Makalah Hukum Tata Negara

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH HUKUM TATA NEGARA

Partai Politik di Indonesia dan Pemilu di Indonesia


Dosen Pengampu : Irfan Harmain, S.H., M.H

Disusun Oleh :
Ahyatul Arafah
Muhammad Ridho Akbar
Mela Agustini

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang

Maha Kuasa atas ridha dan rahmat-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Partai Politik dan Pemilu di

Indonesia” Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Irfan Harmain, S.H., M.H yang telah membimbing dan membantu kami

dalam proses penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih juga kami

sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik secara moral

maupun material sehingga makalah ini dapat terwujud. Makalah ini akan

menjelaskan tentang Kepemimpinan secara umum maupun secara

pandangan islam.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan

dalam makalah yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas

kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu

oleh penulis guna meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Partai politik merupakan keharusan dalam kehidupan politik

modern yang demokratis. Berbicara mengenai demokrasi tidak lepas

dari Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu merupakan suatu manifestasi

dari sistem demokrasi yang dianut oleh suatu negara. Partai politik

sebagai suatu organiasasi yang secara ideal dimaksudkan untuk

mengaktifkan dan memobilisasi rakyat, mewakili kepentingan tertentu,

memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang saling bersaing, serta

menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara absah

(legitimate) dan damai.1 Di Indonesia sendiri tentang partai politik

diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 perubahan dari UU No.

2 Tahun 2008.

Oleh karenanya partai politik dikatakan sebagai satu kelompok

yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-

nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk

memperoleh kekuasaan politik dan melalui kekuasaan itu,

melaksanakan kebijakan- kebijakan mereka.2 Karena itu, partai politik

dalam pengertian modern dapat didefesinikan sebagai kelompok yang

mengajukan calon-calon bagi jabatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Partai Politik

Menurut Budiardjo partai politik adalah sekelompok orang yang

terorganisasir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-

nilai, dan cita- cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk

memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik

(biasanya) dengan cara konstitusional untuk melkasnakan

programnya. Sedangkan menurut Giovani Sartori partai politik adalah

suatu kelompok poloitik yang mengikuti pemilihan umum dan, melalui

pemilihan umum itu mampu menempatkan calon-calonya untuk

menduduki jabatn-jabatan politik.

Menurut Edmund Burke (2005) partai politik adalah lembaga

yang terdiri dari atas orang-orang yang bersatu, untuk

memperomosikan kepentingan nasional secara bersama-sama,

berdasarkan prinsip-prinsip dan hal-hal yang mereka setujuai.

Menurut Lapalombara dan Anderson (1992) partai politik adalah

setiap kelompok politik yang memiliki label dan organisasi resmi yang

menghubungkan antara pusat kekuasaan dengan lokalitas, yang hadir

saat pemelihan umum, dan memiliki kemmapuan untuk menmpatkan

kandidat pejabat publik melalui kegiatan pemilihan umum, baik bebas

maupun tidak bebas.

3
Menurut Sigmund Neuman (1963) partai politik adalah organisasi dari

aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan

pemerintah serta membuat dukungan rakyat atas dasar persaiangan

dengan suatu golongan atau golongan-goliongan lain yang mempunyai

pandangan yang berbeda. Sedangkan menurut R.H. Soltau (1961:199)

partai politik adalah sekelompok warga negara yang terorganisasi yang

bertindak sebagai suatu kesatuan politik yang dengan memnafaatkan

kekuasaannya untuk memilih dan mengusai pemerintahan dan

melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.

Menurut Carl J. Friedrich (1967:415) partai politik adalah

sekelompok mmanusia yang terorganisir secara stabil, dengan tujuan

membuat atau mempertahankan pengusaan terhadap pemerintahan

bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan

kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal ataupun

matril.

Berdasarkan berbagai penegrtian tersebut dapat di simpulkan bahwa :

• Beberapa perangkat yang melekat pada partai politik

merupakan sekumpulan orang yang terorganisasi.

• Partai politik mempeunyai tujuan untuk memperoleh dan

mempertahankan kekuasaan.

• Untuk merealisasikan tujuan dari partai politik, harus

memperoleh dukungan yang seluas-luasnya dari masyarakat

mellaui pemiluhan umum.

4
• Partai politik memiliki prinsip-prinsip yang telah di setujui

bersama oleh antar anggota partai politik.

B. Peranan dan Fungsi Partai Politik

Dalam perkembangan politik kontemporer terdapat sejumlah

fungsi partai politik diantaranya adalah :

1. Fungsi Komunikasi Politik

Partai politik bertindak sebagai penghubung antara pihak yang

memrintah dan yang di perintah yaitu menmapung informasi dari

masyarakat untuk disalurkan pada pihak penguasa dan sebaliknya

dari pihak penguasa kepada masyarakat. Informasi dari masyarakat

berupa pendapat dan apsirasi diatur dan dioleh sedemikian rupa

sehingga dapat disalurkan peda pihak pengambil kebijaksanaan.

Sebaliknya, informasi dari pemerintah berupa rencana, program

atau kebijakan –kebijakan pemrintah disebarluaskan oleh partai

politik kepada masyarakat. Fungsi partai politik sebagai sarana

komunikasi politik berbeda dalam berbagai negara. Perbedaan itu

terutama berkaitan dengan paham atau idiologi yang dianutnya

Misalnya negara yang mengunut paham demokrasi , komunikasi

politik berlangung dua arah secara seimbnag, tetapi di negara yang

mengunut paham otokrasi pada umumnya komunikasi politik

hanya berlangsung satu arah, yaitu dari pihak pemguasa kepada

masyarakat.

5
2. Sebagai Sarana Artikulasi dan Aghregasi kepentingan

Partai politik mempunyai fungsi menyalurkan berbagai macam

pendapat, aspirasi atau tuntutan masyarakat. Proses untuk

mengolah merumuskan dan menyalurkan pendapat , aspirasi atau

tuntutan itu kepada pemerintah dalam bentuk dukungan atau

tuntutan tersebut disebut artikulasi kepentingan. Dalam

prakteknya artikulasi kepentingan itu tidak hanya dijalankan oleh

partai politik, tetapi dapat juga dijalankan oleh kelompok

kepentingan. Adapun proses penggabungan kepentingan dari

berbagai kelompok masyarakat dinamakan agregasi kepentingan

yang tidak hanya dijalankan oleh partai politik, tetapi juga oleh

kelompok kepentingan.

3. Sarana Sosialisasi Politik

Disamping menanamkan idiologi partai kepada pendukungnya

partai politik harus juga menyanpaikan nilai-nilai dan keyakinan

politik yang berlaku. Partai politik narus mendidik masyarakatnya

agar mempunyai kesadaran atas hak dankewajiban sebagai warga

negara proses ini disebut sosialisasi politik. Pada umumnya

kegiatan ini dislenggarakan dalam bentuk pemberian pemahaman

politik dengan cara pentaran atau ceramah tentang politik. Di

negara-negara yang edang berkembnag fungsi utama sosilaisi

politik bisanya lebih bnyak di tujukan pada usaha memupuk

6
integrasi nasional yang pada umumnyakepada bnagsa yang terdiri

dari hetrogenitas.

4. Fungsi Rekruitmen Politik

Partai politik berusaha menarik warga negara menjadi anggota

partai politik yang berarti memperluas partisipasi warga negara

dalam kehidupan politik. Ekruitmen politik merupakan salah satu

cara yang ditempuh oleh partaipolitik untuk mempersiapakn calon-

calon pemimpin. Salah satu cara yang dilakukan oleh partai politik

adalah menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader partai

untuk dipersiapakn menjadi pemimpin masa dating. Rekruitmen

politik juga dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup dari

partai politik yang bersangkutan. Dengan cara demikian proses

regenerasi akan berjalan dengan lancer, kelangsungan hidup partai

serta kaderisasi kepemimpinan partai akan lebih terjamin.

5. Sarana Pembuatan Kebijakan

Partai politik disebut sebagai sarana pembuat kebijakan apabila

partai yag bersangkutan merupakan mayoritas dalam badan

perwakilan atau memegang tampuk pemerintahan.Akan tetapi jika

sebuah partai politik hanya berkedudukan sebagai partai oposisi, ia

tidak dapat dikatakan sebagai sarama pembuatan kebijakan sebab

fungsinya hanya mengkritik kebijkasanaan-kebijaksanaan yang di

buat oleh pemerintah.

7
C. Perkembangan Sistem Partai di Indonesia

Berkembnganya system kepartaian di Indonesia, di dibaringi

dengan banyaknya aspirasi dari masyarakat yang tidak dapat

dikoordinasi dengan baik, dengan senrinya menyebabkan banyaknya

usaha dari elit politik yang berkuasa untuk memenuhi kepntingan

pribadi dari para atau kelompok diatas kepentingan rakyat. Suatu

system kepartai disebutadabtabel apabila ia memapu menyatukan

berbagai aspirasi menjadi satu kesepakatan bersama yang

mengutmakan kepentingan rakyat. Dari sudut pandang ini, jumlah

partai sangat menentukan keefktifan partai politik dalam

mengkoordinasikan berbagai apsirasi yang mengutamakan

kepentingan masyarakat banyak atau rakyat. Sistem kepartaian yang

efektif sekurang-kurangnya harus memiliki dua kapasitas, pertama,

melancarkan partisipasi politik melalui jalur partai sehingga dapat

mengalihkan segala bentuk aktivitas politik anomik dan kekesrasan.

Kedua mencakup dan menyalurkan partisipasi sejumlah kelompok yag

baru dimobilisasi, untuk mengurangi kadar tekanan kuat yang di

hadapi oleh system politik. Dengan demikian , system kepartai yang

kuat menyediakan organisasi- organisasi yang mengakar dan prosudur

yang melembaga untuk mengasimilasikan kelompok – kelompok baru

kedalam system polittik.

Menurut Peter Mair (2009) sistem keparatai adalah pola

kompetsisi terus menerus dan bersifat stabil, yang selalau tanpak pada

8
setiap proses pemilu setiap negara.Sistem kepartai bergantung pada

setiap system politik yang ada di dalam suatu negara dan bergantung

pada kemajemukan suku, ras, idilogi, ekonomi dan aliran politik yang

ada. Semakin besar derajat keragaman kepentingan yang ada di negara

tersebut , semakin besar pula jumlah partai politik. Selain itu system

politik yang telah disebutkan turut mempengaruhi system kepartai

yang ada. Sistem kepartai belum menjadi seni politik yang mapan

artinya tata cara melakukan klasifikasi system kepartaian belum

disepakati oleh para peneliti ilmu politik. Namun, yang paling mudah

dan banayak di lakukan peneliti adalah menurut jumlah partai yang

berkompetsisi dalam system politik. Terdapat berbagai cara melakukan

klasifikasi system kepartaian menurut para ilmuan politik dinataranya

adalah, menurut Duverger (1998) melakukannya menurut jumlah

partai, yaitu system satu dan dua partai, seta system multi partai.

Robert Dhal (1974) menurut skala kompetisi yang opositif. Blondel

melakukan menurut ukuran jumlah dan besar partai secara relative.

Rokkan menurut jumlah partai, kadang-kadang satupartai mayoritas,

dan distribusi kekuatan- kekuatanpartai-partai minoritas. Giovani

Sratori (1998) menurut jumkah poartai dan jarak idiologi antar partai

tersebut. Mair menyebut klasifikasi Giovani Sratori sebagai yang paling

dekat untuk di gunakan. Alasannya adalah, pertama klasifikasi Sartori

bersifat paling komprehensip dan dapat diterapkan dalam kasusu-

kasusu emperisKedua, ia dapat diterapkan dinegara-negara dengan

9
jumlah dan system kepartai berbeda. Mislanya, Amerika Serikat yang

memiliki system dua partai, India yang satu partai berkuasa (Kongres),

malasiya satu partai berkuasa (UMNO), Jepang yang satu partai

berkuasa (Liberal Demokrat). Ketiga Klasifikai tersebut tetap

memperhatikan pola –pola kompetisi dan interaksi antar partai dan

cocok denagn pengertian system kepartaian . Keempat ia mengaitkan

antara prilaku pemilih dengan hasil pemilihan.

Sistem dua partai menurut Sartori adalah system kepartaian

yang ditandai dengan format terbatas dan idiologi yang tidak terlalu

jauh. Mislanya, terjadi di Inggris, yang meskipun bnyak partai berdiri,

hanaya dua partai yang eksis di setiap pemuilu, yaitu Partai Buruh dan

Partai Konservatif. Hal ini juga terjadi di Amerika Serikat, yang partai

Republik dan Partai Demokrat yang hadir disetiap pemilu, yang

kemudian memegang kendali pemerintahan Pluralisme moderat

adalah system kepartain yang dilandasi dengan pluralism terbatas dan

idiologi antarpartai yang tidak terlampau jauh. Hal ini terjadi di

Denmark Pluralisme terpolarisasi adalah system kepartai yang ditandai

dengan pluralism ekstrim dan besarnya jarak idiologi antarpartai. Hal

ini terjadi di Italia selama tahun 1970 –an dan Chili sebelum kudeta

tahun 1973. Paerai berkuasa adalah system kepartai yang hnaya di

tanadai dengan adanya satu partai yang selalu memenangi kursi di

Parlemen. Hal ini terjadi di Malausia, India, dan Jepang. Partai yang ikut

pemilu memang banyak tetapi yang menang hanya itu-itu saja.

10
D. Pengertian Pemilihan Umum Indonesia

Menurut Indria Samego pemeilihan umum adalah pasar politik

tempat individu atau masyarakat berinteraksi untuk melakukan

kontrak sosial antara peserta pemilihan umum (partai poltik), dan

calon kepala daerah dengan pemilih (rakyat) yang memiliki hak pilih

setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktivitas politik yang

meliputi kampanye, propaganda, iklan politik melalui media massa

cetak,audio (radio) maupun audio visual (televisi) serta media lainnya

seperti, spanduk, selebaran, bahkan komunikasi antar pribadi yang

berbetuk face to face (tatap muka) atau loby yang berisi penyampaian

pesan menegnai program, platfrorm, asas, idiologi, serta janji –janji

politik lainnya guna meyakinkan pemilih sehingga pada pencoblosan

dapat menentukan pilihannya terhadap saah satu partai poltik yang

menjadi pserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan

legeslatif maupun eksekutif.

Menurut Huntington (1991:9) dalam (Arifin,2014:85)

pemelihan umum yang bebas merupakan definisi minimal dmokrasi,

yang mengharapkan lahirnya tindakan politik atau prilaku politik

pemilih sebagai bagian dari partisipasi politik warga negara.

Keikutsertaan warga negara memberian suaranya dalam pemilu

merupakan salah satu bentuk partisipasi minimal. Namun selalu saja

ada orang- orang yang tidak menggunakan hak politiknya dengan tidak

11
memberikan suaranya dalam pemiluMenurut Betham (1994) dalam

Anwar Arifin Pemilihan umum merupakan persyaratan minimum

negara demokrasi. Suatu sitem demokrasi dapat dikatakan sudah

berjalan ketika sudah terpenuhi beberapa karakteristik, seperti

pemilihan umum yang fair dan priodik, adanya akuntabilitas publik

(pertanggungjawaban) negara di depan rakyat, dan adanya jaminan

kebebasan berekspresi dan berorganiassi. Diamond (2003) dalam

Anwar Arifin, (2014:78-79), menulis bahwa demokrasi semakin terkait

denagn kebebasan individu dan kelompok untuk bersikap dan

mengekspresikan diri.

Pemilihan umum menurut Cole adalah sarana kompetisi untuk

meraih tampik kekuasaan di pemerintahan. Pemilihan umum kepala

daerah adalah sebuah konrak sosial antara masyarakat dan negara atau

pemerintah. Dalam teorinya Thomas Hobes tentang kontrak sosial,

bahwa proses pembentukan negara di dasarkan pada kontrak sosial

antara masaakat dan negara. Karena manusia adalah makluk sosial

secara alamiah cendrung menciptakan kekacauan sehingga perlu

adanya negara atau pemerintah untuk mengatur kehidupan manusia

sebagai makhluk sosial. Dalam pandangan Hobes bahwa masarakat

dalam konteks ini individu-individu, dan kelompok memberikan

kekuasaan poltik kepada negara atau pemerintah untuk mengatur

hidup masyarakatnya agar tercipta keadilan, ketenraman, dan

kesejahteraan.

12
Bagi Hobes , hanya terdapat satu macam kotrak politik yaitu

pemerintahan dengan jalan mana segenap individu menyerahkan

semua hak-hak kodrat mereka yang dimiliki ketika hidup dalam

keadaan alamiah, kepada seorang atau sekelompok orang yang di

tunjuk untuk mengatur kehidupan mereka. Negara atau pemerintah

harus di berikan kekuasaanyang mutlak sehingga kekuasaan negara

tidak dapat ditandingi atau di saingi oleh kekuatan apapun.

Dari pemikiran tentang konrak poltik yang di kemukakan oleh

Thomas Hobe, tentang teori konrak politik, dapat di pahami bahwa

kontrak politik antara masyarakat dengan negara atau pemerintah,

dalam rangka pemebntukan negara dan pelaksanaan kekuasaan politik,

berdasarkan pada suara mayoritas dalam proses yang demokrasi.

Bentuk kontrak politik terlihat pada penyelenggaraan pemilihan umum

scara deomkrasi. Yaitu setiap invidu memiliki kebebasan dan

keseteraan untuk memberikan kedaulatannya para kandidat yang

mencalonkan diri baik sebagai Presiden dan Wakil Presiden, Anggota

Parlemen maupun sebagi kepala daerah dan wakil Kepala daerah.

13
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Partai politik merupakan keharusan dalam kehidupan politik modern

yang demokratis. Berbicara mengenai demokrasi tidak lepas dari Pemilihan

Umum (Pemilu). Pemilu merupakan suatu manifestasi dari sistem demokrasi

yang dianut oleh suatu negara. Partai politik sebagai suatu organiasasi yang

secara ideal dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilisasi rakyat,

mewakili kepentingan tertentu, memberikan jalan kompromi bagi pendapat

yang saling bersaing, serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik

secara absah (legitimate) dan damai.

Menurut Indria Samego pemeilihan umum adalah pasar politik tempat

individu atau masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial antara

peserta pemilihan umum (partai poltik), dan calon kepala daerah dengan

pemilih (rakyat) yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan

serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye, propaganda, iklan

politik melalui media massa cetak,audio (radio) maupun audio visual (televisi)

serta media lainnya seperti, spanduk, selebaran, bahkan komunikasi antar

pribadi yang berbetuk face to face (tatap muka) atau loby yang berisi

penyampaian pesan menegnai program, platfrorm, asas, idiologi.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://adm.fisip.unpatti.ac.id/wp-content/uploads/2019/10/BAHAN-AJAR-

PARPOL-DAN-PEMILU-dikonversi.pdf

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/12891/BAB%20I-

IV.pdf?sequence=9&isAllowed=y

http://repository.uin-suska.ac.id/16503/6/6.%20BAB%20I__2018342JS.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai