Bisoprolol Kania

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PREFORMULASI SEDIAAN TABLET BISOPROLOL FUMARATE

TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT


Dosen Pengampuh: apt. Yenni Sri Wahyuni, M. Farm.

Oleh:

KANIA KHAIRUNNISA
NIM 220101079
KELAS B

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI


PALEMBANG
2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berisi
tentang "PREFORMULASI SEDIAAN TABLET BISOPROLOL FUMARATE". Adapun
maksud dan tujuan saya menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas perkuliahan Teknologi
Farmasi Sediaan Padat.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada diri saya sendiri yang telah berkerja keras dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Palembang, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1 Karakteristik Fisik..............................................................................................3
2.1.1 Sifat Organoleptik.....................................................................................3
2.1.2 Karakteristik Bulk.....................................................................................3
2.1.3 Analisis Kelarutan.....................................................................................5
2.1.4 Analisis Stabilitas......................................................................................9
2.2 Karakteristik Kimia..........................................................................................10
2.2.1 Hidrolisis.................................................................................................10
2.2.2 Oksidasi...................................................................................................12
2.2.3 Fotolisis...................................................................................................12
2.2.4 Rasemisasi...............................................................................................13
2.2.5 Polimerisasi.............................................................................................13
2.2.6 Dekomposisi Enzim.................................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................................15
3.1 Kesimpulan........................................................................................................15
3.2 Saran..................................................................................................................15
DAFTAR ISI...........................................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada proses pembuatan sediaan farmasi memerlukan persyaratan yang
mengharuskan obat aman, berkhasiat dan berkualitas. Kualitas obat sangat terkait dengan
pemilihan bahan aktif farmasia dan bahan tambahan dalam formulasi. Pemeriksaan sifat
fisika dan kimia bahan aktif dan bahan baku obat sangat menentukan kualitas dari sediaan
yang akan dibuat. Preformulasi adalah tahapan penetuaan sifat fisika dan kimia bahan
obat yang perlu dilakukan dengan seksama agar pembuatan sediaan obat sesuai dengan
tujuan penggunaan sediaan obat. Preformulasi memiliki peranan penting dalam
menentukan sifat obat sehingga akan menjadi pertimbangan penting pada tahap formulasi
dan pembuatan obat. Penelitian mengenai preformulasi telah dilakukan sejak tahun 1950-
an dan awal 1960-an. Preformulasi merupakan langkah awal dalam pengembangan
formulasi farmasi secara rasional dengan mempelajari sifat fisik dan kimia dari zat aktif
yang akan diformulasikan bersama eksipien. Tujuan dari preformulasi ini adalah untuk
mengumpulkan informasi yang berguna bagi perancang formulasi dalam menciptakan
bentuk sediaan yang memiliki bioavailabilitas dan stabilitas yang optimal. Studi
preformulasi bertujuan untuk menghimpun data mengenai sifat fisikokimia, fisika-
mekanik, dan farmasetik dari zat aktif, eksipien, dan bahan kemasan yang digunakan.
Manfaat dari preformulasi ini meliputi pengembangan sediaan farmasi yang lebih stabil,
efektif, dan terjangkau, serta pemahaman yang lebih baik mengenai sifat fisik zat aktif
sebelum diformulasikan (Syukri, 2018).
Sebelum melakukan formulasi pada zat aktif, merupakan langkah penting untuk
memeriksa karakteristik sifat fisik dan kimia dari zat aktif tersebut. Mestres et al (2017)
menjelaskan bahwa tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mencegah terjadinya ikatan
tidak stabil antara zat aktif dengan bahan lainnya, yang dapat menghasilkan obat dengan
komposisi yang tidak stabil, dan akhirnya menyebabkan interaksi obat atau efek samping
yang serius. Preformulasi dirancang untuk mengidentifikasi sifat fisikokimia dari zat aktif
dan bahan tambahan yang kemudian akan memengaruhi desain formulasi serta sifat
farmakokinetik dari produk yang dihasilkan. Studi preformulasi merupakan langkah kunci
dalam proses formulasi sediaan obat seperti tablet. Preformulasi bertujuan untuk
menyempurnakan komposisi formula sediaan dengan mengidentifikasi sifat fisik dan

1
kimia yang diperlukan dalam formulasi, di mana interaksi antar komponen yang akan
digunakan menjadi perhatian utama (Syukri, 2018).
Bisoprolol fumarat adalah suatu senyawa yang sangat mudah larut dalamair
dandalam metanol; mudah larut dalam kloroform, dalam asam asetat glasial dan
dalamalkohol; serta sukar larut dalam aseton dan dalam etil asetat (Farmakope Indonesia
Edisi VI, 2020). Bisoprolol fumarat merupakan obat golonganß1adrenergik reseptor
bloker selektif, digunakan untuk pengobatan gagal jantung, hipertensi, dan jantung
iskemik yang bisa digunakan oleh pasien geriatrik dan pediatrik (AmericanSociety of
Health-System Pharmacists, 2011).
Tujuan makalah ini adalah untuk memahami parameter-parameter yang terlibat
dalam studi preformulasi, yang mencakup karakteristik fisik dan kimia dari zat aktif dan
bahan tambahan khususnya pada sediaan tablet bisoprolol.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa sajakah parameter karakteristik fisik dari preformulasi sediaan tablet bisoprolol?
b. Apa sajakah parameter karakteristik kimia dari preformulasi sediaan tablet bisoprolol?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui parameter dari karakteristik fisik preformulasi sediaan tablet bisoprolol.
b. Mengidentifikasi parameter dari karakteristik kimia preformulasi sediaan tablet
bisoprolol.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Fisik


2.1.1 Sifat Organoleptik
Sifat organoleptik merupakan salah satu karakteristik fisik preformulasi yang cara
ujinya berdasar kesukaan dan keinginan pada suatu produk (Syukri, 2018). Uji organoleptik
biasa disebut juga uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan
indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk.
Indera yang dipakai dalam uji organoleptik adalah indera penglihat/mata, indra
penciuman/hidung, indera pengecap/lidah, indera peraba/tangan.
Pada kajian preformulasi sifat organoleptik dari bisoprolol yaitu serbuk berbentuk
serbuk hablur berwarna putih, praktis tidak berbau, dan memiliki rasa pahit (e-Farmakope VI,
2024).
2.1.2 Karakteristik Bulk
a. Karakteristik Solid
Karakteristik kimia dan fisik dari zat aktif ini dipengaruhi oleh distribusi dan
bentuk ukuran partikelnya. Hal ini tidak hanya memengaruhi sifat fisik bahan obat
tetapi juga aspek-aspek biofarmasetika seperti ketersediaan griseofulvin dan
fenasetin yang berkaitan langsung dengan distribusi ukuran partikel obat tersebut.
Ukuran partikel juga berpengaruh pada homogenitas produk akhir sediaan tablet
(Rahayu & Yusrizal, 2017). Perbedaan ukuran partikel antara komponen aktif dan
eksipien dapat menyulitkan pencampuran merata selama proses berikutnya.
Secara fisik, bisoprolol hadir dalam bentuk kristal padat berwarna putih atau
keputihan, sering kali dalam bentuk serbuk halus atau butiran kristal yang rapuh.
Kelarutan dalam air membuatnya cocok untuk diformulasikan dalam sediaan obat
yang larut air seperti tablet, larutan, atau kapsul. Stabilitas obat merupakan faktor
penting yang memerlukan perlindungan dari kelembaban dan cahaya langsung agar
tidak terjadi degradasi yang bisa mengurangi efektivitasnya. Proses pembuatan
sediaan bisoprolol, khususnya dalam bentuk tablet, melibatkan beberapa langkah,
termasuk penghancuran bahan mentah, pencampuran dengan bahan tambahan, dan
pemadatan menjadi tablet. Karakteristik padatan bisoprolol juga memengaruhi
bioavailabilitas obat, yang menentukan tingkat penyerapan dan ketersediaan obat
dalam tubuh. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang sifat solid
3
bisoprolol penting dalam pengembangan dan pembuatan sediaan obat untuk
memastikan efektivitas, keamanan, dan kualitas yang optimal (Mestres et al., 2017).
b. Sifat Alir
Bisoprolol memiliki sifat alir yang cukup baik karena berbentuk kristal padat
yang larut dalam air. Kemampuan alir yang baik ini memudahkan penggunaan
bisoprolol dalam berbagai bentuk sediaan, seperti tablet, larutan, atau kapsul. Sifat
alir yang baik ini juga mempengaruhi proses pengolahan dan pembuatan sediaan
obat, memungkinkan pembuatan tablet yang homogen dan konsisten dalam bobot
serta dosisnya. Selain itu, sifat alir yang baik juga berkontribusi pada ketersediaan
hayati yang optimal dari bisoprolol setelah konsumsi, memastikan efektivitas terapi
pada pasien dengan kondisi kardiovaskular seperti hipertensi atau gagal jantung
(Mestres et al., 2017).
c. Densitas
Densitas adalah salah satu karakteristik penting dari sediaan solid seperti tablet
bisoprolol. Densitas dapat didefinisikan sebagai massa per satuan volume suatu zat.
Untuk bisoprolol, densitas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: Bentuk
kristal bisoprolol, Bisoprolol dapat hadir dalam bentuk kristal yang berbeda, seperti
polimorf atau solvat, yang dapat mempengaruhi densitasnya. Bentuk kristal yang
lebih padat akan memiliki densitas yang lebih tinggi. Lalu formulasi tablet, selain zat
aktif bisoprolol, tablet juga mengandung bahan tambahan lain seperti eksipien jadi
komposisi dan jumlah bahan tambahan akan mempengaruhi densitas akhir tablet.
Proses pembuatan dapat mempengaruhi pula, metode pembuatan tablet, seperti
granulasi basah atau kering, dapat mempengaruhi densitas. Proses kompaksi juga
dapat mengubah densitas tablet. Secara umum, densitas bisoprolol dalam bentuk
tablet berada dalam rentang 1,2 - 1,5 g/cm³. Namun, nilai densitas yang spesifik dapat
bervariasi tergantung pada formulasi dan proses pembuatan tablet. Densitas yang tepat
sangat penting untuk menjamin kualitas, keseragaman dosis, dan sifat alir yang baik
dari tablet bisoprolol selama proses manufaktur dan penggunaan. Densitas memiliki
dampak yang signifikan terhadap kompresibilitas, porositas tablet, serta proses
disintegrasi dan disolusi pada sediaan farmasi (Syukri, 2018).
d. Kompresibilitas
Pada penelitian oleh Thenge & Mahajan (2012) menunjukkan hasil bahwa
tablet bisoprolol fumarat dibuat menggunakan metode kompresi langsung. Ini berarti
bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat tablet dikompresi langsung menjadi
4
tablet tanpa proses tambahan dan hasil nilai kompresibilitasnya baik/memenuhi
syarat pembuatan tablet. Metode kompresisibltas dapat digunakan untuk
memprediksi sifat alir berdasar pengukuran densitas menggunakan indeks Carrs.
Nilai di bawah 15% menunjukkan serbuk dengan sifat aliran yang baik, sementara di
atas 25% menunjukkan aliran yang buruk.
e. Polimorfi
Polimorfisme pada tablet Bisoprolol merujuk pada kemungkinan adanya
variasi dalam struktur kristal yang membentuk obat tersebut. Ini dapat terjadi karena
zat aktif, Bisoprolol, dapat mengadopsi beberapa bentuk kristal yang berbeda dalam
kondisi tertentu, yang disebut polimorf. Polimorfisme bisa memengaruhi berbagai
sifat fisik dan kimia dari tablet, termasuk kelarutan, stabilitas, dan laju pelepasan obat
(Leane, et al., 2019). Oleh karena itu, sangat penting untuk mengidentifikasi dan
memahami polimorfisme dalam tablet Bisoprolol untuk memastikan konsistensi
dalam kualitas dan kinerja obat. Ini dilakukan melalui analisis menggunakan teknik
seperti difraksi sinar-X (XRD), spektroskopi inframerah (FTIR), dan mikroskopi
kristal untuk mengidentifikasi dan memeriksa keberadaan dan karakteristik dari setiap
bentuk kristal yang mungkin hadir dalam tablet (DeMatteo & Mann, 2018). Hasil dari
analisis ini akan memberikan wawasan yang penting dalam pengembangan dan
pengawasan mutu tablet Bisoprolol.
f. Higroskopisitas
Proses penyerapan molekul air oleh obat atau bahan tambahan dapat
menyebabkan hidrolisis, yaitu pemecahan zat melalui reaksi kimia dengan air. Dalam
proses hidrolisis ini, ketika molekul air berinteraksi dengan campuran obat dan bahan
tambahan, mereka dapat mengionisasi salah satunya dan memicu reaksi tersebut
(Syukri, 2018).
Higroskopisitas Bisoprolol merujuk pada kemampuan zat aktif ini untuk
menyerap atau menarik air dari lingkungannya. Ini dapat memengaruhi stabilitas dan
kualitas obat dalam formulasi tablet. Penelitian menunjukkan bahwa Bisoprolol
memiliki sifat higroskopis yang signifikan, yang dapat mempengaruhi stabilitas fisik
dan kimia obat tersebut dalam tablet. Oleh karena itu, penting untuk
mempertimbangkan faktor higroskopisitas Bisoprolol dalam formulasi tablet agar
dapat memastikan stabilitas dan kualitas obat yang dihasilkan (Fithriani Armin,
2022).

5
2.1.3 Analisis Kelarutan
a. Konstanta Ionisasi (pKa)
Nilai pKa bisoprolol fumarat 9,57. Koefisien distribusi (log P) dalam buffer n-
dodekana / air adalah 2,15 dan n-oktanol / air -0,24 (Fithriani Armin, 2022).
b. Koefisien Partisi
Koefisien partisi (partition coefficient) adalah parameter penting yang
menggambarkan sifat lipofilisitas atau kelarutan suatu zat dalam sistem pelarut yang
terdiri dari dua fase yang tidak saling bercampur, biasanya air dan n-oktanol. Untuk
bisoprolol, koefisien partisi (log P) merupakan indikator kelarutan dan kemampuan
penetrasi obat melalui membran biologis. Beberapa karakteristik koefisien partisi
bisoprolol: Nilai log P bisoprolol, Bisoprolol memiliki nilai log P sekitar 1,9 - 2,3.
Nilai ini menunjukkan bahwa bisoprolol memiliki sifat amfipatik, yaitu memiliki
kelarutan yang cukup baik dalam fase lipid (n-oktanol) maupun fase air. Lalu
implikasi sifat lipofilisitas, nilai log P yang moderat memungkinkan bisoprolol untuk
dapat berdifusi melalui membran biologis, seperti membran sel dan sawar darah-otak.
Sifat lipofilisitas yang seimbang juga membantu bisoprolol dalam mencapai distribusi
yang baik di dalam tubuh. Dan juga Pengaruh pH, nilai log P bisoprolol dapat
dipengaruhi oleh pH lingkungan. Bisoprolol memiliki sifat amfoter, sehingga
kelarutan dan lipofilisitasnya akan berubah sesuai dengan pH. Secara keseluruhan,
koefisien partisi bisoprolol yang moderat menunjukkan profil farmakokinetik yang
baik, dengan penyerapan, distribusi, dan penetrasi ke target yang efektif. Hal ini
berkontribusi pada efektivitas terapi bisoprolol sebagai obat kardiovaskular.
c. Solubilitas
Solubilitas bisoprolol adalah kemampuan bisoprolol untuk larut dalam suatu
pelarut tertentu. Solubilitas merupakan salah satu karakteristik penting dari sediaan
farmasi, termasuk bisoprolol. Bisoprolol fumarat sangat mudah larut dalam air dan
dalam metanol; mudah larut dalam kloroform, dalam asam asetat glasial dan dalam
alkohol; sukar larut dalam aseton dan dalam etil asetat (Kementerian Kesehatan RI.
Farmakope Indonesia Edisi VI). Kelarutan bisoprolol fumarat yang tinggi dalam air
memberikan rasa after taste setelah mengkonsumsinya. Rasa pahit yang dirasakan
setelah mengkonsumsi sediaanbisoprolol fumarat menjadi salah satu penyebab
ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsinya (Thenge & Mahajan, 2012). Secara
keseluruhan, karakteristik solubilitas bisoprolol yang baik dalam air mendukung
penyerapan dan bioavailabilitas yang efektif setelah pemberian oral. Namun,
6
formulasi dan kondisi lingkungan dapat mempengaruhi solubilitas dan stabilitas
bisoprolol.
d. Efek Termal
Pada tahapan formulasi suatu obat, perlu dilakukan evaluasi terhadap interaksi
dan inkompatibilitas yang mungkin terjadi antara zat aktif dengan eksipien. Salah
satu metode yang dapat digunakan untuk mengevaluasi inkompatibilitas adalah
analisis termal. Dalam studi kompatibilitas, analisis termal dapat memberikan
informasi tentang sifat fisika dari sampel yang diuji meliputi stabilitas,
kompatibilitas, polimorfisme, fase transisi, kemurnian, dan dekomposisi kinetik
(Costa et al., 2013). Efek termal terhadap bisoprolol adalah perubahan sifat-sifat
fisikokimia dan stabilitas bisoprolol akibat paparan suhu atau panas. Berikut adalah
beberapa efek termal yang dapat terjadi pada bisoprolol: Stabilitas termal, bisoprolol
umumnya stabil terhadap paparan suhu moderat, namun dapat terdegradasi pada
suhu tinggi. Pemanasan berlebihan dapat menyebabkan dekomposisi atau perubahan
struktur kimia bisoprolol. Lalu transisi fase, bisoprolol dapat mengalami transisi fase
padat, seperti perubahan polimorfisme atau pembentukan solvat, akibat paparan
suhu. Perubahan fase ini dapat mempengaruhi sifat fisik seperti kelarutan, disolusi,
dan stabilitas. Pengaruh pada formulasi dapat terjadi juga, suhu dapat mempengaruhi
stabilitas dan interaksi antara bisoprolol dengan bahan tambahan dalam formulasi
sediaan. Hal ini dapat berdampak pada kualitas, keseragaman dosis, dan umur
simpan sediaan. Ada juga pengaruh pada proses manufaktur, suhu yang tinggi selama
proses manufaktur, seperti granulasi atau pengeringan, dapat mempengaruhi sifat
fisik dan kimia bisoprolol. Kontrol suhu yang tepat selama proses produksi sangat
penting untuk menjaga kualitas bisoprolol. Dan terakhir pengaruh pada
penyimpanan, penyimpanan bisoprolol pada suhu yang terlalu tinggi dapat
mempercepat degradasi dan penurunan kualitas. Kondisi penyimpanan yang
terkontrol, seperti suhu dan kelembaban, diperlukan untuk menjaga stabilitas
bisoprolol. Secara umum, efek termal terhadap bisoprolol harus dipertimbangkan
dalam formulasi, proses manufaktur, dan kondisi penyimpanan sediaan untuk
menjamin kualitas, keamanan, dan efikasi bisoprolol sebagai obat
e. Pengaruh Ion (Ksp)
Penambahan ion-ion serupa ini dapat mengurangi kelarutan zat tersebut,
menyebabkan penurunan dalam kemampuannya untuk larut. Semakin banyak ion
serupa yang terdapat dalam larutan, semakin sulit bagi zat terlarut untuk melarut. Ion
7
serupa merujuk pada ion-ion yang ditambahkan ke dalam larutan yang sudah
mengandung sejumlah ion yang serupa. Penentuan hasil kali kelarutan (Ksp) dari
larutan elektrolit dapat digunakan untuk memprediksi apakah zat elektrolit tersebut
akan larut atau mengendap dalam larutan. Pengaruh ion dari bisoprolol adalah
bagaimana keberadaan ion-ion dapat mempengaruhi sifat-sifat fisikokimia dan
farmakologis dari bisoprolol. Berikut adalah beberapa pengaruh ion terhadap
bisoprolol: Kelarutan dan disolusi, bisoprolol merupakan senyawa amfoter yang
dapat membentuk garam dengan asam atau basa. Keberadaan ion-ion dalam larutan
dapat mempengaruhi kelarutan dan laju disolusi bisoprolol. Pembentukan garam
bisoprolol dapat meningkatkan kelarutannya dalam air. Lalu Interaksi dengan
eksipien, ion-ion dalam formulasi sediaan dapat berinteraksi dengan bisoprolol, baik
secara fisik maupun kimia. Interaksi ini dapat mempengaruhi stabilitas, pelepasan,
dan absorpsi bisoprolol. Contohnya, penggunaan garam-garam anorganik dalam
formulasi dapat mempengaruhi profil disolusi bisoprolol. Bisa juga absorpsi dan
distribusi, keberadaan ion-ion di saluran pencernaan atau dalam darah dapat
mempengaruhi absorpsi dan distribusi bisoprolol. Misalnya, ion-ion dapat
mempengaruhi ionisasi bisoprolol dan mempengaruhi laju penyerapan. Metabolisme
dan eliminasi dapat dipengaruhi, ion-ion tertentu dapat mempengaruhi metabolisme
dan eliminasi bisoprolol oleh enzim atau sistem transportasi. Contohnya, interaksi
dengan ion logam dapat menghambat atau menginduksi enzim metabolisme
bisoprolol. Dan terakhir stabilitas, keberadaan ion-ion dapat mempengaruhi stabilitas
kimia bisoprolol, terutama selama penyimpanan sediaan. Reaksi antara bisoprolol
dengan ion-ion tertentu dapat menyebabkan degradasi atau pembentukan produk
degradasi. Secara keseluruhan, pemahaman tentang pengaruh ion-ion terhadap
bisoprolol sangat penting dalam pengembangan formulasi, optimalisasi profil
farmakokinetik, dan menjamin stabilitas sediaan bisoprolol.
f. Disolusi
Bisoprolol adalah obat golongan beta-blocker yang digunakan untuk
mengobati berbagai kondisi terkait jantung dan pembuluh darah, seperti hipertensi,
angina pektoris, dan gagal jantung. Disolusi bisoprolol mengacu pada proses
pelarutan atau pelepasan zat aktif bisoprolol dari sediaan farmasi (misalnya tablet
atau kapsul) saat berada di dalam saluran pencernaan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi disolusi bisoprolol antara lain: Formulasi sediaan: Karakteristik
fisikokimia sediaan, seperti ukuran partikel, kelarutan, dan teknologi pelepasan obat
8
yang digunakan, dapat mempengaruhi laju disolusi bisoprolol. pH lingkungan:
Bisoprolol memiliki kelarutan yang baik pada pH asam, sehingga disolusinya akan
lebih cepat di lingkungan asam (misalnya lambung) dibandingkan di lingkungan basa
(usus). Waktu transit: Waktu tinggal sediaan di saluran pencernaan juga
mempengaruhi disolusi, karena semakin lama sediaan berada di lingkungan yang
sesuai, semakin banyak obat yang dapat terlarut. Interaksi dengan makanan:
Konsumsi makanan dapat mempengaruhi pH saluran pencernaan dan waktu transit
sediaan, sehingga dapat mempengaruhi disolusi bisoprolol. Disolusi yang baik dari
sediaan bisoprolol penting untuk memastikan bioavailabilitas dan efektivitas terapi
yang optimal. Oleh karena itu, formulasi sediaan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi disolusi harus dipertimbangkan dalam pengembangan dan
penggunaan sediaan bisoprolol.
2.1.4 Analisis Stabilitas
a. Stabilitas Larutan
Stabilitas larutan bisoprolol mengacu pada kemampuan larutan bisoprolol
untuk mempertahankan sifat-sifat fisikokimia dan farmakologisnya selama periode
penyimpanan tertentu. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas larutan
bisoprolol antara lain: Konsentrasi bisoprolol: Semakin tinggi konsentrasi bisoprolol
dalam larutan, semakin rentan terhadap degradasi. pH larutan: Bisoprolol lebih stabil
pada pH netral atau sedikit asam. Larutan dengan pH yang terlalu basa atau terlalu
asam dapat mempercepat degradasi bisoprolol. Suhu penyimpanan: Penyimpanan
pada suhu yang terlalu tinggi dapat mempercepat degradasi bisoprolol dalam larutan.
Paparan cahaya: Paparan cahaya, terutama sinar UV, dapat mempercepat degradasi
bisoprolol dalam larutan. Interaksi dengan bahan tambahan: Bahan tambahan dalam
formulasi, seperti pengawet, penyangga, atau pelarut, dapat mempengaruhi stabilitas
bisoprolol dalam larutan. Kontaminasi mikrobiologis: Kontaminasi oleh
mikroorganisme dapat menyebabkan degradasi bisoprolol dan perubahan karakteristik
larutan.
Untuk menjaga stabilitas larutan bisoprolol, beberapa langkah yang dapat
dilakukan antara lain: Menjaga konsentrasi bisoprolol pada rentang yang optimal,
mempertahankan pH larutan pada rentang yang sesuai, menyimpan larutan pada suhu
yang direkomendasikan dan terlindung dari Cahaya, menggunakan bahan tambahan
yang kompatibel dan tidak mengganggu stabilitas bisoprolol, dan menjaga sterilitas
larutan dan mencegah kontaminasi mikrobiologis. Pemantauan stabilitas larutan
9
bisoprolol secara berkala juga penting untuk memastikan kualitas dan keamanan
produk selama penyimpanan.
b. Stabilitas Padatan
Stabilitas padatan bisoprolol mengacu pada kemampuan sediaan padat (seperti
tablet atau kapsul) yang mengandung bisoprolol untuk mempertahankan sifat-sifat
fisikokimia dan farmakologisnya selama periode penyimpanan tertentu. Pemantauan
stabilitas padatan bisoprolol secara sistematis sangat penting untuk memastikan
keamanan, efikasi, dan kualitas produk selama masa simpan.
c. Kompatibilitas Obat dengan Eksipien
Sediaan bentuk tablet bercanpur dengan beberapa eksipien yang
memungkinkan bisa mempengaruhi stabilitas obat. Umumnya, tablet mengandung
bahan pengikat, penghancur, lubrikan dan bahan pengisi. Kompatibilitas bisoprolol
mengacu pada kemampuan bisoprolol untuk bercampur, bereaksi, atau berinteraksi
dengan bahan-bahan lain tanpa mengalami perubahan yang tidak diinginkan dalam
sifat fisikokimia, stabilitas, atau keamanan. Bisoprolol harus kompatibel dengan
bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi sediaan, seperti pengisi, pengikat,
pelicin, dan lain-lain. Interaksi antara bisoprolol dan eksipien dapat mempengaruhi
stabilitas, disolusi, atau bahkan keamanan produk. Bisoprolol harus memiliki
kelarutan yang baik dalam pelarut yang digunakan, baik untuk formulasi sediaan cair
maupun proses pembuatan. Ketidakcocokan antara bisoprolol dan pelarut dapat
menyebabkan presipitasi atau degradasi. Studi kompatibilitas obat dan eksipien
dijelaskan sebagai berikut:
1. Stabilitas suatu sediaan bisa dimaksimalkan. Setiap interaksi pada fisika dan
kimia suatu obat dengan eksipien tersebut dapat berpengaruh ada bioavailabilitas
dan stabilitas obat.
2. Kompatibilitas obat dan eksipien ini dapart memungkinkan ditemukannya reaksi
sebelum formulasi dilakukan hingga sediaan menjadi suatu produk.
3. Penemuan obnat bisa mendapatkan senyawa kimia baru yang dimana senyawa
kimia baru ini dapat dibentuk menjadi produk obat setelah diformulasikan dan
diproses bersamaan dengan eksipien
4. Studi kompatibilitas obat dengan eksipien dapat memilih jenis eksipien yang
tepat dengan campuran zat kimia baru sehingga tidak terjadi interaksi yang tidak
diingkan saat sediaan menjadi suatu produk.

10
Tehnik untuk mendeteksi kompatibilitas suatu obat dengan eksipien dapat
melalui metode analisis termal (differential scanning calorimetry dan differential
thermal analysis); studi stabilitas yang dipercepat; spektroskopi FT-IR;
kromatografi (SIC, TLC, HPLC).
2.2 Karakteristik Kimia
2.2.1 Hidrolisis
Hidrolisis adalah proses reaksi kimia yang melibatkan penguraian suatu
senyawa melalui penambahan air. Dalam kasus bisoprolol, hidrolisis dapat terjadi dan
mempengaruhi stabilitas senyawa tersebut.
Beberapa hal terkait hidrolisis bisoprolol:
1. Mekanisme hidrolisis:
 Bisoprolol memiliki gugus ester dalam strukturnya yang dapat
terhidrolisis.
 Reaksi hidrolisis dapat dipercepat oleh kondisi asam atau basa, serta suhu
yang tinggi.
 Produk hidrolisis bisoprolol adalah asam karboksilat dan alkohol.
2. Faktor yang mempengaruhi hidrolisis:
 pH larutan: Hidrolisis bisoprolol lebih cepat terjadi pada pH asam atau
basa.
 Suhu: Peningkatan suhu dapat mempercepat laju hidrolisis bisoprolol.
 Keberadaan katalis: Katalis asam atau basa dapat mempercepat reaksi
hidrolisis.
 Kelembaban: Lingkungan dengan kelembaban tinggi dapat mempercepat
hidrolisis.
3. Dampak hidrolisis:
 Hidrolisis dapat menyebabkan penurunan kadar bisoprolol dalam sediaan.
 Produk hidrolisis dapat memiliki aktivitas farmakologis yang berbeda dari
bisoprolol.
 Hidrolisis dapat mempengaruhi stabilitas, keamanan, dan efikasi sediaan
bisoprolol.
4. Pencegahan hidrolisis:
 Menjaga pH larutan atau sediaan bisoprolol pada rentang yang optimal.
 Menyimpan sediaan pada suhu dan kelembaban yang sesuai.

11
 Menggunakan bahan tambahan yang dapat melindungi bisoprolol dari
hidrolisis.
 Melakukan pengujian stabilitas secara berkala untuk memantau hidrolisis.
Kondisi yang mengkatalisis pemecahan adalah:
a. Adanya ion hidroksil
b. Adanya ion hidrida
c. Adanya ion divalent
d. Adanya panas dan Cahaya
e. Polaritas larutan dan kekuatan ion
f. Kosentrasi obat yang tinggi
Proses hidrolisis ini dapat dihambat dengan beberapa cara, yaitu :
a. Pengaturan pH
Golongan obat dengan kandungan senyawa basa lemah dan asam lemah akan
lebih mudah larut saat terionisasi sehingga tidak stabil pada senyawa tersebut akan
naik. Pengaruh pH ini dapat diproses dengan memformulasikan larutan obat yang
mendekati pH stabil optimum, menambahkan pelarut yang larut dalam air ke
dalam formulasi, konsentrasi buffer omptimum untuk menekan ionisasi
b. Penambahan surfaktan
Surfaktan nonionik, kationik dan anionic dapat menstabilkan obat terhadap
katalisis
c. Garam dan ester
Suatu kelarutan yang mengalami hidrolisis ester dapat menguranginya dengan
membentuk garam tidak larut misalnya ester fosfat clindamisin.
d. Penyimpanan dengan desikator
e. Penggunaan senyawa kompleks
2.2.2 Oksidasi
Oksidasi merupakan jalur yang sangat umum untuk degradasi atau penguraian
obat dalam formulasi sediaan cair dan padat. Oksidasi terjadi dalam dua cara yaitu:
1. Autooksidasi; dan
2. Proses rantai radikal bebas.
Gugus fungsi yang sangat rentan dengan terjadinya oksidasi adalah alkena,
kelompok aromatik yang tersubstitusi (toluena, fenol, anisol), eter, tioeter dan amina
(Ridwan et al., 2021). Bisoprolol memiliki beberapa gugus fungsional yang dapat

12
teroksidasi, seperti gugus alkohol dan amin. Reaksi oksidasi bisoprolol dapat dipicu
oleh oksigen, sinar UV, atau agen pengoksidasi lainnya. Produk oksidasi bisoprolol
dapat berupa senyawa-senyawa teroksidasi, seperti aldehida, keton, atau senyawa lain.
2.2.3 Fotolisis
Reaksi fotolisis bisoprolol dapat menghasilkan produk-produk degradasi, seperti
senyawa terhalogenasi, senyawa teroksidasi, atau senyawa lain. Fotolisis dapat
menyebabkan penurunan kadar bisoprolol dalam sediaan. Produk fotolisis dapat
memiliki aktivitas farmakologis yang berbeda dari bisoprolol. Fotolisis dapat
mempengaruhi stabilitas, keamanan, dan efikasi sediaan bisoprolol.
Terjadi dekomposisi dengan mekanisme sebagai berikut (Syukri, 2018):
a. konfigurasi elektron obat akan tumpeng tindih dengan sepekrum sinar matahari
atau Cahaya buatan. Maka dengan itu energi akan diserap olek elektron dan
menuju ke keadaan tereksitasi
b. fotosintesa dimaksud dengan molekul atau eksipien yang mengyerap energi tetapi
tidak secara langsung dalam reaksi akan tetapi hal tersebut tetap memberikan
energi ke dalam energi lain yang menyebabkan kerusakan pada sel dengan
menginduksi pembentuka radikal.
Dekomposisi dapat dicegah dengan:
a. Pengemasan yang cocok. Warna botol kemasan berwarna hijau kekuningan akan
memberikan perlindungan yang maksimal dari sinar UV semnetar warna kuning
memberikan perlindungan yang lebih besar terhadap radiasi sinar UV.
b. Antioksidan
c. Melindungi obat dari cahaya. Contohnya seperti nifedipine diproduksi di bawah
sinar Cahaya Na.
d. Menghindari paparan matahari
e. Fotostabilizer seperti menggunakan pewarna kurkumin dan azorubine,
menggunakan pigmen besi oksidan dan titanium dioksida.
2.2.4 Rasemisasi
Rasemisasi adalah fenomena di mana satu isomer berubah menjadi isomer
lainnya, yang dapat mengakibatkan perbedaan dalam sifat farmakokinetik, efek
farmakologi, dan toksikologi. Bisoprolol memiliki satu pusat kiral dalam strukturnya,
sehingga dapat membentuk dua enantiomer yang berbeda. Reaksi rasemisasi bisoprolol
dapat terjadi melalui pemutusan dan pembentukan kembali ikatan pada pusat kiral.
Proses rasemisasi dapat menghasilkan campuran racemik dari kedua enantiomer
13
bisoprolol. Rasemisasi dapat menyebabkan perubahan komposisi enantiomerik
bisoprolol dalam sediaan. Enantiomer yang terbentuk akibat rasemisasi dapat memiliki
aktivitas farmakologis yang berbeda dari bisoprolol asli. Rasemisasi dapat
mempengaruhi stabilitas, keamanan, dan efikasi sediaan bisoprolol.

2.2.5 Polimerisasi
Polimerisasi adalah reaksi yang berkelanjutan di mana lebih dari satu molekul
atau monomer bereaksi bersama untuk membentuk polimer. Sebagai contoh, ketika
larutan glukosa menjadi gelap, itu disebabkan oleh terjadinya polimerisasi produk
pecahan 5-(hidroksilmetil) frufural. Sebagai senyawa obat, bisoprolol umumnya tidak
mengalami polimerisasi. Polimerisasi biasanya terjadi pada senyawa-senyawa yang
memiliki gugus fungsional yang dapat berikatan dan membentuk rantai polimer, seperti
alkena, alkuna, asam karboksilat, dan lain-lain. Namun, struktur kimia bisoprolol tidak
menunjukkan adanya gugus fungsional yang dapat mengalami polimerisasi.
2.2.6 Dekomposisi Enzim
Dekomposisi enzim adalah proses degradasi kimia yang dipicu oleh aktivitas
enzim, di mana enzim menyebabkan obat mengalami perubahan menjadi bentuk yang
terdekomposisi. Bisoprolol adalah obat yang mengalami metabolisme yang signifikan
di dalam tubuh. Metabolisme bisoprolol terutama terjadi di hati melalui reaksi oksidasi
dan konjugasi. Enzim yang terlibat: Enzim sitokrom P450 (CYP) merupakan enzim
utama yang bertanggung jawab atas metabolisme bisoprolol. Isoenzim CYP yang
terlibat antara lain CYP2D6 dan CYP3A4. Selain itu, enzim UGT (UDP-
glucuronosyltransferase) juga berperan dalam konjugasi bisoprolol. Jalur metabolisme:
Reaksi oksidasi yang dimediasi CYP2D6 dan CYP3A4 menghasilkan metabolit O-
demetil bisoprolol dan N-demetil bisoprolol. Metabolit O-demetil bisoprolol
selanjutnya dapat mengalami konjugasi dengan asam glukoronat oleh enzim UGT.
Kinetika metabolisme: bisoprolol memiliki bioavailabilitas oral yang tinggi (>90%),
namun mengalami first-pass metabolism yang signifikan di hati. Waktu paruh eliminasi
bisoprolol sekitar 10-12 jam, dengan sebagian besar dosis diekskresikan melalui urin
dalam bentuk metabolit.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Preformulasi penting bagi formulator untuk mendapatkan profil fisika-kimia yang
lengkap dari bahan-bahan aktif yang tersedia sebelum memulai suatu aktivitas
perkembangan formula seluruh informasi ini diketahui sebagai preformulasi.
Preformulasi sangat penting dilakukan dalam setiap pengembangan sediaan farmasi
karena meliputi penelitian farmasetik dan analitik bahan obat untuk menunjang proses
pengembangan formulasi.
2. Dalam preformulasi suatu sediaan harus memperhatikan berbagai parameternya agar
menghasilkan formula sediaan yang stabil, efektif, dan aman. Parameter preformulasi
inilah yang akan menentukan formulanya bermutu baik atau tidak, baik dalam sifat
fisika maupun kimianya.
3. Dapat disimpulkan bahwa, bisoprolol memiliki sifat alir yang cukup baik karena
berbentuk kristal padat yang larut dalam air. Sifat alir yang baik ini juga mempengaruhi
proses pengolahan dan pembuatan sediaan obat, memungkinkan pembuatan tablet yang
homogen dan konsisten dalam bobot serta dosisnya. Selain itu, sifat alir yang baik juga
berkontribusi pada ketersediaan hayati yang optimal dari bisoprolol setelah konsumsi,
memastikan efektivitas terapi pada pasien dengan kondisi kardiovaskular seperti
hipertensi atau gagal jantung.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang
preformulasi obat sediaan tablet tersebut sehingga dapat menambah pengetahuan
mengenai materi tersebut. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

15
4.

16
DAFTAR ISI

Amatullah Syarifah, Tuti Sri Suhesti, & Rehana. (2022). Karakteristik Fisik Morfologi, pH, dan Waktu Alir
Serbuk Serat Ampas Kelapa sebagai Bahan Pengisi Sediaan Farmasi. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 4(3),
331–336. https://doi.org/10.25026/jsk.v4i3.1133

Apsari, K., & Chaerunisa, A. Y. (2020). Review Jurnal : Upaya Peningkatan Kelarutan Obat.
Farmaka, 18(2), 56–68.

Depkes RI. Farmakope Indonesia edisi VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2020.

Eka Saputri, F., & Saryanti. (2022). Formulasi Tablet Ekstrak Daun Kelengkeng (Euphoria
Longana Lam) Dengan Variasi Polivinil Pirolidone (Pvp K-30) Sebagai Bahan Pengikat
Formulation Of Tablets Of Longan (Euphoria Longana Lam) Leave Extract With Variations
Of Polyvyny Pirolidone (Pvp K-30) As Binder. Jurnal Kesehatan Pharmasi (Jkpharm, 1.

Fithriani Armin. (2022). Analisis Bisoprolol Fumarat Dalam Pengembangan Bentuk Sediaan
Mikrokapsul Menggunakan Etil Selulosa Dengan Teknik Metode Penguapan Pelarut.
Laporan Akhir Penelitan, 0014117602(8.5.2017), 2003–2005.

Gusnadi, D., Taufiq, R., & Baharta, E. (2021). Uji Organoleptik dan Daya Terima pada Produk
Mousse Berbasis Tapai Singkong sebagai Komoditi UMKM di Kabupaten Bandung. Jurnal
Inovasi Penelitian, 1(12), 2883–2888.

Mestres, C., Agustí, A., Hernandez, M., Puerta, L., & Llagostera, B. (2017). Pharmacist
Intervention Program At Different Rent Levels Of Geriatric Healthcare. Pharmacy, 5(4), 27.
Https://Doi.Org/10.3390/Pharmacy5020027

Qomara, W. F., Musfiroh, I., & Wijayanti, R. (2023). Review : Evaluasi Stabilitas Dan
Inkompatibilitas Sediaan Oral Liquid. Majalah Farmasetika, 8(3), 209–223.

Rahayu, P., & Yusrizal. (2017). Keseragaman Bobot Resep Racikan Serbuk Bagi (Pulveres) Di
Apotek Kota Bandar Lampung Tahun 2017. In Jurnal Analis Kesehatan (Vol. 8, Issue 1).

Ramos, P. (2022). Application Of Thermal Analysis to Evaluate Pharmaceutical Preparations


Containing Theophylline. Pharmaceuticals, 15(10). Https://Doi.Org/10.3390/Ph15101268

Rizqy Maulana, M., Darusman, F., & Suparman, A. (2023). Bandung Conference Series:
Pharmacy Pengaruh Lembap, Termal Dan Mekanik Terhadap Proses Manufaktur Sediaan
Tablet. Bandung Conference Series : Pharmacy, 3(1), 1–4.
Https://Doi.Org/10.29313/Bcsp.V3i2.8725

Rosmawati, Hartianty, E. P., Ashfar Kurnia, & Siti Mardiyanti. (2023). Formulasi Dan Evaluasi
Granul Mukoadhesif Amoksisilin Trihidrat Dengan Polimer Kitosan. Jfionline | Print Issn
1412-1107 | E-Issn 2355-696x, 15(2), 189–195.
Https://Doi.Org/10.35617/Jfionline.V15i2.157

Syukri, Y. D. A. (2018). Teknologi Sediaan Obat Dalam Bentuk Solid (Vol. 1).

17
Thenge, R., & Mahajan, N. (2012). Formulation And Evaluation Of Bisoprolol Fumarate Fast
Dissolving Tablet By Direct Compression Techniques Keywords Bisoprololfumarate Fast
Dissolving Tablet Sodium Starch Glycolate ... Formulation And Evaluation Of Bisoprolol
Fumarate Fast. July 2019.

Wisudyaningsih, B. (N.D.). Studi Preformulasi: Validasi Metode Spektrofotometri Ofloksasin


Dalam Larutan Dapar Fosfat (Ofloxacin Spectrophotometric Method Validation in Phosphat
Buffer Solution: A Preformulation Study).

Yoga, W., & Hendriani, R. (N.D.). Farmaka Review : Teknik Peningkatan Kelarutan Obat.

Yuniarsih, N., Putri Valentina, D., Kurniawati, I., Mudrikah, S., Amelia, T., Bintang, I., Pranata, F.,
& Sukandar, D. (2023). Literature Review Artikel Pengaruh Penyalutan Tablet Terhadap
Stabilitas Obat. Deden Sukandar Innovative: Journal of Social Science Research, 3(2), 1072–
1083.

18

Anda mungkin juga menyukai