Makalah Aliran Pendidikan (Ida Solehah)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ALIRAN PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Kependidikan
Dosen pengampu : H. Sahimi, S.Ag.,S.Pd.,MM

Disusun oleh :
Ida Solehah

Prodi : PAI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
WASILATUL FALAH RANGKASBITUNG
2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya
mustahil makalah ini dapat dirampungkan.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Dasar Dasar Kependidikan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Aliran Pendidikan”.
Besar harapan saya bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai pegangan dalam mempelajari materi tentang Aliran
Pendidikan. Juga merupakan harapan saya dengan hadirnya makalah ini, akan
mempermudah semua pihak dalam proses perkuliahan pada mata kuliah Dasar
Dasar Kependidikan.

Penyusun,

Ida Solehah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................2

C. Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN ..........................................................................................2

A. Aliran Pendidikan Pendidikan ......................................................................3

B. Macam-Macam Aliran Pendidikan ...............................................................3

BAB III. PENUTUP................................................................................................ 15

A. Kesimpulan ................................................................................................. 15

B. Saran ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah usaha dasar terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak, ilmu hidup, pengetahuan umum serta keterampilan yang
diperlukan dirinya untuk masyarakat berlandaskan Undang-Undang. Secara
Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu ducare, berarti
“menuntun, mengarahkan, atau memimpin”. Setiap pengalaman yang memiliki
efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap
pendidikan.

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, dinyatakan bahwa "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana sadar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara" (UU No. 20, 2003). Serta
pendidikan memiliki aliran-aliran didalamnya.

Aliran pendidikan bisa dikatakan sebagai pemikiran yang membawa


pembaharuan dalam dunia pendidikan. Banyak aliran yang telah dirumuskan oleh
ahli. Masing-masing aliran tersebut menyampaikan kelebihan, kekurangan, serta
peran pendidikan dalam kehidupan masyarakat. Secara historis bahwa aliran-aliran
pendidikan ataupun berbagai pemikiran tentang pendidikan dapat ditemukan dalam
berbagai literature. Pendidikan yang sempat tercatat dalam sejarah pendidikan
dimulai sejak zaman yunani kuno hingga sekarang ini.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Aliran Pendidikan?

2. Macam-macam Aliran Pendidikan?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk Mengetahui Aliran Pendidikan

2. Untuk Mengetahui Macam-Macam Aliran Pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aliran Pendidikan
Aliran pendidikan adalah pemikiran- pemikiran yang membawa
pembaharuan dalam dunia pendidikan pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu
diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi
dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang
baru, danemikian seterusnya agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami perlu
aspek dari aliran-aliran itu yang harus dipahami oleh karna itu setiap calon tenaga
pendidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan pendidikan
Muhammad dkk, (2022:29) berpendapat bahwa, aliran pendidikan
merupakan pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan.
Banyak aliran yang telah dirumuskan oleh ahli. Masing-masing aliran tersebut
menyampaikan kelebihan, kekurangan, serta peran pendidikan dalam kehidupan
masyarakat. Terdapat aliran pendidikan klasik dan aliran pendidikan modern. aliran
pendidikan klasik (nativisme, naturalisme, empirisme, dan konvergensi) dan aliran
pendidikan modern di Indonesia (progresivisme, esensialisme,
rekonstruksionalisme, perennialisme, dan idealisme)

B. Macam-Macam Aliran Pendidikan

a) Aliran Pendidikan Klasik


1. Nativisme
Nativisme berasal dari kata natives yang berarti terlahir. Nativisme
adalah sebuah doktrin filosofis yang memiliki pengaruh besar terhadap
proses pemikiran psikologis. Tokoh utama dalam aliran nativisme adalah
seorang filosofis Jerman yang bernama Arthur Schopenhauer (1788-1869).
Aliran nativisme identik dengan pesimistis. Aliran ini berpendapat bahwa
3
perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor- faktor yang dibawa
sejak lahir, pembawaan tersebut yang menentukan hasil perkembangannya
sehingga pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan tersebut
(Amanudin, 2019).
Dalam aliran nativisme, pengetahuan seseorang sepenuhnya
dipengaruhi oleh pembawaan lahir dan gen yang diturunkan oleh orang tua.
Aliran ini menekankan bahwa pemerolehan pengetahuan manusia hanya
berasal dari dalam (internal). Pembawaan lahir manusia ada yang baik ada
pula yang buruk sehingga tumbuh kembang manusia membawa segala hal
yang telah dibawanya sejak lahir. Pembawaan tersebut akan berkembang
sesuai arahnya masing-masing. Sedangkan pendidikan tidak akan
memberikan pengaruh apa pun. Aliran nativisme juga didukung oleh Frans
Josseph Gall (1785-1825). Tokoh lain dalam aliran ini yaitu Plato, Descartes
dan Lambroso. (Roni et al., 2022).
Menurut Hasbullah (2017) aliran nativisme menekankan pada
kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan di dalamnya
termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan
anak dalam proses pembelajaran. Nativisme berpengaruh dalam mendorong
manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan
pilihan dan kemauan sendiri, dan menempatkan manusia sebagai makhluk
yang mempunyai kemampuan bebas.

2. Naturalisme
Tokoh naturalisme adalah seorang filosof Prancis, JJ. Rousseau
(1712-1778). Nature berarti alam atau yang telah dibawa sejak lahir.
Berbeda dengan pandangan nativisme, aliran naturalisme berpendapat bahwa
semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak
ada anak yang memiliki pembawaan buruk. Hasil perkembangan anak
tersebut ditentukan oleh pendidikan yang diterima. J.J. Rousseau
menjelaskan bahwa semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari
sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia. Oleh karena itu,
Rousseau mengajukan pendidikan alam, artinya anak hendaklah dibiarkan
4
tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat
jangan banyak mencampurinya. Pendidikan yang diberikan orang dewasa
dapat merusak pembawaan anak yang baik itu, aliran ini juga disebut
negativism. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang di
laksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang
baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan
kegiatan pendidikan (Amanudin, 2019).
Spencer dalam Hasbullah (2017) menjelaskan bahwa terdapat
delapan prinsip dalam pendidikan naturalisme, yaitu:
1. Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam.
2. Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik.
3. Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak.
4. Memperbanyak ilmu pengetahuan merupakan bagian penting dalam
pendidikan.
5. Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan fisik
sekaligus otak.
6. Praktik mengajar adalah seni menunda.
7. Metode instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif.
8. Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat melakukan
kesalahan. Kalaupun ada hukuman, hal itu harus dilakukan secara
simpatik.
Berdasarkan prinsip tersebut dapat disimpulkan bahwa naturalisme
menghendaki pendidikan berjalan secara wajar tanpa intervensi yang
berlebih atau membuat anak merasa terancam. Karena anak memiliki potensi
insaniyah yang memungkinkan untuk berkembang secara alamiah.

3. Empirisme
Tokoh utama aliran empirisme adalah John Locke (1632- 1704).
Istilah asli aliran ini yaitu the school of British empirism (aliran empirisme
Inggris). Doktrin utama aliran empirisme yang sangat terkenal adalah Tabula
Rasa, sebuah istilah bahasa latin yang berarti buku tulis yang kosong atau
lembaran kosong. Doktrin Tabula Rasa menekankan arti pentingnya -
5
pengalaman, lingkungan dan pendidikan, dalam arti perkembangan manusia
semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya.
Sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak berpengaruh
(Amanudin, 2019).
Tokoh aliran empirisme adalah lainnya adalah George Berkeky
(1685-1753) dengan bukunya New Theory of Vision, David Hume (1711-
1776), David Hartley (1705-1757) dan James Mill (1773-1836). Ahli
tersebut menyebutkan bahwa anak yang lahir ke dunia seperti kertas putih
yang bersih. Kertas putih akan mempunyai corak dan tulisan yang digores
oleh lingkungan. Faktor bawaan dari orang tua atau faktor keturunan
dianggap tidak penting. Pengalaman diperoleh anak melalui hubungan
dengan lingkungan baik lingkungan sosial, alam, dan budaya. Pengaruh
empiris yang diperoleh dari lingkungan berpengaruh besar terhadap
perkembangan anak. Menurut aliran ini, pendidik sebagai faktor luar
memegang peranan penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan
pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai
pengalaman. Pengalaman tersebut akan membentuk tingkah laku, sikap,
serta watak anak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan (Roni et
al., 2022).
Hasbullah (2017) menyatakan bahwa empirisme (empiri =
pengalaman) tidak mengakui adanya pembawaan atau potensi yang dibawa
lahir manusia. Pengalaman belajar yang diperoleh anak dalam kehidupan
sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya berupa stimulan-stimulan. Stimulan
ini berasal dari alam bebas maupun diciptakan oleh orang dewasa dalam
bentuk program pendidikan.
Contoh kasus dalam suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa
anaknya menjadi pelukis. Segala alat diberikan dan pendidik ahli
didatangkan. Akan tetapi gagal, karena bakat melukis pada anak itu tidak
ada. Akibatnya dalam diri anak terjadi konflik, pendidikan mengalami
kesukaran dan hasilnya tidak optimal. Contoh lain, ketika dua anak kembar
sejak lahir dipisahkan dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Satu dari
mereka dididik di desa oleh keluarga petani golongan miskin, yang satu -
6
dididik di lingkungan keluarga kaya yang hidup di kota dan disekolahkan di
sekolah modern. Ternyata pertumbuhannya tidak sama. Kelemahan aliran ini
adalah hanya mementingkan pengalaman. Sedangkan kemampuan dasar
yang dibawa anak sejak lahir dikesampingkan. Padahal ada anak yang
berbakat dan berhasil meskipun lingkungan tidak mendukung (Roni et al.,
2022).
Aliran empirisme mengacu pada psikologi behavioristik yang
menyatakan bahwa setiap individu mendapat proses pendidikan karena
adanya pengaruh dari luar. Pavlov juga menyimpulkan bahwa hasil
eksperimennya itu juga dapat diterapkan kepada manusia untuk belajar.
Implikasi hasil eksperimen tersebut pada kegiatan belajar manusia adalah
bahwa belajar pada dasarnya membentuk asosiasi antara stimulus dan
respons secara reflektif, proses belajar akan berlangsung apabila diberi
stimulus bersyarat (Suswandari, 2018).
Aliran empirisme dipandang memiliki kelemahan karena hanya
mementingkan peranan empirik atau pengalaman yang diperoleh dari
lingkungan. Padahal kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari terdapat
anak yang berhasil karena bakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak
terlalu mendukung (Hasbullah, 2017).

4. Konvergensi
Tokoh aliran konvergensi adalah William Stem, seorang tokoh
pendidikan Jerman (1871-1939). Aliran Konvergensi merupakan kombinasi
dari aliran Nativisme dan Empirisme. Aliran ini berpendapat bahwa anak
lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan
perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi,
faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting. Anak yang
mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh lingkungan pendidikan
yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa sejak
lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang
sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang
baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tidak
7
didukung oleh bakat baik yang dibawa anak. Dengan demikian, aliran
Konvergensi menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor
pembawaan atau bakat dan lingkungan. Namun, sampai saat ini besarnya
pengaruh dari kedua faktor tersebut belum bisa ditetapkan (Roni et al.,
2022).
Menurut Suswandari (2018) aliran konvergensi merupakan
penggabungan dari aliran empirisme dan naturalism serta nativisme yang
menghendaki adanya kebebasan pada peserta didik. Kebebasan tersebut
merujuk pada tingkatan kebutuhan anak itu sendiri (Abraham Maslow) yang
meliputi: 1) Kebutuhan fisik, 2) Kebutuhan keamanan, 3) Kebutuhan cinta,
kasih sayang dan kepemilikan, 4) Kebutuhan esteem (harga diri), 5)
Kebutuhan aktualisasi diri. Sebagai contoh, anak dalam tahun pertama
mempelajari bahasa bukan karena dorongan dan bakat. Melainkan karena
meniru suara ibunya dan orang-orang di sekitarnya. Namun, tanpa ada bakat
dan dorongan, tentu saja hal itu tidak dimungkinkan. Karena itu teori
William Stern mengartikan makna konvergen artinya memusat kesatu titik.
Satu titik pusatnya ada pada arah pendidikan diartikan sebagai pertolongan
yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan
potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.
Kemudian, yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan
lingkungan. Implikasi pada aliran konvergensi ini yaitu kebutuhan pada
kebebasan ini melahirkan pada metode, media, sumber belajar, evaluasi
pembelajaran siswa semakin bervariasi.
Ketika seorang anak dilahirkan, anak tersebut sudah disertai
pembawaan baik maupun buruk. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak
akan berkembang dengan baik jika tidak didukung dengan lingkungan yang
sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik
dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada
diri anak tidak terdapat bakat yang di perlukan untuk pengembangan itu,
sebagai contoh pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan kata-
kata, adalah juga hasil konvergensi. Manusia memiliki pembawaan untuk
berbicara dan melalui situasi lingkungannya anak belajar berbicara dalam-
8
bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam
mengembangkan pembawaan bahasanya, karena itu manusia pada mulanya
menggunakan bahasa lingkungannya (Amanudin, 2019).

b) Aliran Pendidikan Modern


Aliran-aliran pendidikan merupakan pemikiran-pemikiran yang membawa
pembaharuan dalam dunia pendidikan, setidaknya terdapat 3 macam aliran
pendidikan diantaranya adalah aliran klasik, aliran modern dan aliran pendidikan
pokok di Indonesia. Pada kesepatan kali ini yang akan di bahas adalah mengenai
Aliran-aliran Pendidikan Modern di Indonesia, diantaranya adalah :

Menurut Mudyahardjo (2001: 142) macam-macam aliran pendidikan


modern di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Progresivisme

Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan


penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered),
sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada
guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).

 Tujuan pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat
bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak
dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan
pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.
 Kurikulum pendidikan Progresivisme adalah kurikulum yang berisi
pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh
setiap peserta didik (experience curriculum).
 Metode pendidikan Progresivisme antara lain:
 Pendidikan berpusat pada anak.

9
Metode Pendidikan

 Metode belajar aktif.


 Metode memonitor kegiatan belajar.
 Metode penelitian ilmiah

Pendidikan Progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada


anak. Anak adalah pusat dari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan.
Pendidikan Progresivisme sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam
pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Anak adalah anak,
yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas
sendiri-sendiri, anak mempunyai alur pemikiran sendiri, anak mempunyai
keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan sendiri, yang
berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian, anak harus diperlakukan berbeda
dari orang dewasa.

2. Esensialisme

Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang


memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam
warisan budaya/sosial. Menurut esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam nilai
budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-
angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di
dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan
waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan
di kelas.

Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya


dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah
bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adlah berharga untuk diketahui
oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan. Ketrampilan, sikap-

10
sikap dan nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah
pendidikan Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi,
pengembangan intelek atau kecerdasan.

Metode pendidikan:

 Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered).


 Peserta didik dipaksa untuk belajar.
 Latihan mental

Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata


pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum sekolah dasar ditekankan pada
pengembangan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
matematika.Sedangkan kurikulum pada sekolah menengah menekankan pada
perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, serta bahasa dan
sastra.

3. Rekonstruksionalisme

Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai rekonstruksi


pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang
menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran
kecil dari kehidupan sosial di masyarakat

 Tujuan pendidikan

Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama


untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para
peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi
umat anusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.

11
 Kurikulum dalam pendidikan rekonstruksionalisme berisi mata-mata
pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa
depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan
politik yang dihadapi umat manusia. Yang termasuk di dalamnya masalah-
masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan program-program perbaikan
yang ditentukan secara ilmiah.

4. Perennialisme

Perennialisme merupakan gerakan pendidikan yang mempertahankan


bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan pendidikan hendaknya menjadi suatu
pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran serta nilai-nilai tersebut. Guru
mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di
kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi,
karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi
dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan
pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk
mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan
yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan
problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian
masalahnya.

 Tujuan pendidikan

Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan


karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-
karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah
pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa,
sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan
alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan sumbangan kepada
perkembangan zaman dulu.

 Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan cenderung menitikberatkan

12
pada sastra, matematika, bahasa dan sejarah.

5. Idealisme

Aliran idealisme adalah suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa.
Menurut aliran idealisme, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat
rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang
ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu
angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa
yang nyata hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam
menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan
mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk
mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang


gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan
pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara
yang sangat penting. Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan
murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang
guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau
perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca
beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak
banyak bermakna.

Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme.


Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan
masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut
paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk
masyarakat, dan campuran antara keduanya.

 Tujuan Pendidikan

Agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang-

13
bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup
bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya
diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah
perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan
terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak
sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu
dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling
penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.

 Kurikulum

Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran


idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman
haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya
pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Aliran pendidikan merupakan pemikiran yang membawa pembaharuan
dalam dunia pendidikan. Banyak aliran yang telah dirumuskan oleh ahli.
Masing-masing aliran tersebut menyampaikan kelebihan, kekurangan, serta
peran pendidikan dalam kehidupan masyarakat. Terdapat aliran pendidikan
klasik dan aliran pendidikan modern. Aliran pendidikan klasik (nativisme,
naturalisme, empirisme, dan konvergensi) dan aliran pendidikan modern di
Indonesia (progresivisme, esensialisme, rekonstruksionalisme, perennialisme,
dan idealisme)

B. SARAN

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih


jauh dari sempurna, oleh sebab itu penyusun mengharapkan masukan berupa
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan pembuatan makalah ini
dan bermanfaat khususnya untuk penyusun dan umumnya untuk kita semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Guntur Maulana Muhammad, dkk. (2022:29) Dasar-Dasar Pendidikan : Pradina


Pustaka

https://pelatihanguru.net/aliranpendidikanmoderndiindonesia

OSF https://osf.io/h6c3g/download

16

Anda mungkin juga menyukai