Makalah Hadis Tarbawi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TANGGUNG JAWAB AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM


PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampuh : Moh. Rafiuddin, M.Pd

Kelompok 3

Disusun Oleh:

1. Ismail
2. Hablil Warid
3. Yulis Citrawa

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM STIT RADEN

SANTRI GRESIK TAHUN AJARAN 2023-2024


KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami Panjatkan Kehadirat Allah Swt. Atas Berkah, Rahmat,
Taufik, Dan Hidayah-Nya Kami Dari Kelompok Iii Dapat Menyelesaikan Tugas
Yang Diberikan Oleh Bapak Dosen Dengan Judul “ Tanggung Jawab Amar Maa’ruf
Nahi Munkar Dalam Pendidikan Islam “ Ini Dengan Baik. Shalawat Serta Salam
Taklupa Pula Kita Kirimkan Kepada Junjungan Kita Nabiyullah Muhammad Saw.
Yang Membebaskan Umat Manusia Dari Zaman Jahiliyah Menuju Zaman Yang
Cerah.

Kami Sangat Berterima Kasih Kepada Dosen Pengampuh Mata Kuliah Ini,
Karena Dengan Tugas Ini Dapat Menambah Wawasan Kami Dalam Memahami
Tanggung Jawab Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Dalam Pendidikan Islam. Adapun Isi
Dari Makalah Ini Kami Yang Dikutip Dari Beberapa Buku Dan Situs-Situs Internet
Yang Berhubungan Dengan Pembahasan Materi Makalah Kami. Namun Kami Sangat
Menyadari,Materi Makalah Kami Memiliki Banyak Kekurangan Sehingga Kami
Memerlukan Kritik Dan Saran Dari Membaca Guna Untuk Memperbaiki Dan
Meningkatkan Kualitas Dari Makalah Kami. Mudah-Mudahan Makalah Kami
Bermanfaat Bagi Pembaca Dan Dapat Di Aplikasikan Dam Kehidupan Sehari-Hari.

Sangkapura,15 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sanad Dan Matan Hadits......................................................................... 3


B. Makna Mufradat...................................................................................... 3
C. Terjemah.................................................................................................. 3
D. Asbul Wurud Hadits................................................................................ 3
E. Kandungan Hadits................................................................................... 4
F. Syarat Dan Rukun Amar Ma,Ruf Nahi Munkar...................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................. 11
B. Saran....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam Adalah Agama Yang Sangat Memperhatikan Penegakan Amar
Ma’ruf Dan Nahi Munkar. Amar Ma’ruf Nahi Munkar Merupakan Pilar Dasar Dari
Pilar-Pilar Akhlak Yang Mulia Lagi Agung. Kewajiban Menegakkan Kedua Hal Itu
Adalah Merupakan Hal Yang Sangat Penting Dan Tidak Bisa Ditawar Bagi Siapa Saja
Yang Mempunyai Kekuatan Dan Kemampuan Melakukannya. Sesungguhnya
Diantara Peran-Peran Terpenting Dan Sebaik-Baiknya Amalan Yang Mendekatkan
Diri Kepada Allah Ta’ala, Adalah Saling Menasehati, Mengarahkan Kepada
Kebaikan, Nasehat-Menasehati Dalam Kebenaran Dan Kesabaran. At-Tahdzir
(Memberikan Peringatan) Terhadap Yang Bertentangan Dengan Hal Tersebut, Dan
Segala Yang Dapat Menimbulkan Kemurkaan Allah Azza Wa Jalla, Serta Yang
Menjauhkan Dari Rahmat-Nya. Perkara Al-Amru Bil Ma’ruf Wan Nahyu ‘Anil
Munkar (Menyuruh Berbuat Yang Ma’ruf Dan Melarang Kemungkaran) Menempati
Kedudukan Yang Agung.

Mengajak Kepada Kebaikan Dan Mencegah Kemungkaran Merupakan Ciri


Utama Masyarakat Orang-Orang Yang Beriman Setiap Kali Al Qur’an Memaparkan
Ayat Yang Berisi Sifat-Sifat Orang-Orang Beriman Yang Benar, Dan Menjelaskan
Risalahnya Dalam Kehidupan Ini, Kecuali Ada Perintah Yang Jelas, Atau Anjuran
Dan Dorongan Bagi Orang-Orang Beriman Untuk Mengajak Kepada Kebaikan Dan
Mencegah Kemungkaran, Maka Tidak Heran Jika Masyarakat Muslim Menjadi
Masyarakat Yang Mengajak Kepada Kebaikan Dan Mencegah Kemungkaran; Karena
Kebaikan Negara Dan Rakyat Tidak Sempurna Kecuali Dengannya.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah Masalah Yang Akan Kita Bahas Pada Masalah Kami
Ini Yaitu:

1. Apa Sanad Dan Matan Hadits Tanggung Jawab Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Dalam Pendidikan Islam?

1
2. Apa Makna Mufradat Pada Hadits Tanggung Jawab Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Dalam Pendidikan Islam?
3. Apa Terjemah Hadits Tanggung Jawab Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Dalam
Pendidikan Islam?
4. Apa Asbabul Wurud Hadits Tanggung Jawab Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Dalam
Pendidikan Islam?
5. Bagaimana Kandungan Hadits Tanggung Jawab Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Dalam Pendidikan Islam?
C. Tujuan Masalah

Tujuan Masalah Pada Makalah Ini Adalah:

1. Untuk Mengetahui Sanad Dan Matan Hadits Tanggung Jawab Amar Ma’ruf Nahi
Mungkar Dalam Pendidikan Islam.
2. Untuk Mengetahui Makna Mufradat Tanggung Jawab Amar Ma’ruf Nahi
Mungkar Dalam Pendidikan Islam.
3. Untuk Mengetahui Terjemah Hadits Tanggung Jawab Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Dalam Pendidikan Islam.
4. Untuk Mengetahui Asbabul Wurud Hadits Tanggung Jawab Amar Ma’ruf Nahi
Mungkar Dalam Pendidikan Islam.
5. Agar Mengetahui Kandungan Hadits Tanggung Jawab Amar Ma’ruf Nahi
Mungkar Dalam Pendidikan Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sanad Dan Matan Hadits

‫َع ْن َطاِرِق ْبِن ِشَهاٍب َقاَل َاْو ُل َم ْن َبَد َأ ِباْلُخ ْطَبِة َي ْو َم اْلِع يِد َقْب َل الَّص الِة َم ْر َو اُن َفَق اَم ِإَلْي ِه َر ُج ٌل َفَق اَل الَّص الُة َقْب َل‬
‫الُخ ْطَبِة َفَقَل َقْد ُتِر َك َم ا ُهَناِلَك َفَقاَل َأُبو َسِع يٍد َأَّم ا َهَذ ا َفَقْد َقَض ى َم ا َع َلْيِه َسِم ْع ُت َر ُسوَل ِهَّللا َص َلى هَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل‬
‫ر جه‬FF‫َم ْن َر َأى ِم ْنُك ْم ُم ْنَك ًرا َفْلُيَغِّيْر ُه ِبَيِدِه َفِإْن َلْم َيْسَتِط ْع َفِبِلَس اِنِه َفِإْن َلْم َيْسَتِط ْع َفِبَقْلِب ِه َو َذ ِل َك َأْض َع ُف االيَم ان ( أخ‬
)‫مسلم في كتاب االيمان‬

B. Makna Mufradat

Siapa ‫ َم ْن‬:

Melihat ‫ َر َأى‬:

Kalian ‫ ِم ْنُك ْم‬:

Kemungkaran ‫ ُم ْنَك ًرا‬:

Maka Rubahlah ‫ َفْلُيَغِّيْر ُه‬:

C. Terjemah

Artinya : Dari Thariq Bin Syihab Berkata: Orang Yang Pertama Melakukan Khutbah
Ied Setelah Sholat, Marwan Berkata: Seorang Lelaki Berdiri Kemudian Berkata
Sholat Sebelum Khutbah, Kemudian Berkata: Perkara Itu Sudah Ditinggalkan,
Kemudian Abu Sa’id Berkata: Adapun Ini, Apa Yang Telah Diwajibkan Padanya
Telah Gugur. Saya Mendengar Langsung Dari Rasulullah Saw: “Barang Siapa Yang
Melihat Kemungkaran Maka Rubahlah Kemungkaran Itu Dengan Tangannya, Ketika
Tidak Mampu Maka Dengan Lisan, Kemudian Apabila Masih Tidak Mampu Maka
Dengan Hatinya, Maka Hal Ini Adalah Paling Lemahnya Iman.”

D. Asbabul Wurut

Muslim Meriwayatkan Dari Thariq Bin Shihab, Dia Berkata, Orang Yang Pertama
Mengawalkan Khutbah Pada Sholat Ied Adalah Marwan Kemudian Laki-Laki Berdiri
Dan Berkata,” Sholat Khotbah .” Dia Berkata, “ Yang Demikian Itu Telah
Ditinggalkan. “ Maka Abu Said Berkata , “Adapun Ini, Apa Yang Telah Diwajibkan

3
Kepadanya Telah Gugur.” Yaitu Telah Menunaikan Kewajiban Dengan Menginkari
Perbuatan Yang Menyalahi Sunnah Rosulullah Saw- Kemudian Dia Berkata, “ Saya
Mendegar .......”(Al-Hadist)

E. Kandungan Hadits

Muslim Meriwayatkan Hadits Ini Dari Jalan Thariq Bin Syihab, Ia Berkata :
Orang Yang Pertama Kali Mendahulukan Khutbah Pada Hari Raya Sebelum Shalat
Adalah Marwan. Lalu Seorang Laki-Laki Datang Kepadanya, Kemudian Berkata :
“Shalat Sebelum Khutbah?”. Lalu (Laki-Laki Tersebut) Berkata : “Orang Itu
(Marwan) Telah Meninggalkan Yang Ada Di Sana (Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam)”.1

Dalam Riwayat Al-Buhari Dan Muslim, Sesungguhnya Abu Said Ra. Adalah
Orang Yang Menarik Tanganya Dan Berkata Apa Yang Dikatakan Kepadanya
(Marwan). Maka Marwan Menjawab Seperti Apa Yang Disebutkan. Barangkali Laki-
Laki Itu Mengingkari Terlebih Dahulu Dengan Ucapanya, Kemudian Abu Sa’id
Berusaha Untuk Mengubah Kemungkaran Dengan Tanganya.Wallahu A’lam2

Hadits Ini Adalah Hadits Yang Jami’ (Mencakup Banyak Persoalan) Dan
Sangat Penting Untuk Menjadi Separuh Dari Agama (Syari’at), Karena Amalan –
Amalan Syari’at Terbagi Menjadi Dua: Ma’ruf (Kebaikan) Yang Wajib Diperintahkan
Dan Dilaksanakan Atau Mungkar (Kemungkaran) Yang Wajib Diingkari, Maka Dari
Sisi Ini, Hadits Tersebut Adalah Separuh Dari Syari’at. Hadits Ini Juga Menjelaskan
Bahwa Amar Ma’ruf Nahi Munkar Merupakan Karakter Seorang Yang Beriman.
Dalam Mengingkari Kemunkaran Tersebut Ada Tiga Tingkatan :

1) Merubah Dengan Tangan


Merubah Kemungkaran Dengan Tangan Dimaknai Merubah Suatu
Kemungkaran Dengan Kekuatan Atau Kekuasaan Yang Dimilikinya. Yakni
Melakukan Menghentikan Kemungkaran Melalui Kekuasaan Yang Dimiliki
Seseorang. Misalnya Polisi Melakukan Pencabutan Ijin Usaha Kepada
Perusahaan Yang Melakukan Pelanggaran Hukum, Etika, Norma Atau Aturan

1
https://izzuddin.sch.id/hadits-arbain-ke-34-tentang-kewajiban-memberantas-kemunkaran/ diakses
pada pukul 16.47 WIB tanggal 14 Oktober 2023
2
Mustafa Dieb Al-Bugha dan Muhyidin, Al wafi fi Syarah Arba’in Nawawi, (Beirut: Muassasah
Ulumil Qur’an, t.th), hlm. 316-317

4
Agama. Kemudian Aparat Polisi Yang Menghukum Penjual Miras, Penjual
Barang- Barang Hasil Curian, Dan Barang-Barang Haram Lainnya.
Seorang Atasan Memecat Secara Tidak Hormat Bawahannya Yang Melakukan
Pelanggaran Etika/Moral Keagamaan. Langkah Perubahan Dengan Tangan
Atau Kekuasaan Merupakan Tingkatan Upaya Paling Tertinggi.
2) Merubah Dengan Lisan
Langkah Menghentikan Kemungkaran Dengan Lisan Dilakukan
Apabila Langkah Pertama (Menghentikan Dengan Kekuatan) Tidak Dapat
Dilaksanakan,Karena Mungkin Orang Tersebut Tidak Memiliki Hak Atau
Kekuasaan Yang Memungkinkan Ia Untuk Melakukan Pencegahan
Dengan Tangan. Merubah Kemungkaran Dengan Lisan Dapat Dilakukan
Dalam Bentuk-Bentuk Yang Bemacam-Macam, Seperti Dengan
Nasihat, Mau'izah, Gertakan, Ucapan, Tulisan, Pernyataan Dan Lain-Lainnya.
Melakukan Perubahan Dengan Cara Lisan Dilakukan Dengan
Mempertimbangkan Aspek-Aspek Kepribadian Dan Kejiwaan Mereka Yang
Diajaknya. Karenanya, Mengajak Berbuat Ma'ruf Atau Menghentikan
Kemungkaran Harus Dilakukan Dengan Kebijaksanaan, Memberikan Nasihat
Yang Baik Atau Berdiskusi Secara Sehat.
3) Merubah Dengan Hati
Adapun Tingkatan Terakhir (Merubah Dengan Hati) Artinya Adalah
Membenci Kemungkaran – Kemungkaran Tersebut, Ini Adalah Kewajiban
Yang Tidak Gugur Atas Setiap Individu Dalam Setiap Situasi Dan Kondisi,
Oleh Karena Itu Jika Tidak Mengingkari Dengan Hatinya, Maka Ia Akan
Binasa. Seseorang Yang Tidak Mengingkari Dengan Hatinya Maka Ia Adalah
Orang Yang Mati Dalam Keadaan Hidup.
Agama Islam Adalah Agama Yang Sangat Menegakkan Amar Ma’ruf
Nahi Munkar. Amar Ma’ruf Akhlak Yang Mulia. Kewajiban Menegakkan
Kedua Hal Itu Adalah Merupakan Hal Yang Sangat Penting Dan Tidak Bisa
Ditawar Bagi Siapa Saja Yang Mempunyai Kekuatan Dan Kemampuan
Melakukannya. Bahkan Allah Swt Dan Rasul-Nya Mengancam Dengan
Sangat Keras Bagi Siapa Yang Tidak Melaksanakannnya, Sementara Ia
Mempunyai Kemampuan Dan Kewenangan Dalam Hal Tersebut.3

3
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqey, Al-Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra. 2001).
Hlm. 348

5
Dengan Demikian, Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar Yang Dibebankan
Kepada Setiap Muslim, Jika Ia Telah Menjalankannya, Sedangkan Orang Yang
Diperingatkan Tidak Melaksanakannya, Maka Pemberi Peringatan Telah
Terlepas Dari Celaan, Sebab Ia Hanya Diperintah Untuk Menjalankan Amar
Ma’ruf Nahi Munkar, Tidak Harus Sampai Bisa Diterima Oleh Allah Swt.
Ada Beberapa Karakter Masyarakat Dalam Menyikapi Amar Ma’ruf
Nahi Munkar, Antara Lain :
a. Memerintahkan Yang Ma’ruf Dan Melarang Yang Munkar, Atau
Dinamakan Karakter Orang Mukmin.
b. Memerintahkan Yang Munkar Dan Melarang Yang Ma’ruf, Atau
Dinamakan Karakter Orang Munafik.
c. Memerintahkan Sebagian Yang Ma’ruf Dan Mungkar, Dan
Melarang Sebagian Yang Ma’ruf Dan Mungkar. Ini Adalah
Karakter Orang Yang Suka Berbuat Dosa Dan Maksiat.
Begitu Juga Imam Al-Ghazali, Dalam Kitabnya Ihya’ Ulumuddin,
Beliau Menekankan, Bahwa Aktivitas “Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar”
Adalah Kutub Terbesar Dalam Urusan Agama. Ia Adalah Sesuatu Yang
Penting, Dan Karena Misi Itulah, Maka Allah Mengutus Para Nabi. Jika
Aktivitas ‘Amar Ma’ruf Nahi Munkar’ Hilang, Maka Syiar Kenabian Hilang,
Agama Menjadi Rusak, Kesesatan Tersebar, Kebodohan Akan Merajalela,
Satu Negeri Akan Binasa. Begitu Juga Umat Secara Keseluruhan.4
Dalam Konteks Pendidikan Islam, Guru Dikenal Dengan Pendidik
Yang Merupakan Terjemahan Dari Berbagai Kata Yakni Murabbi, Mu’allim
Dan Mua’did Ketiga Term Itu, Murabbi, Mu’allim Dan Mua’did Mempunyai
Makna Yang Berbeda, Sesuai Dengan Konteks Kalimat, Walaupun Dalam
Konteks Tertentu Mempunyai Kesamaan Makna.
Kata Murabbi Misalnya, Sering Dijumpai Dalam Kalimat Yang
Orientasinya Lebih Mengarah Kepada Pemeliharaan, Baik Yang Bersifat
Jasmani Atau Rohani, Pemeliharaan Seperti Ini Terlihat Dalam Proses Orang
Tua Membesarkan Anaknya, Mereka Tentunya Berusaha Memberikan
Pelayanan Secara Penuh Agar Anaknya Tumbuh Dengan Fisik Yang Sehat
Dan Kepribadian Serta Ahlak Yang Terpuji.5
4
Ahmad Abdurraziq al-Bakri. Ringkasan Ihya ‘ulumuddin Imam Ghazali cetakan ke VI.
(Jakarta: Sahara Publishers. 2010). Hlm 246
5
Idri, Studi Hadis (Jakarta: Kencana Predata Group, 2010), 276.

6
Sedangkan Untuk Istilah Mu’allim, Pada Umumnya Dipakai Dalam
Membicarakan Aktivitas Yang Lebih Terfokus Pada Pemberian Atau
Pemindahan Ilmu Pengetahuan Dari Seseorang Yang Tahu Kepada Seseorang
Yang Tidak Tahu. Adapaun Istilah Muaddib Lebih Luas Dari Istilah Mua’llim
Dan Lebih.

Bertolak Dari Spirit Di Atas, Nabi Muammad Mulai Melaksanakan


Tugas Sebagai Pendidik Yang Dimulai Dari Lingkungan Keluarga Dekatnya,
Kemudian Melebar Ke Wilayah Sosial Yang Lebih Luas Lagi. Mahmud
Yunus, Dalam Bukunya “Sejarah Pendidikan Islam,” Menuliskan Bahwa
Pendidikan Islam Pada Fase Ini Meliputi Empat Hal6 :

a) Pendidikan Kegamaan, Yaitu Hendaklah Membaca Dengan Nama Allah


Semata-Mata, Jangan Dipersekutukan Dengan Nama Berhala, Karena
Tuhan Itu Maha Besar Dan Maha Pemurah. Sebab Itu Hendaklah
Dienyahkan Berhala Itu Sejauh-Jaunya.
b) Pendidikan Akliyah Dan Ilmiah Yaitu Mempelajari Kejadian Manusia
Dari Segumpal Darah Dan Kejadian Alam Semesta. Allah Akan
Mengajarkan Demikian Itu Kepada Orang-Orang Yang Mau Menyelidiki
Dan Membahasnya. Sedangkan Mereka Dahulu Belum Mengetahuinya.
Untuk Mempelajari Hal-Hal Itu Haruslah Dengan Banyak Membaca Dan
Meyelidiki Serta Memakai Pena Untuk Mencatat.
c) Pendidikan Akhlak Dan Budi Pekerti, Nabi Muhammad Saw Mengajar
Sahabatnya Agar Berakhlak Baik Sesuai Dengan Ajaran Tauhid.
d) Pendidikan Jasmani (Kesehatan), Yaitu Mementingkan Kebersihan
Pakaian, Badan Dan Tempa Kediaman. (Zuhairini , 2000: 18-50)
e) Pendidikan Islam Merupakan Upaya Sadar, Terstruktur, Terprogram, Dan
Sistematis Yang Bertujuan Untuk Membentuk Manusia Yang Berkarakter
(Khas) Islami: Pertama, Berkepribadian Islam (Shakhsiyah Islamiyah).
Ini Sebetulnya Merupakan Konsekuensi Keimanan Seorang Muslim.
Intinya, Seorang Muslim Harus Memiliki Dua Aspek Yang Fundamental,
Yaitu Pola Pikir ('Aqliyyah) Dan Pola Jiwa (Nafsiyyah) Yang Berpijak
Pada Akidah Islam.7

6
6 Achmadi, ibid., hlm. 66
7
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 1992. hlm. 63.

7
F. Rukun Dan Syarat Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Diantara Syarat Dan Rukun Amar Ma’ruf Nahi Munkar Menurut Imam
Ghozali Adalah:

1. Pelaku Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Muhtasib)


2. Orang Yang Diseru Atau Pelaku Yang Ditujukan Kepadanya Amar
Ma’ruf Nahi Munkar (Al-Muhtasab Ilahi)
3. Perbuatan Yang Menjadi Objek Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Al-
Muhtasab Fihi)
4. Bentuk Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Al-Ihtisab)

Kewajiban Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Berlaku Atas Setiap


Muslim Yang Mukallaf Dan Memiliki Kemampuan. Hal Demikian Yang Menjadikan
Tidak Adanya Kewajiban Atas Orang Gila, Anak Kecil, Kafir Atau Yang Yang Tidak
Mempunyai Kemampuan.

Terdapat Beberapa Syarat Bagi Orang Yang Hendak Mencegah Kemunkaran


(Al-Muhtasib) Antara Lain:

1. Mukallaf

Mukallaf Merupakan Seseorang Yang Sudah Baligh Dan Di Dalam


Dirinya Sudah Dikenai Ketetapan Hukum-Hukum Agama. Seorang Yang Bukan
Mukallaf Tidak Diwajibkan Untuk Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
Meskipun Tidak Ada Larangan Bagi Yang Bukan Mukallaf Sepanjang Ia Seorang
Yang Berakal. Seperti Seorang Anak Yang Mumayyiz (Dapat Membedakan
Antara Yang Baik Dan Buruk) Yang Hamper Mencapai Usia Baligh,
Diperbolehkan Mencegah Suatu Perbuatan Yang Munkar. Misalnya,
Menumpahkan Minuman Yang Memabukkan Atau Menghancurkan Alat-Alat
Permainan Yang Haram, Jika Ia Melakukannya Makai A Tetap Memperoleh
Pahala Dari Perbuatannya Itu. Dalam Hal Ini, Anak Yang Belum Baligh Pun
Diperbolehkan Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Sepanjang Tidak Akan
Memperoleh Madharot.

8
2. Beriman

Orang Yang Tidak Beriman Tidak Dipersyaratkan Baginya Untuk


Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dan Bahkan Tidak Mungkin Dia
Dapat Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Jika Orang Tersebut Beriman
Makai A Mengerti Kebenaran Dan Kebathilan.

3. Berperilaku Baik

Bagi Yang Akan Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Hendaknya


Mempunyai Ahlak Yang Baik Dan Bukan Fasik Atau Orang Yang Biasa
Mengerjakan Perbuatan Dosa. Allah Swt. Akan Mengancam Orang Yang
Memerintahkan Orang Lain Untuk Berbuat Baik, Namun Dirinya Tidak
Mengerjakannya. Seperti Tercantum Dalam Al-Qur’an Qs. Ash-Shoff Ayat 3.

Artinya: “Amat Besar Kebencian Di Sisi Allah Bahwa Kamu


Mengatakan Apa-Apa Yang Tidak Kamu Kerjakan.”

Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Tidak Harus Orang Yang


Ma’shum (Terhindar Sepenuhnya Dari Perbuatan Dosa). Karena Jika Harus
Seperti Itu Tidak Aka Nada Orang Yang Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
Sebab Tidak Ada Ke-Ma’shuman Pada Diri Sahabat Nabi Saw. Apalagi Selain
Mereka.

4. Adanya Kemampuan Pada Diri Orang Yang Hendak Melakukan Amar Ma’ruf
Nahi Munkar

Seseorang Yang Tidak Memiliki Kemauan Untuk Melaksanakan Amar


Ma’ruf Nahi Munkar, Maka Baginya Tidak Diwajibkan Untuk Melaksanakan
Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Namun Demikian, Masih Wajib Atasnya Untuk
Mengingkari Dengan Hatinya. Hal Ini Mengingat Bahwa Siapa Saja Yang
Mencintai Allah, Pasti Tidak Menyukai Segala Perbuatan Yang Dilarang-Nya.

Gugurnya Kewajiban Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Selain


Disebabkan Karena Tidak Adanya Kemampuan Juga Disebabkan Karena Adanya

9
Ketakutan Akan Timbulnya Akibat Buruk Yang Mungkin Akan Menimpanya
Ketika Orang Tersebut Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

Orang Yang Melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Harus Mengetahui


Apakah Tindakannya Itu Dapat Membawa Manfaat Atau Justru Malah Akan
Membawa Kemunkaran Yang Baru. Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Harus Memperhatikan Dua Aspek, Yakni (Pertama) Tidak Adanya Manfaat Yang
Dihasilkan Setelah Orang Tersebut Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar,
(Kedua) Adanya Kekhawatiran Terjadinya Sesuatu Yang Bermudhorot Atas
Dirinya Sendiri. Berdasarkan Kedua Aspek Tersebut Akan Timbul Empat
Keadaan Yaitu:

1) Ketika Seorang Yang Ber-Hisbah Meyakini Bahwa Yang Dilakuakn Sia-Sia Dan
Tidak Ada Kemanfaatan Dari Ucapannya, Serta Adanya Kekhawatiran
Timbulnya Gangguan Fisik (Dipukul Dan Sebagainya) Maka Hisbah Tidak
Diwajibkan Bahkan Dapat Dinilai Haram Dalam Situasi Tertentu.
2) Manakala Diketahui Bahwa Kemunkaran Akan Terhenti Dengan Ucapan Atau
Tindakannya, Dan Tidak Ada Kekhawatiran Terjadinya Sesuatu Gangguan
Tergadap Dirinya Sendiri. Dalam Hal Seperti Melakukan Nahi Munkar Menjadi
Wajib, Mengingat Telah Terpenuhinya Kemampuan Secara Sempurna.
3) Apabila Mengetahui Bahwa Pengingkaran Atas Munkar Yang Dilakukan Tidak
Akan Mendatangkan Hasil, Tetapi Disamping Itu Juga Tidak Khawatir Akan
Terjadinya Gangguan Pada Dirinya. Dalam Keadaan Seperti Ini Hisbah Tidak
Wajib Dilakukan, Karena Tidak Ada Gunanya. Walaupun Demikian Tetap
Dianjurkan Untuk Ber-Hisbah Demi Menunjukkan Syiar-Syiar Agama Islam
Dalam Mengingatkan Manusia Akan Aturan-Aturan Agama.
4) Jika Mengetahui Akan Mengalami Gangguan, Tetapi Dengan Tindakannya Ber-
Hisbah Maka Kemunkaran Akan Berhenti, Misalnya Apabila Dia Dapat
Merampas Minuman Keras. Dalam Hal Ini Hisbah Tidak Menjadi Wajib, Dan
Menjadi Haram, Melainkan Mustahab (Dianjurkan Dan Disukai).

BAB III

PENUTUP

10
A. Kesimpulan
Kemungkaran Jika Dibiarkan Saja Maka Akan Menjadi Hal Yang Wajar,
Dan Jika Itu Terjadi Maka Semuanya Akan Mendapat Siksa Atau Adzab Dari
Allah Apapun Bentuk Kemungkaran Harus Kita Cegah, Semampu Kita. Baik
Dengan Perbuatan Atau Kekuasaan (Tangan), Dengan Lisan (Ucapan), Ataupun
Hanya Sekedar Dengan Hati Yaitu Mengingkari Perbuatan Munkar Tersebut.
Amar Ma’ruf Nahi Munkar Adalah Menyuruh Apa Yang Diperintahkan Oleh
Syara’ Dan Dinilai Baik Oleh Akal, Dan Mencegah Apa Yang Dilarang Syara’
Dan Dinilai Buruk Oleh Akal. Namun Apabila Perbuatan Itu Dianggap Baik Oleh
Akal Sedangkan Dianggap Buruk Oleh Syara’ Maka Kita Harus Meningalkannya.
Dalam Menyampaikan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Harus Dengan Ilmu,
Kesabaran Dan Kelembutan. Kesesatan Akan Tersingkir Jika Setiap Umat Dapat
Menjaga Diri Dengan Petunjuk Dari Allah.
Pendidikan Islam Merupakan Upaya Sadar, Terstruktur, Terprogram, Dan
Sistematis Yang Bertujuan Untuk Membentuk Manusia Yang Berkarakter (Khas)
Islami: Pertama, Berkepribadian Islam (Shakhsiyah Islamiyah). Ini Sebetulnya
Merupakan Konsekuensi Keimanan Seorang Muslim. Intinya, Seorang Muslim
Harus Memiliki Dua Aspek Yang Fundamental, Yaitu Pola Pikir ('Aqliyyah) Dan
Pola Jiwa (Nafsiyyah) Yang Berpijak Pada Akidah Islam.

B. Saran
Demikianlah Makalah Yang Kami Buat Ini Demi Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Hadits Tarbawi. Tentu Dalam Penulisan Mnakalah Ini Masih Terdapat
Banyak Kekurangan, Sehingga Kami Meminta Kepada Para Pembaca Pada
Umumnya Dan Tentunya Kepada Bapak Dosen Selaku Dosen Pengampuh Mata
Kuliah Ini Untuk Memberikan Sebuah Saran Untuk Membenahi Kekurangan Pada
Makalah Ini. Mudah-Mudahan Allah Swt Senantiasa Memberkahi Kita Semua.

DAFTAR PUSTAKA

11
Https://Izzuddin.Sch.Id/Hadits-Arbain-Ke-34-Tentang-Kewajiban-Memberantas-
Kemunkaran/ Diakses Pada Pukul 16.47 Wib Tanggal 14 Oktober 2023
Al-Bakri, Ahmad Abdurraziq. 2010. Ringkasan Ihya ‘Ulumuddin Imam Ghazali
Cetakan Ke Vi.
Jakarta: Sahara Publishers.
Al-Bugha, Mustafa Dieb Dan Muhyidin. Al Wafi Fi Syarah Arba’in Nawawi. Beirut:
Muassasah
Ulumil Qur’an, T.Th
Al-Jazairi, Abu Bakr. Minhajjul Muslim. Beirut: Darul Fikr, T.Th
Ash Shiddiqey, Teungku Muhammad Hasbi. 2001. Al-Islam. Semarang: Pt. Pustaka
Rizki Putra
Idri, Studi Hadis (Jakarta: Kencana Predata Group, 2010), 276.
Dahlan, Ali Usman. Hadits Qudsy Pola Pembinaan Akhlak Muslim. Bandung: Cv.
Diponegoro.
Ghazali, Imam. 1990. Mukasyafatul Qulub, Terj. Fatihuddin Abul Yasin.Surabaya:
Terbitterang.
Juwariyah. 2010. Hadis Tarbawi. Yogyakarta: Sukses Offset.
Achmadi, Ibid., Hlm. 66
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media,
1992. Hlm. 63.

12

Anda mungkin juga menyukai