Adpu4333.2 Administrasi Keuangan
Adpu4333.2 Administrasi Keuangan
Adpu4333.2 Administrasi Keuangan
Menurut Richard Musgrave, terdapat tiga fungsi utama pemerintah dalam mengelola keuangan negara:
Fungsi Alokasi: Menyediakan barang dan jasa publik yang tidak dapat disediakan oleh sektor
swasta secara efisien, seperti pertahanan, keamanan, dan infrastruktur.
Fungsi Stabilisasi: Menjaga stabilitas ekonomi makro melalui kebijakan fiskal dan moneter untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan tingkat pengangguran yang rendah.
Fungsi Distribusi: Mengurangi ketimpangan pendapatan dan kekayaan melalui kebijakan fiskal
seperti pajak progresif dan program jaring pengaman sosial.
Berdasarkan teori Musgrave dan analisis terhadap kondisi di Indonesia, fungsi distribusi dianggap
kurang berjalan dengan baik dan memerlukan perhatian lebih. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa
indikator, seperti:
Tingginya tingkat ketimpangan pendapatan: Koefisien Gini Indonesia masih tergolong tinggi,
menunjukkan ketimpangan yang signifikan antara kelompok kaya dan miskin.
Akses yang tidak merata terhadap layanan publik: Masyarakat miskin dan rentan masih
mengalami kesulitan dalam mengakses layanan publik dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan
perumahan.
Ketidakcukupan program jaring pengaman sosial: Program jaring pengaman sosial yang ada
masih belum mampu menjangkau seluruh masyarakat miskin dan rentan, sehingga mereka
masih terjebak dalam siklus kemiskinan.
UU Keuangan Negara mengatur tentang kebijakan anggaran surplus/defisit. Dalam praktiknya, APBN
Indonesia hampir setiap tahun mengalami defisit, dengan kata lain, belanja negara lebih besar daripada
pendapatan negara.
* Meningkatnya utang negara: Defisit yang terus menerus akan meningkatkan utang negara, yang pada
akhirnya dapat membebani generasi mendatang.
* Tekanan inflasi: Belanja pemerintah yang besar dapat memicu inflasi jika tidak diimbangi dengan
peningkatan pendapatan negara.
* Ketergantungan pada sumber pendanaan eksternal: Defisit yang besar dapat membuat negara
bergantung pada sumber pendanaan eksternal, seperti pinjaman dari luar negeri, yang dapat
menimbulkan risiko stabilitas keuangan.
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi defisit anggaran, baik pada
masa Orde Baru maupun saat ini. Berikut adalah beberapa perbandingannya:
Orde Baru:
Penerapan kebijakan pembangunan ekonomi yang berfokus pada pertumbuhan: Kebijakan ini
mendorong peningkatan pendapatan negara melalui sektor migas dan manufaktur.
Pengawasan fiskal yang ketat: Pemerintah Orde Baru menerapkan kontrol yang ketat terhadap
pengeluaran anggaran dan menekan inefisiensi birokrasi.
Penerapan pajak yang progresif: Pajak progresif diberlakukan untuk meningkatkan pendapatan
negara dari kelompok kaya.
Masa Kini:
Sumber