Pengaruh Pemberian Jenis Annelida Berbeda Terhadap Kelulushidupan Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus
Pengaruh Pemberian Jenis Annelida Berbeda Terhadap Kelulushidupan Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus
Pengaruh Pemberian Jenis Annelida Berbeda Terhadap Kelulushidupan Dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus
OLEH :
SKRIPSI
SKRIPSI
DISETUJUI OLEH :
KARYA ILMIAH INI TELAH DIPERTAHANKAN DALAM UJIAN
KOMPREHENSIF PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU
BIOGRAFI PENULIS
Negeri di Pesantren Modern Unggulan Terpadu selesai pada tahun 2014. Lalu
Unggulan Terpadu jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, selesai pada tahun 2017.
Islam Riau pada tahun 2017. Atas izin Allah SWT pada tanggal 26 Januari 2022
dalam Ujian Komprehensif pada sidang meja hijau dan sekaligus berhasil meraih
Benih Ikan Gabus (Channa striata)‖. Dibimbing oleh Bapak Ir. T. Iskandar Johan,
M.Si.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan juga
saran dari berbagai pihak. Peneliti dan sekaligus penulis haturkan kehadiran Allah
SWT berkat rahmat, taufik dan hidayah Nya, serta kesehatan dan kesempatan
kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua yaitu Ibu dan Ayah yang selalu mendoakan dan memberikan
2. Bapak Prof. Dr. H. Syafrinaldi, S.H., M.CL selaku Rektor Universitas Islam
Riau (UIR).
3. Ibu Dr. Ir. Hj. Siti Zahrah, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Islam Riau.
5. Bapak Dr. Jarod Setiaji, S.Pi.,M.Sc selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan.
6. Ibu Hj. Sri Ayu Kurniati, SP., M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Budidaya Perairan.
7. Bapak Ir. Fakrunnas M Jabbar, M.Ikom., Bapak Dr. Ir. Agusnimar, M.Sc.,
Bapak Ir. H. Rosyadi, M.Si., dan Bapak Muhammad Hasby, S.Pi, M.Si selaku
8. Hisra Melati, S.Pi.,M.Si, selaku Pengurus Balai Benih Ikan (BBI) UIR yang
Andre Sofian, S.Pi dan Indra A.W yaitu teman-teman seperjuangan angkatan
skripsi ini.
dan Yasir Arafat Harun yang telah mensuport keuangan dan pinjol segaligus
11. Pandu Putra P, S.Pi yang selalu memberi kalimat ―Setiap orang ada massanya
12. Toko Printer 4 Bersaudara yang selalu menjadi handalan kami saat mencetak
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih
atas segalanya.
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
dengan rencana dan tanpa hambatan. Hasil penelitian ini merupakan salah satu
syarat untuk penyelesaian studi pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Adapun judul hasil penelitian ini adalah Pengaruh Pemberian Jenis Annelida
Bapak Ir. T. Iskandar Johan, M.Si, dan teman-teman yang telah memberi
penelitian, jika masih ada kesalahan dan kekurangan baik isi maupun tulisan
penulis mengharapkan kritik dan saran dari segala pihak agar dapat
kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL.................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ........................................................................ 3
1.4. Hipotesis .................................................................................... 3
1.5. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.6. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
iii
4.2. Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Ikan Gabus ....................... 29
4.3. Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Ikan Gabus .................... 31
4.4. Laju Pertumbuhan Harian Benih Ikan Gabus ......................... 33
4.5. Konversi Pakan (Food Convertion Ratio) ............................... 35
4.6. Parameter Kualitas Air ............................................................ 37
LAMPIRAN ............................................................................................. 34
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
11. Analisis Variansi Terhadap Laju Pertumbuhan Harian Ikan Gabus ... 57
vii
I. PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai jenis ikan air tawar yang cukup banyak salah satunya
adalah ikan gabus. Ikan gabus merupakan ikan lokal yang tersebar luas di
beberapa daerah seperti Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Ikan ini sangat digemari
karena mempunyai daging yang tebal dan rasa yang khas. Pengembangan
terhadap ikan gabus yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi sangat perlu
Selain itu untuk menjaga kelestarian populasi ikan gabus di perairan umum.
menurunnya populasi ikan gabus yang ada di alam. Oleh karena itu penyediaan
Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu komoditas air tawar yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi karena ikan ini memiliki kandungan protein
yang tinggi, selain itu daging ikan gabus juga mengandung albumin. Ikan gabus
memiliki bentuk kepala menyerupai ular sehingga disebut snake head dan dikenal
juga dengan nama lokal ikan delanak, bocek, atau haruan. Ikan gabus terdapat di
perairan umum seperti sungai, danau, rawa-rawa dan kanal (Muslim, 2012).
Nugroho (2013) menyatakan bahwa ikan gabus merupakan ikan air tawar
memiliki kandungan protein yang tinggi sebesar 25% dan kandungan albumin
6,22% dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya seperti ikan bandeng
1
Ikan gabus merupakan ikan karnivora dengan makanan utamanya adalah
udang, katak, cacing, serangga, dan semua jenis ikan. Pada masa larva ikan gabus
yang baik sangat dibutuhkan pakan dalam jumlah yang cukup dan bermutu baik,
pakan tersebut hendaknya mudah diperoleh, harganya murah dan yang paling
penting pakan tersebut disukai oleh ikan. Salah satu pakan alami yang dapat
dimanfaatkan dan mudah ditemukan adalah cacing dan memiliki kandungan gizi
bernapas melalui kulitnya. Filum annelida terdapat sekitar 15.000 spesies dan
hidup di air tawar, air laut, dan di tanah. Annelida memiliki kandungan gizi
Jenis annelida yang sering digunakan adalah cacing sutra (Tubifex sp.),
cacing tanah (Lumbricus rubellus) cacing susu (Perionx sp.) dan cacing nipah
dimanfaatkan sebagai potensi sebagai pakan ikan. Oleh karena itu, perlu
2
1.2. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini perlu adanya batasan masalah agar terarah dan tidak
menyimpang dari masalah dan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk lebih jelas apa
2. Untuk mengetahui jenis annelida mana yang baik untuk kelulushidupan dan
3
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
perikanan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ikan gabus atau snake head merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
terdiri dari 2 jenis yaitu jenis Channa, terdapat 26 spesies di daerah Asia,
khususnya Malaysia dan Indonesia, dan Parachanna dengan 3 spesies yang hidup
didaerah Afrika Tropis. Beberapa ikan gabus memiliki tubuh yang kecil, sekitar
17 cm namun banyak juga yang memiliki tubuh yang besar, dan pernah
dilaporkan memiliki panjang mencapai 1,8 meter. Beberapa spesies dari ikan
gabus sangat bernilai bila dijadikan makanan, terutama di Indonesia, India, Asia
Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan yang hidup di perairan tawar.
Ikan gabus mampu bertahan hidup selama musim kemarau dengan hidup di
lumpur danau, rawa, dan kanal. Ikan gabus mempunyai ciri-ciri tubuh memanjang
dengan kepala berbentuk pipih dan lebar bersisik, sirip punggung pada ikan gabus
lebih panjang dibandingkan sirip ekor dan warna tubuh pada bagian punggung
hijau kehitaman dan pada bagian perutnya bewarna putih (Ardianto, 2015)
5
Santoso (2009) menyatakan bahwa ikan gabus tergolong labirintchy yaitu
oksigen dari udara langsung. Ikan gabus juga mampu bergerak dalam jarak yang
jauh pada musim kemarau untuk mencari sumber air. Ikan gabus biasanya pada
saat juvenile berenang secara berkelompok dan pada saat sudah dewasa akan
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Agtinopterigii
Ordo : Perciformes
Family : Chanidae
Genus : Channa
Ikan gabus memiliki bagian punggung cembung, perut rata dan kepala pipih
seperti ular (snake head) warna tubuh pada bagian punggung hijau kehitaman dan
bagian perut berwarna krem atau putih. Sirip ikan gabus tidak memiliki jari-jari
keras, mempunyai sirip punggung dan sirip anal yang panjang dan lebar, sirip
ekor berbentuk setengah lingkaran, sirip dada lebar dengan ujung membulat. Ikan
gabus dapat tubuh mencapai panjang 90 – 110 cm di alam dengan ukuran rata-rata
6
Ikan gabus mempunyai ciri-ciri seluruh tubuh dan kepala ditutupi sisik
sikloid dan stenoid. Bentuk badan hampir bundar di bagian depan dan pipih tegak
ke arah belakang sehingga disebut ikan berkepala ular (snake head), panjang dan
Talwar dan Jhingran (2001) menyatakan bahwa bukaan mulut ikan gabus
lebar dan memiliki 4-7 gigi kanin pada bagian rahang bawah. Pada bagian
belakang gigi kanis terdadapat gigi villiform yang melebar sampai 6 baris pada
bagian belakang rahang. Sirip dada setengah dari panjang kepala dan terdiri 15-17
duri. Sirip punggung terdiri dari 37-46 duri, sirip dubur terdiri dari 23-29 duri,
sirip perut terdiri dari 6 duri. Sirip ekor berbentuk bulat. Sisik di bagian atas
kepala berukuran besar, melingkar, berhimpitan, dan sisik kepala di bagian depan
sebagai pusatnya, 9 baris sisik terdapat diantara bagian preoperculum dan batas
posterior dari lingkaran yang terdiri dari 18-20 sisik predorsal, 50- 57 sisik
dibagian lateral yang biasa disebut sebagai sisik orbit. Ikan gabus pada umumnya
coklat muda dan dibagian perut berwana keputih-putihan, namun sering kali
Ikan gabus merupakan jenis ikan air tawar yang dapat hidup di sungai,
danau, kolam, bendungan, rawa, banjiran, sawah bahkan parit, dan air payau
(Syafei et al., 1995). Selain di perairan tawar (sungai, rawa-rawa, selokan, sawah),
ikan gabus juga ditemukan di perairan payau/agak asin. Ikan gabus dapat
ditemukan di perairan dataran rendah dan juga di dataran tinggi. Hal ini
7
dalam kondisi yang sangat ekstrim (rawa-rawa kering) ikan ini dapat
mempertahankan diri dengan cara mengubur diri dalam lumpur (Muslim, 2012).
Chandra dan Tanun (2014) menyatakan bahwa ikan gabus salah satu jenis
ikan asli perairan indonesia dan termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang
mempunyai penyebaran yang luas, dan secara alami dapat hidup di danau, sungai,
Muslim (2007) menyatakan bahwa ikan gabus mampu menghirup udara dari
atmosfer karena memiliki organ napas tambahan pada bagian atas insangnya. Hal
ini juga yang membuat ikan tersebut mampu bergerak dalam jarak jauh pada
kondisi, dan populasi ikan di suatu tempat. Jenis pakan suatu spesies ikan
umumnya tergantung dengan usia, wilayah tinggal dan musim (Amri dan
Khairuman, 2002).
makanan, dan banyaknya makanan. Namun kebiasaan cara ikan makan sangat
berkaitan dengan faktor musim, wilayah tinggal dan caranya mencari makan
siklus hidup, keadaan lingkungan, musim, serta jenis makanan ikan. Terdapat
berbagai faktor yang bisa mempengaruhi kebiasaan makanan ikan meliputi tempat
hidup, kesukaan pada suatu jenis makanan, musim, besar tubuh, serta umur.
8
Ikan gabus merupakan ikan karnivora dengan makanan utamanya adalah
udang, katak, cacing, serangga, dan semua jenis ikan. Pada masa larva ikan gabus
udang, cacing dan ikan kecil (Allington, 2002). Sementara itu menurut Anonim
(2002) pada fase pasca-larva ikan gabus memakan makanan yang mempunyai
kuantitas yang lebih besar seperti Daphnia dan Cyclops, sedangkan ikan dewasa
Ikan gabus di alam yang memiliki kisaran panjang total sebesar 5-14 cm
makanannya adalah serangga, udang, cacing, detritus, ikan kecil dan potongan
alami ataupun makanan buatan. Terdapat berbagai macam pakan dari alam yang
bisa didapatkan ikan bergantung kepada spesies ikannya. Pakan alami yang bisa
musim, serta jenis makanan ikan. Terdapat berbagai faktor yang bisa
suatu jenis makanan, musim, besar tubuh, serta umur. Berubahnya kondisi
wilayah sebuah perairan akan menyebabkan berubah pula ketersediaan pakan, dan
9
2.4.1. Pellet dan Kualitas Pellet
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi dari campuran
baku, dan nilai ekonomis pakan. Pakan yang memiliki pertimbangan yang baik,
akan menghasilkan pakan buatan yang disukai oleh ikan, tidak mudah hancur
gizi ikan. Pakan buatan diolah dengan campuran dari bahan-bahan baku yang
memiliki mutu yang baik dan dibuat dalam bentuk tertentu sehingga tercipta daya
jumlah nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan, karena setiap spesies ikan memiliki zat
gizi pakan yang berbeda-beda tergantung pada ukuran dan keadaan lingkungan
hidup tersebut. Nilai nutrisi pakan dapat dilihat dari komposisi gizinya seperti
10
2.4.2. Cacing Sutra (Tubifex sp.)
diperoleh dari sungai yang memiliki dasar perairan yang berlumpur dengan aliran
air yang tenang dan memiliki sumber bahan organik tinggi, oleh sebab itu media
habitat kesukaannya.
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubifisidae
Genus : Tubifex
Cacing sutra (Tubifex sp.) memiliki warna tubuh yang dominan kemerah-
merahan. Ukuran tubuhnya sangat ramping dan halus dengan panjang individu
berkisar antara 2-4cm. Cacing sutra hidup dengan membentuk koloni di perairan
11
jernih yang kaya bahan organik. Kebiasaan cacing sutra yang berkoloni antara
satu individu dan individu lain sehingga sulit untuk dipisahkan (Khairuman dan
Sihombing, 2008).
akan keluar melalui ujung kokon secara enzymatik. Perkembangan embrio pada
cacing sutra pertama kali menghasilkan kokon setelah berumur 40-45 hari. Jadi
daur hidup cacing sutra dari telur hingga menetas membutuhkan waktu 50-57 hari
(Suharyadi, 2012).
Cacing sutra bisa digunakan menjadi makanan alami bagi benih atau anakan
ikan, sebab cacing sutra mempunyai tekstur dan wujud yang cocok dengan mulut
anakan ikan. Manfaat lain dari cacing sutra pada perairan adalah menjadi
tersebut menyebabkan unsur logam dalam tubuh cacing sutra juga banyak.
alami lainnya, misalkan Daphnia dan Moina (Santoso dan Hernayanti, 2004).
kandungan oksigen terlarut berkisar antara 2,75-5 mg/l, kandungan amonia <1
mg/l, suhu air berkisar antara 28-30°C dan pH air antara 6-8 (Syafriadiman dan
Masril, 2013).
12
Cacing sutra memiliki kandungan nutrien yang cukup tinggi sehingga cocok
untuk benih ikan dengan kandungan protein (57%), lemak (13,3%), serat kasar
(hewan tidak bertulang belakang) sehingga memiliki struktur tubuh lunak. Cacing
tanah salah satu hewan yang masuk dalam golongan filum Annelida karena
cacing ini memiliki ukuran tubuh yang kecil dengan panjang 8-14 cm dan
gerakannya relatif lambat. Bagian punggung memiliki warna cokelat cerah hingga
ungu kemerahan, perut berwarna krem, dan ekor berwarna kekuningan bentuk
kokon, cacing muda (junevil), cacing produktif dan cacing tua. Lama siklus hidup
13
cacing tanah. Kokon yang dihasilkan dari cacing tanah muda ini akan menetas
setelah umur 14-21 hari. Setelah menetas, cacing tanah muda ini akan hidup dan
dapat mencapai dewasa dalam waktu 2,5-3 bulan. Saat dewasa cacing tanah akan
menghasilkan kokon dari perkawinannya yang berlangsung selama 6-10 hari dan
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Opisthophora
Subordo : Lumbricina
Famili : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Nutrisi yang terkandung pada tubuh cacing tanah antara lain protein 76%
karbohidrat 17%, abu 1,5%, lemak 7-10 %. Sedangkan bahan kadar keringnya
16,38%, kandungan protein 53,5% - 1,5% dimiliki oleh cacing tanah ini dengan
biparental, serta peka terhadap cahaya, sentuhan, dan gerakan. Panjang tubuh
cacing susu antara 8-14 cm dengan jumlah segmen 95-100 segmen. Warna tubuh
coklat cerah dan kemerah-merahan, warna tubuh bagian tengah krem, dan bagian
14
ekor kekuning-kuningan gerakannya lamban dan kadar air tubuh cacing susu
memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Cacing susu mempunyai banyak
pakan bagi ikan, ternak dan hewan piaraan, serta bahan obat, dan kosmetik
(Sihombing, 1999).
Kandungan gizi pada cacing tanah cukup tinggi, yaitu berkisar 71,8%
protein, 16,6% lemak, 9,99% karbohidrat dan 446,3 kal (Komarudin, 2008).
Habitat cacing nipah sangat spesifik yang hanya ditemukan pada perakaran
pohon nipah. Habitat ini cenderung membentuk kondisi yang khas berupa habitat
kecil (mikrohabitat) sifat cacing nipah yang selalu membenamkan diri dalam
lumpur (Junardi, 2008). Cacing nipah memiliki warna yang merah muda dan
panjang tubuh saat meregang dapat mencapai 250 cm. Cacing ini termasuk dalam
15
Klasifikasi cacing nipah menurut M.J. Schaleiden (1881) sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Class : Polychaeta
Family : Nereididae
Subfamily : Namanereidinae
Genus : Namalycastis
protein 70%, karbohidrat, lemak 11,32% dan abu 14,34% (Hermawan et al. 2015).
sebagai indikator dalam mengetahui efektivitas pakan dan salah satu parameter
yang digunakan untuk menambah jumlah pakan yang dapat dimanfaatkan oleh
pemberian pakan, dengan kata lain nilai konversi pakan yang semakin rendah
16
maka kualitas pakan yang diberikan termanfaatkan dengan baik oleh tubuh ikan
(Sulawesty, 2014).
mengetahui kualitas pakan yang diberikan untuk pertumbuhan ikan besar dan
kecilnya nilai konversi pakan dapat dihasilkan dari jumlah konsumsi pakan
dengan bertambahnya berat tubuh populasi dengan interval waktu. Semakin kecil
nilai konversi pakan, tingkat keefisiensinan suatu pakan tersebut baik. Sebaliknya
bila nilai konversi pakan besar, tingkat keefisiensinan dalam pemberian pakan
kurang baik.
pakan dipegaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kualitas dan kuantitas pakan,
spesies, ukuran dan kualitas air. Kualitas air yang sesuai pada kisaran toleransi
2.6. Kelulushidupan
percobaan dengan jumlah individu pada awal percobaan. Faktor biotik yang
mempengaruhi sintasan yaitu sifat fisik dan kimia dari suatu lingkungan perairan
(Rika, 2008).
beberapa waktu dibandingkan dengan jumlah benih pada awal pemeliharaan dan
17
pertumbuhan ikan, maka perlu makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan.
Makanan yang telah dimakan oleh ikan digunakan untuk kelulushidupan dan
stress, dan keberadaan bibit penyakit. Faktor dari dalam tubuh adalah kemampuan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan umur ikan. Kemampuan
renang ikan juga mempengaruhi kelulushidupan ikan. Ikan yang hanya memiliki
dalam mencari makan terbatas. Maka dari itu ikan cendrung hanya dapat
Pemilihan pakan alami oleh ikan juga erat hubungannya dengan ukuran
bukaan mulut ikan tersebut, ketersediaan pakan alami dalam media pemeliharaan
ikan, keaktifan berenang ikan, sifat gerak pakan alami, serta kemampuan cerna
2.7. Pertumbuhan
panjang dan berat pada waktu tertentu atau perubahan kalori yang tersimpan
berat, atau volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan secara fisik dapat
dilihat dengan adanya perubahan jumlah atau ukuran sel penyusun jaringan tubuh
pada periode waktu tertentu. Secara energetik, pertumbuhan dapat dilihat dengan
18
adanya perubahan kandungan total energi tubuh dan periode waktu tertentu.
Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi bebas setelah energi yang
tersedia pada pakan untuk metabolisme, proses pencernaan dan aktivitas (Fujaya,
2004).
satuan waktu.
dari dalam. faktor dari luar berupa suhu, kimia perairan dan pakan. Sedangkan
faktor dari dalam meliputi sifat, keturunan, umur. ketahanan terhadap penyakit
air merupakan media hidup bagi organisme akuakultur yang dibudidayakan, selain
itu kualitas air merupakan salah satu faktor yang penting untuk kelulushidupan
dan pertumbuhan ikan. Ikan gabus memiliki tingkat kelulushidupan yang tinggi
karena ikan gabus dapat hidup tumbuh dan berkembang pada kondisi lingkungan
Suhu dijadikan sebagai faktor pembatas bagi semua makhluk hidup. Suhu
berbeda-beda bagi kehidupannya. Misalnya untuk jenis ikan gabus yang memiliki
19
kisaran suhu optimum 32º C dalam kasus lain ikan diperairan yang sama tidak
pertumbuhan ikan Gabus berkisar antara 25,5 ºC- 32,7 ºC. Kisaran suhu tersebut
biasanya terjadi pada daerah yang beriklim tropis sperti Indonesia sehingga
ikan.
Derajat keasaman (pH) juga dapat membatasi hidup ikan karena setiap jenis
mempunyai pH netral, kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah.
Nilai pH yang ideal untuk kehidupan organisme air pada umumnya antara 7–8,5.
Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan berdapak
konsentrasi amoniak yang bersifat toksik (racun) bagi organisme (Barus, 2004).
biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi yang akan berakhir pada pH yang
rendah.
yang ada, maka aktivitas organisme akan terhambat. Oleh karena itu harus
20
Khairuman (2008) menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut dalam air
ikan menyebabkan penurunan daya hidup ikan yang mencakup seluruh aktifitas
energi dalam proses nitrifikasi bakteri aerobik. Pada air ammonia berada dalam
dua bentuk yaitu ammonia tidak terionisasi dan ammonia terionisasi. Ammonia
yang tidak terionisasi bersifat racun dan akan mengganggu syaraf pada ikan
sedangkan ammonia yang terionisasi memiliki kadar racun yang rendah. Daya
racun ammonia dalam air akan meningkat saat kelarutan oksigen rendah.
21
III. METODE PENELITIAN
Universitas Islam Riau, Pekanbaru. Waktu penelitian ini dilakukan selama 28 hari
1. Benih ikan gabus yang memiliki rata-rata berat tubuh 0,8 gram dan panjang
3 cm yang diperoleh dari UPR milik Joni Keluruhan Air Dingin Kecamatan
2. Pellet PF1000, cacing sutra (Tubifex sp.) dan cacing nipah (Namalycastis
rhodochorde) yang dibeli di daerah Sail, cacing susu (Perionx sp.) dan
1. Kolam Balai Benih Ikan (BBI) Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau.
22
8. Ember untuk menampung ikan uji pada saat pengukuran.
11. Pisau untuk mencincang cacing agar sesuai dengan bukaan mulut ikan uji
a) Persiapan Wadah
Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan gabus yang
memiliki rata-rata berat tubuh 0,8 gram dan panjang 4 cm diperoleh dari UPR
milik Joni Kelurahan Air Dingin Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru.
c) Penyediaan pakan
Cacing sutra yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari sungai sail
dimana cacing sutra merupakan hasil tangkapan dari alam. Cacing tanah diperoleh
dari hasil budidaya yang berada di Pekanbaru tepatnya di jalan Paus, sedangkan
cacing susu dan cacing nipah yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari
toko pancing yang ada di Pekanbaru dengan membeli cacing selama penelitian
ditoko yang sama, sehingga kandungan gizi yang ada pada cacing pun tetap sama.
d) Pemberian Pakan
dimana pakan yang diberikan sebanyak 5% dari berat tubuh dengan frekuensi
23
e) Pengukuran parameter kualitas air
Selama penelitian dilakukan pengukuran kualitas air yaitu suhu dan pH,
dilakukan setiap memberikan pakan ikan yaitu pada pagi, siang dan sore.
secara acak. Adapun model umum rancangan acak lengkap adalah sebagai
berikut:
Yij = U + Ti + Eij
Keterangan:
24
3.3.3 Hipotesis dan Asumsi
wadah penelitian yang digunakan sama, baik sifat fisik, kimia dan biologi,
keadaan ikan sama, dan kemampuan ikan memanfaatkan makanan dianggap sama
berat, panjang, dan kelulushidupan ikan uji. Pengamatan yang dilakukan sebagai
berikut :
a) Kelulushidupan
jumlah ikan uji yang dimasukkan dan diakhir penelitian (28 hari). Data yang
S=
Dimana :
25
b) Pertumbuhan Berat
Bm = Bt – B0
Dimana :
c) Pertumbuhan Panjang
Lm = Lt – L0
Dimana :
a = t√
Keterangan :
26
3.4. Analisis Data
proses penelitian. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan parameter kualitas air pada benih ikan gabus (Channa striata) dengan
pemberian pakan annelida yang berbeda yaitu pelet PF1000 sebagai kontrol,
cacing sutra (Tubifex sp.), cacing tanah (Lumbricus rubellus), cacing susu
di awal penelitian dengan jumlah ikan di akhir penelitian yang di mana dinyatakan
dalam presentase (%). Maka dari itu setelah dilakukan penelitian setelah 28 hari
maka di proleh data dan rata-rata kelulushidupan benih ikan gabus pada setiap
Tabel 4.1. Rerata Kelulushidupan Ikan Gabus (C. striata) Selama Penelitian.
Jumlah Ikan (Ekor)
Perlakuan Rerata (%)
Awal Akhir
P0 10 10 100
P1 10 10 100
P2 10 10 100
P3 10 10 100
P4 10 10 100
Keterangan : Perlakuan P0 = Pellet (kontrol) 100%
Perlakuan P1 = Cacing Sutra 100%
Perlakuan P2 = Cacing Tanah 100%
Perlakuan P3 = Cacing Susu 100%
Perlakuan P4 = Cacing Nipah 100%
28
Dapat dilihat pada tabel 4.1 terlihat bahwa masing-masing perlakuan terdiri
atas 10 ekor benih ikan gabus. Presentase kelulushidupan benih ikan gabus pada
perlakuan P0 hingga P4 adalah 100%, karena tidak ada satu ekor pun yang mati
selama masa penelitian. Kelulushidupan benih ikan gabus dapat bertahan dengan
baik disebabkan ikan gabus memiliki imunitas yang tinggi atau daya tahan tubuh
mempunyai daya tahan tubuh yang besar terhadap penyakit asalkan kondisi
badannya tidak diperlemah oleh suatu sebab, baik yang berasal dari penyakit
kelulushidupan ikan gabus dapat bertahan sampai akhir penelitian adalah dengan
pemberian pakan yang tepat baik dari jenis atau kandungan gizi yang diberikan
pada ikan gabus tersebut. Pakan yang baik adalah pakan yang memiliki
pertumbuhan dan mobilitas karena kandungan gizi pakan yang tidak mencukupi
29
Faktor-faktor tersebut juga harus seimbang agar dapat ditoleransi oleh
kelulushidupan saling berkaitan satu sama lain. Jika faktor kelulushidupan tidak
seimbang akan menyebabkan stress pada ikan. Begitu juga sebaliknya, jika faktor
kelulushidupan benih ikan seimbang maka pertumbuhan benih ikan gabus akan
baik.
Pertumbuhan berat mutlak benih ikan gabus diukur dari awal hingga akhir
penelitian. Pengukuran berat mutlak benih ikan gabus dilakukan sebanyak 4 kali
selama penelitian berlangsung dan dilakukan sekali 7 hari agar terlihat perbedaan
dengan jelas.
Pada penelitian ini, pengukuran berat mutlak ikan gabus ini menggunakan
metode sampling dengan mengambil benih ikan gabus 5 ekor pada setiap
Pengukuran berat mutlak setiap perlakuan dibuat pada tabel yang dapat dilihat
pada Lampiran 6. Kemudian hasil dari pengukuran rata-rata berat mutlak benih
ikan gabus pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
30
Tabel 4.2. Rerata Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Gabus (C. striata) Selama
Penelitian.
Berat Benih Ikan Gabus (gr)
Perlakuan Rerata berat mutlak (gr)
Awal Akhir
P0 2,94 9,77 6,83
P1 2,94 10,23 7,29
P2 2,94 10,33 7,40
P3 2,94 10,07 7,10
P4 2,94 9,93 6,99
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa berat rata-rata awal benih
ikan gabus sama setiap perlakuan yaitu 2,94 gr. Pada pengukuran akhir berat rata-
rata benih ikan gabus mengalami perbedaan diantaranya P0 sebesar 9,77 gr, P1
sebesar 10,23 gr, P2 sebesar 10,33 gr, P3 sebesar 10,07 gr dan P4 sebesar 9,93 gr.
Adapun hasil rata-rata pertumbuhan berat mutlak benih ikan gabus dapat dilihat
pada gambar 7.
10,40
10,30
Rata-rata Berat Mutlak (cm)
10,20
10,10
10,00
9,90
10,33
9,80 10,23
10,07
9,70
9,93
9,60 9,77
9,50
9,40
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
mutlak benih ikan gabus yang sangat jelas. Rata-rata pertumbuhan berat mutlak
yang terendah terdapat pada perlakuan P0 sebesar 9,77 gr. Sedangkan rata-rata
pertumbuhan berat mutlak benih ikan gabus yang tertinggi terdapat pada
31
perlakuan P2 sebesar 10,33 gr. Perbedaan hasil rata-rata berat mutlak ini tidak
pakan cacing tanah ini mengandung kandungan protein yang tinggi daripada
perlakuan lainnya. Selain itu cacing tanah juga lebih mudah dicerna oleh benih
ikan gabus. Menurut Komarudin (2008) kandungan gizi pada cacing tanah cukup
tinggi, yaitu berkisar 71,8% protein, 16,6% lemak, 9,99% karbohidrat dan 446,3
kal. Kemudian Resky (2019) menambahkan bahwa ikan dapat tumbuh dengan
baik apabila pakan yang diberikan dapat dicerna dengan baik, pakan yang
diberikan juga harus memiliki kandungan nutrisi yang sesuai untuk metabolisme
paling rendah. Hal ini dikarenakan bahwa pelet memiliki kandungan protein yang
lebih rendah. Hal ini didukung oleh pernyataan Sasanti dan Yulisman (2012),
terdapat dalam pakan ikan yang diberikan belum dapat mencukupi kebutuhan
Ikan gabus merupakan salah satu ikan predator dan lebih menyukai
makanan yang amis atau berbau menyengat. Menurut Liang et al. (1998) Ikan
32
Berdasarkan uji Analisis Variansi (ANAVA) diperoleh Fhitung (3,94) >
berbeda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak benih ikan gabus.
pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gabus ini dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Rerata Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Ikan Gabus (C. striata)
Selama Penelitian.
Panjang Benih Ikan Gabus (cm)
Perlakuan Rerata Panjang Mutlak (cm)
Awal Akhir
P0 6,50 8,20 1,70
P1 6,50 8,33 1,83
P2 6,50 8,93 2,43
P3 6,50 8,30 1,80
P4 6,50 8,23 1,73
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa panjang rata-rata benih ikan
gabus awal masa pemeliharaan dari perlakuan P0 hingga P4 sama yaitu sebesar
6,50 cm. Sedangkan pada akhir penelitian panjang rata-rata benih ikan gabus
terlihat perbedaan diantaranya P0 sebesar 8,20 cm, P1 sebesar 8,33 cm, P2 sebesar
8,93 cm, P3 sebesar 8,30 cm dan P4 sebesar 8,23 cm. Untuk mendapatkan
pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gabus ini dilakukan pengurangan antara
rata-rata panjang akhir dengan rata-rata panjang awal benih ikan gabus. Hasil
pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gabus dapat dilihat jelas pada gambar 8.
33
3,50
3,00
1,83 1,80
1,50 1,70 1,73
1,00
0,50
0,00
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
benih ikan gabus pada setiap perlakuan. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak
yang terendah terdapat pada perlakuan P0 sebesar 1,70 cm, sedangkan rata-rata
pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gabus yang tetinggi terletak pada
dikarenakan pakan yang diberikan kepada benih ikan selama penelitian memilki
terbaik terdapat pada perlakuan P2 yaitu pemberian cacing tanah sebagai pakan
benih ikan gabus. Penyerapan protein oleh benih ikan gabus terhadap cacing tanah
ini baik dan cepat sehingga petumbuhan ikan pun juga cepat. Hal ini sesuai
ditentukan oleh protein yang bisa diserap oleh ikan. Kemudian Saparinto (2009)
34
Berdasarkan uji Analisis Variansi (ANAVA) diperoleh Fhitung (4,91) >
gabus.
pertumbuhan berat ikan per hari. Untuk melihat hasil penelitian ini laju
Tabel 4.5. Rerata Laju Pertumbuhan Harian Ikan Gabus (C. striata) Selama
Penelitian.
Berat Ikan Gabus (gr) Rerata Laju Pertumbuhan
Perlakuan
Awal Akhir Harian (%)
P0 2,94 9,77 11,38
P1 2,94 10,23 12,16
P2 2,94 10,30 12,32
P3 2,94 10,07 11,88
P4 2,94 9,93 11,66
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa berat rata-rata benih ikan gabus
pada awal penelitian ini adalah 2,94 gr. Pada akhir penelitian, berat-rata-rata benih
ikan gabus berbeda pada setiap penelitian yaitu pada perlakuan P0 sebesar 9,77 gr,
P1 sebesar 10,23 gr, P2 sebesar 10,30 gr, P3 sebesar 10,7 gr dan P4 sebesar 9,93
gr. Rata-rata laju pertumbuhan harian benih ika gabus ini dijadikan dalam bentuk
35
12,50
11,88
(%) 11,50 11,66
11,38
11,00
10,50
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
benih ikan gabus dalam bentuk presentase. Rata-rata laju pertmbuhan harian benih
ikan gabus terendah terdapat pada perlakuan P0 sebesar 11,38%, sedangkan rata-
rata laju pertumbuhan harian benih ikan gabus yang tertinggi terletak pada
protein yang terdapat pada pakan ikan maka semakin cepat pertumbuhan ikan dan
efisiensi pakan semakin tinggi juga. Kekurangan protein pada tubuh ikan dapat
mendukung maka dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan menjadi cepat sesuai
36
jumlahnya tidak mencukupi dan kondisi lingkungannya tidak mendukung dapat
Menurut Webster dan Lim (2002) ikan gabus merupakan ikan golongan
karnivora yang bersifat predator. Secara alami ikan gabus membutuhkan pakan
yang mengandung protein yang lebih tinggi disbanding ikan air tawar lainnya.
berbeda berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan harian benih ikan gabus.
kualitas atau tingkat efisiensi pakan yang diberikan pada benih ikan gabus selama
penelitian. Pakan yang memiliki tingkat kualitas terbaik akan mempercepat laju
Tabel 4.6. Rerata Nilai Konversi Pakan Ikan Gabus (C. striata) Selama
Penelitian.
Konversi
Perlakuan Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) Jumlah Pellet
Pakan
P0 0,80 4,45 129,06 1,89
P1 0,80 5,72 98,24 1,35
P2 0,80 4,62 82,83 1,12
P3 0,80 4,11 104,74 1,47
P4 0,80 3,53 115,87 1,66
pelet pada setiap perlakuan. Pada perlakuan P0 sebesar 129,06 gr, P1 sebesar
98,24 gr, P2 sebesar 82,83 gr, P3 sebesar 104,74 gr dan pada P4 sebesar 115,87gr.
37
Kemudian rata-rata nilai konversi pakan selama penelitian ini dapat dilihat dengan
2,00
1,89
1,50 1,66
Konversi Pakan
1,47
1,35
1,00 1,12
0,50
0,00
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 10. Nilai Rerata Konversi Pakan Benih Ikan Gabus
gabus selama masa penelitian. Pada perlakuan P0 memiliki nilai konversi pakan
1,89, P1 memiliki nilai konversi pakan 1,35, P2 memiliki nilai konversi pakan
1,12, P3 memiliki nilai konversi pakan 1,47 dan pada P4 memiliki nilai konversi
pakan 1,66.
konversi pakan sebesar 1,89 gr yang merupakan nilai rata-rata konversi pakan
pakan sebesar 1,12 gr yang merupakan nilai rata-rata konversi pakan yang baik
berhubungan erat dengan kualitas pakan, sehingga semakin rendah nilainya, maka
semakin baik kualitas pakan dan makin efisien ikan dalam memanfaatkan pakan
38
Dari uji statistik diperoleh F hitung (1,07) < F tabel (3,48) dengan tingkat
ketelitian 95%. Hal ini pada hasil uji statistik menunjukkan hasil penelitian tidak
Parameter kualitas air yang diuji selama masa penelitian diantaranya adalah
pengukuran suhu kolam, derajat keasaman (pH), kecerahan, dan kedalaman air.
kelulushidupan benih ikan gabus yang diteliti. Jika kualitas perairan baik, maka
pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan gabus akan baik pula. Begitu
sebaliknya, jika kualitas air itu tidak baik maka ikan akan mudah strees, mudah
parameter kualitas air pada penelitian ini dapat dilihat dengan jelas pada Tabel
4.7.
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas hasil dari rata-rata pengukuran suhu perairan
24-32 °C, Derajat Keasaman (pH) perairan sebesar 6, kecerahan perairan 20-40
cm dan kadar oksigen sebesar 2-3 ppm. Hasil dari pengukuran parameter kualitas
air ini dapat dikatakan baik untuk pemeliharaan benih ikan gabus.
Pengukuran suhu perairan dilakukan setiap pagi dan sore hari selama
39
pertumbuhan dan kelulushidupan ikan gabus. Rata-rata suhu perairan selama
penelitian ini adalah 24-32 °C. Kisaran suhu yang diperoleh ini dikategorikan baik
atau dapat ditoleransi oleh benih ikan gabus. Hal ini dikatakan oleh Kordi (2011)
dilakukan satu kali dalam 2 minggu. Hasil rata-rata pH yang diperoleh selama
peneltian ini adalah 6. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pH perairan masih
bias ditoleransi oleh benih ikan gabus. Menurut Wardoyo (1975) kisaran pH
40 cm. Kecerahan air ini tergantung kepada padatan tersuspensi yang ada di
perairan. Selama masa penelitian air yang berada di wadah penelitian (kolam)
bewarna hijau. Hal ini berarti bahwa air kolam tersebut subur karena banyaknya
fitoplankton yang menjadi pakan alami bagi ikan. Menurut Yuliana et al. (2012)
perairan.
perairannya adalah 2-3 ppm. Kadar oksigen ini termasuk baik dan dapat
ditoleransi oleh benih ikan gabus. Menurut Huet (1971) kandungan oksigen
40
terlarut minimal 2 ppm sudah cukup mendukung kehidupan organisme perairan
gabus kandungan oksigen terlarut yang diperlukan minimal adalah 3 ppm. Kadar
oksigen merupakan faktor lingkungan yang sangat penting untuk kehidupan benih
ikan gabus. Apabila konsentrasi oksigen terlarut rendah, nafsu makan organisme
Dari hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan selama penelitian ini
terlihat bahwa benih ikan gabus dapat tumbuh dengan baik jika suhu perairan 24-
dan kedalaman perairan 1-1,5 m dan didukung dengan pemberian pakan yang
41
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
diberikan pakan jenis annelida berbeda yaitu menggunakan pelet PF1000 sebagai
perlakuan kontrol, cacing sutra (Tubifex sp.), cacing tanah (Lumbricus rubellus),
cacing susu (Perionx sp.) dan cacing nipah (Namalycastis rhodochorde) dan dapat
1. Pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan gabus yang diberi pakan jenis
pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gabus 2,43 cm, laju pertumbuhan
5.2. Saran
Saran yang disampaikan pada penelitian ini yaitu perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut tentang efisiensi dan frekuensi pemberian pakan menggunakan bahan
utama annelida untuk meningkatkan pertumbuhan benih ikan gabus yang lebih
baik.
42
DAFTAR PUSTAKA
Allington, N.L. 2002. Channa striatus. Fish Capsule Report for Biology of Fishes.
http://www.umich.edu/- bio440/fishcapsule96/channa.html.
Angrraeni dan N. Abdulgani. 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Pakan
Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)
pada Skala Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Vol 2, No 1. Halaman: 197.
Ardianto, D. 2015. Buku Pintar Budidaya Ikan Gabus. Yogyakatra: Flash Books.
Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Kasus Tentang Ekosistem Air
Daratan. USU Press. Medan.
43
Chandra, S and T. K. Tanun. 2014. Histopathological Analysis of the Respiratory
Organs of Channa striataI Subjected to Air Exposure. Veterinarski Arhiv
74 (1):37-52.
Fathia, N. 2016. Uji Sifat Fisik dan Mekanik Pakan Bantunan dengan Perekat
Tepung Tapioka. [ Skripsi]. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.
Hermawan, T.E.S.A, Agung Sudaryono dan S.B. Prayitno. 2015. Pengaruh Padat
Tebar Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan
Lele (Clarias gariepinus) dalam Media Biflok. Journal of Aquaculture
Managemenet and Technology. Vol 3. Nomor 3.
Huet, M. 1971. Texs book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish.
Fishing new (books) Ltd, London. 336 page.
Isnaini. 2011. Penilaian Kualitas Air dan Kajian Potensi Situ Salam Sebagai
Wisata Air di Universitas Indonesia. [Tesis]. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Indonesia.
Khairuman. 2008. Budidaya Lele Dumbo secara Intensif. Agro Media Pustaka,
Jakarta.
44
Khairuman, S. P. dan T. Sihombing. 2008. Peluang Usaha Budidaya Cacing
Sutra. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Kordi, K. M.G.H. 2011. Panduan Lengkap Bisnis dan Budidaya Ikan Gabus. Lily
Publisher. Yogyakarta.
Liang, X. F., Liu, J. K., dan Huang, B. Y. 1998. The Role of Sense Organs in the
Feeding Behaviour of Chinese Perch. Journal of Fish Biology 52: 1058-
1067.
Makmur, S. 2003. Biologi Ikan Gabus (Channa striata) Daerah Banjiran Sungai
Musi Sumatera Selatan. [Tesis]. Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 59
hal.
Muslim. 2007. Potensi Rawa Lebak Lebung untuk Pengembangan Budidaya Ikan
Air Tawar di Sumatera Selatan. Prodi Budidaya Perairan. Fakultas
Pertanian. UNSRI. Palembang.
Mutaqin, Z. 2006. Pola Sebaran Hama dan Penyakit Ikan yang Disebabkan oleh
Penyakit dan Bakteri pada Beberapa Provinsi di Indonesia. Skripsi. Institut
Pertanian Bogar. Fakultas Kedokteran Hewan. Bogor. (Dipublikasikan).
45
Nurcahyo, S. 2008. Pemberian Levamisol dan Vitamin C secara Oral pada Ikan
Gurami (Osphoronemus gouramy Lac.). Skripsi, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Muhammaddiyah Purwokerto. Purwokerto.
Ramadhana, S., N.A. Fauzana dan P, Ansyari. 2012. Pemberian Pakan Komersil
Dengan Penambahan Probiotik yang Mengandung Lactobacillus sp.
Terhadap Kecernaan dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Fish Scientiae. Vol. 2 (4): 178-187.
Sinaga, T.P, M. F. Rahadjo dan S. Djaja Subardja. 2010. Bioekotogi Ikan Gabus
(Channa striata) pada Aliran Sungai Banjaran Purwokerto. Prosiding
Seminar Nasional Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ikan. Hal. 133 –
140.
Soetomo. 2000. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru Algensindo.
Jakarta.
46
Suharyadi. 2012. Studi Penumbuhan dan Produksi Cacing Sutra (Tubifex sp.)
dengan Pupuk yang Berbeda dalam Sistem Resirkulasi. Thesis. Universitas
Terbuka. 116 hlm.
Syafriadiman dan Masril. 2013. Biomassa Tubifex dalam Media Kultur yang
Berbeda. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau.
Pekanbaru. (Tidak Diterbitkan). 52 halaman.
Webster, C.D and C. Lim. 20202. Nutrient Requirements and Feeding of Finfish
for Aquaculture. CABI Publishing. CAB International Waltingford Oxon
OX10 8DE. UK. 41p.
47