Adpu4333.2 Administrasi Keuangan

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

1.

Fungsi Pemerintah dan Pelaksanaannya di Indonesia

Menurut Richard Musgrave, terdapat tiga fungsi utama pemerintah dalam mengelola keuangan negara:

 Fungsi Alokasi: Menyediakan barang dan jasa publik yang tidak dapat disediakan oleh sektor
swasta secara efisien, seperti pertahanan, keamanan, dan infrastruktur.
 Fungsi Stabilisasi: Menjaga stabilitas ekonomi makro melalui kebijakan fiskal dan moneter untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan tingkat pengangguran yang rendah.
 Fungsi Distribusi: Mengurangi ketimpangan pendapatan dan kekayaan melalui kebijakan fiskal
seperti pajak progresif dan program jaring pengaman sosial.

Berdasarkan teori Musgrave dan analisis terhadap kondisi di Indonesia, fungsi distribusi dianggap
kurang berjalan dengan baik dan memerlukan perhatian lebih. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa
indikator, seperti:

 Tingginya tingkat ketimpangan pendapatan: Koefisien Gini Indonesia masih tergolong tinggi,
menunjukkan ketimpangan yang signifikan antara kelompok kaya dan miskin.
 Akses yang tidak merata terhadap layanan publik: Masyarakat miskin dan rentan masih
mengalami kesulitan dalam mengakses layanan publik dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan
perumahan.
 Ketidakcukupan program jaring pengaman sosial: Program jaring pengaman sosial yang ada
masih belum mampu menjangkau seluruh masyarakat miskin dan rentan, sehingga mereka
masih terjebak dalam siklus kemiskinan.

2. Kebijakan Anggaran Surplus/Defisit dan Implementasinya di Indonesia

UU Keuangan Negara mengatur tentang kebijakan anggaran surplus/defisit. Dalam praktiknya, APBN
Indonesia hampir setiap tahun mengalami defisit, dengan kata lain, belanja negara lebih besar daripada
pendapatan negara.

Terdapat beberapa argumen yang mendukung kebijakan anggaran defisit, yaitu:

 Mendorong pertumbuhan ekonomi: Belanja pemerintah dapat mendorong pertumbuhan


ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan permintaan agregat.
 Menanggulangi krisis ekonomi: Defisit anggaran dapat digunakan untuk membiayai program-
program stimulus ekonomi saat terjadi krisis.
 Memenuhi kebutuhan investasi: Defisit anggaran dapat digunakan untuk membiayai investasi
dalam infrastruktur dan sumber daya manusia, yang akan meningkatkan produktivitas ekonomi
di masa depan.
Namun, kebijakan anggaran defisit juga memiliki risiko, seperti:

* Meningkatnya utang negara: Defisit yang terus menerus akan meningkatkan utang negara, yang pada
akhirnya dapat membebani generasi mendatang.

* Tekanan inflasi: Belanja pemerintah yang besar dapat memicu inflasi jika tidak diimbangi dengan
peningkatan pendapatan negara.

* Ketergantungan pada sumber pendanaan eksternal: Defisit yang besar dapat membuat negara
bergantung pada sumber pendanaan eksternal, seperti pinjaman dari luar negeri, yang dapat
menimbulkan risiko stabilitas keuangan.

3. Upaya Penanganan Defisit Anggaran: Orde Baru vs. Masa Kini

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi defisit anggaran, baik pada
masa Orde Baru maupun saat ini. Berikut adalah beberapa perbandingannya:

Orde Baru:

 Penerapan kebijakan pembangunan ekonomi yang berfokus pada pertumbuhan: Kebijakan ini
mendorong peningkatan pendapatan negara melalui sektor migas dan manufaktur.
 Pengawasan fiskal yang ketat: Pemerintah Orde Baru menerapkan kontrol yang ketat terhadap
pengeluaran anggaran dan menekan inefisiensi birokrasi.
 Penerapan pajak yang progresif: Pajak progresif diberlakukan untuk meningkatkan pendapatan
negara dari kelompok kaya.

Masa Kini:

 Diversifikasi sumber pendapatan negara: Pemerintah berupaya mendiversifikasi sumber


pendapatan negara dengan meningkatkan penerimaan pajak dari sektor non-migas dan
memperluas basis pajak.
 Peningkatan efisiensi belanja negara: Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan efisiensi belanja negara, seperti melalui reformasi birokrasi dan pengadaan
barang dan jasa yang transparan.
 Pengembangan infrastruktur: Pemerintah fokus pada pembangunan infrastruktur untuk
meningkatkan konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kedua periode memiliki pendekatan yang berbeda dalam menangani defisit anggaran. Orde Baru fokus
pada pertumbuhan ekonomi dan penerimaan pajak, sedangkan masa kini lebih fokus pada diversifikasi
sumber pendapatan, efisiensi belanja, dan pembangunan infrastruktur.

Sumber

 Modul 1 ADPU4333.2 ADMINISTRASI KEUANGAN


 https://www.kemenkeu.go.id/
 https://www.bpk.go.id/
 Musgrave, Richard A., and Peggy B. Musgrave. Public Economics. McGraw-Hill, 1989.

Anda mungkin juga menyukai