KEL 4 - Layanan Pendidikan ABK

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Layanan Pendidikan

Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus

•Fiki Amanah (202030100044)


•Fa A’izzani (202030100036)
http://www.free-powerpoint-templates-design.com

•Sinta Wahyuningtyas (202030100041)


•Ovi Ambar Taluki A. (202030100097)
•Firdausi Nuzula (192030100024)
Anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan yang sangat luas. Dalam

Definisi paradigma pendidikan kebutuhan khusus, keberagaman anak sangat


dihargai. Setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan
perkembangan yang berbeda-beda, dan oleh karena itu setiap anak
dimungkinkan akan memiliki kebutuhan khusus serta hambatan belajar
yang berbeda beda pula. Setiap anak sesungguhnya memerlukan layanan
pendidikan yang disesuaikan sejalan dengan hambatan belajar dan
kebutuhan masing-masing anak.
Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang
memerlukan pendidikan yang disesuikan dengan hambatan belajar dan
kebutuhan masing-masing anak secara individual. Cakupan konsep anak
berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi dua kelompok besar
yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) dan
anak berkebutuhan khusus yang besifat menetap (permanent).Istilah anak
berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain dari
anak penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus mencakup
spektrum yang luas yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus temporer dan
anak berkebutuhan khusus permanent (penyandang cacat). Jadi anak
penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari anak
berkebutuhan khusus.
NEXT>>>
Lanjutan:
Dalam konsep pendidikan khusus/PLB (special education) lebih banyak
menggunakan diagnosis untuk menentukan label kecacatan. Berdasarkan
label itulah layanan pendidikan diberikan dengan cara yang sama pada
semua anak yang memiliki label kecacatan yang sama, dan tidak
memperimbangkan aspek-aspek lingkungan dan faktor-faktor dalam diri
anak. Sebagai contoh jika hasil diagnosis menunjukkan bahwa seorang
anak dikategorikan sebagai anak autisme, maka semua anak autisme
akan diperlakukan dengan cara dan pendekatan yang sama berdasarkan
label dan karakteristiknya.
Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus (special needs
education), anak yang mempunyai kebutuhan khusus baik yang bersifat
temporer maupun yang bersifat permanen akan berdampak langsung
kepada proses belajar, dalam bentuk hambatan untuk melakukan kegiatan
belajar (barrier to learning and development). Hambatan belajar dan
hambatan perkembangan dapat muncul dalam banyak bentuk, untuk
mengetahui dengan jelas hambatan belajar, hambatan perkembangan
dan kebutuhan yang dialami oleh seorang anak sebagai akibat dari
kebutuhan khusus tertentu/kecacatan tertentu, dilakukan dengan
mengunakan asesmen.
NEXT>>>
Dasar Teori
Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda perkembangan fisik,
mental, atau sosial dari perkembangan gerak anak- mak normal seperti pada umumnya,
sehingga dengan kondisi tersebut memerlukan bantuan khusus dalam usahanya untuk
mencapai tahap pekembangan gerak yang maksimal (Dwi, dkk, 2012: 226)

Anak berkebutuhan Khusus dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seseorang


yang memiliki ciri-ciri penyimpangan fisik, mental, emosi atau tingkah laku yang
membutuhkan pelayanan modifikasi dan pelayan khusus agar dapat berkembang secara
maksimal. Anak berkebahan khus meliputi tunarungu, tunanetra, tunagrahita, tunalaras,
autis, down syndrow kemunduran (retardasi) mental.
Karakteristik
1.Pengetahuan atau keterampilan yang kurang
2.Mudah lupa pada pengetahuan dan keterampilan yang baru diperoleh.
3.Kesulitan dalam menyiapkan diri untuk belajar.
4.Kesulitan untuk memperhatikan pembelajaran.
5.Masalah dalam motivasi dan semangat belajar/mengerjakan tugas.
6.Kesulitan dalam berbahasa ekspresif dan atau bahasa reseptif.
7.Lemah dalam keterampilan sosial dan pemecahan masalah Rendahnya
kemampuan bantu diri dan kemampuan beradaptasi(Gable &
Hendrickson, 2004)
CONTOH
Samuel A. Kirk (1986) membuat gradasi layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
bergradasi dari model segregasi ke model mainstreaming bentuk-bentuk layanan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu:

1. Bentuk Layanan Pendidikan Segregrasi,adalah sistem pendidikan yang terpisah dari sistem
pendidikan anak normal. Misalnya, untuk anak tunanetra, mereka memerlukan layanan
khusus berupa braille, orientasi mobilitas. Ada empat bentuk penyelenggaraan pendidikan
dengan sistem segregasi, yaitu:
a. Sekolah Luar Biasa (SLB)
b.Sekolah Luar Biasa Berasrama
c.Kelas jauh/Kelas Kunjung
d.Sekolah Dasar Luar Biasa,

Sejalan dengan perbaikan sistem perundangan di RI, yaitu UU RI No. 2 tahun 1989 dan PP No.
72 tahun 1991, dalam pasal 4 PP No. 72 tahun 1991 satuan pendidikan luar biasa terdiri dari: a)
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) minimal 6 tahun; b) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar
Biasa (SLTPLB) minimal 3 tahun; c) Sekolah Menengah Luar Biasa (SNILB) minimal 3 tahun.
Lanjutan

2. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu atau Terintegrasi adalah sistem pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama
dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Ada tiga bentuk keterpaduan dalam layanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus menurut Depdiknas (1986),yaitu :
1. Bentuk Kelas Biasa
2. Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus
3. Bentuk Kelas Khusus
PENANGANAN
1. Anak berkebutuhan khusus adalah amanah Tuhan Yang Maha
Kuasa yang harus dijaga, dirawat, dan dipenuhi haknya. Untuk itu,
orangtua, keluarga, dan masyarakat perlu menerima keberadaan
anak tersebut dengan ikhlas. Hindarkan dari perasaan cemas,
kecewa, khawatir, marah, menyalahkan diri sendiri dan orang lain,
serta putus asa yang berlarut larut.
2. Menelantarkan anak berkebutuhan khusus merupakan perilaku yang
melanggar Hak Asasi Manusia. Untuk itu, orangtua, keluarga, dan
masyarakat tidak diperbolehkan menyembunyikan atau
menelantarkan anak tersebut.
3. Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama dengan
anak lain dan dapat hidup mandiri, berprestasi sesuai dengan minat
dan potensi yang dimiliki. Untuk itu, orangtua, keluarga, dan
masyarakat wajib bertanggungjawab memenuhi hak-hak anak dalam
segala aspek kehidupan, seperti bersosialisasi di lingkungan,
berekreasi, dan berkegiatan lain yang bertujuan memperkenalkan
anak berkebutuhan khusus dengan kehidupan di luar rumah.
Lanjutan

4. Anak berkebutuhan khusus bukan penyakit dan tidak menular. Oleh


karena itu, orangtua, keluarga, dan masyarakat perlu
menyebarluaskan informasi tentang hal dimaksud, termasuk
informasi mengenai prestasi atau kesuksesan yang didapat oleh
anak berkebutuhan khusus.
5. Orangtua, keluarga, dan masyarakat wajib memberikan
pendampingan di bidang agama masing-masing, pendidikan,
kesehatan dan kehidupan sosial.
6. Orangtua, keluarga, dan masyarakat perlu mempunyai keterampilan
dalam merawat dan mengasuh anak yang berkebutuhan khusus
melalui pelatihan-pelatihan.
7. Orangtua, keluarga perlu konsisten dan bersikap terbuka terhadap
lingkungan sekitar dalam menangani anak berkebutuhan khusus.
8. Orangtua, keluarga harus mempunyai kemampuan teknis dan
menstimulasi sedini mungkin perkembangan anak berkebutuhan
khusus di rumah dan lingkungannya .
Referensi
Jum Anidar. Layanan Pendidikan bagi Anak
Berkebutuhan Khusus. Institu Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Hajar, S., & Mulyani, M. S. R. (2017). Analisis Kajian Teoritis Perbedaan, Persamaan Dan
Inklusi Dalam Pelayanan Pendidikan Dasar Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Jurnal
Mitra Swara Ganesha, 4(2).

Nisa, K., Mambela, S., & Badiah, L. I. (2018). Karakteristik dan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus. Jurnal Abadimas Adi Buana, 2(1), 33-40.

Suparno S, 2010, Pendidikan inklusif untuk anak usia dini JPK : jurnal pendidikan khusus.

PANDUAN PENANGANANANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BAGI PENDAMPING


(ORANG TUA, KELUARGA, DAN MASYARAKAT)Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Republik IndonesiaJakarta, 2013 Drs. Hendra Jamal’s, MSi,Dra.Sri
Winarsih dkk
THANK YOU
ADA YANG DITANYAKAN?

Anda mungkin juga menyukai