Eskapisme Realitas Dalam Dualisme Dunia Alice Telaah Psikologi-Sastra Film Alice in Wonderland (2010)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340679888

ESKAPISME REALITAS DALAM DUALISME DUNIA ALICE TELAAH PSIKOLOGI-


SASTRA FILM ALICE IN WONDERLAND (2010)

Article · October 2017


DOI: 10.22219/KEMBARA.Vol3.No2.185%20-%20195

CITATIONS READS

10 179

1 author:

Eggy Fajar Andalas


University of Muhammadiyah Malang
54 PUBLICATIONS 78 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Narratology View project

All content following this page was uploaded by Eggy Fajar Andalas on 16 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Oktober 2017 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/
Volume 3, Nomor 2, hlm 123 - 134 kembara/article/view/5136
PISSN 2442-7632 EISSN 2442-9287

ESKAPISME REALITAS DALAM DUALISME DUNIA ALICE


TELAAH PSIKOLOGI-SASTRA FILM ALICE IN WONDERLAND (2010)

Eggy Fajar Andalas


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Malang
Jalan Raya Tlogomas 246 Malang, Malang, Indonesia
[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi unsur-unsur kefantastikan film Alice in Wonder-
land (2010) dan makna yang dihadirkan. Untuk menjawab permasalahan tersebut dimanfaatkan teori cerita
fantastik Tzvetan Todorov dan Psikoanalisis Sigmeund Freud. Penelitian ini menggunakan pendekatan
psikologi-sastra. Sumber data penelitian yaitu film Alice in Wonderland (2010). Proses pengumpulan data
dilakukan dengan metode simak-catat dan kodifikasi. Analisis data dilakukan dengan (1) display, (2) reduk-
si, dan (3) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut. Pertama, film Alice in
Wonderland merupakan cerita bergenre fantasi dengan sub-genre fantastik uncanny, yaitu cerita yang pada
awalnya menghadirkan kebimbangan kepada penonton tapi dapat terjelaskan kelogisannya di bagian akhir.
Alice melarikan realitas kehidupannya dalam bentuk transformasi tokoh nyata ke dalam tokoh fan-
tasi dalam dunia imajinernya. Kedua, hal yang terjadi dalam diri Alice adalah bentuk konflik batiniah
mengenai realitas kehidupannya yang penuh dengan aturan serta tidak mampu bersikap dan bertindak
apa-apa, hingga ia mampu memaknai mimpi yang dialaminya dan menerimanya sebagai sebuah pem-
belajaran yang direalisasikannya dalam kehidupan nyata untuk dapat bersikap dan merespon setiap
tindakan orang yang tidak diterimanya.

Kata Kunci: film, eskapisme, psikologi-sastra

Abstract: This study aims to explore the fantastic elements of Alice in Wonderland (2010) film and
their presented meanings. This study used theories of Fantastic in literature by Tzvetan Todorov and
Psychoanalysis by Sigmund Freud. This study use psychology-literature approach. The data source
for this study was Alice in Wonderland (2010) film. The procedures of the data collection involved
close-reading and codification. The data analysis were done by 1) displaying, 2) reducing, and 3)
drawing conclusion. The results revealed that 1) the movie’s genre was fantasy whose sub-genre was
uncanny; the story initially brought hesitancy to the audience but can finally be reasonable at the end.
In the movie, Alice ran from the reality through transforming from the real figure into fantasy figure
in her imaginary world. 2) Things happened to Alice were her inner conflicts about the reality of her
life which loaded with full of rules, yet she could not afford to resist them. Until, she was eventually
able to interpret her dream and accepted it as a life lesson in which she could manage to behave and
respond to everything she could not accept.

Keywords: film, Escapism, Psychology-Literaturee

185
186

PENDAHULUAN bernama Wonderland. Alice adalah seorang anak


saudagar bernama Charles Kingsleigh yang
Genre cerita fantasi bukanlah suatu hal terus dibayangi oleh mimpi-mimpinya tentang
yang baru dalam dunia sastra. Bentuk cerita suatu dunia imajiner yang terus menghantuinya
fantasi modern oleh para ahli sastra dianggap setiap malam. Hingga pada suatu hari Ayah
berasal dari prosa naratif kuno, seperti legenda Alice meninggal dan ia oleh Ibunya dijodohkan
ataupun mite, yang diidentikkan dengan folklor dengan anak seorang bangsawan teman Ayahnya
(Pettit, 1997: 211; Dégh, 1997: 487; Klapproth, bernama Hamish. Pada acara pertunangan
2004: 25-26; Harris, 2008: 4). Bentuk cerita ini keduanya, perhatian Alice teralihkan oleh sesosok
menyajikan mengenai “dunia sekunder” yang kelinci berpakaian biru yang menghantarkannya
bukan hanya sekadar merepresentasikan tiruan pada dunia fantasi Wonderland. Dalam dunia
dari “dunia primer”, tetapi merupakan sebuah Wonderland Alice berpetualang untuk melawan
artikulasi terhadap penggambaran berbagai hal sesosok ratu jahat. Hingga akhirnya ia dapat
yang tidak dapat ditemukan di dunia yang kita memenangkan pertempuran tersebut. Setelah
kenal (Tolkien, 1966: 69-70). Oleh karenanya, selesainya petualangan yang dilaluinya tersebut
banyak para ahli sastra yang menganggap bahwa ia kembali ke dunia nyatanya.
cerita fantasi tidak lain merupakan sebuah Sebagai sebuah cerita fantasi, film Alice
cerita khayalan yang tidak pernah terjadi dalam in Wonderland (2010) tidak hanya menyajikan
kehidupan nyata. Dalam konteks kesusastraan sebuah hiburan mengenai petualangan tokoh
Indonesia, bentuk cerita seperti ini sering disebut Alice di dunia Wonderland. Dalam tataran struktur
juga sebagai dongeng1. pengisahannya, film ini banyak menghadirkan
Sejak abad ke XIX, utamanya di Perancis, efek keterkejutan kepada penonton. Aspek
cerita fantasi telah mendapat banyak perhatian imajiner yang terdapat di dalam cerita membuat
tidak hanya oleh para sastrawan, tetapi juga para penonton penasaran, bimbang, cemas, hingga
pelaku seni sinematografi. Sinema dianggap berimajinasi. Bentuk pengisahan yang digunakan
sebagai sarana yang paling tepat untuk cerita oleh Linda Woolverton sering memberikan
fantastik, termasuk juga dongeng, mitologi, kebingungan mengenai seting peristiwa yang
maupun cerita sains (Djokosujatno, 2005: 121). menghadirkan dunia yang mendua. Di satu
Visualisasi yang hidup dalam film dianggap sisi dunia nyata yang dihadirkan merupakan
mampu memberikan informasi sekaligus imajinasi perwujudan konkrit seperti dunia yang kita
terhadap penonton dalam memahami maksud dari kenal, tetapi di sisi yang lain dunia fantasi yang
penciptanya. Gambar-gambar dalam film tidak dihadirkan memiliki kesejajaran dengan dunia
lagi hanya sebuah gambar yang hanya dimaknai nyata kehidupan Alice.
secara harfiah semata, tetapi terdapat simbol- Secara spesifik, cerita ini menghadirkan
simbol dan pesan yang terdapat di dalamnya kembimbangan terhadap dunia yang natural dan
yang ingin disampaikan oleh penciptanya kepada supernatural. Oleh karenanya, cerita fantasi tidak
penonton. dapat dianggap hanya sebagai bentuk khayalan
Film Alice in Wonderland (2010) yang bersifat imajiner semata. Sebagai buah
merupakan salah satu film bergenre fantasi yang karya seorang pengarang, cerita fantasi sering
ditulis oleh Linda Woolverton dan disutradari dianggap memiliki keterkaitan dengan mimpi
oleh Tim Burton. Kisah cerita ini diadaptasi dari karena merupakan proyeksi psikologi dan budaya
novel Alice’s Adventures in Wonderland (1865) dari keinginan dan ketakutan individu maupun
yang ditulis oleh Lewis Carroll. Film fantasi ini kolektif (Harris, 2008: 2). Lazimnya sebuah
berkisah mengenai perjalanan kehidupan imajiner cerita yang dibangun atas dasar kesadaran logis
tokoh Alice yang berpetualang di dunia fantasi kehidupan pengarangnya, tidak jarang cerita-

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2017, hlm 185 - 195
187

cerita fantastik menyelipkan amanat berupa sebagai dasar interpretasi terhadap makna yang
nasehat ataupun simbolis-simbolisme lain yang dihadirkan cerita.
perlu digali di dalamnya, di samping aspek Todorov memandang bahwa terdapat
kefantastikannya (Propp, 1997: 17). perspektif yang berbeda untuk menganalisis
Sebagai sebuah cerita klasik, ditulis pertama sebuah objek material dari sudut pandang genre
kali pada tahun 1865 dan dialihwahanakan ke cerita fantasi dengan lainnya (Todorov, 1975: 3).
dalam bentuk film berulang kali hingga tahun Dalam konteks ini, dalam melihat sebuah cerita
2010, sayangnya belum banyak penelitian yang sebagai sebuah genre fantasi, seorang peneliti
dilakukan terhadap cerita ini. Terlebih pada film haruslah menempatkan sudut pandangnya dalam
Alice in Wonderland yang ditayangkan pada kerangka kefantastikan ceritanya. Menurutnya
tahun 2010. Sejauh penelusuran penulis, hanya (Todorov, 1975: 41-42), cerita fantastik dapat
terdapat satu penelitian yang telah melakukan dibagi menjadi uncanny, fantastik uncanny,
kajian terhadap film ini. Penelitian tersebut yaitu marvellous, dan fantastik marvellous. Uncanny
penelitian berbentuk tesis yang dilakukan oleh merupakan sebuah cerita yang tidak menimbulkan
Wahyuni (2014) dengan judul “Analisis Teknik kebimbangan kepada penonton atau pembacanya.
Penerjemahan Tindak tutur Direktif dalam Film Bentuk cerita uncanny dimulai dengan peristiwa
Alice in Wonderland dan Pengaruhnya Terhadap yang alami dan diakhiri dengan peristiwa yang
Kualitas Terjemahan”. Wahyuni berkesimpulan alami pula. Marvelous merupakan sebuah cerita
bahwa (1) terdapat enam bentuk tindak tutur yang tidak logis dan hanya dapat dipahami dalam
direktif, (2) terdapat dua belas macam teknik kerangka imajinasi fantasi saja. Cerita tidak bisa
penerjemahan, dan (3) memiliki keakuratan dan dijelaskan secara logis berdasarkan referensi
keberterimaan yang tinggi. dunia nyata. Fantastik uncanny merupakan cerita
Berdasarkan hal tersebut, penelitian yang diawali dengan kebimbangan terhadap
terhadap unsur fantastik dan makna yang pembaca atau penontonnya, tetapi pada bagian
dihadirkan dalam film Alice in Wonderland belum akhir dapat diberikan rasionalitas terhadapnya.
pernah dilakukan. Penelitian ini berusaha untuk Terakhir, cerita fantastik marvelous merupakan
memberikan kontribusi terhadap pengetahuan cerita yang diawali dengan kelogisan dan diakhiri
cerita bergenre fantastik dengan mengeksplorasi dengan kebimbangan mengenai kelogisan cerita.
unsur-unsur kefantastikan cerita serta makna Cerita diawali dengan hal yang logis, tetapi cerita
yang dihadirkan dalam cerita. Oleh karenanya, diakhiri dengan suatu hal yang tidak logis.
penelitian ini penting dilakukan karena sejumlah Sebagai sebuah cerita fantastik, film Alice
alasan. Pertama, sangat sedikit penelitian sastra in Wonderland juga merupakan wujud dari
yang mengkaji cerita bergenre fantasi, utamanya penggambaran realitas fiksional pengarang. Cerita
dalam film, sehingga penelitian ini akan mengisi Alice in Wonderland bukanlah cerita fiksional
kekosongan tersebut. Kedua, cerita fantasi yang hanya menyajikan hiburan semata. Akan
bukanlah cerita yang bertujuan sebagai hiburan tetapi, terdapat pesan yang ingin disampaikan
semata, tetapi terdapat makna yang disematkan oleh pengarangnya kepada para penonton film ini.
oleh penciptanya kepada pembaca. Makna Psikoanalisis sering digunakan sebagai sebuah
tersebut perlu diungkapkan kepada pembaca. pendekatan dalam menginterpretasi sebuah
Untuk melakukan hal tersebut digunakan mimpi. Dalam sudut pandang Freud, cerita fantasi
teori fantastik Tzvetan Todorov dan Psikoanalisis (dongeng) dianggapnya sebagai hal yang mirip
Sigmund Freud. Teori Tzvetan Todorov digunakan dengan mimpi.
untuk menjawab tujuan penelitian pertama terkait Konsep sentral dalam psikoanalisis Freud
dengan unsur-unsur kefantastikan dalam cerita adalah ketaksadaran (unconscious). Dalam
dan teori psikoanalisis Sigmund Freud berguna karyanya berjudul The Interpretation of Dream

Eggy Fajar Andalas, Eskapisme Realitas dalam Dualisme Dunia Alice Telaah Psikologi-Sastra Film Alice In Wonderland (2010)
188

(1900), Freud menggunakan cerita fantasi terhadap teks film Alice in Wonderland saja
sebagai objek telaahnya untuk menjelaskan tanpa mempertimbangkan unsur lain di luar teks.
gejala psikologis yang terjadi pada manusia. Pemaknaan yang dilakukan berkaitan dengan
Berdasarkan analisanya, ia menyatakan bahwa aspek kefantastikan cerita dan makna tekstual
“tidak diragukan lagi bahwa terdapat hubungan cerita.
antara mimpi dan dongeng suatu masyarakat” Untuk melakukan hal tersebut digunakan
(Freud, 1900: 279). Meskipun begitu, seperti pendekatan Psikologi Sastra. Pendekatan ini
suatu gejala, mimpi merupakan sebuah pesan memandang bahwa karya sastra berisikan
tersembunyi atau tidak langsung, karenanya mengenai peristiwa kehidupan manusia yang
dibutuhkan interpretasi terhadapnya (Castle, diperankan oleh tokoh imajiner di dalamnya
2007: 163). (Sangidu, 2005: 30) sehingga membutuhkan
Sebuah mimpi mengandung dua jenis penjelajahan ke dalam batin atau kejiwaan tokoh
konten, yaitu nyata dan laten. Tingkatan mimpi dalam karya untuk mengetahui seluk-beluk
yang nyata adalah bentuk mimpinya (objek kehidupan manusia (Semi, 1993: 76). Artinya,
penafsiran), sedangkan laten merupakan untuk memahami makna yang dihadirkan melalui
pemikiran sebenarnya yang tidak dapat kefantastikan cerita akan dipusatkan pada ranah
lagi diungkapkan karena telah ditekan oleh psikologis tokoh utama cerita, yaitu Alice.
alam bawah sadar manusia. Mimpi tidaklah Sumber data penelitian ini adalah film
dimaksudkan untuk direpresentasikan sebagai Alice in Wonderland produksi Walt Disney tahun
hal yang telah dilakukan, tetapi merupakan 2010 yang ditulis oleh Linda Woolverton dan
sebuah keinginan yang belum terpenuhi, tetapi disutradari oleh Tim Burton. Data penelitian ini
seolah-olah terepresentasikan sebagai hal yang berupa dialog, peristiwa, dan visualisasi grafik
telah terpenuhi. Dalam aktivitas penciptaan karya yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
sastra, bentuk-bentuk seperti metafora, metonomi, Penelitian ini menggunakan instrumen
penokohan mewakili bentuk terselubung atau berupa peneliti dan panduan analisis. Peneliti
keinginan tersembunyi dari alam bawah sadar bertindak sebagai instrumen karena peneliti
seorang pengarang. Mekanisme inilah yang bertindak sebagai perencana, pelaksana, pen-
menjadikan cara kerja proses kreatif seorang gumpul data, analis, penfasir, dan penyimpul
sastrawan memiliki bentuk yang serupa dengan hasil penelitian. Artinya, peneliti bertindak
mekanisme kerja mimpi. Oleh karenanya, menjadi segalanya dari keseluruhan proses
teori psikoanalisis Freud akan membantu penelitian. Instrumen panduan analisis data
peneliti dalam menginterpretasikan makna yang yang digunakan berupa daftar tabel berisi kolom
dihadirkan oleh pengarang cerita film ini yang pengelompokan data sesuai dengan rumusan
masalah penelitian. Instrumen ini digunakan
tersembunyi dalam lapisan struktur dalam cerita.
untuk memudahkan peneliti dalam menganali-
sis data penelitian.
METODE Prosedur pengumpulan data yang digunakan,
Penelitian ini merupakan penelitian yaitu simak-catat dan kodifikasi. Pertama, teknik
kualitatif karena bertujuan memahami fenomena simak-catat dilakukan dengan menonton film se-
cara berulang-ulang untuk mencermati setiap de-
secara holistik dengan cara deskripsi dalam
tail peristiwa yang terjadi, menentukan data yang
bentuk kata-kata (Moleong, 2014: 6). Pemahaman
digunakan sesuai dengan tujuan penelitian, dan
terhadap fenomena ini dimaksudkan untuk
mencatat data-data yang digunakan. Kedua, kodi-
mengekplorasi makna yang terdapat di dalam
fikasi dilakukan dengan menyalin data yang diper-
objek material yang dikaji (Cresswell, 2014: oleh ke dalam instrumen panduan analisis data,
4). Artinya, pemahaman makna dilakukan mengode data berdasarkan kategorinya. Terkahir

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2017, hlm 185 - 195
189

dilakukan pemeriksaan kembali data yang telah di- dan dunia fantasi Alice. Cerita dibangun
peroleh dengan sumber data. melalui kehidupan “fiksi” seorang tokoh Alice
Teknik analisis data yang digunakan dengan kehidupan yang sama dengan “realitas”
meliputi (1) display, (2) reduksi, dan (3) penarikan kehidupan manusia. Terdapat tokoh yang
kesimpulan. Pertama, display dilakukan dengan diperankan oleh manusia, latar tempat di Inggris,
mengolah dan mempersiapkan data yang berasal latar sosial kehidupan bangsawan Inggris, dan
dari transkrip dialog antartokoh dalam cerita serta tradisi kehidupan yang nyata. Akan tetapi, ketika
screen shoot peristiwa di dalam cerita. Data-data penonton mulai menikmati awal kisah kehidupan
tersebut diklasifikasikan dan disusun berdasarkan nyata Alice—dalam dunianya, fiksi—terjadi
kategori masing-masing. Kedua, reduksi data pergeseran pandangan penonton untuk dibawa
dilakukan dengan menyaring ulang berbagai data ke dalam dunia fantasi Alice. Peristiwa tersebut
yang diperoleh berdasarkan tujuan penelitian. diawali dengan adegan dilamarnya Alice oleh
Setiap data yang diperoleh diklasifikasikan ulang Hamish. Terjadi pergulatan batin pada diri
dan diberi kode sesuai dengan kategorinya. Alice dalam menerima situasi yang tidak pernah
Ketiga, penarikan kesimpulan dengan cara terbayangkan sebelumnya. Ia harus menghadapi
menginterpretasi dan memaknai data sesuai perjodohan yang hadir begitu saja di depan
dengan teori yang digunakan. matanya, tanpa sebelumnya ia mengetahui fakta
tersebut sebelum kedua anak kembar perempuan
HASIL DAN PEMBAHASAN memberitahukan fakta tersebut kepadanya.

Cerita dalam Film Alice in Wonderland


(2010) menghadirkan kemenduaan dalam dirinya
sendiri. Di samping hal tersebut terdapat makna
mengenai kefantastikan di dalam ceritanya.
Artinya, makna yang dihadirkan tidaklah hanya
bertujuan untuk menghibur penontonnya semata.

Dualisme Dunia: Fantastik vs Realitas


Fiksional
Film Alice in Wonderland termasuk dalam
kategori subgenre fantastic uncanny, yaitu cerita
yang pada awal cerita terjadi kebimbangan pada
penontonnya, terjadi kejaiban dan kelogisan Gambar 1
dalam penceritaan, akan tetapi pada bagian akhir Adegan dilamarnya Alice oleh Hamish di sebuah
cerita peristiwa yang terjadi terjelaskan secara Gazebo (menit ke 10.40)
logis (Todorov, 1975: 41). Meskipun tercakup
dalam genre fantasi dengan beragam bentuk Adegan tersebut merupakan awal kisah
tokoh, hewan, dan dunia fantasi yang sangat yang mengantarkan Alice menuju perjalanan
berbeda dengan kehidupan nyata, akan tetapi fantasinya ke Wonderland (Underland). Perisitiwa
secara keseluruhan film Alice in Wonderland tersebut merupakan titik berhentinya kehidupan
dapat terjelaskan secara logis. “nyata” Alice. Realitas yang menempatkan
Jalinan plot yang disajikan oleh pengarang tokoh Alice berada pada situasi kehidupan nyata
kepada penonton memberikan efek dualisme yang sedang dihadapkan pada pilihan dalam
realitas yang berbeda, yaitu kehidupan nyata memutuskan jalan kehidupannya ke depan.

Eggy Fajar Andalas, Eskapisme Realitas dalam Dualisme Dunia Alice Telaah Psikologi-Sastra Film Alice In Wonderland (2010)
190

Persitiwa tersebut dapat dikatakan sebagai titik dualisme realitas antara kehidupan “nyata” dan
berhentinya kehidupan nyata “Alice” didasarkan kehidupan fantasi Alice mulai terjelaskan. Kisah
pada fakta yang terjadi pada akhir cerita. Tokoh petualangan fantasi Alice di Wonderland, bila
Alice akan kembali menghadapi situasi tersebut dicermati secara seksama akan menggambarkan
pada kehidupan nyatanya setelah kembali dari atau merupakan refleksi yang sama yang terjadi
petualangan fantasinya di dunia Wonderland. dengan kehidupan nyatanya. Oleh karenanya,
Sekuen peristiwa tersebut merupakan peristiwa fantasi yang terjadi dalam cerita dapat
realitas tanpa kembimbangan yang dirasakan terjelaskan dengan logis.
penonton yang akan direfleksikannya sebagai Misteri mengenai peristiwa yang dialami
suatu kehidupan normal seperti yang terjadi Alice setelah ia terjatuh dari lubang dan menuju
pada kehidupan nyata. Akan tetapi, kebimbangan dunia fantasinya dapat dijelaskan dengan beberapa
terjadi ketika Alice mengikuti seekor kelinci fakta berikut. Pertama, mengenai kondisi fisik
berbaju biru dan meninggalkan tempat tersebut. Alice. Bila dicermati sebelum Alice terjerembab
Alice akhirnya terjatuh ke sebuah lubang yang ke dalam lubang, ia berpakaian dengan gaun yang
berfungsi sebagai pintu masuk menuju dunia bersih dan indah. Tidak terdapat guratan luka
Wonderland. pada tubuhnya. Ia terlihat sebagai sesosok wanita
Dimulainya peritiwa terjatuhnya Alice ke cantik yang bersih dan anggun. Akan tetapi,
dalam lubang tersebut dan masuk ke dalam dunia ketika ia keluar dari lubang tempat ia terjatuh
fantasi dapat dilihat sebagai bentuk “lapisan” atau sekembalinya dari dunia fantasi terlihat
baru yang berada di atas bangun cerita awal bahwa pakaian yang dikenankannya kotor dan
(kehidupan nyata Alice). Ia mulai menjalani kusut. Terdapat luka goresan di sebelah tangan
kehidupan fantasi dengan tokoh-tokoh fantastik, kanannya. Bila didasarkan pada fakta cerita di
dunia fantastik, dan bertindak sebagai tokoh dalam dunia fantasi, ia menerima luka tersebut
dalam penceritaan tersebut. Ia berinteraksi dengan disebabkan oleh cakaran Bandersnatch (seekor
tokoh-tokoh fantastik seperti hewan-hewan yang hewan fantasi yang lebih mirip dengan seekor
dapat berbicara, manusia, hewan yang berbentuk anjing dengan ukuran sebesar gajah). Seperti
berbeda dengan realitas kehidupannya, kucing yang terlihat dalam gambar potongan cerita
yang mampu menghilang dan tersenyum, hingga dalam film berikut.
ia bertarung dan mengalahkan seekor naga.
Setelah misi untuk mengalahkan naga yang
dilakukannya di dunia Wonderland telah selesai,
ia kemudian kembali lagi dalam kehidupannya
yang “nyata”. Alice kembali ke lubang tempat ia
pertama kali masuk ke dalam dunia Wonderland.
Lantas ia kembali ke dunia nyatanya dan
kembali ke tempat dilangsungkannya acara
pertunangannya dengan Hamish.
Di awali oleh kembalinya dirinya ke
kehidupan nyata, merupakan kunci atau bentuk
penjelasan yang diperlihatkan oleh pengarang
terhadap sekuen peristiwa yang dianggap sebagai
titik henti yang telah disunggung di atas, yaitu Gambar 2
peristiwa kehidupan nyata Alice sebelum masuk Gambar Sebelah Kiri Sebelum Alice Masuk Ke
ke dalam lubang dan berpetualang di dunia Dunia Wonderland, sedangkan Gambar Kanan
Wonderland. Keganjilan mengenai adanya Ketika Alice Telah Keluar Dari Wonderland.

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2017, hlm 185 - 195
191

Dalam potongan gambar tersebut terlihat hal imajinatif lain yang mengejutkan ialah ketika
jelas bahwa terdapat perbedaan mengenai ia dan Ibunya Hamish berbincang di kebun dan
gaun yang dikenakannya dan guratan luka Ibu Hamish tampak tidak senang dengan mawar
yang dideritanya. Akan tetapi, jika digunakan putih. Mengenai peristiwa terakhir tersebut dapat
pemikiran mengenai kelogisan suatu peristiwa dilihat seperti yang terlihat dalam kutipan berikut.
didasarkan pada fakta yang mendukungnya,
kelusuhan gaun yang dikenakannya serta guratan Ibu Hamish : Bodoh! Tukang-tukang kebun itu
yang diperolehnya terjadi karena peristiwa menanam mawar putih padahal aku
terjatuhnya ia ke dalam lubang. Posisi mengenai telah menyuruh mereka menanam
bagaimana ia terjatuh dengan kepala menghadap mawar merah
ke bawah terlebih dahulu serta kontur tanah rapuh Alice : Anda bisa mewarnai mawar putih
membuat ia sangat mudah terjerembab ke dalam anda menjadi merah
lubang. Di sisi lain, guratan luka yang diterimanya Ibu Hamish : Aneh sekali kau mengatakan itu
diakibatkan oleh benturan atau goresan akar, batu, (Menit ke 08:31-08:41)
ataupun batang pohon. Hal tersebut mengingat
bahwa ia terjatuh di lubang yang berada di dekat Peristiwa fantasi yang terjadi di dunia
pohon. Akan tetapi, bila digunakan perspektif Wonderland di alami Alice ketika ia sedang tidur
yang didasarkan pada peristiwa di dalam dan bermimpi. Berulang kali mengenai peristiwa
cerita, jelaslah bahwa hal yang terjadi pada mimpi yang sama selalu ia alami. Hal tersebut
Alice mengenai dunia fantasinya merupakan seperti mengenai percakapan dengan ibunya,
bentuk khayalannya karena ia terbentur sebuah ketika ia mengeluhkan bahwa ia hanya memiliki
batu. Pengakuan mengenai terbenturnya ia ke satu mimpi saja, sedangkan orang lain memiliki
sebuah batu ketika jatuh dapat diperoleh pada berbagai mimpi yang beragam setiap harinya. Hal
percakapan terakhirnya sepulangnya kembali dari tersebut seperti dalam kutipan berikut.
petualangan di dunia Wonderland. Seperti dalam
kutipan berikut. Ibu Alice :
Kau bermimpi buruk lagi?
Alice :
Hanya sekali
Ibu Alice : Apa yang terjadi padamu?
Mimpi itu selalu sama.
Alice : Aku terjatuh ke lubang dan
Bahkan semenjak pertama kali aku
membenturkan kepalaku
mengingatnya
(Menit ke 1:37:15) Menurut Ibu itu wajar?
Bukankah kebanyakan orang
Di sisi lain, karakter yang dibangun sejak bermimpi berbeda-beda?
awal mengenai tokoh Alice yang sangat imajinatif (Menit ke 03:52-04:05)
seakan memberi penekanan yang lebih oleh sang
pengarang mengenai daya imajinatif Alice. Hal Didasarkan pada fakta tersebut terlihat
tersebut terlihat mulai dari awal cerita ketika bahwa mimpi atau fantasi yang dialami Alice di
ia terbangun pada malam hari karena mimpi dunia Wonderland terjadi ketika ia sedang tidur
buruknya mengenai peristiwa-peristiwa fantasi ataupun tidak tersadarkan diri. Oleh karenanya,
yang terjelaskan di sekuen berikutnya mengenai peristiwa Alice di dunia Wonderland merupakan
petulangannya di Wonderland; peristiwa ketika mimpi atau fantasi yang dialami oleh Alice
Alice sedang berdansa dengan Hamish, ia ketika ia sedang tidak tersadarkan diri setelah
membayangkan ketika laki-laki dan perempuan terjerembab jatuh ke dalam lubang.
saling bertukar kostum; ia juga membayangkan Kedua, ucapan Alice pada akhir sekuen
bila dirinya mampu terbang seperti burung; dan cerita ketika ia mengatakan bahwa kedua anak

Eggy Fajar Andalas, Eskapisme Realitas dalam Dualisme Dunia Alice Telaah Psikologi-Sastra Film Alice In Wonderland (2010)
192

kembar temannya di dunia nyata mengingatkannya


pada sesosok anak kembar yang ditemuinya di
Wonderland. Hal yang dimaksud adalah sebagai
berikut.

Gambar 3
Transformasi Tokoh Kehidupan Nyata ke dalam Gambar 4
Tokoh Fantasi Kiri Ibu Hamish (Dunia Nyata),
Kanan Ratu Merah (Dunia Fantasi)
Berdasarkan hal di atas jelaslah mengenai
adanya bentuk dua wujud penokohan cerita yang Penggambaran watak dari kedua tokoh di
terbingkai dalam dua dunia yang berbeda. Sesosok dunia nyata Alice dan dunia fantasi Wonderland
kembar dalam dunia fantasi Alice merupakan memperlihatkan kemiripan. Hal tersebut semakin
bentuk imajinatifnya dalam menggambarkan didukung dengan kesukaan Ibu Hamish pada
kedua sosok wanita kembar temannya. Mengenai warna merah dan ketidaksukaannya pada warna
imajinasi Alice terhadap beragam hal telah putih. Hal tersebut terlihat pada perbincangannya
jelaslah digambarkan oleh pengarangnya. Tidak dengan Alice sebelum acara pertunangannya
hanya dalam peristiwa ini, akan tetapi peristiwa dengan Hamish di sebuah kebun rumahnya
mengenai pengulangan atau bentuk cerita dalam berikut.
dunia nyata Alice digambarkannya dalam bentuk
tokoh lain dalam dunia fantasinya, akan tetapi Ibu Hamish : Bodoh! Tukang-tukang kebun itu
tokoh fantasi tersebut terdapat dalam dunia nyata menanam mawar putih padahal aku
Alice. telah menyuruh mereka menanam
Ketiga, berdasarkan pada fakta lain ketika mawar merah
terjadi perbincangan Alice dengan ibu Hamish Alice : Anda bisa mewarnai mawar putih
di sebuah kebun mengenai ketidaksukaannya anda menjadi merah
pada mawar putih dan lebih menyukai mawar Ibu Hamish : Aneh sekali kau mengatakan itu
merah, sifatnya yang sombong dan kurang ramah,
(Menit ke 08:31-08:41)
tamak dan suka memaksakan kehendaknya
mengingatkan tokoh ini pada tokoh fantasi Keempat, sosok Cowell dalam kehidupan
ratu merah yang ada di dunia Wonderland. nyata Alice juga mengingatkannya pada tokoh
Penggambaran transformasi Ibu Hamish dalam Ilosovic Styne yang berwatak seorang “penjilat”.
wujud tokoh Ratu Merah dalam dunia fantasi Ia tidak pernah menyukai sosok ratu merah, akan
Alice sangatlah mendasar bila dilihat dalam tetapi ia hanya tunduk karena kekuasaannya dan
sudut pandang imajinasi Alice yang sangat “liar”. berpura-pura suka kepada Ratu Merah. Hal ini
Sudut pandang imajinasi Alice dalam melihat yang terjadi pada kehidupan nyata Alice ketika ia
bentuk transformasi realitas kehidupannya ke memergoki suami kakaknya, Margareth, sedang
dalam dunia fantasinya didasarkan pada alur bercumbu dengan wanita lain. Cowell dilihatnya
pengembangan cerita yang dibangun dalam dunia sedang berselingkuh dengan wanita yang diakui
nyata Alice. Cowell sebagai teman wanita lamanya. Bahkan

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2017, hlm 185 - 195
193

setelah dipergokinya ia sedang bercumbu dengan kehidupan nyatanya. Fakta-fakta tersebut jelas
wanita lain ia malah mengancam Alice agar memperlihatkan mengenai dualisme antara alam
tidak berkata kepada kakaknya dengan ancaman nyata dan fantasi yang selalu beroposisi. Secara
mengenai kehidupan rumah tangga kakaknya logis adanya ramuan yang dapat menyusutkan, kue
kelak dengannya yang bisa hancur. yang dapat membuat besar, hewan-hewan yang
Kelima, begitu juga dengan Jaberwoocky dapat berbicara, kucing yang dapat menghilang,
sebagai hewan peliharaan Ratu Merah merupakan ada sebuah dunia fantasi bernama Wonderland,
refleksi yang sama terhadap peristiwa kehidupan dan seorang wanita dapat mengalahkan seekor
nyata Alice. Jaberwoocky adalah dilema naga merupakan suatu hal yang tidak logis. Akan
yang dihadapi oleh Alice dalam memberikan tetapi, hal yang tidak logis dalam dunia nyata
jawaban terhadap sejumlah pertanyaan yang dapat terjadi dalam dunia fantasi. Letak dari dunia
menghantuinya di kehidupan nyatanya. Dalam fantasi berada dalam tataran nirsadar manusia,
dunia fantasinya ia dihadapakan pada pilihan yaitu mimpi atau imajinasi.
apakah ia akan melawan Jaberwoocky atau
tidak. Akan tetapi ia memilih untuk melawan Pelarian Kenyataan dalam Fantasi
Jaberwoocky dan berhasil membunuhnya, Wonderland
dan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
sikapnya sekembalinya dari kehidupan fantasi. Cerita fantasi tidaklah hanya suatu bentuk
Setelah ia kembali pada kehidupan nyata ia cerita yang hanya didasarkan pada realitas
berani mengutarakan perasaannya kepada imajintif pengarangnya saja. Cerita fantasi
setiap orang dan memberikan jawaban atas tidaklah juga dipahami hanya sebagai bentuk
pertanyaan yang selama ini disimpannya. Ia cerita rekaan yang tidak akan pernah terjadi dan
berani menolak bertunangan dengan Hamish, hanya menyajikan kesenangan berfantasi dan
mengutarakan sikapnya kepada ibunya, bahkan berimajinasi secara bebas saja. Bentuk genre
ia berani memperlihatkan suatu hal yang cerita fantasi, seperti halnya genre cerita yang
dianggap sebagai ketidaksopanan pada masa lain, diciptakan tentulah dengan beragam maksud.
itu, yaitu tidak memakai stocking dan ia menari Sering terdapat beragam simbolisme mengenai
di depan hadapan para tamu yang datang dan maksud pengarang yang ditransformasikan
memperlihatkan sebuah tarian yang dilihatnya dalam tokoh, latar, dunia, dan waktu yang
dalam dunia fantasi. fantasi. Dalam pandangan (Tolkien, 2001: 60),
Keenam, yaitu rahasia mengenai enam cerita fantasi merupakan media untuk pelarian
hal mustahil yang selalu diceritakan Ayahnya dari kenyataan. Sependapat dengan pernyataan
kepadanya sebelum makan. Hal tersebut yaitu 1) tersebut, dalam cerita Alice in Wonderland
ada sebuah ramuan yang dapat menyusutkanmu, sekilas memperlihatkan bentuk pelariannya dari
2) sebuah kue yang bisa membuatmu besar, 3) kenyataan atau bentuk kegelisahannya yang
hewan-hewan yang dapat berbicara, 4) kucing termanifestasikan dalam bentuk pengharapan
yang dapat menghilang, 5) terdapat sebuah imajinatif di dunia Wonderland. Hal tersebut
tempat bernama Wonderland, 6) aku dapat semakin diperkuat dengan karakter tokoh
memusnahkan Jaberwoocky. Fakta tersebut dan bentuk perjalanan cerita Alice melawan
terungkapkan pada peristiwa pertarungan Alice tokoh-tokoh jahat menyimbolkan bentuk
dengan Jaberwoocky. Alice mengungkapkan perjuangannya yang harus dilakukannya dalam
fakta mengenai kemustahilan suatu hal yang realitas kehidupan nyatanya. Kehadiran tokoh-
justru berkebalikan dengan kenyataan dan terjadi tokoh dalam kehidupan nyata Alice dalam bentuk
padanya di dunia Wonderland. Pada akhirnya ia tokoh-tokoh fantasi dalam kehiduan imajinatif
bisa mengalahkan sang naga dan kembali pada Alice memberikan gambaran jelas mengenai

Eggy Fajar Andalas, Eskapisme Realitas dalam Dualisme Dunia Alice Telaah Psikologi-Sastra Film Alice In Wonderland (2010)
194

bentuk pengaalihbentukan yang dilakukan oleh pengalaman dan pengetahuannya terhadap dunia
pengarang dalam menyelesaikan permasalahan nyatanya yang tidak mampu diungkapkan, ditolak
kehidupan Alice melalui dunia fantasi dalam diri ataupun bersikap terhadapnya, Alice melarikan
tokoh Alice. realitas kehidupannya dalam bentuk transformasi
Dalam sudut pandang lain, dunia fantasi tokoh nyata ke dalam tokoh fantasi dalam dunia
Alice yang didasarkan pada bentuk mimpinya imajinernya. Dalam dunia imajinernya ia mampu
merupakan suatu hal yang tidaklah tidak menciptakan, mengatur, dan menentukan jalan
bermakna apapun. Mimpi yang dialami Alice cerita kehidupannya. Seperti yang terjadi dengan
mulai usia kecil hingga dewasa dan berakhir petualangannya untuk membunuh seekor naga
pada peristiwa pertunangannya yang dengan yang telah tercantum dalam gulungan ramalan
Hamish merupakan akumulasi makna mengenai ajaib di dunia fantasinya.
dorongan-dorongan ketaksadaran yang ada pada
dirinya. Bentuk transformasi mengenai realitas SIMPULAN
kehidupan Alice dengan tokoh-tokoh yang ada
pada kehidupannya ke dalam bentuk tokoh-tokoh Sebagai bentuk cerita bergenre fantasi,
fantasi dalam dunia Wonderland merupakan cara cerita Alice in Wonderland termasuk dalam
kerja mimpi yang disebut Freud sebagai fungsi subgenre fantastic uncanny. Sebagai bentuk cerita
pengubahan, yaitu bentuk pengubahan memori fantasi yang dapat dijelaskan secara logis, cerita
yang disimpan oleh seseorang dalam wilayah ini merefleksikan mengenai bentuk pelarian dari
ketaksadaran dan ditransformasikannya dalam realitas kehidupan ke dalam dualisme dunia yang
bentuk gambaran visual. Materi-materi tertentu sangat berbeda, yaitu nyata dan fantasi. Alice
yang muncul dalam isi mimpi, yang sesudahnya melarikan realitas kehidupannya dalam bentuk
tidak bisa dikenali di alam sadar adalah bagian transformasi tokoh nyata ke dalam tokoh fantasi
dari pengetahuan dan pengalaman seseorang dalam dunia imajinernya karena dalam dunia
(Berry, 2001: 12). imajinernya ia mampu menciptakan, mengatur,
Oleh karenanya, hal yang terjadi dalam diri dan menentukan jalan cerita kehidupannya.
Alice adalah bentuk konflik batiniah yang terjadi Dunia imajiner yang diciptakannya (Wonderland)
pada tokoh Alice mengenai realitas kehidupannya merupakan bunga mimpi yang hadir dari
yang penuh dengan aturan dan tidak mampu ketaksadarannya yang berasal dari akumulasi
bersikap dan bertindak apa-apa. Akumulasi materi pengalaman dan pengetahuannya ketika hidup
tersebut tertanam dalam alam ketaksadarannya, di dunia nyata. Oleh karenanya, hal yang terjadi
sehingga tertransformasikannya dalam mimpi dalam diri Alice adalah bentuk konflik batiniah
yang dialaminya. Akan tetapi, melalui peristiwa yang terjadi pada tokoh Alice mengenai realitas
yang terjadi dalam mimpinya, khususnya setelah kehidupannya yang penuh dengan aturan dan tidak
mimpi terkahirnya mengenai dunia Wonderland, mampu bersikap dan bertindak apa-apa, hingga ia
Alice mampu menjadi pribadi yang berbeda. mampu memaknai mimpi yang dialaminya dan
Berdasarkan mimpi yang dialaminya ia mampu menerimanya sebagai sebuah pembelajaran yang
menjadi pribadi yang berbeda dan mampu direalisasikannya dalam kehidupan nyata untuk
bersikap terhadap sikap dan perlakukan tokoh dapat bersikap dan merespon setiap tindakan
yang ada di sekitarnya. orang yang tidak diterimanya. Ia lebih mampu
Oleh karenanya, dunia imajinasi Alice untuk berkata “tidak” terhadap kekangan yang
merupakan media pengalihan mengenai kenyataan diberikan oleh orang di sekitarnya.
hidup yang dialaminya. Didasarkan pada akumulasi

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2017, hlm 185 - 195
195

DAFTAR PUSTAKA Pettit, T. (1997). Drama Folk. In T. A. Green


(Ed.), Folklore: an Encyclopedia of Beliefs,
Berry, R. (2001). Seri Siapa Dia? Freud. Jakarta: Customs, Tales, Music, and A (pp. 205–
Erlangga. 212). California: ABC-CLIO, Inc.
Castle, G. (2007). The Balckwell Guide to Literary Propp, V. (1997). Theory and History of Folklore.
Theory. Oxford: Blackwell Publishing. (R. P. M. A. Liberman & A. Y. Martin, Ed.).
Cresswell, J. W. (2014). Research Design: Minneapolis: University of Minnesota
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Press.
dan Mixed (4th ed.). (A. Fawaid, Ed.). Sangidu. (2005). Penelitian Sastra: Pendekatan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Yogyakarta:
Dégh, L. (1997). Legend. In T. A. Green (Ed.), Seksi Penerbitan Sastra Asia Barat, FIB
FOLKLORE: an Encyclopedia of Beliefs, Universitas Gadjah Mada.
Customs, Tales, Music, and Art (pp. 485– Semi, A. (1993). Metode Penelitian Sastra.
492). California: ABC-CLIO, Inc. Bandung: Angkasa.
Djokosujatno, A. (2005). Cerita Fantastik dalam Todorov, T. (1975). The Fantastic: a Structural
Perspektif Genetik dan Struktural. Jakarta: Approach to a Literary Genre. (R. Howard,
Djambatan. Ed.). New York: Cornel University Press.
Freud, S. (1900). The Interpretation of Dream. Tolkien, J. R. (1966). The Tolkien Reader. New
(J. Strachey, Ed.). New York: Avon. York: Ballantine.
Harris, J. M. (2008). Folklore and the Fantastic Tolkien, J. R. R. (2001). On Fairy stories.
in Nineteenh-Century British Fictions. Tree and Leaf. London: Harper Collins
Michigan: Ashgate. Publishers.
Klapproth, D. M. (2004). Narrative as social Wa h y u n i , A . ( 2 0 1 4 ) . A n a l i s i s Te k n i k
practice : Anglo-Western and Australian. Penerjemahan Tindak Tutur Direktif dalam
Berlin: Walter de Gruyter GmbH & Co. Film Alice in Wonderland dan Pengaruhnya
Moleong, L. J. (2014). Metode Penelitian Terhadap Kualitas Terjemahan. Tesis
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tidak Diterbitkan. Surakarta: Program
Studi Linguistik Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret.

Eggy Fajar Andalas, Eskapisme Realitas dalam Dualisme Dunia Alice Telaah Psikologi-Sastra Film Alice In Wonderland (2010)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai