PROPOSAL-WPS Office
PROPOSAL-WPS Office
PROPOSAL-WPS Office
Penelitian ini merupakan suatu penelitian empiris yang dirancang untuk membuktikan pengaruh
Kejelasan Sistem Penganggaran, Pengendalian Akuntansi, dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten dan Kota Eks-Karesidenan Semarang. Respondennya setingkat
manajer level menengah dan manajer ke bawah yaitu kepala badan / dinas, kepala bagian, kepala sub
bagian, kepala bidang, kepala seksi Kantor Badan/ Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten dan
Kota Eks-Karesidenan Buru Selatan Informasi yang berkaitan dengan responden diperoleh dari Kantor
Sekretariat Daerah melalui bagian organisasi dan kesekretariatan setempat. Jumlah kuesioner yang
didistribusikan kepada responden sebanyak 114 eksemplar, tetapi yang kembali dan dapat dianalisis
hanya 52 eksemplar, atau dengan responsinya sebesar 45,6%. Analisis data menggunakan metode
regresi berganda dengan bantuan program SPSS versi 12.0. Hasil analisis menunjukkan bahwa kejelasan
sistem penganggaran, pengendalian akuntansi, dansistem pelaporan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kabupaten dan kota Eks-Karesidenan Buru Selatan.
Dengan demikian, hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa hasil penelitian terdahulu.
Kata Kunci : Kejelasan sistem penganggaran, Pengendalian akuntansi, Sistem Pelaporan, dan
Akuntabilitas Kinerja.
Abstract
This research is an empirical study designed to prove the influence of Budgeting System Clarity,
Accounting Control and Reporting Systems on Performance Accountability of Semarang Regency and Ex-
Residential City Government Agencies. Respondents were at the level of middle level managers and
lower managers, namely heads of agencies/departments, heads of divisions, heads of sub-divisions,
heads of divisions, heads of sections of the Office of the Regional Financial Management
Agency/Department of South Buru Regency and City. Information relating to respondents was obtained
from the Office Regional Secretariat through the local organization and secretariat section. The number
of questionnaires distributed to respondents was 114 copies, but only 52 copies were returned and could
be analyzed, or a response rate of 45.6%. Data analysis used the multiple regression method with the
help of the SPSS version 12.0 program. The results of the analysis show that the clarity of the budgeting
system, accounting control and reporting system has a positive and significant effect on the
accountability of the performance of the district and city government agencies of the South Buru
Residency. Thus, the results of this study are consistent with the results of several previous studies.
Keywords: Clarity of the budgeting system, accounting control, reporting system, and performance
accountability.
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep anggaran berbasis kinerja (ABK) telah lama menjadi produk reformasi pengelolaan
keuangan organisasi sebagai bagian dari agenda besar New Public Management di seluruh
dunia (Robinson 2011; Jong et. al., 2013; Bawono 2015; Widodo 2016). Dalam konteks
pemerintah daerah di Indonesia, inisiatif penerapan ABK ditandai dengan diterbitkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah (PP 105/2000) yang memberikan amanat kepada semua lapisan pemerintah
daerah (provinsi dan kabupaten/kota) untuk mengimplementasikan ABK. Sebagaimana
dinyatakan pada pasal 8 peraturan tersebut yang dengan tegas menyebutkan bahwa APBD
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) disusun dengan pendekatan kinerja. Selanjutnya,
terbit pula Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UU 17/2003)
yang mengatur perihal pengelolaan keuangan (penganggaran dan akuntansi) untuk pemerintah
pusat dan daerah di Indonesia. UU ini juga merupakan aturan yang terkait dengan tahapan
penganggaran mulai dari penyusunan hingga realisasinya, prinsip-prinsip anggaran dan
pengelolaan keuangan, sistem pengelolaan keuangan terkini (akuntansi berbasis akrual, ABK
dan kerangka pengeluaran jangka menengah), pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan
hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah (Bawono 2015).
Implementasi ABK dalam lingkup pemerintah daerah di Indonesia pada kenyataanya dirasakan
masih belum maksimal. Departemen Keuangan Republik Indonesia (2009) mengakui bahwa
karakteristik utama ABK yaitu penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara
pendanaan (input) dan hasil yang diharapkan (outcomes) masih belum tercermin dalam
dokumen perencanaan dan penganggaran yang selama ini ada. Program dan kegiatan belum
dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur akuntabilitas kinerja suatu unit kerja. Bawono
(2015) juga mengungkap bahwa ABK pada pemerintah daerah di Indonesia hanya diterapkan
secara parsial akibat masih membudayanya pendekatan line-item dan incremental dalam
sistem penganggaran yang ada, banyaknya peraturanperaturan terkait pengelolaan keuangan
daerah yang saling bertentangan, dan lemahnya aspek pengukuran kinerja dalam proses
reformasi penganggaran. Penelitian Mulihartanti (2013) menemukan bahwa dalam
pelaksanaannya, pengukuran capaian kinerja hanya didasarkan pada persentase penyerapan
anggaran semata dan tanpa perhatian terhadap outcome dari program/kegiatan tersebut.
Selain itu, system control yang digunakan juga belum berjalan secara optimal sebab
pengevaluasian keterlaksanaan program atau kegiatan dilakukan hanya secara kuantitatif.
Permasalahan praktis ini tentunya perlu mendapat perhatian serius untuk terus dibenahi
implementasi. Karenanya, dukungan riset empiris yang mengkaji fenomena kegagalan dan
kesuksesan implementasi ABK penting dilakukan dan memang sudah banyak dilakukan. Hanya
saja penelitian sebelumnya masih fokus pada analisis implementasi ABK (Wijayanti et. al.,
2012), dan hubungan ABK dengan kinerja aparat Pemda (Erwati 2009; Verasvera 2016) serta
kinerja keuangan dari kaca mata value for money (Kurrohman, 2013). Selain itu, penelitian
terdahulu yang disebutkan tadi kebanyakan dilakukan di lingkup Pemda kabupaten/kota yang
memiliki nilai kinerja “B”.
Akuntabilitas kinerja sebagai konsekuensi dari efektivitas anggaran berbasis kinerja dan tingkat
penyerapan anggaran menjadi penting dilakukan karena pada konteks pemerintah daerah,
tujuan utama dari instansi tidak hanya berkaitan dengan upaya pencapaian kinerja keuangan
yang diproksikan dengan penyerapan anggaran, tetapi juga berkaitan dengan akuntabilitas
kinerja non keuangan sebagaimana yang diatur dalam Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999
tentang Sistem Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) (Sofyani dan Akbar 2013).
Kualitas dari akuntabilitas sendiri akan dapat dipengaruhi oleh baik tidaknya proses
perencanaan dan penganggaran, mengingat kedua proses tersebut merupakan bagian dari
SAKIP. Ditambahkannya variabel penggunaan informasi kinerja dilatarbelakangi alasan bahwa
aktivitas ini berkaitan erat dengan ABK. Ketika ABK mulai dijalankan, maka salah satu hal
pertama yang harus dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun
perencanaan dan penganggaran untuk periode mendatang adalah mempelajari hasil
pencapaian kinerja di periode sebelumnya. Aktivitas ini penting dilakukan agar apa yang
dirumuskan untuk periode mendatang dapat mengacu pada hasil capaian periode sebelumnya,
baik untuk menentukan apakah suatu program kegiatan perlu dilanjutkan atau tidak, maupun
dalam hal menentukan target capaian baru.
Tujuan penelitian ini berkaitan dengan masalah yang timbul seperti telah diungkapkan
diatas adalah :
1. Untuk menilai dan menganalisis penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah pada
pemerintahan Kabupaten Musi Rawas.
2. Untuk menilai dan menganalisis peranan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dalam
mewujudkan akuntabilitas dan trasparansi pelaporan keuangan pada pemerintahan
Kabupaten Musi Rawas.
1. Bagi pemerintahan Kabupaten Musi Rawas dan pihak terkait. Peneliti dapat memberikan
informasi yang dapat dijadikan bahan masukan mengenai Peran Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah Dalam Mewujudkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Buru Selatan. Kemudian dapat dijadikan bahan
acuan dan pertimbangan dalam penentuan kebijakan daerah.
2. Bagi peneliti Menambah pengetahuan serta wawasan peneliti mengenai Peran Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah Dalam Mewujudkan Transparansi Dan Akuntabilitas
Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Buru Selatan. Sekaligus dapat
membarikan tambahan wawasan dan pengalaman yang bermanfaat.
3. Bagi pembaca Dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang dilakukanya penelitian tersebut,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, Peran Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah Dalam Mewujudkan Transparansi Dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Buru Selatan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang merupakan dasar bagi penyusunan
skripsi ini. Peneliti hanya menuliskan teori-teori yang mempunyai relevansi yang
mendukung proses penelitian.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai metode penelitian yang berupa objek, ruang
lingkup penelitian, sumber data, jenis data, teknik pengumpulan dan analisis data.
Dalam bah ini kan membahas tentang gambaran umum objek penelitian, mulai dari
sejarah singkat terbentuknya Kabupaten Musi Rawas, kondisi geografis, visi dan misi,
stuktur organisasi dan kondisi keuangan pemerintahan Kabupaten Musi Rawas serta
membahas mengemu peran sistem akuntansi keuangan daerah dalam mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pelaporan keuangan pemerintah daerah kabupaten
Musi Rawas.
Bab ini mengungkapkan kesimpulan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan
dibahas di dalam penelitian dan juga memberikan saran-saran sebagai masukan
kepada objek penelitian.