Lee, 2000), dimana kesadaran manusia dibangkitkan
lebih intensif. Manusia yang mengenal Tuhan adalah manusia yang mengetahui keberadaan diri
dalam dunia yang diciptakan Tuhan. Manusia berupaya mencapai derajat kedirian yang tinggi
agar dapat dibentuk dan dikreasikan sesuai kehendak mereka. Bagi Iqbal, sejarah diciptakan
77
manusia menuju arah yang mereka kehendaki dan dunia merupakan cermin dari hasil usaha
manusia. Oleh sebab itu, eksistensi menempatkan manusia sebagai subyek sekaligus pribadi
agar pemenuhan jati dirinya mampu mengemban amanah sebagai Khalifah Allah di muka bumi.
Pemahaman tersebut merupakan gambaran diri manusia sebagai Insan Kamil. Jika terjadi
³NHWLGDNXWXKDQ´ GDODP GLUL PDQXVLD PDND MLZD DNDQ NHPEDOL PHQ\Hmpurnakan dirinya melalui
karakteristik ego dalam diri manusia berupa: 1) Individualitas manusia sebagai ego yang sadar
diri, benar-EHQDU PHZXMXG GDQ PDPSX PHQ\DWDNDQ ³DNX DGD´ (JR PHQ\DWDNDQ GLULQ\D
sebagai satu kesatuan dari kondisi mental (mental states). Kondisi mental tersebut tidak berdiri
sendiri justru saling memberi arti satu sama lain. Kondisi tersebut menempati fase-fase dari satu
keseluruhan yang kompleks yang merupakan pikiran (mind). 3) Ego tidak terikat pada ruang
seperti halnya jasmani. 4) Kesendirian esensial menjadi keunikan setiap ego sehingga apa yang
dirasakan dan dipikirkan ego merupakan bagian dari dirinya sendiri. Manusia mampu
bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri dengan tidak mengatasnamakan Tuhan atau orang
lain. Jika manusia bersikap pasif dengan tidak mengambil prakarsa dalam mengembangkan
kekayaan batinnya, maka gejolak batin atas peningkatan hidupnya tidak mampu dirasakan. Hal
tersebut lambat laun akan mengakibatkan roh dalam diri manusia mengeras menjadi batu bahkan
menurun seperti benda mati (Muqoddas, 1996). Pernyataan tersebut dipertegas kembali oleh
Iqbal bahwasanya ego bukan merupakan sesuatu yang beku melainkan tegangan kedalam
lingkungan atau bahkan penyerbuan lingkungan ke dalam ego. Kepekaan ego yang berinteraksi
dengan lingkungan mampu membentuk tegangan yang dapat menggerakkan hidup ego menjadi
dinamis. Ketegangan ego yang membentuk sifat kepemimpinan manusia mampu mengarahkan
lingkungan karena posisi ego adalah sebagai subyek yang memimpin lingkungan bukan sebagai
obyek yang ditundukkan oleh lingkungan (Aksan, 2018). Ego merupakan tegangan yang
Iqbal memandang manusia sebagai kumpulan perbuatan dan tindakan yang terjadi akibat
interaksi tegangan terhadap lingkungan. Apabila tegangan tersebut dipelihara maka diri mampu
membentuk manusia yang abadi. Perbuatan manusia hendaknya dapat menselaraskan ego
dengan kehendak Tuhan sehingga mampu mencapai taraf yang lebih tinggi yakni kesempurnaan
(Insan Kamil). Kondisi tersebut melibatkan peran serta kehendak bebas manusia dalam
bertindak. Iqbal menilai kehendak bebas atas dasar kebaikan terjadi manakala pertimbangan
manusia dalam memilih melibatkan nilai-nilai bawaan yang dianut beserta konsekuensi risiko
yang dihadapi. Oleh sebab itu kemerdekaan memilih dan berkehendak merupakan energi
Pernyataan tersebut sesuai dengan makna penggalan syair Iqbal berikut ini:
Penggalan syair Iqbal sejalan dengan ayat Al- 4XU¶DQ VXUDK $O ,VUD \DQJ PHQ\DWDNDQ
³-LND NDPX berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat maka kejahatan itu akDQ NHPEDOL SDGD GLULPX VHQGLUL´
Penggalan syair Iqbal dan ayat Al Quran memiliki kesamaan makna bahwa individualitas
merupakan tujuan tertinggi dari segala tindakan dan usaha manusia. Dimana kemerdekaan diri
mengajarkan manusia menjadi tuan atas nasibnya sendiri. Oleh sebab itu individu hendaknya
membuka diri dalam menghadapi segala tantangan dan pengalaman hidupnya dengan demikian
Islam melihat manusia bukan sebagai objek melainkan sebagai subyek yang
bertanggungjawab terhadap segala tindakannya di muka bumi. Segala tindakan yang merupakan
hasil kegiatan manusia memiliki nilai pertanggungjawaban di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu
79
kebenaran yang lahir dari diri yang memiliki kehendak bebas dan bertanggungjawab, hendaknya
selaras dengan kehendak Tuhan dan alam sekitarnya. Kekuatan dan kehendak bebas manusia
mampu mengubah sejarah peradaban dunia. Keberadaan Tuhan dapat dikenali melalui sarana
pengetahuan diri yang senantiasa berada dalam realita ciptaan Tuhan. Hal ini dikarenakan fitrah
manusia memiliki harapan imajinasi, daya kreatif, semangat juang serta potensi dalam
mengembangkan individualitas yang unik. Pada akhirnya kesadaran manusia mampu untuk
Konsep Insan Kamil yang ditawarkan Iqbal dipengaruhi oleh Al Haqiqat Al Muhammadiyah
(manusia sempurna) Ibnu Arabi berupa kesatuan wujud. Manusia sempurna (hakikat
Muhammad) adalah sumber seluruh hukum, kenabian semua wali bahkan individu. Hal tersebut
dikarenakan sifat sintesis manusia mampu menyerap karakter keilahian ke dalam diri. Bagi Iqbal,
manusia ideal adalah manusia yang mampu mengejawantahkan sifat-sifat Tuhan (Asmaul
Husna) dalam dirinya sehingga timbul kedekatan antara ego kecil (khudi) yang bersifat individual
dengan ego besar keilahian. Meski demikian khudi tidak lebur dengan individu-individu lain yang
terjebak dalam pandangan pantheistic. Perjalanan manusia dalam membentuk karakter Insan
mulia (Insan Kamil) merupakan perkembangan kreativitas individu yang dinamis yang
memainkan peran aktif bereaksi dan beraksi terhadap ketentuan yang baik dan benar menurut
Tuhan (Alfian, 2011). Pemahaman akan perjalanan manusia tersebut dijelaskan dalam gambar
FACTUAL
Gambar 3.3 Perjalanan Khudi Menuju Manusia Sempurna
80
Insan kamil merupakan tahapan tertinggi yang dicapai khudi dalam perjalanannya.
Perkembangan khudi menghasilkan berbagai unsur jiwa yang kontradiktif, disatukan oleh
kekuatan kerja besar yang didukung oleh perpaduan pikiran, ingatan, akal budi, imajinasi serta
temperamen. Insan kamil merupakan figur manusia ideal yang terdapat dalam sosok Rasulullah
SAW yang senantiasa menjalankan dan menegakkan kalimatullah. Keadaan tersebut merupakan
Manusia sebagai Insan kamil merupakan sosok mukmin sejati yang tidak memperlakukan
agamanya sebagai dogma yang pasif, menjalani kehidupan dengan penuh semangat serta
kreativitas berdasarkan kehendak Tuhan. Menurut Iqbal, terdapat tiga fase untuk mencapai
derajat Insan kamil yakni 1) Ketaatan manusia terhadap hukum illahi yang merupakan kewajiban
atau aturan dari Tuhan. Ketaatan terhadap hukum Illahi menjadi dasar manusia dalam beriman
karena jiwa dalam tataran dimensi 4 bukan sekedar pemenuhan insting saja melainkan dipahami
sebagai jawaban dalam pemenuhan intelektual. 2) Penguasaan diri (self control) terhadap hal-
hal buruk berpedoman kepada aturan-aturan Tuhan. Pada kondisi tersebut keyakinan akan
keberadaan Tuhan mampu mengendalikan apa yang terjadi pada diri dan lingkungannya. 3)
Insan kamil termanifestasi sebagai figur khalifah dimana sosok mukmin sejati mampu memahami
aturan-aturan Tuhan, menafsirkan serta mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan. Fase
dalam mencapai tingkat Insan Kamil ditempuh melalui serangkaian tahapan perjalanan jiwa
manusia.
3.2.1 Pahami dan Kenali Jati Dirimu sebagai Upaya Penemuan Intrinsic Order
Dalam memahami dan mengenali jati dirinya, manusia membutuhkan upaya perjalanan
kedalam diri (Inner Journey) hingga menemukan diri yang non duality. Diri non dualitas
merupakan cermin keberadaan Ilahi dalam diri manusia. Oleh sebab itu kaum sufi berpendapat
bahwa ciptaan yang paling dekat dan mudah mengantarkan manusia kedalam pengenalan Tuhan
81
adalah diri manusia itu sendiri. Keberadaan Tuhan selalu ada dalam semua ciptaannya, seperti
Proses mengenal diri manusia menghasilkan sejumlah pengetahuan yang secara apriori
telah ada dalam diri manusia. Perjalanan kedalam diri merupakan cara jiwa mengenal lebih dalam
siapa dirinya melalui pemahaman dan pengajuan serangkaian pertanyaan kedalam diri seperti
³6LDSD GLUL NLWD 0HQJDSD NLWa dilahirkan di dunia ini; Apa tujuan dan fungsi kita dilahirkan di dunia
GDQ VHEDJDLQ\D´ 6HPXD SHUWDQ\DDQ WHUVHEXW PHQJJXJDK NRQGLVL ILWUDK NLWD VHEDJDL PDQXVLD
Perbuatan atau tindakan manusia tidak semata-mata didasari pada hukum moral di lingkungan
sosial melainkan terletak pada niat suci keberadaan manusia terhadap Tuhan. Kehendak
manusia memiliki tujuan dan meyakini keberadaan Tuhan. Keyakinan akan keberadaan Tuhan
menjadikan Tauhid sebagai landasan amal dalam bertindak sehingga membentuk kekuatan
hidup manusia. Tauhid menjadi dasar pencapaian hidup manusia dalam mencapai
kesempurnaan,
Keyakinan terhadap Tuhan menjadi bekal manusia khususnya akuntan dalam beretika.
Akuntan hendaknya selalu menempatkan kebesaran dan keesaan Tuhan diatas segalanya.
Apapun yang terjadi dalam proses diri manusia baik bersifat musibah, cobaan ataupun anugerah
semuanya dimaknai atas izin Tuhan. Penderitaan dimaknai sebagai gerbang atau tahapan awal
yang membantu perjalanan manusia menggapai kesadaran. Oleh sebab itu Tuhan tidak akan
membebani masalah apapun yang terjadi pada diri manusia diluar batas nalar dan kemampuan
mengesakan Tuhan dalam peribadatan, dan 3) Asma wa Sifat, yakni mengimani nama-nama dan
82
sifat-sifat Tuhan yang terdapat dalam Al-4XU¶DQ GDQ 6XQQah. Pemikiran Hawkins sendiri
Sifat Tuhan terkait dengan kebesaran dan kemuliaannya meyakini bahwa tidak ada
sesuatu yang serupa dengan Allah. Hidup dan matinya manusia semata-mata untuk beribadah
kepada Allah SWT. Oleh sebab itu manusia hendaknya mampu memahami dan mengenali
dirinya sendiri, sehingga mampu bereksistensi dan menjalin konektivitas dengan sang pencipta.
Pemahaman terhadap jati diri, menggugah kesadaran manusia agar senantiasa mampu
mengetahui fungsi kediriannya berupa keinginan dalam hati seperti: 1) Mencari sesuatu yang
positif dan membangkitkan semangat, 2) Menemukan makna dan konteks baru dalam kehidupan,
3) Menemukan cinta sejati dan penghargaan pada diri sendiri, 4) Mencari kebahagiaan didalam
diri 5) Bersikap seimbang dan mulia. Kegiatan tersebut dianalogikan peneliti sebagai sebuah titian
anak tangga yang harus dilalui manusia dalam mencapai tujuan. Berikut ini adalah tahapan
perjalanan kedalam diri manusia yang digambarkan dalam kegiatan berikut ini:
GF D H I
A B C E
Gambar 3.4 Tahapan Menuju Keseimbangan dalam Diri Manusia
Keterangan :
memahami dirinya yang merupakan esensi dari fitrah manusia (intrinsic order). Proses tersebut
merupakan rangkaian awal perjalanan manusia agar mampu menapaki tahapan selanjutnya.
Perjalanan awal tidaklah mudah bagi sebagian manusia karena proses tersebut menggugah
kembali ingatan manusia akan keberadaan fitrah yang melekat dalam dirinya. Fitrah yang melekat
dalam diri akan semakin hilang eksistensinya manakala perjalanan hidup manusia penuh dengan
kemelekatan nafsu, hasrat serta pengalaman traumatis sehingga menjadi hijab batin atau
3.2.2 Aktualisasi Diri Akuntan dalam Beretika sebagai Proses Perjalanan Jiwa
Perjalanan manusia menuju Insan Kamil melalui tahapan peristiwa yang mengandung
hikmah pembelajaran. Pasang surut peristiwa tersebut mengandung jutaan makna, karena
perjalanan akuntan dalam beretika tersebut tidak selamanya lancar tanpa hambatan. Adakalanya
manusia mengalami tekanan atau ketidakselarasan dalam dirinya saat berhadapan dengan
hasrat, nafsu atau keinginan duniawi. Manusia menjadi lengah dan terbawa arus materi, jabatan
atau bahkan jalan pintas yang ditawarkan dunia eksternal. Peran kepribadian (khudi) dipandang
Iqbal sebagai jembatan manusia agar senantiasa mampu bersikap eling dan waspada atas
tawaran kenikmatan yang muncul dari dunia eksternal. Konsep ego manusia (khudi) tersebut
perlu diperkuat oleh faktor-faktor: 1) Ikhtiar dan berdisiplin, 2) Keteguhan watak, 3) Kesadaran
diri, 4) Pengetahuan, peneguhan serta pengembangan diri, 5) Kemampuan rohani dan moral
tumbuh dari ketaatan dan pengendalian diri. Faktor tersebut akan menumbuhkan sifat-sifat Illahi
dalam diri seperti cinta kasih, fakir, keberanian, toleransi, saling menghormati serta senantiasa
Penegasan diri akuntan dalam beretika memperkuat kepribadian manusia. Sikap tersebut
bukan merupakan proses yang instan karena keleluasan waktu dibutuhkan oleh diri yang
melakukan intropeksi terhadap perjalanan jiwa yang penuh suka duka serta memiliki keberanian
menerima segala hal yang terjadi dalam dirinya. Penegasan tersebut merupakan hasil
pembekalan manusia yang telah mengenal dirinya. Dalam kondisi tersebut manusia telah
memiliki kebebasan berkehendak (merdeka) atas pilihan yang diambil sesuai nilai-nilai yang
dianut. Pilihan tersebut secara tidak langsung memberikan efek penguatan terhadap diri agar
mampu menerima segala konsekuensi serta efek yang ditimbulkannya. Kedamaian yang tumbuh
dalam diri manusia akan berdampak terhadap alam dan lingkungan sekitarnya. Proses tersebut
merupakan rangkaian penyembuhan diri manusia yang jika dijabarkan dalam Peta Kesadaran
Hawkins, transendensi tersebut mampu melarutkan penderitaan jiwa yang lamban laun selaras
dan berdamai dengan diri sendiri. Dalam dunia Tasawuf, proses tahapan merupakan Tazkiyatun
Nafs (pensucian jiwa) dimana jiwa dibersihkan dari kemelekatan nafsu atau ego dualitas sehingga
intuisi mudah menerima pancaran Ilahi dan menumbuhkan sifat-sifat keilahian dalam dirinya.
Peningkatan kesadaran (evolusi) jiwa diperoleh melalui tahapan perjalanan hidup manusia
3.2.3 Evolusi Kesadaran Rohani: Menuju Proses Penyempurnaan Diri yang Utuh
Tahapan pembelajaran manusia dalam perjalanan hidup dimaknai sebagai The Way of
Being bukan To Be. The Way of Being merupakan perjalanan diri manusia menuju keutuhan
mulai dari tahapan manusia sebagai human doing, human being hingga menuju spiritual being.
To be sendiri merupakan proses gerak manusia sebagai human doing dimana dalam keadaan
tersebut manusia dianalogikan sebagai cara kerja mesin yang bersifat adaptif, linier, meniru
bahkan cenderung tidak memiliki daya kreasi dan kehendak bebas. Perjalanan jiwa menuju
keutuhan mengandung makna penyempurnaan diri manusia menuju citra tuhan yang tercermin
dalam dirinya (keilahian). Proses perjalanan diri manusia membutuhkan kesadaran jiwa, karena
85
melalui kesadaran diri, manusia bergerak maju tumbuh dan berkembang. Manusia dalam
dalam dirinya melainkan didorong rasa keingintahuan yang besar sebagai wujud kesempurnaan
batin dalam diri manusia. Iqbal menuangkan perjalanan rohaninya dalam salah satu penggalan
Penghuni bumi terikat hatinya kepada air dan lempung, sedang di sini, tubuh tunduk
kepada hati. Manakala hati yang merdeka bersemayam dalam air dan lempung, akan
dilakukan segala yang dimauinya dengan materi ini. Fana, hasrat, mistis dan kegembiraan
adalah wilayah kekuasaan ruh. Ada atau tidaknya tubuh tergantung kepada ruh.
Sedangkan di bumi, wujud itu ganda: jiwa dan raga yang satu tidak nampak, yang lain
terlihat oleh mata. Bagi penduduk bumi, ruh dengan tubuh bagai burung dengan sangkar.
Bagi penduduk Mars, keduanya padu tidak berbeda.
Manusia dinyatakan sebagai makhluk spiritual apabila kesadaran ruh dalam dirinya
mampu menggerakkan dan menyadari apa yang diserap, memiliki kekuatan melebihi
kemampuan fisik, membentuk tubuh agar mampu berfikir dan memberikan rasa mengalami dan
mengetahui. Kesadaran menumbuhkan kepekaan dalam diri agar mampu menyadari sesuatu
yang lain, sedangkan fungsi intelegensi tidak memiliki kepekaan atau sensitivitas atas apa yang
terjadi (Khan, 2002). Manusia spiritual tidak mengalami ego dualitas karena sudah memiliki
tatanan nilai-nilai yang mencerminkan sifat-sifat Tuhan secara langsung, seperti dijelaskan dalam
Kesempurnaan jiwa diawali melalui pelepasan hasrat duniawi dan peniadaan ego
dualitas. Proses tersebut bukan merupakan jalan mudah bagi manusia karena jiwa dituntut agar
senantiasa melakukan kritik terhadap diri baik dari sisi konsep yang selama ini telah terbentuk
86
dalam pikirannya serta dari sisi filsafat berupa pemahaman aspek filosofis yang mendasari
keberlangsungan suatu tindakan. Dengan demikian diri mampu melakukan refleksi atas apa yang
terjadi dalam hidupnya. Melalui jalan tersebut, jiwa manusia diharapkan mampu menganalisa dan
Realitas kesadaran manusia terletak pada daya atau kemahakuasaan penciptaan Illahi,
kesadaran Illahi, kehendakNya serta kerahiman Illahi. Dengan demikian keberadaan Insan kamil
VHEDJDL JDPEDUDQ ³PDQXVLD VHPSXUQD´ WLGDN GLPDNQDL VHFDUD KDUILDK SDGD DWULEXW \DQJ EHUVLIDW
fisik saja melainkan anugerah Tuhan kepada manusia berupa akal, pikiran dan juga hati. Akal,
pikiran dan hati merupakan sarana manusia dalam berfikir, merasakan, memahami serta
merenungi keberadaan diri dalam mengatasi permasalahan hidup yang dialami. Sosok Insan
kamil atau manusia paripurna merupakan pribadi yang memiliki kesadaran menyatu dengan
keberadaan tanpa batas yang membawa keselarasan hidup manusia seimbang dan harmoni di
Kehidupan merupakan perjalanan tiada henti. Oleh sebab itu jalan terbaik agar diri mampu
mengarahkan manusia menuju kehidupan ideal adalah melalui keharmonisan dan keselarasan.
Keharmonisan memiliki peran besar dalam kehidupan laksana simfoni musik yang mengalun
merdu mengalirkan kebahagiaan bagi setiap jiwa yang mendengarnya. Keselarasan dan
keharmonisan alunan nada membawa efek damai dan ketenangan bagi makhluk hidup di
sekitarnya. Keharmonisan tercapai manakala manusia memiliki efek penyatuan yakni kolaborasi
kecerdasan emosional, intelektual dan spiritual yang tumbuh dan berkembang menuju kesadaran
illahiah yang memiliki pandangan tepat tentang realitas diri dan Tuhan.
Kecerdasan spiritual dan kebijaksanaan merupakan potensi diri manusia yang terletak di
pusat hati manusia, diperoleh melalui keterhubungan dan kemenyatuan diri dengan Sang Diri
Sejati. Tuhan tidak lagi dipahami sebagai sosok yang terpisah dari manusia melainkan sebagai
87
esensi yang meliputi setiap diri manusia. Hubungan dengan Tuhan tidak sepenuhnya dimaknai
sebagai penyembahan kepada pribadi yang lebih tinggi melainkan masuk kedalam pola realisasi
Sosok Insan Kamil dalam sudut pandang Iqbal merupakan figur sempurna, idealis serta
langka yang ditemukan dalam peradaban manusia saat ini. Penilaian Iqbal terhadap
keistimewaan manusia tidak lepas dari potensi fitrah yang dimiliki. Meskipun demikian Iqbal juga
PHQWROHULU NHUHQWDQDQ DWDX VLIDW ³OHPDK´ GDODP GLUL PDQXVLD VHSHUWL LQJNDU ]DOLP DQDUNLV GDQ
lain-lain. Bagi Iqbal, keberadaan sifat lemah atau kerentanan dalam diri muncul karena efek
membuat manusia terlena dan lalai akan potensi dirinya, sehingga mengabaikan nilai-nilai
3.3 Penutup
Iqbal melakukan rekonstruksi persepsi manusia tentang konsep Tuhan, manusia dan juga
alam semesta agar mampu membentuk pribadi muslim yang baik, kreatif, dinamis serta
menjunjung tinggi spiritualitas melalui pembangunan diri atau kepribadian manusia. Kualitas
kedirian manusia ditentukan oleh seberapa jauh pribadi tersebut mampu mengenal dan
Iqbal menilai keberadaan diri manusia bermula dari kesucian diri atau fitrahnya. Manusia
diciptakan Tuhan dalam bentuk yang sebaik-EDLNQ\D %HQWXN \DQJ ³VHEDLN-EDLNQ\D´ WHUVHEXW
diasumsikan peneliti sebagai sebuah kenyataan bahwa kondisi manusia pada awal
keberadaan manusia bahkan melebihi hewan dan tumbuhan. Dari sudut pandang materialistis,
keberadaan manusia justru bermula dari tingkatan yang rendah menuju tingkatan yang lebih
tinggi. Hal ini dikarenakan kehadiran jiwa saat berada di dunia memiliki banyak hasrat
kemelekatan serta keinginan terhadap dunia eksternal yang terlampau besar dan luas sehingga
88
jiwa manusia memiliki hijab-hijab penghalang yang menganggu masuknya cahaya Illahi kedalam
diri. Itulah sebabnya nilai keotentikan bahkan kesempurnaan jiwa manusia lamban laun pudar,
Pribadi sejati tidak saja memiliki kemampuan penguasaan atas materi saja melainkan
mampu menyerap sifat-sifat keilahian dalam dirinya. Pribadi kuat dapat menghasilkan ego yang
dapat menaklukan ruang dan waktu, terlebih lagi saat ego mendekati kemahabesaran Tuhan
melalui sifat-sifatnya. Ego non dualitas mampu menggerakkan jiwa menuju tahapan Insan Kamil.
Iqbal memandang diri (ego) sebagai keberadaan diri mutlak yang diperoleh dari pengalaman
keagamaan atau spiritual yang mampu menggerakkan kehendak kreatif yang meliputi akal dan
jiwa manusia. Kehendak bebas memiliki peran membangun kreativitas manusia karena
digerakkan oleh khudi yang merupakan ego kecil dalam diri manusia.
Khudi merupakan kesatuan intuitif atau titik kesadaran pencerah yang menerangi pikiran,
perasaan dan keinginan manusia. Khudi mengandung realitas illahi yang bersifat abadi sehingga
kemunculannya di alam semesta berasal dari perintah serta kreasi Tuhan yang diwujudkan dalam
bentuk evolusi menuju arah perubahan dan penciptaan. Melalui kesadaran diri, manusia mampu
melihat sisi dalam dirinya, memahami potensi diri serta mampu mewujudkannya dalam sebuah
yang berkembang terus menerus, bersifat dinamis dan kreatif. Saat seseorang mengalami
Tahapan menuju Insan Kamil ditempuh melalui serangkaian tahapan perjalanan manusia
seperti: a) Pahami dan kenali jati dirimu dalam upaya penemuan Intrinsic Order, b) Aktualisasi
diri akuntan dalam beretika merupakan proses perjalanan jiwa dalam merealisasikan Intrinsic
Order, c) Evolusi kesadaran rohani sebagai proses penyempurnaan menuju diri yang utuh, d)
pengalaman manusia terkait evolusi kesadaran melalui integrasi pemahaman pikiran dan spirit
sebagai ekspresi Ketuhanan yang menjadi sumber kehidupan dan eksistensi. Dedikasi ini
ditandai dengan pernyataan Gloria in Excelsis Deo (Kemulian bagi Tuhan yang tertinggi) dalam
banyak karyanya.
Awal pemikiran kritis Hawkins adalah saat beliau berusia 3 tahun. Dimana kesadaran
HNVLVWHQVL WHQWDQJ PDNQD ³$NX´ (I am) muncul diikuti dengan kesadaran menakutkan bahwa
³DNX´ I) mungkin tak memiliki eksistensi sama sekali. Beliau bangkit dari kelupaan menuju
NHWHUMDJDDQ \DQJ VDGDU PHODKLUNDQ GLUL SHUVRQDO GDQ GXDOLWDV ³$GD´ Is GDQ ³ 7LGDN $GD´ Is not)
dalam kesadaran subyektifnya. Paradoks eksistensi dan realitas diri menjadi pertanyaan
berulang-ulang Hawkins kecil hingga dewasa. Pemikiran tentang Diri personal mulai masuk ke
dalam Diri impersonal yang lebih agung sehingga muncul rasa takut mendasar terhadap
ketiadaan. Kondisi tubuh fisik Hawkins yang lemah serta kedinginan memudar seiring munculnya
kesadaran yang menyatu dengan kehadiran cahaya. Hawkins kecil merasakan kehangatan dan
kedamaian tak terkira, terkena limpahan cahaya dan kehadiran cinta tanpa batas. Akal pikiran
menjadi sunyi, semua pikiran terhenti, yang tersisa hanyalah kehadiran tanpa batas yang
89
90
melampaui ruang dan waktu. Hawkins kecil merasakan sang spirit mengaktifkan tubuhnya (D. R.
Hawkins, 2020).
Dalam kondisi tersebut, kepribadian lama Hawkins sudah tidak lagi eksis, diri personal
atau ego pribadi lenyap, yang ada hanyalah kehadiran tak terbatas dari kekuatan tanpa batas.
Bagi Hawkins, kehadiran dan kekuatan Tuhan telah menggantikan aku dan tubuh sehingga
tindakannya dikendalikan semata-mata oleh kehendak tak terbatas dari kehadiran Tuhan. Dunia
Hawkins disinari oleh cahaya keesaan tidak terbatas yang mampu mengekspresikan dirinya
sebagai sebuah keindahan dan kesempurnaan tanpa batas. Kehidupan Hawkins terus berjalan
meskipun diliputi keheningan yang mendalam. Hawkins sudah tidak lagi memiliki keinginan atas
pribadinya, semua urusan dijalankan oleh tubuh fisik sesuai arahan kehendak dan kehadiran
Maha Daya. Bagi Hawkins, kebenaran terbukti dengan sendirinya tanpa ada konseptualisasi
karena sistem saraf fisik bekerja keras membawa energi lebih banyak. Tidak ada yang perlu dicari
dalam hidup, semua telah sempurna terjadi apa adanya. Segala sesuatu dalam hidup terjadi
melalui sinkronitas, berkembang dalam harmoni sempurna sehingga keajaiban menjadi hal biasa
yang lumrah terjadi. Keajaiban atau mukjizat pada dasarnya adalah kehadiran ilahi (Kehadiran)
bukan diri personal. Aku personal hanyalah penyaksi dari semua fenomena ini. Aku yang lebih
agung jauh lebih dalam daripada diri atau pikiran sebelumnya yang menentukan segala hal yang
WHUMDGL 3HPLNLUDQ +DZNLQV WHUNDLW ³GLUL SHUVRQDO´ DWDX ³DNX SHUVRQDO´ GHQJDQ ³$NX \DQJ $JXQJ´
selaras dengan pemikiran Iqbal terkait dengan ego diri (khudi) dan ego illahi (khuda).
Keajaiban dimaknai luar biasa oleh sebagian manusia karena aspek metafisika memiliki
peran sebagai energi yang membahagiakan atau cinta tak terbatas. Hawkins menilai jika diri yang
terbatas melebur kedalam Diri yang universal dari asal mula sebenarnya, maka manusia akan
merasakan kedamaian mutlak terbebas dari nestapa. Penderitaan dan nestapa merupakan ilusi
individualitas karena seseorang menyadari bahwa dirinya merupakan alam semesta, manunggal
dengan segala yang ada, abadi tanpa akhir sehingga tidak terjadi lagi penderitaan dan angkara
murka. Pemahaman tersebut jika dikaitkan dengan pemikiran tasawuf selaras dengan
91
keberadaan manusia sebagai mikrokosmos atau jagad raya kecil serta alam semesta sebagai
makrokosmos. Penderitaan batin akan berakhir manakala manusia merasa dicintai dan
merasakan kedamaian dalam batin. Hawkins menilai cinta kasih dan kehadiran Tuhan
batin sang Diri yang meliputi diri kita diluar waktu dan identitas. Semua rasa sakit dan penderitaan
muncul semata-mata dari ego dualitas. Perkembangan dan kemajuan manusia menuju
pencerahan selaras dengan cara manusia bereksistensi. Skema peradaban berubah melalui
kekuatan cinta sehingga hidup dalam kebaikan dan kasih sayang yang dibutuhkan untuk
ke dalam genggaman manusia. Kehadiran Tuhan itu sunyi tetapi memberikan kedamaian yang
lembut, kukuh dan menghilangkan rasa duka, ketakutan, kekhawatiran bahkan penyesalan.
Masalah merupakan artefak dari sebuah persepsi. Ketika Kehadiran terjadi, tidak ada identifikasi
lebih lanjut dengan tubuh atau pikiran. Pikiran menjadi sunyi dan menghilang seiring tumbuhnya
kesadaran murni yang bersinar melampaui ruang dan waktu. Kondisi kesadaran dalam perspektif
Hawkins meliputi: 1) Niat yang kuat. 2) Berdisiplin dengan senantiasa melakukan pemaafan,
kelembutan tanpa henti dan pengecualian.3) Bersikap welas asih terhadap segala sesuatu terkait
alam diri dan pikirannya. 4) Menunda pemenuhan hasrat dengan memasrahkan keinginan pribadi
pada setiap peristiwa. 5) Ketika pikiran, perasaan, hasrat atau perbuatan tersebut dipasrahkan
kepada Tuhan, akal pikiranpun menjadi semakin sunyi. Dalam keadaan tersebut, jiwa
membutuhkan kekuatan besar agar mampu mengulang kondisi sehingga menjadi sebuah
sang diri mati, kemutlakan Kehadiran muncul dan menginspirasikan sekejap keterpesonaannya.
Pada saat itu terjadi kemanunggalan total yang paripurna yang mampu melampaui semua
identitas, gender dan kemanusiaan sehingga penderitaan dan kematian sudah tidak dirasakan
Fluktuasi kesadaran yang dialami seseorang akan mengarah pada keputus-asaan yang
intens sehingga takut ditinggalkan oleh Kehadiran. Dalam keadaan tersebut, kemauan besar
serta kehendak bebas sesuai kehendak illahi dapat mentransendensikan level keputusasaan
menuju tingkatan tertentu diatasnya. Keadaan tersebut dibutuhkan jiwa agar tidak terpuruk dalam
melepaskan rantai besi ego dualitas menuju rantai emas kesukacitaan yang luar biasa. Proses
transendensi laksana penyerahan diri manusia kepada Tuhan meskipun rasa takut pada
ketiadaan tersebut muncul. Perasaan tersebut muncul berulang-ulang seiring semakin dekatnya
ketiadaan ego dualitas. Meskipun penderitaan tak tertahankan muncul dan menimbulkan
kebimbangan antara surga dan neraka, keberadaan hasrat atau keinginan manusia tersebut
kemudian dipasrahkan dan dilepaskan sehingga melampaui dualitas. Di saat itulah eksistensi
versus non eksistensi serta keseluruhan versus ketiadaan terjadi. Peleburan pamungkas sang
diri berupa pemusnahan dualitas eksistensi versus non eksistensi akan melarutkan identitas
tersebut ke dalam keilahian universal sehingga tidak terdapat kesadaran individual yang tersisa.
Manusia merupakan makhluk multidimensi karena dalam dirinya dikelilingi oleh energi-
energi biologi, subtle energi, energi psikologi (thought field) serta energi kesadaran spiritual.
Kesadaran spiritual manusia ditumbuhkan melalui perubahan cara berfikir (worldview) yang
awalnya tergantung pada dunia eksternal yang menganut aspek materialitas bersifat linier,
menuju aspek spiritual yang bersifat non linier yang mengutamakan perjalanan ke dalam diri. Diri
secara spiritual bertindak sebagai subjek, lain halnya dengan dunia materi yang tidak
menganggap keberadaan diri atau bahkan tidak menyadari kehadiran diri, sehingga yang tersisa
Dalam sains material, semua kegiatan manusia bersifat rutinitas dan cenderung adaptif.
Keberadaan diri tidak mampu dikenali karena mengalami kebutaan spiritual sehingga tidak
memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam sistem. Manusia yang terlalu asyik menikmati
dunia materi memiliki dorongan terus menerus untuk memiliki (having) sehingga tidak memiliki
waktu untuk merenung. Proses perenungan memberikan kesempatan kepada diri agar
senantiasa hadir dalam sistem. Dalam konteks spiritual tersebut, diri berpartisipasi secara aktif
(kreatif), sehingga mampu menyaksikan dan memberi makna terhadap kehidupan. Bagi Hawkins,
peningkatan kesadaran jiwa ditunjukkan oleh nilai Level of Conciousnes (LOC). Kondisi ini
selaras dengan peningkatan kemampuan intuisi diri menuju the witness. Peta Kesadaran
menempatkan manusia dalam dimensi ego dualitas, yakni manusia sebagai the
2). Ketika manusia berhasil melampaui the watcher dan the experiencer, manusia
3). Setelah dimensi mind terlampaui, manusia bergerak menuju dimensi keilahian (divinity)
dimana manusia sebagai the witness melakukan penyempurnaan diri secara terus
menerus dan bergerak menumbuhkan sifat-sifat keilahian (Asmaul Husna) dalam diri
Tahapan manusia melampaui dimensi ego, mind hingga menuju dimensi keillahian
kesadaran manusia dari posisi manusia sebagai yang melihat (the watcher), mengalami (the
experiencer), mengamati (the observer) hingga menuju penyaksian (the witness). Pemaparan
Diri Human Doing Human Being Spiritual Being Khalifah Allah Kematian
Lahir Rutinitas & Adaptasi Berfikir, Mencerna No Duality Role Penyempurnaan Kembali ke
dan Memahami Diri Tuhan
'DODP PHQXMX SURVHV ³NHLOODKLDQ´ GLUL PHPLOLNL NHKHQGDN EHEDV XQWXN EHUWLQGDN VHODUDV
sesuai kehendak Tuhan. Keadaan tersebut menggerakkan otot kesadaran manusia untuk
melampaui setiap tahapan yang ada. Proses melatih otot kesadaran merupakan program bawah
sadar yang mampu meningkatkan level kemampuan penyaksian diri manusia dari tahapan
terendah (ego) menuju keillahian. Level terendah menjerumuskan jiwa pada penderitaan
sedangkan level keillahian membawa jalan manusia menuju kebahagiaan yang abadi. Peta
Kesadaran Hawkins merupakan tahapan evolusi manusia yang dimulai dari respon individu yang
memiliki level keberanian (kalibrasi 200) terhadap pengujian otot yang dilakukan.
Peta Kesadaran Hawkins diawali dengan perjalanan hidup jiwa yang penuh tekanan
(force) yakni level 20 hingga level 199. Sedangkan level 200 merupakan level keberanian yang
menjadi starting point jiwa dalam mengikis kemelekatan dualitasnya. Level 200 merupakan
tahapan awal jiwa dalam anak tangga spiritual. Level tersebut menjadi jejak awal jiwa dalam
pencerahan.
95
Perjalanan diri manusia merupakan tahapan evolusi kesadaran dari level kesadaran
terendah (force) hingga level kesadaran tertinggi (power). Kekeliruan menempatkan ego terjadi
sejak diri lahir ke dunia. Oleh sebab itu proses membangunkan ruh sejati dilakukan melalui
mekanisme meditasi, konsentrasi, sholat, belajar dan juga zikir. Proses tersebut mampu
memanifestasikan ego yang sejati (non dualitas). Tahapan tersebut mampu memanifestasikan
ego sejati saat jiwa berada pada posisi keimanan yang tinggi kepada Tuhan. Mekanisme tersebut
menjadi alarm pengingat manusia akan keberadaan Tuhan dimana jiwa tumbuh sebagai penyaksi
(the witness) karena mampu menyaksikan kehadiran Tuhan di setiap alur gerak peristiwa
manusia di dunia.
Proses mencapai keimanan bukan merupakan proses yang instan, karena manusia
dituntut untuk dapat melampaui tahapan non being, survive serta keraguan yang menjadi fase
keterpisahan jiwa saat diri tidak memiliki freedom to choose. Fase tersebut memunculkan
kebingungan akan eksistensi, haus akan pemenuhan diri bahkan berujung pada konflik batin.
Gerak jiwa yang merupakan dasar dari kehendak bebas menjadi landasan manusia untuk
melakukan kebaikan, lain halnya apabila gerak jiwa dianalogikan sebagai mesin yang cenderung
adaptif, rutin dan monoton. Saat ego menggunakan kehendak bebas, ego tersebut memilih
serangkaian nilai dengan risiko serta pertimbangan tertentu. Kemampuan jiwa membuka diri
dalam menghadapi tantangan dan pengalaman hidup mampu menumbuhkan partisipasi serta
peran diri dalam keimanan. Keimanan merupakan keyakinan diri terhadap Tauhid sehingga jiwa
mampu menumbuhkan keilahian dalam diri yang mewujud pada sebuah rasa cinta tanpa syarat,
kasih sayang, keadilan serta rasa lain yang merupakan manifestasi dari Asmaul Husna. Jika
dikaitkan dengan konteks Islam, perasaan rasa cinta dan kasih sayang yang tumbuh dalam diri
tersebut merupakan perwujudan dari sifat keilahian yakni Rahman dan Rahiim.
96
4.1.4 Keberadaan Psikologi Transpersonal Jung dalam Pemikiran Iqbal dan Hawkins
Pembahasan etika serta moralitas akuntan bermula dari ide pemikiran M. Iqbal, seorang
filsuf sekaligus pujangga yang memiliki gaya bahasa puitis yang bernilai tinggi. Peneliti perlu
melakukan abstraksi terhadap pemikiran Iqbal melalui penjabaran intelektual Hawkins dan Jung
yang secara filosofis mampu menjelaskan realita kesadaran jiwa. Oleh sebab itu, penjabaran
Pemikiran Iqbal dalam ranah filosofi tasawuf maupun sufisme dinilai peneliti terlalu
abstrak, sehingga dibutuhkan pemahaman dan pendalaman lebih lanjut terkait pemikiran
tersebut. Iqbal sebagai pujangga sekaligus filsuf menuangkan ide pemikirannya dalam tingkatan
bahasa yang sangat tinggi. Oleh sebab itu dibutuhkan derivasi atau turunan atas kekayaan
bahasa tersebut agar mampu dipahami dalam konteks realita akuntan saat ini. Pemikiran Iqbal
dinilai terlalu tinggi dan dianggap eksklusif dijalankan bagi sebagian orang yang menilai dirinya
bukan seorang pembelajar tasawuf atau sufisme, khususnya saat pemikiran tersebut
diberlakukan dalam koridor penegakan etika dan akhlak saat ini. Peneliti membutuhkan resolusi
pandang yang cukup tinggi agar mampu mengungkap makna terselubung dalam puisi dan
pemikiran Iqbal yang bersifat spiritual mistis sehingga mampu dibahasakan dalam konteks
realitas saat ini. Oleh sebab itu proses pencarian makna dalam pemikiran Iqbal perlu diperdalam
lebih lanjut oleh peneliti nantinya agar mampu menjelaskan konsep penting dan utama dalam
pemikiran tersebut. Melalui proses perenungan dan pembelajaran, peneliti akhirnya mampu
menemukan supporting thought yang lebih membumi dan sesuai dengan perkembangan realita
manusia modern saat ini. Dukungan pemikiran tersebut termuat dalam Peta Kesadaran Hawkins
Hawkins sebagai seorang spiritualis sejati dan juga psikiater (ahli kejiwaan) sedikit banyak
memiliki koherensi dengan pemikiran Iqbal. Pemikiran Hawkins memiliki sudut pandang serta
benang merah yang selaras dengan pemikiran Iqbal. Hawkins telah menghasilkan sebuah karya
97
pemikiran yang meneliti kualitas jiwa manusia mulai dari tingkatan dasar yang dipenuhi ego
meningkat pada nalar hingga pada akhirnya menuju dimensi keilahian yang dapat memanifestasi
nilai-nilai keilahian dalam diri, menumbuhkan serta menghasilkan rasa damai dalam hati menuju
pencerahan. Kondisi pencerahan merupakan tingkatan tertinggi dalam kualitas jiwa dimana jiwa
dalam tataran tersebut memiliki keterhubungan (terkoneksi) dengan Tuhan, alam dan segala
isinya (oneness).
Pemikiran Iqbal dan Hawkins apabila dikaitkan dengan tema kesadaran etika akuntan
dinilai peneliti masih kurang menyeluruh karena masih dangkalnya pemahaman akan konsep
transpersonal. Padahal konsep tersebut merupakan esensi dasar dari kedua pemikiran tersebut.
Trans(personal) merupakan kondisi dimana diri secara terus menerus berupaya menerobos titik
psikis kelemahan dengan mematahkan semua titik paksa yang menjadi kerentanan jiwa dalam
menjalani kehidupan. Dalam keadaan tersebut, diri personal (transpersonal) dilampaui, karena
diri lebih dicintai oleh kemanusiaan. Peneliti melibatkan pemikiran Jung selaku sosok dibalik
lahirnya psikologi transpersonal agar mampu melahirkan kesadaran etika akuntan yang lebih
Kesadaran etika merupakan perpindahan posisi jiwa akuntan dari amnesia spiritual yang
belum menyadari fungsi dirinya sebagai manusia spiritual untuk kemudian bergerak tumbuh
selaras dengan kehendak Tuhan. Kesadaran etika akuntan dalam sudut pandang Insan kamil
merupakan hasil konstruksi dari trilogi pemikiran IHJ dimana Iqbal sebagai sosok utama dibalik
pemikiran IHJ, didukung pemikiran Hawkins dan Jung (IHJ) yang memperjelas pemikiran Iqbal
terkait perjalanan jiwa akuntan. Pemikiran Jung mengenai transpersonal psychology terkait erat
dengan pengalaman spiritual yang memberikan upaya penyadaran terhadap umat manusia.
Transpersonal psychology yang dipelopori Carl Gustav Jung menjadi perhatian peneliti,
karena banyaknya argumen atau informasi informan yang mengkaitkan pengalaman spiritualnya
sebagai sebuah pengalaman luar biasa yang tidak disadari oleh jiwa. Pengalaman spiritual
memberikan efek penyadaran luar biasa besar dalam diri, memperkaya kepribadian diri dalam
98
bersikap dan berperilaku khususnya saat beretika dan berakhlak. Pengalaman spiritual sejatinya
memberikan pemahaman luar biasa terkait hubungan antara diri manusia dengan Tuhan atau
bahkan sesama makhluk hidup didunia serta alam sekitarnya (semesta). Upaya penyadaran
menjadi panduan jiwa dalam mematuhi ketentuan atau ketetapan yang berlaku dalam
lingkungannya. Dalam skala lebih luas, seseorang akan mematuhi ketentuan dan kehendak
Tuhan dikarenakan telah memiliki kesadaran penuh. Upaya penyadaran sebagai pengingat diri
manusia saat menyalahgunakan wewenang serta melanggar ketentuan dan ketetapan Tuhan.
Manusia hendaknya memiliki kesadaran dalam diri agar senantiasa mampu melakukan kebaikan
dan menghasilkan kebermanfaatan tanpa ada paksaan dari pihak luar baik aturan yang mengikat
secara prosedural maupun kode etik sekalipun. Dalam kondisi tersebut, pengalaman spiritual jiwa
yang telah menyatu dalam diri mampu menumbuhkan kesadaran yang termanifestasi dalam
Secara kosmologis, kerusakan dan kehancuran alam serta lingkungan sosial di era
modern ini menjadi tanda ketidakseimbangan moral yang terjadi dalam diri manusia, dimana
ketidakutuhan terjadi karena berkurangnya niat manusia mencari jalan kesempurnaan dalam
hidupnya. Kajian transpersonal merupakan bagian dari pemikiran Iqbal tentang Perwujudan Diri
(Khudi-Self) dalam transpersonal yang berupaya menarik makna spiritual dari pengalaman
menuju pencerahan, seperti tahapan perjalanan jiwa yang termuat dalam Peta Kesadaran
Hawkins tersebut.
Carl Gustav Jung dikenal sebagai Bapak Psikologi Transpersonal dimana beliau membuat
kerangka kerja dari pribadi yang terbatas untuk kemudian dikenalkan dalam lapangan psikologi
tentang konsep archetype dan ketidaksadaran kolektif yang menjadi ranah transpersonal.
99
Dimensi transpersonal merujuk pada pengalaman manusia yang merupakan realitas progresif
Kondisi tersebut terjadi karena pandangan psikologi sebelumnya belum menampung keberadaan
spiritual dan transpersonal. Oleh sebab itu lahirlah psikologi spektrum sebagai genre baru dalam
gerakan psikologi transpersonal. Dimana setiap tingkat atau berkas dari spectrum tersebut
ditandai oleh identitas rasa yang berbeda, bermula dari identitas kesadaran kosmik yang agung
melampaui (trans) individu atau pribadi yang mencakup aspek-aspek lebih luas dari umat
manusia, kehidupan, jiwa atau kosmik yang melampaui batas-batas individual. Psikologi
transpersonal mengkaji spiritual serta pengembangan diri yang melampaui ego, pengalaman
puncak, pengalaman mistik, kerasukan, krisis rohani, evolusi spiritual, praktek-praktek spiritual
serta pengalaman hidup tersublimasi yang tidak umum. Keadaan tersebut terjadi dalam
perjalanan jiwa seperti termuat dalam Peta Kesadaran Hawkins dan tingkat perwujudan diri
oleh potensi tertinggi manusia yang perlu dikenali dan dipahami secara holistik sehingga mampu
melampaui alam kesadaran yang dimiliki. Psikologi memandang kajian manusia hendaknya lebih
luas, utuh dan transformatif karena kajian tersebut sangat berguna untuk meningkatkan akhlak
serta kesadaran etis akuntan. Psikologi transpersonal sebagai studi terhadap potensi tertinggi
umat manusia hendaknya melalui pengakuan, pemahaman serta realisasi kesadaran yang
mempersatukan spiritual dan transenden (Noesjirwan & Joesoef, 2000). Transendensi sebagai
konsep inti dalam psikologi transpersonal memiliki identitas rasa yang lebih dalam, tinggi, luas
Transendensi mengakui bahwa diri memiliki nilai personal, menjunjung tinggi non duality
serta mengakui bahwa setiap bagian secara fundamental menjadi bagian dari keseluruhan
(kosmos) (Davis J, 2011). Transendensi diri merupakan keberadaan atau rasa diri yang tidak
mendasarkan pada individu sebagai entitas yang terpisah atau tidak terhubung dengan bagian
lainnya. Pemahaman tersebut memberikan keyakinan bahwasanya diri yang menyatu secara
keseluruhan merupakan diri yang sadar sebagai bagian dari keseluruhan yang lebih besar,
melampaui identifikasi riwayat personal, tubuh dan citra diri serta relasi obyek dengan identifikasi
lebih dalam, terintegrasi serta mencakup dimensi spiritual. Pengalaman yang dialami diri secara
orang lain serta dunia (Puji & Hendriwinaya, 2015). Penekanannya disini adalah self yang
transenden merupakan upaya menguak kepribadian atau ego self sebagai kumpulan konsep diri,
citra diri serta peran yang disandang saat diri berinteraksi dengan orang lain atau bahkan saat
diri berada dalam lingkungan sosial. Pendekatan transpersonal menganggap bahwa ego self
tidak sama dengan sifat atau esensi diri yang merupakan fitrah orang tersebut. Oleh sebab itu
melalui transendensi, diri membuka pengalaman alamiah terhadap apa yang terjadi dalam dirinya
transendensi merupakan rangkaian kesatuan mulai dari senses of self sebagai individu yang
terpisah dari individu lain, kemudian meluas menjadi individu sebagai bagian yang lebih besar
dan berlanjut menuju transendensi diri yang melampaui senses of self sebagai suatu entitas
Peran transpersonal psychology dalam ruang lingkup etika akuntan terkait erat dengan
fenomena degradasi moral yang terjadi dalam lingkungan bisnis kemudian mengarah pada
tindakan pelanggaran etika melalui berbagai mekanismenya. Ketentuan, ketetapan, aturan serta
kode etik didalamnya tidak sepenuhnya mampu memberikan upaya penyadaran terhadap jiwa
101
akuntan, karena sejatinya upaya penyadaran diri membutuhkan kerelaan, keikhlasan serta unsur
Aturan beserta keberadaan kode etik tidak sepenuhnya memberikan jaminan kesadaran
permanen dalam diri manusia karena bersifat sementara (temporary) saja. Saat pemberlakuan
aturan, regulasi atau norma, kerentanan jiwa cenderung terjadi, diri tergoda hingga lengah
bahkan mengambil celah untuk melakukan pelanggaran. Dunia sebagai panggung sandiwara
merupakan slogan menarik yang penuh makna dimana dunia memuat jiwa-jiwa yang penuh
persona atau topeng. Persona tidak selamanya mengandung unsur kebaikan, adakalanya unsur
SHQFLWUDDQ PHQLPEXONDQ NHVDQ ³EDLN´ DJDU GDSDW PHQDULN VLPSDWL SXEOLN 3DGDKDO GLEDOLN
pencitraan mengandung muatan modus dan motif yang bernuansa kepentingan pribadi yang
adakalanya konspiratif. Beberapa manusia melakukan hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan
adaptasi agar dirinya mampu survive pada lingkungan sosial yang lebih luas. Itulah sebabnya
psikologi transpersonal digambarkan sebagai kondisi nyata manusia agar mampu melampaui
berbagai macam persona atau topeng yang dibuat manusia. Beberapa manusia bangga dengan
topeng yang mereka bentuk karena topeng tersebut diciptakan agar selaras dengan dunia luar.
Meskipun demikian mereka lupa bahwa keberadaan topeng tersebut justru mampu
memenjarakan sifat keotentikan dalam diri mereka. Wujud dari topeng tersebut mampu
perwujudan diri ego yang bereksistensi secara psikologis (human being) dan juga makhluk
spiritual (spiritual being). Adapun bentuk dan wujud diri individu tersebut secara kesatuan
sebagai makhluk spiritual (soul). Berikut ini beberapa konsep inti dalam Psikologi transpersonal
yang berupa:
102
1. Dimensi spiritual mengandung berbagai potensi serta kemampuan luar biasa yang seringkali
diabaikan oleh manusia. Keadaan tersebut terkait dengan pengalaman subyektif manusia
2. Merujuk pada kesadaran manusia. Psikologi transpersonal menunjukkan ragam dimensi lain
3. Pendekatan perkembangan dimulai pada tahapan pra-personal yakni usia 3 sampai 4 tahun.
Saat tumbuh dewasa, jiwa mengalami masa psikologi transpersonal yakni pengetahuan
mendalam terhadap segala sesuatu sehingga tumbuh menjadi pribadi yang sadar akan
lingkungan sekitarnya baik keindahan budaya atau agama sehingga mampu melampaui
4. Dalam psikologi transpersonal, kesadaran diri terurai sehingga keberadaan dunia spiritual
dalam diri diakui sebagai pandangan utama yang membentuk proses atau terapi jiwa.
Kegiatan spiritual berupa ibadah mampu memberikan ketenangan dalam jiwa serta rasa
pengalaman hidup cerah yang secara tidak langsung membimbing kepribadian seseorang
Psikolog transpersonal menilai bahwa pengalaman manusia yang dapat dicatat tidak
hanya memuat pengalaman empiris, indrawi atau kognitif-logik tetapi lebih kepada pengalaman
batin (spiritual) (Mujidin, 2005). Fungsi manusia yang dikaji oleh psikologis transpersonal terdiri
1 2 3 4 5 6 7 8
Psikologi transpersonal mengkaji secara utuh potensi manusia karena mampu menggali
potensi terdalam manusia atau sering disebut Spiritual Quotient (SQ). Pada tahun 2000,
pemikiran tentang Spiritual Quotient (SQ) lahir dan dipelopori oleh Daniel Goleman. Pandangan
tersebut membantu diri untuk membereskan dan melarutkan potensi lemah yang dimiliki,
sehingga pada titik tertentu diri mampu menumbuhkan dan memperkuat potensi yang dimiliki.
Kajian mengenai potensi dibahas Hawkins dalam Peta Kesadarannya dalam 2 bagian
yakni potensi kuat yang merupakan power serta potensi lemah yang merupakan force. Potensi
lemah (force) cenderung muncul dalam diri yang memiliki konflik dan penyangkalan dalam
dirinya. Lain halnya dengan potensi kuat (power) yang merupakan manifestasi nilai-nilai keilahian
berfungsi sebagai energi yang menggerakkan dan mengarahkan kreativitas. Gambar 4.3 berikut
ini merupakan lapisan yang ditempuh jiwa untuk mengenali kedalaman dirinya, sehingga mampu
Gambar 4.3 Tingkat Kesadaran dan Fungsi Manusia dalam Kajian Psikologi
Transpersonal
Dimensi 4 merupakan lapisan integrasi personel yang mewakili integrasi dimensi 1, 2 dan
3 yakni fisik, emosi dan intelektual. Selanjutnya dimensi 5 merupakan dimensi intuisi dimana jiwa
secara samar memiliki pengalaman cepat dari persepsi transendensi yang masuk kedalam
kesadaran diri. Dalam dimensi tersebut, diri memiliki informasi pengetahuan mengenai berbagai
Data base yang tersimpan di alam semesta memberi informasi mengenai pengetahuan
baru secara lebih mendalam. Dalam keadaan tersebut, diri mulai beranjak naik menuju kesadaran
baru yakni kesadaran pada dimensi 6 yakni psikis spiritual. Pengalaman yang dimiliki terlihat
nyata dalam wujud diri individu tersebut, bukan sekedar sensasi saja melainkan secara serempak
merealisasikan integrasi yang ada tersebut melalui lapangan energi yang lebih luas yakni
kemanusiaan. Pada lapisan 7 atau dimensi mistik, diri (keilahian), pengalaman tertinggi berupa
penyatuan mistik, pencerahan diri (keilahian), fase melampaui dan mengalami kemenyatuan
secara serempak dapat dirasakan. Pada dimensi 8 atau integritas interpersonal, Diri mengalami
pengintegrasian antara personal dan transpersonal terjadi. Kolaborasi dimensi fisik, emosi dan
mental dikategorikan sebagai dimensi personal sedangkan kolaborasi dimensi intuisi, psikis
spiritual dan mistik masuk dalam kategori dimensi transpersonal. Perjalanan menuju kesadaran
spiritual bukan merupakan proses yang instant karena dalam perjalanan tersebut, diri tidak saja
membutuhkan ilmu agama dan ritual keagamaan saja melainkan mengambil hikmah
pembelajaran dari pengalaman spiritual tersebut melalui dukungan ilmu pengetahuan dan
Dari sudut pandang kaum sufi, keberadaan sifat perilaku dalam akhlak manusia terkait
erat dengan kondisi jiwa yang mendominasi dirinya. Para sufi menekankan pentingnya unsur
kejiwaan dalam mengkonsepsikan manusia dimana hakikat, zat dan inti kehidupan manusia
terletak pada unsur spiritual atau kejiwaannya. Kajian transpersonal terkait erat dengan tasawuf
dimana aliran tersebut mencoba mengkaji secara ilmiah dimensi yang selama ini dianggap mistis,
kebatinan mampu dialami serta dimiliki kaum agamawan atau orang yang mengolah dunia batin.
Pemahaman terhadap model tersebut diawali dari fenomena metafisis yang ditunjukkan
Transpersonal Psychology dalam pengambilan datanya berupa pengalaman spiritual atau batin
dihasilkan dari tataran spiritual menempati tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Psikologi
kemampuan sains dan tehnologi, menguasai agama serta praktek ritual keagamaan sehingga
mampu membuka misteri fisis dan misteri kedirian manusia (dunia spiritual). Oleh sebab itu psike
manusia dan psikologi personal mampu berpartisipasi penuh terhadap makna dalam keteraturan
semesta melalui area psikoid bawah sadar. Dalam proses psikisasi tersebut, pola-pola
keteraturan di alam semesta mampu diserap oleh kesadaran sehingga dapat dipahami dan
106
diintegrasikan. Dengan demikian setiap orang mampu menyaksikan Sang Pencipta dan karya
ciptaannya melalui proses perenungan imaji dan sinkronitas. Arketipe bukan semata-mata pola
psike melainkan cerminan sesungguhnya dari bangunan-bangunan dasar alam semesta (Stein,
2019). Konsep arketipe itu sendiri meliputi persona, anima, animus, shadow dan self (Setiawan,
2017).
4.5 Piramida Strategi Pencerahan Umat Manusia: Integrasi Pemikiran Hawkins dan
Jung dalam Pemikiran Iqbal (IHJ)
Masyarakat yang merasa bebas dan lepas kendali dari agama serta pandangan metafisis,
meletakkan hidupnya dalam konteks sejarah dimana nilai-nilai dapat diukur. Oleh sebab itu jiwa
mengalami kesulitan memperoleh solusi atas problem kehidupan yang dialami jika masih
menggunakan cara pandang yang lama (linier). Keberadaan isu global saat ini berupa
serta ketentraman hidup mereka. Jiwa justru semakin gelisah dalam menghadapi hidup. Visi
keilahian menjadi hilang bahkan mengalami amnesia spiritualitas yang justru memperburuk
gejala psikologis dan mental manusia. Jika keadaan tersebut tidak segera diatasi maka akan
Manusia perlu mengetahui posisi jiwa untuk menempatkan dirinya sesuai proporsi yang
ada. Pengetahuan tentang posisi jiwa dapat diketahui dan dipelajari manusia melalui berbagai
jalan baik tasawuf, spiritual sains, ilmu kejiwaan bahkan psikologi transpersonal. Berbagai jalan
ditempuh manusia untuk menunjukkan bahwasanya ilmu pengetahuan memiliki keterkaitan satu
sama lain. Masing-masing disiplin ilmu saling bersinergi membentuk kolaborasi dan integrasi
hingga membentuk satu kesatuan, keutuhan serta keseimbangan yang selaras dengan kehendak
Pemikiran Iqbal, Hawkins dan Jung memiliki kesesuaian konsep dasar didalamnya
dimana sama-sama menitikberatkan pada upaya diri untuk melampaui tingkat kesadaran yang
107
jiwa dalam menggapai keutuhan manusia yang seimbang dan selaras dimana upaya dan potensi
kesadaran diri tersebut tumbuh saat berakhlak dan beretika. Meski demikian masing-masing
pemikiran tersebut memiliki arah kajian kesadaran yang berbeda dimana pemikiran Iqbal dalam
ranah tasawuf sufistik, Hawkins dalam ranah spiritual sains dan juga ilmu kejiwaan serta Jung
Dalam tasawuf ada beberapa tahapan yang harus dilalui jiwa sehingga mampu mencapai
tahapan yang utuh dan sempurna, dengan menghindari diri dari sifat-sifat tercela baik vertikal
maupun horizontal melalui pembersihan jiwa (takhalli); memperindah diri dengan progresivitas
nilai moral yang dimiliki (tahalli) serta menghubungkan diri dengan Tuhan (tajalli). Semua cara
tersebut perlu dijalani dengan keseriusan penuh (riyadah) dan latihan sungguh-sungguh
(mujahadah). Setiap tahapan perjalanan yang dilalui sufi dalam tasawuf memiliki maqam atau
peringkat perjalanan yang harus dilewati seperti tobat, zuhud, sabar, tawakal, rida, mahabah,
NKDXI WDZDGKX WDNZD LNKODV V\XNXU GDQ PD¶ULIDK $JDU PDPSX PHOHZDWL GDQ PHODPSDXL
maqam-maqam yang ada, maka jiwa hendaknya senantiasa melakukan penyucian diri atau
pembersihan hati melalui penyelarasan dan integrasi diri dengan kehendak Tuhan sehingga
terjalin hubungan baik antara individu, sesama makhluk hidup dan juga alam semesta. Pemikiran
Iqbal yang menegaskan keterjalinan tersebut dijabarkan dalam tiga tahapan yakni perwujudan
rangkaian perjalanan yang membentuk konsep dasar kesempurnaan Islam yakni syariat, tarikat,
hakekat dan makrifat. Dengan demikian gerak kehidupan dapat dipahami dan kesadaran jiwa
mengalami pertumbuhan. Berikut ini konsep dasar tasawuf yang digambarkan dalam metafora
akar, batang dan ranting yang menumbuhkan daun, bunga hingga buah. Proses pertumbuhan
merupakan syarat keberlangsungan dari kehidupan pohon tersebut. Akar yang merupakan
metafora dari syariat berupa agama serta aturan-aturan dalam kehidupan menjadi panduan jiwa
dalam pertumbuhan akhlak serta etika. Sedangkan keberadaan batang dan ranting sebagai
metafora dari tarekat merupakan perjalanan jiwa dalam menapaki kehidupan sesungguhnya.
(ibadah). Keberadaan agama, prinsip hidup maupun azas merupakan bekal jiwa saat
menghadapi penderitaan, kesenangan hingga keterjebakan ilusi dan persona. Keadaan tersebut
menjadi pengalaman jiwa saat berada pada dimensi 3. Makrifat merupakan proses mengetahui
Allah dari dekat sehingga melalui jalan transendensi akan terlihat pengalaman batin yang
sejatinya mengarahkan diri pada sebuah esensi atau hakekat yang merupakan kebenaran
absolut. Manifestasi hakekat dimetaforakan dengan bunga atau buah sebagai hasil akhir dari
109
proses bertumbuhnya pohon. Pada akhirnya buah yang matang itu bisa dikonsumsi atau bahkan
ditanam kembali bijinya. Dari biji buah tersebut jika ditanam kembali akan menghasilkan akar
sebagai cikal bakal atau asal muasal kehidupan pohon. Metafora pohon yang merupakan analogi
dari proses bertumbuhnya kesadaran dalam diri manusia sebagai sebuah pembelajaran tanpa
Metafora pohon sebagai gambaran pertumbuhan kesadaran jiwa dijelaskan pula dalam
QS Ibrahim ayat 24-26 yang menjelaskan bahwa iman dan keyakinan yang benar diumpamakan
seperti pohon yang kokoh dan aman dari segala penyakit. Akar pohon yang terhujam ke tanah
akan berbuah perbuatan yang baik dan melimpah. Keimanan yang disimbolkan dengan pohon
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang
baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.
Pohon memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan bumi tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.
(QS 14:24-26)
Dari ayat-ayat tersebut dapat digambarkan bahwasanya akar yang tertanam kokoh
didalam tanah akan menghasilkan pucuk-pucuk yang menjulang tinggi ke angkasa. Analogi
tersebut memunculkan pernyataan bahwa kalimat yang baik menyertakan didalamnya sebuah
kalimat tauhid yang berisikan pengesaan Allah dengan kalimat Laa Illaha IllaAllah. Kalimat Iman
tertanam dalam kalbu orang mukmin sedangkan amalannya naik kelangit dan memperoleh
berkah dan pahala setiap saat. Allah menerangkan permisalan tersebut kepada manusia dengan
Kualitas amal manusia berbeda-beda sesuai tingkat keimanan dan keyakinannya yang
terdiri atas: 1) Ilmul Yaqin adalah pemilik akal, dimana keyakinan para ahli ilmu kalam ini didasari
110
oleh ilmu pengetahuan tentang sebab dan akibat atau melalui hukum kausalitas mengenai
keberadaan Allah SWT. Keyakinan diperoleh atas dasar informasi yang dipercayai
kebenarannya, meskipun belum pernah melihat dan membuktikannya sendiri. 2) Ainul Yaqin
merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang tanpa melalui proses sebab akibat melainkan
langsung meyakini wujud Allah. Keyakinan diperoleh berdasarkan kenyataan yang pernah dilihat
sendiri. 3) Haqqul Yaqin adalah keyakinan yang dimiliki orang yang telah menyadari bahwa alam
semesta ini pada hakikatnya merupakan bayangan dari penciptanya sehingga mampu
merasakan wujud sejati itu hanyalah milik Allah sedangkan yang lainnya merupakan bukti dari
wujud yang sejati. Keyakinan tersebut diperoleh berdasarkan pengalaman sendiri bukan atas
Tingkatan Iman seorang hamba selanjutnya terbagi atas: 1) Iman taklid yakni mantap dan
percaya dengan ucapan orang lain tanpa mengetahui dalilnya. 2) Iman Ilmi yakni mengetahui
akidah beserta dalil-dalilnya. Tingkatan ini disebut dengan Ilmu Yaqin. 3) Iman Iyaan yakni
mengetahui Allah dengan pengawasan hati (Ainul Yaqin). Allah selalu berada di hati, dengan
demikian seseorang mampu melihat Allah di maqam muraqabah atau derajat pengawasan Allah.
4) Iman Haq yakni melihat Allah dengan hati. Tingkatan keimanan ini disampaikan para ulama
yakni orang-orang makrifat, mampu melihat Allah dalam segala sesuatunya sehingga berada di
maqam musyahadah yang disebut dengan Haqqal Yaqiin. Orang-orang ini terhalang jauh dari
selain Allah. 5) Iman hakikat yaitu sirna bersama Allah dan mabuk karena cinta kepada Allah. 6)
Iman ditingkat maqam baqa dianggap lebih sempurna karena menjaga hubungan dengan Allah,
DODP PDQXVLD GDQ KHZDQ 3HPEDKDVDQ WHUVHEXW GLXQJNDSNDQ GDODP 46 $O $Q¶DP D\DW
berikut ini.
Dan demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (kami yang terdapat)
Ayat tersebut memperlihatkan bahwa senyatanya apa yang terdapat di langit dan bumi
merupakan bukti bahwasanya keberadaan Allah beserta ciptaannya itu nyata dan keadaan
tersebut menjadi sebuah keyakinan utuh dalam diri. Keyakinan tersebut menjadi langkah awal
kesuksesan diri secara spiritual atau rohani sekaligus kebutuhan dasar diri menuju tahapan Insan
Kamil (manusia seutuhnya). Spiritualitas benar-benar mampu dihayati sehingga diri mampu
menjelma dalam bentuk ihsan yang mana diri senantiasa berbuat baik seolah-olah Allah melihat.
Syekh Abdul Qadir Jailani selanjutnya menjelaskan dalam karyanya yang berjudul ³7KH
Secrets of Secrets: Menemukan Hakikat Allah´ PHQMDEDUNDQ WLQJNDW NHVDGDUDQ PDQXVLD XQWXN
Manusia
mengenal dan menguasai ilmu hakikat dalam dirinya, sedangkan manusia jasmani memiliki
kemampuan penguasaan terhadap ilmu syariat, tarekat serta makrifat. Pembahasan mengenai
keempat tingkatan tersebut diuraikan dalam urutan ilmu berikut ini: 1) Ilmu lahiriah berupa ilmu
syariat yakni berupa perintah dan larangan dari segala bentuk hukum; 2) Ilmu syariat batin yakni
ilmu tarekat: 3) Ilmu tarekat batin berupa ilmu makrifat: 4) Ilmu batin berupa ilmu hakekat.
sosial mampu memberikan efek penderitaan maupun kebahagiaan yang bersifat sesaat.
Meskipun dibalik perhiasan atau atribut dunia tersebut, terdapat hikmah pembelajaran tentang
kemelekatan jiwa dalam aspek duniawi. Hikmah pembelajaran tersebut dikoherensikan dengan
daun sebagai simbol dari makrifat. Jiwa yang cara pandangnya hanya mendasarkan pada atribut
sosial hendaknya tidak terus menerus hanyut pada kemelekatan yang ditawarkan dunia
eksternal. Oleh sebab itu gerak jiwa hendaknya senantiasa terus ditingkatkan dalam diri sehingga
mengalami pertumbuhan kesadaran. Pada saatnya nanti, pertumbuhan kesadaran tersebut akan
bermuara pada satu titik yakni kebenaran mutlak sebagai manifestasi kebenaran dari Tuhan.
Jung sebagai psikolog menekankan pentingnya membawa jiwa (psike) sebagai pengamat
sehingga membawa unsur makna tersebut kedalam realitas keseluruhan. Cara pandang Jung ini
memberikan makna kehidupan bahwasanya manusia di bumi ini bertumpu pada kapasitasnya
dalam menyadari dan memberikan kesadaran reflektif terhadap benda-benda serta makna-
makna dunia karena jika tidak, kesadaran manusia tersebut akan bergulir dalam keabadian tanpa
pernah dilihat, dipikirkan atau bahkan disadari. Dengan kata lain, Tuhan membutuhkan manusia
agar mampu mengenali prinsip keteraturan kosmos, memperhatikan serta meresapi makna yang
ada. Oleh sebab itu, sejatinya setiap manusia adalah pembawa kesadaran yang diperlukan sang
waktu dan perjalanan itu sendiri merupakan gerak jiwa dalam memperluas kesadaran (Stein,
2019).
psikoterapi seperti: 1) tingkat ego dimana jiwa tidak melihat organisme sebagai sebuah sistem
yang utuh melainkan dikenali sebagai citra diri ego; 2) pada tingkatan biososial, dimana manusia
merupakan bagian dari lingkungan sosial baik hubungan keluarga, budaya maupun kepercayaan;
3) tingkatan eksistensial yang memandang keutuhan organisme terlihat dari rasa identitas yang
113
melibatkan kesadaran sistem jiwa tubuh yang terintegrasi; 4) Pada tingkat transpersonal, jiwa
kesadaran diluar batas-batas konvensional organisme serta rasa identitas yang lebih besar.
dialami manusia saat mampu menyatukan dirinya dengan Tuhan, alam dan segala isinya melalui
perjalanan batin yang disadari maupun tidak disadari. Pengalaman keagamaan merupakan
pengalaman mistik yang tidak disandarkan pada doktrin tertentu melainkan berproses dengan
Senada dengan Jung, pemikiran Hawkins yang menekankan pentingnya jiwa mampu
memberikan pemaknaan atas pembelajaran yang telah dihadapi, baik berupa penderitaan
maupun kesenangan yang diperoleh sehingga mampu meningkatkan kualitas jiwa. Tingkatan
kualitas jiwa digambarkan Hawkins dalam sebuah Peta Kesadaran (Map of Consciousness).
Tingkatan kualitas jiwa (potensi) tersebut dipaparkan Hawkins dalam dua bentuk yakni Force
(tekanan) dan Power (kekuatan). Force pada tataran the watcher dan experiencer telah
menempatkan ego pada tingkatan survive bahkan adaptif, dimana jiwa terlibat dan larut dalam
penderitaan dan kesenangan yang semu. Peran dualitas sangat besar dalam force tersebut. Lain
halnya dengan mind yang menempatkan posisi jiwa sebagai pengamat (the observer) atas apa
yang terjadi dalam hidupnya. Jiwa mampu mengambil jarak atas apa yang terjadi dalam
hidupnya. Dalam posisi tersebut, power mulai bergerak tumbuh dan memperluas kesadaran.
Dalam dimensi selanjutnya yakni keilahian (divine), posisi jiwa bertindak sebagai saksi (the
witness) melalui penyaksian keberadaan Illahi di semua dimensi kehidupannya. Power mulai
bergerak dari mind menuju divine sehingga jiwa terdorong untuk menggali potensi diri yang maha
dahsyat, menghasilkan energi kreatif serta mampu berinovasi. Gambar 4.8 berikut ini merupakan
kolaborasi pemikiran Iqbal, Hawkis dan Jung yang digambarkan dalam bentuk piramida.
114
SPIRITUAL
perjalanan
spiritual
Interpersonal Hawkins
Intrapersonal
Iqbal Jung
Piramida kesadaran IHJ merupakan integrasi pemikiran Hawkins dan Jung yang saling
bersinergi dalam pemikiran Iqbal. Masing-masing pemikiran tersebut menjelaskan latar belakang
sifat dan karakteristik manusia terkait kesucian jiwa (fitrah) yang digambarkan dalam bentuk jejak
jiwa akuntan. Pembahasan tersebut masuk dalam ranah sufistik, spiritual sains dan psikologi.
Sinergi ketiga pemikiran tersebut memuat perjalanan spiritual manusia yang dibagi dalam tiga
merupakan framewok dalam penelitian ini merupakan induk utama dalam trilogi pemikiran
dari pemikiran Hawkins dan Jung. Kolaborasi ketiga pemikiran tersebut saling bersinergi menjadi
sebuah pemikiran yang utuh menyeluruh meskipun berada dalam ranah disiplin yang berbeda.
Perjalanan manusia mengenal dirinya dijabarkan dalam trilogi pemikiran tersebut. Jiwa
mampu mengenal dirinya, mampu mendeteksi potensi yang melekat dalam dirinya baik kekuatan
maupun kelemahan, mengetahui misi serta tanggungjawab yang menjadi amanah Tuhan
terhadap manusia semenjak berada dalam kandungan, sejak ditiupkan ruh kehidupan hingga
lahir dan mampu melihat dunia. Dalam pengenalan diri yang illahiah tersebut, Diri (diri yang
115
ilahiah) mengejawantahkan potensi yang tersimpan dalam dirinya melalui upaya kebermanfaatan
kepada pihak-pihak lain (berdayaguna). Disinilah peran keterlibatan Diri dalam Interpersonal,
dimana Diri saat berinteraksi mampu memberikan rasa welas asihnya, cinta tanpa syarat guna
Proses interaksi adakalanya memunculkan semacam pergolakan batin dalam diri yang
menimbulkan konflik. Hal ini terjadi karena kehendak batin tidak selaras dengan keinginan pihak
luar. Fenomena tersebut dianggap lumrah terjadi karena jiwa manusia cenderung memiliki titik
kerentanan dalam dirinya. Oleh sebab itu jiwa jangan sampai terjebak atau semakin larut dengan
kondisi tersebut. Diri hendaknya mampu melampaui keadaan tersebut melalui proses
transendensi. Proses tersebut bukan merupakan proses yang instan melainkan tahapan
menyusuri perjalanan dimana setiap rangkaian mampu memperluas gerak kesadaran diri menuju
pencapaian Diri yang transpersonal yakni kesadaran diri yang Ilahi (Diri), dimana Diri mampu
melampaui aspek-aspek yang lebih luas dari umat manusia, kehidupan dan kosmik.
Tiga tahapan dalam pemikiran Iqbal tidak menjelaskan secara lebih rinci proses
transendensi tersebut namun demikian pemikiran tersebut mampu menjelaskan peran khudi
sebagai pusat kesadaran. Begitupula dengan pemikiran Hawkins yang menjelaskan bahwa jiwa
memiliki kemampuan mentransendensikan keadaan dirinya saat berada pada titik kerentanan
yang dimiliki. Pada saat diri sudah melampaui titik kerentanan tersebut, diri akan bergerak naik
menuju tingkatan yang lebih tinggi hingga pada akhirnya mencapai titik pencerahan. Dalam
keadaan tersebut posisi jiwa mampu melampaui dan terlampaui. Pencerahan merupakan
manifestasi keberadaan diri manusia sempurna (Insan Kamil) yang mengandung amanah dan
tanggung jawab saat dilahirkan ke dunia. Pencerahan laksana seberkas cahaya yang
memberikan vibrasi positif terhadap alam beserta isinya. Dalam diri seseorang yang telah
mengalami pencerahan tersebut, Diri hanya dipenuhi oleh luapan rasa cinta kasih tanpa syarat,
welas asih yang senantiasa memberikan kebermanfaatan kepada sesama. Jiwa yang mengalami
116
pencerahan adalah jiwa yang memiliki kesadaran Ilahiah dimana diri diliputi oleh nilai-nilai
Kelahiran, perjalanan kehidupan dan kematian merupakan jalan yang diberikan Tuhan
kepada manusia agar mampu mengenal dan mewujudkan sifat-sifat Tuhan dalam dirinya baik
dalam kosmos serta mampu meresapi makna yang timbul disana. Jung menilai bahwa tujuan
hidup manusia secara esensial adalah menyadari pola-pola dan imaji yang berasal dari
kedalaman bawah sadar psikoid yang terangkat kemudian secara kolektif naik ke alam
kesadaran, sehingga manusia mampu mengekspresikan apa yang telah disadari tersebut.
Keadaan tersebut dilatarbelakangi bahwa setiap dari kita merupakan pembawa kesadaran yang
diperlukan sang waktu. Kesadaran tersebut menjadi daya kita dalam merefleksikan kosmos dan
cermin kesadaran sehingga manusia mampu menyadari motif-motif pendorong yang ada (Stein,
2019).
4.6 Penutup
Pemikiran Hawkins terkait Diri Personal atau Aku Personal dengan Aku yang Agung
selaras dengan pemikiran Iqbal mengenai ego diri (khudi) serta ego illahi (khuda). Bagi Hawkins,
diri manusia tidak dapat dikendalikan oleh dunia melainkan dipengaruhi oleh sebuah keyakinan
yang terdapat dalam pikiran mereka. Kekuatan cinta serta hidup dalam kasih sayang merupakan
kebaikan yang dapat diberikan agar mampu mengubah skema peradaban. Kesadaran spiritual
manusia tumbuh melalui gerak dan perubahan cara berfikir (worldview) dari ketergantungannya
kepada dunia eksternal yang menganut aspek materialistis serta bersifat linier menuju aspek
spiritual yang bersifat non linier dengan mengutamakan perjalanan kedalam diri. Dalam perspektif
Pertumbuhan tersebut selaras dengan peningkatan kemampuan intuisi diri menuju penyaksian
117
(the witness). Hubungan dengan Tuhan tidak sepenuhnya digambarkan dalam bentuk
penyembahan kepada pribadi yang lebih tinggi melainkan masuk kedalam pola realisasi kualitas
ketuhanan di dalam diri. Peta kesadaran Hawkins telah menetapkan tingkatan evolusi kesadaran
manusia dari kesadaran terendah (force) menuju kesadaran tertinggi (power). Tingkat atau level
kesadaran diri dipengaruhi oleh seberapa besar kemelekatan diri terhadap dunia eksternal yang
mana keadaan tersebut mampu membuat jiwa lalai dalam mengenali potensi dirinya.
Kolaborasi pemikiran Iqbal dan Hawkins dinilai kurang menyeluruh (komprehensif). Oleh
sebab itu diperlukan dukungan pemikiran lain yang mampu memberikan pemahaman tentang
transpersonal yang dipelopori oleh Carl Gustav Jung. Pemikiran Jung mengenai transpersonal
psychology merupakan perluasan sudut pandang dari dua pemikiran sebelumnya. Oleh sebab
itu kesadaran etika akuntan dalam sudut pandang Insan Kamil dibangun dari trilogi pemikiran,
dimana pemikiran Iqbal memperoleh dukungan dari pemikiran Hawkins dan Jung.
Kajian transpersonal merupakan salah satu bagian dari pemikiran Iqbal yang termuat
pada tahapan perwujudan diri (khudi-self) dalam transpersonal. Kajian tersebut mengintegrasikan
aspek spiritual serta pengalaman transendensi dalam meningkatkan kesadaran jiwa menuju
pencerahan seperti termuat dalam Peta Kesadaran Hawkins. Psikologi transpersonal terkait erat
dengan pengalaman spiritual seseorang yang memberikan efek penyadaran luar biasa dalam diri
berakhlak. Pengalaman tersebut sejatinya mampu memberikan pemahaman luar biasa terkait
hubungan diri dengan Tuhan, sesama makhluk hidup di dunia bahkan alam sekitarnya (semesta).
Dimana diri yang illahi (Diri) beserta pengalaman spiritualnya menyatu, menggerakkan dan
sesama. Pendekatan transpersonal menganggap bahwa ego self tidak sama dengan sifat atau
esensi seseorang (fitrah). Oleh sebab itu proses transendensi membuka pengalaman alamiah
dalam diri seseorang untuk dikaji lebih mendalam. Transendensi merupakan posisi yang tidak
mendasarkan diri sebagai individu atau entitas yang terpisah atau tidak terhubung dengan
118
lainnya. Perjalanan jiwa dalam menggapai kesadaran ilahiah menciptakan koneksi dalam
kesatuan harmoni atau kesatuan fundamental terhadap orang lain dan dunia.
Konsep inti psikologi transpersonal berfokus pada dimensi spiritual yang mengarah pada
jiwa menempuh lapisan-lapisan jiwa dalam mengenal kedalaman diri (potensi diri) seperti lapisan
fisik, emosi, intelektual, integritas personal, intuisi, psikis spiritual, mistik dan integritas
transpersonal.
diri dari ego yang bereksistensi secara psikologis sebagai human being menuju perwujudan diri
sebagai makhluk spiritual (spiritual being). Cara bereksistensi jiwa dalam menempuh perjalanan
batin akan memunculkan ledakan spiritual yakni sebuah keadaan yang menumbuhkan nilai-nilai
keilahian dalam diri. Jiwa yang bergerak menuju tingkatan paripurna (Insan Kamil) merupakan
pencapaian tertinggi yang dapat dicapai manusia sehingga mampu memancarkan cahaya terang
ilahi yang mengandung vibrasi positif terhadap lingkungan dan alam sekitarnya secara
keseluruhan.
BAB V
$1$/2*, ³7,7,.´ '$/$0 .(68&,$1 ',5, 0$186,$
METAMORFOSIS PENEMUAN DIRI SEJATI
5.1 Pengantar
menjadi ulat lalu kepompong hingga pada akhirnya menghasilkan seekor kupu-kupu yang lucu,
unik dan indah. Kelucuan, kunikan dan keindahan kupu-lupu merupakan bagian kesempurnaan
yang tumbuh dalam diri kupu-kupu tersebut. Proses metamorfosis membutuhkan waktu yang
tidak singkat. Proses terbentuknya kesempurnaan dan keindahan fisik kupu-kupu itu melalui
serangkaian episode atau tahapan yang berbeda dalam kurun waktu 30 hari. Jika perjalanan
manusia dalam menjaga kesucian atau fitrahnya dianalogikan sebagai sebuah titik, maka secara
filosofis, titik tersebut merupakan simbol yang menyatakan asal, sumber serta akhir dari semua
wujud. Jika digambarkan dalam sebuah paragraf, maka titik tersebut sebagai pertanda
berakhirnya alur kalimat. Begitupula dengan titik yang merupakan awalan dari sebuah tarikan
garis lurus, jika dikreasikan akan membentuk gambar atau figur yang memiliki karakter. Selain itu
titik juga merupakan awal terbentuknya sebuah huruf maupun angka yang apabila tersusun akan
menjadi sebuah untaian kata maupun kalimat. Begitupula yang terjadi apabila keberadaan huruf,
angka atau kata dihilangkan dan diambil satu persatu unsur pembentuknya, maka yang tersisa
adalah sebuah titik. Titik merupakan bagian terkecil dari serpihan-serpihan huruf, angka atau kata
tersebut.
Dalam proses spiritual, semua perwujudan kehidupan manusia berasal dari Tuhan. Oleh
sebab itu dalam proses pewujudan tersebut, jiwa adakalanya menghadapi gesekan, kerusakan
119
120
tersebut memberikan makna ketidakabadian wujud, kerentanan serta ketidakkekalan diri dalam
menjalani hidup (nothing last forever). Pemahaman tersebut memberikan sinyal bahwasanya
semua keadaan di dunia akan berakhir serta kembali kepada Tuhan dimana kondisi ketiadaan
diri secara materi menempatkan diri pada simbol titik atau nol dalam analogi tersebut. Kehidupan
dunia laksana awal dan akhir perjalanan manusia dimetaforakan dalam simbol titik sebagai
manifestasi kesucian (fitrah) yang sepatutnya dimiliki oleh jiwa yang secara hakekat berasal dari
ruh Tuhan.
Manusia memiliki krisis cara pandang dalam melihat keberadaan sesuatu. Mereka hanya
mampu melihat sesuatu dalam tataran fisik, permukaan saja (simbol) sehingga mengabaikan
makna tersirat dari keberadaan simbol yang tersebar di alam permukaan. Banyak anggapan
menilai keberadaan simbol tidak memiliki arti apapun. Hal ini dikarenakan diri yang material
memiliki keterbatasan dalam menembus resolusi pandang yang ada. Padahal senyatanya cara
pandang spiritual memiliki resolusi tidak terbatas (non linier). Makna simbol terungkap dan terlihat
saat jiwa mampu menembus keterbatasan yang ada melalui kepekaan intuisi yang tajam. Intuisi
milik hati bukan milik akal. Proses tersebut menjadi ranah kesadaran spiritual yang memiliki
potensi tanpa batas. Oleh sebab itu intuisi menggerakkan pengetahuan yang mampu mengatasi
permasalahan dirinya menuju yang mutlak. Pemikiran tentang diri melalui intuisi pada awalnya
memberi peran pada keberlangsungan metafisik. Selanjutnya sains spiritual dan psikologi
transpersonal memberikan sarana maupun wadah untuk mengasah intuisi tersebut. Intuisi tidak
hanya menguatkan tetapi juga memberikan keyakinan dan pengalaman kepada jiwa agar
memperlihatkan sifat dan hakikat diri dalam memerintah, memiliki kebebasan serta kemampuan
Dalam ilmu tasawuf, jiwa manusia merupakan tajalli atau pencerminan Illahi. Posisi itulah
yang menempatkan manusia sebagai makhluk sempurna yang memiliki kesadaran eksistensinya
sebagai kesadaran illahiah. Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya termasuk manusia
tanpa mengurangi kesempurnaan dalam Dirinya yang mengkhawatirkan keberadaan Dirinya. Hal
121
tersebut dikarenakan manusia memiliki potensi untuk mencapai kesempurnaan Illahiyah. Allah
mengejawantahkan kecemerlangan cahaya serta kemuliaan illahi dalam diri manusia melalui
alam semesta sebagai wadah bagi eksistensi manusia tersebut. Oleh sebab itu tujuan akhir
manusia dalam kehidupan bukan untuk memiliki sesuatu (to have) melainkan berproses terus
menerus menjadi sesuatu (process of becoming). Keadaan tersebut sesuai dengan fitrah diri
manusia agar mampu mengaktualisasikan diri. Fromm (2019) dalam bukunya menegaskan
seseorang terletak pada sesuatu diluar dirinya, timbul rasa keterasingan dan keterputusan dari
sumberNya bahkan tidak terhubung atas dasar ketulusan terhadap diri sendiri dan sesamanya.
Lain halnya dengan proses menjadi (becoming), individu sudah tidak lagi mendasarkan makna
dan nilai keberadaan pada hasil diluar diri, lebih menikmati proses menjalani ijtihad batin ke dalam
diri sehingga diri menjadi lebih kreatif dan aktif. Pernyataan Fromm dipertegas oleh pemikiran
Iqbal yang memandang eksistensi manusia terletak pada nilai dan derajat kebebasan yang
dimiliki. Kebebasan merupakan faktor utama pembentuk kehidupan sosial manusia yang terkait
dengan tanggungjawabnya sebagai Khalifah Tuhan. Keberadaan manusia tidak lepas dari
kemanunggalannya terhadap Tuhan. Manusia unggul adalah manusia yang menyadari eksistensi
dirinya yang tidak luput dari keberadaan ego yang secara kodrat maupun fitrah memiliki
kemampuan bertumbuh. Bertumbuh merupakan gerak jiwa manusia menuju kesatuan yang lebih
padat, efektif, seimbang serta unik melalui proses ketekunan berjuang dalam melawan kekuatan
yang muncul dari lingkungan luar maupun kecenderungan penghancuran dari dalam diri.
5.2 Kesadaran Bertauhid: Awal dan Akhir Perjalanan Menuju Kesucian Diri
Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah). Kesucian inilah yang
menjadi titik dasar penciptaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang utuh dan sempurna baik
dimensi rohani maupun jasmani. Kesucian yang disematkan dalam diri tidak terlepas dari makna,
harapan serta tanggungjawab yang diamanahkan Tuhan yang termuat dalam fungsi dan misi
122
manusia sebagai Khalifah Tuhan. Khalifah memiliki tugas menjaga, menata, menyeimbangkan
serta menyelaraskan isi kehidupan dan peradaban dimuka bumi. Namun demikian dalam
perjalanan evolusinya, kehidupan jiwa manusia mengalami kerentanan serta pasang surut
sehingga mampu menggoyahkan dan merusak kesucian (fitrah) yang telah tersemat dalam
dirinya. Kondisi jiwa terlena oleh ketidakmampuan diri untuk menyadari apa yang terjadi dengan
diri dan kehidupan disekitarnya. Jiwa tidak mampu mengenali diri yang semakin larut dalam
permainan dunia, semakin hanyut dan tenggelam dalam pusaran kehidupan yang materialistis
penuh dengan label-label sosial bahkan menjadikan jiwa terombang ambing, lengah, dan tidak
mengetahui arah serta tujuan hidup. Jiwa tidak mampu mengenali diri seutuhnya karena kesucian
diri tertutupi oleh hijab-hijab penghalang yang membuat hati manusia tidak mampu mengenali
dan memahami esensi hidup dan kehidupan. Bagi sebagian manusia, pengalaman hidup tersebut
akan membuat diri terasa hampa, gersang bahkan tidak berdaya. Keadaan tersebut mampu
memenjarakan jiwa sehingga tidak memiliki kebebasan bertindak, bersikap serta bertingkah laku
bahkan tidak mampu memaknai peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya. Paparan tersebut
sesuai penjelasan Ibu Anies, seorang akuntan pendidik muda berjiwa milenial yang selalu belajar
mengenali posisi dirinya dalam persona yang ditampilkannya di dunia kerja. Meskipun demikian
beliau seringkali terjebak dalam persona yang ditampilkannya di dunia pendidikan tempat beliau
bekerja. Beliau menyadari keadaan tersebut saat menghadapi kerentanan jiwa yang dimilikinya.
³«..pekerjaan sebagai praktisi dan dosen punya plus minus. Sebagai praktisi,
pengetahuan saya lebih berkembang terutama sistem dan pajak disamping merasa lebih
tenang nyaman dan enggak merasa ketakutan. Sedangkan saat menjadi dosen,
adakalanya saya merasa tidak menjadi diri saya sendiri, karena pimpinan kadangkala
otoriter walau institusi pendidikan, merasa diawasi sehingga merasa tidak nyaman dan
lebih culture shock ´
Pernyataan Ibu Anies tersebut bertolak belakang dengan pendapat Ibu Sova. Beliau
sebagai akuntan pendidik senior justru memberikan penilaian yang berbeda. Beliau menganggap
adaptasi dengan lingkungan disekitar justru dibutuhkan saat kita konsisten ingin bertahan dalam
123
lingkungan tersebut. Beliau menilai bahwa mengenal diri sendiri bukan menjadi skala prioritas
beliau saat itu khususnya terkait kebutuhan materi dan cara membalas kebaikan Institusi yang
telah memberikan beasiswa sekolah. Menurut Ibu Sova, semua itu bisa dinegosiasikan, ditolerir
dan disepakati, karena bagi beliau, tidak ada sesuatu yang lepas dari yang namanya kelemahan.
Berikut ini ungkapan beliau yang dikemukakan dalam cuplikan wawancara tersebut
«´<D ODPD ODPD DSD \D«KPP ELVD DGDSWDVL /DPD-lama kan merasakan hidupku tuh
disini. Istilahnya aku nyari penghidupan itu disini. Ya yang ada disinilah yang dibenerin.
Ga usahlah ngeluh-ngeluh lagi gitu kan. Istilahnya gak perlu lah kebanyakan ngeluh-
ngeluh ya udah emang banyak kekurangan ya.. yang bisa aku lakukan begini ya dicoba
saja. Terus semenjak kuliah S2, kan kuliah S2 ku dibiayain disini, sudah full beasiswa,
apalagi kelas Eksekutif gitu. Kalau sudah disekolahin masa masih mau kemana-mana
lagi. Ya udah tempatnya disini, rezekinya disini. Intinya dimana bumi dipijak yah disitulah
ODQJLW GLMXQMXQJ« \D NDODX DGD NHNXUDQJDQ VLK banyak. Cuma aku sendiri kan punya
kekurangan. Yang bisa apa yah sudahlah tapi emang tempatku tuh disini akhirnya
begitu..gak ngelirik-OLULN ODJL ´
Pendapat berbeda dikemukakan Bapak Hardiman selaku Akuntan Publik dan Pendidik
Senior. Beliau menegaskan pentingnya perbaikan diri dengan terlebih dahulu intropeksi diri
sebelum menentukan pilihan. Menurut beliau, akhlak yang baik merupakan wadah yang tepat
kebermanfaatannya. Menumbuhkan akhlak yang baik bukan merupakan proses yang instan
melainkan rangkaian waktu yang perlu dipupuk sedari dini. Berikut ini ungkapan tegas Bapak
´,\D EHUXVDKD VHODOX EHUEXDW EDLN WHQWX EHUNDLWDQ GHQJDQ DNKODN jadi kita perbaikin diri
bukan untuk ilmu-ilmu keduniaan saja tetapi juga mencari ilmu akhirat. Ilmu agama
diperdalam dengan memberikan porsi yang seimbang untuk agama. Sebagai akuntan
publik, akuntan pendidik, akuntan manajemen maupun professional lainnya tetap
membutuhkan kode etik yang yang harus dipegang dalam pekerjaan mereka. Kalau dari
sisi akhlak yah mungkin dari pelajaran agama. Maaf, tapi saya tidak punya kompetensi
di situ kan gitu, tapi kalau dari sisi profesi yah punya kode etik, nah ini yang harus
GLSHJDQJ LWX \DQJ ELDVD VD\D WHUDSNDQ ´
³6HVHRUDQJ GLVHEXW EDLN DSDELOD DNKODNQ\D EDLN WHWDSL PHPSHUEDLNL DNKODN WLGDN
semudah membalikkan tangan, akhlak yang baik harus dididik sejak awal. Sejak dari dia
duduk di SD, SMP SMA hingga Perguruan Tinggi sampai kemudian dia bekerja, kita harus
memupuk akhlak yang baik. Jadi bukannya kita membiarkan pendidikan nggak pakai
akhlak, baru saat bekerja kita baru ngomong masalah perbaikan akhlak yah ga akan jadi,
LWX PHQXUXW VD\D KH KH KH KH´ VDPELO WHUtawa).
124
Disaat bersamaan, nada dan intonasi suara Bapak Hardiman berubah menjadi lirih
bahkan ada helaan nafas panjang diantaranya. Dengan ekspresi wajah penuh keprihatinan dan
sarat dengan kesedihan, ungkapan beliau dituangkan dalam cuplikan wawancara berikut ini.
³7XKDQ WLGDN DNDQ PHPEHEDQL VHVHRUDQJ PHOHELKL NHPDPSXDQQ\D NDQ JLWX SDVWL GLD
diberi cobaan agar mampu menghadapinya. Nah itu kan ada kaitannya dengan ilmu
agama juga, titik baliknya ke situ juga dan sebenarnya kerusakan di Indonesia terjadi
karena ilmunya kurang (tatapan mata berikut suara beliau menyiratkan keprihatinan
PHQGDODP ««%DJL VD\D WLGDN DGD NDWD WHUODPEDW XQWXN EHODMDU DJDPD ´
hakikat sebenarnya adalah seperti mengerjakan sholat tanpa mengetahui esensi dari sholat
tersebut. Jadi orang melakukan ibadah seperti mekanisme robot, mengetahui instruksi dan aturan
yang perlu dilakukan tetapi batin tidak selaras dengan ibadah yang dilakukan, bahkan mungkin
saja Tuhan dianggap tidak hadir dan memiliki peran didalamnya. Ritual ibadah yang dilakukan
hanya sekedar melaksanakan rutinitas saja tanpa ada pemaknaan lebih lanjut didalamnya.
Keterlibatan batin atau partipasi jiwa hendaknya terjadi pada setiap perilaku dan tindakan
manusia, dengan demikian diri yang ilahi (Diri) berperan serta didalamnya. Demikian tambahan
³%DQ\DN GDPSDN DNLEDW SHPERGRKDQ GDQ SHPLVNLQDQ VDDW LQL 2UDQJ WXD VD\D GXOX
enggak pernah berbicara tentang pentingnya hakikat Islam sesungguhnya. Beliau hanya
PHQJDMDUNDQ NLWD VKRODW JLWX NDQ WDSL KDNLNDWQ\D HQJJDN GLSDKDPL ´
³.HQDSD RUDQJ WXD NLWD HQJJDN PHQJDMDUNDQ NLWD" .DUHQD QHQHN PR\DQJ NLWD HQJJDN
diajarin hal seperti itu, kenapa nenek moyang kita enggak ngajarin..yah karena selama
350 tahun, dibodoh-bodohin. Padahal Islam sebenarnya mengagungkan pengetahuan
juga yakni ilmu pengetahuan. Ilmu dari agama dalam hal ini Islam kan tidak hanya dari
sisi rasional saja tetapi justru EHUSXVDW SDGD $OODK JLWX´
³ ,\D NLWD KDUXV SDWXK VDPD $OODK JLWX NDQ \DK 1DQWL KDVLO DNKLUQ\D DGDODK DNXQWDELOLWDV
SHUWDQJJXQJMDZDEDQ LWX PHOHNDW SDGD GLUL VHQGLUL«´
Bapak Andri menegaskan pada dasarnya semua yang dilakukan oleh manusia akan
dalam diri manusia, sehingga tidak membutuhkan pengakuan dari luar yakni aturan atau regulasi
yang memililki wewenang dalam mengatur perilaku dan tindakan manusia dalam kehidupannya.
125
Hal ini dikarenakan diri manusia sudah memiliki kesadaran akan wujud Tuhan yang hadir dalam
5.3 Kebebasan dan Kehendak Jiwa dalam Memilih: Konfirmasi Jawaban atas
Pengenalan Diri
Jiwa memiliki kebebasan memilih jalan hidup sesuai dengan misi dan tanggungjawab
dirinya. Oleh sebab itu jiwa harus mampu menyakinkan dirinya bahwa pilihan yang ditempuh
mampu memberikan kebermanfaatan terhadap diri, masyarakat serta peradaban. Setiap jiwa
mampu memilih jalan atas dirinya sendiri, seperti diungkapkan Ibu RAS selaku auditor internal
BPK. Beliau menegaskan bahwa penegakan etika maupun kode etik hendaknya diberlakukan
jelas sesuai ketentuannya. Beliau sebagai orang lapangan menilai banyak sekali
ketidaksesuaian yang terjadi antara realita dilapangan dengan kondisi ideal yang menjadi
harapan agar mampu direalisasikan. Ibu RAS memperoleh banyak temuan pelanggaran baik
yang dilakukan auditor selaku teman kerja beliau, maupun dengan auditee itu sendiri, seperti
³ .DODX PHQXUXW VD\D VLK DXGLWRU LWX EHGD GHQJDQ ODZ\HU EHGD GHQJDQ GRNWHU KDUXVQ\D
dia lebih spesifik, meskipun disebutkan etika secara umum tapi nanti ada etika juga secara
khusus yang mencakup eehhm.. sifat pekerjaan auditor menurut saya begitu. Jadi ada
hal-hal khusus yang harus dijadikan kode etik gitu perlakuannya, misalkan..kaya
JUDWLILNDVL VHPDFDP LWX NDQ NDODX XQWXN GRNWHU PXQJNLQ HQJJDN WDKX DGD DSD HQJJDN«HK
\D PLVDOQ\D PDVDODK JUDWLILNDVL« ´
³ Iya jadi kan sekarang lagi disoroti ya, kalau kita ke daerah gini kan meskipun sesama
%3. NDGDQJ NDODX GLNDVLK VQDFN JLWX NDQ 3DVWL DWDVDQ VD\D QDQ\D GDUL VLDSD´ JLWX
VHUED VDODK VLK NDODX XQWXN LWX«QDK PDNDQ\D NLWD PHQHQWXNDQ NULWHULD JUDWLILNDVL WXK 300
ULEXDQ WDSL NDQ«PHUHND VHODOX ELODQJ HQJJDN DSD DSD NLWD NDQ XGDK DGD DQJJDUDQ«´
³ NDODX GL SXVDW DGD VHEDJLDQ QDPDQ\D DXGLWRUDW \D GL SXVDW ,WX HQJJDN QJDVLK VDPD
sekali ada,..kalau didaerah pasti ngasih, karena mereka bilang..udah enggak apa-
apD«OHELK PHQMDPX GDQ PHOD\DQL«´
³«.RGH HWLN \DQJ OHELK VSHVLILN \DQJ HHKK« VHVXDL VLIDW DXGLWQ\D 0DNVXGQ\D ND\D DSD
\D \D LWX« VDODK VDWXQ\D DWXUDQ JUDWLILNDVLQ\D EDJDLPDQD 7HUXV KHP DSD NRGH HWLN
untuk profesi ya ..profesi misalkan eeh sejauh mana informasi yang boleh di blow up mana
yang enggak, karena auditor tuh sebenarnya lebih banyak menyimpan rahasia ya itu juga
VHEHQDUQ\D KDUXV GLDWXU -DGL OHELK NKXVXV XQWXN HHK PDVDODK HWLND LWX XQWXN DXGLWRU«´
³«<D OHELK NH point specific auditor, person-nya dia sebagai seorang auditor. Maksudnya
karena kejadian ini meskipun sistem dan tim tapi kan sumbernya pasti dari person gitu
ORK«NDUHQD ND\DN JLQL ORK 2NQXP LWX ELVD PHODNXNDQ LWX NDUHQD KDWLQ\D LWX WXK WHJD
126
Maksudnya semua dikembalikan dari hati sih..jadi kalau saya amatin kejadian kayak itu
sekarang banyak. Ya ini saya enggak menyebutkan eeh.. satuan kerjanya ya, banyak
\DQJ WDQGD NXWLS PDODK DQDN PXGD ORK«´
´«NDWDNDQODK NDODX \DQJ MXQLRU LWX HPDQJ SHUOX GLSHUKDWLNDQ FXPDQ HQJJDN VDPSDL NH
blow up. Anak baru pun bukan yang paling junior sih, tengah-tengah. Jadi dia itu kalau
yang saya dengar dan ketahui dari teman-teman tuh ada perwakilan yang eeh istilahnya
kan kaya gitu tuh biasa gitu kan seperti yang dijelaskan tadi. Nah ketika orang masuk,
orang baru nih masuk nih, dapat Ketua Tim kebetulan yang begitu loh..terus kan ngikut.
Nah sekarang tantangannya anak itu mau enggak mau ngikut terus atau enggak, kan
SLOLKDQQ\D 1DK NDODX GLD LNXW WHUXV NHHQDNDQ NDQ SDVWL NDQ« $GDNDODQ\D SDUD MXQLRU
melakukan itu NDUHQD PHUHND WLGDN SXQ\D SLOLKDQ«$GD RUDQJ \DQJ VHSHUWL LWX DGD GDQ
dia..tapi dia enggak tahu hatinya ya..tapi aku enggak bicara dari hati ke hati sih, karena
XGDK NHELDVDDQ HQDN GRQJ« ´
³«GDQ NHEHWXODQ VDDW GLD GLPXWDVL NH GDHUDK ODLQ NHEDZD GRQJ EXGDya itu. Karena udah
NHEDZD GDQ NHEHQWXN GLGLNDQ DZDO GLD« MDGL SHQHQWXDQ WXK MXVWUX GLDZDO SHQHPSDWDQ«´
³ EDQ\DN RUDQJ WHUWDULN NHUMD GL ,QVWLWXVL SHPHULQWDK LQL VHQDQJ NHUMD GLVDQD NDUHQD JDML
fresh graduate aja udah segini gitu kan. Nah dari situ mungkin..orang jadi..anak baru kan
istilahnya udah kebiasaann enak gitu. Kebiasaan enak gaya hidupnya tinggi kan. Nah
ketika mengaudit kan lebih jor-joran lagi. Orang tuh mau menurunkan gaya hidup kan
VXVDK«QJLNXWLQ KXNXP DODP DMD PDX PHQXUXQNDQ JD\D KLGXS VXVah..kebawa
DUXV«1DK WDQJJXQJ MDZDE .HWXD 7LP XQWXN PHPEDZD DQDN EXDKQ\D NHPEDOL NDODX
VHMDODQ RNH«´
³«WDSL NDGDQJ DWDVDQ WXK ELVD PHPEDFD PHUHND NRN MDGL NDGDQJ GLFDPSXULQ 1DK
sekarang tergantung si boss nya, mau mencampurkan dia (dicampurkan kekelompok
\DQJ EHUPDVDODK DWDX MXVWUX PHPEHWXONDQ GLD«.DODX GLFDPSXULQ \D GLD DNDQ
selamanya begitu. Gaya hidupnya akan seperti itu terus enggak akan benar
GLD«'LEHQDKLQ \D PDNVXGQ\D GL WHJXU SDOLQJ GLWHJXU SHODQ-pelan kan. Tapi ya itu
makanya tanggung jawab Ketua Tim sama atasan yang memberi tugas itu. Tugas dia
untuk memberikan bimbingan ke anak junior gitu..ada yang sadar, ada yang enggak,
NDUHQD \D LWX WXK OXFXQ\D GL 6XPEHU 'D\D 0DQXVLD ELVD PHPHWDNDQ RUDQJ«VD\D WXK
KHUDQ«´
³«NDODX VD\D SULEDGL VLK LQL \D HHKh kalau udah mancing-mancing gitu, misalkan diajak
PDNDQ NDUHQD DGD NDVXV QLK 0XODL DGD LQGLNDVL NDVXV«GLDMDN PDNDQ VD\D SHUQDK ZDNWX
LWX HQJJDN PDX« NDUHQD XGDK DGD LQGLNDVL WHPXDQ JLWX ORK ´
Rentannya lingkungan bisnis memicu timbulnya gap atau kesenjangan dengan dunia
pendidikan. Oleh sebab itu Ibu RAS menegaskan akan sangat sulit sekali apabila materi yang
dipelajari saat kuliah kemudian diimplementasikan dalam dunia kerja. Itu semua tergantung
budaya yang terjadi di organisasi maupun pembawaan diri manusia itu sendiri di lingkungan
keluarga, masyarakat setempat, lingkungan kantor atau organisasi, gaya hidup, kebiasaan serta
kebutuhan auditor maupun auditee itu sendiri. Begitupula dengan kondisi ideal yang menjadi
harapan atau framing akuntan pendidik mengenai perilaku auditor. Selama ini akuntan pendidik
memberikan proyeksi pemahaman kepada mahasiswa mengenai kondisi ideal yang tidak
127
sepenuhnya dapat ditemukan dalam dunia kerja atau kondisi di lapangan. Dunia kerja (lapangan)
dan kuliah laksana dua sisi mata uang yang berbeda. Oleh sebab itu perlu ada sinergi antara
harapan dan kenyataan yang terjadi. Pernyataan Ibu RAS tersebut kemudian diperjelas oleh
Bapak MFA selaku akuntan pendidik dalam cuplikan wawancara berikut ini;
³« PHQXUXW SDQGDQJDQ VD\D WHRUL HWLND LWX VXGDK EDJXV« 7DSL FHUPLQ XWDPDQ\D DGDODK
kembali kepada diri manusia yakni nurani yang saya tangkap begitu. Jadi nurani harus
dibentuk berdasarkan suatu responsibility kepada setiap manusia yang didomainkan pada
sisi agama, karena dengan agama maka orang itu akan kembali melihat jati dirinya dalam
rangka memberikan kontribusi kebermanfaatan dalam masyarakat. Dalam agama,
keberadaan manusia sebagai khalifah di muka bumi diharapkan bisa memberikan
kebermanfaatan, sunnatullah yang akan dipHJDQJ«´
´NDODX NLWD SDNDL HWLND EHUGDVDUNDQ NDFDPDWD PDQXVLD VDDW SHUVSHNWLI GLEXDW DGDODK
agama sebagai pedoman hidup membuat dia akan bisa menjadi lebih baik untuk berjalan
di masa depan. Nah masa depan itu kan ukhrowi jadi orang itu akan berbicara lebih
banyak dengan nurani agama karena pedoman hidup untuk menjalankan di setiap
kegiatan bisnis, sosial atau mungkin lainnya. Maka lebih luas perspektifnya dibandingkan
etika yang menggunakan kacamata manusia yang dibuat oleh profesi. Kenapa
pandangan saya begini,,kenapa yang dibuat oleh professor terdapat pelanggaran gitu.
Nah karena konsekuensi hukumnya kan eeh relative ya. Tapi kalau dari kacamata nurani
orang akan berbuat untuk itu kalau dia enggak nekat gitu terpaksa akan berfikir
XODQJ«2RK HQWDU JLPDQD WDQJJXQJMDZDE VD\D EHJLQL NDODX GLD SDKDP DJDPDQ\D
sampai kesana untuk menuju lebih baik akan lebih besar dibandingkan yang dipakai oleh
PDQXVLD JLWX«´
³« EHQDU NLWD NDQ SXQ\D GXD SLOLKDQ ELVD PHQ\DPSDLNDQ GHQJDQ ,khsan atau Iman
mendoakan. Nah mau yang mana. Mendoakan yah bukan menyampaikan karena
mendoakan menjadi lebih baik dari sekarang itu juga diberikan tempat utama tapi yang
paling rendah, kalau Ikhsan kan menyampaikan dengan lisan jadi harus gini gini maka dia
GDSDW OHELK XWDPD OHELK WLQJJL ´
Pernyataan Bapak MFA justru menekankan pentingnya hati nurani dalam bersikap dan
berperilaku dimanapun kita berada dan apapun kondisi kita. Beliau menilai hati nurani memiliki
domain dengan agama hendaknya menjadi pedoman hidup dalam bersikap. Selain itu Bapak
MFA juga menegaskan bahwasanya Ikhsan menjadi skala prioritas beliau, karena Ikhsan menjadi
pengingat diri saat melakukan pelanggaran. Ibu RAS dan Bapak MFA selanjutnya menambahkan
bahwasanya keterlibatan serta peran agama hendaknya tidak sekedar dipahami dalam konteks
ritual keagamaan, dogma yang mengikat atau bahkan sekedar label sosial. Agama hendaknya
tidak dipahami sekedar kegiatan rutinitas peribadatan saja tetapi sebagai laku ajaran yang
terinternalisasi dan terserap dalam perilaku keseharian diri. Peran agama yang memuat
128
keberadaan kitab suci serta kandungan ayat-ayat tentang hidup dan kehidupan perlu dipahami
dan dimaknai lebih luas oleh manusia melalui olah rasa dan batin. Dengan demikian jiwa mampu
menjelaskan fenomena dan nomena yang sedang berlangsung. Pada akhirnya jiwa mampu
memahami jalan hidup atas dirinya melalui ketentuan yang ditetapkan oleh agama melalui jalan
spiritual.
Informan lain yakni Ibu Elvi menekankan kebebasan berkehendak sebagai hak setiap
manusia, tidak lepas dari peran agama sebagai panduan hidup manusia. Dengan demikian,
kebebasan bertanggungjawab yang dimiliki jiwa hendaknya mampu memperkuat integritas diri
³ GDUL VLVL DJDPD KHQGDNQ\D GLNXDWNDQ DJDU WHWDS ,VWLTRPDK PLVDOQ\D ND\DN SXDVD
Kalau dari lagunya Opick Tombo Ati itu, saya paling kuat di puasanya. Saya pilih Dzikir,
EDFD 4XU¶DQ GHNDW RUDQJ VKROHK VKRODW PDODP JLWX Nan. Dari lima ini, saya paling kuat itu
yah puasa yang saya lakukan. Insyaallah ini Istiqomah. Senin-kamis sudah mulai dari
jaman SMA. Bahkan dulu pernah puasa Dawud, selama 5 tahun. Itu saya jalani selama 5
tahun. ..sebenarnya bu, kalau enggak ada ceramah agar lebih baik mengikuti kebiasaan
Rasul, seperti puasa Senin-.DPLV VD\D PXQJNLQ VDPSDL GHWLN LQL PDVLK« ´
³.DUHQD VXGDK QLDW VDPELO EDWXN-EDWXN « NDODX ELVD SXDVD 'DZXG WDSL NDUHQD GHQJDU
anjuran Rasul itu puasa Senin-Kamis dan kalau bisa Senin Kamis, akhirnya saya ngikut
JLWX 7DPEDK \DQJ WLJD KDUL LWX VHKLQJJD ,QV\DDOODK PHQJXDWNDQ JLWX ORK EX ´
³ PXQJNLQ GLSHUNXDW GHQJDQ \DQJ MDOXU DJDPDQ\D LWX VHKLQJJD PHPEXDW RUDQJ
tetap..apa yah..punya integritas. Jadi saya rasa, justru penguatannya itu letaknya di
agama. Biar kita itu tetap konsisten. Soalnya manusia cenderung belok-belok. Nggak
usah jauh-jauh ke urusan pekerjaan. Kita sehari-hari aja sholat lima waktu, masih nawar.
Jangankan saya yang udah puasa kayak gini, masih sholatnya tuh kadang kalau bisa
mepet.com. Kadang-kadang itu, apalagi yang masih terus harus diingetin-ingetin..Jadi tuh
PHPDQJ KPP WHUXV PHQHUXV VLIDWQ\D ´
Ibu Elvi menilai konsistensi dalam sikap dan perbuatan yang bernilai kebaikan sangat
dibutuhkan untuk memperteguh dan memperkuat integritas. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh
5.4 Niat sebagai Upaya Menguatkan Jiwa Kembali pada Kesadaran Awal Penciptaan
(Tauhid)
Niat merupakan langkah awal pengingat diri manusia akan awal dan akhir dari proses
kehidupan di dunia. Kegiatan manusia terhadap segala sesuatu hendaknya diawali dengan niat
diri kepada Tuhan agar senantiasa berikhtiar dan mengupayakan kegiatan tersebut untuk
kebaikan kepada sesama dan menjauhi keburukan. Fenomena tersebut sesuai pernyataan
Bapak Andri yang menekankan pentingnya ikhlas sebagai rasa yang menyertai keberadaan niat
³ 3HUWDPD SHUOX GLGXGXNNDQ GXOX HHK DSD«QLDW NLWD KDUXV LNhlas gitu, itu kan syarat
GLWHULPDQ\D LEDGDK $UWLQ\D \DK HPDQJ VHPXDQ\D KDUXV GLNKODVLQ JLWX« %DKNDQ
kemarin saat zoominar, semua anggota IAPI diwajibkan untuk pengambilan sumpah
sebagai akuntan publik meskipun sudah AD ARTnya, mungkin sumpah itu untuk
PHQVHODUDVNDQ QLDW \DK ´
Bahkan Ibu RAS menambahkan tujuan sebagai dasar dari niat itu sendiri. Berikut ini
³ VHPXD GLNHPEDOLNDQ NH WXMXDQQ\D DMD VLK <D VHEHQDUQ\D NDODX PDX QXUXWLQ QXUXWLQ
kanan kiri sih enggak ada habis-habisnya, yang kiri pengen apa yang kanan juga pengen
DSD«&XPD VD\D SULQVLSQ\D« PRGDO VD\D FXPDQ MXMXU DMD VLK« -XMXU VDPD \D
sudah..pokoknya gini prinsip saya apa yang ditugasi ya porsinya saya harus kerjakan,
kalau enggak \DK HQJJDN« ´
Secara kronologis Bapak MFA menekankan pentingnya memiliki niat terlebih dahulu agar
jiwa memperoleh hidayah dari Tuhan sehingga mampu memancarkan vibrasi positif terhadap
lingkungan sekitarnya. Beliau juga memberikan pemahaman akan makna ibadah tidak dalam
ruang lingkup ritual keagamaan saja melainkan ucapan dan perkataan yang baik, halus serta
lembut dalam keseharian perilaku manusia merupakan manifestasi ibadah secara lebih luas.
³<D Eegini mulailah sesuatu dari niat yang baik maka kita akan bisa menciptakan suatu
OLQJNXQJDQ \DQJ EDLN SXOD «NDODX PXVOLP SDVWLNDQ GHQJDQ GRD DSD JLWX \DK LWX
PXODLQ\D ´
³ SHPDKDPDQ DNDQ NRQWHNV LEDGDK NHSDGD 7XKDQ ELVD PXQFXO GDODP OLQJNXQJDQ ELVQLV
atau sosial. Disini nih banyak yang sekuler jadi begini dia akan berhadapan kepada Tuhan
130
saat beribadah tapi pada saat masuk ke Instansi atau terjun ke masyarakat jarang begitu.
+DUXVQ\D NDQ LQL PHQMDGL EDJLDQ XQWXN HHK SHULODNX SDGD NHVHKDULDQ QDK LWX ´
³«..harusnya sih dengan mengetahui hati nurani, dia akan mengatakan baik buruk
sebenarnya..bekerja dalam dasar hatinya.Tapi kebanyakan mereka enggak begitu itu lah
\DQJ NDGDQJ NDOD VHPHVWLQ\D NHWHQWXDQ LWX \DQJ GLD HQJJDN DNDQ SHJDQJ«´
³««FDUD SHQ\DPSDLDQ LWu penting. Iya, orang Indonesia terutama struktur jawa itu
enggak boleh menggunakan nada tinggi walaupun niatnya baik pakai nada rendah. Ada
kontrol juga. Saya tuh enggak pernah kalau marah nada tinggi, nada rendah saya datar
begini, tapi harus tersampaikaQ ELDU GLD SDKDP ELDU GLD WDKX VD\D EHJLWX«,WX MXJD HWLND
ORK HWLND SHQ\DPSDLDQ« ´
Niat diwujudkan dalam bentuk amanah dan tanggung jawab diri (internal) manusia kepada
Tuhan dan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu niat hendaknya diselaraskan dengan keluhuran
akhlak dan budi pekerti pengemban amanah sehingga memperoleh hidayah dalam diri yang
mewujud dalam perilaku serta tindakan yang positif. Niat yang baik adalah doa bagi setiap jiwa
yang mendambakan kesempurnaan dalam hidupnya seperti diungkapkan Bapak Ariel berikut ini:
³(WLND LWX WHUNDLW GHQJDQ KDO-hal etis..misalnya etis itu baik semua, Jika dikaitkan dengan
etika bisnis, berarti bisnis harus etis. Kalau menjalankan bisnis jangan sampai merugikan
konsumen, pemerintah juga terhadap lainnya. Seperti mendirikan pabrik jangan sampai
mengancam lingkungan juga. Etika bisnis harus win win seperti kalau menjual barang dan
menggunakan timbangan sebagai ukurannya. Kita enggak boleh menambah atau
PHQJXUDQJL WDNDUDQ WLPEDQJDQQ\D «´
Bapak Ariel menilai keberadaan niat dalam diri pelaku bisnis terkait erat dengan
keberlangsungan etika yang terjadi dalam lingkungan bisnis. Oleh sebab itu kesucian niat perlu
dijaga dan diperhatikan agar berdampak pada kebaikan dan kebermanfaatan kepada sesama di
Niat dalam diri perlu diselaraskan melalui aktualisasi tindakan dalam kehidupan sehari-
hari. Niat tidak hanya sekedar slogan angin lalu saja tetapi justru digerakkan oleh jiwa yang
memiliki kemampuan merealisasikan tindakan tersebut mulai dari dalam diri individu itu hingga
hingga pencapaian lebih luas. Keberadaan niat tidak lepas dari karakteristik sifat dan kepribadian
131
individu tersebut agar terjadi kesesuaian yang harmonis dan selaras dalam perjalanan hidupnya.
Dalam niat baik seseorang ada value berupa energi kebaikan dan kebermanfaatan kepada
³«,\D PHVWL L\D WDEOLJK DPDQDK IDWDQDK VKLGLT ND\D JLWX«-LND NHHPSDW KDO WHUVHEXW
sudah masuk kedalam dirinya..sebenarnya kalau itu sudah tercermin, maka saya kira
XQWXN PDVXN NH GDODP ,QVDQ NDPLO DNDQ OHELK PXGDK ´
³ 6HEHQDUQ\D NDODX NLWD ODWLK dengan perilaku yang Rasulullah berikan, maka akan
merujuk pada suatu bentuk keteladanan. Etika dalam sudut pandang manusia berbeda
pandangan dengan yang disampaikan Rasulullah sebagai wahyu. Keteladanan tercermin
dalam sikap mengkaryakan pada lingkungan baik industri bisnis maupun industri non
ELVQLV VHSDQMDQJ PHPLOLNL SHUDQ WHUKDGDS KXEXQJDQ PDQXVLD GHQJDQ PDQXVLD«´
³ +DEOXPLQDQDV QDK \D LWX 6HEHQDUQ\D JLQL \DQJ SHQWLQJ NHWHODGDQDQ LWX WHUMDGL SDGD
Habluminanas dan Habluminallah. Kebanyakan orang lupa, Habluminanas nya dipinggirin
baru Habluminallahnya, padahal kan minta nya Habluminanas diutamakan dulu baru
+DEOXPLQDOODK ´
³« NDODX VHEDJDL SHQGLGLN NLWD KDUXV PDPSX PHQJHQGDOLNDQ EDJDLPDQD RUDQJ LQL DNDQ
mempunyai value. Kalau didalam pendidikan, tidak cukup dengan pintar, ada tambahan
lagi kalau belum apa menjadi something..Nah menjadi something inilah melalui suatu
pendidikan. Pendidikan merupakan bentuk transformasi pengetahuan ya ada di
Habluminanas. Jadi orang yang tulus dan senang dengan pekerjaannya akan lebih
berhasil dibanding orang yang terpaksa begitu. Habluminanas akan tercermin bagaimana
VHVHRUDQJ PDPSX PHQHODGDQL GHQJDQ EDLN VDEDU TRQDDK GDQ LVWLTRPDK EHJLWXORK«´
Pernyataan Bapak MFA dipertegas oleh Bapak Munaj dan Bapak Hari dalam
wawancaranya. Mereka menegaskan bahwa apapun yang terjadi dalam lingkungan individu tidak
lepas dari keterlibatan buah pikiran, hati dan niatan individu yang bersangkutan. Setiap jiwa atau
individu hendaknya mampu mengambil makna atau hikmah dari setiap pembelajaran hidup yang
diperoleh. Berikut ini penegasan Bapak Munaj dan Bapak Hari dalam wawancaranya:
³-LND GLNDLWNDQ GHQJDQ SHODQJJDUDQ \DQJ GLODNXNDQ RNQXP WHUWHQWX PDND VHEHQDUQ\D
bersumberkan pada pribadi kita sendiri kalau tentang auditornya tersebut. Ya kalau saya
menyikapinya ya ke pribadinya tersebut. Kan sebenarnya dimana-mana juga, dulu kita
sebut ada yang namanya akuntan hitam, akuntan putih seperti itu. Jadi kalau kita pengen
melihat, kalau kita apa namanya, kalau kita melihat di depan mata ada duit 50 juta, 100
juta atau kita memilih risiko yang lain. Kita lebih baik menghindari risiko tersebut. Bagi
VD\D SULEDGL VHSHUWL LWX´
³.LWD GLNDVLK NHKLGXSDQ VDPD 7XKDQ XQWXN PHQJHWDKXL DSD PDNQD KLGXS NLWD VHEHQDUQ\D
Berbuat baik kepada orang pihak lain,.saling memberi, semaksimal apa yang mampu
dilakukan. Kamu dikasih kesempatan hidup tapi enggak bisa berbuat baik kan banyak
JDJDO GLVLQL %LVD JDJDO GLVLQL ELVD EHUKDVLO GLVLQL ¶´
132
Pandangan Bapak Andri justru menilai kehidupan itu santai apa adanya. Nikmati saja apa
yang perlu dinikmati jangan terlalu dipikirkan. Bagi beliau kebahagiaan dan kesenangan itu
tergantung konsep yang diciptakan jiwa dalam hatinya. Jadi hadapi saja semuanya dengan
kesesuaian hati, pikiran dan perasaan. Meskipun untuk keadaan tersebut, diri membutuhkan
waktu untuk menyelaraskannya dengan hati, pikiran dan perasaan. Berikut ini pandangan Bapak
³ .DODX GDUL SHUDVDDQ \DK HQJJDN ELVD GLEDQGLQJNDQ NDUHQD Wergantung konsep. Kalau
saya pribadi ya bahagia atau susah itu adanya di hati dan pikiran. Jadi artinya dimanapun
NLWD EHUDGD WHWDS VDMD PHQ\HQDQJNDQ EHJLWX«%HGDQ\D SDOLQJ \DQJ PHPEXDW EHGD LWX
ZDNWXQ\D MDGL OHELK IOHNVLEHO JLWX« ´
Masing-masing informan memiliki pola pikir dan sudut pandang yang berbeda dalam
mensikapi pentingnya berkomunikasi dalam diri (intrapersonal). Ada informan yang santai dan
tenang mensikapi semua hal dan kejadian yang ada, karena bagi beliau yang terpenting adalah
ikuti saja kata hati yang ada atau biarkan saja kata hati tersebut menuntun tindakan selanjutnya.
Tetapi ada juga informan lain yang mensikapinya dengan serius, karena bisa jadi keterikatan diri
dengan Tuhan tidak seintensif informan yang legowo yang mempercayai keberadaan kata hati
(intuisi). Keadaan tersebut terjadi karena setiap jiwa memiliki kemampuan berbeda dalam
mengenal dirinya. Tidak semua jiwa mampu mengenali kedalaman potensi dirinya baik
kelemahan maupun kekuatan. Potensi diri menggerakkan energi kreativitas sehingga diri mampu
meyakini dan memiliki keyakinan teguh atas apa yang dirasakan oleh hati (intuisi). Jiwa tidak
sungkan untuk mengikuti kata hatinya karena memiliki keyakinan teguh tersebut. Lain halnya jika
jiwa tidak mengenal potensi dirinya, maka kerentanan yang dimiliki mendorong munculnya
ketidakyakinan diri dalam bersikap, bertindak bahkan menentukan keputusan yang terbaik bagi
sesama. Jiwa hendaknya melakukan pertanyaan investigatif agar mampu menegaskan mana
yang merupakan perbudakan diri dan mana yang merupakan penemuan diri. Perbudakan diri
133
berorientasi pada having oriented dan how to oriented, sedangkan pengenalan diri adalah dengan
5.6 Penutup
Perjalanan jiwa dalam menjaga kesucian diri manusia tidak semudah membalikkan
telapak tangan. Oleh sebab itu dibutuhkan mujahadah besar dalam menghadapi perlawanan ego
diri yang senantiasa muncul dan menemani perjalanan jiwa manusia. Manifestasi ego terhadap
kemelekatan dunia eksternal berupa label dan atribut sosial seringkali menghantui keseharian
manusia karena mampu menyeret mereka dalam penderitaan yang berkepanjangan. Ego selalu
melihat status sosial (who) yang ditawarkan dunia eksternal sehingga mudah menghakimi dan
selalu mencari pembenaran. Ego merupakan bagian dari jiwa yang mampu berkonflik secara
internal dengan bagian lain dari jiwa yakni nalar (mind) atau keilahian itu sendiri (divinity).
Perlawanan ego dan nalar terhadap keilahian seringkali memunculkan permasalahan batin yang
berujung pada ketidakseimbangan atau ketidakutuhan dalam diri. Proses ketidakutuhan dan
ketidakseimbangan diri mampu menodai kesucian jiwa yang berdampak pada kehidupan sosial
disekelilingnya. Hal ini dikarenakan ego memiliki kecenderungan sifat posisional yang
menempatkan diri pada posisi menang atau kalah serta mementingkan diri sendiri.
Pusat kehidupan ego terletak pada dunia eksternal karena senantiasa melakukan
proyeksi keluar dari dirinya, lain halnya dengan pusat kehidupan mind (nalar) yang berpusat
dalam diri. Adanya perbedaan sudut pandang yang dihasilkan ego maupun nalar akan
menghasilkan kualitas jiwa yang berbeda dalam memandang kehidupan. Oleh sebab itu
dibutuhkan keselarasan ego, mind hingga keilahian dalam diri manusia sehingga tercipta
keseimbangan dalam diri, alam dan lingkungan sekitarnya. Proses keseimbangan terjadi
manakala kesucian dalam diri manusia terjaga. Fitrah diri merupakan harta amanah dari Tuhan
yang disematkan kedalam ruh manusia saat dilahirkan. Fitrah atau kesucian memiliki misi agar
diri senantiasa mampu mengaktualkan nilai-nilai keilahian dalam aktivitasnya khususnya saat diri
134
mengemban tanggungjawab sebagai Abdullah dan Khalifah Allah di muka bumi melalui berbagai
menjerumuskan jiwa manusia dalam ilusi semu yang mampu menggoyahkan jiwa, akal dan
pikiran manusia. Sejenak mereka lupa bahkan amnesia terhadap misi spiritual dan
tanggungjawab yang diembannya. Manusia lupa akan hakekat penciptaan dirinya karena
terjebak dalam dualitas kehidupan. Oleh sebab itu perjalanan kedalam diri (inner journey)
merupakan perjalanan mengenal diri agar mampu mengenal dan mengetahui potensi diri yang
tersimpan, memahami hakekat penciptaan serta berupaya mengambil makna keberadaan serta
misi diri di dunia. Potensi diri yang kuat mampu menggerakkan energi kreativitas dalam diri
sehingga mampu meyakini dan memiliki keyakinan teguh atas apa yang dirasakan oleh hati
(intuisi). Jiwa tidak sungkan mengikuti kata hatinya karena memiliki keyakinan teguh tersebut.
Jika jiwa tidak mampu mengenali kerentanan dalam dirinya, maka posisi jiwa tersebut berada
Dalam perjalanan menuju kedalam diri, jiwa melakukan pertanyaan investigatif agar
mampu menegaskan mana yang merupakan perbudakan diri dan mana yang merupakan
penemuan diri. Perbudakan diri dimulai dari cara berfikir yang berorientasi pada having oriented
dan how to oriented, sedangkan pengenalan diri adalah proses menjadi (being oriented) yang
diperoleh melalui perenungan atau kontemplasi. Jalan perenungan merupakan proses mengenali
diri untuk memahami makna adaNya sehingga kesadaran jiwa terbentuk. Kesadaran jiwa jika
dipupuk dan ditumbuhkan terus menerus akan mewujud dalam sosok manusia ideal yakni figur
tercerahkan yang memiliki kehendak bebas yang bertanggungjawab serta mampu mewujudkan
nilai-nilai keilahian yang merupakan pengejawantahan sifat-sifat Tuhan. Keadaan tersebut tidak
dapat dipungkiri karena dalam dirinya terdapat ego kecil (khudi) dan ego besar (khuda) milik
Proses penemuan diri sejati bukanlah proses yang fixed melainkan on becoming. Dalam
proses metamorfosis, kupu-kupu yang indah nan cantik serta sempurna diawali dari keberadaan
telur, ulat hingga kepompong. Dalam proses penemuan diri terdapat upaya pengenalan diri yang
didalamnya mengandung pembelajaran hidup tanpa akhir (long life learning). Begitupula dengan
penggunaan metafora titik yang merupakan pondasi awal terbentuknya garis lurus, angka, huruf
maupun gambar.
Keberadaan awal sebuah titik kemudian dirangkai satu persatu dengan keberadaan titik-
titik lainnya sehingga membentuk sebuah wujud maupun pola baik berupa angka maupun huruf.
Huruf tersebut jika dirangkai dengah huruf lainnya akan menjadi sebuah kata yang selanjutnya
tersusun menjadi sebuah kalimat. Barisan kalimat tersebut nantinya akan membentuk sebuah
paragraf yang menyiratkan sebuah maksud maupun makna. Pengandaian ini merupakan analogi
Proses perjalanan jiwa mengalami pasang surut dalam pergerakannya. Oleh sebab itu
setiap jiwa hendaknya mampu memaknai kondisi yang ada tersebut apapun bentuknya menjadi
lebih baik ke depannya. Diawali dari ketidakutuhan menuju keutuhan serta dari
menuju titik kreatif. Pemahaman tersebut dilakukan dengan senantiasa menghadirkan Tuhan di
setiap momen keberadaan kita selaras dengan gerak hidup semesta. Proses menghadirkan dan
menyertakan Tuhan melalui ucapan Bismillah dan Laa Illaha Illallah dilakukan penuh arti dan
kesadaran kemudian resapi makna yang terkandung didalamnya dengan penuh keyakinan.
Dengan demikian keyakinan yang tumbuh dalam diri karena menyertakan kehadiran Tuhan
disegala aktivitas jiwa merupakan penyaksian diri akan kemaha besaran Tuhan yang mampu
memberikan warna warni kehidupan. Dalam proses tersebut, kehidupan akan menjadi lebih
bermakna (meaningful) begitupula sebaliknya, jika kehadiran Tuhan tidak diikutsertakan dalam
jiwa, maka diri kita laksana butiran debu tanpa makna (meaningless). Kita akan merasakan
kehampaan serta kekosongan akan makna kehidupan karena jiwa mengalami keterasingan dari
136
unsur pembentuk diri lainnya yang seringkali menimbulkan konflik batin berkepanjangan.
Keadaan dan posisi jiwa akan terus berlangsung manakala jiwa mulai mengenal dan berinteraksi
dengan jiwa-jiwa lain yang memiliki cara pandang hidup dan sejarah kehidupan yang berbeda.
Dalam menghadapi keadaan tersebut, spiritual memiliki cara pandang memahami jiwa sebagai
upaya dan gerak tidak terbatas dalam mengaktivasi potensi diri, lain halnya dengan cara pandang
materialisme yang meyakini gerak dan upaya jiwa memiliki keterbatasan dalam mengaktivasi
potensi diri sehingga memiliki keterbatasan dalam ruang lingkup pemikiran serta berkreasi.
BAB VI
REALITA AKUNTAN DALAM BERETIKA:
LAKON KEHIDUPAN (INTERPERSONAL) TANPA BATAS DALAM MENGAKTIVASI
POTENSI DIRI
6.1 Pengantar
akuntan maupun profesi lainnya. Hal ini dikarenakan selama ini etika dipahami sebagai aturan
atau regulasi yang memuat kode etik saja. Fungsi etika dipahami hanya dari penegakan aturan
atau regulasi yang kaku sehingga disinyalir tidak sepenuhnya mampu menjamin para akuntan
berakhlak mulia karena tingkat pelanggaran etika justru semakin marak terjadi. Padahal secara
luas, regulasi atau aturan bukan merupakan satu-satunya alat yang dapat menjamin kemuliaan
akhlak akuntan. Perlu sinergi timbal balik antara regulasi serta akhlak akuntan sehingga terjadi
keselarasan diantara keduanya. Akhlak menjadi penentu keberhasilan etika selain implementasi
Dalam rangka menunjang efektivitas pelaksanaan etika, kesadaran diri manusia serta
dukungan masyarakat profesi dibutuhkan oleh pihak-pihak yang memiliki kuasa penuh mengatur
tatanan perilaku akuntan. Selama ini fungsi moralitas masyarakat dan profesi menilai perilaku
dan tindakan manusia hanya didasarkan atas konsep benar dan salah. Padahal sebelum sampai
pada taraf justifikasi tersebut, masyarakat dan profesi hendaknya terlebih dahulu menilai dan
PHQJKDUJDL ³NHKDGLUDQ DWDX SDUWLVLSDVL´ MLZD GDODP PHQDSDNL SHUMDODQDQ NHKLGXSDQ $GDQ\D
justifikasi justru mematikan potensi kesucian diri yang merupakan cikal bakal bertumbuhnya
137
138
Jika dianalogikan dengan lingkungan sebuah rumah hunian yang dikelilingi pagar serta
pintu gerbang utama menuju ruang tamu, maka posisi etika merupakan pintu gerbang manusia
menuju keseimbangan dan keselarasan dalam hidup. Agar manusia mampu mencapai pintu
gerbang tersebut maka jiwa terlebih dahulu harus membuka pagar yang mengitari rumah tersebut
menyusuri jalan setapak, teras hingga pintu gerbang. Pagar berikut jalan setapak menuju pintu
gerbang utama digambarkan sebagai jalan manusia memperoleh pengetahuan akan jati dirinya.
Jalan tersebut menjadi tahap awal manusia dalam mencapai akhlak (etika). Jalan setapak
menjadi tahapan perjalanan jiwa untuk menggapai kesadaran sehingga keefektivan peran dan
fungsi diri tercipta untuk mencapai keseimbangan dan keselarasan. Gambaran tersebut
memberikan keyakinan bahwasanya keberlangsungan peran etika dalam diri manusia tidak lepas
dari fungsi kesadaran yang dimiliki jiwa sehingga menjadi pemantik arah serta gerak energi dalam
diri manusia. Peningkatan kesadaran mampu memberikan manfaat dan efek penyembuhan yang
dapat diverifikasikan melalui respon otot manusia (kinesiologi). Oleh sebab itu mode kesadaran
the wisdom (sang bijaksana) yang berada dalam kesadaran diri sejati dapat memunculkan sejauh
mana level kesadaran tersebut mampu mengekspresikan emosi yang positif, konstruktif dan juga
Keberadaan etika jika dipahami secara normatif merupakan aturan serta regulasi dari
hasil produk hukum ciptaan manusia. Dimana satu sisi memiliki peran menciptakan budaya
materialistis sains dan tehnologi, tetapi disisi lain justru menimbulkan eksploitasi manusia
terhadap sesama makhluk dan juga lingkungannya. Secara fungsional, keberadaan hukum serta
agama menjadi jalan yang memagari ego agar manusia senantiasa terhubung dengan esensi
bahkan sumber hidup yakni keberadaan Tuhan. Keterhubungan dengan esensi merupakan salah
satu bentuk keimanan manusia terhadap Tuhan, sedangkan keterhubungan terhadap sumber
justru menempatkan manusia pada tingkat penyaksian terhadap keberadaan Tuhan. Oleh sebab
itu solusi masalah atas pelanggaran etika akuntan tidak bisa disamaratakan (generalisasi) antara
Timbulnya pelanggaran etika jika dimaknai secara spiritual lebih mengarah pada
ternodainya kesucian hati. Kesucian hati yang terkotori membutuhkan serangkaian identifikasi
pengenalan jiwa leELK ODQMXW VHKLQJJD GLUL PHQJDODPL SURVHV ³NHWHUKXEXQJDQ´ GDODP KLGXSQ\D
Jiwa apakah masih mengalami: 1) kebingungan akan eksistensi (non being); 2) merasa haus
akan pemenuhan diri (survive); 3) muncul keraguan dalam diri; 4) memiliki Iman atau keyakinan
serta 5) memiliki kemampuan penyaksian (Aswar, 2020). Perasaan yang muncul dalam jiwa
berupa kebingungan akan eksistensi serta haus akan pemenuhan diri, lamban laun memunculkan
keraguan diri akan konsep benar maupun salah. Kondisi tersebut seolah mengingatkan manusia
bahwa setiap peristiwa yang terjadi tidak lepas dari partisipasi atau kehadiran Tuhan didalamnya.
Dengan demikian gerak hidup manusia apapun wujud dan implementasinya merupakan izin dan
kehendak Tuhan.
Jiwa yang bergerak serta berevolusi tidak mengenal putaran ruang dan waktu. Dalam
meniti perjalanan hidup, jiwa manusia kadangkala terbentur oleh sebuah keadaan atau realita
penderitaan yang menggoncangkan pikiran, nalar hingga batin manusia. Keadaan tersebut
mendorong upaya pelanggaran yang bersifat manipulatif, disengaja maupun tidak disengaja
sehingga mampu menodai kesucian diri dan mengurangi kepekaan batin manusia dalam
berinteraksi.
Perjalanan hidup akuntan tidak lepas dari dominasi sifat maskulin akuntansi yang
mempengaruhi cara penilaian terhadap segala sesuatu menjadi lebih materialistis dan
berorientasi pada nilai. Banyak nilai kepentingan, persaingan serta kemelekatan eksternal yang
tumbuh dari realitas akuntansi mempengaruhi pola pikir akuntan pendidik, perusahaan
Berikut ini cuplikan wawancara beberapa informan yang menuangkan pengalaman serta
ide-idenya sebagai akuntan pendidik. Kemudian ditambahkan lagi pengalaman Bapak Andri
140
selaku akuntan publik serta Ibu RAS dan Bapak Ariel selaku auditor internal BPK dan BUMN .
Dalam wawancara tersebut, peneliti berupaya menguak sikap dan pandangan mereka dalam
menghadapi sinyalemen terkait etika yang sedikit banyak mempengaruhi pola pikir serta
kepribadian mereka. Berikut ini penjelasan Ibu Elvi mengenai keinginan diri manusia untuk
berubah menjadi lebih baik (berkesadaran). Keberadaan regulasi dinilai beliau sebagai faktor
Bapak MFA menambahkan bahwasanya manusia memiliki potensi atau nilai-nilai dalam
dirinya yang mampu menumbuhkan kesadaran. Pendidikan disini berperan sebagai sarana
transformasi jiwa yang menselaraskan jiwa dengan kesadaran yang dimilikinya. Kesadaran
memiliki efek timbal balik dimana kesadaran seorang pendidik akan memberikan vibrasi positif
kesadaran dimulai dari sesuatu yang bergetar dan menyeruak dalam hati, memanggil hati setiap
jiwa (panggilan hati) untuk bergerak dan meyakini suatu hal. Pada saat jiwa akuntan bergetar
dan bergerak pada satu titik keyakinan, diri dikuasai oleh sebuah kekuatan teguh. Dalam keadaan
tersebut, keberadaan faktor eksternal sekalipun tidak akan mampu menggoyahkan kekuatan hati
seseorang. Bapak MFA menilai keberadaan etika dalam sudut pandang moralitas benar maupun
salah perlu dikoherensikan dengan nilai-nilai keagamaan. Berikut ini ungkapan wawancara
tersebut:
³«(WLND WHUJDQWXQJ GDUL PDQXVLD LWX VHQGLUL VHUWD SHQGLGLNDQ \DQJ PHQJDUDKNDQ PDQXVLD
untuk memiliki value..dan yang menjadi hambatannya adalah disaat kita mood atau tidak
mood. Nah satu-satunya situasi yang menciptakan mood baik adalah tawakal, sabar gitu
141
sehingga mampu menjadikan suasana hati menjadi lebih enak. Kalau dosen
menyampaikan kepada mahasiswa dengan suasana hati yang enggak bagus, pasti akan
tercipta suasana yang enggak relatif bagus karena lingkungan bisa membuat suasana
PHQMDGL HQJJDN NRQGXVLI«
³« NDODX HWLND PHPEDKDV SHULODNX EDLN GDQ EXUXN 6D\D NLUD RUDQJ DNDQ PHPLOLNL
ketentuan eeh dalam profesi etika itu kan bisa diambil oh ini karena kebudayaan maka
dia baik dan buruk tapi yang paling bagus dari sisi agama ya karena dia akan memberikan
suatu bentuk kemasyarakatan bagi sesama yang membutuhkan kalau kamu memberikan
yang baik ada pahalanya, kalau enggak kan ada punishment EHUXSD GRVD«´
³«PDWHULDOLVPH \DQJ PXQFXO GDUL DNXQWDQ LWX SHUWDPD \DQJ VD\D NDWDNDQ
begitu..kenapa? Orang bicara ya kalau saya bekerja saya dapat feedback apa kayak gitu
kan enggak melihat pada sisi apa yang saya berikan kepada kemasyarakatan kepada
VHVDPD HQJJDN EHJLWX 1DK NDODX DNXQWDQ SHQGLGLN LWX GLWHQJDK« ´
³ NDODX VD\D GLEHULNDQ OHELK DNX GDSDW DSD QLK -DGL GRVHQ \D VXGDK PHPDQJ WXJDVNX
PHQGLGLN NDUHQD SDQJJLODQ KDWL DWDX NDUHQD NHWHUSDNVDDQ DWDX WLGDN PHQHULPD JLWX ´
³« SDQdangan saya tentang akuntan publik, adakalanya orang kan ehh kehilangan takut
kehilangan klien maka dia akan bersifat adaptif, menyesuaikan dengan kondisi ini kan
enggak bagus. Nah itu yang saya rasa eehh orang yang enggak punya nurani dari yang
baik dan bHQDU GDUL GDVDU DJDPD NDQ SULQVLSQ\D DNDQ JR\DQJ«´
Menurut Bapak MFA, posisi akuntan pendidik tidak semata-mata mengejar target
pembelajaran sebagai bagian dari kompetensi yang dimiliki calon akuntan, tetapi menciptakan
nilai (creating value) bagi mahasiswa agar senantiasa mengingat keberadaan diri mereka akan
tujuan akhir penciptaan manusia di dunia ini. Dengan sistem pembelajaran tersebut maka tercipta
iklim pembelajaran yang hidup dan selaras dengan fitrah. Bapak MFA juga menekankan hal-hal
³ NLWD NDQ PHQGLGLN EXNDQ KDQ\D PHPEXDW DQDN NLWD PHQMDGL SLQWDU PED WDSL MXJD
merubah karakter yang enggak baik menjadi baik. Kita kan enggak pernah ngomong anak
itu bodoh atau pintar..enggak pernah..eh kurang informasi sangat informatif kenapa orang
HQJJDN WDKX GLNDWDNDQ ERGRK SDGDKDO NDODX GLD VXGDK EDFD SDVWL SLQWDU ´
³ NDODX RUDQJ EHNHUMD GHQJDQ KDWL NDQ EHGD %HNHUMD GHQJDQ KDWL WDSL GHQJDQ WDUJHW DNDQ
sampai. Misalnya mahasiswa ini harus punya value 20%, tapi dia (dosen) dengan
panggilan hatinya senang, jujur, ikhlas, pasti akan tersampaikan lebih baik. Ada
kesabaran kemudian istiqomah, qonaah untuk menyampaikan ke mahasiswa
dibandingkan dengan yang bukan panggilan hati, nah itu kan Habluminanas. Karena
orang tulus untuk bekerja GHQJDQ HQJJDN WXOXV NDQ EHGD SHQ\DPSDLDQ Q\D GLVLWX«´
³ RNH VHEDJDL VHRUDQJ DNXQWDQ SHQGLGLNQ\D HKK VD\D UDVD SHNHUMDDQ LQL GLNDWHJRULNDQ
sebagai panggilan hati dulu. Karena dari panggilan hati ini nantinya ada keikhlasan,
kemudian berlanjut menyenangi pekerjaan, sehingga Habluminanas antara dosen
dengan mahasiswa tercipta lebih bagus dibandingkan kalau bekerja bukan atas dasar
SDQJJLODQ DWDX NHWHUSDNVDDQ ´
³ ELDVDNDQ VHEHOXP PHPXODL SHNHUMDDQ SDVWLNDQ SDGD SDJL KDUL VHWHODK VKRODW VXEXK
membaca Al-QuU¶DQ KH KH HK NDODX HQJJDN SDVWL NHPHUXVXQJ NDODX NDWD RUDQJ MDZD
kaya gimana gitu loh. Jadi kalau memang habis sholat subuh, dzikir, wiritan kan udah
142
VHPXDQ\D UHODWLI RUDQJ PHODNXNDQ WDSL NDODX PHPEDFD $O 4XU¶DQ NDQ MDUDQJ %HEHUDSD
orang pasti suka baFDQ\D SDV PDJKULE DWDX VKRODW LV\D JLWX«´
³«« ,\D PHQXQJJX VKRODW VXEXK LWX DWDX VHWHODK VKRODW ,V\D JLWX HHK L\D LQL ,WX DMD FXPDQ
PHQMDGLNDQ VXDVDQD OHELK ULDQJ ´
«LWX \DQJ KDUXVQ\D NDUHQD LQL NDQ HHK VDEGD 5DVXOXOODK EHOLDX PHUXSDNDQ VRVRN \DQJ
suka membaca habis shubuh, kenapa? Karena menciptakan suasana yang membuat
beliau memiliki energi enggak tahu energinya apa kan. Ini masalah apa eeh ketenangan
dalam jiwa orang kan beda masing-masing. Nah rasulullah memiliki perbedaan bahwa
setelah sholat subuh, dia akan membaca Al-4XU¶DQ QDK PHPEXDW EHOLDXQ\D PHQMDGL
OHELK SXQ\D DSD JLWX«VHEHQDUQ\D LWX \DQJ SHUOX«´
Vibrasi positif tercipta manakala atmosfir lingkungan memiliki interaksi jiwa yang selaras
dengan semesta sehingga mampu memberikan feedback positif satu sama lain. Begitupula yang
terjadi dengan suasana pembelajaran atau perkuliahan. Proses tersebut memang tidaklah mudah
karena dibutuhkan keleluasan hati agar mampu mensinkronkan antara hati, pikiran dan nalar
yang lamban laun menghasilkan rasa tulus, ikhlas serta menumbuhkan cinta tanpa syarat dalam
jiwa-jiwa bertumbuh tersebut. Ibu Anies sendiri memperoleh banyak hikmah dari pengalaman
kerja beliau sebelumnya sebagai praktisi akuntan ke dalam proses pengajaran beliau sebagai
akuntan pendidik. Bagi Ibu Anies, bekerja sebagai praktisi maupun pendidik merupakan dua hal
yang berbeda. Beliau membutuhkan proses untuk mengenal sistem di dunia pendidikan yang
cenderung konservatif dan kaku. Pengenalan tersebut menjadi dasar pembelajaran beliau dalam
beradaptasi serta menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Berikut ini ungkapan Ibu Anies
³« %DQ\DN KDO \DQJ VD\D SHUROHK VHEDJDL VHRUDQJ SUDNWLVL 6D\D MDGL EHODMDU
memperlakukan orang lebih baik meski kita punya budaya yang berbeda, beradaptasi
dengan orang lain, open minded untuk menerima kritik, overtime karena terlalu banyak
alokasi waktu di kantor dan disinilah terjadi never ending learning ³
³ NHPXGLDQ SDGD DNKLUQ\D VD\D SLQGDK GDQ EHNHUMD VHEDJDL GRVHQ NDUHQD NHEHWXODQ DGD
penawaran dan sebenarnya dari dahulu saya punya keinginan untuk mengajar. Waktu
bekerja sebagai dosen lebih fleksibel dibandingkan bekerja sebagai praktisi meski
birokrasinya ribet disini. Tetapi saya disini dituntut untuk belajar terus baik saat mengajar
maupun saat mengembangkan diri. Saya disini dituntut untuk selalu sabar menghadapi
mahasiswa meski banyak berbenturan dengan peraturan di kampus. Saya enggak punya
pilihan disini karena gaya kepemimpinannya cenderung konvensional, otoriter dan
beberapa diantaranya tidak mau menerima masukan dari kita-kita, mereka cenderung
memaksakan kehendak. Mungkin dilatarbelakangi oleh usia mereka yang masih muda
jadi belum kenyang dengan pengalaman kerja atau bahkan mereka sudah nyaman
GHQJDQ NDUDNWHU LWX ´
143
³ EDJL VD\D EHNHUMD GLPDQDSXQ VDPD VDMD 6D\D WLGDN SXQ\D KDN XQWXN PHUXEDK NHDGDDQ
yang ada dan mungkin sudah berlangsung lama, tetapi yang bisa saya lakukan adalah
merubah diri sendiri sebaik-baiknya karena nanti secara vibrasi perbaikan pada diri akan
WHUWXODU NHSDGD RUDQJ ODLQ -DGL RUDQJ ODLQ SXQ LNXW PHUDVDNDQ GDPSDNQ\D ´
Demikian pula dengan cara pengajaran Ibu Sova yang selalu menumbuhkan nilai-nilai
pemahaman kepada mahasiswa dalam sesi pembelajarannya. Beliau berharap para mahasiswa
dapat berfikir kritis di setiap pembelajaran akuntansi. Beliau sebagai akuntan pendidik
memberikan wadah kepada mahasiswa sebuah kebebasan berpikir agar memiliki kemampuan
melampaui apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain secara umum (out of the box), sehingga
memperoleh pemahaman baru akan makna kebenaran yang sesungguhnya. Berikut ini
³'DODP SUoses pengajaran akuntansi masih ada keterpisahan. Cuma memang kalau
akuntansi itu kan dipandang hanya sebagai alat gitu ya. Kalau saya mikirnya dulu gitu. Itu
alat mau dipakai apa tidak terserah yang menggunakan. Kalau jujur pastinya akuntansi
akan menjadi baik dan bagus. Tetapi jika digunakan untuk yang hal yang enggak baik yah
enggak baik. Itu hanya sekedar alat. Contohnya bisa juga untuk menghitung, yang bagi
KDVLO MXJD ELVD XQWXN PHQJKLWXQJ \DQJ ULED EXQJD MXJD ELVD JLWX NDQ ´
³ 1DK VHEHQDUQ\D KDVLO \DQJ VD\D KDUDSNDQ LWX EHJLQL PDKDVLVZD LWX PXODL DSD \D«
berfikir bahwa kebenaran itu selalu berproses gitu yah. Yang ada sekarang itu belum tentu
benar. Silahkan kalian itu belajar terus mencari mencari dan mencari tanpa harus
istilahnya apa ya menyesali atau mencela yang ada. Yang ada sekarang begini ya udah
EHJLQL JDN DSD DSD WHWDSL NLWD WHWDS « EHUXVDKD PHQFDUL \DQJ EDUX JLWX PHPSHUEDLNL
yang ada begitu. Jadi bukan menjadi mahasiswa yang hanya menerima ohh..akuntansi
begini ..oh akuntansi begitu..harus begini..kalau gak begini salah. Hmmm..itu maunya
VDMD ´ VDPELO EHUJXPDP
Bapak Hari menambahkan pernyataan Ibu Sova mengenai keuntungan lain seorang
pendidik. Beliau merasa bahagia apabila peserta didiknya memperoleh nilai-nilai kebermanfaatan
dari ilmu yang disampaikan di sesi perkuliahan. Bapak Hari menilai keberadaan profesi pendidik
itu mulia karena dapat menggerakkan kemampuan mahasiswa untuk bertransformasi lebih baik
³«PHQMDGL DNXQWDQ SHQGLGLN EDQ\DN KDO \DQJ GLSHUROHK 6HODin rupiah ada sesuatu yang
lebih karena ehh..transfer knowledge seseorang itu jauh lebih penting menurut saya ehh
kebanyakan orang kan tidak melakukan siar kan, siar penyampaian ilmu kepada pihak
ODLQ PXQJNLQ \D WDKXQ XGDK ULEXDQ NDQ EHQDU NDQ ´
144
³ LWX MDXK OHELK EDQJJD NDODX PHQXUXW SHUVHSVL VD\D«LWX PXOLDQ\D SURIHVL VHRUDQJ
SHQGLGLN« DGD NHQLNPDWDQ ´
³ L\D EDJLDQ GDUL SURIHVL LQL DGD NHQLNPDWDQ WHUVHQGLUL NDODX NLWD PHODNXNDQ HKK VLDU HK
SHQGLGLNDQ LWX NHPXGLDQ PHPEXDW RUDQJ ODLQ EHUXEDK \DK ´
³ HHKK NHPXGLDQ PHQGLGLN RUDQJ DSDODJL VHWHODK GLD VHOHVDL NHEHUKDVLODQ GLD LWX DGDODK
kebanggaan tersendiri bagi kita. Kemudian dengan profesi pendidikan yang saya tempuh
sebagai akuntan pendidik ini juga berdampak secara ekonomi lah ke saya apalagi dengan
tingkat pendidikan S3 yang saya miliki..yah dosen itu mah miskin enggak tapi kaya juga
HQJJDN ´ %HOLDX PHQJXQJNDSNDQQ\D EHUDSL-rapi disertai nada kebanggaan yang amat
sangat dalam.
³ L\D WDSL HHK DGD NHSXDVDQ EDWLQ WHUVHQGLUL SDGD GLUL NLWD 6Dya yakin kalau kita
melakukan profesi dosen yang benar ehh harta yang kita terima itu bersih. Itu aja
kuncinya. Ada kenikmatan terpuaskan dari sisi lahir dan batiniah saya yah..Itu saja sudah
FXNXS ´
Bapak Hari adalah sosok akuntan pendidik yang tegas dan kompeten serta berkomitmen
dibidangnya. Beliau merupakan sosok pimpinan yang melayani dengan hati sekaligus memiliki
pengalaman di berbagai kepemimpinan organisasi profesi. Bapak Hari memiliki banyak kolega
dari berbagai kalangan profesi dan disegani rekan sejawatnya. Peneliti telah mengenal
kepribadian beliau sebagai sosok penyayang kepada keluarganya (family man) supel dan ramah
kepada rekan sejawat serta bawahannya. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila beliau
dalam waktu singkat memperoleh kepercayaan serta amanah dari pimpinannya sebagai Dekan,
tidak lama setelah beliau pindah ke kampus tersebut. Menurut Bapak Hari, penganugerahan
jabatan tersebut merupakan pencapaian terbesar beliau saat itu. Hal tersebut diungkapkan beliau
³«VXGDK SDVWL ODK NDODX VD\D GLEHULNDQ WDQJJXQJMDZDE GDQ NRPLWPHQ NHPXGLDQ VD\D
PHQJKLODQJ PHOHSDVNDQ WDQJJXQJMDZDE LWX NH SLKDN ODLQ VHEDJDLPDQD LWX DGDQ\D«
menurut saya dosa, karena saya sudah dipilih sebagai administrator dan ehh makanya
saya VHULXV GLVLQL NHFXDOL«VD\D GLVLQL WLGDN PHPHJDQJ MDEDWDQ ´
³«\DQJ WHUMDGL LWX OXDU ELDVD GDQ VD\D KDUXV DPDQDK PHPHJDQJ LWX NDUHQD VD\D
bertanggungjawab kepada diri saya, kepada lembaga yang menunjuk saya dan kepada
Tuhan. Benarkan? Kalau saya melenceng kepada Tuhan yang pasti dosa menurut saya,
sehingga saya harus maksimal untuk mereka kalau enggak begitu bisa kacau. Saya
EHUDUWL WLGDN PHQMDODQNDQ NHZDMLEDQ \DQJ WHODK GLEHULNDQ ROHK OHPEDJD´
³ HKK PDQXVLD LWX VDDW GLODKLUNDQ PHPDQJ DGD \DQJ WLGDN SHUnah puas dengan yang telah
dia capai. Itu sangat mempengaruhi etika. Kalau dari sisi profesi, jujur yah eeh profesi
akuntan itu sudah mulai berkembang begitu pesat ya di Indonesia, terutama sekarang
karena ketersediaan tenaga akuntan sudah mulai diperhatikan dan bertambah. Banyak
peraturan terkait dengan akuntan sudah banyak keluar..pada intinya kode etik itu sudah
ada. Tapi itu kan kembali kepada manusianya, manusia itu kan terkait dengan imannya,
145
terkait dengan faktor kode etik yang berlaku di masyarakat. Kalau dibilang..kejadian
banyak yang tertangkap, kita harus memandang dari 2 sisi yah. Dulu aparat hukum yang
lemah ya toh, sehingga orang berbuat jahat tidak ketahuan. Apakah sekarang aparat
hukumnya yang kuat sehingga apapun yang kamu lakukan kalau kamu enggak hati-hati,
PDND NDPX DNDQ NHWDQJNDS« KH KH KH ´
Bapak Hari menekankan pentingnya Iman manusia dalam menjalani hidup. Beliau menilai
jika pelanggaran atau penyimpangan tersebut dilakukan orang lain, maka penilaian tersebut dikaji
dari dua sudut pandang yang berbeda yakni sebagai pelaku atau korban. Dengan demikian jiwa
bertindak bijaksana dalam mensikapi permasalahan yang ada tersebut. Bapak Andri
menekankan regulasi sebagai faktor penting yang bersifat objektif untuk menindaklanjuti
penyimpangan yang terjadi. Beliau mengkaitkan semuanya itu dengan syariat keagamaan yang
sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi keabsahannya. Kondisi tersebut menjadi dasar pemahaman
³« %DJL VD\D HWLND WXK GLDUWLNDQ DWXUDQ DGDE GDQ QLODL-nilai kebaikan gitu mutlak harus
ada, harus kita kenali, harus kita usahakan untuk dipraktekan. Jadi banyak hal yang harus
GLSHUKDWLNDQ VDDW EHNHUMD VHEDJDL $XGLWRU .$3 ´
³«0LQLPDO GLNHOXDUNDQ VWDQGDU XQWXN DNXQWDQ \DQJ V\DULDK JLWX 6HGHUKDQD NDQ
gampang aja supaya menghindari gesekan sosial tadi. Tak perlu debat kusirkan, tinggal
Islam sendiri yang menentukan. Lakukan diskusi saja..supaya yang sekuler udah enggak
ELVD GLLPSOHPHQWDVLNDQ ODJL JLWX«´
³ 7DSL SURIHVL DNXQWDQ VXGDK PXODL PHPEDLN NDUHQD VXGDK banyak aturan atau
UHJXODVLQ\D ´
Lain halnya dengan pendapat Ibu RAS yang menilik kehidupan pribadi sebagai dasar
pertimbangan etika beliau. Beliau merasa kewalahan membagi proporsi waktunya saat masih
bekerja sebagai auditor ekstenal dan sebagai auditor internal pemerintah yang sering dinas
keluar kota. Beliau merasa kondisi tersebut sungguh bertentangan dengan fitrahnya sebagai ibu
yang masih memiliki anak balita. Beliau mengalami konflik batin antara kesibukan pekerjaannya
sebagai auditor dan juga sebagai seorang ibu. Peneliti menilai Ibu RAS memiliki banyak
kegalauan dan keletihan sehingga tidak memiliki kemampuan bekerja secara maksimal, padahal
beliau adalah lulusan Master Luar Negeri dibidang akuntansi. Beliau memiliki keinginan untuk
keluar dari pekerjaanya sebagai praktisi dan memilih bekerja sebagai pendidik. Tetapi beliau
146
terbentur oleh ketidaksesuaian nominal materi atau gaji yang akan diperoleh jika nantinya bekerja
sebagai akuntan pendidik. Jika beralih profesi sebagai pendidik tentunya tidak sebesar nominal
yang diterima beliau sebagai praktisi. Hasil wawancara tersebut lebih banyak mengungkapkan
ketidakpuasan beliau saat bekerja sebagai auditor eksternal pemerintah. Pada akhirnya beliau
memilih profesi auditor internal pemerintah agar tidak mengalami mutasi dalam pekerjaannya.
Meski demikian beliau tetap merasakan kewalahan saat sesekali harus dinas keluar kota dan
meninggalkan anak semata wayangnya. Beliau mengalami banyak pergolakan batin dalam
mengembangkan karirnya dimasa depan, karena banyak intrik dan politik didalamnya jika ingin
dipromosikan dalam pekerjaannya. Demikian hasil cuplikan wawancara peneliti kepada Ibu RAS
berikut ini:
³«6HEDJDL 316 VD\D OHELK PHQLNPDWL SHNHUMDDQ VHEDJDL DXGLWRU LQWHUQDO GLEDQGLQJNDQ
auditor eksternal. Jika saya memilih sebagai auditor eksternal, intensitas saya keluar kota
tentu lebih sering dibandingkan sebagai auditor internal. Untuk menghadapi beban
pekerjaan, saya lebih memilih auditor internal dibandingkan eksternal auditor, karena
beban emosional \DQJ GLKDGDSL VDPELO PHQJKHOD QDIDV EHUDW « ZDODXSXQ WLED-tiba
WHUGLDP ELQJXQJ ´
³« $GDNDODQ\D NHWLND HHK ERVDQ \D OHODK \D NDUHQD NDQ SHQXK UXWLQLWDV \D 5XWLQLWDV
setiap tahun saja. Begitu harus mereview dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan reviewnya itu terus. Ya lelah maksudnya bosan. Misalkan saya ke Indonesia
Barat yakni Aceh..udah itu selesai buat laporan..berangkat lagi ke Kalimantan Timur
PLVDONDQ /DOX EXDW ODSRUDQ ODJL WHUXV EHUDQJNDW ODJL NH 3XVDW«6HWDKXQ [ WHUXV NDQ
ERVDQ ´
³ NDUHQD XQWXN PHQFDSDL NDULU \DQJ EDJXV GLVLQL \D PRKRQ PDDI QLK HQJJDN ELVD
lurus..lurus benar-EHQDU ND\DN MDODQ WRO HQJJDN ELVD MXMXU DMD GLVLQL« /XUXV LWX EXNDQ
EHUDUWL KDUXV MDGL XVWDG] \D«HHK QJJDN VXND QHNR-neko aja dan dia sadar kalau karirnya
GLD WXK HQJJDN DNDQ PXOXV GHQJDQ XPXU VHJLWX«´
³ 7DSL DGD EHEHUDSD SULQVLS SHQWLQJ \DQJ KDUXV VD\D ODNXNDQ \DNQL GHQJDQ PHODNXNDQ
NHEDLNDQ FLQWD WDQSD V\DUDW GDQ SHQXK NDVLK VD\DQJ ´
Begitupula dengan kondisi Bapak Ariel yang memiliki persamaan latarbelakang dengan
Ibu RAS yakni sama-sama memiliki konflik batin dalam pekerjaannya. Hanya saja Bapak Ariel
mengambil sikap berbeda dalam menghadapi permasalahan tersebut. Peneliti menilai sikap
Bapak Ariel sebagai kepala keluarga menghadapi banyak tuntutan dan tanggungjawab dalam
memenuhi kebutuhan finansial keluarganya, berbeda halnya dengan posisi tanggungjawab Ibu
RAS dalam keluarga. Bapak Ariel merupakan pribadi yang sangat bersemangat, fokus dan tekun
147
mengejar impian hidupnya. Hal ini terlihat dari banyaknya gelar dan sertifikasi keahlian yang
internal BUMN, beliau juga mengisi waktunya diakhir pekan sebagai akuntan pendidik. Setiap
akhir pekan beliau harus pulang pergi Cilegon ±Jakarta Barat untuk mengajar di beberapa
kampus. Harapan dan minat beliau terhadap Tata Kelola Perusahaan menjadikan beliau sebagai
seorang yang ahli dalam bidangnya sehingga produktif menghasilkan buku dan artikel ilmiah
mengenai Tata Kelola Perusahaan. Performa dan prestasi beliau dalam bekerja serta
semangatnya dalam belajar telah diungkapkan beliau dalam wawancaranya berikut ini:
« ´ZDODXSXQ VD\D FXPD DXGLWRU WDSL $OKDPGXOLOODK VD\D ELVD PHQ\HODPDWNDQ XDQJ
perusahaan, lalu mengoreksi hasil audit yang dikejar oleh vendor..jadi secara otomatis
saya menyelamatkan uang perusahaan.. kalau dihitung-hitung success strory saya
WHQWDQJ IUDXG DGD ORK PRGHOQ\D ND\DN EHJLQL VHPXD ´
³ SHUQDK MXJD VD\D GLWXJDVLQ SDV WDKXQ DSD \DK WXJDV VHPLQggu gitu loh. Tugas
seminggu untuk menyelamatkan sekitar 13 M. Kalau itu import, setahu saya ada 6
kontrak. Tahunya gini bagian produksi lapor ini kok barangnya jelek kualitasnya menurun.
Oh jangan-jangan karena kualitasnya yah, benar saya dikasih waktu hanya seminggu loh
XQWXN PHQ\HOHVDLNDQ LWX«
´ 'DWDQ\D EHUXSD ODSRUDQ HYDOXDVL WDSL HQJJDN GLKLWXQJ ,VWLODKQ\D management letter
kalau di KAP, karena ini harus segera diputuskan kalau menunggu barang habis kan
enggak bisa klaim.. Makanya alhamdulilah, walaupun di laporan enggak kelihatan, ini kan
bukan audit ini evaluasi tugas khusus, Tugas khusus kayak begini misalnya ada tugas
dari Dirut untuk mengecek dan sebagainya dan tugas kita hanya seminggu..saya kerja
cepat hanya beberapa rekan yang bantuin kita kHUMD« ´
³ 6HSHUWL SHQXJDVDQ GDUL 3DN 'LUXW VHEHOXPQ\D \DQJ ELODQJ HHK 3DN $ULHO VDPD
temannya berapa orang gitu..tolong dicek yah seminggu, langsung lapor ke Dirut.
Laporan itu laporan singkat hanya 2 lembar, dilampirkan bukti pendukung. Tapi itu bisa
jadi dasar untuk klaim. Hanya seminggu loh menyelamatkan 250 miliar ini he he he
KH« WHUWDZD VDPELO PHPSHUOLKDWNDQ ZDMDK EDQJJD ´
³ EDQ\DN EXNWL ODLQ MXJD VHSHUWL VDDW EDKDQ EDNX XQWXN FDPSXUDQ SURGXNVL NXDOLWDVQ\D
UHQGDK KDUXVQ\D VHNLDQ«VHJLQL WDSL Nok turun..ketahuan tuh.. Kan kita terukur semua
ada ukurannya dalam bentuk standar yang tertulis ada ISO. Kalau kualitas produk
menurun karena bahan bakunya enggak sesuai, maka akan dicek kembali vendornya
VLDSD« WHUXV NDSDQ EHOLQ\D«GDQ ODLQ-lain..tapi mePDQJ QDQWL ELVD GLNODLP JLWX« ´
³« 6D\D PHQMDGL DXGLWRU VHMDN WDKXQ GDQ LWX SDVVLRQ VD\D 6HMDN GL %3.3 KLQJJD
sekarang berapa tahun yah. Saya termasuk orang yang setiap mengaudit itu ada hal yang
berbeda. Ada hal yang terjadi terus menerus. Saya harus banyak belajar juga, belajar
sistem, belajar produksi, marketing. Makanya saya sebagai species yang generates,
walaupun latarbelakang saya accounting, tapi saya harus mengetahui sistem, marketing
GDQ MXJD SURGXNVL ´
³ $OKDPGXOLOODK VD\D SHUQDK PHQGDSDWNDQ SHQJKDUJDDQ GL NDQWRU WDKXQ \D«
saya menjadi karyawan teladan. Saya datang kekantor paling pagi, jam 7 pagi sudah
VDPSDL GL NDQWRU PDVXN NDQWRU NDQ UHVPLQ\D MDP NXUDQJ VHSHUHPSDW GXOX MDP «´
148
³ EDQ\DN \DQJ GDSDW VD\D ODNXNDn di kantor. Bisa mencicil, nyiapin kerjaan. Apalagi hal
yang harus diselesaikan yah saya bisa selesaikan. Kalau rekan-rekan kerja lain datang
jam 8 yah silahkan saja. Kalau rekan kerja lain standar laporannya bisa 4 mungkin saya
bisa 5 gitu, tugas saya nuPSXN HQJJDN PDVDODK EDJL VD\D ´
Bapak Ariel bekerja dengan keikhlasan hati karena memiliki keinginan besar memperbaiki
ketimpangan yang terjadi dalam pekerjaannya tersebut. Hal tersebut membuat Bapak Ariel
memperoleh banyak apresiasi baik dari pekerjaannya sebagai auditor internal BUMN maupun
sebagai pendidik. Beliau merupakan sosok pintar sekaligus tangkas dalam menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Beliau merupakan pribadi yang apa adanya tidak ditutup-
tutupi, sehingga dalam sesi wawancara tersebut peneliti tidak mengalami kesulitan mengetahui
jenis pelanggaran atau penyimpangan yang terjadi dalam pekerjaannya sebagai auditor internal
BUMN ataupun pekerjaan-pekerjaan beliau sebelumnya. Beliau menyadari bahwa apapun yang
dilakukan beliau dengan penuh rasa syukur, keikhlasan dan ketulusan serta integritas besar
didalamnya, pastinya mengandung nilai kebaikan yang diridhoi oleh Tuhan. Semuanya itu tidak
lepas dari doa dan dukungan keluarga yakni istri dan anak-anaknya. Dengan demikian apapun
yang dikerjakan beliau akan menjadi kebaikan bagi perusahaan dan juga bagi dirinya sebagai
seorang akuntan.
6.3 Profesionalisme Akuntan dalam Realita dan Harapan: Perwujudan Diri Dalam
Interpersonal
Profesionalisme akuntan dalam bekerja mengalami pasang surut dan kesenjangan. Hal
tersebut dilatarbelakangi oleh upaya akuntan dalam memenuhi ekspektasinya agar selaras dan
sejalan dengan realita yang terjadi dalam dunia akuntan. Hal tersebut tentu tidaklah mudah,
dikarenakan banyaknya unsur-unsur material dan non material yang menjadi faktor pendorong
Di abad modern ini, perkembangan yang muncul dan sering terjadi adalah banyaknya
pihak yang tidak mentolerir atau menyadari keberadaan unsur non lahiriah (metafisik) yang
bersembunyi dibalik fenomena yang sedang berlangsung saat ini. Padahal unsur metafisik (non
fisik) memiliki peran penting dalam menegakkan profesionalisme akuntan. Unsur non fisik
(energi) yang bersifat tidak kasat mata tumbuh dalam diri yang digerakkan oleh medan penarik
dominan yang terdapat dalam diri manusia. Peta kesadaran Hawkins menjabarkan kekuatan atau
kelemahan yang terkandung dalam medan penarik tersebut baik berupa power dan force.
Munculnya power sebagai medan penarik kuat ditandai oleh hadirnya energi spiritual dalam diri,
Power yang merupakan energi spiritual bersumber dari energi illahi (ketuhanan) yang
bersifat murni, sedangkan force justru bersumber dari hal-hal yang bersifat material atau
eksternal. Pada dasarnya setiap jiwa dianugeUDKL PHGDQ SHQDULN ³power´ meskipun dalam
menjerumuskan jiwa kedalam medan penarik ³IRUFH´. Dalam kondisi force, tidaklah
mengherankan apabila ketidakberdayaan dan ketidakpercayaan diri timbul saat jiwa memiliki
kemelekatan yang kuat terhadap unsur material yang bersifat eksternal dan kasat mata. Sesuatu
yang terlihat secara fisik (material) dianggap sebagian orang saat ini sebagai satu-satunya unsur
yang memiliki peran penting dalam diri manusia. Saat ini banyak hasrat atau keinginan jiwa yang
besar terhadap sesuatu yang bersifat lahiriah (material), terletak diluar diri manusia. Pemahaman
semacam itu melahirkan banyak perdebatan baik di lingkungan akademisi maupun praktisi.
Bapak Andri menilai karyawan di KAP akan merasa loyal dan betah bekerja di perusahaan
manakala fasilitas dan lingkungan kerja cukup memadai dan mendukung kinerja mereka. Berikut
³8DQg yang idle tadi kita pakai buat investasi, karena nanti suatu saat dapat kita gunakan
untuk pengembangan bisnis, Kantor Akuntan Publik harus berkembang, karena jika tidak
berkembang, karyawan enggak akan betah kerja disini. Enggak cukup hanya reward dan
punishment saja tapi suasana harus dijaga baik fasilitas maupun lingkungan. Jadi intinya
kita nggak bisa no way back..enggak ada jalan mundur harus berusaha merumuskan
150
formula sendiri untuk kesejahteraan karyawan supaya mereka juga loyal karena ini kan
termasuk program pengkayaan diri mereka. Ini yang paling penting yakni sumber daya
PDQXVLD«´
Bapak Munaj yang bekerja sebagai akuntan pendidik sekaligus partner di kantor akuntan
keluh kesah terkait profesionalisme beliau sebagai akuntan publik. KAP beliau memiliki jalinan
kesepakatan dengan kliennya terkait proporsi pembagian kerja dan efek risiko dari pembagian
kerja tersebut. Selain itu pengalaman beliau dalam mengaudit dana kampanye melibatkan unsur
politis dan birokrasi yang ketat sehingga tidak dapat dipandang remeh dalam penanganannya.
³ .DODX PHQXUXW VD\D \DQJ EDQ\DN WDQWDQJDQQ\D VLK«OHELK EDQ\DN NH DNXQWDQ SXEOLN \D
NDUHQD NLWD« NDODX KDGDSL NOLHQ \DQJ EDQGHO GDODP DUWLDQ GLD KDQ\D PHQJHOXDUNDQ
laporan untuk ee mengikuti lelang tetapi tolong dong LHP nya dikeluarin misalnya kan, di
sisi laLQ NLWD PDX XDQJ MXJD GL VLVL ODLQ NLWD MXJD« ´
³7DSL VD\D KDQ\D VDMD \DQJ VHSHUWL LWX WDSL DNKLUQ\D VD\D MXJD SXQ\D .DODX EROHK
jujur saya punya konsultan juga jadi laporan keuangannya mereka kita rapihkan dulu, baru
kita masukin. Jadinya ada pertanggungjawaban ee jadi KKP ee apa namanya, Kertas
Kerja Pemeriksaan atau Working Paper LWX PHUHND MXJD WHUSHQXKL MXJD GDUL ³SD\XQJ´
\DQJ EHUEHGD«NDUHQD VD\D ZDNWX LWX NRQVXOWDQ GLSHJDQJ VDPD WHPDQ VD\D \DQJ VDWX
lagi sebagai partner tadi kalau akuntan pXEOLN PHPDQJ VD\D VHEDJDL .HWXD 7LPQ\D´
³<DD EHUDW GDODP DUWLDQ PHUHND FXPD KDQ\D mendisclose, mengungkap cuma 1,2,3
laporan saja tanpa lihat bukti-bukti yang cukup. Jadi kalau kayak gitu, kita juga memiliki
beberapa resiko dan nurani kita yang terbentur. Jadi lebih baik daripada kita kan yang
kecil-kecil. Kayak misalnya dibawah 30 juta daripada kita ngambil duit 30 juta tetapi
UHVLNRQ\D EHVDU GDQ VXDWX VDDW NLWD DGD PDVDODK OHELK EDLN VD\D WRODN VDMD ND\DN JLWX« ´
³ .DUHQD KXEXQJDQ LVWLPHZD WDGL GHQJDQ WHman, aturan kan kita pengen menolak apa
pekerjaan tersebut, terusnya kata teman. Udahlah pegang aja dulu.. Akhirnya saya pikir-
pikir ya udah saya ambil, enggak tahunya dia mau melakukan audit investigasi dan kita
bilang kalau misalnya audit investigasi maka itu ada terusannya kan, terusannya kepada
pengadilan tersebut. Ya udah saya saranin jangan sebagai audit investigasi tapi sebagai
audit prosedur. Nah audit prosedur tersebut yang kita tanganin akhirnya sampai 3 bulan.
Dia hanya melihat prosedur yang dia tanganin itu cukup enggak untuk 3 bulan tersebut.
Akhirnya kita rasakan coba lihat bukti-buktinya sebelum kita menangani klien tersebut dan
NLWD PHODNXNDQ DSD QDPDQ\D«HKPP WXUXQ NH ODSDQJDQ WHUVHEXW XQWXN PHOLKDW GRNXPHQ
dan sebagainya dan saya rasa cukup maka kita lakukan audit prosedur tersebut. Kita
lakukan scanning secara menyeluruh kemudian keluar report..dan enggak tahunya pas
report itu di audit prosedur tersebut kita udah ada perjanjian secara lisan aja
perjanjiannya. Wah ini jangan pernah ditanganin eh dimajukan ke dalam pengadilan,
enggak tahunya mereka ingkar. Akhirnya pas ingkar tersebut tiba-tiba kita dapat dari surat
151
panggilan dan auditornya kan beneran saya, yang saya pegang itu. Akhirnya saya harus
ERODN EDOLN PHQJXUXVL«KHHK VHEDJDL VDNVL DKOL 6DNVL DKOLQ\D LWX VD\D HHH« DSD
namanya saya informasiin ke polisi bahwa saya tidak mau hadir gitu. Saya cuma sebagai
HHH« PHPEHULNDQ NHWHUDQJDQ WHUXVQ\D NHWHUDQJDQ GDUL NLWDQ\D LWX VHEDJDL DXGLWRU
PDND GLVDPSDLNDQ GLGHSDQ SHQJDGLODQ WHUVHEXW ´
³ 7Hrkait audit dana kampanye, kita mendampinginya. Enggak tahunya di dalam audit
dana kampanye yang tidak seberapa diungkapkan adalah keuangannya. Mereka hanya
melakukan audit dana prosedur, jadi prosedur yang disepakati, apakah mereka
melakukan kampanye beberapa kali. Jadi waktu itu kita berhubungan sama akuntan
publik. Ohh rupanya akuntan publik di data kampanye itu tidak terkait dengan laporan
NHXDQJDQ VHFDUD GHWDLO« ´
³SURVHVQ\D DJDN OXPD\DQ ODPD \D LWX NDQ EXDW Q\DUL-nyari referensi tersebut. Karena
mereka memang punya tim tetapi kan tim kemenangan aja bukan tim untuk mengkaji
peraturan-peraturan didalam KPU tersebut. Mereka lalai terhadap itu, makanya mereka
menugaskan kita untuk melihat benar enggaknya sih kalau dana kampanye sekian-sekian
rulenya, peraturan-peraturannya. Saya rasa kalau untuk akuntan publik itu tidak seberapa
karena kalau yang sejauh saya tanganin sih jangan macam-macam yah sama kita.
Jangan coba-coba untuk apa namanya, untuk melakukan eee menyembunyikan data dan
sebagainya..Jadi saya sXGDK NDVLK WDKX GDUL DZDO DWXUDQ PDLQQ\D«´
Batasan dan aturan Bapak Munaj dalam mengajar diterapkan pula dalam pengalamannya
sebagai akuntan pendidik. Beliau menerapkan rule of class untuk kegiatan pengajaran di kelas
baik berupa kriteria penentuan nilai mahasiswa, sopan santun dan adab berkomunikasi dan
berperilaku di kelas maupun diluar kelas serta aturan main lainnya dalam perkuliahan. Semua
aturan dan ketentuan dalam perkuliahan itu perlu dinegosiasikan dan disepakati oleh mahasiswa
agar tercipta iklim perkuliahan yang sehat dan mahasiswa tidak memiliki keinginan untuk
pihak tercipta. Pembahasan tersebut diungkapkan beliau dalam wawancaranya berikut ini:
³VHEDJDL DNXQWDQ SHQGLGLN VDDW PHQJDMDU GDQ VHEDJDLQ\D XGDK NLWD ELODQJ GL DZDO EDKZD
NLWD EXDW HHH« rule of class tersebut tidak ada komunikasi eee yang sifatnya memberikan
gratifikasi dan lain sebagainya, memang real. Tetapi kalau untuk di pengajaran tidak
ada..tidak ada sesuatu yang kompleks. Tapi kalau ada yang namanya lari ke politik nah
LWX« GDODP DUWLDQ GRVHQ LWX WXUXW VHUWD GL GDODP HHH DSD PHPSHUROHK VXDWX MDEDWDQ LWX
XGDK VDQJDW « ´
³ <DD GL LQVWLWXVLQ\D \D .LWD PDX PHQMDGL .HWXD -XUXVDQ DWDXSXQ \DQJ ODLQ WDSL NDODX
yang biasa-biasa saja atau yang tidak tertarik itu ya, bagi kita ya tidak ada eee biasa-biasa
saja bukan challenge bagi kita karena saya pribadi lebih baik menghindari yang seperti
LWX«´
³<DD NDGDQJ NDGDQJ DGD NHWLGDNVDQWXQDQ PDKDVLVZD GL GDODP SURVHV EHODMDU PHQJDMDU
tersebut. Ketika keluar kelas tidak izin dengan kita, terus sms atau whatapp dengan
bahasa yang kurang santun. Akhirnya kita sebenarnya secara pribadi belum berani negur
mereka agar santun dong. Karena kita mempunyai mempunyai apa yah..haluslah enggak
152
kasar, enggak seperti itu yah bagi kita kan yah cukup mengerti aja kalau kita enggak halus
berarti kita ada marah di situ ya kita balas whatsapp atau smV WHUVHEXW ´
³ NDODX GL LQVWLWXVL SHQGLGLNDQ QHJHUL LWX NDQ NLWD PHQJHOXDUNDQ rule of class. Misalnya
tidak ada komunikasi yang sifatnya nilai, berkaitan dengan nilai dan sebagainya. Nilai
tanggungjawab daripada dosen dan tidak ada yang bisa diganggu gugat karena UTS,
terutama UTS ya, UTS dan lain-lain. Kita akuntabilitas dalam artian kita ini tanggung jelas
tersebut dan kita juga respon dalam artian tanggungjawabnya. Jadi kalau responsibilitas
kan sama dengan akuntabilitas, kalau responsibilitas kan tanggung jawab kalau
akuntabilitas kan tanggung jelas. Bahwa kita memang jelas nih nilai-nilainya mereka gitu.
Jadi tidak ada bargaining GL PXND ´
Bapak Hardiman yang bekerja sebagai akuntan publik dan akuntan pendidik menilai
idealisme sebagai titik penting akuntan dalam bekerja. Idealisme disini sesuai fitrah diri yakni
mengikuti alur dan maksud kehendak Tuhan. Dengan demikian jiwa tidak mengalami konflik
penyelesaian masalah yang menimbulkan dilema, karena semua permasalahan atau dilema
yang timbul, solusi akhirnya akan berujung pada kuasa Tuhan sebagai sumber solusi dari
masalah tersebut (spiritual). Meski demikian pertentangan dan perdebatan yang ditawarkan
dunia agar jiwa mau mempertaruhkan sisi idealismenya, menjadi hal yang marak serta lumrah
terjadi belakangan ini. Mengorbankan idealisme justru menjadi sebuah komoditi yang marak
diperjualbelikan, dirasionalisasikan bahkan dianggap sebagai sesuatu yang masuk akal serta
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal ini dikarenakan sebagian jiwa tidak memiliki
kemampuan intelektual dalam menentukan kebenaran. Oleh sebab itu Bapak Hardiman memilih
keluar dari pekerjaannya sebagai auditor pemerintahan dan selanjutnya mendirikan Kantor
Akuntan Publik untuk memperoleh kebebasan dan kemerdekaan dalam menyuarakan pendapat,
hak serta keinginan yang selaras. Melalui tindakannya tersebut, beliau berharap memperoleh
³7HPXDQ ELVD PHPEHULNDQ NLWD QLODL WDPEDK NHSDGD NOLHQ DWDX auditee kita. Dulu saat
bekerja di pemerintahan, temuan yang paling memuaskan adalah mampu menemukan
kecurangan yang merugikan sehingga dia bisa..ehhmm,,diproses lebih lanjut. Jadi kita
bisa menemukan suatu tindak kecurangan yang bisa kita buktikan, istilahnya terbuktilah
kalau terjadi kasus korupsi disitu. Itu terbukti ada dokumennya lengkap sehingga masuk
ke proses pengadilan (beliau menjelaskan dengan semangat berapi-api). Dari kasus yang
ditangani mulai tahun 1987 hingga 2002, ditemukan 2 kasus yang masuk pengadilan.
153
Mungkin ada beberapa penyimpangan tapi tidak bisa sampai ke pengadilan. Paling
jatuhnya pada masalah hukuman disiplin pegawai saja yakni mengembalikan kerugian
negara saja. Bekerja sebagai auditor perlu memperhatikan sisi idealismenya juga yah ..he
he he ya. Kita memeriksa pembukuan suatu entitas untuk menilai kewajarannya atau
mungkin menemukan kecurangannya..nah itu sama-sama ada idealismenya tuh. Sebagai
akuntan publik pun saya melihat pasti ada idealismenya yang dipertaruhkan disini. Jika
dilihat dari sisi kenyamanan pasti lebih nyaman di pemerintahan, karena tiap bulan dapat
gaji. Walau demikian, saya keluar dari pemerintahan ke swasta karena saya punya
pemikiran tidak mau menFDUL XDQJ HKP EXNDQ« PDNVXG VD\D WLGDN PDX PHPEHUL
makan anak saya dengan uang haram. Jadi saya berusaha sebaik mungkin untuk mencari
pekerjaan atau uang halal saja, jadi yang halal-KDODO VDMD ´
³ 'XOX VHEDJDL DNXQWDQ SHPHULQWDK EDQ\DN WHUNRQWDPLQDVL dengan dengan politik, Maaf,
saya enggak bisa jawab lebih lanjut. Terkait kondisi itulah yang menyebabkan saya
memutuskan keluar dari pemerintahan. Saya tidak bisa mem..apa istilahnya menahan
atau melakukan pelanggaran etika profesi hanya untuk kepentingan politis. Itulah yang
saya hadapi dahulu. Bagi saya, terkait dengan unsur politis mengakibatkan saya tidak
independen, profesi itu sudah enggak benar lagi menurut saya. Oleh sebab itu solusinya
adalah saya keluar di tahun 2002. Sebagai auditor itu yah seharusnya pure auditor,
pegang teguh nilai-nilai integritas, independensi dan profesional jangan sampai laporan
yang dihasilkan terkontaminasi oleh hal-KDO \DQJ EHUVLIDW SROLWLV ´
Bapak Hardiman memahami dan memaklumi banyak alasan dalam diri seseorang saat
pendorong hasrat diri seseorang saat bereksistensi maupun berkuasa. Adakalanya aspek
materialistis menjadi titik berat seseorang ketika mengarahkan ketakutannya menuju tindakan
irrasional seperti manipulasi, korupsi bahkan tindakan pelanggaran etika. Terlebih lagi bila
seseorang tersebut tidak memiliki integritas didalamnya. Aspek materialistis serta titik-titik
kerawanan dalam praktek akuntansi menjadi penekanan Bapak Hardiman saat memberikan
pengajaran kepada mahasiswa. Berikut ini merupakan argumentasi tambahan Bapak Hardiman
³6D\D SDKDP VHWLDS RUDQJ SXQ\D NHWHUEDWDVDQ HNRQRPL HQJJDN DGD XDQJ WHWDSL LQJLQ
keluar dari sana. Sekarang masalahnya dikembalikan ke orang itu sendiri, bagaimana dia
menghadapi masalah tersebut dan apakah keluarganya telah siap untuk itu. Mereka
harus berani, harus punya jaminan bahwa besok anaknya akan makan apa. Itulah yang
menjadi pertimbangan. Saya secara pribadi tidak mau menyalahkan kondisi teman saya
yang masih bekerja di pemerintahan, enggak apa apa mungkin memang dia preferensinya
di situ. Mudah-mudahan saja integritas dia tetap terjaga gitu aja. Saya sendiri berani
keluar pastinya ada dukungan dari keluarga, mereka siap apa enggak. Kalau siap oke
saya keluar, jika mereka enggak siap, mungkin saya akan cari alternatif lain..begitu
LVWLODKQ\D´ EHOLDX VHSHUWL PHQJLQJDW-ingat kenangan masa lalu)
154
³6HNDUDQJ VHEDJDL DNXQWDQ SHQGLGLN SXQ VDDW PHQJDMDU VDya tidak memberikan sesuatu
yang bersifat teori saja tetapi justru bagaimana aplikasi teori itu diterapkan dalam praktek
dan bagaimana kemungkinan terjadinya penyimpangan di sana kan gitu, nah itu yang
harus mereka hindari. Misalkan dalam praktek katakanlah di industri, ada kerawanan,
saya mengajarkan titik-titik rawannya, itu jika ingin menjadi akuntan publik, tetapi jika
menjadi akuntan manajemen yah awasi saja titik-titik kerawanan sehingga resiko yang
WLPEXO ELVD GLSHUNHFLO´
Pandangan Ibu Elvi berupaya menselaraskan ilmu terapan yang diperoleh dalam
teori akuntansi dan auditing yang diajarkan selama perkuliahan. Pengalaman beliau sebagai
akuntan publik memberikan wawasan kepada mahasiswa agar tertarik bekerja sebagai akuntan
publik. Beliau menjelaskan sisi positif berupa keuntungan finansial yang diperoleh mahasiswa
saat bekerja sebagai akuntan publik dan juga efek negatif beliau saat bekerja sebagai akuntan
publik. Peneliti melihat antusiasme Ibu Elvi saat menjelaskan profesinya sebagai akuntan publik.
Passion beliau saat mengajar dan memberikan wawasan tentang akuntan publik adalah untuk
meminimalisir kesenjangan yang terjadi antara praktek dan teori yang selama ini memiliki jurang
pemisah diantaranya. Berikut ini informasi dari Ibu Elvi dalam cuplikan wawancaranya.
³«PHQMDGL DNXQWDQ SXEOLN WXK PHPEXDW NLWD PDPSX EHUILNLU UXPLW JLWX ORK PDNVXGQ\D
mampu mengambil keputusan dalam situasi yang banyak variabelnya. Ya itu menarik,
PHPEXDW NLWD WXK EHUILNLU 1DK SHNHUMDDQ LWX \DQJ PHQDULN PHQXUXW VD\D ³
³.DODX DNXQWDQ SXEOLN NDQ HQJJDN DGD SHQVLXQQ\D LEDUDWQ\D -DGL VDPSDL QDQWL XVLD
SHQVLXQ PDVLK ELVD WHUXV EHUNDU\D 1DK LWX VDODK VDWX VLVL MXJD \DQJ PHPEXDW«NLWD
bekerja norPDO XVLD WDKXQ XGDK VHOHVDL ´
³$UDK PHQXMX NHPDQGLULDQ VHFDUD financial «NHPXGLDQ PHPEXDW NLWD EHUILNLU GHQJDQ
EDQ\DN VLWXDVL VHKLQJJD PDPSX PHQJDPELO NHSXWXVDQ GDODP EDQ\DN KDO« KPPP
YDULDEHO LWX VDQJDW PHQDULN ´
³«PHPDQJ PHUDVD« EDQ\DN« SHQJDODPDn di lapangan ternyata..fresh graduate itu
«KPPP EHOXP matching JLWX ORK« GDQ ND\DNQ\D VD\D KDUXV WHUMXQ ODQJVXQJ QJDMDU
langsung ke sumbernya. Belum bisa mengurangi, tapi paling enggak meminimalisasi
kesenjangan ..kadang kalau pemahaman teori saja tidak dari praktisi tidak cukup, maka
saya usulkan waktu itu juga di meeting institusi seperti rapat pleno dosen..kombinasi
antara pendidik dan publik itu bagus, karena bisa sharing experiencenya ´
Meski demikian, Ibu Elvi menyadari bahwa muatan pengajaran itu tidak selamanya
didominasi oleh pengalaman akuntan publik saja melainkan mengandung muatan perspektif lain
yakni sudut pandang akuntan pendidik yang menjelaskan kondisi ideal akuntan publik dalam
155
bersikap dan berperilaku. Dengan demikian mahasiswa memperoleh wawasan dari berbagai
³0XQJNLQ EXNDQ GDODP SRVLVL PHQHWUDOLVLU \DK NDUHQD PDVLQJ-masing memang punya
fungsinya. Akuntan pendidik jelaV GLD KDUXV LGHDO KDUXV LGHDO«NDUHQD KPPP«PHPDQJ
yang ingin dicapai ya ideal tersebut, gitu ya. Tapi kalau yang lapangan juga harus ideal
?...hanya saja sebenarnya banyak variabel, sehingga tidak bisa mencapai keidealan
tertentu. Tapi ini masalahnya bukan soal pendidiknya..bukan akuntan pendidik atau
akuntan publiknya, tapi lebih kearah..peserta, mahasiswanya.. Iya..mahasiswa kalau
menerima dari berbagai sumber, itu kan dia lebih kaya secara keilmuan, sehingga tidak
hanya menerima dari sisi idealnya saja, bukan berarti ada satu variable, satunya enggak,
kan?. Hmmm.. a hundred percent eh text book misalnya.gitu yah. Misalnya dididik saja
dari buku, gitu enggak..Tapi kalau ada unsur pengayaan dari praktek nyata, dia akan lebih
ND\D PHPSHUND\D PHPSHUNXDW« -DGL NDODX GLD WHUMXQ GLD NDQ VXGDK DGD JDPEDUDQ
sebelumnya. Bukan berarti itu baik atau tidak EDLN QGDN« ,WX VXDWX SHQJD\DDQ DWDX
bukan gitu, memperkaya membuat dia lebih..mem..lebih siap gitu..masuk industri tersebut
JLWX ´
³ SHUOX DGD SHQ\HLPEDQJDQ PXQJNLQ NDODX a hundred percent akuntan public mungkin
yes, mungkin.. Tapi ada orang yang enggaN JLWX ORK \D«WDSL GHQJDQ YDULDVL JLQL NDQ HQDN
6D\D MXJD QJDMDUQ\D QJJDN IXOO JLWX ´
³+PP SDWRNDQQ\D LWX VD\D MDGL EHUSLNLU VD\D KDUXV PDQGLUL -DOXU PDQGLUL DSD" $NXQWDQ
publik..owner gitu loh bu dan saya enggak terbatas dengan masa pensiun gitu.. Meskipun
saya enggak memburu-buru amat, gitu akuntan publik sampai kejang-kejang itu ya
HQJJDN ´
³« NHOXDU NRWD SXQ no problem. Kalau enggak terlalu. Tetapi ini prinsip seimbang lah bu,
jadi saya enggak..lebih memberatkan Akuntan Publiknya juga enggak, pendidiknya juga
enggak. Saya rasa sama-VDPD ´
Ibu Elvi merupakan pribadi yang tegas dalam berbicara dan bertindak. Hal tersebut terlihat
dari hasil wawancara peneliti kepada beliau terkait kasusnya dengan klien yang melibatkan
integritas serta pemberian opini. Beliau berani menegaskan kepada klien yang berasal dari luar
negeri untuk mencari KAP lain jika keinginannya tidak sesuai dengan kehendak beliau. Dalam
wawancara peneliti kepada Ibu Elvi diungkapkan beberapa kasus yang membutuhkan
penegasan beliau. Peneliti melihat sosok beliau sebagai wanita tegas yang memiliki keyakinan
³,QWHJULWDV LWX VDQJDW GLXML GL ODSDQJDQ .DUHQD GL ODSDQJDQ LWX ELVD PDVXN NDWHJRUL
LGHDOLV JLWX \DK« .DODu misalnya saya enggak bisa, hmmm ya sudah saya tolak aja.
Nah itu yang perlu dishare ke mahasiswa kalau kita punya integritas sebagai akuntan
SXEOLN -DGL NDODX HQJJDN \D HQJJDN VDMD ´
³«<D PHPDQJ OD\DN XQWXN RSLQL disclaimer (beliau seperti mengerutu dan menumpahkan
kekesalan, ketika menceritakan salah satu kliennya). Kalau memang, hmmm.. anda
HQJJDN ELVD PHQHULPD« \DK VLODKNDQ 7DSL PDVLK RNH $NKLUQ\D PHUHND PDX GDQ WHWDS
156
bayar. Karena memang kondisinya disclaimer, itu yang pertama. Kemudian kedua, saya
pernah sampaikan juga ke auditee, sudah deh tahun depan enggak usah dengan kita
ODJL«QDK LQL NDQ VRDO SLOLKDQ MDGL VD\D ELODQJ XGDK HQJJDN ELVD .DUHQD VD\D GLPLQWD
untuk misalnya, eh..mengubah laporan sesuai dengan keinginan. Hmmm..ini kan lintas
negara tuh bu,,kita kan sudah IFRS waktu itu Indonesia. Yes I know you come from
Indonesia LQL \DQJ WHOHSRQ GDUL UHJLRQDO 0DOD\VLD WDSL RUDQJ ,QGLD«GDQ LQL
perusahaannya, perusahaan yang di ada Indonesia sifatnya cabang yang diaudit, kita
meeting bersama waktu itu dengan Direksinya juga dengan Teleconference, terus dia
bilang..Please tell to your partner«7HUXV VD\D ELODQJ«I am the partner, I take decision.
Terus saya bilang..enggak bisa. Sudah ada di opini kita. Ada dibawah itu kan
pasti..hm,,bahwa ini hukumnya adalah hukum Indonesia. Yes kita IFRS tetapi IFRSnya
IFRS Indonesia kan memang belum fully adopted. Nah diminta disamain, samain. Nah itu
tugas anda. Karena saya di Indonesia menganut IFRS yang waktu itu tahun sekian lah
gitu Seperti itu, ya itu tugas anda untuk menyamakan, bukan saya. Jadi kalau mau
GLVDPDNDQ \DK HQJJDN ELVD ´
³«GDQ LWX KDUXV NDODXSXQ L\D DGD SHULNDWDQQ\D ODLQ ODJL JLWX ORK EX %XNDQ PDLQ ND\DN
gitu. Nah, singkat cerita, saya tanya, ini siapa sih, regional yang telepon? Oh iya bu, ini
RUDQJQ\D EDUX EDUX HQDP EXODQ LQJLQ GDSDW SUHVWDVL WDSL EHUXVDKD QHNDQ JLWX NDQ« 2K
HQJJDN ELVD«\D XGDK WDKXQ GHSDQ \DQJ ODLQ DMD 2K \D WHQWX EX <D VXGDK PHPDQJ
harus gitu, karena daripada dia ditekan, gitu manajemennya, oleh disana.. Mending yang
bisa mengakomodir apa kehendaknya. Saya enggak bisa. Yang ketiga, saya pernah
menolak eh..mengubah laporan. Saya bilang ya sudah, saya sudah tanda tangan,
menurut saya ini udah data yang terbaik. Kalau diubah, saya enggak bisa. Sampai di lobi
berkali-kali saya bilang enggak bisa. Ya sudah, akhirnya dengan yang lain. Jadi memang
DGD EHEHUDSD SLOLKDQ NDQ ND\DN JLWX (PP«PXQJNLQ NDUHQD VD\D WLGDN WHUODOX
memikirkan, karena karena saya tidak terlalu memikirkan dapur mungkin ya bu.. jadi buat
saya dapur tuh sudah..nomor sekian gitu. Yang penting saya bisa bekerja dengan
integritas. Ya tetap meskipun itupun selalu akan diuji..diuji. Bahkan dengan full integritas
pun enggak bisa juga. Sometimes, karena ketidaktahuan kita juga akhirnya bisa kena
MXJD ´
Bagi Ibu Elvi, perubahan terkait angka, metode, sistem dalam pengukuran maupun
perhitungan dalam akuntansi selalu memiliki alasan jelas dan hal tersebut bukan merupakan
suatu masalah. Menurut beliau, sebuah tindakan akan memperoleh persetujuan manakala alasan
dibalik tindakan tersebut masuk akal, posisinya jelas baik ilmu pengetahuan maupun batasan
etika yang digunakan. Terkait hal tersebut, semua pihak memegang peran penting untuk ikut
serta bertanggungjawab tidak hanya dari sisi KAP maupun klien saja tetapi juga dari pihak
eksternal seperti OJK, Departemen Keuangan serta BPK. Seperti diungkapkan beliau dalam
³ WHUNDLW DQJND MXJD ELVD EHUXEDK \D WHWDSL KPP DSDODJL VHNDUDQJ EXNDQ ,)56 LWX NDQ
Judgement Oriented. Jadi banyak sekali judgement, bukan rule oriented lagi, bukan rule
based. Hmm basenya banyak judgement professional. Jadi bila ada satu angka itu bisa
157
dipandang beda oleh akuntan publik yang lain, asal dia punya reason-nya. Jadi
bermainnya justru di ilmu. Kalaupun angka-angka berubah, asal dia punya reason enggak
masalah. Reason yang bisa dipertanggungjawabkan yah. Bukannya judgement dia,
tanggungjawab jam terbangnya dia enggak papa seharusnya. Jadi yang jadi masalah,
kalau angka dipermainkan enggak punya dasar. Dasarnya asal bapak senang, biasanya
DVDO NUHGLW ODQFDU ´
³/HWDN HWLND OHWDN LQWHJULWDV PDQD \DQJ PDVLK ELVD GLNRPSURPLNDQ :LOD\DK \DQJ VHSHUWL
apa, yang masih bisa aman...batasnya batas koridor SPAP, yang standar profesionalnya
yang boleh di..misalnya judgement profesionalnya masih diberikan wilayah untuk itu ya
sudah, gitu. Kita bermain di situ. Itu pun masih kena tegur sama Kementrian Keuangan,
ND\DN VD\D NDQ VHPXDQ\D NDQ DGD QDQWL«´
³<D VD\D NLUD VHPXD DGD DGD reasonnya..oke saya terima.. Ibu belum menetapkan nih
tingkat..hmm..tingkat..Misalnya ibu belum menetapkan tingkat materialitas level laporan
keuangan. Saya bilang ini klien udah bertahun-tahun bu. Saya sudah kenal. Nggak usah
ditetapkan pun, saya udah tahu. Dan saya sudah tetapkan juga tingkat materalialitas.
Kemudian dijawab, iya bu tapi itu tingkat akun bu, belum tingkat laporan keuangan. Yah
NDODX ND\DN JLWX NDQ HQJJDN EDNDO IDWDO DPDW LWX«´
³« NDODX VHPXD SHPDQJNXQ\D PHQMDODQNDQ VHVXDL rule masing-masing dalam koridor
etika. Saya rasa itu bisa dan saya yakin akhirnya makin lama makin bagus. Mau
kedepannya, Insyaalah lebih bagus asal semuanya mau dan mau lebih baik lagi. Semua
pemangku tidak hanya akuntan publiknya saja tetapi juga regulator nya membuat aturan
juga.. yang mengontrol misalnya OJK, BPK kemudian auditeenya atau perusahaan itu
VHQGLUL ´
Bapak Ariel merupakan sosok yang penuh semangat dalam bekerja dan mengajar. Beliau
merupakan pribadi yang detail, tekun bahkan mampu mengingat semua pencapaian yang
dilakukan dalam hidupnya. Meskipun umur beliau sudah mendekati masa pensiun, tidak
menyurutkan semangat beliau dalam berdedikasi dan memiliki etos kerja tinggi. Spirit keilahian
bahkan mampu menguapkan lelah beliau dalam aktivitas kesehariannya. Peneliti terkesan
dengan semangat beliau saat bercerita mengenai pencapaian prestasi khususnya performa
beliau dalam menjaga integritas dan meningkatkan profesionalisme dalam bekerja. Berikut ini
memberikan potensi merugikan.. sampai segitu yah dihitung berapa triliun saja pas waktu
GLKLWXQJ«´
´ (KP MDGL WXJDV VD\D GL .HPHQWHULDQ %801 PLULS SHUVLV GHQJDQ \DQJ DGD GL %3,6
yakni sama-sama pengawasan tapi seluruh BPIS di Indonesia. Kadang ada laporan dari
masyarakat tentang tuduhan KKN kadang kita ikut mengevaluasi datang ke BUMN yang
bersangkutan untuk evaluasi singkat begitu yah ada wawancara dengan direksi-
GLUHNVLQ\D EHJLWX«´
³« .DODX GL SHUXVDKDDQ NDQ DGD LQWHJULWDV \DNQL WLGDN PHQHULPD DSDSXQ GDQ GDUL
siapapun yang berhubungan dengan pekerjaan berarti otomatis dari logistik harusnya
enggak boleh menerima dari pihak vendor..Seperti bagian sales enggak boleh menerima
GDUL NRQVXPHQ \DK«<DQJ EHUKXEXQJDQ GHQJDQ SHNHUMDDQ QHULPD DSDSXQ GDUL VLDSDSXQ
ya bisa uang, barang atau dari siapapun yang nantinya dilaporkan sebagai gratifikasi.
:RQJ PLVDONDQ VD\D LNXW DSD \DK NHPDULQ \D LNXW UDSDW DSD« GDSDW VHVXDWX LWX KDUXV
GLODSRUNDQ L\D GLODSRUNDQ«´
Ibu Diane sebagai akuntan manajemen menilai keberadaan data pendukung sebagai
sumber utama dalam pengambilan keputusan. Terlebih lagi saat beliau bekerja di PMA yang
terkenal sangat tegas akan aturan dan proseduralnya sehingga mampu menjaga dan
³$NXQWDQ NDQ EHNHUMD EHUGDVDUNDQ GDWD \DQJ DGD 6HODPD HQJJDN DGD GDWDQ\D NLWD JD
bisa ngomong apa-apa. Sifatnya kan memang begitu. Semuanya harus ada data harus
ada bukti harus konsistensi gitu dengan tahun sebelumnya. Jika pakai metode tahun lalu,
PDND WDKXQ LQL MXJD KDUXV SDNH PHWRGH \DQJ VDPD 6HPXD DGD GDVDUQ\D« L\D GDWD ILNWLI
itu berarti enggak benar dong yah. Itu mah jatuhnya udah ke penipuan ya fraud ya enggak
EROHK GRQJ KDUXV GLKLQGDUL ´
³%HNHUMD GL SHUXVDKDDQ -HSDQJ KDPSLU HQJJDN bisa macam-PDFDP 0DNVXGQ\D HKKK«
saya sih enggak tahu yah dengan perusahaan lain. Tapi kalau ngobrol dengan teman-
teman gitu yah banyak perusahaan yang ehh istilahnya menggelapkan pajak atau enggak
bayar pajak atau gimana gitu. Itu kan sebenarnya tuntutan dari atasan yah dari Top
Managerial gitu loh. Nah untungnya aku kerjasama dengan manajerial yang lebih taat
pajak. Jadi perusahaan Jepang itu memiliki etika gitu loh perusahaan induknya juga punya
HWLND EDKZD PHQMDODQL VHVXDWX WXK KDUXV EHUVLK JLWX ´
³ ,\D NDODX 3HUXVDKDDQ 0RGDO $VLQJ ELDVDQ\D WDNXW 30$ -HSDQJ \DK«ELDVDQ\D GLD
patuh aturan karena enggak mau macam-macam di negeri orang. Tapi kalau PMA China
tuh biasanya suka double booking ´
Dilain pihak, Ibu Diane menambahkan bahwa permainan klaim atas pembebanan
pengeluaran perusahaan itu merupakan hal lumrah terjadi di perusahaan tempat beliau bekerja.
Beliau mengkaitkannya dengan pajak yang tidak mempermasalahkan hal tersebut. Seperti
perusahaan asing tempat Bu Diane bekerja merupakan perusahaan yang taat membayar pajak
159
serta patuh terhadap ketentuan dan ketetapan yang ada. Meskipun di lain sisi, perusahaan
tersebut justru merasionalisasikan bahkan menganggap remeh pelanggaran yang dilakukan oleh
pihak ketiga dalam hal ini pihak forwarder yang menjembatani kepentingan urusan importir PMA
tersebut dengan Bea Cukai. Ibu Diane selalu manajer keuangan perusahaan tidak bisa berbuat
banyak karena fenomena tersebut menjadi bagian dari kebijakan dan budaya yang telah lama
berlangsung di perusahaan. Ibu Diane menilai fenomena suap menyuap ini merupakan budaya
lama yang sudah mendarah daging dalam perusahaan. Ketika ada ketentuan baru terkait eksport
import, maka pihak perusahaan memberikan tanggungjawab tersebut kepada pihak ketiga untuk
menyelesaikan dan memudahkan urusan eksport import serta mentolerir apapun bentuk dan
mekanisme penyelesaiannya.
³0DQDMHU PXQJNLQ EHUILNLU NDQ DK DNX PDX QJDMDN PDNDQ-makan nih gitu kan, boleh nggak
sih pake klaim..eh boleh nggak sih di reimburse. Akhirnya apa gitu sebenarnya off the
record aja tapi dia bilang, ya udah klaim atas nama si customer. Jadi secara pajak kita
masih boleh kan gitu, jadi ya gitu-gitulah. Fleksibilitas kayak gitu loh aku sering lihat gitu
ORK EDKNDQ DNX MXJD PHODNXNDQQ\D ´
³0DVDODK DNXQWDQ Ltu bukan masalah pencatatan saja. Kalau yang aku lihat sekarang
hampir seluruh lingkup pekerjaan kita tuh semua diawasi sama Badan Pemerintah gitu
loh, apa itu Dirjen Pajak. Semua harus online kan sekarang. Kalau perusahaan tempatku
bekerja kan perusahaan manufaktur. Secara otomatis dia ke ehh apa namanya ke bagian
'HSDUWHPHQ 3HULQGXVWULDQ ´
³.DODX PDVDODK QHJR GHQJDQ %DQN 1HJR-nego kita paling sering di Import atau apa itu
sih ada sih, yang bagiannya eehh under table gitu ngurus-ngurusin gitu. Under table kayak
misalnya baru-baru ini tuh eeh, masukin barang harus ada license. Sekarang itu hampir
semua barang tuh sepertinya kayaknya harus ada License kan sejak 2016. Eeh kalau kita
license importnya apa kita tuh enggak bisa license import barang ini, misalnya barang
DSD ´
³«L\D MDGL HHK DGD EDUDQJ QDPDQ\D BFA paper. Jadi paper itu bentuknya eeh apa kaya
lembaran berhubungan dengan Departemen Kehutanan kali yah. Ya itu tadinya kita selalu
under table nah ternyata sejak ada aturan apa..ngasih duit ke si Importnya nggak tahu
lah. Pokoknya itu semua yang ngurus si forwarder ya jadi forwarder lah yang ngurus. Tapi
NLWD WDKX EDKZD LWX WXK HHHK QJJDN OHJDO JLWX ´
³WDSL DNX PHOLKDWQ\D VHODPD LWX \DQJ PHODNXNDQ EXNDQ SHUXVDKDDQ NLWD«L\D LWX NDQ
forwarder ha ha jadi gitu emang sih kelihatannya nggak benar. Forwarder kan pihak ketiga
\DQJ QJHODNXLQ LWX .LWDNDQ WDKXQ\D EDUDQJ LWX PDVXN GDQ PHPDQJ EDUDQJ LWX PDVXN ´
³+HHK«L\D GDQ HHK SDGD VDDW GLD PHQDJLKNDQ DSDSXQ LWX LWX XGDK WHUPDVXN NHGDODP
feenya dia. Jadi kita nggak tahu gitu loh. Aku sih melihatnya seperti itu ya walaupun juga
DGD NHJLDWDQ QJJDN EHQDUQ\D WDSL \D«´
160
Permasalahan Ibu RAS terkait pekerjaannya sebagai auditor internal pemerintah adalah
ketidakmaksimalan waktu beliau saat mengaudit diluar kota. Durasi waktu yang ditetapkan itu
terbatas meskipun program yang ditinjau cukup banyak. Beliau bersyukur karena kompleksitas
dan stress nya tidak seberat beban beliau saat bekerja sebagai auditor eksternal di BPK tersebut.
Meski demikian beliau harus banyak mengeksplorasi dan mengkaji lebih dalam temuan yang
diperoleh. Beliau menilai lokasi atau tempat yang diaudit mempengaruhi kemampuan beliau
sebagai auditor. Semakin ke daerah timur lokasi penugasan audit beliau, beliau merasa
kemampuannya sebagai auditor kurang tertantang. Ibu RAS merasa tertantang kemampuannya
sebagai auditor justru saat beliau dinas di Jakarta. Saat mengaudit PEMDA di wilayah Indonesia
Timur, beliau banyak menghadapi permasalahan yang bersifat non tehnis dimana sistem
keuangan mereka secara keseluruhan dibuat oleh konsultan lokal atau BPKP. Ibu RAS menilai
tidak ada transfer knowledge dari interaksi PEMDA dan konsultan, karena konsultan terus
menerus dibayar untuk mensupport sistem yang ada di PEMDA tersebut, sehingga tidak terdapat
proses pembelajaran (sharing knowledge) disana. Berikut ini merupakan pendapat Ibu RAS saat
wawancara.
³«NDODX GLGDHUDK VXVDK XQWXN PRORU ZDNWX NDUHQD LWX GLDNDOL GHQJDQ overtime atau kita
ambil yang signifikan saja. Kita punya program review tuh banyak banget. Jadi enggak
WHUODOX PHQGDODP EDQJHW«´
³«NDUHQD VD\D SHUQDK PHQJDODPL WDKXQ FXPDQ WDKXQ WDSL WLQJNDW VWUHVV Q\D FDUD
kita menganalisa eeh laporan atau suatu masalah itu lebih berat auditor esternal menurut
saya. Point pertama tekanannya hanya internal, terus yang kedua karena memang kita
mereview sesuatu yang sudah ada gitu loh. Kalau eksternal audit, kita harus benar-benar
membuat suatu temuan yang kita create dari awal, jadi enggak mungkin kita asal main
copy paste kayak jaman sekDUDQJ JLWX ORK«´
³ VD\D PHUDVDNDQ SHUQDK GL GDHUDK LNXW PHPHULNVD .HPHQWHULDQ .HXDQJDQ VDPD %DQN
Indonesia gitu kan, SDM nya kan sangat pintar sekali gitu. Beda dengan kondisi saya saat
meriksa PEMDA di daerah timur. Mohon maaf bukan saya menjelekkan timur ya, tapi
ketika menghadirkan suatu temuan di Indonesia Timur sama di Jakarta, challengenya
beda, Jakarta lebih tinggi. Jadi mereka akan men-challenge temuan kita dengan argument
yang sangat eeeh, kelihatan sekalilah kita akan sebagai auditor kan kalau kita dari
sananya enggak kuat maka kita akan drop«GURS GDODP DUWL WHPXDQ DNDQ drop´
³«VDDW VD\D PHQJDXGLW 3HPGD GL ,QGRQHVLD 7LPXU GLPDQD WLGDN PHPEXWXKNDQ VNLOO GDQ
pengetahuan yang sangat tinggi, karena lebih banyak non teknisnya gitu. Cuma laporan
GHELW NUHGLW WHUXV DNKLUQ\D DGD GL QHUDFD«NHEDQ\DNDQ PHUHND PHQJ-outsource sistem,
jadi mereka menyewa konsultan lokal atau BPKP untuk menggerakkan sistem akuntansi
LWX«-DGL NRQWUDNQ\D WHUXV-WHUXVDQ WDSL WLGDN PHQWUDQVIHU LOPX NH 3HPGD WHUVHEXW« ´
161
Saat menemukan permasalahan terkait temuan audit, Ibu RAS biasanya selalu
mengkoordinasikannya dengan Supervisor atau ketua Tim untuk memperoleh solusi atas
permasalahan tersebut. Beliau merupakan sosok wanita yang taat akan aturan serta birokrasi
yang ada, tidak mau potong kompas, karena beliau takut menyalahgunakan wewenang jabatan.
Beliau hanya ingin segala sesuatu dalam pekerjaannya ditempatkan sesuai jabatan dan
wewenangnya. Beliau tidak mau mencampuri keputusan supervisor atau Ketua Tim, meski beliau
berhak untuk mengajukan saran atau sekedar masukan saja. Menurut beliau, keputusan final itu
sudah merupakan bagian dari tanggungjawab serta wewenang Ketua Tim maupun supervisor.
³ QDK L\D LWX«ELDVDQ\D NDODX VXGDK DGD EHJLWX NLWD NDQ SXQ\D VXSHUYLVRU WXK .LWD DMXNDQ
ke supervisor kita, enggak boleh langsung ngomong ya biasalah demokrasi lah yang
dihadapi eselon 2 ya GHQJDQ HVHORQ HVHORQ GHQJDQ «-DGL SHUQDK DGD \DQJ EHJLWX
VD\D PHQJKDGDSL LWX DNKLUQ\D VD\D«PHUHND defend gini gini saya kembalikan ke atasan
saya..Ini bagaimana pak, mau diterusin bagaimana caranya? Saya enggak berani
ODQJVXQJ NDUHQD \D GHPRNUDVL«Netika saya tidak bisa menyelesaikan di level saya..saya
naik keatas biar mereka yang menyelesaikan karena sebatas ya namanya berjenjang ya.
Saya enggak berani melampaui wewenang, yang ada sebatas wewenang saya aja gitu
aja sih tantangannya kalau menghadapi atau menemukan temuan yang memang
VLJQLILNDQ WHUNDLW GHQJDQ RSLQL«´
³«0DNDQ\D NDODX VXGDK PHUHYLHZ NLQHUMD SHPHULNVDDQ PHUHND WXK VXVXQDQ WLP SDVWL
Ketua Tim enggak mungkin staff. Untuk menghindari itu saya ditanya waktu kita mereview
KKP ya ada kegiatan lain yang tidak perlulah Ketua Tim itu Kepala Seksi. Waktu itu ditanya
begitu karena kita kan bukan staff semua tuh yang datang cuma memang bukan dalam
HYHQW PHUHYLHZ ..3 EXNDQ« WDSL DGD NHJLDWDQ ODLQ \DQJ GLUDVD HQJJDN SHUOXODK .HSDOD
Seksi harus turun begitu. Nah makanya untuk mensiasati ketika mereview KKP dan hasil
pemeriksaannya itu di setting ODK NHWXD 7LP LWX 6WUXNWXUDO«´
162
³ NDUHQD PHPDQJ KDUXV SXQ\D NHUWDV NHUMD NDUHQD GLVLQL WXK EHUMHQMDQJ MDGL NHWLND VD\D
punya temuan terus saya kasih Ketua Tim, nanti Ketua Tim Pengendali Teknis. Selama
ada kertas kerja saya dan tanda tangan saya direview sama Ketua Tim saya, Insyaallah
sih kalau ada apa-DSD VD\D EDOLNLQ NDUHQD VD\D HQJJDN PHUXEDK SRVLVL ´
Ibu RAS selanjutnya menilai keberadaan teori dari literature atau textbook tidak
sepenuhnya membantu tugas beliau dalam praktek audit (realita) apalagi terkait dengan masalah
tehnis. Jadi terdapat perbedaan atau kesenjangan antara teori dan praktek yang berlangsung.
³%HJLQL ORK DXGLWRU NDODX GL SHPHULQWDKDQ HQJJDN ELVD VDNOHN GDUL EXNX DWDX WHRUL JLWX
Kebanyakan kan teknisnya ketika non teknis itu saya belum bisa menghandel waktu itu
kan, karena saya kaget terus terang aja saya kaget. Loh saya belajar begini, prakteknya
NRN ND\DN JLQL«´
Beban dan tanggungjawab yang dimiliki akuntan praktisi dalam menghadapi kompleksitas
permasalahan di dunia praktek berbeda dengan dunia akademik. Gambaran ekspresi Bapak Hari
saat bercerita kepada peneliti menyiratkan kebanggaan akan sisi keilmuwan yang beliau miliki.
Dengan penuh semangat beliau menjelaskan kepada mahasiswa tentang nlai-nilai kebaikan,
kejujuran, sopan santun, serta nilai-nilai keilahian dalam agama dan etika.
´NLWD LWX DNDQ PHUDVD NH HHh suatu kenikmatan yang tidak bernilai dalam sisi apapun
kalau keilmuwan kita, kepemimpinan kita dihargai orang (beliau menjelaskan dengan
VHPDQJDW GDQ EDQJJD «SRNRNQ\D DSDSXQ WDQJJXQJMDZDE \DQJ GLEHULNDQ NHSDGD VD\D
saya akan berusaha sebaik-baiknya begiWX DMD NRQVHSQ\D ´
³ 'L NDPSXV LQL VD\D PHUHNUXW DOXPQL VD\D VXUXK PHUHND PHQMDGL SHPLPSLQ PDVD
depan. Ehh saya bina mereka, saya atur mereka, saya didik mereka untuk memiliki
leadership yang baik dan bagaimana berhadapan dengan segala macam orang dengan
karakteristiknya. Karena jujur yah konsepnya kalau saya eeh membangun itu dari bawah,
GDUL \DQJ HHK \DQJ PXGD VD\D VLDSNDQ XQWXN GLGLGLN«´
³ VD\D LQJLQ PDKDVLVZD VD\D \DQJ OXOXV GDUL VLQi..eeh karena perilakunya dia tanpa etika
dan tata karma dia akan terbawa dan sulit bersaing. Pada saat psikotes pasti
NHWDQJNHS NHWDKXDQ \DK ´
³ NHPXGLDQ XQWXN environment, kita kan ada mata kuliah etika, mata kuliah agama.
Kemudian kita ada kerjasama Bahasa Inggris dengan LIA. Nah kemudian juga disini ada
8.0 8.0 \DQJ VHVXDL GHQJDQ DJDPD«´
³ L\D LWX VDODK VDWX PHODWLK PHQWDO <DK VHWLDS PDWD NXOLDK GLOHNDWNDQ GHQJDQ HWLND LWX
Konsep etika disetiap mata kuliah kita wajibkan. Dosen di awal perkuliahan juga kita
wajibkan untuk menyampaikan hal..eh terkait dengan itu, kemudian untuk mahasiswa
WLQJNDW DNKLU NLWD GDWDQJNDQ SVLNRORJ ´
Bapak Hari menekankan nilai-nilai kebaikan dan kejujuran, agama serta etika sebagai
pondasi penting mahasiswa saat terjun ke dunia praktek. Bagi beliau sisi intelektualitas saja
163
tidaklah cukup, mahasiswa perlu dibekali dengan nilai-nilai kebaikan agar nantinya tidak salah
langkah dalam mengambil keputusan. Beliau menilai keberadaan dunia praktek merupakan
sarana aktualisasi eksistensi mahasiswa saat bekerja. Namun demikian dunia kerja menawarkan
banyak janji dan kenikmatan yang dapat menjerumuskan jiwa-jiwa yang tidak memiliki keyakinan
teguh (kehati-hatian) akan prinsip kediriannya. Mereka nantinya dengan mudah akan tergoda dan
masuk dalam pusaran arus tindakan amoral baik korupsi maupun pelanggaran etika lainnya.
Pernyataan Bapak Hari tersebut diungkapkan dalam cuplikan wawancara berikut ini.
³-LND RUDQJ LQWHOHNWXDO ULEXW GDQ GLSHQMDUD \DQJ MDGL PDVDODK EXNDQ PDVDODK
intelektualnya. Kalau dia mau menyalahgunakan intelektualitasnya, dia juga berbahaya,
iya toh kan Undang-Undang No. 05 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik itu udah jelas
ada hukuman penjara. Bukan hanya cabut izin saja..iya toh berarti kan makin kuat
peraturan maka makin baik walaupun peraturan sampai sekarang enggak kelar..karena
kan political cost ´
³ PLVDOQ\D SHUDWXUDQ WHQWDQJ 8QGDQJ-Undang Pelaporan Keuangan Negara yang
GLXVXONDQ VHMDN WDKXQ DNKLUQ\D PDVXN WRQJ VDPSDK« NDWDQ\D '35 Q\D QRODN NDQ
repot karena di Undang-Undang itu udah jelas si E itu nanti hanya dia yang boleh tanda
WDQJDQ ODSRUDQ NHXDQJDQ VHEHOXP GL DXGLW« ,\D ODK NDQ DPR punya banyak
NHSHQWLQJDQ NDQ SHQJXVDKD VHPXD GLVLWX ´
Bapak Hari merupakan akademisi yang memiliki relasi interpersonal yang cukup kuat
dengan berbagai kalangan pejabat, politisi maupun orang penting lainnya di tanah air. Beliau
menilai keberadaan Lembaga Negara (BPK) sudah tidak independen karena sudah banyak
disusupi orang-orang politik (partai) yang memiliki nuansa kepentingan disana. Dengan nada
keras, Bapak Hari menyakini bahwa akuntan akan tetap solid dan terjaga independensinya
meskipun menghadapi banyak tekanan dari berbagai tempat. Berikut ini penjelasan beliau dalam
wawancaranya tersebut.
³ 1DK NLUD-kira gimana kalau lembaga tinggi negara dipegang oleh orang partai. Pastinya
dia akan segan untuk memeriksa..pastinya orang partai pada lembaga tinggi negara itu
akan ditekan. Kasian kan? Nah dihadapkan pada 2 pilihan seperti itu yah yang ada orang
memang secara imannya kuat, betul ada orang yang imannya setengah. Tidak bisa
dipungkiri, mulai terganggu dia..benerkan.?....nah itu lah yang terjadi. Jadi kita enggak
ELVD PHPDQGDQJ KDQ\D RUDQJQ\D VDMD WDSL MXJD «OLQJNXQJDQ <D VD\D MXJD DQJJDS
lembaga tinggi negara itu udah enggak independen, kalau masih ada orang parpol.
Walaupun katanya sudah mundur dari beberapa enggak bisa enggak ada itu.. kita tahulah
VLDSD 0U +[[[[ VLDSD WXK«´
164
³ WDSL EDJDLPDQDSXQ MXJD VD\D EHUDQL PHQJDWDNDQ EDKZD SURIHVL DNXQWDQ VHPDNLQ NXDW
kok..meski ada financial pressure, dia tertekan diluar karena kebutuhan dia besar, gaya
hidupnya besar bisa jadi toh. Gaya hidup kan bisa macam-PDFDP«PLVDOQ\D EHULVWUL
DWDX KH KH KH ³ EHOLDX WHUWDZD OHSDV
Bapak MFA. Berdasarkan pengamatan peneliti, pendekatan Bapak MFA terhadap mahasiswanya
justru lebih feminin dibandingkan pendekatan Bapak Hari yang lebih maskulin. Saat mengajar
dan membimbing mahasiswa, Bapak MFA berorientasi pada pelayanan dengan hati, lain halnya
dengan Bapak Hari yang lebih menekankan pada aturan dan kebijakan yang beliau susun
bersama Institusinya. Peneliti mengenal pembawaan Bapak MFA yang tenang dan berwibawa
saat mengajar dan berinteraksi dengan mahasiswanya. Dalam sesi wawancara yang dilakukan
peneliti kepada Bapak MFA, beliau mengutarakan pentingnya proses pembelajaran mahasiswa.
Beliau menilai proses pembelajaran dalam perkuliahan merupakan wadah komunikasi dan
interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam menumbuhkan kesadaran beretika. Beliau
mengupayakan agar selalu ada value yang ditumbuhkan dalam proses pembelajaran sehingga
mahasiswa memiliki kepekaan jiwa melalui tumbuhnya rasa emosi dan vibrasi positif sehingga
mampu meningkatkan daya analisa yang kritis dan logik. Berikut ini ungkapan Bapak MFA dalam
³ PLVDOQ\D NDODX NLWD PHQHUDSNDQ HWLNa pada seorang mahasiswa, katakan kita kasih nilai
mahasiswa itu A, B, C gitu dalam kegiatan pembelajaran karena memang dia sangat
bagus, memiliki nilai kejujuran, kesopanan terus pandai dan sangat bereaksi kalau kita
kasih suatu bentuk penugasan. Enggak tahunya nilai ujiannya jelek, secara nurani kenapa
dia nilainya bisa jelek gitu. Dilihat dulu kenapa-kenapa dia kok anti klimaks? kan enggak
tahu sebabnya mungkin sakit atau ada masalah kan begitu. Nah value itulah yang harus
dilihat pada setiap prosesnya. Jadi nurani kita mengatakan dia begini kok bisa gagal
begini. Jadi pertentangan batin yang membuat dia memutuskan dia begini kok bisa gagal
begini karena pengamatan, 14 pertemuan dengan 1 ujian akan membuat dia anti klimaks
JLWX«SURVHV \DQJ ELVD PHQXQMDQJ output GLD PHQMDGL OHELK EDLN«.LWD DNDQ PHPEHULNDQ
dia value kalau di dunia pendidikan itu kita lihat orang itu akan bertambah
SHQJHWDKXDQQ\D WLGDN GLGDVDUL SDGD VDWX SHUWHPXDQ VDMD« ´
Perhatian Bapak MFA dalam proses pembelajaran menarik perhatian mahasiswa agar
terlibat dan ikut berinteraksi dalam mengungkapkan ide-ide kreativitas terkait akuntansi, etika
165
atau lintasan ilmu lainnya. Partisipasi serta keterlibatan mahasiswa merupakan cara Bapak MFA
karakteristik uniknya perlu dikembangkan dan diekplorasi lebih lanjut. Berikut ini cuplikan
³«QDK GLVLWXODK PHPEXDW VD\D NDGDQJNDOD PHQMDGL DQWL NOLPDNV NDUHQD DGD VHEDE \DQJ
kita tidak akan tahu makanya eeh beberapa hal yang saya lakukan sebagai pendidik, itu
tugas lebih besar dibandingkan ujian. Karena saya menggunakan partisipatif kelas yang
VDQJDW WLQJJL XQWXN PHUHND ´
³,\D 876 VDPD 8$6 NDODX VD\D SULEDGL VLK HQJJDN DSD- apa kalau nilainya jelek misalnya
JLWX \DK WDSL GLD SURVHVQ\D EDJXV« NDGDQJ VD\D DGD VHGLNLW QLODL VHVXDWXODK XQWXN GLD
SXQ\D SURVHV \DQJ ZDODXSXQ PXQJNLQ QLODLQ\D HQJJDN PDVXN NH VLWX \DK« .DUHQD
SURVHVQ\D GLD« NLWD WDKX JLWX«´
Ibu Sova menambahkan pentingnya nilai-nilai keagamaan dalam diri akuntan publik agar
mampu merepresentasikan diri mereka sebagai auditor yang baik. Beliau mem-framing profesi
auditor haruslah seorang Hafidz. Cara berfikir Ibu Sova dinilai peneliti terlalu kaku meskipun
pemahaman beliau luas mengenai pemikiran Imam Syafei. Bagi peneliti, ketentuan tegas dan
baku ini tidak bisa digeneralisasikan kepada semua auditor yang memiliki latarbelakang budaya
dan kehidupan yang berbeda. Esensi pernyataan beliau sepatutnya ditempatkan dan ditujukan
pada orang-orang yang telah memahami dan mengerti nilai-nilai keilahian yang termuat dalam
kitab suci masing-masing umat beragama. Dengan demikian orang atau pribadi tersebut mampu
berperilaku sesuai pertumbuhan nilai-nilai keilahian yang terpatri dalam setiap jiwa. Fungsi
moralitas dalam etika merupakan faktor eksternal yang menjadi atribut penyeimbang diri saat
melegalisasi kemampuan dalam bersikap, berperilaku dan bertindak ke arah kebaikan. Seperti
³'DODP kaitannya dengan profesi auditor, harus dibingkai dulu, diselamatkan dulu bahwa
seorang auditor sebaiknya seorang Hafidz. Hal ini dikarenakan nantinya akan banyak
memberikan adjustment-adjustment seperti itu. Ini seperti pemikiran Imam Safei. Jadi
istilahnya harus dibenerin dulu imannya, akhlaknya gitu kan, baru dia itu nanti menjadi
VHRUDQJ DXGLWRU ´
³0HQXUXW EXNX \DQJ DNX EDFD NDQ JDN WHUWXOLV VHFDUD GHWDLO NDODX DNKODNQ\D KDUXV
diperbaiki dahulu gitu. Cuma buku itu berbicara kalau Imam Safei tuh sudah memberikan
persyaratan bagi seorang auditor. Jika menurut SPAP itu kan memang ada standar
166
Proses pengajaran yang diterapkan Ibu Sova selaras dengan Bapak Hari yang
menekankan nilai-nilai etika dalam diri mahasiswa akuntansi agar tumbuh menjadi pribadi yang
keberadaan etika tidak sepenuhnya mampu ditegakkan. Penegakan etika terjadi karena
³UDVLRQDOLVDVL´ SLKDN-pihak yang tidak memiliki prinsip hidup serta pendirian yang kuat sehingga
terombang ambing dan menimbulkan dilema etis. Peran etika tidak boleh dilepaskan dari
terdapat dalam akuntansi tersebut. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Ibu Sova dalam
³$NXQWDQVL MDQJDQ GLOHSDVNDQ GDUL HWLND 3HJDQJODK QLODL HWLND LWX NDUHQD QLODL-nilai etika
membawa berkah. Berkah itu bahasa agama. Tapi kalau dalam bahasa bisnisnya itu
merupakan keuntungan jangka panjang. Saya selalu ngomong itu kan. Ehhmm..berkah
itu keuntungan jangka panjang, enggak hanya sesaat gitu kan..hmmm kalau apa ya,
perilaku ga etis itu kan sebenarnya menguntungkan tapi menguntungkannya hanya
jangka pendek seperti itu, terus jangan berfikir kalau sudah berperilaku etis kalian akan
VHODPDW (QJJDN«NDUHQD EHUSHULODNX HWLV LWX NDGDQJ MXJD PDODK PHQMDGL KDQFXU ´
³ /LQJNXQJDQ NLWD VXGDK EDQ\DN \DQJ HQJJDN EHQDU MLND NLWD PHPSHUWDKDQNDQ VHVXDWu
\DQJ HWLV NLWD DNDQ WHUVLQJNLU GDQ VHEDJDLQ\D ´
Dalam realita praktek akuntansi, beberapa pihak menilai keberadaan etika tidak secara
VHULQJ WHUMDGL PHVNLSXQ PXDWDQ HWLND VHPDNLQ ³NHWDW GDQ WHJDV´ 'L VLVL ODLQ EDQ\DN SLKDN WHUVLVLK
167
karena pemberlakuan etika tumpul sebelah. Pihak yang merasa disisihkan justru dialami pihak
idealis yang tetap konsisten memegang teguh keyakinan dan prinsip hidup tersebut. Kondisi
tersebut dilatarbelakangi oleh muatan etika yang tidak komprehensif, didominasi kepentingan
yang dikuasai ego dalam menciptakan budaya. Kondisi tersebut mampu menjerumuskan pihak-
pihak idealis kedalam posisi ketidakberdayaan. Mereka berada pada posisi yang tidak
menguntungkan di dunia. Fenomena di dunia saat ini memiliki keberpihakan kepada aspek
kesenangan semu kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan dan kekuasaan. Di lain pihak,
proses bertumbuhnya keyakinan terhadap prinsip hidup spiritual pada dasarnya akan
Kemelekatan jiwa terhadap dunia eksternal termanifestasi dalam hasrat terhadap label
sosial atau atribut fisik yang bersifat materi. Fenomena semacam ini telah banyak menjangkiti
sebagian besar jiwa-jiwa akuntan. Kondisi jiwa yang tidak selamanya memperoleh efek senang
dan bahagia justru menimbulkan kegelisahan dan keserakahan yang berujung pada penderitaan.
Kegelisahan dan penderitaan jiwa hanya bersifat sementara, tidak kekal sepanjang kesadaran
jiwa tergugah untuk selaras dengan semesta. Kemelekatan jiwa terhadap hasrat duniawi,
kesenangan semu dan juga penderitaan mampu menoreh luka dan menodai fitrah diri. Kesucian
diri yang terkotori berujung pada ketidakberdayaan jiwa saat menghadapi penderitaan hidup.
Kondisi ini menjadi titik tolak pergerakan jiwa untuk segera bangkit dan bertumbuh. Pemahaman
seperti ini selaras dengan keadaan yang dialami Bapak Ariel dalam ruang lingkup pekerjaannya.
Bapak Ariel merupakan pribadi yang memiliki hasrat besar terhadap ilmu pengetahuan dan juga
merupakan jalan beliau untuk memberdayakan dirinya agar mampu menempatkan kualifikasi
dirinya dalam lingkungan masyarakat profesi. Hasrat beliau yang besar terhadap ilmu
pengetahuan memupuk semangat beliau agar terus belajar. Beliau menilai eksistensi kualitas diri
akan tercermin manakala jiwa memiliki segudang ilmu pengetahuan yang ditunjukkan dengan
banyaknya sertifikasi profesional yang dimiliki. Berikut ini semangat Bapak Ariel dalam cuplikan
wawancaranya.
³0DNDQ\D NDQ DGD VHUWLILNDVL««WHPDQ-teman saya setiap bulan atau tiap berapa minggu
selalu ada sertifikasi-sertifikasi gitu. Kalau saya udah punya sertifikasi internal auditor,
saya akan mencari sertifikat yang lain supaya bisa mendalami bidang accounting
management \DQJ ODLQ«6D\D GLDQJJDS VHEDJDL Internal Expert dibidang Internal
Control« 6D\D DPELO &30$ &$ MXJD VD\D SXQ\D 0XQJNLQ Vuatu saat nanti saya mau
ambil CRMP dari manajemen juga, saya kan dari manajemen juga. Saya ditunjuk untuk
PHQXWXS JDS NRPSHWLVL PHQJHQDL ,QWHUQDO &RQWURO VD\D PHQMDGL LQVWUXNWXUQ\D«6D\D
dianggap Internal Expert dibidang Internal Control« ´
³ 0HQXUXW VDya dengan sertifikasi itu menunjukkan kualitas para anggotanya yakni
anggota masing-masing profesi tadi. Seharusnya yang punya sertifikasi harus mampu
menjaga..menjaga apa yah..tadi kan ada PPAnya. Profesi kan memiliki kode etik profesi.
Jika ada pelanggaran bisa terkena sanksi dari profesi itu, dikenal sanksi kode etik oleh
lembaga profesi. Bahkan bisa mencegah terjadinya mal praktek di masing-masing
ELGDQJ« ´
Seberapa tinggi pencapaian prestasi yang diraih Bapak Ariel dalam karir dan
pekerjaannya tidak menyurutkan langkah beliau terhadap makna penting dalam hidupnya yakni
beribadah. Belajar dan bekerja untuk mencapai karir yang diinginkan merupakan rangkaian
ibadah yang senantiasa rutin beliau lakukan. Beliau senantiasa meningkatkan produktivitasnya
di setiap lini kegiatan. Penekanan beliau terhadap pentingnya niat disertai pertumbuhan nilai-nilai
keikhlasan dan kedisiplinan dalam diri agar memiliki vibrasi positif yang berdampak pada kegiatan
yang dilakukannya. Berikut ini cuplikan wawancara terhadap Bapak Ariel tersebut.
³ .LWD VHEDJDL RUDQJ PXVOLP NDQ EHNHUMD EXNDQ KDQ\D XQWXN PHQJHMDU GXQLD VDMD WDSL
ada aspek ibadah disana. Kita bekerja adalah ibadah.. ya anggap saja ibadah..ada aspek
spiritual gitu.. Tapi kan aktivitas sehari-hari, masuk ke ibadaK NDODX QLDW NLWD EHQDU«´
³«%DKNDQ PHPDNQDL EHNHUMD VHEDJDL LEDGDK ELVD VDMD VHSHUWL EHNHUMD WDSL WLGDN SHUOX
ada pengawasan oleh atasan. Justru pekerjaan menjadi lebih produktif karena
peningkatan outputnya naik bisa berapa persen gitu..padahal jam kerjanya sama
ZDNWXQ\D VDPD HQJJDN PXQJNLQ OHPEXUQ\D MXJD VDPD« GHQJDQ VXDUD \DQJ NHUDV GDQ
menyakinkan). Jadi harus dipahami kalau passion kita bekerja atau profesi kita jika aspek
169
ibadah itu lebih produktif atau menghasilkan kualitas lebih bagus dan tidak hitung-
KLWXQJDQ« DGD XQVXU LNKODVQ\D« ´
³« 'LPDQDSXQ NLWD EHNHUMD MLND GLODNXNDQ GHQJDQ NHLNKODVDQ GDQ WXMXDQQ\D DGDODK
EHULEDGDK LQV\DDOODK KDVLO RXWSXWQ\D OHELK EDJXV GDQ WHUEXNWL«3RNRNQ\D SDV
mendengar adzan langsung break GXOX« break dulu lalu sholat entar dilanjutkan lagi.
Jadi istilahnya kerjaan kantor yah kerjaan kantor, rapat juga rapat tapi yah itu tadi dari
yang kecil-NHFLO GLSHUKDWLNDQ« %DKNDQ NDGDQJ-kadang teman non muslim banyak
PHQJLQJDWNDQ GL UDSDW«XGDK VKRODW DVKDU DWDX belum?...Alhamdulillah jadi di stop dulu
nanti dilanjutkan lagi..kalau dilanjutkan terus mah enggak ada habis-KDELVQ\D«´
Pendapat Bapak Ariel selaras dengan Bapak Andri yang memprioritaskan ilmu
pengetahuan diatas segalanya. Bahkan Bapak Andri menilai networking tidak akan berhasil
bilamana pribadi didalamnya tidak memiliki ilmu pengetahuan. Bapak Andri menekankan bahwa
apapun yang dilakukan dalam hidupnya sepanjang kegiatan tersebut positif adalah manifestasi
³ 3HQJHWDKXDQ WXK OHELK XWDPD GLEDQGLQJNDQ networking. Jelas lah mana yang lebih dulu
ya. Kalau enggak punya pengetahuan, punya networking maka enggak bisa bermanfaat
DSD DSD JLWX NDQ .LWD NDQ SHUOX PH\DNLQNDQ RUDQJ ODLQ XQWXN LWX ´
³« %DJL VD\D DSD \DQJ GLKDELVNDQ GDODP EHNHUMD SULRULWDVQ\D DGDODK LOPX -DGL VD\D
setuju konsep tentang poor people work on the money dan rich people make money work
for him. Jadi kalau orang miskin itu poor artinya miskin banyak juga arti lainnya yang
setara dengan itu. Berfikirnya untuk uang, dia bekerja dengan uang. Tapi orang yang rich
dalam konteks kaya kan bisa kaya ilmu, kaya hati, make money work for him. Jadi uang
itu uang yang harus bekerja untuk kita. Makanya nanti kalau ada sisa keuangan dari audit
JLWX NDQ NLWD ELVD EHOL VDKDP EHOL HPDV JLWX«WDSL \DQJ VD\D EDKDV LWX PHOHELKL WHRUL make
money for us WDSL OHELK SDGD NHUMD DGDODK LEDGDK ´
agar ikhlas tanpa syarat terhadap tindakan apapun yang mereka lakukan. Tindakan tersebut tidak
didasari atas harapan imbalan atau balasan semata. Ibu Sova menilai keberadaan etika sebagai
akhlak atau adab dimana etika atau akhlak mahasiswa akan terlihat nyata saat terjadi proses
pembelajaran di kelas maupun diluar kelas. Ibu Sova melihat banyak konflik batin yang dialami
mahasiswa saat dihadapkan pada peristiwa dilematis dimana mereka harus jujur atau menyontek
saat uijan atau mengerjakan tugas untuk memperoleh kemudahan yang sifatnya instant. Banyak
mahasiswa kesal karena kejujuran yang mereka lakukan tidak membawa mereka pada perolehan
nilai yang bagus atau tinggi. Itulah sebabnya selalu ada celah bagi mereka yang curang untuk
170
menyontek. Mahasiswa yang berorientasi pada hasil, lebih mengutamakan nilai akhir daripada
menikmati proses belajar dan mengambil hikmah dari pembelajaran tersebut. Seperti
³ (KP«NLWD HQJJDN SHUOX LNXW-ikutan dengan sesuatu yang enggak benar karena itu akan
merugikan jangka panjang gitu ya. Baik terjadi dalam perusahaan maupun dalam diri kita
sendiri. Eeh..tapi bukan berarti nanti saat kalian (mahasiswa) merasa sudah berperilaku
etis tapi kok malah karir enggak naik-naik. Kok malah kami dikucilkan?. Itu adalah risiko
dari mempertahankan nilai-nilai etika. Kalau dalam bahasa puitisnya, semua akan indah
SDGD ZDNWXQ\D VHSHUWL LWX L\D NDQ" QDK JLWX« ´
³3HUOX GLSDKDPL EDKZD HWLND LWX VHEHQDUQ\D OHELK FRFRN NH DNKODN ,\D DNKODN \DQJ
karimah. Akhlak pada mahasiswa bisa terlihat selama proses perkuliahan, proses belajar
mengajar. Kalau didalam Islam namanya adab. Heeh..adab itu seperti saat kalian menjadi
apapun itu akan akan ada efeknya. Misalnya saat kalian mahasiswa mendapat tugas..yah
kerjakan saja, masalah bisa atau tidak itu urusan nanti. Etikanya disini adalah kerjakan
tugas itu tanpa syarat apapun. Begitu juga saat ujian, akhlaknya jangan mencontek yah
jangan mencontek aja. Meskipun mungkin risiko kalian ga mencontek menyebabkan tidak
lulus, sedangkan yang mencontek itu lulus. Berpegang pada etika atau akhlak memang
adakalanya enggak enak, tapi enggak apa-DSD SHJDQJ VDMD EHJLWX WHUXV PHQHUXV ´
Ibu RAS berupaya menetralisir dilema pilihan yang dihadapinya baik sebagai auditor
eksternal maupun auditor internal. Dari semua pilihan tersebut, pastinya akan menimbulkan
konsekuensi akhir. Jiwa intelektual adalah jiwa yang belajar dari konsekuensi logis yang dipilih
EXNDQ MLZD \DQJ EHUDQJNDW GDUL NHWDNXWDQ DNDQ VDQNVL KXNXPDQ \DQJ ³GLEHUODNXNDQ´ ILJXU
otoritatif yang memiliki banyak kepentingan didalamnya. Meskipun demikian, Ibu RAS
mensyukuri konsekuensi akhir yang diambil dari pilihan tersebut. Berikut ini hasil cuplikan
´%HNHUMD VHEDJDL ,QWHUQDO $XGLWRU NKXVXVQ\D GL OLQJNXQJDQ LQVtansi pemerintahan ini tidak
WHUODOX VHULQJ PHQJKDGDSL XQVXU SROLWLV« WLGDN WHUODOX LQL \D«GLEDQGLQJNDQ DXGLWRU
eksternal. Makanya saya kembali bersyukur mungkin ini yang Allah tunjukkan ke saya
KDUXV SLQGDK NHVLQL« NH SRVLVL DXGLWRU LQWHUQDO JLWX« ´
Hasil wawancara Ibu RAS mendapatkan tanggapan dari informan lain yakni Ibu Elvi yang
menyatakan bahwasanya keberadaan dan fungsi etika itu sepatutnya dikembalikan kepada
urgency kebutuhan manusia itu sendiri. Mereka adalah jiwa-jiwa yang ingin tetap konsisten
beretika atau berakhlak atau bahkan tidak membutuhkan keberadaan etika tersebut. Beliau
171
³ <D HWLND LWX VHPDFDP HK«DSD \DK MDULQJ SHQJDPDQ VXSD\D NLWD WLGDN NHOXDU GDUL
koridor. Misalnya etikanya harus kompeten dipagari dengan wajib SKP 40 dites setiap
tahun misalnya. Nah itu sebagai pagar pengaman. Jadi etika sebagai suatu tools untuk
membuat kita akuntaQ SXEOLN PDXSXQ SHQGLGLN XQWXN VHODOX EHUDGD GL MDOXU«GL MDOXU
NRULGRU ´
³ .DODX PHQXUXW VD\D HWLND LWX HIHNWLI (IHNWLI NDODX \DQJ PDX \DK HIHNWLI 7DSL PHPDQJ
kalaupun kita pikir, akuntan publik itu kan bisa ada yang ekstrem kanan ekstrem kiri, ada
yang ngambil jalur tengah, macam-macam tapi dengan adanya rambu-rambu etika itu kan
PHQMDGL GDVDU XQWXN«DNXQWDQ LQL GLFDEXW LMLQQ\D 7HPDQ VD\D DGD \DQJ GLFDEXW LMLQQ\D
Iya, heem, kira-NLUD PHPDQJ PHODQJJDU HQJJDN DGD NHUWDV NHUMDQ\D PLVDOQ\D«HKK
saya ngobrol sama teman di perusahaan, kok bisa gitu yah pak? Ya kali ini dapurnya perlu
NHEXO JLWX ´
³-DGL NHPEDOL ODJL«HWLND PHPDQJ GLSHUOXNDQ .DODXSXQ L\D control juga tetap dilakukan.
Itu pun masih ada kemungkinan lolos. Jadi kembali ke orangnya sendiri. Manusianya lagi.
7DSL VD\D UDVD ND\DN WHPDQ NHPDULQ GLFDEXW VD\D UDVD GLD MXJD DNDQ EHUILNLU ODK«´
Bapak Hari selanjutnya menilai keberadaan etika bukan semata-mata didasari atas
kebenaran maupun kesalahan, melainkan terletak pada kepantasannya. Beliau menilai setiap
pelanggaran etika yang terjadi hendaknya dilihat case per casenya jangan langsung dinilai sama
tersebut, Bapak Hari memahami posisi jiwa saat itu yang sedang diliputi nafsu angkara yang
³«(WLND adalah sebuah perilaku yang ditampilkan seorang akuntan. Yah perilaku seorang
DNXQWDQ \DQJ EHUODNX VHFDUD XPXP GLPDQD GLD EHUDGD « LWX HWLND (WLND LWX EXNDQ EHQDU
VDODK ORK « HWLND LWX SDQWDV GDQ WLGDN SDQWDV HHK LWX \DQJ PHQJDWXU \DK NDUHQD NDODX
bHQDU VDODK LWX KXNXP«2UDQJ VHNDUDQJ LWX NDQ EDQ\DN PHODNXNDQ WLQGDNDQ \DQJ
NDQGXQJDQ XQVXU QDIVXQ\D OHELK EHVDU GDULSDGD XQVXU DNLGDKQ\D ´
³ L\D WRK DGD code of conduct. Code of conduct itu silahkan saja melakukan. Iya toh tapi
anda kena secara etika anda melanggar yang dilanggar secara etika belum tentu dia
melanggar hukum kan..kalau dia melanggar hukum udah pasti dia akan melanggar etika.
Nah terkait pelanggaran etika, kita kan ada aturan mainnya. Bisa jadi apa.. bisa jadi segala
macam yah. Nah kemudian etika ini akan sering terjadi ya terlanggar itu kan terkait dengan
LQGHSHQGHQVL \DNLQ JD ´
Bapak Hari menilai pelanggaran etika yang terjadi tidak sepenuhnya masuk dalam ranah
pelanggaran hukum, begitupula sebaiknya jika terjadi pelanggaran hukum sudah pasti terdapat
muatan pelanggaran etika disana. Dari wawancara Bapak Hari tersebut, dapat dinyatakan
172
6.5 Akuntan dalam Persimpangan Jalan: Konflik Batin Berujung Dilema dalam
Pengambilan Keputusan.
yang berujung pada dilema. Ketidakmampuan akuntan tidak semata-mata dilatarbelakangi faktor
eksternal yang mengandung nuansa kepentingan, tetapi didorong oleh keterbatasan akuntan
dalam memahami ruang lingkup pekerjaan sehingga akuntan tidak mampu menghasilkan
keputusan yang bermanfaat bagi sesama makhluk di dunia. Fenomena tersebut tidak hanya
terjadi dalam ruang lingkup akademisi yang kental dengan teori, tetapi juga berlaku di dunia
praktek yang penuh dengan kesepakatan dan negosiasi sehingga sarat dengan kepentingan dan
keterlibatan fungsi otoritatif didalamnya. Regulasi yang bersifat kaku mampu menjadi lentur,
luwes dan fleksible manakala ada negosiasi kesepakatan yang bersifat win-win solution.
Kecenderungan semacam itu seringkali terjadi di berbagai bidang yang penuh dengan azas
Akuntan yang memiliki sikap diri yang kaku, idealis bahkan tak tergoyahkan dalam
berprinsip, dinilai sebagian pihak tidak mampu bertahan mengikuti ritme kehidupan yang terus
berjalan. Mereka yang konsisten menganut prinsip idealisme dianggap tidak dapat mengikuti
perkembangan zaman saat ini. Padahal jiwa-jiwa tersebut adalah jiwa yang menggunakan
kebebasannya untuk mempertahankan prinsip idealisme yang mereka miliki. Lain halnya apabila
posisi jiwa akuntan berada pada posisi di Grey area atau area abu-abu. Ketidaksanggupan
mereka dalam mengenali dan memilih sebuah posisi pada akhirnya melarutkan dan
menghanyutkan diri dalam pusaran gelombang ketidakberdayaan. Oleh sebab itu posisi grey
area dianggap sebagian akuntan sebagai alternatif atau jalan tengah dalam memaklumi dan
173
³EHUGDPDL´ GHQJDQ NRQGLVL \DQJ WHrjadi (win-win solution). Posisi tersebut sesungguhnya
menunjukkan ketidakberdayaan diri saat menghadapi situasi yang ada. Ketidakmampuan yang
berujung pada ketidakberdayaan tidak hanya dialami oleh akuntan publik tetapi juga akuntan
pendidik. Fenomena ini dialami Bapak Munaj saat mengambil keputusan antara mengajar atau
³6D\D ZDNWX LWX NHWLND UHJXODVLQ\D PDVLK«HHH HQJJDN NHWDW DSD QDPDQ\D HH VD\D
service kepada klien tadi. Klien minta meeting, minta exit meeting dan sebagainya saya
WXUXWLQ 6D\D« DSD QDPDQ\D HQJJDN HQJJDN PHQHODQWDUNDQ PDKDVLVZD MXJD MDGL NLWD
kasih kuliah pengganti salah satunya. Jadi untuk dilematis sih saya rasa tetap saja ada
dilematis tapi ketika lebih berat kemana, ya lebih beratnya sebenarnya kalau ketika jam
EHQWURN WHUVHEXW NDUHQD DGD VROXVL WDGL«7DSL NDODX GDODP KDWL VLK VHEHQDUQ\D GXD-
duanya ibadah kali ya..
´0HQFDUL PHQFDUL DSD QDPDQ\D PHQFDUL UH]HNL XQWXN NHOXDUJD VDODK VDWXQ\D 1DK
terusnya akhirnya kita, yaa kita nikmatin saja, toh sebenarnya dua-GXDQ\D WHUSHQXKL ´
Segala sesuatu yang terkait dengan Habluminanas perlu ditelusuri nilai-nilai kebaikannya
agar mampu memberikan kebermanfaatan kepada semua pihak dalam relasi tersebut. Oleh
sebab itu dalam proses belajar mengajar sebaiknya memiliki kesepakatan yakni perjanjian atau
komitmen antara dosen dan mahasiswa. Jika terjadi pelanggaran kesepakatan antara mereka
maka konsekuensi tersebut dapat diterima oleh masing-masing pihak yang bersepakat.
Kesepakatan antar dosen dan mahasiswa dapat berupa struktur penugasan, materi
pembelajaran yang harus dikuasai mahasiswa, absensi bahkan struktur penilaian. Meski
demikian kesepakatan itu adakalanya menimbulkan permasalahan dilematis antara Bapak MFA
selaku pendidik dan mahasiswa sehingga menimbulkan pelanggaran dalam proses belajar
mengajar di kelas. Berikut ini ungkapan bapak MFA dalam cuplikan wawancaranya berikut ini.
³ L\D NDQ NRQWUDNWXDO PHUXSDNDQ habluminanas, misalnya antara dia dengan klien, kayak
kontrak yang terjadi saat melakukan pengauditan. Iya, bisa muncul moral hazard seperti
dilema etis. Contohnya gini, saya kontrak anda dengan harga sekian boleh enggak saya
tawar jadi sekian gitu, kan dia pandang masuk gini gitu yah tapi kan dia cuman punya
NXDOLWDV HQJJDN VHKHEDW \DQJ KDUJD WLQJJL«´
³«DNDGQ\D LWX KDUXV MHODV NDODX enggak jelas ya sudah jadinya riba. Jadi riba enggak
hanya di bank saja, dalam pengajaran juga ada. Contohnya saya mengajar, saya sudah
174
membuat taken 2.5 jam terus 1.5 jamnya udah selesai, maka kosong 1 jam proses
ngajarnya dipercepat itu kan riba. KontrakQ\D NDQ MDP XPSDPD EHJLWX«´
³ NDODX PDX GLSHUFHSDW«KDUXV RNH GHQJDQ PDKDVLVZDQ\D NDQ -LND PDKDVLVZDQ\D
ngomong begini, terus gimana pak pulang aja ya sudah kan mahasiswa yang minta ke
NLWD EHUDUWL QHJR NRQWUDNQ\D GHQJDQ PHUHND SDV«´
³ L\D NDODX NRPLWPHQ SDGD SHNHUMDDQ ELDVDQ\D VD\D QJRPRQJ NH PDKDVLVZDQ\D LQL
masih ada waktu jadi gimana, saya kasih quiz ya. Enggak usah pak, udah pulang aja
mereka minta kita pulang aja. Ya sudah mereka minta ke kita berarti kan sama mereka
sudah sepakat terjadi..kan clear ´
³ WDUJHW SHPEHODMDUDQ NDQ DGD VHPDFDP VWUXNWXU SHQXJDVDQ WRK VHSDQMDQJ LWX XGDK
enggak masalah. Yang terpenting izin dulu sama mereka kan principle«´
..kasih aja post test begitu kalau saya. Biar materinya selesai waktunya tersampaikan.
Pasti anak banyak yang ngeluh, kenapa sih pak kok pasti begini, saya bilang ini untuk
tambahan nilai tugas kamu yang jelek, tugasnya ditambahain dari sini. Oh gitu senang
PHUHND« JDN DSD DSD LWX NHMXMXUDQ \DQJ WHUMDGL .LWD EXNDQ VRN DOLP WDSL NLWD melihat
bahwa sisi bagusnya ini harus dilakukan supaya kita enggak kena hukuman kan itu
HWLND« ´
Ibu Elvi menilai apapun yang dilakukan di dunia ini pada dasarnya merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan lainnya. Begitupula dengan keberadaan agama
dan rutinitas pekerjaan yang kita lakukan. Tidak terdapat batasan ruang dan waktu untuk
kesatuan tersebut. Meski demikian ada risiko yang harus dipertanggungjawabkan serta harga
yang harus dibayar untuk setiap pilihan tersebut. Terlepas dari makna filosofis tersebut, Bu Elvi
selaku auditor senantiasa memperhatikan bukti atau data penunjang dalam proses auditing.
³%XDW VD\D DJDPD GDQ SHNHUMDDQ PHUXSDNDQ VDWX NHVDWXDQ $SDSXQ \DQJ GLODkukan tetap
harus dipertanggungjawabkan. Kalau ada risiko-risiko itu pilihan. Kalau anda ingin
mengambil risiko itu kan Allah juga akan mengetahui. Mungkin beliau sebagai kepala
keluarga juga wajib menafkahi keluarganya sehingga agak mencong sedikit, gitu ya.
Kalaupun melanggar, dicabut ijinnya cuma tiga bulan atau enam bulan, enggak sampai
mogok terus. Mungkin, mungkin waktu itu khilaf. Ya monggo saja itu, tapi sebenarnya itu
VDWX NHVDWXDQ HQJJDN ELVD GLSLVDKLQ .DUHQD« KHQLQJ VHMHQDN VDPSDL NLWD GDODP Sosisi
VHSHUWL LQL GHQJDQ VLNDS VHSHUWL LQL ,WX SDVWL DGD KDUJDQ\D GL EHODNDQJ«´
³«SDVWL LWX DGD KDUJDQ\D VHPXD LWX +DUJD NHQ\DPDQDQ KDUJD NHPXGDKDQ KDUJD
kebesaran misalnya..semua ada harganya. Itu soal pilihan saja..gitu. Jadi satu kesatuan.
Kalau kita mau memilih kenyamanan, kemewahan itu mungkin ada yang dikorbankan.
Enggak apa-apa sih, itu soal pilihan. Tapi saya rasa bisa berjalan kok, Ada kok buktinya,
saya masih hidup..sejauh ini baik-baik saja. Karena itu akhirnya kita jadi tahu sendiri.
Sekarang, kalau ada yang berurusan sama saya itu enggak mungkin yang mencong-
PHQFRQJ ´
³6D\D EDVLVQ\D EXNWL GDWD 6D\D HQJJDN PDX NHQD GHQJDU RPRQJDQ 0HVNLSXQ
omongan seribu orang kalau saya enggak melihat data apa buktinya, saya enggak akan
175
perduli. Kadang-kadang itu juga buruk buat saya, karena kadang-kadang itu benar gitu.
Saya terkadang ..oh iya..benar ternyata, gitu kan. Karena buktinya belakangan baru
ketahuan, kan gitu. Tapi selama ini biasanya saya mengamankan di awal dulu. Kalau di
awal saya merasa enggak aman mendingan enggak, diawal saya harus merasa nyaman.
Saya akan minta data-GDWDQ\D GDQ VHWHUXVQ\D NDODX L\D L\D NDODX QJJDN \DK QJJDN ´
Dilema atau konflik batin muncul saat permasalahan menguap dan melibatkan
perdebatan jajaran pimpinan atau direksi perusahaan tersebut. Jalan tengah kemudian diambil
sebagai upaya kompromi Ibu Elvi terhadap kliennya dalam menyelesaikan permasalahan. Berikut
³-DGL NRPSOHNV NDODX WHUMDGL GLOHPD $NKLUQ\D DPELO MDODQ WHngah kan, tanpa
mengorbankan. Oke..akhirnya saya setuju, problem itu masuk ke dalam laporan. Di opini
GLPXQFXONDQ 7DSL NDODX EXDW SHPEDFD \DQJ HQJJDN DKOL PXQJNLQ KPPP«VD\D DNDQ
kasih notes disitu sesuai catatan nomor sekian. Jika dilihat rinciannya di sana kemudian
dibuka. Bagi yang teliti dia akan tahu, berarti ini problem. Bagi yang enggak teliti, mungkin
dia cuma baca sepintas. Dia cuma lihat ohh..ada notes sekian. Tapi yah diungkap ada
disitu. Jadi ada kompromi, kenapa saya melanggar, karena dibolehkan oleh bahasa
angka. Kalau enggak begitu terjadi deadlock. Enggak jadi jadi juga. Akhirnya beliau
nurunin juga, artinya apa. Tetap itu diungkap. Kalau anda punya problem uang, pinjaman,
XWDQJ UDWXVDQ MXWD \DK HQJJDN EROHK ´
Ibu Diane memandang ruang lingkup pekerjaan yang dihadapi praktisi akuntan itu pasti
ada grey area nya, khususnya saat menangani koreksi fiskal pajak yang menempati grey area
tersebut. Dalam wawancara tersebut, Ibu Diane menambahkan bahwasanya pekerjaan akuntan
pendidik merupakan pekerjaan dalam batas aman, bahkan jarang bersinggungan dengan
Pengamatan beliau menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai akuntan masih dalam taraf
aman sepanjang akuntan tersebut berperilaku jujur apa adanya sesuai aturan dan regulasi yang
ditentukan. Hanya saja dalam konteks tersebut selalu ada celah untuk merasionalkan tindakan
penyelewengan tersebut menjadi sesuatu yang lumrah terjadi. Berikut ini ungkapan Ibu Diane
dalam wawancaranya.
³ .DODX GDUL DNX L\D QJJDN VLK« NRUHNVL ILVFDO LWX NDQ VHEHQDUQ\D EDQ\DN grey area. Nah
itu tuh bingung sebenarnya misalnya contoh hal kecil deh perusahaan pajak tidak
memperbolehkan makan dan minum yang ehh misalnya minuman keras kan enggak
176
boleh ya pajak tuh sebenarnya enggak boleh tuh pasti harus dikoreksi fiskal nah kalau
aku, aku enggak koreksi gitu loh karena yang minum kembali lagi itu siapa dia kan orang
asing, orang asingkan emang enggak ada agamanya. Saya kan harus realistis gitu loh
ketika berhubungan dengan mereka saat bernegosiasi bisnis, kan pasti gitu ya biaya
HQWHUWDLQPHQWQ\D GDQ \DQJ SDOLQJ VHULQJ HQWHUWDLQPHQW .LWD QJHOLKDW \D VXGDK JLWX ORK«
mau apa kita kan juga enggak bisa. Kondisi yang kayak gitu sih yang sebenarnya menguji
NLWD« *D WDKX MXJD \DK SRNRNQ\D WXWXS PDWD DMD´
³ PHQXUXW DNX SHNHUMDDQ \DQJ SDOLQJ Grey Area nya jelas itu adalah akuntan. Menurut
aku yah hampir semua hal tuh eh kita ada aturannya gitu loh. Jadi kalau perusahaannya
PHPDQJ EHQDU SDVWL NLWD MXJD EHQDU JLWX ND\D PLVDOQ\D«.eeh kita nggak bakal bisa dapat
fee dari supplier misalnya supplier enggak bisa ngepush kita untuk misalnya eeh cepetin
bayar. Mereka begitu karena kita enggak punya akses kesitu secara ini akuntan
terlindungi ya terus eeh banyak hal aturan yang sudah ada. Eeeh Juklaknya kaya
misalnya SAK menurut aku yang paling benar. Itu profesi yang grey areanya..eeh kalau
pun misalnya kita merasa bahwa aduh kayanya ini bakal nggak ada aturannya deh itu di
6$. WDSL WHUQ\DWD SDMDN PHQJDWXU LWX VLK VHEHQDUQ\D PHQXUXW DNX (HK« NDODX PLVDOQ\D
mau benar sih bisa gitu di profesi ini yah bisa bisa banget gitu kecuali kalau kita misalnya
PDX EHQDU EDQJHW NLWD KDUXV SLQGDK SURIHVL NH QRQ SURILW \D WDSL NDQ NLWD QJJDN« ´
³«L\D EXNDQ EHUVLQJJXQJDQ SDVWL DGD grey area seperti aku bilang gitu loh. Tapi kalau
misalnya kita enggak mau grey area ya kita menjadi pendidik terus kita bisa jadi akuntan
SHQGLGLN JLWX NLWD ELVD« ´
³« PHQXUXW DNX NDODX PLVDOQ\D«NLWD PDX NRQVLVWHQVL NLWD PDX WHWDS MXMXU \DK SHNHUMDDQ
DNXQWDQ VLK PDVLK WHWDS WHUOLQGXQJL NDODX PHQXUXW DNX \DK ´
Dilema yang dihadapi Bapak Ariel saat bekerja adalah saat beliau harus mengalami
mutasi keluar kota dan meninggalkan keluarganya di Jakarta. Pada akhirnya beliau keluar dari
pekerjaan sebagai PNS dan pindah ke Instansi pemerintah lain yakni Kementerian BUMN. Jika
dilihat dari kronologis pekerjaan Bapak Ariel, peneliti justru tidak menemukan permasalahan
dilema dalam ruang lingkup pekerjaannya kecuali permasalahan mutasi tersebut. Bapak Ariel
sebagai sosok tegas yang bersikap apa adanya, membiarkan segala sesuatunya terjadi apa
adanya, tidak ditutup-tutupi. Beliau sendiri bukan merupakan pribadi yang suka mengambil
keuntungan dari peristiwa yang terjadi di perusahaannya. Beliau sebagai profesional taat pada
aturan dan ketentuan yang berlaku. Berikut ini merupakan hasil wawancara peneliti kepada
«´GLOHPD \DQJ VHULQJ VD\D DODPL DGDODK GXOX VDDW VD\D PDVLK EHNHUMD VHEDJDL DXGLWRU
pemerintah (BPKP) harus ditugaskan dan ditempatkan diluar kota dalam waktu lama.
Saya harus meninggalkan keluDUJD GDODP ZDNWX ODPD«0HVNLSXQ SDGD DNKLUQ\D VD\D
keluar dr intansi pemerintah dan pindah ke Kementerian BUMN ini di posisi Internal
$XGLWQ\D«´
177
Akuntan tidak perlu mengalami dilema atau konflik batin dalam proses pengambilan
keputusan jika menyakini keputusan yang dikeluarkan itu sepenuhnya berdasarkan bukti audit
yang komprehensif dan otentik. Keadaan tersebut sejalan dengan pemikiran Bapak Hardiman
berikut ini.
³-LND PHQMDODQNDQ ELVQLV NLWD JDN ELVD pure idealism, karena ada beberapa kejadian atau
kasus yang memaksa kita berada pada posisi dilema seperti pilihan saat kita tidak mau
melakukan rekayasa mungkin nilai kita lebih terjaga, tetapi mungkin saja klien kita akan
lari. Nah disini resikonya dan kita harus bisa memanage itu. Saat berbisnis, saya mencari
uang bukan untuk diri saya semata-mata tetapi buat membayar gaji karyawan oleh sebab
itu saya harus memegang etika. Jangan sampai katakanlah ada perusahaan yang
seharusnya tidak layak diberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian malah kita kasih opini
seperti itu. Itu kan salah, memang ada beberapa yang harus kita hadapi tapi tidak bisa
dihilangkan sekaligus. Kita bisa meminimalisir pada saat prosesi audit, kan ada
tahapannya. Kita harus cermati pada setiap tahapan tersebut untuk melihat apakah klien
kita EHUPDVDODK DWDX WLGDN XQWXN PHQJKLQGDUL DGDQ\D GLOHPD HWLND GLNHPXGLDQ KDUL´
³-LND PDVDODK \DQJ WLPEXO FXNXS EHUDW PDND PDX QJJDN PDX KDUXV NLWD cut, kita putus
kontrak. Silahkan cari akuntan lain yang mau mengaudit. Kita tidak bisa mengikuti apa
yang mereka minta. Kita tidak bisa memberikan apa yang mereka inginkan. Tapi intinya
setiap profesi selalu ada titik rawan, oleh sebab itu dibutuhkan keberadaan kode etik. Hal
tersebut tidak saja berlaku dalam profesi akuntan, dokter, pengacara dan profesi lainnya
yang memiliki titik rawan itu. Jadi akuntan yang baik adalah akuntan yang beretika dan
SURIHVL \DQJ EDLN DGDODK SURIHVL \DQJ EHUMDODQ VHVXDL GHQJDQ HWLND´
Bapak Hardiman menekankan bahwasanya auditor harus bersikap tegas khususnya saat
menghadapi permasalahan pelik dan kompleks yang mengharuskan KAP memutus kontrak.
Secara ekstrim, beliau mempersilahkan klien mencari KAP lain apabila tidak sepaham dengan
ketentuan auditor tersebut. Pernyataan beliau tidak sepaham dengan pernyataan Ibu RAS yang
menilai tingkat penyelesaian sebuah masalah dapat dituntaskan berdasarkan tingkat kesadaran
yang dimiliki. Menurut beliau, setiap permasalahan itu ada solusinya. Pekerjaan beliau sebagai
auditor internal memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan auditor eksternal. Oleh sebab itu
dibutuhkan tingkatan atau jenjang manajemen dalam mengkaji keputusan tersebut sehingga
³3HQWLQJQ\D .HUWDV .HUMD 3HPHULNVDDQ DGDODK GLVDDW DGD SURVHV ELVD GLNHWDKXL NDUHQD
saya ngereview nih jadi bisa ketahuan dimana berubahnya. Nanti berjenjang nih Ketua
Tim, ke Pengendali Tehnis ke Penanggung Jawab, nanti akan terlihat berubahnya di
178
SURVHV PDQD«-DGL NHSXWXVDQ WHUDNKLU DGD GL .HWXD 7LP NDGDQJ DGD WLSLNDO .HWXD 7LP
yang mengambil keputusan dan ada juga Pengendali Tehnis atau Supervisor itu yang
akhirnya nanti dia yang meramu gitu. Tergantung timnya adakah yang mau menghandel
dan meramu, istilahnya meramu ya Ketua Tim, Pengendali Tehnis atau Penanggung
Jawab, tapi untuk kondisi sekarang tuh jarang ya Ketua Tim meramu jarang karena
OHYHOQ\D PDVLK DGD \DQJ WLQJJL ELDVDQ\D VLK 3HQJHQGDOL 7HNQLV«´
³ NDODX VDPSDL PHUXQFLQJ NHOXDU SDVWLNDQ \DQJ GLWDQ\D GXOX WXK 3HQDQJJXQJ -DZDE
berjenjang..wah pasti dibalikin ke Pengendali Teknis lalu balikin ke Ketua Tim. Nah habis
LWX NDODX PHUXQFLQJ ELDVDQ\D NLWD SXQ\D LWX«LQWHUQDO DXGLW LWX PDVXN GLVLWX NLWD WDQ\DLQ
tuh.. Saya tahu karena saya jadi internal audit ya..tanyain ini prosesnya bagaimana dari
awal sampai akhir suruh cerita dan dari situ ketahuan hilangnya dimana karena auditee
PHPLOLNL NHUWDV NHUMD GLD WXQMXNLQ JLWX« ´
Saat muncul berita Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan oknum auditor yang
bekerja di Instansi Ibu RAS tersebut, segenap jajaran pimpinan di Instansi beliau segera
menginstruksikan agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan secara internal terlebih dahulu
sebelum akhinya berita tersebut tersampaikan ke publik yakni masyarakat luas. Masyarakat
seharusnya lebih cerdas dan bijaksana dalam menghadapi berita-berita yang ada. Jika tidak,
peristiwa tersebut akan menjadi preseden buruk terbentuknya opini publik. Berita yang dibentuk
atas dasar opini publik perlu ditelaah dan dikaji lebih mendalam unsur kebenarannya. Realita
kasus tersebut perlu dipahami secara komprehensif, tidak saja terkait rekayasa relasi kuasa dan
politik yang bernaung didalamnya. Ibu RAS menegaskan bahwasanya semua berita yang terkait
tersebut, melainkan adanya keterlibatan pihak tertentu yang memiliki kuasa kepentingan dan
unsur politis didalamnya. Berikut ini merupakan penjabaran beliau dalam cuplikan wawancaranya
³ WHUOHELK VDDW DGD NDVXV 277 NHPDULQ NDUHQD NHFRORQJDQ MXJD 2OHK VHEDE LWX NHPDULQ
kita semua dikumpulin oleh Kepala Perwakilan audit eselon 1 terkait hasil pemeriksaan
kita. Ketua Instansi pemerintahan kami berpesan atas kejadian selama ini yang terjadi,
tolong kalau ada masalah diselesaikan Internal dahulu..keep internal dulu..kalau masalah
kayak kemarin itu udah RNQXP VHEHQDUQ\D« ´
³ 1DK NLWD WXUXQ EXNDQ VD\D NHEHWXODQ WHPDQ VD\D .LWD PHP-BAP mereka kebetulan
kan kita di Instansi ada unit investigasi. Ya sekarang itu kerjasama unit investigasi sama
unit Internal Audit itu mem-BAP lah istilahnya. Ya mem-BAP itu semua tim tuh ditanya
satu-VDWX ´
³« &XPDQ \D LWX \DQJ DNX ELODQJ NHUMDDQ RNQXP NDUHQD GLD PDLQ VHQGLUL NDQ JLWX 1DK
kita itu untuk memastikan..itu kan internal menanyakan semua orang di tim itu kan. Nah
sebenarnya sebelum follow up semua kita udah turun. Internal sudah turun menanyakan
satu-satu lah semua tim itu dari situ. Ya perlu kejujuran makanya mem-BAP kan seperti
179
polisi ya jadi memang harus orang Internal Audit atau Tim Investigasi yang memiliki
NHPDPSXDQ VHSHUWL SROLVL«´
³«6D\D HQJJDN WDKX VNHnario dibalik itu, ya cuman kalau kita kan..kita kan turun ke
lapangan setelah kejadian. Bapak itu sudah di KPK dan itu sih kita menyangkanya sih
SROLWLN \D NDUHQD GLD HVHORQ «8GDK SROLWLN VLK PHQXUXW NLWD LWX NDUHQD PHOLEDWNDQ HVHORQ
«VHEHQDUQ\D Wuh ya eeh di Instansi kami itu karena ada anggota yang 1 sampai 7 tuh.
Itu sebenarnya sekarang tuh semua keputusan itu dari anggota. Padahal kan dia bukan
NDULU \D GLD NDQ SROLWLN GLD SXQ\D NHSHQWLQJDQ SROLWLN VHEHQDUQ\D«VHNDUDQJ pure politic..
kalau sekarang rata-rata punya tunggangan partai lah..yang mau jadi anggota itu pasti
SXQ\D WXQJJDQJDQ SDUWDL NDODX HQJJDN SDVWL HQJJDN« ND\DN VHNDUDQJ QLK HVHORQ VD\D
nih udah calonin beberapa kali nih tapi dia enggak punya tunggangan politik ke partai
DSD««\D VXGDK«´
memiliki banyak kerentanan, sehingga marwah profesi ini mulai ternodai oleh unsur politis dan
kelembagaan tersebut. Keadaan tersebut menjadikan tugas dan tanggungjawab akuntan yang
terkait etika tidak bisa terlaksana secara utuh. Pada saatnya nanti semua akan berbenturan
permasalahan besar dalam akuntansi khususnya saat jiwa akuntan memiliki keyakinan teguh
6.6 Penutup
Kehidupan di alam semesta memiliki serangkaian tindakan penuh makna yang menjadi
dasar eksistensi manusia sebagai sosok maupun figur yang mampu menghadapi realitas apa
adanya. Keadaan tersebut menjadi pegangan dan kendali diri akuntan dalam bersikap dan
bertingkah laku kepada sesama dalam ranah etika. Setiap jiwa hendaknya memperhatikan
keberadaan etika atau akhlak tersebut dalam dirinya, apakah merupakan sematan atau hiasan,
sekedar fungsi moralitas saja atau justru sebagai anugerah Tuhan yang perlu dijaga kesuciannya.
Disinilah peran jiwa sepenuhnya dalam memilih dan bertanggungjawab atas tindakan yang
diambil tersebut.
180
karena tidak memiliki kebebasan ruang dalam memilih. Keadaan tersebut terjadi karena
penerapan aturan sebagian besar mengekang kebebasan mereka dalam berekspresi. Ada yang
menilai kondisi tersebut bersifat positif tapi ada juga yang merasa kondisi tersebut sebagai
tuntutan yang lamban laun menimbulkan kelelahan hingga stress. Kondisi tersebut akan
menempatkan jiwa dalam posisi ketidakberdayaan. Mereka merasa terbebani dan terpenjara
layaknya korban dari ketidakadilan yang disebabkan relasi kuasa, politis maupun lingkungan
yang tidak mendukung. Dilain pihak ada beberapa informan yang mampu melampaui eksistensi
dalam dirinya sehingga menjadi lebih kreatif, mampu berfikir logis serta tegas menentukan pilihan
Fenomena yang dialami informan tersebut, senyatanya perlu dipahami keterlibatan dan
peran jiwanya sebagai sosok pribadi yang dimelekati oleh label maupun atribut sosial.
Kemelekatan yang mendominasi mampu mengabaikan fungsi Diri sebagai teman perjalanan
dalam menggapai eksistensi hidup agar diri memiliki kebermaknaan hidup (meaningful). Proses
penemuan diri akan makna perjalanan hidup merupakan upaya jiwa dalam menggapai kesadaran
diri (evolusi).
Evolusi kesadaran merupakan evolusi kesubyekan manusia dari makhluk material hingga
makhluk spiritual. Subyek yang bertindak sebagai partisipasi aktif memiliki kebebasan memilih
agar terlepas dari penderitaan sehingga memiliki rasa cinta yang utuh. Kebebasan merupakan
anugerah Tuhan yang secara nature terdapat dalam diri manusia dan bukan pemberian dari dunia
luar. Oleh sebab itu evolusi menuju pencerahan dimulai dari tingkatan personal, masyarakat,
komunitas, sosial hingga peradaban. Pencerahan merupakan kondisi dimana Diri mengalami
penyaksian tanpa batas terhadap manifestasi sifat-sifat Tuhan atau kesubyekan diri sebagai
makhluk yang membawa intrinsic order dari Tuhan dimana sifat-sifatNya membantu manusia
Peningkatan kualitas jiwa terus menerus dalam diri berbanding lurus dengan kemampuan
jiwa dalam menjaga kesucian dirinya. Oleh sebab itu kerentanan jiwa adakalanya muncul di
beberapa titik perjalanan hidup. Dalam pemikiran Hawkins, ada beberapa kualitas jiwa dalam
memandang realita kehidupan yakni the watcher dan the experiencer yang berada pada dimensi
3, kemudian the observer pada dimensi 4 dan selanjutnya the witness pada dimensi 5. Masing-
masing jiwa memiliki posisi dan derajat kualitas kemenjadian (becoming) yang berbeda.
Dalam tingkatan the watcher, jiwa memandang dunia eksternal sebagai sumber
kesenangan (kesadaran ego). Diri dituntut agar mampu memenangkan situasi sosial yang
keadaan tersebut, jiwa akuntan cenderung mengedepankan ego di setiap kegiatannya. Hasrat
dan keinginan besar terhadap sesuatu melebihi porsi yang seharusnya karena jiwa merasa
kekurangan sehingga gerak pemenuhan dari luar diupayakan secara terus menerus untuk
menghidupi dirinya. Dalam menghadapi kondisi tersebut, akuntan mengalami tuntutan hidup
tanpa akhir dimana gerak jiwa yang tidak mampu mengimbangi ritme dunia akan mengalami
Pada tingkatan experiencer, jiwa meratapi penderitaan yang muncul dalam batinnya.
Keadaan tersebut dilatarbelakangi oleh kemampuan jiwa yang memandang dunia eksternal
sebagai sumber penderitaan. Dalam keadaan tersebut, jiwa merasa terpuruk dan tidak memiliki
eksistensi dalam ruang lingkup sosial sehingga mengalami ketidakbermaknaan hidup. Dalam
tingkatan tersebut, jiwa cenderung menumbuhkan eksistensinya melalui sikap arogansi dan
kebanggaan (superior) diri sebagai upaya pemenuhan diri secara utuh. Keadaan tersebut
menjadi isyarat agar jiwa mampu menumbuhkan kualitas pejuang dalam dirinya yang lamban
laun bergerak naik mencapai tingkatan willingness. Dalam mencapai tingkatan tersebut, diri
bergerak melanjutkan perjalanan kedalam dirinya agar mampu mengeksplorasi posisi dirinya
Pada tingkatan the observer, penilaian jiwa terhadap beban kehidupan yang dialami, tidak
menjadikan diri terus berputus asa. Jiwa ditempa agar senantiasa mampu menjalani proses
tersebut sehingga mampu menumbuhkan derajat spiritualnya. Dalam tingkatan tersebut, proses
berfikir kritis sudah tidak mendominasi seperti tingkatan kualitas jiwa sebelumnya. Jiwa dalam
tingkatan ini justru sedang menapaki proses penyempurnaan dimana mekanisme cinta nantinya
terbentuk dalam diri dan jiwa mampu melampaui berbagai bentuk kerentanan dalam dirinya.
Pada tingkatan the witness, jiwa sudah tidak menghadapi dualitas dalam dirinya, diri
sudah tidak menghadapi dikotomi antara dunia luar dan dunia dalam. Semua menyatu menjadi
satu kesatuan tidak terdapat pemisahan. Jiwa merasakan penyatuan mendalam terhadap apa
yang terjadi dengan alam sekitarnya berikut seisi makhluknya. Pada tahapan tersebut, jiwa
pemahaman bahwa diri memiliki amanah penuh dalam mengemban peran dan tanggungjawab
dari Tuhan sehingga senantiasa memberikan kebermanfaatan kepada sesama dan membangun
peradaban yang mensejahterakan umat. Agar amanat peran dan tanggungjawab manusia
sebagai khalifah di muka bumi dapat diemban dengan baik dan selaras dengan kebermanfaatan
dan kesejahteraan umat, maka dibutuhkan upaya penyadaran diri yang utuh dan sempurna.
BAB VII
TRANS(ENDENSI)PERSONAL, UPAYA MENUMBUHKAN CINTA ILAHI DALAM DIRI:
SEBUAH EVOLUSI KESADARAN
7.1 Pengantar
Upaya penyempurnaan diri dapat diraih oleh jiwa melalui proses evolusi. Oleh sebab itu
pemberdayaan diri memiliki peran penting dalam keselarasan jiwa sehingga mampu menggapai
kesadaran ilahi yang menjadi tujuan utama penciptaan manusia berada di muka bumi. Mencapai
kesadaran ilahiah merupakan tahapan akhir perjalanan manusia dimana jiwa mampu menjalani
hidup otentik dan bertumbuh sebagai jiwa yang utuh dan sempurna. Kesempurnaan terletak
dalam diri manusia yang mampu mengenali, memahami serta menyadari bahwa segala sesuatu
yang terjadi dalam hidupnya tidak lepas dari kehendak Tuhan didalamnya. Manusia dengan
ikhtiar dan kemampuannya mewujud dalam diri yang bertumbuh. Pertumbuhan jiwa menuju
pribadi yang otentik tidak semata-mata dilatarbelakangi oleh faktor instruksi, regulasi, kekuasaan,
lingkungan bahkan figur otoritatif sekalipun. Keotentikan menjadi nyata saat diri manusia
terhubung dengan kehendak Tuhan, tanpa terbebani aturan atau regulasi yang ditetapkan pihak-
pihak yang memiliki kuasa kepentingan. Oleh sebab itu kesadaran memahami potensi diri
merupakan rangkaian aktivitas jiwa yang menempatkan ruh sebagai wujud tertinggi sekaligus
tersebut, setiap orang menemukan intrinsic order yang berbeda-beda. Proses transendensi
berangkat dari perasaan bersalah dalam diri berjalan menuju kebenaran dimana aliran kehidupan
183
184
yang dirasakan jiwa berpartisipasi secara aktif sebagai subyek melalui ketajaman penyaksian.
Transendensi memfokuskan pada penemuan kesalahan dan kebenaran diri, sehingga diperoleh
pengetahuan mendalam tentang diri ilahi yang bergerak menuju proses perubahan atau
transformasi perilaku. Dalam keadaan tersebut, diri mengalami rekontekstualisasi (Aswar, 2020)
dimana terjadi dialektika antara jiwa dan Tuhan yang menciptakan ketentraman, ketenangan
bahkan mampu menyembuhkan dan menumbuhkan spirit dalam diri. Proses transendensi
sehingga jiwa mampu mengaktualisasikan rasa cinta dan suka cita yang mendalam sebagai
representasi sifat-sifat Tuhan dalam Diri. Iman merupakan realisasi keillahian yang tidak terkait
dengan atribut atau label sosial yang ada. Oleh sebab itu kehadiranNya yang terepresentasi
dalam wujud kebenaran Diri yang selaras tidak akan menimbulkan konflik batin. Konflik batin
menjadi isu perdebatan besar bagi sebagian akuntan dalam memenuhi tugas dan
dalam menemukan kebenaran. Jika keadaan tersebut terus menerus berlanjut, maka jiwa akan
terjerat dalam rantai pelanggaran etika yang tidak berujung. Saat manusia memiliki tuntutan atau
hasrat besar terhadap label atau atribut sosial tersebut, disaat itulah keotentikan dalam diri
manusia memudar hingga lamban laun tenggelam. Beranjak dari keadaan tersebut, kesadaran
ego dan perjalanan dualitas manusia berkembang menuju pertentangan dan perdebatan sengit
dalam batin. Jika kondisi tersebut tidak segera diakhiri, maka gerak jiwa akan terus menerus
statis dan sulit beranjak bangkit dari kubangan penderitaan dan kesenangan semu.
Saat manusia jatuh terpuruk dalam penderitaan, pergerakan jiwa umumnya didera oleh
pengalaman ketakutan, kemarahan, kegelisahan dan konflik batin (fase reptilians) tanpa henti.
Keadaan tersebut menawarkan solusi kepada jiwa agar kembali mampu mengenali jati dirinya
185
melalui pemahaman potensi diri yang tersimpan baik kelebihan maupun kelemahan, menyadari
kenyataan dan pengalaman hidup yang telah dilewati melalui tingkatan kesadaran berupa
acceptance yakni kemampuan mengikhlaskan dan menerima diri sebagai pelaku bukan korban:
melakukan shifting dengan bergeser dan beranjak menuju kesadaran murni: focus menjaga level
kesadaran agar senantiasa berada di level power sehingga mampu mengeluarkan vibrasi positif,
penuh vitalitas dan semangat. Berikut ini gambaran perjalanan jiwa menuju pencapaian Insan
Kamil tersebut:
Proses menuju tahapan Insan Kamil diperoleh dari sekumpulan informasi yang
Dengan demikian diperoleh makna atau kesadaran spiritual dari pernyataan informan tersebut.
7.2 Mengurai Keruwetan Dilema Akuntan: Menggugah Jiwa dan Menggeser Paradigma
Berfikir
Akuntan menghadapi permasalahan dilema dalam ruang lingkup akuntansi atau bidang
apapun lainnya yang terjadi dalam masyarakat. Keadaan tersebut dilatarbelakangi oleh pola
berfikir mereka yang masih linier dimana ruang dalam solusi terbatas cakupannya untuk
PHQJDWDVL PDVDODK NHKLGXSDQ 8SD\D PHPHQXKL UXDQJ EDWLQ \DQJ WHUDVD ³NRVRQJ´ GLODNukan
186
melalui hasrat kemelekatan yang besar terhadap unsur yang bersifat material, fisik dan bersifat
eksternal terus menerus. Diri tidak memiliki daya upaya dalam memilih sehingga
ketidakberdayaan tersebut menempatkan posisi jiwa sebagai korban atau pelaku dari sebuah
kejadian atau peristiwa. Jiwa akhirnya menggunakan kebebasan berfikir dalam menggeser
paradigma lama yang bersifat linier (materialistic) menjadi non linier (spiritual). Dengan demikian
diri memiliki keleluasaan atau ketidakterbatasan memandang realita yang didominasi oleh
ketidakpastian.
Proses terjadinya fraud dilatarbelakangi oleh berbagai faktor pendorong. Bu Elvi menilai
motivasi sebagai faktor pendorong jiwa dalam bertindak sebagai pelaku pelanggaran tersebut.
Perilaku manusia dalam keadaan tersebut ditempatkan sebagai eksekutor dalam pelanggaran.
Pernyataan tersebut diungkapkan Ibu Elvi dalam cuplikan wawancaranya berikut ini.
³« PHPDQJ EDQ\DN IDNWRU \DQJ PHQLPEXONDQ fraud )DNWRUQ\D EDQ\DN \D«NDQ NDODX
fraud triangle itu kan ada opportunity, tekanan/pressure kemudian kesempatan kan (satu
lagi rasionalisasi). Nah mungkin kebetulan ketiga-WLJDQ\D EHUWHPX GL VDWX WHPSDW ´
³ <R LWX 7DSL NDODX PLVDOQ\D HQJJDN VD\D UDVD VLK HQJJDN«0XQJNLQ LWX NKLODI NDOL \DK
bu, karena itu kan risiNRQ\D EHVDU ´
Khilaf merupakan kondisi jiwa yang tidak menyadari gerak peristiwa yang mampu
melarutkan jiwa menuju penderitaan maupun kesenangan semu. Pada saat jiwa larut dalam
penderitaan maupun kesenangan, jiwa tidak memiliki kebebasan atau keyakinan untuk
mengendalikan apa yang terjadi dalam dirinya. Kebebasan dan keyakinan merupakan pilihan
jiwa yang seharusnya mampu dirasakan oleh batin atau hati manusia. Itu sebabnya Ibu RAS
mengembalikan semua permasalahan tersebut untuk direnungkan kembali dalam hati sehingga
diri senantiasa sabar dan bersyukur atas apapun yang terjadi dalam kehidupannya. Menurut Ibu
RAS, lika liku kehidupan di dunia laksana sebuah tempaan dalam perjalanan jiwa. Jiwa
menghempaskan jiwa dalam pusaran ketidakberdayaan. Arus yang mengalir deras dalam
187
tersebut telah diungkapkan Ibu RAS dalam pernyataan wawancaranya berikut ini.
³ 6HEHQDUQ\D LQL OHELK NH PDVDODK KDWL \D $NKLUQ\D VD\D NHPEDOLNDQ ODJL NHGDODP GLUL
DNX PDVLK EHUXQWXQJ GL -DNDUWD JLWX DMD VLK $SDSXQ LWX« VD\D DZDOQ\D VLK GXOX VHULQJ
menghindari masalah gitu. Saya jujur aja waktu itu, yang lain juga ya gimana cara
menghindari itu, lama-ODPD VD\D MDGL ERVDQ JLWX«NDUHQD VHODPD LQL VD\D
membandingkan lagi sama teman-WHPDQ VD\D NHWLND KDUXV GLPXWDVL«NDQ DXGLWRU
dimutasi 4 tahun sekali meninggalkan keluarga, bayangkan kalau tinggal
EHUMDXKDQ SDGDKDO GLD SHUHPSXDQ«-DGL ketika saya masih di Jakarta, ya sudah saya
V\XNXUL VDMD XGDK JLWX DMD« 7HUXV VD\D PLNLU ODJL WHUXV QDQWL VD\D GLSLQGDK NDWDNDQODK
saya enggak suka nih di shelter ini,..terus dipindah lagi ke Pusdiklat atau kemana gitu kan
pastinya saya juga akan menghaGDSL KDO VHSHUWL LQL«´
³ \D VXGDKODK«\DQJ SHQWLQJ DNX GL -DNDUWD JLWX DMD DNKLUQ\D .HVLWX XMXQJ-ujungnya kan
kesitu, ya sudah saya hadapin. Jadi gimana sekarang saya menghandle..memang benar
harus benar-benar memanage UHVWX SHQWLQJ EDQJHW NDQ GLVLQL ´
³6D\D MDGL 316 WXK PXQJNLQ $OODK VXGDK PHPEHULNDQ MDODQ \DQJ DSD \D MDODQ \DQJ
terbaik ketika harus membagi waktu antara kerjaan dan keluarga. Apa iya jika saya pindah
ke OJK atau katakanlah BI, atau ke BUMN lain, apa saya bisa pulang
ontime?..maksudnya selama di PNS itu ketika..teng setengah 5 atau jam 5 pulang ya ya
sudah gitu loh boleh pulang, walaupun ketika saya di daerah saya harus overtime is oke
karena memang tanggung jawab kerjaan di daerah. Saya tidak memiliki keluarga didaerah
jadi saya harus fokus untuk kerjaan kan.. Nah ketika disini ya saya setengah 5
pulang..pulang gitu loh..kalau di daerah kan tuntutannya lebih tinggi ya, dikejar laporan
apalagi pemeriksaan keuangan harus selesai di tanggal berapa kan harus..ya itu mau
enggak mau harus sering overtime. Makanya saya mikir kenapa saya enggak mensyukuri,
akhirnya saya begitu. Awalnya saya ah..pengen kesini pengen kesini, gajinya harus
WLQJJL«0DNDQ\D VD\D« \D PXQJNLQ VD\D VXGDK GL WLWLN OHYHO \DQJ VHULQJ NHEHQWXU-bentur
akhirnya ya sudah semua pDVWL DGD PDVDODK« ´
³«$ZDOQ\D VLK EXWXK SHQJHUWLDQ GDQ NHVDEDUDQ DMD NXQFLQ\D &XPD \D VD\D GL OHYHO \DQJ
belum bisa 100% terus terang aja, saya berusaha gitu loh, walau kadang-kadang masih
suka menggerutu di belakang saya sama teman-WHPDQ FXUKDW JLWX«NDQ saya kan satu
tim terdiri atas 4 orang dan ganti-JDQWL NDQ" ´
³« %DQ\DN ULVLNR MLND VD\D MLND PHPLOLK EHNHUMD VHEDJDL DXGLWRU HNVWHUQDO VHKLQJJD
PHQJDNLEDWNDQ VHEDJLDQ RUDQJ PHQJKLQGDULQ\D WHUPDVXN VD\D«VD\D risk avoider.
Kalau risk taker lebih cocoN PHQMDGL DXGLWRU NDUHQD WDQWDQJDQQ\D EDQ\DN«´
Bapak Ariel menilai keruwetan berpikir sebagai akar dari permasalahan dilema akuntan.
Oleh sebab itu posisi jiwa hendaknya dikembalikan lagi pada keyakinan diri terhadap nilai-nilai
agama atau pertumbuhan spiritual dalam diri. Keyakinan terhadap agama diperoleh melalui
pemahaman akan makna ritual keagamaan serta simbol-simbol ibadah yang dilakukan sehingga
pertumbuhan kesadaran spiritual akuntan tersebut. Dari penjabaran informasi yang diungkapkan
Bapak Ariel tersebut, beliau belum mampu membedakan pernyataan tentang spiritualitas dan
supranatural. Padahal spiritual merupakan pola berfikir non linier, dimana kemampuan berfikir diri
melampaui yang ada (out of the box). Diri yang ilahi hadir menembus ketidakpastian tersebut.
Lain halnya dengan kemampuan supranatural yang terkait dengan sesuatu yang bersifat mistik
serta penggunaan alat bantu dalam kegiatan mistik tersebut. Berikut ini merupakan ungkapan
³7DSL DOKDPGXOLODK KLQJJD VDDW LQL VD\D UDMLQ VKRODW WDKDMXG 3RNRNQ\D DVSHN VSLULWXDO
saya kuatin gitu. Itu katanya bisa buat melepas dan itu sudah dibiasakan sejak kecil
hingga sekarang habis maghrib ngaji begitu loh. Kalau habis maghrib ngaji kan hal-hal
VHPDFDP LWX \DQJ ELVD GLODNXNDQ«´
³6D\D SHUQDK GLVHUDQJ RUDQJ [ WDSL VD\D HQJJDN WDNXW $OKDPGXOLOODK VD\D bisa lolos.
Ternyata menjadi auditor itu perlu apa yah istilahnya perlu bekal spiritual kuat jadi kalau
diserang dengan cara non fisik, kita bisa hindari. Kalau masalah lain yang terkait dengan
integrity kan masalah secara umum..meski hal itu merupakan sesuatu yang tidak kalah
SHQWLQJ SXOD «´
Begitupula dengan Bapak Munaj yang tidak lupa menyertakan restu keluarga yakni doa
dan dukungan istri serta anak-anak beliau dalam pengambilan keputusan terkait pekerjaannya.
Lingkungan keluarga yang memberikan atmosfer positif akan memperkokoh serta mendukung
fungsi etika atau akhlak dalam diri manusia. Berikut ini penjabaran pernyataan beliau dalam
cuplikan wawancaranya:
³.DODX VD\D VLK PHOLKDW ND\DN JLWX«VD\D EDOLNDQ ODJL JLPDQD VRDO UHOLJLXVLWDV 6D\D
balikkan lagi ke keluarga sih kalau kayak gitu. Misalnya dalam artian nih, saya udah wanti-
wanti istri saya bicara ke saya untuk tidak menerima sesuatu yang istilahnya subhat..ragu-
ragu gitu. Misalnya tadi kita tiba-tiba eee apa namanya, dibiayakan untuk pergi ke Lombok
sama negara gitu, itu duitnya dari mana. Negara bukan yang bayarin ataupun yang
lainnya, atau memang itu sebagai gratifikasi atau yang lain. Istri saya sudah wanti-wanti
ketika itu, terus dukungan dari istri dan keluarga tersebut penting. Saya sih melihat seperti
LWX HQJJDN WDKX NRQWHNV PDQXVLD \DQJ ODLQ EDJDLPDQD \D ´
Posisi istri dalam keluarga merupakan ornamen jiwa sekaligus penyeimbang dalam
kehidupan suami. Hal ini dikarenakan istri memiliki peran penting mengatur kehidupan serta iklim
rumah tangga tanpa mengabaikan fungsi suami sebagai kepala rumah tangga. Berkaitan hal
189
tersebut, Bapak Munaj selaku kepala rumah tangga membutuhkan aspek feminine sebagai
penyeimbang aspek maskulin dalam dirinya. Kelembutan dan ketenangan Istri merupakan aspek
penyeimbang dalam menumbuhkan semangat kerja, ketekunan dan disiplin suami. Dengan
demikian akan terjadi keselarasan dan keseimbangan beliau dalam berperilaku. Keadaan
tersebut menjadi pegangan Bapak Munaj dalam menumbuhkan kesadaran beretika sehingga
7.3 Pensucian Jiwa dan Kemampuan Self Healing: Menumbuhkan Tingkat Subyektivitas
dalam Diri
Perubahan paradigma dalam berfikir merupakan alternatif cara yang dipilih jiwa agar
mampu menggeser posisi diri dari sebuah keadaan atau kondisi sebagai objek menuju proses
melampaui penderitaan yang sedang dialami. Proses menempatkan diri sebagai subyek
merupakan proses menghadirkan diri sebagai sosok yang memiliki kebebasan berkehendak
penuh untuk merubah keadaan menjadi manifestasi tempat bertumbuhnya kesadaran jiwa.
Perubahan atau pergeseran paradigma berfikir dari pola linier (material) menjadi non linier
(spiritual) bukan merupakan proses instan yang mudah dilakukan oleh jiwa yang terlanjur hanyut
dalam kemelekatan eksternal. Perlu tahapan demi tahapan proses menumbuhkan jiwa agar diri
menjadi salah satu pintu atau jalan bagi jiwa agar mampu melakukan perjalanan ke dalam dirinya
(inner journey).
menyenangkan maupun tidak menyenangkan yang bersifat traumatis (luka batin) yang dapat
mengganggu sifat dan kepribadian manusia. Langkah antisipatif yang perlu dilakukan adalah
dengan menerima pengalaman traumatis yang pernah hadir dalam dirinya, tidak memiliki
pengalaman tersebut pernah hadir dalam kehidupan manusia. Diri mampu menyaksikan
pengalaman tersebut sebagai upaya pembelajaran diri dimana didalamnya memuat sebuah
hikmah. Dengan menarik makna filosofis ke dalam diri, jiwa senyatanya memiliki kekuatan untuk
menapaki tahapan kehidupan selanjutnya. Dalam proses tahapan tersebut, kesucian jiwa
diharapkan menyeruak hadir dan muncul tanpa batasan ruang dan waktu, memulihkan ingatan
akan esensi penciptaan diri manusia dimana asal muasal keberadaan manusia menggerakkan
jiwa untuk senantiasa kembali pada fitrah. Proses tersebut tentunya tidaklah mudah, karena
dibutuhkan keleluasaan jiwa agar mampu menerima pengalaman yang dihadapi melalui jalan
kesabaran dan keikhlasan. Peristiwa tersebut dialami informan penelitian yang secara tegas
meyakini hakekat kebenaran dalam dirinya. Kebenaran tersebut secara tidak langsung menjadi
titik tolak jiwa dalam menyembuhkan dirinya (self healing). Bapak Hardiman secara fakta
³6D\D EHUXSD\D PHPHJDQJ WHJXK QLODL-nilai dalam akhlak dan profesi khususnya saat
melakukan audit. Misalkan integritas perlu kita pegang teguh. Kita ungkapkan apa adanya
kalau dokumen nya bilang A, ya kita bilang A. kalau dokumennya bilang B yah kita bilang
B. Tidak mungkin saya bilang dokumen A kalau kenyataanya itu dokumen B, karena
GDODP DXGLW NDQ PHPHULNVD GRNXPHQ DSD DGDQ\D JLWX ´
³.LWD KDUXV PHPLOLNL ,QWHJULWDV ,QGHSHQGHQVL REMHNWLYLWDV GDQ ODLQ-lain. Kejujuran yah kita
ungkapkan apa adanya. Apa yang kita temukan kita ungkapkan. Jangan sampai
,QGHSHQGHQVL NLWD EHUEHQWXUDQ GHQJDQ NOLHQ 2EMHNWLI \DK«SDVWLNDQ WLGDN VXEMHNWLI
maksudnya sesuai dengan source dokumennya. Profesionalisme yah sesuai dengan
kompetensi kita sebagai akuntan. Itu nilai-nilai yang harus dimiliki akuntan.
Ibu Anies selanjutnya menambahkan bahwasanya kebahagiaan lahir dan batin tidak saja
melibatkan unsur religiusitas spiritual maupun syariah keagamaan, tetapi juga menyelaraskan
jiwa dengan diri yang Ilahiah. Bu Anies juga menyatakan bahwa faktor eksternal pemicu
kebahagiaan manusia dijabarkan dalam relasi interpersonal serta terwujudnya iklim kondusif di
lingkungan kerja. Meskipun demikian untuk mewujudkan semua itu, tidak lepas dari vibrasi atau
arah gerak jiwa yang dihasilkan informan tersebut. Peneliti menilai senyatanya dunia eksternal
191
merupakan pantulan cermin dari keberadaan dunia internal informan. Berikut ini ungkapan Ibu
pensucian diri atau self healing dilakukan melalui mekanisme pertumbuhan nilai-nilai keilahian
yang disertai rasa ikhlas dan sabar. Nilai-nilai keilahian yang tumbuh dalam wujud sabar dan
ikhlas berada dalam wadah yang suci (firah). Wadah suci atau fitrah diri muncul manakala jiwa
mampu menyingkirkan hijab-hijab penghalang kesucian diri tersebut. Kesucian diri hadir dalam
jiwa manusia saat diri mampu melepaskan kemelekatan eksternal atau hasrat duniawi yang
merupakan hijab penghalang masuknya cahaya ilahi dalam diri. Selain itu serangkaian intropeksi
diri menjadi sarana penyembuhan diri atau pensucian jiwa tersebut. Kebahagiaan menyeruak
muncul manakala pancaran ilahi tumbuh semerbak dalam diri, meskipun demikian tidak dipungkiri
bahwa faktor eksternal seperti lingkungan kerja dan hubungan interpersonal menjadi salah satu
7.4 Dialektika sebagai Proses Menemukan Kebenaran dalam Diri (Sintesis Pengetahuan)
Proses dialektika merupakan upaya peneliti menemukan kebenaran dalam diri. Proses
tersebut memberikan wawasan bagi jiwa akuntan untuk mengejawantahkan karakter kesadaran,
dalam berperilaku serta menggerakkan daya dan upaya sebagai energi penggerak kekuatan jiwa
Kebenaran yang tumbuh dari dalam diri merupakan hasil dari sintesis pengetahuan dimana
keyakinan yang menetap dalam diri memberikan selimut bagi jiwa agar mampu bersikap tenang,
bertindak sadar serta berperilaku tegas dalam menghadapi permasalahan dunia. Fenomena
tersebut dirasakan Ibu Anies saat menghadapi permasalahan cukup pelik dalam hidupnya.
Keadaan tersebut mengingatkan beliau untuk tidak menyurutkan langkah melainkan kembali
pada posisi awal keberadaan manusia yakni berserah diri kepada Tuhan, memiiki keyakinan dan
bersikap ikhlas atas segala ketentuan yang menjadi ketetapan dalam hidupnya. Menurut Ibu
Anies, yang terpenting dari tindakan itu semua adalah diri mampu memberikan kebermanfaatan
dan kebaikan kepada sesamanya. Informasi tersebut diungkapkan Ibu Anies dalam kutipan
³«NHWLND VD\D PHQHULPD KDO \DQJ EXUXN VD\D HQJJDN PDX EHUODUXW-larut berkeluh kesah
atas apa yang telah terjadi. Semua itu jangan dijadikan beban terus menerus. Sesuatu
tersebut tidak bisa dikatakan gagal hanya saja belum tepat waktunya atau saatnya belum
tepat. Banyak berdoa saja dan ikhlas menerima apa yang telah terjadi. Mencoba yakin
atas apa yang telah dilakukan misalnya membantu orang lain akan memberikan
kebermanfaatan kepada sesama, asalkan tetap konsisten. Saya pernah berada di titik nol
MDGL VD\D SHUQDK PHUDVDNDQ NRQGLVL GLPDQD VD\D EXWXK EDQWXDQ RUDQJ ODLQ«´
Bapak MFA yang menentukan pilihan atas dasar nurani tidak membutuhkan alasan dibalik
pilihan tersebut. Keadaan tersebut dipicu oleh realita yang menyatakan bahwa kebenaran yang
diperoleh atas dasar nurani tidak membutuhkan serangkaian bukti untuk mendukung kebenaran
tersebut. Namun paling tidak pernyataan tersebut sudah mampu membebaskan diri kita dari rasa
bersalah atau kemelekatan luar biasa terhadap dunia luar. Berikut ini ungkapan Bapak MFA
Informan lain justru menilai keberadaan syariah keagamaan sebagai faktor utama selain
rasa atau feeling sehingga dapat memperkokoh keyakinan diri dalam berprinsip dan mengarungi
kehidupan yang serba rumit dan kompleks. Pemahaman tersebut diungkapkan oleh Ibu Sova
³3HQLODLDQ DNX WHQWDQJ EDJDLPDQD VHRUDQJ DXGLWRU EHUVLNDS VHKDUXVQ\D VHVXDL NDLGDK
Fiqih dalam Islam. Kalau enggak ada buktinya secara dhohir, orang itu tidak boleh
dihukum. Misalnya orang dhohirnya sholat ya udah dia sholat, mau dia sholatnya itu
terpaksa atau mau apa itu kita enggak berhak menghukumi dia. Dhohirnya kan dia sholat
seperti itu jadi itu yang perlu diyakini ya.. kalau orang lain mah terserah aja ya. Jadi ketika
aku punya feeling, punya intuisi ini enggak benar itu enggak benar, cobalah kita
ehmm..kembangkan istilahnya suatu tehnik untuk bisa menangkap feeling tersebut
menjadi suatu bukti. Itu mungkin sekeGDU XVXODQ DMD \DK ´
Ibu Sova menambahkan pentingnya intuisi untuk memperkokoh keyakinan diri atas pilihan
tersebut. Meskipun demikian dukungan alat bantu sangat dibutuhkan untuk dapat menangkap
feeling atau rasa tersebut. Kandungan pemikiran Ibu Sova dinilai peneliti masih menganut pola
pikir linier dimana segala sesuatu yang terlihat secara fisik (material) menjadi bukti keabsahan
dari kebenaran yang beliau miliki. Beliau menyakini bahwa sesuatu yang bersifat metafisik jika
dikaitkan dengan kebenaran seharusnya disertai perwujudan fisik atau wadah yang menjadi
manifestasi keberadaan metafisik tersebut. Dalam keadaan tersebut, Ibu Sova menilai
pentingnya alat pendukung dalam menunjang kebenaran yang dihasilkan dari intuisi tersebut.
Ibu Diane menambahkan perlunya ruang gerak bagi jiwa dalam kegiatan keagamaan
yang bersifat ritual maupun occasional. Ketentuan tersebut berlaku pula pada perusahaan asing
tempat Ibu Diane bekerja. Perusahaan tersebut telah memberikan ruang atau wadah ekspresi
keagamaan sekalipun. Ibu Diane melihat pihak manajemen perusahaan lebih mempercayai
karyawan perusahaan yang tekun dan taat beribadah. Perilaku tersebut menjadi signal bagi pihak
manajemen bahwasanya para karyawan telah memiliki nilai-nilai kebaikan seperti termuat dalam
194
ajaran agamanya. Nilai-nilai kebaikan diharapkan tercermin dalam perilaku dan sikap mereka
dalam bekerja.
Menurut Bapak Hari, nilai-nilai agama merupakan pondasi penting bagi umat dalam
menjalani kehidupannya. Pendapat beliau selaras dengan pernyataan yang diungkapkan oleh
Ibu Sova dan Ibu Diane. Bapak Hari menilai karakteristik atau sifat yang melekat pada auditor
seharusnya mengandung nilai-nilai kebaikan yang termuat dalam agama. Oleh sebab itu Bapak
Hari memberikan contoh Rasullulah sebagai sosok yang memiliki akhlak sempurna sehingga
tepat dijadikan panutan bagi jiwa akuntan dalam mencapai kesempurnaannya. Pernyataan
³0DNLQ EDQ\DN NHMDGLDQ SHODQJJDUDQ MLND DQGD VXGDK GDODP SURIHVL VHSHUWL LWX PDND
independensi itu harus dijaga ada kok kuncinya dan diatur dalam DJDPD DSDSXQ ´
³$MDUDQ QDEL NDQ PXOLD HWLND LWX FHQGHUXQJ PHQJDUDKNDQ RUDQJ EHUEXDW EDLN KDPSLU
semua agama mengajarkan berbuat baik..nah sekarang tergantung gimana cara pandang
kita..karena saya seorang Islam, maka cara pandang saya mengikuti ajaran nabi
0XKDPPDG ´
³0HQXUXW VD\D MLND GLD VHRUDQJ DNXQWDQ GDQ VXGDK PHQHUDSNDQ DJDPDQ\D PDND
ahlaknya sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi Muhammad, saya yakin code-code dia
LQV\DDODK OXUXV ´
195
Dalam wawancara terhadap Ibu Diane, dipaparkan bahwa pihak manajemen perusahaan
menilai identitas keagamaan seseorang sebagai cara untuk mengetahui kepribadiannya. Padahal
bisa jadi kondisi tersebut menjadi peluang atau celah bagi pihak- pihak yang ingin
tertentu untuk mengelabui pihak perusahaan. Oleh sebab itu perlu identifikasi, kajian dan
pengenalan lebih lanjut bahwa penilaian kepribadian seseorang tidak berdasarkan pada atribut
yang melekat saja, melainkan dari proses kedalaman batin yang menghasilkan sifat atau karakter
manusia. Pada akhirnya kesucian hati dan jiwa akan terefleksi dalam perilaku, sikap dan tindakan
³ -DGL VHEHQDUQ\D VLIDW-sifat Islamic kita tuh udah harus mencirikan cara kita bekerja juga
yah. Kalau misalnya suatu waktu kita menemukan situasi grey area ya itu tantangannya
eeh sikap kita tuh seperti case by case ya. Kalau menurut aku sih selama kita eeh apa ya
namanya memegang teguh masalah keislaman kita yang oh ya kita tahu eeh ini nggak
boleh itu enggak boleh terus kita tanya sama..sama siapa sama ustad gitu loh, sama
RUDQJ \DQJ PHQJHUWL DJDPD JLWX ORK ´
³L\D WDSL \D HHK MDQJDQ VDPSDL WHUODOX HHK DSD \DK QDPDQ\D \D HKK PHPLVDKNDQ
lah..memisahkan antara..pekerjaan dengan agama. Seharusnya kalau teorinya agama
PHQFHUPLQNDQ DSD \DQJ NLWD NHUMDNDQ ´
³.DODX DNX SULQVLSQ\D MDQJDQ PHQFDPSXU HHK MDQJDQ PHPLVDKNDQ \DQJ WHWDS JLWX ORK
karena aturan agama kan lebih dulu daripada aturan kita bekHUMD JLWX ORK ´
Ibu RAS memberikan penjelasan bahwa dengan memahami atau menafsirkan ayat-ayat
kitab suci (Al-Quran) dalam Islam akan membawa jiwa manusia menuju jalan hidup sebenarnya
yakni memperoleh kebenaran, asalkan kita mampu memahami makna tersebut melalui proses
perenungan. Meskipun demikian Ibu RAS menilai sosok keteladanan Rasulullah masih jauh dari
jangkauan pencapaian umat manusia saat ini. Berikut ini merupakan cuplikan wawancara peneliti
³«VD\D SDOLQJ VHULQJ GHQgerin pengajian atau kajian agama. Untuk mengingatkan bahwa
semua bakalan mati. Seberapa banyak sih kebaikan yang udah kita bawa dan berikan
dalam kehidupan, itu saja sih. Meskipun saya memang belum di tahap 100% memenuhi
ya cuman paling enggak saya..kalau VD\D PHUHQXQJ JLWX NDQ NDGDQJ RK L\D«´¶
³ PHUHQXQJ LWX WLED-tiba kadang muncul. Kadang terlintas di pikiran saya begini, saya
mencari uang gini gini terus kalau misalkan gimana ya ketika punya uang terus terus buat
196
apa..saya kepikiran seperti itu sih, terus eeh apa yang akan saya lakukan terhadap orang.
.DGDQJ WHUOLQWDV GL SLNLUDQ HHK VD\D XGDK PHPEHULNDQ RUDQJ ODLQ LWX DSD \DK«WHUKDGDS
orang tua juga begitu. Iya saya tahu saya jauh dari yang diharapkan seperti dalam sosok
5DVXOXOODK«´
³«EHUXVDKD PHUHnung kadang sharing sama teman-teman yang lebih..yang saya anggap
mumpuni. Tapi emang lebih adem kalau ada ustadzah gitu yang kasih pencerahan
JLWX OHELK PDVXN ´
³ 6D\D SHUQDK SXQ\D WHPDQ WHUVDQJNXW NDVXV GL .3. GLD VHEHQDUQ\D WXK PHOLQGXQJL
tim, dia bukan Ketua Tim tapi anggota tim senior tapi dia mau menerima konsekuensi
yang dterima. Kata dia..ya mungkin ini tebusan dosa saya di dunia..harus kejeblos
EDODVDQ GLWHULPD VD\D GL GXQLD SRNRNQ\D DNKLUDW HQJJDN DGD EDODVDQ ODJL JLWX«'LD
santai aja dalaP DUWL PHQHULPD LWX VDQWDL DMD DWDX ELVD GLOLKDW MXJD GDUL DJDPD VLK«´
³ 6HVHRUDQJ \DQJ PHPLOLNL NHPDPSXDQ PHPDKDPL DMDUDQ DJDPD LWX ELVD JLPDQD
ya..kayak tafsir Al-Quran mampu menafsirkan maka akan mampu memahami jalan hidup
yang sebenarnya sesuai GHQJDQ NRULGRU DJDPD « ´
Dari sudut pandang Bapak Ariel, pelanggaran yang dilakukan sebagian akuntan
merupakan upaya diri yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan yang sifatnya material. Hal
Bapak Ariel merupakan pribadi yang alim dan taat beribadah, sehingga jika beliau berada dalam
nilai kebaikan yang termuat dalam ketentuan agama. Pada akhirnya dampak dari penerimaan
³XDQJ´ WHUVHEXW DNDQ PHPEDZD NHWLGDNEHUNDKDQ SDGD NHOXDUJDQ\D NKXVXVQ\D LVWUL GDQ MXJD
dengan memenuhi tanggungjawab kepada istrinya dalam mengelola keuangan keluarga. Istri
beliau mengetahui sumber dana dan besaran yang diperoleh Bapak Ariel setiap bulannya dari
kantor, mengajar ataupun sebagai narasumber. Istri beliau juga tidak lupa menyisihkan sebagian
dari pendapatannya tersebut untuk membantu fakir miskin dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Berikut ini merupakan pernyataan Bapak Ariel dalam wawancaranya berikut ini.
³7DSL VHNDUDQJ OLKDW GDUL .3. LWX NDQ UDWD-rata semua yang ditangkap sebagian besar
korupsi. Mereka rata-rata punya sifat rakus. Orang gajinya sudah gede, fasilitas lengkap
kenapa masih seperti itu?. Itu bukan karena kebutuhan tapi karena rakus. Korupsi-korupsi
yang sekarang dilakukan bukan karena kebutuhan. Kalau kebutuhan mungkin ada yang
gajinya kecil, itu biasa. Kalau orang yang gajinya sudah besar, fasilitas lengkap tapi masih
VHSHUWL LWX EHUDUWL NDUHQD«L\D NDUHQD SRVLVL SHMDEDW EXNDQ NDUHQD NHEXWXKDQ WDSL
UDNXV«\D ZDODXSXQ UXWLQLWDV V\DULDKQ\D WHNXQ GDQ DOLP WLGDN PHQMDPLQ«´
197
³ NDODX VD\D ELVD PHQJHWDKXL VHVHRUDQJ LWu korupsi atau melanggar ketentuan (fraud)
bisa dari ucapannya. Bisa dari ucapan istri atau keluarganya atau dari ucapan yang
bersangkutan. Heeh dia keceplosan Allah memberikan jalan lewat ucapannya..ha ..ha
KD ´ EHUFHULWD VDPELO WHUWDZD SXDV
³ 'LD QJRPRQJ VHQGLUL L\D« QDQWL \DQJ ED\DULQ vendor, ngono kan ketahuan. Berarti etika
bisnisnya enggak sehat..etika kerja enggak dijalankan karyawan..Mungkin gaya
KLGXSQ\D $SDODJL NDODX GLWDQDPNDQ GL ELVQLV EHUDUWL NDQ HQJJDN EHUNDK«'XLWQ\D HQJJDN
berkah..akhiUQ\D KLODQJ ODJL LWX ´
³«$OKDPGXOLODK VD\D HQJJDN SHUQDK WHULPD DSDSXQ EHUNDK MDGLQ\D 0DNDQ\D \DQJ
mencatat semua pendapatan saya bukan saya, tapi istri saya.. Dia Direktur Keuangan
yang baik sampai mau menghitung zakat pas mau puasa, mau lebaran..dia ingat loh. Dulu
saat saya mengisi workshop lumayan lah saya kasih istri saya..yang buka amplop istri
VD\D VD\D VHQGLUL HQJJDN WDKX GDSDW EHUDSD«'LD VHPXD \DQJ FDWDW
SHPEXNXDQQ\D«MDGL LVWLODKQ\D VDWX WUDQVSDUDQVL´
Argumentasi yang diungkapkan Bapak Ariel selaras dengan kondisi perusahaan tempat
Ibu Diane bekerja. Banyak pihak terkecoh oleh identitas atau simbol keagamaan yang dibawa
individu tersebut saat tampil di publik atau masyarakat. Mereka berupaya memperoleh simpati
agar mampu mengambil peluang atau celah sebagai dasar untuk melakukan pelanggaran. Bapak
Hardiman menyebut hal tersebut sebagai casing. Proses internalisasi diri merupakan hal penting
dalam penerapan etika, dimana keberadaan aturan atau slogan bukan sekedar angin lalu saja
melainkan mengejawantah dalam diri sehingga jiwa memiliki pemahaman mendalam akan fungsi
dan peran etika tersebut. Aturan dan etika yang dimaksud disini adalah pemahaman akan makna
dari ayat-ayat Al Quran serta Hadist sehingga mampu memperkuat akhlak akuntan. Berikut ini
³$SDSXQ \DQJ VD\D ODNXNDQ GL GXQLD LQL ZDODXSXQ EHUXSD SHNHUMDDQ DWDX DSDSXQ LWX MXJD
saya tetap berpedoman ya mungkin seperti muslim lainnya yakni Al Quran dan Hadist yah
seperti itu aja. Jadi orang bisa memisahkan antara pekerjaan di dunia dengan kehidupan
\DQJ DSD \DK «VHEDJDL EHNDO GLDNKLUDW NDUHQD GLD NXUDQJ LOPXQ\D \D LWX DMD VDPELO
bergumam). Jika dilihat dari casing seseorang, ya boleh saja tapi kan gini kita lihat dari
amal perbuatannya perbuatannya dia bagaimana, kan begini belum tentu orang yang
banyak menyumbang masjid itu orang baik, seorang koruptor bisa menutupi korupsinya
dengan menyumbangkan di masjid, benar ga? ..(bertanya disertai nada tinggi). Seolah-
olah dia seorang yang baik di masyarakat padahal pekerjaannya dia adalah seorang
koruptor, ya kan gitu. Tentunya salah penerapan etika seperti itu, karena etika yang ada
hanya sekedar tulisan yang dipasang di dinding. Harusnya etika masuk kedalam diri dia,
saya melihat di beberapa institusi tidak hanya akuntan publik, mereka punya Fraud
Control System, etika tinggal etika mereka ga paham isinya, cuma sekedar hiasan
dinding, ya itu etikanya ga masuk ke dia (suara beliau mulai pelan dan terbata-bata).
198
´%DJL VD\D SULEDGL NLWD SXQ\D HWLND GDQ kita punya profesi di kehidupan kita sehari-hari,
ini sebenarnya yang harus diperkuat disini adalah akhlaknya. Saya enggak ngomong
kalau saya berakhlak baik yah, tapi saya berusaha sebaik mungkin saya bersih. Dengan
demikian etika profesi akan mengikuti, karena saya berpendapat etika profesi dibawa dari
akhlak kita. Walau demikian, kadang akhlak atau etika manusia bisa naik turun, asalkan
MDQJDQ VDPSDL PHOHZDWL DPEDQJ EDWDV PLQLPDO ´
Keberadaan akhlak dan profesi laksana dua sisi mata uang yang saling bersinergi dan
memperkuat satu sama lain. Dimana profesi yang solid dan kokoh terbentuk dari keberadaan
akhlak yang mulia. Jadi apabila organisasi profesi memuat arogansi dan kepentingan pribadi ,
Internalisasi merupakan rangkaian perjalanan jiwa kedalam diri (inner journey) melalui
proses hening (meditatif) atau kontemplasi sehingga diri memperoleh konfirmasi jawaban atas
permasalahan yang dihadapi baik terkait penderitaan maupun luka batin yang dialami sebagai
dampak kemelekatan jiwa manusia terhadap faktor eksternal. Kontemplasi merupakan upaya
jiwa menjaga progresivitas kesadarannya. Diri melakukan riset terhadap diri sendiri dengan
belajar terhubung dengan emosi dan rasa sehingga tidak menimbulkan pertentangan rasa dan
emosi dalam batin. Kepekaan akan rasa dan emosi mampu menimbulkan sensasi fisik pada
Proses internalisasi diolah dalam dimensi pikiran (mind) manusia, sedangkan pada
dimensi ego, jiwa masih dikuasai oleh kepentingan dan kemelekatan eksternal. Dalam dimensi
pikiran (mind), diri memiliki kemampuan receptual, perceptual, conceptive sehingga bergerak
menuju tataran intuitif yang melakukan eksplorasi kebenaran yang bersifat objektif melalui
keterhubungan fenomena terhadap data-data yang bersifat fisik dan metafisik. Melalui daya
intuitif tersebut, jiwa menumbuhkan keyakinan diri dalam bersikap dan bertingkah laku.
Pemahaman tersebut diperoleh dari hasil wawancara beberapa informan seperti Ibu RAS, Ibu
SOVA, Bapak Hardiman, Bapak Munaj, Bapak Andri, Bapak Hari dan Ibu Anies.
199
Ibu RAS menilai pentingnya feeling selain data-data pendukung saat melakukan
pengauditan. Aturan tersebut diberlakukan beliau saat menemukan kesalahan pencatatan pada
klien dan melihat ekspresi ketakutan klien saat berbicara. Oleh sebab itu Ibu RAS melakukan
crosscheck terhadap data-data pendukung untuk melihat keselarasan data yang ada dengan
feeling beliau saat pertama kali menemukan keanehan pada klien. Saat melakukan crosscheck,
beliau melakukan prosedur pengauditan berupa tracing terhadap bukti pendukung tersebut
sehingga pada akhirnya beliau melakukan konfirmasi dan koreksi atas posisi saldo kas tersebut.
Walau demikian perasaan Ibu RAS tidak nyaman karena telah menyebabkan klien tersebut
menjadi ketakutan. Berikut ini pernyataan beliau seperti diungkapkan dalam wawancaranya
dibawah ini.
³.DGDQJ GDUL feeling GXOX WHUXV VD\D EHUXVDKD NDQ«NLWD NDQ PDLQ GL GDWD 3RNRNQ\D NLWD
ngomong tuh harus ada data gitu ya. Jadi ya ketika saya sudah mulai ini, saya mulai
telusuri lagi dong data-datanya sampai semua itu dapat. Kalau itu kurang berarti memang
suatu temuan gitu loh. Saya beranggapannya dari situ. Setelah itu, ketika mulai ada
sesuatu yang aneh saya tanyakan ke mereka, kalau mereka bisa jawab berarti sudah.
.DODX HQJJDN \DK LWX VD\D WHUXVNDQ VD\D WHUXVNDQ VDPSDL NH VHEXDK WHPXDQ JLWX ´
³6D\D SHUQDK SXQ\D SHQJalaman..pernah sih..ada yang biasa-biasa saja, ada yang
HPDQJ KHPP GLD WXK NHWDNXWDQ SDV QJRPRQJ 0DNVXGQ\D SDV QJRPRQJ LWX«SDV
menjawab. Padahal saat itu saya kan belum menemukan kasusnya loh, tapi saya kan
ketemu sama bendahara. Saya minta buku kas nya, buku kas umum, buku besar gitu kan
VD\D PLQWD«WDSL NRN LEXQ\D VXGDK NHWDNXWDQ«XGDK DQHK DMD FXPDQ VD\D NDQ EHOXP
baca. Saya baca dulu..sreset..ternyata benar ada kesalahan pencatatan. Dia
mencatat..apa ya waktu itu tuh. Eeh harusnya tahun lalu kecatat, tahun yang saya periksa.
Misalnya saya meriksa tahun 2015, nih lingkupnya ternyata terdapat data 2014 masuk ke
7HUQ\DWD NHWHPX GLVLWX SDQWDV DMD LEXQ\D ZDNWX VD\D«´
³ %HOXP NHSLNLUDQ NDODX LEX LWX DGD VDODK .DUHQD ZDNWX LWX VD\D EHOXP DXGLW
psikologisnya, saya belum belajar. Orang saya kan baru pertama kali terjun di lapangan,
namanya eeh crosscheck laporan keuangan gini kan nilai sekian..sekian di crosscheck ke
EXNX EHVDU VDPD EXNX NDV LWX«1DK EDUX NHWDKXDQQ\D VHWHODK VD\D tracing ke bukti
pendukung juga gitu loh..terus akhirnya baru saya confirm« ´
³ WHUXV DNKLUQ\D \D XGDK GLEHQHULQ WUDQVDNVLQ\D MDGL PHPSHQJDUXKL NDV DNKLU \D«VDOGR
kas awal dengan posisi saldo kas akhir tahun lalu kan jadi berubah di koreksi maksudnya.
Oh pantesan ibunya sudah ketakutan, itu saya masih di awal loh, masih benar-benar
muda fresh graduate GL %3. LQL « \D XGDK NDWD .HWXD 7LP VD\D GLNRUHNVL VDMD <D $OODK
saya jadi bikin takut orang lain gitu. Itu kan ibu-ibu..padahal saya enggak bentak-bentak
loh. Kayaknya dia ini..waktu dulu kan pembukuan belum serapih sekarang, jadi memang
PDVLK NDFDX VLK«´
200
Lain halnya dengan pernyataan Ibu Sova yang menilai pentingnya kesatuan setiap elemen
dalam mensinergikan kekuatan yang tumbuh. Jika terdapat kerentanan pada salah satu elemen
maka akan berdampak pada elemen lainnya. Hal tersebut terjadi pada keberlangsungan peran
dan fungsi etika dalam perilaku manusia. Perilaku etis atau tidak etisnya seseorang jangan dinilai
dari satu tindakan ataupun perbuatan yang disinyalir merupakan kesalahan atau kebenaran.
Penilaian hendaknya didasarkan pada perbuatan atau tindakan yang senantiasa menjaga atau
menodai kesucian jiwa. Setiap jiwa hendaknya menyadari bahwa setiap tindakan atau perbuatan
yang terjadi adalah buah dari pemikiran (thought field) atau pola pikir yang tidak sejalan dengan
kehendak Tuhan. Inilah pentingnya keselarasan antara hati, akal pikiran, perasaan serta
perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Pemahaman jiwa terhadap kehendak dan
keinginan Tuhan hendaknya mampu diinternalisasikan dalam diri menjadi sebuah perilaku atau
tindakan yang selaras dengan semesta. Demikian pernyataan Ibu Sova dalam wawancaranya
berikut ini.
³.HVDODKDQ \DQJ PXQFXO LWX VHEHQDUQ\D DNLEDW GDUL NHOHPDKDQ PDVLQJ-masing elemen.
Jadi kalau misalkan salah satu elemen itu kuat dan yang lainnya lemah maka akan tetap
jebol juga. Jadi aku berfikir gitu ya semuanya yang mesti dibenerin, semuanya perlu
GLEHQDKL GDUL VHJL«GDUL VLVL HWLND HWLND GDODP KDO LQL DWXUDQ HWLND \DK´ DWXUDQ HWLND«
³$WXUDQ HWLND PXQJNLn ada yang perlu direvisi lagi, mungkin selama ini kebocoran dan
kebobolan itu sebenarnya bermula dari sebuah kelemahan. Kelemahan poin poin etika atau
SHUDWXUDQ HWLND WHUVHEXW GLNDUHQDNDQ NXUDQJQ\D LQWHUQDOLVDVL HWLND LWX VHQGLUL ´
³7DKDS DZDOQ\D NDQ VRVLalisasi, habis sosialisasi kan internalisasi. Internalisasi itu
semacam aturan-aturan etika dijadikan akhlak jadi refleknya kesitu. Kalau ini kan belum
PHQMDGL LQL ´
Menurut Ibu Sova, proses internalisasi diri dilakukan melalui dialog terhadap diri sendiri
(self talk) terlebih lagi saat diri mengalami keraguan atas keputusan yang harus diambil. Oleh
VHEDE LWX VORJDQ \DQJ PHQ\DWDNDQ ³,NXWL NDWD KDWL´ PHQMDGL VHEXDK MDZDEDQ DWDV NHEHQDUDQ \DQJ
³.DODX VHNLUDQ\D UDJX dengan aturan etika tersebut, ya sudah dialog saja sama diri sendiri,
dialog dengan hatinya sendiri. Ini nanti kalau ditanya malaikat, aku jawabnya gimana?
Kalau udah gitu kan dia akan jujur dengan dirinya sendiri..gitu. Kalau dalam Islam itu akan
ditanya untuk apa waktunya dihabiskan dan untuk apa hartanya..dan banyak lagi. Dicoba
di dialogkan gitu loh, ketika menghadapi apapun. Tapi memang enggak mudah sih antara
201
WDULNDQ GHQJDQ QDIVX«NDWD KDWL \D EHUDUWL LNXW DQGLO GDODP PHPEHULNDQ MDZDEDQ \D
menentukan NHSXWXVDQ ´
membaca ekspresi wajah atau kegelisahan klien merupakan skill tambahan yang perlu dipahami
dan dipelajari. Hal tersebut menjadi perhatian peneliti manakala kondisi tersebut tidak mampu
PHQDPSLONDQ ³IHQRPHQD´ VHFDUD XWXK -LZD SHUOX PHQJHQDO OHELK GDODP NHEHUDGDDQ ³IHQRPHQD´
tersebut melalui kacamata intuisi maupun feeling yang dimiliki. Dalam kenyataannya, jiwa tidak
feeling yang merupakan efek pengalaman jiwa dalam kehidupan, justru menimbulkan kepekaan
rasa terhadap sinyal-sinyal Illahi yang dipancarkan Tuhan. Jiwa yang sudah didominasi oleh rasa
atau feeling akan mempermudah diri untuk tidak ragu dalam mengambil keputusan. Demikian
³3DGD VDDW pre-planning banyak sekali intronya. Disini auditor harus memiliki kemampuan
untuk memahami bagaimana klien berbicara apakah jujur atau tidak dan akan kelihatan
integritasnya gitu. Ada peran intuisi auditor disana karena sudah beberapa puluh tahun
memiliki pengalaman berinteraksi dengan klien. Ada peristiwa dimana kita sudah
mengumpulkan bukti tetapi kata hati saya mengarahkan pada bukti lain yang perlu
dijadikan rujukan. Bukti yang lama tetap kita pegang, tetapi harus mencari kembali bukti
yang lain agar tetap bisa jaODQ ´
³ 'XOX VDDW VD\D EHNHUMD GL LQVWDQVL SHPHULQWDK MLND VD\D PHQHPXNDQ VXDWX WHPXDQ PDND
langsung saya sampaikan kepada atasan tentang bukti yang ada tersebut, begitupula jika
tidak menemukan bukti. Saya sampaikan kepada atasan saya agar beliau bisa mengambil
keputusan itu. Kalau sekarang berbeda, bukti yang ada berbeda dengan nurani. Ini
buktinya begini tapi nurani saya mengatakan lain. Kita tetap mencari bukti lain lebih dulu,
NDODX WLGDN NHWHPX \DK PDX HQJJDN PDX NLWD KDUXV SDNDL EXNWL \DQJ ODPD ´
keberlangsungan proses pengauditan. Terlebih lagi saat auditor mengalami keterbatasan ruang
lingkup dalam mengaudit, sehingga mengalami kesulitan dalam memberikan opini. Pernyataan
³ 0HVNL GDODP PHQJHOXDUNDQ disclaimer itu kita masih butuh proses, tetapi intuisi dan
naluri juga berperan. Pada akhirnya klien..eee dia, dia memohon kita, memohon maaf dan
lain sebagainya atas peUODNXDQ GLD GL GDODP PHPEDWDVL LWX ´
202
³«RSLQL WHUVHEXW PHUXSDNDQ DQFDPDQ EDJL PHUHND DMD .LWD PHQJDQFDP PHUHND VXSD\D
mereka tidak membatasi ini (ruang lingkup), maka kita udah keluarkan pas exit meeting.
Kalau caranya kayak gini kan kita bisa mengeluarkan disclaimer. Karena kalau disclaimer
kan mudah aja dokumen tidak terpenuhi, supporting document tidak terpenuhi. Ya sudah
kita mau ngapain lagi kan. Pekerjaan dibatasi, ya sudah. Tapi kan untuk mengeluarkan
proses tersebut kan kita harus exit meeting dengan klien tersebut
Bapak Andri menggunakan pemikiran Al Attas sebagai kerangka berfikirnya yang menilai
intuisi merupakan bagian dari indera manusia. Jiwa manusia dikatagorikan menjadi dua yakni
jiwa rasional atau akal budi serta jiwa hewani yang merupakan nafsu angkara murka.
Pemahaman beliau terkait intuisi dan jiwa manusia dijabarkan dalam kutipan wawancara berikut.
³« NDODX VD\D PHPDKDPL LQWXLVL LWX VHEDJDL VHVXDWX \DQJ WLGDN ELVD GLOLKDW GDUL SDQFD
indera. Akal yang dimaksud bukan akal yang dipisah-pisahkan dengan intuisi. Kalau Al
Attas bilang itu bukan akal tapi intinya jiwa. Jiwa rasional yakni akal budi tadi mampu
mengendalikan jiwa hewani. Jiwa ini kan dari ruh. Kebenaran dari jiwa rasional, nah harus
bisa mengendalikan jiwa hewani gitu. Jiwa hewani tuh nafsu gitu kan, banyak orang kalah
MLZD UDVLRQDOQ\D«´
memberikan kebermanfaatan kepada sesamanya. Nurani mengambil peran dalam jiwa berupa
pengalaman cukup matang dalam hidupnya untuk memperkuat dan mendewasakan pribadinya
dalam berinteraksi dengan sesama rekan sejawat. Bapak Hari juga memberikan keyakinan,
motivasi dan keseriusannya terhadap lingkungan dan juga makhluk lain yang terlibat serta
³« PHPDQJ DGD EHEHUDSD KDO NHSXWXVDQ \DQJ VD\D DPELO GDQ PHQ\DQJNXW RUDQJ
banyak, nurani saya jalan..nurani bisa berjalan karena pengalaman. Nah iya pastinya itu
berdampak pada orang lain. Saya bicara berdasarkan nurani saya dengan meyakinkan
mereka bahwa kalian bekerja disini untuk kepentingan orang banyak ada motivasi dan
NHVHULXVDQ SDVWLQ\D VHUWD IDNWRU OLQJNXQJDQ«
³6D\D VHODOX PHODNXNDQ SHQGHNDWDQ GHQJDQ FDUD PHPXOLDNDQ RUDQJ EDLN PHQXUXW DWXUDQ
dan sopan santun OD\DNQ\D VHRUDQJ WDPX ´
Ibu Anies mendukung internalisasi diri dalam upaya membentuk akhlak manusia,
sehingga tidak terjadi keterpisahan antara diri, agama dan juga faktor eksternal. Faktor eksternal
seperti kondisi lingkungan memiliki peran membantu jiwa mengaktivasi kepekaan rasa di hati
203
agar senantiasa selaras dengan kehendak Tuhan. Demikian pernyataan Ibu Anies dalam kutipan
wawancaranya.
«´ 0HQXUXW VD\D HWLND PHUXSDNDQ DNKODN +DO LQL EHUSHUDQ VDDW WHUMDGL SHODQJJDUDQ GDQ
keserakahan. Banyak orang kurang bersyukur karena mereka tidak puas dengan apa
yang diperoleh dalam hidupnya, ada keterpisahan. Saya yakin mereka perlu sekali
melakukan internalisasi atau pendalaman penghayatan atas akhlak yang ada dengan
demikian mereka dapat memahami keberadaan agama yang sebenarnya, tidak
menghakimi orang lain bahkan menghindari lingkungan yang bersifat toxic«´
³ VD\D VHODOX LQJDW SHVDQ RUDQJ WXD MLND VD\D EHUEXDW WLGDN EDLN VHSHUWL PHODNXNDQ
kegiatan membahayakan diri, merugikan diri sendiri bahkan melanggar aturan yang ada.
6D\D VXND PHUDVD HQJJDN HQDN GL KDWL VHSHUWL DGD \DQJ PHQJJDQMDO GL KDWL ´
Ibu Anies merupakan pribadi yang sensitive dan peka atas apa yang terjadi pada
lingkungan sekitarnya. Keadaan tersebut terlihat dari pernyataan beliau yang selalu merasa tidak
enak hatinya (mengganjal) manakala ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Beliau
merupakan pribadi yang sadar akan posisi dirinya (aware) khususnya saat menghadapi kegiatan
yang membahayakan dan merugikan dirinya. Meski demikian kekhawatiran beliau tidak terlihat
pada raut muka, sikap dan gerak gerik tubuhnya karena beliau telah mengemas personanya
GHQJDQ EDLN GDQ ³VHPSXUQD´. Sahabat dan pihak keluarga terdekatnya saja yang peka dan
7.6 3URVHV ³on Becoming´ 3HUMDODQDQ 7DQSD +HQWL 0HQJJDSDL .HVDGDUDQ ,OODKLDK
Sepanjang jiwa menapaki roda-roda kehidupan, perjalanan evolusi akan terus berlanjut dan
berlangsung hingga saatnya nanti Tuhan memanggil jiwa untuk kembali ke pangkuannya. Pada
VDDW ³NHPEDOL´ VHJDOD WXJDV GDQ PLVL \DQJ GLEHEDQNDQ NHSDGD MLZD GL GXQLD WHODh berakhir.
ketidakmampuan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh jiwa yang masih menganut pola pikir lama
yang bersifat linier sehingga memiliki keterbatasan dalam ruang lingkup pemikirannya. Jika
keadaan tersebut terus berlanjut, jiwa akan semakin terpenjara. Oleh sebab itu jiwa diingatkan
kembali agar senantiasa menyakini apapun yang terjadi dalam dirinya, memiliki kemampuan
204
kepada sesamanya. Upaya jiwa mengembangkan potensi diri dan memberdayakan merupakan
(becoming) menuju manusia yang utuh, otentik dan sempurna merupakan proses yang tidak
mengenal henti. Seperti diungkapkan informan berikut ini yang mensinergikan kemampuan
dirinya dalam berinteraksi dengan sesama manusia (Habluminallah) serta hubungannya dengan
Tuhan (Habluminanas).
Interaksi manusia dengan sesama makhluk di muka bumi (semesta) serta hubungannya
dengan Tuhan merupakan proses kehidupan yang harus dialami dan dilewati manusia saat hidup
dan berkehidupan di bumi. Lingkaran kehidupan dilandasi oleh kontrak atau kesepakatan yang
telah disadari atau tidak oleh manusia. Oleh sebab itu perlu kiranya manusia memiliki keyakinan
dan kesadaran agar tidak salah menentukan langkah hidupnya di masa datang. Ketidaksadaran
berujung pada tindakan pelanggaran maupun kekacauan dalam hubungannya terhadap sesama
makhluk atau bahkan interaksinya dengan Tuhan. Tindakan pelanggaran maupun kekacauan
yang pada awalnya merupakan sebuah kesalahan, jika difikirkan lebih lanjut tindakan tersebut
justru memberikan hikmah pembelajaran bagi jiwa-jiwa yang senantiasa berfikir. Jiwa tidak perlu
gundah memberikan penekanan pada apa yang menjadi haknya, karena sejatinya Tuhan
memberikan proporsi rezeki kepada manusia sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Ketetapan
yang terpenting adalah manusia menyadari fungsi dan tanggungjawabnya dengan memberikan
kebermanfaatan kepada sesamanya melalui jalan keberkahan serta keselarasan diri dengan
kehendak Tuhannya. Berikut ini pemahaman yang dapat ditarik dari hasil wawancara dengan
³« -DGL EHJLQL KXEXQJDQ DNXQWDQ GHQJan pendidikan mahasiswa, akuntan publik dengan
klien, hubungan sesama akuntan, hubungan berdasarkan kontrak kedinasan itu harus
dikuatkan terlebih dahulu sehingga bisa lebih baik dan Habluminallahnya juga akan lebih
baik. Allah memandang kalau kamu belum bisa mengerjakan Habluminanas dengan baik
jangan berfikir Habluminallahnya akan baik. Gusti Allah akan memberikan pengampunan
semuanya tapi kalau Habluminanasnya belum tentu. Memang sulit sih ya, tapi kalau kita
205
mulai jujur terus cerdas pasti punya rasa dan kemampuan, pasti jadi mempunyai arti ya
VHEDJDL PDQXVLD«´
Bapak Hardiman menilai pentingnya perbaikan diri agar gerak batin selaras dengan
sekitarnya dan menjadi teladan bagi sesama. Beliau juga menegaskan bahwasanya kondisi
eksternal (lingkungan) merupakan cermin atas kondisi batin orang tersebut. Disinilah peranan
vibrasi yang dipancarkan batin seseorang sehingga mampu menyebarkan vibrasi positif dalam
interaksinya dengan manusia yang lain. Berikut ini pernyataan Bapak Hardiman terkait
pemahaman tersebut
³0LQLPDO \DQJ ELVD VD\D ODNXNDQ DGDODK PHPEHULNDQ WHODGDQ PHPEHULNDQ FRQWRK
bagaimana sepatutnya muslim yang baik bersikap. Kondisi tersebut saya lakukan pada staff
saya. Saya menyediakan waktu untuk berdiskusi dari hati ke hati tentang masalah agama
ataupun masalah kehidupan lainnya. Saya berusaha memberikan kalimat-kalimat
SHQ\DGDUDQ EXNDQ FHUDPDK \DK NDUHQD NDODX FHUDPDK VD\D QJJDN EHUDQL XQWXN LWX ´
³0LVDONDQ VD\D PHOLKDW HHKPP« DSD \D PHQJHWDKXL NDZDQ VD\D EHUEXDW WLGDN HWLV \DK
secara otomatis kita saling mengingatkan gitu, terlebih lagi kalau kawan kita merupakan
partner kita. Karena kesalahan partner kita akan mempengaruhi keutuhan kantor akuntan
publik kita selanjutnya. Saya akan tetap mengatakan kepada dia melalui diskusi empat
mata kalau tindakan yang dia lakukan tidak sesuai etika karena melanggar independensi.
Tetapi jika terjadi di Kantor Akuntan Publik lain, yah saya enggak bisa berbuat apa-DSD ´
Bapak Munaj menekankan pentingnya proses dan attitude tidak saja pada proses
pembelajaran antara dosen dan mahasiswa tetapi juga dalam pekerjaannnya sebagai auditor.
Terlebih lagi jika terdapat pembatasan ruang lingkup dalam pekerjaannya. Kondisi tersebut
sangat mempengaruhi opini yang akan diberikannya nanti. Demikian pernyataan Bapak Munaj
³ 6D\D OHELK PHQHNDQNDQ SDGD SURVHV GDQ VDWX ODJL attitude. Misalnya apa namanya
kalau masalah penampilan sih apalagi dia pakai kaos atau pakai apa..terutama kalau
institusi negeri kan sudah jelas. Dia harus pakai kaos berkerah kan. Tetapi yang kita lihat
ketika dia keluar dari apa namanya..keluar dari kelas terusnya tidak ijin ke kita walaupun
dia sepintar apapun tapi tidak ada attitudenya yaa kita turning gradenya. Kalau misalnya
GLD GDSDW $ ELVD MDGL GLD GDSDW % PLVDOQ\D JLWX \D«´
³ EDKNDQ WHUKDGDS NOLHQ \DQJ QJH\HO .DODX PLVDOQ\D NOLHQ NLWD NDQ PLVDOQ\D NLWD VXGDK
bisanya menghire- kita kan biasanya itu BOC (Board of Comissioner) untuk melihat
apakah BOD nya itu mampu untuk mengungkapkan laporan keuangan secara baik. Maka
kalau kita misalnya klien nya tersebut eee BOD nya, BOD nya ngeyel dan lain sebagainya,
maka kita sampaikan ke atasannya tersebut. Kalau misalnya ke atasannya tersebut, maka
206
kita telepon BOC nya, BOC nya tuh kita telepon. Dan bagi kita untuk mengeluarkan eee
apa proses. Disclaimer dan lain sebagainya itu bukan hitungan menit lagi, hitungan detik
kita sudah lihat beres, kita langsung keluarin disclaimer itu. Dalam hitungan detik
sebenarnya kalau kita sudah mampu melihat pekerjaan kita dibatasi. Ya bisa jadi dalam
KLWXQJDQ GHWLN NLWD XGDK ´ ZDK LQL QLK NLWD ODQJVXQJ ELVD PHQJHOXDUNDQ disclaimer ´
Keinginan Ibu Diane bekerja dengan tulus dan menampilkan performa terbaik, tidak
menjadikan beliau bebas dari kesalahan. Hal tersebut lumrah terjadi karena manusia tidak lepas
dari perbuatan salah. Belajar dari pengalaman tersebut, beliau memohon ampunan atas
kesalahan yang diperbuat dengan mengambil hikmah pembelajaran dari kesalahan tersebut.
Beliau konsisten melakukan perbaikan dan bersikap jujur sehingga perusahaan tetap menaruh
kepercayaan kepada Ibu Diane. Demikian pernyataan Ibu Diane dalam wawancaranya berikut
ini.
³ KH¶ HK MDGL HHK DSD QDPDQ\D NDODX NLWD EHUVLNDS GHQJDQ EDLN Werus eh bekerja dengan
baik itu kan kita enggak perlu ngomong apa-apa ya, tapi kita menampilkan kepercayaan.
3DGD DNKLUQ\D DWDVDQ NLWD SHUFD\D VDPD NHUMD NLWD EDKZD NLWD MXMXU EDKZD NLWD EHQDU ´
³ L\D LEDGDK DMD OHELK WHUXV VHULQJ PLQWD DPSXQ VDMD +Heh doa minta ampun gitu atas
DSD \DQJ NLWD ODNXNDQ LQL KHKHKH«DVWDJKILUXOODK ,VWLJKIDU NDQ \DQJ SHQWLQJ NDODX WDKX
DSD \DQJ NLWD ODNXNDQ VDODK \DK VXGDK NLWD LVWLJKIDU DMD \DK ND\DN JLWX GHK HHKKK´
Ibu Diane hendaknya menyakini ucapannya, bahwa memohon ampun dan istighfar
Astaghfirullah hendaknya diselaraskan dengan hati dan pikiran. Dengan demikian diri mampu
terkoneksi baik dengan Tuhan dan menyadari kehadiranNya tersebut. Pernyataan tersebut bukan
merupakan ucapan tanpa makna. Memohon ampun Astaghfirullah merupakan ungkapan rasa
bahwa senyatanya diri memohon ampun atas tindakan yang mengoyak kesucian hati. Lafazh
hendaknya diucapkan penuh makna dan keyakinan diri sehingga jiwa senantiasa dilindungi dan
diampuni Tuhan dari segala tindakan yang dapat merusak kesucian hati.
Demikian pula pengalaman Ibu Anies yang sering menangisi dirinya atas semua peristiwa
pahit dalam hidupnya. Beliau memahami dan menyadari kondisi tersebut dan berupaya untuk
melampauinya. Beliau mengambil solusi dengan melakukan konfirmasi terlebih dahulu kedalam
207
dirinya mengenai apa yang dilakukannya. Beliau melakukan self talk dalam kontemplasinya
³'DODP SHUMDODQDQ KLGXSQ\D PDQXVLD KHQGDNQ\D VHnantiasa selaras, bahagia, ikhlas dan
merasa nyaman..itulah manusia otentik. Saya suka sedih kalau sering dijahatin..pernah
loh saya sampai nangis sebanyak 6-7 kali dalam sehari karena hati ini seperti enggak
menerima atas apa yang mereka lakukan. Tapi saya kan enggak bisa merubah sikap
orang lain, yang bisa saya lakukan adalah merubah diri sendiri terlebih dahulu. Saya suka
kontemplasi atau self talk untuk intropeksi atas apa yang telah saya dilakukan dalam hidup
VD\D « ´
Ibu Anies merupakan pribadi yang sadar diri, sehingga senantiasa intropeksi dalam
hidupnya. Beliau menilai dirinya tidak memiliki hak untuk mengubah sikap orang lain. Perubahan
sikap terjadi manakala jiwa mengalami pertumbuhan kesadaran dalam diri bukan karena didikte
oleh figur otoritatif yang memiliki kuasa mengatur dan mendikte lingkungan. Perubahan sikap
manusia dilatarbelakangi oleh fluktuasi kondisi dalam hidupnya. Hal tersebut dipertegas kembali
Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian
Ayat tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa selain aspek lahiriah yang
dimiliki, manusia juga memiliki aspek rohaniah. Manusia selain memiliki kemampuan
menjangkau hal yang bersifat fisik dapat pula menjangkau pula hal-hal yang tak terlihat
(metafisik). Manusia memiliki keunikan khusus sebagai wadah universalitas karena dimensi
esoterik (rohaniah) yang dimiliki manusia tidak terbatas. Dengan demikian diri diharapkan
mampu melampaui ruang manifestasi jagad langit maha luas tak terbatas dari jagad bumi yang
manusia yang mampu menghuni mikrokosmos. Sekecil-kecilnya wujud manusia di bumi, pada
mampu menjangkau jarak maha luas tersebut meskipun wujudnya kecil, rapuh dan serba
terbatas. Gambaran tersebut menjadi bukti nyata kehebatan tak terbatas yang dimiliki manusia
yang meliputi semesta rohani, spiritual bahkan esoterisnya. Kesemuanya itu merupakan esensi
208
kesempurnaan dalam diri manusia. Oleh sebab itu Syekh Abdul Qadir al Jailani menilai sosok
manusia sebagai figur yang adiluhXQJ GDQ URKDQLDK VHUWD PHPLOLNL NHVDGDUDQ ³LOODKLDK´ SDGD
kesadaran illahiah merupakan jiwa-jiwa yang memiliki kemampuan penyaksian (iman) akan
kehadiran Allah SWT dalam setiap detik kehidupannya. Berikut ini penegasan keberadaan Allah
dalam diri manusia seperti dinyatakan dalam QS Qaf ayat 16 berikut ini:
³'DQ VXQJJXK NDPL WHODK PHQFLSWDNDQ PDQXVLD GDQ PHQJHWDKXL DSD \DQJ GLELVLNNDQ
oleh hatinya dan kami lebih dekat kepadaQ\D GDULSDGD XUDW OHKHUQ\D´
Ayat tersebut menunjukkan bahwasanya keberadaan Tuhan yang Maha Besar mampu
GLMDQJNDX DVSHN ³URKDQL PDQXVLD´ \DNQL MLZD \DQJ PHPLOLNL NHVDGDUDQ ,OODKLDK -LZD \DQJ GDSDW
menggapai tingkat kesadaran murni mampu menempatkan Dirinya dalam tataran Insan Kamil.
Oleh sebab itu kesadaran Illahiah merupakan elemen dasar diri menuju keseimbangan dan
NHVHODUDVDQ MLZD GLPDQD NHXWXKDQ WHODK PHQHPSDWNDQ 'LUL GDODP VRVRN ³PDQXVLD VHPSXUQD´
dimulai dari asal muasal hingga keberadaan akhir manusia, jiwa bertumbuh mampu
mengembangkan potensi Ilahiah dalam diri menuju kesempurnaan. Perjalanan hidup sang jiwa
perjalanan yang tidak mudah. Jiwa manusia adakalanya terjungkal, terbelenggu bahkan terjatuh
pada jurang asfalas safilin yakni kedudukan paling rendah dan hina dalam kehidupan manusia
yang memiliki kemelekatan luar biasa terhadap nafsu duniawi, kenikmatan semu serta tipu daya
manusia dalam berbuat maksiat. Dalam posisi tersebut, keadaan dimensi rohani manusia
terhijabi dalam mengenal dan memahami keberadaan Tuhan yang maha baik, luas dan tak
terbatas. Oleh sebab itu habluminallah mendorong kita menghasilkan amilus shalihat dimana
hubungan baik dan positif kepada sesama manusia terjadi. Jiwa senantiasa berada dalam
209
singgasana ahsanu taqwim yakni penciptaan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya baik sehat
7.7 Penyaksian Diri atas ³Laa IIaha Illallah´ GDODP 6HJHQDS :XMXG .ehidupan: Sebuah
Perjalanan Menuju Cahaya
menapaki kehidupan yang penuh pasang surut. Fenomena pasang surut kehidupan hendaknya
dimaknai jiwa sebagai upaya mengambil hikmah pembelajaran dalam perjalanan hidupnya agar
senantiasa tumbuh dan berkembang. Meskipun demikian, diri adakalanya tidak mampu
menentukan jalan yang terbaik bagi dirinya. Oleh sebab itu Tuhan memberikan alternatif pilihan
kepada jiwa agar mampu memilih jalan yang dikehendaki sesuai tingkat pertumbuhan
kesadarannya.
Pertumbuhan jiwa tidak selalu dilewati dengan kemudahan dan kebahagiaan, bahkan
seringkali dilalui dengan kesulitan dan penderitaan. Jalan penderitaan mampu menggoyahkan
keberadaan jiwa untuk senantiasa kuat berdiri, bertahan, memilih mundur atau bergerak maju.
Jika jiwa mampu mengambil hikmah pembelajaran dari penderitaan yang dialaminya, maka jiwa
mampu menggerakkan potensi dirinya selama ini yang terkubur dan belum terasah agar
kemudian dikenali kembali kesucian dirinya sebagai pondasi jiwa dalam bertumbuh. Kesucian,
kebebasan bertanggungjawab serta kemerdekaan jiwa merupakan berkah atas hadirnya Tuhan
dalam diri manusia dimanapun berada. Jiwa yang berada dalam kesucian mampu menghidupkan
nilai-nilai keilahian agar tumbuh subur dalam diri. Oleh sebab itu, pemikiran Hawkins tidak
mengenal benar dan salah seperti termuat dalam fungsi moralitas dan juga tidak mengenal azas
transaksi dalam penegakan etika. Bagi Hawkins, pelanggaran atau kesalahan merupakan
serangkaian tindakan atau perbuatan yang menodai kesucian diri sehingga memunculkan
kekotoran dalam jiwa manusia. Jiwa manusia mampu mengenal kesucian dan mengetahui
210
kekotoran dalam dirinya melalui serangkaian tindakan konfirmasi dan kontemplasi dalam diri.
Disinilah peran paradigma spiritual membimbing jiwa menuju pencerahan (cahaya). Jika jiwa
tidak mampu mengambil peluang kesempatan untuk kembali kepada fitrahnya, maka lamban laun
penderitaan tersebut akan menghanyutkan dan menjerumuskan jiwa lebih dalam lagi. Saat kita
terkotori oleh perilaku dan tindakan orang lain, jiwa diingatkan kembali akan makna Subhanallah
GLPDQD MLZD VHQDQWLDVD EHUVDPD NHVXFLDQ \DQJ WLGDN WHUVHQWXK ³NHNRWRUDQ´ GXQLD GDQ VHLVL
makhluknya. Lain halnya jika jiwa dihadapkan pada kerentanan yang secara sengaja maupun
tidak mengotori kesucian diri, maka pahami makna Istighfar Astaghfirullahaladziim dan resapi
kehadiran Tuhan seraya memohon ampunan kepadaNya. Dalam kenyataannya, manusia belum
sepenuhnya berfikir kearah paradigma spiritualis atau non linier. Mereka masih menganut pola
pikir linier (materialistis) dimana jiwa tidak memiliki keyakinan untuk memahami konsep dirinya
secara utuh, tidak terbatas bahkan tidak memiliki kemampuan memandang realita yang penuh
pelanggaran etika. Bahkan penyelesaian hukum oleh komisi disiplin tidak mampu sepenuhnya
menutup rantai pelanggaran etika yang marak terjadi belakangan ini. Seperti diutarakan Bapak
³ <DQJ VHODOX saya ingat jika saya mengalami penderitaan adalah dengan senantiasa
PHQJLQJDW D\DW 4XU¶DQ \DNQL 7XKDQ WLGDN DNDQ PHPEHEDQL VHVHRUDQJ PHOHELKL
kemampuannya kan gitu. Jadi jika ada cobaan kita berupaya untuk mampu
menghadapinya. Baliknya ke agama lagi kan?. Menyadari akan kuasa Tuhan itu penting
XQWXN PHPEXDW GLUL NLWD RSWLPLV WHUKDGDS NHKLGXSDQ \DQJ VHGDQJ WHUMDGL ´
Bapak Hardiman merupakan sosok bapak yang pembawaanya tenang, tegas dan
memiliki kepekaan rasa yang tinggi. Hal ini diperlihatkan dari raut dan ekspresi wajah beliau saat
sedih, senang dan marah saat mengemukakan pendapatnya di sesi wawancara tersebut. Beliau
merupakan pribadi yang tegar serta penuh keikhlasan saat menjalani kehidupannya. Hal tersebut
terlihat dari ungkapan beliau yang menyerahkan segala sesuatunya kepada kuasa Tuhan atas
Eksistensi Iman manusia diwujudkan dalam bentuk penyaksian diri kepada Tuhan dengan
Tuhan (percikan Tuhan) yang kandungan isinya dapat dipahami dan dirasakan oleh diri dengan
menggunakan mata batin. Peristiwa tersebut merupakan keadaan yang tidak mudah diterima jiwa
yang masih tertutupi oleh hijab-hijab kemelekatan eksternal. Kemelekatan menjauhkan hati dan
jiwa dari datangnya hidayah Tuhan. Demikian sebaliknya saat jiwa mengenal dirinya secara utuh
dan sempurna, maka penyaksian diri terhadap Tuhan bukan merupakan suatu hal yang mustahil.
Jiwa hendaknya diingatkan kembali akan tujuan penciptaan dirinya oleh Tuhan sehingga manusia
senantiasa beribadah kepadaNya. Oleh sebab itu konsep beribadah tidak semata-mata dimaknai
dalam konteks ritual keagamaan saja tetapi mencakup tugas dan tanggungjawab diri saat
SHQHOLWLDQ LQL ,QIRUPDQ WLGDN VHSHQXKQ\D PDPSX PHPDKDPL NRQVHS ³SHQ\DNVLDQ´ WHUVHEXW
tersebut terjadi karena kurangnya kepekaan dan sensitivitas diri informan sehingga sulit bagi
mereka mengungkapkan pengalaman dan rasa yang ada tersebut. Informan mengalami kesulitan
memilih bahasa dan kata untuk mengungkapkan sensasi dan perasaan yang dialami, karena
kalimat tersebut membutuhkan analogi, metafora atau bahkan simbol-simbol untuk mewakilinya.
Fenomena tersebut kurang disadari dan dirasakan informan yang terlalu rasional dan logik dalam
kesulitan menentukan diksi kata yang tepat untuk mengungkapkan sensasi dan rasa tersebut.
Jiwa-jiwa yang memahami dan mengerti pengalaman mampu mengekspresikan sensasi dan
rasa tersebut secara lugas dalam bentuk metafora maupun simbol lambang perlambang.
pengalaman pribadi yang istimewa dan eksklusif bagi jiwa-jiwa tertentu. Jiwa-jiwa yang terbiasa
berfikir logik, rasional dan sistematis akan menilai peristiwa atau fenomena tersebut kurang tepat
dikaji dalam ranah ilmiah yang bersifat empiris. Perasaan dan pengalaman itu bersifat metafisik
ELPELQJDQ ³*XUX´ )HQRPHQD DWDX SHULVWLZD PHWDILVLN EHUVLIDW VXE\HNWLI VHKLQJJD VXOLW
Peneliti menyakini bahwa semua informan senyatanya memiliki pengalaman spiritual atau
transpersonal sehingga mereka sudah mampu merasakan kepekaaan sensasi atau rasa
tersebut. Mereka belum sepenuhnya mampu membahasakan rasa atau sensasi tersebut, karena
kepekaan rasa, sensasi serta pengalaman spiritual informan lebih bersifat mistis. Jika mereka
ungkapkan peristiwa tersebut ke ranah publik, mereka khawatir dan takut jika pengalaman
tersebut nantinya jatuh pada sesuatu yang bersifat konsepsi bukan pada keterhubungan yang
nyata antara Tuhan dan jiwa itu sendiri. Keadaan tersebut dirasakan peneliti saat mewawancarai
para informan. Peneliti mampu merasakan vibrasi, getaran suara, alur dan arah pembicaraan
yang dituturkan, gerak gerik bahasa tubuh serta sikap dan perilaku mereka. Peneliti menilai dan
merasakan vibrasi tutur kata, perilaku, sikap serta isi pembicaraan beberapa informan tersebut
yang masih dalam tataran kesadaran ego dan mind sedangkan informan lainya sedang berjuang
menapaki kesadaran ilahiah. Dari penuturan, penegasan dan penekanan para informan tersebut,
terlihat bahwasanya pengalaman spiritual tersebut telah mampu dirasakan para informan
tersebut. Hanya saja sensitivitas dan kepekaan jiwa belum sepenuhnya mampu membaca
fenomena alam yang terjadi, sehingga mereka belum mampu mengungkapkan peristiwa tersebut
sebagai sebuah pengalaman spiritual yang bersifat mistis. Keadaan tersebut terjadi karena
sebagian besar para intelektual masih melakukan penyangkalan terhadap hal-hal yang bersifat
mistis dan metafisik yang terjadi dalam kehidupan. Mereka lebih menyakini keberadaan peristiwa
Beberapa informan masih belum mampu merasakan kerentanan jiwa yang dimiliki akibat
kemelekatan tersebut. Keadaan tersebut didorong oleh unsur keterpisahan yang menjangkiti
sebagian jiwa saat ini serta kesulitan memahami pengetahuan terkait sains spiritual, tasawuf dan
psikologi transpersonal. Oleh sebab itu kajian ilmu yang membahas aspek metafisik (energi)
perilaku manusia telah dijabarkan dan termuat dalam sains spiritual, fisika kuantum serta ilmu-
ilmu kontemporer lainnya. Meski demikian pemahaman manusia terhadap konsep dan pola
berfikir lama yakni materialistis masih mendarah daging dan melekat dalam diri sehingga
penilaian jiwa terhadap segala sesuatunya masih terpaku dan berpola pada tampilan fisik yang
sesuatu tidak hanya berfokus pada batasan ruang dan waktu saja melainkan melampaui dan
melewati keberadaan ruang dan waktu tersebut. Saat jiwa mengalami banyak ketidakteraturan
dan ketidakpastian dalam hidup, ego serta nalar tidak cukup mengakomodasikan pola
sebab itu diri hendaknya mampu melampaui kepribadian (transpersonal) agar kemudian masuk
Perjalanan evolusi kesadaran jiwa merupakan perjalanan tanpa henti sepanjang hidup
manusia. Perjalanan tersebut merupakan proses kemenjadian manusia dimana terjadi tahapan
proses jiwa yang berupaya mengambil hikmah pembelajaran dari setiap tahapan yang dijalani.
Proses pembelajaran jiwa saat mengambil nilai-nilai kehidupan merupakan upaya diri secara
terus menerus menyempurnakan dimensi batinnya sehingga selaras dengan hidup dan
kehidupan. Oleh sebab itu kontemplasi, intropeksi dan refleksi dalam inner journey mampu
214
menguak hijab kemelekatan yang menyelubungi hati manusia. Semakin tersingkapnya hijab
kemelekatan, cahaya Illahi lamban laun menyeruak hadir dan bersinar dalam batin setiap
manusia.
Kehadiran cahaya Illahi dalam diri mampu membentengi dan mencegah jiwa manusia dari
segala tindakan dan perbuatan yang merugikan diri sendiri, lingkungan, masyarakat bahkan
hukum agama dan negara. Jiwa yang mampu menyaksikan manifestasi percikan Illahi berupa
sifat-sifat Tuhan dalam diri (asmaul husna) dapat mengupayakan penyadaran dalam diri untuk
menumbuhkan rasa cinta tak bersyarat (unconditional love), kasih sayang, kedamaian,
Tumbuhnya rasa cinta tanpa syarat tidak sekedar dipahami dalam tataran filosfis saja
melainkan dilampaui agar cinta mampu mencapai tataran esensi (hakekat). Pada tahapan
tersebut, cinta memegang kodrat manusia sebagai sebuah kebaikan. Lain halnya dengan fungsi
moralitas yang memandang kodrat manusia memiliki nilai-QLODL ³NHEXUXNDQ´ VHKLQJJD SHUOX GLEXDW
sebuah tatanan atau regulasi yang mampu mengatur perilaku sikap serta keseharian mereka.
Dalam fungsi moralitas, perpindahan posisi terjadi dari sebuah kesalahan menuju kebaikan.
Padahal secara esensi, setiap manusia memiliki kebaikan didalamnya. Kepekaan rasa dalam
batin manusia mampu menjembatani jiwa agar senantiasa mampu mencapai keseimbangan dan
keselarasan yang berujung kebermanfaatan kepada sesama, alam dan lingkungan sesuai misi
Ibu Anies secara bijaksana menyikapi setiap penderitaan dan kesenangan yang dialami
pembelajaran tersebut memberikan keyakinan dalam diri agar senantiasa terhubung dengan
keberadaan Tuhan karena melalui kuasa dan kehendakNya, segala sesuatu dapat terjadi. Tuhan
melalui cahaya keillahiaannya mampu menerobos pintu batin yang suci dan tidak terkotori oleh
hijab kemelekatan. Dengan demikian jiwa mampu memancarkan sifat Arrahman dan Arrahim
yang merupakan manifestasi sifat Tuhan yang mengayomi dan memberikan kebermanfaatan
215
terhadap sesama. Inilah yang digambarkan sebagai manusia otentik dimana jiwa memiliki
keterhubungan dengan kehadiran Tuhan dimanapun posisi jiwa berada. Meskipun demikian pada
titik tertentu, adakalanya jiwa mengalami kerapuhan dan kerentanan. Berikut ini kutipan
Manusia otentik adalah manusia yang secara utuh mampu merepresentasikan sifat-sifat
ketuhanan dalam dirinya. Jiwa tersebut mampu memancarkan sifat-sifat ilahiah kepada
sekelilingnya yakni terhadap sesama makhluk dan segala seisinya (semesta). Pancaran sifat-
sifat ilahiah itu mampu memberdayakan manusia, alam dan segala isinya menjadi sebuah
keberadaan diri yang utuh sehingga mampu menciptakan keseimbangan dalam dirinya.
Ibu Elvi menilai pencapaian manusia terletak pada kesempurnaan sifatnya yang
Kesempurnaan itu bukan berorientasi pada wujud fisik semata melainkan tercermin dalam tugas
dan tanggungjawab manusia sebagai Khalifatullah Fil Ardh. Menurut Ibu Elvi, sifat-sifat ketuhanan
dari sosok Insan kamil tercermin dalam sikap manusia yang mengedepankan kejujuran,
216
integritas, tanggungjawab serta keadilan yang merupakan buah dari kesucian. Kutipan
³0DQXVLD KHQGDNQ\D VHODOX EHUXVDKD XQWXN PHQFDSDL WDWDUDQ ,QVDQ .DPLO %HUXVDKD
karena kita Khalifatulah Fil Ardh ´
³ ,QWHJULWDV WLGDN KDQ\D VHNHGDU NHMXMXUDQ WDSL GLGDODPQ\D DGD WDQJJXQJ MDZDE -DGL DSD
yang sudah kita putuskan, sudah kita tandatangani itu saja..berani bertanggungjawab,
angka-angkanya alasannya. Kalau ditanya dari mana saja, saya bisa MDZDE LWX« -DGL
kalau diubah kayak apa, enggak bisa, saya bilang enggak bisa yah enggak bisa. Jadi
memang faktanya itu. Kalau mau yah udah,,enggak mau ya sudah. Saya akan cenderung
seperti itu. Jadi integritasnya itu yang lebih saya utamakan, karena
pertanggungjawabannya nanti..ya...pertanggungjawaban dengan yang diatas. Kalau
dalam proses tersebut ternyata saya masih salah, ya sudah saya berusaha semaksimal
mungkin dengan kemampuan dan pengetahuan yang masih segitu yang saya miliki. Tapi
niatnya kan, jujXU JLWX«DPDQDK JLWX WDQJJXQJ MDZDE 6HKLQJJD NH PDKDVLVZD SXQ VD\D
EHUXVDKD VHDGLO PXQJNLQ 6D\D ELODQJ HQJJDN ELVD \D«NDODX HPDQJ OD\DN $ \D $
HQJJDN OD\DN \D HQJJDN OD\DN ´
Bapak MFA menambahkan bahwa nurani merupakan dasar penggerak seseorang agar
bertanggungjawab dalam hidupnya, meski agama, unsur ketakutan dan tuntutan atas hukuman
Penilaian beliau mengenai keberadaan manusia sebagai khalifah, ditunjukkan dalam bentuk
kebermanfaatan yang diberikan manusia terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Tugas
dan tanggungjawab beliau sebagai akuntan pendidik bukan semata-mata dilatarbelakangi oleh
faktor eksternal yang mendominasi tapi justru terjadi karena panggilan hati serta keikhlasan yang
menyertai. Dengan demikian kebermanfaatan ilmu pengetahuan menjadi amalan yang tidak
terputus di akhirat nantinya. Demikian pernyataan Bapak MFA dalam wawancaranya berikut ini.
³2UDQJ PHQDIVLUNDQ VWDQGDU PHQXUXW NDFDPDWD GLUL, jadi benteng yang utama itu adalah
nurani dalam diri yang dikuatkan oleh faktor yang paling utama yakni agama. Pandangan
saya begitu karena cermin untuk melakukan ini eeh terjadi dalam lubang standar dan
untuk mencegah ini, saya rasa nurani menjadi dasar agama yang akan berbicara untuk
pertanggungjawaban. Orang akan takut melakukan pelanggaran karena memang
tuntutannya tidak seperti sekarang dimana orang itu tidak akan bisa berkelit dan sifat
hukumnya abadi. Kalau di dunia fana ini yang saya tangkap di dalam standar kan
hukumnya relatif bisa dibuatkan dalam ketentuan menyimpang atau enggak sepanjang itu
bisa memenuhi kriteria kewajaran standar no problem tapi nurani orang bilang itu tidak
ZDMDU ´
³ -DGL RUDQJ DNDQ OHELK EDQ\DN EHUELFDUD WHQWDQJ DJDPD karena ada ketentuan dia akan
punya fungsi kemasyarakatan sebagai khalifah gitu. Kalau saya pandang dengan agama,
217
etikanya akan membuat orang itu memiliki kebermanfaatan kepada kemasyarakatan bagi
VHVDPD MDGL HQJJDN DGD \DQJ PXGKDUDW JLWX« ´
³«VHEDLNQ\D gini sepanjang mereka mampu menempatkan dirinya di masyarakat dan
pada sesamanya,,ya udah cukup. Jadi maksudnya gini bisa bermanfaat kepada
masyarakat. Nah akuntan pendidik kan dari panggilan hati yah pastinya lebih banyak sifat
ikhlasnya..Tujuannya ada pada suatu bentuk amalan yang dia dapatkan tidak terputus
\DNQL LOPX EHUPDQIDDW«,WX SHQJKDUDSDQQ\D GL PDVD GHSDQ´
Dalam kesehariannya, Bapak Hari senantiasa memberikan perhatian besar tidak hanya
terhadap rekan sejawatnya tetapi juga terhadap staf atau bawahan beliau seperti Office Boy (OB)
Menurut beliau, kebermanfaatan tidak hanya ditunjukkan kepada lembaga semata yakni dosen-
dosen yang bekerja di Intitusi tersebut tetapi juga terhadap pihak marginal seperti OB, perlu
mendapat perhatian dan bantuan jika ada permasalahan dengan lembaga ini.
³%XNDQ EHUDUWL WLGDN DGD NHSHQWLQJDQ WDSL \DQJ WHUSHQWLQJ GDUL LWX DGDODK XQWXN OHPEDJD
Yah saya tidak berorientasi diri sendiri, saya selalu mengatakan, di belakang kita ini ada
umat yang tergantung dengan kita. Saya S3 sekarang saya pindah perguruan tinggi
dengan banyak pengalaman hidup yang saya miliki, pasti banyak yang mau menerima
apalagi tulisan saya sudah mulai banyak. Tapi pikirkan orang kecil lainnya, katakan OB,
NDODX GLWXWXS PHUHND PDX NHPDQD FRED ´
Pola pikir Bapak Hari yang mengutamakan kepentingan orang banyak selalu beliau
tempatkan diatas kepentingan pribadi. Cara berfikir dan gaya kepemimpinan beliau layak
mendapat acungan jempol dari semua pihak, karena dibalik ketegasan beliau sebagai Dekan di
kampusnya, beliau ternyata seorang yang penuh perhatian, welas asih dan peduli terhadap
7.10 Kesadaran Illahiah sebagai Dasar Manifestasi Insan Kamil: Harmonisasi Cinta
Proses bertumbuhnya kesadaran bukan merupakan proses yang mudah dilalui oleh jiwa
karena melewati serangkaian tahapan perjalanan hidup (evolusi) secara terus menerus. Asal
mula bertumbuhnya kesadaran berawal dari dalam diri yang kemudan berkembang dalam
218
lingkungan keluarga komunitas hingga selanjutnya menuju masyarakat, negara serta peradaban
lebih luas.
Pertumbuhan kesadaran bergerak dari ruang lingkup diri yang mengalami peningkatan
menuju peradaban yang lebih luas. Berangkat dari penyaksian diri akan keberadaan sifat-sifat
keilahian dalam segenap aspek kehidupan, maka segala wujud kehidupan di dunia baik yang
terlihat maupun tidak merupakan manifestasi dari sifat-sifat Allah. Atas dasar keimanan tersebut,
jiwa memberikan upaya penyadaran keilahian dalam diri agar mampu berkembang lebih luas lagi.
Proses menumbuhkan sifat-sifat keilahian dalam diri mampu memberikan dampak besar diluar
diri manusia. Oleh sebab itu lingkungan menjadi manifestasi perwujudan atau pantulan cermin
kemampuan tidak terbatas (non linier) manusia untuk mengatasi kompleksitas permasalahan
yang penuh dengan ketidakpastian. Keberadaan jiwa yang didominasi oleh pengetahuan
materialistis memiliki keterbatasan ruang lingkup dalam pemecahan masalah. Pemahaman atas
pengetahuan tersebut diperoleh dari pernyataan Ibu Sova yang menekankan setiap jiwa agar
memiliki jalan hidupnya masing-masing terkait tahapan pencapaian jiwa menuju Insan Kamil.
Beliau menilai setiap jiwa memiliki peluang untuk mencapai tataran sempurna jika gerak jiwa
selaras dengan kehendak Tuhan. Upaya untuk mencapai tahapan tersebut tidaklah mudah. Oleh
sebab itu implementasi nilai-nilai keilahian yang termuat dalam ajaran agama (Islam) hendaknya
³%LVD DWDX WLGDNQ\D DNXQWDQ PHQMDGL VRsok Insan Kamil..ya tentu bisa saja. Bisanya
dalam artian begini, Allah sudah mengutus Rasullullah untuk menjadi contoh berarti
sesuatu itu perlu dicontoh gitu ya. Mau nanti saat mencontohnya berhasil seperti
Rasullullah atau tidak tapi kan Allah sudah ngomong ini loh ..Huswatun Hasanah ini
teladan yang baik. Maksudnya kalau dalam proses dia tidak bisa mencontoh dengan
sempurna nah itu kemampuannya dia hanya sampai disitu. Tapi jangan belum apa-apa
VXGDK QJRPRQJ HQJJDN ELVD GLFDSDL ´
³ $OODK VXGDK PHQJXWXV, sudah menetapkan itu merupakan figur yang harus dicontoh, ya
kita mencontoh sebisa kita gitu. Jadi jangan ah nggak mungkin ini bisa jadi Insan Kamil.
Berusahalah untuk tetap ke titik itu. Dimanapun kamu, nanti bisa mencapainya. Ya kalau
saya sih sederhanDQ\D EHJLWX \D ´
219
³'L ,VODP NDQ GLRPRQJLQ PDVXNODK NDPX NHGDODP ,VODP VHFDUD NDIDK NHVHOXUXKDQ 1DK
ya udah ga usah kita itu belum masuk udah nawar duluan gitu. Ah itu kan berat..Islam
kafah dan sebagainya. Udah hmmm.. kamu masuk aja kedalamnya secara kafah, secara
VHPSXUQD PHVNLSXQ GDODP SURVHV PHQXMX VHPSXUQD LWX NDPX LVWLODKQ\D ³
Banyak pihak menilai bahwa menjadi sosok Insan Kamil terkait erat dengan dukungan
eksternal seperti keterbukaan dan transparansi. Seperti dikemukakan Ibu Elvi dalam cuplikan
³6D\D UDVD SHUOX DGDQ\D NRPELQDVL DQWDUD GLUL NLWD VHQGLUL GHQJDQ GXNXQJDQ IDNWRU
eksternal sebagai akuntan publik untuk mencapai Insan Kamil. Alhamdulillah, saya rasa
posisinya menjadi lebih baik dengan adanya keterbukaan gitu. Selama masih belum ada
NHWHUEXNDDQ MXJD UHSRW«PDQD \DQJ« QDNDO JLWX PLVDOQ\D .DQ QDQWL NRQVXPHQ GDODP
KDO LQL SHPDNDL MDVD DNDQ PHPLOLK« -DGL NXQFLQ\D PHPDQJ NHWHUEXNDDQ WUDQVSDUDQVL
0DNLQ WUDQVSDUDQ LWX PDNLQ EDJXV«´
Ibu RAS juga menilai sangat sulit jiwa akuntan untuk mencapai tataran Insan Kamil. Hal
ini terjadi karena hidup manusia penuh dengan kerikil-kerikil tajam yang dapat menganggu
kestabilan jiwa khususnya terkait integritas, independensi serta profesionalisme akuntan dalam
bekerja. Beliau menambahkan bahwa apapun yang dilakukan manusia dalam bekerja hendaknya
dimaknai sebagai sebuah rangkaian ibadah. Pernyataan tersebut diungkapkan Ibu RAS dalam
³«« 3HQFDSDLDQ ,QVDQ NDPLO VXQJJXKODK VDQJDW VXOLW NDUHQD SDda intinya manusia
hidup itu penuh dengan gesekan-gesekan. Integritas dan independensi sangat diperlukan
GDQ SHQWLQJ 6XVDK \D NDODX QJRPRQJ PHPDQJ JDPSDQJ FXPDQ« ´
³ 'XD KDO LWX NDUHQD VHODPD LQL \DQJ WHUJDQJJX LWX LQWHJULWDV NDODX LQGHSHQGHQVL PXQJNLn
udah bisa ini ya..ya masih ada cuman bisalah dikurangin cuman integritas itu loh kembali
ke masing-masing person gitu loh karena itu berasal dari masing-masing orang. Masing-
masing orang itu benar-benar mau dibawa kemana.. Dia mau jalur apa sih karirnya gitu
kan. Mau jadi apa sih dia gitu loh. Integritas..karena ya memang modalnya auditor kan
LWX LQWHJULWDV HHK VDPD LQGHSHQGHQVL ,QGHSHQGHQVL NDUHQD SURIHVL \D«NDUHQD WXQWXWDQ
SURIHVL LQWHJULWDV LWX VHQGLUL QRPRU VDWX«GDQ WLGDN OXSD SURIHVLRQDOLVPH«´
³6D\D VHWXMX NDODX EHNHUMD LWX PHUXSDNDQ LEDGDK 0DNDQ\D SURIHVVLRQDO NDQ GDODP DUWL
enggak main-main gitu loh. Kita membawa institusi juga, selain kita pribadi sebagai
auditor, kita juga membawa institusi. Jadi kalau mau macam-macam kan kita enggak
bekerja secara professional dong gitu loh gitu aja. Kalau ibadah sih iya setuju, makanya
kan eeh kembali ke tadi mau..mau apapun yang terjadi kalau udah niatnya itu satu..udah
QDQWL NDQ MDGL NHUHQGDP PDVDODK«´
220
Proses menumbuhkan kesadaran Illahiah menuju Insan Kamil merupakan tahapan yang
mau tidak mau harus dilalui dan dijalani oleh setiap jiwa saat ini. Upaya mencapai tingkat
kesadaran Ilahiah memiliki kadar kesulitan berbeda pada masing-masing jiwa karena proses
tersebut bersifat abstrak dan memiliki kompleksitas tersendiri dalam pencapaiannya. Oleh sebab
itu jejak jiwa dalam setiap aktivitas manusia perlu dijadikan pola atau panduan masyarakat
modern saat ini, meskipun sosok Insan Kamil telah melekat pada figur Rasullulah SAW. Meski
demikian yang terpenting dari itu semua adalah tahapan perjalanan menuju kesadaran
merupakan upaya diri menuju penyempurnaan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Bapak
Hari yang menilai sosok Insan kamil hanya mampu dicapai oleh nabi maupun rasul karena secara
umum manusia mengalami kesulitan dalam mencapai tataran tersebut. Kesulitan tersebut muncul
karena interaksi manusia dengan sesama bahkan lingkungan sekitarnya menimbulkan gesekan
serta friksi tajam yang mempengaruhi jiwa akuntan. Demikian ungkapan Bapak Hari dalam
³ L\D VD\D EHUDQJJDSDQ KDQ\D VHRUDQJ EHUJHODU QDEL VDMD \DQJ ELVD PHQFDSDL ,QVDQ
Kamil tersebut. Selagi dia masih manusia bukan nabi ya eeh untuk mencapai Insan Kamil
DNDQ PHQJDODPL NHVXOLWDQ NDUHQD PHPXDVNDQ VHPXD SLKDN ´
³ EXNDQ Vulit yah tapi sangat sulit karena kita hidup berdampingan dengan pihak
lain..sesama makhluk hidup paham enggak maksudnya?.. Sesama makhluk hidup itu
saling mempengaruhi iya toh. Ehh sulit itu tapi sebagai makhluk Tuhan dan sebagai umat
Muhammad kan tidak salah mendekatkan diri seperti apa yang pernah dilakukan oleh
Nabi. Walaupun dalam konteks..saya sering mengatakan juga ke beberapa orang ya apa
\DQJ VHPXD QDEL ODNXNDQ LWX NDQ WLGDN VHPXDQ\D NLWD KDUXV FRQWRK ´
Bapak Ariel menegaskan nilai-nilai Insan Kamil yang mengejawantah dalam diri manusia
merupakan representasi sifat-sifat keilahian. Nilai-nilai keilahian secara garis besar termanifestasi
dalam sifat kunci Rasullulah yakni shidiq, amanah, tabligh dan fathanah. Sifat-sifat kunci
Rasullulah tersebut berlaku dalam semua profesi. Bapak Ariel dalam wawancaranya menyatakan
bahwa sifat-sifat inti tersebut jika dinyatakan dalam kode etik profesi dapat berupa integritas,
akuntabilitas, kompetensi dan transparansi. Menurut Bapak Ariel, pengetahuan tentang sifat atau
karakteristik dapat diperdalam lebih lanjut pada seminar-seminar PPL atau PPA. Sifat tersebut
221
nantinya dapat terus dipupuk, ditumbuhkan serta dijaga keberlangsungannya saat jiwa mampu
berperan secara aktif dalam memberdayagunakan dirinya di segenap aspek kehidupan. Berikut
³ ,QVDQ .DPLO DWDX KDO \DQJ EDLN SDGD GLUL VHVHRUDQJ 0LVDONDQ NDODX GLNDLWNDQ GHQJDQ
Rasulullah ya..Rasulullah kan punya sifat yang shidiq, amanah, tabligh dan fatanah..yah
empat itu. Empat sifat itu contoh kunci dalam diri seseorang yang baik. Mungkin kalau di
SURIHVL QDPDQ\D DMD EHGD ´
³6KLGLT LWX GDSDW GLSHUFD\D QDPD ODLQQ\D DSD \DK´«(KP NDODX PLVDONDQ
bertanggungjawab atau memiliki integritas. Amanah..bisa amanah berarti istilahnya dia
harus amanah bertanggungjawab. Jika dikaitkan dengan profesi tertentu, maka dia harus
akuntabilitas sesuai dengan profesinya. Tabligh itu menyampaikan..kalau fathanah
EHUDUWL«KHHK FHUGDV 6HPXD SURIHVL NDQ PHPHUOXNDQ LWX MXJD 3URIHVL DSDSXQ itu apalagi
terkait dengan auditor internal, akuntan manajemen, akuntan publik. Di profesikan harus
menjaga etika profesi termasuk..termasuk cerdas. Dia kan harus selalu meningkatkan
pengetahuan melalui PPA atau PPL. Makanya kalau ada seminar internasional saya tetap
harus ikut, walaupun enggak tiap tahun biar wawasan lebih luas juga
SHQJHWDKXDQ VXSD\D HQJJDN EDQ\DN \DQJ PDQGHJ JLWX \DK«´
³ :DODXSXQ HQJJDN VHSHQXKQ\D VHWLGDNQ\D DGD NDLWDQ HUDW DQWDUD ,QVDQ .DPLO GHQJDQ
profesi akuntan tidak terbatas pada akuntan publik saja tetapi juga ada akuntan publik,
DNXQWDQ SDMDN MXJD DNXQWDQ SHPHULQWDK«´
Bapak MFA menilai jiwa-jiwa akuntan (muslim) hendaknya mampu mencontoh sifat utama
Rasulullah yakni fathonah, shidiq, amanah dan tabligh. Nilai-nilai dalam Insan Kamil dimaknai
Bapak MFA sebagai cermin diri agar senantiasa berproses menuju lebih baik. Beliau
menambahkan bahwa posisi jiwa manusia untuk sampai pada tataran Insan Kamil seharusnya
telah menempati makrifat (sufi) sehingga mampu memaknai keberadaan Allah disegala aspek
kehidupannya. Jiwa tidak perlu mengkhawatirkan apapun yang akan, sedang dan telah terjadi
pada diri manusia, karena Allah selalu hadir bersama jiwa-jiwa yang tenang (muthmainah).
³.DODX VD\D PHOLKDW SRWUHW MDWL GLUL PDQXVLD NLWD NHPEDOLNDQ NHSDGD VRVRN LGROD PXVOLP
yakni Rasullullah SAW. Karena beliau memiliki sifat utama yaitu Fathonah, Shidiq gitu loh
..atau apa lagi. Apakah kita sampai sejauh ini mampu menjaga atau mengguidance atau
PHUHND PDPSX EHUILNLU GDQ VXGDK GHZDVD DWDX JLPDQD ´
³-DGL NDODX VHVHRUDQJ PHPDKDPL ,QVDQ .DPLO LQL NDQ GLD DNDQ JLQL \D NHJLDWDQ
selebihnya yang akan bercermin kepada pedoman hidup yang dia pegang. Enggak tahu
dia beragama apapun tapi ini membuat dia menjadi lebih baik gitu, dibandingkan ketika
222
dia memakai etika yang dibuat oleh manusia yang kadangkala berlakunya untuk sesuatu
\DQJ HQJJDN DEDGL GDQ VLIDWQ\D DGD SHUXEDKDQ«´
³,WX KDUXV PDNULIDW MDGL PHQJJDPEDUNDQ EDKZD DSD \DQJ GLODNXNDQ DJar menjadi
sempurna, semuanya dikembalikan ke atas. Maka semua yang akan dilakukan itu pasti
bisa memberikan dia feedback, memberi manfaat kepada sesama tapi feedback untuk
diatas. Contohnya begini saya sekarang enggak punya uang besok makan apa, seeorang
\DQJ PDNULIDW ND\DN RUDQJ WDVDZXI SDVWL ELODQJ EHJLQL« HKKK EHVRN WHUJDQWXQJ $OODK GDQ
VHODOX DGD ´
³1DK GLD DGD VHPDFDP EHQWXN SHQJKDUDSDQ EDKZD KDUL LQL \DK KDUL LQL KDUL HVRN \D KDUL
esok begitu. Karena Allah menyediakan apa yang ada di muka bumi ini hanya milik Allah,
PDND GLD HQJJDN DNDQ ELQJXQJ XQWXN LQL« ,\D $OODK DNDQ PHQ\HGLDNDQ VHPXDQ\D«´
³ VHEHQDUQ\D ,QVDQ NDPLO LWX NDODX GL DJDPD ,VODP GLNDWDNDQ VHPSXUQD .DODX NDWD VXIL
tuh gini, orang itu tuh punya kemakrifatan tinggi sehingga saat dimanapun dia berada itu
akan dilindungi gitu loh. Di dunia fana, alam barzakh tetap utuh kalau kita kan belum
WDKX«DODP IDQD XWXK GL DODP EDU]DNK HQJJDN XWXK JLWX«´
´2UDQJ LWX WHODK PHQFDSDL VXDWX EHQWXN WDWDUDQ DKOL VXIL \DQJ SDOLQJ WLQJJL NDUHQD
agamanya tinggi, mereka akan menerapkan ke semua lini, dia paham dan mengerti Insan
.DPLO«GLD WLGDN SXQ\D VLNDS VHNXOHU JLWX GDODP NHJLDWDQ-NHJLDWDQQ\D ´
³«GDODP ,QVDQ .DPLO LWX NDQ OHELK EDQ\DN NHWHODGDQDQ UDVXOXOODK -DGL DSD \DQJ GLD
dapat itu dari sifat-sifatnya seperti syiar, kemudian apa tabligh, amanah, fatanah sama
VKLGLT NDQ LWX KDUXV DGD WDPSDNQ\D LQL DNDQ PHQMDGL SRUVL XQWXN PHQJXNXU .KDOLIDWXO ´
³«,\D EHUDUWL PDVXN NH DPDQDK GDQ WDEOLJK PHQ\DPSDLNDQ RSLQL EHJLWX PED -DGL ELVD
masuk kesitu. Karena jadi seorang khalifah seperti pemimpin itu pasti dia akan memiliki
QLODL NHPDV\DUDNDWDQ QDK LWX \DQJ GLD SHJDQJ« LWX PHUXSDNDQ MDODQ JHUEDQJ PHQXMX
WDKDSDQ ,QVDQ .DPLO ´
Beberapa informan menilai tahapan menuju Insan Kamil merupakan jalan yang sulit
ditempuh bagi jiwa, sehingga banyak pihak menyangsikan keberadaan jalan tersebut. Menurut
informan, jalan tersebut merupakan jalan eksklusif yang hanya bisa dialami dan dilalui oleh jiwa-
jiwa terpilih seperti sosok Rasulullah dan nabi-nabi lain. Meskipun demikian, penilaian dan
pemikiran peneliti justru sebaliknya, setiap jiwa justru memiliki peran dan potensi untuk
dalam kehidupan sehari-hari. Mereka seharusnya tidak melupakan esensi hidup dimana Tuhan
senyatanya selalu hadir dalam setiap jiwa manusia dalam berbagai bentuk ciptaannya,
Bahkan Bapak Hardiman dan Ibu Sova menegaskan bahwa setiap jiwa memiliki peluang
untuk mencapai tataran tersebut asalkan esensi kesucian manusia (fitrah diri) dikembalikan
223
kepada asal dan muasalnya. Jiwa mau berusaha dan berupaya (ikhtiar) serta mengambil makna
dari setiap peristiwa yang telah terjadi. Berikut ini ungkapan pernyataan Ibu Sova tersebut.
³0HQJKDGDSL EHUEDJDL FREDDQ GDQ NDPX ELVDQ\D VDPSDL JLPDQD LWX \D LWXODK NDPX WDSL
jangan belum-belXP VXGDK ELODQJ JDN ELVD LWX ´
³5DVXOXOODK DGDODK VHVHRUDQJ \DQJ VDQJDW LVWLPHZD VHKLQJJD EDQ\DN RUDQJ
menyangsikan bahwa kita enggak akan sampai kesitu. Tapi kalau aku memahaminya
begini, dalam arti khusnudon tapi di satu sisi yah. Aku pun kalau disuruh seperti
Rasullullah kayaknya enggak akan sampai sana, tapi kan Allah ngomong, Allah jelas
ngomong bahwa contohlah Rasullullah itu sebagai Huswatun Hasanah. Teladan yang
baik, contohlah. Ya udah mau enggak mau seberapun kita mampu contoh. Meskipun
dijalan oh kemampuanku cuma segini. Kemampuanku ku segini itu kan batasnya ajal aja
yah. Kalau belum ajal kan kita masih ada. Istilahnya sambil merangkak mendekati
DNKODNQ\D 5DVXOOXOODK PDVLK ELVD NDODX PDX JLWX ´
Setiap jiwa senantiasa menumbuhkan kesadaran dalam dirinya. Upaya tersebut tidak
semata-mata dilakukan pada jalur pendidikan saja melainkan melalui pengenalan dan
pemahaman diri seutuhnya. Dengan demikian jiwa mampu mengenal kedalaman dirinya terkait
potensi diri maupun kerentanannya. Prioritas atas perbaikan diri akan memberikan pancaran
kebaikan kepada pihak luar disekeliling kita. Diri tidak meminta pihak lain untuk berubah secara
spontan atau bertahap, karena transformasi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Tetapi yang perlu ditekankan disini adalah, kenali diri, pahami dan lakukan perbaikan diri. Jika
diri sudah mengalami transformasi dan evolusi, maka jiwa akan memberikan vibrasi positif dalam
menularkan cahaya kepada pihak-pihak sekelilingnya. Dengan demikian pancaran cahaya akan
melimpah dan tertuju kepada pihak luar tersebut. Demikian informasi lanjutan dari pernyataan
³ .DODX ELFDUD VHSHUWL LWX EDJDLPDQD DNXQWDQ ELVD GL EDZD VDPSDL NHVLWX WDKDSDQ-
tahapannya yah mau enggak mau balik lagi ke pendidikannya. Awalnya pendidikan
pendidikan kan secara formal juga harus diperbaiki artinya memperbaiki kurikulum dan
sebagainya.
³HKP«GLVLWX NDQ DGD LVWLODKQ\D RUJDQLVDVL SURIHVL 'LVLWX NDQ EDQ\DN WUDLQLQJ-training dan
sebagainya. Kan bisa disitu training yang istilahnya kalau ehm..SAK atau IFRS ada
XSGDWH 6$. VHNLDQ DGD XSGDWH QDK LWX NDQ XSGDWH DNKODN MXJD HQJJDN DSD DSD ´
³ \DQJ GLXSGDWH NDQ LWX DMD NDQ 8SGDWHQ\D ,)56 VHNLDQ XGDK GL VLQL VHNDUDQJ 6$.
nomor sekian diupdate gini-gini. Emang ada pernah updatH HWLND"¶
³6LVWHP SHPHULQWDKDQQ\D NDQ MXJD KDUXV NLWD RPRQJLQ .DODX VLVWHPQ\D PDVLK
DPEXUDGXO .LWD PDX PHQMDGL VRN VXFL VHQGLUL KDQFXU NDQ DNKLUQ\D ´
224
³ +LGXS LWX NDQ SHUMXDQJDQ 3HUMXDQJDQ XQWXN PHQHJDNNDQ VHVXDWX \DQJ EHQDU +LGXS LWX
jangan dipandang HQDN LWX DGDODK PHPSHUMXDQJDQ VHVXDWX \DQJ EHQDU EHJLWX ORK ´
³%DQ\DN \DQJ SHUOX GLEHQDKL MDGL LVWLODKQ\D NDODX WHUGDSDW NHVDODKDQ \DQJ VDODK LWX
sebenarnya akuntan. Salah sendiri, salah sistem jadi enggak ada yang salah yang salah
adalah diri sendiri.´
process) bukan merupakan proses yang instan. Keadaan tersebut terjadi karena
keberlangsungan proses membutuhkan waktu, kesediaan dan upaya diri untuk bergerak
bertransformasi dan berevolusi. Semakin dini usia seseorang menyadari pentingnya proses
evolusi, semakin diri mampu memperkokoh keyakinan dan memperoleh pencerahan. Demikian
³0HQMDGL PDQXVLD GDODP ILJXU ,QVDQ NDPil membutuhkan serangkaian waktu dan proses
yang tidak instant. Harus dididik dari awal dan dipupuk kebiasaan tersebut sedari kecil.
Sejauh mana manusia mampu terbuka pikirannya untuk menerima kebenaran dalam diri,
udah itu saja. Saya enggak bilang kalau saya orang baik dari SD, SMP dan SMA serta
kuliah, saya anak nakal loh. Alhamdulillah di umur 40 tahun keatas ini saya seperti
GLEHULNDQ VHPDFDP SHQFHUDKDQ WHQWDQJ EHJLQL WHQWDQJ EHJLWX ORK ´
Perjalanan jiwa dalam menggapai kesadaran perlu ditumbuhkan sedari dini. Dalam
proses kemenjadian, jiwa diarahkan pada satu titik sempurna dimana dalam mencapai titik
tersebut, setiap jiwa memiliki durasi waktu berbeda-beda tergantung titik kerapuhan yang dimiliki
serta beban spiritual yang dialami dan ditanggung sepanjang hidupnya. Jiwa perlu menggeser
paradigmanya dari pemahaman akan posisi diri kemudian bergerak mengidentifikasi kerentanan
tersebut untuk menguak potensi diri yang tersimpan. Seiring berjalannya waktu, diri memiliki
kemampuan mengatasi masalah terkait titik-titik kerentanan dan berusaha untuk melampauinya.
Sepanjang diri melakukan pembersihan diri (tazkiyatun nafs), jiwa akan senantiasa memperoleh
secercah cahaya dan hidayah dari Tuhan yang dapat membuka mata, hati dan batin sehingga
7.11 Penutup
³.HPEDOL NHSDGD ,EX´ PHUXSDNDQ PHWDIRUD \DQJ PHQXQMXNNDQ WLGDN DGD JXQDQ\D WHUXV
menerus mengejar tujuan yang sama. Maksud dari pemahaman tersebut adalah apa yang telah
dicapai dan dianggap bernilai tinggi saat ini mulai dipertanyakan kembali statusnya dimasa
mendatang, khususnya di usia paruh baya dimana perkembangan ego telah mencapai klimaks.
Dalam keadaan tersebut, diri perlu melakukan penilaian kembali perolehan yang telah dicapai
kehidupan selanjutnya. Makna tersebut berupa value yang diperoleh peneliti dalam tataran
Hidup bukan sekedar keberhasilan di dunia yang ditunjukkan dengan ego dan persona
yang solid serta terstruktur dengan baik. Penyatuan ego dengan alam bawah sadar memuat
kehidupan yang belum dijalani individu tersebut yang mengandung potensi belum terealisasi.
Kenali diri sendiri terlebih dahulu agar mampu mengembangkan potensi sesuai tingkat kesadaran
Mekanisme ego untuk menyatukan kepribadian tersebut tidak lepas dari campur tangan Tuhan
didalamnya.
Tuhan memberikan misi serta tanggungjawab kepada manusia sebagai konsekuensi hasil
penerimaan dan kesediaan ruh saat dilahirkan ke muka bumi. Misi dan tanggungjawab
merupakan bagian dari kesucian (fitrah) yang disematkan Tuhan kedalam dirinya, sehingga
senantiasa terjaga dan dapat diimplementasikan sejak awal kehadirannya di muka bumi menuju
akhir perjalanan hidupnya (kematian). Dalam menjalankan misi tersebut, jiwa mengambil peran
dan tanggungjawab didalamnya, melalui unsur penyeimbangan dan penyelarasan upaya diri
kepada sesama makhluk bahkan seisi alam semesta. Namun demikian seiring berjalannya waktu,
perjalanan jiwa manusia mengalami serangkaian hambatan berupa kerentanan jiwa atau bahkan
Misi spiritual merupakan amanah Tuhan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya di alam semesta. Proses kerentanan (amnesia) justru
dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan jiwa dalam menghadapi dualitas kehidupan. Oleh sebab
itu proses transendensi merupakan jalan untuk mengembalikan posisi manusia kepada perannya
di muka bumi. Kondisi tersebut memberikan pemahaman filosofis bagi jiwa agar mampu
mengingat kembali hakekat tujuan serta fungsi awal penciptaan manusia sebagai Abdullah dan
Khalifah. Namun demikian untuk sampai pada tataran tersebut, jiwa hendaknya memiliki
kemampuan melampaui dan melewati segala keterbatasan (kerentanan) yang ada baik berupa
hambatan, beban psikologi dan spiritual dalam dirinya yang bersifat luka batin maupun traumatik
yang pernah dihadapi dalam perjalanan kehidupannya. Keterbatasan dan hambatan seharusnya
menjadi hikmah pembelajaran dalam diri agar bergerak tumbuh mencapai tingkatan kesadaran
lebih tinggi. Meskipun beban psikologi dan spiritual pada awalnya menempati ruang penderitaan
yakni sisi gelap manusia, tetapi perlu dipahami pula bahwa dalam kegelapan sepekat apapun,
jiwa manusia masih memiliki pilihan untuk menentukan keputusan. Keputusan diyakini mampu
PHPEHULNDQ ³WLWLN NHPXQJNLQDQ´ field of possibility) dari jawaban yang dibutuhkan. Faktor
³NHPXQJNLQDQ´ PHPEHUL UXDQJ SDGD MLZD \DQJ PDVLK VDPDU-samar menata hati dan jawaban
yang dibutuhkan (trial and error). Oleh sebab itu agar jiwa mampu memfixed-kan kemungkinan
jawaban tersebut, dibutuhkan willingness sebagai langkah awal diri untuk berani mengenali
peluang yang timbul dari alternatif jawaban tersebut. Keadaan tersebut dapat dilakukan melalui
proses jeda (hening). Proses pemberhentian sejenak (jeda) merupakan rangkaian proses
intropeksi diri agar diri memiliki kesediaan (willingness) dan keyakinan untuk bergerak dan
PHQJJDSDL WLWLN NHMHODVDQ WHUVHEXW 3DGD DNKLUQ\D MLZD EHUJHUDN PDMX PHQXMX ³WLWLN NHMHODVDQ´
Ego pada dasarnya memiliki karakter mengingkari segala sesuatu yang terjadi sehingga
tidak mampu menyadari konsekuensi logis yang dihadapi. Penderitaan yang dialami manusia
merupakan salah satu bentuk pengingkaran yang dilakukan manusia terhadap Tuhan. Oleh
227
sebab itu solusi penyelesaian atas pengingkaran tersebut dilakukan melalui pertobatan dengan
mekanisme transendensi.
Keterbatasan serta hambatan yang dialami diri tidak terlepas dari peran serta keterlibatan
ego didalamnya. Ego yang tidak terhubung baik dengan Diri selain mengakibatkan terputusnya
hubungan seseorang dengan pusat transendensi, juga ikut terbenam secara narsistik dalam
tujuan sempit serta keuntungan jangka pendek. Sebaliknya, ego yang terhubung baik dengan
keilahian mampu memunculkan sisi bebas dimana ego tersebut dapat berkonsultasi dengan
realitas yang lebih luas, lebih dalam dibandingkan pertimbangan-pertimbangan personal ego
Keberadaan ego yang terhubung baik dengan Diri jika dikaitkan dengan pemikiran Iqbal
merupakan Khudi. Khudi digambarkan sebagai ego kecil yang bersifat abadi dan kekal tanpa
akhir. Keberadaan ego manusia (khudi) dengan ego illahi (khuda) laksana sinar dengan
mataharinya serta gelombang dengan samuderanya. Khudi merupakan potensi diri yang tumbuh
dan berkembang atas dasar perintah serta kreasi Tuhan yang direalisasikan melalui proses
evolusi. Khudi merupakan pikiran (mind) dan kesadaran (consciousness). Dalam interaksi pikiran
dan kesadaran diri bermuara sebuah kehidupan (life). Begitupula saat terjadi dengan
transendensi, alam sadar dan bawah sadar mengalami proses penyatuan yang mana
keberadaan jiwa mengakui keterbatasan ego dan kekuatan alam bawah sadar.
yang menjalankan kegiatan ibadah individu dan sosial. Pelaksanaan ibadah individu berupa ritual
keagamaan diharapkan dapat menempatkan manusia pada track record yang benar, lurus dan
compatible sesuai tujuan penciptaan hidup manusia sebagai abdinya dalam beribadah.
Sedangkan pelaksanaan ibadah sosial yang melibatkan interaksi manusia dengan pihak-pihak
memakmurkan bumi sebaik-baiknya sesuai kehendak Tuhan melalui pengetahuan sifat, fungsi
228
dan kegunaan. Jiwa manusia diharapkan mampu memberdayagunakan akal pikiran, pancaindera
serta kekuatan positifnya dalam mengubah corak kehidupan di dunia melalui kontemplasi serta
refleksi. Saat jiwa memiliki kesadaran tinggi, mereka memiliki kapasitas memahami banyak hal
laksana samudera tak bertepi. Namun demikian perlu arahan kembali agar karunia tersebut dapat
digunakan untuk mencapai visi peradaban, kemanusiaan dan juga pencerahan. Inilah
manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi senantiasa bertasbih memuji dan mensucikan
hubungannya dengan sang pencipta, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, melindungi dan
memelihara hak-hak dasar manusia (hak hidup) agar senantiasa berbuat kebaikan.
dari kepribadian yang dimilikinya. Jung menjabarkan sub kepribadian tersebut sebagai kompleks
ego dan berbagai kompleks personal lemah lainnya seperti mother complex dan father complex
yang memiliki berbagai konstelasi dan imaji-imaji arketipal. Pemahaman tersebut memberikan
keyakinan bahwa keberadaan manusia itu kompleks karena meliputi kompleks ego dan kompleks
personal lainnya yang terbentuk dari potensi sikap dan orientasi divergen yang bertentangan satu
sama lain, menciptakan konflik dan berbagai jenis gangguan kepribadian neurotik. Oleh sebab
itu tidak mengherankan apabila tahapan pencapaian manusia sebagai manusia sempurna atau
Insan kamil merupakan sesuatu yang sulit bahkan dikatakan mustahil terjadi pada diri manusia
yang didominasi hasrat kemelekatan. Meski demikian perkembangan zaman dan kondisi
peradaban saat ini memiliki efek kemudahan jalan bagi para jiwa agar terbangkit sisi spiritualnya.
Tahapan menuju kesempurnaan bukan merupakan proses yang instan. Indikasi tersebut
terlihat jelas saat kompleksitas dalam kepribadian manusia tersebut muncul. Manusia perlu
mengenali satu persatu elemen dalam kepribadiannya sehingga salah satu pasangan sub
Insan kamil merupakan figur yang merepresentasikan nilai-nilai keilahian dalam diri. Figur
tersebut ditunjukkan pada pribadi yang memiliki kesempurnaan jiwa, mampu mengenal
kedalaman dirinya yang bersifat persona, bayang-bayang, kompleks, anima maupun animus.
Setiap jiwa memiliki elemen-elemen kepribadian, hanya saja jiwa-jiwa tersebut apakah mampu
Anima dan animus merupakan kepribadian subjektif yang mewakili tangga bawah sadar yang
lebih dalam daripada bayang-bayang (shadow). Mereka merupakan aspek-aspek jiwa manusia
yang mampu mengantarkan kita ke alam bawah sadar kolektif. Namun demikian jika kondisi
tersebut dikaitkan dengan ilmu kesadaran, maka jiwa akuntan perlu memahami posisi diri agar
mampu memahami kerentanan dalam dirinya sehingga dapat mengambil hikmah pembelajaran
dibalik kerentanan tersebut sebagai perwujudan nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari
ilahiah.
Dalam mencapai tingkatan tersebut, diri perlu mengenali persona, bayang-bayang maupun
kompleks. Keadaan tersebut bukan merupakan proses yang mudah karena ego individual
memiliki peran serta keterlibatan penting didalamnya. Ego biasanya tidak menyadari keberadaan
Bayang-bayang merupakan siluet diri yang bergerak mengikuti kita saat berjalan menuju
cahaya. Bayang-bayang menempati porsi dalam diri yang sifatnya bertolak belakang dengan
sisi belakang ego yang mampu mengoperasikan dan menggerakkan keberadaan ego dalam niat,
atau wajah yang digunakan seseorang saat menghadapi dunia sosial. Itulah sebabnya
kesempurnaan niat, kehendak dan upaya mempertahankan diri merupakan langkah awal jiwa
dalam menyempurnakan hidupnya. Diri memiliki tanggungjawab penuh merangkul elemen serta
230
kondisi apapun yang sedang dialami dirinya. Diri hendaknya mampu berdamai serta
Fungsi moralitas menilai sesuatu berdasarkan azas salah atau benar. Fungsi tersebut
berupaya memperbaiki kesalahan yang ada menjadi sebuah kebenaran yang didasarkan atas
kesepakatan moral yang berlaku dalam masyarakat. Fenomena tersebut sedikit banyak
menganggu psikologi manusia dalam berekspresi dan berkreasi. Dalam keadaan tersebut, jiwa
tidak memiliki kebebasan dalam menentukan kebenaran bagi dirinya sendiri. Jiwa diatur oleh
bahwasanya tidak ada orang jahat, buruk ataupun salah, yang ada hanya ada jiwa-jiwa yang
tidak selaras dengan kehidupan (life). Azas tersebut mengingatkan kembali akan esensi
penciptaan manusia sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan dalam bentuk sebaik-baiknya.
0DQXVLD GLFLSWDNDQ 7XKDQ GDODP EHQWXN ³VHPSXUQD´ DJDU PDPSX PHPDQLIHVWDVLNDQ VLfat-sifat
ketuhanan dalam dirinya sehingga dapat merepresentasikan keberadaan dirinya sebagai wakil
Tuhan di muka bumi untuk menjaga alam dan segala isinya. Ketidakselarasan diri dengan Tuhan
terkait erat dengan keterlibatan jiwa pada medan atractor lemah yang menempatkan mereka
pada kondisi penderitaan, tekanan dan kesenangan semu (Force). Azas spiritual secara
bertahap dapat memberikan penyembuhan secara psikologis terhadap jiwa manusia dan
pemulihan rasa sakit yang diderita. Oleh sebab itu upaya penyadaran jiwa pada tingkatan makrifat
bukan didasarkan atas pernyataan kesalahan, kegagalan serta kebenaran dari agen eksternal
yakni fungsi otoritatif, melainkan berasal dari keyakinan yang bertumbuh dari dalam diri.
ketidaksesuaian antara harapan, keinginan dan hasrat besar. Kondisi tersebut terjadi karena jiwa
akuntan tidak mampu menjembatani sisi bawah sadar yang dapat menganggu kesadarannya.
231
Proses menjembatani dilakukan melalui serangkaian intropeksi dan kontemplasi untuk mencegah
konflik besar yang mampu mendorong perilaku atau tindakan yang merugikan.
Persona diidentifikasikan sebagai ego kesadaran yang menjadi identitas psiko sosial
individu tersebut. Ego lebih nyaman dengan persona karena memiliki kesesuaian peran dalam
beradaptasi dengan dunia sosial dimana keinginan publik atau masyarakat secara umum memiliki
kepatuhan terhadap moral dan norma-norma sosial. Keberadaan ego pada persona semakin
nyata bahkan memperkuat peran serta keterlibatan diri dalam profesi dan lingkungan masyarakat
yang lebih luas. Melalui topeng atau persona yang dimiliki, seorang akuntan mampu memainkan
peran serta identitas mereka agar sesuai tuntutan lingkungan dimana jiwa berada. Jiwa dapat
melakukan tindakan yang menguntungkan melalui eksploitasi terhadap diri dan lingkungan
sekitarnya atau justru memberikan kebermanfaatan kepada semesta sesuai keinginan dan
harapan sesama. Jiwa dituntut untuk memiliki kepekaan rasa empati serta emosi (kecerdasan
emosional, spiritual dan intelektual) sehingga mampu memahami dan merasakan kebutuhan dari
lingkungannya. Keadaan tersebut secara tidak langsung memanggil jiwa akuntan agar mampu
merepresentasikan diri sebagai Khalifah Allah. Dalam skope kecil, diri mampu memahami kondisi
lingkungan melalui peran serta aktif dalam pengaturan dan pengelolaan lingkungan tersebut.
rangkaian ketidakberdayaan akuntan yang dapat menjerumuskan jiwa dalam kilauan dan
tuntutan persona. Dalam keadaan tersebut, jiwa tidak memiliki kebebasan untuk menjadi dirinya
sendiri karena larut dalam ketidakberdayaan atau bahkan justru menikmati persona yang
disandang diri sebagai simbol identitas atau trademark dalam realita sosialnya.
Persona lahir dalam diri seseorang melalui proses akulturasi, edukasi bahkan adaptasi
diri terhadap lingkungan fisik dan sosial yang merepresentasikan pikiran dan perasaan sadar
individu terhadap orang lain. Keberadaan bayang-bayang dan persona merupakan dua sisi mata
uang yang berbeda. Jika dianalogikan dengan profesi akuntan maka akuntan dengan segala
kode etik dan aturan yang melekat menempatkan jiwa tersebut sebagai sosok atau pribadi yang
232
kerahasiaan serta perilaku profesional (persona). Meskipun dalam perjalanan hidupnya, jiwa
dalam dirinya manakala ego ikut serta larut dalam buaian dan belaian bayang-bayang tersebut.
Ego yang larut dalam hasrat diri akuntan cenderung tidak mampu menolak hasutan dari
OLQJNXQJDQ VHNLWDUQ\D VHKLQJJD PHPLOLK ³MDODQ LQVWDQ´ XQWXN PHQJDWDVL SHQGHULWDDQ WHUNDLW
finansial dan problem lain serta ketidakyakinan atas prinsip kuat yang dimiliki. Keadaan tersebut
dianggap sebagian professional sebagai sebuah kondisi yang umum dan lumrah terjadi dalam
dunia bisnis khususnya akuntansi, dimana auditor sering menghadapi dilema dalam pengambilan
keputusan. Auditor sering mengalami enantiodromia yakni ayunan balik kepribadian kearah
karakter yang berlawanan. Jika terjadi demikian, jiwa akuntan akan terselamatkan melalui berkah,
karunia atau hidayah dari Tuhan. Keselarasan keinginan diri dengan kehendak Tuhan perlu
diperkuat keyakinannya, khususnya saat jiwa menemui hambatan dan tantangan dalam
menapaki perjalanan hidupnya. Keadaan tersebut menjadi penolong jiwa akuntan dalam
Semakin besar peran dan keterlibatan persona dalam diri manusia menimbulkan
seseorang menjadi terlalu perduli dalam berdaptasi dan memuaskan dunia sosial sehingga citra
yang dibangun bukan merupakan kepribadian sejati mereka. 2) Kurangnya perhatian terhadap
diri dalam dunia eksternal mengakibatkan jiwa terlalu menyibukkan diri secara eksklusif dalam
Anima dan animus merupakan kepribadian subjektif yang mewakili tangga bawah sadar
lebih dalam daripada bayang-bayang dan merupakan aspek jiwa yang mengantarkan kita menuju
alam bawah sadar secara kolektif. Anima dan animus merupakan kepribadian dalam psike yang
tidak bersesuaian dengan penyajian diri atau identitas diri yang ditampilkan oleh persona. Anima
dan animus tidak berasal dari ego melainkan lebih asing dari bayang-bayang yang merupakan
233
polarisasi maskulin dan feminine. Secara abstrak, anima dan animus merupakan struktur psikis
yang: 1) komplementer terhadap persona dan 2) menghubungkan ego dengan lapisan terdalam
Anima juga animus memiliki fungsi menjembatani kesadaran individu dengan bawah
sadar kolektif (Stein, 2019) atau sebagai jembatan yang menuntun kepada imaji-imaji alam sadar
kolektif yang memungkinkan ego memasuki dan mengalami kedalaman psike. Cara seseorang
merasakan diri terdalam akan mempengaruhi sikap anima atau animus tersebut. Pada laki-laki,
sosok feminin dalam dirinya merupakan anima, sedangkan pada perempuan, sosok maskulin
tersebut merupakan animus. Keberadaan lelaki yang sangat maskulin memiliki jiwa yang feminin,
begitupula dengan sosok perempuan yang sangat feminin memiliki jiwa yang maskulin. Baik
anima dan animus merupakan sosok arketipal pada psike. Jung menilai potensi seseorang untuk
menjadi indvidu yang unik tidak terletak pada persona yang ditampilkan melainkan terletak pada
bagian psike. Oleh sebab itu jiwa yang mengidentifikasikan dirinya sebagai sosok yang sama
dengan persona, tidak memiliki ruang ekspresi atau sisi-sisi kepribadian dalam jiwa yang mampu
membedakan dirinya dari citraan kolektif. Dengan demikian, keunikan seseorang tidak dapat
ditemukan dengan menelaah personanya, bisa jadi sebagian terdapat di dalam persona tetapi
bisa jadi telah disingkirkan seluruhnya dari personanya. Oleh sebab itu tujuan psikis
sesungguhnya dari hubungan seorang laki-laki dengan perempuan anima yang berada diluar
pertentangan-pertentangan dalam kepribadian dan inilah yang merupakan simbol Diri (Stein,
2019)
Dari sudut pandang Iqbal, Diri manusia ditempatkan bukan sebagai barang jadi melainkan
lebih kearah potensia daripada actus. Diri memiliki potensi dan kemampuan tanpa batas dalam
mengembangkan dirinya. Oleh sebab itu memahami hakekat penciptaan Tuhan merupakan
proses menumbuhkan kesadaran dalam diri sehingga mampu mengemban tanggung jawab
ditunaikan melalui gerak kebermanfaatan terhadap sesama makhluk dan alam seisinya yang
M. Iqbal mensyaratkan bahwasanya kesempurnaan diri manusia akan dicapai saat jiwa
mewujud sebagai pribadi yang utuh, seimbang dan selaras dengan semesta sehingga mampu
memberikan kebermanfaatan terhadap sesama makhluk, alam dan juga lingkungannya. Proses
kebermanfaatan secara terus menerus merupakan upaya penyempurnaan fungsi diri terhadap
Perjalanan bukan merupakan proses yang instan karena diri telah melakukan
transformasi terlebih dahulu atas dirinya. Keadaan tersebut menggerakkan vibrasi serta
memantulkan cahaya agar mampu menyinari keberadaan makhluk hidup beserta alam seisinya.
teraktualisasi dalam wujud perbuatan serta tingkah laku keseharian. Jika proses aktualisasi
dilakukan dengan menyadari fungsi dirinya, maka jiwa bergerak menuju pencerahan yang pada
Kesempurnaan sifat yang digambarkan dalam sosok Insan Kamil ditunjukkan oleh akal
yang berfungsi secara optimal sehingga mampu bersikap adil, jujur serta berakhlak mulia. Intuisi
yang kemudian melahirkan kepekaan rasa dalam jiwa berfungsi sempurna dengan tidak
menimbulkan celah dalam diri untuk melakukan tindakan yang mengotori kesucian hati. Keadaan
keilahian. Perjalanan menuju kesempurnaan telah menempatkan diri manusia dan makhluk hidup
lainnya berikut alam sekitarnya, berjalan beriringan, selaras, utuh menjadi satu kesatuan yang
seimbang. Dalam menyusuri tahapan tersebut, jiwa hendaknya mampu mengenali dan
memahami fungsi diri terlebih dahulu melalui identifikasi kelebihan dan kelemahan dalam dirinya.
Potensi diri merupakan jalan jiwa agar mampu meningkatkan kesadaran diri, memiliki makna dan
tujuan hidup kebermanfaatan di masa mendatang serta dapat memberdayakan diri manusia
proses tersebut, jiwa hendaknya memiliki keyakinan tegas agar senantiasa mampu melampaui
hambatan dan tantangan yang dihadapi, berproses menuju perbaikan diri bahkan mampu
menjadi cermin diri di masyarakat. Berikut ini merupakan gambaran proses kesempurnaan sifat
Proses transendensi mampu memberikan efek penyadaran terhadap jiwa agar diri
senantiasa melakukan transformasi terus menerus dan memperluas kesadaran jiwanya menuju
tataran ruang lingkup keluarga, komunitas, masyarakat, negara hingga peradaban. Transformasi
merupakan proses internal dalam diri yang mampu menghasilkan keyakinan (belief) sehingga
mendorong timbulnya perilaku individu maupun sosial yang melatarbelakangi suatu peristiwa
(event). Transformasi tercipta manakala sebuah peristiwa mistik muncul dan melahirkan misteri
8.1 Multidisiplin Ilmu dalam Membangun Kesadaran Etika Akuntan: Sebuah Pengantar
ini. Hal tersebut seolah menyiratkan pesan bahwa peran ekonom sebagai dasar utama kebijakan
nasional telah berakhir. Padahal ilmu ekonomi merupakan disiplin ilmu yang tepat untuk
penyelesaian masalah ekonomi tidak lepas dari masalah sosial, perilaku manusia serta
kolaborasi serta kajian mendalam sehingga peneliti mampu memperluas resolusi pandang dalam
Profesi akuntan tidak lepas dari karakteristik sifat akuntansi yang mampu menumbuhkan
sikap, perilaku dan tindakan manusia kearah tertentu. Namun demikian perlu dipahami,
bahwasanya perubahan perilaku, sikap dan tindakan manusia tidak semata-mata ditunjang oleh
lingkungan eksternal yang mempengaruhi, karena sejatinya faktor internal atau keberadaan diri
manusia mengandung potensi yang mampu menggerakkan dan mengarahkan perilaku dan
tindakan manusia. Keberadaan dunia luar (eksternal) terkait erat dengan keberadaan dunia
internal manusia. Oleh sebab itu jiwa akuntan perlu menyelami dan mengenali lebih dalam
potensi dirinya agar dapat memberdayakan potensi ilahiah sehingga mampu memberikan vibrasi
positif terhadap lingkungan sekitarnya. Dunia eksternal merupakan manifestasi dunia internal
manusia. Hal inilah yang menjadi titik tolak peneliti dalam mengkaji keberadaannya tersebut
melalui pendekatan tasawuf, spiritual sains dan psikologi yang saling bersinergi membahas
236
237
keberadaan jiwa tersebut. Meskipun demikian ada keterlibatan ilmu lain seperti sosiologi,
antropologi dan ilmu alam yakni fisika modern (kuantum) yang menjabarkan budaya, lingkungan
Sinergi pemikiran Iqbal, Hawkins dan Jung tertuang dalam pemikiran utuh IHJ yang
menggunakan metode CINTA sebagai kolaborasi pemikiran yang melibatkan berbagai disiplin
ilmu. Kompleksitas diri manusia dilatarbelakangi oleh aspek diri, individu, lingkungan kerja
menghasilkan berbagai efek perilaku. Keanekaragaman efek perilaku manusia tidak hanya
berdampak pada perwujudan akhlak atau etika yang bersangkutan, tetapi juga mempengaruhi
budaya komunitas atau lingkungan, masyarakat, negara hingga peradaban manusia. Solusi
terhadap pelanggaran yang dilakukan segelintir manusia tidak dapat dianggap ringan bahkan
kemudian diseragamkan dengan solusi yang diterapkan pada tipe manusia lain. Setiap jiwa
manusia memiliki karakteristik kerentanan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu setiap jiwa perlu
mengenal lebih dalam kelemahan (force) dalam dirinya sehingga dapat melihat ruang gerak
potensi yang memunculkan kepekaan terhadap rasa dan emosi tersebut. Emosi atau rasa perlu
dirangkul dan dipeluk sehingga jiwa tidak mengalami ledakan emosi. Jiwa yang berada dalam
kondisi rentan perlu dipahami dan dipelajari lebih lanjut, karena kerentanan mampu mengarahkan
gerak perilaku serta sikap yang mengantarkan kerugian pada diri sendiri serta lingkungan
sekitarnya. Keadaan tersebut mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam perilaku manusia
yang memuat pemikiran intelektual di bidang psikologi, sains spiritual dan tasawuf (sufistik),
selain bidang akuntansi sebagai main concern dalam penelitian ini. Berbagai bidang disipilin ilmu
menjadi dasar peneliti dalam membangun kesadaran etika akuntan dalam perspektif Insan Kamil.
Pemikiran IHJ menekankan pentingnya posisi jiwa dalam menentukan arah perilaku yang
diinginkan, karena jiwa memiliki kebebasan berkendak. Posisi jiwa terkait erat dengan tingkat
kesadaran dan kadar kesucian jiwa yang dimiliki. Hal ini terkait erat dengan fase pertumbuhan
jiwa yang mengalami metamorfosis kesadaran. Kemampuan jiwa dalam mengatasi dan
238
dilema serta pelanggaran digerakkan oleh medan penarik lemah. Pembahasan mengenai tingkat
kesucian serta kesadaran jiwa bagi sebagian orang merupakan hal yang bersifat metafisis,
meskipun untuk perkembangannya saat ini, kajian atas fenomena tersebut telah diakui dan
pada sebagian diri akuntan. Realita tersebut secara tidak langsung memberikan efek gerak, sifat
pada perilaku, sikap dan arah akuntan. Realitas sosial (akuntansi) mengarahkan jiwa akuntan
untuk menempatkan personanya dalam bentuk status atau tindakan yang sesuai dengan iklim
dan lingkungan yang telah terbentuk. Persona akuntan secara esensi bukan merupakan sifat
atau karakter yang utuh dari jiwa akuntan. Persona dibentuk oleh kemampuan jiwa untuk
beradaptasi bahkan survive dalam lingkungan sosialnya. Dalam kondisi tersebut, kegamangan
serta konflik antara persona dan anima/us terjadi. Kajian pembahasan tersebut masuk dalam
Peneliti menggunakan beberapa disiplin ilmu yakni ilmu akuntansi, ilmu spiritual yang
meliputi tasawuf (sufistik), psikologi transpersonal (Jung) dan sains spiritual (Hawkins) serta
beberapa kajian ilmu alam tentang energi, vibrasi dan medan penarik. Keberadaan ilmu sosiologi
dan antropologi melengkapi keberadaan disiplin ilmu lainnya karena ilmu tersebut telah menerima
efek luas dari perwujudan akhlak atau etika yang telah terinternalisasi dalam diri manusia. Efek
etika maupun akhlak akuntan secara luas terdapat pada komunitas, masyarakat hingga
peradaban. Kolaborasi beberapa disiplin ilmu baik akuntansi, sains spiritual, psikologi dan ilmu
alam bersinergi serta memuat nilai-nilai yang merupakan hasil dari ketiga pemikiran IHJ tersebut.
Nilai-nilai yang diperoleh dari akulturasi, asimilasi, adaptasi hingga sintesis mampu memberikan
Keberlangsungan efek atau dampak itulah yang menjadi kajian dari ilmu sosiologi dan
antropologi.
239
Karakteristik (sifat) yang timbul serta konsep-konsep dalam disiplin ilmu akuntansi, sains
spiritual, psikologi, ilmu alam serta sosiologi antropologi saling bersinergi satu sama lain.
Berbagai disiplin ilmu tersebut menjadi dasar yang melatarbelakangi Kesadaran Etika Akuntan
dalam Perspektif Insan Kamil. Berikut ini merupakan gambaran karakteristik dari multidisiplin ilmu
tersebut sehingga mampu membangun kesadaran etika akuntan yang selaras dan seimbang
Proses intrapersonal merupakan proses pertukaran informasi yang dilakukan oleh diri
untuk diri serta melalui diri sendiri. Diri memiliki kemampuan untuk memahami dan
mengendalikan sesuatu yang berada didalam dirinya baik perasaan maupun pikiran. Sesuatu
yang berada dalam diri manusia merupakan potensi diri yang senyatanya sudah ada dan melekat
Evolusi menawarkan kebebasan pada jiwa agar secara sadar mampu memilih sikap dan
perilaku yang dapat mengubah nilai, sehingga diri memperoleh cahaya spiritualitas kembali yakni
kesadaran ekologis yang telah hilang dan tertutup oleh jaring atau lapisan pemikiran (Capra,
2019) yang cenderung memiliki sifat kemelekatan eksternal. Bila jiwa mampu menguak dan
menyibak lapisan demi lapisan tersebut, maka jiwa tersebut dapat terhubung dengan ruh atau
percikan illahi yang merupakan manifestasi dari keberadaan Tuhan. Keberadaan Tuhan
merupakan cahaya sekaligus sumber kekuatan dalam diri sehingga mampu menerangi
Potensi diri merupakan anugerah Tuhan yang mampu dikenali jika diri senantiasa
melakukan perjalanan kedalam. Perjalanan kedalam diri tidaklah semudah yang dibayangkan
karena harus menghadapi kekuatan ego dengan segala kemelekatannya. Diri dihadapkan pada
problematika kehidupan yang mampu mengoyak dan mencabik-cabik batin. Diri akan merasa
lega dan tenang saat masalah yang dihadapi tersebut telah tercerabut dari akarnya. Kondisi diri
saat menghadapi permasalahan tersebut merupakan gambaran ego yang mengenggam erat
program kesalahan sehingga tidak memiliki freedom serta rasa malu untuk melakukan kesalahan.
Program ego diatasi oleh jiwa melalui upaya penyadaran diri serta pelepasan kesalahan yang
Secara hakekat, kesucian jiwa manusia terbentuk sejak awal penciptaan, meskipun dalam
perkembangan jiwanya tidak mampu mengenali kembali kesucian dalam dirinya. Hal tersebut
241
terjadi karena program ego menghasilkan kemelekatan jiwa dengan dunia eksternal. Posisi jiwa
tidak mampu mengimbangi gemerlapnya dunia eksternal (dimensi 3) sehingga jiwa terjebak
dalam kondisi penderitaan, ketakutan dan kesenangan semu. Keadaan tersebut pada akhirnya
menjerumuskan jiwa dalam posisi shame (20), guilt (30), apathy (50), grief (75), fear (100), desire
(125), anger (150) dan pride (175) (D. Hawkins, 2018). Proses internalisasi dalam tahapan ini
seolah mengingatkan jiwa untuk kembali pada esensi awal manusia diciptakan.
Jiwa yang mampu menyingkap hijab kemelekatan eksternal dalam diri lamban laun
bergerak menuju kesucian jiwa. Dalam keadaan tersebut, cahaya illahi masuk dan merebak
kedalam diri dalam bentuk percikan nilai-nilai keilahian sehingga termanifestasi dalam bentuk
kesadaran yang senantiasa bertumbuh dan mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Jiwa
mampu menempatkan dirinya pada nilai-nilai kesucian dan keilahian sehingga bergerak
mengalami pertumbuhan kesadaran. Jiwa yang bergerak selaras dengan kehendak Tuhan
esensi awal penciptaan manusia oleh Tuhan melalui segala bentuk tanggungjawabnya di muka
bumi.
Perjalanan kedalam diri merupakan tahapan jiwa untuk mengenal dirinya. Dimana
singgasana kesucian diri yang bersemayam mampu menumbuhkan percikan-percikan illahi yang
merembak kedalam jiwa dan raga dalam bentuk spirit ketuhanan. Nilai-nilai kesucian diri diawali
dari keberadaan niat dalam diri yang sepenuhnya meyakini dan menyaksikan segala sesuatu di
dunia berdasarkan kehendak Tuhan. Diri menyaksikan kehadiranNya termanifestasi dalam setiap
aktivitas jiwa. Mengenali diri sejati adalah kemampuan diri terhubung dengan cahaya Ilahi
sehingga mampu mengejawantahkan nilai-nilai Illahi atau percikan Illahi. Memahami esensi
maupun hakekat kehidupan dijalani melalui pemaknaan dimana segala sesuatu yang terjadi pada
dasarnya merupakan suratan takdir kehendak Tuhan. Keberadaan diri dihadirkan Tuhan di muka
bumi agar senantiasa mengingat bahwa diri ini memiliki amanah, misi serta tanggungjawab dari
242
Tuhan sebagai Abdullah dan Khalifatulah Fil Ardh. Oleh sebab itu nilai-nilai yang termuat dalam
Proses bertumbuhnya
Potensi Diri
Adanya kebuntuan atau rantai terputus (missing link) pada informasi yang diungkapkan
informan, mengakibatkan makna kesucian diri belum dapat diidentifikasikan dengan jelas. Oleh
sebab itu peneliti berupaya menjembatani makna kesucian diri tersebut agar selaras dengan
fungsi Diri yang otentik melalui proses keutuhan dan keterhubungan, sehingga diri sejati mampu
teridentifikasi. Hal tersebut tidak lepas dari keberadaan rahmat serta kasih sayang Tuhan (nilai-
nilai Ilahiah) yang telah menetapkan dan mengatur proses tersebut. Proses tersebut mampu
menggerakkan evolusi jiwa secara progresif, sehingga apabila diri sejati teralineasi maka
keberadaan diri akan mengalami keterpisahan bahkan terputus. Dalam keadaan tersebut, diri
berada dalam mode survive yakni hidup tanpa tujuan, mengalir tanpa kejelasan, hidup dalam
moment jiwa yang sudah mati atau bahkan tidak memiliki makna hidup dalam dunia.
Peralihan pertumbuhan dari materi menuju batin sedang dan kian marak digalakkan oleh
holistik, gerakan feminis bahkan gerakan spiritual. Spirit gerakan atau komunitas menilai
243
kebutuhan akan perolehan materi tidak akan pernah berhenti dan terpuaskan sepanjang
kehidupan manusia masih diliputi oleh jiwa-jiwa yang masih menganut pola pikir linier yang
berorientasi pada kebutuhan materi semata. Lain halnya apabila arah berfikir mereka digeser
menuju pola pikir non linier dimana peralihan sistem nilai yang terjadi mengutamakan kebutuhan
non materi dimana terjadi aktualisasi diri yang menciptakan altruism dan hubungan antar pribadi
yang saling menyayangi, mencintai dan penuh kasih. Fenomena tersebut tercipta saat
pemahaman terhadap citra hakikat manusia memiliki penyatuan antara seluruh keluarga manusia
ada dalam dirinya baik berupa power maupun force. Saat diri mampu memberdayakan
potensinya berupa power, maka diri secara aktual tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri,
kedisiplinan, open mindedness, optimis, inisiatif, kemandirian, kemauan untuk belajar serta
memiliki keterbukaan untuk berubah. Saat jiwa bergerak dalam posisi force, jiwa tumbuh menjadi
pribadi yang pesimis, tidak memiliki daya kreatif dan inisiatif, bergantung kepada orang lain
(malas), terjebak dalam penderitaan dan penyakit serta mengalami ketidakberdayaan. Potensi
yang tumbuh dan mengalir dalam diri merupakan kekuatan atau daya jiwa untuk membentuk sifat,
karakter serta kepribadian. Kepribadian, karakter serta sifat yang tumbuh dalam intrapersonal
menjadi titik tolak jiwa dalam membangun komunikasi harmonis dengan orang-orang disekitarnya
(interpersonal).
Perwujudan diri dalam Interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh
jiwa saat berinteraksi dengan jiwa lainnya. Hal tersebut dilakukan melalui tukar menukar gagasan,
mengkomunikasikan perasaan, ide, emosi serta informasi lainnya bahkan konfrontasi langsung
dengan pihak lain. Diri dalam Interpersonal dipengaruhi oleh serangkaian faktor berupa citra diri
(self Image), citra pihak lain, lingkungan fisik, kondisi, bahasa badan serta aspek-aspek
komunikasi interpersonal seperti rasa percaya, sikap sportif dan sikap terbuka. Faktor-faktor
244
tersebut merupakan rangkaian upaya diri manusia dalam beradaptasi dan bertahan di lingkungan
eksternal. Padahal senyatanya keberadaan Diri yang utuh justru mampu menciptakan vibrasi
positif terhadap lingkungan dan peradaban yang semakin luas. Keadaan tersebut berawal dari
hubungan antara diri, Tuhan serta dunia yang menjadi tempat penyatuan hubungan yang secara
organik diberikan tanpa ada pertentangan. Oleh sebab itu kesatuan hubungan ditandai dalam
bentuk keharmonisan, kehangatan dan cinta kasih bukan drama serta perselisihan (Capra, 2019)
terhadap diri yang agung dan utuh. Keberadaan diri yang utuh merupakan potensi terbesar
manusia dalam membangun kepercayaan diri, sehingga mampu mengemban misi dan
secara tidak langsung mampu menggerakkan kebebasan jiwa dalam memilih. Diri dalam
Nilai kebermanfaatan bukan merupakan unsur yang mengalami keterpisahan atau berdiri
sendiri. Hal ini dikarenakan kebermanfaatan mengandung nilai-nilai keilahian (ketuhanan) yang
menjadi pendorong perilaku dan tindakan agar selaras dengan kehendak Tuhan. Keberadaan
cinta tanpa syarat merupakan upaya memberi tanpa mengharapkan kembali, diwujudkan dalam
bentuk welas asih, mengasihi, menyayangi, penuh keikhlasan serta tidak membeda-bedakan
keberadaan jiwa yang secara esensi memiliki hak dan proporsi yang sama (keadilan). Energi
kebermanfaatan yang ditularkan dari energi positif mampu mengisi relung-relung kosong dalam
jiwa yang hampa serta mengalami ketidakbermaknaan hidup. Dengan demikian energi
kebermanfaatan akan menjadi upaya penyeimbang jiwa yang sedang mengalami kekosongan.
Energi kebermanfaatan mengandung nilai-nilai ketuhanan jika selaras dengan semesta dan
membentuk energi keseimbangan dalam diri yang bergerak menuju kesempurnaan. Pemulihan
keseimbangan serta fleksibilitas ini acapkali ditempuh melalui proses transendensi dimana terjadi
245
pemecahan kondisi diri yang tidak stabil atau krisis yang bergerak membentuk organisasi baru
(Capra, 2019)
Eksistensial merupakan tingkatan dimana keutuhan organisme ditandai oleh rasa dan identitas
yang melibatkan kesadaran jiwa dan tubuh sebagai sistem yang mengatur diri sendiri hingga
kemudian terintegrasi. Kondisi tersebut dilakukan melalui transendensi dimana diri mengalami
eksistensi dalam konteks kosmik yang lebih luas. Persoalan eksistensial individu yang dipahami
dalam konteks kosmik, merupakan jalan menuju transendensi dimana diri akan memperoleh
kesadaran. Tingkat kesadaran dalam pengalaman tersebut akan dibahas pada tahapan
transpersonal.
Perwujudan diri dalam trans(endensi) personal merupakan tahapan dimana diri mampu
menerangi program kesalahan maupun kemelekatan eksternal yang digenggam erat oleh ego.
Dalam kajian tasawuf, tahapan tersebut merupakan tazkiyatun nafs, sedangkan dalam ilmu
mental spiritual merupakan tahapan self healing. Penelitian menggunakan kata transendensi
berdasarkan pilihan kata dalam pemikiran David R Hawkins dan Carl Gustav Jung.
Dalam tahapan sebelumnya, diri sejati memiliki kesucian dan kesempurnaan jiwa yang
merupakan anugerah Tuhan kepada manusia. Meski demikian dalam perkembangannya, jiwa
secara alamiah memiliki kerentanan yang diakibatkan kondisi trauma masa lalu, pola pengasuhan
serta efek negatif yang timbul dari lingkungan dimana dia berada. Kerentanan jiwa menimbulkan
ledakan emosi, khususnya saat diri dihadapkan pada kondisi yang mampu mengoyak kerentanan
jiwa tersebut. Posisi jiwa saat transendensi adalah memperoleh cahaya atau penyinaran Ilahi
sehingga mampu menetralisir bahkan menerangi kegelapan jiwa yang ada. Diri yang terhijab oleh
246
kemelekatan eksternal dapat terjerumus dalam kubangan penderitaan tanpa akhir serta ilusi
kesenangan. Dalam keadaan tersebut, jiwa memiliki kebebasan untuk memilih apakah akan terus
larut dan hanyut didalamnya atau bahkan bergerak bangkit menggapai cahaya illahi. Diri harus
mampu menemukan keberadaan cahaya illahi dalam dirinya sehingga mampu menguak dan
menyibak hijab kemelekatan yang menjadi akar permasalahan dalam hidup. Oleh sebab itu jiwa
dituntut senantiasa memiliki kepekaan dan menyertakan kehadiran Tuhan (penyaksian) di segala
aktivitas keseharian.
Diri hendaknya mampu melakukan identifikasi diri agar dapat menemukan akar
permasalahan yang ada. Saat diri menemukan akar permasalahan tersebut, akuilah dan pahami
bahwa masalah tersebut hanya merupakan bagian dari catatan perjalanan diri manusia.
Perjalanan jiwa manusia kedepannya masih terbentang luas sepanjang sisa umur manusia
tersebut di dunia. Kesalahan atau penderitaan yang telah atau sedang terjadi merupakan event
masa lalu yang sudah tidak bisa kita perbaiki kembali. Tetapi jika penderitaan tersebut masih
dan sedang berlangsung saat ini, maka diri memiliki kebebasan memilih untuk tetap larut
didalamnya, melepaskan bahkan melampauinya. Keadaan terpenting yang dilakukan jiwa saat
ini adalah berupaya menguak makna didalamnya dengan menyadari bahwa semua masalah
yang terjadi merupakan kehendak dan takdir Tuhan. Jiwa berupaya mengambil makna tersirat
dari penderitaan dan permasalahan tersebut. Dengan merengkuh dan memeluk permasalahan,
diri akan belajar memahami dan menerima rasa sakit tersebut, meskipun emosi yang ditularkan
oleh jiwa seolah mengiris dan menyayat diri kita paling dalam. Semakin diri hanyut dalam emosi
jiwa yang dirasakan, diri merasa lelah, hingga pada batasan tertentu menempatkan diri pada titik
terendah, dimana tiada upaya lain selain berserah diri. Berserah merupakan posisi netral dimana
rasa dan emosi yang dialami jiwa sudah tidak terasa sakit seperti diawal kejadian. Dalam kondisi
tertentu, diri menyerahkan segala sesuatunya kepada kehendak Tuhan, sehingga jiwa lamban
laun bergerak menetralisir rasa sakit dan emosi dengan menarik hikmah pembelajaran
didalamnya.
247
Perjalanan jiwa tidak selalu berjalan mulus dan lancar. Hal ini dikarenakan tantangan dan
hambatan merupakan cara jiwa untuk bertumbuh. Meskipun demikian perlu dipahami, bahwa
VHWLDS ³NHULNLO´ \DQJ GLWHPXL MLZD GDODP SHUMDODQDn hidupnya hendaknya jangan dimaknai sebagai
sebuah kerikil tajam, melainkan pengingat jiwa agar senantiasa berfikir bahwa keberadaan kerikil
tajam tersebut merupakan campur tangan kehendak Tuhan didalamnya. Tuhan memiliki cara
tersendiri membentuk umatnya agar terus naik kelas dan naik derajat kemuliaannya. Dengan
demikian jiwa akan terus bergerak melanjutkan evolusinya hingga mencapai kesempurnaan.
Meskipun dalam konteks tersebut, jiwa membayar mahal lewat penderitaan, sakit serta
kesenangan yang bersifat semu. Konteks tersebut merupakan hasil dari cara berfikir jiwa yang
masih dualistic (linier) serta memiliki keterbatasan cara pandang. Jiwa yang dualistik tidak
Perwujudan diri dalam transpersonal menempati porsi yang tidak kalah pentingnya dalam
memberdayakan potensi luhur serta spiritual manusia. Hal ini dikarenakan perwujudan diri dalam
transpersonal mampu menghasilkan pengalaman diri luar biasa berupa fenomena kesadaran,
yakni pengalaman batin (spiritual) manusia hingga penyatuan mistis. Peristiwa atau fenomena
yang seringkali diabaikan dalam telaah psikologi kontemporer, justru mendapat wadah dalam
wawasan mendalam mengenai hakikat dan relevansi dimensi kesadaran spiritual. Wawasan
tersebut melibatkan fenomena paranormal atau psikis (mental) sehingga sulit dijabarkan dalam
kerangka pemikiran rasional dan analisis ilmiah. Pengalaman transpersonal mampu memperluas
dan rasa yang lebih besar. Fenomena psikis mampu memanifestasikan kekuatan penuh dimana
diri berada diluar kerangka pemikiran analitis. Fenomena tersebut semakin menghilang tatkala
observasi dan analisisnya menjadi ilmiah. Modus penalaran seringkali melampaui penalaran logis
248
dan analisis intelektual sehingga pengalaman mistik menuju realitas dapat langsung didekati.
Pada akhirnya berkas transpersonal masuk ke dalam tingkatan jiwa (Capra, 2019)
Diri yang transpersonal memandang semua makhluk memiliki potensi kesadaran spiritual
yang tidak terpisahkan antara satu dan lainnya (kesatuan), begitupula dengan keberadaan diri
di alam semesta. Itulah mengapa sesi dalam psikologi transpersonal banyak digunakan dalam
bebagai jenis terapi untuk menyembuhkan kesehatan mental pada sisi internal manusia.
Keberadaan dimensi spiritual dalam transpersonal terkait dengan aktivitas ritual peribadatan
seperti berdoa, berzikir, pertobatan, meditasi, metode sufisme, psikosintesis dan juga budisme
zen. Aktivitas ritual peribadatan mampu meningkatkan pengalaman diri dalam transpersonal
Konsep utama psikologi transpersonal adalah kesadaran diri manusia yang tidak
semata-mata terletak pada kesadaran psiko fisis, psiko kognitif atau bahkan psiko humanistic
saja melainkan bermuara pada potensi diri dalam mencapai kesadaran yang lebih tinggi lagi,
tertinggi bahkan mendalam sifatnya (Mujidin, 2005). Kesadaran tertinggi atau mendalam sifatnya
ini, dikategorikan peneliti sebagai sebuah kesadaran Illahiah yakni kesadaran yang hanya mampu
dicapai oleh jiwa yang telah berada dalam tataran paripurna atau kesempurnaan yakni Insan
Kamil.
Posisi diri yang telah memiliki kesadaran Illahiah ini jika dijabarkan dalam peta kesadaran
Hawkins menempati tingkat kesadaran LoC 700-1000. Pada posisi tersebut, kehendak diri
manusia merupakan pengejawantahan kehendak Tuhan sehingga jika ditelisik dalam budaya
Islam Jawa, keadaan tersebut merupakan Manunggaling Kawulo Gusti. Meski demikian perlu
dipahami bahwa presentase jumlah jiwa manusia untuk sampai pada tataran kesempurnaan ini
sangatlah sedikit. Hal ini dikarenakan melekatnya hijab eksternal dalam jiwa manusia masih
mendominasi sebagian perjalanan hidup manusia. Jiwa masih menempatkan materi dan unsur-
unsur fisik di dunia sebagai tujuan prioritas dalam hidupnya. Padahal kenyataannya segala hal
249
yang bersifat materi dan fisik hanya mampu memberikan kesenangan yang bersifat semu dan
sementara.
bijak yakni jiwa-jiwa yang memiliki kebijaksanaan hidup atau pribadi sempurna (paripurna) yang
Nilai keseimbangan merupakan bagian penting dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan
keseimbangan menjadi pola fluktuasi fleksibel bukan equilibrium statis yang melibatkan aspek
fisik dan psikologis suatu organisme dalam berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosial
sehingga mampu mengintegrasikan diri secara harmonis kedalam sistem yang lebih besar.
Keseimbangan terbentuk manakala penekanan berlebih atau dominasi penuh pada nilai yang
(Capra, 2019) atau elemen maskulinitas dihilangkan dengan memunculkan proporsi yang sama
yakni nilai yin atau elemen feminin dalam hakikat manusia. Secara hakekat, kesalinghubungan
elemen maskulin dan feminin akan menghasilkan fenomena dinamis yang berjalan seimbang
bukan pada dominasi peran serta keistimewaan salah satu elemen. Jika keadaan tersebut tidak
dapat diterapkan, maka disintegrasi akan muncul disertai hilangnya harmoni dalam elemen-
elemen tersebut serta terkikisnya nilai-nilai fleksibilitas dalam masyarakat. Bila peristiwa tersebut
berlanjut terus menerus akan berujung pada kekacauan sosial yang menimbulkan perpecahan.
Dalam skala individu manusia, diri akan jatuh pada tindakan-tindakan pelanggaran yang bersifat
Kesadaran etika akuntan yang dibangun berdasarkan perspektif Insan Kamil bersumberkan
dari kehadiran nilai-nilai yang tumbuh selaras dalam perjalanan kesadaran etika informan
3.TRANSPERSONAL
(HABLUMINALLAH)
Nilai Kesempurnaan
Keselarasan, Keseimbangan
T T
Harmonisasi, Otentik, Utuh
R Kesatuan, Kesinambungan R
A
KEBIJAKSANAAN A
N N
S S
E E
N N
D D
E Nilai Ketuhanan (Ilahiah)bc E
N Cinta tanpa syarat, Kasih Sayang N
S Keikhlasan, Kesabaran, Keadilan S
Ib Kedamaian
Ic
KARAKTER
2.INTERPERSONAL 1.INTRAPERSONAL
(HABLUMINANAS) Kesadaran
Etika Akuntan
Nilai Kesadaran Nilai Kesucian
Potensi Diri Berdasarkan Niat
Kebermanfaatan Perspektif Diri sejati (jati diri)
Kebebasan/kehendak jiwa Insan Kamil Esensi / Hakikat
Vibrasi positif Misi dan tanggungjawab
DAYA PENGETAHUAN
TRANSENDENSI a
TRANSEN
DENSI
TRANSEN
DENSI
251
Jiwa akuntan mengandung muatan nilai-nilai berupa kesucian diri, kesadaran, ketuhanan serta
kesempurnaan sehingga termanifestasi dalam bentuk pancaran ilmu pengetahuan yang memiliki
kemampuan atau daya untuk menggerakkan jiwa manusia agar mampu membangun karakter diri
yang menghasilkan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam kehidupan
x Ilmu pengetahuan meliputi nilai-nilai kesucian dalam diri manusia yang diawali dengan
niat dalam hati untuk mengenal dan menemukan diri sejati (jati diri), hakekat atau esensi
kehidupan dalam memahami misi dan tanggungjawab yang dibebankan Tuhan kepada
manusia.
x Daya manusia menggerakkan nilai-nilai kesadaran atas diri, kelompok, lingkungan dan
peradaban dimana potensi diri yang maha dahsyat diberdayakan dengan menggunakan
kebebasan dan kehendak jiwa untuk bertanggung jawab memancarkan vibrasi atau
pancaran jiwa yang positif.
x Karakter jiwa mewujudkan nilai-nilai keilahian dalam diri (maqamat ruhiyah). Saat diri
hadir, maka dia akan mendapatkan maqamnya dan saat diri hadir disitulah dia akan
bereksistensi. Cara jiwa bereksistensi memberikan pengaruh dan akibat. Jiwa akan
diliputi oleh rasa cinta tanpa syarat, keikhlasan, kasih sayang, kesabaran dan kedamaian
x Kebijaksanaan menghasilkan nilai-nilai kesempurnaan, keutuhan dan keseimbangan
dalam diri dimana keselarasan jiwa senantiasa terhubung dengan Tuhan (otentik)
sehingga harmonisasi tumbuh dan menyatu dalam gerak jiwa akuntan
Gambar 8.3 Konstruksi Kesadaran Etika Akuntan dalam Perspektif Insan Kamil
8.6 Perbandingan Pertumbuhan Kesadaran Etika Akuntan dalam Potret Besar Informan
Akuntan dan Perspektif Insan Kamil
Kesadaran etika akuntan dipahami berbeda oleh potret besar informan akuntan maupun
dalam perspektif Insan Kamil. Kesadaran etika akuntan dalam perspektif berbeda kemudian
ditinjau dalam tiga kategori yakni tingkat kesempurnaan diri manusia, bangunan filosofi atau
252
metodologi serta realitas pemaknaan kesadaran etika akuntan. Masing-masing kategori tersebut
Kesadaran etika akuntan dalam potret besar informan akuntan, mengkaji tingkat
kesempurnaan manusia berawal dari unsur tauhid. Unsur tersebut tidak dipahami sebagai unsur
yang mendominasi jiwa saat menumbuhkan kesadaran akuntan beretika. Lain halnya dengan
faktor regulasi, moralitas serta otorisasi yang memiliki peran penting melebihi kuasa Tuhan dalam
menilai kebenaran maupun kesalahan yang dilakukan oleh jiwa. Dalam unsur syariat, keberadaan
regulasi norma serta prinsip-prinsip moral yang termuat dalam kode etik merupakan mekanisme
kontrol dan sanksi yang kerap diberlakukan dalam pelanggaran profesi. Kode etik akuntan
memuat seperangkat prinsip moral yang mengatur perilaku profesional akuntan yang mana
prinsip moral tersebut merupakan hasil kesepakatan profesional dalam mengatur perilaku
akuntan saat mengemban profesi. Dari unsur tarekat, jiwa tidak sepenuhnya berpartisipasi atau
menyaksikan kehadiran Tuhan di segenap aktivitas pengambilan keputusan. Oleh sebab itu
ketidakberdayaan. Jiwa memiliki keengganan berpartisipasi penuh karena kuasa atas peran
tersebut diambil alih oleh faktor regulasi dan moralitas. Keadaan tersebut menempatkan jiwa
layaknya robot yang mudah menerima instruksi atau informasi dari pihak eksternal tanpa terlebih
dahulu menilai, memfilter atau bahkan mengidentifikasi kebenaran yang tersimpan didalamnya.
Posisi manusia sebagai mesin atau robot sewaktu-waktu menimbulkan ledakan jiwa yang
memunculkan perilaku anarkis. Dalam unsur makrifat, fakultas ilmunya terdapat pada indrawi dan
nalar sebagai sarana utama manusia dalam berfikir, bersikap dan bertingkah laku (linier). Aspek
fisik (material) yang menjadi area pancaindera memiliki ruang lingkup terbatas dibandingkan
aspek metafisik berupa intuisi dan rasa. Dari unsur hakikat, kesadaran etika akuntansi belum
sepenuhnya dipahami para praktisi akuntan (professional) yang hanya mampu menghasilkan
kebenaran bersifat parsial. Faktor eksternal seperti lingkungan dan pembelajaran akuntansi lebih
menekankan pada asumsi-asumsi dasar manusia bukan pada realita yang telah atau sedang
253
dialami oleh jiwa. Aspek maskulin lebih mendominasi nilai-nilai akuntansi saat ini dibandingkan
akuntansi. Oleh sebab itu pengetahuan akuntansi hendaknya dipahami secara holistik oleh para
akuntan.
Kesadaran etika akuntan dalam perspektif Insan Kamil, mengkaji tingkat kesempurnaan
manusia berawal dari unsur tauhid yang secara penuh menyakini dan menyaksikan kehadiran
Tuhan secara utuh dalam segenap aktivitas kehidupannya, sehingga menjadi dasar pijakan
manusia untuk menyempurnakan hidupnya. Unsur syariat menerapkan proses identifikasi diri,
dimana perjalanan jiwa kedalam diri adalah untuk mengidentifikasi potensi kelemahan maupun
keunggulan yang tersimpan sehingga kesucian atau fitrah yang tersemat dalam dirij dapat
dipahami dan dikenali. Dari unsur tarekat, diri sebagai subyek memiliki kebebasan dan
keleluasaan tanpa batas (non linier) dalam bersikap, bertindak serta berperilaku sehingga mampu
menghasilkan keputusan etis. Kebebasan dan keleluasan tersebut disertai tindakan reflektif yang
kontemplatif bukan atas dasar hasil proyeksi dan introyeksi yang menimbulkan kelemahan jiwa
serta gangguan persepsi. Ibadah yang dilakukan merupakan bentuk pelatihan yang mendalam
agar jiwa mampu menumbuhkan akhlak yang baik, kebiasaan terpuji dan penghayatan hidup
sepanjang masa. Dalam unsur makrifat, jiwa perlu mengenali keberadaan dirinya secara utuh
agar mampu memahami kepribadian secara mendalam serta menumbuhkan kesadaran dalam
diri, lingkungan dan masyarakat lebih luas. Kesadaran merupakan faktor pengendali diri yang
menghasilkan energi kuantum selaras yang mampu mengubah realita kehidupan. Berdasarkan
unsur hakekat, proses terbentuknya etika (akhlak) yang baik tidak semata-mata didasarkan atas
faktor regulasi atau norma saja melainkan bersumber dari proses bertumbuhnya kesadaran
dalam diri yang mampu mengenali fungsi fitrah atau kesucian dalam dirinya (sisi spiritual).
Hakekat mengarahkan diri pada sebuah kesadaran agar kita senantiasa berbuat kebaikan.
Kesadaran etika akuntan dalam potret besar informan akuntan mengkaji unsur ontologi
sebagai hakekat pengetahuan dari sebuah bangunan filosofi atau metodologi dengan
254
mendefinisikan ilmu pengetahuan sebagai rangkaian pengetahuan spiritual (agama atau syariat)
serta pengetahuan rasional (sains). Unsur epistemologi merupakan sumber ilmu pengetahuan
yang menilai tumbuh dan berkembangnya kesadaran etika semata-mata didasarkan pada tingkat
kepatuhan akuntan terhadap norma aturan atau regulasi. Aturan merupakan rasionalisasi dari
hasil akal pikiran (intelektual) manusia yang memiliki dominasi kemelekatan terhadap unsur
material atau eksternal cukup tinggi. Aksiologi sebagai unsur yang memberikan kebermanfaatan
yang bersumber dari akal pikiran (mind) dan juga pengetahuan batin (rasa). Keadaan tersebut
terlihat dari kandungan nilai-nilai syariat keagamaan yang memiliki peran besar terhadap aspek
ritual ibadah yang belum sepenuhnya mampu menyentuh aspek batin manusia. Peran syariat
keagamaan yang mengalami reduksi saat ini, lebih bersifat institusional atau kelembagaan
sehingga belum sepenuhnya memberikan upaya penyadaran atau internalisasi jiwa manusia
\DQJ EHOXP ELVD ³PHPEDFD´ UHDOLWD \DQJ DGD 6HEDJLDQ MLZD PDVLK PHQJDQXW GDQ PHQLODL V\DULDW
agama sebagai aturan yang bersifat legal formalitas dalam ruang lingkup kenegaraan, tanpa
memahami lebih lanjut esensi yang terkandung dalam syariat agama tersebut. Dalam jiwa yang
menganut prinsip dualitas, cara bereksistensinya masih didominasi aspek materialitas yang
menempatkan nilai-nilai syariat keagamaan sebagai label formalitas atau atribut pelengkap dalam
kegiatan ibadah, sehingga tidak memperoleh pemaknaan lebih lanjut. Padahal senyatanya nilai-
nilai syariat keagamaan merupakan panduan jiwa saat menghadDSL ³NHWHUSLVDKDQ´ VHEDJDL
Kesadaran etika akuntan dalam perspektif Insan Kamil menilai unsur ontologi merupakan
hakekat pengetahuan dari bangunan filosofi atau metodologi yang meliputi pengakuan atas ruang
lingkup ilmu pengetahuan spiritual (agama, syariat), pengetahuan rasional (sains) serta
pengetahuan metafisik (tarekat, hakekat dan makrifat dari tasawuf). Unsur epistemologi sebagai
sumber pengetahuan menetapkan nilai-nilai dalam kesadaran etika akuntan yang bersumber dari
Al Quran dan Hadist. Dukungan akal pikiran (intelektual) serta intuisi dalam batin mampu
255
memberikan rasa dan nalar pada jiwa. Unsur aksiologi yang memberikan manfaat pengetahuan
justru memberikan porsi keseimbangan dan keselarasan terhadap pengetahuan yang bersumber
dari akal pikiran (mind) dan juga pengetahuan batin (rasa) melalui bimbingan nilai-nilai keillahian
serta kesalehan sosial (kemanusiaan). Jika keadaan tersebut berlaku konsisten dalam ruang
lingkup masyarakat sosial maka akan memberikan upaya penyadaran secara utuh kepada jiwa
Potret besar informan akuntan mengkaji realitas dan pemaknaan kesadaran etika akuntan
dari unsur the reality of worldview, menilai sebagian besar keadaan saat ini masih didominasi
oleh aspek material dibandingkan aspek spiritual. Hasrat dan kemelekatan eksternal (duniawi)
terhadap aspek material lebih mendominasi realitas dibandingkan aspek spiritual yang
senyatanya sudah tercetak dan terekam dalam jiwa manusia (blueprint). Jiwa hanya perlu
menumbuhkan nilai-nilai keilahian dalam diri melalui energi kesadaran yang dimiliki. Apabila
dijabarkan dalam sebuah pengertian atau definisi, maka kesadaran etika akuntan merupakan
upaya dan citra diri yang dibentuk dan ditumbuhkan sedari dini melalui proses keterhubungan diri
dengan Tuhan, keluarga, masyarakat serta proses pendidikan. Dalam proses pendidikan
dukungan dan legalisasi profesi agar memperoleh legitimasi luas dari masyarakat. Citra akuntan
yang dirumuskan dalam sebuah Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia memuat empat struktur yang
terdiri dari delapan prinsip etika (tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas,
tehnis); aturan etika; serta intepretasi aturan etika dan tanya jawab etika yang merupakan citra
diri akuntan yang tidak dibentuk secara instan. Proses tahapan tersebut membantu jiwa menapaki
perjalanan spiritual khususnya saat diri bereksistensi atau saat posisi jiwa mampu menumbuhkan
Posisi diri dalam keberlangsungan etika jika diamati dari realita dan pemaknaan
kesadaran etika akuntan menurut potret besar informan akuntan merupakan gerak diri akuntan
256
dalam lingkungan sosial yang bersifat mekanis (mesin), bersikap dan bertindak sesuai aturan dan
regulasi yang berlaku, kaku dan kurang memaksimalkan daya kreativitas dalam diri sehingga
mudah terjebak dalam pola pikir linier yang bertahan hidup dan cenderung adaptif. Diri yang
memiliki hasrat dan kemelekatan besar terhadap aspek material cenderung mengalami
ketidakberdayaan diri saat menghadapi permasalahan dunia. Posisi jiwa yang tergantung pada
dunia luar seringkali dihadapkan pada konflik batin (dilema). Kondisi tersebut terjadi apabila
pemahaman akan konsep diri tidak dipahami secara utuh dimana diri memiliki keterbatasan
memandang realita yang penuh dengan ketidakpastian (linier). Potret besar informan akuntan
menilai pelanggaran etika dalam realita dan pemaknaan etika akuntan sebagai tindakan yang
menyalahgunakan nilai-nilai kesepakatan yang ditetapkan fungsi otorisasi yang memiliki kuasa
dan wewenang didalamnya. Kesadaran etika akuntan dalam potret besar informan akuntan
menjabarkan peran regulasi dan norma dalam realita dan pemaknaan etika sebagai aturan yang
memiliki peran penting dalam mengatur perilaku hidup manusia dalam ruang lingkup sosial
agar bersikap adaptif saat mengantisipasi perkembangan sosial yang terjadi. Adaptasi itu berupa
persetujuan atas kesepakatan otoritas yang memiliki kuasa dan kepentingan terhadap fungsi
regulasi yang berdampak besar terhadap dunia eksternal yakni sosial masyarakat.
Kesadaran etika akuntan dalam perspektif Insan Kamil mengkaji realitas dan pemaknaan
kesadaran etika akuntan dari sudut pandang reality of wordview sebagai sebuah kondisi yang
seimbang dan selaras antara aspek material dan aspek spiritual. Jiwa dalam keadaan tersebut
senantiasa bergerak kesadarannya karena nilai-nilai keillahian yang tumbuh dalam diri mampu
memancarkan vibrasi positif dalam dirinya. Jika ditinjau secara definitif, pengertian kesadaran
etika akuntan merupakan pengejawantahan diri (self) menuju diri ilahi (Self) yang
bertanggungjawab merepresentasikan citra illahi dalam diri sebagai Abdullah maupun Khalifah
Allah sehingga mampu bergerak menciptakan keselarasan dan keseimbangan sebagai upaya
keberadaan diri dengan semesta. Kesadaran etika akuntan dalam perspektif Insan Kamil
menggambarkan posisi diri dalam keberlangsungan etika sebagai gerak diri dari sesuatu yang
bersifat mekanis menuju organis dimana diri mampu menumbuhkan sikap empati besar terhadap
kondisi jiwa yang terjebak dalam dunia mekanis. Gerak diri meniti jalan dari self menuju Self yakni
s kecil menuju S besar merupakan rangkaian pertumbuhan dan penyaksian nilai-nilai keilahian
secara terus menerus. Jiwa yang bertumbuh kesadarannya mampu menyaksikan percikan nilai-
nilai keillahian dalam diri yang berada dalam dekapan Tuhan dan senantiasa menempatkan jiwa
dalam wadah kesucian. Dengan demikian keselarasan antara diri dan kehendak Tuhan dapat
tercipta. Kesadaran etika akuntan dalam perspektif Insan Kamil menilai pelanggaran (kesalahan)
dalam realita dan pemaknaan kesadaran etika akuntan sebagai kondisi ternodai atau terkotorinya
kesucian dalam diri manusia. Kesucian diri yang bersumber dari cahaya illahi Tuhan senyatanya
bersemayam dalam diri manusia yang telah menyadari misi serta tanggungjawab yang
diamanahkan Tuhan kepada dirinya. Ternodainya kesucian ditandai oleh ketidakmampuan jiwa
dalam menyelami dan memahami spirit keilahian yang bersemayam dalam diri sehingga jiwa
mengalami amnesia spiritual yakni sebuah kondisi jiwa dimana diri tidak mampu mengenali dan
memahami misi serta tanggung jawab yang dibebankan Tuhan kepada dirinya. Kesadaran etika
akuntan dalam perspektif Insan Kamil bila dikaji dari sudut pandang realita dan pemaknaan
kesadaran etika akuntan justru menilai regulasi dan norma dalam fungsi moralitas tidak
menempati porsi besar dalam kehidupan bermasyarakat. Keadaan tersebut terjadi karena
kesadaran yang tumbuh dalam diri menghasilkan kekuatan atau spirit positif yang mendukung
gerak perilaku dan sikap manusia. Pertumbuhan kesadaran dalam diri pada akhirnya secara luas
mampu memberikan energi serta vibrasi positif terhadap lingkungan keluarga, masyarakat serta
peradaban. Fungsi moralitas yang termuat dalam aturan dan regulasi merupakan pendukung
Tabel 8.1 berikut ini merupakan perbandingan proses kesadaran etika akuntan dalam
potret besar informan akuntan Indonesia dan perspektif Insan Kamil. Perbandingan proses
258
tersebut diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yakni tingkat kesempurnaan diri manusia, bangunan
filosofi dan metodologi serta realitas dan pemaknaan kesadaran etika akuntan beserta unsur-
Tabel 8.1
Perbandingan Kesadaran Etika Akuntan dalam Potret Besar Informan Akuntan
dan Perspektif Insan Kamil
Unsur Kesadaran Etika Akuntan Kesadaran Etika Akuntan
dalam dalam
Potret Besar Informan Perspektif Insan Kamil
Akuntan
Perjalanan kehidupan manusia digambarkan dalam tahapan kesadaran jiwa yang meliputi
tahapan awal berupa posisi diri dalam intrapersonal, kemudian tahapan kedua merupakan posisi
diri dalam interpersonal dan selanjutnya tahapan ketiga merupakan gerak posisi diri dalam
bertransendensi dimana diri memiliki kemampuan melampaui personal yang ada atau
yang diawali dengan proses kehamilan sang ibu yakni janin bayi yang berada dalam kandungan
dan setelah itu proses kelahiran jabang bayi ke dunia. Jabang bayi kemudian mengalami yang
diawali dari usia bayi dibawah 1 tahun kemudian tumbuh menjadi anak batita, balita, anak-anak,
Perjalanan kehidupan yang dialami manusia merupakan fase perkembangan normal yang
secara umum terjadi pada manusia. Meskipun demikian, perjalanan hidup manusia kadangkala
mengalami fase terhenti di tengah perjalanan hidupnya. Kondisi tersebut terjadi saat jiwa
menghadapi kematian (tutup usia) sehingga keberadaan manusia telah selesai dan berakhir di
dunia, sehingga tidak terdapat penyelesaian tugas selanjutnya di dunia. Hal tersebut dikarenakan
Berawal saat jiwa ditiupkan ruh, disaat itu jiwa memperoleh amanah dari Tuhan berupa misi dan
tanggungjawab yang harus diemban saat lahir ke dunia. Jiwa yang senantiasa terhubung dengan
ruh akan mampu mengingat kembali misi yang diemban dengan memegang penuh nilai-nilai
kesucian dalam diri. Proses tersebut merupakan perwujudan diri dalam intrapersonal. Namun
262
demikian perwujudan diri dalam interpersonal adakalanya mengalami distorsi karena efek
kemelekatan terhadap duniawi menghanyutkan jiwa dan mengabaikan nilai-nilai kesucian dalam
diri. Pengabaian nilai-nilai kesucian dalam diri manusia mampu memadamkan potensi keilahian
sehingga gerak jiwa mengalami kesulitan dalam bertumbuh. Jika kepekaan jiwa tidak dilatih untuk
senantiasa bertumbuh, maka jiwa akan terjebak dalam penderitaan berkepanjangan maupun ilusi
kesenangan yang bersifat semu. Saat diri berada dalam kondisi transendensi, jiwa dibimbing agar
dalam jiwa manusia. Jika proses transendensi tersebut dilakukan secara terus menerus,
kesadaran jiwa akan bertumbuh hingga pada akhirnya mampu memberikan efek vibrasi positif
kepada keluarga, lingkungan terdekat, masyarakat serta peradaban yang semakin luas.
Kesadaran jiwa merupakan bibit potensi yang menumbuhkan kesadaran kolektif. Keadaan
tersebut terjadi karena pergerakan jiwa yang selaras dengan kehendak Tuhan akan
menghidupkan dan menggetarkan gerak jiwa lain dalam bertumbuh. Mereka nantinya akan
membentuk sebuah komunitas yang bergerak selaras sesuai frekuensi dan vibrasi mereka.
Pergerakan selaras ini merupakan upaya diri menuju proses penyempurnaan, dimana ranah
kesempurnaan menempatkan posisi jiwa agar mampu melampaui personal (transpersonal). Oleh
sebab itu pertumbuhan kesadaran hendaknya dimulai dari dalam diri sendiri sehingga dunia luar
sebagai tempat aktualisasi diri akan mendapatkan efek pantulan dari posisi jiwa yang bersinar di
dalam diri.
Proses evolusi kesadaran bukan merupakan proses yang instan, tidak terjadi dalam satu
waktu, usai kemudian selesai. Proses tersebut justru terjadi di sepanjang waktu kehidupan
manusia di dunia. Itulah mengapa proses pertumbuhan kesadaran berkembang seiring cara
manusia bereksistensi di dunia. Keadaan inilah yang membentuk wujud diri manusia dalam
transpersonal. Ketika cinta murni tumbuh dan bersemayam dalam jiwa, maka gerak jiwa
senantiasa hidup dalam keabadian. Kepekaan jiwa yang muncul, mampu merasakan penderitaan
dan kesenangan yang dialami pihak luar sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perasaan
263
jiwa tersebut. Kehendak bebas dalam memilih antara cinta dan kebencian membuat dunia
eksternal menjadi lahan yang tepat bagi jiwa dalam menapaki evolusi spiritual. Seperti kondisi
jiwa yang tidak mampu melakukan tindakan kebaikan berupa cinta, kasih sayang serta
pengampunan merupakan efek dari ketidakmampuan diri dalam memilih atau menggunakan
kehendak bebasnya. Tindakan kejahatan yang timbul dari penderitaan maupun ilusi kesenangan,
jika direfleksi kembali kedalam diri merupakan jalan Tuhan untuk menempatkan jiwa-jiwa tersebut
agar senantiasa mengingat kembali padaNya. Pada waktunya nanti, jikalau semua keinginan
dan kemelekatan jiwa mereda dan memudar di hati, maka yang tersisa adalah perasaan cinta
yang kembali menjadi utuh. Cinta bukanlah sesuatu yang dicari atau diperoleh melainkan sebuah
kondisi yang sudah ada dan selalu melekat dalam hati manusia. Manusia hanya perlu sedikit
cinta yang universal digunakan peneliti sebagai metode membangun Kesadaran Etika Akuntan
dalam Perspektif Insan Kamil. Cinta dikonstruksi oleh peneliti sebagai penjabaran atas
Penemuan Diri, Kesadaran, Transendensi (PDKT) yang menjadi panduan jiwa akuntan dalam
trans(edensi)personal.
CINTA memiliki makna dan keberadaan yang universal. Hal ini terjadi karena cinta
mengandung energi transformatif yang tidak hanya tercermin dalam sebuah perilaku atau
tindakan manusia, melainkan mengandung nilai-nilai keilahian yang secara esensi tersimpan
dalam diri manusia yang mampu menebar radiasi serta perubahan positif di dunia. Medan energi
cinta tidak terlihat tetapi mengejawantah dalam bentuk perilaku, sikap dan tindakan welas asih
terhadap kandungan isi semesta. Oleh sebab itu cinta dikenal oleh sebagian orang sebagai jalan
hidup yang mampu memberikan kebaikan dan kebermanfaatan kepada sekelilingnya. Berikut ini
urutan tahapan perjalanan kesadaran jiwa akuntan dimulai dari perwujudan diri dalam
264
intrapersonal, kemudian interpersonal, hingga perwujudan diri dalam trans(edensi) personal atau
transpersonal.
Perjalanan jiwa akuntan dalam kesadaran etika akuntan berdasarkan perspektif Insan
Kamil menggugah dan menggerakkan kembali nilai-nilai kesucian yang senyatanya telah ada dan
bersemayam dalam diri manusia. Nilai-nilai kesucian tersebut menjadi sebuah rangkaian
dasar realitas akuntan dalam kesadaran beretika. Peneliti kemudian mengkaji lebih dalam sudut
pandang Insan Kamil. Berikut ini merupakan gambaran yang memaparkan keberadaan nilai-nilai
Keselarasan, Utuh
Keseimbangan, Transpersonal
Keharmonisan
Kesatuan
Nilai-nilai Keilahian
Transendensi
Cinta tanpa syarat, kasih sayang, keikhlasan, kesabaran, keadilan, kedamaian (Karakter)
penting dalam kesadaran beretika akuntan. Unsur-unsur tersebut termuat dalam realitas etika
akuntan yang kemudian dikaji ulang oleh peneliti dalam potret besar informan akuntan Indonesia
serta perspektif Insan Kamil. Unsur-unsur tersebut memuat posisi diri dalam keberlangsungan
etika, persepsi terhadap pelanggaran dan kesalahan dalam beretika serta keberadaan regulasi
dalam penerapan etika. Keberlangsungan etika ditinjau dari proses sosialisasi, edukasi serta
kesadaran etika akuntan berdasarkan urutan tahapan perjalanan evolusi kesadaran. Gambar
berikut ini menggambarkan perwujudan diri, regulasi serta pelanggaran (kesalahan) dalam
keberlangsungan etika.
8.8 Penutup
Dalam perspektif Insan Kamil, realita kesadaran etika akuntan meliputi unsur-unsur
material dan spiritual. Oleh sebab itu kesadaran etika akuntan berdasarkan Insan Kamil
digambarkan dalam urutan tahapan perjalanan jiwa akuntan dalam kesadaran beretika. Tahapan
tersebut digambarkan dalam tingkat perwujudan diri manusia dalam intrapersonal, interpersonal
Realitas unsur material dalam akuntansi berupa aturan-aturan yang terkait norma serta
etika akuntan temuat dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang meliputi delapan prinsip
kerahasiaan professional, kehati-hatian serta perilaku professional dan standar tehnis; aturan
etika; intepretasi aturan etika; serta tanya jawab etika. Sedangkan aturan serta norma-norma
etika non akuntansi mencakup adat istiadat serta kebiasaan dalam masyarakat (kebudayaan).
Realitas unsur non material (spiritual) meliputi nilai-nilai kesucian diri, kesadaran, nilai
keillahian serta nilai-nilai kesempurnaan. Keberadaan unsur spiritual dapat diamati dalam setiap
tahapan perwujudan diri. Dalam tahapan intrapersonal, nilai kesucian diri (fitrah) telah
bersemayam sejak janin berusia 4 bulan dalam kandungan. Nilai kesucian tersebut senantiasa
tumbuh dan berkembang dalam diri, saat jiwa memiliki keterhubungan yang kuat dengan Tuhan.
Dalam keadaan tersebut, penyaksian diri akan nilai-nilai keilahian tumbuh dan terdistorsi oleh
hijab kemelekatan eksternal. Perjalanan ke dalam diri merupakan sarana refleksi diri yang dapat
GLODNXNDQ MLZD PHODOXL NRQWHPSODVL G]LNLU EHUGRD VHUWD MDOXU ³NHKHQLQJDQ´ ODLQ .HJLDWDQ WHUVHEXW
potensi keilahian yang tersimpan. Perwujudan diri dalam interpersonal memiliki kehendak bebas
dalam mengaktualisasikan potensi yang tersimpan itu. Jika potensi keilahian tersebut
teraktualisasi maka akan memanifestasi wujud kesadaran jiwa dalam membentuk karakter positif.
Karakter tersebut nantinya menjadi landasan akuntan dalam berpikir, bersikap serta bertingkah
laku dalam keseharian. Begitupula sebaliknya jika potensi non keilahian yang teraktualisasi, maka
akan mewujud dalam bentuk karakter yang memiliki hasrat kemelekatan eksternal. Kemelekatan
eksternal ini berujung pada penderitaan dan ilusi yang berkepanjangan. Dalam tahapan
interpersonal tersebut, pertumbuhan nilai-nilai kesucian yang tidak selaras dengan kehendak
Tuhan akan mulai terdistraksi oleh hasrat jiwa yang menggebu-gebu terhadap dunia eksternal.
Jiwa yang berinteraksi dengan keluarga serta lingkungan sosial akan mengalami kewalahan serta
kelelahan fisik saat menghadapi gemerlapnya dunia eksternal yang seringkali menempatkan jiwa
268
manusia pada lapisan nafsu duniawi. Keadaan tersebut menjadi penghalang cahaya Illahi saat
menerobos masuk menerangi relung jiwa akuntan. Dalam tahapan trans(endensi) personal atau
transpersonal tersebut, posisi jiwa dikembalikan lagi pada jalan kemurnian, fitrah atau titik nol
sebagai analogi. Saat bertransendensi, penderitaaan jiwa akan tersinari oleh cahaya illahi.
Cahaya illahi yang bersinar terang sedikit demi sedikit mampu menerobos kegelapan jiwa yang
pekat nan suram. Jiwa yang tersinari percikan ilahi secara terus menerus akan membuka jalan
Nilai kesadaran yang berwujud daya dan kekuatan akan tersinari percikan cahaya Illahi yang
merupakan representasi sifat-sifat keilahian (Asmaul Husna) sehingga membentuk karakter diri.
Diri yang tersinari cahaya illahi akan tumbuh subur dan menghasilkan kebijaksanaan diri sebagai
Perjalanan spiritual dialami jiwa secara terus menerus, naik turun hingga mencapai titik
terendah dalam hidup, berfuktuasi bahkan berhenti saat kematian menghinggapi dirinya.
Perjalanan tersebut merupakan tahapan evolusi kesadaran dimana cara bereksistensi yang
dipilih jiwa senyatanya mampu menempatkan posisi jiwa pada tingkat kesadaran tertentu baik
kesadaran diri khususnya saat jiwa senantiasa diingatkan kembali akan nilai-nilai kesucian yang
sudah tersemat dalam diri. Proses kontemplasi dan konfirmasi diri akan menghasilkan kesadaran
yang mampu menggerakkan nilai-nilai keilahian sehingga diri senantiasa bertumbuh menuju
proses penyempurnaan. Pada saatnya nanti, diri yang tawadhu dan qanaah dalam menapaki
penyempurnaan diri menuju manusia paripurna (Insan Kamil) dimana jiwa akuntan telah
mencapai kesadaran ilahiah yakni sebuah keadaan dimana sifat-sifat Tuhan telah membersamai
segenap aktivitas jiwanya sehingga mampu merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya.
269
BAB IX
SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN
PENELITIAN BERIKUTNYA
9.1 Pengantar
dukungan pemikiran David R Hawkins serta Carl Gustav Jung untuk memperjelas pemikiran M
Iqbal khususnya saat mengkaji tahapan pertumbuhan kesadaran dalam pemikiran tersebut.
Ketiga pemikiran saling berkolaborasi dan bersinergi untuk memperkokoh pemikiran IHJ yang
terlebih dahulu di bab 3, dilanjutkan pemikiran Hawkins dan Jung di Bab 4 sebagai pendukung
pemikiran Iqbal yang dinilai terlalu abstrak. Dukungan kedua pemikiran tersebut dalam pemikiran
Iqbal memberikan penjelasan lebih mendalam terkait masalah yang dihadapi jiwa-jiwa akuntan
beretika. Kajian masing-masing tahapan tersebut kemudian dijabarkan di bab 5, 6 dan 7. Pada
akhirnya penelitian tersebut mampu memperjelas tahapan perjalanan akuntan dalam kesadaran
beretika secara beruntun sehingga mampu menghasilkan simpulan, implikasi, keterbatasan dan
9.2 Simpulan
Kesadaran etika akuntan berdasarkan perspektif Insan Kamil merupakan gambaran jiwa
akuntan yang mengandung muatan nilai-nilai kesucian diri, kesadaran, ketuhanan (keilahian)
serta kesempurnaan yang termanifestasi dalam bangunan ilmu pengetahuan yang memiliki daya
270
serta kekuatan jiwa dalam menggerakkan potensi keilahian diri sehingga membentuk karakter
mampu melihat kebenaran dari berbagai macam perspektif, memiliki kebebasan, kejelasan,
hampa moral, ideologi, emosi serta kemarahan dan balas dendam, pengaruh politik, stereotipe,
Ilmu pengetahuan merupakan cahaya illahi yang tumbuh dan bersemayam dalam fitrah
diri manusia. Kesucian memuat nilai-nilai berupa niat, keinginan atau maksud dalam hati agar
menemukan diri sejati (jati diri), hakekat serta esensi kehidupan dalam mengenal dan memahami
misi serta tanggungjawab yang dibebankan Tuhan kepada manusia. Daya manusia merupakan
kekuatan yang mampu menggerakkan kesadaran diri hingga kelompok, lingkungan dan
peradaban melalui pertumbuhan niat, pemberdayaan potensi diri yang maha dahsyat serta
kebebasan dan kehendak jiwa untuk bertanggung jawab memancarkan vibrasi serta pancaran
jiwa yang positif. Dengan demikian karakter jiwa yang dihasilkan akan tumbuh selaras dengan
nilai-nilai keilahian dalam diri (maqamat ruhiyah). Ketika diri yang ilahi hadir, jiwa akan
memperoleh maqamnya dan mulai bereksistensi. Cara jiwa bereksistensi mewujud dalam
sejumlah rasa baik itu rasa cinta kasih tanpa syarat, keikhlasan, kasih sayang, kesabaran dan
tersebut selaras dengan kondisi jiwa yang senantiasa terhubung dengan Tuhan (otentik)
sehingga percikan nilai-nilai keillahian (ketuhanan) tumbuh dan menyinari diri akuntan saat
beretika.
Tingkat kesempurnaan diri manusia dalam unsur teologi (tauhid) memiliki perbedaan
mendasar dalam memahami kesadaran etika akuntan dari potret besar informan akuntan serta
dari sudut pandang Insan Kamil. Potret besar informan akuntan memahami kesadaran etika
akuntan dari fungsi regulasi dan moralitas yang ketat dan tegas, memiliki peran melebihi kuasa
Tuhan saat menilai dan mengidentifikasikan sesuatu atas dasar kebenaran maupun kesalahan.
271
Sedangkan kesadaran etika akuntan dalam perspektif Insan Kamil tumbuh dari keyakinan serta
penyaksian diri akan kehadiran Tuhan di segenap aktivitas kehidupan, sehingga menjadi dasar
jiwa dalam mengungkap kebenaran yang merupakan langkah awal diri dalam menyempurnakan
Tingkat kesempurnaan diri manusia dalam tataran syariat menilai kesadaran etika
akuntan dari perspektif Insan Kamil merupakan proses pertumbuhan jiwa yang menyeluruh dan
menyempurnakan. Pemaknaan tersebut akan berbeda apabila dibandingkan dengan potret besar
informan akuntan. Dalam perspektif Insan Kamil, kesadaran etika akuntan dipandang sebagai
muara perjalanan jiwa ke dalam diri melalui identifikasi proses, menemukan dan memahami
potensi kelemahan maupun keunggulan yang tersimpan dalam diri sehingga mampu mengenali
aktivitas jiwa yang dapat menodai kesucian diri. Kesadaran etika akuntan dalam potret besar
informan akuntan Indonesia tumbuh dari regulasi yang memuat norma moral yang terdapat dalam
kode etik akuntan serta kebiasaan yang berlaku di masyarakat pada umumnya (budaya)
sehingga menjadi mekanisme kontrol dan sanksi terhadap pelanggaran profesi. Kode etik
akuntan memuat seperangkat prinsip moral yang mengatur perilaku professional akuntan dimana
Tingkat kesempurnaan diri manusia dalam tarekat mengkaji kesadaran etika akuntan
dalam perspektif Insan Kamil sebagai keberadaan diri ilahi (Diri) yang bertindak sebagai subyek
yang memiliki kebebasan dan keleluasaan tanpa batas (non linier) dalam bertindak dan
berperilaku sesuai tuntunan Ilahi. Diri yang ilahi mampu menghasilkan keputusan etis melalui
tindakan reflektif dan kontemplatif, bukan atas dasar hasil proyeksi dan introjeksi yang
menimbulkan kelemahan jiwa dan gangguan persepsi. Ibadah ritual merupakan salah satu bentuk
pelatihan ruhani agar jiwa senantiasa mampu menumbuhkan akhlak, kebiasaan terpuji serta
penghayatan hidup sepanjang masa. Kesadaran etika akuntan dalam potret besar informan
272
akuntan merupakan keyakinan yang tumbuh terhadap Tuhan yang sebagian besar bersifat
artifisial, tidak terdapat upaya penuh dalam mengaktualisasikannya sehingga pemahaman akan
makna dan esensi dari keyakinan tersebut tidak terjadi secara mendalam. Diri tidak sepenuhnya
mendasarkan dan menempatkan keberadaan Tuhan dalam setiap pengambilan keputusan etis.
Hal ini dikarenakan masih terdapat dominasi unsur kemelekatan lain yang bersifat duniawi. Diri
tidak memiliki intervensi penuh terhadap keadaan yang ada sehingga posisi diri sebagai korban
atau pengamat, bukan sebagai penyaksi yang mampu menyaksikan nilai-nilai keilahian hadir
diri berupa perilaku anarkis. Ibadah yang selama ini dipahami sebagai kegiatan ritual yang
bersifat legal formalitas dan atribut identitas semata secara esensi tidak memiliki pemaknaan
Tingkat kesempurnaan diri manusia dalam makrifat memahami kesadaran etika akuntan
dalam perspektif Insan Kamil sebagai sebuah rangkaian perjalanan yang memberikan upaya
penyadaran ke dalam diri manusia. Setiap tahapan perjalanan bersifat menyempurnakan diri
dimana jiwa bergerak untuk memahami kepribadian diri secara utuh, menumbuhkan kesadaran
diri serta menjadi faktor pengendali dalam bertindak sehingga mampu menghasilkan kebenaran
yang absolut. Pertumbuhan kesadaran manusia secara terus menerus dijalani melalui proses
penyatuan aspek material dan non material yang selaras dan seimbang berdasarkan kehendak
Tuhan menuju proses kesempurnaan (paripurna). Kesadaran etika akuntan dalam potret besar
informan akuntan (professional) lebih berorientasi pada aspek maskulin dibandingkan aspek
feminin. Keadaan tersebut mengakibatkan cara pandang diri terhadap realita tidak utuh karena
hanya mampu menghasilkan kebenaran yang bersifat parsial. Keberadaan faktor eksternal
seperti lingkungan pendidikan dan proses pembelajaran didalamnya dianggap tidak sepenuhnya
mampu memberikan pemahaman secara holistik karena metode pendidikan yang terjadi saat ini
lebih menekankan pada asumsi dasar manusia bukan berbasis pada kenyataan jiwa manusia.
Kondisi tersebut mengakibatkan tersendatnya proses internalisasi ilmu pengetahuan kedalam diri
273
sehingga proses pemahaman jiwa menjadi tidak utuh. Jiwa cenderung adaptasi, survive dan tidak
kreatif dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dipahami sekedar
warna warni bunga yang tumbuh dan bermekaran di pohon. Padahal senyatanya proses
tumbuhnya pohon dimulai dari benih atau biji buah yang jatuh merambat dan menjalar menjadi
akar. Akar tersebut kemudian tumbuh menjulang menjadi batang dan dahan ranting yang
menumbuhkan daun-daun serta bunga dan juga buah. Itulah yang sepantasnya terjadi dalam
proses memahami ilmu pengetahuan secara komprehensif. Ilmu pengetahuan dalam segenap
aspeknya hendaknya menjadi sarana diri dalam bertransformasi. Hal ini dikarenakan saat ini
perkembangan jiwa cenderung mengalami proses instant dimana diri hanya mampu mengenali
atribut-atribut atau identitas luaran dari cakupan pembelajaran tanpa berkeinginan lebih lanjut
memahami makna dan esensi dari keberlangsungan proses pendidikan tersebut. Jika kondisi
tersebut berlangsung terus menerus, maka slogan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan menumbuhkan kesadaran tidak akan berjalan maksimal karena ruang
Tingkat kesempurnaan diri manusia dari hakekat memahami kesadaran etika akuntan
berdasarkan perspektif Insan Kamil tidak semata-mata didasarkan atas faktor regulasi atau
norma saja melainkan dari upaya pengenalan diri terhadap fitrah dan kesucian diri. Hakekat
mengarahkan kita pada fungsi kesadaran yang senantiasa berbuat kebaikan. Sedangkan potret
informan akuntan menilai keberadaan etika akuntansi tidak dipahami secara menyeluruh, hal ini
dikarenakan faktor eksternal seperti lingkungan akuntansi dan pembelajaran didalamnya tidak
berbasis pada kenyataan jiwa melainkan berbasis pada asumsi dasar yang memiliki kedangkalan
ketidakutuhan diri dalam memandang realita sehingga hanya menghasilkan kebenaran parsial.
Ditinjau dari unsur ontologi dalam bangunan filosofi atau metodologi, kesadaran etika
akuntan dalam perspektif Insan Kamil memiliki pemahaman berbeda dengan potret besar
informan akuntan Indonesia. Kesadaran etika akuntan dalam perspektif Insan Kamil tumbuh dari
proses pengenalan diri secara bertahap. Diri yang tersinari oleh cahaya ilmu berupa pengetahuan
yang bersifat spiritual (agama, syariat), rasional (sains) serta metafisik (tarekat, hakekat dan
makrifat dari tasawuf) akan menumbuhkan kesadaran yang bersifat komprehensif. Pertumbuhan
kesadaran etika akuntan dalam potret besar informan akuntan sebagian besar masih didominasi
oleh pengetahuan rasional (sains). Pengetahuan spiritual (agama atau syariat) bukan sebagai
satu-VDWXQ\D IDNWRU XWDPD PHODLQNDQ XQVXU SHQGDPSLQJ EDKNDQ ³PDUJLQDO´ GDODP SURVHV
menumbuhkan kesadaran etika saat ini. Pengetahuan sekedar dpahami sebagai alat yang
menumbuhkan kesadaran yang sifatnya parsial yakni berorientasi pada aspek material saja
(fisik).
Unsur epistemologi dalam bangunan filosofi atau metodologi memahami kesadaran etika
akuntan dalam perspektif Insan Kamil VHEDJDL ³VXDWX NRQVHS´ \DQJ bersumber dari tuntunan Al
Quran dan Hadist. Dukungan akal pikiran (intelektual) dan intuisi dalam batin menumbuhkan
kepekaan rasa dan emosi dalam diri. Kepekaan rasa dan emosi memiliki kendali peran dalam
menumbuhkan kesadaran diri. Epistemologi dari kesadaran etika akuntan dalam potret besar
informan akuntan Indonesia tumbuh dan berkembang karena didorong oleh faktor ketaatan dan
kepatuhan diri terhadap norma aturan. Norma dan aturan merupakan rasionalisasi dari hasil
berpikir intelektual dan praktisi profesional yang mengandung muatan kepentingan, kesepakatan
Unsur aksiologi dari bangunan filosofis atau metodologi menilai kesadaran etika akuntan
dalam perspektif Insan Kamil tumbuh dan berkembang dari sebuah rangkaian proses yang
mengarah pada keseimbangan dan keselarasan pengetahuan, bersumber dari akal pikiran (mind)
dan juga batin (rasa) yang disinari oleh cahaya keillahian dan kesalehan sosial (kemanusiaan).
dimana upaya penyempurnaan sikap dan perilaku manusia menumbuhkan manusia yang utuh
dan otentik. Potret besar informan akuntan memandang kesadaran etika belum sepenuhnya
tumbuh dan berkembang dalam jiwa-jiwa akuntan. Upaya penyadaran utuh belum sepenuhnya
dipahami dan dialami jiwa-jiwa yang masih dirundung kemelekatan eksternal. Kesenjangan
pengetahuan masih terjadi dalam diri akuntan baik berasal dari akal pikiran (mind) dan juga
pengetahuan batin (rasa), meskipun mengandung muatan nilai-nilai syariat keagamaan. Nilai-
nilai syariat keagamaan secara esensial tidak dipahami dan dimaknai secara utuh, melainkan
sekedar hukum, hiasan atau label dari sebuah pemberlakuan identitas belaka.
Realitas dan pemaknaan kesadaran etika akuntan dalam kajian reality of worldview dari
perspektif Insan Kamil merupakan perjalanan jiwa menuju penyempurnaan diri dimana terjadi
keseimbangan dan keselarasan antara aspek material dan aspek spiritual. Jiwa melalui tahapan
dirinya sebagai citra illahi. Posisi diri tersebut dapat memberikan vibrasi positif kepada dunia
eksternal serta menggerakkan upaya penyatuan diri dengan semesta. Kesadaran etika akuntan
dalam potret besar informan akuntan dipahami sebagai sebuah kondisi yang meliputi aspek
material dan spiritual dimana dominasi aspek material dalam realitas memiliki peran besar dan
nyata dibandingkan aspek spiritual. Wujud kemelekatan eksternal tumbuh sebagai hasrat dan
keinginan jiwa terhadap aspek duniawi. Hasrat atau keinginan (desire) dapat menimbulkan ilusi
dan penderitaan berkepanjangan. Keadaan tersebut mampu menggerakkan perilaku dan sikap
manusia menuju angkara murka. Lain halnya apabila kehendak jiwa selaras dengan kehendak
Tuhan, maka jiwa senantiasa menyemai benih keillahian sehingga tumbuh subur dan merekah
dalam wujud kesadaran yang terefleksi dalam perilaku diri yang utuh.
Pengertian kesadaran etika akuntan Indonesia dalam realita dan pemaknaan etika
akuntan jika dijabarkan dalam perspektif Insan Kamil merupakan keberadaan diri yang ilahi (Diri)
citra illahi agar mampu menciptakan keselarasan dan keseimbangan sebagai jalan menuju
276
kesempurnaan. Perjalanan tersebut bukan merupakan proses yang instan melainkan melalui
proses tahapan demi tahapan. Sedangkan kesadaran etika akuntan dalam potret besar informan
akuntan merupakan kondisi yang dibentuk dan digerakkan oleh profesi untuk menjaga
penetapan norma atau aturan yang dibuat profesi sehingga memperoleh legitimasi dan
kepatuhan dari masyarakat profesi dan pengguna. Keadaan yang dibangun dari faktor eksternal
serta bukan internalisasi dalam diri mengakibatkan proses kemenjadian menjadi tidak utuh.
Ketidakutuhan itu nantinya akan mengakibatkan ketimpangan bahkan mengaburkan esensi dari
Kesadaran etika akuntan dalam perspektif Insan Kamil menempatkan gerak posisi diri
dari sesuatu yang bersifat mekanis menuju organis dimana diri senantiasa menumbuhkan sikap
empati dan peka terhadap kondisi jiwa yang terjebak dalam dunia mekanis. Kondisi tersebut
menggambarkan posisi diri dari self menuju Self sehingga diri memiliki potensi untuk tumbuh dan
mengembangkan daya kreatifitas. Jiwa yang tumbuh mampu menghadirkan nilai-nilai keillahian
dalam diri sehingga jiwa senantiasa berada dalam dekapan Tuhan yang merupakan wadah
kesucian. Kesucian merupakan bentuk keselarasan antara diri dan kehendak Tuhan. Posisi diri
dalam realita dan pemaknaan kesadaran etika akuntan dijabarkan dalam potret besar informan
akuntan sebagai diri yang berada dalam lingkungan sosial yang bersifat mekanis (mesin) serta
pola pikir linier. Diri memiliki hasrat besar terhadap kemelekatan material sehingga seringkali
terjebak dalam penderitaan. Dalam keadaan tersebut, kemampuan diri hanya mampu bertahan
hidup dan beradaptasi sehingga tidak berdaya saat menjalani kehidupan (dilema). Konsep diri
yang tidak dipahami secara utuh memiliki ruang lingkup terbatas dalam memandang realita yang
(kesalahan) dalam realita dan pemaknaan etika akuntan sebagai bentuk ternodai atau
terkotorinya kesucian diri manusia. Kesucian diri yang bersumber dari cahaya illahi Tuhan,
277
keberadaannya tidak terlepas dari misi serta tanggungjawab yang diamanahkan Tuhan kepada
jiwa. 7HUQRGDLQ\D NHVXFLDQ PHQHPSDWNDQ SHQJDODPDQ MLZD SDGD ³DPQHVLD VSLULWXDO´ DWDX
ketidakmampuan mengingat misi serta tanggung jawab yang dibebankan Tuhan kepada dirinya.
Sedangkan kesadaran etika akuntan dalam potret besar informan akuntan mempersepsikan
pelanggaran dalam realita dan pemaknaan etika akuntan sebagai sebuah kesalahan yang
melanggar nilai-nilai atau aturan yang merupakan hasil kesepakatan pihak-pihak yang memiliki
kepentingan. Kesepakatan ditetapkan oleh fungsi otorisasi sehingga memiliki kuasa dan
Kesadaran etika akuntan dalam perspektif Insan kamil menjabarkan keberadaan regulasi
serta norma dalam realita dan pemaknaan etika akuntan sebagai faktor pendukung yang
mengatur kehidupan bermasyarakat. Faktor terpenting yang senyatanya mengatur perilaku hidup
manusia adalah kesadaran itu sendiri. Kesadaran bertumbuh yang semakin luas dalam diri pada
akhirnya akan memberikan vibrasi positif terhadap keluarga, masyarakat serta peradaban.
Sedangkan kesadaran etika akuntan dalam potret besar informan akuntan menjabarkan
keberadaan regulasi serta norma dalam realita dan pemaknaan etika sebagai wadah yang
berperan penting dalam mengatur perilaku hidup masyarakat. Regulasi dapat mengalami
perubahan dan penyesuaian saat ruang lingkup perkembangan sosial masyarakat meningkat
pesat. Penyesuaian dan perubahan regulasi terjadi saat terdapat kesepakatan dari fungsi
otorisasi yang memiliki kuasa serta wewenang penuh dalam perubahan dan pemberlakuan
regulasi tersebut. Pada akhirnya penegakan regulasi akan mempengaruhi struktur sosial
masyarakat.
Penelitian ini memaparkan tiga implikasi baik implikasi teoritis yakni memberikan
terkait kebijakan menjadi landasan atau dasar bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan
terhadap keputusan tersebut sehingga mampu memberikan solusi terkait masalah dan kebijakan
yang diterapkan. Implikasi praktis selanjutnya memberikan pemahaman dan panduan praktisi
Penelitian ini mampu memberikan implikasi dalam hal pertumbuhan kesadaran etika
akuntan yang bersifat holistik (menyeluruh) sebagai bagian dari proses pembelajaran etika
akuntan dalam pendidikan etika maupun akuntansi perilaku. Kesadaran etika akuntan yang
holistik merupakan dasar pendukung dari karakteristik serta sifat kesempurnaan jiwa manusia
dalam tataran Insan Kamil. Tingkatan Insan Kamil merupakan tahapan lahirnya jiwa manusia
yang telah mencapai kesadaran murni yakni kesadaran illahiah yang mana diri manusia
merepresentasikan sifat-sifat keilahian (citra illahi) dimana sikap, perilaku serta tindakan diri yang
ilahi (Diri) telah selaras dengan kehendak Tuhan. Tahapan tersebut merupakan tahapan ideal
dalam perjalanan jiwa manusia yang sedang bertumbuh. Tahapan yang memiliki kompleksitas
dan kadar kesulitan yang cukup tinggi mampu digapai dan diraih oleh jiwa±jiwa yang masih
memiliki kemelekatan eksternal. Meski demikian penelitian ini dapat memberikan kontribusi
wawasan serta ilmu pengetahuan berupa rangkaian perjalanan yang harus dilampaui jiwa-jiwa
akuntan yang istiqomah sehingga secara progresif jiwa tersebut mampu menumbuhkan tingkat
Kesadaran etika akuntan selama ini dipahami dan dimaknai sebagai sebuah pola berfikir
akuntan yang memiliki azas kepatuhan terhadap ketentuan etika seperti termuat dalam regulasi
dan norma tersebut. Azas tersebut menimbulkan efek ketertundukan saat jiwa berperilaku dan
bersikap ketika dihadapkan pada ketegasan dan kekakuan sifat dari regulasi, aturan serta norma
dalam prinsip etika. Prinsip etika memuat ketentuan serta aturan-aturan mengenai etika sebagai
hasil kesepakatan dari fungsi otoritas yang memiliki kuasa serta wewenang dalam menyusun
279
aturan beserta kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Jiwa akuntan selama ini dipahami sebagai
obyek atau korban dari keberadaan aturan, bukan sebagai subyek atau pelaku yang memiiki
Kebebasan bertanggungjawab disini merupakan spiritual will yang menjadi kebebasan dan gerak
jiwa dalam bertindak. Meski demikian kebebasan dalam bertindak merupakan jalan jiwa untuk
direkomendasikan dalam penelitian ini. Kesadaran etika tidak hanya berlaku pada profesi akuntan
saja melainkan sebagai konsep yang mampu membina akhlak manusia secara menyeluruh.
Konsep tersebut dipahami sebagai sebuah interaksi jiwa dalam menapaki perjalanan kesadaran
yang dimulai dari dalam diri manusia dan Tuhan, berinteraksi dengan keluarga, berhadapan
Hasil penelitian ini dapat membantu peran Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam
menghasilkan kebijakan terkait pertumbuhan kesadaran etika akuntan. Selama ini keberadaan
etika akuntan hanya dilihat pada tataran permukaan fisik saja yang berbentuk regulasi atau
norma. Padahal ruang lingkup etika senyatanya merupakan bagian dari kajian metafisik dimana
potensi maha dahsyat yang tersimpan dalam diri manusia bergerak untuk menumbuhkan
kesadaran jiwa. Pergerakan jiwa untuk menumbuhkan kesadaran diri akuntan dimulai dari
keinginan diri menyibak hijab kemelekatan terhadap dunia eksternal kemudian berlanjut
menapaki perjalanan naik turun tersebut. Semakin tebal hijab kemelekatan semakin sulit cahaya
illahi menembus kedalaman diri, menerangi serta menggerakkan daya potensi ilahi yang
Kesadaran etika akuntan dalam perspektif Insan Kamil dibangun peneliti untuk
masyarakat akuntan khususnya serta masyarakat di luar akuntan pada umumnya agar mampu
yang termuat dalam kesucian diri, kesadaran serta keilahian menuju terwujudnya nilai-nilai
cahaya ilahi yang masuk kedalam diri dan mengilhami. Ilham atau ide tersebut dapat
Kesadaran etika akuntan merupakan proses yang memberikan upaya penyadaran dalam
diri sehingga mampu meyakini dan menyaksikan kehadiran Tuhan di segala bentuk manifestasi
perwujudan yang terefleksi dalam segenap aspek kehidupan. Diri memandang apa yang terdapat
di alam semesta ini sebagai jalan untuk merefleksikan diri dan menumbuhkan kesadaran. Oleh
sebab itu, pemberlakuan aturan dan regulasi dalam fungsi moralitas bukan satu-satunya alat
yang dapat menindak pelaku pelanggaran atau perilaku tidak etis tersebut. Kesadaran yang
tumbuh dalam diri justru menjadi alarm pengingat saat jiwa berinteraksi dengan keluarga,
lingkungan masyarakat serta peradaban lebih luas. Kesadaran yang tumbuh melalui proses
transendensi dapat memberikan vibrasi positif terhadap lingkungan sekitarnya. Proses tersebut
pada akhirnya akan mengiringi perjalanan jiwa menuju keselarasan dan keseimbangan dalam
hidup. Proses transendensi menjadi jalan jiwa untuk mengenali potensi diri sehingga jiwa
memperoleh pemahaman diri lebih dalam dan menjadi sarana keterhubungan diri dengan Ilahi.
Keselarasan hidup menuju keseimbangan merupakan proses kesempurnaan jiwa yang dapat
9.4 Keterbatasan
Penelitian ini tidak bisa digeneralisasi atau diberlakukan secara umum namun transferable
yakni dengan mengalihkan hasil satu penelitian ke tempat lain asalkan memenuhi kesamaan
kondisi dengan situasi yang diteliti. Transferability adalah keteralihan situasi hasil penelitian pada
Penelitian ini menggunakan informan akuntan yang berprofesi sebagai akuntan pubik,
pemerintah, pendidik, manajemen maupun auditor internal. Penentuan jumlah informan tersebut
didasarkan atas sifat dan karakteristik serta faktor kedekatan mereka secara personil dengan
peneliti sehingga mampu mengidentifikasikan sifat dan merancang elemen dasar akuntan saat
berkembang dalam ruang lingkup kerja akuntan diharapkan mampu menggugah kreativitas
peneliti saat memperoleh informasi terkait indikator penting yang dibutuhkan dalam
Dalam kenyataannya, ruang lingkup serta gerak profesi memiliki keunikan yang berbeda
satu dengan lainnya. Peneliti membutuhkan benang merah serta kejelasan dari masing-masing
keunikan tersebut sehingga diperoleh pemahaman yang detail, terarah dan selaras mengenai
kesadaran etika akuntan. Benang merah tersebut kemudian dikaji dan diintegrasikan dalam ranah
disiplin ilmu yang berbeda yakni akuntansi, tasawuf, sains spiritual, psikologi, sosiologi dan
antropologi. Penelitian ini membutuhkan keterlibatan disiplin ilmu lain agar mampu menjelaskan
secara komprehensif topik tersebut. Keterlibatan disiplin ilmu lain mampu menjembatani
pemahaman peneliti mengenai proses kesadaran etika akuntan yang bersifat holistik. Itulah
sebabnya pemikiran Iqbal yang awalnya merupakan satu-satunya pemikiran dalam penelitian ini,
justru dalam perkembangannnya membutuhkan dukungan pemikiran lain yakni Hawkins dan
Jung. Ketiga pemikiran tersebut kemudian berkolaborasi dan bersinergi menjadi pemikiran IHJ
merupakan rangkaian tahapan yang terdiri atas penemuan diri, kesadaran dan transendensi
(PDKT).
Dari kolaborasi ketiga pemikiran tersebut, peneliti merangkai benang merah yang hadir
dalam pemikiran-pemikiran tersebut. Pemikiran Iqbal sebagai induk pemikiran dalam penelitian
ini kemudian dijabarkan peneliti dalam tahapan perwujudan diri (jiwa) dalam meraih tingkat
kesadaran, keilahian dan kesempurnaan yang senantiasa perlu ditumbuhkan dan dikembangkan.
Dalam memahami tahapan perwujudan diri tersebut, peneliti membutuhkan serangkaian kegiatan
eksplorasi dan pemaknaan lebih lanjut agar dapat disesuaikan dengan kenyataan jiwa yang
sedang dialami peneliti saat ini. Proses penggalian tersebut membutuhkan serangkaian waktu
dan eksplorasi lebih lanjut dimana tanggung jawab tersebut nantinya akan menjadi rekomendasi
Proses pengenalan jiwa terhadap diri tidak mengenal batasan ruang dan waktu
(continuity) terlebih lagi saat jiwa berinteraksi dengan lingkungannya. Jiwa perlu diperhatikan saat
berhadapan dengan peristiwa atau kenyataan naik turun yang dapat menggguncang batin dan
mengarah pada trauma batin, depresi serta kegagalan persepsi. Kondisi tersebut hendaknya
dilampaui sehingga diri mampu melampaui (trans) individu atau pribadi atau bahkan dapat
mencapai aspek-aspek lebih luas dari umat manusia, kehidupan, jiwa, atau kosmik atau
dijabarkan dalam penelitian ini memiliki area cakupan terbatas sesuai temuan peneliti di
lapangan. Pada akhirnya peneliti mampu memberikan pemahaman atas realita dan pemaknaan
etika itu berdasarkan realita kesadaran etika, pengertian kesadaran etika akuntan, peran diri
dalam keberlangsungan etika, keberadaan regulasi dalam etika serta adanya persepsi yang
Realitas kesadaran etika akuntan dalam perspektif Insan Kamil dijabarkan peneliti melalui
tingkat kesempurnaan diri manusia yang meliputi teologi (tauhid), syariat, makrifat dan hakekat.
Pada tingkat selanjutnya yakni bangunan filosofi atau metodologi membahas unsur ontologi,
epistemologi serta aksiologi. Pembahasan mengenai realita dan pemaknaan kesadaran etika
akuntan juga menjelaskan reality of worldview, pengertian kesadaran etika akuntan, posisi diri
Banyak area cakupan filosofis lain yang dapat dikaji dalam penelitian yang akan datang.
Peluang penelitian tersebut selanjutnya dapat membahas implikasi etika akuntan dalam
perspektif Insan Kamil dikaitkan dengan tingkat pelanggaran etika, spiritual capital, kesuksesan
dan kebahagiaan akuntan maupun produktivitas akuntan. Peluang meneliti etika akuntan dalam
perspektif Insan Kamil jika dikaji dalam multidisiplin ilmu akan terkait dengan pembahasan
mengenai tingkat energi (E=MC2), getaran atau vibrasi dalam ilmu fisika, budaya lingkungan dari
ranah sosiologi antropologi serta mental health yang merupakan perkembangan dan pengalaman
Kajian penelitian selanjutnya dapat menjadi jembatan jiwa akuntan dalam mencapai
kesempurnaan diperoleh dari ilmu spiritual maupun local wisdom yang terdapat di Indonesia.
Penggunaan pemikiran lain yang bersifat local wisdom dapat mengeskplorasi lebih lanjut nilai-
nilai spiritual lain untuk segera dapat ditumbuhkan dan diselaraskan dalam diri. Selain itu
penjelasan mengenai tingkat problematika, emosi serta rasa yang dihadapi oleh jiwa akuntan
dijabarkan kembali dalam peta kesadaran Hawkins. Fokus akuntan adalah menemukan posisi
diri yang terlokalisir pada titik-titik tertentu agar mampu mengurai kekusutan dan kekalutan dalam
jiwa sehingga mampu mengidentifikasi kesalahan yang timbul. Upaya memperoleh jawaban atas
284
permasalahan tersebut diperoleh saat diri mampu mengidentifikasikan kebenaran yang terjadi
saat ini. Dalam menghadapi kondisi tersebut, akuntan berada pada sebuah tahapan evolusi
kesadaran dimana masalah atau kesalahan tersebut dianggap sebagai kerentanan jiwa yang
aktual. Solusi terhadap permasalahan tersebut dapat memberikan wawasan sekaligus informasi
yang berguna bagi Kantor Akuntan Publik, Lembaga Pemerintahan maupun swasta serta
organisasi atau institusi lain dalam memetakan kualitas jiwa khususnya yang terjadi pada profesi
akuntan serta profesi lain dan sumber daya manusia pada umumnya.