MAKALAH AKHLAK TASAWUF KELOMPOK 1 SEMESTER 2 Clear
MAKALAH AKHLAK TASAWUF KELOMPOK 1 SEMESTER 2 Clear
MAKALAH AKHLAK TASAWUF KELOMPOK 1 SEMESTER 2 Clear
AKHLAK TASAWUF
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu: Bapak Aliwan,M.Pd.I
Disusun Oleh:
BAB I: PENDAHULUAN……………………………………………........ii
A. Latar Belakang………………………………………………...............................1
BAB II : PEMBAHASAN
A . Pengertian Akhlak menurut para Ahli dan Pengertian Istilah lainya akhlak yaitu
etika,moral,susila atau sopan.........................................................................................3
A. Kesimpulan...............................................................................................................9
Daftar
Pustaka........................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting dan berguna bagi
umatnya. Akhlak menjadi suatu yang akan membuat seseorang mendapatkan
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Menurut Imam Ghozali, akhlak
adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah tidak memerlukan pertimbangan pikiran
lebih dahulu.1 Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur sedetail-
detailnya segala sesuatu. Islam adalah agama yang selamat dan juga
menyelamatkan. Islam adalah agama yang sempurna dan agama yang
mengatatkan bagi siapa yang mengikuti ajarannya dengan benar sesuai yang
diperintahkan Allah dan Rasulnya. Islam sendiri berarti istislam penyerahan
diri kepada yang pemberi selamat, dan Islam juga berati salâm yang berarti
keselamatan. Keselamatan yang diberikan Allah kepada umat Islam bukan
hanya sekedar keselamatan di dunia semata akan tetapi keselamatan yang
kekal abadi juga Allah berikan kepada umat Islam, yaitu keselamatan di
akhirat. Islam bukan hanya sekedar penyerahan diri dan tunduksaja, tapi Islam
juga memiliki konsekwensi yang harusdilaksanakan oleh pemeluknya.2
Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlaq merupakan sifat yang
tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sedangkan Al-Ghozali,
mengatakan bahwa akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang
meinimbulkan macam-macam perbuatan dengan gamblang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.3
Pendidikan adalah salah satu sarana untuk membentuk kepribadian
manusia, sebagaimana tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia.
Dengan kata lain, manusia adalah khalifah di muka bumi ini yang memiliki
tanggung jawab untuk memakmurkan bumi dan menjadi manusia
sebaikbaiknya. Sebagaimana Firman Allah dalam al-Qur’an:
ٰۤ
ُض َخ ٍِ ْيفَةً ۗ لَاٌُ ْْٓىا اَتَجْ عَ ًُ فِ ْي َها َِ ْٓ يُّ ْف ِسدُ فِ ْي َها َويَ ْس ِفه ِ َواِ ْذ لَا َي َربُّهَ ٌِ ٍْ ٍَّ ِٕى َى ِة اِ ِّٔ ْي َجا ِع ًٌ فِى ْاْلَ ْر
َِّْس ٌَهَ ۗ لَا َي اِ ِّٔ ْْٓي ا َ ْعٍَ ُُ َِا َْل ت َ ْعٍَ ُّ ْى
ُ سبِّ ُح ِب َح ّْدِنَ َؤُمَد َ ُٔ ُٓ ْاٌ ِدّ َِ ٰۤا َۚ َء َؤَح
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah
1
Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam (Ponorogo: STAIN PO Press,
2009), h. 181.
2
Ishom ad-Din, Dalilal-FalihinLi at-thuruqi Riyad as-Sholihin, (Kairo: Dar al-Hadist, 1998),
vol. 1, h. 183-184.
3
Beni Ahmad Saebeni dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 14.
Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan
darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan
nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 30)4
Pendidikan karakter sendiri merupakan nilai-nilai perilaku manusia
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum,
tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karakter dapat juga diartikan sama
dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan
akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa.5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamanakah pengertian Akhlak menurut para Ahli.?
2. Apa saja sumber dasar Akhlak.?
3. Apa saja Macam-macam Akhlak.?
4. Bagaimanakah Ruang lingkup Akhlak.?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Pengertian Akhlak menurut para Ahli.
2. Untuk mengetahui sumber dasar Akhlak.
3. Untuk mengetahui Macam-macam Akhlak.
4. Untuk mengetahui Ruang lingkup Akhlak.
4
Al-Qur’an terjemahan Departement Agama RI special for women, (Bandung: PT Sygma
Examedia Arkanleema, 2009), h. 30.
5
Fitri, Reiventing Humen Character, h. 20.
2
BAB II
PEMBAHASAN
6
Adjat Sudrajat dkk, Din Al-Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum,
(Yogyakarta: UNY Perss, 2008), h. 88.
7
M. Hasyim Syamhudi, Akhlak Taswuf., h. 2.
8
Asnil Aidah Ritonga, Irwan, (2013), Tafsir Tarbawi, Bandung : Cita Pustaka Media, h. 309.
3
5. Mahmud Syaltut juga mempertegas pengertian kata akhlak lebih spesifik
lagi yaitu : Akhlak itu adalah karakter, moral, kesusilaan dan budi baik
yang ada dalam jiwa dan memberikan pengaruh langsung kepada
perbuatan. Diperbuatnya mana yang diperbuat dan ditinggalkannya mana
yang patut ditinggal. Jadi akidah dengan seluruh cabangnya tanpa akhlak
adalah seumpama sebatang pohon yang tidak dapat dijadikan tempat
berlindung kepanasan, untuk berteduh kehujanan dan tidak ada pula
buahnya yang dapat dipetik. Sebaliknya akhlak tanpa akidah hanya
merupakan bayangan-bayangan bagi benda yang tidak tetap dan selalu
bergerak.9
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa akhak
merupakan keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut
benar-benar telah melekat sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan
mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.
4
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak.” (HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah)11
C. Macam-macam Akhlak
Melihat demikian luasnya interaksi yang terjadi pada setiap individu,
maka penulis melihat bahwa macam-macam akhlak terbagi dari beberapa
bagian sebagaimana yang telah dijelaskan Muhammad Daud Ali yaitu :
1. Akhlak terhadap Allah atau Pencipta (Kholik)
Akhlak terhadap Allah (Kholid) dapat diaplikasikan dalam bentuk
sebagai berikut :
a. Mentauhidkan Allah Mentauhidkan Allah yaitu mengesakan Allah
dan tidak menduakannya. Mencintai allah melebihi cinta kepada apa
dan siapapun juga dengan mempergunakan firman-firman_Nya
dalam al-Quran sebagai pedoman hidup dan kehidupan.
b. Taqwa Artinya melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan_Nya.
c. Senantiasa berdoa dan hanya meminta kepada Allah.;
d. Tawakkal (berserah diri) kepada Allah.
2. Akhlak terhadap Diri Sendiri Akhlak terhadap diri sendiri berupa :
a. Memelihara kesucian diri,
11
HR. Al-Bukhari al-Adabul Mufrada no. 273 (shahiihah Adabul Mufrad no. 207) Ahmad
(11/381 dan al-Hakim (11/613), dari Abu Hurairah r.a. dishahihkan oleh Syaikh al-Albani (no. 45).
12
Aminuddin, dkk, (2006), Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam,
Jakarta: Graha Ilmu, h. 96.
13
Mudhor Ahmad, Etika dalam Islam, t.t h. 15.
14
Association for Supervision and Curriculum Developement, “Moral Education in The
Life of School,” ASCD Panel on Moral Education (1998), h. 4-5.
5
b. Menutup „aurat (bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menurut
hukum dan akhlak Islam),
c. Jujur dalam perkataan dan perbuatan,
d. Malu melakukan perbuatan jahat ,
e. Ikhlas,
f. Sabar,
g. Rendah hati ,
h. Menjauhi dengki,
i. Menjauhi dendam,
j. Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain,
k. Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.
Jadi dapat dipahami bahwa akhlak terhadap diri sendiri adalah
pemenuhan semua urusan kita sepenuhnya kepada_Nya, baik yang
menyangkut jasmani maupun rohani.
3. Akhlak terhadap Keluarga dan Karib Kerabat
Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat antara lain :
a. Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan
keluarga,
b. Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak,
c. Berbakti kepada Ibu Bapak,
d. Mendidik anak-anak dengan kasih sayang,
e. Memelihara hubungan silaturahmi yang dibina orang tua yang telah
meninggal dunia,
f. Memelihara keturunan.
4. Akhlak terhadap Masyarakat
Adapun Akhlak terhadap masyarakat menurut Abu Ahmadi dan Noor
salimi antara lain :
a. Memuliakan tamu,
b. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
bersangkutan,
c. Saling menolong dan melakukan kebajikan dan takwa,
d. Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri dan orang
lain agar tidak melakukan perbuatan jahat (mungkar),
e. Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan
kehidupannya,
f. Bermusyawarah dalam segala urusan dan mengenaikan kepentingan
bersama,
g. Mentaati keputusan yang telah diambil,
h. Menepati janji.
6
5. Akhlak Dalam Bernegara
Akhlak dalam bernegara perlu untuk disadari oleh kita agar kita dapat
menjadi semakin sensitif terhadap persoalan yang terjadi pada bangsa dan
negara kita. Bukan hanya hal ini didorong dengan kekhawatiran akan
bobroknya generasi kita, apabila tidak dibekali dengan pengetahuan
tentang akhlak yang cukup, untuk menjalani kehidupan kedepannya.
Berikut merupakan akhlak dalam bernegara:
a Musyawarah
b Menegakkan keadilan
c Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
d Hubungan Pemimpin dan yang dipimpin
6. Akhlak terhadap bukan manusia (lingkungan hidup) antara lain :
A. Sadar memelihara kelestarian lingkungan hidup ;
B. Menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna
dan flora (hewan dan tumbuhan) yang sengaja diciptakan Tuhan
untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya. Hal ini juga
terdapat dalam al-Quran surat Yunus : 101 dan al-Baqarah : 60 .
Karena itu Tuhan telah menundukkan kepada manusia matahari dan
bulan, malam dan siang, lautan dan sungai, bumi dan gunung-gunung
dan seluruh angkasa luas. Pendeknya semua dihidangkan dihadapan
manusia untuk dipergunakan, diselidiki, digali, dicari rahasianya dan
dinikmati hasilnya dengan sebaik-baiknya ;
C. Sayang pada sesama makhluk.
7
Akhlak tercela yaitu semua apa-apa yang telah jelas dilarang dan
dibenci oleh Allah swt yang merupakan segala perbuatan yang
bertentangan dengan akhlak terpuji.15
ُّّٰللاُ َْل ي ُِحب َ ض ٌِيُ ْف ِسدَ فِ ْي َها َويُ ْهٍِهَ ْاٌ َح ْر
ّٰ ث َوإٌَّ ْس ًَ ۗ َو َ َواِذَا ت ََىٌّٰى
ِ سعى فِى ْاْلَ ْر
َ َْاٌف
َساد
“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk
mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanamtanaman dan
15
Aminuddin, dkk, (2006), Membangun Karakter dan Kepribadian melalui Pendidikan
Agama Islam, Jakarta: Graha Ilmu, h. 96.
8
binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”.(QS. Al-
Baqarah: 205).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari materi Berdasarkan tulisan di atas
diketahui bahwa antara akhlak dengan etika, dan moral memiliki
kesamaan arti, cakupan dan tujuan. Namunpun demikian, juga memiliki
perbedaan satu sama lainnya. Dalam perspektif Islam akhlak dan tasawuf
16
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 81.
17
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta, LPPI, 2000), h. 8.
9
sangat berkaitan erat karena samasama bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Serta dapat pula disimpulkan 4 hal yaitu bahwa
Akhlak, etika dan moral adalah suatu disiplin ilmu yang membicarakan
tentang persoalan baik dan buruk, Antara akhlak, etika dan moral,
memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama
mengkaji masalah baik dan buruk, sedangkan perbedaanya adalah terletak
pada landasan yang dipakai, Dalam konteks sejarah, antara akhlak dan
tasawuf memiliki tujuan dan esensi yang sama, yaitu sebagai jalan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta Indikator orang berakhlak
adalah beriman atau tidaknya seseorang. Salah satu karakter seseorang
dikatakan beriman adalah ketika ia mampu melahirkan kedamaian dan
ketenteraman bagi alam lingkungannya
10
DAFTAR PUSTAKA
Beni Ahmad Saebeni dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak (Bandung: Pustaka Setia,
2012), h. 14.
Adjat Sudrajat dkk, Din Al-Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum, (Yogyakarta: UNY Perss, 2008), h. 88.
Asnil Aidah Ritonga, Irwan, (2013), Tafsir Tarbawi, Bandung : Cita Pustaka Media,
h. 309.
Syaltut, Mahmud, (1985), Akidah dan Syari’ah Islam, Jakarta : Bina Aksara, hal. 190.
HR. Al-Bukhari al-Adabul Mufrada no. 273 (shahiihah Adabul Mufrad no. 207)
Ahmad (11/381 dan al-Hakim (11/613), dari Abu Hurairah r.a. dishahihkan
oleh Syaikh al-Albani (no. 45).
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 81.
11