Makalah Kelompok 2 - PLS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PROGRAM-PROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah: Pendidikan Luar Sekolah

Dosen: Muhammad Hayanul Damanik,

M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 2 PGMI-6 / Semester VII

Meilyani (0306203157) Laila Iklimah Panjaitan (0306203155)


Devi Intan Sari Sagala (0306203151) Efrina Mora (0306203159)
Nisa Amelia Purba (0306203144) Hamidah Sal’aty (0306203146)
Almi Waina (0306203138) Harri Gusnirwanda (0306203143)
Mirayanti (0306203153)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA

UTARA MEDAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya berupa kekuatan dan kemampuan, sehingga
penulisan makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Serta shalawat dan salam kepada
ruh junjungan alam yakni Nabi Muhammad Saw.

Penyusunan makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Pendidikan Luar Sekolah
yang dikerjakan secara berkelompok dan dipresentasikan sebagai bahan diskusi mahasiswa/i
Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah kelas PGMI 6 semester VII.

Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, tentu banyak pihak yang terlibat,
memberikan bantuan moral maupun material. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Muhammad Hayanul Damanik, M.Pd selaku dosen pengampu
dari mata kuliah Pendidikan Luar Sekolah, dan keluarga serta teman-teman sekalian yang
juga mendukung dari segi moral dan material.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, maka dari
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
yang lebih baik kedepannya.

Medan, 08 November 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2

A. Jenis Program Pendidikan Masyarakat....................................................................2


B. Sasaran Program Pendidikan Masyarakat...............................................................4
C. Peran Pendidikan Dalam Pengentasan Kemiskinan................................................6
D. Proses Pembelajaran Pendidikan Masyarakat.........................................................8
E. Indikator Keberhasilan Pendidikan Masyarakat......................................................10
F. Hambatan dan Tantangan Pendidikan Masyarakat.................................................10

BAB III PENUTUP............................................................................................................13

A. Kesimpulan..............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 10 tentang Sisdiknas, satuan pendidikan
dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal. Jalur pendidikan
formal yaitu jalur pendidikan yang diselenggarakan di sekolah, sedangkan jalur
pendidikan nonoformal yaitu jalur pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan
masyarakat.

Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan non formal, dimana pendidikan ini


berperan sebagai penambah, pengganti serta pelengkap untuk pengetahuan yang tidak
bisa di dapat di jalur pendidikan formal. Selain itu, pendidikan masyarakat juga bergerak
di berbagai bidang yang menyangkut kemasyarakatan. Banyak sekali program yang
dibuat untuk memberdayakan masyarakat terutama masyarakat yang tidak mampu
mengenyam pendidikan di jalur formal. Program-program pendidikan masyarakat dapat
membantu meningkatkan kemandirian, keberdayaan, dan inovatif dalam mencari
informasi baru dalam rangka meningkatkan kehidupan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah jenis program pendidikan masyarakat
2. Apa Sasaran program pendidikan masyarakat
3. Bagaimana peran peran pendidikan dalam pengentasan kemiskinan
4. Bagaimana proses pembelajaran pendidikan masyarakat
5. Apa Indikator keberhasilan pendidikan masyarakat
6. Apa hambatan dan tantangan pendidikan masyarakat

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis program pendidikan masyarakat
2. Untuk mengetahui program pendidikan masyarakat
3. Memahami bagaimana peran pendidikan dalam pengentasan kemiskinan
4. Mengetahuii proses pembelajaran pendidikan masyarakat
5. Mengetahui Indikator keberhasilan pendidikan masyarakat
6. Mengetahui hambatan dan tantangan pendidikan masyarakat
1
BAB II

PEMBAHASA

A. Jenis Program Masyarakat

Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) secara umum sebagai suatu lembaga yang
bergerak pada dunia pendidikan nonformal dengan tujuan sebagai senter kegiatan belajar
masyarakat. PKBM sebagai wadah masyarakat untuk belajar, memiliki banyak fungsi
terutama yang terkait dengan implementasi pengembangan kegiatan pendidikan
nonformal. Inti keberadaan PKBM mampu melayani kebutuhan belajar bagi masyarakat
sekaligus sebagai wadah solusi berbagai masalah sosial yang ada di masyarakat. Secara
umum dapat dikatakan sebagai suatu organisasi sosial yang bertujuan menanggulangi
masalah-masalah kemiskinan, kebodohan, dan masalah keterbelakangan. Beberapa hal
tersebut, keberadaan PKBM tentu memiliki peran besar dalam memecahkan masalah
kemasyarakatan. PKBM merupakan gerakan kekuatan alternatif yang tumbuh dari
masyarakat itu sendiri melalui ujung tombak dalam membantu menangani masalah sosial.

PKBM memiliki fungsi sebagai wadah kegiatan belajar senter aktivitas masyarakat
yang terutama menjalankan berbagai program alternatif bagi masyarakat. Program-
program yang diselenggarakan berbasis pada pendidikan nonformal. Program yang ada di
PKBM adalah program-program solution dalam memecahkan berbagai masalah di
masyarakat, sehingga sifatnya riil dan segera mungkin dapat di implementasikan dan
dirasakan dampaknya.

Pendidikan nonformal memiliki beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut:

1. Pendidikan Kecakapan Hidup


Sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) mencakup kecakapan personal (pribadi),
kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional. Kecakapan
hidup dapat dikatakan sebagai sebuah kemampuan membangun sikap, mental, dan
kompetensi yang positif guna menghadapi realitas kehidupan. Membangun
kecakapan hidup seseorang adalah membangun sikap dan perilaku seseorang.
2. Pendidikan Anak Usia Dini
Kegiatannya berupa tempat penitipan anak, kelompok bermain, dan taman kanak-
kanak.

2
3. Pendidikan Kepemudaan
Di antaranya adalah melalui, organisasi pemuda-pemudi di desa-desa,
perkumpulan olahraga dan organisasi kesenian, palang merah, pelatihan,
kepemimpinan, pecinta alam. Organisasi kepemudaan adalah organisasi sosial
wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar
kesadaran dan tanggungjawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat terutama
generasi muda di desa/ kelurahan atau komunitas adat sederajat yang bergerak
dibidang usaha kesejahteraan sosial, yang diselenggarakan untuk mempersiapkan
kader pemimpin bangsa.
4. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang kehidupan,
Meningkatkan peran perempuan sebagai pengambil keputusan dalam mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender, Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian
organisasi perempuan dengan mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan,
Meningkatkan komitmen dan kemampuan semua lembaga yang memperjuangkan
kesetaraan dan keadilan gender, Mengembangkan usaha pemberdayan perempuan,
kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta perlindungan anak.
5. Pendidikan Keaksaraan
Program pendidikan keaksaraan fungsional dengan kegiatannya berupa
pendidikan keaksaraan dasar dan pendidikan keaksaraan usaha mandiri; program
pendidikan kesetaraan dengan kegiatannya berupa pendidikan paket A (setara
SD), pendidikan paket B (setara SMP), dan pendidikan Paket C (setara SMA).1
6. Pendidikan Keterampilan/Kursus
Program Kursus dan Pelatihan terdapat stir mobil (mengemudi dapat SIM A),
mengendarai motor (dapat SIM C), Bahasa Asing, Pembawa Acara (MC/Pranata
Acara), Tata Busana (Desainer), Menjahit (Bordir), Memayet (Sulam Pita), Tata
Kecantikan (Salon), Rias Pengantin, Dekorasi (Merangkai Bunga), Kreasi
Hantaran, Aneka Kerajinan Tangan, Garnish, Komputer Perkantoran, Desain
Grafis, Teknisi Handphone, Tata Boga, serta Aneka Handycraf.

1
Ghozali, “Biaya Pendidikan Masyarakat,” Jurnal AKRAB 1, no. 1 (2010): Hal. 24.

3
7. Pelatihan Kerja
Program pendidikan karyawan, program magang (untuk fresh graduate dan
mahasiswa), penambahan tanggung jawab tugas (job enrichment), pelatihan SDM
sesuai dengan kebutuhan, pelatihan ulang (retraining).
8. Program Kewirausahaan
Berupa pengolahan hasil potensi lokal (seperti pengolahan buah carica, singkong
dan ikan air tawar, dan lain-lain).2

B. Sasaran Program Pendidikan Masyarakat

Menurut Connolly, menggambarkan pendidikan masyarakat sebagai agent


pengembangan masyarakat karena hal itu mencakup masalah "seputar ketidaksetaraan
sosial dan budaya, seperti kemiskinan, diskriminasi, pengabaian dan kerugian lainnya"
berada dalam sebuah kontinum dalam sosial dan politik. Prinsip-prinsip panduan praktik
pendidikan masyarakat juga mendukung aspek “politik” dari kegiatan pendidikan
masyarakat. “Politik” dalam arti luas berarti menjadi warga negara yang aktif dan
berusaha membawa perubahan dalam masyarakat itu sendiri. Situasi ini digambarkan
sebagai “perasaan solidaritas” dengan kelompok lain dalam situasi dan kondisi yang
sama, yaitu belajar tentang kebijakan nasional dan lokal yang mempengaruhi peserta
didik itu sendiri. Dari pengetahuan dan rasa keterkaitan di antara peserta didik yang
memiliki kepentingan bersama, tindakan politik dapat diambil untuk memperbaiki
beberapa masalah yang dihadapi.

Masyarakat sebagai objek pendidikan masyarakat, berpandangan Bahwa masyarakat


digerakan melalui edukasi, melalui pemikiran-pemikiran kritis terhadap pengembangan
dirinya dan komunitasnya. Sejumlah dimensi kunci yang menggambarkan garis besar
masyarakat sebagai objek dalam pendidikan masyarakat, diantaranya:

1. Pendidikan masyarakat adalah pendidikan holistik esensi keseluruhan dari


pendidikan masyarakat adalah integrasi program pembelajaran dengan
pengalaman belajar kelompok yang lebih luas. Dengan memperhatikan
lingkungan masyarakat secara keseluruhan dan berbagai sumber belajar yang
mengarah pada program

2
Raharjo dkk, “Peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Dalam Menanggulangi
Kemiskinan Melalui Pendidikan Nonformal Di Jawa Tengah,” Journal of Nonformal

4
Education 2, no. 1 (2016): Hal. 22-24.

5
pembelajaran, serta memenuhi kebutuhan peserta, pemecahan masalah masyarakat
akan lebih bermanfaat dan efektif. Pendidikan masyarakat dapat berlangsung
dimana saja, kepada siapa saja, dan kapan saja. Misalnya, hal ini terjadi dalam
layanan penitipan anak, percakapan konseling orang tua, penyuluhan kesehatan
oleh pengurus, penasehat pemuda, koordinator dan pendamping desa
pembangunan, dan lain-lain.
2. Pendidikan masyarakat bersifat kolektif dan responsif Pendidikan masyarakat
menyediakan lingkungan yang nyaman, tidak mengancam dan tidak kompetitif
bagi peserta yang merasa terasing karena pengalaman buruk awal atau karena
alasan lain. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada peserta untuk
berpartisipasi dalam pengembangan program yang dapat memperbaiki masalah
yang mereka hadapi. Pengalaman belajar dihargai dan menjadi alat belajar,
kekuatannya terletak pada kelompok, seringkali dengan sesi kelompok atau kerja
kelompok dengan fasilitator yang berpengalaman dan di mana proses berbagi
pengalaman berlangsung, tidak seperti pengaturan pendidikan formal di mana
seorang guru memegang kekuasaan dan tanggung jawab. Untuk belajar berfokus
pada transformasi pengetahuan pribadi.
3. Pendidikan masyarakat bekerja di tingkat individu, masyarakat, dan politik
Pendidikan masyarakat harus beroperasi pada tingkat yang berbeda tetapi saling
bergantung. Pada tingkat individu terjadi proses belajar, baik dalam hal
memperoleh pengetahuan dan keterampilan, dan terutama dalam hal kepercayaan
diri dan pertumbuhan pribadi. Di tingkat kelompok atau komunitas, peserta
mengembangkan kemampuan untuk berinteraksi dalam kelompok, memecahkan
masalah lokal yang mempengaruhi kelompok, dan menganalisis situasi mereka
sendiri dan masyarakat sekitar. Pada tataran politik, pembelajaran digunakan
untuk membentuk rasa solidaritas dengan kelompok lain dalam masyarakat yang
menghadapi masalah yang sama dalam kehidupannya. Ada pembelajaran yang
bisa dipetik dari isu kebijakan nasional, khususnya di bidang keadilan sosial, yang
akan mendorong gerakan atau kampanye sebagai pendukung aktif gerakan
nasional.3

3
Muhammad Irfan Hilmi, Konsep Pendidikan Masyarakat (Jember: Prenadamedia

6
Group, 2021), Hal. 9-11.

7
C. Peran Pendidikan Dalam Mengetas Kemiskinan

Secara konsepsional kemiskinan diartikan sebagai keadaan hidup yang serba tidak
cukup dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Secara operasional kemiskinan dilihat
dengan tolak ukur garis kemiskinan, untuk menentukan besarnya garis kemiskinan
tersebut dapat dilihat atau ditentukan berdasarkan batas kebutuhan minimum yang
memungkinkan seseorang hidup layak yang meliputi jumlah pendapatan, pengeluaran,
konsumsi, kebutuhan, dan sebagainya yang dapat digunakan sebagi acuan dalam
perhitungan tolak ukur.

Pendidikan diselenggarakan untuk memberi pencerahan dan sekaligus memberikan


perubahan yang signifikan pada setiap individu terutama untuk mengurangi tingkat
kemiskinan. Pendidikan sangat diperlukan sebagai suatu usaha sadar untuk menjadikan
setiap orang tersebut sebagai sosok penting dalam kehidupan dan melakukan perubahan
yakni untuk mempersiapkan setiap orang sebagai sosok yang mampu menghadapi
perubahan terutama perubahan dalam mengetas pendidikan.

Menurut Suryati kemiskinan di pandang sebagai bentuk permasalahan yang


multidimensional atau permasalah yang lebih dari satu yang terdiri atas empat bentuk
yaitu sebagai berikut:

1. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana pendapatan seseorang atau
sekelompok orang berada dibawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi
kebutuhan dasar dalam pangan, sandang, perumahan, kesehatan serta pendidikan
yang dipergunakan untuk menaikkan kualitas hidup.
2. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif dianggap kemiskinan disebabkan oleh adanya hubungan
peraturan pembangunan terutama pembangunan fasilitas pendidikan yang tidak
terjangkau keseluruh lapisan rakyat oleh karena itu menimbulkan adanya
ketidakadilan serta ketimpangan dalam pendidikan atau tidak tercapainya
kesamaraataan dalam pendidikan. Daerah-daerah yang belum terjangkau oleh
program pembangunan pendidikan yang menyebabkan ketertinggalan di daerah
terpencil sehingga meningkatkan angka kemiskinan di sebabkan kurangnya ilmu
pengetahuan.

8
3. Kemiskinan Kultural

Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan disebabkan dari akibat adanya sifat dan
kebiasaan orang atau masyarakat yang pada dasarnya berawal dari budaya
EKANBAR adat istiadat yang relative tidak mau untuk memperbaiki tingkat
kehidupan dan pendidikan yang mengangap bahwa pendidikan bukanlah suata hal
penting.
3. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang terjadi kerena rendahnya
akses atau kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya yang dapat didapat
dari sehingga daapt menimbulka ide-ide baru serta membuka lapangan kerja untuk
meretaskan angka kemiskinan.4

Dari penjelasan diatas dapat diketahui dengan pendikan yang baik, setiap oarang
akan memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan sehingga akan mudah untuk
mendapat pekerjaaan dan menjadi lebih produktif sehingga dapat meningkatkan
pendapatan dan memberantas kemiskinan. Dengan demikian pendidikan dapat
memutuskan mata rantai kemiskinan. Namun masih banyak kendala tertentu yang
menyebabkan pendidikan tidak dapat dilakukan secara langsung namun dapat digantikan
dengan pendidikan luar sekolah atau Homescholing.

Dari kenyataan inilah peran pendidikan harus benar-benar terwujud untuk memutus
rantai keterbelakangan dan mengetas rantai kemiskinan. Dibutuhkan pendidikan yang
konkrit serta cara yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Adapun langkah-langkah
yang dapat digunakan dalam rangka memutus rantai kemiskinan antara lain:

1. Peran pendidikan dalam memutus rantai kemiskinan


2. Peran pendidikan dalam mengentaskan masyarakat yang tidak terdidik dalam
upaya mengentaskan masalah kemiskinan
3. Peran Pendidikan dalam mengangkat permasalahan kemiskinan sebaagai status
sosial masyarakat.5

4
Patjar Simatupang, “Analisis Pengaruh PDRB Pendidikan Dan Pengangguran
Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-1010,” Universitas Brawijaya,
2013:Hal.7-9
5
Dicki Djatnika Ustama, “Peranan Pendidikan Dalam Pengentasan Pendidikan,”
9
Jurnal Ilmu Administrasi Dan Kebijakan Publik 6, no. 1 (2009): Hal. 4-8.

1
D. Proses Pembelajaran Pendidikan Masyarakat

Proses pembelajaran dalam program pendidikan masyarakat dapat membantu orang


dewasa sebagai anggota masyarakat untuk meningkatkan kemampuan personal mereka,
yang pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas masyarakat sebagai investasi
masyarakat pembelajaran dalam proses pendidikan sepanjang hayat.

Kamil menyebutkan definisi pendidikan informal adalah “sebuah proses pendidikan


yang tidak terorganisir dan seringkali tidak sistematis; namun demikian pendidikan
informal berperan besar dalam pembelajaran sepanjang hayat semua orang, termasuk
orang yang berpendidikan tinggi sekalipun. Dengan kata lain, pendidikan informal
memiliki kaitan yang sangat erat dengan pembelajaran pengalaman”.

Rogers dan Kamil menyebutkan bahwa “pendidikan informal dimaknai sebagai


suatu proses pendidikan sepanjang hayat dimana setiap individu memperoleh dan
mempelajari tingkah laku, norma-norma, keterampilan, pengetahuan dari pengalaman
sehari-sehari, dan pengaruh serta sumber-sumber pendidikan di lingkungan sekitarnya;
dari keluarga, tetangga, lingkungan kerja dan lingkungan bermain, tempat belanja, dan
perpustakaan serta media massa”.

Definisi yang diberikan oleh Rogers menunjukkan bahwa pendidikan informal


merupakan proses pendidikan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang proses
pelaksanaannya tidak didesain secara sengaja sebagai kegiatan pembelajaran (not by
design), karena terintegrasi dengan aktivitas-aktivitas lain yang dari kegiatan tersebut
seseorang dapat belajar dan/atau memperoleh pengetahuan, keterampilan atau perubahan
sikap yang lebih baik.6

Sebelum suatu program itu terlaksana, dilakukan persiapan-persiapan untuk


keberhasilan program yang akan dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar masyarakat yang
belum mengetahui tentang program tersebut menjadi mengerti tujuan program itu
dilaksanakan. Berikut adalah beberapa proses pembelajaran dalam program pendidikan
masyarakat:

6
Baruna Setyoningrum and Sopingi Sopingi, “Proses Pembelajaran Masyarakat Pada
Program Konservasi Tanah,” Jurnal Pendidikan Nonformal 14, no. 2 (2019): 108,
https://doi.org/10.17977/um041v14i2p108-118.

1
1. Rekrutmen Peserta; Pendaftaran calon peserta pada suatu program ditentukan
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh penyelenggara program pelatihan.
Menentukan bahan belajar dan memilih metode dan teknik pembelajaran yang
sesuai dengan peserta pelatihan.
2. Menerapkan Metode Pembelajaran Yang Bervariasi; Menerapkan metode
pembelajaran yang bervariasi, mengikuti skema pendidikan orang dewasa, tidak
hanya metode transfer pengetahuan secara konvensional (ceramah), tetapi juga
metode dialogis melalui diskusi yang lebih fokus dan mendalam, penugasan
secara mandiri, maupun observasi lapangan.
3. Melakukan Evaluasi; Melakukan evaluasi terhadap program pembelajaran untuk
mengetahui efektivitas dan efisiensi program tersebut.
4. Keterlibatan Masyarakat; Pendidikan masyarakat dapat menjadi proses dinamis
yang memungkinkan orang mengidentifikasi masalah dan kebutuhan dalam
kehidupan masyarakat. Sehingga, program dan layanan dikembangkan dan
disampaikan untuk memenuhi kebutuhan yang teridentifikasi melalui penggunaan
sumber daya masyarakat secara komprehensif.
5. Kemitraan; Kemitraan di mana warga masyarakat ikut menjalin hubungan yang
sejajar dengan pengelola program.
6. Kurikulum; Kurikulum, program, dan layanan harus berpusat pada kehidupan
Masyarakat.
7. Pemecahan Masalah; Pendidikan masyarakat menekankan pemecahan masalah
masyarakat dengan memanfaatkan semua sumber daya masyarakat secara efisien,
baik yang berhubungan dengan manusia, fisik, dan keuangan.
8. Pembimbingan dan Pendampingan; Mengkondisikan hubungan yang dekat antara
dosen dan mahasiswa melalui pembimbingan dan pendampingan secara terus-
menerus.
9. Lifelong Learning; Melaksanakan prinsip pembelajaran sepanjang hayat dan
berkelanjutan.
10. Program dan pelayanan: Menyelenggarakan program dan pelayanan untuk semua
Masyarakat.

1
E. Indikator Keberhasilan Pendidikan Masyarakat

Berikut ini indikator keberhasilan program pendidikan masyarakat antara lain:

1. Tingkat akses dan partisipasi dalam program pendidikan di masyarakat indikator


ini dapat di ukur dengan jumlah siswa.
2. Siswa yang tidak dapat mengikuti sekolah formal, misalnya karena keterbatasan
ekonomi, jarak yang jauh dengan sekolah, atau kondisi sosial yang tidak
memungkinkan. Program PLS biasanya dilaksanakan di lingkungan terdekat
siswa, seperti di masjid, surau, atau di rumah siswa sendiri.
3. Program Pendidikan Alternatif. Program pendidikan alternatif merupakan salah
satu bentuk pendidikan kesetaraan yang ditujukan bagi siswa yang tidak dapat
mengikuti sekolah formal karena keterbatasan fisik atau mental, atau karena
kondisi sosial yang tidak memungkinkan. Program pendidikan alternatif ini
biasanya dilaksanakan dengan menggunakan metode belajar yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi siswa.7

F. Hambatan dan Tantangan Pendidikan Masyarakat

Hambatan kegiatan pendidikan masyarakat hambatan yang ditemui pada saat program
berlangsung, yaitu:

1. Kurangnya pengalaman, keterampilan dan pengetahuan serta konsep diri


kaderkesehatan setempat. selain itu, keterampilan dalam melakukan pelaporan dan
penulisan data sehingga data yang dihasilkan tidak begitu baik. Selain itu,
kurangnya kepercayaan diri kader dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat masyarakat yang masih acuh tak acuh terkait
dengan kegiatan program pemberdayaan yang dilaksanakan. Hal ini didasari oleh
persepsi masyarakat yang menganggap bahwa kegiatan maayarakat yang baru
hanya menghabiskan waktu mereka untuk melakukan aktivitas sehari-harinya
terutama bapak-bapak atau pemuda.
3. Karakteristik sosial dan budaya (agama, kondisi ekonomi); masyarakat lebih
memilih untuk beraktivitas yang menghasilkan uang atau pendapatan
dibandingkan

7
Wiwin Herwina, Pendidikan Masyarakat (Madiun: CV. Bayva Cendikia Indonesia,

1
2021), Hal. 85.

1
kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. selain itu, kuragnya
interaksi dengan masyarakat.

Dan berikut tantangan pendidikan masyarakat, diantaranya:

1. Tingginya mobilitas dan padat aktivitas masyarakat.


2. Sistem birokrasi yang lama dan panjang.
3. Ketidak jelasan penyelenggaraan pendidikan noformal (standar-standar
penjaminan mutu pendidikan nonformal), ketidak jelasan sistem insentif bagi
pendidik dan tenaga kependidikan nonformal, masih banyaknya lembaga
penyelenggara pendidikan nonformal yang belum profesional, kurangnya lembaga
penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan.8

Pendidikan non formal memiliki peluang besar untuk mengembangkan masyarakat .


Hal ini dapat dilihat dari antusiasme masyarakat dalam hal kegiatan kebersamaan.
Seluruh Lapisan masyarakat berpeluang sama untuk mengembangkan keterampilan yang
Dimilikinya. Kegiatan ini sendiri harusnya dilaksanakan di daerah mereka
sendiri.Pendidikan non formal akan lebih berhasil apabila ditekankan pada aspek
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat pedesaan. Kebutuhan dasar seperti sandang
(pakaian), pangan (makanan) dan papan (tempat tinggal) mendapatkan porsi perhatian
yang besar dari Masyarakat desa.

Tantangan permasalahan pendidikan nonformal bukan hanya sekedar persoalan


masyarakat yang buta aksara, angka dan buta bahasa indonesia. Akan tetapi
permasalahan pendidikan nonformal semakin meluas seperti: ketidak jelasan
penyelenggaraan pendidikan noformal (standar-standar penjaminan mutu pendidikan
nonformal), ketidak jelasan sistem insentif bagi pendidik dan tenaga kependidikan
nonformal,masih banyaknya lembaga penyelenggara pendidikan nonformal yang belum
profesional, kurangnya lembaga penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan
nonformal. Permasalahan lain yang berkaitan dengan program-program pendidikan
nonformal adalah masalah sasaran didik (warga belajar) yang selalu bergulat dengan:
masyarakat miskin, terdiskriminasi,

8
La Ode Reskiaddin et al., “Tantangan Dan Hambatan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular Di Daerah Semi-Perkotaan : Sebuah Evidence
Based Practice Di Padukuhan Samirono, Sleman Yogyakarta,” Jurnal Kesmas Jambi 4, no. 2
1
(2020): 43–49, https://doi.org/10.22437/jkmj.v4i2.10569.

1
penganggur, masyarakat yang kurang beruntung, anak jalanan, daerah konflik, traffiking,
pengangguran, masyarakat pedalaman, dan daerah perbatasan.9

Di samping itu pula persoalan pendidikan nonformal juga terletak pada tidak adanya
Kepedulian kita sebagai masyarakat yang melek pendidikan terhadap keberadaan
Pendidikan nonformal dan kondisi masyarakat sekitar. Tantangan utama pendidikan
nonformal adalah masih banyaknya masyarakat yang belum mengerti dan mengenal
secara Jelas tentang keberadaan dan peran pendidikan nonformal di tengah-tengah
mereka.Seringkali masyarakat bertanya tentang apa itu PLS (pendidikan luar sekolah),
apa itu PKBM, apalagi tentang PNF (pendidikan nonformal) sebagai istilah baru (sebutan
lain bagi PLS).

9
Suriyani Suriyani et al., “Peluang, Tantangan Dan Problematika Pendidikan Luar
Sekolah,” Edu Society: Jurnal Pendidikan, Ilmu Sosial Dan Pengabdian Kepada Masyarakat
1, no. 2 (2023): 284–91, https://doi.org/10.56832/edu.v1i2.103.

1
BAB III

PENUTU

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Adapun jenis pendidikan masyarakat nonformal yaitu; (a) pendidikan kecakapan


hidup; (b) pendidikan anak usia dini; (c) pendidikan kepemudaan; (d) pendidikan
pemberdayaan perempua; (e) pendidikan keaksaraan; (f) pendidikan
keterampilan/kursus; (g) pelatihan kerja; (h) program kewirausahaan.
2. Sasaran program pendidikan masyarakat ialah dapat berlangsung dimana saja,
kepada siapa saja, dan kapan saja.
3. Pendikan yang baik, setiap oarang akan memiliki bekal pengetahuan dan
keterampilan sehingga akan mudah untuk mendapat pekerjaaan dan menjadi lebih
produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan memberantas kemiskinan.
Dengan demikian pendidikan dapat memutuskan mata rantai kemiskinan.
4. Proses pembelajaran pendidikan masyarakat ialah; (a) rekrutmen peserta; (b)
menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi; (c) melakukan evaluasi; (d)
keterlibatan masyarakat; (e) kemitraan; (f) kurikulum; (g) pemecahan masalah; (h)
pembimbingan dan pendampingan; (i) lifelong learning; (j) program dan
pelayanan.
5. Indikator keberhasilan pendidikan masyarakat yaitu; tingkat akses dan partisipasi,
Siswa yang tidak dapat mengikuti sekolah formal, program pendidikan alternatif.
6. Hambatan penyelenggaraan pendidikan masyarakat ini ialah kurangnya
pengalaman, kurangnya kesadaran masyarakat, karakteristik sosial dan budaya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Raharjo, dkk. “Peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Dalam Menanggulangi Kemiskinan
Melalui Pendidikan Nonformal Di Jawa Tengah.” Journal of Nonformal Education 2,
no. 1 (2016):

Ghozali. “Biaya Pendidikan Masyarakat.” Jurnal AKRAB 1, no. 1 (2010):Herwina,

Wiwin. Pendidikan Masyarakat. Madiun: CV. Bayva Cendikia Indonesia, 2021.

Irfan Hilmi, Muhammad. Konsep Pendidikan Masyarakat. Jember: Prenadamedia


Group, 2021.

Reskiaddin, La Ode, Vina Yulia Anhar2, Sholikah Sholikah, and Wartono Wartono.
“Tantangan Dan Hambatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengendalian Penyakit
Tidak Menular Di Daerah Semi-Perkotaan : Sebuah Evidence Based Practice Di
Padukuhan Samirono, Sleman Yogyakarta.” Jurnal Kesmas Jambi 4, no. 2
(2020):https://doi.org/10.22437/jkmj.v4i2.10569.

Setyoningrum, Baruna, and Sopingi Sopingi. “Proses Pembelajaran Masyarakat Pada


Program Konservasi Tanah.” Jurnal Pendidikan Nonformal 14, no. 2
(2019):https://doi.org/10.17977/um041v14i2p

Simatupang, Patjar. “Analisis Pengaruh PDRB Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap


Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-1010.” Universitas Brawijaya, 2013.

Suriyani, Suriyani, Aslina Polinda Napitupulu, Nadia Armyliyanda, and Murni Emayanti.
“Peluang, Tantangan Dan Problematika Pendidikan Luar Sekolah.” Edu Society: Jurnal
Pendidikan, Ilmu Sosial Dan Pengabdian Kepada Masyarakat 1, no. 2 (2023):
9https://doi.org/10.56832/edu.v1i2.103.

Ustama, Dicki Djatnika. “Peranan Pendidikan Dalam Pengentasan Pendidikan.” Jurnal Ilmu
Administrasi Dan Kebijakan Publik 6, no. 1 (2009)

Anda mungkin juga menyukai