A - Sistem Imun Pada Hewan - 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“SISTEM KEKEBALAN (IMUN) PADA HEWAN “

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan
Dosen pengampu: Tika Mayang Sari, M.Pd.

Di susun:

Kelompok 4

1. Aisyah Melisa Juliawati 2302084001


2. Mutiara Chusnul Wahidah 2201082006
3. Neng Reni 2201080025

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kasih sayang dan
ridhanya, sehingga tugas makalah ini dapat diselesaikan. Tak lupa shalawat
beriringakan salam semoga selalu kita sanjung agungkan kepada junjunan kita
Nabi Muhammad SAW.

Kepada keluarga, sahabat dan teman-teman yang senantiasa istiqomah


dalam menegakkan risalah islam dimuka bumi ini dan mengharapkan syafa’at
Rasullah di akhirat kelak. Makalah kami yang berjudul “System Kekebalan
(imun) Pada Hewan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Fisiologi Hewan.

Ucapan terima kasih juga tidak lupa kami sampaikan kepada Ibu Tika
Mayang Sari selaku dosen mata kuliah Fisiologi Hewan serta teman-teman yang
telah membantu kami dalam menyumbangkan buah pikirannya untuk
menyelesaikan makalah ini. Terakhir kami memohon maaf yang sebesar-besarnya
dan saya pun menyadari di dunia ini tak ada yang sempurna, begitu pula dengan
makalah kami masih jauh dari kata sempurna untuk itu saya membuka lembar-
lembar kritik dan saran yang bersifat membangun.

Metro, 25 September 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Limfatik Pada Hewan...............................................................3
B. Sistem Kekebalan Pada Hewan............................................................5
C. Antigen Pada Hewan............................................................................15
D. Antibodi Pada Hewan...........................................................................18

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................25
B. Saran.....................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem imun dikenal juga dengan sistem kekebalan, merupakan


mekanisme pertahanan tubuh yang berperan dalam tanggapan adanya
invasi mikrobia yang akan/telah masuk ke dalam tubuh. Sistem imun
juga merupakan mekanisme organisme dalam mempertahankan
kondisi tubuh agar tetap homeostasis dan merupakan perlindungan
terhadap potensi bahaya yang berasal dari lingkungan sekitar.
Sistem imun dalam tubuh hewan akan bekerja karena adanya
imunomodulator yang dibutuhkan dalam kondisi terdapat infeksi,
misal karena bakteri, fungi, atau virus. Pada saat terjadi kontak dengan
patogen dari luar, sistem imun mulai mendeteksi keberadaan patogen
tersebut dan umumnya antigen pada tubuh akan mulai merespon
dengan cepat. Antigen mempunyai peranan dalam menstimulasi
sistem imun tubuh. Melalui mekanisme stimulasi tersebut, antigen
secara tidak langsung akan melindungi tubuh dari serangan berbagai
patogen dari luar seperti bakteri, virus, jamur, dan berbagai kuman
penyebab penyakit. Tubuh akan kehilangan daya tangkal terhadap
patogen apabila sistem imun atau antigen tidak bekerja dengan baik
dan optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja optimal sistem
imun diantaranya adalah: faktor lingkungan, makanan, gaya hidup
sehari-hari, stres, umur dan hormon.
Fungsi sistem imun bagi tubuh dapat dibedakan menjadi tiga hal,
yaitu: 1). Pertahanan tubuh untuk menangkal patogen dari luar atau
benda asing lainnya yang akan masuk ke tubuh. 2) menjaga
homeostasis fungsi tubuh terutama keseimbangan komponen yang
sudah tua. 3) Sebagai penjaga dan pengawas (Surveillence immune
system) serta menghancurkan sel-sel yang telah bermutasi dan bersifat
ganas. Sistem imun dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sistem

1
imun nonspesifik dan spesifik. Sistem pertahanan diri sebagai 2
contoh pada ikan (terutama kelompok teleostei) terhadap patogen
dapat berupa lendir, sisik, dan kulit. Untuk lebih memahami tentang
sistem pertahanan tubuh ikan yang terkait dengan kesehatannya, perlu
dipahami bahwa kesehatan ikan tergantung pada hubungan beberapa
komponen utama system yang perlu ditelaah dan dibahas kembali.
Maka dari itu kelompok kami akan menjelaskan secara singkat
megenai perbandingan imun pada hewan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai


berikut:
1. Bagaimana system limfatik pada hewan?
2. Bagaimana yang dimaksud dengan Sistem kekebalan pada hewan?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan Antigen dan macam-macam
antigen pada hewan?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan Antibodi dan pembentukan
antibodi pada hewan?

C. Tujuan Masalah

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui Sistem limfatik pada hewan.


2. Untuk mengetahui Sistem kekebalan pada hewan.
3. Untuk mengetahui Antigen pada hewan dan macam-macam antigen
pada hewan.
4. Untuk mengetahui Antibodi dan pembentukan antibodi pada hewan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Limfatik
Sistem limfatik adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh yang
berperan sebagai sistem sirkulasi sekunder (aksesori). Sistem limfatik
adalah suatu sistem yang berperan dalam mengalirkan cairan interstisial
dari duodenum menuju ke darah, selain itu juga mempunyai fungsi-fungsi
lain seperti sirkulasi cairan pada jaringan. Sistem limfatik pada hewan adalah
bagian dari sistem kekebalan tubuh yang penting dalam menjaga kesehatan dan
melindungi tubuh dari infeksi, peradangan, dan penyakit. Sistem limfatik terdiri
dari jaringan limfatik, organ limfatik, dan zat-zat dalam tubuh yang berperan
dalam produksi sel-sel kekebalan. Sistem limfatik memiliki beberapa fungsi
utama, termasuk:
1. Produksi Sel-sel Kekebalan: Organ-organ limfatik seperti sumsum
tulang, limpa, dan kelenjar timus berperan dalam pembentukan
sel-sel darah putih atau leukosit. Sel-sel ini memiliki peran kunci
dalam mengenali dan melawan patogen (mikroorganisme
penyebab penyakit) seperti bakteri, virus, dan jamur.
2. Transportasi Limf: Sistem limfatik membantu dalam pergerakan
limf, yaitu cairan bening yang mengandung sel-sel darah putih,
dari jaringan-jaringan tubuh kembali ke aliran darah. Limf
berperan dalam membersihkan jaringan tubuh dari bakteri, sel-sel
mati, dan zat-zat asing.
3. Filtrasi dan Detoksifikasi: Organ-organ limfatik seperti limpa
berfungsi sebagai filter yang membersihkan limf dari patogen dan
bahan-bahan berbahaya. Limpa juga berperan dalam detoksifikasi
zat-zat tertentu dalam tubuh.

3
4. Produksi Antibodi: Sel-sel B yang terdapat dalam sistem limfatik
menghasilkan antibodi, yang merupakan protein yang membantu
tubuh melawan infeksi. Antibodi ini mengenali dan menetralkan
patogen dengan berbagai cara.

Sistem limfatik terdiri dari jaringan limfatik yang tersebar di


seluruh tubuh, seperti pembuluh limfatik (limfefer), nodus limfatik
(kelenjar getah bening), dan tonsil. Pembuluh limfatik mirip dengan
pembuluh darah, tetapi mereka mengangkut limf, bukan darah. Nodus
limfatik adalah tempat di mana sel-sel kekebalan tubuh berkumpul dan
berinteraksi untuk mengenali dan melawan patogen. Tonsil adalah
jaringan limfatik yang terletak di tenggorokan dan berperan dalam
pertahanan tubuh terhadap infeksi yang masuk melalui mulut dan hidung.
Sistem limfatik juga memiliki jaringan limfatik khusus dalam
sistem pencernaan yang disebut sistem limfatik usus, yang membantu
dalam penyerapan lemak dari makanan yang dicerna.
Dalam keseluruhan, sistem limfatik berperan penting dalam
menjaga kesehatan dan kekebalan tubuh hewan dengan membantu
melawan infeksi, membersihkan jaringan tubuh, dan menjalankan
sejumlah fungsi penting lainnya.1

Gambar 1. Limfatik.
1
“CONTENT Fisiologi Hewan.pdf,” t.t.

4
B. Sistem Kekebalan Pada Hewan

Sistem kekebalan adalah reaksi dari dalam tubuh untuk melindungi


tubuh dari berbagai penyakit, sistem kekebalan menjadi sangat vital bagi
kehidupan hewan dan manusia. Bila sesuatu berjalan salah dengan system
kekebalan tubuh maka akibatnya akan fatal. Misalnya, bila kelenjar timus
tidak normal bekerja, maka sel limfosit gagal untuk berkembang.
Autoimunitas adalah suatu kondisi yang membahayakan dimana
tubuh mengembangkan antibodi pada antigennya sendiri. Secara normal,
tubuh “belajar” untuk mengenali proteinnya sendiri dan antigen lainnya
selama pertumbuhnannya dan tidak dapat memproduksi antibodi
untuknya. Akan tetapi, kadang-kadang sistem pengenalan diri pecah.
Dalam beberapa contoh, hal ini terjadi karena tubuh di pacu untuk
memproduksi antibodi dalam merespon antigen asing yang serupa dengan
salah satu antigen tubuhnya sendiri. Dalam kasus semacam ini antibodi
dapat merusak protein tubuh yang serupa maupun antigen asing.
Contohnya, antibodi yang terbentuk selama demam rematik dapat
menyebabkan reaksi otoimunitas yang menguraikan protein tubuh di
kemudian hari, terutama di dalam jantung. Arthritis rematik, anemia
pernisiosa, penyakit addeson dan sejumlah penyakit lain yang bersifat
merusak juga diperkirakan disebabkan oleh otoimunitas. Jadi otoimunitas
merupakan kegagalan daya diskriminasi endogen-endogen pada sistem
kekebalan sehingga zat yang berasal dari tubuh sendiri di anggap sebagai
zat atau benda asing dan terhadapnya di bentuk zat antibodi. Virus
kadangkadang melewati kulit dan selaput lendir untuk menghindarkan diri
dari selsel sistem kekebalan yang ada di dalam darah dan masuk ke dalam
sel tubuh. Kemudian sel-sel tubuh memproduksi interferon. Interferon
adalah protein yang membantu melindungi sel-sel tubuh terhadap virus.
Respon kebal mempunyai tiga ciri, yaitu kekhususan, pengenalan
terhadap benda asing, dan daya ingat. Peranan sistem kekebalan adalah
untuk mengenali dan membinasakan antigen asing yang masuk kedalam
tubuh. Suatu antigen adalah setiap benda atau zat yang dapat memacu

5
tubuh untuk meningkatkan repons kebal terhadapnya. Antigen yang paling
umum adalah protein yang mengandung substansi dari organisme lain,
seperti toksin yang dihasilkan oleh bakteri atau lapisan protein penutup
virus.2
Mikroba yang menyerang masuk ke dalam tubuh harus menembus
rintangan eksternal yang dibentuk oleh kulit dan membrane mukosa, yang
menutupi permukaan dan melapisi pembukaan padatubuh hewan. Jika
berhasil melewati barier tersebut, pathogen harus menghadapi garis
pertahanan non spesifik kedua, yaitu mekanisme yang saling berinteraksi
dan meliputi fagositosis, respon peradangan, dan protein antimikroba.

2
“Anatomi Hewan 2.pdf,” t.t., HL 207.

6
Berdasarkan urutan mekanisme sistem pertahanan tubuh seperti
yang diungkapkan di atas dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1: Mekanisme Sistem Pertahanan Tubuh

1. Sistem Kekebalan Non Spesifik

Respon imun nonspesifik pada umumnya merupakan imunitas


bawaan (innate immunity), artinya bahwa respon terhadap zat asing
yang masuk ke dalam tubuh dapat terjadi walaupun tubuh belum
pernah terpapar pada zat tersebut. Respon imun nonspesifik dapat
mendeteksi adanya zat asing dan melindungi tubuh dari kerusakan
yang diakibatkannya, tetapi tidak mampu mengenali dan mengingat zat
asing tersebut. Komponen-komponen utama respon imun nonspesifik
adalah pertahanan fisik, kimiawi, humoral dan selular. Pertahanan ini
meliputi epitel dan zat-zat antimikroba yang dihasilkan
dipermukaannya, berbagai jenis protein dalam darah termasuk
komplemen- komplemen sistem komplemen, mediator inflamasi
lainnya dan berbagai sitokin, sel-sel fagosit yaitu sel-sel
polimorfonuklear, makrofag dan sel natural killer (NK) (Kresno,
2010).
a. Pertahanan Tubuh Non spesifik Eksternal

7
Kulit merupakan rintangan yang pertama dihadapi oleh
pathogen. Kulit diibaratkan sebagai benteng pertama pertahanan
tubuh. Fungsi perlindungan utama dari kulit diwujudkan lewat
lapisan sel mati yang merupakan bagian terluar kulit. Setiap sel
baru yang dihasilkan daripembelahan sel bergerak dari bagiand
alam kulit menuju ke permukaan kulit. Selain itu kulit
menghasilkan protein yang sangat kuat, yaitu keratin. Senyawa
keratin mempunyai struktur yang sangat kuat dan keras sehingga
sulit didekomposisi oleh mikroorganisme pathogen. Kulit dan
membrane mukosa juga menghasilkan kelenjar minyak dan
keringat yang memberikan pH kulit berkisar antara 3-5 yang cukup
asam untuk mencegah kolonisasi oleh mikroba. Kolonisasi
mikroba juga dapat dihambat oleh kelenjar saliva, air mata, dan
sekresi mukosa yang terus menerus membahasahi permukaan yang
terpapar. Sekresi tersebut juga mengandung lisozim, yaitu enzim
yang mampu merusak dinding sel bakteri yang berusaha masuk
melalui sistem respirasi dan pembukaan disekitar mata. Mucus
merupakan cairan kental yang disekresikan oleh sel-sel membrane
mukosa. Di trakea, sel epithelium bersilia menyapu keluar mucus
dengan mikroba yang terjerat di dalamnya, sehingga mencegah
mikroba memasuki paru-paru. Mikroba yang masuk melalui
makanan akan menghadapi HCl yang sangat asam yang dapat
membunuh bakteri (Campbell, 2004).

b. Pertahanan Tubuh Nonspesifik Internal


Mikroba yang mampu menembus sistem pertahanan tubuh,
akan menghadapi garis pertahanan kedua. Mekanisme utama
sistem pertahanan non spesifik internal bergantung pada
fagositosis, yaitu proses penelanan mikroorganisme yang
menyerang tubuh oleh sel darah putih tertentu. Selain itu,
mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik internal juga dilakukan
oleh sel natural killer (NK), respon peradangan dan senyawa anti
mikroba.

8
1) Fagositosis

Sel fagosit yang disebut neutrofil dalam darah putih


merupakan yang terbanyak, sekitar 60-70%. Sel neutrofil
mendekati sel yang diserang mikroba dengan adanya sinyal
kimiawi (kemotaksis). Neutrofil dapat meninggalkan
peredaran darah menuju jaringan yang terinfeksi dan
membunuh mikroba penyebab infeksi. Sel monosit, meski
hanya sebanyak 5% dari seluruh sel darah putih,
memberikan pertahanan fagosit yang efektif. Setelah
mengalami pematangan, sel monosit bersirkulasi dalam
darah untuk beberapa jam.Setelah itu, bergerak menuju
jaringan dan berubah menjadi makrofag. Sel mirip Amoeba
ini mampu memanjangkan pseudopodia untuk menarik
mikroba yang akan dihancurkan enzim perncernaannya.
Namun, beberapa mikroba telah berevolusi terhadap cara
makrofag. Misalnya, beberapa bakteri memiliki kapsul
yang membuat pseudopodia makrofag tidak dapat
menempel. Bakteri lain kebal terhadap enzim pelisis fagosit
dan bahkan dapat bereproduksi dalam sel makrofag.
Beberapa makrofag secara permanen berada di organ-organ
tubuh dan jaringan ikat.

Gambar 2: Proses Fagositosis


Sumber: Campbell, 2011

9
Selain neutrofil dan monosit, terdapat juga eosinofil
yang berperan dalam sistem pertahan nonspesifik internal.
Sekitar 1,5% sel darah putih merupakan eosinofil. Eosinofil
memiliki aktivitas fagositosit yang terbatas, namun
mengandung enzim penghancur di dalam granul
sitoplasmanya. Eosinofil berperan dalam pertahanan tubuh
terhadap cacing parasit. Eosinofil memposisikan diri di
permukaan cacing dan menyekresikan enzim dari granul
untuk menghancurkan cacing tersebut.

Gambar 3: Komponen Leukosit


Sumber: (http://jokowarino.id/fungsi-dan-
ciri-ciri-dari-jenis-jenis-sel-darah-putih-
leukosit/)
2) Sel Natural Killer (NK)
Sel NK atau sel pembunuh alami tidak menyerang
mikroorganisme secara langsung; alih-alih mereka merusak
sel tubuh yang diserang oleh virus dan sel-sel abnormal
yang dapat membentuk tumor. Sel NK tidak bersifat
fagositik; melainkan menyerang membrane sel sehingga sel
tersebut lisis (pecah).
3) Respon Peradangan

Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap


kerusakan jaringan, misal akibat tergores atau benturan

10
keras. Pada proses ini dipengaruhi oleh Histamin dan
prostalgidin. Histamin yang dihasilkan oleh sel tubuh
berperan untuk meningkatkan konsentrasi otot dan
permeabilitas dinding pembuluh darah kapiler di sekitar
areal yang terinfeksi. Peningkatan aliran darah akan
memudahkan perpindahan sel – sel fagosit dari darah ke
dalam jaringan yang terluka. Netrofil merupakan fagosit
pertama yang menyelubungi luka selanjutnya monosit
berperan dengan berkembang menjadi makrofag yang akan
membersihkan sel – sel jaringan yang rusak.

Gambar 4: Mekanisme Pertahanantubuh dengan respon


inflamatori
Sumber: (Campbell, 2004)
4) Protein Antimikroba
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan
tubuh nonspesifik disebut system komplemen. Protein
tersebut dapat secara langsung membunuh mikroorganisme
ataupun mencegah reproduksinya. Terdapat sekitar 20 jenis
protein yang termasuk dalam sistem ini. Histamin dan
interleukin termasuk protein ini. Protein komplemen
bersirkulasi dalam darah dalam bentuk tidak aktif. Jika
beberapa molekul dari satu jenis protein komplemen aktif,
hal tersebut memicu gelombang reaksi yang besar. Mereka
mengaktifkan banyak molekul komplemen lain. Setiap

11
molekul yang teraktifkan, akan mengaktifkan jenis protein
komplemen lain dan begitu seterusnya. Aktivasi protein
komplemen terjadi jika protein komplemen tersebut
berikatan dengan protein yang disebut antigen. Antigen
telah dimiliki oleh patogen. Aktivasi dapat terjadi ketika
protein komplemen berikatan langsung dengan permukaan
bakteri. Beberapa protein komplemen dapat bersatu
membentuk pori kompleks yang menginduksi lisis
(kematian sel) pada patogen. Beberapa protein komplemen
yang teraktifkan juga menyebabkan respons pertahanan
tubuh nonspesifik yang disebut peradangan (inflamasi).
Selain itu, “menarik” sel-sel fagosit menuju sel atau
jaringan yang rusak.

2. Sistem Kekebalan Spesifik


Sistem pertahanan tubuh spesifik merupakan pertahanan tubuh
terhadap patogen tertentu yang masuk ke tubuh. Sistem ini bekerja
apabila patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh
nonspesifik. Sistem pertahanan tubuh spesifik disebut juga dengan
sistem kekebalan tubuh atau sistem imun. Sistem kekebalan tubuh
terbentuk karena adanya peran antigen dan antibodi. Pertahanan tubuh
secara spesifik dilakukan oleh antibodi yang dibentuk oleh limfosit
karena adanya antigen yang masuk ke tubuh. Limfosit terdiri atas dua
tipe, yaitu limfosit B (sel B) dan limfosit T (sel T).
1) Sel B
"B" sebenarnya berasal dari kata Bursa Fabrisius, yaitu sebuah
organ unik bagi unggas tempat sel B unggas mengalami
pematangan dan tempat dimana limfosit B pertama kali ditemukan.
Akan tetapi karena sel B semua vertebrata lain berkembang dalam
sumsum tulang (bone marrow), "B" bisa diartikan "bone" maupun
"bursa". Sel B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral

12
dengan membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi 3
jenis berikut.
a. Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B
pengingat (memori).
b. Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
c. Sel B pengingat (memori), berfungsi mengingat antigen yang
pernah masuk ke tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B
plasma jika terjadi infeksi kedua.

2) Sel T
"T" berasal dari kata timus, yaitu suatu kelenjar dalam
rongga dada di atas jantung yang berperan dalam pematangan
limfosit T setelah diproduksi di sumsum tulang. Sel T berperan
dalam pembentukan kekebalan seluler yaitu dengan cara
menyerang sel penghasil antigen secara langsung. Sel T juga ikut
membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat
dibedakan menjadi tiga jenis berikut.
a. Sel T sitotoksik, berfungsi menyerang patogen yang masuk ke
tubuh, sel tubuh yang terinfeksi, serta sel kanker secara
langsung.
b. Sel T helper, berfungsi menstimulasi pembentukan jenis sel T
lainnya dan sel B plasma serta mengaktivasi makrofag untuk
melakukan fagositosis.
c. Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan
respon imun dengan cara menurunkan produksi antibodi dan
mengurangi aktivitas sel T sitotoksik. Sel T supresor akan
bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.

13
Gambar 5: Respon Imun
Sumber: (Campbell, 2011)

C. Antigen

Antigen adalah substansi yang dapat memicu respons sistem


kekebalan tubuh, baik dengan merangsang produksi antibodi atau melalui
aktivasi sel-sel kekebalan. Antigen juga merupakan suatu benda asing
yang memasuki suatu inang., yang biasanya benda asing tersebut tidak
terdapat pada tubuh inang tersebut. Antigen yang mampu menimbulkan
antibody disebut dengan immunogen, sedangkan sifat dari antigen tersebut
adalah immunogenic.
Berdasarkan atas ukuran berat molekul dan kecepatan
pembentukan antibody maka antigen dibagi menjadi: a) antigen kuat, yaitu
antigen yang mampu merangsang terbentuknya antibody dengan cepat dan
levelnya tinggi. b) antigen lemah, yaitu antigen yang mengambil masa
cukup lama dalam memproduksi antibody dan levelnya juga rendah.

14
Pada umumnya suatu antigen dapat dikatakan sebagai antigen yang
kuat apabila berat molekulnya melebihi 10.000. Namun demikian ada
kekecualian bagi hormon polipeptin glukagon yang memiliki berat
molekul 4.600, dan insulin yang mempunyai berat molekul 5.000 dapat
berfungsi sebagai immunogen.
Kandungan kimia dari suatu bahan merupakan faktor penting untuk
menentukan keimunogenan. Pada umumnya protein merupakan imunogen
yang baik. Makro molekul seperti polisakarid dapat juga dianggap sebagai
antigen kuat, sedangkan lipid dan asam nukleat biasanya merupakan antigen
lemah. Tetapi apabila lipid atau asam nukleat digabungkan dengan dengan
protein terlebih dahulu sehingga terbentuk makro molekul (lipo protein atau
nukleo protein) maka akan dapat menghasilkan zat anti dengan level yang
tinggi. Lipopolisakarid yang terdapat pada permukaan dinding sel bakteri
gram negatif mempunyai keimunogenan yang tinggi.3

3
Ayu Syilvita Amanda, “Limfoma pada anjing Golden Retriever,” ARSHI Veterinary Letters 3,
no. 2 (29 Mei 2019): 21–22, https://doi.org/10.29244/avl.3.2.21-22.

15
Gambar 6: Antigen
Berdasarkan respon imunnya,antigen dapdi bedakan menjadi:
a. Tidak lengkap antigen (kebetulan)
Adalah molekul kecil yang mempunyai kandungan antigenik
(molekul karier) yang termasuk oleh Molekul besar (imunogen).
Namun terjadi ini tidak dapat memacu produksi antibody jika tidak
berikatan dengan molekul besar sampai disebut misalnya lagi
molekulnon-imtidakasli.
b. Lengkap antigen (imunogen).
Imunogen adalah Moekul besar darisebuah antigen dan bersifat
sebagai moekul pembawa karena membawa molekul kecil (terjadi)
dari suatu antigen. Imunogen ini dapat dikenal oleh antibodi dan
pembentukan emacu antibodi (imunogenik).

Antigen dapat beragam dan dapat berasal dari berbagai sumber.


Berikut adalah beberapa macam antigen berdasarkan sumber dan
karakteristiknya:
1. Antigen Mikroba: Ini adalah antigen yang berasal dari mikroorganisme
seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit. Contohnya adalah antigen dari
bakteri Streptococcus pneumoniae yang menyebabkan pneumonia atau
antigen dari virus Influenza.
2. Antigen Bakteri: Beberapa antigen dapat ditemukan di permukaan bakteri
dan membantu sistem kekebalan mengidentifikasi jenis bakteri tertentu.
Contohnya adalah lipopolisakarida (LPS) pada dinding sel bakteri Gram-
negatif.
3. Antigen Virus: Virus memiliki protein pada selubungnya atau pada
permukaan yang dapat dikenali oleh sistem kekebalan tubuh. Contohnya
adalah protein pada permukaan virus HIV atau virus Hepatitis B.
4. Antigen Parasit: Parasit seperti cacing atau protozoa juga memiliki antigen
yang dapat memicu respons kekebalan tubuh saat terinfeksi. Contohnya
adalah antigen dari parasit Plasmodium yang menyebabkan malaria.
5. Antigen Molekuler: Ini termasuk antigen yang lebih kecil seperti
polisakarida, protein, atau asam nukleat yang dapat ditemukan dalam sel

16
tubuh atau makanan tertentu. Contohnya adalah antigen pada protein sel
darah merah yang dapat menyebabkan reaksi alergi.
6. Antigen Kimia: Senyawa kimia seperti obat-obatan, toksin, atau bahan
kimia tertentu juga dapat berfungsi sebagai antigen jika sistem kekebalan
tubuh mengenali mereka sebagai benda asing.
7. Antigen Transplantasi: Dalam transplantasi organ atau jaringan, antigen
yang paling penting adalah antigen histokompatibilitas manusia (HLA)
yang ada pada permukaan sel tubuh dan harus sesuai dengan penerima
untuk menghindari penolakan organ.
8. Antigen Kanker (Antigen Tumor): Beberapa sel kanker menghasilkan
antigen unik yang tidak ditemukan pada sel sehat. Ini disebut antigen
tumor dan dapat menjadi target terapi imunologi kanker.

Penting untuk diingat bahwa sistem kekebalan tubuh dapat merespons


antigen dengan cara yang berbeda, termasuk dengan memproduksi
antibodi, merangsang sel-sel kekebalan untuk melawan infeksi, atau
bahkan menyebabkan reaksi alergi. Sistem kekebalan tubuh mampu
mengenali berbagai jenis antigen ini dan meresponsnya sesuai.

D. Antibodi
Antibodi, juga dikenal sebagai immunoglobulin, adalah protein yang
diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh hewan (dan manusia) sebagai
respons terhadap masuknya zat asing seperti bakteri, virus, parasit, atau
bahan kimia berbahaya lainnya ke dalam tubuh. Fungsi utama antibodi
adalah melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit dengan mengenali dan
mengikat zat asing tersebut, sehingga memfasilitasi penghapusan mereka
oleh sistem kekebalan tubuh. Berikut adalah beberapa poin penting tentang
antibodi pada hewan:4
Antibodi merupakan biomolekul yang tersusun atas protein da
dibentuk sebagai respons terhadap keberadaan benda-benda asing yang

4
“FISIOLOGI HEWAN. RISA PURNAMASARI, S.Si., M.Si DWI RUKMA SANTI, S.ST.,
M.Kes PENERBIT PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UIN SUNAN AMPEL,” t.t.

17
tidak dikehendaki di dalam tubuh kita. Benda-benda asing itu isebut
antigen. Tiap kali ada benda-bendaasing yang masuk ke dalam tubuh
diperlukan 10-14 hari untuk membentuk antibodi.Antibodi dihasilkan oleh
limfosit B atau sel-sel B. Antibodi digunakan untuk menetralkan atau
menghancurkan antigen yang masuk ke dalam tubuh. Setiap detik sekitar
2.000 molekul antibodi diproduksi oleh sel-sel B. Salah satu contoh
peristiwa yang melibatkan antibodi adalah ketika kulit kita terkena infeksi
karena luka maka akan timbul nanah. Nanah itu merupakan limfosit atau
sel-sel B yang mati setelah berperang melawan antigen. Antibodi dapat
ditemukan pada aliran darah dan cairan nonseluler. Antibodi memiliki
struktur molekul yang bersesuaian dengan antigen secara sempurna,
seperti anak kunci dengan lubangnya. Tiap jenis antibodi spesifik terhadap
antigen jenis tertentu.
1. Jenis-jenis Antibodi
Antibodi disebut juga immunoglobulin (Ig) atau serum protein
globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh lewat proses
kekebalan (immune). Ada lima macam immunoglobulin, yaitu IgG,
IgM, IgA, IgE, dan IgD.
a) Immunoglobulin G (IgG)
IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya
meninggi dalam satu bulan, menurun perlahan-lahan, dan terdapat
selama bertahun-tahun dengan kadar yang rendah. IgG beredar
dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening,
dan usus. Senyawa ini akan terbawa aliran darah langsung menuju
tempat antigen berada dan menghambatnya begitu terdeteksi.
Senyawa ini memiliki efek kuat antibakteri maupun virus, serta
menetralkan racun. IgG juga mampu menyelinap diantara sel-sel
danmenyingkirkan mikroorganisme yang masuk ke dalam sel-sel
dan kulit. Karena kemampuan serta ukurannya yang kecil, IgG
merupakan satu-satunya antibodi yang dapat dipindahkan melalui
plasenta dari ibu hamil ke janin dalam kandungannya untuk
melindungi janin dari kemungkinannya infeksi yang menyebabkan

18
kematian bayi sebelum lahir. Selanjutnya immunoglobulin dalam
kolostrum (air susu ibu atau ASI yang pertama kali keluar),
memberikan perlindungan kepada bayi terhadap infeksi sampai
sistem kekebalan bayi dapat menghasilkan antibodi sendiri.
b) Immunoglobulin A (IgA)

Immunoglobulin A atau IgA ditemukan pada bagian-bagian


tubuh yang dilapisi oleh selaput lendir, misalnya hidung, mata,
paru-paru, dan usus. IgA juga ditemukan di dalam darah dan cairan
tubuh lainnya, seperti air mata, air liur, ASI, getah lambung, dan
sekresi usus. Antibodi ini melindungi janin dalam kandungan dari
berbagai penyakit. IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi
sistem pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak terdapat
dalam tubuh bayi yang baru lahir.
c) Immunoglobulin M (IgM)
Antibodi ini terdapat pada darah, getahbening, dan pada
permukaan sel-sel B. Pada saat antigen masuk ke dalam tubuh,
Immunoglobulin M (IgM) merupakan antibodi pertama yang
dihasilkan tubuh untuk melawan antigen tersebut. IgM terbentuk
segera setelah terjadi infeksi dan menetap selama 1-3 bulan,
kemudian menghilang. Janin dalam rahim mampu memproduksi
IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika janin terinfeksi kuman
penyakit, produksi IgM janin akan meningkat. IgM banyak
terdapat di dalam darah, tetapi dalam keadaan normal tidak
ditemukan dalam organ maupun jaringan. Untuk mengetahui
apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar
IgM dalam darah.
d) Immunoglobulin D (IgD)
Immunoglobulin D atau IgD juga terdapat dalam darah,
getah bening, dan pada permukaan sel-sel B, tetapi dalam jumlah
yang sangat sedikit. IgD ini bertindak dengan menempelkan
dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel-sel T
menangkap antigen.

19
e) Immunoglobulin E (IgE)
Immunglobulin E atau IgE merupakan antibodi yang
beredar dalam aliran darah. Antibodi ini kadang juga menimbulkan
reaksi alergi akut pada tubuh. Oleh karena itu, tubuh seorang yang
sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE yang tinggi. IgE
pentingmelawan infeksi parasit, misalnya skistosomiasis, yang
banayk ditemukan di negara-negara berkembang (Pujiyanto, 2012).

2. Respon Kekebalan Imun


Respon kekebalan tubuh terhadap antigen dapat dikelompkan
menjadi dua macam yaitu kekebalan humoral (antibody –mediated
immunity) dan kekebalan seluler (cell – mediated immunity). Berikut
akan saya jelaskan satu persatu respon kekebalan tubuh.
a. Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi
yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Antibodi yang
beredar sebagai respon humoral bekerja melawan bakteri
bebas, racun, virus dan mikroorganisme lainnya yang berada
dalam cairan tubuh. Serangkaian respon terhadap pathogen ini
disebut dengan respon
b. kekebalan primer antara lain:
 Netralisasi yaitu antibodi akan menetralkan suatu virus
dengan cara melekat pada molekul yang harus digunakan
oleh virus untuk menginfeksi sel inang.mekanisme ini akan
menetralkan racun dari mikroorganisme sehingga akan
mudah difagositosis oleh makrofag.
 Aglutinasi (penggumpalan) yaitu proses penggumpalan
bakteri atau virus yang diperantarai oleh antibody yang
akan bekerja menetralkan mikrorganisme tersebut. Terjadi
karena setiap molekul antibody memiliki paling tidak dua
tempat pengikatan antigen. Kompleks besar yang terbentuk

20
melalui proses aglutinasi yang akan memudahkan
fagositosis makrofag.
 Presipitasi (pengendapan) yaitu proses dimana molekul
molekul antigen yang terlarut dalam cairan tubuh akan
diendapkan oleh antibody. Proses ini akan memudahkan
proses pengeluaran dan pembuangan antigen oleh
fagositosis.
 Fiksasi komplemen (aktivasi) yaitu mengaktivasikan
komplemen dengan adanya kompleks antigen – antibody.
Apabila ada infeksi maka protein yang pertama dalam
rangkaian protein komplemen akan diaktifkan, reaksi
komplemen ini akan mengakibatkan lisisnya banyak jenis
virus dan sel – sel pathogen.
c. Kekebalan Seluler
 Kekebalan seluler melibatkan sel T Yang bertugas
menyerang sel – sel asing ataujaringan tubuh yang
terinfeksi secara langsung. Berdasarkan cara
memperolehnya kekebalan tubuh digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif.
 Kekebalan Aktif Kekebalan aktif merupakan kekebalan
yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri, Tubuh membentuk
antibodi sendiri karena infeksi antigen. Kekebalan ini
dapatdiperoleh secara alami dan buatan sebagai contoh
secara alami melalui penyakit seperti halnya penyakit cacar
dan secara langsung tubuh membentuk vaksinasi virus
cacar dengan cara didalam tubuh penderita dikembangkan
kekebalan humoral dan kekebalan seluler, setelah mengidap
penyakit cacar penderita tidak akan terkena dua kali
penyakit cacar. Sedangkan cara buatan dengan adanya
vaksinasi (imunisasi) terhadap mikroorganisme tertentu
dengan cara dimasukkan antigen yang telah dilemahkan
atau telah mati kedalam tubuh.

21
Penting untuk diingat bahwa antibodi merupakan salah satu komponen
penting dalam sistem kekebalan tubuh hewan dan manusia, yang bekerja
sama dengan sel-sel lainnya untuk melindungi tubuh dari infeksi dan
penyakit.

Gambar 7: Antibodi

Proses pembentukan antibodi dalam respons kekebalan terhadap


virus atau bakteri melibatkan beberapa tahap. Berikut adalah contoh kasus
bagaimana pembentukan antibodi terjadi dalam respons terhadap virus:

a. Paparan Virus
Misalnya, seseorang terpapar oleh virus influenza. Virus ini
memasuki tubuh dan mulai berkembang biak.
b. Pengenalan Virus oleh Sel-Sel Kekebalan
Sistem kekebalan tubuh mengandalkan sel-sel spesifik yan disebut
sel-sel antigen-presenting seperti makrofag atau dendritik yang
mendeteksi kehadiran virus. Mereka menangkap dan memproses virus.
c. Aktivasi Sel T-Helper
Sel-sel antigen-presenting mengaktifkan sel T-helper (T-CD4+),
yang merespon dengan mengenali fragmen antigen dari virus yang
dipresentasikan oleh sel antigen-presenting.
d. Aktivasi Sel B dan Produksi Antibodi

22
Sel T-helper kemudian merangsang sel B untuk menghasilkan
antibodi spesifik yang disebut IgM. Antibodi ini akan mengikat virus
dan membantu dalam penghancuran atau netralisasi virus.
e. Pembentukan Sel Memori
Sel B juga menghasilkan sel memori B, yang memiliki kemampuan
untuk "mengingat" virus tersebut. Ini adalah bagian penting dari
respons kekebalan adaptif, karena jika individu tersebut terpapar
kembali oleh virus yang sama, sel-sel memori akan segera
memproduksi antibodi IgG yang lebih kuat dan lebih cepat.
f. Penghancuran Virus
Antibodi yang dihasilkan oleh sel B akan mengikat virus,
membantu dalam penghancuran virus atau menghalangi virus agar
tidak dapat masuk ke sel-sel tubuh.

Proses ini adalah contoh bagaimana sistem kekebalan tubuh


merespons paparan virus dengan pembentukan antibodi. Proses serupa
terjadi dalam respons terhadap bakteri, meskipun ada perbedaan dalam
jenis antibodi yang dihasilkan dan mekanisme respons yang terlibat.
Sistem kekebalan tubuh bekerja secara sinergis untuk melawan infeksi
dan membentuk perlindungan terhadap agen penyebab penyakit.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem imun merupakan mekanisme organisme dalam


mempertahankan kondisi tubuh agar tetap homeostasis dan merupakan
perlindungan terhadap potensi bahaya yang berasal dari lingkungan
sekitar. Sistem imun dalam tubuh hewan akan bekerja karena adanya
imunomodulator yang dibutuhkan dalam kondisi terdapat infeksi,
misal karena bakteri, fungi, atau virus. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja optimal sistem imun diantaranya adalah: faktor
lingkungan, makanan, gaya hidup sehari-hari, stres, umur dan hormon.
Secara keseluruhan, antibodi adalah komponen dari sistem
kekebalan yang digunakan untuk melawan antigen, sementara sistem
kekebalan secara keseluruhan terlibat dalam perlindungan tubuh dari
infeksi dan penyakit. Sistem limfatik membantu dalam proses
transportasi dan identifikasi patogen dalam tubuh. Antigen adalah
substansi yang memicu respon sistem kekebalan. Semua elemen ini
bekerja bersama-sama untuk menjaga kesehatan dan kekebalan tubuh
terhadap penyakit dan patogen.

B. Saran

Demikiannlah pokok bahasan yang dapat kami jelaskan, besar


harapan kami makalah ini sangat bermanfaat untuk para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari
makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Amanda, Ayu Syilvita. “Limfoma Pada Anjing Golden Retriever.” Arshi


Veterinary Letters 3, No. 2 (29 Mei 2019): 21–22.
Https://Doi.Org/10.29244/Avl.3.2.21-22.
“Anatomi Hewan 2. Pdf, ” T.T.
Campbell, et. al. (2012). Biology Tenth Edition. US: Pearson Education
Campbell, et. al. (2004). Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Erlangga
“Content Fisiologi Hewan.Pdf,” T.T.
“Fisiologi Hewan. Risa Purnamasari, S.Si., M.Si Dwi Rukma Santi, S.St., M.Kes
Penerbit Program Studi Arsitektur Uin Sunan Ampel,” T.T.
Kimball. J. W. (1983). Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Kresno, B.S (2010). Imunologi: Diagnosis dan Proses Laboratorium. Edisi
Kelima.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
“Potensi Bahan Hayati Sebagai Imunostimulan Hewan Akuatik.Pdf,” T.T.
Pratiwi, E., D. 2013. Subkloning dan EkspresiGnfim-C Salmonella typhi
[Skripsi]. Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam,
Universitas Negeri Jakarta.
Pujiyanto, S. (2012). Menjelajah Dunia Biologi 2. Jakarta: Platinum
“Risa Purnamasari, And Dwi Rukma Santi_Fisiologi Hewan.Pdf,” T.T.
“Risa Purnamasari, S.Si., M.Si Dwi Rukma Santi, S.St., M.Kes Penerbit Program
Studi Arsitektur Uin Sunan Ampel,” T.T.
Yahya, H. (2002). Sistem Kekebalan Tubuh dan Keajaiban di Dalamnya.
Bandung
: Dzikra
Yudianto, S. A. (2010). Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Bandung:
Mughni Sejahte

25
26

Anda mungkin juga menyukai