Bab 1 Lab MK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

Penganggaran Modal
Bab ini melanjutkan pembahasan sebelumnya di Manajemen Keuangan 1, yaitu tentang
investasi jangka pendek, maka dengan membahas tentang investasi, yang dipandang dari
dimensi waktu, disebut sebagai investasi jangka panjang. Istilah lain yang sering
dipergunakan adalah capital investment (investasi modal), dan untuk singkatnya kita sebut
sebagai “investasi” saja.

1.1. Pengertian Penganggaran Modal


Penganggaran modal adalah suatu proses, pengambilan keputusan yng berkaitan dengan
investasi dalam aktiva tetap. Hal ini melibatkan perbandingan penerimaan kas yang
mungkin terjadi dalam beberapa tahun mendatang dengan arus kas keluar yang secara
umum terjadi pada saat investasi.

1.2. Pentingnya Penganggaran Modal


Penganggaran modal penting ditelaah karena berbagai alasan sebagai berikut :
1. Investasi yang terlalu besar atau kecil berdampak jangka panjang bagi masa depan
perusahaan
2. Penganggaran modal memerlukan biaya yang besar
3. Pengambilan keputusan Penganggaran Modal melibatkan banyak pihak

1.3. Menakslr Arus Kas


Dampak dari melakukan investasi pada suatu proyek adalah untuk mengubah keseluruhan
arus kas perusahaan baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Perusahaan
harus mempertimbangkan perubahan arus kas pada sat mengevalusi suatu usulan investasi,
kemudian memutuskan apakah hal tersebut akan menambh nilai perusahaan.

Seringkali untuk menaksir arus kas dipergunakan perhitungan rugi laba sesuai dengan
prinsip akuntansi, dan kemudian merubahnya menjadi perhitungan atas dasar arus kas.
Tabel berikut menunjukkan ilustrasi tersebut.
Ta bel. Perhitungan arus kas dengan memodifikasi laporan akuntansi

Sesuai dengan prinsip akuntansi, laba bersih dilaporkan sebesar Rp350.000.000,-.


Sedangkan menurut arus kas, pada periode tersebut proyek tersebut menghasilkan kas
masuk bersih sebesar Rp850.000.000.
Perhatikan bahwa :
kas masuk bersih = laba setelah pajak ditambah penyusutan.
Perhatikan pula bahwa dalam perhitungan rugi laba sama sekali tidak dimunculkan
transaksi yang menyangkut keputusan pendanaan, yaitu pembayaran bunga (kalau ada). Ini
merupakan cara yang benar.

Misalkan perhitungan arus kas pada Tabel tersebut merupakan perhitungan arus kas dari
proyek peluncuran produk baru. Sayangnya ternyata peluncuran produk baru tersebut
mengakibatkan penurunan kas masuk bersih dari produk lama sebesar Rp150.000.000.
Dengan demikian arus kas yang relevan untuk proyek peluncuran produk baru tersebut
adalah Rp850.000.000 dikurangi Rp150.000.000, yaitu sebesar Rp700.000.000.

Misalkan untuk pengembangan produk baru tersebut telah dikeluarkan biaya riset dan
pengembagan senilai Rp10.000.000.000. Seandainya perusahaan akan memproduksikan
produk baru tersebut, apakah biaya riset dan pengembangan ini harus dimasukkan sebagai
komponen investasi? Arus kas yang relevan dalam penilaian investasi adalah arus kas yang
terjadi apabila’ investasi tersebut dilaksanakan dan tidak terjadi apabila tidak
dilaksanakan. Sebagai misal, untuk pembuatan produk tersebut diperlukan mesin tertentu
senilai Rp30.000.000.000.

Arus kas untuk membeli mesin ini relevan dalam perhitungan karena arus kas tersebut
akan terjadi kalau memutuskan untuk membuat produk baru tersebut, dan tidak terjadi kalau
tidak membuat produk baru. Sebaliknya pengeluaran biaya untuk riset telah dilakukan, dan
apapun keputusan kita (artinya melaksanakan atau tidak proyek tersebut) tidak akan
merubah arus kas itu. Karena itu arus kas ini tidak relevan dalam penilaian investasi. Biaya
yang telah dikeluarkan disebut sebagai sunk costs, yang menunjukkan bahwa kita tidak
bisa merubahnya apapun keputusan kita. Karena itu tidak relevan.

1.4. Metode P enilaian Investasi


Berikut ini berbagai metode yang sering dipergunakan untuk menilai profitabilitas
usulan investasi.
1. Payback period
2. Average rate of return
3. Internal rate of return
4. Profitability Index
5. Net Present Value

1. Payback period
Metode ini menghitung berapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali. Karena itu
hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu (yaitu tahun atau bulan). Kalau
kita gunakan contoh usaha divisi jasa angkutan :

Diperkirakan bahwa investasi yang dikeluarkan sebesar Rp 1.500.000.000,- pada


tahun 0, diharapkan akan memberikan kas masuk bersih sebesar Rp503.750.000,-
pada tahun 1 sampai dengan 4, ditambah Rp 200.000.000,- pada tahun ke-4. Dengan
demikian sebelum tahun ke-3, investasi sebesar Rp 1.500.000.000,- diharapkan sudah
bisa kembali.

Perhitungan secara rincinya adalah sebagai berikut: Selama


dua tahun dana diharapkan sudah kembali sebesar, 2 x
Rp503.750.000,- = Rp 1.007.500.000,-
Dengan demikian sisanya tinggal,
Rp 1.500.000.000 – Rp 1.007.500.000 = Rp 492.500.000
Karena pada tahun ke-3 diharapkan investasi tersebut menghasilkan Rp503.750.000, maka
kekurangan sebesar Rp 492.500.000 diharapkan akan kembali dalam waktu, (Rp
492.500.000/Rp 503.750.000) x 12 bulan = 11,73 bulan
Dengan demikian periode payback-nya = 2 tahun (11, 73 bulan)
Semakin pendek periode payback, semakin menarik investasi tersebut.

Kelemahan dari metode payback adalah


a. Tidak memperhatikan nilai waktu uang.
b. Mengabaikan arus kas setelah periode payback.

Untuk mengatasi kelemahan karena mengabaikan nilai waktu uang, metode


penghitungan payback period dicoba diperbaiki dengan mem-present-value-kan arus
kas, dan dihitung periode payback-nya. Cara ini disebut sebagai discounted payback
period. Dengan menggunakan contoh yang sama, maka perhitungan discounted payback
period (dengan r = 16%) akan nampak sebagaimana disajikan pada Tabel berikut:

Dengan cara yang sama seperti sewaktu kita menghitung payback period, maka
discounted payback-nya didapatkan 3 tahun 8,8 bulan.

2. Average rate of return


Metode ini menggunakan angka keuntungan menurut akuntansi, dan dibandingkan
dengan rata-rata nilai investasi. Dengan menggunakan contoh yang sama (yaitu usaha
divisi jasa angkutan), perhitungannya adalah sebagai berikut:

Nilai investasi akhir pada setiap tahunnya berkurang sebesar penyusutan. Sedangkan nilai
rata-rata investasi merupakan penjumlahan investasi awal plus akhir dibagi dua.
a. Perhitungan rata-rata rate of return memerlukan sedikit penjelasan. Perhatikan
bahwa angka tersebut tidak sama dengan (299,64%)/4 = 74,91%.
b. Perhitungan rata-rata rate of return ditempuh dengan cara membagi rata-rata
laba setelah pajak dengan rata-rata investasi. Dengan kata lain:

Mengapa angka yang dihasilkan berbeda? Hal tersebut disebabkan karena pengaruh
magnitude dari pembagi yang berbeda sehingga ini menjadi kelemahan dalam bentuk
hasil perhitungan yang bisa berbeda kalau digunakan angka rata-rata dan dihitung
setiap tahun.

Metode ini mengatakan bahwa semakin tinggi average rate of return, semakin menarik
usulan investasi tersebut. Tetapi berapa batas untuk dikatakan menarik? Secara
konsepsional belum ada cara untuk menentukannya. Berlainan dengan penentuan tingkat
bunga yang layak dalam perhitungan NPV, terdapat model yang secara konsepsional dapat
dipergunakan untuk menentukan batas (cut off) nilai tersebut. Kelemahan metode average
rate of return juga nampak dalam masalah pemilihan usulan investasi. Misalkan terdapat
usulan investasi lain (kita sebut saja usulan investasi B) yang mempunyai karakteristik
sebagai berikut :

Baik investasi divisi jasa angkutan maupun investasi B, diharapkan memberikan


average rate of return yang sama, yaitu 59,26%. Meskipun demikian kita melihat
bahwa investasi usaha ini diharapkan memberikan keuntungan yang lebih besar pada
tahun 1 (yaitu Rp 503.750.000 dibandingkan dengan hanya Rp303.750.0000), dan
lebih kecil pada tahun ke-4, meskipun jumlahnya sama. Kalau kita memperhatikan
nilai waktu uang, maka usulan investasi divisi jasa angkutan akan lebih menarik dari
usulan investasi B.
3. Internal rate of return
Pengertian internal rate of return (selanjutnya disingkat IRR) dapat dijelaskan bahwa.
IRR menunjukkan tingkat bunga yang menyamakan PV pengeluaran dengan PV
penerimaan. Diterapkan pada contoh investasi pada divisi jasa angkutan, IRR (yang
diberi notasi sebagai i), dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dengan trial and error dan interpolasi, maka akan diperoleh nilai :

Yang kita inginkan adalah agar sisi kanan persamaan = Rp 1.500.000.000 Kalau kita
selisihkan dengan i = 16% dengan PV = Rp 1.520.030.000 maka perbedaan
Rp20.030.000 adalah ekuivalen dengan :

Decision rule metode ini adalah “terima investasi yang diharapkan memberikan IRR
tingkat bunga yang dipandang layak”. Kalau kita gunakan tingkat bunga yang
dipandang layak (=r) = 16%, maka rencana investasi tersebut dinilai menguntungkan
(karena i > r).

4. Profitability Index
Profitability Index menunjukkan perbandingan antara PV kas masuk dengan PV kas
keluar. Dinyatakan dalam rumus,

Untuk contoh investasi yang sama, Profitability Index (selanjutnya disingkat Pl) bisa
dihitung sebagai berikut:
Pl = 1.520.030.000/1.500.000.000 = 1,0133

Perhatikan dalam perhitungan Pl kita harus menentukan terlebih dulu tingkat bunga yang
dipandang layak (= r). Disini kita pergunakan r = 16%. Decision rule kita adalah
terima investasi yang diharapkan memberikan Pl ≥ 1,0

5. Net Present Value


Diilustrasikan kita saat ini membeli sebidang tanah dengan harga Rp 50.000.000
Selesai kita bayar, suatu perusahaan menghubungi kita dan mengatakan bahwa
perusahaan tersebut bersedia membeli tanah tersebut tahun depan dengan harga
Rp60.000.000
Apakah dengan demikian kita bisa mengatakan bahwa kita memperoleh “laba” sebesar
Rp10.000.000?
Jawabnya adalah “tidak”, karena kita perlu memperhatikan nilai waktu uang (yang sudah
kita bahas pada Manajemen Keuangan 1).

Kalau kita akan menerima Rp60.000.000 satu tahun yang akan datang, berapa nilai
sekarang (present value) penerimaan tersebut?
Kalau kita pertimbangkan bahwa tingkat bunga yang relevan adalah 15%, maka
present value (selanjutnya disingkat PV) adalah:

PV = Rp 60.000.000/(1 + 0, 15)
= Rp 52.170.000

Dengan demikian selisih antara PV penerimaan dengan PV pengeluaran (disebut sebagai


Net Present Value, dan disingkat NPV), adalah:

NPV = Rp 52.170.000 – Rp 50.000.000


= Rp 2.170.000

NPV yang positif menunjukkan bahwa PV penerimaan > PV pengeluaran. Karena


itu NPV yang positif berarti investasi yang diharapkan akan meningkatkan kekayaan
pemodal. Karenanya investasi tersebut dinilai menguntungkan. Dengan demikian
maka decision rule kita adalah, “terima suatu usulan investasi yang diharapkan
memberikan NPV yang positif, dan tolak kalau memberikan NPV yang negatif “.
Bagaimana kalau NPV = O ? Dalam praktiknya akan sangat sulit untuk memperoleh
hasil seperti itu, tetapi secara teoritis dimungkinkan.

Berikut ini diberikan contoh numerikal untuk investasi yang mempunyai usia
ekonomis lebih dari satu tahun. Misalkan suatu perusahaan jasa akan membuka divisi
baru, yaitu divisi jasa transportasi Divisi tersebut akan dimulai dengan 50 buah
kendaraan, dan karena akan dipergunakan untuk tsb, mobil-mobil tersebut bisa dibeli
dengan harga Rp30.000.000 per unit dengan usia ekonomis selama 4 tahun, dengan
nilai sisa sebesar Rp4.000.000. Untuk mempermudah analisis, akan dipergunakan
metode penyusutan garis lurus. Kendaraan tersebut akan dioperasikan selama 300 hari
dalam satu tahun, setiap hari pengemudi dikenakan setoran Rp50.000. Berbagai biaya
yang bersifat tunai (seperti penggantian ban, kopling, rem, penggantian oli, biaya
perpanjangan STNK, dan sebagainya) sebesar Rp3.000.000. Berapa NPV usaha
kendaraan tersebut, kalau perusahaan sudah terkena tarif pajak penghasilan sebesar
35%?

10 MODUL AJAR MANAJEMEN KEUANGAN II


Penyusutan per tahun dihitung dengan cara sebagai berikut:

Sedangkan taksiran kas masuk bersih operasi (operational net cash inflow, atau secara
umum disebut sebagai operating cash flow ) per tahun adalah
Rp178.750.000 + Rp325.000.000 = Rp503.750.000.

Di samping itu pada tahun ke- 4 diperkirakan akan terjadi kas masuk karena nilai sisa
sebesar 50 x Rp 4.000.000 = Rp 200.000.000. Karena itu arus kas investasi tersebut
diharapkan akan sebagai berikut:

Karena investasi tersebut diharapkan memberikan NPV yang positif, maka investasi
tersebut diterima.
1.5. Investasi Penggantian
Misalkan suatu perusahaan sedang mempertimbangkan untuk mengganti mesin lama
dengan mesin baru yang lebih efisien (ditunjukkan dari biaya operasi yang lebih rendah).
Nilai buku mesin lama sebesar Rp80.000.000, dan masih bisa dipergunakan empat tahun
lagi, tanpa nilai sisa. Untuk keperluan analisis dan pajak, metode penyusutan garis lurus
dipergunakan. Kalau mesin baru dipergunakan, perusahaan bisa menghemat biaya operasi
sebesar Rp25.000.000 per tahun. Mesin lama kalau dijual saat ini diperkirakan juga akan
laku terjual dengan harga Rp80.000.000. Anggaplah bahwa usia ekonomis mesin baru juga
empat tahun.

Kalau kita ingin menggunakan penaksiran kas secara incremental (selisih atau perbedaan),
maka kita bisa melakukan sebagai berikut. Kalau mesin lama diganti dengan mesin baru, maka
akan terdapat tambahan pengeluaran sebesar Rp 120.000.000 – Rp 80.000.000 = Rp40.000.000.
Taksiran arus kas operasional per tahun adalah sebagai berikut:

Apabila tingkat bunga yang relevan (r) = 20%, maka perhitungan NPV adalah sebagai
berikut:

Karena NPV positif, maka penggantian mesin dinilai menguntungkan.


1.6. Pemilihan Investasi dengan Umur Berbeda
Suatu perusahaan transportasi sedang mempertimbangkan untuk mengganti bis lama dengan bis baru.
Perusahaan saat ini terkena tarif pajak penghasilan sebesar 35%, dan untuk memudahkan analisis,
penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus. Perbandingan antara bis lama dengan bis baru
adalah sebagai berikut:

Tingkat keuntungan yang dipandang layak adalah 18%. Apakah perusahaan


sebaiknya mengganti bis lama dengan bis baru? Analisis baik dengan menggunakan
NPV masing-masing bis maupun incremental-nya akan nampak sebagai berikut:

Taksiran operational cash flow setiap tahun.

Dengan demikian maka,

Karena NPV bis baru lebih besar, maka penggantian bis lama dapat dibenarkan NPV
incremental-nya dapat dihitung sebagai berikut. Kalau perusahaan mengganti bis
lama dengan bis baru, perusahaan harus mengeluarkan tambahan investasi senilai
Rp30.000.000. Di samping itu taksiran tambahan kas masuk bersih setiap tahun dari
tahun 1 s/d 5 adalah sebagai berikut:
Tambahan kas masuk bersih per tahun, dari tahun 1 s/d 5, adalah Rp10.100.000.
Disamping itu, pada tahun ke-5, apabila bis lama diganti dengan bis baru, akan
menimbulkan arus kas -Rp5.000.000 dari kehilangan penjualan nilai residu bisa lama.
Sedangkan pada tahun ke-6 diharapkan akan memperoleh Rp32.750.000, dan pada tahun
ke-7 juga sebesar Rp32.750.000 plus Rp10.000.000 nilai residu baru. Dengan demikian
perhitungan NPV incremental-nya adalah sebagai berikut:

Dengan demikian penggantian bis lama dengan bis baru akan memberikan NPV yang
positif. Perhatikan bahwa NPV incremental sama dengan selisih NPV bis baru dengan
bisa lama.

1.7. Masalah Keterbatasan Dana (Capital Rationing )


Untuk membuat anggaran modal yang optimal, perusahaan harus memilih proyek-proyek
yang memiliki NPV positif (atau IRR > biaya modal, kalau proyek bersifat independen).
Contoh 1 :
1. Perusahaan dihadapkan pada terbatasnya modal yang tersedia Rp. 20.000.000.
dengan tujuh usulan investasi yang independen. Usulan-usulan investasi mana yang
harus dipilih ?

Usulan Kesempatan investasi adalah sebagai berikut :


Pengeluaran Modal yang
Usulan Investasi Indeks Profitabilitas
Dibutuhkan
1 0,97 Rp. 3.000.000
2 1,16 3.500.000
3 1,14 2.500.000
4 1,25 8.000.000
5 1,08 2.000.000
6 1,09 3.500.000
7 1,19 2.000.000

Menyusun urutan Indeks Profitabilitas dan pengeluaran modal kumulatifnya :


Usulan Indeks Pengeluaran Modal Pengeluaran Modal
Investasi Profitabilitas yang dibutuhkan Kumulatif
4 1,25 Rp. 8.000.000 Rp. 8.000.000
7 1,19 2.000.000 10.000.000
2 1,16 3.500.000 13.500.000
3 1,14 2.500.000 16.000.000
6 1,09 3.500.000 19.500.000
5 1,08 2.000.000 21.500.000
1 0,97 3.000.000 24.500.000

Dengan Capital Rationing kita akan memilih 5 usulan urutan pertama dengan
pengeluaran modal kumulatif Rp. 19.5000.000,- dan tidak perlu menerima seluruh
urutan investasi walaupun IP > 1.
Aspek kritis pengeluaran modal dibatasi oleh plafon anggaran, tanpa memperdulikan
sejumlah kesempatan investasi yang menarik.

Contoh 2
2. Anggaran modal terbatas sebesar Rp. 4.500.000.
Usulan Pengeluaran Modal yang
Indeks Profitabilitas
Investasi Dibutuhkan
4 1,16 Rp. 3.000.000
1 1,13 1.875.000
2 1,11 2.625.000
3 1,10 2.250.000
5 1,09 1.700.000
NPV dari usulan 1 dan 2 adalah :
Usulan 1 : Rp. 1.875.000,- ( 1,13-1) = Rp. 243.750,-
Usulan 2 : Rp. 2.625.000,- ( 1,11-1) = Rp. 288.750,- +
NPV = Rp. 532.500,-
NPV usulan 4 adalah :
Usulan 4 : Rp. 3.000.000,- ( 1,16-1) = Rp. 480.000,-

Perusahaan akan menerima usulan 1 dan 2 daripada usulan 4 , karena :


NPV ususlan 1 dan 2 ternyata lebih besar daripada NPV ususlan 4, dan kita dapat
menggunakan lebih banyak modal dari anggaran yang tersedia.

Contoh 3 :
1. Misalkan perusahaan menghadapi beberapa proyek yang disusun peringkatnya sesuai
dengan Profitability Index (Pl) proyek-proyek tersebut.

Apabila dana terbatas hanya sebesar Rp300, maka proyek yang sebaiknya diambil
adalah proyek 1 dan 2, bukan proyek 3. Mengapa? Hal ini disebabkan karena
meskipun Pl proyek 3 yang tertinggi, tetapi dengan mengambil proyek 1 dan 2,
perusahaan diharapkan akan memperoleh NPV yang lebih besar (yaitu Rp16,25
+ Rp19,25 = Rp35,5), dibandingkan dengan kalau mengambil proyek 1 (NPV-nya
hanya sebesar Rp30).

Batasan dana yang tetap untuk suatu periode biasanya jarang terjadi. Hal ini
disebabkan karena dengan berjalannya waktu, proyek yang sedang dilaksanakan
mungkin telah menghasilkan kas masuk bersih, dan arus kas tersebut bisa
dipergunakan untuk menambah anggaran yang ditetapkan.

Masalah yang timbul dalam keadaan keterbatasan dana adalah penentuan opportunity
cost. Opportunity cost menunjukkan biaya yang ditanggung perusahaan karena
memilih suatu alternatif. Contoh di atas menunjukkan bahwa perusahaan tidak bisa
mengambil proyek 1 dan 4, dan memilih alternatif proyek 2 dan 3.
Misalkan semua proyek tersebut dihitung dengan menggunakan r-18%. Apakah
opportunity cost proyek-proyek tersebut sebesar 18%? Jawabnya jelas tidak. Berapa
“kerugian” yang ditanggung perusahaan karena tidak bisa mengambil proyek 1 dan 4
hanya karena tidak mempunyai dana yang cukup? Jelas lebih dari 18%. lnilah
sebenarnya opportunity cost karena perusahaan tidak memiliki dana yang cukup.
1.8. Faktor Risiko dalam Investasi
Kalau kita berbicara tentang masa yang akan datang, dan ada unsur ketidak-
pastian, maka kita hanya bisa mengatakan tentang nilai yang diharapkan
(expected value). Sedangkan kemungkinan menyimpang dari nilai yang
diharapkan diukur dengan deviasi standar. Secara formal kedua parameter
tersebut bisa dinyatakan sebagai berikut:

Dalam hal ini E(V) adalah nilai yang diharapkan, Vi adalah nilai pada
distribusi ke-i (i = 1 ... n), dan P1 adalah probabilitas ke-i.

Dalam hal ini α adalah deviasi standar distribusi nilai tersebut.

Misalkan ada dua proyek, A dan B, yang (untuk mudahnya) mempunyai usia
ekonomis hanya satu tahun. Karakteristik arus kas untuk kedua proyek tersebut
adalah sebagai berikut:

Dengan menggunakan kedua rumus di atasbisa dihitung bahwa,

Sedangkan,

Dengan demikian investasi A dinilai lebih berisiko dibandingkan investasi B.

Apabila E(V) dari kedua investasi tersebut tidak sama, maka penggunaan cr
sebagai indikator risiko menjadi sulit dilakukan. Untuk itu kemudian
dipergunakan coefficient of variation, yang merupakan perbandingan antara
cr/E(V). Misalkan kita mempunyai informasi sebagai berikut:
Mereka yang menggunakan coefficient of variation mengatakan bahwa proyek C
lebih berisiko dibandingkan dengan D, karena coefficient of variation-nya lebih
besar.

Operating risk dan ketidak-pastian arus kas


Untuk menjelaskan konsep operating risk dan ketidak-pastian arus kas, perhatikan
contoh berikut ini. Misalkan PT. ANNA mempunyai karakteristik biaya dan
penghasilan sebagai berikut. Penjualan diperkirakan bisa mencapai 1.000 unit dalam
satu tahun. Harga jual Rp1 .000 per unit. Biaya tetap selama satu tahun sebesar
Rp300.000. Biaya variabel Rp500 per unit. Berapa laba operasi yang diharapkan
pada penjualan sebesar 1.000 unit?
Laba operasi = Penghasilan - Total Biaya
= (1.000 x Rp1 .000) - [Rp300.000+(1.000 x Rp500)]
= Rp1 .000.000 - Rp800.000
= Rp200.000

Perusahaan yang lain, PT. PARAMITA, juga mengharapkan akan mampu menjual
1.000 unit dalam satu tahun, dengan harga jual jug a Rp1 .000. Bedanya adalah
bahwa biaya tetap perusahaan tersebut mencapai Rp500.000 per tahun, sedangkan
biaya variabel Rp300 per unit. Kalau kita hitung laba operasi pada penjualan
sebesar 1.000 unit, maka kita akan memperoleh angka yang sama dengan PT.
ANNA, yaitu Rp200.000. Meskipun demikian, kalau kita hitung titik impas kedua
perusahaan tersebut kita akan memperoleh hasil yang berbeda.
Untuk PT. ANNA,
Q = 300.000/(1.000 - 500)
= 600 unit

Untuk PT. PARAMITA,


Q = 500.000/(1.000 - 300)
= 714 unit

Kita lihat bahwa titik impas PT. PARAMITA lebih besar apabila dibandingkan
dengan PT. ANNA. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko PT. PARAMITA
lebih besar daripada PT. ANNA. Untuk melihat ketidak-pastian arus kas, kita bisa
melakukan analisis terhadap laba operasi perusahaan2. Misalkan penjualan
menurun sebesar 10%. Apa yang terjadi terhadap laba operasi kedua perusahaan
tersebut ?
Kita lihat bahwa penurunan laba operasi untuk PT. PARAMITA lebih besar dari
PT.ANNA. Rasio antara penurunan laba operasi dengan penurunan penjualan
disebut sebagai degree of operating leverage (selanjutnya disingkat DOL). Dalam
contoh kita, DOLPARAMITA > DOLANNA·

lni menunjukkan bahwa arus kas PT. PARAMITA lebih tidak pasti.

Secara mudah akan dikatakan bahwa perusahaan yang mempunyai operating leverage
yang tinggi akan mempunyai risiko yang tinggi pula. PT. PARAMITA mempunyai
operating leverage yang tinggi karena proporsi biaya tetapnya lebih besar apabila
dibandingkan dengan PT. ANNA.

Untuk menghitung DOL pada tingkat penjualan tertentu, rumus berikut ini bisa
dipergunakan.

Satu hal yang perlu disadari adalah bahwa risiko tersebut mempunyai dua sisi.
Artinya, kalau terjadi kenaikan penjualan maka penambahan laba operasi PT.
PARAMITA juga lebih besar.

1.9. Soal dan Penyelesaian

• PT Duta merencanakan sebuah proyek investasi yang diperkirakan


akanmenghabiskan dana sebesar Rp750.000.000. Dana tersebut
Rp100.000.000 merupakan modal kerja dan sisanya merupakan modal tetap
mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Proyeksi penjualan selama usia
ekonomis diperkirakan sebagai berikut :
Tahun Pendapatan
1 Rp 400.000.000
2 Rp 450.000.000
3 Rp 500.000.000
4 Rp 550.000.000
5 Rp 600.000.000

Struktur biaya pada proyek ini adalah biaya variabel dan biaya tetap tunai
selain penyusustan sebesar Rp 20.000.000 per tahun. Pajak yang
diperhitungkan 40% dan tingkat yang diharapkan 18%. Dari data tersebut
apakah proyek investasi tersebut layak dijalankan? Gunakan 5 metode
penilaian.

Penyelesaian :
Perhitungan laba setelah pajak dan cashflow (dalam ribuan)

Analisa Kelayakan :
1. Accounting Rate of Return :

Karena tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar 18% ;maka menurut metodeini
investasi layak untuk dijalankan
2. Payback Periode

Payback Periode = 3 tahun + 135.000/247.000 x 1 tahun


= 3,55 (3 tahun 5 bulan 5 hari)

3. Net Present Value


Tabel Perhitungan net present value dengan r= 18%
Dengan menggunakan tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar 18%;
ternyata diperoleh NPV sebesar Rp44.490.000. Artinya dengan NPV positif
maka proyek investasi ini layak untuk dilaksanakan

4. Internal Rate of Return


Tabel Perhitungan Internal Rate of Return dengan r= 18%
Karena IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat keuntungan yang
disyaratkan maka proyek tersebut layak untuk dijalankan

5. Profitability Index
Profitability Index (PI) = PV of Cashflow
I
nvestasi Profitability Index (PI)
=
794.490.000
750.000.000
= 1,06
Karena PI lebih besar dari 1 maka proyek dikatakan layak.

1.10.Latihan Soal.

1. Perusahaan yang anda pimpin memiliki kesempatan investasi pada mesin baru senilai Rp
135.750.000. Mesin ini diharapkan mempunyai umur ekonomis 7 tahun dan memberikan
arus kas bersih setiap tahun Rp 45.000.000 apabila biaya modal untuk proyek mesin baru
ini 16% anda diminta :
a. Net present value investasi itu ?
b. Internal rate of return ?
c. Haruskah anda melakukan investasi tersebut?

Jawab:

a. Net presen value investasi itu:

n CFt
NPV = Σ ----------- - Io
t=0
(1 + r )t

7 ...........
NPV = Σ -------------------------- -
t=0 ...........

= Rp .........................(PVIFA...........) – ......................
= ..........................................
= ...............................
= ..................................

b. Internal rate of return:

7 ...................
NPV = Σ ------------------------------ -
t=0
(1 + IRR )t

= ...............................(PVIFAIRR,7) – ........................

PVIFA = ................................ / ............................

= ..........

Angka ini dicari pada tabel yang n = ...... tahun maka angka ini terletak antara tingkat
discount........... dan ............kemudian kita interpolasi untuk mencari IRRnya
Discount rate Discount factor Aliran kas per tahun PV aliran kas
....% ....... Rp ....... Rp ........
....% ........ Rp ..... Rp .......................
....% Rp ..........

Rp ....................... – Rp ...............
IRR = ............ + -------------------------------------------------------- x ............
Rp

IRR = ....................

c. Haruskah anda melakukan investasi tersebut:


Sebaiknya investasi dilakukan/tidak dilakukan karena NPV investasi .... ...............
yaitu Rp .............................. dan IRR ternyata lebih besar/ lebih kecil dari biaya
modal yaitu =..............................
2. PT RAN saat ini sedang mempertimbangkan dua kesempatan investasi yang bersifat
mutually exclusive. Kedua investasi tersebut memerlukan dana Rp 10.000.000 dengan arus
kas bersih setiap tahun masing-masing :
Tahun Investasi X Investasi Y
1 Rp 4.000.000 Rp 6.000.000
2 Rp 6.000.000 Rp 4.000.000
3 Rp 3.000.000 Rp 3.000.00
Biaya modal perusahaan 10 % diminta : Payback period dan Net presen value kedua proyek
tersebut dan apa komentar anda?

Jawab:

Payback period investasi X ....................... dengan investasi Y ..................

NPV proyek X :
Rp ............. Rp Rp
= ---------------------- + ------------------------- + ------------------------ - Rp .............
(..................)1 (................)2 (................)3

= .................................
= ................................
= ..........................

NPV proyek Y :
Rp ............. Rp Rp
= ---------------------- + ------------------------- + ------------------------ - Rp .............
(..................)1 (................)2 (................)3

= .................................
= ................................
= ..........................

Komentar :
Bila kita perhatikan payback period kedua investasi adalah sama/tidak sama saja, karena
metode payback tidak memperhatikan ........................................................ Tetapi dengan
menggunakan NPV, maka proyek X/Y ternyata lebih baik dari proyek X/Y karena
proyek ............ NPVnya lebih besar/lebih kecil dibanding proyek ..........

3. PT. Brown mempunyai rencana memperbaiki proses produksi dengan menambah 1 unit
mesin yang lebih baik seri Baru dengan nilai investasi Rp 480.000.000. Mesin ini
diharapkan mempunyai umur ekonomis 11 tahun dan memiliki nilai residu Rp 40.000.000.
Mesin ini diharapkan dapat menghemat Rp 120.000.000 setiap tahun. Tarif pajak 40%
metode penyusutan garis lurus dan biaya modal 14%. Laporan rugi-laba performa untuk
unit mesin tersebut :
Penjualan Rp 420.000.000
Operating cost Rp 300.000.000
Penyusutan pertahun Rp 40.000.000
Laba sebelum bunga dan pajak Rp 80.000.000
Pajak penghasilan 40% Rp 32.000.000
Laba setelah pajak Rp 48.000.000
Diminta :
a. Net present value investasi tersebut ?
b. Haruskah investasi dilaksanakan ?
Jawab:
a. Net present value investasi tersebut :

N CFt
NPV = Σ ----------- - CFo
t=0 (1 + r )t

CFo = Rp .....................

Arus kas masuk (CFt) :


Penghematan Rp ......................
Setelah pajak = (1 – 40%) Rp ............. = Rp ……
Penyusutan Rp .....
Setelah pajak = (1 – 40%) Rp .................. = Rp .......
Nilai residu = Rp .......

Present value kas masuk dari penghematan:


= Rp ................................(PVIFA................) + Rp ............................ (PVIFA..............)
+
Rp .............................. (PVIF.............)
= ................
= .......
= .....

NPV = ................................................

b. Investasi harus dilaksanakan, ..............................................

Anda mungkin juga menyukai