Kel 12 Aspek Hukum Lembaga Penjamin

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HUKUM PERBANKAN DAN KEUANGAN NON BANK

SYARIAH
ASPEK HUKUM LEMBAGA PENJAMIN
Dosen Pengampu : Nur Sholikin, S.H., M.H.

Disusun Oleh Kelompok 12 :


Alfina Arga Winati (212111115)
Bismilia Nur Arief Falah (212111262)
Vivi Alvina Andriyani (212111336)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2024

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Aspek
Hukum Lembaga Penjamin. Penulisan makalah ini merupakan pemenuhan tugas
kelompok yang diberikan dalam mata kuliah Hukum Perbankan Dan Keuangan
Non Syariah di UIN Raden Mas Said Surakarta. Dalam Penulisan makalah ini
kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Surakarta, 22 Februari 2024

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... iv
A. Latar Belakang ............................................................................................... iv
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... v
C. Tujuan Penelitian............................................................................................. v
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 1
A. Pengertian Lembaga Penjamin........................................................................ 1
B. Badan Hukum dan Kepemilikan ..................................................................... 4
C. Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Lembaga Penjamin ............ 5
D. Pencabutan Izin Usaha .................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 8
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 8
B. Saran ............................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman masyarakat membutuhkan berbagai
kebutuhan baik bersifat produktif maupun bersifat konsumtif, kebutuhan
masyarakat tersebut tidak lepas dengan kebutuhan pembiayaan atau kredit dari
perbankan, karena fasilitas yang ada di perbankan sangat dibutuhkan dan juga
memiliki tingkat suku bunga yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan
lembaga-lembaga pembiayaan lain. Namun seiring adanya program pemerintah
dan kebutuhan ekspansi bank di bidang kredit, dan untuk mengisi gap sebuah
kebutuhan masyarakat dan juga menyediakan sebuah jaminan kredit, maka
lembaga jaminan yang bersifat perorangan atau persoonlijk adalah yang paling
tepat.
Lembaga jaminan perorangan dikenal dengan sebutan borgtocht yang
tertera di dalam pasal 1820 sampai pasal 1850 KUH Perdata, namun perbankan
kurang minat terhadap lembaga ini dikarenakan tidak ada kepastian dan
kehandalan dalam terhadap proses eksekusinya, karena penjamin memiliki
sebuah hak istimewa untuk menuntut harta debitur dijual terlebih dahulu untuk
melunasi utangnya, dan bank juga tidak dapat mengukur kapasitas dari
penjamin. Maka dari itu telah lahirnya undang-undang nomor 1 tahun 2016
yang di dalamnya mengenai penjaminan yang diharapkan dapat menjadi
sebuah alternatif bagi bank untuk memenuhi sebuah kebutuhan akan jaminan
kreditnya, agar penyaluran kredit dapat dilakukan secara optimal dan
masyarakat yang tidak memiliki jaminan yang bersifat kebendaan dapat
mengakses sebuah kredit dari perbankan.
Sejauh ini di Indonesia penjaminan kredit terus berkembang pesat
dengan seiringnya tuntutan kebutuhan manusia yang dinamis, dan juga
kebutuhan ekspansi kredit dari sisi perbankan, jadi penjamin kredit bukan
hanya sekedar lembaga-lembaga jaminan yang bersifat kebendaan. Lembaga
jaminan tersebut adalah sebagai turunan terhadap perjanjian pokok atau
perjanjian kredit yang dibuat oleh bank dan juga pihak debitur.

iv
Lembaga penjaminan kredit sangat diperlukan dalam meningkatkan
akses permodalan bagi pengusaha golongan usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM). Lembaga penjaminan kredit di daerah lebih dikenal dengan
jamkrida yang hadir untuk memberikan sebuah jaminan bagi pelaku usaha
untuk mendapatkan modal kepada bank atau lembaga pembiayaan lainnya.
Otoritas jasa Keuangan (OJK) mengizinkan sebuah jenis produk penjaminan,
yaitu; penjaminan transaksi dagang, Surety Bond, kontrak Bank Garansi,
Custom Bond.
Peran lain Lembaga Penjaminan Kredit yaitu sebagai pihak peralihan
resiko kredit antara bank dengan para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) adapun pihak-pihak Penjamin Kredit yang terdiri dari tiga
pihak yaitu; Perusahaan Penjamin Kredit selaku pihak penjamin, bank pemberi
kredit (kreditur) sebagai penerima jaminan, dan penerima kredit (debitur)
sebagai terjamin. Di Indonesia adapun salah satu perusahaan yang penjamin
kredit yaitu perusahaan umum jaminan kredit Indonesia atau disebut Perum
Jamkrindo

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian lembaga penjamain?
2. Bagaimana badan hukum dan kepemilikan?
3. Bagaimana penggabungan, peleburan dan pengambilalihan?
4. Bagaimana pencabutan izin usaha?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian lembaga penjamain.
2. Mengetahui badan hukum dan kepemilikan.
3. Mengetahui kriteria investasi syariah.
4. Mengetahui penggabungan, peleburan dan pengambilalihan.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Penjamin


Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 2016, Penjaminan adalah
kegiatan pemberian jaminan oleh Penjamin atas pemenuhan kewajiban
finansial terjamin kepada penerima jaminan. Sedangkan Lembaga Penjamin
adalah perusahaan penjaminan yang menjalankan kegiatan penjaminan.1 Di
dalam UU Penjaminan terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat dalam pemberian
penjaminan kredit, yaitu Terjamin, Penerima Jaminan, dan Penjamin. Terjamin
adalah pihak yang memperoleh kredit, Penerima Jaminan adalah pihak yang
memberikan kredit dan Penjamin adalah pihak yang melakukan penjaminan.
Kegiatan penjaminan merupakan kegiatan perlindungan atau proteksi
atas risiko kerugian yang mungkin terjadi, dimana risiko kerugian tersebut
harus dapat diukur secara finansial. Dalam skema penjaminan ini, Penjamin
menanggung pembayaran atas kewajiban finansial dari Terjamin kepada
Penerima Jaminan apabila Terjamin tidak dapat lagi memenuhi kewajibannya
berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.2
Pengertian dari kredit itu sendiri adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa berapapun telitinya pihak
bank dalam pemberian kredit walaupun pihak bank tersebut memberikan kredit
dengan prinsip kepercayaan dan kehati-hatian kepada nasabah, namun dalam
kenyataannya kredit yang disalurkan oleh bank tersebut sebagian mengalami

1
Undang-Undang No. 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan.
2
Kezia Winda Maliangkay, Tinjauan Hukum Lembaga Penjamin Kredit UMKM, Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Sam Ratulangi Lex Privatum Vol. 7, No. 2, 2023, hal 2.

1
kredit macet. Oleh karena itu bank dan debitur membutuhkan adanya lembaga
penjamin.3
Salah satu perusahaan penjaminan di indonesia adalah Perum
Jamkrindo. Sejak awal tahun 1970-an, perusahaan ini telah didirikan oleh
pemerintah untuk mendukung penyaluran kredit program kepada koperasi dan
berkembang selanjutnya melayani kebutuhan UMKM dan sektor non UMKM.
Mengingat Perum Jamkrindo berbentuk Perusahaan Umum, maka modal
perusahaan tidak terbagi atas saham dan seluruh modalnya dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia. Perusahaan penjaminan di Indonesia tidak hanya
Perum Jamkrindo yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Berbagai provinsi di Indonesia juga memiliki perusahaan penjaminan yang
disebut Jamkrida (Jaminan Kredit Daerah). Jamkrida ini dimiliki oleh
pemerintah provinsi/kabupaten/kota masing-masing sebagai Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) yang tujuannya untuk mendorong pengembangan
UMKM di daerah masing-masing.4
Lembaga Penjamin adalah Perusahaan Penjaminan, Perusahaan
Penjaminan Syariah, Perusahaan Penjaminan Ulang, dan Perusahaan
Penjaminan Ulang Syariah yang menjalankan kegiatan penjaminan
Sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Penjaminan. 5
Lembaga Penjamin Kredit (LPK) pertama kali berdiri tahun 1971.
Setelah itu tahun 1972 didirikan pula Lembaga Jaminan Kredit Koperasi
(JKK). Melalui ACSIC Indonesia dapat belajar bagaimana Negara-negara maju
itu mengembangkan strategi penjaminan kredit UKM yang efektif dan efisien.
Lembaga Penjamin Kredit mempunyai kewajiban memikul Kerugian
yang disebabkan oleh kesalahan salah satu pihak, yang Disebut sebagai resiko.

3
Totok Tumangkar, Implementasi Lembaga Penjamin Kredit dalam Pelunasan Pinjaman Debitur
Bank, Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 18, No. 1, 2021, hal 17.
4
Luh Putu Prema, Peranan Perusahaan Penjaminan dalam Mengatasi Permasalahan UMKM
Mengakses Kredit di Sektor Perbankan, Dharmasisya, Vol. 2, No. 2, 2017, hal 976.
5 POJK 2-2017 Penyelenggara Usaha Lembaga Penjamin

2
Adapun kewajiban-kewajiban tersebut dapat Dilihat seperti pada Pasal 43
Kompilasi Hukum Syariah, sebagai Berikut:
1) Kewajiban menanggung kerugian yang disebabkan oleh Kejadian diluar
kesalahan salah satu pihak dalam akad, Dalam perjanjian sepihak dipikul
oleh peminjam;
2) Kewajiban menanggung kerugian yang disebabkan oleh Kejadian diluar
kesalahan salah satu pihak dalam perjanjian Timbal balik, dipikul oleh
yang meminjamkan.6
Fungsi lembaga penjaminan kredit adalah memberikan jasa
penjaminan untuk memudahkan mendapat kredit bagi UMKM untuk
memudahkan mendapat kredit perbankan sekaligus memberikan kepastian
pengembalian pinjaman kredit kepada bank. Penjaminan dibutuhkan UMKM
karena ketidakcukupan agunan yang disyaratkan pihak perbankan. Dengan
demikian, penjaminan berfungsi sebagai penguatan agunan dalam melindungi
kreditur dari risiko kredit macet, mengingat salah satu kelemahan UMKM
adalah ketiadaan objek agunan kebendaan sebagai agunan tambahan.7
Tujuan Lembaga Penjaminan dalam pasal 3 UU No. 1 Tahun 2016:
1. Menunjang kebijakan pemerintah, terutama dalam rangka mendorong
kemandirian usaha dan pemberdayaan dunia usaha, khususnya usaha
mikro, kecil, dan menengah serta koperasi dalam perekonomian nasional;
2. Meningkatkan akses bagi dunia usaha, khususnya usaha mikro, kecil, dan
menengah serta koperasi dan usaha prospektif lainnya kepada sumber
pembiayaan;
3. Mendorong pertumbuhan pembiayaan dan terciptanya iklim usaha yang
kondusif bagi peningkatan sektor ekonomi strategis;
4. Meningkatkan kemampuan produksi nasional yang berdaya saing tinggi
dan yang memiliki keunggulan untuk ekspor;
5. Mendukung pertumbuhan perekonomian nasional.

6 Mahkamah Agung Republik Indonesia. 2008. Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah. hlm. 17.
7
Abdi Persada Putera Paulus, Fungsi Lembaga Penjaminan Kredit dalam Pemberian Kredit Bank
bagi Usaha Mikro, Kecil Dan Menegah, Lex Et Societatis, Vol. 7, No. 2, 2019, hal 42.

3
Jaminan dalam pemberian kredit digunakan sebagai bentuk upaya
antisipatif dari kreditur atau pemberi dana untuk memperkecil resiko yang
mungkin akan muncul dalam pemberian kredit tersebut. Dengan demikian
dalam pemberian kredit tersebut jaminan memegang peranan penting, yaitu
jaminan berfungsi memberikan keyakinan kepada pihak pemberi kredit
terhadap kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang
diperjanjikan. Kegiatan lembaga penjamin meliputi:8
1. Penjaminan kredit, pembiayaan, atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah yang diberikan oleh lembaga keuangan;
2. Penjaminan pinjaman yang disalurkan oleh koperasi simpan pinjam
atau koperasi yang mempunyai unit usaha simpan pinjam kepada
anggotanya; dan
3. Penjaminan kredit dan/atau pinjaman program kemitraan yang
disalurkan oleh BUMN dalam rangka Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL)

B. Badan Hukum dan Kepemilikan


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Penjaminan, Pasal
(7), Badan hukum Lembaga Penjamin berbentuk:
1. Perusahaan Umum
Lembaga Penjamin yang berbentuk badan hukum perusahaan umum
hanya dapat dimiliki oleh pemerintah pusat sesuai dengan undang-undang
yang mengatur mengenai badan usaha milik negara.
2. Perseroan Terbatas
Lembaga Penjamin yang berbentuk badan hukum perseroan terbatas hanya
dapat dimiliki oleh warga negara indonesia, pemerintah pusat, dan
pemerintah daerah.
3. Koperasi

8
Kezia Winda Maliangkay, Tinjauan Hukum Lembaga Penjamin Kredit UMKM, Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Sam Ratulangi Lex Privatum Vol. 7, No. 2, 2023, hal 3.

4
Lembaga Penjamin yang berbentuk badan hukum koperasi hanya dapat
dimiliki oleh anggota koperasi sesuai dengan undang-undang yang
mengatur mengenai perkoperasian.
Pasal 13 mengenai Kepemilikan:
1) Dalam hal pemegang saham berbentuk badan hukum Indonesia, jumlah
penyertaan modal pada Lembaga Penjamin ditetapkan paling banyak
sebesar:
a. Ekuitas badan hukum yang bersangkutan apabila tidak terdapat
penyertaan lain; atau
b. Ekuitas badan hukum yang bersangkutan dikurangi jumlah
penyertaan lain yang telah dilakukan jika terdapat penyertaan lain.
2) Ekuitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a. Penjumlahan dari modal disetor, cadangan, dan laba ditahan jika
badan hukum pemilik berbentuk perseroan terbatas dan perusahaan
umum; atau
b. Penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, hibah, modal
penyertaan, dana cadangan, dan sisa hasil usaha jika badan hukum
pemilik berbentuk koperasi.
3) Pemilik Lembaga Penjamin wajib menjaga kecukupan modal Lembaga
Penjamin sesuai dengan kebutuhan kapasitas penjaminan.

C. Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Lembaga Penjamin


Peraturan mengenai Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan
Lembaga Penjamin diatur dalam Pasal 29 UU No. 1 Tahun 2016 tentang
Penjaminan:9
1) Lembaga Penjamin dapat melakukan penggabungan atau peleburan
dengan Lembaga Penjamin lainnya.
2) Lembaga Penjamin dapat melakukan pengambilalihan Lembaga
Penjamin lainnya.
3) Lembaga Penjamin dapat melakukan pemisahan usaha.

9
Undang-Undang No. 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan.

5
4) Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5) Lembaga Penjamin yang menjalankan kegiatan penjaminan
berdasarkan Prinsip Syariah hanya dapat melakukan penggabungan
atau peleburan dengan Lembaga Penjamin yang juga berdasarkan
Prinsip Syariah.
6) Lembaga Penjamin yang menjalankan kegiatan penjaminan
berdasarkan Prinsip Syariah hanya dapat melakukan
pengambilalihan Lembaga Penjamin yang juga berdasarkan Prinsip
Syariah.
7) Badan hukum hasil pemisahan Lembaga Penjamin yang
menjalankan kegiatan penjaminan berdasarkan Prinsip Syariah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan memilih untuk melakukan
kegiatan penjaminan wajib tetap menjalankan kegiatan penjaminan
berdasarkan Prinsip Syariah.
8) Lembaga Penjamin yang akan melakukan penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, atau pemisahan wajib terlebih dahulu memperoleh
persetujuan Otoritas Jasa Keuangan.

D. Pencabutan Izin Usaha


Salah satu contoh pencabutan izin usaha lembaga penjaminan terjadi
pada PT UAF Jaminan Kredit. Otoritas Jasa Keuangan, melalui Keputusan
Dewan Komisioner Nomor: KEP-110/D.05/2018 tanggal 7 Desember 2018,
mencabut izin usaha PT UAF Jaminan Kredit sebagai lembaga penjamin.
Pencabutan izin usaha tersebut dilakukan karena perusahaan melakukan
penghentian kegiatan usaha sebagai lembaga penjamin. Dengan dicabutnya izin
usaha tersebut, perusahaan dilarang melakukan kegiatan usaha bidang lembaga
penjamin. Perusahaan tersebut juga diwajibkan untuk menyelesaikan hak dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan UU yang berlaku, di antaranya

6
menyelesaikan hak dan kewajiban penerima jaminan, terjamin, kreditur
dan/atau pemberi dana yang berkepentingan. Juga, memberikan informasi
secara jelas kepada penerima jaminan, terjamin, kreditur, dan/atau pemberi
dana yang berkepentingan mengenai mekanisme penyelesaian hak dan
kewajiban, serta menyediakan pusat informasi dan pengaduan nasabah di
internal perusahaan.
Pencabutan usaha lembaga penjamin diatur dalam Pasal 32 UU No. 1
Tahun 2016:10
1) Pencabutan izin usaha Lembaga Penjamin atau izin UUS dilakukan
oleh Otoritas Jasa Keuangan.
2) Pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam hal Lembaga Penjamin:
a. Bubar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Dikenai sanksi administratif pencabutan izin usaha;
c. Tidak lagi menjadi Lembaga Penjamin;
d. Bubar sebagai akibat melakukan penggabungan, peleburan, atau
pemisahan;
e. Belum melakukan kegiatan usaha paling lambat 4 (empat) bulan
setelah tanggal izin usaha ditetapkan;
f. Belum melakukan kegiatan usaha paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah tanggal izin UUS ditetapkan.
Kemudian dalam pasal Pasal 33 dijelaskan Lembaga Penjamin bubar
karena:
a. keputusan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota;
b. jangka waktu berdirinya Lembaga Penjamin yang ditetapkan dalam
anggaran dasar berakhir;
c. putusan pengadilan; atau
d. keputusan pemerintah.

10
Undang-Undang No. 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa
Lembaga penjaminan adalah lembaga keuangan yang khusus berperan untuk
mendorong sebuah kemandirian dalam usaha dan pemberdayaan dunia usaha
serta juga meningkatkan akses bagi dunia usaha, khususnya Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) dan koperasi dan usaha prospektif lainnya
kepada sumber pembiayaan.
Dan Penjaminan Kredit yaitu sebuah pemberian jaminan atas
pemenuhan kewajiban finansial penerima kredit apabila penerima kredit tidak
dapat lagi memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian yang disepakati.
Penjaminan kredit dalam UMKM sesungguhnya sudah mendapatkan sebuah
pengaturan dalam beberapa peraturan hukum, peraturan hukum tersebut baik
dalam undang-undang perbankan kitab undang-undang hukum perdata maupun
dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang lain, contohnya seperti
undang-undang nomor 1 tahun 2016 tentang penjaminan.
B. Saran
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan
gambaran mengenai pengawasan dan rahasia bank syariah. Dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kesalahan, maka penulis meminta kritik dan saran
yang membangun untuk kebaikan dari makalah ini. Salah satu sarannya
sebaiknya melakukan pengamatan dan peninjauan mengenai hal tersebut.

8
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan.


Kezia Winda Maliangkay, Tinjauan Hukum Lembaga Penjamin Kredit UMKM,
Jurnal Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Lex Privatum Vol. 7,
No. 2, 2023.
Totok Tumangkar, Implementasi Lembaga Penjamin Kredit dalam Pelunasan
Pinjaman Debitur Bank, Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 18, No. 1, 2021.
Luh Putu Prema, Peranan Perusahaan Penjaminan dalam Mengatasi
Permasalahan UMKM Mengakses Kredit di Sektor Perbankan,
Dharmasisya, Vol. 2, No. 2, 2017.
POJK 2-2017 Penyelenggara Usaha Lembaga Penjamin
Mahkamah Agung Republik Indonesia. 2008. Kompilasi Hukum Ekonomi
Syari'ah.
Abdi Persada Putera Paulus, Fungsi Lembaga Penjaminan Kredit dalam
Pemberian Kredit Bank bagi Usaha Mikro, Kecil Dan Menegah, Lex Et
Societatis, Vol. 7, No. 2, 2019.

Anda mungkin juga menyukai