Kelompok 5 TSF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

BENTUK SEDIAAN EMULSI

Dosen Pengampu : Nurul Akhatik,S.farm., M.Si., Apt

KELOMPOK 5:

1. Sarmaulina Manurung (23340101)


2. RD Muhammad Wildan F (23340102)
3. Yayuk Istiyas (23340103)
4. Ratih Frima Sari (23340104)
EMULSI
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
• Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air
merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam
air.
• Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi
dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa,
sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. (Depkes RI, 2020).

Tujuan emulsi adalah untuk membuat suatu sediaan yang stabil dan
rata dari dua cairan yang tidak dapat bercampur, untuk pemberian obat
yang mempunyai rasa lebih enak, serta memudahkan absorpsi obat
(Ansel, 1989).
disebut emulsi air dalam minyak. (Depkes RI, 2020).
TEORI EMULSIFIKASI
Beberapa teori emulsifikasi berikut menjelaskan bagaimana zat pengemulsi bekerja dalam menjaga
stabilitas dari dua zat yang tidak saling bercampur

Emulsi terjadi bila ditambahkan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan
TEORI TEGANGAN antarmuka di antara dua cairan yang tidak tercampurkan, sehingga
mengurangi tolak-menolak antara kedua cairan tersebut dan mengurangi
PERMUKAAN tarik-menarik antar molekul dari masing-masing cairan, atau menyebabkan
cairan menjadi tetesan-tetesan yang lebih kecil.

Emulsi terjadi bila ditambahkan suatu TEORI ORIENTASI


zat yang terdiri dari bagian polar dan
nonpolar. Karena kedua cairan yang
BENTUK BAJI Emulsi terjadi bila ditambahkan zat
yang dapat mengelilingi antarmuka
akan dibuat emulsi berbeda pula
kedua cairan, mengelilingi tetesan
muatannya, maka zat ini akan
fase dalam sebagai suatu lapisan
menempatkan dirinya sesuai dengan
kepolarannya.
TEORI FILM tipis atau film yang diadsorpsi pada
PLASTIK permukaan dari tetesan tersebut.
Semakin kuat dan semakin lunak
lapisan tersebut maka emulsi yang
terbentuk akan semakin stabil
Pemilihan zat pengemulsi dalam suatu formulasi emulsi biasanya didasarkan pada pertimbangan
stabilitas selama penyimpanan, jenis emulsi yang akan dihasilkan, dan harga zat pengemulsi tersebut
dari segi ekonomisnya (Agoes, 1990).

● Zat pengemulsi yang lazim digunakan untuk pembentukan emulsi dibagi menjadi 4 kelompok yaitu

Elektrolit

Surfaktan

Koloid hidrofil

Partikel padat halus


tidak larut
faktor faktor yang mempengaruhi stabilitas fisik
emulsi

• Ukuran partikel.
• Perbedaan bobot jenis kedua fase.
• Viskositas fase kontinu.
• Muatan partikel.
• Sifat efektivitas dan jumlah emulgator yang digunakan.
• Kondisi penyimpanan: suhu (dengan berubahnya suhu, emulgator rusak emulsi
rusak), ada/tidaknya agitasi dan vibrasi.
• Penguapan atau pengenceran selama penyimpanan.
• Adanya kontaminasi dan pertumbuhan mikroorganisme (bakteri akan
menghasilkan produk yang akan bisa merusak emulsi
Ketidakstabilan Emulsi

Emulsi yang secara termodinamika


tidak stabil umumnya disebabkan oleh
tingginya energi bebas permukaan
yang terbentuk. Hal ini terjadi karena
pada proses pembuatannya luas Flokulasi
permukaan salah satu fase akan Berdasarkan fenomena Creaming
tersebut dikenal beberapa
bertambah berlipat ganda, sedangkan peristiwa ketidakstabilan
Koalesen
seluruh sistem umumnya cenderung emulsi yaitu demulsifikasi
kembali kepada posisinya yang paling Inversi Fase
stabil, yaitu pada saat energi bebasnya
paling rendah. Oleh karena itu, globul-
globul akan bergabung sampai
akhirnya sistem memisah kembali

(Lund, 1994).
Keuntungan dan Kerugian Emulsi
Keuntungan sediaan emulsi
• Sediaan emulsi dapat menutupi rasa yang
tidak enak pada bahan obat.
• Lebih mudah dicerna dan dabsorpsi karena
ukuran partikel minyak diperkecil Kerugian Emulsi
• Meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai
katalisator bila diberikan dalam emulsi
(minyak mineral sebagai katartik). Emulsi farmasi secara
• Ada beberapa obat yang lebih mudah
diabsorpsi oleh tubuh jika obat tersebut
termodinamik tidak stabil dan
diberikan secara oral dalam bentuk sediaan karena itu harus diformulasikan
emulsi. untuk menstabilkan emulsi dari
• Penampilan fisik, viskositas dan kekasaran
dari sediaan emulsi dapat dikontrol dengan pemisahan dua fase. Ini tidak
baik. berarti mudah
• Memperbaiki penamilan sediaan karena
merupakan campuran homogen secara visual
• Meningkatkan stabilitas obat yang lebih (Tungadi, 2020).
mudah terhidrolisa dalam air

Hardani,dkk., 2021
Tipe-Tipe Emulsi
Emulsi tipe O/W Emulsi tipe W/O
(oil in water) atau (water in oil) atau
M/A (minyak dalam A/M (air dalam
air) minyak)

Gambar tipe-tipe
emulsi
:
Menentukan jenis emulsi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu

● Metode konduktivitas listrik


● Metode fluoresensi
● Metode pewarnaan
● Metode pengenceran fase
Pembuatan Emulsi dapat dibuat dengan metode-metode di bawah ini :

1 2 3

Metode Gom Kering Metode Gom Basah


(metode inggris) Metode Botol
Zat-zat tambahan yang umumnya ditambahkan pada formula suatu emulsi diantaranya

• Antioksidan
• Humektan
• Pengawet
• Pemberi rasa
• Pewarna
• Pendapar
studi pengembangan formulasi
sediaan emulsi
Formulasi dan Uji stabilitas Fisik sediaan oral Emulsi Virgin Coconut Oil (Formulation and
Physical Stability Test of Virgin Coconut Oil Emulsion Oral Preparation)

Orientasi formulasi sediaan ditambahkan pengawet dan antioksidan untuk


menggunakan emulgator alam PGA memperlambat tumbuhnya
mikroorganisme dan mencegah oksidasi
(gom arab), veegum, xanthan gum,
minyak. Sediaan yang dihasilkan diamati
serta kombinasi emulgator xanthan penampilan fisik dan kestabilan sediaan
gum dan veegum dengan berbagai yang meliputi organoleptik, pH,
konsentrasi. viskositas, dan pemisahan fasa.
Hasil orientasi formulasi sediaan menggunakan emulgator PGA, xanthan gum, veegum, serta kombinasi xanthan gum
dan veegum
Formula Akhir Sediaan Emulsi yang Dilakukan Evaluasi dan Uji Stabilita Fisik

Emulsi dengan formula 15, 13, 18, 17, dan 4 dibuat sebanyak 150 gram dengan rincian
keperluan untuk pengujian pemisahan fasa dengan metode freeze thaw sebanyak 100 gram,
pengukuran viskositas dan pH sebanyak 20 gram, untuk pengamatan pada temperatur ruang
sebanyak 20 gram, dan sisanya sebanyak 10 gram untuk keperluan evaluasi homogenitas,
penentuan tipe emulsi dan pengujian pemisahan fasa dengan metode sentrifugasi. Cara yang
digunakan untuk membuat emulsi formula akhir adalah sama dengan cara pembuatan emulsi
pada saat orientasi
Evaluasi dan Uji Stabilita Fisik Sediaan
Emulsi
• Pengamatan Organoleptik
Pengamatan organoleptik dilakukan selama satu bulan terhadap masing-masing sediaan emulsi yang meliputi
perubahan bau, warna, dan pertumbuhan jamur. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan
warna, bau, maupun pertumbuhan jamur pada semua formula

• Penentuan Tipe Emulsi


Penentuan tipe emulsi dilakukan terhadap sediaan emulsi dengan menggunakan metode pengenceran dan metode zat
warna. Hasil pengamatan dengan metode pengenceran menunjukkan bahwa semua formula larut dalam air namun
tidak larut dalam minyak, serta emulsi berwarna biru saat dilakukan pengujian dengan metode metilen blue.

• Evaluasi Homogenitas

Sejumlah kecil sediaan emulsi yang telah jadi dioleskan tipis-tipis pada permukaan kaca objek yang kemudian diamati
homogenitas sediaan dengan cara menggeser sediaan pada permukaan kaca objek tersebut dari ujung yang satu ke
ujung yang lainnya dengan menggunakan bantuan kaca objek lain. Hasil pengamatan homogenitas menunjukkan
bahwa semua sediaan homogen
• Pengukuran pH Sediaan

Berdasarkan pengukuran terlihat bahwa pH sediaan 15, 13, 18, dan 17 relatif stabil yaitu
berkisar antara 6,5-7,30 dan sekitar 5 untuk sediaan 4.
Pengukuran Viskositas dan Reologi Sediaan
Viskositas masing-masing sediaan emulsi diukur pada tiap
selang waktu selama satu bulan menggunakan viskometer
Brookfield

Pengukuran viskositas sediaan


menunjukkan bahwa viskositas
sediaan 15 dan 17 meningkat dan
cenderung konstan hingga hari ke-
15, namun keganjilan terjadi pada
sediaan 13, 18, dan 4 yang
mengalami kenaikan dan penurunan
viskositas tidak beraturan sehingga
dicurigai mengalami creaming
dimana terbentuk lapisan-lapisan
dengan kerapatan massa yang
berbeda-beda di dalam emulsi
Berdasarkan hubungan antara viskositas dan laju koalesensi berdasarkan hukum Stokes, maka peningkatan viskositas emulsi akan
dapat mengurangi laju terjadinya koalesensi. Hukum Stokes :

Keterangan :
υ adalah kecepatan sedimentasi (cm/s),
r adalah jari-jari partikel (cm),
ρ1 adalah bobot jenis fasa terdispersi (kg/cm3 ),
ρ2 adalah bobot jenis fasa pendispersi (kg/cm3 ),
g adalah percepatan gravitasi (cm/s2 ), dan
η adalah viskositas cairan (poise).

Semakin tinggi viskositas dan semakin kecil jari-jari globul maka kecepatan pengendapan semakin kecil.
• Rheogram tersebut menunjukkan bahwa
formula emulsi 15, 13, 18, 17, dan 4 memiliki
aliran tiksotropi.

Aliran tiksotropik adalah aliran cairan non


Newton yang sifat alirannya dipengaruhi waktu.
Kondisi ini disebabkan karena terjadinya
perubahan struktur yang tidak segera kembali
ke keadaan semula ketika tekanan geser
diturunkan.
Uji Stabilita Fisik

Pengujian stabilitas fisik terhadap sediaan emulsi yang sudah jadi dilakukan dengan
menggunakan dua metode :
• metode sentrifugasi
Pengamatan uji pemisahan fasa menggunakan metode sentrifugasi menunjukkan bahwa
semua sediaan stabil setelah disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm, 3750 rpm, dan 5000
rpm kecuali sediaan 4 yang menunjukkan ketidakstabilan saat disentrifugasi dengan
kecepatan 3750 rpm

• metode freeze thaw


Pengaruh freeze thaw terhadap sediaan 15, 13, 18, 17 adalah terjadi pemisahan fasa sejak
siklus pertama sehingga pada sediaan 15, 13, 18, 17 tidak dilakukan pengukuran ukuran
globul, sedangkan pada formula 4 tidak terjadi pemisahan fasa hingga siklus kedua namun
terjadi pemisahan fasa sejak siklus ketiga.
Kesimpulan

bahwa formula emulsi oral minyak kelapa murni dengan penampilan dan
stabilitas fisik yang paling baik adalah formula menggunakan emulgator PGA
20% pada Formula 4.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai